EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan)
Vol.1, No.1, Januari 2016 e-ISSN 2502-4787
PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROBLEM SOLVING SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI LARUTAN Muhammad Fathurrahman1, Anna Permanasari2, Wiwi Siswaningsih2 1
2
Prodi Kimia FMIPA Universitas Pakuan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Ind onesia * Email :
[email protected] m
Abstract: Development of Problem Solving Skills Test on the subject stoichiometry in solution has been performed to measure problem solving skills of high school students. Tests are established in a limited description of the type written test as many as ten item. Each test item consists of one main question and an eight step guide which is a troubleshooting step. The development of this test includes several major stages that are the literature study (document analysis), test development I, test I, test development II, test II and interviews. Tests fulfill the criteria as a good test viewed from a high theoretical validity and reliability. Some items of the test have a high empirical validity and a level of difficulty is moderate of most items of the test, and a sufficient distinguishing features. Most respondents gave positive responses to tests of problem solving skills, but because the test of problem solving skills are rarely given by the teacher, then almost all respondents preferred the usual form of test. Keywords: Development, Test, Problem Solving Abstrak: Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving pada Pokok Bahasan Stoikiometri Larutan telah dilakukan untuk mengukur keterampilan problem solving siswa SMA. Tes yang dikembangkan ini disusun dalam bentuk tes tertulis tipe uraian terbatas sebanyak sepuluh butir pokok uji. Setiap butir pokok uji terdiri dari satu soal utama dan delapan soal penuntun yang merupakan langkah-langkah pemecahan masalah. Pengembangan tes ini meliputi beberapa tahap utama, yaitu studi literatur (analisis dokumen), pengembangan tes I, uji coba I, pengembangan tes II, serta uji coba II dan wawancara. Tes yang dikembangkan memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik dilihat dari validitas teoritis yang tinggi dan reliabilitas tes yang tinggi pula. Sebagian pokok uji pada tes ini memiliki validitas empiris yang tinggi dan sebagian besar pokok uji memiliki tingkat kesukaran yang sedang, serta daya pembeda yang cukup. Sebagian responden memberikan respon yang positif terhadap tes keterampilan problem solving yang dikembangkan, tetapi karena soal-soal seperti ini jarang diberikan oleh guru, maka hampir semua responden lebih menyukai bentuk ulangan yang biasa diberikan dibandingkan dengan tes keterampilan problem solving. Kata kunci: Pengembangan, Tes, Problem Solving
62
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 63
PENDAHULUAN
konsep
kimia dan menerapkan konsep
siswa
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal
bahkan setiap orang selalu dihadapkan
ini sejalan dengan kurikulum yang dipakai
kepada berbagai macam masalah. Mulai
di Indonesia sekarang ini yaitu KTSP
dari
(Kurikulum Tingkat
Dalam kehidupan
masalah
sehari-hari,
yang
sederhana
sampai
Satuan
Pendidikan)
masalah yang kompleks. Oleh sebab itu,
yang menjelaskan bahwa salah satu tujuan
muncul
mata
model
didasarkan (problem
pembelajaran
pada
yang
Dalam
kimia
adalah
dapat
masalah
memahami konsep, prinsip, hukum, dan
prakteknya,
teori kimia serta saling keterkaitannya dan
pemecahan
solving).
pelajaran
pembelajaran ini menuntut siswa untuk
penerapannya
dapat berpikir dalam memecahkan setiap
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
masalah
Menurut
teknologi.
kemampuan berpikir merupakan
Nitko
Bloom,
yang
dihadapinya.
dan
hasil belajar yang termasuk ke dalam
menyebutkan
aspek kognitif (Firman, 2000).
sudah
Pemecahan
masalah
merupakan
untuk
Brookhart
berbagai
dilakukan
menyelesaikan
(2007)
penelitian
yang
mengenai keterampilan
problem solving. Salah satu diantaranya
tahapan yang paling tinggi karena masalah
adalah
selalu datang dalam proses pembelajaran
oleh Bransford dan Stein pada tahun 1984
dan
mengenai
membutuhkan
pemecahan
dari
penelitian
yang
telah
langkah-langkah
dilakukan
pemecahan
berbagai sudut pandang. Siswa tidak akan
masalah yang diberi nama The IDEAL
mampu
Problem
memecahkan
suatu
masalah
Solver.
