Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 16
PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN IPS SD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAGI MAHASISWA S1 PGSD UNIROW TUBAN Wendri Wiratsiwi Program Strudi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan tujuan (1) mengembangkan perangkat perkuliahan pada mata kuliah materi dan pembelajaran Matematika SD dengan model pembelajaran kolaboratif; (2) mengetahui keefektifan perangkat perkuliahan pada mata kuliah materi dan pembelajaran Matematika SD dengan model pembelajaran. Penelitian dilakukan di kelas A mahasiswa PGSD semester II angkatan 2014 sebagai kelas eksperimen. Pengembangan dilakukan mengacu pada model R & D oleh Borg and Gall, sedangkan pada tahap uji coba perangkat perkuliahan digunakan One Group Pretest-Postest Design dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Pengumpulan data menggunakan metode validasi ahli, observasi dan tes hasil belajar. Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa perangkat perkuliahan yang dikembangkan juga memiliki tingkat kelayakan baik untuk digunakan. Keefektifan perangkat perkuliahan diuji dengan membandingkan nilai hasil belajar ketika pretest dan postest mahasiswa PGSD semester II kelas A sebagai kelompok uji coba lapangan (kelompok eksperimen). Sebelum menggunakan perangkat perkuliahan yang dikembangkan ketika pretest rata-rata skor yang dicapai mahasiswa adalah 62,5 dengan ketuntasan klasikal sebesar 10%. Setelah digunakannya perangkat perkuliahan dengan model pembelajaran kolaboratif selama pembelajaran, rata-rata skor yang dicapai mahasiswa ketika postest adalah 82 dan ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 85%. Dari hasil belajar tersebut terlihat ada peningkatan nilai hasil belajar mahasiswa ketika pretest dan setelah postest. Artinya perangkat perkuliahan yang dikembangkan efektif untuk digunakan. Kata kunci: Perangkat Perkuliahan, Pendidikan IPS SD, Model Pembelajaran Kolaborasi
119
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
mendorong
PENDAHULUAN Pendidikan sosialisasi
adalah
menuju
proses
atas,
dengan
kegiatan
martabatnya Bahkan sebagai
sebagai
manusia.
pendidikan
diyakini
kunci
keberhasilan
aktivitas
Selain dari kedua hal tersebut di
intelektual, sosial, moral, sesuai dan
arah
berpikir.
kedewasaan
kemampuan
ke
sebab belum optimalnya pembelajaran
di
Perguruan Tinggi adalah proses pembelajaran
yang
informatif
dan
bersifat proses
kompetisi masa depan. Pemimpin-
pembelajaran yang berpusat pada
pemimpin dunia usaha, pendidikan
pembelajar. Sehingga pembelajaran
maupun industri pada umumnya
masih membosankan. Kurang
menariknya
proses
secara kolaboratif guna mencapai
pembelajaran
menurut
Xaviery
keberhasilan sesuai tujuannya. Oleh
(dalam Mustaji, 2009: 34) karena
karena itu perlu dikaji apakah hal
proses pembelajaran tidak memacu
tersebut sudah tercapai.
keingintahuan
menuntut
kemampuan
bekerja
Salah satu jenjang pendidikan
membedah
pebelajar masalah
untuk seputar
setelah SMA adalah Perguruan
lingkungan sosial dan pembelajar
Tinggi.
dan
memposisikan diri sebagai pribadi
Dengeng dalam (Mustaji, 2009:2)
yang menggurui pebelajar, belum
kegiatan
memerankan diri sebagai fasilitator
Menurut
Ardhana
pembelajaran
di
Perguruan
Tinggi
belum
dilaksanakan
secara
optimal.
Penyebab
belum
kegiatan
pembelajaran
optimalnya itu
bisa
dengan pengetahuan
mampunya
menciptakan sesuai
pembelajar
pembelajaran dengan
perkembangan
yang
yang
dikonstruksi
oleh pebelajar itu berlaku benar untuk setiap keadaan. Setelah mencermati sebab-sebab
dilihat dari sisi pembelajar yaitu kurang
memperlihatkan
proses pembelajaran yang belum optimal tersebut di atas,
adalah
tuntutan
masuk akal apabila hasilnya juga
teknologi
belum optimal sehingga perlu ada
pembelajaran dan dari sisi pebelajar
perbaikan
dalam
pembelajaran.
yaitu kurangnya aktivitas yang
Salah satu perbaikan pembelajaran dapat dimulai dari sisi pebelajar.
