perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA
Skripsi
Skripsi Oleh : Laila Agustina K 2307035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA
Oleh : Laila Agustina K 2307035
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari
: Senin
Tanggal
: 24 Oktober 2011
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Rabu
Tanggal
: 11 Januari 2012
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Laila Agustina. K2307035. PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui prosedur pengembangan tes yang sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik dan menghasilkan produk berupa tes pilihan ganda materi Suhu dan Kalor untuk SMA. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yaitu mengembangkan instrument tes, sehingga diperoleh hasil yang baik. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk berupa instrumen tes. Data diperoleh melalui daftar
cek dan
wawancara.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Prosedur pengembangan alat tes yang telah dilakukan yaitu: a) menyusun spesifikasi tes yang terdiri dari tujuan tes, kisi-kisi tes, bentuk tes, dan panjang tes,
b) menulis soal tes,
c) menganalisis soal secara kualitatif yang dilakukan oleh ahli, d) uji coba tes, e) menganalisis secara kuantitatif dilihat dari daya beda, tingkat kesukaran, keefektifan pengecoh, dan reliabilitas soal, f) melakukan revisi/perbaikan alat tes, g) merakit tes,
h) memasukkan tes ke dalam media (MOODLE),
i) melaksanakan tes, j) menafsirkan hasil tes. 2) Produk yang dihasilkan yaitu berupa tes Fisika Materi Suhu dan Kalor yang diujikan melalui e-learning. Karakteristik dari alat tes ini adalah sebagai berikut: a) Berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban,
b) Berjumlah 30 butir soal dan dapat
dilihat di www.smaonlineict.orgfree.com,
c) Nama paket dari tes ini adalah
“TES FISIKA SUHU DAN KALOR”, d) Waktu pelaksanaan tes yaitu 60 menit, e) Tes dilengkapi dengan prosedur kerja dan kunci jawaban
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Laila Agustina. K2307035. MULTIPLE CHOICE TEST DEVELOPMENT THROUGH E-LEARNING IN PHYSICS CHAPTER TEMPERATURE AND HEAT FOR SENIOR HIGH SCHOOL. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, January 2012. The purpose of this research are to know the development of test procedures in accordance with the characteristics of a good physics tests and produce a multiple-choice test chapter Temperature and Heat for Senior High School. This research includes the development of research that develop test instrument, so obtain the good result. Development model used in this research is the procedural model descriptive model that shows the steps to be followed to produce a test instrument. Data obtained through the check list and interview. Data analysis technique used is qualitative analysis and quantitative analysis. Based on this research results, we can conclude that: 1) test development procedures that have been made, namely: a) arranging a test specification that consists of test purpose, test grating, form of the test, and length of the test, b) write test, c) analyze the test in qualitative that conducted by experts, d) tryout the test, e) analyze the test in quantitative consist of different views of power, the level of difficulty, effectiveness detractors, and reliability, f) revised / repair the tests, g) arranging the test, h) insert test into the media (Moodle), i) doing tests, j) know result of the tests. 2) The product is a physics test chapter Temperature and Heat tested through e-learning. Characteristics of the test are: a) multiple choice with five answer choices, b) consist of 30 number of test and the test can be seen in www.smaonlineict.orgfree.com, c) The name of the package of the test is "PHYSICS TEST TEMPERATURE AND HEAT ", d) The timing of the test is 60 minutes, e) Test is equipped with work procedures and answer key.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” Jadilah hamba yang selalu bersyukur dan berserah diri pada-Nya. (QS. Ar-Rahman : 13) “Orang-orang besar akan senantiasa menganggap perkara dan masalah yang besar menjadi hal yang biasa dan sering dihadapi,tetapi orang kerdil akan menganggap sekecil apapun masalahnya menjadi suatu beban terberat yang diterimanya”. ( Anis Matta ) Segala sesuatu yang terjadi tak akan pernah sia-sia. Maka menangislah bila kau merasa sakit karena jatuh, kemudian berdirilah! Karena sesungguhnya ketika kau terjatuh kau akan belajar untuk bangun dan menjadi lebih baik lagi. ”Jika tidak ada elang, Akulah elang”, kata belalang. (Penulis)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Ibu dan Ayahku yang telah memberikan do’a dan nasehat yang belum bisa terbalas. 2. Kakak dan adik-adikku tercinta.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini. 3. Bapak Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Y. Radiyono Selaku Dosen Pembimbing I Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini. 6. Bapak Drs. Sardiyo, M.Pd Selaku Kepala SMA Negeri Jumapolo yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 7. Bapak Drs. Sri Wardoo, BSc, MT Selaku Kepala SMA Negeri Kebakkramat yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 8. Bapak Hasto Tyas Harjadi, S.Pd, M.Pd.. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri Jumapolo yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian. commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Bapak Sudaryono, S.Pd., M.Pd Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri Kebakkramat yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian. 10. Siswa-siswi kelas X.1 dan X.2. SMA Negeri Jumapolo. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 11. Siswa-siswi kelas X SMA Negeri Kebakkramat. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya 12. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 13. Kakak, adik-adikku, dan keponakanku tercinta yang senantiasa menjadi motivator. 14. Penyemangat terbaikku Aditya Syaifudin. Terima kasih atas semangat dan dorongan demi selesainya Skripsi ini. 15. Sahabat-sahabatku Dwi Nuryani, Lina Wahyuningrum, Ninik Agustin, dan Surani. Terima kasih atas persahabatan yang begitu indah 16. Sahabat-sahabatku di Prodi Fisika 2007 untuk segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya. 17. Teman-teman kos PIB (mb andina, tika, erin, phia, aning, mb feny, lyli, lita, evi, reka, tia)
yang selalu memberi warna tersendiri untuk segala dukungan dan
kekeluargaannya. 18. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya Skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya
penulis
berharap
semoga
Tesis
ini
bermanfaat
bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Januari 2012
Penulis commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………................
Hal I
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………….........
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………….…………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………….….…………….
iv
HALAMAN ABSTRAK ……………………………………..……........
v
HALAMAN MOTTO ……………………………..………..………….
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………….………………….
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………..……
ix
DAFTAR ISI ………………………………..…………………………..
xi
DAFTAR TABEL ………………………..……………………………..
xiv
DAFTAR GAMBAR …………….....…………………………………..
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………….……………………...
xvi
BAB I PENDAHULUAN……….…………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah………….……………………….
1
B. Identifikasi Masalah……….………………………………
3
C. Pembatasan Masalah ……………….……………………..
3
D. Perumusan Masalah……….…………………….…………
4
E. Tujuan Penelitian ……………….…………………………
4
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan…………………..
4
G. Manfaat Penelitian…….…………………………….……..
4
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………….………..
6
A. Tinjuan Pustaka …………………………………….……..
6
1. Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi ……..…………..
6
a. Pengukuran………………………………………….
6
b. Penilaian…………………………………………….
7
c. Evaluasi……………………………………………..
7
2. Tes……………………………...………………………
8
a. Pengertian Tes……………………………………… commit to user b. Tujuan Tes…………………………………………..
8
xi
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Bentuk Tes………………………………………….
11
3. Syarat-Syarat Tes yang Baik………… ………………..
14
a. Validitas……………………………………….........
14
b. Reliabilitas…………………………………….........
16
c. Objektivitas…………………………………………
16
d. Kepraktisan…………………………………………
16
e. Ekonomis…………………………………………...
17
4. Pengembangan Tes ……….……………………………
17
5. E-Learning……...........................................................
18
a. Fungsi E-Learning……………………………...
19
b. MOODLE………………………………………
20
c. Pembuatan Kuis dengan MOODLE……………
23
B. Penelitian yang Relevan…………………………………..
31
C. Kerangka Berfikir …………………………………………
33
D. Pertanyaan Penelitian……………………………………
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….……………………...
36
A. Model Pengembangan…………………………………….
36
B. Prosedur Pengembangan…………………………………..
36
1.
Menyusun Spesifikasi Tes …………………………...
37
2.
Menulis Soal Tes……………………………………..
39
3.
Menganalisis Secara Kualitatif……………………….
39
4.
Melakukan Ujicoba…………………………………..
40
5.
Menganalisis Secara Kuantitatif……………………...
40
6.
Memperbaiki Tes……………………………………..
43
7.
Merakit Tes…………………………………………...
44
8.
Melaksanakan tes……………………………………..
44
9.
Menafsirkan Hasil Tes………………………………..
44
C. Uji Coba Produk….........………………….….…...………
45
1.
Desain Uji Coba……………………………………...
45
2.
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian ……………... commit to user Jenis Data ……..……………………………………..
45
3.
xii
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Instrumen Pengumpulan Data………………………..
46
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ……………
47
1.
Teknik Pengumpulan Data…………………………...
47
2.
Teknik Analisis Data…………………………………
47
BAB IV HASIL PENELITIAN………….……………………………..
48
A. Deskripsi Hasil ………………….………………………..
48
Spesifikasi Tes………………………………………..
48
a. Tujuan Tes……………………………………….
48
b. Kisi-Kisi Soal……………………………………
48
c. Bentuk Tes……………………………………….
49
d. Panjang Tes……………………………………...
49
Alat Tes………………………………………………
49
B. Analisis Data …………………...………………………...
50
1.
Analisis Kualitatif…………………………………….
50
2.
Analisis Kualitatif…………………………………….
81
C. Data Uji Coba …………………………………………….
83
D. Revisi Produk……………………………………………..
83
E. Kajian Produk Akhir……………………………………...
88
4.
1.
2.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……………….........................
90
A. Simpulan ………………………………………………….
90
B. Keterbatasan Penelitiani ………………...……………....
90
C. Saran Pemanfaatan dan Pengembangan Lebih Lanjut……
90
1. Saran Pemanfaatan……………………………………..
90
2. Pengembangan Produk Lebih Lanjut…………………..
91
DAFTAR PUSTAKA ……………….…………………………………..
92
LAMPIRAN …………………………………………………………….
93
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hal Tabel 4.1 Tabel Hasil Telaah Kualitatif ......................................................
50
Tabel 4.2 Tabel Hasil Telaah Kuantitatif ....................................................
82
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1
Membuat Course Baru ............................................................
24
Gambar 2.2
Pengisian Formulir Course .....................................................
24
Gambar 2.3
Icon Edit Sumary ....................................................................
24
Gambar 2.4
Formulir Edit Sumary .............................................................
25
Gambar 2.5
Tambah Aktivitas ...................................................................
25
Gambar 2.6
Formulir Kuis .........................................................................
26
Gambar 2.7
Editing Quiz............................................................................
27
Gambar 2.8
Pemilihan Jenis Kuis ..............................................................
28
Gambar 2.9
Jenis Pilihan Ganda ................................................................
29
Gambar 2.10 Tampilan Daftar Soal .............................................................
30
Gambar 2.11 Soal yang Telah Dipilih Untuk Kuis ......................................
30
Gambar 2.12 Kerangka Berfikir ...................................................................
35
Gambar 3.1
37
Alur Pengembangan Tes.........................................................
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi .. untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah .....................
93
Lampiran 2
Silabus ....................................................................................
99
Lampiran 3
Kisi-kisi Soal ..........................................................................
105
Lampiran 4
Hasil Penelaahan Ahli ............................................................
109
Lampiran 5
Hasil Validitas Isi Oleh Ahli ..................................................
133
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Telaah Kuantitatif .....................................
136
Lampiran 7
Data Uji Coba .........................................................................
144
Lampiran 8
Soal Uji Coba .........................................................................
148
Lampiran 9
Kunci Jawaban........................................................................
172
Lampiran 10 Alat Tes ..................................................................................
181
Lampiran 11 Surat-surat...............................................................................
191
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek-aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh sebab itu, kemampuan para guru dan calon guru dalam aspek-aspek tersebut mutlak diperlukan. Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan menduduki posisi yang tidak kalah penting dari kegiatan atau pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Berbagai keputusan pendidikan yang berupa keputusan diagnostik, bimbingan dan konseling, tes penempatan serta kelulusan siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi hasil belajar berupa ulangan harian, Ulangan Semester (US) dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar di sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru dalam membuat soal, melaksanakan ujian, serta mengolah hasil ujian tersebut. Dengan demikian, kemampuan guru dalam membuat soal yang baik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan evaluasi di sekolah. Dari hasil observasi awal di beberapa sekolah di Kabupaten Karanganyar ditemukan beberapa fakta antara lain: 1) soal banyak yang dianulir. 2) soal yang tidak memiliki kunci jawaban, 3) soal banyak direvisi di depan kelas saat pelaksanaan tes, 4) pencetakan yang kurang baik sehingga tulisan susah di baca. Dari kasus-kasus di atas dapat dilihat bahwa persiapan dalam melakukan tes kurang. Masih jarang guru yang memperhatikan prosedur pembuatan tes yang baik. Soal terkesan dibuat mendadak dan terburu-buru sehingga menghasilkan user menentukan keberhasilan siswa soal yang kurang baik. Padahal commit soal inito akan 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 dalam menguasai suatu materi. Jika soal yang dibuat kurang baik maka soal tersebut juga diragukan apakah sudah dapat mengukur kemampuan siswa atau belum. Oleh karena itu pengembangan soal dengan memperhatikan prosedurprosedur pembuatannya sangatlah penting untuk menghasilkan soal dengan kualitas yang baik. Persaingan dunia pendidikan semakin hari semakin ketat. Masing-masing lembaga menawarkan fasilitas belajar yang eksklusif. Program pembelajaran juga sering dibuat seolah-olah disesuaikan dengan kebutuhan calon peserta didiknya walaupun kenyataannya jauh dari harapan. Tidak jarang sekolah mempromosikan diri sebagai sekolah dengan pembelajaran berbasis IT. Pembelajaran berbasis IT telah merambah di berbagai tingkatan sekolah. Permasalahan yang muncul adalah ketika lembaga atau institusi memproklamirkan diri sebagai sekolah yang berbasis IT (e-learning), tetapi banyak guru justru belum memahami pemanfaatan dari IT itu sendiri. Salah satunya dalam hal evaluasi. Masih jarang sekali guru yang memanfaatkan kecanggihan IT dalam evaluasi. Kebanyakan tes sekarang masih dalam bentuk cetak. Padahal jika guru mau menilik tes dengan menggunakan e-learning jauh lebih mudah dan praktis. Proses pengkoreksian cepat dan lebih hemat kertas sehingga tidak menambah masalah lingkungan. Salah satu software e-learning yang biasa digunakan dalam evaluasi yaitu MOODLE. MOODLE sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. Software ini memiliki banyak kelebihan terutama dalam evaluasi, misalnya dapat digunakan untuk membuat berbagai macam bentuk tes seperti uraian, pilihan ganda, menyocokkan, dan lain-lain. Uraian di atas memberikan gambaran betapa pentingnya melakukan pengembangan tes Fisika untuk evaluasi hasil belajar siswa, sehingga informasi yang didapatkan melalui evaluasi hasil belajar dapat mencerminkan hal yang sebenarnya. Berdasarkan dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan commit to user penelitian dengan judul ” PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 MELALUI E-LEARNING PADA FISIKA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SMA”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang dapat terindetifikasi. Permasalahan tersebut antara lain: 1. Ada beberapa guru dan calon guru yang memperhatikan pembuatan soal dan mengolah hasil evaluasi, sesuai dengan ketentuan langkah-langkah dalam pembuatan perangkat tes yang baik. 2. Belum dikembangkannya oleh guru langkah-langkah dalam pembuatan perangkat tes dan pemilihan butir tes Fisika yang baik untuk siswa, agar sesuai dengan kurikulum sekolah dan kemampuan peserta tes. 3. Masih ditemukan soal-soal yang belum memenuhi kriteria baik. 4. IT belum dimanfaatkan secara optimal untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Evaluasi dilakukan melalui e-learning berbasis MOODLE di kelas ICT/laboratorium komputer di mana ada fasilitas komputer dan akses internet 2. Tes yang dikembangkan adalah berupa tes pilihan ganda (multiple choice) 3. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo dan SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2010-2011 4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pengembangan tes yang sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik? 2. Bagaimana hasil pengembangan tes pilihan ganda melalui e-learning (berbasis MOODLE) pada Fisika SMA materi Suhu dan Kalor
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengetahui prosedur pengembangan tes yang sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik 2. Menghasilkan produk berupa tes pilihan ganda untuk SMA materi Suhu dan Kalor
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Penelitian ini mengembangkan produk berupa soal tes yang digunakan untuk evaluasi pembelajaran pada bab Suhu dan Kalor kelas X. Tes yang dikembangkan berupa tes pilihan ganda (multiple choice). Pengujian tes dilakukan melalui e-learning berbasis MOODLE.
