PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA ADABIAH PADANG TESIS
Oleh: MEGASYANI ANAPERTA NIM 11102
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
ABSTRACT MEGASYANI ANAPERTA. 2011. Learning-oriented Development Tools Contextual Teaching and Learning (CTL) in the Material Temperature and the Heat of the Class X Adabiah High School Padang. Thesis. Graduate Program, Padang State University. The research was based on the issues raised in the field, especially in Adabiahhigh school, to improve the quality of learning Physics High School (SMA), by designing a learning device. Learning device is an important factor in the learning process and lead students to gain learning experience. The purpose of this study to produce a device-oriented teaching high school Physics Contextual Teaching and Learning (CTL) are valid, practical and effective. This type of research is the development research by using 4D models (Four-D Model). Stages of the research is defenition (Define), design (Design), development (Development) and deployment (Dessimination). Stage do not disseminate. Penggumpulan data was validation and testing of learning tools are developed. The design of learning tools that have been designed and validated by two experts and practitioners 2orang and trials are limited in high school to find out praticality in Adabiah Padang and effectiveness developed. Results of research conducted found that the device-oriented high school learning Contextual Teaching and Learning (CTL) that includes Learning Implementation Plan, Hand outs, and Student Activity Sheets are in the category of very valid. Value based on the observation sheet and practicality practicality of the draft questionnaire by teachers in high school Adabiah practical categorized. Effectiveness of cognitive learning outcomes with an average of 78 and psychomotor domains in Adabiah high school with an average of 90. The results of the analysis indicate that the observation of activity students develop effective learning device. This research resulted in device-oriented approach to learning physics Contextual Teachinng and Leraning (CTL) on the material temperature and the Heat of the X-class Adabiah high school very valid, practical and effective.
i
ABSTRAK MEGASYANI ANAPERTA. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berdasarkan dari permasalahan yang terjadi di lapangan khususnya di SMA Adabiah, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan cara merancang perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran Fisika SMA berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) yang valid, praktis dan efektif. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4D (Four-D Model). Tahapan penelitian adalah pendefenisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop) dan penyebaran (Dessimination). Tahap disseminate tidak dilakukan. Penggumpulan data dilakukan dengan validasi dan uji coba perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Rancangan perangkat pembelajaran yang telah didesain kemudian divalidasi oleh 2 orang pakar dan 2 orang praktisi dan uji coba secara terbatas di SMA Adabiah Padang untuk mengetahui praktikalitas dan efektifitas yang dikembangkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perangkat pembelajaran SMA berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Hand out, dan Lembar Kegiatan Siswa berada dalam kategori sangat valid. Nilai kepraktisan berdasarkan lembar observasi dan angket kepraktisan rancangan oleh guru di SMA Adabiah dikategori praktis. Efektifitas dari hasil belajar ranah kognitif dengan rata-rata 78 dan ranah psikomotor di SMA Adabiah dengan rata-rata 90. Hasil analisis obsevasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dikembangkan efektif. Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran Fisika berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Suhu dan Kalor kelas X SMA Adabiah yang sangat valid, praktis dan efektif.
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun diperguruan tinggi lainnya 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasi orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Agustus 2011 Saya yang menyatakan
Megasyani Anaperta Nim. 11102
v
KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan hanya bagi Allah SWT yang Maha memiliki ilmu dan Maha luas ilmu-Nya yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian. Salawat serta salam tidak lupa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Proposal penelitian berjudul “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang’’. Penelitian ini diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Magister Pendidikan di Program Studi
Teknologi
Pendidikan,
konsentrasi
Pendidikan
Fisika,
Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Padang. Penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan saran, dan bantuan dari berbgai pihak. Oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Ratnawulan, M.Si, sebagai pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Lufri, M.S, sebagai pembimbing II yang telah membimbing penulis hingga selesainya pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Bapak Dr. Hamdi,
M.Si, sebagai kontributor dan validator serta Bapak
Dr. Yulkifli. S.Pd.M.Si dan Dr. Wakhinuddin, M.Pd, sebagai kontributor dan penguji. 3. Prof. Dr. Mukhaiyar selaku Direktur Program Pascasarjana, beserta Asisten Direktur I dan Asisten Direktur II, Dr Yuni Ahda, M.Si, selaku Ketua Program
vi
Studi Teknologi Pendidikan, Kepala Bagian Tata Usaha beserta Staf yang telah memberikan pelayanan dan berbagai kemudahan dalam penyelesaian administrasi perkuliahan. 4. Bapak Dr. Usmeldi, M.Pd, sebagai validator. 5. Bapak Drs. Akhiar, S.Pd, MM, selaku Kepala Sekolah SMA Adabiah Padang beserta siswa dan staf pengajar. 6. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Tahun masuk 2008. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian lain. Mudahmudahan berkah dan hidayah selalu senantiasa terlimpah pada kita semua. Amin.
Padang, Agustus 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT . .......................................................................................................... i ABSTRAK ... .. ....................................................................................................... ii PERSETUJUAN AKHIR . .................................................................................... iii PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING . ........................................................ iv SURAT PERNYATAAN . ......................................................................................v KATA PENGANTAR ............................................................................................vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL . ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN . ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ..............................................................................1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 8 C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 9 D. Perumusan Masalah .................................................................................. 10 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 11 G. Produk Spesifik ..........................................................................................11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika di SMA ..................................................................... 13
viii
B. Pendekakatan Konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)………………………………………………………………… .....15 C. Perangkat Pembelajaran..............................................................................24 a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)......................................... 25 b. Lembar Kerja Siswa (LKS)................................................................. 26 c. Bahan Ajar (Hand Out) ........................................................................27 D. Kualitas Pengembangan Perangkat Pembelajaran ......................................28 E. Penelitian yang Relevan …………. ...........................................................31 F. Kerangka Berpikir ……. ............................................................................32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 34 B. Rancangan Pengembangan ....................................................................... 34 C. Subjek Uji Coba ........................................................................................ 41 D. Definisi Operasional ................................................................................. 42 E. Instrumen Penelitian. ..................................................................................42 F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................45 G. Teknik Analisis Data . ................................................................................45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data dan Hasil Pengembangan. .....................................................51 B. Pembahasan . ..............................................................................................73 C. Keterbatasan Penelitian . ............................................................................77 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan…...………………………………………………………….78
ix
B. Implikasi………………………………………………………………….78 C. Saran ……………………………………………………………………..80 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81
x
DAFTAR TABEL Tabel 1. Kategori validasi perangkat pembelajaran. ....................................46 2. Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran. .............................47 3. Kategori efektifitas perangkat pembelajaran. ................................50 4. Daftar nama validator. ....................................................................56 5. Hasil validasi perangkat pembelajaran...........................................57 6. Hasil Validasi Komponen RPP. .....................................................58 7. Hasil Validasi RPP . ......................................................................59 8. Hasil Validasi Hand Out. ...............................................................61 9. Hasil Validasi LKS. .......................................................................62 10. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Umum.............64 11. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus. ...........65 12. Hasil angket respon guru terhadap Perangkat Pembelajaran. ........66 13. Hasil angket respon siswa terhadap Hand Out dan LKS. ..............67 14. Hasil observasi aktivitas siswa di kelas. ........................................69 15. Hasil analisis ranah kognitif. ..........................................................70 16. Hasil analisis ranah psikomotor. ....................................................71
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman 1. Kerangka Berfikir .........................................................................33 2. Diagram Rancangan Pengembangan Perangkat Pembelajaran ......36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Lembar validasi RPP. .................................................................................82 2. Lembar validasi Hand Out. ........................................................................92 3. Lembar validasi LKS. ................................................................................96 4. Lembar validasi angket kepraktisan rancangan guru. ..............................101 5. Lembar validasi angket kepraktisan rancangan siswa. ............................103 6. Rekapitulasi validasi perangkat pembelajaran.. .......................................105 7. Lembar observasi aktivitas siswa. ............................................................107 8. Lembar hasil belajar ranah psikomotor. ...................................................109 9. Lembar hasil angket respon guru. ............................................................111 10. Lembar hasil angket respon siswa............................................................113 11. Observasi aktivitas siswa. ........................................................................115 12. Hasil belajar ranah kognitif. .....................................................................118 13. Hasil belajar ranah psikomotor. ...............................................................119 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.. ......................................................120 15. Hand Out. .................................................................................................166 16. Lembar Kerja Siswa. ................................................................................190 17. Evaluasi.. ..................................................................................................201 18. Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP...................................................208 19. Surat Izin. .................................................................................................210
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri sebagai makhluk hidup di alam ini. Proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Siswa dalam memahami alam sekitar secara ilmiah melalui penggunaan, pengembangan keterampilan proses, sikap ilmiah dan bukan cara menghafal konsep atau fakta-fakta. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari jawaban atas pertanyaan kenapa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam dapat terjadi. Disamping itu fisika juga merupakan bidang ilmu yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hampir semua aspek kehidupan berhubungan dengan ilmu fisika. Ilmu fisika memberikan masukan yang sangat besar bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Teknologi informasi memanfaatkan ilmu fisika sebagai dasar perkembangannya. Seorang arsitek, astronom, ahli nuklir, dokter, ahli antariksa tidak akan mampu mengembangkan ilmunya jika tidak menguasai fisika. Perkembangan teknologi informasi juga didasari oleh ilmu fisika. Dalam hal ini jelas bahwa fisika memegang peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan suatu bangsa. Mengingat besarnya peranan dan kontribusi fisika dalam kehidupan manusia dan perkembangan teknologi, maka seharusnyalah fisika menjadi
1
2
pelajaran yang menarik, menyenangkan dan mampu mengembangkan kreativitas siswa. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa antusias dan tidak merasa bosan selama belajar. Pembelajaran yang menantang akan memacu kreativitas siswa. Ini penting untuk menyiapkan sumber daya manusia indonesia yang bermutu dan siap bersaing di dunia global. Berbagai
usaha
telah
dilakukan
oleh
pemerintah
dalam
upaya
meningkatkan mutu pendidikan seperti melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru, sertifikasi guru, peningkatan manajemen pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat secara signifikan. Fenomena di lapangan khususnya di SMA Adabiah menunjukan bahwa kebanyakan siswa kurang menyenangi mata pelajaran fisika, dan siswa beranggapan fisika adalah mata pelajaran yang sulit, tidak menarik, abstrak, sarat dengan rumus matematika yang sulit untuk di mengerti. Akibatnya fisika menjadi pelajaran yang dijauhi oleh siswa di kelas. Siswa tidak memiliki kemauan yang keras untuk mempelajari fisika, enggan untuk belajar, takut untuk bertanya, merasa malu dan serba salah. Fisika menjadi pelajaran yang sulit dan abstrak dipelajari diduga karena pembelajaran fisika kurang menghubungkan dengan contoh manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman mengajar dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap rekan-rekan sesama guru dan siswa SMA Adabiah diperoleh bahwa metode ceramah merupakan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran fisika, siswa hanya menerima informasi dari guru. Akibatnya, siswa tidak menemukan
3
pengetahuan, ide dan informasi melalui usaha sendiri. Menyebabkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah karena siswa tidak tertarik dengan model pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Gejala ini terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada materi suhu dan kalor yang dapat diamati dari nilai rata-rata hasil ujian harian sekolah mata pelajaran fisika SMA Adabiah tahun ajaran 2008/2009 semester genap kelas X1 adalah 4,53 dengan banyak 48 siswa, kelas X2 adalah 4,72 dengan banyak 49 siswa dan kelas X3 adalah 5,59 dengan banyak 47 siswa. Dari data yang di atas dapat dilihat nilai ujian harian fisika masih rendah dan masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 62. Rendahnya hasil belajar fisika tersebut salah satu penyebabnya adalah lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep suhu dan kalor. Dampak dari pengembangan pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada konsep-konsep yang terdapat dalam buku, tidak mengkondisikan siswa untuk mengkonstruksi konsep sendiri sehingga siswa tidak terlibat dalam penemuan informasi. Guru juga masih banyak yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk memilih dan mengaplikasikan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kegairahan, keaktivitas, dan motivasi belajar siswa. Tantangan saat ini
adalah bagaimana membangkitkan respon
positif dari siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa mulai menerima fisika sebagai pelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Salah satu upaya adalah mengaitkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari.