IDEAL
adalah
apabila tidak mempunyai banyak konsep,
kependekan dari Identify the problem,
kaidah atau aturan tertentu dari berbagai
Define and represent the problem, Explore
aspeknya. “The best way for the students
possible strategies, Act on the strategies,
to learn science was by giving them
dan Look back and evaluate the effects of
challenge problems and forcing their mind,
your activities.
stimulating
habituation
to
think
and
Realita saat ini, pengembangan alat
doing action related to problem solving.”
evaluasi
(Munir, 2008)
keterampilan
yang
mampu
problem
mengukur
solving
siswa
ini
setelah proses pembelajaran sangat sedikit
dalam
sekali. Menurut Firman (2000) informasi
pembelajaran kimia, karena siswa dituntut
yang paling sering dikumpulkan oleh guru
untuk dapat berpikir memahami konsep-
dalam rangka pengambilan keputusan dan
Pembelajaran sangat
baik
problem jika
solving
diterapkan
perbaikan proses belajar mengajar, adalah e-ISSN 2502-4787
64 EduChemia,Vol.1, No.1, Januari 2016
Fathurrahman, Permanasari, dan Siswaningsih
hasil belajar yang bersifat pengetahuan,
kali sehingga revisi yang dilakukan lebih
apa yang telah siswa ketahui atau pahami
terbatas.
pada saat pengukuran dilakukan. Oleh
Sejauh
ini
penelitian
mengenai
sebab itu untuk dapat melaporkan hasil
instrumen evaluasi yang dapat digunakan
belajar
untuk
dalam
pembelajaran
problem
mengukur
problem
solving ini diperlukan suatu alat evaluasi
solving
yang dapat mengukur kemampuan berpikir
belum terlalu banyak dikembangkan. Oleh
siswa dalam memecahkan masalah.
sebab itu, maka dirasa penting dan perlu
Baru-baru ini diketahui bahwa sudah ada
beberapa
peneliti
yang
mengembangkan instrumen evaluasi untuk mengukur
keterampilan
problem solving
siswa untuk SMA reguler, seperti yang dilakukan
Sya’ban,
oleh
Wulandari pada dalam
tahun
penelitiannya
Amalia,
dan
Sya’ban
2010.
mengembangkan
untuk
keterampilan
untuk
siswa kelas internasional
dilakukan
penelitian
mengenai
pengembangan tes keterampilan problem solving untuk siswa kelas internasional. Salah satu pokok bahasan ilmu kimia yang
dapat
problem
diajarkan
solving
melalui
adalah
metode
stoikiometri
larutan. Dalam pokok bahasan ini, banyak sekali
konsep,
perhitungan,
serta
instrumen evaluasi keterampilan problem
penerapannya dalam kehidupan, sehingga
solving untuk materi pokok kelarutan dan
dalam
hasil kelarutan,
digunakan soal-soal berbasis masalah yang
Amalia mengembangkan
instrumen evaluasi keterampilan problem solving
untuk
garam,
materi
pokok
sedangkan
mengembangkan keterampilan
Wulandari
instrumen problem
materi pokok
hidrolisis
evaluasi
solving
untuk
larutan penyangga. Hasil
instrumen
evaluasinya,
dapat
lazim terjadi dalam kehidupan nyata. Berdasarkan dikembangkan dapat solving
hal-hal di atas, instrumen
mengukur untuk
evaluasi
keterampilan
telah yang
problem
siswa kelas internasional
pada pokok bahasan stoikiometri larutan,
dari penelitian tersebut ditemukan bahwa
yang
siswa
evaluasi serta penelitian yang mengarah
mengalami kesulitan
mengerjakan
meliputi
perancangan
tes keterampilan problem solving dan lebih
pada
keberfungsian
memilih tes yang biasa diberikan. Hal ini
yang dikembangkan.
dapat dimaklumi karena semua siswa tidak
Permasalahan
instrumen
utama
yang
instrumen
evaluasi
muncul
dibiasakan mengerjakan tes keterampilan
adalah “Apakah tes keterampilan problem
problem
dari
solving pada pokok bahasan stoikiometri
pengujian
larutan yang dikembangkan untuk siswa
penelitian
solving tersebut
ini.
Kelemahan adalah
instrumen penelitian hanya dilakukan satu e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 65
SMA kelas internasional telah memenuhi kriteria tes yang baik?”.
mengembangkan
dapat
mengukur
solving
siswa
stoikiometri
suatu
tes yang
keterampilan pada
larutan,
yang
memperkenalkan
Tujuan umum dari kajian ini adalah untuk
Orang
materi sedangkan
solving
di
pertama
pendekatan
sekolah
kali problem
adalah
seorang
pengarang terkenal John Dewey,
yang
problem
banyak menerbitkan tulisannya pada tahun
pokok
1884 – 1948. Menurut John Dewey dalam
tujuan
Arifin
(2000),
masalah
adalah sesuatu
khususnya adalah untuk: 1) mengetahui
yang diragukan atau sesuatu yang belum
validitas isi dan validitas empiris dari tes
pasti. Teori ini timbul karena kurikulum
keterampilan
problem
pembelajaran
dikembangkan,
2) mengetahui reliabilitas
dari
tes
yang
solving
keterampilan
dikembangkan,
yang
tujuan
sedemikian
yang
adalah
untuk
sebenarnya
problem solving
memecahkan
3)
berkaitan
mengetahui
dibuat
masalah dengan
yang
ada
keperluan
dan yang
tingkat kesukaran dan daya pembeda dari
berkembang pada suatu waktu tertentu.
tiap
Menurut pendapatnya masalah yang perlu
butir soal pada tes keterampilan
problem solving yang dikembangkan, dan
dikemukakan
4)
masalah yang dipelajari harus sesuatu yang
untuk
mengetahui
respon
siswa
terhadap tes keterampilan problem solving
penting
yang dikembangkan.