G. Manfaat Penelitian Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan butir soal Fisika suhu dan kalor yang baik 2. Dapat memberikan informasi mengenai perangkat pembuatan tes yang mudah dan praktis 3. Dapat memberikan informasi yang berharga terutama bagi guru Fisika mengenai kualitas soal bab suhu dan kalor 4. Dapat dijadikan acuan bagi yang berkompeten, khususnya guru-guru dalam commit to user membuat perangkat tes yang baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 5. Dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Fisika, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. 6. Dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah SMA jurusan IPA terutama mata pelajaran Fisika. Hal ini dikarenakan dalam mengukur kemampuan siswa betul-betul sudah mengunakan alat ukur yang baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Pendapat Allen & Yen yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:13) mengatakan bahwa ”pengukuran adalah penetapan angka dengan cara sistematik untuk menyatakan keadaan individu.” Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu, akhir-akhir ini dikembangkan kemampuan emosi, yaitu kemampuan mengendalikan emosi. Kemampuan ini ikut menentukan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Pendapat TGAT yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:13) mengatakan: ”asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok.” Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Definisi asesmen berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi. Pendapat Griffin dan Nix yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:13) menyatakan bahwa ”pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai implikasi atau perilaku. Bisa perilaku individu atau lembaga.” Sifat yang hirarkis ini menunjukan bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen a. Pengukuran Pendapat Guilford yang dikutip oleh Tim Pengembang Pedoman Umum to userbahwa ”pengukuran adalah proses Pengembangan Penilaian (2004:8)commit menyatakan 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu”. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan yang kualitatif hasilnya bukan angka tetapi pernyataan kualitatif, yaitu yang berupa pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan sebagainya. b. Penilaian Penilaian atau asesmen adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Proses
penilaian mencakup
pengumpulan bukti
untuk
menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian menurut Griffin & Nix yang dikutip oleh Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian (2004:8):
”suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu.” Definisi penilaian berhubungan dengan setiap bagian dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup semua proses mengajar dan belajar. Kegiatan penilaian oleh karenanya tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal atau informal, untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik, yaitu: tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran. c. Evaluasi ”Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya” (Djemari Mardapi, 2004:19). Fokus evaluasi adalah individu, yaitu commit to user prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program. Menurut pendapat Griffin & Nix yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:19) ”Evaluasi adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian.” Menurut pendapat Tyler yang dikutip oleh Djemari Mardapi (2004:19): ”evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.” Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.
2.
Tes
a. Pengertian Tes Menurut Djemari Mardapi (2004:71) ”tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah”. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.
Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau
sekelompok orang. Karakteristik ini bisa berupa kemampuan atau ketrampilan seseorang. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Oleh karena itu, agar diperoleh informasi yang akurat dibutuhkan tes yang handal. Menurut Suharsimi Arikunto (1995:51), ”tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya: mencoret to userdan sebagainya. jawaban yang betul, menjelaskan,commit menjodohkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan. Hasil tes untuk tujuan ini harus baik, yaitu memiliki kesalahan pengukuran yang sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kesalahan acak dan sistematik. Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam menentukan sampel isi tes, variasi emosi seseorang, termasuk variasi emosi pemeriksa lembar jawaban jika lembar jawaban peserta tes diperiksa secara manual. Sedangkan kesalahan sistematik adalah kesalahan yang disebabkan karena soal terlalu mudah atau terlalu sukar. Ada pendidik yang cenderung membuat tes yang terlalu sulit, tetapi ada juga yang cenderung selalu membuat tes yang mudah. Selain itu ada pula pendidik yang pemurah, dan ada yang mahal dalam memberi skor. Hal-hal ini merupakan sumber kesalahan yang sistematik. ”Ada beberapa istilah yang perlu kita ketahui dalam tes, yaitu testing, testee, dan tester.” (Djemari Mardapi, 2004: 71). Testing adalah waktu dimana tes dilaksanakan, atau waktu pelaksanaan tes. Testee adalah orang yang dikenai tes, atau orang yang mengerjakan tes. Sedangkan tester adalah orang melaksanakan tes, atau pelaksana tes. b. Tujuan Tes Menurut Djemari Mardapi (2004:72) tujuan tes yang penting antara lain untuk: 1) mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, 3) mendiagnosos kesulitan belajar peserta didik, 4) mengetahui hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil belajar, 6) mengetahui pencapaian kurikulum, 7) mendorong peserta didik belajar, dan 8) mendorong pendidik mengajar yamg lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik. Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan. ”Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu: (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tes sumatif.” (Djemari Mardapi, 2004:72). Pengujian berbasis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 kemampuan dasar pada umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan sumatif Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran. Tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik. Untuk mempelajari suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil tes penempatan. Apakah seseorang perlu matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari hasil tes ini. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pelajarn tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi tenyang konsep-konsep yang belum dipahami dan yuang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini mengandung materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Jadi tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar dan atau keberhasilan mengajar. Tujuan tes dari tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes sumatif karena tes ini dilakukan di akhir pelajaran. Tes ini berfungsi untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam penguasaan materi Suhu dan Kalor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 c. Bentuk Tes ”Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non objektif” (Djemari Mardapi, 2004:73). Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang non objektif adalah yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang penskorannya objektif, tidak dipengaruhi oleh pemberi skor. Sedang yang non objektif sistem penskorannya dipengaruhi subjektivitas pemberi skor. ”Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif” (Djemari Mardapi, 2004:73). Tes uraian dapat dibedakan uraian objektif dan uraian non objektif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang soaial yang jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban benar. Tes uraian non objektif sering digunakan pada bidang ilmu-ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta tes. ”Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan” (Djemari Mardapi, 2004:73). Bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah sangat tepat jika peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan ganda adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidaklah mudah. Sedangkan untuk bentuk tes uraian subjektif tepat digunakan untuk tes yang menuntut pengetahuan dan penguraian dari peserta tes. Sehingga biasanya bentuk tes ini digunakan pada bidang sosial. Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, dan sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya stu, mulai dari memilih rumus yang tepat, commit to user hasil, dan menafsirkan hasilnya. memasukkan angka dalam rumus, menghitung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Pada tes bentuk uraian objektif ini sistem penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci. 1) Tes Lisan di Kelas Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan di kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berfikir, kemudian menunjuk peserta didik untuk menjawabnya. Baik benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk menghidupkan kelas. (Disarikan dari Djemari Mardapi, 2004:74) 2) Bentuk benar salah ”Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah pertanyaan yang bernilai benar atau salah” (Djemari Mardapi, 2004:74). Tugas testee adalah menentukan pernyataan-pernyataan tersebut benar atau salah. Biasanya testee diminta untuk memilih huruf B atau S yang telah disiapkan. Memilih B jika testee menganggap pernyataan itu benar, dan memilih S jika testee menganggap pernyataan itu salah. 3) Bentuk Pilihan Ganda ”Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan” (Djemari Mardapi, 2004:74). Dalam tes pilihan ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal) adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus dilengkapi dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia. Kunci jawaban adalah salah satu alternatif jawaban yang merupakan pilihan benar yang diharapkan. Sedangkan pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban. 4) Bentuk Uraian Objektif Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan umtuk bidang commit to user hanya satu. Pengerjaan soal ini matematika dan sains, karena kunci jawabannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif disini dalam arti tidak dipengaruhi oleh subjek tertentu. Jadi hasil penskorannya apabila diperiksa oleh beberapa pendidik dalam bidang studi tersebut hasilnya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini diantaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya. (Disarikan dari Djemari Mardapi, 2004:75) 5) Bentuk uraian Non-objektif Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. (Djemari Mardapi, 2004:75). Pada tes uraian non-objektif ini siswa dituntut untuk menguraikan apa yang ada dipikirnnya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kelebihan tes ini yaitu dapat mengetahui sejauh mana tingkat berfikir siswa. Namun dibalik kelebihan yang dimiliki, bentuk ini juga mempunyai kelemahan yaitu sifat kesubjektifitasan itu sendiri. Selain itu diperlukan waktu yng lama dan ketelitian yang tinggi dalam mengoreksinya. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk tes objektif pilihan ganda. Ada beberapa alasan mengapa menggunakan bentuk ini seperti yang dinyatakan oleh Saifuddin Azwar (1996:75) yang dirangkum sebagai berikut: 1. Komprehensif, dalam waktu tes yang singkat dapat memuat lebih banyak item. 2. Pemeriksaan jawaban dan pemeriksaan skornya mudah dan cepat. 3. Kualitas item dapat dianalisis secara empirik. 4. Objektifitasnya tinggi 5. Umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan 6. Objektif. Tes pilihan ganda bersifat objektif sehingga siapapun yang menilainya akan menghasilkan skor yang sama Walaupun demikian tes pilihan ganda juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1. Pembuatan soal yang sulit commit dan memakan to userbanyak waktu dan tenaga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 2. Tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi 3. Ada kemungkinan siswa menjawab dengan cara menebak. 3. Syarat-Syarat Tes yang Baik Untuk mengukur hasil belajar siswa, maka digunakan alat pengukuran yang benar-benar dapat mengukur kemampuan belajar siswa. Alat untuk mengukur dalam evaluasi belajar harus sebuah tes yang baik. Tes yang baik sebagai alat pengukur hasil belajar apabila memenuhi prasyaratan tes yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektifitas, kepraktisan, dan ekonamis (Suharsimi Arikunto,1995:56) a. Validitas Validitas berasal dari kata valid, sedangkan untuk menggantinya sering digunakan ”sahih” atau ”tepat”, sehingga validitas sama dengan kesahihan (Suharsimi Arikunto, 1995:57). Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurannya. Tes hanya dapat melakukan fungsinya dengan cermat kalau ada ”sesuatu” yang diukurnya. Jadi, untuk dikatakan valid, test harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat. (Djemari Mardapi, 2004:25) Menurut Suharsimi Arikunto (1995:64-66), validitas dibagi menjadi empat bagian yaitu : 1) Validitas isi Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas ini sering juga disebut validitas kurikuler. 2) Validitas Kontruksi Validitas kontruksi adalah validitas yang digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran dianggap mencerminkan suatu konsep dalam teori psikologi. Kontruksi psikologi adalah kualitas psikologis yang kita asumsikan ada, supaya dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku. Kontruksi psikologis ini tidak dapat diukur langsung. commit Misalnya pengukuran kreativitas. Tes yang to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 digunakan tidak dapat langung mengukur kreativitas, tetapi hanya mengukur indikator-indikator dari kreatifitas. 3) Validitas empiris Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Maksudnya dalam hal ini hasil tes dibandingkan dengan hasil tes yang telah lalu. 4) Validitas prediksi Memprediksikan artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang dan sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan meramalkan apa yang akan pada masa yang datang (Suharsimi Arikunto, 1995: 66) Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Alasan penggunaan validitas isi ini karena validitas ini mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan b. Reliabilitas Reliabilitas sering diterjemahkan sebagai dapat dipercaya/kepercayaan. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. ”Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan” (Suharsimi Arikunto, 1995:58). Reliabilitas merupakan kriteria untuk menetapkan taraf ketelitian teknik atau alat penelitian; bila digunakan untuk mengukur hasil belajar seorang siswa. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas jika digunakan berulang-ulang untuk mengulang objek yang dilakukan oleh orang yang sama maupun berlainan maka akan menghasilkan hasil yang sama. Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reliabilitas dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal formula Kudher-Richardson 20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 c. Objektivitas ”Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi” (Suharsimi Arikunto, 1995:59). Tes atau alat evaluasi dikatakan objektif bila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Sifat subjektifitas timbul karena bentuk tes dan penilai. Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan penilai untuk bertindak subjektif untuk menghindari itu maka tes yang dikembangkan adalah berbentuk objektif. d. Kepraktisan Betapapun baiknya (valid dan reliabel) suatu tes untuk mengukur prestasi siswa, tidak akan ada gunanya bila dalam pelaksanaannya dan pemberian skor diperlukan waktu yang banyak, harga mahal atau menganggu kegiatan dan kenyamanan siswa. Untuk itu tes harus dapat dilaksanakan artinya tes tersebut bersifat praktis, mudah dalam administrasinya, tidak mahal, singkat, mudah dilaksanakan, mudah diberi skor, dan tidak mengganggu kegiatan lain. e. Ekonomis ”Suatu tes dikatakan ekonomis bila pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga banyak, dan waktu yang lama.” (Suharsimi Arikunto, 1995:61) 4. Pengembangan Tes Menyusun dan mengembangkan tes objektif yang baik sangat sulit, karena tes yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Pengembangan tes objektif harus memenuhi kaidah-kaidah, berupa langkah langkah yang perlu diikuti. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi belajar, yaitu:
a. b. c. d. e. f.
Menyusun spesifikasi tes Menulis soal tes Menelaah soal tes atau menganalisis secara kualitatif Melakukan ujicoba tes Menganalisis butir soal atau menganalisis secara kuantitatif commit to user Memperbaiki tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 g. Merakit tes h. Melaksanakan tes i. Menafsirkan hasil tes (Djemari Mardapi, 2004:88) Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menyusun spesifikasi tes yang meliputi tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes. Tujuan tes disini apakah itu untuk tes sumatif, formatif, diagnostik atau penempatan. Tujuan harus ditentukan paling awal karena akan mempengaruhi pada tahap-tahap selanjutnya. Setelah tujuan ditetapkan langkah selanjutnya yaitu menyusun kisi-kisi tes. Kisi-kisi disini mencakup materi yang akan diteskan, SK, KD, dan indikator-indikator yang ingin dicapai. Langkah selanjutnya yaitu menentukan bentuk tes. Apakah nantinya tes tersebut bentuknya objektif atau subjektif. Objektif disini bisa berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan sebagainya. Bentuk tes subjektif disini berupa uraian singkat. Setelah semua ditentukan maka langkah selanjutnya adalah menentukan panjang tes. Panjang tes disini dipertimbangkan dari waktu yang diperlukan dalam pelaksaan tes dan waktu pengerjaan tiap soal. Tahapan selanjutnya adalah penulisan soal. Setiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes. Keseluruhan tes tidak akan menghasilkan informasi yang baik dari jumlah informasi yang dihasilkan oleh soal-soalnya, maka tes yang baik harus terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik. Langkah setelah soal ditulis adalah pengujian kualitas secara teoritis yang sering disebut dengan telaah soal. Telaah ini pada dasarnya menekankan pada penilaian segi materi, kontruksi dan bahasa dari butir soal yang dibuat Depdikbud (1995) Setelah soal dianalisis maka langkah selanjutnya adalah ujicoba soal di lapangan. Setelah dilakukan ujicoba dilakukan penelaahan lagi. Penelaahan soal berdasarkan data empiris dengan jalan ujicoba di lapangan. Telaah ini meliputi taraf kesukaran, daya pembeda soal, reliabilitas, dan keefektifan pengecoh. Setelah soal ditelaah secara kuantitatif, maka nantinya akan ada beberapa soal yang baik, soal yang direvisi, dan soal yang tidak baik dan harus dibuang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Soal yang perlu revisi direvisi baik dari segi bahasa yang kurang dimengerti, angka yang terlalu sulit dihitung, atau pengecoh yang tidak berfungsi dengan baik. Setelah tahap revisi dilakukan, maka soal dirakit kembali. Soal inilah yang sudah dianggap baik dan layak untuk dilakukan tes yang sesungguhnya.