4
Materi Suhu dan Kalor merupakan salah satu materi pada mata pelajaran fisika yang dapat diperoleh siswa dari pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang diperoleh adalah dalam bentuk kemampuan bernalar menggunakan berbagai konsep fisika dan memperoleh pengalaman belajar melalui kerja ilmiah. Dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menganalisis, sehingga dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang mampu membantu siswa lebih cepat memahami materi pelajaran. Materi Suhu dan Kalor memiliki standar kompetensi
menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada
berbagai perubahan energi. Kompetensi dasar menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Indikator yang
ingin dicapai dalam
pembelajaran yakni: 1) Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suatu zat/benda. 2) Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda (pemuaian). 3) Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda. 4) Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi. 5) Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi. 6) Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi. 7) Mendeskripsikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas. 8) Menerapkan asas Black dalam peristiwa pertukaran kalor. Pemilihan dan penggunaan perangkat pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam mengarahkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Cara guru mengajar sangat terkait dengan penggunaan Hand Out dan pengunaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan bagaimana siswa belajar sangat terkait dengan penggunaan Hand
5
Out dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Perangkat pembelajaran yang tersedia selama ini memiliki beberapa kelemahan sehingga guru menjadi tidak maksimal dalam proses pembelajaran Pada pembuatan Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru
cenderung tidak memaparkan kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Hal ini sering kali menjadi kendala bagi guru dalam memberikan batasan materi serta kesesuaian penyajian materi dengan waktu yang tersedia. Dengan tidak jelasnya skenario pembelajaran menyebabkan guru tidak mempunyai rancangan tertentu dalam menyusun strategi jitu untuk merangsang dan meningkatkan keaktifan berfikir siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selama ini Hand Out yang digunakan menyebabkan siswa sering kali menghafal konsep-konsep tanpa adanya proses untuk memperoleh konsep-konsep tersebut sehingga siswa tidak tersedia menemukan sendiri pengetahuan dari pengalaman yang siswa miliki secara proses ilmiah. Selain itu terdapat perbedaan indikator pada Hand Out dan LKS, sehingga pada saat mengerjakan LKS siswa menjadi kebingungan karena ada beberapa materi yang tidak terdapat di Hand Out. Uraian dari contoh-contoh yang terdapat dalam Hand Out terkadang tidak sesuai dengan indikator. Selain itu Hand Out juga jarang menampilkan contohcontoh dalam kehidupan sehari-hari serta ilustrasi gambar yang ditampilkan tidak mampu menjelaskan konsep. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang ada tidak melatih keterampilan proses ilmiah siswa dan cenderung menyebabkan siswa tidak menjadi kreatif. Disebabkan pola penyusunan LKS tidak menunjang sistem pembelajaran yang
6
berpusat pada siswa aktif. LKS juga tidak mengundang keingintahuan siswa lebih lanjut. Salah satu strategi pebelajaran yang dianggap cocok dalam pengembangan perangkat pembelajaran dan dianggap mampu dalam meningkatkan pengalaman siswa terhadap konsep materi yang dipelajarinya adalah pendekatan pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Wina (2006) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep CTL ini diharapkan siswa mampu memahami konsep suhu dan kalor yang benar, sehingga bermakna bagi siswa. Belajar akan bermakna jika siswa “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya. Dengan berlangsungnya proses pembelajaran secara ilmiah dalam bentuk kegiastan siswa yang bekerja dan mengalami sendiri, diharapkan transfer pengetahuan dari guru ke siswa dapat digantikan dengan proses pembelajaran secara aktif. Dalam pembelajaran berorientasi CTL, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada menyampaikan informasi. Guru dan siswa menjadi sebuah tim dalam mengelola kelas yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru, baik dalam bentuk pengetahuan maupun dalam bentuk keterampilan. Agar proses pembelajaran dengan CTL dapat terlaksana dengan baik, maka siswa perlu tahu apa makna belajar, apa manfaat belajar dan bagaimana mencapainya. Siswa harus
7
memiliki kesadaran bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya dikemudian hari. Untuk memberi pemahaman tersebut kepada siswa, tidak terlepas dari peranan guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Penelitian
ini
sudah
diujicobakan
oleh
Romelia
(2007)
dalam
penelitiannya yang berjudul ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Pelajaran Kimia pada Materi Sistem Koloid Kelas XI SMA, menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berorientasi CTL untuk pelajaran kimia pada materi koloid di kelas XI SMA sudah valid menurut sudut pandang pakar, guru dan siswa, serta praktis dari sudut pandang guru dan siswa namun kelemahan yang ditemui adalah banyaknya indikator yang harus diamati, sementara pengamat pembelajaran hanya dua orang sehingga pengamatan yang diperlukan kurang efektif karena terdiri 40 siswa, terutama mengenai aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran maupun saat melakukan percobaan LKS tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Segala alat dan bahan yang digunakan selama proses pembelajaran berlansung tidak disediakan sekolah. Sementara itu, Romelia (2007) menyarankan selama ujicoba berlangsung, sebaiknya peneliti bertindak dalam satu peran, yaitu sebagai guru saja atau sebagai pengamat saja. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh untuk instrument penelitian tidak bias. Syafrial (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Pekanbaru”, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
8
Learning (CTL) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional, namun kelemahan yang ditemui ketersediaan media dan dana untuk pengadaan media pembelajaran relative terbatas, sedangkan sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL mengharuskan siswa untuk melakukan kontak langsung dengan sumber materi (media). Dalam pembelajaran CTL siswa didorong untuk belajar sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator, realitanya pembelajaran tetap konvensional, karena siswa hanya diberi tugas belajar sendiri dan gurunya santai, sehingga hanya meringankan guru dan memberatkan siswa. Berdasarkan uraian diatas
maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam belajar fisika dengan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Hand Out, RPP, LKS dan alat evaluasi. Dengan mempedomani penelitian terdahulu untuk mengurangi permasalahan yang akan terjadi agar peniliti berusaha lebih baik. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang’’.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran sebagai berikut : 1. Perangkat pembelajaran yang diberikan di sekolah belum memperlihatkan keterampilan proses melalui kegiatan proses ilmiah
9
2. Perangkat
pembelajaran
yang
digunakan
guru
dalam
pelaksanaan
pembelajaran Suhu dan Kalor belum berorientasi suatu pendekatan. 3. Siswa kurang didorong untuk menumbuhkan sikap ilmiah melalui proses ilmiah. Sehingga, proses pembelajaran didalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. 4. Penyajian materi pembelajaran fisika yang dilakukan masih berpusat pada guru serta tidak mengkondisikan siswa untuk mengkonstruksi konsep sendiri. 5. Banyak kompetensi yang dicapai tetapi kurang ketuntasannya dalam mencapai kompetensi tersebut. 6. Kreatifitas guru dalam mengembangkan perangkat pebelajaan masih rendah. 7. Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran masih rendah.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti dibatasi pada permasalah berikut: 1. Keterbatasan perangkat pembelajaran yang mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mata pelajaran fisika pada Suhu dan Kalor. 2. Dalam penelitian ini akan dikembangkan
perangkat pembelajaran fisika
berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk materi suhu dan kalor yang praktis dan mudah dimengerti.
10
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan
masalah yang
dikemukakan adalah: 1. Bagaimanakah validitas, praktikalitas dan efektifitas perangkat pembelajaran fisika SMA Adabiah kelas X pada materi Suhu dan Kalor semester II berorientasi CTL? 2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dalam materi Suhu dan Kalor kelas X SMA Adabiah.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, Hand Out, dan LKS dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang valid, praktis dan efektif pada pembelajaran fisika untuk materi Suhu dan Kalor dengan kompetensi dasar mendeskripsikan peran suhu dan kalor dalam suatu benda serta perananya dalam kehidupan sehari-hari di kelas X SMA Adabiah Padang. 2. Mengetahui validitas, praktikalitas dan keefektifan perangkat pembelajaran fisika SMA kelas X SMA Adabiah pada materi Suhu dan Kalor berorientasi Contextual Teaching and Learning.
11
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai contoh perangkat pembelajaran fisika untuk materi fisika lain. 2. Memberi tambahan pengetahuan, pengalaman bagi peneliti sebagai bekal nantinya dalam mengajar dengan menggunakan mendekatan pembelajaran CTL 3. Sebagai salah satu alternatif bagi guru fisika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika sesuai dengan tuntutan KTSP pada mata pelajaran fisika.
G. Produk Spesifik Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini yaitu perangkat pembelajaran yang berupa RPP, Hand Out, LKS dan alat evaluasi untuk materi suhu dan kalor dalam pembelajaran fisika. Adapun ciri-ciri khusus dari perangkat pembelajaran berorientasi CTL yang dikembangkan adalah: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggambarkan secara jelas ciri khas dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Suhu dan Kalor pendekatan ini ditandai dengan adanya tujuh komponen pokok dalam proses pembelajaran, yaitu: konsruktivisme (Constructivisme),
menemukan
(Inquiri),
bertanya
(Questioning),
masyarakat belajar (Learning communite), permodelan (Modelling),
12
refleksi
(Reflection)
dan
penilaian
yang
sebenarnya
(Authentic
assessment). Dari ketujuh komponen CTL tersebut siswa diharapkan memperoleh pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman, sehingga telibat dalam penemuan informasi. 2. Hand Out Hand Out memberikan ringkasan materi yang memudahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep Suhu dan Kalor. Hand out diawali dengan pengaitan materi yang akan dipelajari dengan dunia siswa secara nyata. Uraian materi, bagian rumus penting atau inti materi ditulis dalam sebuah kotak berwarna sebagai penekanan materi kepada siswa, gambar-gambar berwarna yang sangat menarik dan memudahkan siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan, diakhiri materi diberikan rangkuman yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan materi yang dipelajari. 3. Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) diawali dengan pengaitan materi yang akan dipelajari dengan dunia siswa secara nyata, tujuan siswa diarahkan untuk melakukan percobaan LKS juga berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, serta percobaan-percobaan yang dapat meningkatkan ketrampilan proses ilmiah siswa.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Fisika SMA Fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang mempelajari gejalagejala alam, yang dan segala sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari. Sebagai salah satu mata pelajaran sains pembelajaran fisika memiliki dua dimensi, yaitu fisika sebagai sebuah materi belajar dan belajar fisika sebagai sebuah proses berpikir ilmiah. Sesuai dengan yang dinyatakan Depdiknas (2003) bahwa: Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Kutipan ini mensiratkan bahwa pembelajaran fisika menuntut intelektualitas dan kreativitas yang relatif tinggi dari peserta didik yang mempelajarinya. Selain itu, setelah mempelajari fisika, selain memiliki kemampuan akademis, peserta didik dituntut memiliki keterampilan melalui belajar penemuan. Mempelajari fisika memberikan banyak sekali manfaat kepada siswa di SMA. Ada banyak hal yang dapat diperoleh siswa setelah mempelajari fisika, seperti bekal ilmu kepada siswa, dan menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan
mempelajari fisika siswa diharapkan
memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk
memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. 13
14
Menurut Depdiknas (2007) tujuan pembelajaran Fisika di SMA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain 3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif 5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran Fisika yang dihendaki adalah pembelajaran yang diarahkan pada kegitan-kegiatan yang mendorong peserta didik belajar secara aktif baik fisik, mental, intelektual maupun sosial. Siswa diharapkan memahami konsepkonsep fisika tanpa mengabaikan hakikat fisika itu sendiri. Siswa dapat memahami manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari tentang pembelajaran fisika yang mereka terima di kelas Proses belajar mengajar merupakan dua pengertian yang berbeda namun merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Belajar merupakan aktifitas peserta didik dalam mengumpulkan pengalamanpengalaman dan ilmu pengetahuan, perlu diarahkan dan dibimbing. Mengajar merupakan kegiatan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik yang sedang belajar. Dalam hal ini guru merupakan salah satu
15
komponen yang terkait delam memberikan pengarahan, bimbingan dan menstranfer ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam kurikulum yang berlaku. Keaktifitas peserta didik dalam menemukan pola dan struktur fisika, akan memahami konsep dan teorema lebih baik, ingat lebih lama dan mampu mengaplikasikan ke situasi yang lain.