perkembangan yang
Keterampilan Problem Solving Menurut
Arifin
memiliki dua
untuk
masyarakat
kebudayaan,
dipelajari
kriteria: 1)
adalah
dan
2) masalah sesuatu
yang
penting dan relevan dengan permasalahan
(2000),
kegiatan
yang dihadapi siswa.
berpikir yang dilakukan dalam proses,
Masalah timbul ketika seorang siswa
meliputi keterampilan berpikir dasar dan
menginginkan suatu tujuan yang spesifik,
keterampilan berpikir kompleks. Menurut
tetapi tidak dapat menentukan solusi atau
Costa (1985) dalam Arifin (2000) yang
cara yang tepat untuk mencapai tujuan
termasuk
dasar
tersebut. Masalah yang harus dipecahkan
hubungan
adalah menemukan cara yang tepat untuk
variabel, transformasi dan hubungan sebab
mencapai tujuan yang diinginkan. Maka,
akibat. Sedangkan keterampilan berpikir
siswa
kompleks
menggunakan
keterampilan
meliputi kualifikasi,
meliputi
berpikir
klasifikasi,
problem
solving,
tersebut
pengambilan keputusan, berpikir kritis dan
tinggi,
berpikir kreatif.
memecahkan
proses
seperti
berpikir
problem masalahnya.
Brookhart, 2007) e-ISSN 2502-4787
dituntut
solving, (Nitko
untuk tingkat dalam dan
66 EduChemia,Vol.1, No.1, Januari 2016
Fathurrahman, Permanasari, dan Siswaningsih
Menurut Bransford dan Stein (1984) dalam
Nitko
Brookhart
(2007)
suasana, dengan cara dan aturan-aturan
solving
secara
yang sudah ditentukan. Pengerjaan tes ini
umum bisa disusun kedalam lima tahapan
bergantung dari petunjuk yang diberikan
yang
misalnya: melingkari salah satu huruf di
keterampilan
dan
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
problem
disebut
yaitu:
IDEAL
problem solver,
Identify
(Mengidentifikasi
the
problem Define
pilihan
jawaban,
menerangkan,
and
mencoret jawaban yang salah, melakukan
represent the problem (Mendefinisikan dan
tugas atau suruhan, menjawab secara lisan,
merumuskan masalah),
dan sebagainya.
strategies
masalah),
depan
Explore possible
(Mengeksplorasi
strategi
Berdasarkan
Kamus
Besar
Bahasa
pemecahan masalah yang mungkin), Act
Indonesia (2008), pengembangan adalah
on the strategies (Melaksanakan strategi
pembangunan secara bertahap dan teratur,
pemecahan masalah), dan Look back and
serta
evaluate
dikehendaki.
the effects of your activities
menjurus
ke
sasaran
Sementara
itu,
yang menurut
(Memeriksa kembali hasil yang diperoleh
Firman (2000), pengembangan tes adalah
dan
suatu proses perancangan dan perbaikan
mengevaluasi
efek
dari
strategi
pemecahan masalah yang telah diambil). Kelima
tahapan
tersebut
sejalan
alat ukur agar menjadi suatu alat ukur yang berkualitas.
dengan alur problem solving yang dibuat
Menurut Nitko dan Brookhart (2007),
oleh Mettes, et al. (1980). Alur tersebut
jika suatu tes hanya menuntut siswa untuk
dinamakan
mengulang
Methods
Program (PAM).
of
Alur
Actions
and
ini merincikan
suatu
bukan
untuk
problem solving.
suatu
masalah.
yang
telah
diajarkan oleh guru, maka tes tersebut
tindakan dan metode yang harus dilakukan menyelesaikan
prosedur
tes
untuk
menguji keterampilan Keterampilan
problem
Adapun tahapan-tahapan yang dimaksud,
solving dapat diukur dengan memberikan
antara
lain:
menganalisis
masalah;
seperangkat tugas yang harus dikerjakan
merencanakan
pemecahan
masalah;
siswa,
yang
untuk
mengevaluasi
melakukan
penyelesaian
masalah;
dan
mengevaluasi hasil atau jawaban.
memungkinkan secara
evaluator sistematis
setiap aspek atau tahapan keterampilan problem solving yang dimiliki siswa.
Tes Keterampilan Problem Solving Menurut Arikunto (2009), tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk
Berdasarkan
pendapat
Nitko
dan
Brookhart (2007) di atas, untuk dapat menghasilkan
tes
keterampilan
problem
solving pada pengembangan tes ini, perlu e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 67
dirancang seperangkat tugas (set task) agar
Secara
siswa
dikembangkan
dapat
menunjukkan
keterampilan
problem solving yang dimilikinya.
atas
Berdasarkan seperangkat tes problem
garis
tiga
besar oleh
langkah
yang
Sukmadinata
terdiri
tahap,
yaitu
1)
Studi
Pendahuluan, 2) Pengembangan, dan 3)
solving yang dikembangkan oleh Mettes,
Pengujian (Sukmadinata,
2008). Namun
et
tahapan
al.
