1
PENGEMBANGAN SOFTBALL UNTUK PROSES PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI I BANDUNG Oleh Sandey Tantra Paramitha Abstrak
Permainan softball merupakan salah satu materi permainan bola kecil dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) di Sekolah Menengah Pertama dalam pelaksanaannya harus mengacu pada muatan tujuan pendidikan di antaranya mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat. Penjasorkes SMP melalui materi olahraga softball ditujukan untuk mengembangkan keterampilan konsep gerak permainan softball dan meningkatkan kesegaran jasmani bagi siswa. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu model permainan softball sebagai alat bantu bagi guru dalam membelajarkan siswa Sekolah Dasar dalam pembelajaran Penjasorkes. Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan prosedural, karena sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan dan tujuan yang hendak dicapai. Prosedur yang digunakan meliputi lima tahap utama yaitu : 1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, 2) mengembangkan produk awal model permainan softball untuk siswa SMP, 3) validasi ahli, 4) uji coba lapangan, dan 5) revisi produk. Subyek yang digunakan terdiri dari siswa kelas VII SMP Negeri I Bandung. Data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif, dengan instrumen berupa kuesioner dan pengamatan. Teknik analisis yang digunakan adalah prosentase untuk menganalisis dan penilaian subyek dalam menilai tingkat kelayakan, kualitas dan keterterimaan produk. Penelitian menghasilkan model permainan softball untuk siswa SMP dengan pengembangan pada sarana prasarana, peraturan, dan teknik bermain. Hasil uji efektifitas produk terhadap responden yang meliputi psikomotorik, kognitif dan afektif. Model pengembangan permainan softball diharapkan dapat membantu guru untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa dan pengetahuan mengenai permainan cabang olahraga softball. Key words : Pengembangan, Softball, dan Penjasorkes
2
A. Latar Belakang Dalam Keputusan Pemerintah tahun 1987 (SK Mendikbud No 413/V/1987) Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional. Sebagai alat pendidikan untuk mencapai tujuan umum pendidikan nasional pendidikan jasmani perlu ditingkatkan sehingga semakin efektif pelaksanaannya. Tujuan dari pendidikan jasmani adalah memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga dilingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif (Depdiknas, 2006: 703). Dalam pendidikan jasmani diperlukan sistem pendukung yang tercakup baik berupa perangkat lunak misalnya kurikulum dan sumber belajar serta perangkat keras berupa perlengkapan, peralatan dan fasilitas olahraga. Selain itu perbaikan pada tataran substruktur yang mencakup peningkatan pelaksanaan pendidikan setiap jenjang pendidikan juga diperlukan. Aktivitas fisik adalah media pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah yang meliputi permainan dan cabang olahraga pilihan, kebugaran jasmani, senam dasar, senam irama, aquatik, dan pendidikan luar sekolah. Softball merupakan salah satu cabang olahraga pilihan termasuk dalam kategori permainan bola kecil. Permainan softball dimainkan di atas lapangan yang berbentuk seperempat lingkaran yang terbagi menjadi dua area yaitu area infield berbentuk bujursangkar yang disebut diamond dengan ukuran antar sisinya 18,3 meter (jarak base ke base)
serta terbuat dari grevel atau
sejenisnya yang lunak dengan permukaan rata dan area outfield yang terbuat dari rumput yang dipotong pendek rata. Di salah satu sudut diamond ditandai dengan lempengan karet berbentu segilima yang disebut home plate dan diketiga sudut lainnya dengan arah berlawanan jarum jam terdapat firstbase, secondbase, dan thirtbase. Sedangkan ditengah infield terdapat pitcher plate yang berjarak 14 meter bagi putra dan 12 meter bagi putri dari sudut home plate. Bola yang digunakan dalam permainan softball adalah berbentuk bulat dengan jahitan rata, halus permukaannya datar dengan isi yang terbuat dari bahan campuran gabus dan karet yang kemudian dibungkus dengan bahan dari kulit atau bahan sintesis berukuran 30,4 centimeter yang dilem dan dijahit dengan benang katun atau linen berlapis lilin. Setiap pemain yang sedang berjaga dalam permainan softball menggunakan sarung tangan yang disebut glove. Bat atau pemukul yang
3