B. Pendekatan Konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Selanjutnya tentang pendekatan ini, Nurhadi (2003) menyebutkan “proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan memahami, guru bukannya hanya sekedar menstranfer pengetahuannya kepada siswa, tetapi lebih mementingkan strategi pembelajarannya daripada hasil. Dengan demikian, melalui pendekatan ini pembelajaran tidak akan didominasi oleh guru/berpusat pada guru, tetapi sebaliknya siswalah yang akan beraktivitas lebih banyak dari guru. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, karena merekalah yang mencari sumber belajar, informasi, serta menganalisis informasi-
16
informasi yang diperoleh, baik secara sendiri-sendiri maupun mendiskusikan secara berkelompok. Dengan pendekatan CTL, peran guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan ‘menemukan sendiri’. Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam pembelajaran kontrektual seperti dikemukakan Nana (2008) sebagai berikut: 1.
Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri, mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar melalui perbuatan.
2.
Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja.
3.
Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan berarti bagi dirinya maupun orang lain, membuat pilihan, memberikan hasil tampak maupun tak tampak.
4.
Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berpikir kritis, kreatif, melakukan analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat keputusan menggunakan logika dan fakta-fakta.
5.
Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain, berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi
17
Menurut Blanchard dalam (Depdiknas, 2007) ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilitian otentik. Dengan memperhatikan pendapat-pendapat para ahli tentang pembelajaran dengan pendekatan konstektual, menurut penulis pembelajaran ini menekankan pada berpikir tingkat tinggi, pengaitan dan penggunaan antar lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan informasi data dari berbagai sumber, sehingga pembelajaran konstektual diduga akan meningkatkan kemampuan koneksi untuk menemukan makna pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan keunggulan tersebut, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL. Pada hakekatnya pembelajaran menurut aliran CTL merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan suatu konsep dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka. CTL menekankan pada berfikir tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, pengumpulan, penganalisisan, pengsintesisan informasi dari berbagai sumber titik pandang. Menurut Nurhadi (2003) pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
18
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Melalui CTL pembelajaran dikaitkan dengan konteks lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah memahami isi pelajaran, Mengaitkan isi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa akan membuat pembelajaran lebih bermakna, karena siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Pola pembelajaran CTL dengan berbagai kegiatannya menyebabkan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Jika siswa termotivasi, diharapkan merasa aktif untuk belajar, baik di kelas, di luar kelas, maupun di rumah. Dengan demikian siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala kosong, tetapi sudah mempunyai bekal awal yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan dipelajarinya. Diharapkan semua ini memberi dampak positif terhadap hasil belajar siswa sekaligus meningkatkan mutu belajar siswa. Menurut Depdiknas (2007) untuk penerapan, pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), asyarakat Belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
19
1. Kontruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan kontekstual dimana menurut pandangan ini pengetahuan didapat oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui kontek yang terbatas atau sempit. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan kemampuan untuk bergelut dengan ide-ide yang dapat digeneralisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu tugas guru adalah memfalitasi proses tersebut dengan hal-hal sebagai berikut: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri. Menurut Romelia (2007) Prosedur pembelajaran konstruktivisme meliputi beberapa hal berikut: 1) Carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pelajaran. 2) Biarkan siswa mengemukakan gagasannya dulu. 3) Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan aktivitas siswa dengan hasil dari proses pembelajaran. 4) Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses pembelajaran. 5) Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar. 6) Carilah gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya atau sebelum siswa mempelajarinya gagasan-gagasan yang ada dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya. 7) Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan dan reformulasi gagasan sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya.
20
8) Gunakanlah masalah yang didefenisikan oleh siswa sesuai minatnya dan dampak yang ditimbulkannya. 9) Gunakanlah sumber lokal (manusia dan benda) sebagai sumbersumber informasi asli yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah. 10) Libatkan siswa dalam mencari dan memecahkan masalah yang ada dalam kenyataannya. 2. Menemukan (Inquiri) Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan konstektual yang artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil menghafal materi yang sudah ada, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Untuk kepentingan menemukan ini siswa dapat melakukan kegiatan: Observasi
(observation),
bertanya
(questioning),
mengajukan
dugaan
hipotesis, pengumpulan data (data gathering) dan penyimpulan (conclussion) 1) Diawali
dengan
kegiatan
pengamatan
dalam
rangka
untuk
memahami suatu konsep. 2) Siklus yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisis dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama teman lainnya. 3) Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis. 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berorientasi CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong,
21
membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran guna menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Dan sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik 2) Mengecek pemahaman siswa 3) Membangkitkan respon pada siswa 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6) Memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang lambat. Masyarakat belajar bila terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Kegiatan saling belajar bila terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan
22
dalam komunikasi. Pembelajaran dengan teknik “learning community” sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran dapat terlihat dari: 1) Pembentukan kelompok kecil 2) Pembentukan kelompok besar 3) Mendatangkan ahli ke kelas 4) Bekerja dengan kelas sederajat 5) Bekerja kelompok dengan kelas diatasya 6) Bekerja dengan masyarakat 5. Pemodelan (Modelling) Kelompok CTL selanjutnya adalah pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru di pelajaran atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kepedulian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diberikan pada akhir pembelajaran, guru mengsisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: 1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari ini 2) Catatan atau jurnal dibuku siswa
23
3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini 4) Hasil karya 7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment memberikan
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
gambaran
perkembangan
belajar
siswa.
Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar, karena assessment menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun diluar kelas itulah yang disebut data authentic. Karakteristik authentic assessment yaitu: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back Kelebihan CTL adalah 1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan ril. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode
24
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. Kelemahan CTL adalah 1) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
C. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan segala alat dan bahan yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Lembar Kerja
25
Siswa ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu: (1) analisis, (2) perencanaan, (3) perancangan, dan (4) pengembangan perangkat pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditentukan oleh Depdiknas. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang mengambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Depdiknas, 2007). RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum, yang pengembangannya harus dilakukan secara professional. Langkah-langkah perencanaan RPP adalah sebagai berikut: 1. Mengisi kolom identitas. 2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. 3. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun. 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditemukan. 5. Megindenfikasi materi ajar berdasarkan materi pokok yang terdapat dalam silabus. 6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
26
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 8. Menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan. 9. Penyusunan kriteria penilaian.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Depdikbud (1995), LKS merupakan salah satu bentuk Hand Out. LKS merupakan materi Hand Out yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar itu secara mandiri. LKS berasal dari terjemahan student work sheet yang merupakan suatu lembaran (bukan buku) yang berisi pedoman bagi siswa melakukan kegiatan yang terprogram. Sementara itu menurut Elida (2003), LKS adalah sarana untuk menyampaikan konsep kepada siswa baik secara individual maupun kelompok kecil yang berisi petunjuk untuk melakukan berbagai kegiatan. LKS hendaknya ditulis secara sederhana dan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa. LKS juga perlu dilengkapi dengan cara penggunaannya. LKS didesain sedemikian rupa sehingga dalam siswa dapat menggunakannya secara terstruktur dan mandiri dalam rangka menemukan sendiri
konsep-konsep
fisika.
LKS
dapat
membantu
guru
dalam
mengoptimalkan tercapainya hasil belajar dan meningkatkan ketertiban dan aktivitas siswa. Dalam penggunaanya LKS dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. Menurut Prayitno (LKS)
27
eksperimen
biasanya
digunakan
untuk
membimbing
siswa
dalam
berpraktikum dan menentukan konsep dengan bekerja ilmiah. Sedangkan LKS non eksperimen biasa digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi hambatan proses belajar mengajar, misalnya sekolah tidak memiliki peralatan yang memadai untuk kegiatan laboratorium sehingga perlu adanya diskusi diantara siswa untuk menemukan satu konsep yang disajikan dalam bentuk kegiatan kelas, dapat dalam bentuk diskusi kelompok. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembaran kegiatan harus berisi petunjuk. Struktur Lembar Kerja siswa (LKS) secara umum adalah sebagai berikut: 1) judul, mata pelajaran, semester, tempat, 2) petunjuk belajar, 3) kompetensi yang akan dicapai, 4) indikator, 5) informasi pendukung, 6) tugas-tugas dan langkah kerja, 7) penelitian. c. Hand Out Hand Out merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Menurut Depdiknas (2008) “Hand Out adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik”. Ballstaedt dalam Depdiknas (2008) mengemukakan bahwa dua fungsi Hand Out yaitu: (1) membatu pendengar agar tidak perlu mencatat dan (2) pendamping penjelasan penceramah. Agar sebuah Hand Out dapat digunakan dalam sebuah pembelajaran maka Hand Out haruslah ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti. Hand Out
28
yang baik dilengkapi dengan gambar-gambar menarik beserta keterangannya yang sesuai dengan isi Hand Out. Lebih lanjut Hand Out pelajaran haruslah berisi ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar sesuai KD yang harus dicapai peserta didik.
D. Kualitas Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kualitas produk/hasil pengembangan suatu perangkat pembelajaran menurut Muliyardi (2006) dapat ditentukan berdasarkan validity (kevalidan), practicality (kepraktisan) dan effectiveness (keefektifan). Validitas suatu perangkat pembelajaran berkaitan dengan validitas isi dan validitas konstruksi. Menurut Muliyardi (2006), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu (a) Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan (b) Apakah terdapat konsistensi secara internal. Untuk aspek kepraktisan, Muliyardi (2006) mengatakan bahwa perangkat pembelajaran dikatakan praktis bila terdapat konsistensi antara
harapan dan
penilaian, serta harapan dan operasional. Untuk aspek keefektifan perangkat pembelajaran ditentukan bila terdapat konsistensi antara harapan dan perolehan. Menurut Ahmad (2002), kualitas produk/hasil pengembangan pendidikan (model pembelajaran) dapat ditentukan berdasarkan Validity (kevalidan), practicality (kepraktisan), dan effectiveness (keefektifan). 1.
