PENGEMBANGAN PROTOTIP PERANGKAT PEMANTAU RADIASI GAMMA, SUHU DAN KELEMBABAN SECARA KONTINYU PADA FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF I Putu Susila, Istofa dan Sukandar Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir – BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong Gd. 71 Lt. 2, Tangerang Selatan – Banten, 15310, e-mail:
[email protected]
Abstrak PENGEMBANGAN PROTOTIP PERANGKAT PEMANTAU RADIASI GAMMA, SUHU DAN KELEMBABAN SECARA KONTINYU PADA FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Pemantauan fasilitas penyimpanan limbah radioaktif perlu dilakukan untuk deteksi dini kemungkinan terjadinya lepasan zat radioaktif ke lingkungan. Untuk keperluan pemantauan secara kontinyu, telah dikembangkan sebuah prototip berbasis Arduino yang dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi gamma, suhu dan kelembaban relatif pada fasilitas penyimpanan limbah radioaktif. Prototip yang dikembangkan terdiri dari pengolah sinyal analog untuk detektor GM atau detektor NaI(Tl), pembangkit tegangan tinggi, timer dan counter 16-bit, sensor suhu dan kelembaban, Analog-to-Digital Converter (ADC) 10-bit, serta bagian komunikasi dengan komputer. Perangkat tersebut dapat dikoneksikan ke sistem pemantauan terpusat melalui Universal Serial Bus (USB) atau jika lokasi instalasi terpisah jauh, perangkat dapat dikoneksikan ke jaringan komputer yang sudah tersedia melalui Ethernet. Uji fungsi terhadap prototip yang dikembangkan dilakukan di laboratorium dengan function generator untuk pengujian timer dan counter serta ADC, oscilloscope untuk pengujian bagian pengolah sinyal analog dan pembangkit tegangan tinggi. Pengujian prototip secara keseluruhan dilakukan dengan pengukuran paparan radiasi gamma dari sumber standar Cs-137 serta pengukuran suhu dan kelembaban pada ruangan laboratorium. Pada pengujian tersebut, data hasil pengukuran ditransfer ke komputer secara real-time untuk direkam dan dianalisis. Kinerja perangkat diperoleh dengan membandingkan hasil pengujian terhadap sumber standar dengan surveimeter dan perangkat pemantauan radioaktifitas lingkungan komersial. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkat bekerja sesuai dengan rancangan dan mempunyai kinerja yang sebanding dengan perangkat komersial. Hasil pengembangan prototip ini perlu ditindaklanjuti dengan kalibrasi serta uji lapangan dalam pada fasilitas penyimpanan limbah radioaktif. Kata kunci: Pemantauan Kontinyu, Radiasi Gamma, Suhu, Kelembaban, Arduino
Abstract Monitoring of radioactive waste storage facilities is needed for early detection of radioactive material released to environment. An Arduino-based gamma radiation, humidity and temperature monitoring device which can be used to continuously monitor a radioactive waste facility has been developed. Prototype of the device consists of analog signal processing for GM or NaI(Tl) detector, high voltage generator, timer and counter (16-bits), humidity and temperature sensor, 10-bits analog-to-digital converter (ADC), and communication module. The prototipe can be connected to centralized monitoring computer through Universal Serial Bus (USB), or if the location of installation is far away, the device can be connected to existing network infrastructure through Ethernet. Test has been conducted in the laboratory to verify the functionality of the prototype. A function generator is used to test the timer, counter and ADC, while digital oscilloscope is used to measure signal in analog signal processing module and high voltage generator. An integration test is performed by measuring radiation from standard Cs-137 source, humidity and temperature of the room at the laboratory. During the test, data were transferred in real-time to the computer for storage and further analysis. The performance of the prototipe is also evaluated by comparing its result with the result of commercial surveymeter and environmental radiation monitoring device. Result shows that the prototype is working properly and its performance is comparable with commercial radiation monitoring devices. For future work, calibration and field test at radiactive waste storage facilities needed to be performed. Keywords: Continuous Monitoring, Gamma Radiation, Temperature, Humidity, Arduino