120
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
Karena karakteristik pembelajaran
dini.
yang
adanya
memberdayakan kecerdasan sosial
sebagai
ini melalui bangku pendidikan,
optimal
keterlibatan
adalah
pebelajar
subjek belajar.
Oleh
karena
dalam
dibutuhkan upaya kolaborasi antar
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran,
pebelajar
pebelajar.
perlu
IPS merupakan salah satu ilmu
dihadapkan pada tantangan belajar
pengetahuan
untuk
dalam
belajar.
kolaborasi
itu
Mereka
aktif
secara
mencari
dan
yang
diperlukan
kehidupan
manusia.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta
menemukan pemecahan masalah.
didik
Permasalahan menjadi acuan bagi
menjadi warga negara Indonesia
pebelajar
merumuskan,
yang demokratis, dan bertanggung
menganalisa, dan memecahkannya.
jawab, serta warga dunia yang cinta
Strategi
perlu
damai. Di masa yang akan datang
pengembangan
peserta didik akan menghadapi
berpikir kritik dan kreatif untuk
tantangan berat karena kehidupan
menemukan
masyarakat
untuk
pembelajaran
diarahkan
ke dan
menggunakan
diarahkan
untuk
global
dapat
selalu
sumber daya yang sesuai untuk
mengalami perubahan setiap saat.
belajar. Sehubungan dengan itu
Oleh karena itu mata pelajaran IPS
proses
dirancang untuk mengembangkan
belajar
tidak
sekedar
“belajar tentang”, tetapi belajar
pengetahuan,
pemahaman,
mengetahui, berbuat, menjadi diri
kemampuan
analisis
sendiri, dan hidup bersama.
kondisi sosial masyarakat dalam
Di samping itu, diperlukan juga suatu
upaya
pemberdayaan
memasuki
terhadap kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
kecerdasan sosial yang mampu mengembangkan
dan
Mahasiswa
S1
PGSD
pemahaman,
UNIROW Tuban (SDM) memegang
adaptasi dan tindakan bijaksana
peranan yang sangat penting dan
ketika berhadapan dengan orang
strategis dalam dunia pendidikan
lain.
yang nantinya sebagai SDM yang
Sikap
tersebut
kecerdasan
adalah
salah
sosial satu
harus
mampu
menghadapi
kemampuan dalam diri individu
persaingan yang semakin ketat.
yang perlu dikembangkan sejak
Sekaligus
121
dapat
meningkatkan
Jurnal Buana Pendidikan
kemampuan calon
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
mahasiswa
pembelajar
professional.
sebagai
bukanlah
buah
SD
yang
tetapi
Sebagai
calon
keberhasilan
dari
kompetisi,
kolaborasi.
Paradigma
berbasis
pembelajar SD yang professional,
telah
mahasiswa
berbasis kolaborasi. Covey (1989)
S1
PGSD
UNIROW
berubah
kompetisi
ke
harus memahami dan mempelajari
memperkenalkan
pola pembelajaran pendidikan IPS
paradigma
yang
dan
menekankan
pada
unsur
kehidupan
paling
peserta
interdependensi.
Penekanan
bahwa
dalam
managemen
pendidikan dan pembekalan pada didik.
paradigma
modern
modern
yang
tinggi
adalah Tahapannya
pembelajaranya bukan sebatas pada
adalah
upaya mencekoki atau menjejali
ketergantungan (dependence), dan di
peserta
didik
pertengahan adalah kemandirian
konsep
yang
dengan
sejumlah
bersifat
hafalan
paling
(independence).
Oleh karena itu
belaka, melainkan terletak pada
disarankan
upaya
mengembangkan
agar
mereeka
mampu
menjadikan apa yang dipelajarinya
para
atas,
kehidupan
mengembangkan yang
pola
kerja
Berdasarkan hal tersebut di
dan ikut serta dalam melakoni pembelajaran
pembelajar
kolaborasi, bukan kompetisi.
sebagai bekal dalam memahami
Model
rendah
selanjutnya
peneliti
akan
perangkat
perkuliahan
dengan
relevan untuk permasalahan di atas
pembelajaran
kolaboratif
adalah
pembelajaran
kolaborasi.
memenuhi karakteristik yang baik
Dalam
pembelajaran
kolaborasi,
dan
dapat
pembelajaran dipandang sebagai
pembelajar
dialog
pembelajaran.