digunakan dalam softball terbuat dari kayu atau metal berbentuk bulat lonjong dengan ukuran panjang tidak boleh lebih dari 87 centimeter dan diameter paling tebal 6 centimeter. Permainan softball adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu dengan masing-masing regu berjumlah 9 orang. Pada intinya permainan softball adalah mencari point atau nilai sebanyakbanyaknya dengan cara pemain memukul dan harus berhasil melalui base pertama, kedua, ketiga dan kembali lagi ke homebase dengan selamat. Terdapat lima teknik dasar yang dilakukan dalam permainan softball yaitu teknik melempar bola (throwing), teknik menangkap bola (catching), teknik memukul bola (batting), teknik menghadang bola tanpa ayunan (bunting), dan teknik lari base ke base dan meluncur (base running dan sliding) (Dell Bethel, 1993: 16-20). Dari kelima teknik tersebut kemudian berkembang menjadi bermacam-macam teknik misal dalam melempar bola terdapat 3 cara melempar bola yaitu lemparan atas, lemparan samping, dan lemparan bawah. Terdapat begitu banyak teknik permainan dalam permainan softball, namun untuk dapat melakukan permainan softball pemain harus menguasai kelima teknik tersebut. Pendidikan jasmani melalui permaian softball ditujukan untuk mengembangkan konsep gerak permainan softball dan meningkatkan kesegaran jasmani bagi siswa. Dengan latihan olahraga secara teratur paling sedikit 20-30 menit maka dapat meningkatkan kemampuan dari organ jantung. Menurut Sadoso Sumosardjuno (1985: 20) denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pada waktu latihan olahraga adalah 220 dikurangi umur yang dinyatakan dalam tahun. untuk tujuan kebugaran diambil 70% dari perhitungan 220 dikurangi umur. Kompetensi Dasar : 1) Mempraktikkan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar dengan baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percayadiri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat peralatan. 2) Mempraktikkan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola kecil dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi percayadiri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Materi KTSP kelas VII SMP Semester 2, standar Kompetensi : Mempraktikkan teknik dasar permainan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kompetensi dasar : 1) Mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola besar beregu lanjutan serta nilai kerjasama, toleransi, memecahkan masalah, menghargai teman dan
4
keberanian. 2) Mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola kecil beregu dan perorangan, serta nilai kerjasama, kejujuran dan menghormati lawan. Dari pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Semarang kurang efektif sehingga aktivitas fisik yang dilakukan saat pembelajaran tidak dapat meningkatkan denyut nadi sesuai standar yang diharapkan. Dari hasil survei awal dalam pembelajaran Penjasorkes hanya dapat menaikkan denyut jantung hingga mencapai rata-rata sebesar 27.18% per menit. Sedangkan standar denyut jantung maksimal yang boleh dicapai pada waktu latihan olahraga adalah 70% dari 220 dikurangi umur. Jika rata-rata usia siswa SMP adalah 12-15 tahun maka denyut jantung maksimal yang dicapai sebesar 70% (220-12) = 146 denyut per menit. Dari hasi Pelatihan Dasar Softball yang diselenggarakan Pengcab Perbasasi Kota Semarang pada tanggal 22-23 Maret diketahui dari SMA dan SMP di kota Semarang hanya terdapat 3 sekolah yang memiliki lapangan yang memadai untuk melakukan permainan softball, sehingga selama ini pembelajaran penjasorkes untuk materi softball tidak dilaksanakan. Kendala lain yang dialami adalah masing-masing sekolah tidak memiliki peralatan softball sehingga sulit dilaksanakan materi permainan softball sesuai KTSP, selain itu banyak guru penjasorkes yang tidak mempunyai materi permainan softball. Oleh sebab itu agar pembelajaran permainan softball dapat berjalan di sekolah-sekolah maka perlu dirancang suatu bentuk model permainan softball untuk anak SMP yang bersifat menyenangkan dan mampu membuat anak aktif bergerak tetapi tetap konsisten pada hakikat permainan softball. Dari pelaksanaan pembelajaran ini juga diharapkan dapat memperbaiki ketahanan jantung siswa dengan peningkatan denyut jantung selama pembelajaran penjasorkes.
B.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk modifikasi permainan softball yang sesuai sebagai media pembelajaran gerak siswa SMP dan dapat dimainkan dengan fasilitas minimal ? 2. Apakah model modifikasi tersebut efektif untuk membuat siswa bergerak secara efektif ?
5
C.
Tujuan Pengembangan Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah berusaha untuk menghasilkan suatu model
permainan softball yang dapat digunakan sebagai alat bantu guru dalam proses pembelajaran penjasorkes pada siswa sekolah menengah pertama yang melalui melalui beberapa langkah, yaitu: (1) Melakukan analisis kebutuhan perlunya model belajar yang sesuai untuk pembelajaran Penjasorkes di SMP. (2) Mengembangkan model permainan softball yang sesuai anak SMP untuk pembelajaran Penjasorkes di SMP.
D.
Spesifikasi Produk yang Diharapkan Melalui penelitian pengembangan ini diharapkan menghasilkan suatu produk berupa model
permainan softball yang dimodifikasi agar sesuai bagi siswa SMP yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran (kognitif, afektif dan psikomotor) secara efektif dan efisien, serta meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran softball. Produk yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan proses pembelajaran di SMP. Manfaat produk antara lain : (1) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes, (2) Meningkatkan kesegaran jasmani siswa melalui peningkatan denyut jantung yang lebih tinggi selama pembelajaran.