Pendahuluan Pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai, sudah sangat luas dan mencakup berbagai bidang kehidupan manusia. Contoh pemanfaatan tersebut seperti pemanfaatan radioisotop untuk kesehatan[1], pemanfaatan sumber radiasi pengion dalam industri untuk keperluan inspeksi atau uji tak rusak[2], pemanfaatan dalam bidang transportasi untuk scanning peti kemas[3], pemanfaatan dalam bidang pangan untuk pengawetan hasil pertanian maupun bahan-bahan lainnya[4], serta pemanfaatan untuk reaktor nuklir baik untuk tujuan penelitan maupun penghasil energi melalui pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Efek yang tidak bisa dihindari dari pemanfaatan teknologi nuklir adalah timbulnya limbah
radioaktif. Karena sifat radioaktifnya, maka diperlukan penanganan khusus terhadap limbah tersebut. BATAN sendiri sudah mempunyai fasilitas untuk menangani dan mengelola limbah radioaktif baik dari rumah sakit, industri maupun yang dihasilkan dari reaktor riset yang dimiliki BATAN. Pengelolaan limbah radiaktif tergantung dari bentuknya (gas, cair, padat), melalui beberapa proses sejak limbah diterima sampai akhirnya disimpan dalam fasilitas penyimpanan akhir. Dalam fasilitas penyimpanan akhir yang terisolasi dari lingkungan hidup, limbah radioaktif umumnya disimpan dalam tabung setelah melalui proses sementasi[5]. Untuk keperluan deteksi dini guna mencegah terjadinya lepasan zat radioaktif ke lingkungan, maka fasilitas penyimpanan limbah perlu dimonitor secara terus menerus. Pemantauan ini bertujuan untuk memantau tingkat radiasi yang ditimbulkan oleh limbah yang disimpan. Pemantauan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tingkat radiasi yang keluar tidak melebihi batas yang ditentukan [6]. Selain pemantauan tingkat radiasi, perlu juga dilakukan pemantauan parameter lainnya seperti kelembaban, suhu, keberadaan gas tertentu maupun partikulat lainnya. Pemantaun tersebut berguna untuk mengetahui gambaran dari kondisi lingkungan pada ruangan penyimpanan. Hasil pemantauan tersebut salah satunya dapat dimanfaatkan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya korosi pada tabung-tabung penyimpanan limbah akibat faktor lingkungan seperti kelembaban maupun suhu. Sistem pemantauan radiasi pada fasilitas penyimpanan limbah radioaktif memerlukan suatu sistem komputer terpusat yang berfungsi sebagai basis data untuk menyimpan data-data yang dikirim oleh perangkat pemantauan secara kontinyu[7,8]. Sistem terpusat ini diperlukan untuk memudahkan analisis dan pelaporan hasil pemantaun kepada pihak yang berwenang seperti BAPETEN maupun IAEA. Umumnya, sistem pemantau terpusat berada jauh dari fasilitas penyimpanan limbah radioaktif. Oleh karena itu, diperlukan perangkat yang mampu mengirimkan data ke sistem terpusat, tanpa terkendala jarak seperti melalui RS-485 maupun Ethernet. Perangkat pemantauan radiasi maupun lingkungan saat ini tersedia secara komersial. Perangkat pemantauan radiasi bisa berupa surveimeter seperti Inspector+ [9], maupun perangkat pemantau radioaktifitas lingkungan seperti Ludlum-375 area monitor[10]. Perangkat-perangkat tersebut umumnya sudah dibuat untuk keperluan khusus dan susah untuk dikustomisasi atau disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Walaupun bisa, biasanya akan membutuhkan biaya yang mahal. Selain itu, apabila terjadi kerusakan, kemungkinan akan sulit diperbaiki, karena masalah ketersediaan komponen ataupun suku cadang. Berangkat dari latar belakang diatas, maka perlu untuk dikembangkan secara mandiri sebuah perangkat yang dapat digunakan untuk memantau fasilitas penyimpanan limbah radioaktif secara kontinyu. Pada makalah ini akan dibahas mengenai hasil pembuatan prototip dan pengujian dari perangkat pemantau radiasi, kelembaban maupun suhu pada fasilitas penyimpanan limbah radioaktif. Diharapkan dengan dikembangkannya prototip tersebut, akan tersedia perangkat pemantau yang mempunyai kinerja yang sebanding dengan perangkat komersial, mudah dikustomisasi serta dapat terhubung dengan sistem pemantau terpusat.
