PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA
TESIS
Oleh : YULIA DEWITA NIM 11026
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelas Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
ABSTRACT Yulia Dewita, 2010. Developing Inquiry-Based Learning Equipment on the Equilibrium Chemistry Topics at Class XI SMA. According to KTSP implementation, learning process was a process to develop all of students potencies that enable them to try and do something to get knowledge based on learning goals. Therefore, teaching and learning process had to be student centered in which all of students were involved actively and the teacher had a role as a facilitator. One of the stategies that involved students actively in teaching and learning process was inquiry learning strategy. To make this strategy worked, a set of learning equipment was needed. This research was aimed to develop inquiry-based learning equipment that was valid, practical and effective. This was a development research which used 4D development model that consisted of 4 steps : defining, desingning, developing and disseminating. Defining step consisted of pre-analysis, assignment analysis and conceptual analysis. In designing step the researcher would design a set of learning equipments that would be developed, that is : lesson plan (RPP), worksheet (LKS), learning media (Kit and CD animation flash) and a learning achievement test. In developing step, learning equipment that had been develop was validated by expert. And then, the valid design was tried out to the second year students of SMA 7 Padang to see it’s practically, and effectiveness. In collecting the data, the researcher used validation sheet, observation sheet, questionnaires and a learning achievement test. Based on the analysis of validation data, it known that learning equipment that had been developed was valid and the result of try out data analysis showed thad the equipment was practical and effective. In general, it can be concluded that inquiry based learning equipment on the equilibrium chemistry topics at class XI SMA was valid, practical and effective.
i
ABSTRAK Yulia Dewita, 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajara Berbasis Inquiry Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA. Dalam konteks implementasi KTSP, proses pembelajaran dimaknai sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran harus berpusat kepada siswa dimana siswa terlibat secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah strategi pembelajaran inquiry. Untuk dapat menunjang pembelajaran inquiry, dibutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang valid, praktis dan efektif. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Four-D (4-D). Model 4-D terdiri dari 4 tahap yaitu : define, design, develop dan disseminate. Pada tahap define terdiri dari analisis ujung depan, analisis tugas dan analisis konsep. Pada tahap design kegiatan yang dilakukan adalah merancang perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan berupa : RPP, LKS, media pembelajaran (Kit dan CD animasi flash) serta tes hasil belajar. Pada tahap develop dilakukan validasi oleh pakar terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk melihat kevalidannya. Hasil rancangan yang sudah valid kemudian diujicoba pada siswa untuk melihat kepraktisan dan efektivitas perangkat. Uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI SMA 7 Padang. Data penelitian dikumpulkan melalui lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan RPP, angket respon siswa dan guru serta tes hasil belajar. Berdasarkan analisis data validasi diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikategorikan valid. Berdasarkan analisis data hasil uji coba, diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkategori praktis dan efektif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry pada materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA yang dikembangkan, sudah valid, praktis dan efektif.
ii
HA ALAMAN N PERSEMBAHAN N
“Cu ukuplah Allah A menjjadi penollong bagi kami dan Dia sebaik s – baaik pelindung” (Quran Ali Im mran: 173)).
“Sebbenarnya yang y membbuat susah itu bukan pekerjaannnya, melainkan kaarena perassaan kita yaang mendoonggol kareena h harus melakkukan perkkerjaan itu..” d terseny yum tidakk ada masallah Assal berusahha, berdoa dan yang tid dak bisa dilewati. d “S Seseorang yang y berakkal adalah orang o yangg rendah hati terhaddap manussia dan rendah diri terrhadap Alllah seperti bumi, derm mawan seperti lautan, menjaga dan menuttupi aib-aib bnya m harri dan mem mancarkan m manfaat seperti malam sepeerti matahaari.” Karyaa kecil ini k kupersembahkan un ntuk: Orangg tuaku daan guru-gu uruku terkasih, suaamiku terccinta, saudara-saudarraku, sertaa teman-teemanku yaang kusayyangi. Perhattian, pendiidikan, pengorbanaan, pengerttikan dan kasih sayangg dari kaliian semuaa sungguh sangat berharga baagiku.
HALAMAN N PERSEM MBAHAN
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik di Universitas Negeri Padang maupun perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing, Tim Penguji dan saran serta masukan dari mahasiswa peserta seminar. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasi orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Januari 2011 Saya yang Menyatakan,
Yulia Dewita NIM. 11026
iii
KATA PENGANTAR Bissmillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha memiliki ilmu dan Maha luas ilmu-Nya yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMA”. Salawat serta salam tidak lupa pula penulis kirimkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dalam penyelesaian tesis ini penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempat ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Ibu Dr. Latisma Dj., M. Si sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Mawardi, M.Si sebagai dosen pembimbing II sekaligus validator, yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya, untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya tesis ini. 2. Bapak Dr. Hardeli, M.Si, Ibu Dr. Yuni Ahda, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd sebagai penguji tesis serta Bapak Dr. Jon Efendi, M.Si sebagai validator, yang telah memberikan sumbangan pikiran, pengetahuan dan saran serta koreksi dalam pengembangan perangkat pembelajaran untuk penelitian ini dan perbaikan dalam rangka penyempurnaan tesis ini. 3. Bapak Drs. Nursal Samin selaku Kepala SMAN 7 Padang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpin. 4. Bapak Drs. Yendri Faizal sebagai guru kimia di kelas XI IPA2 SMAN 7 Padang yang telah bersedia menjadi validator sekaligus observer selama penelitian. Dan Ibu Ratna Helen Saragih, S. Pd yang telah bersedia menjadi
iv
validator dalam memvalidasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini. 5. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga segala bantuan yang Bapak/Ibu dan teman-teman berikan dihitung sebagai amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin ya Rabbal’alamin.
Padang, Januari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRACT....................................................................................................
i
ABSTRAK......................................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR....................................................................................
iv
DAFTAR ISI...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................
viii
DAFTAT GAMBAR......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................
6
C. Batasan Masalah ................................................................................
6
D. Rumusan Masalah ...............................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian...............................................................................
8
G. Spesifikasi Produk ..............................................................................
8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.
Hakekat Belajar dan Pembelajaran ..............................................
13
2.
Hakekat Pembelajaran Kimia ......................................................
14
3.
Pembelajaran Inquiry...................................................................
17
4.
Perangkat Pembelajaran ..............................................................
22
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................
33
C. Kerangka Berpikir ...............................................................................
34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................................
38
B. Model Pengembangan.........................................................................
38
C. Definisi Operasional ...........................................................................
45
vi
D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................
46
E. Teknik Analisis Data ..........................................................................
47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tahap Pendefinisian............................................................................
51
B. Tahap Perancangan..............................................................................
55
C. Tahap Pengembangan..........................................................................
63
D. Pembahasan.........................................................................................
86
E. Keterbatasan Penelitian.......................................................................
102
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan.........................................................................................