Kriteria valid Istilah valid dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini didasarkan pada kriteria yamg dikembangkan oleh beberapa orang pakar,
29
diantaranya Nieveen (1999), dalam Ottevager(2001) mengemukakan ”Validity refer to the use of state of the knowlidge in designing prototypes and internal consistency of the material, i, e all componen’s of the itended curriculum(e.g.subject material, skill, attitudes, pedagogy, assesment) are connected in a coherent and logical way”. Sedang Ahmad (2002) menjelaskan “Validity refer to the extent that the design of the intervention should in clude” state of the art knowledge”(content validity) and the various components of the intervention as appealing and usable in normal condition” . Dari pendapat di atas dikemukakan bahwa validitas mengacu kepada pengembangan alur belajar dan teori belajar yang dikembangkan meliputi validitas isi (Content Validity) dan validitas konstruksi (Construct Validity). “Validitas isi” berkenaan dengan isi dan format dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Sedang “validitas konstruksi berkenaan dengan konstruksi atau struktur dan karakteristik dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Model
pembelajaran
mempunyai
kriteria
yang
valid
bila
menggambarkan kurikulum harapan, yaitu komponen-komponen dari perangkat pembelajaran menunjukkan validitas isi dan validitas konstruksi. Dalam menentukan validitas isi, ada beberapa pertanyaan yang harus dikemukan diantaranya adalah apakah materi yang disajikan berorientasi CTL mendukung pembelajaran tentang materi Suhu dan Kalor siswa kelas X SMA Adabiah.
30
2. Kriteria praktis Istilah praktis (practical) juga mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh pakar, diantaranya Nieveen, dalam Ottevager (2001) mengemukakan “Practicallty of
Support Materials thus implies that
materials should meet Theneed, wishes and Contextuall constrain of the member Teacher”. Ahmad (2002) menjelaskan “Practically refer to the extent that user (teacher and pupil) and other expert consider the intervention as appealing and usable innormal condition” . Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kondisi model
perangkat pembelajaran mempunyai aspek kepraktisan bila terdapat harapan dan penilaian, serta harapan dan operasional. Dengan demikian kriteria praktis mengacu pada pertanyaan untuk mendapatkan respon siswa dan guru terhadap
praktikalitas
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan.
Instrument ini diisi oleh siswa dan guru setelah mengikuti proses pembelajaran. 3. Kriteria efektif Untuk aspek efektivitas Nieveen (1999) dan Ahmad (2002), bahwa kurikulum (model pembelajaran) bila terdapat konsistensi antara harapan dan pengalaman, serta harapan dan perolehan.
31
Dengan demikian pendapat Nieveen (1999) dan Ahmad (2002) ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu model pembelajaran. Ketiga kriteria adalah valid, praktis, dan efektif. Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah kurikulum atau model yang dikembangkan berdasarkan pada rasional teoritik yang kuat, (2) apakah terdapat konsistensi secara internal. Aspek kepraktisan dipenuhi, jika: (1) ahli dari praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan, (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan memang dapat dikembangkan. Untuk aspek efektitivitas menurut Nieveen (1999) dan Ahmad (2002), mengajukan dua indikator yaitu: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya mengatakan model tersebut efektif, (2) dalam operasionalnya model tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan. Untuk menentukan kualitas CTL penulis mengacu pada pendapat yang dikemukakan Nieveen (1999) dan Ahmad (2002). Rincian dari kriteria yang harus dipenuhi diperlihatkan pada Bab III.
E. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan ini adalah: 1. Romelia Rusli (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Pelajaran Kimia pada Materi Sistem Koloid Kelas XI SMA”, menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berorientasi CTL untuk pelajaran kimia pada materi koloid di kelas XI SMA sudah valid
32
menurut sudut pandang pakar, guru dan siswa, serta praktis dari sudut pandang guru dan siswa. 2. Syafrial A (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Pekanbaru”, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan, maka peneliti melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi CTL dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang’’.
F. Kerangka Berpikir Pembelajaran
Fisika
dilaksanakan
bertujuan
untuk
menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Agar tujuan ini tercapai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut pembelajaran fisika di kelas lebih berorientasi kepada siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan pembelajaran berorientasi CTL. Pada pendekatan ini siswa dituntut mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika yang dituntut dalam KTSP. Untuk itu penulis mengembangkan perangkat pembelajara berorientasi CTL pada materi
33
Suhu dan Kalor, secara ringkas kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan diagram berikut: Masalah Pembelajaran Fisika di SMA Adabiah
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika berorientasi Contextual Teaching and Learning
validitas
Validitas isi
Praktikalitas
Validitas konstruksi
Peningkatan Aktivitas Belajar
Gambar 1: Kerangka berpikir
Efektifitas
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2008) metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Nana (2006) menyatakan bahwa “penelitian pengembangan adalah suatu proses dan langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada”. Selain itu, Sunarto (2005) menyatakan penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat atau strategi pembelajaran. Penelitian ini difokuskan pada materi Suhu dan Kalor. Ujicoba perangkat dilaksanakan di SMA Adabiah Padang pada semester II tahun pelajaran 2010/2011 sebagai uji coba terbatas pada siswa kelas X SMA Adabiah Padang. Subjek pada uji coba ini adalah siswa kelas X1.
B. Rancangan Pengembangan 1. Model pengembangan Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berorientasi CTL ini menggunakan model 4-D (four D model). Menurut Thiagarajan dkk 34
35
(dalam Trianto 2007) perancangan
(design),
tahap-tahap itu adalah pendefenisian (define), pengembangan
(develop)
dan
penyebaran
(disseminate). Penelitian ini hanya dilakukan pada tiga tahapan pertama saja. Ini dikarenakan untuk melakukan penyebaran dibutuhkan waktu yang panjang dan sekolah dalam jumlah yang besar. 2. Prosedur pengembangan Penelitian ini dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan alat evaluasi. Adapun langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran digambarkan seperti Gambar 2 berikut:
36
Analisis Kurikulum 2006 (KTSP) Pendefenisian Analisis Konsep
Analisis Siswa
Perancangan Perangkat Pembelajaran
Revisi
Perancangan
Validasi Oleh Pakar Dan Praktisi Tidak
Ya
Perangkat Pembelajaran Yang Valid
Uji Coba Coba Untuk Melihat Praktikalitas Dan Efektifitas
Pengembangan
Analisis Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran Yang Praktis Dan Efektif
Penyebaran Dan Pengadopsian
penyebaran
Gambar 2 Diagram Rancangan Pengembangan Perangkat Pembelajaran (dimodifikasi dari Trianto ,2009)
37
Langkah-langkah rancangan pengembangan perangkat pembelajaran dijelaskan sebagai berikut: a. Pendefenisian (define) Tahap ini bertujuan untuk mendefenisikan syarat-syarat pembelajaran dengan menganalisis tujuan pembelajaran. Pada tahap ini terdapat empat langkah kegiatan, yaitu: 1) Analisis konsep Pada tahap ini dilakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Sebelum
melakukan
pengembangan
perangkat
pembelajaran dilakukan analisis konsep-konsep penting yang sesuai dengan SK, KD dan indikator pada materi Suhu dan Kalor. Konsep ini meliputi: -
Pengertian suhu dan kalor
-
Pemuaian
-
Perubahan wujud benda
-
Perpindahan kalor
2) Analisis siswa Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui kharakteristik siswa. Kharakteristik ini meliputi: usia, motivasi belajar, latarbelakang pengetahuan siswa, kemampuan akademik, dan keterampilan sosial. Analisis terhadap siswa ini berpengaruh terhadap proses pemilihan dan pengembangan yang akan dilakukan agar sesuai dengan kharakteristik siswa. Pada mata pelajaran fisika, siswa banyak menggali potensi dan kemampuan untuk berkreasi serta
38
berinovasi untuk mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan kurikulum KTSP yang membuat siswa aktif. b. Perancangan (design) Tahap perancangan terdiri atas dua tahap yaitu: perancangan perangkat pembelajaran dan penyusunan instrument yang diperlukan dalam penelitian ini. Konsep pengembangan perangkat pembelajaan yang dirancang harus meliputi halhal sebagai berikut: 1) kesesuain materi dengan kurikulum, 2) pemilihan sumber belajar, 3) penentuan urutan proses pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan CTL. 4) kesesuain perangkat pembelajaran dan alokasi waktu yang tersedia, 5) tata bahasa yang digunakan, 6) cara penyajian materi, dan aspek lain yang penting dan mempengaruhi dalam pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL. Pada tahap ini dilakukan perancangan terhadap perangkat pembelajaran, berupa RPP, Hand Out, LKS, dan alat evaluasi yang berorientasi CTL Perangkat pembelajaran ini dirancang sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. 1) RPP menggunakan sintaks pendekatan CTL. Format penulisan ini sesuai dengan tuntunan permendiknas Nomor 41 tahun 2007 yang tertulis dalam buku panduan pengembangan RPP dari Depdiknas tahun 2008. 2) Hand Out dilakukan dengan menggunakan standar mutu panduan pengembangan dari Depdiknas 2008 yang meliputi: aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa yang berorientasi CTL.
39
3) Perancangan LKS dilakukan dengan memilih format yang sesuai dengan format LKS yang baik dan benar sesuai dengan syarat didaktik, konstruksi dan teknis berorientasi CTL. Dalam LKS ditampilkan kegiatan-kegiatan sederhana dengan memanfaatkan bahan yang mudah didapatkan. Dilengkapi dengan gambar-gambar dan soal-soal yang membimbing siswa untuk memahami konsep. Setelah ketiga tahap perancangan pada masing-masing perangkat yang dikembangkan selesai, dilakukan perencanaan awal secara keseluruhan. Perencanaan awal ini dilakukan dengan penulisan, penelaahan dan pengeditan perangkat pembelajaran yang disusun. c. Pengembangan (develop) Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Tahap pengembangan yang dimaksud meliputi: 1) Validasi perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru dan siswa terlebih dahulu divalidasi, yaitu validasi isi dan validasi konstruksi. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh pakar yang terdiri 2 orang dosen pascasarjana di UNP yaitu Dr. Hamdi, M.Si dan Dr. Usmeldi, M.Pd, serta 2 orang praktisi (guru) yang terdiri dari Desmalinda, M.Pd dan Islah Firsdaus, S.Si Perangkat pembelajaran yang sudah dirancang terlebih dahulu divalidasi. Validasi perangkat pembelajaan dilakukan oleh pakar dan
40
praktisi pendidikan sesuai dengan bidang kajiannya yang terdiri dari 4 (empat) orang yaitu 2 (dua) orang dosen Pasca sarjana fisika UNP dan 2 (dua) orang guru fisika SMA di Padang. Melalui proses validasi diperoleh masukan dari validator yang digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Dari hasil validasi tersebut dilakukan analisis. Jika hasil analisis menyatakan bahwa perangkat pembelajaran belum valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh perangkat pembelajaran yang valid. 2) Tahap Uji Praktikalitas Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian perangkat pembelajaran oleh
guru,
yaitu
melaksanakan
eksperimen
pengajaran
dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan penilaian
validator.
Perangkat
pembelajaran
dikatakan
memiliki
praktikalitas yang sangat tinggi apabila bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya.
Dalam
artian,
mudah
digunakan,
mudah
pemeriksaanya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas. Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas pada SMA Adabiah. Uji coba dilakukan pada kelas X. Praktikalitas diperoleh dari lembar observasi guru dan angket kepraktisan. Hasil observasi guru dan angket kepraktisan, data yang diperoleh kemudian ditentukan kategori kepraktisannya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
41
3) Tahap Uji Efektifitas Pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dibuat efektif untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa. Aspek efektifitas yang diamati dalam proses pembelajaran fisika yang menggunakan perangkat pembelajaran dengan berorientasi CTL dikelas ujicoba adalah hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah efektif. Hasil ranah kognitif diperolah dari hasil tes kognitif, kemudian di analisis sehingga diperoleh kategori hasil belajar berdasaran kriteria yang ditetapkan. Hasil belajar ranah psikomotor diperoleh dari lembar penilaian observer yang dilakukan oleh 1 orang observer. Data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dianalisis dengan menggunakan analisi deskriptif. Hasil ranah efektif diperoleh dari aktivitas siswa selama pembelajaran di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
C. Subjek Uji Coba Subjek untuk uji coba pengembangan perangkat pembelajaran pada materi Suhu dan Kalor adalah kelas X SMA Adabiah. Kriteria yang digunakan sebagai pemilihan sekolah uji coba adalah kondisi siswa yang sesuai dengan kebutuhan peneliti, lingkungan sekolah merupakan tempat peneliti mengajar sehingga mendukung keterlaksanaan penelitian dan umumnya guru yang mengajar belum membuat perangkat pembelajaran fisika berorientasi CTL.