Tata Kerja Pengembangan perangkat pemantauan radiasi gamma, suhu dan kelembaban dilakukan melalui tahapan perancangan, pembuatan prototip, serta pengujian. Pada Gambar 1 ditunjukkan rancangan dari perangkat yang dikembangkan. Perangkat ini terdiri dari detektor, pembangkit tegangan tinggi, pengolah sinyal radiasi, board mikrokontroler Arduino, dan board Ethernet. Detektor yang dapat digunakan pada perangkat yang dirancang adalah detektor NaI(Tl) atau detektor Geiger-Muller (GM), akan tetapi pada makalah ini yang digunakan hanya detektor NaI(Tl). Untuk pembangkit tegangan tinggi, digunakan modul EMCO CA20P yang dapat membangkitkan tegangan sampai 2000V. Selanjutnya, bagian pengolah sinyal radiasi terdiri dari pre-amplifier (penguat awal), amplifier serta single channel analyzer (SCA). Board mikrokontroler Arduino terdiri dari timer dengan resolusi 8-bit, 16-bit counter, prosesor dengan arsitektur AVR, digital I/O, serial peripheral interface (SPI), universal
asynchronous receiver/transceiver (UART), serta konverter dari UART ke universal serial bus (USB). Selain melalui USB, board Arduino dapat dihubungkan dengan komputer melalui board Ethernet. Rancangan perangkat pada Gambar 1 kemudian dibuat prototipnya dan diuji di laboratorium Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN). Pengujian dilakukan terhadap tiap-tiap modul serta perangkat secara keseluruhan. Peralatan yang digunakan meliputi digital oscilloscope, digital volt meter (DVM), function generator (FG), variable resistor, catu daya, komputer, sumber standar Cs-137, surveimeter Inspector+, dan perangkat pemantau lingkungan Ludlum-375. ARDUINO UNO + ETHERNET SHIELD (B1) RADIATION BOARD (B2) NaI(Tl)
PreAmp
Amp
SCA
HV
AVRAtmega 8 16 Bit
Counter
16 MHz
Processor (AVR)
Timer
1W/2000 V
8 Bit
DHT21
Digital IO
LED
UART
UARTUSB
SPI
Ethernet
USB
LAN
ADC
BUZZER
Gambar 1. Blok diagram rancangan perangkat pemantau radiasi, kelembaban dan suhu Pengujian pertama dilakukan terhadap modul pengolah sinyal radiasi yang meliputi pembangkit tegangan tinggi, amplifier serta SCA. Detektor NaI(Tl) disambungkan ke modul yang diuji, kemudian keluaran tegangan tinggi diukur dengan DVM. Selanjutnya sumber standar diletakkan pada jarak 10 cm di depan detektor, lalu keluaran amplifier beserta SCA diamati dengan oscilloscope. Pengujian yang kedua dilakukan terhadap ADC. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur linearitas ADC serta hasil konversi digital dari sinyal masukan sinus. Pada pengujian linearitas, tegangan DC dengan nilai 0, 0.5, ..., 5V diberikan pada masukan ADC kemudian nilai konversi digitalnya dikirim ke komputer melalui USB. Selanjutnya, function generator dengan keluaran pulsa sinus (5 Hz) dihubungkan dengan ADC dan nilai konversi digitalnya dibaca di komputer. Hasil pengujian kemudian diplot untuk diamati. Tahapan berikutnya adalah pengujian stabilitas timer dan counter. Pada pengujian ini, keluaran TTL (frekuensi 50Hz, 100Hz, 250Hz, 500Hz, 