5. E-learning “Definisi e-learning adalah merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.” (Muhammad Adri, 2008). Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan terselenggaranya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD interkatif dan lain-lain. a. Fungsi e-learning “Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di kelas (classroom instruction), yaitu sebagai tambahan (suplemen) yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).” (Fajar Trihantoro, 2009:11). 1) Tambahan (suplemen) Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. 2) Pelengkap (komplemen) Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran commit to user elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 siswa di kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi penguatan (reinforcement) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi
pembelajaran
elektronik
dikatakan
sebagai
pengayaan
(enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas. 3) Pengganti (substitusi) Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswa-nya. Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. “Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka atau konvensional, (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.” (Fajar Trihantoro, 2009:13). Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian, karena ketiga model penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya. b. MOODLE Salah satu aplikasi e-learning yaitu MOODLE, sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam “ruang kelas” digital dalam proses pembelajaran. Perangkat pendukung pembelajaran seperti, materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dapat dibuat. MOODLE itu sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. MOODLE merupakan sebuah aplikasi Course Management System (CMS) yang gratis dapat diunduh, digunakan ataupun dimodifikasi oleh siapa saja. Software aplikasi MOODLE dapat diunduh di alamat http://www. moodle.org. CMS MOODLE dapat juga mengadministrasikan penilaian pendidikan. Syarat yang wajib dipenuhi dalam merancang MOODLE pada e-learning yaitu: 1) Sederhana Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem elearning-nya. 2) Personal Syarat personal berarti guru dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan siswa di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, siswa diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat siswa betah berlama-lama di depan layar komputernya.
3) Cepat Layanan ini juga ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan siswa lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh guru atau pengelola. (Fajar Trihantoro, 2008:15) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Dalam pemakaian suatu software sudah tentu ada kekurangan dan kelebihannya. Penggunaan MOODLE untuk Penilaian Berbasis Kelas memiliki beberapa kelebihan namun juga masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan. Kelebihan penggunaan MOODLE dalam Penilaian Berbasis Kelas, diantaranya ; 1) MOODLE dapat diakses darimana dan kapan saja, sehingga lebih efektif. 2) Siswa tidak harus menemui guru secara langsung. 3) Guru dapat berinteraksi langsung satu persatu dengan siswa untuk memberikan feed back, memberikan penilaian kembali dan remidial teaching, karena kesempatan berinteraksi lebih banyak. 4) MOODLE mampu mengacak nomor soal, bahkan mengacak jawaban soal pilihan ganda pada setiap soal sehingga siswa dapat memahami tidak menghafal jawaban saja. 5) Guru dapat mengatur batas waktu pengumpulan tugas atau pengerjaan kuis, sehingga tidak ada lagi keterlambatan pengumpulan. Siswa yang tidak tepat waktu mengumpulkan maka tidak dapat mengumpulkan tugasnya. 6) Semua aktivitas yang dilakukan siswa dapat diketahui oleh guru, karena tercatat semua. 7) Pekerjaan siswa bisa langsung diketahui nilainya, karena secara otomatis komputer akan mengoreksi jawaban dan langsung menampilkan nilainya saja sehingga mengurangi pekerjaan guru. 8) Semua file maupun jawaban siswa dapat tersimpan dengan rapi dan urut dari tanggal pengumpulan atau pengerjaan, sehingga tidak mungkin ada file yang hilang tercecer. 9) Guru tidak perlu lagi membawa kertas-kertas pekerjaan siswa yang berarti mengurangi beban guru. (Fajar Trihantoro, 2009:16). Walaupun MOODLE merupakan sebuah kemajuan teknologi dalam bidang pendidikan, namun dalam pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu; 1) Karena kurangnya Sumber Daya Manusia terkadang terjadi beberapa kesalahan maupun kegagalan proses koneksi. 2) Dalam penilaian, guru tidak bisa menjamin bahwa pekerjaan itu murni pekerjaan siswa sendiri. 3) Guru tidak bisa menilai kejujuran siswa dalam mengerjakan soal. 4) Guru hanya bisa menilai dari aspek kognitif dan afektif saja. Sedangkan aspek psikomotorik sulit diketahui. (Fajar Trihantoro, 2009:16) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 c. Pembuatan Kuis Dengan MOODLE Salah satu kemampuan MOODLE adalah pembuatan kuis secara online. Pengajar dapat menguji kemampuan siswa dengan membuat kuis. Kuis dalam CMS MOODLE juga memberikan kemudahan apabila terdapat soal yang memerlukan gambar bahkan multimedia yang lain seperti video karena memberikan kebebasan untuk menggunakan HTML. Kuis bisa diimport dari file teks. Ada beberapa jenis kuis yang disediakan oleh CMS MOODLE yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Soal pilihan ganda dengan satu atau jawaban ganda Soal isian berupa kata atau kata majemuk Soal pertanyaan benar salah Soal menjodohkan Soal pertanyaan acak (random question) Soal pertanyaan berupa nomor yang digunakan untuk matematika dengan mengijinkan rentang angka 7) Soal uraian berupa teks, gambar dan video (Fajar Trihantoro, 2009:18) Manajemen kuis memberikan kemudahan kepada seorang guru untuk memberikan feed back, memberikan penilaian kembali, remidial teaching, memberikan batas waktu, mengacak nomor soal, bahkan mengacak jawaban soal pilihan ganda pada setiap soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 d. Tahapan Pembuatan Kuis Pilihan Ganda 1) Membuat Course baru yang akan berisi kuis, klik “Tambah kursus baru”.
Gambar 2.1 Membuat Course Baru 2) Isilah form untuk pembuatan Course baru
Gambar 2.2 Pengisian Formulir Course 3) Lakukan editing pada bagian summary
commit to user Gambar 2.3 Icon Edit Summary
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 4) Lengkapilah formulir edit summary
Gambar 2.4 Formulir Edit Sumary Kemudian klik “Simpan perubahan”. 5) Pada bagian Tambah aktivitas (Add an activity) pilihlah bagian “Kuis”
Gambar 2.5 Tambah Aktivitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 6) Lengkapilah formulir Kuis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Gambar 2.6 Formulir Kuis Keterangan : Time limit
: Batasan waktu untuk pengerjaan kuis
Question per page
: Jumlah pertanyaan pada setiap halaman
Shuffle within question
: Pengacakan pada setiap bagian pertanyaan
Show quiz in “secure” window : Kuis ditampilkan dalam jendela mode pengamanan Require password
: Peserta kuis harus menggunakan password
Require network address
: Alamat jaringan (IP) tertentu yang boleh mengikuti kuis
7) Setelah semua isian formulir terisi, simpan dengan klik tombol “Save and display”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 8) Setelah itu akan ditampilkan formulir “Editing Quiz”
Gambar 2.7 Editing Quiz 9) Pada bagian “Buat pertanyaan baru” dapat dipilih jenis kuis yang akan dibuat.
Gambar 2.8 Pemilihan Jenis Kuis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 10) Sebagai contoh, saat dipilih jenis kuis “Pilihan Ganda” maka akan ditampilkan sebuah formulir untuk kuis pilihan ganda seperti gambar di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Gambar 2.9 Jenis Pilihan Ganda Question text
: detail pertanyaan
One or multiple answer
: jumlah jawaban yang benar adalah satu atau lebih
Shuffle the choices
: pengacakan pada pilihan jawaban
Choice 1 s/d 5
: Pilihan jawaban
Feedback
: Penjelasan dari pilihan yang bersangkutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 11) Klik tombol “Simpan perubahan” untuk menyimpan
Gambar 2.10 Tampilan Daftar Soal 12) Pilihlah soal yang akan dimasukkan ke dalam kuis dengan memberikan tanda “check box” pada soal yang dipilih dan kemudian klik tombol “Add to quiz” 13) Klik tombol “Simpan perubahan”
Gambar 2.11 Soal yang Telah Dipilih Untuk Kuis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 14) Soal sudah jadi sebanyak satu buah, dengan cara yang sama dapat di buat sejumlah soal yang diinginkan.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dipaparkan hasilnya sebagai berikut: 1.
Penelitian I Komang Werdiana dan kawan-kawan dari Universitas Tadulako
dengan judul ” Pengembangan Tes Pemahaman Konsep Fisika SMA”. Penelitian ini bertujuan mengembangkan tes pemahaman konsep yang bermanfaat menguji pemahaman konsep siswa SMA tentang listrik arus searah. Pengembangkan tes dilakukan dengan cara menyusun dua tes, yakni tes pemahaman konsep (TPK) dan tes hitungan (TH). Analisis tes meliputi indeks kesukaran, indeks pembeda, koefisien korelasi biserial, validitas dan reliabilitas. Indeks kesukaran adalah ukuran tingkat kesukaran tiap butir soal dan indeks pembeda adalah ukuran daya pembeda masing-masing item dalam tes. Koefisien korelasi biserial (kadang-kadang disebut sebagai indeks relibilitas item) adalah ukuran konsistensi item tes dengan keseluruhan tes. Validitas yang dimaksud di sini adalah validitas isi, yakni kesesuaian antara butir soal dengan konsep yang diukur. Selain analisis item juga dilakukan analsis pilihan jawaban siswa dan analisis perbedaan hasil TPK dengan hasil TH. Uji validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan dari tiga orang pakar. Ketiga pakar diminta untuk menilai kedua tes (TPK dan TH), mengenai kesuaian antara butir soal dengan konsep dan tujuan yang akan diukur. Hasil penilain ketiga pakar menunjukan bahwa semua butir soal TPK dan TH memenuhi validitas isi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Berikut ini merupakan hasil analisisnya: Uji
Jumlah Jumlah Indeks
Daya
Koefisien
Koefisien
tes
soal
kesukaran
pembeda
korelasi
reliabilitas
rata-rata
rata-rata
Biserial(rpbs)
siswa
Rata-rata TPK TH Tahap 34
TPK TH
TPK
TH
TPK TH
354
0,31
0,29 0,24
0,28 0,23
0,29
0,45
0,61
605
0,24
0,27 0,27
0,27 0,25
0,27
0,55
0,48
I Tahap 28 II
Indeks kesukaran rata-rata P TPK hasil uji tahap I > 0,30, ini berarti TPK masuk kategori sedang. Sedangkan P TPK hasil uji tahap II < 0,30, ini berarti TPK masuk kategori sukar. Dari tabel di atas nampak koefisien reliabilitas tes, pbs r dan D TPK pengujian tahap II lebih besar daripada pengujian tahap I. Namun P TPK pengujian tahap II lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Tes pemahaman konsep yang dikembangkan tersebut valid dan reliabel. Koefiseian reliabilitas tes ini rendah.TPK dapat digunakan untuk menguji pemahaman konsep siswa dan juga miskonsepsi yang dialami siswa terhadap arus listrik serah. Hasil uji perbedaan antara TPK dan TH, menunjukkan ada perbedaan yang siginifikan antara hasil TPK dan TH. 2.
Penelitian Asep Sufyan Tsauri, Eddy Prasetyo Nugroho, dan Yudi Wibisono
dari Universitas Pendidikan Bandung dengan judul “Pengembangan Model Sistem Elearning Komunitas dengan Pendekatan Personal Learning Environments (PLEs)” dan mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: a. Model sistem elearning dengan pendekatan PLEs secara umum dapat mendukung pembelajaran komunitas mahasiswa “Blogger Ilkom UPI” b. Kelebihan dari model sistem elearning yang dikembangkan diantaranya adalah: 1) Tidak
membutuhkan
biaya
pengembangan
menggunakan software open source, commit to user
yang
besar
karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 2) Dalam implementasinya, pengguna tetap menggunakan aplikasi-aplikasi yang disukainya berupa aplikasiaplikasi social networking, 3) Mendorong kegiatan belajar mandiri yang terfokus bagi penggunanya, 4) Memungkinkan terjadinya sharing knowledge antar penggunanya, 5) Mendorong komunitas untuk menjadi lebih produktif dalam melaksanakan pembelajaran komunitas, dan 6) Memungkinkan pelaksanaan penilaian portofolio seara online. c. Kekurangan model sistem elearning yang dikembangkan adalah : 1) Memerlukan waktu yang lama untuk membiasakan anggota melaksanakan model, 2) Memerlukan kesadaran untuk menjaga agar model tetap berjalan dengan baik, 3) Memerlukan komitmen pengguna yang tinggi untuk melaksanakan model, khususnya dalam focus belajar mandiri, dan 4) Dalam sistem yang dikembangkan belum mampu mengakomodir pengelolaan nilai.
C. Kerangka Berfikir Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Dalam penilaian proses dan dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek-aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh karena itu, kemampuan para guru dan calon guru dalam aspek-aspek tersebut mutlak diperlukan. Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan menduduki posisi yang tidak kalah penting dari kegiatan atau pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Berbagai keputusan pendidikan yang berupa keputusan diagnostik, bimbingan dan konseling, tes penempatan serta kelulusan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi hasil belajar berupa ulangan harian, Ulangan Semester (US) dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar di sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru dalam membuat soal, melaksanakan ujian, serta mengolah hasil ujian tersebut. Dengan demikian, kemampuan guru dalam membuat soal yang baik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan evaluasi di sekolah. Persaingan dunia pendidikan semakin hari semakin ketat. Masing-masing lembaga menawarkan fasilitas belajar yang eksklusif. Program pembelajaran juga sering dibuat seolah-olah disesuaikan dengan kebutuhan calon peserta didiknya walaupun kenyataannya jauh dari harapan. Tidak jarang sekolah mempromosikan diri sebagai sekolah dengan pembelajaran berbasis IT. Pembelajaran berbasis IT telah merambah di berbagai tingkatan sekolah. Permasalahan yang muncul adalah ketika lembaga atau institusi memproklamirkan diri sebagai sekolah yang berbasis IT (e-learning), tetapi banyak guru justru belum memahami pemanfaatan dari IT itu sendiri. Salah satunya dalam hal evaluasi. Masih jarang sekali guru yang memanfaatkan kecanggihan IT dalam evaluasi. Kebanyakan tes sekarang masih dalam bentuk cetak. Padahal jika guru mau menilik tes dengan menggunakan e-learning jauh lebih mudah dan praktis. Proses pengkoreksian cepat dan lebih hemat kertas sehingga tidak menambah masalah lingkungan. Salah satu software e-learning yang biasa digunakan dalam evaluasi yaitu MOODLE. MOODLE sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. Software ini memiliki banyak kelebihan terutama dalam evaluasi, misalnya dapat digunakan untuk membuat berbagai macam bentuk tes seperti uraian, pilihan ganda, menyocokkan, dan lainlain. Untuk mengetahui bahwa butir soal tes yang dikembangkan memenuhi kriteria baik, maka dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya commit to user dapat dilihat kerangka berpikir pada Gambar 2.12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Sistem penilaian merupakan bagian dari upaya meningkatkan hasil belajar IT jarang digunakan dalam evaluasi hasil belajar Membuat Tes Pilihan Ganda Membuat Tes berbasis MOODLE Tampilan tes pilihan ganda berbasis e-learning Gambar 2.12 Kerangka Berpikir D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian berkaitan dengan Pengembangan Tes Pilihan Ganda Melalui E-Learning pada Fisika Materi Suhu dan Kalor untuk SMA, sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah prosedur pengembangan tes pilihan ganda yang baik?
2.
Bagaimana
karakteristik
tes
pilihan
pengembangan tes ini?
commit to user
ganda
yang
dihasilkan
dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan Penelitian ini
termasuk penelitian pengembangan
(research
and
development) yaitu penelitian yang berorientasi pada produk baik atau tidak digunakan sebagai instrumen tes. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa instrumen tes untuk Fisika Materi Suhu dan Kalor untuk SMA. Model pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah model prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk berupa instrumen tes.