antara
pebelajar, pembelajar,
pebelajar
pebelajar pebelajar
dengan dengan dengan
masyarakat dan lingkungannya. Keterampilan sangat kehidupan Covey
diperlukan sehari-hari. (1989)
yang
dipergunakan dalam
Berdasarkan dikemukakan, masalah
model
oleh proses
uraian maka
dalam
yang
rumusan
penelitian
ini
kolaborasi
adalah; 1) bagaimanakah proses
dalam
dan hasil pengembangan perangkat
Menurut
keberhasilan
perkuliahan
pada
mata
kuliah
Pendidikan IPS SD dengan model
122
Jurnal Buana Pendidikan
pembelajaran mahasiswa
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
kolaboratif S1
PGSD
Tuban?;
bagi Unirow
2)bagaimanakah
keefektifan perangkat perkuliahan pada mata kuliah Pendidikan IPS SD dengan model pembelajaran kolaboratif
bagi
mahasiswa
S1
PGSD Unirow Tuban? Tujuan penelitian ini adalah; 1) mendiskripsikan
proses
pengembangan perkuliahan
perangkat
dan
menghasilkan
perangkat perkuliahan pada mata kuliah Pendidikan IPS SD dengan model
pembelajaran
kolaboratif
bagi mahasiswa S1 PGSD Unirow Tuban; 2) mengetahui efektivitas perangkat perkuliahan pada mata kuliah Pendidikan IPS SD dengan model
pembelajaran
kolaboratif
bagi mahasiswa S1 PGSD Unirow Tuban. Diharapkan
dari
hasil
penelitian ini, dapat dipergunakan oleh
Dosen
perangkat
sebagai
perkuliahan
sekaligus kajian model
alternatif dan
pengembangan
pembelajaran
kolaboratif
dalam mata kuliah Pendidikan IPS SD yang berkelanjutan.
Desain Penelitian (Design Research) Design research merupakan suatu
rangakaian
pendekatan
dalam
merancang,
mengembangkan
dan
mengevaluasi
kegiatan
pembelajaran untuk memperoleh teori-teori baru yang berdampak pada
kegiatan
Sedangkan
pembelajaran.
fungsi
penelitian
rancangan (design research) yaitu merancang/
mengembangkan
suatu intervensi (seperti program, strategi dan materi pembelajaran, produk dan sistem) dengan tujuan untuk
memecahkan
masalah
pendidikan yang kompleks dan untuk
mengembangkan
pengetahuan (teori) tentang suatu karakteristik dari intervensi serta proses
perancangan
dan
pengembangan tersebut. Jadi dapat disimpulkan
bahwa
desain
penelitian (design resiearch) adalah usaha
merencanakan
kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas yang dirancang sedemikian meningkatkan
rupa validitas
guna internal
maupun eksternal. Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
One-Group
Pretes-
Postest Design. Desain penelitian ini
123
Jurnal Buana Pendidikan
dimulai
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
dengan melakukan tes
keefektifan
(effectiveness).Nieveen
awal (pretest) untuk mengetahui
1999:127-128 (dalam Sodiq, 2009:
kemampuan
63c).
Selanjutnya
awal
siswa.
diberikan
perlakuan
dalam jangka waktu tertentu. Pada akhir pembelajaran dilakukan test akhir (postest). Sebagai uji akhir untuk
mengetahui
mahasiswa
hasil belajar
dan
hanya
membandingkan antara nilai pretest dan
siswa
postest
selama
Pendidikan IPS SD Mata kuliah Pendidikan IPS SD ini merupakan mata kuliah yang
memberikan
kepada
pemahaman
mahasiswa
pembelajaranan
tentang
IPS
sebagai
program pendidikan. Mata kuliah
pembelajaran.
ini
Perangkat Perkuliahan Menurut Ibrahim (2002:3)
kedudukan dan peranan ilmu-ilmu
perangkat
yang
metode pembelajaran, media dan
diperlukan dalam mengelola proses
sumber pembelajaran, dan evaluasi
belajar mengajar berupa: Satuan
atau assessment pembelajaran IPS
Acara
Lembar
SD. Setelah mengikuti mata kuliah
Lembar
ini mahasiswa diharapkan memiliki
karakteristik
perkuliahan
Perkuliahan,
Kegiatan
meliputi
Mahasiswa,
hakekat
dan
pendidikan
IPS,
social dalam pembelajaran IPS,
Penilaian, Buku Ajar Mahasiswa,
pengetahuan
dan
Ini
dalam mengembangkan kurikulum
merupakan satu kesatuan yang
dan pembelajaran IPS pada jenjang
akan mempermudah dosen dalam
Pendidikan Dasar (SD/MI).