E.
Pentingnya Pengembangan. Model permainan softball untuk kepentingan pembelajaran di SMP penting untuk
dikembangkan mengingat selama ini materi permainan softball tidak disampaikan oleh guru dalam pembelajaran penjasorkes di sekolah-sekolah. Pemecahan masalah yang terkait pembelajaran softball ini diharapkan dapat pula meningkatkan komponen kesegaran jasmani, sehingga melalui pembelajaran softball kesegaran jasmani siswa dapat ditingkatkan dan dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan terampil.
F. Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani diposisikan sebagai alat pendidikan untuk mencapai tujuan umum pendidikan nasional, sebagaimana diharapkan dan untuk mencapai tujuan yang dimaksud penjas perlu ditingkatkan sehingga semakin efektif pelaksanaannya. Dengan pelaksanaan Penjas yang semakin efektif akan mempermudah pengelola pendidikan untuk dapat mencetak atau menciptakan
6
manusia Indonesia yang berkualitas tidak hanya dalam akademik tetapi juga unggul dalam ketrampilan serta sehat jasmani dan rohani. Dalam Keputusan Pemerintah Tahun 1987 (SK. Mendikbud No 413/V/1987) Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional. Penjasorkes diartikan sebagai pendidikan melalui dan dari aktivitas jasmani. Siedentop mengatakannya sebagai “education through and of physical activities”. Permainan, rekreasi, ketangkasan, olahraga, kompetisi, dan aktivitas-aktivitas fisik lainnya, merupakan materi-materi yang terkandung dalam pendidikan jasmani, karena diakui mengandung nilai-nilai pendidikan yang hakiki (Depdiknas, 2004: 23). Cholik Mutohir mendefinisikan tentang Penjasorkes yang dianut di Indonesia adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila (Depdiknas, 2004: 24). Penjaskes merupakan perpaduan antara pendidikan jasmani dan pendidikan kesehatan dengan titik persamaan dalam muara tujuan yaitu terbentuknya gaya hidup aktif sepanjang hayat untuk mencapai kesehatan dan well-being.
G. Tujuan Penjasorkes Menurut Rusli Lutan dalam Rubianto Hadi (2001: 7) tujuan penjasorkes di sekolah menengah adalah untuk membantu peserta didik agar meningkat kemampuan gerak mereka, di samping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktifitas. Thomas Wood menyatakan bahwa ide besar dari pendidikan jasmani adalah bukan pendidikan tentang badan, tetapi hubungan antara pembinaan fisik untuk menyempurnakan pendidikan. Pada tahun 1910 Hetherington menetapkan empat tujuan pendidikan jasmani yang mencakup pengembangan fisik, motorik, mental dan sosial. Secara umum tujuan Penjasorkes dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu : 1. Perkembangan organik. Tujuan ini mencakup kesegaran jasmani dan komponen dasar yang meliputi kekuatan, daya tahan otot, dan daya tahan kardiovaskular.
7
2. Perkembangan neuromuskular. Tujuan ini perkembangan ketrampilan, dan ketrampilan olahraga, termasuk keseimbangan, fleksibilitas, agilitas, koordinasi, dan kecepatan. 3. Perkembangan interpretif. Tujuan ini mencakup domain kognitif, meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan permainan, tata krama, dan perlengkapan. Kemampuan intelektual seperti kecepatan dan kecermatan memecahkan masalah atau membuat keputusan juga menjadi bagian dari tujuan tersebut. 4. Perkembangan sosial dan emosional. Tujuan ini sifat-sifat psikologis yang dipandang penting, seperti pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri sendiri, ketekunan, berempati terhadap orang lain, tanggung jawab, disiplin, menerima kepemimpinan, sportivitas, dan lain-lain sifat yang dianggap penting (Rusli Lutan,Adang Suherman, 2000: 6). Tujuan pendidikan jasmani yang tertuang dalam rumusan yang diluncurkan AAHPERD (American Alliance for Healt, Physical Education, Recreation and Dance) intinya mencakup lima butir, yaitu: 1) Seseorang yang terdidik pendidikan jasmaninya adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan sehubungn dengan jasmaninya, dan bagaimana jasmani itu berfungsi. 2) Pendidikan jasmani merupakan jaminan bagi kesehatan. 3) Pendidikan jasamani dapat menyumbang kepada prestasi akademik. 4) Sebuah program pendidikan jasmani yang baik menyumbang kepada perkembangan konsep diri (self-concept). 5) Sebuah program pendidikan jasmani yang baik membantu seseorang untuk memperoleh ketrampilan sosial (social skill). Tujuan pendidikan jasmani bersifat majemuk, mencakup perkembangan yang bersifat menyeluruh meliputi aspek fisik, intelektual, emosional,sosial , dan moral. Berdasarkan tujuan penjasorkes di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penjasorkes antara lain adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani.