42
D. Definisi Operasional 1. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah pengembangan yang dilakukan terhadap segala alat dan bahan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. 2. Validitasi perangkat pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pakar dan praktis untuk mendapatkan tingkat kevalidan dari perangkat pembelajaran. 3. Praktikalitas pembelajaran
pembelajaran untuk
adalah
mengetahui
kegiatan tingkat
ujicoba
perangkat
kepraktisan
perangkat
pembejaran. 4. Efektivitas perangkat pembelajaran, yaitu dampak atau pengaruh dari penggunaan perangkat pembelajaran terhadap aktivitas siswa di kelas.
E. Instrumen Penelitian Instrument penelitian yang dikembangkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Instrumen validasi
a.
Lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaan Lembar validasi ini berisi beberapa aspek penilaian yang terdiri
dari kesesuaian tujuan pembelajaran dengan materi, kesesuaian model pembelajaran dengan konsep yang diberikan, ketepatan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran, kesesuaian sumber, latihan/bahan pembelajaran dengan materi, kesesuaian urutan kegiatan pembelajaran dengan sintaks
43
pendekatan pembelajaran berorientasi CTL, ketepatan alokasi waktu yang disediakan, ketepatan pemilihan prosedur dan jenis penilaian, ketepatan alat penilaian dan kunci jawaban. Lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 1. b.
Lembar validasi Hand Out Lembar validasi ini berisikan beberapa aspek penilaian yang terdiri
dari kesesuain materi dengan kurikulum, kebenaran konsep dapat dipertangguangjawabkan, kesesuain uraian dan contoh dengan indikator, menampilkan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari, menyajikan permasalahan yang sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran berorientasi CTL. Ilustrasi pada gambar memudahkan pemahaman sehingga siswa mampu menentukan konsep sendiri, ketepatan istilahistilah yang digunakan, bahasa yang digunakan sederhana dan komunikatif. Lembar validasi hand out dapat dilihat pada Lampiran 2. c.
Lembar validasi Lembar Kerja Siswa Lembar validasi ini berisikan beberapa aspek penilaian yang terdiri
dari materi mengacu pada KTSP, dapat mengukur kemampuan siswa, kegiatan mendukung pemahaman konsep, kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, mempunyai identitas, misalnya mata pelajaran, kelas, topik yang dibahas, memiliki tujuan belajar yang jelas, sesuai dengan konsep yang dipelajari, menggunakan kalimat yang sederhana, jelas dan mudah dipahami, menunjang kelancaran keterlaksanaan pembelajaran, mendorong siswa belajar atau bekerja secara ilmiah,
44
memiliki kegaiatan yang sesuai dengan langkah kerja pembelajaran berorientasi CTL, menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD, format LKS menarik. Lembar validasi Lembar Kerja Siswa dapat dilihat pada lampiran 3. 2. Instrumen Kepraktisan Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data kepraktisan, instrumen ini terdiri dari: a. Angket kepraktisan rancangan oleh guru Angket kepraktisan rancangan oleh guru ini berisikan beberapa aspek penilian yang terdiri dari daya tarik, proses pengembangan, kemudahan penggunaan dan nilai ekonomis. Lembar validasi angket kepraktisan rancangan oleh guru dapat dilihat pada Lampiran 4. b.
Angket kepraktisan rancangan oleh siswa Angket respon siswa digunakan untuk mendapatkan respon
siswa
terhadap
praktikalitas
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan. Instrument ini diisi oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Lembar validasi angket kepraktisan rancangan oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 5. 3. Instrumen Keefektifan Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data efektif, yang terdiri dari: a.
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk menilai aktivitas dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran
45
berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh pengamat atau obsever. Pencatatannya dilakukan pada setiap langkah-langkah kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Contoh lembaran observer aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 7. b.
Lembaran test hasil belajar Data
yang
diperoleh
untuk
melihat
dampak
perangkat
pembelajaran yang dikembangkan terhadap hasil belajar siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik data yang akan diambil sebagai berikut: 1.
Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP dari pengamat/observer.
2.
Hasil pengamatan aktivitas siswa dan pengamatan hasil belajar siswa dari ranah psikomotor.
3.
Respon guru dan siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan setelah perangkat pembelajaran di ujicobakan.
4.
Tes hasil belajaran dari ranah kognitif.
G. Teknik Analisi Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan validasi, kepraktisan dan efektifitas perangkat pembelajaran Suhu dan Kalor berorientasi CTL.
46
a. Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran Analisis validasi isi dan konstruk menggunakan skala Likert berdasarkan lembar validasi, dengan langkah-langkah: 1. Penskoran untuk masing-masing digunakan skala Likert skor 1-4 dengan ketentuan: nilai 4 = sangat baik, nilai 3 = baik, nilai 2 = kurang, nilai 1 = sangat kurang. 2. Menjumlahkan skor tiap validator untuk seluruh indikator 3. Pemberian nilai validasi dengan cara: NV =
∑N X 100% N max
Keterangan: NV
= Nilai Validator
ΣN
= Skor yang diperoleh
Nmax
= Jumlah skor tertinggi (Suharsimi, 1999)
Kategori kevalidan menggunakan klasifikasi pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori validitas perangkat pembelajaran (%)
Kategori Tidak valid Kurang valid Cukup valid Valid Sangat valid (Riduwan, 2007)
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100
b. Analisis Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Data
untuk
praktikalitas
diperoleh
dari
lembar
observasi
keterlaksanaan RPP, angket respon guru dan siswa terhadap perangkat
47
pembelajaran
berorientasi
CTL.
Data
keterlaksanaan
perangkat
pembelajaran fisika berorientasi CTL yang dikumpulkan berupa skala Likert. Penskoran untuk skala Likert 1-4 dengan ketentuan: nilai 1 = tidak melaksanakan, nilai 2 = melaksanakan, tapi tidak sesuai dengan rencana, nilai 3 = melaksanakan kurang sesuai dengan rencana, nilai 4 = melaksanakan sesuai rencana. Data angket respon siswa dan guru yang dikumpulkan berupa skala Likert 1-4 dengan ketentuan: nilai 1 = sangat tidak setuju, nilai 2 = tidak setuju, nilai 3 = setuju, dan nilai 4 = sangat setuju. Data dianalisis dengan rumus:
NP =
∑N X 100% N max
Keterangan: NP
= Nilai Psikomotor
ΣN
= Skor yang diperoleh
Nmax
= Jumlah skor tertinggi (Suharsimi, 1999)
Nilai Praktikalitas yang diperoleh ditetapkan kriteria pada Tabel 2. Tabel 2. Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran (%)
Kategori Tidak praktis Kurang praktis Cukup praktis Praktis Sangat praktis (Riduwan, 2007)
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
48
c. Analisis Hasil Belajar Untuk menganalisis data hasil belajar siswa digunakan analisis deskriptif. 1. Ranah Kognitif Untuk menganalisis data hasil belajar siswa digunakan analisis deskriptif. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa menurut Suharsimi (1999) baik secara individu maupun klasikal untuk ranah kognitif menggunakan rumus berikut: KI =
∑N X 100% N max
Keterangan: KI
= Ketuntasan Individu
ΣN
= Skor yang diperoleh
Nmax
= Jumlah skor tertinggi
KK =
∑N X 100% N max
Keterangan: KK
= Ketuntasan Klasikal
ΣN
= Skor yang diperoleh
Nmax
= Jumlah skor tertinggi (Suharsimi, 1999)
2. Ranah psikomotor Analisis data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor menggunakan analaisis deskriptif. Langkah yang dilakukan dalam penilaian ranah ini adalah:
49
a. Pemberian
nilai
terhadap
masing-masing
indikator
ranah
psikomotor dengan ketentuan penilaian sebagai berikut: nilai 4 = dilakukan dengan baik, tepat dan teliti, nilai 3 = dilakukan dengan baik dan tepat waktu, nilai 2 = dilakukan dengan baik tapi tidak tepat waktu, nilai 1 = dilakukan dengan tidak baik. b. Menjumlahkan nilai seluruh indikator masing-masing siswa c. Pemberian nilai tiap tatap muka dengan cara: NP =
∑Ν × 100% Ν max
Keterangan: NP
= Nilai Psikomotor
ΣN
= Skor yang diperoleh
Nmax
= Jumlah skor tertinggi (M. Ngalim,1990)
Untuk menganalisis penilaian akhir dari hasil ranah belajar psikomotor adalah: NHB =
NP1 NP2 NP3 3
NHB = Nilai Hasil Belajar Ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM pada materi Suhu dan Kalor yaitu 62 untuk ranah kognitif dan psikomotor. Siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai minimal 62 untuk ranah kognitif maupun ranah psikomotor.
50
3. Ranah Afektif Analisis data hasil belajar siswa pada ranah afektif menggunakan analisis deskriptif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian pada ranah ini adalah: a. Pemberitahuan nilai terhadap masing-masing indikator ranah afektif, dengan ketentuan penilaian sebagai berikut: nilai 4 = sangat setuju, nilai 3 = setuju, nilai 2 = tidak setuju, nilai 1 = sangat tidak setuju. b. Menjumlahkan nilai seluruh indikator masing-masing siswa. c. Pemberian nilai afektif dengan cara: NA =
∑Ν × 100% Ν max
Keterangan: NA ΣN Nmax
= Nilai Afektif = Skor yang diperoleh = Jumlah skor tertinggi (M. Ngalim,1999)
Kategori hasil belajar ranah afektif ditentukan dari acuan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Kategori efektifitas perangkat pembelajaran (%)
Kategori Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik (M. Ngalim, 1999)
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data dan Hasil Pengembangan 1. Tahap Pendefinisian (Define) Pada tahap ini dilakukan analisis kurikulum, analisis siswa dan analisis konsep. Langkah kegiatan yang dilakukan untuk ketiga analisis tersebut yaitu: a. Analisis Kurikulum Kurikulum 2006 atau kurikulum KTSP adalah kurikulum yang memiliki
pendekatan
berorientasi
kompetensi
yaitu
memuai
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dilakukan dengan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan siswa, sekolah dan daerah. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), organisasi kegiatan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2006 menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran menuntut siswa yang harus aktif dalam membangun pengetahuannya dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan tujuan mata pelajaran fisika yaitu mengembangkan keterampilan proses untuk menyilidiki kejadian sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
51
52
Salah satu pendekatan yang sesuai adalah pendekatan berorientasi CTL. Penggunaan pendekatan berorientasi CTL dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung dan melakukan serangkaian ketrampilan
proses
sehingga
menemukan
sendiri
konsep,
mengumpulkan informasi atau data yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah secara alamiah. Berdasarkan analisis kurikulum, perangkat pembelajaran dengan berdasarkan pada masalah agar tuntutan kurikulum dapat terpenuhi. b. Analisis Siswa Analisis siswa sangat penting dan dapat dijadikan gambaran untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Hand out, dan Lembar Kerja Siswa. Berdasarkan tahap perkembangan siswa maka penggunaan pendekatan berorientasi CTL diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar karena berorientasi CTL dapat memberi pengalaman belajar dan mengajak siswa untuk melakukan kerja ilmiah. Pada pembelajaran fisika, siswa SMA jarang sekali melakukan kerja ilmiah. Siswa hanya menghafal teori dan konsep tetapi tidak pernah menemukan konsep terutama masalah sehari-hari melalui kerja ilmiah yang dilakukan pada proses pembelajaran. c. Analisis Konsep Pada pembelajaran materi Suhu dan Kalor siswa diharapkan mampu mengidenfikasi Suhu dan Kalor. Siswa diberikan masalah
53
untuk mengidenfikasi fungsi Suhu dan Kalor. Kemudian siswa melakukan serangkaian percobaan sehingga menemukan sendiri konsep, mengumpulkan informasi yang sesuai, dan mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah secara ilmiah. Melalui tahap-tahap pembelajaran tersebut siswa diharapkan mampu berfikir kritis dan memiliki ketranpilan proses seperti mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, dan merumuskan hipotesis. Dengan mempelajari materi ini siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis konsep tersebut, penulis merancang perangkat pembelajaran dengan berdasarkan masalah sehingga siswa mampu memecahkan masalah melalui percobaan serta diskusi yang dilakukan.