Media
Pembelajaran.
menyampaikan
materi
Model Pembelajaran Kolaboratif Gokhale
(1995:156)
mendefinisikan
bahwa
yang sudah ditentukan. perangkat
menghasilkan perkuliahan
keterampilan
untuk
mencapaian tujuan pembelajaran Untuk
dan
yang
“collaborative
learning”
mengacu
berkualitas baik hasil, perangkat
pada metode pengajaran pebelajar
pembelajaran
dalam
memenuhi kriteria
satu
kelompok
hasil perangkat yang dikemukakan
bervariasi
yaitu: (1) kevalidan (validity), (2)
bekerjasama dalam kelompok kecil
kepraktisan (practicality), dan (3)
124
tingkat
yang
kecakapannya
Jurnal Buana Pendidikan
yang
mengarah
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
pada
tujuan
bersama.
keunggulan individu. Para praktisi pembelajaran
kolaboratif
Panitz (dalam Mustaji, 2009:78)
memanfaatkan filsafat ini di kelas,
menjelaskan bahwa pembelajaran
dalam rapat-rapat komite, dalam
kolaboratif adalah suatu filsafat
berbagai
personal, bukan sekadar teknik
keluarga dan secara luas sebagai
pembelajaran di kelas. Menurutnya,
cara hidup dan dalam berhubungan
kolaborasi adalah filsafat interaksi
dengan sesama.
dan gaya hidup yang menjadikan
Berdasarkan
komunitas,
dalam
beberapa
kerjasama sebagai suatu struktur
pendapat
interaksi
disimpulkan bahwa pembelajaran
yang
sedemikian
dirancang
rupa
guna
kolaboratif
di
atas
adalah
dapat
pembelajaran
memudahkan usaha kolektif untuk
yang di dalamnya ada kegiatan
mencapai tujuan bersama. Pada
dialog
segala
pebelajar,
orang
situasi,
ketika
berada
sejumlah
dalam
suatu
kelompok, kolaborasi merupakan suatu
cara
untuk
antara
pebelajar
pembelajar,
menghargai
digunakan
setiap
anggota
dengan
Dalam penelitian ini model pembelajaran
sumbangan
dengan
pebelajar
dengan saling menghormati dan dan
dengan
masyarakat dan lingkungannya.
berhubungan
kemampuan
pebelajar
kolaboratif sebagai
model
pembelajaran yang relevan untuk
kelompok. Di dalamnya terdapat
memaksimalkan
pembagian
dan
pembelajaran pada mata kuliah
penerimaan tanggung jawab di
Pendidikan IPS di SD. Karena
antara
para
anggota
kelompok
dengan
untuk
melaksanakan
tindakan
kewenangan
kelompok.
model
memaksimalkan
proses
ini
dapat
keterlibatan
mahasiswa sebagai subjek belajar.
Pokok pikiran yang mendasari pembelajaran
kolaboratif
adalah
konsensus yang terbina melalui kerjasama
di
antara
kelompok
sebagai
kompetisi
yang
anggota
lawan
dari
mengutamakan
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian & pengembangan atau research and development (R&D) yaitu suatu
125
metode
penelitian
yang
Jurnal Buana Pendidikan
digunakan produk
untuk
tertentu
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
menghasilkan dan
menguji
kemampuan Selanjutnya
awal
siswa.
diberikan
perlakuan
kefektifan produk tersebut. Dalam
dalam jangka waktu tertentu. Pada
penelitian
dilakukan
akhir pembelajaran dilakukan test
perangkat
akhir (postest). Sebagai uji akhir
ini
pengembangan perkulihan
pada
mata
kuliah
untuk
mengetahui
hasil belajar
Pendidikan IPS SD SD dengan
mahasiswa
model
membandingkan antara nilai pretest
pembelajaran
kolaboratif
bagi mahasiswa S1 PGSD Unirow
dan
Tuban. Perangkat perkuliahan hasil
pembelajaran.
dan
hanya
siswa
postest
selama
pengembangan tersebut kemudian diujicobakan.