1kHz, 2.5kHz, 5kHz dan 10kHz) dari function generator dihubungkan dengan frequency meter dan ke masukan counter lalu dicacah selama 2 menit dan hasilnya dikirim ke komputer tiap 5 detik (tiap frekuensi diambil sebanyak 24 data). Dari hasi pencacahan dihitung cacah per detik (cps), kemudian dibandingkan dengan frekuensi sinyal masukan. Kestabilan timer dan counter dinilai dengan beda cacah (BC, menggambarkan error dalam %) dan simpangan relatif (S dalam %), dimana nilainya dihitung dengan persamaan berikut :
( Fs ) 100 Fs 100
BC
S
(1) (2)
Fs pada persamaan diatas merupakan nilai frekuensi sebenarnya yang diukur dengan frequency meter, µ merupakan nilai rata-rata cacah per detik, sedangkan σ adalah nilai standar deviasi dari nilai cps untuk tiap-tiap frekuensi. Pada pengujian keempat, dilakukan pengujian terhadap sensor kelembaban dan suhu
DHT-21 (kelembaban: 0-100%RH dengan resolusi ±3%RH, suhu: -40°C ~ +80°C dengan resolusi ±0.5°C). Sensor DHT-21 dihubungkan dengan Arduino, lalu dilakukan pengukuran pada suhu kamar. Ketika pengukuran, sensor DHT-21 ditiup, lalu perubahan nilai kelembaban dan suhu diamatai di komputer. Hasil pengukuran suhu juga dibandingkan dengan hasil pengukuran melalui sensor suhu LM-35 pada suhu kamar. Selanjutnya, dilakukan pengujian terhadap modul pemantau radiasi dengan sumber standar Cs-137. Pada pengujian ini, sumber diletakkan pada jarak 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 cm dari detektor NaI(Tl), lalu dilakukan pencacahan selama 2 menit. Dari cacah total dihitung nilai cacah per detik (cps). Kinerja alat juga dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan surveimeter Inspector+ dan perangkat monitoring lingkungan Ludlum-375, dengan kondisi pengujian yang sama. Pengujian terakhir adalah integrasi dan pengujian komunikasi data melalui Ethernet dan USB. Pada pengujian ini, semua modul dan sensor diintegrasikan, lalu hasil pengukuran semua sensor dikirim ke komputer melalui Ethernet dan USB.
Hasil dan Pembahasan Pada Gambar 2 ditunjukkan foto dari prototip perangkat pemantau radiasi, kelembaban dan suhu yang telah dibuat.
5
4 3 2 1 Gambar 2. Prototip perangkat pemantau radiasi, kelembaban dan suhu
Gambar 3. Keluaran modul amplifier dan SCA pada pengolah sinyal radiasi Bagian-bagian dari prototip tersebut terdiri dari (1) detektor NaI(Tl), (2) detektor kelembaban dan suhu DHT-21, (3) pembangkit tegangan tinggi, (4) pengolah sinyal radiasi, (5) modul mikrokontroler Arduino dan komunikasi via Ethernet. Hasil pengujian amplifer dan SCA yang merupakan bagian dari pengolah sinyal radiasi ditunjukkan pada Gambar 3. Dari gambar terlihat sinyal radiasi keluaran amplifier (atas) beserta sinyal TTL keluaran SCA (bawah) yang berbentuk kotak. Pada pengujian ini, tegangan yang diberikan ke detektor sebesar 800V. Keluaran dari pembangkit tegangan tinggi juga diukur dengan oscilloscope, dimana dari hasil pengukuran diperoleh variasi dari tegangan tinggi sebesar 800 mV.