(1980)
dan
beberapa
strategi
dalam
pengembangan
tes
problem
solving
dilakukan dibatasi hanya sampai tahap
menurut Nitko
dan Brookhart (2007),
maka dikembangkanlah suatu alat evaluasi yang
dapat
problem
mengukur
solving
siswa.
problem solving
yang
penelitian
ini,
yang
pengembangan. Pada penelitian ini dilakukan dua kali
keterampilan
uji coba. Uji coba I dilakukan untuk
Tahap-tahap
mengetahui
dilakukan untuk
ditemukan
kualitas
tes
kekurangan coba
II
dapat
jika
dilakukan
memecahkan masalah dalam penelitian ini
revisi.
antara lain: 1) tahap analisis masalah; 2)
memperoleh data yang kemudian diolah
tahap perencanaan penyelesaian masalah;
dan dianalisis.
3) tahap melakukan penyelesaian masalah;
Uji
sehingga
dilakukan
untuk
Subjek penelitian adalah siswa kelas
dan 4) tahap evaluasi.
XI semester 2 di SMA Negeri 1 Bogor,
Tahap-tahap
yang telah memperoleh materi stoikiometri
pemecahan masalah di
atas akan digunakan sebagai soal penuntun
larutan.
dalam tes keterampilan problem solving
subjek penelitian pada uji coba I adalah
yang dikembangkan pada penelitian ini.
sebanyak 30 orang untuk soal nomor 1
Dengan
maka
sampai dengan nomor 5 dan 36 orang
dalam
untuk soal nomor 6 sampai dengan nomor
pengembangan tes keterampilan problem
10, sedangkan pada uji coba II sebanyak
solving
31 orang untuk soal nomor 1 sampai
jenis
karakteristik tes
yang
adalah
seperti ini,
paling
tes
cocok
tertulis tipe uraian
terbatas.
Jumlah
siswa
yang
dijadikan
dengan nomor 5 dan 37 orang untuk soal nomor 6 sampai dengan nomor 10.
METODE
Bentuk tes yang dikembangkan adalah
Kajian telah dilakukan dengan metode penelitian
dan
penelitian
mengacu
langkah yang
Alur
sepuluh butir pokok uji, dimana tiap pokok
langkah-
uji yang dikembangkan terdiri dari satu
pengembangan
soal utama dan delapan soal penuntun.
pengembangan.
penelitian
dikembangkan
kepada dan oleh
tes tertulis tipe uraian terbatas sebanyak
Sukmadinata.
Soal yang
e-ISSN 2502-4787
penuntun
merupakan
mempermudah
tahap-tahap
siswa
dalam
68 EduChemia,Vol.1, No.1, Januari 2016
Fathurrahman, Permanasari, dan Siswaningsih
memecahkan
nomor 10, artinya tes yang dikembangkan
masalah.
Hal
tersebut
menjadi ciri khas pada pengembangan tiap
cukup
mampu
memberikan
gambaran
butir soal dalam penelitian ini. Adapun
mengenai kemampuan seseorang.
tahap-tahap pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut (meliputi
tahap
pengubahan
Tabel 1. Hasil Uji Coba I
analisis masalah kondisi
yang
No
Analisis
terdapat dalam soal ke dalam bentuk
1)
Validitas butir soal
gambar atau skema, perumusan masalah, penulisan
data-data,
dan
perumusan
perkiraan jawaban yang memungkinkan); tahap perencanaan penyelesaian masalah (membuat
langkah-langkah
masalah);
tahap melakukan penyelesaian
masalah
(meliputi
penyelesaian
penyelesaian
masalah
2)
Reliabilitas
3)
Tingkat Kesukaran
4)
Daya Pembeda
dan perumusan kesimpulan); dan tahap evaluasi
(melakukan
evaluasi
atau
pengecekan terhadap jawaban). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Coba I Pada uji coba I, validitas empiris berada pada kategori rendah, cukup, tinggi dan sangat. Dikarenakan masih terdapat butir soal yang validitasnya rendah, yaitu butir soal nomor 4, maka butir soal tersebut masih belum memiliki hubungan yang cukup kuat dengan keseluruhan tes sehingga
soal tersebut
kurang
mampu
mendukung tes dalam hal mengukur apa yang hendak diukur. Selain itu, reliabilitas yang diperoleh berada pada kategori cukup untuk soal nomor 1 sampai nomor 5 dan kategori tinggi untuk soal nomor 6 sampai
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1-5 6 - 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tafsiran Tinggi Cukup Sangat Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sangat tinggi Cukup Cukup Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Cukup Baik Cukup Jelek Jelek
Kualitas tes jika dilihat dari tingkat kesukaran soal terdapat cukup banyak butir soal yang berkategori sukar, yaitu butir soal nomor 10, artinya kebanyakan subjek
menjawab
salah
atau
tidak
menjawab sama sekali pada butir soal tersebut.
