55
ISSN 2338-980X Elementary School 1 (2014) 55-66 Volume 1 nomor 1 Januari 2014
PENGEMBANGAN PERANGKAT PERKULIAHAN IPA 2 DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN HIGHER ORDER THINKING MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR *Wahyu Kurniawati FKIP Universitas PGRI Yogyakarta Diterima: 20 Oktober 2013. Disetujui: 15 Desember 2013. Dipublikasikan: Januari 2014 Abstrak Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan perangkat pembelajaran IPA yang valid dan efektif dalam implementasinya. Fokus kegiatan ini yaitu: mengembangkan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dengan pendekatan problem based learning yang untuk meningkatkan keterampilan higher order thinking mahasiswa dan menguji efektivitas perangkat pembelajaran yang dihasilkan di kelas. Uji coba dilakukan pada mahasiswa PGSD UPY angkatan 2011. Tahap pengembangan perangkat perkuliahan dimualai dengan menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Perkuliahan, Lembar Kerja Mahasiswa, Bahan Ajar dan Soal Evaluasi. Berdasarkan hasil validasi diketahui bahwa nilai kevalidan perangkat perkuliahan (Va) adalah 4,13 berada pada kriteria valid. Hasil implemantasi perangkat pembelajaran diketahui bahwa lebih dari 90 % mahasiswa masih berpikir pada tingkat rendah C1, C2dan C3, sedangkan untuk ranah kognitif C4 sampai C6 kurang dari 50 % mahasiswa yang mampu menguasainya pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua terjadi perubahan dimana 76,47 % mahasiswa telah mampu berpikir pada level C3, 23,52 % pada level C4, 20,58 % level C5 dan 12,76 % pada level C6 dimana pada pertemuan pertama kurang dari 12 % mahasiswa yang mampu berpikir pada level C4-C6. Rata rata persentase aktivitas mahasiswa pada Pertemuan 1 sebesar 71,12 % dan Pertemuan 2 sebesar 72,94 % yang termasuk pada kategori tinggi. Perangkat perkuliahan IPA model Problem Based Learning tepat jika diterapkan dikelas karena > 80 % mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap perkuliahan IPA model Problem Based Learning. Kata Kunci : pengembangan, perangkat perkuliahan , higher order thinking, problem based learning Abstract The purpose of this activity is to get the science learning valid and effective in its implementation . The focus of these activities are: developing the materials science learning style with pen ¬ problem based learning approach to improve higher order thinking skills and test the effectiveness of student learning devices produced in the class . Tests performed on UPY PGSD student class of 2011 . Stages of software development by arranging lectures dimualai Syllabus , Course Implementation Plan , Student Worksheet , Teaching Material and Evaluation Problem . Based on the results of the validation is known that the validity of the lecture ( Va ) is 4.13 are valid criteria . The results of the study Implemantasi known that more than 90 % of students still think the low levels of C1 , C3 C2dan , whereas for C4 to C6 cognitive less than 50 % of students were able to master it on the first meeting . At the second meeting in which the changes occur 76.47 % of the students have been able to think at the level of C3 , C4 at the level of 23.52 % , 20.58 % and 12.76 % levels C5 C6 level at the first meeting where less than 12 % of students who able to think at the level of C4 - C6 . Average percentage of student activities at the Meeting 1 Meeting at 71.12 % and 72.94 % 2 of which included the high category . The device lectures IPA Problem Based Learning Model appropriate if applied in class because > 80 % of students gave positive responses to the lecture model of Problem Based Learning IPA Keywords : development , device classes , higher order thinking , problem -based learning © 2014 Prodi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta *Alamat Korespondensi Gedung C Lantai 2 Kampus UPY Unit 1, Jl PGRI 1 No 117 Yogyakarta 55182
[email protected]
Wahyu Kurniawati, Pengembangan Perangkat Perkuliahan IPA 2 Dengan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
strukturnya tidak teratur (ill-structured
Pendahuluan Kegiatan belajar IPA hendaknya meliputi
56
keterampilan
problem)
dan
penyelesaiannya
perhitungan
memungkinkan menggunakan algoritma
routine dan non-routine serta berpikir
unfamiliar. “Higher Order Thinking”
tingkat tinggi (higher order thinking)
(HOT)
yang
tingkat tinggi dibagi menjadi empat
melibatkan
masalah
aspek
dan
Penyelesaian
pemecahan
penalaran
masalah
atau
keterampilan
berpikir
IPA.
kelompok, yaitu pemecahan masalah,
ill-structured
membuat keputusan, berpikir kritis dan
problem dan soal non-routine memerlu-
berpikir
kan pemikiran tingkat tinggi (higher
Costa,
order
untuk
sistem konseptual IPA proses berpikir
Pembelajaran
tingkat tinggi yang biasa digunakan
thinking)
menyelesaikannya. problem
based
1985).