O1
Alur penelitian pengembangan perangkat
perkuliahan
Group Pretes-Postest Design Keterangan :
and Development (R & D) dari Borg
O1 = pemberian uji awal (pretest) O2 = pemberian uji akhir (post test) x = pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran model kolaboratif
and Gall. Menurut Borg and Gall (2007:589) langkah-langkah model pengembangan ini terdiri atas (1) dan
informasi,
(2)
pengembangan
pengumpulan
perencanaan,
(3)
produk,
uji
(4)
lapangan awal, (5) revisi produk utama, (6) uji lapangan lanjut, (7) revisi produksi operasional, (8) Uji lapangan operasional, (9) revisi produk akhir, (10) diseminasi dan implementasi Rancangan penelitian pada tahap ini adalah One-Group PretesPostest Design. Desain penelitian ini dimulai
dengan melakukan tes
awal (pretest) untuk mengetahui
O2
Gambar 1. Desain Penelitian One-
ini
mengikuti teori model Research
penelitian
X
Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik validasi ahli, observasi, tes hasil belajar, tugas dan angket. Dimana instrumen penelitiannya validasi
ahli,
lembar
soal
berupa lembar tes
lembar observasi,
pemahaman
konsep, lembar kerja mahasiswa, dan lembar angket. Subyek Penelitian
126
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
Subjek yang digunakan dalam
pembelajaran dan pakar desain
penelitian ini adalah Mahasiswa S1
pembelajaran
PGSD semester II kelas A 2014.
perangkat
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
pengembangan ini ada
yang sudah dilaksanakan yaitu (1) studi pendahuluan meliputi kebutuhan,
studi
pustaka, penelitian awal dan persiapan
laporan
awal;
(2)
perencanaan
meliputi
perencanaan
pembelajaran,
perencanaan
pembuatan
instrumen,
perencanaan
pembuatan
perangkat
perkuliahan; (3) pengembangan produk
meliputi
dikembangkan; (6) uji lapangan lanjut
meliputi
pemberian
revisi produksi , (8) uji lapangan
delapan proses pengembangan
analisis
yang
A sebagai kelas uji coba, (7)
IPS Berwawasan Pendidikan
perangkat perkuliahan
pembelajaran
angket pada 24 mahasiswa kelas
1. Proses Pengembangan Modul Karakter Proses
terhadap
penyusunan
operasional. Tahapan
penelitian
dan
pengembangan yang meliputi 10 tahap
tidak
sepenuhnya.
dilaksanakan Tahap
ke
-9
perbaikan produk akhir dan tahap ke-10 diseminasi Nasional tidak
dilakukan.
penelitian
ini
Dalam
hanya
dibatasi
pada tahap ke-1 sampai ke-8 sesuai dengan kebutuhan pada mata kuliah Pendidikan IPS di SD di Universitas Ronggolawe Tuban Prodi PGSD. a. Hasil Validasi Ahli Kelayakan perangkat
tujuan perkuliahan, penyusunan
perkuliahan
standar tes, dan penyusunan
pada
bentuk
perangkat
pakar (ahli) dan hasil uji
perkuliahan, (4) uji lapangan
coba. 1) Validitas SAP Hasil penilaian rerata
awal
awal meliputi validasi oleh dua orang pakar, yaitu pakar materi pembelajaran dan pakar desain pembelajaran, (5) revisi produk utama meliputi komentar dan saran
dari
pakar
materi
127
hasil
didasarkan validasi
para
dari tiap aspek pokok dalam penyusunan SAP yakni
sebagai
berikut,
komponen SAP lengkap
Jurnal Buana Pendidikan
dan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
sistematis
dengan
keutuhan
pengalaman
rerata 4 berkategori baik,
belajar dengan rerata 4
aspek yang kedua yakni
berkategori baik. Aspek
mencantumkan
ketujuh
standar
kompetensi
dan
yakni
mengakomodasi
kompetensi dasar rerata
pembelajaran
4,50
keterpaduan lintas mata
berkategori
baik.