104
B. Implikasi.............................................................................................
105
C. Saran...................................................................................................
106
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................
108
LAMPIRAN..................................................................................................
110
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Daftar Nama Validator.............................................................................
43
2.
Kategori Validitas Perangkat Pembelajaran.............................................
48
3.
Kategori Praktikalitas Perangkat Pembelajaran........................................
49
4.
Skor Kategori Frekuensi Keaktifan Siswa................................................
50
5.
Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry...........................
64
6.
Hasil Validasi Aspek Komponen RPP.....................................................
66
7.
Hasil Validasi Aspek Isi RPP...................................................................
66
8.
Hasil Validasi LKS Eksperimen...............................................................
68
9.
Hasil Validasi LKS Noneksperimen.........................................................
69
10. Hasil Validasi Kit.....................................................................................
70
11. Hasil Validasi CD Animasi Flash.............................................................
71
12. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar...............................................................
72
13. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Aspek Umum...............................
75
14. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Aspek Khusus..............................
75
15. Hasil Angket Respon Siswa.....................................................................
77
16. Hasil Angket Respon Guru......................................................................
78
17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa..............................................................
80
18. Hasil Belajar Ranah Kognitif...................................................................
82
19. Hasil Belajar Ranah Psikomotor..............................................................
85
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale...............................................................
32
2. Bagan Kerangka Berpikir........................................................................... 37 3. Bagan Langkah-Langkah Model Pengembangan four-D........................... 39 4. Peta Konsep Kesetimbangan Kimia........................................................... 54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Instrumen Penelitian.............................................................................
110
a. Lembar validasi RPP......................................................................
111
b. Lembar validasi LKS eksperimen..................................................
132
c. Lembar validasi LKS noneksperimen............................................
144
d. Lembar validasi Kit........................................................................
156
e. Lembar validasi CD animasi flash.................................................
168
f. Lembar validasi instrumen tes hasil belajar...................................
176
g. Lembar observasi keterlaksanaan RPP..........................................
182
h. Angket respon siswa......................................................................
187
i. Angket respon guru........................................................................
189
j. Lembar observasi aktifitas belajar siswa di kelas..........................
191
k. Lembar penilaian ranah psikomotor..............................................
193
2. Silabus Kimia SMA untuk Standar Kompetensi 3 ..............................
195
3. Hasil Rancangan RPP...........................................................................
199
4. Hasil Rancangan LKS...........................................................................
200
5. Hasil Rancangan Kit.............................................................................
201
6. Kisi- Kisi dan Soal Tes Hasil Belajar...................................................
202
7. Rekapitulasi Hasil Validasi Aspek Komponen RPP.............................
211
8. Rekapitulasi Hasil Validasi Aspek Isi RPP..........................................
212
9. Rekapitulasi Hasil Validasi LKS Eksperimen......................................
213
10. Rekapitulasi Hasil Validasi LKS Noneksperimen...............................
216
11. Rekapitulasi Hasil Validasi Kit............................................................
218
12. Rekapitulasi Hasil Validasi CD Animasi Flash...................................
219
13. Rekapitulasi Hasil Validasi Tes Hasil Belajar.....................................
220
14. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Aspek Umum RPP......................................................................................................
221
x
15. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Aspek Khusus RPP......................................................................................................
223
16. Rekapitulasi Data Angket Respon Siswa.............................................
241
17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa..........................................................
243
18. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa oleh Ketiga Pengamat..............................................................................................
246
19. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor..................
248
20. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Berdasarkan Nilai Ulangan Harian (UH) untuk KD 3.3 dan 3.4 di sekolah......................
250
21. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian.............................
251
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Saat ini pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat berat dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global. Oleh karena itu pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang
merupakan
penyempurnaan
dari
Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah dalam upaya pengembangan pendidikan yang bermutu. KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, melalui SKL (Standar Kompetensi Lulusan) untuk tiap satuan pendidikan serta SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) untuk setiap tingkatan materi yang diajarkan (Depdiknas, 2008a : 5-12). Melalui KTSP proses pembelajaran tidak hanya terfokus kepada pengembangan intelektual saja, akan tetapi juga pada pembentukan sikap dan keterampilan peserta didik secara seimbang yang dapat direfleksikannya dalam kehidupan nyata. Dalam konteks implementasi kurikulum KTSP, proses pembelajaran dimaknai sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu sesuai 1
2
dengan tujuan pembelajaran. Jadi, apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir (learning how to learn) dan melakukan (learning how to do) (Wina Sanjaya, 2008 : 226-227). Oleh karena itu pembelajaran harus berpusat kepada siswa dimana siswa terlibat secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SMA, sesuai dengan standar isi (SI) pada KTSP adalah Kimia. Pelajaran Kimia yang merupakan salah satu mata pelajaran kelompok sains,
berkembang
berdasarkan hasil percobaan untuk menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika. Oleh karena itu ilmu kimia harus dibangun melalui pengembangan keterampilan proses sains, seperti : (1) mengobservasi atau mengamati, (2) menyusun hipotesis, (3) merencanakan penelitian, (4) memanipulasi variabel, (5) menginterpretasi data, (6) menyusun kesimpulan sementara, (7) meramal atau memprediksi, (8) mengaplikasikan dan (9) mengkomunikasikan. (BSNP, 2006 : vii) Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tujuan dari pembelajaran kimia tidak mungkin akan tercapai jika dalam proses pembelajaran siswa hanya duduk, mendengarkan ceramah guru dan menjawab pertanyaan yang sulit pada waktu tes. Belajar kimia bukan hanya sekedar mengingat fakta tapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan seperti layaknya kerja seorang ilmuwan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran hendaklah berpusat kepada siswa (student centered).