Daya
pembeda
butir
soal,
terdapat butir soal yang kemampuan daya pembedanya jelek, yaitu butir soal nomor e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 69
2, 4, 9, dan 10. Hal ini menjelaskan bahwa
taraf
butir
solving
soal
membedakan
tersebut
tidak
dapat
antara
subjek
yang
penguasaan siswa,
keterampilan
khususnya
problem
pada
materi
stoikiometri larutan.
berkemampuan tinggi dengan subjek yang
Berdasarkan
hasil
keseluruhan dari hasil uji coba I, butir soal
untuk soal nomor 1 sampai 5 yang berarti
yang perlu mengalami revisi adalah butir
bahwa tes yang dikembangkan memiliki
soal nomor 2, 4, 9 dan 10, karena memiliki
reliabilitas
daya pembeda yang jelek serta validitas
reliabilitas tes sebesar 0,73 untuk soal
yang rendah untuk soal nomor 4.
nomor 6 sampai 10 yang berarti bahwa tes
yang
dilakukan
meliputi
yang
sebesar
II,
diperoleh
yang
tes
coba
berkemampuan rendah. Jika dilihat secara
Revisi
reliabilitas
uji
sangat
dikembangkan
tinggi
0,80
dan
memiliki reliabilitas
perbaikan keterbacaan soal dengan sedikit
yang tinggi. Artinya bahwa semua butir
mengubah
kalimat
dan
soal pada tes yang dikembangkan dapat
menambah
informasi
diperlukan
memberikan gambaran yang benar-benar
pertanyaan, yang
untuk beberapa soal seperti data Ar (massa
dapat
atom relatif), Mr (massa molekul relatif)
problem solving siswa. Pengukuran yang
dan
itu,
berulang-ulang dengan menggunakan tes
berupa
ini terhadap subjek yang sama dan dalam
massa
jenis
dilakukan
().
juga
Disamping revisi
dipercaya
tentang
keterampilan
penyederhanaan tabel untuk soal nomor 3
kondisi yang
dan juga pengubahan grafik untuk soal
informasi yang sama atau mendekati sama
nomor 5 dan 10. Untuk soal penuntun
(Firman, 2000).
tidak
dilakukan
revisi.
Penelitian
sama akan menghasilkan
Validitas empiris butir soal nomor 2,
yang
sebelumnya oleh Sya’ban, Amalia, dan
3,
Wulandari pada tahun 2010 hanya sampai
menandakan bahwa soal sangat menunjang
pada uji coba I saja sehingga revisi yang
keberhasilan dan keberfungsian tes yang
dilakukan masih terbatas.
dikembangkan
8,
10
tergolong sangat tinggi, ini
dalam
mengukur
keterampilan problem solving siswa; butir Uji Coba II Hasil
soal nomor 1, 4, 5, 6, 7 yang tergolong uji
validitas
pengembangan bahwa
semua
dikembangkan yang
tes
valid,
dikembangkan
e-ISSN 2502-4787
II
teoritis ini
pada
menyatakan
tinggi
menunjukkan
bahwa
soal
menunjang keberfungsian tes dengan baik;
yang
dan butir soal nomor 9 yang tergolong
artinya butir soal
cukup menunjukkan bahwa soal cukup
mampu
menunjang keberfungsian tes.
butir
soal
mengukur
70 EduChemia,Vol.1, No.1, Januari 2016
Fathurrahman, Permanasari, dan Siswaningsih
uji
Tabel 2. Hasil Uji Coba II No
Analisis
1)
Validitas butir soal
2)
Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1–5 6 – 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Reliabilitas
3)
Tingkat Kesukaran
4)
Daya Pembeda
Tafsiran Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat tinggi Cukup Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup
validitas
isi.
dilakukan untuk
Analisis
kuantitatif
melihat lebih berfungsi
tidaknya sebuah soal, setelah soal itu diujicobakan
kepada
sampel
yang
representatif.
Analisis
kuantitatif
yang
dilakukan adalah analisis empiris, yang meliputi validitas butir soal,
reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Salah satu tujuan analisis soal adalah untuk
mencari
soal-soal
yang
dapat
mengukur kemampuan secara tepat dan tetap. Berdasarkan diperoleh
hasil
reliabilitas
uji
tes
coba
sebesar
II, 0,80
untuk soal nomor 1 sampai 5 yang berarti bahwa tes yang dikembangkan memiliki reliabilitas
yang
sangat
tinggi
dan
reliabilitas tes sebesar 0,73 untuk soal nomor 6 sampai 10 yang berarti bahwa tes yang
dikembangkan
memiliki reliabilitas
yang tinggi. Artinya bahwa semua butir Pada analisis
penelitian utama,
ini,
antara
dilakukan dua lain
analisis
soal pada tes yang dikembangkan dapat memberikan gambaran yang benar-benar
kualitatif dan analisis kuantitatif. Menurut
dapat
Surapranata (2006), analisis kualitatif yaitu
problem solving siswa. Pengukuran yang
analisis
yang
berulang-ulang dengan menggunakan tes
soal
ini terhadap subjek yang sama dan dalam
berupa
dimaksudkan
untuk
penelaahan menganalisis
dipercaya
tentang
keterampilan
ditinjau dari segi teknis, isi, dan editorial.
