PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL PBL YANG DIPADU DENGAN TGT UNTUK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MALANG PADA MATERI SISTEM EKSKRESI (KD 3.9 & 4.10)
Agusta Rizky Kartika Putri, Triastono Imam Prasetyo, Nursasi Handayani Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Malang Email:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan TGT di SMA Negeri 8 Malang. Secara lebih rinci, penelitian ini untuk (1) menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen penilaian pada materi sistem ekskresi, (2) mengetahui tingkat kevalidan, kepraktisan, keefektifan perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan TGT pada sistem ekskresi. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. Penelitian dilakukan hanya dalam tiga tahapan yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), dan develop (pengembangan). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perangkat pembelajaran memiliki persentase kevalidan sebesar 96,06% dengan kriteria sangat valid, persentase kepraktisan sebesar 91,34% dengan kriteria sangat praktis, dan persentase keefektifan sebesar 86,11% dengan kriteria efektif. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dinyatakan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran Biologi untuk siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi. Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, PBL, TGT, sistem ekskresi ABSTRACT: This study aimed to complement the PBL models learning tool combined with TGT models in SMA Negeri 8 Malang. In more detail, this study to (1) the products with the learning tools consisting of Syllabus, Learning Implementation Plan (RPP), Student Worksheet (LKS), and assessment tools on the material excretion system, (2) determine the level of validity, practicality, effectiveness of the PBL model learning tool combined with TGT on the excretory system. This study uses a model of research and development of the 4-D developed by Thiagarajan, et al. The study just conducted in three phases, namely define, design, and develop. Based on the results of this study indicate that the validity of the learning device has a percentage of 96.06% with a very valid criteria, practicality percentage of 91.34% with a very practical criteria, and the percentage of effectiveness of 86,11% with a effective criteria. Learning tools developed in this study are feasible for use in the learning process for students of class XI Biology at the material excretory system. Keywords: development, learning tools, PBL, TGT, excretory system
Perencanaan pembelajaran merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Penyusunan perangkat pembelajaran juga harus disesuaikan dengan proporsi yang sudah tertera di dalam Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi dan Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses serta Permendikbud No. 66 tentang Standar Penilaian. Ketiga
1
Permendikbud tersebut telah memaparkan ketentuan apa saja yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan perangkat pembelajaran, sehingga perangkat pembelajaran yang telah disusun dapat sesuai dengan permintaan pada Kurikulum 2013 dan tujuan pendidikan dapat tercapai. SMA Negeri 8 Malang adalah salah satu sekolah di kota Malang yang telah menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014 yang lalu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu guru Biologi kelas XI pada tanggal 22 Desember 2015, proses pembelajaran Biologi materi sistem ekskresi di SMA Negeri 8 Malang telah menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Guru tersebut menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran PBL tersebut nampaknya belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Proses pembelajaran masih didominasi dengan metode ceramah. Tingkat ketuntasan materi ekskresi juga belum maksimal ditandai dengan persentase ketuntasan belajar klasikal dalam materi sistem ekskresi pada tahun sebelumnya adalah sebesar 78%. Ketuntasan belajar klasikal menurut Permendikbud tahun 2013 adalah sebesar 85%. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 siswa kelas XII yang telah menempuh materi sistem ekskresi juga menjelaskan bahwa jika dalam kerja kelompok beberapa siswa masih cenderung mengandalkan anggota kelompoknya yang lain. Minat siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru juga rendah. Alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah adanya pengembangan perangkat pembelajaran Biologi model PBL yang dipadu dengan model pembelajaan lain agar siswa dapat tetap termotivasi selama kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar peserta nantinya juga akan meningkat. PBL (Problem Based Learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 2004). TGT (Team Games Tournament ) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement (penguatan). Para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuannya di dalam model pembelajaran ini. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya (Slavin, 2008). Siswa akan menikmati bagaimana suasana turnamen itu dan arena mereka berkompetisi dengan kelompok-kelompok yang memiliki komposisi kemampuan yang setara, maka kompetisi dalam TGT terasa lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran-pembelajaran tradisional pada umumnya (Huda, 2011). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Kiranawati, 2007). Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan pedoman, alat dan media yang digunakan guru dan digunakan bersama peserta didik dalam pembelajaraan di
2
kelas. Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP, LKS dan instrumen penilaian. METODE Pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Sivasailam Thiagarajan., et all pada tahun 1974. Model pengembangan 4-D terbagi menjadi 4 tahap yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini dibatasi hingga tahap Develop karena adanya keterbatasan waktu penelitian dan biaya. Tahap pertama yaitu pendefinisian (define), tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Pada tahap ini ada lima langkah yang harus dilakukan yaitu 1) front-end analysis, dilakukan dengan mengkaji masalah yang nantinya akan dibuat sebagai latar belakang dalam pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini, 2) learner analysis, dilakukan dengan menganalisis permasalahan yang dialami oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran, selain itu juga dilakukan identifikasi karakteristik siswa yang bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang relevan, 3) task analysis, dilakukan dengan menganalisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi minimal, 4) concept analysis, dilakukan dengan mengidentifikasi konsep pokok dari materi yang akan dijabarkan, 5) specifying instructional objectives, dilakukan dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk mengkonversi hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tahap kedua yaitu perancangan (design), tahap ini merupakan tahap untuk mendesain rancangan perangkat pembelajaran. Langkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut: 1) constructing criterion-referenced test, dilakukan peneliti dengan mengkonversi tujuan perilaku menjadi garis besar untuk perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan, 2) media selection, dilakukan peneliti untuk pemilihan media yang tepat dan sesuai dengan isi materi pembelajaran yaitu sistem ekskresi, 3) format selection, dilakukan peneliti untuk memilih format yang berhubungan dengan pemilihan media, 4) initial design, rancangan awal didasarkan pada media dan format yang telah dipilih dan diaplikasikan dalam bentuk draf produk yang akan dikembangkan. Tahap ketiga yaitu pengembangan (develop), bertujuan untuk memodifikasi perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Umpan balik tahapan ini diperoleh dari evaluasi perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah penilaian ahli (expert appraisal) dan uji coba produk (developmental testing). Penilaian ahli dilakukan oleh tiga validator yaitu validator ahli pendidikan (Dra. Sunarmi, M.Pd), validator ahli materi (Dr. Sri Rahayu, M.Si) dan validator praktisi lapangan (Dra. Liliek Triani, M.KPd). Setelah produk pengembangan selesai maka langkah selanjutnya yaitu uji coba produk. Pada tahap ini ada 2 uji yang akan dilakukan yaitu uji kepraktisan oleh siswa dan observer kemudian dilakukan juga uji keefektifan oleh siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN
3
Data hasil penelitian pengembangan ini diperoleh dari analisis kebutuhan pada tahapan define dan uji kevalidan, uji kepraktisan, serta uji keefektifan pada tahapan develop. Tahapan define ini dilakukan melalui kegiatan wawancara baik terhadap guru maupun siswa dan menelaah dokumen silabus 2013 beserta RPP yang dibuat oleh guru. Tahapan ini dibagi lagi menjadi lima langkah, yaitu front-end analysis, learner analysis, task analysis, concept analysis, dan specifying instructional objectives. Hasil langkah front-end analysis dapat diperoleh informasi bahwa masih terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru dalam mengajarkan materi sistem ekskresi pada tahun sebelumnya. Model pembelajaran yang digunakah oleh guru sudah menggunakan model pembelajaran PBL, namun nampaknya