B. Prosedur Pengembangan Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh dalam membuat produk. Prosedur memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, disebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, dijelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan dijelaskan hubungan antar komponen dalam sistem. Untuk memperoleh butir soal tes yang memenuhi unsur kriteria baik, maka dilakukan penelitian pengembangan dengan menggunakan langkah-langkah menurut Djemari Mardapi yang masih umum dan akan dijabarkan menjadi lebih jelas sehingga diperoleh alur penelitian seperti pada Gambar 3.1.
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Menyusun Spesifikasi Tes
Menulis Soal Tes
Menganalisis Secara Kualitatif
Spesifikasi tes terdiri dari: - Tujuan tes - Kisi-kisi tes - Bentuk tes - Panjang tes
Analisis secara kualitatif dilakukan oleh: - Dosen pembimbing - Guru Fisika
Melakukan Ujicoba
Menganalisis Secara Kuantitatif
Meliputi: - Daya Pembeda - Tingkat kesukaran - Keefektifan pengecoh - Reliabilitas
Memperbaiki Tes
Merakit Soal
Memasukkan Soal ke dalam Media (MOODLE)
Melaksanakan Tes
Menafsirkan Hasil Tes Gambar 3.1. Alur pengembangan Tes. (Djemari Mardapi, 2004:88)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Berikut ini penjelasan secara lebih terperinci mengenai langkah pengembangan tes:
1. Menyusun Spesifikasi Tes Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut: a. Menentukan Tujuan Tes Seperti yang telah disebutkan bahwa ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Pada penelitian ini, tes yang dibuat adalah tes sumatif. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran Fisika. b. Penulisan Kisi-Kisi Soal Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes yaitu: 1) Menulis tujuan umum pelajaran 2) Membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan 3) Menentukan indikator 4) Menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan c. Menentukan bentuk tes Pemilihan bentu tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Penelitian ini menggunakan bentuk tes objektif pilihan ganda karena jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak yaitu bab kalor. commit to user d. Menentukan panjang tes
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakup materi ujian dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-150 menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat tes sebanyak 40 butir soal dengan waktu pengerjaan 90 menit.
2. Menulis Soal Tes Penulisan tes dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes, dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan dengan hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Pedoman utama dalam pembuatan tes pilihan ganda adalah: a.
Pokok soal harus jelas
b.
Pilihan jawaban homogen
c.
Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
d.
Tidak ada petunjuk jawaban benar
e.
Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah
f.
Pilihan jawaban angka diurutkan
g.
Semua pilihan jawaban logis
h.
Jangan menggunakan negatif ganda
i.
Kalimat yang digunakan sesuai tingkat perkembangan peserta tes
j.
Bahasa yang digunakan baku
k.
Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak
3. Menganalisis Secara Kualitatif Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah pada soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Pada penelitian ini telaah soal dilakukan oleh ahli yaitu dosen pembimbing dan guru Fisika SMA. Dengan telaah soal ini commit userdibuat. diharapkan dapat memperaiki kualitas soaltoyang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 4. Melakukan Ujicoba Tes Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, Ujicoba perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Ujicoba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empiric tentang tingkat kebaikan soal yang disusun. Pada penelitian ini ujicoba dilakukan dengan menggunakan dua buah paket soal yang parallel yang diujikan pada dua kelas yang berbeda. ujicoba dilakukan di SMA Negeri Jumapolo. Melalui ujicoba dapat diperoleh data tentang reliabiltas, validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda,dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan maka akan dilakukan perbaikan dan pembenahan.
5. Menganalisis Secara Kuantitatif Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dari ujicoba yang dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal antara lain: a. Validitas Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis validitas isi. Cara yang ditempuh dengan analisis rasional yaitu apakah butir-butir dalam tes yang ditulis sesuai dengan kisi-kisi soal yang dibuat atau belum. Analisis dilakukan dengan cara mengandalkan telaah soal oleh suatu panel ahli dalam bidang mata pelajaran Fisika. Cara yang dilakukan adalah dengan jalan pencocokan antara tabel spesifikasi dengan butir soal dan masing-masing butir di analisis berdasarkan pedoman yang telah diterbitkan oleh pusjian Depdikbud, bila butir tes telah mewakili bahan pelajaran. b. Reliabilitas Analisis ini untuk mengetahui tingkat kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi bila hasil tes tersebut memberkan hasil yang tetap. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal artinya didasarkan pada data dari sekali penggunaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek, atau untuk mengetahui keajegan instrumen, artinya jika dilakukan pengukuran ulang dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 instrumen tersebut maka seandainya hasilnya berubah, perubahan itu dianggap tak berarti. Tenik kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula Kuder-Richardson -20 atau KR-20, karena bentuk tes Fisika yang dikembangkan berbentuk dikotomi. Untuk mengetahui reliabilitas butir soal menggunakan rumus alpha KR-20 adalah sebagai berikut: r11 =
n
s 2 −∑pq
n−1
s2
di mana : r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subjek yang menjawab item benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan sala
∑pq
= jumlah perkalian anatara p dan q
n
= banyak item
S
= Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians). Besarnya
reliabilitas
diinterpretasikan
sesuai
dengan
interpretasi
besarnya koefisien korelasi sebagai berikut : 0,800 < r11 ≤ 1,00
: sangat tinggi
0,600 < r11 ≤ 0,800
: tinggi
0,400 < r11 ≤ 0,600 : cukup 0,200 < r11 ≤ 0,400 : rendah 0,000 ≤ r11 ≤ 0,200 : sangat rendah Sumber : dasar-dasar evaluasi pendidikan (Suharsimi Arikunto, 1995:98) c. Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Suharsimi Arikunto, 1995:211). Soal yang terlalu mudah akan membuat siswa tidak berusaha untuk memecahkannya. Sebaliknya jika soal terlalu sukar siswa akan merasa putus asa karena soal tersebut berada diluar kemampuannya. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang bisaanya dinyatakan dalam indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 besarnya berkisar 0,00-1,00 Aiken(1994:66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko,1996:310) dalam Departemen pendidikan nasional (2009:9) Tingkat Kesukaran =
jumlah siswa yang menjawab benar butir soal jumlah siswa yang mengikuti tes
Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat digolongkan seperti berikut ini: 0,00-0,30 soal tergolong sukar 0,31-0,70 soal tergolong sedang 0,71-1,00 soal tergolong mudah d. Daya Pembeda (DP) Menurut Suharsimi Arikunto (1995:215) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini. DP =
BA − BB 1 N 2
atau DP =
2 BA − BB N
di mana: DP
=
Daya Pembeda Soal
BA
=
Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB
=
Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N
=
Jumlah siswa yang mengerjakan tes Adapun klasifikasinya adalan seperti berikut ini yang dinyatakan oleh
commit to user Nasional (2009:12). Crocker dan Algina dalam Departemen Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 0,40-1,00
Soal diterima dengan baik
0,30-0,39
Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20-0,29
Soal diperbaiki
0,19-0,00
Soal tidak dipakai/dibuang
e. Keefektifan pengecoh Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh: 1) Paling tidak dipilih oleh 5% peserta tes/siswa 2) Lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi Sumber: Analisis Butir Soal diterbitkan oleh Departemen pendidikan Nasional
6. Memperbaiki Tes Setelah ujicoba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini bisaanya dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu revisi, beberapa butir mungkin direvisi, atau mengkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7. Merakit Tes Butir soal yang telah ditelaah selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, butir soal dirakit berdasarkan urutan pokok materi yang dipakai, sehingga diperoleh tes yang susunan butir soalnya teratur dalam arti butir soal diperoleh dari konsep, prinsip atas hukum yang sederhana sampai kompleks dalam pokok bahasan yang dipakai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 8. Memasukkan Soal ke dalam Media (MOODLE) Butir soal yang telah dirakit kembali kemudian dimasukkan dalam media (MOODLE). Setelah itu maka soal dapat dikerjakan melalui e-learning secara online. 9. Melaksanakan Tes Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca ujicoba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes perlu dilakukan pemantauan oleh pengawas agar tes dilakukan dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan. Namun kehadiran pengawas disini tidak boleh sampai mengganggu peserta tes karena akan berakibat tidak akuratnya hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan tes harus dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes bisa tercapai. 10.
Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria. Dalam penelitian ini digunakan acuan kriteria dalam penskoran. Jadi tinggi rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kriteria yang harus dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 C. Uji Coba Produk 1.
Desain Uji Coba
Desain uji coba yang akan dilakukan sebagai berikut :
Penelaahan oleh Dosen
Penelaahan oleh Guru Fisika Uji Coba Soal Analisis Soal Revisi Melaksanakan Tes Produk
Gambar 3.2. Alur desain ujicoba tes Setelah soal ditelaah oleh dosen pembimbing dan guru Fisika kemudian soal di ujicobakan. Setelah dilakukan ujicoba, soal dianalisis dari daya beda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan keefektifan pengecoh. Setelah dilakukan analisis butir soal maka akan didapat butir soal yang baik. Setelah itu soal dirakit dan dilakukan pengujian tes yang sesungguhnya. 2.
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo dan SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2011. Tempat penelitian secara kualitatif dilaksanakan di kampus UNS dan secara kuantitatif dilaksanakan di SMA Negeri Jumapolo dan SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 3.
Jenis Data
Jenis data dari penelitian ini yaitu
berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelaahan butir tes oleh ahli yang terdiri dari dosen pembimbing dan guru Fisika SMA. b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari respon hasil tes berupa reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan keefektifan distraktor. 4. Instrumen Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian dilakukan dengan beberapa teknik sebagai berikut: a. Instrumen non tes berupa daftar cek. Daftar cek
ini digunakan dalam
penelaahan butir soal. Daftar cek disini berisi pernyataan mengenai ranah materi, konstruksi. Dan bahasa dari butir soal. Penelaah hanya memberi tanda (√) pada nomor soal yang tidak sesuai dengan pernyataan yang diberikan. b. Instrumen tes berupa kisi-kisi dan soal yang telah dikembangkan. Kisi-kisi ini terdiri atas 7 kolom yang masing-masing kolom berisi kompetensi dasar, materi pokok, uraian materi, indikator, jenis soal dan nomor soal. Satu indikator yang dibuat dikembangkan menjadi beberapa soal. Dari kisi-kisi ini dibuat 2 paket soal yaitu Soal A dan Soal B dimana kedua soal tersebut mempunyai kesamaan indikator artinya antara soal A dan soal B memiliki tingkat kesulitan yang hampir sama. D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengisian daftar cek dan wawancara. a. Daftar Cek Daftar cek disini berisi pernyataan mengenai ranah materi, konstruksi. Dan bahasa dari butir soal. Penelaah hanya memberi tanda (√) pada nomor soal yang tidak sesuai dengan pernyataan yang diberikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 b. Wawancara Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan ahli seputar butir soal tes 2. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. a. Analisis kualitatif Sering disebut validitas isi/validitas logis yaitu berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi materi konstruk dan bahasa b. Analisis kuantitatif Diperoleh melalui analisis data hasil uji coba, analisis hasil uji coba dilakukan teori tes klasik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil 1. Spesifikasi Tes
a. Tujuan Tes Pada penelitian ini, tes yang dibuat adalah tes sumatif. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran Fisika.
b. Kisi-Kisi Soal Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Kisi-kisi soal dapat dilihat pada lampiran 3. Ada empat langkah yang telah dilakukan dalam mengembangkan kisikisi tes yaitu: 1) Tujuan umum pelajaran yaitu Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi 2) Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bab suhu dan kalor 3) Indikator yang dikembangkan dalam penelitian ini sejumlah 28 indikator. Indikator ini terdiri dari jenjang C1 sampai C5. 4) Jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada bab suhu dan kalor ini terbagi menjadi 3 Standar Kompetensi yaitu: a) Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat. Meliputi materi suhu, kalor, perubahan wujud, dan pemuaian. Indikator yang dikembangkan untuk SK ini adalah sejumlah 15 indikator dengan jumlah soal 22 soal. b) Menganalisis cara perpindahan kalor. Meliputi materi perpindahan kalor itu sendiri. Perpindahan kalor dibagi menjadi konduksi, konveksi, dan radiasi. commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Indikator yang dikembangkan sejumlah 6 indikator dengan jumlah soal 8 soal. c) Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Meliputi materi asas black dalam pertukaran kalor. Indikator yang dikembangkan untuk SK ini adalah sejumlah 7 indikator dengan jumlah soal 10 soal.
c.
Bentuk Tes Penelitian ini menggunakan tes tertulis bentuk tes objektif pilihan ganda
karena jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak yaitu bab kalor.
d. Panjang Tes Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90-150 menit. Pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2-3 menit untuk tiap butir soal. Pada penelitian ini dibuat tes sebanyak 40 butir soal dengan waktu pengerjaan 90 menit.