3
Hal ini senada dengan pendapat Carin dalam Depdiknas (2007 : 17), yang menyatakan bahwa, pembelajaran sains baru dapat berhasil jika digunakan prinsip keterlibatan siswa secara aktif. Aktif berarti “learning by doing”, dimana siswa harus ikut melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari. Berdasarkan tuntutan KTSP, karakteristik ilmu kimia yang dinyataka dalam BSNP dan merujuk pada pendapat pakar di atas, maka salah satu strategi yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran kimia adalah strategi inquiry dengan tiga ciri utama, yaitu:1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar (student centered), 2) Guru sebagai fasilitator dan 3) Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis (Wina Sanjaya, 2008 : 303-304). Kesetimbangan kimia adalah salah satu topik yang dipelajari pada mata pelajaran kimia yang ditempatkan di semester ganjil kelas XI SMA. Dari jabaran kurikulum dalam standar isi KTSP, terlihat bahwa materi kesetimbangan kimia termasuk materi yang cakupannya cukup luas, dengan konsep-konsep yang banyak bersifat abstrak dan kompleks karena terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu KD 3.3, 3.4 dan 3.5. KD 3.3 adalah menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan. KD 3.4 adalah menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan dan KD 3.5 adalah menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Masing-masing KD
4
dijabarkan lagi ke dalam indikator-indikator, yang semuanya harus dikuasai oleh siswa dengan tuntas agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut pada KD berikutnya. Dari hasil analisis kurikulum, khususnya untuk KD 3.3, dapat diketahui bahwa pembelajaran inquiry dapat dilaksanakan salah satunya dengan metode eksperimen. Dengan metode eksperimen siswa terlibat secara aktif dalam membangun konsep-konsep kimia dari fakta-fakta dan data yang didapatkan selama proses pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran kimia berbasis inquiry
dengan
metode
eksperimen
diharapkan
dapat
mewujudkan
pembelajaran yang efektif. Hal ini didukung dengan pendapat Edgar Dale dalam Wina Sanjaya (2008 : 165) yang memberi gambaran bahwa pengalaman belajar langsung yang diperoleh siswa melalui proses pembuatan atau pengamatan langsung merupakan pengalaman belajar yang paling konkrit karena pengalaman belajar ini diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Sausa, David. A dalam M. Muslich (2007: 53-54) juga menyebutkan bahwa belajar dengan mengalami langsung akan meningkatkan kebertahanan informasi dalam pikiran kita. Belajar dengan praktek (mengerjakan) daya tahan ingatan setelah 24 jam adalah 75%. Sementara belajar hanya dengan mendengar saja daya tahan ingatan setelah 24 jam adalah 5%, belajar dengan membaca 10%, belajar dengan mendengar dan melihat 20%, belajar dengan demonstrasi 30%.
5
Pelaksanaan metoda eksperimen dalam pembelajaran memerlukan sarana utama yaitu laboratorium serta alat dan bahan kimia yang memadai. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Dinas Pendidikan Kota Padang dari 16 SMA di kota Padang 81,25% sudah memiliki ruangan laboratorium. Namun dari yang 81,25% tersebut, baru 37,5% yang sudah memiliki sarana dan prasarana laboratorium yang lengkap. Sedangkan 62,5% lagi belum memiliki sarana dan prasarana yang lengkap seperti peralatan praktikum dan zat-zat kimia yang masih kurang atau ruangan labor yang dipakai bersama untuk pembelajaran kimia, biologi dan fisika. Dari hasil wawancara penulis dengan lima orang guru kimia dari lima SMA yang berbeda, diperoleh informasi bahwa khusus untuk KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, tidak pernah dilaksanakan praktikumnya secara lengkap sesuai dengan tuntutan KD 3.3, karena zat-zat kimia yang dibutuhkan tidak tersedia di sekolah. Di dalam praktikum, guru juga pada umumnya menggunakan penuntun praktikum yang siap pakai yang orientasinya hanya pada pembuktian konsep. Di samping itu, ketidakbiasaan dan kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan dalam merancang perangkat pembelajaran, membuat guru lebih memililih menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dari jasa penerbit yang belum tentu sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik ilmu kimia itu sendiri dan kondisi sekolah. Akibatnya kegiatan praktikum yang terdapat di dalam LKS tidak dapat terlaksana dengan baik karena alat dan bahan yang diperlukan tidak tersedia di sekolah. LKS yang beredar di pasaran juga menggunakan pendekatan deduktif dimana materi disajikan di bagian awal,
6
lengkap dengan rumus dan contoh soal, kemudian diberi latihan untuk diselesaikan siswa, sehingga mengisi LKS bagi siswa menjadi pekerjaan yang membosankan, karena siswa tidak merasa tertantang untuk menemukan sendiri konsep-konsep kimia. Sedangkan di dalam KTSP guru diharuskan untuk dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, termasuk menyiapkan bahan ajar, media pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai dengan tuntutan SK dan KD, lingkungan, sarana dan prasarana sekolah, kondisi siswa dan potensi daerah. Oleh karena itu, untuk dapat menunjang pembelajaran inquiry, terutama dengan menggunakan metode eksperimen, maka dibutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai. Untuk itu penulis mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis inquiry serta media pembelajaran yang mendukung terlaksananya pembelajaran berbasis inquiry yaitu Kit dan CD animasi flash pada KD 3.3 dan 3.4 materi kesetimbangan kimia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1.
Materi kesetimbangan kimia, yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4, termasuk materi yang cukup padat, kompleks, dan abstrak sehingga sulit dipahami peserta didik.
7
2.
Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas belum berpusat pada siswa (student centered).
3.
Pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran kimia khususnya pada KD 3.3 dan KD 3.4 belum optimal, karena keterbatasan sarana dan prasarana pendukung.
4.
Perangkat pembelajaran kimia yang berbasis inquiry khususnya untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 belum tersedia.
C. Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka tidak semua masalah yang teridentifikasi diselesaikan pada penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian pada : Pembuatan perangkat pembelajaran kimia berbasis inquiry untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana membuat (mengembangkan) perangkat pembelajaran kimia berbasis inquiry untuk materi kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA ?
2.
Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA ?
8
3.
Bagaimana praktikalitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA ?
4.
Bagaimana efektifitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA ?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Membuat (mengembangkan) perangkat pembelajaran kimia berbasis inquiry untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA.
2.
Mengetahui validitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA.
3.
Mengetahui praktikalitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA.
4.
Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
9
1.
Sebagai salah satu alternatif yang membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kimia sesuai dengan tuntutan KTSP.
2.
Membantu siswa untuk memahami konsep-konsep kesetimbangan kimia secara lebih konkrit.
3.
Sebagai bahan rujukan untuk membuat perangkat pembelajaran kimia pada materi lain.
4.
Sebagai sumber atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
G. Spesifikasi Produk Melalui
penelitian
ini
diharapkan
akan
dihasilkan
perangkat
pembelajaran dengan spesifikasi sebagai berikut : 1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP yang dikembangkan adalah RPP yang dapat menunjang pembelajaran
berbasis
inquiry.