H.
Pendidikan Jasmani Fungsi dan peran utama pendidikan olahraga dalam konteks penjasorkes adalah sebagai
media sosialisasi keterampilan fisik dan psikologis siswa (memecahkan masalah, bermasyarakat,
8
memimpin tim, melatih kelompoknya, mencatat nilai, menjadi official, wasit, atau berpartisipasi dalam kegiatan administrasi dan organisasi). Siswa dapat mengasah keterampilannya dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang sifatnya ekstrakurikuler dan mengasah kemampuannya dalam mensosialisasikan nilai-nilai aktivitas jasmani itu sendiri untuk meningkatkan tidak hanya performance skills (sport skill), tetapi juga menyediakan peluang sebagai peserta yang sportif (a good sport participation). Performance skills dalam pendidikan olahraga ialah gambaran hasil interaksi antara efisiensi strategi yang dilaksanakan dengan taktiknya, unsur-unsur keterampilan persepsi motorik (manajemen tubuh, ruang, tempo, tenaga dan kualitas gerak) dan keterampilan jasmani yang spesifik yang sesuai dengan bentuk permainan dan/atau aktivitasnya (Margono, 2005: 8). Pendekatan taktik bermain membantu guru untuk menguji kembali pandangan filosofis pada pendidikan bermain. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan peningkatan penampilan bermain siswa. Pendekatan taktis menekankan pada : (1) bermain dan penempatan belajar keterampilan teknik dalam kontek bermain, (2) memberikan kesempatan yang banyak untuk melihat relevansi keterampilan teknik pada situasi bermain yang sebenarnya.
I.
Permainan Softball Softball adalah olahraga permainan bola kecil yang dimainkan oleh dua regu dengan
masing-masing regu terdiri dari 9 pemain dilapangan dan 6 pemain pengganti. Sehingga dalam satu team softball maksimal berjumlah 15 pemain. Permainan softball dimainkan di atas lapangan yang berbentuk seperempat lingkaran yang terbagi menjadi dua area yaitu area infield berbentuk bujursangkar yang disebut diamond dengan ukuran antar sisinya 18,3 meter (jarak base ke base) serta terbuat dari grevel atau sejenisnya yang lunak dengan permukaan rata dan area outfield yang terbuat dari rumput yang dipotong pendek rata. Di salah satu sudut diamond ditandai dengan lempengan karet berbentuk segilima yang disebut home plate. Sedangkan diketiga sudut yang lain dengan berlawanan dengan arah jarum jam terdapat first base, second base, dan third base. Di tengah lapangan infield terdapat pitcherplate yang berjarak 14 meter untuk putra dan 12 meter untuk putri dari sudut homebase. Secara umum terdapat beberapa keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam permainan softball, yaitu melempar, menangkap, memukul dan lari antar base. Keempat macam keterampilan
9
ini
harus
dapat
dilakukan
dengan
cepat
dan
tepat
oleh
setiap
pemain
softball.
(Sugianto,TandiyoRahayu,1998: 8) Dari keempat macam teknik dasar tersebut dapat berkembang lagi menjadi bermacammacam teknik. Dalam teknik dasar melempar berkembang menjadi tiga macam teknik lemparan yaitu lemparan dari atas kepala (over head trow), lemparan samping (said arm throw), dan lemparan umpan (pitching), dimana masing-masing teknik lemparan tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda. Selain melempar bola seorang pemain softball juga harus dapat menangkap bola sebagai salah satu teknik yang digunakan pada saat defend. Dan pada saat offend diperlukan ketrampilan memukul bola dari setiap pemain tanpa terkecuali, dalam teknik memukul ini berkembang lagi menjadi beberapa teknik yaitu pukulan dengan ayunan (hitting) dan pukulan tanpa ayunan yang disebut bunt. Dalam permainan ini bagi team offend untuk meperoleh nilai maka seorang runner harus dapat melalui base 1,2,3, dan homebase. Sehingga dalam hal ini teknik berlari dari base ke base harus dikuasai oleh setiap pemain. Setiap runner yang berhasil masuk ke home maka memperoleh point satu. Selain keempat teknik tersebut berkembang pula bermacam-macam teknik yang perlu dipelajari dalam permainan softball seperti sliding, stealing, run down, double play, dsb. Di dalam pertandingan softball resmi dipimpin oleh empat orang umpire yaitu satu orang chief umpire dan tiga orang base umpire. Dalam satu pertandingan minimal terdiri dari 7 inning kecuali ada hal-hal lain. Di dalam satu inning setiap team memperoleh kesempatan bertahan (berjaga) dan menyerang (memukul). Team yang bertahan mendapat giliran memukul setelah berhasil mematikan 3 pelari atau pemukul dari team penyerang. Seorang pemukul mendapatkan kesempatan 3 strike dan 4 ball, bila lemparan pitcher telah 3 kali strike namun tidak berhasil dipukul maka pemukul dinyatakan mati, namun sebaliknya bila bola dari pitcher belum 3 kali strike dan telah 4 kali ball maka pemukul bebas berlari ke base pertama. Yang disebut bola strike disini adalah bola lemparan dari pitcher yang melalui area stike (strikezone), dan area stikezone adalah setinggi lutut sampai bahu better selebar homeplate Khusus untuk permainan Softaball yang diperuntukkan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama, diberlakukan peraturan tersendiri yang agak beda, antara lain : bola yang dipergunakan lebih kecil, lebih ringan, dan lebih lunak, dalam satu inning team offend dibatasi dengan 9 pemukul,
10
jadi dalam satu team setelah 9 pemain memukul maka team tersebut gantian diffend. Untuk peraturan yang lain tidak berbeda dengan peraturan softball resmi.