2. Soal Tes Dalam menulis soal tes pilihan ganda menggunakan pedoman yang nantinya digunakan dalam penelaahan butir soal oleh ahli. Pedoman ini berisi 3 aspek/ranah yaitu ranah materi, konstruksi, dan bahasa. Di sini penulis pada awalnya mengembangkan 40 indikator dan satu paket soal dengan jumlah 40 butir soal. Setiap indikator dijabarkan menjadi satu soal. Namun selanjutnya soal dikembangkan menjadi dua paket A dan B yang parallel dengan tujuan agar kedua soal tersebut nantinya akan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga di sini terjadi perubahan indikator yang semula sejumlah 40 indikator menjadi 28 indikator karena indikator dibuat lebih umum sehingga memungkinkan dalam satu indikator dapat dibuat beberapa soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 B. Analisis Data Analisis data yang dilakukan meliputi analisis data secara kualitatif dan analisis data secara kuantitatif. 1. Analisis Kualitatif Analisis secara kualitatif dilakukan untuk memperbaiki soal tes sehingga soal tes yang dibuat memiliki kualitas yang baik dilihat dari materi, konstruksi, dan bahasa. Dalam penelaahan butir soal ini digunakan lembar penelaahan berupa daftar cek. Hasil penelaahan soal tes ini dapat dilihat di lampiran 4. Dari analisis kualitatif yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru SMA didapatkan revisi yang terdiri dari 3 ranah yaitu ranah materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut adalah table dari beberapa soal yang direvisi menurut hasil telaah secara kualitatif Tabel 4.1 Tabel Hasil Telaah Kualitatif Tipe Soal
Karakteristik Soal
A
B
Baik
10
35
Direvisi
25
4
Didrop
5
1
Jumlah
40
40
Berikut ini akan dibahas secara lebih terperinci karakteristik soal-soal yang direvisi berikut dengan revisi yang dilakukan dan soal yang didrop berikut dengan penggantinya. Soal A Indikator: Siswa dapat menyatakan satuan-satuan suhu dan kalor 1. Satuan kalor dalam SI adalah… A. Joule B. Kelvin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 C. Kalori D. Kal/ºC E. Celcius Soal di atas memiliki jawaban yang tidak homogen. Homogen di sini artinya bahwa pilihan jawaban memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Hal ini menyalahi persyaratan dalam menulis soal pilihan ganda. Dalam pedoman penulisan soal pilihan ganda ranah konstruksi terdapat pernyataan bahwa “pilihan jawaban homogen”. Pilihan jawaban B dan E bukan merupakan satuan suhu bukan kalor. Hal ini memungkinkan siswa untuk tidak memilih jawaban tersebut yang akan berakibat tidak berfungsinya pengecoh/distraktor. Solusi untuk masalah ini yaitu pilihan jawaban diganti dengan satuan kalor yang lain yaitu erg dan watt. Sehingga soal di atas setelah dilakukan revisi menjadi: 1. Satuan kalor dalam SI adalah… A. erg B. joule C. kalori D. kal/oc E. watt
Indikator: Siswa dapat mengubah dari skala termometer satu ke termometer lain 2. Suhu suatu zat adalah 50oReamur, maka suhu mutlaknya adalah…. A. 313 K B. 323 K C. 335,5 K D. 363 K E. 385,5 Soal di atas memiliki pilihan jawaban yang tidak homogen. Pilihan jawaban C dan E memiliki satu angka di belakang koma sedangkan lainnya tidak ada angka di belakang koma. Pilihan jawaban E belum terdapat satuan dari suhu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Solusi untuk masalah ini yaitu semua pilihan jawaban diberi satu angka di belakang koma dan semua pilihan dilengkapi dengan satuannya. Sehingga setelah dilakukan revisi pada soal di atas menjadi: 2. Suhu suatu zat adalah 50oReamur, maka suhu mutlaknya adalah…. A. 313,0 K B. 323,0 K C. 335,5 K D. 363,0 K E. 385,5 K
Indikator: Siswa dapat menentukan skala dari termometer X ke thermometer Celcius dan sebaliknya 3. Sebuah termometer dengan skala bebas ºX memiliki titik beku air pada -40ºX dan titik didih air 160ºX. pada saat termometer tersebut terbaca 15ºX, maka pada termometer skala celcius terbaca….. A. 17,5ºC
D. 47,5ºC
B. 27,5ºC
E. 57,5ºC
C. 37,5ºC Dalam penulisan butir soal harus diperhatikan tata cara penulisannya. Untuk satuan suhu ditulis dengan huruf besar di depan. Selain itu layout dari soal juga harus diperhatikan. Layout untuk soal pilihan ganda seharusnya pilihan jawaban runtut ke bawah bukan ke samping. Solusi dari masalah ini yaitu penulisan celcius diganti Celcius dan pilihan jawaban dibuat kebawah. Sehingga setelah soal direvisi menjadi: 3. Sebuah termometer dengan skala bebas ºX memiliki titik beku air pada -40ºX dan titik didih air 160ºX. pada saat termometer tersebut terbaca 15ºX, maka pada termometer skala Celcius terbaca….. A. 17,5ºC B. 27,5ºC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 C. 37,5ºC D. 47,5ºC E. 57,5ºC
Indikator: Siswa dapat menerapkan persamaan hubungan kalor dengan suhu (Q = m c ΔT) dalam menyelesaikan soal 4. Apabila kalor uap suatu zat adalah 2250 kJ/kg, maka kalor yang diperlukan untuk menguapkan 200 gram zat tersebut pada titik didihnya ialah...... A. 45 kJ
D. 45000 kJ
B. 450 kJ
E. 450000 kJ
C. 4500 kJ Soal di atas memliki layout yang belum sesuai. Selain itu pilihan jawaban kurang menjebak. Jika pilihan jawaban seperti di atas siswa akan cenderung memilih angka yang terkecil atau yang terbesar. Agar lebih mengecoh siswa, pilihan dibuat dengan jumlah angka yang hampir sama. Untuk pilihan jawaban A dan B yang diubah di sini yaitu satuannya. Yang awalnya dalam satuan kJ diubah kedalam satuan J sehingga jumlah angkanya akan seimbang dengan pilihan D dan E. Sehingga jawaban A menjadi 45000 J, jawaban B menjadi 450000 J. sehingga soal yang sudah direvisi menjadi: 4. Apabila kalor uap suatu zat adalah 2250 kJ/kg, maka kalor yang diperlukan untuk menguapkan 200 gram zat tersebut pada titik didihnya ialah...... A. 45000 J B. 450000 J C. 4500 kJ D. 45000 kJ E. 450000 kJ
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Indikator: Siswa dapat menerapkan hubungan antara kapasitas kalor, massa dan massa jenis dalam soal 5. Bejana tembaga yang massanya 0,25 kg dan kalor jenisnya 390 J kg-1 K-1. Kapasitas kalornya adalah...... A. 97,5 J/K
D. 975
B. 389,75 J/K
E. 1560
C. 390,25 J/K Soal di atas memiliki layout yang belum sesuai. Selain itu pilihan jawaban kurang homogen. Sebisa mungkin pilihan jawaban benar-benar membuat siswa bimbang sehingga pilihan tersebut efektif. Agar bisa bekerja dengan baik pilihan jawaban harus homogen/setara. Jika salah satu jawaban memiliki dua angka di belakang koma maka jawaban yang lain juga demikian. Sehingga solusi untuk masalah ii yaitu semua pilihan jawaban memiliki dua angka di belakang koma. Sehingga soal yang sudah direvisi menjadi: 5. Bejana tembaga yang massanya 0,25 kg dan kalor jenisnya 390 J kg-1 K-1. Kapasitas kalornya adalah...... A. 97,50 J/K B. 389,75 J/K C. 390,25 J/K D. 975,00 J/K E. 1560,00 J/K
Indikator: Siswa dapat memahami zat yang memiliki kalor jenis
tinggi atau
rendah 6. Berapa lama waktu yang diperlukan oleh elemen pemanas 100 watt untuk meleburkan 500 gram es pada 0˚C? (kalor lebur es 3,36 x 105 J/kg) A. 28 menit
D. 5,6 menit
B. 56 menit
E. 1 jam
C. 280 menit Berdasarkan hasil analisis kualitatif oleh guru Fisika SMA konsep yang to user ditanyakan oleh soal di atas tidakcommit diajarkan pada kelas X SMA. Memang konsep
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 energi sudah diajarkan pada kelas IX SMP tetapi konsep tersebut tidak diulang dan dikaitkan dengan konsep kalor. Karena konsepnya tidak diajarkan maka keputusannya indikator dan soal tersebut didrop atau dibuang dan diganti dengan soal yang lain. Dengan pertimbangan bahwa soal sudah terlalu banyak tentang hitungan maka soal di atas diganti dengan soal konsep yang masih dalam cakupan sub bab yang sama. Indikator dan soal beruban menjadi: Indikator: Siswa dapat memahami zat yang memiliki kalor jenis
tinggi atau
rendah 6. Jika suatu zat mempunyai kalor jenis tinggi, maka zat tersebut… A. lambat mendidih B. cepat mendidih C. lambat melebur D. cepat naik suhunya jika dipanaskan E. lambat naik suhunya jika dipanaskan
Indikator: Siswa dapat mengukur volume yang tumpah berdasarkan koefisien muai panjang dan muai ruang zat 7. Sebuah tangki baja yang memiliki koefisien muai panjang 12 x 10-6/ºC, dan bervolume 0,05 m3 diisi penuh dengan bensin yang memiliki koefisien muai ruang 950 x 10-6/ ºC pada temperatur 20ºC. Jika tangki tersebut kemudian dipanaskan sampai 50ºC, maka bensin yang tumpah sebanyak…. A. 457 x 10-6m3
D. 1.828 x 10-6m3
B. 914 x 10-6m3
E. 2.285 x 10-6m3
C. 1.371 x 10-6m3 Soal di atas memiliki layout yang belum sesuai. Pilihan jawaban seharusnya ke bawah bukan ke samping. Sehingga soal di atas setelah direvisi menjadi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 7. Sebuah tangki baja yang memiliki koefisien muai panjang 12 x 10-6/ºC, dan bervolume 0,05 m3 diisi penuh dengan bensin yang memiliki koefisien muai ruang 950 x 10-6/ ºC pada temperatur 20ºC. Jika tangki tersebut kemudian dipanaskan sampai 50ºC, maka bensin yang meluap sebanyak…. A. 457 x 10-6m3 B. 914 x 10-6m3 C. 1.371 x 10-6m3 D. 1.828 x 10-6m3 E. 2.285 x 10-6m3
Indikator: Siswa dapat menganalisis energi yang diperlukan untuk memanaskan air dalam kWh 8. Jika harga listrik adalah Rp 500 per kWh, berapakah biaya pemakaian energi listrik untuk memanaskan air dalam suatu kolam renang (12,0 m x 9,00 m x 1,5 m) dari 15ºC ke 25ºC? Kalor jenis air = 4200 J kg-1 K-1, massa jenis air = 1000 kg m-3 A. Rp 550.000,-
D. Rp 945.000,-
B. Rp 650.000,-
E. Rp 1.250.000,-
C. Rp 825.000,Berdasarkan hasil analisis kualitatif oleh guru Fisika SMA konsep yang ditanyakan oleh soal di atas tidak diajarkan pada kelas X SMA. Memang konsep energi sudah diajarkan pada kelas IX SMP tetapi konsep tersebut tidak diulang dan dikaitkan dengan konsep kalor. Karena konsepnya tidak diajarkan maka keputusannya soal tersebut didrop atau dibuang dan diganti dengan soal yang lain. Dengan pertimbangan bahwa soal sudah terlalu banyak tentang hitungan maka soal di atas diganti dengan soal konsep yang masih dalam cakupan sub bab yang sama. Indikator dan soal beruban menjadi: Indikator: Siswa dapat memahami sifat anomali air commit to user 8. Air dipanaskan dari 0ºC - 4ºC yang terjadi adalah…
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 A. air tetap dalam wujud es B. volumenya bertambah C. massa jenisnya lebih besar D. volumenya tetap E. massa jenisnya tetap
Indikator: Siswa dapat menganalisis kalor jenis zat 9. Zat A dan B bermassa sama. Untuk memperoleh kenaikkan suhu yang sama, zat A memerlukan kalor dua kali lebih banyak daripada kalor yang diperlukan zat B. Hal ini berarti bahwa........ A. kalor jenis zat A = kalor jenis zat B B. kalor zat A = kapasitas kalor zat B C. kalor jenis zat A = dua kali kalor jenis zat B D. kalor jenis zat B = dua kali kalor jenis zat A E. kalor zat B = dua kali kapasitas kalor zat A Soal di atas sudah memiliki layout yang sesuai. Tetapi dari setiap opsi yang diberikan menimbulkan miskonsepsi dimana antara kalor jenis dan kapasitas kalor itu sendiri memiliki hubungan. Jadi sebaiknya option dibuat sesama kalor jenis atau sesama kapasitas kalor. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 9. Zat A dan B bermassa sama. Untuk memperoleh kenaikkan suhu yang sama, zat A memerlukan kalor dua kali lebih banyak daripada kalor yang diperlukan zat B. Hal ini berarti bahwa........ A. kalor jenis zat A = kalor jenis zat B B. kapasitas kalor zat A = kapasitas kalor zat B C. kalor jenis zat A = dua kali kalor jenis zat B D. kalor jenis zat B = dua kali kalor jenis zat A E. kapasitas kalor zat B = dua kali kapasitas kalor zat A
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 Indikator: Siswa dapat menerapkan hubungan kalor lebur, kalor dan massa suatu zat (Q = m L) dalam soal 10.
Untuk melebur 0,6 kg zat bersuhu 1oC diperlukan kalor sebanyak 195 kJ.
Maka besarnya kalor lebur zat tersebut adalah....J/kg. (diketahui titik lebur zat 1oC) A. 5,25 x 105 J/kg
D. 2,25 x 105 J/kg
B. 3,25 x 106 J/kg
E. 2,25 x 103 J/kg
C. 3,25 x 105 J/kg Soal di atas memiliki layout yang belum sesuai. Pilihan jawaban seharusnya ke bawah bukan ke samping. Sehingga soal di atas setelah direvisi menjadi: 10. Untuk melebur 0,6 kg zat bersuhu 1oC diperlukan kalor sebanyak 195 kJ. Maka besarnya kalor lebur zat tersebut adalah....J/kg. (diketahui titik lebur zat 1oC) A. 5,25 x 105 J/kg B. 3,25 x 106 J/kg C. 3,25 x 105 J/kg D. 2,25 x 105 J/kg E. 2,25 x 103 J/kg
Indikator: Siswa dapat menerapkan hubungan kalor lebur, kalor dan massa suatu zat (Q = m L) dalam soal 11. Es diletakkan di dalam sebuah bejana dan dipanasi secara teratur. Suhu es itu dicatat dan hasilnya tampak pada grafik dibawah. Ketika mencapai keadaan dengan label x (es dan air), es berada dalam keadaan....