kondisi yang
Biasanya,
informasi yang sama atau mendekati sama
analisis
kualitatif
dilakukan
sama akan menghasilkan
melihat
(Firman, 2000).
berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis
Kemampuan
sebelum soal digunakan
untuk
yang
yang
ingin
diukur
kualitatif yang dilakukan pada penelitian
melalui tes
dikembangkan dalam
ini adalah uji validitas teoritis yang berupa
penelitian ini adalah keterampilan problem solving, maka setiap butir soal harus dapat e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 71
mengukur keterampilan problem solving.
rumus
Kuatnya
soal
pengantar soalnya juga mudah dipahami.
dapat
Soal nomor 1 ini memiliki daya pembeda
dianalisis dengan validitas empiris, yaitu
yang cukup, artinya soal cukup mampu
validitas butir soal. Jika pada tes ini suatu
membedakan siswa yang berkemampuan
butir soal memiliki validitas butir soal
tinggi
yang tinggi, maka soal tersebut mampu
rendah. Dengan demikian, soal nomor 1
mendukung
dapat digunakan sebagai alat ukur yang
hubungan
dengan
tes
antara
secara
butir
keseluruhan
tes
untuk
mengukur
keterampilan problem solving. Artinya jika skor
total
siswa
menunjukkan
dasar
dan
dan
siswa
selain
yang
itu
bahasa
berkemampuan
baik. Butir soal nomor 2 dan 3 memiliki
keterampilan problem solving pada tes
validitas
yang dikembangkan,
menunjukkan bahwa hubungan skor pada
tersebut
maka keterampilan
merupakan
akumulasi
dari
keterampilan pada tiap butir soal.
sangat
tinggi.
Hal
ini
soal ini dengan skor tes secara keseluruhan lebih
Validitas empiris yang tinggi untuk
yang
kuat
nomor 1.
dibandingkan
dengan
soal
Artinya, soal ini menunjang
butir soal nomor 1 menunjukkan bahwa
keberfungsian
skor pada soal ini dengan skor tes secara
dalam hal mengukur keterampilan problem
keseluruhan memiliki hubungan yang kuat
solving siswa.
dan menunjang keberfungsian tes dalam
diperoleh
mengukur
menunjukkan bahwa soal nomor 2 dan 3
siswa.
keterampilan
Tingkat
problem solving
kesukaran
menunjukkan
termasuk
tes
dengan
sangat
baik
Tingkat kesukaran yang berdasarkan
sedang.
Menurut
perhitungan
Surapranata
bahwa soal nomor 1 tergolong sedang,
(2006), soal yang dianggap baik yaitu soal
artinya
mudah
yang indeks kesukarannya dari 0,3 - 0,7
ataupun tidak terlalu sulit. Berdasarkan
atau soal yang tergolong sedang sehingga
hasil
dari
dapat disimpulkan bahwa soal nomor 2
kelompok rendah dan 100% siswa dari
dan 3 ini merupakan soal yang baik. Daya
kelompok tinggi berpendapat bahwa soal
pembeda yang cukup menandakan bahwa
nomor 1 merupakan soal yang paling
soal nomor 2 dan 3 cukup baik dalam
mudah. Hal ini kurang sejalan dengan hasil
membedakan siswa yang berkemampuan
perhitungan
yang
tinggi dengan siswa yang berkemampuan
tergolong
rendah. Berdasarkan hasil tersebut, soal
sedang. Sebagian besar siswa menggangap
nomor 2 dan 3 merupakan alat ukur yang
soal nomor 1 tergolong mudah karena
baik.
soal
ini
tidak
wawancara,
menunjukkan
terlalu
80%
tingkat bahwa
siswa
kesukaran soal
dalam pengerjaannya masih menggunakan e-ISSN 2502-4787
72 EduChemia,Vol.1, No.1, Januari 2016
Fathurrahman, Permanasari, dan Siswaningsih
Butir soal nomor 4, 5, dan 6 memiliki validitas
yang
tinggi,
artinya
Butir soal nomor 8 memiliki validitas
soal ini
yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
menunjang keberfungsian tes dengan baik
bahwa hubungan skor pada soal ini dengan
dalam hal mengukur keterampilan problem
skor tes secara keseluruhan sangat kuat.
solving siswa.