(Presseisen Dalam
dalam
pembentukan
telah
adalah berpikir kritis.
efektif
daripada
Keterampilan
konvensional
dalam
sangat
memberikan
kesempatan
untuk
perkembangan IPTEK sekarang ini,
mentransfer
pengetahuan
dan
sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK
keterampilan dari kelas ke tempat kerja
yang dapat dinikmati, ternyata timbul
(Stepien & Gallager, 1994 dalam Liu,
beberapa
dampak
2005). Pembelajaran problem based
masalah
bagi
learning
retensi
lingkungannya. Para peneliti pendidikan
konten long term lebih tinggi daripada
menjelaskan bahwa belajar berpikir
pengajaran konvensional (Norman &
kritis tidak langsung seperti belajar
Schmidt, 1992 dalam Liu, 2005). Esensi
tentang materi, tetapi belajar bagaimana
kehidupan adalah situasi pemecahan
cara mengkaitkan berpikir kritis secara
masalah.
efektif dalam dirinya ( Beyer dalam
dibuktikan
learning
kreatif
lebih
pengajaran
memberikan
Sehingga
mengenalkan mahasiswa
hasil
penting
dan mengasah
untuk
membiasakan kemampuan
Costa
diperlukan
,1985).
berpikir
kritis
pada
zaman
yang
membuat
manusia
Maksudnya
dan
masing-
masing keterampilan berpikir kritis
memecahkan masalah, baik masalah
dalam
routine maupun masalah non-routine.
memecahkan masalah saling berkaitan
Sebagian besar masalah di dunia ini
satu sama lain. Pada penelitian ini
adalah
keterampilan
masalah
non-routine
yang
penggunaanya
berpikir
yang
untuk
diukur
57 Elementary School 1 (2014) 55-66
sesuai dengan ranah taksonomi Bloom
Perbedaan taksonomi Bloom yang baru
terutama dalam ranah kognitif mulai C1
dengan yang lama tertera pada Tabel 1.
sampai dengan C6 pada taksonomi
Anderson, LW. & Krathwohl, D.R.
Bloom
(2001)
yang baru karena terdapat
perbedaan dari taksonomi Bloom lama. Tabel 1.Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
Level berpikir Higher Order Thinking
dapat
dilihat
dari
ranah
menentukan keberhasilan pembelajaran problem based learning.
kognitif taksonomi Bloom yang lama
Menurut Weiss (2003), kriteria
berada pada level analisis, sintesis dan
masalah
evaluasi,
pada
aktivitas higher order thinking antara
taksonomi yang baru level ini sampai
lain: (1) masalah harus berdasarkan ana-
dengan
(mecipta).
lisis konten pengetahuan mahasiswa
Untuk menguji keterampilan berpikir
saat ini, sehingga mahasiswa tidak akan
mahasiswa, soal-soal untuk menilai
mampu menyelesaikan masalah tanpa
hasil belajar dirancang sedemikian rupa
sedikit memperluas basis pengetahuan
sehingga mahasiswa menjawab soal
dan keterampilannya, (2) masalah yang
melalui proses berpikir yang sesuai
strukturnya tidak teratur (ill-structured
dengan kata kerja operasional dalam
problem),
taksonomi Bloom. Perencanaan dan
memerlukan kerjasama untuk penyele-
pengembangan masalah yang dapat
saiannya, (4) masalah yang bersifat
merangsang aktivitas higher order thin-
otentik
king merupakan tahap yang sangat
pengalaman mahasiswa, jika masalah
berarti
jika
mengkreasikan
dilihat
yang
(3)
yang
dapat
merangsang
masalah
didasarkan
yang
pada
Wahyu Kurniawati, Pengembangan Perangkat Perkuliahan IPA 2 Dengan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
tidak didasarkan kepada pengalaman
kemudian
mahasiswa saat ini, maka masalah akan
pengembangan
otentik
dengan
perangkat pembelajaran IPA materi
rencana masa depan mahasiswa dan
gaya dengan pendekatan problem based
karir yang diharapkan mahasiswa, dan
learning yang didesain spesifik untuk
(5) masalah yang dapat meningkatkan
meningkatkan
belajar
order
jika
berhubungan
seumur
mandiri.
hidup
dan
Kriteria-kriteria
tersebut
tepat
bila
dengan
karakteristik
belajar masalah
dikolaborasikan
dilanjutkan
58
yaitu
thinking
dengan
pengembangan
keterampilan
higher
mahasiswa.