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Suhu
x 0
Waktu
A. melebur
D. mengembun
B. mendidih
E. membeku
C. mendingin Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Selain itu grafik di atas tidak lengkap dan dapat menimbulkan pengertian ganda/ambigu. Sebaiknya grafik di atas menunjukkan hubungan suhu dengan kalor karena keduanya memiliki hubungan. Selain itu perlu ditambahkan satuan dan besarnya suhu atau kalor. Jika jawaban yang diharapkan dari soal di atas adalah melebur, maka sebaiknya grafik dimulai dari suhu minus (-) sehingga nantinya akan sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Jika grafik dimulai dari suhu 0ºC nantinya akan ada dua kunci jawaban yaitu melebur dan menguap. Jika air yang bersuhu 0ºC masih berwujud padat maka x adalah peristiwa melebur. Sebaliknya jika air yang bersuhu 0ºC berupa cairan maka x adalah peristiwa menguap. Perlu diperhatikan juga untuk pilihan jawaban hendaknya alfabetis sehingga urut. Selain itu supaya pengecoh dapat bekerja dengan baik sebisa mungkin pilihan jawaban homogen. untuk pilihan jawaban mendingin dianggap kurang homogen karena dalam perubahan wujud tidak ada proses mendingin. Hal ini akan membuat pilihan ini kemungkinan besar tidak dipilih siswa sehingga pengecoh tidak bekerja dengan baik. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 11. Es diletakkan di dalam sebuah bejana dan dipanasi secara teratur. Suhu es itu dicatat dan hasilnya tampak pada grafik dibawah. Ketika mencapai keadaan dengan label x (es dan air), es berada dalam keadaan.... commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Suhu (ºC)
x 0
Kalor (kkal) 10
90
-20 A. melebur B. menguap C. mendingin D. mengembun E. membeku
Indikator: Siswa dapat menerapkan persamaan hubungan kalor dengan suhu (Q = m c ΔT) dalam menyelesaikan soal 12. Sebuah besi yang massanya 2 kg dipanaskan dari suhu 28oC sampai 44oC. Ternyata energi yang diperlukan sama dengan 6880 J. Kalor jenis besi tersebut adalah.... A. 78,2 J kg-1K-1
D. 225 J kg-1K-1
B. 205 J kg-1 K-1
E. 122,9 J kg-1 K-1
C. 215 J kg-1 K-1 Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban seharusnya berurutan ke bawah. Selain itu perlu diperhatikan dalam penulisan pilihan jawaban untuk urutan angka hendaknya diurutkan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 12. Sebuah besi yang massanya 2 kg dipanaskan dari suhu 28oC sampai 44oC. Ternyata energi yang diperlukan sama dengan 6880 J. Kalor jenis besi tersebut adalah.... A. 78,2 J kg-1K-1 B. 122,9 J kg-1 K-1 C. 205 J kg-1 K-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 D. 215 J kg-1 K-1 E. 225 J kg-1 K-1
Indikator: Siswa dapat menghitung panjang benda setelah mengalami pemuaian panjang 13. Patung liberty memiliki tinggi 93,000 m dan dibuat dari pelat tembaga [α=17 x 10-6(ºC)-1]. Jika ketinggian ini diukur pada 20 ºC, maka ketinggian ketika suhu 35 ºC adalah… A. 92,764 m
D. 94,460 m
B. 93,024 m
E. 108 m
C. 94,500 m Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu perlu diperhatikan dalam pembuatan soal hendaknya menggunakan contoh yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk patung liberty sebaiknya diganti dengan benda lain yang sering dijumpai siswa misalnya diganti dengan tiang bendera. Sehingga soal di atas setelah direvisi menjadi: 13. Sebuah tiang bendera memiliki tinggi 9,3m dan dibuat dari pelat tembaga [α=17 x 10-6(ºC)-1]. Jika ketinggian ini diukur pada 20 ºC, maka ketinggian ketika suhu 35 ºC adalah… A. 9,3016 m B. 9,3024 m C. 9,3032 m D. 9,3055 m E. 9,3087 m
Indikator: Siswa dapat menganalisis jarak antara dua benda setelah mengalami pemuaian panjang 14. Panjang batang rel kereta api masing-masing 10 meter, dipasang pada suhu pada suhu 20ºC. diharapkan pada suhu 30ºC rel tersebut saling bersentuhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Koefisien muai batang rel kereta api 12 x 10-6 /ºC, jarak antara kedua batang yang diperlukan pada suhu 20ºC adalah… A. 0,6 mm
D. 2,4 mm
B. 0,8 mm
E. 3,8 mm
C. 1,2 mm Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu kalimat yang digunakan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga menimbulkan kerancuan. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 14. Pada suhu 20ºC dua buah batang baja yang masing-masing memiliki panjang 10m didekatkan. Bila koefisien muai batang baja 12 x 10-6 /ºC, berapakah jarak minimal antara kedua batang baja agar pada suhu 30ºC keduanya saling bersentuhan? A. 0,6 mm B. 0,8 mm C. 1,2 mm D. 2,4 mm E. 3,8 mm
Indikator: Siswa dapat menganalisis pertambahan panjang suatu benda 15. Karena suhunya ditingkatkan dari 0ºC menjadi 100 ºC suatu batang baja yang panjangnya 1 meter bertambah panjangnya 1 milimeter. Berapakah pertambahan panjang batang baja tersebut jika panjang awalnya 6 cm dan dipanaskan dari 0ºC sampai 120ºC? A. 0,50 mm
D. 1,20 mm
B. 0,60 mm
E. 2,40 mm
C. 0,72 mm Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu perlu diperhatikan kalimat yang baku dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 menulis soal. Kata penghubung karena hendaknya tidak digunakan di depan kalimat. Sehingga setelah direvisi soal tersebut menjadi: 15. Suatu batang baja yang panjangnya 1 meter bertambah panjangnya 1 milimeter bila dipanaskan dari 0ºC menjadi 100 ºC. Berapakah pertambahan panjang batang baja tersebut jika panjang awalnya 60 cm dan dipanaskan dari 0ºC sampai 120ºC? A. 0,50 mm B. 0,60 mm C. 0,72 mm D. 1,20 mm E. 2,40 mm
Indikator: Siswa dapat menganalisis grafik hubungan Q-T 19. Dari grafik hubungan suhu terhadap kalor yang diperoleh dari percobaan mengubah 1 kg air pada suhu 100ºC menjadi uap, maka diperoleh harga kalor uap air tersebut adalah… Suhu (ºC) Uap 100 Air
0 -20 0
Kalor (Joule) 300 600
2100
A. 300 J kg-1
D. 1800 J kg-1
B. 600 J kg-1
E. 2100 J kg-1
C. 1500 J kg-1 Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Dalam pembuatan grafik jika ada yang tidak berfungsi sebaiknya dihilangkan. Misalnya yang kita harapkan dalam grafik adalah wujud air dan gas (uap), maka grafik yang menunjukkan wujud padat tidak usah commit to user digunakan. Perlu diperhatikan pula bahwa nilai kalor uap adalah dalam satuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 kkal, maka hendaknya satuan yang digunakan dalam table maupun dalam pilihan jawaban adalah kkal. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 19. Dari grafik hubungan suhu terhadap kalor yang diperoleh dari percobaan mengubah 1 kg air pada suhu 100ºC menjadi uap, maka diperoleh harga kalor uap air tersebut adalah…
Suhu (ºC) Uap 100 Air Kalor (kkal) 0
80
100080
100620
A. 80 kkal kg-1 B. 540 kkal kg-1 C. 100000 kkal kg-1 D. 100080 kkal kg-1 E. 100620 kkal kg-1
Indikator: Siswa dapat meramalkan pertambahan benda 21. Panjang beberapa jenis logam pada suhu 30ºC dan koefisien muai panjangnya (α) dinyatakan dalam tabel berikut: Nama Logam
Panjang Awal (𝑙0 )
Koefisien muai panjang(α)
Besi
2m
1,2 x 10-5 ºC-1
Baja
2m
1,1 x 10-5 ºC-1
Alumunium
2m
2,6 x 10-5 ºC-1
Platina
2m
9,0 x 10-5 ºC-1
Tembaga
2m
1,7 x 10-5 ºC-1
Berdasarkan tabel di atas, logam yang terpanjang saat masing-masing suhunya menjadi 130ºC adalah… commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 A. besi
D. platina
B. baja
E. tembaga
C. aluminium Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu perlu diperhatikan dalam penulisan soal jika terdapat perurutan kata hendaknya disusun alfabetis sehingga soal menjadi sistematis. Begitu juga dengan pilihan jawaban hendaknya diurutkan secara alfabetis. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 21. Panjang beberapa jenis logam pada suhu 30ºC dan koefisien muai panjangnya (α) dinyatakan dalam tabel berikut: Nama Logam
Panjang Awal (𝑙0 )
Koefisien muai panjang(α)
Alumunium
2m
2,6 x 10-5 ºC-1
Baja
2m
1,1 x 10-5 ºC-1
Besi
2m
1,2 x 10-5 ºC-1
Platina
2m
9,0 x 10-5 ºC-1
Tembaga
2m
1,7 x 10-5 ºC-1
Berdasarkan tabel di atas, logam yang terpanjang saat masing-masing suhunya menjadi 130ºC adalah… A. alumunium B. baja C. besi D. platina E. tembaga Indikator: Siswa dapat memahami peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi 22. Peristiwa berikut yang merupakan contoh dari peristiwa konduksi adalah… A. air mendidih B. besi yang dipanaskan C. sinar matahari D. angin darat E. angin laut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Soal di atas memiliki jawaban yang tidak homogen. Pilihan jawaban angin darat dan angin laut sebaiknya tidak dipakai keduanya karenan angin darat dan angin laut memiliki perpindahan kalor yang sama yaitu konveksi. Dengan demikian siswa akan mengetahui bahwa keduanya salah sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya pengecoh. Selain itu perlu diperhatikan pula urutan dalam pilihan jawaban. Pilihan jawaban hendaknya disusun secara alfabetis supaya sistematis. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 22. Peristiwa berikut yang merupakan contoh dari peristiwa konduksi adalah… A. air mendidih B. angin darat C. api unggun D. besi yang dipanaskan E. sinar matahari Indikator: Siswa dapat menganalisis perbandingan energi radiasi dari dua benda 23. Gambar di bawah ini adalah benda hitam sempurna yang meradiasi kalor. Perbandingan energi yang diradiasikan antara benda A dan B tiap detik adalah…
1 cm2
3 cm2
A. 1 : 2
D. 4 : 1
B. 1 : 3
E. 1 : 9
C. 3 : 1 Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Dalam menulis soal perlu diperhatikan dengan teliti apakah nantinya soal tersebut akan menimbulkan miskonsepsi atau tidak. Seperti gambar di atas akan memungkinkan menimbulkan penafsiran pada siswa bahwa benda hitam adalah benda yang berwarna hitam karena gambar di atas adalah dua benda commit to dengan warna hitam. Untuk menghindari haluser tersebut soal sebaiknya dibuat narasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 saja. Untuk pilihan jawaban hendaknya yang dapat membuat siswa bingung dan ragu. Pada pilihan A dan D adalah kelipatan dari dua. Sedangkan dari soal diketahui luas permukaannya 1 dan 3. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk tidak memilih keduanya yang berakibat tidak berfungsinya pengecoh. Untuk pilihan A dan D sebaiknya menggunakan angka kelipatan dari 3. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 23. A dan B adalah dua buah benda hitam sempurna yang meradiasi kalor. Benda A dan B
memiliki luas permukaan masing-masing 1 m2 dan 3 m2.
Perbandingan energi yang diradiasikan antara benda A dan B tiap detik adalah…. A. 1 : 27 B. 1 : 3 C. 3 : 1 D. 1:81 E. 1 : 9 Indikator: Siswa dapat memahami peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi 24. Ketika air dalam bejana dijemur diterik matahari, maka lama kelamaan air yang berada pada kedalaman akan memanas. Perpindahan kalor dari permukaan air menuju ke bawah tersebut terjadi secara…. A. Konduksi
D. konduksi dan konveksi
B. Konveksi
E. radiasi dan konveksi
C. radiasi Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu soal di atas sedikit rancu dan dapat menimbulkan miskonsepsi. Jawaban yang diharapkan dari soal ini adalah proses konveksinya pada air saja. Jadi dalam pernyataannya pun seharusnya lebih diperjelas kalimatnya. Setelah direvisi soal di atas menjadi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 24. Ketika air dalam bejana dijemur diterik matahari, maka lama kelamaan air dipermukaan akan memanas dan merambat sampai didasar bejana. Perpindahan kalor dari permukaan air menuju ke dasar bejana tersebut terjadi secara…. A. konduksi B. konveksi C. radiasi D. konduksi dan konveksi E. radiasi dan konveksi Indikator: Siswa dapat menghitung kalor pada konveksi, konduksi dan radiasi 25. Suhu kulit seseorang kira-kira 32 ºC. jika orang yang luas permukaan tubuhnya kira-kira 1,6 m2 berada dalam ruang yang suhunya 22 ºC, maka kalor yang dilepaskan tubuh orang itu melalui konveksi selama 5 menit adalah…(h = 7 J s-1m-2K-1) A. 10,2 J
D. 33600 J
B. 336 J
E. 168000 J
C. 1020 J Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Seharusnya pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu sebisa mungkin pilihan jawaban dibuat sehomogen mungkin. Jika terdapat urutan angka sebaiknya antara angka satu dengan yang lain tidak jauh berbeda, baik dengan jumlah angkanya itu sendiri maupun nilainya. Dapat dilihat pada jawaban di atas jawaban dimulai dari angka yang terkecil yaitu puluhan sampai yang terbesar yaitu ratusan ribuan. Siswa akan mengira bahwa angka yang terkecil atau angka yang terbesar adalah jawabannya. Hal ini tentu akan membuat pengecoh tidak berfungsi. Itulah pentingnya homogenitas jawaban. Supaya jawaban menjadi homogeny di sini dibuat range dari ratusan sampai ribuan saja. Untuk angka ratusan ribu di atas dapat disederhanakan dengan menggunakan satuan kJ. Namun perlu diperhatikan pula jika menggunakan satuan yang berbeda dengan yang lain sebaiknya tidak hanya satu jawaban saja yang menggunakannya. Hal ini tentunya akan menarik perhatian commit to user siswa untuk memilih jawaban tersebut. Setelah direvisi soal di atas menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 25. Suhu kulit seseorang kira-kira 32 ºC. jika orang yang luas permukaan tubuhnya kira-kira 1,6 m2 berada dalam ruang yang suhunya 22 ºC, maka kalor yang dilepaskan tubuh orang itu melalui konveksi selama 5 menit adalah…(h = 7 J s-1m-2K-1) A. 104,16 J B. 560 J C. 33,6 kJ D. 73,92 kJ E. 181,44 kJ Indikator: Siswa dapat menyusun proses terjadinya angin darat dan angin laut 26. Pada suatu hari yang panas, angin sepoi-sepoi bertiup dari laut menuju darat sebab… A. laut menyerap kalor lebih cepat daripada darat B. laut ada pada suhu yang lebih tinggi daripada darat C. air laut membentuk arus konveksi D. laut mengalami kenailan suhu yang lebih perlahan E. air laut diuapkan Soal di atas memiliki pilihan jawaban yang rancu. Misal pada pernyataan A kurang jelas apakah laut yang menyerap kalor atau angin di laut yang menyerap kalor. Selain itu perlu diperhatikan dalam membuat pilihan jawaban hendaknya homogen. Homogen di sini baik itu homogen dalam keterkaitan materi maupun panjang kalimat. Pilihan jawaban hendaknya logis. Logis ini akan membuat siswa bingung dan ragu. Hanya siswa yang benar-benar menguasai materi yang dapat mengetahui jawabannya. Sebisa mungkin hindari pilihan jawaban yang mudah ditebak oleh siswa. Oleh karena itu panjangnya pernyataan dari setiap pilihan juga harus diperhatikan. Jangan sampai ada pilihan jawaban yang panjang sendiri atau pendek sendiri. Hal itu akan membuat siswa cenderung memilihnya sehingga akan berakibat tidak berfungsinya pengecoh. Soal di atas bisa dibuat soal dengan tingkat kognitif yang lebug tinggi yaitu sintesis. Sintesis dapat memuat soal yang menanyakan perurutan dari sebuah user peristiwa. Angin darat/angin lautcommit adalahtoperistiwa yang mempunyai perurutan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membuat soal yang memiliki tingkat kognitif yang lebih tinggi. Sehingga indikator dan soal di atas akan menjadi: 26. Berikut ini adalah urutan proses terjadinya angin laut. Urutan yang benar adalah… (i)
udara di daratan naik ke atas
(ii)
udara di daratan memuai sehingga massa jenisnya mengecil
(iii) daratan lebih cepat panas dari pada lautan (iv) tempat yang ditinggalkan akan ditempati angin dingin dari laut A. i, ii, iii, iv B. i, iii, ii, iv C. ii, i, iii, iv D. iii, i, ii, iv E. iii, ii, i, iv Indikator: Siswa dapat menghitung kalor pada konveksi, konduksi dan radiasi 27. Kawat wolfram yang emisivitasnya 0,5 di dalam bola lampu berpijar pada suhu 1.000 K. Jika luas permukaan yang berpijar 10-6 m2 dan berpijar selama 4 sekon, maka jumlah energi radiasi yang dipancarkan adalah…(konstanta stefan-boltzman σ = 5,67 x 10-8 W/m2K4) A. 1,134 x 10-3 joule
D. 5,67 x 10-1 joule
B. 5,67 x 10-2 joule
E. 1,134 x 101 joule