Artinya, soal ini menunjang keberfungsian
Tingkat kesukaran yang
sedang menunjukkan bahwa soal tergolong
tes
baik. Jika dilihat dari jenjang kognitifnya,
mengukur
soal ini berada pada jenjang C3 yang
siswa. Tingkat kesukaran yang diperoleh
merupakan soal penerapan atas konsep
berdasarkan
yang telah dipahami dan dipelajari oleh
bahwa soal nomor 8 termasuk sedang. Soal
siswa
kesukaran soal
ini memiliki daya pembeda yang cukup.
termasuk sedang. Soal ini memiliki daya
Daya pembeda yang cukup menandakan
pembeda yang cukup. Daya pembeda yang
bahwa soal nomor 8 cukup baik dalam
cukup menandakan bahwa soal nomor 4,
membedakan siswa yang berkemampuan
5, dan 6 cukup baik dalam membedakan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan
siswa yang berkemampuan tinggi dengan
rendah. Berdasarkan hasil tersebut, soal
siswa
nomor 8 merupakan alat ukur yang baik.
sehingga
yang
tingkat
Berdasarkan
berkemampuan penjelasan
rendah.
tersebut,
dengan
sangat
baik
keterampilan
dalam
hal
problem solving
perhitungan
menunjukkan
dapat
Butir soal nomor 9 memiliki validitas
disimpulkan bahwa soal nomor 4, 5, dan 6
yang cukup, artinya soal tersebut cukup
merupakan alat ukur yang baik.
menunjang
Butir soal nomor 7 memiliki validitas
keberfungsian
Tingkat
keberfungsian
tes
berdasarkan
keterampilan
problem
mengukur
kesukaran
yang
perhitungan
diperoleh menunjukkan
Tingkat
bahwa soal nomor 9 termasuk sedang. Soal
kesukaran soal nomor 7 tergolong sedang.
ini juga memiliki daya pembeda yang
Soal ini memiliki daya pembeda yang
cukup.
baik, lain dari soal-soal sebelumnya. Hal
menandakan bahwa soal nomor 9 cukup
ini menunjukkan bahwa soal nomor 7
baik
mampu membedakan dengan baik antara
berkemampuan tinggi dengan siswa yang
siswa
berkemampuan
berkemampuan
berkemampuan penjelasan
solving.
dalam
mengukur keterampilan problem solving.
yang tinggi, artinya soal cukup menunjang dalam
tes
rendah.
tersebut,
dapat
tinggi
dan
Berdasarkan disimpulkan
bahwa soal nomor 7 merupakan alat ukur
Daya
dalam
penjelasan
pembeda
membedakan
rendah.
tersebut,
yang
siswa
cukup
yang
Berdasarkan
dapat
disimpulkan
bahwa soal nomor 9 merupakan alat ukur yang baik.
yang baik. e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 73
Butir soal nomor 10 memiliki validitas
dapat
membedakan
yang tinggi, artinya soal ini menunjang
berkemampuan
keberfungsian tes dengan baik dalam hal
berkemampuan rendah.
mengukur siswa.
keterampilan
problem solving
tinggi
Berdasarkan
siswa dan
yang
siswa
yang
data hasil wawancara,
Tingkat kesukaran yang sedang
hampir semua responden dari kelompok
menunjukkan bahwa soal tergolong baik.
tinggi dan rendah lebih menyukai bentuk
Soal ini memiliki daya pembeda yang
tes
cukup.
dengan tes keterampilan problem solving.
Daya
pembeda
yang
cukup
yang biasa diberikan dibandingkan
menandakan bahwa soal nomor 10 cukup
Menurut
baik
diberikan pengerjaannya lebih cepat, lebih
dalam
membedakan
siswa
yang
responden,
biasa
simpel,
berkemampuan
Berdasarkan
dalam proses penyelesaiaan soalnya. Hal
disimpulkan
tersebut dapat dimaklumi karena mereka
bahwa soal nomor 10 merupakan alat ukur
memang belum terbiasa mengerjakan soal
yang baik.
yang
penjelasan
tersebut,
Butir
soal
memiliki tinggi,
yang
validitas tinggi,
reliabilitas
dapat
empiris
dan
tes
dikembangkan yang
cukup,
tergolong
menuntut
tingkat
tinggi
seperti
berpikir
keterampilan
sedangkan
terdapat dua subjek dari 20 subjek yang
sangat
tinggi
menyukai
untuk soal nomor 6 sampai 10. Syarat
menyukai
suatu
solving
baik
kemampuan
problem solving. Terlepas daripada itu,
solving
yang
dan lebih familiar
sangat
untuk soal nomor 1 sampai 5 dan tinggi
tes
rumit,
yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang rendah.
tidak
tes
adalah
memiliki
tes ini.
keterampilan Alasan
tes yaitu
mereka
keterampilan karena
tes
berdua problem
ini
bersifat
validitas dan reliabilitas tes yang tinggi
kontekstual
sehingga tes keterampilan problem solving
penuntun dalam mengerjakan soal utama.
yang
dikembangkan
memenuhi
syarat
serta
problem
mempunyai
soal
Sebanyak 12 dari 20 subjek yang
sebagai tes yang baik. Tingkat kesukaran
diwawancara
soal cukup bervariasi yaitu sedang. Hal
menyenangkan
tersebut sejalan dengan pendapat Firman
keterampilan problem solving ini. Mereka
(2000) yang menyatakan bahwa suatu
merasa
pokok
melalui tes ini, yaitu menjawab suatu soal
uji
mengandung
sebaiknya pokok
lebih
banyak
uji dengan tingkat
dengan
cara
tahapan-tahapan
diperoleh
sebagian
artinya
butir
cukup
soal yang
e-ISSN 2502-4787
dan
baik,
dikembangkan
kesan
setelah
menjawab
mendapatkan
kesukaran sedang. Daya pembeda yang tergolong
mempunyai
yang
yang
pengalaman
berbeda
sistematis.