RPP
dirancang
dengan
tetap
memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP sesuai dengan format penulisan RPP dalam buku Panduan Pengembangan RPP dari Depdiknas tahun 2008. RPP yang dikembangkan, menampilkan kegiatan guru dan siswa sesuai dengan prinsip-prinsip inquiry, sehingga akan memudahkan guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di dalam RPP diuraikan secara jelas dan lebih menonjolkan aktivitas siswa mulai dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam satu kali pertemuan atau untuk satu RPP dapat terjadi lebih dari satu kali elaborasi, dimana pada elaborasi pertama siswa
10
menemukan konsep dan pada elaborasi kedua siswa mengaplikasikan konsep yang telah ditemukan dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan. 2.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) LKS yang dikembangkan adalah LKS berbasis inquiry dengan tetap berpedoman pada format penulisan LKS yang terdapat di dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar dari Depdiknas tahun 2008. LKS terdiri dari dua jenis yaitu LKS eksperimen dan LKS noneksperimen. LKS eksperimen
berisi petunjuk,
pertanyaan dan
pernyataan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep yang berkaitan dengan KD 3.3 dan 3.4 yang diawali dengan kegiatan eksperimen siswa secara berkelompok di laboratorium atau di ruang kelas. LKS noneksperimen berisi petunjuk dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dari data dan fakta yang diberikan di dalam LKS. LKS memuat SK, KD, tujuan pembelajaran, judul eksperimen (untuk kegiatan eksperimen), teori singkat sebagai pendukung yang membantu siswa menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari dan petunjuk kerja yang dibuat sesederhana mungkin dan dilengkapi dengan gambar-gambar pendukung. Penyajian materi dan soal-soal LKS, berdasarkan prinsip pembelajaran inquiry, yaitu dengan pendekatan induktif, menggunakan kalimat
yang sederhana, jelas dan mudah
dipahami. Soal-soal yang disajikan dalam LKS dirancang sedemikian
11
rupa dalam bentuk essay terstruktur yang dimulai dari masalah yang sederhana ke masalah yang rumit dengan membuat kalimat-kalimat yang dikosongkan di beberapa bagian, sehingga melalui jawaban yang diberikan siswa dengan mengisi bagian kalimat yang kosong, secara bertahap akan membimbing siswa menemukan konsep sendiri. 2.
Media pembelajaran Untuk menunjang proses pembelajaran berbasis inquiry, maka dalam penelitian ini juga turut dikembangkan media pembelajaran yaitu Kit kesetimbangan kimia dan CD animasi flash dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Kit Kesetimbangan Kimia Kit yang dihasilkan berupa sebuah kotak kecil yang berisi seperangkat alat dan bahan kimia yang akan digunakan untuk melaksanakan eksperimen pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia. Kotak
Kit dipilih yang berbahan aluminium sehingga ringan dan
mudah dibentuk. Pada dinding kotak Kit bagian luar dicat dan dinding bagian dalamnya dilapisi dengan kain beludru untuk menghindari kontak langsung antara dinding aluminium dengan zat kimia. Peralatan dan bahan-bahan kimia di dalam kotak Kit disusun dengan menggunakan penyangga dari karet busa untuk menghindari benturan. Bahan-bahan kimia yang digunakan merupakan bahanbahan kimia siap pakai dengan konsentrasi kecil dan aman untuk digunakan di ruang kelas. Selain peralatan dan bahan-bahan kimia
12
untuk eksperimen, Kit juga dilengkapi dengan botol semprot untuk mencuci alat dan botol limbah untuk wadah pembuangan zat sisa serta buku ‘manual direction’ yang membantu guru untuk mempergunakan Kit. Buku ‘manual direction’ berisi daftar peralatan dan bahan-bahan kimia yang terdapat di dalam Kit, daftar objek-objek eksperimen yang dapat dilakukan dengan menggunakan Kit serta langkah-langkah melakukan eksperimen. Kelebihan dari Kit ini adalah, dapat dibawa ke ruang kelas sehingga bisa menggantikan kegiatan pembelajaran di laboratorium. Dengan demikian, Kit ini dapat membantu sekolah yang belum mempunyai
fasilitas
laboratorium
yang
memadai,
sekaligus
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pelajaran kimia agar menjadi lebih konkrit. Kit digunakan dalam pembelajaran bersama dengan penggunaan LKS. b. CD Animasi Flash Kesetimbangan Kimia CD animasi flash yang dihasikan adalah berupa sebuah film animasi yang dibuat menggunakan program macromediaflash. Film berupa animasi gambar bergerak yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, untuk menjelaskan pengaruh tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan. CD animasi flash ini dipergunakan bersamaan dengan penggunaan LKS.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Landasan Teori 1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar sebagai akibat dari interaksi antara pebelajar dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan (by utilization). Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, tapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya. Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti : bahan yang dipelajari, faktor instrumental, lingkungan, dan kondisi individual si pebelajar. Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga
berpengaruh membantu tercapainya kompetensi secara
optimal (Depdiknas, 2008b : 3). Menurut Robert M. Gagne (1988 : 1719), belajar adalah suatu proses yang terjadi di dalam benak seseorang di dalam otaknya yang umumnya melibatkan interaksi dengan lingkungan. Seseorang dikatakan sudah mengalami proses belajar apabila telah terjadi perubahan yang tetap (ajeg) dalam waktu yang relatif lama pada diri individu. Pembelajaran
adalah
usaha-usaha
yang
terencana
dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam 13
14
diri
siswa
(Sadirman, Arief
dkk, 2009 : 7). Dalam Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008, disebutkan bahwa, istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris ‘instruction’, yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs dalam Depdiknas, 2008b : 5, mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb.) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik (pebelajar), sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia (Depdiknas, 2008b : 5). 2. Hakekat Pembelajaran Kimia Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SMA, sesuai dengan standar isi (SI) pada kurikulum KTSP adalah Kimia. Pelajaran Kimia yang merupakan salah satu mata pelajaran kelompok sains, berkembang berdasarkan hasil percobaan untuk menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenaranya dapat dijelaskan dengan logika matematika. Oleh karena itu ilmu kimia harus dibangun melalui pengembangan keterampilan proses sains, seperti : (1) mengobservasi
atau
mengamati,
(2)
menyusun
hipotesis,
(3)
15
merencanakan penelitian, (4) memanipulasi variabel, (5) menginterpretasi data, (6) menyusun kesimpulan sementara, (7) meramal atau memprediksi, (8) mengaplikasikan dan (9) mengkomunikasikan (BNSP, 2007 : vii). Keterampilan-keterampilan proses sains di atas harus ditumbuhkan dalam diri siswa sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Dengan kata lain siswa diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan proses sains tanpa harus menguasai seluruh fakta dan konsep yang terhimpun dalam ilmu kimia setelah menyelesaikan proses pembelajaran (BNSP, 2007 : vii). Dengan demikian, terdapat dua pengertian mengenai ilmu kimia, yaitu ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep,prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan ilmu kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Di dalam Silabus yang dikeluarkan Depdiknas melalui BSNP tahun 2006 hal 5, mata pelajaran kimia di SMA memiliki tujuan sebagai berikut : a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah, yaitu : jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain. c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen,
16
pengambilan, pengolahan dan penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan tersebut secara lisan dan tertulis. d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. e. Memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang berhasil guna, memerlukan strategi yang tepat dan efektif. Pemilihan strategi pembelajaran dilakukan atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal. Roy Killen dalam Wina Sanjaya, 2008 : 295, menyebutkan bahwa secara umum ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centre approaches) dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student centre approaches). Pendekatan pembelajaran
yang
berpusat
pembelajaran
langsung,
pada
pembelajaran
guru
menggunakan
deduktif
atau
strategi
pembelajaran
ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
17