C. 1,134 x 10-1 joule Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Seharusnya pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu soal di atas dapat menimbulkan pengertian ganda. Pernyataan bahwa kawat wolfram di dalam lampu dan berpijar dan luas yang berpijar adalah 10-6 m2 akan menimbulkan pertanyaan apakah kawatnya yang berpijar atau bola lampunya yang berpijar. Karena di sini yang dimaksud adalah kawatnya yang berpijar sebaiknya pernyataan bahwa kawat tersebut di dalam lampu ditiadakan. Selain itu pilihan jawaban sebisa mungkin dibuat sehomogen mungkin. Jumlah angka di belakang koma seharusnya dibuat seragam supaya soal terlihat rapi dan sistematis. Setelah direvisi soal di atas commit to user menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 27. Kawat wolfram yang emisivitasnya 0,5 berpijar pada suhu 1.000 K. jika luas permukaan yang berpijar 10-6 m2 dan berpijar selama 4 sekon, maka jumlah energi radiasi yang dipancarkan adalah…(konstanta stefan-boltzman σ = 5,67 x 10-8 W/m2K4) A. 1,134 x 10-3 joule B. 5,670 x 10-2 joule C. 1,134 x 10-1 joule D. 5,670 x 10-1 joule E. 1,134 x 101 joule Indikator: Siswa memahami zat dalam perambatan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi 28. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi…. A. hanya dalam zat padat B. hanya dalam zat cair C. hanya dalam gas D. dalam zat cair dan gas E. dalam zat cair, padat dan gas Soal di atas memiliki pilihan jawaban yang tidak sistematis. Pilihan jawaban hendaknya disusun secara alfabetis sehingga soal menjadi sistematis. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 28. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi…. A. dalam zat cair dan gas B. dalam zat cair, padat dan gas C. hanya dalam gas D. hanya dalam zat cair E. hanya dalam zat padat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Indikator: siswa dapat menghitung suhu campuran benda 29. Jika 75 gram air yang suhunya 0º C dicampur dengan 50 gram air yang suhunya 100ºC, maka suhu akhir campuran itu adalah…. A. 25ºC B. 40 ºC C. 60 ºC D. 65 ºC E. 75 ºC Soal di atas sudah cukup baik hanya saja masih kurang lengkap yaitu tidak adanya keterangan harga cair = 4200 J/ºC. Tuliskan sejelas mungkin apa saja yang perlu diketahui siswa untuk menyelesaikan soal. Jangan sampai siswa tidak bisa menjawab karena sesuatu yang seharusnya mereka ketahui. Jadi pokok soal harus dirumuskan dengan jelas. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 29. Jika 75 gram air yang suhunya 0º C dicampur dengan 50 gram air yang suhunya 100ºC, maka suhu akhir campuran itu adalah….(cair = 4200 J/ºC) A. 25ºC B. 40 ºC C. 60 ºC D. 65 ºC E. 75 ºC Indikator: Siswa dapat menganalisis selisih kalor yang diserap oleh dua benda 30. Bola besi dan bola alumunium mempunyai massa dan suhu yang sama sebesar 1 kg dan 30oC, kalor jenis masing-masing adalah 0,11 kal/gr oC dan 0,22 kal/gr oC. Kemudian kedua bola tersebut dimasukkan ke dalam air yang temperaturnya 100oC. Apabila suhu keseimbangan (akhir) 60oC, maka perbedaan jumlah kalor yang diserap oleh masing-masing bola tersebut adalah..... A. 1,1 kkal
D. 6,6 kkal
B. 2,2 kkal
E. 9,9 kkal
C. 3,3 kkal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Soal di atas memiliki layout yang tidak sesuai. Seharusnya pilihan jawaban dibuat berurutan kebawah. Selain itu soal tersebut masih kurang lengkap yaitu tidak adanya keterangan harga cair = 4200 J/ºC. Tuliskan sejelas mungkin apa saja yang perlu diketahui siswa untuk menyelesaikan soal. Jangan sampai siswa tidak bisa menjawab karena sesuatu yang seharusnya mereka ketahui. Jadi pokok soal harus dirumuskan dengan jelas. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 30. Bola besi dan bola alumunium mempunyai massa dan suhu yang sama sebesar 1 kg dan 30oC, kalor jenis masing-masing adalah 0,11 kal/gr oC dan 0,22 kal/gr oC. Kemudian kedua bola tersebut dimasukkan ke dalam air yang temperaturnya 100oC. Apabila suhu keseimbangan (akhir) 60oC, maka perbedaan jumlah kalor yang diserap oleh masing-masing bola tersebut adalah.....(cair = 1 kal/gr ºC) A. 1,1 kkal B. 2,2 kkal C. 3,3 kkal D. 6,6 kkal E. 9,9 kkal Indikator: Siswa dapat memahami laju perpindahan kalor 35. Sebuah batang besi yang massanya 3 kg bersuhu 50oC dimasukkan ke dalam air yang bermassa 10 kg dan bersuhu 27oC di dalam suatu ember. Pernyataan berikut yang benar adalah.... A. kalor mengalir dari air ke batang besi karena suhu batang besi lebih tinggi daripada suhu air B. kalor mengalir dari air ke batang besi karena massa air lebih besar daripada massa batang besi C. kalor mengalir dari batang besi ke air karena massa batang besi lebih besar daripada massa air D. kalor mengalir dari batang besi ke air karena suhu batang besi lebih tinggi daripada suhu air E. tidak ada aliran kalor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Soal di atas memiliki pilihan panjang tiap jawaban yang tidak sama. Pilihan A sampai D semuanya berkalimat panjang. Sedangkan pilihan jawaban E sangat pendek. Pilihan jawaban yang lain dari yang lainnya akan mudah menarik perhatian siswa. Biasanya siswa cenderung memilihnya atau tidak memilihnya sama sekali. Padahal pengecoh dibuat untuk membuat siswa ragu dalam memilih. Jika tidak membuat ragu kemungkinan besar pengecoh tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Hal seperti ini akan memungkinkan siswa memilih atau tidak memilih jawaban tersebut yang berakibat pengecoh tidak berfungsi. Oleh karena itu pilihan jawaban E sebaiknya dibuat panjang seperti pilihan yang lain. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 35. Sebuah batang besi yang massanya 3 kg bersuhu 50oC dimasukkan ke dalam air yang bermassa 10 kg dan bersuhu 27oC di dalam suatu ember. Pernyataan berikut yang benar adalah.... A. kalor mengalir dari air ke batang besi karena suhu batang besi lebih tinggi daripada suhu air B. kalor mengalir dari air ke batang besi karena massa air lebih besar daripada massa batang besi C. kalor mengalir dari batang besi ke air karena suhu batang besi lebih tinggi daripada suhu air D. kalor mengalir dari batang besi ke air karena massa batang besi lebih besar daripada massa air E. kalor mengalir dari batang besi ke air karena suhu besi lebih rendah daripada suhu air
Indikator: Siswa dapat mengukur suhu campuran dua benda yang berbeda dalam kalorimeter 37. Sebuah kalorimeter yang memiliki kapasitas kalor 40 kal˚C-1 berisi 200 gram air suhunya 20 oC akan dipakai untuk menentukan kalor jenis kuningan. Ke dalam kalorimeter itu dimasukkan 100 gram kuningan bersuhu 80 oC. jika suhu akhir air 22 oC dan kalor jenis air 1 kal g-1 oC-1, berapa kalor jenis commit to user kuningan itu?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 A. 0,0083 kal g-1 oC-1 B. 0,083 kal g-1 oC-1 C. 0,83 kal g-1 oC-1 D. 8,3 kal g-1 oC-1 E. 83 kal g-1 oC-1 Soal di atas didrop/dibuang karena berdasarkan hasil penelaahan oleh guru Fisika materi tersebut tidak diajarkan. Solusinya yaitu mencari indikator dan soal lain yang diajarkan dalam kelas. Oleh karena itu soal di atas diganti indikator dan soalnya sebagai berikut: 37. Es massanya 125 gram dan bersuhu 0ºC dimasukkan ke dalam 500 gram air yang bersuhu 2ºC, ternyata es melebur seluruhnya. Bila kalor lebur es = 80 kal/gr dan kalor jenis air 1 kal/g ºC, maka suhu akhir campuran adalah.... A. 0ºC B. 5ºC C. 10ºC D. 15ºC E. 20ºC Indikator: Siswa dapat menganalisis massa benda menggunakan kalorimeter 39. Sebuah kalorimeter yang memiliki kapasitas kalor 20 kal˚C-1 berisi 112 gram air suhunya 20oC. Selanjutnya ke dalam kalorimeter dimasukkan besi panas yang suhunya 75˚C dan kalor jenisnya 0,11 kal/g ˚C, dan setelah diaduk suhu akhirnya 35˚C. Maka massa besi tersebut adalah… A. 50 gram
D. 100 gram
B. 60 gram
E. 150 gram
C. 75 gram Soal di atas didrop/dibuang karena berdasarkan hasil penelaahan oleh guru Fisika materi tersebut tidak diajarkan. Solusinya yaitu mencari indikator dan soal lain yang diajarkan dalam kelas. Oleh karena itu soal di atas diganti indikator dan soalnya sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Indikator: Siswa dapat memahami asas black 39. Sepotong logam 50 gram yang suhunya 95oC dicelupkan ke dalam 250 gram air yang suhunya 17oC. Setelah keadaan setimbang suhu campuran menjadi 19,4 oC. Jika kalor jenis air 1 kal/g ºC, maka kalor jenis logam ini adalah.... A. 0,16 kalori/gram oC B. 1,6 kalori/gram oC C. 16 kalori/gram oC D. 160 kalori/gram oC E. 1600 kalori/gramºC Indikator: Siswa dapat memahami asas black 40. Sebatang logam yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam air dingin dalam kalorimeter, kemudian diaduk sampai diperoleh suhu setimbang. Jika besarnya kalor yang diterima kalorimeter dan air ( Qk , Qa ), sedangkan besarnya kalor yang dilepas logam ( Q1 ). Pernyataan yang benar menurut asas Black adalah....... A. Qserap Qlepas
Qa + Qk = Q1 B. Qserap Qlepas
Qa + Q1 = Qk
D. Qserap Qlepas
Qk + Q1 = Qa E. Qserap Qlepas
Q1 = Qa + Qk
C. Qserap Qlepas
Qa = Qk + Q1 Soal di atas didrop/dibuang karena berdasarkan hasil penelaahan oleh guru Fisika materi tersebut tidak diajarkan. Solusinya yaitu mencari indikator dan soal lain yang diajarkan dalam kelas. Oleh karena itu soal di atas diganti indikator dan soalnya sebagai berikut: Indikator: Siswa dapat menghitung suhu campuran benda 40. Air bermassa 100 gram dengan suhu 100oC dicampur dengan air 200 gram yang suhunya 25 oC, maka suhu akhir campuran itu adalah....... A. 37,5 oC B. 50 °C
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 C. 55 °C D. 65 °C E. 68 °C
Soal B Indikator: Siswa dapat meramalkan pertambahan benda berdasarkan data koefisien muai panjangnya 13. Panjang beberapa jenis logam pada suhu 30ºC dan koefisien muai panjang (α) dinyatakan dalam tabel berikut: Nama Logam
Panjang Awal (𝑙0 )
Koefisien muai panjang(α)
Alumunium
2m
2,6 x 10-5 ºC-1
Baja
2m
1,1 x 10-5 ºC-1
Besi
2m
1,2 x 10-5 ºC-1
Platina
2m
9,0 x 10-5 ºC-1
Tembaga
2m
1,7 x 10-5 ºC-1
Berdasarkan tabel di atas, saat setiap logam dipanaskan sampai 130ºC maka logam yang terpendek adalah… A. aluminium B. baja C. besi D. platina E. tembaga Soal di atas sudah cukup baik dari segi layout. Hanya saja kurang diperjelas agar tidak menimbulkan pertanyaan pada saat pelaksanaan tes. Panjang yang dimaksud adalah panjang awal dan dilengkapi dengan lambang dalam Fisika yaitu 𝑙0 . Dengan demikian siswa akan terbiasa mengenal lambing atau symbolsimbol dalam Fisika. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 13. Panjang awal (𝑙0 ) beberapa jenis logam pada suhu 30ºC dan koefisien muai panjang (α) masing-masing logam tersebut dinyatakan dalam tabel berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Nama Logam
Panjang Awal (𝑙0 )
Koefisien muai panjang(α)
Alumunium
2m
2,6 x 10-5 ºC-1
Baja
2m
1,1 x 10-5 ºC-1
Besi
2m
1,2 x 10-5 ºC-1
Platina
2m
9,0 x 10-5 ºC-1
Tembaga
2m
1,7 x 10-5 ºC-1
Berdasarkan data di atas, saat setiap logam dioanaskan sampai 130ºC maka logam yang terpendek adalah… A. aluminium B. baja C. besi D. platina E. tembaga Indikator: Siswa dapat menganalisis kenaikan suhu benda berdasarkan perbandingan massanya dan kalor jenis benda 14. Satu bongkah logam dipanaskan selama selang waktu tertentu dan diamati suhunya bertambah 12ºC. Jika jumlah kalor yang sama diberikan kepada satu bongkah logam lain yang mempunyai massa separonya dan kalor jenis dua kalinya, kenaikan suhunya adalah… A. 3ºC B. 6ºC C. 12ºC D. 24ºC E. 48ºC Soal di atas sudah cukup baik dari segi layout maupun pilihan jawabannya. Hanya saja perlu diperhatikan dalam membuat soal hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata-kata yang digunakan adalah kata baku. Kata separo adalah kata yang tidak baku sehingga harus menggunakan kata yang baku yaitu separuh. Sehingga soal di atas setelah direvisi menjadi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 14. Satu bongkah logam dipanaskan selama selang waktu tertentu dan diamati suhunya bertambah 12ºC. Jika jumlah kalor yang sama diberikan kepada satu bongkah logam lain yang mempunyai massa separuhnya dan kalor jenis dua kalinya, kenaikan suhunya adalah… A. 3ºC B. 6ºC C. 12ºC D. 24ºC E. 48ºC Indikator: Siswa dapat menerapkan hubungan kalor lebur, kalor dan massa suatu zat (Q = m L) dalam soal 19. Apabila kalor lebur suatu zat 100 kal/g, kalor yang diperlukan untuk melebur 12 kg zat tersebut sebesar… A. 12 x 102 B. 12 x 103 C. 12 x 104 D. 12 x 105 E. 12 x 106 Dalam membuat soal yang baik, kalimat yang digunakan adalah kalimat yang baik. Kalimat yang baik adalah kalimat yang terdapat subjek dan objek. Sebisa mungkin tidak menggunakan kata penghubung di awal kalimat. Selain itu perlu diperhatikan pula penggunaan satuan sehingga siswa tahu akan mengkonversikan ke satuan yang dimaksud. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 19. Suatu zat padat memiliki massa 12 kg dan kalor lebur zat 100 kal/g. Kalor yang diperlukan untuk melebur zat menjadi cair seluruhnya sebesar…(kal) A. 12 x 102 B. 12 x 103 C. 12 x 104 D. 12 x 105 E. 12 x 106 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Indikator: Siswa dapat menganalisis energi yang diperlukan untuk memanaskan air dalam kWh 22. Biaya untuk memanaskan 10 kg air dari suhu 20 ºC menjadi 100 ºC bila setiap kWh harganya 300 rupiah adalah… A. 280 rupiah B. 560 rupiah C. 600 rupiah D. 2720 rupiah E. 820 rupiah Berdasarkan hasil analisis kualitatif oleh guru Fisika SMA konsep yang ditanyakan oleh soal di atas tidak diajarkan pada kelas X SMA. Memang konsep energi sudah diajarkan pada kelas IX SMP tetapi konsep tersebut tidak diulang dan dikaitkan dengan konsep kalor. Karena konsepnya tidak diajarkan maka keputusannya soal tersebut didrop atau dibuang dan diganti dengan soal yang lain. Dengan pertimbangan bahwa soal sudah terlalu banyak tentang hitungan maka soal di atas diganti dengan soal konsep yang masih dalam cakupan sub bab yang sama. Indikator dan soal beruban menjadi: Indikator: Siswa dapat memahami sifat anomali air 22. Air dipanaskan dari 0ºC - 4ºC yang terjadi adalah… A. air tetap dalam wujud es B. volumenya bertambah C. massa jenisnya lebih besar D. volumenya tetap E. massa jenisnya tetap Indikator: Siswa dapat memahami peristiwa konduksi, konveksi dan radiasi 26. Pada saat kita mengaduk kopi panas menggunakan sendok maka lama kelamaan tangan kita ikut merasa panas. Perpindahan kalor dari kopi ke tangan terjadi secara… A. konduksi B. konveksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 C. konduksi dan konveksi D. radiasi E. radiasi dan konveksi Soal di atas memiliki makna ganda dan dapat menimbulkan miskonsepsi. Jawaban yang diharapkan dari soal di atas adalah konduksi. Jadi soal hendaknya menegaskan peristiwa konduksinya. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 26. Pada saat kita mengaduk kopi panas menggunakan sendok maka lama kelamaan tangan kita ikut merasa panas. Perpindahan kalor dari ujung sendok yang tercelup kopi ke tangan tersebut terjadi secara… A. konduksi B. konveksi C. konduksi dan konveksi D. radiasi E. radiasi dan konveksi 1. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif berdasar dari data empiris hasil uji coba soal. Analisis kuantitatif meliputi daya beda, tingkat kesukaran, keefektifan pengecoh, dan reliabilitas. Hasil perhitungan data secara kuantitatif ini dapat dilihat di lampiran 6. Di bawah ini adalah tabel data hasil analisis secara kuantitatif:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Tabel 4.2 Tabel Hasil Telaah Kuantitatif Tipe A Karakteristik Soal
Daya Beda
Tipe B
Nomor Soal
Jumlah (%)
Nomor Soal
Jumlah (%)
Baik
1,3,4,6,7,11, 15,19,23,25, 27,29,33,34,38
15 (37,5%)
5,7,11,13,16,17, 27,29,33
9 (22,5%)
Sedang
26,32,35,37
4 (10%)
11 (27,5%)
Jelek
2,5,8,9,10,12, 13,14,16,17,18, 20,21,22,24,28, 30,31,36,39,40
21 (52,5%)
Sukar
13,14,16,17,22, 26,28,35,37
9 (22,5%)
1,3,6,9,24,30,31, 32,35,36,40 2,4,8,10,12,14,15, 18,19,20,21,22,23, 25,26,28,34,37,38, 39 4,8,9,15,19,20,21, 22,25,28,30,34,37, 38,39,40 2,3,5,6,7,10,11,12, 13,14,16,17,23,26, 27,29,31,32,33,35, 36
20 (50%) 16 (40%)
1,2,3,4,6,7,8, 9,11,15,19,20, 23 21 Sedang 23,24,25,27,29,30 (57,5%) (52,5%) 32,33,34,36,38 5,10,12,18,21, 8 3 1,18,24 Mudah 31,39,40 (20%) (7,5%) 1,3,4,6,7,8,11,13, 1,3,5,6,7,11,13,14, 14,15,16,17,19,23, 15,16,17,18,23,24, 26 24 Baik 25,26,27,28,29,30, 25,26,27,29,30,31, (65%) (60%) Keefektifan 32,33,34,35,37,38 32,33,35,36, Pengecoh 2,5,9,10,12,18,20, 2,4,8,9,10,12,19,20, 14 16 21,22,28,34,37,38, Jelek 21,22,24,31,36,39, (35%) (40%) 40 39,40 Tingkat Kesukaran
Dari tabel dapat dilihat untuk soal tipe A sebanyak 37,5% memiliki daya beda baik, 10% memiliki daya beda sedang, dan 52,5% memiliki daya beda jelek. Sedangkan untuk soal B sebanyak 22,5% memiliki daya beda baik, 27,5% memiliki daya beda sedang, dan 50% memiliki daya beda jelek. Untuk tingkat kesukaran, soal tipe A memiliki 22,5% soal dengan kategori sukar, 57,5% berkategori sedang, dan 20% berkategori mudah. Untuk soal tipe B sebanyak 16% berkategori susah, 21,5% berkategori sedang, dan 7,5% berkategori mudah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 Untuk keefektifan pengecoh, soal tipe A memiliki 65% soal dengan pengecoh yang berfungsi dengan baik sedangkan sisanya yaitu sebanyak 35% pengecoh tidak berfungsi dengan baik. Untuk tipe soal B sebanyak 60% soal memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 40% meiliki pengecoh yang tidak berfungsi dengan baik. Untuk reliabilitas dari soal, soal A memiliki reliabilitas sebesar 0,71 yang termasuk kategori tinggi dan soal B memiliki reliabilitas sebesar 0,67 yang berarti tinggi. Reliabilitas ini menunjukkan jeajegan suatu soal tes. Semakin tinggi nilai reliabilitas akan semakin ajeg soal tersebut. Dari data yang diperoleh mengenai daya beda, tingkat kesukaran, dan keefektifan pengecoh, maka dipilihlah soal yang baik yaitu butir soal yang memenuhi kriteria daya beda yang baik, tingkat kesukaran yang sedang, dan keefektifan pengecoh yang baik. Dari penyaringan tersebut maka didapat soal yang baik untuk tipe A sebanyak 14 soal yaitu soal dengan nomor 1, 3, 4, 7, 11, 15, 19, 23, 25, 27, 29, 33, 34, dan 38. Sedangkan untuk soal tipe B didapat soal dengan kriteria baik sebanyak 16 soal yaitu soal dengan nomor 3, 5, 6, 7, 11, 13, 14, 16, 17, 27, 29, 31, 32, 33, 35, dan 36. C. Data Uji Coba Uji coba penting dilakukan untuk mengetahui kualitas soal secara kuantitatif. Data yang diperoleh dari uji coba akan dianalisis dari segi daya beda, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan keefektifan pengecoh. Ujicoba dilakukan di kelas X1 dan X2 SMA Negeri Jumapolo Karanganyar Dari uji coba tersebut diperoleh data empiris yang nantinya akan dianalisis secara kuantitatif. Data uji coba dapat dilihat di lampiran 7.