tes
baru
melalui Namun,
yang lain menyatakan bahwa
tahapan-tahapan
pada
tes
keterampilan
74 EduChemia,Vol.1, No.1, Januari 2016
Fathurrahman, Permanasari, dan Siswaningsih
problem
cukup
sedang, sedangkan daya pembeda dari
tahapan-
pokok uji dari tes yang dikembangkan
solving
ini
membingungkan
karena
tahapannya
cukup
banyak
merekapun
tidak
terbiasa
soal
yang
dan
rumit,
berada pada kategori cukup dan baik.
mengerjakan
Hampir semua responden lebih menyukai
menuntut
penguasaan
keterampilan problem solving.
bentuk
ulangan
dibandingkan problem
KESIMPULAN Berdasarkan dilakukan
dan
biasa
dengan
tes
solving,
diberikan
keterampilan
namun
sebagian
responden dari kelompok tinggi maupun yang
telah
kelompok
analisis
data
yang
penelitian hasil
penelitian, maka diperoleh sepuluh butir soal tes
yang
keterampilan
problem solving
rendah,
memberikan
positif terhadap
respon
tes keterampilan
problem solving yang dikembangkan. Keterampilan
problem solving perlu
pada pokok bahasan stoikiometri larutan
dibisakan sejak dini karena keterampilan
yang memenuhi kriteria sebagai pokok uji
tersebut sangat penting dan diperlukan
yang
tes
siswa untuk menyelesaikan suatu masalah
dikembangkan memiliki validitas isi yang
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
baik berdasarkan timbangan (judgement)
hasil penelitian ini diharapkan guru dalam
dari para ahli. Hampir seluruh pokok uji
pembelajarannya menerapkan kemampuan
pada
tes yang dikembangkan memiliki
problem
solving
dan
tes
validitas butir soal yang cukup, tinggi dan
problem
solving
ini
dapat
sangat
sebagai
alat
baik
tinggi.
dengan
kualitas
Tes yang dikembangkan
evaluasi
keterampilan digunakan
yang
memiliki reliabilitas tes yang sangat tinggi
Meningat
untuk butir soal nomor 1 sampai 5 dan
problem solving bagi siswa, maka ke
reliabilitas tes yang tinggi untuk butir soal
depan perlu adanya pengembangan alat tes
nomor 6 sampai 10. Taraf kesukaran
keterampilan problem solving yang lebih
semua
efektif dan efisien.
pokok
dikembangkan
uji berada
dari
tes
pada
yang
pentingnya
sesuai.
keterampilan
kategori
DAFTAR RUJUKAN Amalia, F.R. 2010, Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving Siswa
diterbitkan,
Bandung,
Jurusan
Pendidikan Kimia UPI.
SMA Kelas XI pada Materi Pokok Hidrolisis
Garam,
Skripsi
Tidak e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving 75
Arifin, M. dkk. 2000, Strategi Belajar
Sukmadinata,
2008, Metode Penelitian
Mengajar Kimia, Bandung, Jurusan
Pendidikan,
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Rosdakarya.
Arikunto, S. 2009, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
(Edisi revisi),
Jakarta,
Bumi Aksara. Depdiknas.
Bandung,
Kurikulum
Tingkat
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kimia SMA, Jakarta, Depdiknas.
Remaja
Surapranata, S. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi
2006,
PT.
Kurikulum
2004.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sya’ban, I.Y. (2010). Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving Siswa
Firman, H. 2000, Penilaian Hasil Belajar
SMA Kelas XI pada Materi Pokok
dalam Pengajaran Kimia, Bandung,
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Skripsi
UPI.
UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Mettes, C.T.C.W. et. al. 1980, Teaching and
Learning
Science.
Problem
Journal
of
Solving
in
Chemical
Tanrere,
Jurusan
Munir.
Problem
Pendidikan
2008.
Solving
Kimia
Environmental in
Learning
Chemistry for High School Students.
Education. vol. 57, no. 12, hh. 882-
Jurnal
of
Applied
Sciences
in
885.
Environmental Sanitation, vol. 3, no.1.
Nitko, A. J. dan Brookhart, S. M. 2007,
Wulandari, N. 2010, Pengembangan Tes
Educational Assessment of Student
Keterampilan Problem Solving Siswa
(fifth ed.), Columbus, Pearson Merril
SMK Kelas X pada Materi Pokok
Prentice Hall.
Larutan
Pusat
Bahasa
Departemen
Pendidikan
Nasional. 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa.
e-ISSN 2502-4787
diterbitkan,
Penyangga, Skripsi Tidak Bandung,
Pendidikan Kimia UPI.
Jurusan