2. Tahap Perancangan (Design) Pada tahap ini perangkat pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan berorientasi CTL untuk materi Suhu dan Kalor pada perangkat yang berupa RPP, hand out, dan LKS serta merancang perangkat penilaian psikomotor dan efektf. 2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari lima RPP untuk lima kali pertemuan, yang berisikan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar dan kegiatan pembelajaran. Dalam materi ini terdiri dari tiga Kompetensi Dasar yaitu: Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat,
54
menganalisis cara perpindahan kalor dan menerapakan asas Black dalam pemecahan masalah. Materi pada pertemuaan pertama adalah menemukan konsep suhu, pada pertemuan kedua menemukan konsep pemuaian, pada pertemuan ketiga perubahan wujud zat, pada pertemuan keempat adalah perpindahan kalor dan pertemuan kelima adalah menemukan konsep asas Black. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dirancang dengan menggunakan sintaks CTL, dimana siswa melakukan penyelidikan dengan percobaan untuk menjelaskan permasalahan yang diberikan guru. Sehingga siswa akan menemukan konsep dari percobaan tersebut sebagai penjelasan dari permasalahan yang diberikan dari materi Suhu dan Kalor. Siswa dilatih untuk melakukan memecahkan
percobaan
secara
permasalahan
mandiri
yang
ada.
dan
berdiskusi
Rencana
untuk
Pelaksanaan
Pembelajaran dapat dilihat Lampiran 14 2.2 Hand Out Hand Out yang dirancang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum. Kemudian peneliti menetapkan indikator untuk pencapaian kompetensi dasar tersebut. Hand Out yang dirancang bercirikan CTL yang dimulai dari permasalahan kongkrit. Kemudian Hand Out yang dirancang secara tidak langsung mengajak siswa berfikir untuk melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang terjadi tersebut secara mendalam, sehingga dilahirkan konsep dari penyelidikan permasalahan tersebut.
55
Gambar-gambar
yang
ditampilkan
merupakan
gambar
yang
menjelaskan konsep serta contoh-contoh yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut materi Suhu dan Kalor. Hand Out dapat dilihat pada Lampiran 15.
2.3 Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun untuk kelima kali pertemuan yang berisikan judul, masalah, alat dan bahan, cara kerja yang singkat dan jelas, pengamatan, kesimpulan dan pertanyaan. Materi pada LKS 1 adalah mengenai konsep suhu, LKS 2 tentang konsep pemuaian LKS 3 tentang perubahan wujud benda, LKS 4 tentang cara perpindahan kalor dan LKS 5 tentang penerapan Asas Black. LKS yang dirancang juga bercirikan CTL. Permasalahan pada kompetensi dasar yang diberikan mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan melalui percobaanpercobaan sehingga meningkatkan keterampilan proses siswa. Pertanyaan-pertanyaan
yang
diberikan
mampu
meningkatkan
kemampuan berfikir siswa. Lembar Kerja Siswa dapat dilihat pada Lampiran 16. 3. Tahap Pengembangan (develop) Tahap pengembangan (develop) terdiri dari 3 tahap yaitu tahap validasi perangkat pembelajaran, tahap uji praktikalitas dan tahap uji efektifitas. Berikut ini akan dijelaskan deskripsi dan analisis data dari ketiga tahap tersebut.
56
3.1 Validasi Perangkat Produk Pada kegiatan ini pakar diminta untuk menilai perangkat pembelajaran yang sudah dibuat. Penilaian mencakup isi, penyajian, dan bahasa. Dalam memvalidasi, validator diminta untuk memberikan penilaian dan pendapat terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out dan Lembar Kerja Siswa yang telah dirancang Para validator akan memberikan pendapat untuk revisi media yang sudah dibuat. Validasi dikatakan selesai apabila validator sudah menyatakan bahwa RPP. Hand Out dan LKS sudah valid dan siap untuk diujicobakan. Daftar nama validator dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Daftar nama validator No
Nama Validator
1 1
2 Dr. Hamdi, M.Si
2
Dr. Usmeldi, M.Pd
3
Islah Firdaus. S.Si
4
Desmalinda. M.P.d
Keterangan 3 Staf Pengajar Konsentrasi Pendidikan Fisika PPs UNP Staf Pengajar Konsentrasi Pendidikan Fisika PPs UNP Guru Fisika SMA Adabiah Padang Guru Fisika SMA 10 Padang
Produk yang divalidasi 4 RPP, Hand Out, dan LKS RPP, Hand Out, dan LKS RPP, Hand Out, dan LKS RPP, Hand Out, dan LKS
Setelah perangkat pembelajaran dirancang maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian apakah perangkat tersebut valid, praktis dan efesien digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil validasi dari pakar dan praktisi yang terdapat pada Lampiran 6 diperoleh data seperti Tabel 5 berikut ini:
57
Tabel 5. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran No
1 2 3
Perangkat Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hand Out Lembar Kegiatan Siswa
% rata-rata penilaian dari validator 1 2 3 4
Jumlah
Rata -rata
96
88
88
96
366.67
95.8
79
91.7
95.8
95.8
362.5
90.6
87.5
91.7
95.8
91.7
366.67
91.6
Dari Tabel 5 secara umum terlihat bahwa perangkat pembelajaran telah mengacu pada kategori valid sehingga perangkat pembelajaran sudah layak untuk diujicobakan dan digunakan dalam pembelajaran pada materi Suhu dan Kalor. Berdasarkan rekapitulasi hasil validasi perangkat pembelajaran maka dilakukan pengelompokan aspek-aspek penilaian pada masingmasing perangkat pembalajaran. Berikut ini dijelaskan pengelompokan aspek penilaian dan hasil validasi masing-masing perangkat pembelajaran. 3.1.1 Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Validasi dilakukan setelah perangkat pembelajaran selesai dirancang. Untuk memvalidasi peneliti meminta kepada validator untuk memvalidasi perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Hasil
validasi
menunjukkan
bahwa
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang dapat digunakan dengan melakukan revisi. Hasil penilaian validator terhadap RPP dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
58
Tabel 6: Hasil Validasi Komponen RPP No
Komponen RPP
1 2 3 4
Identitas Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator pencapaian kompetensi Tujuan pembelajaran Materi ajar Alokasi waktu Metode pembelajaran Kegiatan pembelajaran Penilaian hasil belajar Sumber belajar
5 6 7 8 9 10 11
1 Ada Ada Ada Ada
Nilai Validator 2 3 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
4 Ada Ada Ada Ada
Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
Ada Ada Ada Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada
Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
Ada Ada
Ada Ada
Ada Ada
Ada Sangat Valid Ada Sangat Valid
Kategori
Tabel 6 memperlihatkan bahwa RPP yang telah dirancang berkategori sangat valid. Semua komponen RPP yang dituntut dalam permendiknas tentang standar proses telah ada dalam rancangan RPP yang dibuat. Untuk hasil validasi komponen isi RPP yang telah dinilai oleh validator dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
59
Tabel 7: Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No
Indikator
1.
3.
Perumusan indikator mencapaian kompetensi Perumusan tujuan pembelajaran Prinsip pemilihan materi
4.
Pengorganisasian materi
5.
7.
Pemilihan pendekatan dan metode Penggunaan alat bantu dan media Penggunaan sumber belajar
8.
Jenis kegiatan pembelajaran
9.
Susunan langkah-langkah pembelajaran Komponen-komponen CTL
2.
6.
10. 11. 12.
13.
14.
15. 16.
Validator 2 3
4
100
75
100
88
RataRata 92
92
100
92
92
94
100
94
100
94
97
81
80
81
100
86
92
100
92
92
94
75
92
75
83
81
88
94
88
88
90
88
95
88
88
90
92
100
92
92
94
93
80
93
93
90
95
85
79
86
100
100
94
99
Sangat Valid
100
85
100
93
Sangat Valid
100
100
75
94
Sangat Valid
70
85
85
100
92
92
1
Pilihan cara-cara 85 memotivasi siswa Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar 100 dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan 85 urutan yang logis Prosedur penilaian meliputi penilaian awal, penilaian 100 tengah (proses), dan penilaian akhir Pembuatan alat-alat 85 penilaian Penggunaan bahasa 92 Jumlah rata-rata % Validasi Kategori
Kategori Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
Sangat Valid 75 Valid 1433 90% Sangat Valid
81
60
Tabel 7 memperlihatkan
bahwa RPP yang telah dirancang
berkategori sangat valid. Semua komponen RPP yang dituntut telah ada dalam rancangan RPP yang dibuat. Isi RPP yang dibuat sudah sangat baik. Beberapa indikator isi RPP memperoleh nilai diatas 90 yang berkategori sangat valid. Indikator-indikator tersebut adalah perumusan tujuan pembelajaran, prinsip pemilihan materi, pemilihan pendekatan dan metode, penggunaan sumber belajar, jenis kegiatan pembelajaran, susunan langkah-langkah pembelajaran, komponenkomponen CTL, pilihan cara-cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan urutan yang logis, prosedur penilaian meliputi penilaian awal, penilaian tengah (proses), dan penilaian akhir dan penggunaan bahasa. Ini berarti indikator-indikator yang harus ada pada sebuah RPP sudah tepat sesuai dengan panduan pengembangan RPP dan pendekatan yang digunakan. Inidikator-indikator lain memiliki nilai di bawah 90 yang berkategori sangat valid diantaranya perumusan indikator mencapaian kompetensi, pengorganisasian materi, penggunaan alat bantu dan media, pilihan cara-cara memotivasi siswa dan pembuatan alat-alat penilaian. Indikator-indikator lain memiliki di bawah 75 yang berkategori valid adalah penggunaan bahasa. Indikator-indikator ini tidak memiliki nilai sempurna dikarenakan ada beberapa sub indikator yang tidak memiliki nilai sempurna. Ini berarti indikator tersebut
61
belum sesuai dengan pedoman pengembangan RPP dan pendekatan yang digunakan. Secara umum RPP sudah sangat baik. Meskipun dikategorikan sangat valid namun RPP terlebih dahulu direvisi sesuai dengan saran validator. Setelah dilakukan revisi barulah RPP digunakan dalam proses pembelajaran. 3.1.2 Validasi Hand Out Sebelum Hand Out digunakan, Hand Out divalidasi oleh validator yang kompoten. Validasi Hand Out dilakukan untuk mengetahui apakah isi, penyajian dan penggunaan bahasanya sudah tepat. Hasil validasi yang telah dilakukan oleh validator ditunjukkan oleh Tabel 8 berikut ini: Tabel 8: Hasil validasi Hand Out No
Indikator
1. Kelayakan Isi 2. Kelayakan Konstruksi (Komponen Penyajian) 3. Komponen Bahasa
1
Validator 2 3
4
Ratarata
90
90
94
94
92
90
90
95
95
93
88
94
94
94
93
Kategori Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
Berdasarkan Tabel 8 di atas terlihat bahwa isi Hand Out yang telah dirancang memiliki kategori sangat valid. Ini terlihat dari kelayakan isi nilai 92 yang diberikan validator. Konstruksi Hand Out memperoleh nilai 93 yang berati juga dikategorikan sangat valid. Penggunaan bahasa Indonesia memperoleh nilai 93. Ini
62
berarti Bahasa Indonesia yang digunakan pada Hand Out juga sudah sangat baik. Kategori sangat valid ini disebabkan isi Hand Out, kelayakan konstruksi, dan penggunaan bahasa sudah sesuai dengan pedoman pengembangan Hand Out. Selain itu, pengembangan Hand Out juga sudah sesuai dengan berorientasi CTL yang digunakan. Meskipun Hand Out dinyatakan sangat valid, sebelum digunakan Hand Out direvisi sesuai dengan saran validator. Hasil diskusi dengan validator disarankan kepada peneliti untuk melakukan perbaikan pada Hand Out. Perbaikan terutama dilakukan pada penjelasan materi Suhu dan Kalor. Di samping itu juga perlu perbaikan pada kesalahan-kesalahan ketikan. 3.1.3 Validasi Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dirancang divalidasi oleh validator untuk mengetahui apakah isi, penyajian dan penggunaan bahasanya sudah tepat. Hasil validasi yang telah dilakukan oleh validator ditunjukkan oleh Tabel 9. Tabel 9: Hasil validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) No
Indikator
1. Kelayakan Isi 2. Kelayakan Konstruksi (Komponen Penyajian) 3. Komponen Bahasa
1
Validator 2 3
4
Rata -rata
85
81
92
96
89
95
79
93
93
90
88
88
94
94
91
Kategori Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
63
Berdasarkan Tabel 9 di atas terlihat validator memberikan nilai 89 untuk isi LKS. Ini berarti isi LKS berada dalam kategori sangat valid. Dari segi konstruksi LKS dikategorikan sangat valid ini terlihat dari penilaian yang diberikan validator yaitu 90. Penggunaan bahasa Indonesia pada LKS juga sudah sangat baik yang ditunjukkan dengan nilai 91 dari validator. Kategori sangat valid ini disebabkan indikator-indikator yang dituntut ada pada LKS terdapat dan sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Walaupun begitu indikator-indikator ini belum bernilai sempurna. Oleh karena itu, sebelum digunakan LKS direvisi sesuai dengan saran validator.