J.
Alat-Alat Perlengkapan dan Lapangan Alat-alat perlengkapan dan lapangan softball yang resmi adalah sebagai berikut :
1.
Bola Softball Bola berbentuk bulat dengan jahitan rata, halus permukaannya datar. Isi bola dari campuran
gabus dan karet yang dililit dengan benang dibungkus dengan kulit yang dilem dan dijahit dengan benang katun atau linen yang dilapisi lilin. Lingkar bola minimal 30 inch dan maksimal 31 inch, berat bola minimal 180 gram dan maksimal 200 gram. 2.
Lapangan Lapangan berbentuk seperempat lingkaran yang terbagi menjadi dua area yaitu area infield
berbentuk bujursangkar yang disebut diamond dengan ukuran antar sisinya 18,3 meter (jarak base ke base) serta terbuat dari grevel atau sejenisnya yang lunak dengan permukaan rata dan area outfield yang terbuat dari rumput yang dipotong pendek rata. 3.
Pemukul (bat) Alat pemukul yang sah harus bulat dapat dibuat dari kayu atau balok keras, pemukul juga
dapat dibuat dari bahan metal dengan permukaan yang halus/licin. Panjang alat pemukul tidak boleh lebih dari 87 cm dan diameter tidak boleh lebih dari 6 cm. Berat pemukul tidak boleh lebih dari 1100 gram. 4.
Glove Glove adalah sarung tangan yang digunakan saat berjaga dengan bentuk terdapat penyekat
terhadap masing-masing jari dan setiap jari disediakan lubang masing-masing, termasuk ibu jari. Glove ini terbuat dari dari kulit. 5.
Home plate Terbuat dari karet atau bahan lain, berbentuk segi lima dengan bagian depan yang
menghadap pitcher berukuran 43,20 inch dan kedua sisi samping yang sejajar dengan better box panjangnya 21,60 cm, sedang kedua sisi yang menghadap catcher panjangnya 30,50 cm 6.
Pitcher plate
11
Terbuat dari kayu atau karet panjangnya 60,10 cm dan lebar 15,20 cm. Permukaannya harus rata dan jarak bagian depan pitcherplate dengan sudut luar homeplate adalah 14 m untuk putra dan 12 m untuk putri. 7.
Base Berbentuk segiempat dengan masing-masing sisinya berukuran 38 cm dengan tebal tidak
boleh lebih dari 12,70 cm.
K. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan sikap (Arif S. Sadiman, 2003: 2). Definisi mengajar menurut Nana Sudjana yang dikutip dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002: 45) adalah sebagai suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Peran guru adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan , mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar. Pada proses pembelajaran model permainan softball guru Penjasorkes harus memperhatikan siswa agar belajar maksimal. Salah satunya adalah mengorganisasikan permainan. Menurut Yoyo Bahagia (2000: 32) paling tidak ada tiga pertimbangan yang harus diperhatikan guru dalam mengorganisir permainan agar siswa belajar maksimal, yaitu : 1. Organisasi harus berhubungan dengan permainan yang sebenarnya. Artinya, konsep dan prinsip gerak, skill dan strategi yang dipelajari merupakan cerminan skill dan strategi yang digunakan pada permainan yang sebenarnya. 2. Formasi pembelajaran mendorong anak untuk aktif dan memaksimalkan siswa dalam belajar.
12
3. Kemajuan belajar dapat digambarkan melalui perubahan situasi permainan dari situasi statis, semi dinamis , dan selanjutnya pada kondisi permainan sebenarnya.