peserta didik menggunakan strategi diskoveri dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan karakteristik ilmu kimia dan kompetensi yang ingin dicapai seperti yang tertuang dalam KTSP, maka pembelajaran kimia lebih tepat dilaksanakan dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student centre approaches) dengan menggunakan strategi inquiry. Dalam Pedoman Pembelajaran Tatap Muka, yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2008d : 5), strategi inquiry dapat dilaksanakan pada pembelajaran dengan menggunakan metode observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya. 3. Pembelajaran Inquiry Pembelajaran inquiry banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakekatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu
secara optimal. Aliran belajar kognitif selanjutnya
melahirkan berbagai teori belajar. Diantara teori-teori itu adalah teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget. Menurut Piaget pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur
18
kognitifnya. Skema itu secara terus-menerus diperbarui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Tugas guru adalah mendorong siswa mengembangkan skema yang terbentuk tersebut (Wina Sanjaya, 2006 : 193-194). a. Konsep Dasar Pembelajaran Inquiry Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan, dengan
tiga ciri utama, yaitu :
(1)
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, (2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, dan (3) mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, logis dan kritis (Wina Sanjaya, 2008 : 303-304). Jadi, dalam pembelajaran inquiry, siswa berperan aktif mencari dan menemukan sendiri konsep dari materi pelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran inquiry terdapat kegiatan merumuskan masalah, mengumpulkan data dan fakta, menganalisis data dan fakta serta menarik kesimpulan sehingga ditemukan suatu konsep dari datadata dan fakta yang telah dianalisis. b. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry Pembelajaran
inquiry
menekankan
kepada
pengembangan
intelektual anak. Atas dasar itu maka dalam penggunaannya terdapat
19
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsipprinsip tersebut adalah : 1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan
utama
pengembangan
dari
kemampuan
pembelajaran berpikir.
inquiry
Dengan
adalah demikian,
pembelajaran inquiry ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran inquiry bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu yang sudah pasti melalui proses berpikir. 2) Prinsip Interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru berperan dalam mengarahkan (directing) agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 3) Prinsip Bertanya Proses berpikir dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan.
20
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan potensi seluruh otak secara maksimal, baik otak kiri maupun otak kanan. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. 5) Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab itu anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. c. Keunggulan Pembelajaran Inquiry Pembelajaran
inquiry
adalah
pembelajaran
yang
banyak
dianjurkan terutama untuk pelajaran dengan karakteritik sains seperti kimia karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut : 1) Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. 2) Pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
21
3) Pembelajaran inquiry sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Pembelajaran inquiry dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. d. Kelemahan Pembelajaran Inquiry Di samping memiliki keunggulan pembelajaran inquiry juga memiliki kelemahan, diantaranya : 1) Kadang-kadang
dalam
mengimplementasikanya,
memerlukan
waktu yang panjang oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 2) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa, asalkan guru benarbenar dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator dengan menyiapkan perangkat pembelajaran yang tepat dan motivator selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, diharapkan pengembangan
22
perangkat pembelajaran berbasis inquiry, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia sehingga tujuan pembelajaran seperti yang tertuang di dalam KTSP dapat dicapai. 4. Perangkat Pembelajaran Ibramim dalam Trianto, 2009 : 9, menyebutkan bahwa perangkat pembelajaran
adalah
perangkat
pembelajaran, yang dapat berupa
yang
digunakan
dalam
proses
: Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), intrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran serta buku ajar siswa. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2009 : 214). RPP juga didefinisikan sebagai program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2008 : 173). Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Dalam Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang standar isi, tercakup tingkat kompetensi minimal (SK dan KD) untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) minimal. SK dan KD
yang tercakup dalam
Permendiknas no. 22 tahun 2006 menjadi arah dan landasan untuk
23
mengembangkan indikator pencapaian dan materi pokok dalam menyusun RPP. Sedangkan untuk merancang penilaian hasil belajar diatur dalam Permendiknas no. 20 tahun 2007 tentang standar penilaian. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sebagai panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran, RPP memiliki komponen-komponen, prinsip-prinsip penyusunan dan langkahlangkah penyusunan yang sudah ditetapkan secara nasional. Berikut diuraikan komponen-komponen RPP, prinsip-prinsip penyusunan RPP serta langkah-langkah penyusunan RPP (Depdiknas, 2008c : 4-10). 1) Komponen RPP RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Adapun komponen-kompenennya adalah : a) Identitas mata pelajaran, meliputi : satuan pendidikan, kelas, semester, program studi, mata pelajaran atau tema pelajaran dan jumlah pertemuan. b) Standar Kompetensi (SK)
24
Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. c) Kompetensi Dasar (KD) Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. d) Indikator pencapaian kompetensi Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. e) Tujuan pembelajaran Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. f) Materi ajar Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. g) Alokasi waktu
25
Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. h) Metode pembelajaran Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. i) Kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu : Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Penutup Penutup
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
26
bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. j) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. k) Sumber belajar Penentuan
sumber
belajar
didasarkan
pada
standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 2) Prinsip Penyusunan RPP a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut e) Keterkaitan dan keterpaduan f)
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
3) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RPP RPP
boleh
disusun
untuk
satu Kompetensi Dasar.
Standar. Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dikutip dari silabus yang dikeluarkan oleh BSNP. Berdasarkan SK dan KD kemudian disusunlah indikator pencapaian kompetensi. SK, KD dan
27
indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Indikator merupakan : a)
ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
b) penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. c)
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
d) rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. e)
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Alokasi
waktu
diperhitungkan
untuk
pencapaian
satu
kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam
satu atau
beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya. 4) Langkah-Langkah Penyusunan RPP Langkah-langkah
minimal
dari
penyusunan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari
Rencana
mencantumkan
identitas RPP (nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
28
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.
Setiap komponen mempunyai arah pengembangan
masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
RPP
boleh disusun untuk satu kompetensi dasar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP berpedoman kepada Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses, Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang standar isi dan Permendiknas
no
20
tahun
2006
tentang
standar
penilaian.
Pengembangan indikator, materi pokok dan alokasi waktu berpedoman kepada SK dan KD yang terdapat dalam standar isi. Pengembangan kegiatan pembelajaran berpedoman kepada standar proses. Penilaian hasil belajar berpedoman kepada standar penilaian. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Di dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar
yang
dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2008 halaman 23-24, dijelaskan tentang pengertian LKS, fungsi dan prinsip pembuatannya, untuk dijadikan pedoman bagi guru.
