PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN KINERJA PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI Sri Mukminati Nur1 Abstract This research aimed (1) to know the development phases of assesment devices of students‟ performanceon excretion system; (ii) to identify the quality of the assesment devices performance on excretion system observed from the validity. This is a research and development study by using development model of formative research type. It used one class as a subject of the research with the number of 40 Students and one class as a small group as much 20 students. Then instrument were in the form of validation sheet which is used to get data of the practically and psychomotor assesment, instrument sheet of performance and validity toget data of practically data as well as sheet of the students‟ performance assignment to see the level of assignments‟ difficulty and distinguishing power. The result showed that the assesment devices of performance on excretion system has meet the quality criteria of learning devices are valid,the mean score of validity for the lessin plan is 3.47 (valid), students‟ text book is 3.44 (valid), students‟ worksheet is 3.52 (precisely valid),. Score of validity are; (i) student‟s worksheet by score validation 0,97 (ii) assesment devices of students‟ performance assignment by score validation 0.87. therefore, it can be concluded that assesment development devices of students‟ performance on excretion system by using the formative research model of development through three phases, namely self evaluation, prototyping, and field test have meet the criteria of valid, reliable, practical, level of difficulty and distinguishing power. Key words: assesment of performance, development research, excretion system.
PENDAHULUAN Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Di Indonesia perubahan kurikulum kerap kali diperbaharui seiring dengan perubahan dan tantangan dunia pendidikan dalam membekali siswa. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum, sedangkan penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukaan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran (Muslich, 2011). Keterkaitan antara ketiga variabel di atas dapat menjelaskan bahwa seorang guru yang professional harus menguasai ketiga variabel tersebut, yaitu penguasaan kurikulum termasuk di dalamnya penguasaan materi, penguasaan metode pembelajaran, dan penguasaan penilaian. Oleh karena itu penilaian berfungsi untuk membantu guru 1
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
1
Volume 8 Tahun 2015
merencanakan kurikulum dan pembelajaran, maka kegiatan penilaian diharapkan dapat menghasilkan informasi bervariasi dari setiap individu dan/atau kelompok peserta didik. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelolah kegiatan pembelajaran di laboratorium dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki praktikan, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan mahasiswa dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada praktikan untuk berprestasi lebih baik (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007). Penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil, penilaiannya, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan (Mardapi, 2004) Banyak teknik penilaian yang dikembangkan, namun selama ini praktik di kelas kurang menggunakan cara dan alat yang lebih bervariasi. Asesmennya lebih diarahkan dalam bentuk tes yang mengutamakan ranah kognitif. Namun, ada kecenderungan bahwa untuk kegiatan praktikum pun diukur adalah ranah kognitifnya. Misalnya, untuk menilai kemampuan peserta didik dalam melakukan percobaan guru menggunakan tes tertulis. Hasilnya berupa pengetahuan peserta didik dalam melakukan percobaan tersebut. Hasil tes ini tentu belum menjamin apakah peserta didik telah benar-benar mampu dan terampil melakukan percobaan, karena yang diukur hanyalah aspek kognitifnya saja, dan belum mencakup keterampilannya. Oleh karena itu, agar guru benar-benar mengetahui bahwa peserta didik dapat melakukan percobaan dengan benar dan terampil, maka guru harus meminta peserta didik untuk mendemostrasikan cara melakukan percobaan tersebut. Padahal, sebenarnya banyak sekali faktor yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai. Oleh karena itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ranah dinilai lebih diperluas, selain kognitif juga penilaian sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Asesmen ketiga ranah ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran sehingga disebut sebagai penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance) dan tes tertulis (paper and pencil) (Muslich, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sungguminasa, diperoleh informasi: (1) guru belum mempertimbangkan perangkat penilaian yang digunakan ditinjau dari segi hasil ataupun proses; (2) guru belum menyiapkan perangkat penilaian yang sifatnya inovatif seperti rubrik penilaian; (3) kondisi peserta didik terfokus pada penilaian akhir saja; (4) teknik penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran biologi masih didominasi dengan penilaian tertulis (paper and pencil test). Dengan demikian, keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran biologi cenderung dinilai dari aspek
Jurnal Ilmiah Pena
2
Volume 8 Tahun 2015
kognitif semata, sedangkan penilaian aspek keterampilan proses dan sikap kurang mendapat perhatian serius. Berdasarkan uraian di atas, perlu diterapkan suatu teknik penilaian yang dapat mengukur ketiga aspek tersebut. Salah satu bentuk dan teknik penilaian dalam KTSP yang dapat mengkombinasikan ketiga aspek tersebut adalah penilaian kinerja (performance assessment) yaitu penilaian yang dilakukan dengan mengkombinasikan penilaian kognitif yang berupa tes hasil belajar dengan penilaian psikomotor serta penilaian afektif. Penilaian kinerja didapatkan dari hasil pengamatan observer terhadap aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu masalah/soal, menggunakan alat-alat laboratorium dan aktivitas lain yang dapat diamati dan diobservasi. Penilaian kinerja adalah suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan aktivitas khusus dibawah pengawasan penguji (guru), yang akan mengobservasi penampilannya dan memuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan (Herdiana, 2006) Hasil penelitian Novianty (2012), menunjukkan bahwa perangkat penilaian kinerja memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif sehingga layak digunakan sebagai bagian perangkat penilaian untuk menilai kegiatan praktikum di laboratorium. Dengan demikian, penggunaan perangkat penilaian kinerja sangat dibutuhkan dalam pembelajaran, guna meningkatkan sistem penilaian yang dapat mengukur tingkat kemajuan belajar siswa. Wulan (2007), meneliti tentang pemberdayaan praktikum dan asesmen praktikum biologi di SMA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan guru biologi masih mengalami kesulitan dalam menggunakan penilaian kinerja untuk menilai praktikum siswa. Padahal, apabila mengacu pada beberapa sumber, praktikum merupakan sarana kegiatan inkuiri peserta didik. Mata pelajaran IPA Biologi khususnya materi sistem ekskresi merupakan materi yang membutuhkan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam rangka menguji dan melaksanakan keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori. Kegiatan praktikum merupakan integral dari kegiatan belajar. Di dalam kegiatan praktikum peserta didik mendapatkan pengalaman dari berbagai aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi telaah utama penelitian ini adalah pengembangan perangkat penilaian kinerja materi sistem ekskresi. METODOLOGI A. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian & pengembangan (development & research) dengan menggunakan metode riset pengembangan tipe formative research dengan menghasilkan perangkat penilaian kinerja. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sungguminasa dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA 7 pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 40 orang.
Jurnal Ilmiah Pena
3
Volume 8 Tahun 2015
Model pengembangan perangkat yang digunakan adalah model riset pengembangan tipe formatif research (Tessmer,1993., dalam Rahayu, T., dkk, 2008). Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Self Evaluation a. Analisis Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Pada tahap ini dilakukan analisis pendahuluan meliputi analisis siswa, analisis kurikulum, analisis materi dan analisis instrumen penilaian yang akan dikembangkan. b. Desain Pada tahap ini dilakukan pendesaian instrumen penilaian yang meliputi pendesainan kisi- kisi (blue print) penilaian kinerja, tabel spesifikasi penilaian kinerja, rubrik penilaian kinerja, dan instrumen penilaian kinerja berupa tugas kinerja siswa. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh divalidasi oleh pakar. Hasil pendesain ini disebut sebagai prototipe pertama. 2. Prototyping Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua. a. Expert Review Pada tahap expert review, dilakukan pencermatan terhadap produk yang telah didesain, penilaian dan evaluasi oleh para pakar. Pakar-pakar tersebut menelaah konten, konstruk dan bahasa dari masing-masing prototipe. Saran-saran para pakar digunakan untuk merevisi instrumen penilaian yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan revisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau belum. b. one-to-one Pada tahap one-to-one, dilakukan uji coba desain yang telah dikembangkan kepada peserta didik yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat. c. Small Group Hasil revisi dari telaah expert dan kesulitan yang dialami saat uji coba pada prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua yang kemudian hasilnya diujicobakan pada small group (20 orang peserta didik). Hasil dari pelaksanaan ujicoba ini selanjutnya digunakan untuk revisi sebelum dilakukan ujicoba pada tahap field test. Setelah dilakukan revisi soal berdasarkan saran/komentar peserta didik pada small group, diperoleh hasil analisis butir soal ini yang selanjutnya dinamakan prototipe ketiga.
Jurnal Ilmiah Pena
4
Volume 8 Tahun 2015
3. Field Test Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk melakukan revisi pada desain prototipe kedua. Hasil revisi selanjutnya diuji cobakan pada subjek penelitian. Uji coba dalam hal ini merupakan uji lapangan atau field test. Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan merupakan produk yang telah memenuhi kriteria kualitas.
Analisis peserta didik Analisis kurikulum Analisis materi Analisis instrumen penilaian
Desain instrumen penilaian, meliputi: Membuat kisi-kisi Penggunaan tabel spesifikasi Membuat rubrik instrumen penilaian kinerja Membuat tugas kinerja dan lembar kegiatan siswa
Prototip e1 Validasi Perlu revisi
Valid
Revisi kecil Prototi pe 2
Ujicob aI
Analisis
Ujicoba II
Instrumen Valid, reliabel, praktis dan memiliki tingkat kesukaran dan daya beda?
Gambar 1.1 Diagram Alur Pengembangan Instrumen Penilaian Instrumen penelitian dikembangkan untuk memperoleh informasi tentang semua komponen kualitas pengembangan yang mencakup kevalidan, keandalan/ reliabilitas, kepraktisan, taraf kesukaran dan daya beda. Instrumen yang dikembangkan, meliputi: (a)
Jurnal Ilmiah Pena
5
Volume 8 Tahun 2015
Lembar validasi (b) lembar penilaian kelayakan (c) lembar observasi keterlaksanaan (d) lembar penilaian kinerja (e) perangkat tes butir uraian dan (f) angket respon guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terbagi atas, yaitu: 1. Format validasi instrumen penilaian yang diberikan kepada dua validator untuk mendapatkan data kevalidan dan reliabilitas dari perangkat penilaian yang dibuat. 2. Format lembar observasi untuk mendapatkan data keterlaksanaan dari instrumen penilaian yang diberikan kepada dua observer 3. Pemberian tes uraian untuk mengetahui data tingkat kesukaran dan daya beda instrumen penilaian yang dibuat. Data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen diatas, selanjutnya dianalisis secara kuantitatif untuk menjelaskan kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan perangkat penilaian yang dikembangkan. Data yang diperoleh dari hasil validasi oleh para ahli dianalisis untuk menjelaskan kevalidan perangkat penilaian kinerja. Adapun data hasil uji coba yaitu pengambilan data melalui lembar observasi keterlaksanaan perangkat penilaian tersebut digunakan untuk menjelaskan kepraktisan perangkat penilaian kinerja dan data angket respon serta data nilai kinerja peserta didik digunakan keefektifan perangkat penilaian kinerja tersebut berikut ini dikemukakan tentang analisis data dari perangkat penilaian yang dikembangkan. Analisis Data Kevalidan Data hasil validasi ahli dianalisis dengan mempertimbangkan penilaian, masukan, komentar, dan saran-saran validator. Hasil analisis tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk merevisi produk yang masih mendapat penilaian kurang. Relevansi kedua pakar secara menyeluruh merupakan validitas isi Gregory yaitu berupa koefisien validitas isi. Koefisien validitas isi dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Ruslan, 2009). Validitas isi = Selain cara tersebut diatas validitas instrumen penilaian kinerja dapat diketahui dengan menggunakan bantuan software SPSS Ver 16 dengan melihat nilai pearson correlation dan nilai sig (2-tailed). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kevalidan (Validitas Isi dan Validitas Kriteria) Lembar validasi perangkat penilaian kinerja digunakan untuk memperoleh informasi tentang kualitas perangkat penilaian berdasarkan kedua validator yang mencakup kesesuaian kriteria, aspek, kemampuan dan bahasa yang akan digunakan. Secara umum, hasil validasi perangkat penilaian kinerja validator menyimpulkan bahwa perangkat yang dikembangkan baik dan dapat digunakan dengan melakukan sedikit revisi. Hal ini berarti perangkat penilaian kinerja tersebut telah layak diuji coba untuk melihat kepraktisan dan reliabilitas perangkat penilaian kinerja yang dikembangkan. Perangkat yang di validasi terdiri dari tabel spesifikasi penilaian kinerja dengan nilai v = 1 artinya semua hasil penilaian dari kedua validator memiliki relevansi kuat. Perangkat penilaian kisi-kisi penilaian kinerja dengan nilai validasi v= 1 artinya semua hasil penilaian dari kedua validator memiliki relevansi kuat. Perangkat penilaian lembar Jurnal Ilmiah Pena
6
Volume 8 Tahun 2015
kegiatan siswa dengan nilai validasi v = 0,97 artinya terdapat satu pernyataan dari 32 pernyataan yang mana validator ke-2 memberikan nilai relevansi lemah yaitu mengenai kebenaran isi/materi. Perangkat penilaian tugas kinerja siswa dengan nilai validasi v = 0,93 artinya terdapat dua pernyataan dari 32 pernyataan yang mana validator ke-2 memilki relevansi lemah yaitu terdapat satu butir soal yang tidak perlu digunakan. Perangkat rubrik penilaian dengan nilai validasi v = 0,87 artinya terdapat dua pernyataan dari 15 pernyataan yang mana validator ke-2 memberikan relevansi lemah yaitu pada kriteria yang kurang relevan dengan aspek kognitif dan pemberian skor. Perangkat lembar observasi dengan nilai validasi v = 1 artinya semua hasil penilaian dari kedua validator memberikan nilai relevansi kuat. Perangkat rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) dengan nilai validasi v = 1 artinya semua hasil penilaian dari kedua validator memberikan nilai relevansi kuat. Perangkat angket respon guru dengan nilai validasi v = 0,89 artinya terdapat satu pernyataan dari 9 pernyataan yang mana validator ke-2 memberikan relevansi lemah yaitu pada kategori respon guru yang tidak dapat teramati dengan baik. Perangkat lembar pengamatan keterlaksanaan penilaian kinerja dengan nilai validasi v= 0,86 artinya terdapat satu pernyataan yang mempunyai relevansi lemah dari tujuh pernyataan penilaian dari validator ke-2. Nilai validasi isi berdasarkan kriteria kevalidan (Gregory dalam Ruslan, 2009). Perangkat dikatakan valid jika koefisien validitas isi yang dihasilkan > 75 % (0,75). Selain itu validitas instrumen rubrik penilaian kinerja dan tugas kinera siswa , dianalisis menggunakan bantuan software SPSS ver 16 dengan melihat nilai Pearson correlation dan nilai (sig < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semua perangkat penilaian kinerja tersebut berada dalam kategori valid sehingga dapat digunakan untuk mengukur nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, serta dihubungkan dengan rumusan masalah, maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok yang berkaitan dengan pengembangan perangkat penilaian kinerja pada materi pokok sistem ekskresi sebagai berikut. Perangkat penilaian kinerja peserta didik pada materi pokok sistem ekskresi yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi ahli dan analisis data uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa perangkat penilaian kinerja peserta didik pada materi pokok sistem ekskresi tersebut memenuhi kriteria valid. B. Saran Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini menghasilkan perangkat penilaian kinerja pada materi pokok sistem ekskresi yang dapat digunakan oleh guru-guru di sekolah. 2. Sebaiknya perangkat yang telah dikembangkan ini, diujicobakan di sekolah-sekolah lainnya sehingga didapatkan perangkat pembelajaran biologi yang dapat digunakan pada berbagai sekolah dan direvisi sesuai dengan karakteristik masing-masing sekolah.
Jurnal Ilmiah Pena
7
Volume 8 Tahun 2015
3. Diharapkan kepada para guru dan para peneliti untuk mengembangkan penilaian kinerja pada materi yang lain dengan mengadakan ujicoba berkali-kali sehingga didapatkan perangkat penilaian kinerja yang layak.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Diknas. Herdiana, Dian. 2008. Implementasi Penilaian Kinerja (performance assesment) dalam Meningkatkan Aplikasi Pengetahuan Fisika. Skripsi Sarjana Strata 1 pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Mardapi. 2004. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: HEPI. Muslich, M. 2011. Authentic Assessment Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Malang: Refika Aditama. Novianty, Rina. 2012. Pengembangan Perangkat Penilaian Kinerja Materi Pokok Larutan Penyangga. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pacasarjana Universitas Negeri Makassar. Rahayu, T., Purwoko & Zulkardi. 2008. Pengembangan Instrumen Penilaian dalam Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMPN 17 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, (Online), Vol. 2. No. 2. Ruslan. 2009. Validitas Isi. Buletin Pa’biritta No. 10 Tahun VI September. Wulan. 2007. Penggunaan Asesmen Alternatif pada Pembelajaran Biologi. Bandung: Disampaikan pada Seminar Biologi. Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk Menunjang Profesionalisme Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI.
Jurnal Ilmiah Pena
8
Volume 8 Tahun 2015
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS SETTING KOOPERATIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG Jeranah & Bau Intang 2
ABSTRACT This research is experimental research that aims to determine whether the results of learning math class VIII SMP Tut Wuri Handayani Makassar taught using cooperative learning model ARIAS Setting higher than direct learning model. The population in this study were all students of class VIII SMP Tut Wuri Handayani Makassar consisting of 5 classes. Samples were VIIIE junior grade students Tut Wuri Handayani Makassar consisting of 31 students taught using cooperative learning model and student ARIAS Setting VIIID class consisting of 34 students taught using direct learning model, the academic year 2014/2015. Further data collection techniques are the test result of learning. Statistical analysis used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis. Based on the results obtained by descriptive statistical analysis of the average student learning outcomes are taught using cooperative learning model ARIAS Setting categorized as high with an average value of 80.7742 and average student learning outcomes are taught using Direct learning model being categorized with the average value -rata 66.6176. Inferential statistical analysis of the results obtained by the average result of learning mathematics students taught using cooperative learning model ARIAS Setting a higher than average for mathematics learning outcomes of students taught using Direct learning model Keywords: Model pembelajaaran ARIAS Setting Cooperative, Direct LearningModel and Learning Outcomes Mathematics
PENDAHULUAN Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-center) yang paling sering digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya pada SMP Tut Wuri Handayani Makassar adalah model pembelajaran Langsung (direct instruction). Berdasarkan hasil diskusi penulis dengan guru Matematika di SMP Tut Wuri Handayani yang mengatakan bahwa “model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran Langsung karena model ini menunjukkan sebuah cara yang efektif untuk mengajar keterampilan dan informasi dasar kepada siswa, seperti pada penyampaian konsep yang abstrak pada matematika dan materi yang disampaikan relatif lebih banyak tanpa membutuhkan waktu yang lama. Tetapi dalam penerapan model pembelajaran ini masih banyak siswa yang kurang berminat dalam menerima materi pelajaran”. Selain itu penulis juga berdiskusi dengan siswa yang mengatakan bahwa “Matematika merupakan 2
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
9
Volume 8 Tahun 2015
mata pelajaran yang sulit dan banyak materi yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari”. Dari hasil diskusi ini maka penulis menyimpulkan bahwa siswa kurang berminat dalam pelajaran matematika karena mereka menganggap matematika itu sulit dan banyak materi yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari”. Berdasarkan hasil bacaan penulis maka untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesstmen, Satisfaction). Pada model pembelajaran ARIAS ini guru masih jarang menggunakannya dalam proses belajar mengajar khususnya pada SMP Tut Wuri Handayani Makassar. Pada dasarnya ARIAS adalah model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran ini dianggap sebagai suatu solusi dari masalah yang diuraikan sebelumnya sebab ARIAS adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menenamkan rasa yakin atau percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa (Sofan Amri, 2014:2). Kedua model pembelajaran ini sangat berbeda satu sama lain terutama dari segi pelaksanaan kegiatan pembelajaran tetapi tujuan utamanya sama-sama mengarah kepada peningkatan mutu pendidikan. Oleh Karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif Dengan Model Pembelajaran Langsung” METODOLOGI A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Tut Wuri Handayani kelas VIII yang terletak di jalan A.P Pettarani 2 Lr. 3 No. 4 pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 tepatnya mulai tanggal 11 Mei – 22 Mei 2015 C. Desain Penelitian Desaian penelitian ini adalah “randomized posttest only control groupdesign” yang merupakan salah satu jenis eksperimen sebenarnya (true experimental design). D. Populasi dan Tekhnik Pengambilan Sampel Populasi adalah semua siswa kelas VIII SMP Tut Wuri Handayani Makassar pada tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas yang homogen. Dikatakan homogen karena pada sekolah ini tidak diklasifikasikan siswa yang berprestasi pada kelas tertentu. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah kelas VIIIE yang terdiri dari 31 siswa dan kelas VIIID yang terdiri dari 34 siswa. Sampel diambil dari dua kelas secara acak dari semua kelas VIII yang ada. E. Rancangan Perlakuan Kelompok Eksperimen: Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen diajar dengan model pembelajaran ARIAS dengan setting Kooperatif. Kelompok Kontrol: Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol diajar dengan model pembelajaran Langsung. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data berupa tes hasil belajar matematika. Jurnal Ilmiah Pena
10
Volume 8 Tahun 2015
G. Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpul dianalisis menggunakan statistik Deskriptif dan statistik Inferensial. Untuk mengkategorikan hasil belajar matematika untuk kedua perlakuan diperlukan skala lima(DEPDIKNAS, 2003) Tabel 2.4.Pengkategorian Skor Hasil Belajar Tingkat Kepuasan Kategori 0 – 34 Sangat Kurang 35 – 54 Kurang 55 – 64 Cukup 65 – 84 Tinggi 85 – 100 Sangat Tinggi Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji inferensial dengan uji-t.Sebelum melakukan uji-t,terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Menurut Subana,dkk. “Jika hitung < tabel maka distribusi normal, dan pada keadaan lain tidak berdistribusi normal dengan rumus yang digunakan : χ2hitung =
(Subana, dkk. 2000:124)
i = 1,2,…….,n Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F. Kriteria pengujian homogenitas menurut (Subana, dkk. 2000: 185). Jika Fhitung
Dsg = Dsg X1 X2 S1 S2 n1 n2
Keterangan: : Standar deviasi gabungan : Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas Eksperimen I : Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas Eksperimen II : Standar deviasi kelompok Eksperimen I : Standar deviasi kelompok Eksperimen II : Jumlah responden kelompok Eksperimen I : Jumlah responden kelompok Eksperimen II
Jurnal Ilmiah Pena
11
Volume 8 Tahun 2015
Kriteria pengujian hipotesis, jikaThit> Ttabdalam hal lain H0ditolak atau H1diterima” dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n 1 + n2 – 2. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Statistik Deskriptif 1. Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan Model ARIAS Setting Kooperatif Tabel 2.1. Rangkuman Beberapa Distribusi Skor Hasil Belajar Lingkaran Siswa yang Diajar Menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif Statistik
Nilai Statistik 31 93 58 35 80,7742 113,314 10,644 83 93
Ukuran sampel Skor maksimum Skor minimum Jangkauan Skor rata-rata Varians Standar deviasi Median Modus Sumber: data diolah
Tabel 2.2. Distribusi Frekuensi Kategori dan Kriteria Hasil Belajar Lingkaran SiswaYang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
0 0 9 13 9 31
0 0 29,03 41,94 29,03 100
0 – 39 Sangat rendah 40 – 54 Rendah 55 – 74 Sedang 75 – 89 Tinggi 90 – 100 Sangat Tinggi Jumlah Sumber : data diolah
Jurnal Ilmiah Pena
12
Volume 8 Tahun 2015
2. Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Tabel 3.1. Rangkuman Beberapa Distribusi Skor Hasil Belajar Lingkaran Siswa yang Diajar Menggunakan Model PembelajaranLangsung Statistik
Nilai Statistik
34 85 30 55 66,6176 156,486 12,509 67 55 Sumber: Data diolah Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kategori dan Kriteria Hasil Belajar Lingkaran Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Ukuran sampel Skor maksimum Skor minimum Jangkauan Skor rata-rata Varians Standar deviasi Median Modus
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
0 – 39
Sangat Kurang
1
2,94
40 – 54
rendah
2
5,88
55 – 74
sedang
20
58,82
75 – 89
Tinggi
11
32,36
90 – 100
Sangat Tinggi
0
0
34
100
Jumlah Sumber: Data diolah
Jurnal Ilmiah Pena
13
Volume 8 Tahun 2015
3. Diagram Batang Perbandingan Skor Tes Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Model PembelajaranARIAS Setting Kooperatif dan Model Pembelajaran LangsungPada Pokok BahasanLingkaran
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa presentase kategori tingkat hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif berada pada kategori tinggi sedangkan kelas kontrol berada pada kategori sedang. B. Hasil Analisis Statistik Inferensial 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat. Berdasarkan hasil analisis data siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif pada taraf signifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (5) diperoleh Chi-kuadrat hitung ( ) = 10,97 dan Chi-Kuadrat tabel ( ) = 11,1 Karena < artinya skor hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif berdistribusi normal. Juga kelompok yang diajar menggunakan model pembelajaranLangsung diperoleh Chi-Kuadrat hitung ( ) = 7,63 dan Chi-Kudarat tabel ( ) = 12,6 Karena < artinya skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Diperoleh nilai = 1,38 dengan taraf signifikansi = 0,05 dan dk = ( , ) = (30,33) dan diperoleh ftabel = 2,34 . Karena < , artinya skor hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif dan model pembelajaran Langsung bersifat homogen. 3.
Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan diperoleh
= 4,86 dan dengan taraf signifikansi
=
0,05 dan dk = 63 dan Diperoleh = 1,67 karena ttabel berarti diterima dan H0 ditolak. Artinya hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model Jurnal Ilmiah Pena
14
Volume 8 Tahun 2015
pembelajaran ARIAS Setting Koperatif lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. C. Pembahasan Hasil Penelitian Kejadian di kelas membuktikan bahwa siswa pada kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung kurang aktif dalam kegiatan proses belajarmengajar. Hal ini terlihat dari kurangnya respon siswa pada saat guru melontarkan pertanyaan. Siswa hanya diam dan mendengarkan penjelasan dari guru tetapi pada saat diberikan pertanyaan hanya satu dua orang yang menjawab. Hal yang sama juga terjadi pada saat guru menyuruh siswa untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dimengerti dari materi yang sudah disampaikan. Selain itu, pada saat diberikan soal latihan banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal latihan tersebut meskipun sudah dijelaskan berulang-ulang. Begitu pula dengan tugas rumah yang diberikan, tidak semua siswa mengerjkan tugas dan yang mengerjakan tugas pun hasilnya kurang memuaskan. Akibatnya pada saat diberikan tes, nilai-nilai hasil belajarnya pun juga kurang memuaskan dengan skor rata-rata 66,6176. Lain halnya siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS setting kooperatif. Pada kelas ini siswa lebih antusias pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Siswa juga lebih cepat memahami materi yang disampaikan. Banyak siswa siswa yang sering bertanya maupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Selain itu kegiatan dalam kelompok juga berjalan dengan baik karena anggota kelompok saling membantu satu sama lain. Mereka saling berlomba-lomba menyesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Nilai-nilai hasil tesnya pun memuaskan dengan skor rata-rata 80,7742. Secara teori model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif lebih baik daripada model pembelajaran Langsung. Hal ini sejalan berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif yaitu 80,7742 lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Langsung yaitu 66,6176. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Khuzniyyatus Sa‟adah berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran ARIAS Berbantuan LKS Terhadap Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Dolopo Madiun. Dalam laporan akhir hasil penelitiannya disimpulkan model pembelajaran ARIAS berbantuan LKS lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran yang menggunakan konvensional Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan didukung oleh teori-teori maupun bukti di lapangan pada saat peneliti melakukan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung pada siswa kelas VIII SMP Tut Wuri Handayani Makassar. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif adalah80,7742 (kategori tinggi) Jurnal Ilmiah Pena
15
Volume 8 Tahun 2015
2. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Langsung adalah 66,6176 (kategori sedang) 3. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Tut Wuri Handayani Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Langsung. Dengan demikian model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif lebih cocok diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Tut Wuri Handayani Makassar khusunya materi lingkaran. B. Saran 1. Model pembelajaran ARIASSetting Kooperatifdapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan model pembelajaran ini siswa termotivasi untuk lebih aktif dan berminat dalam mengikuti kegiatan belajar karena materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari jadi guru hendaknya menggunakan model pembelajaran ARIAS Setting Kooperatif. 2. Kepada peneliti lain yang ingin melaksanakan penelitian, supaya benar-benar memahami konsep model pembelajaran sehingga dapat mempersiapkan instrumen sebaik mungkin agar data yang diperoleh benar-benar valid dan menggambarkan kemampuan responden yang sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Amri, Sofan. 2014. Model Pembelajaran ARIAS: Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction Terintegratif Dalam Teori dan Praktik Untuk Menunjang Penerapan Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Emzir. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kualitatif dan Kuantitatif.Jakarta : Rajawali Pers. Rusman, 2013. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta : Rajawali Pers. Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sanjaya.2005. PembelajaranDalam Implementasi Kurikulim Berbasis Kompetensi.Bandung:Kencana. Sardiman.2010. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengaja.Jakarta: Rajawali Pers. Subana, dkk. 2000. Stastik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jurnal Ilmiah Pena
16
Volume 8 Tahun 2015
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN Ufrah, Sriwahyuni, Kamrianti Ramli3
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan di Puskesmas Balangnipa. Metode yang digunakan adalah pendekatan survey deskriptif. Kesimpulan dari 30 responden terdapat 20 orang (66.67%) yang tidak tahu tentang bisa tidaknya hubungan seksual pada masa kehamilan dan 10 orang (33.33%) yang tahu. Di tinjau dari umur kehamilan kategori jawaban tahu terbanyak ditemukan pada kelompok umur kehamilan > 28 minggu (trimester III) sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak tahu tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1328 minggu (trimester II) sebanyak 8 orang (40%). Di tinjau dari tingkat pendidikan kategori jawaban tahu terbanyak ditemukan pada tingkat pendidikan > SMA sebanyak 7 orang (70%) dan dari 20 responden yang tidak tahu terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan < SMA sebanyak 18 orang (90%). Kata kunci: hubungan seksual PENDAHULUAN Kehamilan adalah masa dalam banyak perubahan bagi pasangan suami istri, tak terkecuali dengan hubungan seksual. Pada masa ini anda mengalami emosi dan perasaan yang berbeda pada masa itu, bahkan tak jarang menjadi labil sehingga komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sejak masa hamil dimulai (Hartuti, 2010:30). Hubungan seksual secara biologi adalah proses pencampuran atau penggabungan sifat-sifat genetik dari dua orang dengan jenis kelamin berbeda, bisa di artikan proses bertemunya sifat yang di bawah oleh laki-laki dan perampuan dengan bentuk kontak alat kelamin (Anonim,2012). Menurut ahli Seksiologi Prof.Pangkahila dalam Anonim (2014), hubungan seksual selama hamil boleh di lakukan. Pada trimester I kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tidak di lakukan sesering seperti biasanya, jika hubungan seksual dipaksakan pada trimester I di kuatirkan bisa terjadi keguguran spontan. Selain trimester I kehamilan, pasangan sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual pada trimester III karena bisa menyebabkan kelahiran dini. Menurut data world health organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negara – Negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara–negara berkembang merupakan yang tertinggi 3
STIKES MADANI
Jurnal Ilmiah Pena
17
Volume 8 Tahun 2015
dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 Negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum (Anonim, 2015). Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu pada tahun 2013 jumlah ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas adalah 5019 orang. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 (Anonim, 2015). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88%. Cakupan ini terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu jika dilihat dari cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi adalah provinsi Jawa Tengah dengan cakupan 99,89%, Sulawesi Selatan 99,78%, dan Sulawesi Utara 99,59%. Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua 33,31%, Papua Barat (73,20%), dan Nusa Tenggara Timur 74,08% (Anonim, 2015) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi sulawesi Selatan tahun 2013 angka kematian ibu mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup diantaranya perdarahan, infeksi dan pre eklampsi (Anonim, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kab. Sinjai jumlah ibu hamil tahun 2014 adalah 8940 orang. (Profil Dinas Kesehatan Kab. Sinjai). Berkaitan dengan penelitian yang di lakukan oleh Adawiah (2013), penulis melakukan penelitian yang sama di tempat yang berbeda, yakni di puskesmas Balangnipa. Pengambilan data awal, menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Balangnipa tahun 2014 sebanyak 253 orang ibu hamil, dan pada tahun 2015 periode Januari–Mei sebanyak 141 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Balangnipa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan”. METODOLOGI A. Pendekatan dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah survey deskriptif dimana penelitian ini menguraikan dan memberi gambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seks selama kehamilan di Puskesmas Balangnipa. B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Balangnipa, mulai bulan Mei-Juli 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua yang melakukan kunjungan ke poli KIA Puskesmas Balangnipa.
Jurnal Ilmiah Pena
18
Volume 8 Tahun 2015
2. Sampel Semua ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilanya di puskesmas Balangnipa, bulan Mei-Juli 2015 sebanyak 30 orang. D. Tehnik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dengan menggunakan kuesioner penelitian yang dibagikan dan diisi oleh ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilanya. Data di olah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan di tampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase di sertai penjalasan. Menurut Angriani (2014:16) data yang terkumpul sebelumnya dan telah diolah selanjutnya di analisis dengan menggunakan presentase dengan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut : Frekuensi Presentase yang di cari =
× 100% Jumlah sampel
E. Etika Penelitian Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, masalah etika yang harus diperhatikan sebagai berikut : a. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian, dengan memberikan lembar persetujuan, tujuanya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. b. Anonimity (Tanpa Nama) Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan c. Confidentiality (Kerahasiaan) Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah masalah lainya. semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan yang dilakukan di Puskesmas Balangnipa diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
Jurnal Ilmiah Pena
19
Volume 8 Tahun 2015
Tabel 3.1: Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan Di Puskesmas Balangnipa Kategori Jawaban
Frekuensi
Presentase
Tahu
10
33.33
Tidak Tahu
20
66.67
Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner yang diisi oleh responden di ruang KIA/KB Puskesmas Balangnipa Tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 20 orang 66.67% yang tidak tahu tentang bisa tidaknya dilakukan hubungan seksual pada masa kehamilan dan sisanya 10 orang 33.33% tahu tentang hubungan seksual pada masa kehamilan. Tabel 3.2: Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan Berdasarkan Umur Kehamilan Di Puskesmas Balangnipa Kategori Jawaban
Umur Kehamilan
Benar
Presentase
Salah
Presentase
Trimester I
2
20
5
25
Trimester II
2
20
8
40
Trimester III
6
60
7
35
Jumlah 10 100 20 100 Sumber: Koesioner yang diisi oleh responden di ruang KIA/KB Puskesmas Balangnipa Tabel 3.2 menggambarkan tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan ditinjau dari segi umur kehamilan ibu diperoleh data bahwa dari 30 responden yang mengetahui tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan > 28 minggu (Trimester III) sebanyak 6 orang (60%), pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu (Trimester I) sebanyak 2 orang (20%), dan umur kehamilan 13-28 minggu (Trimester II) sebanyak 2 orang (20%). Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak tahu tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 13-28 minggu (Trimester II) sebanyak 8 orang (40%) dan paling sedikit ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu (Trimester I) sebanyak 5 orang (25%),dan pada umur kehamilan >28 minggu (Trimester III) sebanyak 7 orang (35%).
Jurnal Ilmiah Pena
20
Volume 8 Tahun 2015
Tabel 3.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di PuskesmasBalangnipa Pendidikan
Kategori Jawaban Benar
Presentase
Salah
Presentase
≥ SMA
7
70
2
10
< SMA
3
30
18
90
Jumlah 10 100 20 100 Sumber: Koesioner yang diisi oleh responden di ruang KIA/KB Puskesmas Balangnipa Tabel 3.3 menggambarkan tentang distribusi kategori jawaban responden tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan menurut tingkat pendidikan, diperoleh hasil bahwa dari 10 responden yang mengetahui tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan ≥ SMA sebanyak 7 orang (70%) dan sisanya 3 orang (30%) dengan tingkat pendidikan < SMA. Dari 20 responden yang tidak tahu tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan < SMA sebanyak 18 orang (90%) dan paling sedikit ditemukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan ≥ SMA sebanyak 2 orang (10%). B. Pembahasan 1. Umur Kehamilan Umur Kehamilan menurut Indrayani (2011 :130-134), umur kehamilan adalah lamanya waktu kehamilan mulai dari konsepsi sampai dengan saat ibu dating memeriksakan kehamilannya yang diketahui dari anamnesis tentang hari pertama haid terakhir (HPHT) ibu. Dari hasil penelitian diatas yang disajikan dalam table 4.2 distribusi frekuensi terlihat jelas bahwa keseluruhan responden yang mengisi kuesioner pada saat dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan berdasarkan umur kehamilan menunjukkan fakta bahwa ibu hamil dengan kategori jawaban tahu terbanyak ditemukan pada kelompok umur kehamilan> 28 minggu (Trimester III) sebanyak 6 orang (60%), pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu (Trimester I) dan umur kehamilan 13-28 minggu (Trimester II) sebanyak 2 orang (20%). Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak tahu tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 13-28 minggu (Trimester II) sebanyak 8 orang (40%) dan paling sedikit ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu (Trimester I) sebanyak 5 orang (25%), dan pada umur kehamilan >28 minggu (Trimester III) sebanyak 7 orang (35%). Berdasarkan penelitian Adawiah (2013) menyimpulkan bahwa, di tinjau dari umur kehamilan ibu di peroleh data, bahwa dari 32 ibu hamil (responden) yang mengetahui tentang hubungan seks selama kehamilan terbanyak di temukan pada kelompok ibu umur kehamilan 13-28 minggu atau trimester II sebanyak 6 responden atau 60%, dan paling sedikit ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu yaitu
Jurnal Ilmiah Pena
21
Volume 8 Tahun 2015
sebanyak 2 responden atau 9%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sandy dan Sari (2012) bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang hubungan seksual selama kehamilan cukup. Menurut Salma dalam Sandy dan Sari (2012), perubahan dorongan seksual umumnya berfluktuasi selama masa kehamilan. Dorongan seksual biasanya menurun pada trimester I, hal ini karena kebanyakan gejala kehamilan seperti nyeri payudara, buang air kecil yang meningkat, mual dan muntah sehingga menimbulkan rasa lelah atau kurang sehat untuk berhubungan seks. Selama trimester III dorongan seksual biasanya meningkat, seiring menghilangnya gejala kehamilan dan meningkatnya energi. Sepanjang trimester III dorongan seksual dapat kembali menurun dengan semakin membesarnya perut dan semakin fokusnya perhatian untuk persiapan melahirkan. 2. Tingkat Pendidikan Pada table distribusi frekuensi menurut tingkat pendidikan responden menggambarkan tentang distribusi kategori jawaban responden tentang pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan berdasarkan tingkat pendidikan ibu di PuskesmasBalangnipaditemukan data bahwadari 10 responden yang mengetahui tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengantingkat pendidikan ≥ SMA sebanyak 7 orang (70%) dandari 20 responden yang tidak tahu terbanyak ditemukan pad akelompok ibu dengan tingkat pendidikan< SMA sebanyak 18 orang (90%). Berdasarkan penelitian Adawiah (2013) menyimpulkan bahwa, di tinjau dari tingkat pendidikan, di peroleh hasil bahwa dari 10 responden yang mengetahui tentang hubungan seks, terbanyak di temukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan > SMA sebanyak 8 orang (80%) dan pada tingkat pendidikan < SMA hanya 2 0rang (20%), Sedangkan kelompok ibu yang tidak mengetahui tentang hubungan seksual terbanyak di temukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan < SMA sebanyak 19 0rang (86,4%) dan paling sedikit ditemukan pada kelompok ibu dengan tingkat pendidikan > SMA sebanyak 3 orang (13,6%). Menurut Sandy dan Sari (2012), salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinangbungan. Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan, sehingga dengan pendidikan ibu hamil yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan tentang pemeliharaan kehamilan. Dengan pengetahuan yang baik akan menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa hubungan seksual pada waktu kehamilan harus memperhatikan faktor ibu dan calon bayi, terutama frekuensi dan posisi hubungan yang tepat, semakin tnggi pendikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuanya. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual pada masa kehamilan, dari 30 responden terdapat 20 orang (66.67%) yang tidak tahu tentang bisa tidaknya hubungan seksual pada masa kehamilan dan 10 orang (33.33%) yang tahu. 2. Di tinjau dari umur kehamilan kategori jawaban tahu terbanyak ditemukan pada kelompo kumur kehamilan> 28 minggu (Trimester III) sebanyak 6 orang (60%), Jurnal Ilmiah Pena
22
Volume 8 Tahun 2015
pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu (Trimester I) dan umur kehamilan 13-28 minggu (Trimester II) sebanyak 2 orang (20%). Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak tahu tentang hubungan seksual pada masa kehamilan terbanyak ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 13-28 minggu (Trimester II) sebanyak 8 orang (40%) dan paling sedikit ditemukan pada kelompok ibu dengan umur kehamilan 1-12 minggu (Trimester I) sebanyak 5 orang (25%) dan pada umur kehamilan >28 minggu (Trimester III) sebanyak 7 orang (35%). 3. Di tinjau dari tingkatpendidikankategorijawabantahuterbanyakditemukanpadatngkat pendidikan ≥ SMA sebanyak 7 orang (70%) dandari 20 responden yang tidaktahuterbanyakditemukanpadakelompokibudengantingkatpendidikan< SMA sebanyak 18 orang (90%). B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengungkapkan beberapa saran : Meningkatkan penyuluhan kepada pasangan tentang perubahan perilaku selama kehamilan khususnya yang berkaitan dengan perilaku seksual khususnya pada trimester I, memperbanyak program penyuluhan kepada PUS dan ibu hamil guna menjawab semua mitos dan larangan-larangan yang berkaitan dengan adat istiadat atau tradisi dengan kesehatan (kehamilan) sehingga PUS dan ibu hamil tidak bingung tentang apa yang diperbolehkan dan tidak boleh dilakukan dalam kehamilan, meningkatkan peran serta suami dalam konseling untuk memudahkan penyampaian informasi yang akan diberikan. DAFTAR PUSTAKA Adawiah, R , 2013. Gambaran Pengetahuan Tentang Hubungan Seksual, KTI. Tidak di terbitkan. Sinjai:Akbid madani. Anonim. 2012.Dorongan Seksual (online), (http://ramuanabe.com diakses pada tanggal 04 Juli 2015). Anonim. 2014. Hubungan Seksual Selama Kehamilan(online), (http://www.seksualitas.net.com., diakses 5 Juli 2015) Anonim. 2015. Aki (online),(http://wwwpedesaansehat.com di akses tanggal 10 juli 2015). Angriani, D. 2014. Biostatistik. Sinjai: Akbid Madani Sinjai Asrinah, dkk, 2010,Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, Yogyakarta:Graha ilmu. Hartuti, T. 2010,Panduan Ibu Hamil Melahirkan & Merawat Bayi, Yogyakarta:UBA Press. Indrayani. 2011, Buku Ajar Asuhan Kehamilan, Jakarta:TIM Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, 2015
Jurnal Ilmiah Pena
23
Volume 8 Tahun 2015
ANALISIS EFEKTIFITAS, EFISIENSI PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR SENTRAL WATAMPONE DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BONE Nur Aslindawati4
ABSTRAK Penelitian ini berutjuan untuk mengetahui tingkat efektifitas, efisiensi penerimaan pertibusi pasar sentral watampone terhadap potensi yang dimikili dan besarnya kontribusi retribusi Pasar Sentral Watampone terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan khususnya pada Pasar Sentral Wotampone. Pengambilan data diperoleh di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus efektifitas, efisiensi dan kontribusi dengan teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone pada tahun 2006 dan 2007 dikategorikan efektif dan pada tahun 2008 hingga 2010 penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone tidak efektif yang disebabkan pemanfaatan sarana dan prasarana pasar yang tidak maksimal sehingga penerimaan retribusi tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Dilihat dari tingkat efisiensinya, retribusi pasar sentral dari tahun 2006 hingga 2010 tidak efisien. Pemerintah Daerah Kabupaten Bone sudah menetapkan anggaran belanja untuk pemungutan retribusi pasar sentral setiap tahun dengan tidak berdasarkan banyak atau tidaknya hasil retribusi yang diperoleh dari Pasar Sentral Watampone. Kurangnya pedagang yang berjualan di pasar sentral juga merupakan penyebab tidak efisiennya penerimaan retribusi pasar sentral. (ii) Kontribusi retribusi Pasar Sentral Watampone terhadap PAD Kabupaten Bone dari tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan penerimaan retribusi yang mengalami penurunan dari tahun 2006 hingga 2010 sementara penerimaan PAD justru mengalami peningkatan kecuali tahun 2009 dan 2010 namun persentase penurunan PAD tidak sebesar penurunan retribusi pasar sentral. Selain itu, penerimaan sumber-sumber PAD Kabupaten Bone yang lain yang memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap PAD Kabupaten Bone. PENDAHULUAN Secara umum pembangunan diartikan sebagai suatu proses terencana dari situasi nasional ke situasi nasional yang lebih baik. Dalam hal ini pembangunan merupakan suatu konsep yang dinamis sebab selalu berubah sesuai dengan kondisi kerangka sistem sosial yang menyertainya. Pelaksanaan pembangunan diupayakan berjalan seimbang selaras dan saling menunjang antara satu bidang dengan bidang lainnya, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara semua bidang. 4
Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
24
Volume 8 Tahun 2015
Hakekat pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder maupun sektor tersier. Sedangkan arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat dapat tercapai secara optimal dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari pembangunan ekonomi tersebut, maka pembangunan harus didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembangaan, dan sumber daya fisik yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah daerah beserta partisispasi masyarakat harus mampu menaksir potensi sumber daya yang paling diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan. Dalam proses pembangunan, selain memperhitungkan dampak aktifitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat, lebih dari itu dalam proses pembagunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik (Mudrajad Kuncoro, 2004). Kemandirian pembangunan diperlukan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan provinsi maupun kabupaten atau kota yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat dengan kebijakannya. Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh pemerintah agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan untuk membiayai pembangunan daerahnya sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daaerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Mengacu pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maka menjadi tanggung jawab bagi setiap daerah untuk memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan daerah dalam rangka mewujudkan kemajuan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efektif dan efisien sesuai dengan
Jurnal Ilmiah Pena
25
Volume 8 Tahun 2015
pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan. Kabupaten Bone merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Sulawesi Selatan yang senantiasa berusaha dalam mengupayakan kelanjutan pembangunan daerahnya dengan berusaha meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Untuk mengetahui kondisi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bone tahun 2006-2010 Tahun PAD (Rp) Persentase Penerimaan PAD (%) 2006
21.110.351.032,12
-
2007
34.717.647.416,82
64,46 %
2008
50.669.450.902,72
45,95 %
2009
39.201.846.144,42
-22,63 %
2010
34.842.143.749,72
-11,12 %
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bone, 2012 Berdasarkan tabel 4.1 data dari tahun 2006 sampai dengan 2010 tersebut di atas menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bone pada tahun 2006 jumlah Pendapatan Asli Daerah mencapai Rp.21.110.351.032,12,- dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 34.717.647.416,82,- menunjukkan mengalami kenaikan 64,46%, pada tahun 2007 sampai tahun 2008 kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar 45,95 %, tetapi pada tahun 2008 jumlah Penerimaan PAD sebesar Rp.50.669.450.902,72,- dan tahun 2009 Jumlah PAD Rp.39.201.846.144,42,- yakni mengalami penurunan sebesar -22,63%, dan jumlah PAD pada tahun 2010 adalah Rp.34.842.143.749,72,- juga mengalami penurunan hingga -11,12%. Dengan melihat kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Pendapatan Asli daerah (PAD) berfluktuasi. Berdasarkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut, yang memiliki potensi terbesar dalam memberikan masukan terhadap kas daerah khususnya di Kabupaten Bone adalah pajak dan retribusi daerah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka perlu adanya pengelolaan/manajemen yang baik dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang pada akhirnya akan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Selain itu, pajak dan retribusi daerah juga diatur oleh peraturan daerah dari masing-masing kabupaten. Untuk itu pemerintah daerah khususnya Kabupaten Bone harus berupaya memberdayakan sektor-sektor ekonomi daerah dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah secara optimal sebagai penghasil pajak dan retribusi daerah. Di Kabupaten Bone, retribusi daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memiliki kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 66 Jurnal Ilmiah Pena
26
Volume 8 Tahun 2015
Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, salah satu pungutan retribusi daerah adalah retribusi pasar. Hal ini mengingat bahwa pasar adalah salah satu sektor vital dalam pembangunan ekonomi daerah yang selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sektor ini juga mampu memberikan pemasukan terhadap Pendapatan Asli daerah berupa retribusi pasar. Khusus di Kabupaten Bone, salah satu sumber retribusi pasar yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone adalah Retribusi Pasar Sentral Kota Watampone. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah telah berusaha melakukan realokasi serta renovasi pembangunan. Hal tersebut bertujuan untuk memenuhi sarana dan prasarana masyarakat sehingga akan menimbulkan daya tarik bagi masyarakat baik sebagai produsen, distributor dan konsumen untuk melakukan transaksi di Pasar Sentral Kota Watampone. Selain untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, realokasi dan renovasi terhadap pasar tersebut oleh pemerintah Kabupaten Bone juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone yaitu berupa retribusi pasar. METODOLOGI A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian desktiptif kuantitatif dengan menganalisis tingkat efektifitas dan efisiensi penerimaan Retribusi Pasar Sentral Watampone dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bone. B. Variabel Penelitian Variabel merupakan indikator terpenting yang menentukan keberhasilan penelitian. Sugiyono (2005 : 39) mengemukakan bahwa ”Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Retribusi Pasar Sentral Watampone di Kabupaten Bone 2. Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone C. Desain Penelitian Disain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti. Maka disain penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data-data yang berhubungan dengan variabel yang diteliti dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya, disain dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:
Jurnal Ilmiah Pena
27
Volume 8 Tahun 2015
Penelitian
Pengumpulan data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Analisis data
Hasil penelitian
Kesimpulan dan saran Gambar 4.1: Desain Penelitian Populasi adalah keseluruhan aspek yang menjadi objek yang akan diteliti. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah time series atau data runtun waktu, maka dari itu populasi yang digunakan sekaligus menjadi sampel yaitu Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bone dan retribusi Pasar Sentral Watampone di Kabupaten Bone tahun 2006-2010. Teknik pengumpulan data adalah memperoleh data yang dilakukan dengan merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu : 1. Observasi Peneliti mengadakan pengamatan langsung di lapangan terhadap obyek yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menjamin objektivitas data di lapangan. Kemungkinan untuk dicatat secara langsung dapat dilakukan sehingga dapat dikontrol validitasnya dan reabilitasnya. 2. Dokumentasi Pengumpulan data dengan dokumentasi ini dimaksud untuk memperoleh data sekunder keadaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone. Data mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diperoleh dari dokumentasi (pencatatan/buku) karena pada dasarnya penelitian ini menggunakan sekunder berupa data time series.
Jurnal Ilmiah Pena
28
Volume 8 Tahun 2015
3.
Wawancara Peneliti mengadakan wawancara dengan pihak yang terkait dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak terkait yaitu Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA), pedagang yang berada di Pasar Sentral Kota Watampone serta masyarakat setempat .
D. Teknik Analisis Data 1. Analisis kuantitatif Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, diolah dan dianalisis secara deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kontribusi retribusi pasar sentral Watampone terhadap Pendapatan Asli Daerah. Teknik analisis deskriptif menggunakan rumus persentase, dengan rumus yang dikemukakan oleh J. Suprapto, 1994:267) :
2.
Efektivitas retribusi pasar Efektivitas retribusi mengukur hubungan antara hasil pungutan retribusi dan potensi hasil retribusi, dengan anggapan semua wajib retribusi membayar retribusi masing-masing, dan membayar seluruh retribusi terhutang masing-masing. Efektivitas yang tinggi akan tampak jika hasil dari penerimaan retribusi daerah berkisar di atas 60% dari seluruh potensinya, Devas CN (1989). Semakin besar nilai efektivitasnya menggambarkan semakin baiknya administrasi dan sistem pungutan retribusi. Untuk mengetahui tingkat efektifitas retribusi Pasar Sentral Watampone maka digunakan rumus sebagai berikut:
3.
Efisiensi retribusi pasar Efisiensi penerimaan retribusi pasar dapat diperoleh melalui perbandingan antara realisasi penerimaan dengan biaya pemungutan yang dikeluarkan. Efisiensi dapat tercapai apabila nilainya kurang dari 40%, sehingga apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan yang di peroleh maka akan tercapai efisiensi. Untuk mengetahui tingkat efisiensi retribusi Pasar Sentral Watampone maka digunakan rumus sebagai berikut:
Jurnal Ilmiah Pena
29
Volume 8 Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar Sentral Watampone Tingkat efektifitas penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dengan target penerimaan retribusi pasar sentral Watampone yang telah ditetapkan berdasarkan dengan potensi yang sebenarnya. Penilaian ini digunakan untuk mengukur kemampuan petugas penerima retribusi dalam merealisasikan penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone, apabila hasil perhitungan retribusi Pasar Sentral menghasilkan angka atau persentase mendekati 100% yaitu 60% ke atas, maka retribusi Pasar Sentral semakin efektif atau dengan kata lain kinerja penerimaannya semakin baik. Tingkat Efektifitas penerimaan Retribusi Pasar Sentral Watampone dapat diketahui dengan rumus :
Hasil perhitungan tingkat efektifitas penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone tahun 2006-2010 dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 4.2. Efektifitas Retribusi Pasar Sentral Watampone, Tahun 2006-2010 Target Retribusi Realisasi Retribusi Pasar Sentral Pasar Sentral Efektifitas Tahun Watampone Watampone (%) (Rp) (Rp) 2006
600.300.000
537.004.000
89,46
2007
610.000.000
418.533.000
68,61
2008
610.000.000
345.108.000
56,58
2009
610.000.000
261.340.000
42,84
2010
390.800.960
235.627.500
60,29
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.2, persentase realisasi pemerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 dan 2007 tingkat efektifitas yang diperoleh adalah 89,46% dan 68,61% yang dapat dikategorikan efektif karena melebihi standar efektifitas yaitu lebih dari 60%. Pada tahun 2008-2009 realisasi penerimaannya retribusi tidak efektif dengan tingkat efektifitas 56,58% dan 42,84% yang berada di bawah standar tingkat efektifitas yaitu di bawah 60%. Pada tahun 2010 realisasi retribusi pasar sentral dapat dikategorikan efektif dengan tingkat efektifitas 60,29% yang berada di atas standar efektifitas yang ditentukan yaitu lebih dari 60%. Akan tetapi ditinjau Jurnal Ilmiah Pena
30
Volume 8 Tahun 2015
dari segi target yang ditetapkan oleh pemerintah setempat pada dasarnya realisasi retribusi Pasar Sentral Watampone pada tahun 2010 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, pemerintah menurunkan target retribusi pasar dari Rp.610.000.000 menjadi Rp.390.800.960 atau menurun sebesar 36%. Pemerintah melakukan penurunan target retribusi Pasar Sentral Watampone karena melihat realisasi retribusi pasar sentral mulai tahun 2006 hingga 2009 tidak pernah mencapai target bahkan retribusi yang diperoleh mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sehingga atas dasar hal tersebut dan melihat kondisi pasar yang tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka pemerintah melakukan penurunan target terhadap retribusi Pasar Sentral Watampone. Menurut Devas, angka efektifitas menunjukan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan pemungutan dapat tercapai. Jika angka efektifitas berada di atas 60% maka retribusi dapat dikatakan efektif. Berdasarkan penjelasan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pada beberapa periode mencapai tingkat efektiftas namun pada beberapa periode selanjutnya hasil yang diperoleh tidak mencapai tingkat efektifitas. Maka berdasarkan pendapat Devas, periode yang menunjukkan tidak efektifnya penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone memberikan gambaran ketidakmampuan Pasar Sentral Watampone mencapai tujuan pemungutan yang telah direncanakan. Ada beberapa faktor yang menyebakan terjadinya penurunan realisasi retribusi Pasar Sentral Watampone dari tahun 2006 hingga tahun 2010 atau ketidakefektifan retribusi pasar sentral. Diantaranya adalah pemanfaatan potensi yang dimiliki yang tidak maksimal oleh masyarakat atau pengguna jasa pasar. Misalnya jumlah ruko yang tersedia 60 unit, sementara yang terpakai hanya 10 unit, toko yang tersedia jumlahnya 153 unit dan yang terpakai hanya 14 unit, jumlah lods yang tersedia sebanyak 1712 unit dan yang terpakai hanya 25 unit. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh kurangnya faktor pendukung masyarakat. Pemilik maupun penyewa toko, ruko, lods tidak betah berjualan pada Pasar Sentral Watampone karena cenderung mengalami kerugian yang diakibatkan kurangnya pengunjung atau konsumen, hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu penjual pada pasar sentral watampone yaitu H.Murni. Penyebab dari kurangnya pengunjung atau konsumen adalah karena faktor transportasi yang terbatas. Jarak pasar sentral jauh dari wilayah pemukiman penduduk yang padat dibandingkan dengan letak pasar lama yang berada di tengah-tengah kota yang padat penduduknya. Sehingga pedagang lebih memilih untuk berjualan di pasar lama meskipun kondisi tidak layak digunakan sebagai tempat berdagang tetapi adanya harapan keuntungan yang lebih besar yang dapat diperoleh jika berdagang di pasar lama dibandingkan di Pasar Sentral Watampone yang baru.Sebagaimana dikatakan oleh H.Anny yang merupakan salah satu penjual pada pasar lama. Harapan keuntungan yang lebih besar pada pasar lama dikarenakan pengunjung atau konsumen pada dasarnya memang lebih memilih untuk berbelanja di pasar lama yang berada di wilayah pemukiman penduduk. Selain itu, banyaknya pedagang keliling atau pedagang asongan serta banyaknya pasar kecil yang sebenarnya ilegal yang terdapat di tengah-tengah kota yang dibiarkan saja oleh Pemerintah Daerah. Keberadaan pasar-pasar tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dibandingkan Pasar Sentral Watampone yang lokasinya jauh dari pemukiman penduduk yang padat. B. Analisis Efisiensi Retribusi Pasar Sentral Watampone Jurnal Ilmiah Pena
31
Volume 8 Tahun 2015
Tingkat efisiensi Penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dikabupaten Bone dihitung dengan membandingkan biaya pemungutan retribusi pasar yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah dengan realisasi penerimaan retribusi pasar sentral watampone. Penilaian ini digunakan untuk mengukur kemampuan petugas penerimaan retribusi. Efisiensi dikatakan tercapai apabila nilainya kurang dari 40%, sehingga apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan yang diperoleh maka dikatakan efisien. Tingkat efisiensi penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
Hasil perhitungan tingkat Efisiensi penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone tahun 2006-2010 dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 4.3. Efisiensi Penerimaan Retribusi Pasar Sentral Watampone tahun 20062010 Biaya penerimaan Realisasi Penerimaan Efisiensi retribusi Pasar retribusi Pasar Tahun (%) ( Rp ) ( Rp ) 2006
219.350.200
537.004.000
40,85
2007
213.426.650
418.533.000
51,00
2008
209.755.400
345.108.000
60,78
2009
205.567.000
261.340.000
78,66
2010
204.281.375
235.627.500
86,70
Sumber: Data diolah Tingkat efisiensi Pasar Sentral Watampone adalah dengan melihat perbandingan antara pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memungut dan mengelola retribusi pasar sentral dengan realisasi penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone. Berdasarkan tabel 2, tingkat efisiensi yang diperoleh dari tahun 2006 hingga 2010 lebih besar dari 40% dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menunjukkan bahwa retribusi Pasar Sentral Watampone dari tahun 2006 hingga 2010 dapat dikategorikan tidak efisien yang berarti bahwa belanja pemerintah tidak efisien. Menurut Devas, efisiensi penerimaan retribusi pasar dapat diperoleh melalui perbandingan antara realisasi penerimaan dengan biaya pemungutan yang dikeluarkan. Efisiensi dapat tercapai apabila nilainya kurang dari 40% sehingga apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari penerimaan yang diperoleh maka akan tercapai efisiensi.
Jurnal Ilmiah Pena
32
Volume 8 Tahun 2015
Efisiensi pengeluaran belanja pemerintah daerah dapat diartikan ketika setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pemerintah daerah. Ketika kondisi tersebut terpenuhi, maka belanja pemerintah telah mencapai tingkat yang efisien. Tidak efisiennya retribusi Pasar Sentral Watampone disebabkan oleh beberapa faktor. Biaya yang dikeluarkan untuk memungut retribusi pasar sentral lebih besar dibandingkan dengan penerimaan retribusi. Pemerintah Daerah Kabupaten Bone sudah menetapkan anggaran belanja untuk pemungutan retribusi pasar sentral setiap tahun. Anggaran belanja tersebut merupakan biaya pemungutan retribusi pasar sentral yang tetap, dikeluarkan dengan tidak berdasarkan banyak atau tidaknya hasil retribusi yang diperoleh dari Pasar Sentral Watampone. Pemerintah Daerah Kabupaten Bone menetapkan biaya pemungutan retribusi pasar dengan harapan tetap optimis untuk mendapatkan atau memperoleh hasil yang lebih besar lagi atau dapat melebihi biaya yang telah dikeluarkan. Selain itu, kurangnya pedagang yang berjualan di pasar sentral sehingga juga mempengaruhi kurangnya sumber penerimaan retribusi pasar sentral yang juga berdampak pada tingkat efisiensi penerimaan retribusi pasar sentral. C. Kontribusi Retribusi Pasar Sentral Watampone terhadap PAD Kabupaten Bone Kontribusi dalam hal ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase kontribusi Pasar Sentral Watampone terhadap PAD Kabupaten Bone. Kontribusi diperoleh dengan rumus:
Berdasarkan rumus perhitungan kontribusi retribusi maka diperoleh hasil yang menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun yaitu tahun 2006 hingga 2010 yang dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 4.4. Kontribusi Retribusi Pasar Sentral Watampone terhadap PAD Kabupaten Bone tahun 2006-2010 Tahun Retribusi Pasar Sentral PAD Kabupaten Kontribusi Watampone (Rupiah) Bone (Rupiah) (%) 2006 537.004.000 21.110.351.032,12 2,54 2007 418.533.000 34.717.647.416,82 1,21 2008 345.108.000 50.669.450.902,72 0,68 2009 261.340.000 39.201.846.144,42 0,67 2010 235.627.500 34.842.143.749,72 0,68 Sumber: Data diolah Tabel 4.4. menunjukkan kontribusi retribusi Pasar Sentral Watampone dari tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan. Pada tahun 2006 retribusi Pasar Sentral Watampone sebesar Rp.537.004.000 dan jumlah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone adalah Rp.21.110.351.032,12 dengan persentase kontribusinya 2,54%. Pada tahun 2007 retribusi Pasar Sentral Watampone Rp.418.533.108.000 dan jumlah PAD Kabupaten Bone adalah Rp.34.717.647.416,82 dengan persentase kontribusi 1,21%. Pada Tahun 2008
Jurnal Ilmiah Pena
33
Volume 8 Tahun 2015
sampai tahun 2010 persentase kontribusi retribusi Pasar Sentral Watampone mengalami penurunan drastis hingga kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah tidak mencapai 1%. Penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dari tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan sementara PAD Kabupaten Bone mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan tetapi persentase penurunan PAD tidak sebesar persentase penurunan retribusi Pasar Sentral Watampone. Penurunan penerimaan retribusi inilah kemudian yang menyebabkan kontribusinya terhadap PAD juga kian menurun. Penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone yang mengalami penurunan disebabkan oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan pada pembahasan efektifitas dan efisiensi retribusi Pasar Sentral Watampone yaitu faktor tidak maksimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana pasar yang telah disediakan oleh pemerintah. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kontribusi Pasar Sentral Watampone terhadap PAD Kabupaten Bone adalah karena penerimaan sumber-sumber PAD Kabupaten Bone yang lain yang memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten Bone. Sumbersumber PAD yang dimaksud adalah retribusi jasa umum yang lain selain yang berasal dari retribusi Pasar Sentral Watampone, retribusi jasa usaha, pajak daerah, retribusi perizinan tertentu, bagian laba usaha daerah dan penerimaan lain-lain. Sumber-sumber PAD tersebut memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap PAD Kabupaten Bone. Sehingga bila dibandingkan dengan sumber-sumber PAD tersebut, maka retribusi Pasar Sentral Watampone memberikan kontribusi yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumbersumber PAD yang lain.
1.
2.