penerapan model pembelajaran tersebut belum terlaksana dengan baik. Proses pembelajaran masih didominasi dengan metode ceramah. Tingkat ketuntasan belajar klasikal siswa pada materi sistem ekskresi adalah sebesar 78% dari ketuntasan klasikal yaitu sebesar 85%. Hasil langkah learner analysis dapat diketahui bahwa peran aktif siswa selama proses kegiatan pembelajaran di kelas masih kurang aktif, berbeda dengan pada saat siswa melakukan pembelajaran di laboratorim. Siswa lebih suka ditunjuk untuk menjawab pertanyaan daripada mereka yang menjawab langsung pertanyaan yang diajukan guru. Hasil langkah task analysis dapat diketahui bahwa kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah KD 3.9 dan KD 4.10. Hasil langkah concept analysis dapat diidentifikasi konsep pokok yang terdapat dalam materi sistem ekskresi. Konsep pokok dari sistem ekskresi adalah konsep tentang struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi, mekanisme proses ekskresi, serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem ekskresi. Hasil langkah specifying instructional objectives dapat dianalis tujuan pembelajaran dari materi sistem ekskresi adalah sebagai berikut, (1) siswa mampu mendeskripsikan organ yang terdapat dalam sistem ekskresi manusia, (2) siswa mampu menjelaskan fungsi bagian organ dalam sistem ekskresi manusia, (3) siswa mampu menjelaskan proses pembentukan zat ekskresi pada manusia, (4) siswa mampu menganalisis hubungan antara struktur organ ekskresi dengan proses ekskresi pada manusia, dan (5) siswa mampu menganalisis gangguan fungsi pada sistem ekskresi manusia. Data pada tahapan develop ini diperoleh dari uji kevalidan, uji kepraktisan dan uji keefektifan. Pada langkah expert appraisal, perangkat pembelajaran akan divalidasi dan menghasilkan data kuantitatif berupa skor dan data kualitatif berupa komentar dan saran. Perangkat pembelajaran akan direvisi berdasarkan komentar dan saran dari validator akan digunakan sebagai uji coba untuk kelompok besar yaitu siswa kelas XI MIA 5 SMA Negeri 8 Malang. Pada langkah development testing, dilakukan uji coba produk di kelas XI MIA 5 SMA Negeri 8 Malang yang bertujuan untuk menguji kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan menguji keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Kepraktisan perangkat pembelajaran dapat diketahui dari angket respon siswa dan lembar observasi keterlaksanaan proses pembelajaran Biologi dengan model PBL yang dipadu dengan TGT. Keefektifan perangkat pembelajaran dapat diketahui berdasarkan hasil belajar siswa dari uji kompetensi yang dilakukan oleh siswa.
4
Uji Kevalidan Analisis data tahapan develop pada langkah expert appraisal dilakukan dengan menggunakan rata-rata analisis skor hasil validasi produk yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, dan LKS. Ringkasan analisis rata-rata skor hasil validasi silabus akan dijelaskan pada Tabel 1 Tabel 1. Ringkasan Rata-Rata Skor Hasil Validasi Silabus No. Aspek Penilaian Rerata Tiap Aspek (%) 1. Prinsip Pengembangan 96,71 2. Kelayakan Isi 95,37 3. Tata Bahasa 100 4. Manfaat 87,5 Validitas (%) 94,90 Kriteria Sangat Valid
Tabel 1 menunjukkan bahwa rerata dari keseluruhan aspek sebesar 94,90% dengan kriteria sangat valid. Kriteria validitas tiap aspek secara umum menunjukkan kriteria sangat valid. Validitas tertinggi penilaian silabus terdapat pada aspek tata bahasa yaitu sebesar 100%, kemudian aspek prinsip pengembangan sebesar 96,71%, aspek kelayakan isi sebesar 95,37%, dan yang terakhir aspek manfaat yaitu sebesar 87,5%. Berdasarkan kriteria validitas tersebut, silabus masih tetap dilakukan revisi berdasarkan komentar dan saran dari validator baik dari validator ahli pendidikan maupun validator praktisi lapangan. Ringkasan analisis rata-rata skor hasil validasi RPP akan dijelaskan pada Tabel 2 Tabel 2. Ringkasan Analisis Rata-Rata Skor Hasil Validasi RPP No. Aspek Penilaian Rerata Tiap Aspek (%) 1. Prinsip Pengembangan 95,83 2. Kelayakan Isi 93,13 3. Tata Bahasa 100 4. Manfaat 100 Validitas (%) 97,24 Kriteria Sangat Valid
Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata dari keseluruhan aspek sebesar 97,24% dengan kriteria sangat valid. Kriteria validitas tiap aspek secara umum menunjukkan kriteria sangat valid. Validitas tertinggi penilaian RPP terdapat pada aspek tata bahasa dan manfaat yaitu sebesar 100%, kemudian aspek prinsip pengembangan sebesar 95,83% dan yang terakhir aspek kelayakan isi sebesar 93,13%. Berdasarkan kriteria validitas tersebut, RPP masih tetap dilakukan revisi berdasarkan komentar dan saran dari validator baik dari validator ahli pendidikan maupun validator praktisi lapangan.