Nilai variasi yang kecil tersebut (0,1 %), menunjukkan bahwa rangkaian pembangkit tegangan tinggi sangat stabil sehingga layak digunakan pada perangkat pemantau radiasi yang dikembangkan. Linearitas ADC 1200
y = 212,2x + 14,37 R² = 0,995
1000
Nilai ADC
800 600 400 200 0 0
1
2
3
4
5
6
Tegangan Masukan (V)
Gambar 4. Hasil pengujian linearitas ADC
Nilai Digital
Sinus 5Hz 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
0
0,5
1
1,5
waktu (s)
Gambar 5. Hasil pengujian ADC dengan inputan sinus 5Hz Hasil pengujian linearitas ADC pada board mikrokontroler ditunjukkan pada Gambar 4. Sumbu X merupakan nilai tegangan masukan dalam V, sedangkan sumbu Y merupakan nilai konversi digital dari sinyal masukan. Selanjutnya, Gambar 5 merupakan grafik hasil konversi dari sinyal sinus dengan frekuensi 5 Hz dan amplitudo 2V. Dari segi linearitas, pada masukan dengan tegangan mendekati maksimum (sekitar 4V), terlihat hasil konversi kurang linear, akan tetapi secara keseluruhan linearitasnya cukup baik. Hal ini juga didukung oleh hasil konversi sinyal sinus pada Gambar 5. Kinerja ini sudah cukup untuk pengukuran-pengukuran fenomena seperti suhu maupun kelembaban. Pengujian selanjutnya yang tidak kalah penting terkait dengan bagian pemantauan radiasi adalah pengujian timer dan counter. Hasil pengujian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Pada pengujian ini hasil pencacahan terhadap pulsa dari function generator dianalisis dengan Persamaan (1) dan (2) untuk menilai kestabilan timer maupun counter. Tabel 1. Hasil pengujian stabilitas timer dan counter Freq.
Freq. Rerata keluaran
σ
S (%)
Beda BC (%) cacahan
50
49,42
49,23
0,38
0,77
0,19
0,38
100
100,10
99,63
0,45
0,45
0,47
0,47
250
239,60
238,56
0,59
0,25
1,04
0,43
500
488,10
486,07
0,87
0,18
2,03
0,42
1000
988,50
983,68
1,69
0,17
4,83
0,49
2500 2397,00 2404,53
4,35
0,18
-7,53
-0,31
5000 4890,00 4902,92
8,32
0,17
-12,92
-0,26
10000 9900,00 9923,68 15,97
0,16
-23,67
-0,24
Kolom pertama pada tabel merupakan nilai frekuensi yang disetting, sedangkan kolom kedua merupakan nilai frekuensi sebenarnya yang diukur dengan frekuensi meter. Pada kolom ketiga ditampilkan hasil rata-rata cacahan per detik hasil pengukuran prototip, dan pada kolom keempat ditampilkan nilai simpangan relatif (kolom S pada tabel) dapat disimpulkan bahwa timer maupun counter mempunyai kestabilan yang baik dengan simpangan relatif maksimum 0,77 %. Nilai cacahan yang terbaca oleh counter juga hampir sama (persen error -0,31 % ~ 0,49 %) dengan frekuensi dari sinyal yang dikeluarkan oleh function generator. Hasil Pengujian Suhu dan Kelembaban Suhu 30
100
29
80
28
60
27
40
26
20
25
0
Suhu (C)
Kelembaban (%)
Kelembaban 120
24 0
50
100
150
200
250
300
350
400
Waktu (detik)
Gambar 6. Hasil pengukuran kelembaban dan suhu Grafik pada Gambar 6 merupakan hasil pengujian terhadap bagian sensor kelembaban maupun suhu (DHT-21). Pengujian dilakukan di ruangan laboratorium dengan fasilitas air-conditioner (AC) terpusat. Sumbu X adalah waktu pengukuran dalam detik, sumbu Y1 menunjukkan nilai kelembaban relatif (%), sedangkan sumbu Y2 menunjukkan nilai suhu dalam derajat celcius. Dari grafik terlihat bahwa kelembaban pada ruangan sebesar 60%, sedangkan suhu ruangan sebesar 25,2°C. Ketika sensor ditiup (detik ke-15), terlihat peningkatan kelembaban sampai mencapai nilai 100% dan suhu mencapai nilai 26,1°C. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan uap air dalam nafas dan suhunyapun lebih tinggi dari suhu ruangan. Hasil ini menunjukkan bahwa sensor kelembaban dan suhu bekerja dengan baik. Bacaan sensor suhu DHT-21 juga dibandingkan dengan bacaan dari sensor LM-35 yang dihubungkan ke ADC kanal 0. Hasil pengukuran pada suhu ruangan menunjukkan bahwa bacaan sensor DHT-21 sebesar 26,6°C sedangkan bacaan sensor suhu LM-35 sebesar 26,9°C. Perbedaan sebesar 0,3°C tersebut masih dalam batas normal karena akurasi dari pembacaan suhu untuk sensor LM-35 maupun DHT-21 sebesar 0,5°C.