KESIMPULAN Hasil analisis efektifitas penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dari tahun 2006 hingga tahun 2009 cenderung mengalami penurunan. Hal ini dilihat dari realisasi yang telah dicapai dari tahun ke tahun tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan oleh Pemerintrah Kabupaten Bone. Namun dalam persentase tingkat efektifitas bervariasi yaitu pada tahun 2006 dan 2007 tingkat efektifitas yang dicapai adalah 89,46% dan 68,61% yang dapat dikategorikan efektif karena melebihi standar efektifitas yaitu lebih dari 60%. Pada tahun 2008 dan 2009 realisasi penerimaan retribusi tidak efektif dengan tingkat efektiftas yang diperoleh kurang dari 60%. Tahun 2010 persentase realisasi penerimaan retribusi dapat dikategorikan efektif dengan tingkat efektifitas 60,29% tetapi target yang ditetapkan menurun dibandingkan dengan target retribusi tahun sebelumnya. Ditinjau dari tingkat efisiensi penerimaan retribusi Pasar Sentral Watampone dari tahun 2006 hingga tahun 2010 dikategorikan tidak efisien karena hasil yang diperoleh lebih dari standar efisiensi yaitu lebih besar dari 40%. Biaya yang dikeluarkan untuk memungut retribusi pasar sentral lebih besar dibandingkan dengan penerimaan retribusi pasar. Kontribusi retribusi Pasar Sentral Watampone terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bone mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan retribusi Pasar Sentral Watampone tidak pernah mencapai target, sehingga kontribusinya terthadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga berkurang. Selain itu,
Jurnal Ilmiah Pena
34
Volume 8 Tahun 2015
sumber-sumber PAD yang lain juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap PAD Kabupaten Bone. DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 2003. Metodologi penelitian Bumi Aksara. Arif Tiro, Muhammad dan Baharuddin Ilyas. 2002. Statistika Terapan. Makassar: Andira Publisher: Devas, Nick., Binder B., Booth A., Davet Kelly R. 1998. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Edisi Terjemahan. Jakarta: UI Press. Kaho, Josef Riwu. 2007. Prospek Otonomi Daerah dan perekonomian Indonesia. Raja Grafindo Persada. Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah. Bandung: Citra Umbara. Sugiyono,DR,1999. Statistika untuk Penelitian . Bandung: CV Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 (Perubahan UU RI No. 18 Tahun 1997) Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah. Widayat,Wahyu.1994. Maksimalisasi Pendapatan Asli Daerah sebagai kekuatan Ekonomi Daerah, Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Edisi September 2004.
Jurnal Ilmiah Pena
35
Volume 8 Tahun 2015
PROSPEK KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG MAKASSAR DI KOTA MAKASSAR Musdalifah5 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar di Kota Makassar, selama lima tahun kedepan yaitu dari tahun (2012-2016). Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah jumlah dana Kredit Pemilikan Rumah yang disalurkan dalam lima tahun terakhir (2007-20011) tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (persero) Cabang Makassar di Kota Makassar, untuk kurung waktu lima tahun ke depan (2012-2016) mengalami perkembangan yang signifinikan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar di Kota Makassar lima tahun ke depan yaitu tahun (2012-2016) memiliki prospek yang sangat baik sesuai dengan hasil analisis data. Kata Kunci : Kredit Pemilikan Rumah PENDAHULUAN Dalam upaya merealisasikan tujuan pembangunan di Indonesia pihak perbankan sangat berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Peran tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana-dana masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, bank berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai badan yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Hal tersebut tampak dari kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali kemasyarakat dalam bentuk kredit. Karena jumlah penduduk mengalami peningkatan terus-menerus, maka kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal pun semakin bertambah. Berikut ini merupakan data besaranya pemberian fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Makassar di Kota Makassar selama lima tahun terakhir. Tabel 5.1. Realisasi Kredit Pemilikan Rumah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar di Kota Makassar (dalam jutaan rupiah) selama tahun 2007-2011. Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
KPR Subsidi 954 21,660 32,557 76,346 135,288 KPR Non-Subsidi 51,054 39,141 79,711 79,919 155,027 Total 52,008 60,801 112,268 156,265 280,315 Sumber : PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar Tahun 2012 5
Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
36
Volume 8 Tahun 2015
Dengan memperhatikan jumlah dana pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan untuk jumlah dana Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-Subsidi mengalami fluktuasi yaitu pernah mengalami penurunan namun lebih cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan hal tersebut maka perlunya suatu bank untuk mengadakan penelitian mengenai prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) guna mengetahui bagaimana prospek penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tersebut kedepan nantinya, sehingga dapat memberikan gambaran untuk berbagai kebijakan yang akan ditempuh bagi peningkatan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ”Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar di Kota Makassar”.
METODOLOGI A. Pengukuran Variabel Variabel merupakan indikator yang sangat menentukan keberhasilan penelitian sebab variabel penelitian adalah objek dari penelitian atau merupakan titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian ini hanya melibatkan satu variabel sebagai objek penelitian yaitu: Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan menggunakan nilai rupiah (Rp). B. Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan khususnya perkembangan jumlah realisasi dana Kredit Pemilikan Rumah (KPR) setiap tahun pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar di Kota Makassar selama lima tahun terakhir yaitu 2007-2011 C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mempermudah pengumpulan data, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu (1) observasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data yang akurat, (2) dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa laporan data Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang bersumber dari PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar, (3) wawancara, yaitu teknik pengumpulan data melalui Tanya jawab (Interview) langsung dengan pimpinan, karyawan dan nasabah sesuai dengan data yang diperlukan obyek yang dibahas. D. Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan yaitu persamaan trend untuk mengetahui prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) lima tahun mendatang. Menurut Gitosudarmo (2001 : 37) bentuk persamaan Trend yaitu Ŷ = a + bx.
Jurnal Ilmiah Pena
37
Volume 8 Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi selama lima tahun mendatang (2012-2016) dapat diketahui berdasarkan data realisasi kredit dari tahun (2007-20011) dengan menggunakan metode perhitungan analisis trend. Adapun data realisasi kredit selama lima tahun terakhir (2007-2011) sebagai berikut: Tabel 5.2 : Analisis Trend Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar selama tahun 2007-2011. Tahun
X
2007 954 2008 21.660 2009 32.557 2010 76.346 2011 135.288 Jumlah 266.805 Sumber : Tabel 5.1
Y
x.y
0 1 2 3 4 10
0 21.660 65.114 229.038 541.152 856.964
x2 0 1 4 9 16 30
Dengan menggunakan persamaan trend berikut: Ŷ = a + bx Dimana a dan b diketahui dengan persamaan berikut: I. ∑y = n.a + ∑x.b 266.805 = 5.a + 10.b 2 II. ∑xy = ∑x.a + ∑x .b 856.964 = 10.a + 30.b Dieliminasi : I. 266.805 = 5.a + 10.b x2 533.610 = 10a + 20b II. 856.964 = 10.a + 30.b x1 856.964 = 10a + 30b -323.354 = 0 - 10b 323.354 b = 10 b = 32.335,4 Disubtitusi ke persamaan I: I. 266.805 = 5a + 10b 266.805 = 5a + 10 (32.335,4) 266.805 = 5a + 323.354 266.805 – 323.354 = 5a - 56.549 = 5a - 56.549 a = 5 a = - 11.309,8
Jurnal Ilmiah Pena
38
Volume 8 Tahun 2015
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut: Ŷ = -11.309,8 + 32.335,4 x. Dimana Ŷ merupakan perkiraan jumlah Kredit Pemilihan Rumah (KPR) Subsidi pada tahun x, sedangkan a merupakan nilai perkiraan jumlah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi pada saat x = 0, dan b merupakan tingkat kecenderungan kenaikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi setiap tahun (2012-2016) berdasarkan dari data yang di peroleh pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) tahun 2007-2011 Dengan berpatokan tahun dasar 2007 (x = 0) maka dapat dihitung prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar untuk lima tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2012 sampai tahun 2016 sebagai berikut: Untuk tahun 2012 dimana x = 5 maka, Ŷ = a + bx = - 11.309,8 + 32.335,4 (5) = - 11.309,8 + 161.677 = 150.367,2 Untuk tahun 2013 dimana x = 6 maka, Ŷ = a + bx = -11.309,8 + 32.335,4 (6) = - 11.309,8 + 194.012,4 = 182.702,6 Untuk tahun 2014 dimana x = 7 maka, Ŷ = a + bx = -11.309,8 + 32.335,4 (7) = - 11.309,8 + 226.347,8 = 215.038 Untuk tahun 2015 dimana x = 8 maka, Ŷ = a + bx = -11.309,8 + 32.335,4 (8) = - 11.309,8 + 258.683,2 = 247.373,4 Untuk tahun 2016 dimana x = 9 maka, Ŷ = a + bx = -11.309,8 + 32.335,4 (9) = - 11.309,8 + 291.018,6 = 279.708,8 Dari hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat bahwa prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar bertambah setiap tahun yakni sama dengan b = 32.335,4. Untuk lebih jelasnya prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Makassar (2012-2016) dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Jurnal Ilmiah Pena
39
Volume 8 Tahun 2015
Tabel 5.3 :
Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar tahun 2012 – 2016
Tahun
Prospek jumlah KPR subsidi (dalam jutaan rupiah)
Perkembangan (%)
2012 150.367,2 2013 182.702,6 2014 215.038 2015 247.373,4 2016 279.708,8 Rata – rata 215.038 Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2012
21,50 17,70 15,04 13,07 16,83
Berdasarkan tabel 5.3 tersebut terlihat bahwa prospek kredit pemilikan rumah untuk lima tahun ke depan yaitu tahun 2012 – 2016 mengalami peningkat di mana rata – rata perkembangan sebesar 16,83 % dengan jumlah rata – rata Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sebesar 210.638 (jutaan) pertahunnya dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi mengalami peningkatan setiap tahunnya tapi apabila dilihat dari segi perkembangan selama lima tahun (2012-2016) permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi mengalami penurunan. Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi selama lima tahun mendatang (2012-2016) dapat diketahui dengan menggunakan analisis trend, perhitungan dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 5.4 : Analisis Trend Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar selama tahun 20072011. Tahun
y
2007 51.054 2008 39.141 2009 79.711 2010 79.919 2011 155.027 Jumlah 404.852 Sumber : Tabel 5.1 I. ∑y = n.a + ∑x.b II. ∑xy = ∑x.a + ∑x2.b
Jurnal Ilmiah Pena
X
x.y
x2
0 1 2 3 4 10
0 39.141 159.422 239.757 620.108 1.058.428
0 1 4 9 16 30
404.852 = 5.a + 10.b 1.058.428 = 10.a + 30.b
40
Volume 8 Tahun 2015
Dieliminasi : I. 404.852 = 5.a + 10.b x2 809.164 = 10a + 20b II. 1.058.428 = 10.a + 30.b x1 1.058.428 = 10a + 30b 249.264 = 0 + 10b 249.264 b = 10 b = 24.926,4 Disubtitusi ke persamaan I I. 404.852 = 5a + 10b 404.852 = 5a + 10 (24.926,4) 404.852 = 5a + 249.264 404.852 – 249.264 = 5a 155.588 = 5a 155.588 a = 5 a = 31.117,6 Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut: Ŷ = 31.117,6 + 24.926,4 x. Dimana Ŷ merupakan perkiraan jumlah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi pada tahun x, sedangkan a merupakan nilai perkiraan jumlah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi pada saat X = 0, dan b merupakan tingkat kecenderungan kenaikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi setiap tahun (20122016) berdasarkan dari data yang di peroleh pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) tahun 2007-2011. Dengan berpatokan tahun dasar 2007 (X = 0) maka dapat dihitung prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar untuk lima tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2012 sampai tahun 2016 sebagai berikut: Untuk tahun 2012 dimana x = 5 maka, Ŷ = a + bx = 31.117,6 + 24.926,4 (5) = 31.117,6 + 124.632 = 155.749,6 Untuk tahun 2013 dimana x = 6 maka, Ŷ = a + bx = 31.117,6 + 24.926,4 (6) = 31.117,6 + 149.558,4 = 180.676 Untuk tahun 2014 dimana x = 7 maka, Ŷ = a + bx = 31.117,6 + 24.926,4 (7) = 31.117,6 + 174.484,8 = 205.602,4
Jurnal Ilmiah Pena
41
Volume 8 Tahun 2015
Untuk tahun 2015 dimana x = 8 maka, Ŷ = a + bx = 31.117,6 + 24.926,4 (8) = 31.117,6 + 199.411,2 = 230.528,8 Untuk tahun 2016 dimana x = 9 maka, Ŷ = a + bx = 31.117,6 + 24.926,4 (9) = 31.117,6 + 224.337,6 = 255.455,2 Dari hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat bahwa prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar bertambah setiap tahunnya yakni sama dengan b = 24.926,4. Untuk lebih jelasnya prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-Subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Makassar (2012-2016) dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 5.5 : Prospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi pada PT. Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar tahun 2012 – 2016 Tahun
Prospek jumlah KPR Non subsidi (dalam jutaan rupiah)
2012 2013 2014 2015 2016
155.749,6 180.676 205.602,4 230.528,8 255.455,2 205.602,4 Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2012
Bank
Perkembangan (%) 16,00 13,80 12,12 10,81 13,18
Berdasarkan tabel 5.5 tersebut terlihat bahwa prospek kredit pemilikan rumah non subsidi untuk lima tahun ke depan yaitu tahun 2012 – 2016 mengalami peningkatan dimana rata – rata perkembangan sebesar 13,18 % dengan jumlah rata – rata Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi sebesar 205.602,2 (jutaan) pertahunnya dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi mengalami peningkatan setiap tahunnya tapi apabila dilihat dari segi perkembangan selama lima tahun (2012-2016) permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non Subsidi mengalami penurunan. Berdasarkan dari hasil analisis trend yang dilakukan untuk mengetahui pospek Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Makassar selama lima tahun mendatang yaitu tahun 2012-2016 dapat dilihat bahwa prospeknya mengalami peningkatan tiap tahunnya akan tetapi bila dilihat dari segi perkembangannya permintaan Kredit Pemilikan
Jurnal Ilmiah Pena
42
Volume 8 Tahun 2015
Rumah (KPR) Subsidi dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-subsidi mengalami penurunan. SIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa (1) prospek jumlah kredit pemilikan rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan negara (Persero) Cabang Makassar berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan selama lima tahun kedepan (2012-2016) mengalami peningkatan dimana ratarata peningkatan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi sebesar 16,83%, (2) Kredit Pemilikam Rumah (KPR) Non-Subsidi mengalami rata-rata peningkatan sebesar 13,18% atau dengan kata lain minat masyarakat untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi lebih besar 3,65% dibandingkan dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-Subsidi. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu (1) dalam perkembangannya bank telah memberikan berbagai jenis fasilitas dalam rangka menarik minat para nasabah serta meningkatkan jumlah nasabah terutama untuk fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang berdasarkan hasil analisis mengalami peningkatan, untuk itu diharapkan pihak bank untuk lebih meningkatkan pelayanan dan kemudahan-kemudahan pemberian fasilitas kredit agar produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara dapat bersaing dengan produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang semakin banyak dikembangkan oleh bank-bank lain baik Bank Swasta maupun bank milik pemerintah, (2) pihak Bank Tabungan Negara sebaiknya lebih memperhatikan kendala-kendala apa saja yang menyebabkan nasabah lebih berminat memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi dibanding dengan jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Non-Subsidi agar pada tahun-tahun yang akan datang minat masyarakat terhadap kedua jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ini bisa mengalami peningkatan yang sama, (3) agar nasabah lebih tertarik mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara, pihak bank dapat memberikan motivasi kepada masyarakat berupa hadiah atas kredit atau jenis motivasi lainnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Undang – Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta : Sinar Grafika. Djohan Warman, 2000. Kredit Bank. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya. Fathani, Abdurrahmat 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Gitosudarmo, Indriyo dan Mohamad Najmudin. 2001. Teknik Proyeksi Bisnis. Yogyakarta : BPFE Hasibuan, Melayu SP. 2007. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim, Yohanes,Dr.SH. 2004 Mengupas Tuntas Kredit Komersil dan Konsumtif dalam perjanjian kredit Bank (perspektif hukum dan ekonomi). Bandung: mandar Maju Kasmir , 2004. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jurnal Ilmiah Pena
43
Volume 8 Tahun 2015
KAJIAN EKONOMI TENTANG FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI DESA MOJONG KABUPATEN SIDRAP Nurdin6
ABSTRAK Kajian Ekonomi Tentang Faktor Penyebab Kemiskinan di Desa Mojong Kabupaten Sidrap. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai faktor penyebab kemiskinan di desa Mojong Kabupaten Sidrap seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut Jumlah anggota keluarga yang bekerja masih perlu di beri latihan dan pengetahuan yang memadai sehingga dapat menanggulangi jumlah keluarga yang ditanggung, disamping itu pelayanan dari pihak yang terkait (Pemerintah) sangat dibutuhkan terutama pemenuhan sarana kesehatan, pendidikan dan kesempatan bekerja bagi warga di desa tersebut. Dari berbagai indikator penyebab kemiskinan adiharapkan bantuan pemerintah untuk mengurangi jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terutama pada penjagaan stabilitas harga bahan kebutuhan pokok, Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin yang ada di Desea Mojong Kebupaten Sidrap. Kata Kunci: „Kajian Ekonoomi, Pendidikan, Kesempatan Bekerja. PENDAHULUAN Salah satu tujuan dari pembangunan Nasional adalah peningkatan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat, yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan Nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan itu sangatlah luas, bisa terjadi diberbagai tingkat usia manapun, maupun diberbagai tingkat pendapatan masyarakat. Secara kualitatif, seseorang dikatakan miskin apabila orang tersebut tidak punya kekuatan (Empower) untuk menyatakan pendapatnya (Voiceless). Sehingga secara materi seseorang tersebut dikatakan mampu, namun karena tidak bisa mengutarakan pendapatnya maka dia dikategorikan miskin. Sedangkan secara kuantitatif, seseorang dikatakan miskin apabila tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok hidupnya yaitu sandang, pangan dan papan. 6
Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP Pembangunan Indonesia Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
44
Volume 8 Tahun 2015
Kemiskinan merupakan penyakit dalam ekonomi yang selalu ada pada setiap Negara. Permasalahan kemiskinan tidak hanya dialami oleh Negara berkembang saja, bahkan Negara maju juga mengalami masalah dengan kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit dan fakta menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Negaranegara berkembang lebih tinggi dari pada Negara maju. Hal ini dikarenakan Negara berkembang masih mengalami keterbelakangan hampir disetiap bidang, seperti modal, teknologi, kurangnya akses-akses ke sektor ekonomi, dan lain sebagainya. Kemiskinan adalah masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan ditandai dengan keterbelakangan dan pengangguran yang selanjutnya meningkat menjadi pemicu ketimpangan pendapatan dan kesenjangan antar golongan penduduk. Pelebaran jurang kaya dan miskin tidak mungkin untuk terus dibiarkan, karena akan menimbulkan berbagai persoalan sosial maupun persoalan politik dimasa yang akan datang. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Sedangkan kemiskinan “buatan”, terjadi karena lembaga-lembaga yang ada dimasyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Menurut Kuncoro (2003), kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian : kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya dibawah garis kemiskinan. Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif, sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun masih berada dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural, berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian yang besar terhadap terciptanya kesejateraan bagi masyarakat Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Berbagai program pembangunan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kesejateraan rakyat, yang selanjutnya juga diarahkan untuk upaya pengentasan kemiskinan dikalangan masyarakat. Namun, meskipun segala upaya tersebut diatas telah dilaksanakan, kemiskinan masih berlanjut terus-menerus dan berkepanjangan. Keadaan seperti ini tentunya menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi para pengambil keputusan, dalam hal ini pemerintah Republik Indonesia untuk diselesaikan bagi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya masyarakat juga diharapkan memberikan dukungan positifnya bagi pemerintah sehingga program-program yang telah direncanakan dapat terealisasi dengan baik.