3.2 Tahap Uji Praktikalitas Produk 3.2.1 Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Data praktikalitas diperoleh dari hasil observasi terhadap keterlaksanaan RPP dan angket respon guru serta angket respon siswa.
1) Hasil Obervasi Keterlaksanaan RPP Data observasi keterlaksanaan RPP dikumpulkan melalui lembar observasi keterlaksanaan RPP. Observasi terhadap keterlaksanaan RPP terdiri dari dua aspek yaitu aspek umum dan aspek khusus. Hasil analisis data observasi keterlaksanaan RPP dapat dilihat dalam Tabel 10 dan Tabel 11 di bawah ini
64
Tabel 10. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Umum N O
Aspek yang diamati
1.
Tujuan pembelajaran 2. Materi pembelajaran 3. Metode pembelajaran 4. Alokasi waktu Total penilaian Skor maksimum % kepraktisan Kategori
Hasil observasi keterlaksanaan RPP 1
RPP 2
RPP 3
RPP 4 RPP 5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
15 16 94
16 16 100
16 16 100
16 16 100
16 16 100
Sangat praktis
Sangat praktis
Sangat praktis
Sangat Sangat praktis praktis
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa Praktikalitas penilaian observer untuk aspek umum RPP 2, RPP 3, RPP4 dan RPP 5 di SMA Adabiah adalah 100%. Sedangkan untuk RPP 1 brnilai 94%. Berdasarkan pengamatan observer. Sehingga dari penilaian observer ini dapat disimpulkan bahwa secara umum aspek umum RPP dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan, tetapi jika dirujuk pada kategori yang sudah ditetapkan maka aspek umum pada semua RPP mulai dari RPP 1 sampai pada RPP 5 berkategori sangat praktis.
65
Tabel 11. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus NO 1
2.
Hasil Penilaian Keterlaksanaan Aspek Yang Diamati RPP 1 RPP 2 RPP 3 RPP 4 RPP 5 1. Apersepsi dan 4 4 4 4 4 motivasi 2. Menayampaikan 3 4 4 4 4 kompetensi/tujuan Kegiatan Inti 4 4 4 4 4 1. Constructivisme 4 4 4 4 4 2. Inquiri 3. Questioning 3 4 4 4 4
4.Learning Community 5. Modelling 6. Reflection 3 Kegiatan penutup 1. Assessment Auhtentic Skor maksimum % praktikalitas Kategori
4
4
4
4
4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4
4
4
4
4
36 94 sangat praktis
36 94 sangat praktis
36 97 sangat praktis
36 97 sangat praktis
36 100 sangat praktis
Dari Tabel 11 terlihat bahwa persentase penilaian observer terhadap keterlaksanaan RPP pada aspek khusus berkisar antara 94% sampai dengan 100%. Persentase keterlaksanaan RPP dari pertemuan pertama
sampai
pertemuan
keempat
mengalami
peningkatan.
Berdasarkan penilaian observer maka keterlaksanaan RPP dari segi aspek khusus berkategori sangat praktis Pada langkah ini, produk yang dihasilkan diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan, peneliti meminta respon guru yang akan menggunakan perangkat tersebut. Di samping itu, peneliti juga meminta respon siswa mengenai kepraktisan penggunaan
66
perangkat yang telah dihasilkan. Ujicoba dilakukan kepada siswa kelas X SMA Adabiah Padang. 2) Angket respon guru Angket respon guru diberikan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun, meliputi RPP, Hand Out dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan. Hasil angket respon guru terhadap RPP, Hand Out dan LKS dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 9. Tabel 12: Hasil angket respon guru terhadap Perangkat Pembelajaran
1.
Guru 1 2 4 4
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4
Pernyataan
4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4
Skor
Skor maksimum
%
Kategori
8
8
100
Sangat Praktis
8 8 6 8 6
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
100 100 75 100 75
Sangat Praktis Sangat Praktis Praktis Sangat Praktis Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis
7 8 7 8 8 7 8
88 100 88 100 100 88 100
Tabel 12 tentang hasil analisis respon guru terhadap perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa penilaian guru terhadap perangkat pembelajaran memiliki kategori praktis dan sangat praktis. Perangkat pembelajaran dinilai dapat memudahkan guru dalam menyampaikan
67
konsep Suhu dan Kalor
nilai 100 yang diberikan responden.
Pernyataan-pernyataan lain pada angket memperoleh nilai 75 yang memiliki kategori praktis. Ini berarti Hand Out dan LKS dapat mengatasi keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Di samping itu Hand Out dan LKS dinilai juga dapat memudahkan guru membimbing siswa
melakukan
kegiatan-kegiatan
percobaan.
Perangkat
pembelajaran Fisika SMA berorientasi CTL yang digunakan selama pembelajaran dapat memudahkan guru dan praktis digunakan dalam pembelajaran. 3) Angket respon siswa Angket respon siswa diberikan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang LKS dan Hand Out yang digunakan. Hasil angket respon siswa terhadap LKS dan Hand Out yang digunakan selama pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 13 dan Lampiran 10. Tabel 13: Hasil angket respon siswa terhadap Hand Out dan LKS pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Total 55 50 52 53 52 52 52 52 52 54 59 50 52 53
Rata-Rata 86 78 81 83 81 81 81 81 81 84 92 78 81 82
Kategori Sangat Praktis Praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Praktis Sangat praktis Sangat praktis
68
Berdasarkan analisis respon siswa terhadap Hand Out dan LKS pada Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor penilaian siswa terhadap setiap pertanyaan pada angket Hand Out dan LKS berkisar pada nilai 78 hingga 92. Nilai pada rentangan ini memiliki kategori praktis dan sangat praktis. Nilai-nilai ini diperoleh karena siswa menilai Hand Out dan LKS Suhu dan Kalor yang digunakan selama kegiatan pembelajaran praktis dan membantu mereka memahami konsep suhu dan kalor. Ini menggambarkan ketertarikan siswa terhadap Hand Out dan LKS suhu dan kalor yang digunakan selama pembelajaran.
3.3 Tahap Uji Efektifitas Berdasarkan karakteristik penilaian sebenarnya tersebut, maka tingkat efektifitas yang diamati adalah penilaian hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, efektif dan ranah psikomotor. Penilaian ranah kognitif dilakukan setelah proses belajar, sedangkan penilian ranah afektif dan psikomotor dilakukan selama proses belajar berlangsung. 3.3.1 Hasil analisis observasi aktivitas siswa Data efektivitas salah satunya dapat diperoleh dari observasi aktivitas siswa selama pembelajaran seperti Tabel 14 dan Lampiran 11.
69
17-Jan-11 20-Jan-11 24-Jan-11 27-Jan-11 30-Jan-11
PERTEMUANV PERTEMUANIV PERTEMUANIII PERTEMUANII
PERTEMUANI
Tabel 14. Observasi aktivitas siswa di kelas SISWA
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
FREKUENSI
3
16
15
15
16
5
6
6
16
13
16
JUMLAH HADIR
16
16
16
16
16
16 100
16
16
16
16
16
%
19
100
94
94
100
31
38
38
100
81
KRITERIA
TB
SB
SB
SB
SB
KB
KB
KB
SB
SB
SB
FREKUENSI JUMLAH HADIR
5
16
15
16
16
6
7
2
16
5
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
%
31
100
94
100
100
38
44
13
100
31
100
KRITERIA
KB
SB
SB
SB
SB
KB
CB
TB
SB
KB
SB
FREKUENSI JUMLAH HADIR
6
16
16
16
16
8
8
5
16
16
6
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
%
38
100
100
100
100
50
50
31
100
100
38
KRITERIA
KB
SB
SB
SB
SB
CB
CB
KB
SB
SB
KB
FREKUENSI JUMLAH HADIR
12
16
16
16
16
12
9
9
16
12
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
%
75
100
100
100
100
75
56
56
100
75
100
KRITERIA
B
SB
SB
SB
SB
B
CB
CB
SB
CB
SB
FREKUENSI JUMLAH HADIR
15
16
15
16
16
14
13
14
16
16
15
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
%
94
100
94
100
100
88
81
88
100
100
94
KRITERIA
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
Keterangan: SB: Sangat Baik, BB: Baik, CB: Cukup Baik, KB: Kurang Baik, TB: Tidak Baik
Dari hasil analisis data aktivitas siswa dalam Tabel 14 diatas dapat dilihat persentase aktivitas di SMA Adabiah mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Walaupun dipertemuan pertama dan kedua masih ada aktivitas yang bernilai cukup baik, tetapi pada pertemuan ketiga dan keempat berubah baik dan pertemuan kelima semua aktivitas siswa berkategori sangat baik.