Lembar kegiatan siswa (student
worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak : judul, kompetensi (KD) yang akan dicapai, informasi pendukung, langkah-langkah kerja, tugastugas yang harus diselesaikan dan penilaian.
29
Menurut Prayitno (2003 : 20), ditinjau dari penggunaannya LKS dapat dibedakan menjadi LKS eksperimen dan LKS noneksperimen. LKS eksperimen adalah LKS yang digunakan untuk membimbing siswa dalam kegiatan praktikum atau menemukan konsep melalui kerja ilmiah. Sedangkan LKS noneksperimen digunakansebagai salah satu alternatif dalam mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran. Dalam menyiapkan LKS guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kegiatan harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan dapat atau tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik. Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Analisis kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. 2) Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. 3) Menentukan judul-judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
30
LKS berbasis inquiry merupakan lembar kegiatan siswa yang disusun berdasarkan prinsip pembelajaran inquiry. Di dalamnya tidak terdapat ringkasan materi. LKS berbasis inquiry berisi petunjuk, pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan untuk membimbing siswa dalam menemukan konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran. Keuntungan
adanya
lembar
kegiatan
bagi
guru,
untuk
memudahkan dalam melaksanakan pembelajaran dan bagi siswa, untuk membantu mereka belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dengan demikian penggunaan LKS dapat
meningkatkan
aktifitas
dan
keterlibatan
siswa
dalam
pembelajaran seperti bekerja dalam kelompok, berdiskusi dan menampilkan hasil diskusi di depan kelas. c. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Berkaitan dengan proses belajar mengajar, Briggs dalam Wina Sanjaya, 2009 : 204, menyatakan media sebagai alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sementara itu, Gagne dan Brings dalam Azhar Arsyad 2009 : 4, mengatakan secara implisit bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk meyampaikan isi materi pelajaran yang terdiri dari, antara lain
31
buku, tape recorder, video, film, kamera, foto, gambar, televisi dan komputer. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat fisik atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerach dan Ely dalam Wina Sanjaya, 2009 : 204, berpendapat bahwa secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memproleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan
semakin
berkembangnya
teknologi
dan
semakin
beragamnya media pengajaran, maka pemilihan media hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media. Menurut Depdiknas (2004),
ada
beberapa
prinsip
dasar
dalam
pemilihan
media
pembelajaran, yaitu : (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, (2) kesesuaian dengan materi, (3) kesesuaian dengan metoda mengajar, (4) karakteristik peserta didik, (5) kondisi tempat belajar, (6) kepraktisan dan (7) ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas. Hal ini juga sejalan dengan pendapat James W. Brown (1977 : 71), yakni :
“Generalized principles of media selection and use : 1)No one medium is best for all purpose, 2)Media uses should be consistent with objectives, 3)Users must familiarize themselves with media content, 4)Media must be appropriate for the mode of instruction, 5)Media must fit student capabilities and learning styles, 6)Media are neither good or bad simply because the are either concrete or abstract, 7)Media should be chosen objectively rather than on the basis of personal preference or bias and 8)Physical conditions surrounding uses of media affect sicnificantly the result obtained”.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini, Edgar Dale (dalam Rahardjo, 1986:49) telah mengklasifikasi pengalaman
32
berlapis dari tingkat paling konkrit menuju yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” (cone of experience) Edgar Dale (Gambar 1) yang dapat membantu menentukan media apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.
abstrak verba Simbol visual
visual radio film tv wisata demonstrasi partisipasi observasi konkrit
Pengamatan langsung
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale Salah satu bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains adalah ‘Kit’. Noerdin, 1995 : 2, menyatakan bahwa Kit adalah seperangkat alat dan bahan yang membantu proses belajar mengajar serta praktikum, agar berjalan lancar, praktis dan
33
ekonomis.
Dengan
adanya
Kit,
maka
praktikum
dapat
juga
dilaksanakan di dalam kelas atau tanpa ruang laboratorium asalkan memenuhi beberapa persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2005:110) bahwa praktikum yang dilakukan di dalam kelas mempunyai persyaraan sebagai berikut : 1. Percobaan tidak menghasilkan gas beracun. 2. Alat
atau
zat
sudah
tersedia
dalam
kotak
untuk
setiap
individu/kelompok dalam mempermudah pelaksanaannya. Kit praktikum memberikan beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Sumiaty (2002:38) yaitu : 1. Kit praktikum dapat membantu sekolah yang tidak mempunyai laboratorium. 2. Kit praktikum dapat menggantikan kegiatan
praktikum di
laboratorium. 3. Kit praktikum dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran kimia. 4. Kit praktikum mudah dibawa. 5. Alat dan bahan untuk praktikum sudah tersedia di dalam kotak sehingga dapat mengatasi kendala guru dalam penyiapkan alat dan bahan praktikum. B. Penelitian yang Relevan 1. Defni Satria (2007) meneliti mengenai pengaruh penggunaan Kit pada pembelajaran Sains terhadap Hasil Belajar sains siswa SD Negeri di
34
Tangkerang Labuai Pekanbaru. Dari hasil penelitiannya didapatkan kesimpulan bahwa hasil belajar sains siswa SD yang diajar dengan menggunakan Kit lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa SD yang diajar tanpa menggunakan Kit. Hasil belajar sains siswa SD dengan motivasi tinggi yang diajar dengan menggunakan Kit
lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa SD dengan motivasi tinggi yang diajar tanpa menggunakan Kit. Hasil belajar sains siswa SD dengan motivasi rendah yang diajar dengan menggunakan Kit
lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa SD dengan motivasi rendah yang diajar tanpa menggunakan Kit. Terdapat interaksi antara penggunaan media Kit dan motivasi belajar terhadap hasil belajar sains. 2. Asmah Dewita (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Alat Peraga dalam Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX MTsN 1 Bukittinggi, menemukan bahwa model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. C. Kerangka Berfikir Dalam konteks implementasi KTSP, proses pembelajaran dimaknai sebagai proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran harus berpusat kepada siswa dimana siswa terlibat secara aktif dan guru lebih berperan sebagai fasilitator.