Jurnal Ilmiah Pena
45
Volume 8 Tahun 2015
Keberhasilan program pengentasan kemiskinan tergantung pada awal formulasi kebijakan, yaitu pengidentifikasian siapa sebenarnya si miskin itu dan dimana si miskin itu berada. Perubahan keadaan masyarakat dan keberadaan kemiskinan yang secara riil bersifat dinamis, artinya selalu berubah intensitas maupun ukurannya. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang sangat cermat agar penanggulangan masalah kemiskinan selalu sesuai dengan konteks kemiskinan itu sendiri. Selain itu juga harus melihat dari sisi profil kemiskinan yang dapat diketahui dari karakteristik ekonomi seperti sumber pendapatan, pola konsumsi atau pengeluaran, dan tingkat beban tanggungan. Juga perlu diperhatikan pula karakteristik yang dilihat dari sosial budaya dan karakteristik demografinya seperti tingkat pendidikan, cara memperoleh fasilitas kesehatan, jumlah anggota keluarga, cara memperoleh air bersih dan lain-lain. Akan tetapi yang paling diperlukan untuk membantu mereka adalah tindakan langsung berupa program alternatif yang membangun keberdayaan dan bukan derma atau karitas (charity); sehingga mewujudkan kemandirian yang bisa dilakukan oleh masyarakat miskin itu sendiri, bukan oleh orang lain untuk si miskin secara berkelanjutan (sustainable) (Ginanjar Karta Sasmita dalam Ulasan isu Nasional,2006). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multi dimensional, maka kemiskinan telah menyebabkan akibat yang juga beragam dalam kehidupan nyata dan merupakan suatu kondisi yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain, seperti: Secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat, Rendahnya kualitas dan produktivitas masyarakat, Rendahnya partisipasi masyarakat, Menurunnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat., Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan Kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang. Meskipun demikian, harapan untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi masih ada, sepanjang pemerintah mampu menciptakan terobosan melalui berbagai kebijakan ekonomi dan kebijakan publik, Yang tujuannya untuk menciptakan kesejahteraan dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, ujung tombak hakikat pembangunan terletak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mandiri dan produktif serta didukung ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak utama pembangunan. Melihat dari kenyataan yang ada maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang kemiskinan yang telah menjadi masalah sosial melalui suatu kajian tentang faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan khususnya kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pedesaan, dalam hal ini Desa MojongKabupaten Sidrap. Data yang diambil yaitu dari tahun 2008-2012. Jumlah Rumah Tangga Miskin yang ada di Desa Mojong tersebut pada tahun 2012 berjumlah 1301 jiwa. Adapun data selama lima tahun tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Jurnal Ilmiah Pena
46
Volume 8 Tahun 2015
Tabel 6.1.Data Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Miskin di Desa Mojong Kabupaten Sidrap tahun 2008-2012 No Tahun Jumlah Penduduk 1 2008 1268 2 2009 1276 3 2010 1283 4 2011 1295 5 2012 1301 Rata-rata 1284 Sumber : BPS Kab. Sidrap Tahun 2012
METODOLOGI Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan untuk mengumpulkan data dari obyek yang menjadi sasaran penelitian, Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. Berdasarkan pemahaman tersebut diatas, maka yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dari segi ekonomi maupun kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini adalah masyarakat Desa Mojong Kabupaten Sidrap dalam kurun waktu tahun 2008-2012. 2. Faktor-faktor kemiskinan yang akan dijadikan sebagai indikator untuk mengkaji kemiskinan masyarakat di Desa Mojong Kabupaten Sidrap adalah sebagai berikut : a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, yaitu banyaknya anggota keluarga usia kerja yang menerima pendapatan. b. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung, yaitu banyaknya anggota yang dimiliki oleh satu rumah tangga baik keluarga inti ( suami, istri dan anak) maupun bukan keluarga inti. c. Tingkat pendidikan, yaitu suatu jenjang pendidikan formal yang perna diikuti oleh seseorang dalam hidupnya. Salah satu ciri yang cukup menonjol dalam rumah tangga miskin adalah secara umum mempunyai tingkat pendidikan formal yang rendah. d. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, yaitu keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan di suatu daerah yang mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat untuk bekerja dan mencari nafkah. e. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, yaitu terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat karena kurangnya pengetahuan dan juga karena tidak ada lapangan kerja terutama dibidang industri. f. Buruknya infrastruktur jalan, yaitu infrastruktur jalan yang tidak memadai sehingga tidak ada sarana transportasi untuk menyalurkan hasil pertanian. 3. Upaya pengentasan kemiskinan.
Jurnal Ilmiah Pena
47
Volume 8 Tahun 2015
Dalam menanggulangi kemiskinan, dibutuhkan suatu kerja sama antar masingmasing pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak lain. Dalam hal ini upaya yang dilakukan pemerintah daerah kabupaten mamasa untuk pengentasan kemiskinan. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif. Yaitu metode analisa yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti, yang kemudian diberi komentar sesuai dengan fakta, data dan informasi yang telah dikumpulkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis penelitian ini adalah: 1) Membuat tabel distribusi jawaban pertanyaan 2) Menentukan skor jawaban dengan ketentuan skor yang telah ditentukan. 3) Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden. 4) Memasukan skor tersebut kedalam rumus sebagai berikut : % = x 100 Keterangan : f : Jumlah nilai yang diperoleh responden N : Jumlah responden % : Tingkat keberhasilan yang dicapai Analisis Deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari sampel yang diobservasi. Metode analisis deskriptif merupakan suatu model penelitian yang menitik beratkan pada masalah atau peristiwa yang sedang berlangsung dengan memberikan gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi yang ada. Untuk mengorganisasi dan menyimpulkan infomasi dalam penelitian ini maka sangat perlu untuk menelaah variabel penelitian sebagai berikut: a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja. b. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung. c. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan. d. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan. e. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha. f. Buruknya infrastruktur jalan. Sehingga dapat diketahui hubungan antara variabel penelitian dengan jelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, tentang berbagai hal yang menjadi faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di desa Mojong Kabupaten Sidrap, akan diperjelas dalam pembahasan penelitian ini. Indikator-indikator yang menjadi penyebab kemiskinan di desa Mojong Kabupaten Sidrap akan dijelaskan sebagai berikut: A. Jumlah anggota keluarga yang bekerja Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anggota keluarga di desa Mojong Kabupaten sidrap masih kurang yang bekerja, hal ini akan menimbulkan mengangguran
Jurnal Ilmiah Pena
48
Volume 8 Tahun 2015
yang sangat tinggi. Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan, pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat buruk terhadap individu dan masyarakat, sebagai berikut : Pertama, pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Di negara-negara maju, para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran, dan oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya. Sebaliknya di negara–negara berkembang tidak terdapat program asuransi pengangguran, dan karenanya hidup penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman. Keadaan ini potensial bisa mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Kedua, pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangnya keterampilan. Keterampilan dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan skills pekerja semakin merosot. Ketiga, pengangguran dapat pula menimbulkan ketidak stabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa yang tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang berkuasa. Golongan yang berkuasa akan semakin tidak populer di mata masyarakat, dan berbagai tuntutan dan ritik akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya hal itu disertai pula dengan tindakan demonstrasi dan hura hara. Kegiatan-kegiatan kriminal seperti pencurian dan perampokan dan lain sebagainya akan semakin meningkat. Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Hubungan yang erat sekali antara tingginya jumlah pengangguran, dengan jumlah penduduk miskin. Bagi sebagian besar mereka, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin (Lincolin Arsyad, 1999). Kebutuhan manusia banyak dan beragam, karena itu mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, hal yang biasa dilakukan adalah bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Apabila mereka tidak bekerja atau menganggur, konsekuensinya adalah mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik, kondisi ini membawa dampak bagi terciptanya dan membengkaknya jumlah penduduk miskin yang ada. Jumlah pengangguran erat kaitanya dengan kemiskinan di Indonesia yang penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Yang artinya bahwa semakin tinggi pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan.
Jurnal Ilmiah Pena
49
Volume 8 Tahun 2015
B. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung Beban masyarakat miskin semakin berat sebagai akibat besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Menurut data BPS, rumah tangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumah tangga tidak miskin. Rumah tangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang, sedangkan rata-rata anggota rumah tangga miskin di perdesaan adalah 4,8 orang. Dengan beratnya beban rumah tangga, peluang anak dari keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikan menjadi terhambat dan sering mereka harus bekerja untuk membantu membiayai kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, rumah tangga miskin harus menanggung beban yang lebih besar. Apabila memperhatikan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang mana tidak terjadi keseimbangan antara yang bekerja dengan yang tidak baik ditinjau dari usia produktif maupun usia sekolah, maka keadaan di desa Mojong Kabupaten Sidrap sangatlah memperihatinkan. Jumlah anggota keluarga yang bekerja lebih sedikit dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak bekerja. Dimana pemenuhan kebutuhan hidupnya yang sangat tinggi, Kondisi yang terjadi di desa Mojong Kabupaten Sidrap tentang banyaknya jumlah anggota keluarga yang ditanggung disebabkan susahnya membuat rumah tempat tinggal bagi anggota keluarga yang sudah menikah. Pasangan yang sudah menikah masih tinggal di rumah orang tua mereka karena biaya untuk membuat rumah tempat tinggal yang sangat tinggi. Kondisi yang dialami merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di desa Mojong Kabupaten Sidrap. Untuk mengentasan kemiskinan pada indikator jumlah anggota keluarga yang ditanggung maka pemerintah dan masyarakat setempat berusaha membuka peluang kerja selain dari bertani dan nelayan. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban untuk hidup yang harus dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan pendapatan sudah pasti akan menimbulkan kemiskinan. C. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang, dan rendahnya derajat kesehatan ibu. Penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin selain ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Rendahnya kecukupan pangan dan terbatasnya layanan kesehatan untuk masyarakat miskin dapat dilihat dari kasus kematian yang diakibatkan oleh gizi buruk.
Jurnal Ilmiah Pena
50
Volume 8 Tahun 2015
Akses masyarkat miskin memang masih terbatas terhadap layanan kesehatan yang memadai dan masih terjadinya keterlambatan pemberian layanan kesehatan. Kasus gizi buruk yang dialami merupakan salah satu kasus rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu, Indonesia juga mengalami kasus mewabahnya polio di berbagai wilayah karena kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam imunisasi polio sangat kurang. Kurangnya kesadaran masyarakat tersebut terjadi karena masyarakat tidak mengetahui adanya layanan kesehatan yang tersedia dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai berbagai jenis penyakit. Salah satu keluhan utama masyarakat miskin adalah mahalnya biaya pengobatan dan perawatan. Hal ini disebabkan oleh jauhnya tempat pelayanan kesehatan dan rendahnya jaminan kesehatan. Masalah lainnya dalah rendahnya mutu layanan kesehatan dasar yang disebabkan oleh terbatasnya tenaga kesehatan, kurangnya peralatan, dan kurangnya sarana kesehatan. Kecenderungan penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata dan terpusat di daerah perkotaan juga menyebabkan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan bermutu. Guna mengentaskan kemiskinan dalam bidang kesehatan maka lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus pada perbaikan mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan yang penting adalah membangun dan memperbaiki program yang diluncurkan belum lama ini berdasarkan kajian yang ada, yang merujuk pada kebutuhan untuk memperbaiki penentuan sasaran dan membuka kesempatan untuk penyediaan layanan. D. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan Masalah yang dihadapi masyarakat miskin untuk menempuh pendidikan sampai ke pada jenjang yang optimal adalah terbatasnya akses layanan pendidikan dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Keterbatasan masyarakat miskin untuk mengakses layanan pendidikan dasar terutama disebabkan terbatasnya jangkauan fasilitas pendidikan, tingginya beban biaya pendidikan, terbatasnya prasarana dan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar, dan terbatasnya jumlah SLTP di daerah perdesaan, daerah terpencil dan kantong-kantong kemiskinan. Dari sisi ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan, meskipun jumlah gedung SD/MI meningkat tetapi sebagian rusak parah, dan sebagian lagi rusak tapi masih bisa digunakan. Persoalan mengenai terbatasnya peralatan penunjang kegiatan belajar, jumlah guru yang kurang, rendahnya kemampuan guru yang dikemukakan oleh masyarakat miskin, terutama di kalangan nelayan, petani lahan kering, dan buruh tani pada akhirnya berdampak pada rendahnya mutu pendidikan yang diperoleh anak-anak keluarga miskin. Ditinjau dari jumlah dan persebaran SLTP/MTs, masih terjadi ketimpangan terutama di daerah perdesaan. Hal ini mengakibatkan rendahnya APK dan APM untuk jenjang SLTP/MTs di perdesaan. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan alternatif bagi masyarakat, termasuk masyarakat miskin, baik yang putus sekolah, tidak sekolah, buta huruf, dan orang dewasa yang menganggur. Pengalaman menunjukkan bahwa Program
Jurnal Ilmiah Pena
51
Volume 8 Tahun 2015
Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP yang diselenggarakan melalui pendidikan nonformal hampir 100% diikuti oleh warga belajar dari keluarga miskin. Begitu juga program keaksaraan fungsional, beasiswa anak keluarga miskin dan program kejar usaha sangat diperlukan oleh keluarga miskin. E. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha Masyarakat miskin hanya memiliki sedikit pilihan atas pekerjaan yang layak dan peluang yang terbatas untuk mengembangkan usaha mereka. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang kurang seimbang dan kurang kepastian akan keberlanjutannya. Usaha yang dilakukan masyarakat miskin juga sulit berkembang karena menghadapi persaingan yang tidak seimbang, keterbatasan modal, serta kurangnya ketrampilan dan pendidikan. Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya peluang pengembangan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Keterpaksaan untuk mendapatkan pekerjaan apa saja yang tersedia menyebabkan lemahnya daya tawar masyarakat miskin dan tingginya kerentanan terhadap perlakuan yang merugikan. Masyarakat miskin juga harus mau menerima pekerjaan dengan imbalan yang terlalu rendah dengan rentan terhadap pemutusan hubungan kerja secara sepihak oleh pemberi kerja. Kesulitan ekonomi juga memaksa anak dan perempuan untuk bekerja. Pekerja perempuan, khususnya buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga, serta pekerja anak menghadapi resiko yang sangat tinggi untuk dieksplotasi secara berlebihan, tidak menerima gaji atau digaji sangat murah, dan diperlakukan secara tidak manusiawi. F. Buruknya infrastruktur jalan Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik keadaan infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap keadaan ekonomi. Maka dari itu infrastruktur merupakan urat nadi perekonomian, yang menentukan lancar atau tidaknya kegiatan perekonomian. Sebuah wilayah dengan infrastruktur yang bagus, maka bisa dipastikan bahwa wilayah tersebut memiliki keadaan ekonomi yang kuat. Sebaliknya, jika suatu daerah memiliki infrastruktur yang relatif jelek, keadaan ekonominya pun cenderung tidak begitu bagus. Kebijakan infrastruktur bahkan dapat dijadikan sebagai strategi induk oleh pemerintah, yakni menjadi lokomotif pergerakan perekonomian. Melalui kebijakan pembangunan yang dirancang oleh Pemda setempat yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2015, yaitu bahwa pembangunan infrastruktur menjadi salah satu pilar utama dalam rencana pembangunan Kabupaten Sidrap dalam lima tahun kedepan. Memang jika melihat kondisi
Jurnal Ilmiah Pena
52
Volume 8 Tahun 2015
infrastruktur yang ada di Kabupaten Sidrap hingga saat ini keadaannya masih jauh dari harapan. Jika kondisi jalan dalam kota saja buruk, lantas bagaimana dengan kondisi infrastruktur di kecamatan maupun desa-desanya. Infrastruktur yang menghubungkan setiap kecamatan maupun desa di Kabupaten Sidrap kondisinya hampir merata masih buruk. Tidak sedikit kita menemui jalan aspal yang sudah rusak, jalan yang masih berbatu, latrit (tanah merah dengan batu kerikil) atau bahkan jalan yang memang belum pernah tersentuh oleh aspal. Dari kondisi infrastruktur yang cukup buruk yang terdapat hampir di setiap kecamatan di Sidrap terutama yang terhubung dengan desa-desa, kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan di desa-desa yang ada. Tidak heran jika infrastruktur ini juga memberi dampak bagi kemajuan desa. Perlu diketahui bahwa untuk wilayah Mojong ini masih terdapat daerah-daerah yang terisolir atau tertinggal baik dari segi pembangunan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial serta dari aspek lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai faktor penyebab kemiskinan di desa Mojong Kabupaten Sidrap seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut Jumlah anggota keluarga yang bekerja masih perlu di beri latihan dan pengetahuan yang memadai sehingga dapat menanggulagi jumlah keluarga yang ditanggung, disamping itu pelayanan dari pihak yang terkait (Pemerintah) sangat dibutuhkan terutama pemenuhan sarana kesehatan, pendidikan dan kesempatan bekerja bagi warga di desa tersebut. Dari berbagai indikator penyebab kemiskinan adiharapkan bantuan pemerintah untuk mengurangi jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terutama pada penjagaan stabilitas harga bahan kebutuhan pokok, Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin yang ada di Desea Mojong Kebupaten Sidrap. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, maka dalam penelitian ini disarankan untuk:
Jurnal Ilmiah Pena
53
Volume 8 Tahun 2015
1. 2.
3.
Melakukan penelitian yang sama dengan indikator-indikator lainnya untuk lebih mendalami faktor-faktor penyebab kemiskinan yang terjadi pada suatu daerah. Pentingnya kesadaran masyarakat akan pentinya memperhatikan aspek-aspek yang menjadi faktor penunjang dalam mengentaskan kemiskinan baik itu dalam anggota keluarga maupun secara nasional. Perlunya perhatian pemerintah secara terpusat dengan program-program yang betulbetul menyentuh secara langsung pada masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan di desa Mojong Kabupaten Sidrap. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2004. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta BPS.2005. Kriteria Rumah Tangga Miskin. Nasional Criswardani Suryawati, 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Kartasamita, Ginandjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta : Pustaka CIDESINDO. Mudrajad Kuncoro, 1997. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi 3 dan 4, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Sajogyo, Pudjiwati & Sajogyo, 1992, Sosiologi Pedesaan- jilid 2, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sudjana, 2000. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kedua, Bandung : Alfabeta.
Jurnal Ilmiah Pena
54
Volume 8 Tahun 2015
PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN TERHADAP PROMOSI JABATAN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT YASPIS DANA PRIMA TENTENA Yohanes Pasambaka7
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penilaian prestasi kerja karyawan terhadap promosi jabatan di Bank Perkreditan Rakyat Yaspis Dana Prima Tentena. Promosi jabatan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan prestasi kerja karyawan. Sampel penelitian dilakukan terhadap 20 karyawan bank. Data kualitatif dan data kuantitatif dikumpulkan dengan metode kuisioner, observasi dan wawancara. Data penelitian di analisis dengan menggunakan alat analisis regresi berganda untuk menguji hubungan antar variabel dan menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukan adalah bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan dan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel. dengan nilai signifikansi 0,004 < 0,05 dengan nilai t hitung 3,310 > 2,100. Hal tersebut menunjukan bahwa penilaian prestasi kerja karyawan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap promosi jabatan. Kata Kunci : Prestasi kerja, Promosi Jabatan
PENDAHULUAN Dalam menghadapi arus globalisasi, sumber daya manusia (sdm) memegang peranan yang sangat dominan dalam aktivitas atau kegiatan perusahaan. Berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya (karyawan) dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu memikirkan bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusianya agar dapat mendorong kemajuan bagi perusahaan dan bagaimana caranya agar karyawan tersebut memiliki produktivitas yang tinggi, yang tentunya pimpinan perusahaan perlu memotivasi karyawannya. Salah satu caranya adalah dengan target promosi. Promosi merupakan kesempatan untuk berkembang dan maju yang dapat mendorong karyawan untuk lebih baik atau lebih bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan. Dengan adanya target promosi, pasti karyawan akan merasa dihargai, diperhatikan, dibutuhkan dan diakui kemampuan kerjanya oleh manajemen perusahaan sehingga mereka akan menghasilkan keluaran (output) yang tinggi serta akan mempertinggi loyalitas (kesetiaan) pada perusahaan. Oleh karena itu, pimpinan harus menyadari pentingnya promosi dalam peningkatan produktivitas yang harus dipertimbangkan secara objektif. Jika pimpinan telah menyadari dan mempertimbangkan, maka perusahaan akan terhindar dari masalah-masalah yang menghambat peningkatan keluaran (output) dan dapat merugikan 7
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Tentena
Jurnal Ilmiah Pena
55
Volume 8 Tahun 2015
perusahaan seperti: ketidakpuasan karyawan, Adanya keluhan, tidak adanya semangat kerja, menurunnya disiplin kerja, tingkat absensi yang tinggi atau bahkan masalah-masalah pemogokan kerja. Untuk dapat memutuskan imbalan yang sepenuhnya diberikan kepada seorang karyawan atas hasil kerjanya, maka perusahaan harus memiliki sesuatu sistem balas jasa yang tepat. Mekanisme untuk dapat menentukan balas jasa yang pantas bagi suatu prestasi kerja adalah dengan penilaian prestasi kerja. Melalui penilaian prestasi kerja akan diketahui seberapa baik Ia telah melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga perusahaan dapat menetapkan balas jasa yang sepantasnya atas prestasi kerja tersebut. Sebagai lembaga pelayanan jasa perbankan, Bank Perkreditan Rakyat Yaspis Dana Prima Tentena juga perlu meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam perusahaannya guna meningkatkan kinerja karyawan melalui promosi jabatan. Dengan kata lain penilaian prestasi kerja yang dilakukan oleh BPR Yaspis Dana Prima Tentena juga dapat digunakan untuk mengetahui kekurangan dan potensi seorang karyawan. Dari hasil tersebut, BPR Yaspis Dana Prima Tentena dapat mengembangkan suatu perencanaan sumber daya manusia secara menyeluruh dalam menghadapi masa depan perusahaan. Perencanaan sumber daya manusia secara menyeluruh tersebut berupa jalur-jalur karir atau promosi-promosi jabatan para karyawannya. Akan tetapi tidak semua karyawan suatu perusahaan dapat dipromosikan. Prinsip “The right man in the right place” harus dipenuhi agar perusahaan dapat berjalan dengan efisien dan efektif (Mangkunegara, 2009:67). Mengingat pentingnya pengaruh penilaian prestasi kerja ini dalam keputusan mengenai promosi karyawan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Terhadap Promosi Jabatan pada Bank Perkreditan Rakyat YASPIS DANA PRIMA Tentena. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan pada salah satu Bank Perkreditan Rakyat yang ada di Kota Tentena, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, yaitu Bank Perkreditan Rakyat Yaspis Dana Prima Tentena. Bank. Penentuan obyek penelitian ini berdasarkan pertimbangan karena bank tersebut menunjukan prestasi yang baik dalam pelayanannya. Adapun waktu penelitian ini dilakukan bulan Mei – Juni 2015. Agar penelitian mendapatkan hasil yang maksimal maka jenis data yang digunakan adalah: 1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan. Data diperoleh dari wawancara, observasi, dan kepustakaan. 2. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka- angka yang dapat dihitung. Data ini diperoleh dari kuesioner yang akan dibagikan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. A. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan cara : 1. Observasi
Jurnal Ilmiah Pena
56
Volume 8 Tahun 2015
Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung tentang obyek yang diteliti dan mencatat data yang diperlukan sesuai dengan pembahasan. 2. Interview (wawancara) Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pegawai mengenai data yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 3. Kuisioner Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian dicatat/direkam. B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel operasional sehingga dapat diamati atau diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan penulis adalah penilaian prestasi kerja karyawan dan promosi jabatan. 1. Variabel independent, Penilaian Prestasi Kerja (X) yang menunjukkan pada pencapaian hasil oleh karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan. Penilaian prestasi dari seorang pegawai dapat diketahui dengan melihat tingkat Keterampilan, Disiplin, Kejujuran, Kepribadian dan Tanggung jawab. 2. Variabel dependent Y (Promosi jabatan) mengarah kepada pemindahan karyawan dari satu posisi jabatan ke posisi yang lain yang lebih tinggi. Kenaikan suatu posisi biasanya diikuti dengan penigkatan gaji, tanggung jawab dan atau tingkat status keorganisasiannya. Suatu kebijakan promosi didasarkan pada Pendidikan, Pengalaman, Inisiatif dan kreatif Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Untuk menilai tanggapan responden maka penulis menggunaka skala likert dalam Suyigono (2007:132) yaitu dengan menghitung bobot setiap pertanyaan. Nilai tersebut kemudian kemudian akan dijadikan variabel penilaian. Bobot jawaban responden diberi nilai rinci sebagai berikut: a. Sangat setuju diberi bobot 5 b. Setuju diberi bobot 4 c. Ragu-ragu diberi bobot 3 d. Tidak setuju diberi bobot 2 e. Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1 C. Teknik dan Langkah-langkah Analisis 1 Analisis Regresi Sederhana 2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) 3. Uji T
Jurnal Ilmiah Pena
57
Volume 8 Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Persepsi Karyawan Tentang Penilaian Prestasi Kerja dan Promosi Jabatan Penilaian prestasi kerja akan menjadi sistem yang baik jika dapat dipahami dan diterima karyawan. Oleh karena itu, analisis persepsi karyawan terhadap penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan perlu dilakukan dalam penelitian ini. Skala yang digunakan untuk melihat persepsi karyawan terhadap penilaian prestasi kerja dan promosi adalah skala Likert. Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden, maka dibuat kriteria bobot setiap pernyataan ; Sangat Setuju (5), Setuju (4) Ragu-Ragu (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1) Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dari setiap jawaban responden untuk memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut, maka dibuat interval sebesar 5. Rumus yang digunakan menurut Riduwan (2003 : 71) adalah sebagai berikut :
Keterangan: P = Interval Rentang = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Banyak Kelas Interval = 5 Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung panjang kelas interval sebagai berikut:
Setelah menghitung panjang kelas interval berdasarkan kriteria penilaian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 4,20 – 5,00 = Sangat Baik (SB) 3,40 – 4,19 = Baik (B) 2,60 – 3,39 = Kurang Baik (KB) 1,80 – 2,59 = Tidak Baik (TB) 1,00 – 1,79 = Sangat Tidak Baik (STB) B. Persepsi Karyawan Tentang Penilaian Prestasi Kerja Analisis persepsi karyawan terhadap penilaian prestasi kerja dilakukan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam proses penilaian prestasi kerja. Adapun indikator tersebut adalah keterampilan, kedisiplinan, kepribadian, kejujuran dan tanggung jawab. Masing-masing komponen terdiri dari beberapa peryataan yang menggambarkan penilaian prestasi kerja. Setelah kuesioner disebar maka dilakukan pengelompokan berdasarkan jawaban setiap peryataan kemudian dilanjutkan dengan pembobotan berdasarkan interval yang telah ditetapkan sebelumnya. Persepsi penilaian kerja terdiri dari Jurnal Ilmiah Pena
58
Volume 8 Tahun 2015
11 pernyataan. Berikut ini merupakan hasil kuesioner dari pernyataan responden tentang persepsi penilaian kerja: Tabel 7.1: Analisis Persepsi Pegawai Terhadap Penilaian Prestasi Kerja Jawaban Jumlah No Pernyataan SS S RR TS STS Ratarata (5) (4) (3) (2) (1) 1 2 3
Saya selalu menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai rencana. Saya dapat mengoperasikan komputer dengan baik. Saya menguasai salah satu bahasa asing yang membantu saya dalam menyelesaikan tugas.