Model
pengembangan yang akan digunakan untuk
mengembangkan
perangkat
pembelajaran
pembelajaran dalam kegiatan ini adalah
problem based learning. Savery &
memodifikasi dari model Thiagarajan
Duffy
yang dikenal dengan Four-D Model.
(1995
dalam
Liu,
2005)
mengatakan problem based learning
Fokus
adalah sebuah pendekatan pembelajaran
mengembangkan
yang
pembelajaran IPA materi gayadengan
menerapkan
berpusat
pada
pembelajaran
yaitu:
(1)
perangkat
yang
pendekatan problem based learning
masalah
yang didesain spesifik untuk meningkat-
kompleks dalam konteks yang kaya dan
kan keterampilan higher order thinking
bertujuan
mahasiswa; dan (2) menguji efektivitas
menekankan
mahasiswa
kegiatan
pemecahan
mengembangkan
keterampilan higher order thinking. Pelaksanaan
proses
pembelajaran di lapangan.
kegiatan
Langkah-langkah
pembelajaran membutuhkan perangkat
meliputi:
pembelajaran untuk operasionalisasinya
pengembangan perangkat pembelajaran
misalnya, silabus, Rencana Pelaksanaan
yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pembelajaran, bahan ajar, dan peni-
Pelaksanaan
laiannya. Bahan ajar yang didesain
Kegiatan Mahasiswa, Buku Mahasiswa,
secara spesifik untuk meningkatkan
dan Tes Keterampilan Higher Order
keterampilan higher order thinking.
Thinking Mahasiswa; (2) menyusun
Metode Penelitian
instrumen kegiatan yang terdiri dari:
Penelitian
ini
merupakan
(1)
kegiatan
menyusun
Pembelajaran,
instrumen
Lembar
lembar pengamatan aktivitas mahasiswa
penelitian dan pengembangan kegiatan
dan
diawali
pembelajaran; (3) melakukan validasi
dengan
analisis
kebutuhan
lembar
angket
keterlaksanaan
59 Elementary School 1 (2014) 55-66
terhadap
perangkat
pembelajaran
implementasi perangkat pembelajaran;
(validasi dilakukan oleh teman sejawat);
(9) melakukan analisis hasil uji coba tes
(4)
keterampilan higher order thinking
menganalisis
perangkat merevisi
hasil
pembelajaran, perangkat
validasi kemudian
tersebut;
(5)
tahap
pasca-implementasi
pembelajaran; (10) melakukan analisis
melakukan uji coba tes keterampilan
hasil
higher
pembelajaran;
order
thinking
tahap
pra-
perangkat
penerapan dan
perangkat (11)
membuat
implementasi perangkat pembelajaran;
laporan. Subjek uji coba kegiatan ini
(6) melakukan analisis hasil uji coba tes
adalah mahasiswa PGSD angkatan 2011
keterampilan higher order thinking
pada tahun pelajaran 2012/2013 dengan
tahap
perangkat
kategorinya sebagai berikut. Kelas uji
pembelajaran; (7) menerapkan perang-
coba perangkat pembelajaran dipilih
kat pembelajaran yang sudah valid pada
secara acak. Adapun jenis teknik dan
pembelajaran di kelas perlakuan; (8)
instrumen pengumpulan data dapat
melakukan uji coba tes keterampilan
dilihat pada Tabel 2.
pra-implementasi
higher order thinking tahap pascaTabel 2. Jenis Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data No Jenis data 1 Validitas perangkat 2 Kemampuan Berpikir Mahasiswa 3 Aktivitas Mahasiswa 4 Keterlaksanaan Pembelajaran
Teknik pengumpulan data Instrumen pengumpulan data validasi Lembar validasi Tes
Lembar Soal Tes
Observasi
Lembar observasi
Angket Wawancara
Lembar Angket Mahasiswa Pedoman wawancara dosen order thinking pada mahasiswa Program
Hasil dan Pembahasan Penelitian
merupakan
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
penelitian pengembangan (research and
FKIP Universitas PGRI Yogyakarta.