5
Ringkasan analisis rata-rata skor hasil validasi LKS akan dijelaskan pada Tabel 3 Tabel 3. Ringkasan Analisis Rata-Rata Skor Hasil Validasi LKS No. Aspek Penilaian Rerata Tiap Aspek (%) 1. Prinsip Pengembangan 91,67 2. Kelayakan Isi 98,22 3. Tata Bahasa 95,84 4. Tampilan 94,44 5. Manfaat 100 Validitas (%) 96,03 Kriteria Sangat Valid
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata dari keseluruhan aspek sebesar 96,03% dengan kriteria sangat valid. Kriteria validitas tiap aspek secara umum menunjukkan kriteria sangat valid. Validitas tertinggi penilaian LKS terdapat pada aspek manfaat yaitu sebesar 100%, kemudian aspek kelayakan isi sebesar 98,22%, tata bahasa sebesar 95,84%, aspek tampilan sebesar 94,44%, dan yang terakhir aspek prinsip pengembangan sebesar 91,67%. Berdasarkan kriteria validitas tersebut, LKS masih tetap dilakukan revisi berdasarkan komentar dan saran dari validator baik dari validator ahli pendidikan, ahli materi, maupun validator praktisi lapangan. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator terhadap pengembangan perangkat pembelajaran model PBL dipadu TGT untuk siswa kelas XI SMA pada materi sistem ekskresi diperoleh hasil analisis data untuk validasi silabus yaitu sebesar 94,90%, RPP yaitu sebesar 97,24%, LKS yaitu sebesar 96,03%, sehingga rerata total nilai validitas perangkat pembelajaran adalah sebesar 96,06% dengan kriteria sangat valid. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut layak untuk diujicobakan kepada kelompok besar yaitu siswa dalam satu kelas. Uji Kepraktisan Analisis data tahapan develop pada langkah develop testing dilakukan dengan menggunakan rata-rata analisis skor hasil uji kepraktisan dan uji keefektifan terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Ringkasan analisis rata-rata skor hasil uji kepraktisan oleh siswa dapat dilihat pada Tabel 4 dan ringkasan analisis rata-rata skor hasil uji kepraktisan oleh observer dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Ringkasan Analisis Data Hasil Uji Kepraktisan oleh Siswa No. Aspek yang dinilai Rerata tiap aspek (%) 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 88,21 2. Proses Pembelajaran 89,58 Rerata (%) 88,90 Kriteria Sangat Praktis
Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata hasil uji kepraktisan penggunaan bahan ajar berupa LKS adalah sebesar 88,90% dengan kriteria sangat praktis. Berdasarkan kriteria tersebut, bahan ajar yang dikembangkan (LKS) telah
6
memenuhi kriteria yang meliputi kemenarikan dan kemudahan perangkat pembelajaran untuk digunakan dan dipahami. Tabel 5. Ringkasan Analisis Data Hasil Uji Kepraktisan oleh Observer Rerata tiap Aspek (%) Pertemuan ke No. Aspek yang dinilai 1 2 3 4 1. Kegiatan awal 87,5 95,83 91,67 95,83 2. Kegiatan inti 94,79 91,67 90,63 89,98 3. Kegiatan penutup 95,83 100 100 91,67 Rerata tiap pertemuan (%) 92,71 95,83 94,1 92,49 Rerata total (%) 93,78 Kriteria Sangat Praktis
Tabel 5 menunjukkan bahwa rerata total hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran adalah sebesar 93,78% dengan kriteria sangat praktis. Rerata hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebesar 92,71 % dengan kriteria sangat praktis. Rerata hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua adalah sebesar 95,83 % dengan kriteria sangat praktis. Berdasarkan hasil rerata observasi keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan rerata sebesar 3,12%. Rerata hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran adalah sebesar 94,1% pada pertemuan ketiga, dengan kriteria sangat praktis. Rerata hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan keempat adalah sebesar 92,49 % dengan kriteria sangat praktis. Berdasarkan hasil rerata observasi keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga dan keempat mengalami penurunan rerata yaitu sebesar 1,61%. Berdasarkan hasil ujicoba produk perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan tentang uji kepraktisan yang dilakukan oleh siswa diperoleh hasil rerata nilai kepraktisan oleh siswa adalah 88,90%. Sedangkan rerata nilai kepraktisan oleh observer adalah 93,78%. Rerata total hasil uji kepraktisan oleh siswa dan observer adalah sebesar 91,34% dengan kriteria sangat praktis. Uji Keefektifan Uji Keefektifan diketahui dari jumlah siswa yang mencapai KKM, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK)