4
12
5
14
3
KET
1
3,95
B
1
4,15
B
3,40
B
4,05
B
3,95
B
11
7
1
2
2
1
4
Saya datang dan pulang sesuai waktu yang ditetapkan.
7
9
5
Saya belum pernah absen/tidak hadir tanpa alasan yang jelas.
8
8
6
Saya memberikan atau melaporkan informasi kepada atasan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
9
11
4,45
SB
7
Hubungan saya dengan atasan selalu terjaga dengan baik.
11
9
4,55
SB
8
Hubungan dengan sesama pegawai selalu terjaga dengan baik.
11
9
4,55
SB
9
Saya mampu memecahkan suatu masalah dalam tugas dengan baik.
2
15
3,95
B
4,40
SB
3,45
B
44,85 4,08
B
Saya mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan tata cara sesuai 8 prosedur. Saya dapat mengerjakan tugas 11 pribadi saya tanpa meminta 3 bantuan karyawan lain. TOTAL RATA-RATA Sumber : Data diolah 10
Jurnal Ilmiah Pena
59
3
1
3
12
9
3
4
1
Volume 8 Tahun 2015
Secara umum dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja yang lakukan BPR Yaspis Dana Prima Tentena dapat dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan setuju terhadap indikator-indikator penilaian prestasi kerja. Berdasarkan tabel 4.4, tentang tanggapan responden terhadap penilaian prestasi kerja maka disimpulkan bahwa program tersebut ditanggapi dengan “baik”. Ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata keseluruhan pernyataan yaitu 4,08 yang berada pada interval 3,40 – 4,19 dengan keterangan interval “baik”. C. Persepsi Karyawan Tentang Promosi Jabatan Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai persepsi karyawan tentang promosi jabatan. Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk menilai tentang promosi pegawai adalah tingkat pendidikan, pengalaman dan inisiatif/kreatif. Berikut ini merupakan tanggapan responden tentang promosi jabatan: Tabel 7.2 Analisis Persepsi Karyawan Tentang Promosi Jabatan No
Pernyataan
SS (5)
S (4)
Jawaban RR TS (3) (2)
STS (1)
Jumlah Ratarata
KET
1
3,85
B
4,45
SB
3,90
B
1
Jabatan saya yang sekarang telah sesuai dengan latar belakang pendidikan saya.
6
9
2
Atasan telah bertindak tepat dengan memberikan jabatan sesuai dengan kemampuan pegawai.
9
11
3
Perusahaan telah melaksanakan promosi jabatan dengan memperhatikan tingkat pendidikan.
6
9
4
Menurut saya, perusahaan sudah menetapkan pengalaman sebagai syarat dalam promosi jabatan.
10
10
4,50
SB
5
Menurut saya, pegawai yang Inisiatif dan kreatif dalam pekerjaannya menjadi prioritas pertama instansi dalam memberikan kesempatan promosi jabatan.
12
8
4,60
SB
2
2
2
3
TOTAL
21,30
RATA-RATA
4,26
SB
Sumber : Data diolah Jurnal Ilmiah Pena
60
Volume 8 Tahun 2015
Secara umum karyawan mengetahui ketentuan yang mengindikasikan layak tidaknya seseorang mendapat promosi jabatan. Berdasarkan tabel 4.5, mengenai tanggapan responden terhadap promosi jabatan, maka disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap promosi jabatan dapat dikatakan ”sangat baik”, hal ini di didasarkan pada nilai rata-rata dari keseluruhan pernyataan sebesar 4,26 yang berada pada interval 4,20–5,00 dengan keterangan interval “sangat baik”. D. Proses dan Hasil Analisis 1. Hasil Analisis Regresi Sederhana Berikut ini adalah hasil analisis regresi sederhana yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penilaian prestasi kerja karyawan terhadap promosi jabatan pada BPR Yaspis Dana Prima Tentena. Dalam penelitian ini analisis regresi sederhana dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.00. Hasil dari analisis regresi sederhana dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 7.2 Regresi Sederhana Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1(Constant)
B
Standardized Coefficients
Std. Error 7.333
Beta
t
4.245
Penilaian Prestasi Kerja .311 Karyawan (X) a. Dependent Variable: Promosi Jabatan (Y) Sumber : Hasil perhitungan data SPSS 17.00
.094
.615
Sig.
1.727
.101
3.310
.004
Untuk menetapkan rumusan persamaan regresi sederhana pengaruh penilaian prestasi kerja karyawan terhadap promosi jabatan pada BPR Yaspis Dana Prima Tentena dilakukan analisis koefisien regresi. Hasilnya adalah sebagai berikut: Konstanta = 7,333 Koefisien Regresi = 0,311 Setelah dilakukan analisis koefisien regresi, maka dapat dirumuskan persamaan regresi sederhana sebagai berikut: Y = 7,333 + 0,311X Persamaan regresi sederhana di atas dapat di artikan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 7,333 menyatakan bahwa jika Variabel X (Penilaian Prestasi Kerja Karyawan) sama dengan nol atau X = 0 maka nilai Variabel Y (Promosi Jabatan) sebesar 7,333. 2. Koefisien Regresi Penilaian Prestasi Kerja Karyawan (X) sebesar 0,311 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai Variabel X (Penilaian Prestasi Kerja Karyawan), maka nilai Variabel Y (Promosi Jabatan) bertambah sebesar 0,311.
Jurnal Ilmiah Pena
61
Volume 8 Tahun 2015
2. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R 2) menunjukkan seberapa besar persentase variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Berikut hasil analisis koefisien determinasi berdasarkan perhitungan data menggunakan SPSS 17.00:
Tabel 7.3 Koefisien Determinasi Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a
1 .615 .378 .344 2.071 a. Predictors: (Constant), Penilaian Prestasi Kerja Karyawan (X) Sumber : Hasil perhitungan data SPSS 17.00 Tabel di atas menjelaskan besarnya hubungan (R) yaitu sebesar 0,615 dan dijelaskan besarnya persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang disebut koefisien determinasi yang merupakan hasil dari penguadratan R. Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh koefisien determinasi (R 2) sebesar 0.378, yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 38,7% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain. 3. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas (Penilaian Prestasi Kerja Karyawan) terhadap variabel terikat (Promosi Jabatan) dalam penelitian ini, maka dilakukan pengujian tingkat signifikansi dengan uji T yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan variabel bebas (Penilaian Prestasi Kerja Karyawan) terhadap variabel terikat (Promosi Jabatan) dengan menggunakan tabel koefisien regresi hasil analisis data SPSS 17.00. Tabel 7.4 Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1(Constant)
B
Std. Error 7.333
Beta
t
4.245
Penilaian Prestasi Kerja .311 Karyawan (X) a. Dependent Variable: Promosi Jabatan (Y) Sumber : Hasil perhitungan data SPSS 17.00
Jurnal Ilmiah Pena
Standardized Coefficients
62
.094
.615
Sig.
1.727
.101
3.310
.004
Volume 8 Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, untuk menguji pengaruhi variabel X terhadap variabel Y maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat Formula Hipotesis: H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan penilaian prestasi kerja terhadap promosi jabatan. H1 : Ada Pengaruh yang signifikan penilaian prestasi kerja terhadap promosi jabatan. b. Menentukan Taraf Nyata. Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05) c. Menentukan Kriteria Pengujian 1. Apabila nilai signifikansi < 0,05 atau t hitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Apabila nilai signifikansi > 0,05 atau t hitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. d. Menentukan nilai ttabel dan nilai signifikansi. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai ttabel dengan taraf nyata 5% adalah df=n-k (df=degree of freedom, n=jumlah responden, k=jumlah variabel bebas dan terikat). Berdasarkan rumus tersebut, df=20-2=18, maka nilai ttabel adalah 2,100. Dari tabel di atas maka dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,004. e. Kesimpulan Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui nilai signifikansi 0,004 < 0,05 dengan nilai thitung 3,310 > 2,100, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada pengaruh yang signifikan penilaian prestasi kerja karyawan terhadap Promosi Jabatan pada Bank Perkreditan Rakyat Yaspis Dana Prima Tentena.
SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data penelitian mengenai masalah pengaruh antara penilaian prestasi kerja karyawan terhadap promosi jabatan pada PT. BPR Yaspis Dana Prima Tentena, maka dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis tentang pengaruh penilaian prestasi kerja karyawan terhadap promosi jabatan pada PT. BPR Yaspis Dana Prima Tentena, maka hasil yang diperoleh adalah bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan dan nilai t hitung yang lebih besar dari t table dengan nilai signifikansi 0,004 < 0,05 dengan nilai thitung 3,310 > 2,100. maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada pengaruh yang signifikan penilaian prestasi kerja karyawan terhadap Promosi Jabatan pada Bank Perkreditan Rakyat Yaspis Dana Prima Tentena. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Irsanti, 2005, Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Terhadap Promosi Jabatan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan. Universitas Hassanudin. https://repository.unhas.ac.id. 21 April 2015. Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus & Solusi. Yogyakarta: BPFE UGM.
Jurnal Ilmiah Pena
63
Volume 8 Tahun 2015
Andhina, 2007, Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Terhadap Promosi Jabatan Pada BAPPEDA Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. https://repository.usu.ac.id. 25 April 2015. Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta Dessler, Gary, 2003, Human Resource Management, Penerjemah Eli Tanya dan Budi Supriyanto, edisi 9 jilid 2, 2005, Jakarta, Indeks Gramedia. Flippo, Edwin, 1996, Manajemen Personalia, Alih Bahasa Moh. Masud. Edisi Ke Enam, Jakarta, Erlangga. Handoko, T.Hani. 1995. Manajemen: Edisi Kedua. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta. Hasibuan, M, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Bandung: Penerbit Refika Aditama. Mangkuprawira, Tb.Sjafri, 2004, Manajemen SDM Strategik, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia. Mondy, R. Wayne, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Erlangga. Nitisemito, Alex S, 1986, Manajemen Personalia , Jakarta, Ghalia.
Jurnal Ilmiah Pena
64
Volume 8 Tahun 2015
PENGARUH LOCUS OF CONTROL, ORIENTASI TUGAS, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PENGELOLA KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MADANI PERDESAAN KECAMATAN PAMONA SELATAN Abdi Sakti Walenta8
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis Pengaruh Locus Of Control, Oriantasi Tugas, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pengelola Kegiatan Pemberdayaan Masysrakat Madani Perdesaan Kecamatan Pamona Selatan, baik secara parsial maupun secara serempak/ simultan, dengan populasi sebanyak 80 orang. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda, serta menguji validitas dan reabilitas data. Hasil pengujian secara umum terhadap variable pengaruh Locus Of Control (X1), Orientasi Tugas (X2), dan Gaya Kepemimpinan (X3) secara simultan semuanya mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pegawai (Y). Secara parsial, hasil penelitian juga menunjukan bahwa ketiga variable di atas secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Kecamatan Pamona Selatan. Kata Kunci : Locus Of Control, Orientasi Tugas, Dan Gaya Kepemimpinan
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kehidupanberorganisasi, karena pada kodratnya manusia merupakan makhluk sosial yangcenderung untuk selalu hidup bermasyarakat.Hal ini nampak baik didalamkehidupan rumah tangga, organisasi kemasyarakatan, bahkan pada saat seseorangmemasuki dunia kerja. Seseorang tersebut akan berinteraksi, dan masuk menjadibagian dalam organisasi tempatnya bekerja. Dalam mencapai tujuan organisasi, setiap organisasi memerlukan sumberdaya untuk mencapainya.Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga,kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan aktivitas ataupun kegiatan. Sumberdaya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya finansial, sumber daya ilmupengetahuan dan teknologi, serta sumber daya manusia. Diantara sumber dayatersebut, sumber daya yang terpenting ialah sumber daya manusia (Wirawan,2009).Sumber daya manusia dianggap penting karena dapat mempengaruhiefisiensi dan efektifitas organisasi, serta merupakan pengeluaran pokok organisasidalam menjalankan kegiatannya (Simamora, 2006). Kinerja pegawai adalah hal yang penting untuk diperhatikan organisasi, karena dapat mempengaruhi tercapainya tujuan dan kemajuan organisasi untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan global yang sering berubah atau tidak stabil. 8
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Tentena
Jurnal Ilmiah Pena
65
Volume 8 Tahun 2015
Rivai (2003) mengemukakan kinerja ialah hasil kerja seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang, dan tanggung jawabnya.Lalu Seymour (dalam Cahyono dan Suharto, 2005) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur atau dinilai.Dengan demikian, kinerja pegawai dalam suatu organisasi perlu diukur atau dinilai, agar dapat diketahui apakah kinerja pegawai itu baik atau buruk. Kepemimpinan juga sangat berkaitan dengan keberhasilan kinerja dalam suatu perusahaan.Dalam perkembangannya, melakukan penilaian kinerja pegawai tidaklahsederhana.Karena dalam penilaian kinerja memerlukan syarat, indikator, sertaterdapat elemen-elemen atau variabel-variabel yang mempengaruhinya (Supardi, 2010). Adapun beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pegawaimenurut Wirawan (2009), serta Suranta (2002) antara lain: 1. Gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan pimpinankepada bawahan atau pegawai dalam rangka proses kepemimpinannya. 2. Motivasi kerja, motivasi kerja yang biasa diberikan pemimpin atauorganisasi kepada bawahan atau pegawai. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku orang lain yang seperti ia lihat. Pemimpin yang menggunakan otoritasnya dalam gaya kepemimpinan biasanya pemimpin tersebut membuat keputusan kemudian mengumumkannya kepada bawahannya. Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa otoritas yang digunakan atasan terlalu banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit sekali. Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi, 2003). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000). METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan sejak September 2013 hingga Juni 2014.Lokasi yang diambil adalahBadan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) atau Badan Pemberdayaan Masyarakat Madani Perdesaan Kecamatan Pamona Selatan. B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua, yakni: (1) Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (2) Data kualitatif, yaitu data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak dapat dihitung melainkan dalam bentuk kata-kata. Data yang digunakan berasal dari buku, artikel jurnal, dan halaman web, serta berasal dari hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan dan pegawai dalam perusahaan. Kemudian ditambah informasi-informasi yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan dengan Jurnal Ilmiah Pena
66
Volume 8 Tahun 2015
masalah yang diteliti serta dari beberapa referensi yang dapat mendukung terselesaikannya tulisan ini. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) Data Primer. Dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap hal yang dianggap berhubungan dengan objek. Selain itu, peneliti ini juga melakukan wawancara pada responden dengan menggunakan kuesioner. (2) Data Sekunder. Sumber data sekunder meliputi peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, artikel, teori, halaman web, laporan penelitian sebelumnya, jurnal, makalah, sumber lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. B. Teknik Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode: (1) Kuesioner, (2) Observasi (pengamatan), (3) Interview (Wawancara), (4) Metode Survei Kepustakaan C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Badan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) Kecamatan Pamona Selatan sebanyak 80 orang. 2. Sampel Penelitian Mengutip pendapat Arikunto (2008), apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Badan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) Kecamatan Pamona Selatan, yaitu sebanyak 80 orang. D. Analisis Data Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini digunakan metode analisis, yaitu: 1. Analisis Deskriptif Kuantitatif Analisis deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang ringkas, dimana hasil penelitian beserta analisisnya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang mana dari analisis tersebut akan dibentuk suatu kesimpulan. 2. Analisis Regresi Berganda Analisis kuantitatif dengan regresi berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel locus of control, orientasi tugas, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawaipada Badan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) Kecamatan Pamona Selatan. Jurnal Ilmiah Pena
67
Volume 8 Tahun 2015
3. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. 4. Pengujian hipotesis (Uji F dan T) a. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel bebas terhadap varibel terikat. Dimana Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5% (α= 0,05). Jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak. dan Jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. b. Uji T digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Dimana Ttabel > Thitung, H0 diterima. Dan jika Ttabel < Thitung, maka H1 diterima, begitupun jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. E. Definisi Operasional Tabel 8.1: Definisi Operasional Variabel Variabel Konsep Kinerja Pegawai (Y)
Indikator
Kualitas Kuantitas Ketepatan Waktu Efektifitas Kemandirian Bernadine (dalam Mas‟ud, 2004) Locus of control Locus of controlmerupakan 1. Aspek Internal (X1) “generalized belief that a person can or 2. Aspek Eksternal cannot control his own destiny” ataucara pandang seseorang terhadap Rotter (dalam Phares, suatu peristiwa apakah dia merasa dapat 1992) atau tidakmengendalikan perilaku yang terjadi padanya. Rotter(1966) dalam Prasetyo(2002) Orientasi Tugas Orientasi tugas dapat didefinisikan 1. Program Induksi (X2) sebagai suatu aktivitas pengenalan 2. Program Sosialisasi
Jurnal Ilmiah Pena
Kinerja ialah hasil kerja baik secara 1. kualitas maupun kuantitas yang dicapai 2. oleh seorang pegawai dalam melakukan3. tugas sesuai dengan tanggung jawab 4. yang diberikan kepadanya. 5. Mangkunegara (2005)
68
Volume 8 Tahun 2015
individu atau pegawai baru terhadap organisasi dan penyediaan landasan bagi pegawai baru sehingga mereka dapat berfungsi bekerja secara efektif dan mampu menyenangkan mereka pada pekerjaannya yang baru. (Mangkuprawira, 1997) Gaya Kepemimpinan (X3)
Manullang (2004)
Gaya kepemimpinan merupakan 1. Position power polaperilaku dan strategi yang disukai (kekuasaan posisi) dan sering diterapkan oleh seorang 2. Task structure (struktur pemimpindalam rangka mencapai tugas) sasaran organisasi. 3. Leader member relations (hubungan pemimpin Mulyadi danVeithzal Rivai (2009) dengan pegawai) Fiedler dalam Winardi (2004)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Objek dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PengelolaKegiatan Pemberdayaan Masyarakat Madani Pedesaan Kecamatan Pamona Selatan.Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh.Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2005). Kemudian, juga dengan merujuk pada Arikunto (2008), apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga diperoleh sampel penelitian ini adalah seluruh Pengelola Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Madani Pedesaan Kecamatan Pamona Selatan, yaitu sebanyak 80 orang. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh Locus of Control (X1), Orientasi Tugas (X2), dan Gaya Kepemimpinan (X3) terhadap Kinerja Pengelola Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Madani Pedesaan Kecamatan Pamona Selatan. Berdasarkan data dari 80 responden, melalui daftar pertanyaan terdapat 5 karakteristik responden yang dimasukkan dalam penelitian, yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, jabatan, dan masa kerja. Penggolongan yang dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran responden sebagai objek penelitian. B. Pembahasan Dari data yang telah di olah di peroleh persamaan regresi Y = 0.305X1 + 0.235 X2 + 0.509 X3 + e
Jurnal Ilmiah Pena
69
Volume 8 Tahun 2015
Dimana: X1 :Locus of Control (X1) X2 :Orientasi Tugas (X2) X3 :Gaya Kepemimpinan (X3) Y : Kinerja Pengelola (Y) Locus of Control dengan koefisien regresi 30,5%, Orientasi Tugas dengan koefisien variabel sebesar 0.235 serta Gaya Kepemimpinan dengan koefisien variabel 0.509. 1. Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja Pegawai Variabel Locus of Control merupakan keyakinan masing-masing individu karyawan tentang kemampuannya untuk bisa mempengaruhi semua kejadian yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya (Frucot dan Shearon, 1997 Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti sebesar 30,5%. Dengan kata lain, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara locus of control terhadap Kinerja Pengelola. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi locus of control karyawan, maka akan meningkatkan Kinerja Pengelola pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Keadaan ini dikarenakan adanya pemberdayaan locus of control individu karyawan, baik secara internal maupun eksternal dapat meningkatkan kinerja pengelola. Namun karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya cenderung lebih menonjolkan pemberdayaan internal locus of control dengan perilaku yang kompetitif dan suka bekerja keras, sehingga dapat tercipta kinerja 2. Pengaruh Orientasi Tugas terhadap Kinerja Pegawai Hasil analisis menunjukkan pengaruh langsung orientasi tugas terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 23,5%. Temuan ini menunjukkan bahwa orientasi tugas mampu memengaruhi kinerja pegawai. Jika dilihat dari pola hubungannya, maka pengaruhnya adalah positif. Artinya semakin baik orientasi tugas seorang pegawai, maka semakin tinggi pula pencapaian kinerjanya. Besarnya pengaruh langsung ini dapat diinterpretasikan bahwa orientasi tugas pengaruhnya cukup signifikan terhadap kinerja pegawai. 3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Hasil analisis menunjukkan pengaruh langsung gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai adalah 50,9%. Temuan ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mampu memengaruhi kinerja pegawai. Jika dilihat dari pola hubungannya, maka pengaruhnya adalah positif. Artinya semakin baik gaya kepemimpinan yang diaplikasikan dalam organisasi, maka semakin tinggi pula pencapaian kinerja pegawainya. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut : 1. Locus of control memberikan pengaruh terhadap kinerja Pengelola Badan Pemberdayaan Masyarakat dari hasil olah data menunjukkan makin ringgi lokus of control dapat meningkatkan kinerja pengelola, 2. Orientsi tugas berpengaruh terhadap kinerja Pengelola Badan Pemberdayaan Masyarakat dari hasil olah data menunjukkan makin ringgi orientasi tugas dapat meningkatkan kinerja Pengelola, Jurnal Ilmiah Pena
70
Volume 8 Tahun 2015
3. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja Pengelola Badan Pemberdayaan Masyarakat dari hasil olah data menunjukkan makin ringgi gaya kepemimpinan dapat meningkatkan kinerja Pengelola. DAFTAR PUSTAKA: Andriani, Juznia. 2003. Studi Kualitas Mengenai Kriteria Menyitir Dokumen (Kasus Pada Beberapa Mahasiswa Program Pascasarjana Pertanian Bogor). Jurnal perpustakaan pertanian. Vol.2, No.1. -Edisi Januari. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Brownell, Peter. 1981. Participation in Budgeting, Locus of Control and Organizational Effectiveness. The Accounting Review, October, 844-860 Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Prenhallindo Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia: Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks Falikhatun. 2003. “Pengaruh Budaya Organisasi, Locus Of Control, DanPenerapan Sistem Informasi Terhadap Kinerja Aparat Unit – Unit Pelayanan Publik”.Jurnal Empirika, vol.16, no.2, desember: 263 -281 Foster, Bill & Seeker, Karen R. 2001. Pembinaan Untuk meningkatkan Kinerja Karyawan, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit PMM Fuad Mas’ud. 2004. Survai Diagnosis Organisasional (Konsep dan Aplikasi). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibson, et. al. 1995. Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta: Erlangga Gomes, Faustino C. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset Hamalik, Umar. 2005. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Psikologi Manajemen. Jakarta: PT. Triganda Karya Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE Julianto, Ahmad. 2002. Sistem dan Prosedur Pembayaran Gaji Pegawai di Lingkungan BPKP Pusat. BPKP. Lee, J. Cronbach. 1990. Essentials of Psychological Testing. Fifth Edition. New York: Harper and Row Publishers Manullang Marihot. 2004. Manajemen Personalia. Yogyakarta: FEUGM Masíud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep & Aplikasi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Mathis, Robert.L & Jackson, John.H, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat
Jurnal Ilmiah Pena
71
Volume 8 Tahun 2015
ANALISIS PENGGUNAAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. ENSEVAL PUTERA MEGA TRADING Tbk. A w a l u d d i n9
ABSTRAK Tujuan dari penelitian iniadalahuntukmengetahuikinerjakeuanganpada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. denganmenggunakanmetodeEconomic Value Added (EVA).Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada pihak yang terkait langsung dalam pengelolaan perusahaan dalam pengambilan keputusan. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, dengan tahapan yaitu penelitian pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) yang terdiri dari interview serta observasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan bahwa PT. Enseval Megatrading Tbk mendapat nilai positif sehingga dapat disimpulkan bahwa ada nilai ekonomis lebih karena nilai yang diperolehdari hasil análisis Economic Value Added (EVA)yaitu ditahun 2011 sebesar Rp. 40.643.456.389 pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 88.818.024.844 pada tahun 2013 mengalami peningkatan lagi menjadi Rp. 112.407.130.412. Sehingga hipotesis yang diajukan diterima, ini berarti perusahaan tergolong sehat karena terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Kata kunci : Metode Economic Value Added (EVA).