35
Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di tingkat SMA, sesuai dengan standar isi (SI) pada KTSP adalah Kimia. Pelajaran Kimia sebagai salah satu mata pelajaran kelompok sains harus dibangun melalui pengembangan keterampilan proses sains, seperti : (1) mengobservasi atau mengamati, (2) menyusun hipotesis, (3) merencanakan penelitian, (4) memanipulasi variabel, (5) menginterpretasi data, (6) menyusun kesimpulan sementara, (7) meramal atau memprediksi, (8) mengaplikasikan dan (9) mengkomunikasikan (BNSP, 2007 : vii). Berdasarkan analisis kurikulum dalam standar isi KTSP, terlihat bahwa materi kesetimbangan kimia termasuk materi yang cakupannya cukup luas, kompleks karena terdiri dari tiga kompetensi dasar yaitu KD 3.3, 3.4 dan 3.5 serta bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami oleh siswa. Sementara sarana prasarana penunjang kegiatan laboratorium masih belum memadai. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam menjelaskan konsepkonsep kimia sekaligus menjadi hambatan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran kimia yang sesuai dengan tuntutan KTSP dan karakteristiknya sekaligus mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan pemilihan strategi ataupun pendekatan dengan metode pembelajaran yang tepat, serta mengoptimalkan alat peraga atau media dalam pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran inquiry. Pembelajaran
36
inquiry melibatkan siswa secara aktif dan menekankan pada proses berfikir secara kritis serta analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan, sehingga dapat mengasah pengembangan keterampilan proses sains siswa. Agar pembelajaran berbasis inquiry ini dapat terlaksana dengan baik diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai. Oleh karena itu, penulis mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar berupa LKS serta media membelajaran yang mendukung terlaksananya pembelajaran berbasis inquiry yaitu Kit Kesetimbangan Kimia dan CD animasi flash. Perangkat pembelajaran yang dirancang ini, divalidasi oleh pakar. Untuk melihat praktikalitas dan efektifitasnya maka perangkat pembelajaran ini diujicobakan secara
terbatas
pada
siswa
kelas
XI
di
satu
sekolah.
Dengan
dikembangkannya perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini diharapkan akan terlaksana pembelajaran yang efektif sehingga aktivitas dan aktivitas siswa akan meningkat. Secara ringkas kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
37
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
FAKTA DI LAPANGAN
KIMIA BERDASARKAN KTSP
• Pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered) • Dibangun melalui keterampilan proses sains • Butuh sarana/prasarana menunjang pembelajaran (laboratorium, media, dll) • Butuh strategi serta perangkat pembelajaran yang dapat membangun keterampilan proses sains (sesuai dengan tuntutan KD).
• •
• Pembelajaran belum berpusat kepada siswa. • Sarana/prasarana penunjang pembelajaran (laboratorium, media,dll) masih kurang • Belum tesedia perangkat pembelajaran yang sesuai.
Aktivitas siswa belum optimal Hasil belajar belum memuaskan
Digunakan strategi pembelajaran inquiry pada KD 3.3 dan 3.4
Dikembangkang perangkat pembelajaran (RPP, LKS, Kit dan CD animasi flash) untuk menunjang mempelajaran inquiry
Perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang valid dan praktis. Pembelajaran yang efektif • •
Aktivitas siswa meningkat Hasil belajar meningkat
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan
tujuan
menghasilkan perangkat
penelitian,
yaitu
mengembangkan
dan
pembelajaran yang valid dan praktis, maka
penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian pengembangan (developmental research). Menurut Sugiyono (2008: 407), penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Hal ini juga dipertegas oleh Soenarto (2005:1), yang menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang akan digunakan dalam pendidikan. Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis inquiry berupa RPP, LKS, dan media pembelajaran berupa Kit dan CD animasi flash untuk materi kesetimbangan kimia kelas XI pada KD 3.3 dan 3.4, yang valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu, setelah produk dikembangkan, diuji validitas, praktikalitas dan efektifitasnya. B. Model Pengembangan Dalam penelitian ini, model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4-D (four D models), yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel pada tahun 1974. Model pengembangan 4-D terdiri dari 4 tahap utama yaitu : (1) define atau pendefinisian, (2) design atau perancangan, (3) develop atau pengembangan
38
39
dan (4) disseminate atau penyebaran (Trianto, 2009 :189). Pada penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap ke tiga saja yaitu tahap develop atau pengembangan.
Adapun
perangkat pembelajaran ini
langkah-langkah
rancangan
pengembangan
digambarkan seperti bagan pada gambar 3
berikut :
Analisis Ujung Depan
Analisis Tugas
Analisis Konsep
Define
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Merancang perangkat pembelajaran
Design
Validasi oleh Pakar Revisi Uji Coba terbatas pada subjek uji coba Develop Analisis Hasil Uji Coba Revisi Perangkat Pembelajaran yang valid, praktis,efektif.
Gambar 3. Bagan Langkah-langkah Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D (dimodifikasi dari Thiagarajan, Semmel dan Semmel dalam Trianto, 2009 : 190)
40
Berdasarkan rancangan pengembangan perangkat pembelajaran di atas, maka langkah-langkahnya dapat dirinci sebagai berikut : 1. Tahap pendefinisian (define phase) Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap define. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis ujung depan, analisis tugas dan analisis konsep. Analisis ujung depan bertujuan memunculkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran berpatokan kepada kurikulum yang berlaku saat ini (KTSP), maka analisis ujung depan dalam hal ini adalah menganalisis kurikulum KTSP, kondisi ideal dari proses pembelajaran kimia yang diharapkan kurikulum dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Berdasarkan masalah ini disusun alternatif perangkat pembelajaran yang relevan. Pada analisis tugas dilakukan analisis terhadap SK dan KD yang akan dikembangkan perangkat pembelajarannya. Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah SK 3 dan KD yang dianalisis adalah KD 3.3 dan KD 3.4 yang terdapat di dalam standar isi KTSP. Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan, sehingga membentuk suatu peta konsep. Tujuan analisis ini adalah untuk menetapkan hirarki konsep yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. Pada analisis konsep dirumuskan indikator berdasarkan SK 3 dan KD 3.3
41
serta KD 3.4 untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan indikator yang telah dirumuskan lalu dipilih materi esensial yang sesuai. Dari indikator dan materi esensial yang telah dirumuskan kemudian dirancang kegiatan pembelajaran agar kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dengan mudah. 2. Tahap Perancangan (design phase) Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototype perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang akan dikembangkan berdasarkan dari hasil analisis ujung depan, analisis tugas dan analisis konsep. Perangkat pembelajaran yang dirancang meliputi RPP, LKS, media pembelajaran (Kit dan CD animasi flash) serta instrumen tes hasil belajar. Langkahlangkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : a. Merancang RPP yang dilakukan dengan format yang sesuai dengan format penulisan RPP dalam buku panduan pengembangan RPP dari Depdiknas tahun 2008. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan dengan mengadobsi langkah-langkah pembelajaran inquiry
(dalam
penelitian ini digunakan inquiry terpimpin) yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. b. Merancang LKS yang dilakukan dengan pemilihan format yang sesuai dengan format penulisan LKS dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar dari Depdiknas tahun 2008, dengan memperhatikan syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis.