development)
Perangkat
pernagkat
ini
yang
mengembangkan
perkuliahan
pembelajaran
yang
Ilmu
dikembangkan meliputi Silabus, RPP,
Pengetahuan Alam 2 dengan model
Bahan Ajar, Lembar Kerja Mahasiswa
problem
based
menumbuhkan
learning
untuk
dan Soal Evaluasi. Dilengkapi dengan
keterampilan
higher
instrumen penelitian yang terdiri dari
60 Wahyu Kurniawati, Pengembangan Perangkat Perkuliahan IPA 2 Dengan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
lembar observasi aktivitas mahasiswa
validator,
dan angket keterlaksanaan pembelajaran
digunakan sebagai dasar merevisi draf
model problem based learning, serta
yang telah dihasilkan, setelah dilakukan
pedoman
uantuk
analisis dan revisi diperoleh perangkat
mengetahui tanggapan dosen terhadap
pembelajaran yang valid. Perangkat
perangkat pembelajaran IPA yang telah
pembelajaran yang telah valid kemudian
dikembangkan. Perangkat pembelajaran
di implemntasikan pada mahasiswa
yang dihasilkan merupakan perangkat
kelas
pembelajaran yang valid dan reliabel.
mahasiswa
untuk
mengetahuai
kefektivan
perangkat
pembelajaran
wawancara
Dalam perangkat
mengembangkan pembelajaran
tersebut,
masukan
A1-11
dari
yang
validator
berjumlah
34
yang telah dikembangkan. Perangkat
peneliti menggunakan Four D model
pembelajaran
yang terdiri dari empat tahap yaitu
menggunakan model problem based
pendifinisian
learning
(design)
(define),
perancangan
pengembangan
sedangkan
tahap
penyebaran
(develop),
keempat
(disseminate)
yaitu
yang
yang
menumbuhkan
dikembangkan
bertujuan
untuk
keterampilan
higher
order thinking pada mahasiswa.
tidak
Implementasi
kegiatan
dilakukan. Tahap disseminate tidak
perkuliahan dilaksanakan sebanyak 2
dilakukan karena model pengembangan
kali
yang digunakan dalam mengembangkan
implementasi semua kegiatan yang
perangkat
dilaksanakan
pembelajaran
modifikasi
pada
telah
kegiatan
di
pertemuan.
Dalam
menggunakan
tahap
model
yang
problem based learning, keterampilan
terkandung dalam setiap langkah dan
berpikir tigkat tinggi (higher order
fase Four-D, bukan sekadar mengubah
thinking) diukur menggunakan lembar
dari empat tahap menjadi tiga tahap
soal tes, sedangkan aktivitas mahasiswa
tetapi juga mencirikan proses dan
diamati
kekhasan
kegiatan
dalam
langkah-
instrumen lembar observasi aktivitas
langkah
penelitian
yang
dilakukan
peneliti (Rohmad, 2011).
dihasilkan
(draf
mahasiswa
diukur
yang
menggunakan
telah
divalidasi.
Adapun rincian kegiatan perkuliahan
Perangkat pembelajaran yang telah
dan
perangkat
pembelajaran) dimintakan penilaian dari
perkuliahan materi gaya pada kelas A111 adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 3.
61 Elementary School 1 (2014) 55-66
Tabel
3. Waktu Pelaksanaan Pengembangan
Pertemuan
Perangkat
Pembelajaran
Hasil
Hari dan Kegiatan perkuliahan Tanggal Senin, 13 Pertemuan pertama: Mei 2013 Perkuliahan IPA model Problem Based Learning, melalui kegiatan diskusi dan presentasi hasil observasi dan membahas materi hukum Newton dan materi gaya.
I
Senin 27 Pertemuan kedua: Mei Perkuliahan IPA model Problem Based Learning, melalui 2013 kegiatan praktikum untuk membuktikan pada mahasiswa tentang manfaat gaya dalam kehidupan sehari hari.
II
Dari
Implementasi
implementasi
perangkat
Hasil analisis mahasiswa yang mampu
perkuliahan dilakukan pengamatan dan
menjawab pertanyaan dengan benar
pengukuran
pada
terhadap
keterampilan
soal
evaluasi
sesuai
dengan
berpikir tingkat tinggi (higher order
tingkatan berpikir taksonomi Bloom
thinking), aktivitas mahasiswa serta
dapat dilihat pada Tabel 4.
keterlaksanaan
proses
perkuliahan.