PENDAHULUAN Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis perkembangan kinerja keuangan perusahaan dapat diperoleh melalui analisis terhadap data keuangan perusahaan yang tersusun dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan. Informasi yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan. Berkaitan dengan pentingnya masalah pengukuran kinerja keuangan, maka hal ini perlu diterapkan pada perusahaan PT. Enseval Putera megatrading Tbk. yakni sebuah perusahaan yang aktivitas usahanya bergerak di bidang ditributor , dimana dalam mengukur kinerja perusahaannya dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan bahwa pengukurankinerja berdasarkan laporan keuangan tidak 9
Program Studi Manajemen STIE Wirabakti Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
72
Volume 8 Tahun 2015
dapat diandalkan. Selain itu, pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan, sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. EVA merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari satu investasi.EVA yang positif menunjukkan tingkat pengembalian atas modal yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal, hal ini berarti bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan berupa tambahan kekayaan.Sedangkan EVA yang negatif berarti total biaya modal perusahaan lebih besar daripada laba operasi setelah pajak yang diperolehnya, sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak baik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat tema ini dengan memilih judul: “Analisis Penggunaan Metode Economic Value Added (EVA) Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk.
METODOLOGI A. Jenis dan Sumber Data Untuk menunjang kelengkapan pembahasan, maka jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah : 1. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 2. Data Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang diperoleh dari buku laporan perkembangan penjualan perusahaan yang akan diteliti. Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari : 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan dengan wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang akan diteliti. 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan dan informasi tertulis mengenai keadaan perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan. B. Metode Pengumpulan Data Untuk penulisan ini, penulis mengumpulkan data dan informasi melalui penelitian dengan metode yang digunakan adalah : 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data dengan membaca bukubuku ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas sebagai landasan teori yang menunjang penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara melakukan secara langsung ke lokasi perusahaan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan jalan mengadakan pengamatan langsung di perusahaan. b. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan staf. Jurnal Ilmiah Pena
73
Volume 8 Tahun 2015
c. Dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen atau arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. C. Metode Analisis Data Untuk mengolah data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian, penulis menggunakan metode analisis kinerja keuangan dengan metode EVA dengan rumus menurut Mamduh(2005 : 53) yaitu : 1. Analisis NOPAT adalah suatu analisis dimana tingkat keuntungan yang diperoleh dari modal yang kita tanam, dan biaya modal adalah biaya dari modal yang kita tanamkan, dengan rumus : NOPAT = Laba rugi usaha - Pajak 2. Analisis biaya modal tertimbang (WACC) , dengan menggunakan rumus (Farah, 2007 : 153) : Ka = ( Wd x Kd ) + ( We x Ke ) Dimana : Ka = Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Wd = Proporsi utang dalam struktur modal Kd = Biaya utang setelah pajak We = Proporsi modal sendiri dalam struktur modal Ke = Biaya dari dana yang didapatkan dari modal sendiri 3. Analisis EVA dengan menggunakan rumus sebagai berikut : EVA = Modal yang diinvestasikan x (ROIC - WACC) Di mana : EVA = Economic Value Added ROIC = Return on Invested Capital WACC = Weighted Average Cost of Capital HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan PT. Enseval Putara Megatrading, Tbk Dalam pembahasan tentang analisis EVA (Economic Value Added) pada PT. Enseval Putara Megatrading Tbk, maka berikut ini akan disajikan Ikhtisar Laporan keuangan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 sebagai berikut: Tabel 9.1 : Laporan NeracaPT. Enseval putera megatrading Tbk,Tahun 2011-2013 (dalam rupiah) Tahun Keterangan 2011 2012 2013 Aktiva/Aset 4.370.747.246 4.951.687.572 5.528.067.698 Hutang Jangka Pendek Total Hutang Total Ekuitas Total Hutang Dan Ekuitas Jurnal Ilmiah Pena
1.896.112.184
2.323.507.638
2.433.483.833
1.935.549.140 2.435.198.106
2.372.017.956 2.579.669.615
2.489.215.834 3.038.851.863
4.370.747.246
4.951.687.572
5.528.067.698
74
Volume 8 Tahun 2015
Sumber : PT.Enseval putera megatrading Tbk. Dari tabel 9.1 atas Laporan Neraca pada PT.Enseval Putera MegatradingTbk tahun 2011-2013 mempunyai lebih banyak total ekuitasnya dibandingkan total hutangnya. Artinya modal yang digunakan perusahaan dibiayai oleh para pemegang saham perusahaan. Maka melalui analisis EVA (Economic Value Added) ini, akan dibuktikan apakah pihak manajemen PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk dapat membayar semua kewajiban kepada para penyandang dana atau investor sesuai ekspektasinya. Setelah mengetahui Ikhtisar Laporan keuangan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk, maka berikut ini adalah Analisis laporan keuangan Berdasarkan laporan neraca dari tahun 2011 sampai tahun 2013 pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk tersebut, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan mulai dari total ekuitas atau modal dan juga total hutang sehingga otomatis meningkatkan jumlah aset atau aktiva yang dimiliki. Berikut adalah laporan laba rugi pada PT.Enseval Putera Megatrading, Tbk dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Tabel 9.2 :Laporan Laba Rugi Tahun 2011-2013 (dalam rupiah) Tahun Keterangan 2011 2012 2013 Laba Rugi Usaha 1.209.343.347 1.436.417.956 1.763.296.147 Beban Bunga 8.415.654 9.331.051 13.278.250 Laba Bersih Sebelum 462.743.645 540.022.078 622.782.644 Pajak Beban Pajak 11.704.049 137.250.472 158.410.663 Laba Bersih Setelah 351.039.596 402.771.606 464.371.980 Pajak Sumber : PT. Enseval Putera Megatrading.2015 Berdasarkan laporan laba rugi tersebut ternyata peningkatan aset atau aktiva pada PT.Enseval Putera Megatrading, Tbk didukung oleh jumlah laba rugi usaha yang meningkat pesat setiap tahunnya dan peningkatan inipun menyebabkan jumlah beban bunga serta beban pajak juga ikut meningkat. 1.Analisis Laporan Keuangan Pengelolaan usaha perusahaan lebih diarahkan untuk meningkatkan laba guna dapat mempertahankan kontinuitas dari perusahaan yang dikelola. Oleh karena itulah dalam menunjang usaha yang dikelola maka perlu ditunjang oleh adanya peningkatan kinerja usaha, sebab dengan adanya kinerja keuangan maka akan mempengaruhi kelangsungan hidup daripada suatu perusahaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan dari perusahaan yang dikelola maka perlu adanya laporan keuangan. Masalah laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapatlah dikatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan kinerja operasional suatu perusahaan, karena laporan keuangan dapat meliputi : neraca dan laporan perhitungan laba rugi.
Jurnal Ilmiah Pena
75
Volume 8 Tahun 2015
B. Analisis Struktur Modal Berdasarkan tabel 1dan tabel 2 yakni neraca dan laporan perhitungan laba rugi khususnya pada PT.Enseval Putera Megatrading Tbk.selama tahun 2011 s/d tahun 2013 maka terlebih dahulu akan disajikan data struktur modal yang telah ditetapkan oleh PT. Enseval Putera Megatrading selama tahun 2011 s/d tahun 2013 yang dapat dilihat melalui tabel 9.3 : Tabel 9.3. Struktur Modal PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Tahun 2011 s/d Tahun 2013 Struktur Modal Proporsi Modal Sendiri (%)
Modal Pinjaman (Rp)
Proporsi Modal Pinjaman (%)
Total Modal (Rp)
2.435.198.106
98.41
39.436.955
1.59
2.474.635.061
2.579.669.615
98,15
48.510.318
1,85
2.628.179.933
Tahun
Modal Sediri (Rp)
2011 2012 2013
3.038.851.864 98,20 55.732.001 1,8 3.094.583.865 Rata-rata 98,25 Rata-rata 1,75 Sumber : PT.Enseval Putera Megatrading 2015 Berdasarkan tabel 9.3 yakni hasil analisis struktur modal untuk 3 tahun terakhir (tahun 2011 s/d tahun 2013) maka rata-rata proporsi penggunaan modal sendiri sebesar 98,25% dan proporsi modal pinjaman sebesar 1,75%, sehingga dapatlah dikatakan bahwa PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. dalam mengelola perusahaan lebih banyak menggunakan proporsi modal sendiri jika dibandingkan dengan proporsi modal pinjaman. Dengan adanya struktur modal perusahaan PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. khususnya dalam 3 tahun terakhir (tahun 2011 s/d tahun 2013) maka dapat disajikan analisis biaya modal. Namun sebelum dilakukan analisis biaya modal, terlebih dahulu akan disajikan perhitungan biaya modal dan utang (Kd) dan biaya modal sendiri (Ke). Adapun perhitungan biaya modal dari PT. Enseval Putera Megatrading untuk tahun 2011 s/d tahun 2013 dapat dilihat melalui perhitungan berikut ini : 1) Perhitungan Biaya Utang (Cost of debt) Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2011 s/d tahun 2013 dapat disajikan melalui perhitungan berikut ini : 1. Tahun 2011 Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2011 dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Bunga usaha Biaya utang (kd) = -------------------- x 100% Total utang
Jurnal Ilmiah Pena
76
Volume 8 Tahun 2015
8.415.654 Biaya utang (Kd) = ------------------- x 100 % 1.935.549.140 = 0,43,% Biaya utang setelah pajak = 0.43 (1 – 0,15) = 0,36% 2. Tahun 2012 Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2012 dapat ditentukan sebagai berikut : 9.331.051 Biaya utang (Kd) = -------------------- x 100 % 2.372.017.956 = 0,39% Biaya utang setelah pajak = 0,39 ( 1 – 0,15) = 0.33% 3. Tahun 2013 Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2013 dapat ditentukan sebagai berikut : 13.278.250 Biaya utang (Kd) = ------------------- x 100 % 2.489.215.834 = 0.53% Biaya utang setelah pajak = 0.53% (1 – 0,15) = 0,45% 2) Perhitungan Biaya Modal Sendiri Berdasarkan perhitungan biaya utang (kd) maka selanjutnya akan dikemukakan perhitungan biaya modal sendiri khususnya pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. selama 3 tahun terakhir (tahun 2011 s/d tahun 2013) yang dapat dilihat melalui perhitungan berikut ini : 1. Tahun 2011 Besarnya biaya modal sendiri (Ke) untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut : Laba bersih setelah pajak Biaya modal sendiri (Ke) = -------------------------------- x 100% Modal Berdasarkan rumus tersebut di atas, biaya modal sendiri (cost of equity) dapat dihitung sebagai berikut : 351.039.596 Biaya modal sendiri (Ke) = --------------------- x 100 % 2.435.198.106 = 14,42% 2. Tahun 2012 Besarnya biaya modal sendiri (Ke) untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut : 402.771.606 Biaya modal sendiri (Ke) = --------------------- x 100 % 2.579.669.615 = 15,61%
Jurnal Ilmiah Pena
77
Volume 8 Tahun 2015
3. Tahun 2013 Besarnya biaya modal sendiri (Ke) untuk tahun 21013 dapat dihitung sebagai berikut 464.371.980 Biaya modal sendiri (Ke) = --------------------- x 100 % 3.038.851.864 = 15,28% 3. Analisis Biaya Modal rata-rata Tertimbang (WACC) Berdasarkan hasil analisis biaya modal sendiri (Ke) dengan biaya utang (Kd) maka besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat dilihat melalui perhitungan berikut ini : 1. Biaya modal rata-rata tertimbang tahun 2011 Perhitungan besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2011 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan oleh Farah (2007:153) yaitu : Ka = ( Wd x Kd ) + ( We x Ke ) Dimana : Ka = Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Wd = Proporsi utang dalam struktur modal Kd = Biaya utang setelah pajak We = Proporsi modal sendiri dalam struktur modal Ke = Biaya dari dana yang didapatkan dari modal sendiri Dari rumus tersebut di atas maka biaya modal rata-rata tertimbang dapat dihitung sebagai berikut : Ka = (0,0159 x 0,36) + (0,9841 x 0,1442) x 100% Ka = 0,005724 + 0,14190,1419 x 100% Ka = 28,38% Dengan demikian maka besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2011 adalah sebesar 28,38% 2. Biaya modal rata-rata tertimbang tahun 2012 Besarnya perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut : Ka = (0,0185 x 0,33) + (0,9815 x 0,1561) x 100% Ka = 0,0061 + 0,1532 x 100% Ka = 15,93% Dengan demikian maka besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2012 adalah sebesar 15,93%. 3. Biaya modal rata-rata tertimbang tahun 2013 Besarnya perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut : Ka = (0,018 x 0,45) + (0,9820 x 0,1528) x 100% Ka = 0,0081 + 0,1501 x 100% Ka = 15,82%
Jurnal Ilmiah Pena
78
Volume 8 Tahun 2015
Dengan demikian maka besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun 2013 adalah sebesar 15,82%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, maka akan disajikan hasil perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang untuk tahun 2011 s/d tahun 2012 yang dapat dilihat melalui tabel 9.4 berikut ini : Tabel 9.4. Besarnya Perhitungan Biaya Modal PT. Enseval Putera Tegatrading Tbk. Tahun 2012 s/d 2013 Biaya Utang Biaya Modal Biaya Modal RataTahun Setelah pajak (Kd) Sendiri (Ke) Rata Tertimbang (Ka) (%) (%) (%) 2011 0,36 14,42 28,38 2012 0,33 15,61 15,93 2013 0,45 15,28 15,82 Rata-rata 0,38 15,10 20,04 Sumber :PT. Enseval Megatrading Tbk. 2015 Berdasarkan Tabel 9.4 mengenai besarnya perhitungan biaya modal dari tahun 2011 s/d tahun 2013, nampak bahwa biaya modal dari hutang (kd) rata-rata pertahun sebesar 0,38%, biaya modal sendiri (ke) rata-rata sebesar 15,10%, dan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) sebesar 20,04% setiap tahunnya. 4 Analisis Return on Investment Capital (ROIC) Return on investment Capital (ROIC) adalah perbandingan antara NOPAT (EBIT – pajak) dengan modal yang diinvestasikan dalam pengelolaan perusahaan. sehingga dalam menentukan ROIC dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut (Mamduh, 2005 : 54) yaitu : NOPAT ROIC = ---------------------------------Modal yang diinvestasikan Sebelum dilakukan perhitungan ROIC, maka terlebih dahulu akan disajikan data NOPAT yaitu sebagai berikut : Tabel 9.5. Besarnya Tingkat Laba dari Modal yang Diinvestasikan (NOPAT) Tahun Laba Sebelum Pajak NOPAT Bunga dan Pajak (2) ( 1- 2 ) (1) 2011 1.209.343.347 111.704.049 1.097.639.298 2012 1.436.417.956 137.250.472 1.299.167.484 2013 1.763.296.147 158.410.663 1.604.885.484 Sumber :PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Tabel 5 yakni data Nopat untuk tahun 2011 s/d tahun 2013 maka dapat ditentukan sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah Pena
79
Volume 8 Tahun 2015
1. Tahun 2011 Besarnya ROIC untuk tahun 2011 dapat ditentukan melalui perhitungan berikut ini : 1.097.639.298 ROIC 07 = ---------------------- x 100 % 2.435.198.106 = 45,07 % 2. Tahun 2012 Besarnya ROIC untuk tahun 2012 dapat ditentukan melalui perhitungan ini : 1.299.167.484 ROIC 08= --------------------- x 100 % 2.579.669.615 = 50,36 %
berikut
3. Tahun 2013 Besarnya ROIC untuk tahun 2013 dapat ditentukan melalui perhitungan berikut ini : 1.604.885.484 ROIC 09= --------------------- x 100 % 3.038.851.863 = 52,81 % Berdasarkan hasil perhitungan ROIC, maka besarnya selisih antara ROIC dengan WACC dari tahun 2011 s/d tahun 2013 dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Rumus : ROIC – WACC : Selisih (%) Tabel 9.6. Besarnya ROIC dan WACCTahun 2011 s/d 2013 Tahun ROIC (%) WACC (%) Selisih (%) 2011 45,07 28,38 16,69 2012 50,36 15,93 34,43 2013 52,81 15,82 36,99 Sumber : Hasil olahan data Berdasarkan hasil perbandingan antara ROIC dan WACC khususnya dalam lima tahun terakhir (tahun 2011 s/d tahun 2012) maka akan disajikan nilai tambah ekonomis (EVA) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Mamduh ( 2005 : 54) EVA = Modal yang diinvestasikan x (ROIC – WACC) Berdasarkan rumus tersebut di atas, selanjutnya akan disajikan perhitungan nilai tambah ekonomi yang dapat dilihat melalui perhitungan berikut ini : 1) Tahun 2011 Besarnya nilai EVA untuk tahun 2011 dapat ditentukan sebagai berikut : EVA 07 = Rp.2.435.198.106 x (45.07% – 28.38%)
Jurnal Ilmiah Pena
80
Volume 8 Tahun 2015
= Rp.2.435.198.106 x 16.69% = Rp.40.643.456.389,2) Tahun 2012 Besarnya nilai EVA untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut : EVA 08 = Rp.2.579.669.615 x (50.36 – 15,93%) = Rp.2.579.669.615 x 34,43% = Rp.88.818.024.844,3) Tahun 2013 Besarnya nilai EVA untuk tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut : EVA 09 = Rp.3.038.851.863 x (52.81 – 15,82%) = Rp.3.038.851.863 x 36,99% = Rp.112.407.130.412,Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka akan disajikan melalui tabel berikut: Tabel 9.7. Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan denganMetode EVA Tahun 2008 s/d Tahun 2011 Kinerja Keuangan ROIC WACC Tahun Dengan MetodeEVA (%) (%) (Rp) 2011 45,07 28,38 40.643.456.389 2012 50,36 15,93 88.818.024.844 2013 52,81 15,82 112.407.130.412 Rata-rata 49,41 20,04 80.622.870.548 Sumber : Hasil olahan data Berdasarkan tabel 7 mengenai besarnya perhitungan kinerja keuangan dengan metode EVA dari tahun 2011 s/d tahun 2013, nampak bahwa pada tahun 2011 ROIC sebesar 49,41%, WACC sebesar 28,38% dan kinerja keuangan dengan metode EVA sebesar Rp. 40.643.456.389. Kemudian pada tahun 2012 ROIC sebesar 50,36%, WACC sebesar 15,93% dan kinerja keuangan dengan metode EVA sebesar Rp.88.818.024.844. Tahun 2013 ROIC sebesar 52,81%, WACC sebesar 15,82% dan kinerja keuangan dengan metode EVA sebesar Rp.112.407.130.412. Berdasarkan tabel 7 yakni perhitungan peningkatan kinerja dengan metode EVA yang dapat disajikan beberapa evaluasi yaitu sebagai berikut 1) Dari hasil analisis kinerja keuangan dengan metode EVA, yang menunjukkan bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA nampak bahwa kinerja keuangan perusahaan rata-rata pertahun sebesar Rp.80.622.870.548,2) Hasil analisis ROIC dan WACC, menunjukkan bahwa tingkat return dari jumlah modal yang diinvestasikan rata-rata pertahun sebesar 49,41% sedangkan tingkat biaya modal rata-rata tertimbang sebesar 20,04% pertahun. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan hasil analisis yaitu sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah Pena
81
Volume 8 Tahun 2015
1. Dari hasil analisis kinerja keuangan dengan metode EVA, yang menunjukkan bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode EVA nampak bahwa rata-rata pertahun dari tahun 2011-2013 sebesar Rp.80.622.870.548,2. Hasil analisis ROIC dengan WACC yang menunjukkan bahwa tingkat return dari jumlah modal yang diinvestasikan rata-rata pertahun sebesar 49,41% sedangkan tingkat biaya modal rata-rata tertimbang sebesar 20,04% pertahun. 3. Dari hasil analisis kinerja perusahaan dengan metode EVA, nampak bahwa kinerja perusahaan dengan metode EVA terjadi fluktuasi. Terjadinya fluktuasi kinerja perusahaan, disebabkan karena tingkat ROIC dan WACC terjadi fluktuasi.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Faisal. 2003. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Malang: UMM. Ambarwati. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Deanta. 2009. Memahami Pos-Pos dan Angka-Angka Dalam Laporan Keuangan Untuk Orang Awam. Yogyakarta: Gava Media. Farah, Margaretha. 2007. Manajemen Keuangan, edisi kedua, cetakan kedua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Gill, O. James dan Moira, Chatton. 2005. Memahami Laporan Keuangan (Memanfaatkan Informasi Keuangan Untuk Mengendalikan Bisnis Anda), cetakan ketiga. Jakarta: PPM. Hanafi. 2005. Manajemen Keuangan, edisi pertama. Jakarta: Grasindo. Harahap, Sofyan, Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, edisi kedua, cetakan keempat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan yang Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis, edisi pertama, cetakan pertama. Jakarta: Bumi Aksara. Iramani, R.r. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Surabaya: Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Mamduh, Hanafi, M. 2005. Manajemen Keuangan, edisi 2004/2005, cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan, edisi keempat, cetakan kedelapan. Yogyakarta: Liberty. Prihadi. 2009. Analisis Rasio Keuangan, edisi kedua, cetakan kedua. Jakarta: PPM. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi keempat, cetakan ketujuh. Yogyakarta: BPFE.