Hasil pengukuran sumber Cs-137 Inspector+ 25,00
200,00
20,00
150,00
15,00
100,00
10,00
50,00
5,00
0,00
Cacah per detik (cps)
Cacah per detik (cps)
Prototip 250,00
0,00 0
10
20
30
40
50
60
70
Jarak (cm)
Gambar 7. Komparasi hasil pengukuran radiasi antara prototip dan Inspector+
Hasil pengukuran Cs-137 dengan perangkat komersial Inspector+
Ludlum-375
25,00
14
Laju Dosis (cps)
10 15,00
8
10,00
6 4
5,00
Laju Dosis (uSv/h)
12
20,00
2
0,00
0 0
10
20
30
40
50
60
70
Jarak (cm)
Gambar 8. Komparasi hasil pengukuran radiasi antara Inspector+ dan Ludlum-375 Pengujian selanjutnya adalah pengujian bagian pendeteksi radiasi. Pada pengujian ini, hasil dari prototip degan detektor NaI(Tl) dibandingkan dengan hasil dari surveimeter Inspector+ dan perangkat monitoring lingkungan Ludlum-375 yang menggunakan detektor GM. Gambar 7 dan Gambar 8 merupakan grafik perbandingan hasil dari masing-masing perangkat. Sumbu X merupakan jarak antara detektor dengan sumber radiasi Cs-137, sumbu Y1 (dan sumbu Y2 pada Gambar 7) menunjukkan nilai cacah per detik (cps), dan sumbu Y2 pada Gambar 8 menunjukkan laju dosis dalam satuan uSv/h. Hasil pengukuran prototip maupun surveimeter terukur dalam satuan cps, sedangkan untuk perangkat monitoring lingkungan dalam uSv/h. Berdasarkan grafik, terlihat bahwa semakin jauh sumber radiasi, maka radiasinya semakin menurun. Selanjutnya, jika dilihat dari perbandingan nilai pada tiap-tiap jarak, nilainya menunjukkan kecenderungan yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja dari prototip yang dikembangkan hampir sama dengan kinerja dari dua perangkat komersial lainnya. Adanya perbedaan jenis detektor antara prototip yang menggunakan NaI(Tl) dan surveimeter yang menggunakan detektor GM, mengakibatkan adanya perpedaan pada nilai cps, dimana pada prototip nilainya mencapai hampir 10 kali lipat dari nilai cps pada surveimeter. Hal ini terjadi karena detektor NaI(Tl) mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan detektor GM. Pada Gambar 9 ditunjukkan hasil pengujian komunikasi data antara perangkat dan komputer melalui USB serta Ethernet. Dalam pengujian dengan Ethernet, data dikirim ke komputer melalui Hypertext Transfer Protocol (HTTP), dan di komputer data diterima melalui program yang dijalankan pada server NodeJS. Dari screenshot pada Gambar 9, terlihat bahwa data yang terkirim identik antara pengiriman melalui USB dengan Ethernet, sehingga pengujian dianggap berhasil. Dengan adanya fasilitas pengiriman data melalui USB dan Ethernet memungkinkan untuk menghubungkan prototip yang dibuat dengan sistem monitoring tersentralisasi baik secara langsung melalui USB maupun melalui jaringan internet apabila terpisah sangat jauh.