terpadu,
Aspek yang ketiga yakni
kuliah,
keterkaitan antara standar
belajar,
kompetensi
budaya dengan rerata 4
dan
lintas dan
kompetensi dasar dengan
berkategori
rerata
4,50
kedelapan
baik,
keempat
berkategori
aspek
keragaman baik, menerapkan
yakni
teknologi informasi dan
mencantumkan indikator
komunikasi dengan rerata
untuk
4 berkategori baik. Aspek
mengukur
ketercapaian
kompetensi
kesembilan
yakni
dengan rerata 5 kategori
pemilihan
model
sangat baik. Aspek kelima
pembelajaran,
metode
yakni
pembelajaran,
media
kejelasan
pembelajaran
proses
(kegiatan
pembelajaran, dan sumber
awal, kegiatan inti, dan
belajar yang disesuaikan
kegiatan akhir) rerata 4
dengan
karakteristik
berkategori baik, keenam
mahasiswa
dan
yakni mengakomodasikan
kuliah dengan rerata 4
pada
dan
berkategori
baik,
keterpaduan
KD,
kesepuluh
yakni
keterkaitan
dan
menggunakan
keterkaitan
keterpaduan
materi
mata
pendekatan tematik dan/
pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
indikator
dan/atau
scientific
kompetensi,
dan/atau
inquiry,
pencapaian penilaian, belajar
dan dalam
sumber satu
128
atau
tematik
terpadu
penyingkapan, dan/atau pembelajaran
yang
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
menghasilkan
karya
dengan jumlah rerata 4,25,
berbasis
pemecahan
dan berkategori baik dan
masalah
disesuaikan
aspek
dengan
karakteristik
pertanyaan/penugasan
kompetensi dan jenjang
dengan jumlah rerata 4,5,
pendidikan dengan rerata
dan
4 berkategori baik, dan
Melalui analisis penilaian
aspek yang terakhir yakni
lembar kerja mahasiswa
memuat
oleh
pengembangan
berkategori
para
baik.
pakar
dan
sikap, pengetahuan, dan
praktisi yang terdiri dari
ketrampilan
yang
dari
terintegrasi
pada
kelayakan
pembelajaran rerata
4.
dengan berkatergori
aspek isi,
petunjuk, prosedur
dan pertanyaan/penugasan
baik. Analisis penilaian
mendapatkan nilai rata-
SAP oleh para pakar dan
rata
praktisi
mendapatkan
nilai reliabilitas 81,8%. 2) Validitas Lembar Kerja
4,11
dengan
reliabilitas 79,2%. 3) Validitas Media Hasil analisis penilaian validitas media
Mahasiswa Hasil
analisis
pembelajaran
yang
penilaian validasi LKM
dilakukan oleh para pakar
yang yang dilakukan oleh
dan praktisi maka rerata
para pakar dan praktisi
yang
maka
beberapa komponen yang
rerata
yang
diperoleh
diperoleh dari beberapa
diantaranya
pokok
skenario
khusus
penilaian
aspek
dari
komponen pembelajaran
yang
rerata 4,5, dan berkategori
aspek
baik, yang kedua aspek
petunjuk dengan jumlah
tampilan media rerata 5,
rerata 4 berkategori baik,
dan
kelayakan
baik,
komponen
ketiga
yakni
diantaranya
jumlah
isi rerata
dengan 3,7,
berkategori baik, prosedur
129
berkategori
sangat yang alokasi
waktu 4, dan berkategori
Jurnal Buana Pendidikan
baik,
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
komponen
keempat penyampaian
yang
pembelajaran rerata 4,3,
yakni
dan
materi
berkategori
komponen
baik,
yang
ketiga
rerata 5, dan berkategori
yakni ilustrasi dan contoh
baik,
rerata 4,5, dan berkategori
komponen
kelima
yakni
dengan
yang ilustrasi
rerata
berkategori baik. Melalui
4
baik,
komponen
yang
keempat
yakni
kebahasaan rerata 4, dan analisis
penilaian
media
berkategori baik. Melalui
analisis
pembelajaran yang telah
penilaian
dilakukan oleh para pakar
mahasiswa
dan praktisi yang meliputi
dilakukan oleh para pakar
beberapa komponen yakni
dan praktisi yang meliputi
komponen
skenario
beberapa komponen yakni
pembelajaran,
tampilan
komponen struktur bahan
waktu,
ajar, materi pembelajaran,
penyampaian materi, dan
ilustrasi dan contoh, dan
komponen ilustrasi maka
komponen
nilai
reliabilitasnya
maka nilai reliabilitasnya
mendapatkan 76,9%. 4) Hasil Validitas Bahan Ajar Hasil analisis
mendapatkan 92,9%. 5) Hasil Validitas Lembar
media,
alokasi
bahan
ajar
yang
telah
kebahasaan
penilaian validitas bahan
Penilaian Hasil analisis lembar
ajar
penilaianyang
mahasiswa
yang
dilakukan oleh para pakar
oleh
dan praktisi maka rerata
praktisi maka rerata yang
yang
diperoleh dari beberapa
diperoleh
dari
para
dilakukan
beberapa komponen yang
komponen
diantaranya
diantaranya
komponen
pakar
dan
yang komponen
struktur bahan ajar rerata
relevansi materi penilaian
4,75,
berkategori
dengan
sangat baik, yang kedua
dengan
aspek komponen materi
berkategori
dan
130
kompetensi rerata
4, baik,
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
komponen
kecakupan
Berdasarkan analisis data
materi penilaian dengan
menunjukkan bahwa SAP
rerata 4 berkategori baik,
dapat terlaksana dengan
komponen
keakuratan
baik dan sangat baik pada
materi penilaian dengan
ujicoba kelas di kelas A
rerata 3,5 berkategori baik,
dengan rerata nilai tiap
komponen
pertemuan
format
kesesuaian
penilaian
yakni
sajian
pertemuan I sebesar 4,2
tuntutan
(84,12%), dan pertemuan
yang
2 sebesar 4,38 (87,5%). Jadi
berpusat pada pebelajar
rata-rata untuk pertemuan
dengan
1
dngan pembelajaran
rerata
4
berkategori
baik,
komponen
dan
2
sebesar
(85,81%).