Jurnal Ilmiah Pena
82
Volume 8 Tahun 2015
PENGARUH KOMPENSASI EKSTRINSIK TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. SERMANI STEEL DI KOTA MAKASSAR M. Taslim Dangnga 10
ABSTRAK Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompensasi ekstrinsik terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Sermani Steel di Kota Makassar. Secara parsial variabel X yang paling signifikan berpengaruh terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) adalah variabel bonus (X3) dimana nilai T hitungnya terbesar dari variabel lainnya yang diteliti serta nilai signifikansinya yang terkecil dari variabel lainnya. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa gaji mempunyai pengaruh negatif terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) dengan memperhatikan variabel X2 dan X3. Atau dengan kata lain terjadinya pengaruh gaji terhadap prestasi kerja karyawan harus didukung dengan faktor lainnya, yaitu variabel tunjangan (X2) dan variabel bonus (X3). Pengaruh yang positif menjelaskan bahwa semakin sering memperoleh bonus, maka semakin meningkatkan prestasi kerja karyawan. Sebaliknya semakin jarang memperoleh bonus, maka semakin menurun tingkat prestasi karyawan. Kata Kunci: Prestasi, Tunjangan, Bonus,
PENDAHULUAN Dalam perkembangan dunia usaha sekarang ini, khususnya pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang dituntut untuk dapat melaksanakan pembangunan di berbagai bidang agar dapat menopang perekonomiannya. Sejalan dengan itu partisipasi dunia usaha diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menunjang berbagai sektor pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini melaksanakan pembangunan pada berbagai sektor antara lain perdagangan dan industri.Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang didirikan baik itu perusahaan swasta, perusahaan asing maupun perusahaan milik pemerintah, serta dengan semakin berkembangnya perusahaan yang sudah lama beroperasi. Pada dasarnya setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya mengarah pada satu tujuan yaitu memperoleh laba semaksimal mungkin, dimana tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila perusahaan tersebut dapat beroperasi secara efektif dan efisien.Untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien maka sumber daya manusia sebagai salah satu fungsi penting harus ditingkatkan. Sumber daya manusia memegang peranan sentral dan paling menentukan di antara sumber daya yang tersedia dalam organisasi. Walaupun diakui bahwa aset-aset non10
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar
Jurnal Ilmiah Pena
83
Volume 8 Tahun 2015
manusia, termasuk alam, tetap memainkan peranan penting, tetapi tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maka semuanya hanya akan sia-sia. Salah satu bentuk kompensasi yang perlu dilakukan oleh perusahaan yaitu pemberian gaji yang sesuai dengan jobnya, pemberian upah lembur, bonus, tunjangan-tunjangan serta pengupayaan kenaikan gaji untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang semakin meningkat dan bentuk-bentuk pemberian balas jasa lainnya yang dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian PT. Sermani Steel di dalam meningkatkan jumlah produksi dapat mencapai hasil yang maksimal, yang pada gilirannya pula dapat meningkatkan laba yang maksimal, sehingga perusahaan dapat tetap eksis di masa yang akan datang. Alasan-alasan inilah yang mendorong penulis untuk membahas tentang sistem pemberian kompensasi dan pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan pada PT. Sermani Steel di Kota Makassar. METODOLOGI A. Variabel dan Disain Penelitian 1. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel gaji (X 1), tunjangan (X2), dan bonus (X3). Sedangkan variabel terikatnya adalah variabel prestasi kerja (Y). 2 . Disain Penelitian Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk melihat dan menjelaskan penomena yang terjadi sehubungan dengan permasalahan yang dikaji, yaitu: pengaruh kompensasi ekstrinsik terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Sermani Steel di kota Makassar dengan model disain penelitian sebagai berikut: X1 X2
Y
X3
Gambar 10.2. Skema Disain Penelitian
B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Defenisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah sehingga didefenisikan secara operasional agar menjadi petunjuk dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Kompensasi adalah Pemberian yang diberikan atau diterima oleh karyawan sebagai balas jasa atas pekerjaannya dalam bentuk financial. b. Kompensasi Ekstrinsik adalah balas jasa dalam bentuk finansial yang diberikan atau diterima oleh karyawan PT. Sermani Steel di kota Makassar.
Jurnal Ilmiah Pena
84
Volume 8 Tahun 2015
c. Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. d. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati pembayarannya. e. Bonus adalah pemberian atas balas jasa yang diberikan oleh seseorang karena melakukan pekerjaan diluar jam kerja yang ditentukan atu melebihi dari target yang ditetapkan. f. Tunjangan adalah balas jasa yang diberikan kepada seseorang diluar dari gaji pokoknya yang dinilai berdasarkan jabatan stuktural. g. Prestasi kerja Karyawan adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan PT. Sermani Steel di kota Makassar. 2. Indikator Variabel Penelitian Adapun indikator variabel penelitian adalah sebagai berikut: a. Kualitas kerja Merupakan suatu hasil kerja yang ditunjukkan karyawan pada perusahaan tempat ia bekerja. b. Kuantitas kerja Merupakan suatu hasil kerja yang ditunjukkan karyawan dalam arti jumlah hasil pekerjaan secara berdaya guna dan berhasil guna. c. Sikap Sikap merupakan suatu tingkah laku yang ditunjukkan karyawan yang pada umumnya melekat pada pribadi sesorang, sehingga antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya mempunyai perbedaan. d. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga ia mampu bertindak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela dan mau mengikuti keinginannya untuk mencapai suatu tujuan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dengan demikian yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Sermani Steel di kota Makassar sebanyak 132 orang. 2. Sampel Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Solvin yang dikutip Sevilla dalam Husein Umar (1999:49) sebagai berikut : n = N/ (N. e2 + 1) Dimana : n = Ukuran sample N = Ukuran populasi e = Persentase (%) kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang masih ditolerir. Dalam penelitian ini diketahui jumlah populasi karyawan sebanyak 132; sedangkan besarnya nilai e ditetapkan sebesar 10% mengingat sampel yang diteliti cukup
Jurnal Ilmiah Pena
85
Volume 8 Tahun 2015
homogen, maka setelah dihitung didapatkan hasil jumlah responden sebanyak 57 orang. D. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Angket, yaitu membuat daftar pertanyaan tertulis model skala likert. Angket ini kemudian dibagikan kepada masing-masing responden yang terpilih. Tujuannya untuk menjaring data (memperoleh informasi) tentang pemberian kompensasi dan prestasi kerja karyawan. 2. Dokumentasi, yaitu usaha untuk memperoleh data melalui pencatatan dari sejumlah dokumen atau bukti-bukti tertulis yang resmi dan dapat dipertanggung jawabkan, yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. E. Teknik Analisis Data Penelitian ini mengemukakan 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu : 1. Variabel kompensasi ekstrinsik yang merupakan variabel bebas (X) yang terdiri dari : a. Gaji (X1) b. Tunjangan (X2) c. Bonus (X3) 2. Variabel prestasi kerja karyawan PT. Sermani Steel di kota Makassar. merupakan variabel terikat (Y) Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam pembahasan ini, maka penulis mengggunakan metode regresi berganda sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1992:348) dengan menggunakan program komputer untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing unsur atau variabel dengan cara sebagai berikut : Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 dimana : Y = Prestasi Kerja X1 = Gaji X2 = Tunjangan X3 = Bonus a0, a1, a2 : Parameter yang diukur”. Berdasarkan hasil perhitungan dari model analisis tersebut di atas, maka dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN Syarat signifikansi pengaruh veriabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) berdasarkan uji F dimana jika memenuhi syarat signifikansi, yaitu : bahwa jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel dan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari α : 0,05, maka dinyatakan variabel bebas (X) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika nilai F hitung lebih kecil dari F tabel dan nilai signifikansinya lebih besar dari α : 0,05, maka dinyatakan bahwa variabel bebas (X) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y). Jurnal Ilmiah Pena
86
Volume 8 Tahun 2015
Secara simultan semua variabel X mempunyia pengaruh terhadap variabel Y, sebagaimana ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 2,805 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,76. Selanjutnya nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,048 merupakan angka yang lebih kecil dari nilai α : 0,05. Berdasarkan kedua indikator tersebut, maka variabel X secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel Y. Hasil analisis uji F tersebut di atas menunjukkan bahwa semua variabel X secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y). Secara matematis pengaruh secara simultan atau bersama-sama dapat dijelaskan melalui persamaan regresi berganda sebagai berikut Y = 19,652 - 0,315 X1 + 0,979 X2 + 1,885 X3. Dengan memperhatikan nilai signifikan dari masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka pengaruh secara simultan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Variabel gaji (X1) Dari hasil analisis menunjukkan bahwa gaji mempunyai pengaruh negatif terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) dengan memperhatikan variabel X2 dan X3. Atau dengan kata lain terjadinya pengaruh gaji terhadap prestasi kerja karyawan harus didukung dengan faktor lainnya, yaitu variabel tunjangan (X2) dan variabel bonus (X3). Pengaruh yang negatif menjelaskan bahwa semakin besar gaji karyawan, maka semakin menurun prestasi kerjanya. Sebaliknya semakin rendah tingkat gaji karyawan, maka semakin tinggi tingkat prestasinya. Dengan demikian tingginya gaji tidak dapat dijadikan ukuran dalam meningkatkan prestasi kerja. Hal ini disebabkan karena jumlah gaji yang diterima karyawan merupakan suatu ketentuan yang berlaku rutin setiap bulannya, sehingga tidak memberikan respon positif terhadap prestasi kerjanya, tetapi sebaliknya hanya memberikan respon negatif. Selain itu kenaikan gaji karyawan sangat jarang terjadi kecuali jika terjadi kenaikan golongan atau jabatan. b. Variabel Tunjangan (X2) Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tunjangan (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) dengan memperhatikan variabel X1 dan X3. Pada persamaan regresi berganda tersebut menunjukkan bahwa variabel tunjangan (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) yang berarti bahwa semakin besar tunjangan karyawan, maka semakin tinggi prestasi kerja karyawan, dan sebaliknya semakin rendah tunjangan karyawan, maka semakin rendah prestasi kerjanya. Tunjangan biasanya berbeda antara karyawan yang memiliki golongan yang sama. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan masa kerja. Berbeda dengan gaji pokok sama pada golongan yang sama. Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Selain itu biasanya ada perlakuan khusus dari pimpinan berdasar pada pengalaman kerjanya.
Jurnal Ilmiah Pena
87
Volume 8 Tahun 2015
c. Variabel Bonus (X3) Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bonus mempunyai pengaruh positif terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) dengan memperhatikan variabel X1 dan X2. Atau dengan kata lain bahwa bonus mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja karyawan karena didukung oleh faktor lainnya. Pengaruh yang positif menjelaskan bahwa semakin sering memperoleh bonus, maka semakin meningkatkan prestasi kerja karyawan. Sebaliknya semakin jarang memperoleh bonus, maka semakin menurun tingkat prestasi karyawan. Bonus biasanya diberikan pimpinan kepada karyawan yang memiliki kelebihan, baik kelebihan jumlah jam kerja maupun kualitas pekerjaan, dan lain-lain secara perorangan atau ke-lompok kerja. sehingga dapat berdampak pada peningkatan prestasi kerja karyawan. besarnya pengaruh variabel kompensasi ekstrinsik (X) secara simultan terhadap variabel prestasi kerja (Y) sebesar 0,370 atau 37%, sedangkan sisanya sebesar 63% berasal dari pengaruh variabel lain yang tidak diteliti. Uji T bertujuan untuk menjelaskan pengaruh setiap variabel X secara parsial atau sendiri–sendiri terhadap variabel Y. Berdasarkan hasil uji T menunjukkan bahwa terdapat satu variabel X yang tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel Y, yaitu : variabel gaji (X1) dimana besarnya nilai T hitung untuk variabel X1 sebesar -0,698 lebih kecil dari nilai T tabel sebesar 1,671. Selain itu nilai signifikansinya lebih besar dari α : 0,05, yaitu 0,488. Dengan demikian untuk variabel gaji (X1) tidak layak untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis pengaruh parsial variabel X terhadap variabel Y diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut. Y = 19,652 - 0,315 X1 + 0,979 X2 + 1,885 X3. Persamaan tersebut di atas menjelaskan bahwa variabel X1 mempunyai pengaruh yang negatif terhadap variabel Y, sedangkan variabel X2 dan X3 mempunyai pengaruh positif terhadap variabel Y. Berdasarkan nilai T hitung dan nilai signifikansi menunjukkan bahwa variabel X1 atau gaji tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel Y, dimana T hitung lebih kecil dari T tabel dan nilai signifikansinya lebih besar dari α : 0,05 sehingga tidak layak untuk dianalisis. Selanjutnya variabel tunjangan (X2) mempunyai pengaruh yang positif secara parsial terhadap Y, dimana nilai T hitungnya sebesar 2,089 lebih besar dari nilai T tabel sebesar 1,671. Selain itu nilai signifikansinya diperoleh hasil pada tabel tersebut di atas sebesar 0,042 dimana lebih kecil dari nilai signifikansi α : 0,05. Demikian halnya dengan variabel bonus (X3) mempunyai pengaruh yang positif secara parsial terhadap Y, dimana nilai T hitungnya sebesar 2,530 lebih besar dari nilai T tabel sebesar 1,671. Selain itu nilai signifikansinya diperoleh hasil pada tabel tersebut di atas sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai signifikansi α : 0,05. Dari semua variabel X yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap variabel prestasi kerja karyawan adalah variabel bonus (X3) dimana nilai T hitungnya (2,530) yang paling besar dari variabel X1 dan X2. Selain itu nilai signifikansi variabel X3 memiliki nilai yang paling kecil dari variabel X1 dan X2, yaitu sebesar 0,14.
Jurnal Ilmiah Pena
88
Volume 8 Tahun 2015
SIMPULAN Berdasarkan masalah pokok serta hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan atau bersama-sama, variabel bebas X, yaitu gaji, tunjangan, dan bonus mempunyai pengaruh terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) ditunjukkan dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel serta nilai probabilitanya lebih kecil dari α : 0,05. 2. Kontribusi pengaruh (R-Square) variabel bebas X secara simultan atau bersama-sama terhadap prestasi kerja karyawan (Y) adalah sebesar 37%, sedangkan sisanya yaitu 63% berasal dari pengaruh variabel lainnya yang tidak diteliti. 3. Secara Parsial variabel bebas X yang tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi kerja adalah variabel gaji (X1) dimana nilai T hitungnya lebih kecil dari nilai T tabel serta nilai probabilitanya lebih besar dari α : 0,05. 4. Secara parsial variabel X yang paling signifikan berpengaruh terhadap variabel prestasi kerja karyawan (Y) adalah variabel bonus (X3) dimana nilai T hitungnya terbesar dari variabel lainnya yang diteliti serta nilai signifikansinya yang terkecil dari variabel lainnya. DAFTAR PUSTAKA Algifari, 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi Pertama BPFE Yogyakarta. penyelesaian tugas (X4) dan variabel kebebasan (X6). Arikunto, Suharsimi. 1999.Porsedur penelitian (suatu pendekatan prakatik).Jakarta: Rineka Cipta. Dharma, Agus. 1991 Manajemen prestasi kerja.Jarta: Rajawali press. Hadi, Sutrisno. 1988.Metodologi Reseach.Yogyakarta:Fakultas Psikologi UGM. Hadiwirya, B.Siswanto sastra, DR.1998.Manajemen tenaga krja.Jakarta: Rajawali Press. Hasibuan Malayu S.P, 1994, Manajemensumber daya manusia, Jakarta: IPWI. Husnan, Suad dan Heidj Rahman.1990. Manajemen personalia, edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Manullang, M.2001.Manajemen sumber daya manusia.Yogyakarta: BPFE. Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. Moekijat, Drs. 1995.Administrasi kepegawaian negara.Jakarta: CV.Maju Mundur. Nawawi, H.Hadari. 2001.Manajemen sumber daya manusia untuk bisnis yang kompentitif.Yogyakarta: Gadjah Mada University press. Sigiyono. 1999.Metode penelitian bisnis.Bandung: Alfabeta. Sikula, Andrew F. 1981.Personnel administration and human resources administration. New york: Gadjah Mada University Press. Simamora, Henry, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta Sudjana, nana.1992.Metode statistik.Bandung: Tarsito. Wahyudi, Bambang. 1992.Manajemen sunber daya manusia. Bandung: Erisco.
Jurnal Ilmiah Pena
89
Volume 8 Tahun 2015