L. Pengembangan Materi Pembelajaran Banyak anggapan bahwa pendidikan jasmani tidak memiliki kandungan akademik banyak dipengaruhi oleh proses penyelenggaraan pendidikan jasmani yang kurang mampu membangkitkan proses ajar, kurangnya ketersediaan guru spesialis dibidang penjas, serta minimnya sarana prasarana yang mendukung proses pembelajaran penjas di sekolah. Sehingga perlu adanya modifikasi pendidikan jasmani agar proses belajar mengajar berjalan semakin efektif. Terdapat tujuh pokok kebijakan nasional yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pengembangan pendidikan, yaitu: 1. Peningkatan alokasi waktu aktif berolahraga 2. Penetapan standar minimal isi dan model kurikulum 3. Peningkatan mutu PBM 4. Penetapan standar minimal infrastrutur Olahraga dan perlengkapannya 5. Peningkatan standar kompetensi guru pendidikan jasmani 6. Peningkatan sumber-sumber belajar 7. Pelaksanaan system evaluasi dan monitoring. (Rusli Lutan, MF. Siregar, Tahir Djidie, 2004: 111-113) Materi pembelajaran untuk siswa SMP salah satunya adalah mempraktikkan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola kecil dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi percayadiri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Menurut spesialis psikologi olahraga Mary Duquin yang dikutip dalam Seidentop (1994: 15) menyatakan bahwa pengalaman olahraga seharusnya : 1) Menyenangkan dan nyaman bagi para partisan. 2) Memberikan tujuan yang aman untuk mengembangkan keterampilan aktivitas. 3) Membantu perkembangan sensitivitas moral dan kepedulian. 4) Mewujudkan kesenangan dan keindahan keterampilan gerak. 5) Melatih semangat kreatifitas, petualangan dan penemuan. 6) Menginspirasi sebuah perasaan dalam kelompok. Modifikasi permainan softball dengan pendekatan pendidikan olahraga merupakan strategi pengajaran yang dikembangkan untuk memungkinkan siswa dalam penjasorkes memperoleh
13
pengalaman belajar yang menyenangkan. Pemikiran pengembangan model permainan softball pada penelitian ini berdasar pada kenyataan dilapangan dimana materi softball tidak diajarkan karena tidak tersedianya sarana dan prasarana olahraga ini selain itu minimnya materi softball yang dimiliki oleh sebagian guru penjas.
M. Prinsip Pengembangan Permainan Softball Prinsip utama modifikasi pembelajaran Penjasorkes menurut Yoyo Bahagia (2000: 1) adalah “body scaling” atau ukuran tubuh. Tugas ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar.
Dalam penelitian ini karakter kunci dari
pengembangan permainan softball untuk pembelajaran penjasorkes adalah memberikan permainan yang dikembangkan dengan tepat untuk siswa SMP dengan pendekatan pendidikan olahraga. Pengembangan permainan memberikan peluang bagi pelajar untuk mempraktikkan teknik dan taktik dalam situasi yang sesuai dengan tingkat pelajaran dan kemampuan mereka, dan memungkinkan mereka untuk mengembangkan ke arah permainan induk.
N. Belajar Gerak Bergerak merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup hal ini dikuatkan dengan ungkapan ”Growth through use, and atrophy disuse” (Kar Povich dalam Sudarno SP, 1992: 2). Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan gerak seperti ungkapan ”The human body is built for action, not for rest. This was a historic necessity: the struggle for survival demanded good physical condition....In the old days the body got its exercise both in the work and at leisure (Astrand dalam Sudarno SP, 1992: 2). Kurang gerak maka akan menyebabkan hipokinesis karena rangsangan alamiah yang sangat vital bagi kehidupan lewat kerja jasmaniah sebagian besar telah lenyap dan menyebabkan kemunduran. Oleh sebab itu, kondisi keseimbangan gerak dari fungsi anggota tubuh setiap manusia perlu dijaga dan dilatih agar tetap optimal kesehatannya.
O. Kebugaran Jasmani Dua prinsip utama pendidikan jasmani yang pertama adalah mengutamakan partisipasi aktif semua siswa dan yang kedua adalah membentuk kebiasaan hidup aktif disepanjang hayat. Prinsip yang kedua ini berhubungan dengan konsep kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani lebih
14
menggambarkan kemampuan organ tubuh dalam menjalankan fungsinya yang terjadidalam sebuah sistem. Kebugaran jasmani merupakan derajat kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas dengan derajat intensitas moderat, tanpa mengalami kelelahan yang berlebuhan hingga kemudian ia masih mampu menjalankan tugas berikutnya. Kebugaran jasmani juga sering diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Depdiknas 2004: 26). Selanjutnya dikatakan bahwa istilah kebugaran ini seringkali dibagi menjadi dua kategori, yaitu kebugaran yang terkait dengan kesehatan (health fitness) dan kebugaran yang terkait dengan penampilan gerak (motor-performance fitnes). Terdapat lima komponen utama dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Daya tahan cardiorespirasi/ kondisi aerobik Kemampuan jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot-otot besar untuk melakukan latihan yang keras dalam jangka waktu lama. 2. Kekuatan otot Kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban. 3. Daya tahan otot Kemampuan dari otot-otot kerangka dalam badan untuk menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal) dalam jangka waktu tertentu. 4. Kelenturan Gerakan otot-otot dalam persendian tubuh. 5. Komposisi tubuh Persentase lemak badan dari berat badan tanpa lemak. Pada penelitian ini, sasaran kebugaran yang terkait dengan kesehatan ditunjukkan dengan peningkatan denyut jantung akibat pengembangan model permainan softball. Sedangkan kebugaran yang terkait dengan penampilan gerak ditunjukkan dari keefektifan siswa bergerak menggunakan pengembangan model permainan softball selama pembelajaran Penjasorkes.