Gambar 9. Hasil pengujian komunikasi data melalui USB dan Ethernet
Kesimpulan Prototip perangkat pemantauan radiasi, kelembaban dan suhu sudah dibuat dan dilakukan uji fungsi serta uji kinerja. Hasil pengujian pembangkit tegangan tinggi, pengolah sinyal radiasi, timer dan counter, ADC, serta modul komunikasi menunjukkan bahwa perangkat bekerja dengan baik. Pengujian timer dan counter dengan function generator menunjukkan bahwa prototip mempunyai kestabilan yang baik dengan nilai simpangan relatif dibawah 0,77% dan persen error -0,31 % ~ 0.49 %. Selanjutnya, berdasarkan perbadingan dengan dua perangkat monitoring radiasi komersial, diperoleh bahwa prototip yang dibuat mempunyai kinerja yang sebanding dengan perangkat komersial. Selain itu, diperoleh juga bahwa detektor NaI(Tl) yang digunakan pada prototip mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi dengan detektor GM pada surveimeter, dimana hasil pengukuran cps terhadap sumber standar Cs-137 mencapai 10 kalinya pada pengukuran dengan prototip yang dibuat. Kedepannya, terhadap perangkat yang dikembangkan perlu dilakukan kalibrasi di laboratorium yang terakreditasi dan ditindaklanjuti dengan uji lapangan untuk memantau fasilitas penyimpanan limbah radiaktif secara kontinyu.
Daftar Pustaka 1. Ana Maria S. Braghirolli, William Waissmann, Juliana Batista da Silva, Gonçalo R. dos Santos, Production of iodine-124 and its applications in nuclear medicine, Applied Radiation and Isotopes, Volume 90, August 2014, pp. 138-148. 2. M.S. Rapaport, A. Gayer, Application of gamma ray computed tomography to nondestructive testing, NDT & E International, Volume 24, Issue 3, June 1991, pp. 141-144. 3. Victor J. Orphan, Ernie Muenchau, Jerry Gormley, Rex Richardson, Advanced γ ray technology for scanning cargo containers, Applied Radiation and Isotopes, Volume 63, Issues 5–6, November–December 2005, Pages 723-732. 4. Hendig Winarno, Ermin Katrin W. Wisnurahadi dan Swasono R. Tamat, Dosis iradiasi optimum pada pengawetan simplisia kulit batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) sebagai antikanker, J. Ilmiah AI & R Vol. 6 No. 1 Juni 2010, hal. 1-16. 5. Sahat M. Panggabean, Pengelolaan limbah radioaktif cair di Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif, Buletin Limbah Vol. 5 (1), 2000, pp. 51-53. 6. BAPETEN, Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 03/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif, 1999
7. Adi Wijayanto, L. Kwin Pudjiastuti, I Putu Susila, Eko Adi Setiawan, Rancang Bangun Sistem Telemonitoring Paparan Radiasi Secara Kontinyu dan Terpusat Berbasis Komputer pada Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif, Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir, PTAPB 2011, pp. 299-309. 8. Adi Wijayanto, L. Kwin Pudjiastuti, I. Putu Susila, Pembuatan Database Berbasis MySQL Server Pada Sistem Pemantau Radiasi Terpusat Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif, Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir, 10 Oktober 2012 (142-156). 9. SE International, Inspector+ User Manual. 10. Ludlum Measurements Inc., Model-375 Digital Wall-Mount Area Monitor, 2014