Tabel 4. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Mahasiswa No 1 2 3 4 5 6
Tingkat Kemampuan Berpikir Mengingat Memahami Menerapkan Analisis Evaluasi Menciptakan Berdasarkan Tabel 4 diketahui
bahwa lebih dari 90
Pertemuan 1 ∑ Persentase 32 94,11% 30 88,23% 21 61,76% 4 11,76 % 4 11,76% 2 5,8% 23,52 % pada level
Pertemuan 2 ∑ Persentase 34 100% 34 100% 26 76,47 % 8 23,52% 7 20,58 % 4 12,76 % C4, 20,58 % level
% mahasiswa
C5 dan 12,76 % pada level C6 dimana
masih berpikir pada tingkat rendah C1,
pada pertemuan pertama kurang dari 12
C2 dan C3, sedangkan untuk ranah
% mahasiswa yang mampu berpikir
kognitif C4 sampai C6 kurang dari 50
pada level C4-C6.
%
mahasiswa
yang
mampu
Rendahnya keterampilan higher
menguasainya pada pertemuan pertama.
order
Pada
menciptakan (C6) terjadi karena untuk
pertemuan
kedua
terjadi
thinking
pada
diperlukan
indikator
perubahan dimana 76,47 % mahasiswa
menciptkan
tahapan
telah mampu berpikir pada level C3,
memperhatikan dan berpikir berulang
62 Wahyu Kurniawati, Pengembangan Perangkat Perkuliahan IPA 2 Dengan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
ulang.
Keterampilan
higher
order
Keterampilan
order
thinking hanya akan terjadi ketika
thinking
seseorang mengaitkan informasi baru
ditingkatkan akan tetapi ada beberapa
dengan informasi yang sudah tersimpan
faktor
di dalam ingatannya dan menghubung-
peningkatannya pada setiap individu
hubungkannya dan/atau menata ulang
sesuai
serta
informasi
masing individu tersebut. David Perkins
tersebut untuk mencapai suatu tujuan
(Ginnis, 2007 dalam Susilo 2009),
ataupun menemukan suatu penyelesaian
menyatakan bahwa
dari
inteligensi, yaitu: 1) neural, yaitu yang
mengembangkan
suatu
keadaan
yang
sulit
dipecahkan (Tran Vui, 2001).
Keterampilan
dilatih
yang
dengan
untuk
mempengaruhi
intelegensi
ada
masing
tiga
jenis
diwariskan secara genetik, mengenai hal
Pada pertemuan kedua terjadi peningkatan
dapat
higher
ini tidak ada yang dapat kita lakukan
Higher
untuk mengubahnya, 2) Experiential,
Order Thinking pada seluruh indikator
yaitu hasil dari pengalaman selama kita
dengan rata rata peningkatan sebesar
berusaha menemukan dan mengenal
16,62 %. Terjadinya peningkatan ini
dunia, dan 3) reflektif, yaitu belajar
dikarenakan Kemampan berpikir tingkat
memanfaatkan pikiran secara lebih baik,
tinggi merupakan keterampilan yang
belajar mengenai strategi baru untuk
dapat dilatihkan. Hal tersebut sesuai
menangani masalah atau disebut juga
dengan
dan
metakognisi, yaitu proses dimana kita
Thorne,2005 dalam Rosnawati 2009)
mengembangkan pikiran sehingga lebih
menyatakan
cerdas, dalam arti lebih reflektif.
pendapat bahwa
(Thomas “Higher
Order
Thinking is thinking on higher level that
Jenis kecerdasan ini dapat dilatih
memorizing facts or telling something
dan dikembangkan melalui pelatihan
back to sameone exactly the way the it
berpikir, salah satunya melalui kegiatan
was told to you. When a person
pembelajran IPA model probelm based
memorizies
the
learning dimana mahasiswa akan dilatih
informatio without having to think
untuk mengungkapkan cara sebagai
about it. That’s because it’s much like
alternatif
arobot; it does what it’s programmed to
Seseorang untuk dapat berhasil di
do, but it doesn’t think for itself”.
sekolah, ditempat kerja atau dalam
and
gives
back
kehidupan
memecahkan
perlu
masalah.