15
P. Kerangka Berfikir Makna yang terkandung dalam istilah penjasorkes tidak sekedar pendidikan yang bersifat fisikal atau aktivitas fisik tetapi lebih luas lagi keterkaitannya dengan tujuan pendidikan secara menyeluruh serta memberi kontribusi terhadap kehidupan individu. Sehingga guru Penjasorkes harus berusaha mengajarkan permainan softball tentang keterampilan teknik, dan sekaligus mengajarkan bagaimana penerapannya dalam situasi permainan yang sebenarnya. Pendekatan pembelajaran yang relevan adalah pendekatan taktis. Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan demikian, siswa makin memahami kaitan antara teknik dan taktik. Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat untuk mengajarkan keterampilan bermain sesuai dengan keinginan siswa. Tujuan pembelajaran penjasorkes dengan pendekatan taktis bagi siswa adalah: 1. Penguasaan kemampuan bermain melalui keterkaitan antara taktik permainan dengan perkembangan keterampilan. 2.
Memberikan kesenangan dalam beraktivitas.
3. Memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan selama bermain. (Depdiknas, 2003: 3). Untuk melaksanakan pendekatan taktis pada pembelajaran softball di SMP, perlu modifikasi model permainan softball melalui pendidikan olahraga yang mampu membuat siswa bergerak secara efektif seiring dengan perkembangan dan karakteristik siswa SMP. Untuk menjamin agar proses belajar mengajar menjadi berkualitas (efektif), maka jalan yang dipandang sangat cocok adalah melalui pendidikan olahraga dengan format olahraga modifikasi seperti : low-organiszed games, lead up games, dan modified games dengan pendekatan keterampilan taktik (tactical skill approach) atau pendekatan pengajaran terbuka (open skills) (Margono, 2005: 24). Tujuan pendidikan olahraga adalah untuk mendidik siswa menjadi pemain dalam arti keseluruhan dan membantu mereka mengembangkan kompetensi, keterampilan dan insan olahraga yang antusias. Siswa memiliki keterampilan yang memadai untuk berpartisipasi dalam permainan
16
dan aktivitas dengan memuaskan, memahami dan dapat mengambil strategi yang sesuai dengan kekomplekan aktivitas, dan menjadikan pemain yang berpengetahuan. Siswa akan belajar untuk bersikap nyaman dan percaya diri dalam bentuk aktivitas olahraga yang terus meningkat (Siedentop, 1994: 7). Selanjutnya sasaran pendidikan olahraga adalah : 1. Mengembangkan teknik olahraga dan kesegaran tertentu. 2. Mengapresiasi dan mampu untuk melakukan strategi bermain olahraga tertentu. 3. Berpartisipasi dalam tingkat perkembangan yang tepat. 4. Perencanaan dan administrasi pengalaman olahraga. 5. Kepemimpinan yang bertanggung jawab. 6. Bekerja secara efektif dalam sebuah kelompok/tim ke arah tujuan. 7. Mengapresiasikan kebiasaan unik/aspek lain dunia olahraga. 8. Mengembangkan kapasitas untuk membuat keputusan. 9. Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan perwasitan dan pelatihan. 10. Melibatkan diri dalam olahraga setelah sekolah. (Seidentop, 1994: 9 - 12) Guru penjasorkes dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran penjasorkes yang kondusif sehingga tujuan dari pendidikan jasmani dapat tercapai dan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga
juga dapat terungkap dalam kehidupan serta memberi dampak positif dalam
berbagai aspek kehidupan. Dengan pendidikan jasmani yang efektif diharapkan siswa memiliki kebugaran jasmani, kesenangan melakukan aktivitas fisik dan olahraga (gaya hidup yang aktif dan sehat), dan memperoleh nilai-nilai pendidikan yang diperlukan bagi anak untuk bekal kehidupan sekarang maupun dimasa yang akan datang. Model pengembangan permainan softball dirancang untuk tujuan agar materi permainan softball di SMP tetap disampaikan dan dilaksanakan sehingga siswa dapat aktif sesuai dengan peran yang dimainkan dalam pendidikan olahraga. Q.