= =
π ππ π€π π¦πππ ππππππππ πΎπΎπ π‘ππ‘ππ ππ’πππ β π ππ π€π 31 Γ 100% 36
Γ 100%
= 86,11%
Ringkasan ketuntasan belajar klasikal siswa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Persentase (%) Sebelum Perlakuan
Rerata
Materi Sistem Ekskresi Tahun 2014/2015
78%
7
Persentase (%) Sesudah Perlakuan Materi Sistem Ekskresi Tahun 2015/2016
Rerata 86,11%
Tabel 6 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa pada materi sistem ekskresi di tahun 2014/2015 adalah sebesar 78%, sedangkan ketuntasan belajar klasikal siswa pada materi sistem ekskresi di tahun 2015/2016 setelah dilakukan penelitian adalah sebesar 86,11%. Berdasarkan perbandingan dari kedua persentase tersebut, dapat diketahui bahwa tejadi kenaikan persentase yaitu sebesar 8,11%. Peningkatan persentase tersebut, mengindikasikan bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa memiliki kriteria efektif. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan tentang pengembangan perangkat model PBL yang dipadu TGT dapat disimpulkan bahwa: 1) hasil validasi perangkat pembelajaran model PBL dipadu TGT yang dikembangkan memiliki persentase kevalidan sebesar 96,06% dengan kriteria sangat valid, 2) hasil uji kepraktisan menunjukkan persentase kepraktisan sebesar 91,34% dengan kriteria sangat praktis, 3) hasil uji keefektifan menunjukkan persentase keefektifan sebesar 86,11% dengan kriteria efektif, 4) perangkat pembelajaran model PBL dipadu TGT yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa melalui kegiatan pemecahan masalah dan turnamen akademik Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1) pemanfaatan perangkat pembelajaran model PBL dipadu TGT perlu memperhatikan sintaks perpaduan model PBL dan TGT, tujuan pembelajaran, dan alokasi waktu yang ada pada silabus maupun RPP secara cermat sebelum melakukan proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, 2) produk yang dihasilkan hendaknya dilakukan penyebaran agar perangkat pembelajaran dapat diketahui dan bermanfaat, 3) produk yang dihasilkan hendaknya diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di seluruh kelas XI dalam satu sekolah, 4) perpaduan model pembelajaran yang digunakan bisa lebih divariasi lagi. DAFTAR RUJUKAN Arends, R. 2004. Learning to Teach, Sixth Edition. New York: McGrawHill. Arifin, Z. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Huda, M. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kiranawati. 2007. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). (Online), 20 (2): 156-162, (http://gurupkn.wordpress.com/ 2007/11/13/metode-team-games-tournament-tgt//), diakses 22 Desember 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 64 Tahun 2013 tentangStandar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online), (http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendikbud%20N o%2064%20Tahun%202013.pdf.), diakses 22 Desember 2015
8
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online), (http://bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2009/06/03.-A.-Salinan-Permendikbud-No.-65-th2013-ttg-Standar-Proses.pdf.), diakses 22 Desember 2015 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online), (http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/04.-B.-SalinanLampiran-Permendikbud-No.-66-th-2013-tentang-StandarPenilaian.pdf.), diakses 22 Desember 2015. Slavin, R. 2008.Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media. Thiagarajan, et all. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.
9