70
3.3.2 Hasil Belajar Ranah Kognitif Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari nilai ulangan harian siswa. Ulangan harian dilakukan setelah siswa mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
perangkat
pembelajaran pendekatan berorientasi CTL untuk Suhu dan Kalor. Hasil belajar siswa ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM Suhu dan Kalor di SMA Adabiah Padang adalah 62 untuk ranah kognitif, artinya siswa dikatakan telah tuntas jika sudah memperoleh nilai minimal 62 untuk ranah kognitif. Data hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X secara ringkas dapat dilihat dalam Tabel 15 dan Lampiran 12. Tabel 15. Hasil belajar ranah kognitif Kode No Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rata-rata Daya Serap
Tuntas/tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 78
Nilai 73 87 93 73 58 80 93 100 80 87 58 67 73 80 73 73
71
Dari deskripsi data hasil belajar aspek kogniif dalam Tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa untuk kelas X dari 16 orang siswa, 2 orang siswa memperoleh nilai dibawah KKM (<62), 14 orang siswa memperoleh nilai di atas KKM (> 62). Jumlah siswa yang sudah tuntas adalah sebanyak 14 orang siswa sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 2 orang siswa. Persentase ketuntasan belajar siswa pada materi Suhu dan Kalor adalah sebesar 88%. 3.3.3 Hasil Belajar Ranah Psikomotor Data hasil belajar ranah psikomotor diperoleh dari hasil observasi pengamatan pada setiap proses pembelajaran. Data hasil belajar ranah psikomotor siswa untuk tiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 13. Tabel 16. Hasil belajar ranah Psikomotor siswa Kode No Siswa
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
83 95 93 97 78 97 93 88 90 90 93 82 90 88 92 92
Rata-rata ketuntasan kelas
Tuntas/tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 90
72
Dari hasil analisis data pada Tabel 16 memberikan gambaran bahwa semua siswa telah menuntukkan kinerja yang baik dalam kegiatan percobaan yang dilakukan. Semua siswa memperoleh nilai di atas 80. Tabel ini juga memberikan gambaran bahwa semua indikator yang diobservasi pada kegiatan percobaan telah dilakukan dengan benar oleh siswa.
B. Pembahasan 1. Validitas perangkat pembelajaran Kevalidan perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat diketahui dengan melakukan validasi perangkat oleh validator. Hasil validasi dianalisis untuk mengetahui validitas perangkat baik dari segi isi maupun kostruksinya. Analisis validasi isi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menunjukkan RPP sangat valid. Ini berarti validator menilai RPP yang dihasilkan sesuai dengan konsep-konsep pembelajaran berorientasi CTL yang siap digunakan. Selanjutnya diujicobakan pada pembelajaran di kelas X SMA Adabiah Padang. Perangkat pembelajaran selanjutnya yang divalidasi adalah Hand Out dan LKS. Pengembangan Hand Out dan LKS merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan Hand Out dan LKS yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan
Nasional.
Hand
Out
siswa
dan
LKS
dikembangkan menggunakan berorientasi CTL pada materi Suhu dan Kalor.
73
Validitas Hand Out dan LKS diketahui dengan melakukan analisis data validasi oleh validator. Hasil analisis aspek isi, validator mengkategorikan
Hand
Out
dan
LKS
berorientasi
CTL
yang
dikembangkan sangat valid. Validator juga menilai aspek konstruksi Hand Out dan LKS siswa berkategori sangat valid. Penggunaan bahasa, juga dinilai validator sudah sangat baik. Hand Out dan LKS yang telah divalidasi selanjutnya diujicobakan pada pembelajaran fisika di SMA Adabiah Padang. Sebelum diujicobakan direvisi sesuai dengan saran validator meliputi: 1. Kesalahan-kesalahan ketikan pada Hand Out dan LKS agar diperbaiki. 2. Materi Hand Out agar lebih diperkuat lagi sesuai dengan berorientasi CTL. 3. Gambar-gambar pada LKS agar dikaitkan permasalahan yang dimunculkan. 2. Praktikalitas perangkat pembelajaran Tingkat praktikalitas dilihat dari sejauh mana guru dan siswa dapat menggunakan perangkat pembelajaran dalam pembelajaran fisika berorientasi CTL pada materi Suhu dan Kalor. Untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang telah dibuat praktis digunakan atau sebaliknya, maka dilakukan ujicoba pada siswa kelas X di SMA Adabiah Padang. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan RPP pada Tabel 10 dan Tabel 11 serta hasil angket respon guru dan siswa terhadap perangkat
74
pembelajaran pada Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa praktikalitas perangkat pembelajaran berorientasi CTL pada materi Suhu dan Kalor kelas X sudah praktis digunakan dalam pembelajaran fisika di SMA Adabiah Padang. Praktikalitas penggunaan Hand Out dan Lembar Kerja Siswa dilihat dari analisis respon siswa dan respon guru. Hasil analisis terhadap angket respon siswa menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih mudah memahami konsep Suhu dan Kalor. Hand Out dan LKS yang digunakan juga menarik bagi siswa. Ini dikarenakan dengan memiliki kemampuan awal melalui Hand Out siswa dan LKS yang telah dikembangkan, siswa akan berhasil belajar. Di samping mengisi angket, guru juga diminta pendapatnya secara langsung tentang perangkat yang telah dikembangkan. Hasilnya, guru yang diwawancarai tersebut menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut berbeda dari yang telah ada dan mudah digunakan. Selain itu, percobaan-percobaan pada LKS juga sangat mudah dan sederhana. 3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran Keefektifan perangkat pembelajaran berkaitan dengan kesesuaian hasil yang diperoleh siswa dengan harapan yang telah ditetapkan. Keefektifan dapat dilihat dari aktivitas siswa dan hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa dapat diketahui bahwa
aktivitas
siswa
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran
75
mempunyai rentang yang sangat tinggi yaitu berkisar dari aktivitas tidak baik sampai sangat baik. Tetapi aktivitas siswa ini terus naik dari pertemuan pertama sampai pada pertemuan terakhir. Aktivitas siswa mempersentasikan hasil diskusi merupakan aktivitas dengan kategori tidak baik. Tetapi kategori ini terus meningkat menjadi baik. Sedangkan aktivitas menjawab pertanyaan guru dan bertanya kepada guru berkategori kurang baik, tetapi pada pertemuan berikutnya terus berubah menjadi baik. Dan secara umum berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka perangkat pembelajaran tergolong efektif. Pada setiap pertemuan aktivitas siswa mengerjakan LKS, berdiskusi antar siswa, bekerja kelompok, menemukan konsep dilakukan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi CTL bersifat student centered sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan berorientasi CTL merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh
untuk
menemukan
materi
yang
dipelajari
dan
menghubungkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa untuk menerapkan dalam kehidupan. Analisis data hasil belajar ranah kognitif siswa menunjukkan tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sangat tinggi dengan nilai 88%. Tidak hanya itu, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga sangat tinggi yakni 78 juga berada di atas KKM dapat dilihat pada Lampiran 12.
76
Analisis
data
hasil belajar siswa pada ranah psikomotor
menunjukkan bahwa persentase tingkat ketuntasan belajar adalah 100% dan rata-rata perolehan nilai 90 juga berada di atas KKM dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan data hasil belajar siswa baik ranah kognitif maupun ranah
psikomotor
menunjukkan
bahwa
perangkat
pembelajaran
berorientasi CTL yang dikembangkan pada materi Suhu dan Kalor bersifat efektif. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pebelajaran berorientasi CTL dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa karena dalam pembelajaran CTL siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
C. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu perangkat pembelajaran hanya pada materi Suhu dan Kalor. Sebaiknya materi pada perangkat pembelajaran dibuat satu semester agar terjadi kesinambungan pada proses pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan CTL.
77
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengembangan dan uji coba yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penelitian dan pengembangan menghasilkan perangkat pembelajaran, berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) berorientasi CTL yang valid 2. Perangkat pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) SMA Adabiah pada materi Suhu dan Kalor terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah praktis yang dilihat melalui observasi guru dan angket praktikalitas. 3. Berdasarkan data hasil belajar siswa dapat diambil kesimpulan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) berorientasi CTL yang dihasilkan berkategori efektif.
B. Implikasi Implikasi perangkat pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk pembelajaran fisika kelas X pada materi Suhu dan Kalor yang valid, praktis dan efektif akan meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini juga memberi 77
78
gambaran dan masukan kepada guru-guru fisika SMA yang telah menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, Hand Out dan LKS berorientasi pendekatan CTL. Pada dasarnya penelitian ini juga dapat memberikan gambaran dan masukan khususnya kepada penyelenggara pendidikan (kepala sekolah, guru fisika), karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah. Selain itu, dapat membuat pembelajaran fisika menjadi menyenangkan serta dapat dijadikan indikator untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih lanjut pembelajaran fisika yang kreatif menggunakan Hand Out dan LKS yang praktis digunakan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini juga dapat dilakukan oleh guru-guru di suatu sekolah atau di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) fisika. Namun yang perlu diperhatikan adalah validitas, praktikalitas, dan efektifitas dari perangkat pembelajaran tersebut tidak boleh diabaikan karena faktor ini sangat menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dibuat. Dengan menggunakan perangkat pembelajaran suatu pembelajaran yang bervariasi dapat dilakukan sehingga siswa tidak jenuh dengan pelajaran yang diberikan.
79
C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis validasi, kepraktisan dan keefektifan perangkat yang telah dilaksanakan, perangkat pembelajaran penelitian fisika untuk materi Suhu dan Kalor yang berorientasi pada pendekatan CTL ini dapat digunakan oleh guru fisika sebagai salah satu alternatif perangkat yang dapat digunakan dalam pembelajaran. 2. Disarankan kepada peneliti lain agar membuat pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pendekatan CTL untuk meteri lain. 3. Pada pembelajaran jenis-jenis kalor dibutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama dari alokasi waktu yang disedian. Untuk itu perlu dilakukan revisi terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) terutama pada langkah-langkah kegiatan. 4. Ketidaksediaan ruang laboratorium menyebabkan percobaan terpaksa dilasanakan di ruang kelas sehingga dibutuhkan waktu untuk persiapan percobaan lebih lama.
80
DAFTAR PUSTAKA
AbdulMajid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ahmad Fauzan. 2002. Penelitian Pengembangan untuk Materi Kuliah Evaluasi Pendidikan. Padang. Aziz N.1989. Perencanaan Pengajaran. Padang : FPTK IKIP. Depdikbud. 1995. Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar SMU. Jakarta. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas dan Madrasyah Aliah. Jakarta: Pusat Ballitbang Depdiknas. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI (semester I & II). Jakarta: Cipta Jaya. Depdiknas. 2008. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Elida Prayitno. 2003. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga tenaga Kependidikan. Muliyardi. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Komik dikelas I Sekolah Dasar. Disertasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Surabaya. M. Ngalim Purwanto. 1990. Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata.2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:PPSUPI dan Reamaja Rosdakarya. Nurhadi, (2003). Pendekatan Konstektual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
81
Purwanto, Dkk. 2007. Seri Teknologi Pembelajaran ”Pengembangan Modul”. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta. Romelia
Rusli. 2007. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) Kimia pada Materi Sistem Koloid XI SMA. Padang: Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi IPA UNP.
SagalaSyaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alpabeta Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara Sunarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research Metodology to the Improve of Instruction) Kumpulan Makalah Pelatihan Nasional Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas (PPKP dan PTK). Batam 8-11 Agustus 2005. Syafrial.A. 2006. Efektifitas Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Pekanbaru. Padang: Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi IPA UNP Suharsimi Arikunto. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Universitas Negeri Padang. 2004. Buku Panduan Tesis dan disesrtasi. Padang: PPs UNP Wina
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Preanada Media.