Model Pengembangan Menurut Borg & Gall seperti dikutip Wasis D (2004: 4) penelitian dan pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan pembelajaran. Selanjutnya disebutkan bahwa prosedur penelitian dan
17
pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Dalam penelitian ini model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan prosedural, karena model ini bersifat deskriptif, yaitu suatu prosedur yang menggambarkan langkah-langkah yang harus diikuti dalam menghasilkan produk. Menurut Wasis D (2004: 6) dalam setiap pengembangan dapat memilih dan menemukan langkah yang paling tepat bagi penelitiannya berdasarkan kondisi dan kendala yang dihadapi. R. Prosedur Pengembangan Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka prosedur yang digunakan dalam pengembangan model permainan softball untuk pembelajaran penjasorkes siswa SMP ini meliputi lima tahap utama yaitu : 1.
Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan a. Survey denyut nadi siswa SMP saat pembelajaran softball. b. Pengkajian terhadap permainan softball secara umum untuk mengetahui karakteristik cabang olahraga ini.
2.
Mengembangkan produk awal model permainan softball untuk siswa Sekolah Menengah Pertama 1. Analisis tujuan dan karakter produk 2. Analisis karakter siswa 3. Menetapkan tujuan dan bentuk permainan 4. Menetapkan strategi pengoranisasian dan pembelajaran
3. 4.
5.
Validasi ahli Uji coba lapangan 1. Uji coba kelompok kecil 2. Uji coba lapangan Revisi produk.
18
CABANG OR PILIHAN BOLABASKET VOLI MENGKAJI KARAKTER PERMAINAN
PENGEMBANGAN PERMAINAN ANALISIS TUJUAN & KARAKTER PRODUK
PENETAPAN STRATEGI & PEMBELAJARAN
PENGUKURAN HASIL PEMBELAJARAN
MENETAPKAN TUJUAN & BENTUK PERMAINAN MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN
VALIDASI AHLI
UJI COBA KELOMPOK KECIL
ANALISIS
REVISI I
UJI COBA LAPANGAN
REVISI PRODUK
MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN SOFTBALL UNTUK SISWA SMP
(Diagram Prosedur Pengembangan Permainan Softball) S. Uji Coba Produk 1. Desain Uji Coba Dalam penelitian ini desain uji coba yang digunakan yaitu desain eksperimental yang melalui dua tahap, yaitu uji kelompok kecil (9 – 18 subjek), dan uji lapangan (1 kelas). 2. Subjek Uji Coba
19
Subjek uji coba adalah sasaran pemakai produk, yaitu siswa SMP kelas VII SMP N 1 Semarang. Pemilihan subjek uji berdasarkan predikat sekolah ditinjau dari letak geografisnya yaitu ditengah kota dengan lahan sekolah yang tidak begitu luas. 3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara yang berupa kritik, saran dari ahli penjas dan nara sumber secara lisan maupun tulisan sebagai masukan konstruktif untuk baha revisi produk. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari pengambilan denyut nadi pengaruh penggunaan produk. 4. Instrumen Pengumpul Data Instrumen yang digunakan dalam pengembangan produk berupa wawancara dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi secara sistematis dan terarah dari para ahli dan nara sumber. Dokumentasi digunakan untuk mengetahui latar belakang pendidikan dan keahlian subjek pengembang, serta proses pelaksanaan pembelajaran dengan materi yang telah dikembangkan. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan adalah prosentase untuk menganalisis dan penilaian subyek pengembang dalam menilai tingkat kelayakan, kualitas dan keterterimaan produk terhadap produk pengembangan.
20
T. Daftar Pustaka Abu Ahmadi.2003. Psikologi Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta. Adang Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Depdiknas. Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada dan Pustekkom Dikbud. Daryl Siedentop. 1994. Complete Guide to Sport Education. Human Kinetics. Depdiknas. 2004. Pengkajian Sport Development Index (SDI). Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga dan Lemlit UNESA. Margono. 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. FIK UNNES Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Parno. 1992. Olahraga Pilihan Softball. Depdikbud. Rubianto Hadi. 2001. Tesis Pengaruh Pendekatan Mengajar Pendidikan Jasmani dan Jenis Kelamin Terhadap Kesegaran jasmani. UNNES. Rusli Lutan,MF. Siregar,Tahir Djidie. 2004. Akar Sejarah dan Dimensi Keolahragaan Nasional, Depdiknas. Rusli Lutan, Adang Suherman. 2000. Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Depdiknas. Santosa giriwijoyo, dkk. 2005. Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga. Bandung. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam. Jakarta: PT Arkans. Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyanto, Tandiyo Rahayu, 1998. Diktat Matakuliah Softball Sudarno SP, 1992, Pendidikan Jasmani. Depdikbud Syaiful Bahri Djamarah, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Triton PB. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi Offset. Wasis D. Dwiyogo. 2004. Konsep Penelitian dan Pengembangan. Pusat Kajian Kebijakan Olahraga LEMLIT UM. W. James Popham. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Yoyo Bahagia, dkk. 2000. Prinsip-prrinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Depdiknas.