memiliki
dan
63 Elementary School 1 (2014) 55-66
mempraktikkan keterampilan berpikir
keterampilan
dalam
(thinking skills) yang dapat dibedakan
pengertian
atau
secara
mengaplikasikan,
terpisah,
seperti
membandingkan, membuat
mengingat,
mengklasifikasi,
kesimpulan,
membuat konsep, menganalisis,
membuat sintesis, dan mengevaluasi.
membuat
Semua kegiatan tersebut berdasarkan
generalisasi, mengevaluasi, melakukan
hasil observasi, pengalaman, pemikiran,
eksperimen
menganalisis.
pertimbangan, dan komunikasi, yang
Keterampilan itu dapat diajarkan pada
akan membimbing dalam menentukan
mahasiswa secara langsung.
sikap dan tindakan (Walker 2001, dalam
dan
Kemampuan berpikir kritis dan
Rosnawati 2009). Kemampuan bepikir
berpikir kreatif merupakan indikator
kritis tidak akan berkembang jika dalam
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
pembelajaran matematika mahasiswa
Pengembangan
dan
hanya dilatih untuk menghafal rumus,
berpikir kreatif tidak akan terlepas dari
menemukan rumus tanpa mengetahui
pengembangan kemampuan kinerja otak
kaitan satu dengan yang lainnya, atau
kiri dan otak kanan yang membutuhkan
menyelesaikan soal secara mekanik,
latihan yang berlanjut yang dapat
tanpa melibatkan keterampilan berpikir
dilakukan melalui pembelajaran semua
(Rosnawati, 2009).
berpikir
kritis
bidang studi di sekolah. Berpikir kritis
Proses
perkuliahan
merupakan salah satu proses berpikir
menggunakan model problem based
tingkat tinggi yang dapat digunakan
learning yang melibatkan keterampilan
dalam pembentukan sistem konseptual
berpikir
mahasiswa. Menurut Ennis (1985: 54),
menyelesaikan
masalah
mampu
berpikir kritis adalah cara berpikir
meningkatkan
keterampilan
higher
reflektif
atau
order thinking mahasiswa. Indikator
yang difokuskan
indikator keterampilan higher order
yang
masuk
berdasarkan nalar
akal
mahasiswa
yang
meningkat
untuk
untuk menentukan apa yang harus
thinking
pada
diyakini dan dilakukan.
pertemuan kedua diikuti pula dengan
Penekanan kepada proses dan
peningkatan aktivitas mahasiswa selama
tahapan berpikir dilontarkan pula oleh
pembelajaran. Pada pertemuan pertama
Scriven, berpikir kritis yaitu proses
aktivitas mahasiswa sebesar 71,12 %
intelektual yang aktif dan penuh dengan
sedangkan
pada
pertemuan
kedua
64 Wahyu Kurniawati, Pengembangan Perangkat Perkuliahan IPA 2 Dengan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
meningkat menjadi 72,94 % yang
pembelajaran yang telah diisi oleh
termasuk pada kategori tinggi. Hal
mahasiswa
menunjukkan
bahwa
tersebut dapat diartikan bahwa terjadi
perangkat
pembelajaran
hasil
peningkatan
persentase
pengembangan tepat untuk diterapkan
tingkat
dikelas karena > 80% mahasiswa
keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan
memberikan tanggapan positif terhadap
IPA model Problem Based Learning.
pembelajaran IPA model problem based
aktivitas
rata
rata
mahasiswa
Berdasarkan aktivitas
dan
hasil
observasi
mahasiswa
learning.
dalam
Pembelajaran
IPA
model
pembelajaran diketahui bahwa aktivitas
problem based learning penting sekali
mahasiswa
untuk diterapkan dan dikembangkan
selama
kegiatan
pembelajaran menggunakan perangkat
lebih
pembelajaran
melibatkan
mahasiswa
dalam
pembelajaran,
termasuk Berdasarkan
hasil
pengembangan
dalam
kategori
tinggi.
hal
tersebut
dapat
lanjut
meningkatkan
karena
pembelajaran untuk
keterampilan
aktif dapat higher
diketahui bahwa aktivitas mahasiswa
order thinking. Hal tersebut sejalan
dalam
pembelajaran
sengan salah satu tujuan pendidikan
terhadap
Nasional yaitu untuk mengembangkan
keterampilan higher order thinking
kemampuan berpikir kritis, berpikir
mahasiswa,
semakin
logis, sistematis, bersifat objektif, jujur
tinggi aktivitas dalam pembelajaran
dan disiplin dalam memandang dan
semakin tinggi pula keterampilan higher
menyelesaikan masalah yang berguna
order thinking yang dicapai.