4,29
Kualitas
penggunaan
keterlaksanaan SAP yang
kaidah bahasa Indonesia
berkategori sangat baik,
yang
tersebut didudukung oleh
baik
dengan
dan
benar
rerata
4
berkategori
baik,
dan
komponen
keterbacaan
dengan
rerata
4
penyesuaian
kegiatan
pembelajaran dalam SAP yang
disusun
sistematis
yang
berkategori baik, dengan
diorientasikan
nilai
model
reliabilitas
83,3%. b. Hasil Uji Operasional 1) Hasil
yakni
secara dengan
pembelajaran
Lapangan
kolaboratif. 2) Hasil Peran Pebelajar Aktivitas pengamatan
Pengamatan
dilakukan terhadap peran
Keterlaksanaan SAP Aktivitas pengamatan
pebelajar
dilakukan
terhadap
pertemuan I dan ujicoba
keterlaksanaan SAP pada
operasional di kelas A
ujicoba
pertemuan 2. Berdasarkan
operasional
di
pada
ujicoba
operasional di kelas A
kelas A pertemuan I dan
analisis
ujicoba
di
menunjukkan
bahwa
2.
peran
selama
kelas
operasional A
pertemuan
131
data pebelajar
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
kegiatan
perkuliahan
sangat baik pada ujicoba kelas di kelas A dengan rerata
nilai
pertemuan
tiap yakni
pertemuan I sebesar 3,2 dan pertemuan 2 sebesar 3. Jadi rata-rata untuk pertemuan
1
dan
2
sebesar 3,1 dan termasuk di dalam kategori sangat baik. 3) Hasil Pengamatan Peran
di dalam kategori sangat baik. 4) Hasil
Pengamatan
Suasana Pembelajaran Aktivitas pengamatan dilakukan terhadap peran pembelajar pada ujicoba operasional di kelas A pertemuan I dan ujicoba operasional di kelas A pertemuan 2. Berdasarkan analisis
data
menunjukkan suasana
Pembelajar Aktivitas
pengamatan
bahwa
pembelajaran
selama
kegiatan
dilakukan terhadap peran
perkuliahan sangat baik
pembelajar pada ujicoba
pada ujicoba kelas di kelas
operasional di kelas A
A dengan rerata nilai tiap
pertemuan I dan ujicoba
pertemuan
operasional di kelas A
pertemuan I sebesar 3,4
pertemuan 2. Berdasarkan
dan pertemuan 2 sebesar
analisis
3,5. Jadi rata-rata untuk
data
menunjukkan
bahwa
pertemuan
yakni
1
dan
2
peran pembelajar selama
sebesar 3,46 dan termasuk
kegiatan
di dalam kategori sangat
perkuliahan
sangat baik pada ujicoba kelas di kelas A dengan rerata
nilai
pertemuan
tiap yakni
pertemuan I sebesar 3,38 dan pertemuan 2 sebesar 3,5. Jadi rata-rata untuk pertemuan
1
dan
2
sebesar 3,44 dan termasuk
132
baik. 2. Keefektifan Perkuliahan
Perangkat dengan
Model
Pembelajaran Kolaboratif Keefektifan perangkat perkuliahan dapat dilihat dari keberhasilan
proses
pembelajaran yang diukur dari ketuntasan
tujuan
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
pembelajaran.