D. Revisi Produk Revisi produk dilakukan berdasarkan data hasil analisa kuantitatif. Dari data kualitatif didapat daya beda, tingkat kesukaran, keefektifan pengecoh, dan reliabilitas. Daya beda soal yang berada pada range 0,2-0,39 inilah yang nantinya to user akan direvisi. Berikut adalah revisicommit dari soal pilihan ganda materi Suhu dan Kalor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
1.
Suhu suatu zat adalah 64o Fahrenhait, maka suhu zat tersebut dalam celcius adalah…. A. 16,7ºC B. 22,2ºC C. 34,4ºC D. 52,2ºC E. 54,0ºC
Soal di atas memiliki angka yang sulit dihitung karena berupa pecahan. Untuk itu sebaiknya soal diganti dengan angka yang menghasilkan jawaban yang mudah dihitung dan tidak berupa pecahan. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 1.
Suhu suatu zat adalah 113o Fahrenhait, maka suhu zat tersebut dalam celcius adalah…. A. 45ºC B. 62ºC C. 80ºC D. 90ºC E. 171ºC
2.
Sebuah batang kuningan (α = 1,8 x 10-5/ºC) memiliki panjang 7 meter ketika diukur pada suhu 27ºC. Panjang batang kuningan tersebut ketika diukur pada suhu 37ºC adalah… A. 7,000126 m B. 7,001260 m C. 7,003402 m D. 7,004662 m E. 7,008064 m Soal di atas memiliki perubahan suhu yang relatif kecil sehingga bila
dihitung tidak terlalu signifikan pertambahan panjang benda. Selain itu angka yang terlalu kecil akan mengakibatkan banyaknya angka di belakang koma. Oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 sebab itu sebaiknya perubahan suhu dibuat sedikit lebih besar. Setelah direvisi soal di atas menjadi: 2.
Sebuah batang kuningan (α = 1,8 x 10-5/ºC) memiliki panjang 7 meter ketika diukur pada suhu 27ºC. Panjang batang kuningan tersebut ketika diukur pada suhu 77ºC adalah… A. 7,001260 m B. 7,003402 m C. 7,006300 m D. 7,004662 m E. 7,008064 m
3.
Jika 75 gram air yang suhunya 0ºC dicampur dengan x gram air yang suhunya 100ºC menghasilkan suhu campuran 40ºC. Maka besarnya x adalah… A. 10 gram B. 20 gram C. 25 gram D. 50 gram E. 75 gram Soal di atas kurang lengkap karena suhu campuran akan dapat kita hitung
dengan tepat jika dikondisikan pertukaran kalor terjadi antara keduanya artinya dianggap tidak ada pengaruh kalor dari lingkungan. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 3.
Jika 75 gram air yang suhunya 0ºC dicampur dengan x gram air yang suhunya 100ºC menghasilkan suhu campuran 40ºC dan pertukaran kalor hanya terjadi antara keduanya, maka besarnya x adalah… A. 10 gram B. 20 gram C. 25 gram D. 50 gram E. 75 gram
4.
Sebanyak 100 gram air pada suhu 2ºC dicampur dengan 200 gram air pada commit to user suhu 80ºC. Maka suhu akhir campurannya adalah…
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
A. 30,0ºC B. 32,5ºC C. 48,0ºC D. 54,0ºC E. 71,0ºC Soal di atas kurang lengkap karena suhu campuran akan dapat kita hitung dengan tepat jika dikondisikan pertukaran kalor terjadi antara keduanya artinya dianggap tidak ada pengaruh kalor dari lingkungan. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 4. Sebanyak 100 gram air pada suhu 2ºC dicampur dengan 200 gram air pada suhu 80ºC. Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara keduanya, maka suhu akhir campurannya adalah… A. 30,0ºC B. 32,5ºC C. 48,0ºC D. 54,0ºC E. 71,0ºC 5. Dua buah benda yang suhunya P dan Q (P>Q) dicampurkan dan pada akhir pencampuran didapat suhu R. Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara keduanya, maka pernyataan yang benar adalah… A. P + Q = R B. P + Q < R C. P > R > Q D. Q > R > P E. Q < R < P Soal di atas kurang lengkap karena suhu campuran akan dapat kita hitung dengan tepat jika dikondisikan pertukaran kalor terjadi antara keduanya artinya dianggap tidak ada pengaruh kalor dari lingkungan. Sehingga setelah direvisi soal commit to user di atas menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 5.
Dua buah benda yang suhunya P dan Q (P>Q) dicampurkan dan pada akhir pencampuran didapat suhu R. Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara keduanya, maka pernyataan yang benar adalah… A. P + Q = R B. P + Q < R C. P > R > Q D. Q > R > P E. Q < R < P
6.
Air panas yang suhunya 80ºC dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air dingin yang suhunya 20ºC, maka pernyataan yang benar adalah......... (i). Air panas melepaskan kalor (ii). Air panas menerima kalor (iii). Air dingin menerima kalor (iv). Air dingin melapas kalor A. (i), (ii) dan (iii) B. (i)dan (iii) C. (ii)dan (iv) D. (iv) saja E. (i), (ii), (iii) dan (iv) Soal di atas kurang lengkap karena suhu campuran akan dapat kita hitung
dengan tepat jika dikondisikan pertukaran kalor terjadi antara keduanya artinya dianggap tidak ada pengaruh kalor dari lingkungan. Sehingga setelah direvisi soal di atas menjadi: 6.
Air panas yang suhunya 80ºC dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air dingin yang suhunya 20ºC, jika pertukaran kalor hanya terjadi antara keduanya, maka pernyataan yang benar adalah......... (i). Air panas melepaskan kalor (ii). Air panas menerima kalor (iii). Air dingin menerima kalor (iv). Air dingin melapas kalor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 A. (i), (ii) dan (iii) B. (i)dan (iii) C. (ii)dan (iv) D. (iv) saja E. (i), (ii), (iii) dan (iv)
E. Kajian Produk Akhir Soal yang telah dilakukan revisi maka jadilah soal-soal yang memiliki kualitas baik yang siap digunakan untuk pelaksanaan tes materi Suhu dan Kalor melalui E-Learning di SMA N Kebakkramat Karanganyar. Soal ini berjumlah 30 butir soal Fisika bab Suhu dan Kalor dengan waktu untuk mengerjakan soal selama 60 menit. Jumlah soal yang dihasilkan relatif sedikit karena soal ini dianalisis dengan teori tes klasik dimana hasil tes selain disaring dari segi daya beda, tingkat kesukaran, pengecoh, dan reliabilitas juga dipengaruhi oleh siswa peserta tes itu sendiri. Bila kelas yang dikenai tes adalah kelompok siswa yang berkemapuan tinggi maka soal akan tampak mudah dan tingkat kesukarannya tinggi (presentase siswa yang dapat menjawab soal besar). Sebaliknya jika kelompok yang dikenai tes adalah kelompok dengan tingkat kemapuan rendah maka tes akan terlihat lebih sulit dan tingkat kesukaran kecil (presentase siswa yang dapat menjawab soal kecil). Soal ini diujikan dengan menggunakan E-Learning berbasis MOODLE. Adapun cara peserta tes untuk mengikuti tes yaitu: 1. Peserta tes/siswa sudah terdaftar dalam MOODLE dan diregistrasikan oleh Admin/Guru 2. Siswa membuka alamat www.smaonlineict.orgfree.com 3. Guru membagi user dan password kepada siswa 4. Siswa mengisi user dan password yang sudah diregistrasikan oleh Admin/Guru 5. Siswa harus memilih paket tes “TES FISIKA SUHU DAN KALOR” yang dilaksanakan dengan waktu 60 menit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 6. Siswa mengerjakan soal sesuai dengan petunjuk dan peraturan pengerjaan tes yang tertera di dalam paket tes. 7. Siswa mengerjakan soal dengan cara mengklik jawaban yang dianggap benar 8. Setelah selesai mengerjakan soal, siswa lalu mengklik submit all dan setelah itu otomatis nilai akan keluar sertadapat dilihat pada Admin/Guru. 9. Apabila waktu sudah habis maka siswa tidak dapat mengerjakan tes lagi (dianggap selesai) dan secara otomatis MOODLE akan mengunci jawaban siswa. 10. Kesempatan untuk mengerjakan soal maksimal dilakukan dua kali. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya gangguan sambungan internet dan gangguan teknis yang lain. Dalam penelitian yang dilakukan ditemui beberapa kendala yang merupakan kelemahan dari sistem ini yaitu: 1. Sistem ini sangat bergantung pada koneksi internet. Apabila terdapat gangguan koneksi ataupun mati lampu maka otomatis tes tidak dapat dilaksanakan. 2. Besar kemungkinan siswa membuka alamat web lain untuk mencari jawaban dari soal sehingga tidak ada jaminan apakah pekerjaan tersebut dikerjakan sendiri atau kerjasama dengan siswa yang lain. 3. Meskipun sudah dilaksanakan sosialisasi, pada pelaksanaan awal akan sulit bagi siswa untuk mengikuti sistem ini karena ada beberapa siswa yang gagap teknologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Prosedur pengembangan tes yang telah dilakukan yaitu: a) menyusun spesifikasi tes yang terdiri dari tujuan tes, kisi-kisi tes, bentuk tes, dan panjang tes, b) menulis soal tes, c) menganalisis soal secara kualitatif yang dilakukan oleh ahli, d) uji coba tes, e) menganalisis secara kuantitatif dilihat dari daya beda, tingkat kesukaran, keefektifan pengecoh, dan reliabilitas soal, f) melakukan revisi/perbaikan tes, g) merakit tes,
h) memasukkan tes ke
dalam media (MOODLE), i) melaksanakan tes, j) menafsirkan hasil tes. 2. Produk yang dihasilkan yaitu berupa tes fisika Materi Suhu dan Kalor yang diujikan melalui e-learning. Karakteristik dari tes ini adalah sebagai berikut: a. Berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban b. Berjumlah 30 butir soal dan dapat dilihat di www.smaonlineict.orgfree.com c. Nama paket dari tes ini adalah “TES FISIKA SUHU DAN KALOR” d. Waktu pelaksanaan tes yaitu 60 menit e. Tes dilengkapi dengan prosedur kerja dan kunci jawaban
B. Keterbatasan Penelitian Penelitian pengembangan tes pilihan ganda dengan menggunakan e-learning ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Belum semua sekolah memiliki fasilitas IT yaitu berupa komputer dan sambungan internet, sehingga tidak semua sekolah dapat menggunakan produk ini. 2. Pengembangan tes yang menggunakan analisis dengan teori tes klasik mengakibatkan banyaknya soal yang gugur/didrop karena karakteristiknya dipengaruhi oleh kemampuan siswa (peserta tes). 3. Hasil tes ujicoba tidak optimal karena masih banyak ditemui siswa yang membuka alamat web lain saatcommit pelaksanaan tes to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
C. Saran Pemanfaatan dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut 1.
Saran Pemanfaatan
a. Tes ini dapat dimanfaatkan untuk sekolah-sekolah yang sudah terdapat fasilitas IT. b. Dalam pelaksanaan tes sebaiknya menggunakan sambungan internet yang lancar sehingga tes berjalan dengan baik. 2.
Pengembangan Produk Lebih Lanjut
a. Dilakukan pengembangan soal untuk Materi selain Suhu dan Kalor b. Untuk memperoleh soal yang lebih bervariasi hendaknya menggunakan analisis tes dengan menggunakan teori tes modern selain teori tes klasik dalam analisis kuantitatifnya.
commit to user