untuk kehidupan dalam masyarakat
kegiatan
berdampak
positif
sehingga
jika
Terjadinya
peningkatan
termasuk dunia kerja. Mata kuliah
keterampilan higher order thinking dan
hanyalah sebuah alat untuk mencapai
aktivitas
dalam
tujuan, untuk dapat melatih siswa
pembelajaran IPA model problem based
memiliki keterampilan berpikir. Salah
learning menunjukkan bahwa perangkat
satu
pembelajaran yang telah dikembangkan
berpikir tingkat tinggi (higher order
dapat terlaksana dengan baik jika
thinking). Kemampuan berpikir tingkat
diterapkan di kelas. Hasil analisis
tinggi merupakan suatu kemampuan
terhadap angket keterlaksanaan terhadap
berpikir yang tidak hanya membutuhkan
mahasiswa
keterampilan
berpikir
adalah
65 Elementary School 1 (2014) 55-66
kemampuan mengingat saja, namun
% mahasiswa yang mampu berpikir
membutuhkan kemampuan lain yang
pada level C4-C6.
lebih
tinggi,
seperti
kemampuan
3.
Aktivitas belajar mahasiswa pada
berpikir kreatif dan kritis.
pembelajaran berada pada kategori
Kesimpulan
tinggi. Hasil analisis menunjukkan
Dari hasil penelitian mengenai
rata
rata
persentase
pengembangan perangkat pembelajaran
mahasiswa
diperoleh kesimpulan berupa:
sebesar 71,12 % dan Pertemuan 2
1.
Perangkat pembelajaran yang telah
sebesar 72,94 % yang termasuk
dikembangkan
pada kategori tinggi
berupa
silabus,
Pertemuan
1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Daftar Pustaka
(RPP), bahan ajar, LKM, dan alat
Anderson, Orin W. and David Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. New York: Longman Inc. Costa, A.L.and Presseisen, B.Z. (1985) Glossary of Thinking Skill, in A.L. Costa (ed) Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinkiing, Alexandria: ASCD Ennis, R.H., (1985), “Goals for Critical Thinking Curriculum”, In A.L. Costa, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning. Presented at The Annual National Educational Computing Conference (NECC), Philadelphia, PA, June. https://center.uoregon.edu/ISTE/u ploads/NECC2005/KEY_677839 3/Liu_NECC05_handoutMinLiu_ RP.pdf. (diunduh pada tanggal 18 Oktober 2009) Poppy K dan Widjajanto E. 2011. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran IPA. Pusat Pengembangandan Pemberdayaan Pendidik dan
evaluasi. 2.
pada
aktivitas
Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat memberikan kontribusi
pada
peningkatan
keterampilan higher order thinking mahsiswa.
Berdasarkan
hasil
analisis diketahui bahwa lebih dari 90
% mahasiswa masih berpikir
pada tingkat rendah C1, C2dan C3, sedangkan untuk ranah kognitif C4 sampai C6 kurang dari 50 % mahasiswa
yang
mampu
menguasainya
pada
pertemuan
pertama. Pada pertemuan kedua terjadi perubahan dimana 76,47 % mahasiswa telah mampu berpikir pada level C3, 23,52 % pada level C4, 20,58 % level C5 dan 12,76 % pada
level
C6
dimana
pada
pertemuan pertama kurang dari 12
66 Wahyu Kurniawati, Pengembangan Perangkat Perkuliahan IPA 2 Dengan Pendekatan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) : Bandung Rochmad. 2011. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Rosnawati. (2009). Enam Tahapan Aktivitas Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional dengan tema : ”Revitalisasi MIPA dan Pendidikan MIPA dalam rangka Penguasaan Kapasitas Kelembagaan dan Profesionalisme Menuju WCU” pada tanggal 16 Mei 2009. Susilo, H. 2009. Upaya Membelajarkan Guru IPA/Biologi Masa Depan Yang Cerdas dan Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Pendidikan Biologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang. Tanggal 30 Juli Tran Vui, 2001. Practice Trand and Issues in the Teaching and Learning of Matematics in the Countries Penang: Recsam. Weiss, Renee E. 2003. Designing Problems to Promote Higher Order Thinking. New Directions for Teaching and Learning, no 95, Fall 2003.