Untuk
menentukan
ketuntasan
individu dan klasikal
hasil belajar ketika pretest dan mahasiswa
semester II
PGSD
kelas A sebagai
kelompok uji coba lapangan (kelompok eksperimen) apabila rata-rata ketercapaian indikator yang
mewakili
pembelajaran
tujuan memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata kuliah Pendidikan IPS SD yang ditetapkan yaitu ≥ 80. Sebelum perangkat
menggunakan perkuliahan
dikembangkan
ketika
rata-rata
yang
skor
yang pretest dicapai
mahasiswa adalah 62,5 dengan ketuntasan 10%.
klasikal
Setelah
sebesar
digunakannya
perangkat perkuliahan dengan model pembelajaran kolaboratif selama pembelajaran, rata-rata skor yang dicapai mahasiswa ketika postest adalah 82 dan ketuntasan
klasikal
yang
dicapai adalah 85%.
Terjadi
peningkatan
belajar
hasil
yang
yaitu
dengan membandingkan nilai postest
bahwa perangkat perkuliahan
belajar
sehingga
dapat
efektif
untuk digunakan. SIMPULAN Perangkat
perkuliahan
berorientasikan
model
pembelajaran
kolaboratif
dikembangkan
dengan
menggunakan model Research and Development (R & D) dari Borg and Pengembangan
Gall.
perangkat
pembelajaran yang terdiri dari yang terdiri atas 8 fase pengembangan sebagai berikut: (1) penelitian dan pengumpulan
informasi,
perencanaan,
(3)
(2)
pengembangan
produk, (4) uji lapangan awal, (5) revisi
produk
utama,
(6)
uji
lapangan lanjut, (7) revisi produksi operasional, dan (8) Uji lapangan operasional. Dengan menggunakan model ini, dihasilkan perangkat perkuliahan
pada
mata
kuliah
Pendidikan
IPS
di
SD
berorientasikan pembelajaran
model kolaboratif
yang
berkategori baik, hal ini terlihat dari: 1) Kevalidan
mahasiswa dibanding dengan hasil
dikembangkan
sebelumnya, dikatakan 133
berdasarkan
kebenaran isi yang meliputi Satuan (SAP),
Acara Bahan
perkuliahan Ajar,
Media
Pembelajaran, Lembar Kerja
Jurnal Buana Pendidikan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
Mahasiswa (LKM), Tes Akhir
belajar
Perkuliahan
peningkatan
dikategorikan
tersebut nilai
terlihat hasil
belajar
baik. Penilaian SAP rerata 4,2
mahasiswa
(baik),
Kerja
setelah postest. Artinya perangkat
Mahasiswa nilai rerata 4,11
perkuliahan yang dikembangkan
(baik), Media nilai rerata 4,5
efektif untuk digunakan.
Lembar
ketika
ada
pretest
dan
(baik), Bahan Ajar nilai rerata 4,38
(baik),
Penilaian
dan
nilai
(baik). 2) Kepraktisan
Lembar
rerata
yang
Keterlaksanaan
3,9
meliputi
SAP,
Borg and Gall. 2007. Educational Research
Peran
Pebelajar, Peran Pembelajaran, dan
DAFTAR PUSTAKA
Suasana SAP
Covey, S.R., 1989.The Seven Habits of Highly Effective People. New York: A Fireside Book.
rerata
4,20 (baik), peran pebelajar
Introduction.
New York: Longman.
Pembelajaran.Penilaian keterlaksanaan
An
Gokhale, A A. 1995. Collaborative
nilai rerata 3,10 (baik), peran
Learning
pembelajar nilai rerata 3,44
Thingking.
(baik),
suasana
http://scholar.lib.vt.edu/ejo
pembelajaran nilai rerata 3,46
urnals/JTE/v7n1/pdf/gokh
dan
(baik). Perangkat
ale.pdf .diakses
perkuliahan
berorientasikan
Enhances
Critical
2 Januari
2013.
model
dengan
Ibrahim, M. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
membandingkan nilai hasil belajar
Mustaji. 2009. Desain Pembelajaran
ketika pretest dan postest mahasiswa
Dengan Menggunakan Model
PGSD semester II kelas A sebagai
Pembelajaran
kelompok
untuk
pembelajaran kolaboratif pada mata kuliah
Pendidikan
berkategori efektif. perangkat dapat
yang
SD,
Keefektifan dikembangkan
dilihat
uji
IPS
coba
lapangan
(kelompok eksperimen). Dari hasil
134
Kolaborasi Meningkatkan
Jurnal Buana Pendidikan
Kemampuan
Tahun XII, No. 22. Oktober 2016 2017
Berkolaborasi.
Surabaya: Unesa Press.
135