42
c. Pemilihan dan perancangan media pembelajaran yang dilakukan dengan cara memilih media yang tepat yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran serta berdasarkan fasilitas yang tersedia di sekolah. Dalam penelitian ini media yang dirancang ada dua macam yaitu Kit dan CD animasi flash. Kedua media ini dirancang untuk membantu siswa mengikuti pembelajaran berbasis inquiry. Dalam merancang Kit sebelumnya dilakukan dulu validasi empiris yang bertujuan untuk melihat keberfungsian Kit. Validasi empiris dilakukan dengan cara mengguji coba Kit untuk mengetahui apakah alat berfungsi dengan baik, apakah bahan-bahan kimia dapat dan aman digunakan dan apakah Kit dapat menghasilkan data yang akurat sesuai dengan teori. Perancangan
CD
animasi
flash
dilakukan
berdasarkan
tujuan
pembelajaran dan konsep kimia yang diharapkan akan ditemukan siswa dari menyaksikan pemutaran CD animasi tersebut. CD animasi flash yang dihasikan adalah berupa sebuah film animasi yang dibuat menggunakan program macromediaflash. Film berupa animasi gambar bergerak yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, untuk menjelaskan pengaruh tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan d. Perancangan alat evaluasi (instrumen tes hasil belajar) disusun berdasarkan analisis tugas dan indikator yang telah dirumuskan. Dari indikator dirumuskan kisi-kisi soal. Dari kisi-kisi soal baru disusun instrumen tes hasil belajar. Alat evaluasi ini digunakan sebagai alat
43
mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah kegiatan pembelajaran. 3. Tahap Pengembangan (develop phase) Tahap
develop
bertujuan
untuk
menghasilkan
perangkat
pembelajaran yang valid, praktis dan efektif. Tahap ini terdiri dari : a. Validasi perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dan siswa terlebih dahulu divalidasi, yaitu validasi isi dan validasi konstruk. Validasi isi, bertujuan untuk melihat apakah perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang telah dirancang, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Validasi konstruk, bertujuan untuk melihat kesesuaian komponen-komponen perangkat pembelajaran dengan
indikator
yang
telah
ditetapkan.
Validasi
perangkat
pembelajaran dilakukan oleh 4 orang yaitu 2 orang dosen Kimia UNP dan dua orang dari guru kimia di kota Padang. Nama-nama validator dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Nama-Nama Validator No. Nama Validator 1. Dr. Jon Efendi, M.Si 2. Dr. Mawardi, M.Si 3. Drs. Yendri Faisal 4. Dra. Ratna Helen Saragih
Profesi Dosen Kimia UNP Dosen Kimia UNP Guru Kimia Guru Kimia
Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk mengisi lembar validasi perangkat pembelajaran dan diskusi. Masukan dari validator digunakan untuk memperbaiki atau merevisi perangkat pembelajaran
44
yang dikembangkan. Validasi dikatakan selesai, apabila hasil analisis data validasi dari validator telah mencapai kategori valid. b. Uji coba terbatas Setelah perangkat pembelajaran dinyatakan valid oleh validator, selanjutnya dilakukan uji coba untuk melihat praktikalitas dan efektivitas perangkat tersebut. Uji coba dilakukan pada siswa XI IPA2 SMA 7 Padang. Pada waktu uji coba peneliti berperan sebagai guru. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh 3 orang observer untuk mengamati keterlaksanaan RPP dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Pengamat yang ditunjuk adalah satu orang guru kimia dari sekolah tempat uji coba dan dua orang rekan sejawat peneliti, yang sebelumnya sudah diberikan arahan pelaksanaan. Diakhir pembelajaran siswa diminta untuk mengisi angket respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis inquiry. Data hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui praktikalitas dan efektivitas dari perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan. Praktikalitas perangkat pembelajaran dilihat dari hasil analisis data keterlaksanaan RPP, data angket respon siswa dan data angket respon guru. Efektivitas perangkat pembelajaran dilihat dari hasil analisis data observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran (untuk ranah afektif dan psikomotor) dan dari hasil belajar siswa (untuk ranah kognitif).
45
C. Defenisi Operasional Berikut adalah defenisi operasional dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini : 1. Perangkat Pembelajaran Berbasis Inquiry Perangkat pembelajaran berbasis inquiry adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran melalui strategi inquiry. Perangkat pembelajaran yang dimaksud berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dirancang berbasis inquiry, media pembelajaran berupa Kit dan CD animasi flash serta alat evaluasi. 2. Validitas perangkat pembelajaran Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan produk yang dihasilkan. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran dikatakan valid jika persentase penilaian validator ≥ 61%. 3. Praktikalitas perangkat pembelajaran Praktikalitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan kemudahan dalam menggunakan perangkat tersebut, baik oleh guru maupun oleh siswa. Praktikalitas dapat diketahui setelah dilakukan uji coba terhadap perangkat pembelajaran tersebut kepada siswa. Data dikumpulkan melalui kegiatan observasi keterlaksanaan RPP, angket respon guru dan angket respon siswa. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran dikatakan praktis, jika tingkat keterlaksanaan perangkat pembelajaran ≥ 61%. 4. Efektivitas perangkat pembelajaran
46
Efektivitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan hasil yang didapatkan siswa sesuai dengan yang diharapkan. Efektivitas perangkat pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif, kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan tersebut, diberikan tes. Hasil belajar siswa ranah afektif dan psikomotor diperoleh dari data observasi aktivitas siswa selama pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika : a. 80% dari siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada KD 3.3 dan 3.4. KKM pada KD 3.3 dan 3.4 adalah 65 untuk ranah kognitif dan 70 untuk ranah psikomotor. b. Aktivitas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran dengan menggunakan
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan,
berdasarkan hasil pengamatan tergolong sering muncul. D. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar validasi, yang terdiri dari lembar validasi RPP, lembar validasi LKS, lembar validasi Kit, lembar validasi CD animasi flash dan lembar validasi alat evaluasi. Data yang didapatkan digunakan untuk mengetahui tingkat validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 2. Lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan RPP, lembar observasi aktifitas siswa dan lembar observasi hasil belajar ranah
47
psikomotor. Data yang diperoleh dari lembar observasi keterlaksanan RPP digunakan untuk mengetahui praktikalitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Data yang diperoleh dari observasi aktivitas siswa dan lembar observasi hasil belajar ranah psikomotor digunakan untuk melihat efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 3. Angket, yang terdiri dari angket respon siswa dan respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Data yang diperoleh digunakan
untuk
melihat
tingkat
praktikalitas
perangkat
yang
dikembangkan. 4. Lembar tes hasil belajar ranah kognitif. Data yang diperoleh digunakan untuk melihat efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. E. Teknik Analisis Data Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data hasil validasi oleh validator terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, LKS, Kit dan CD animasi flash) dan alat evaluasi, data yang diambil dari pelaksanaan uji coba terbatas kepada subjek uji coba berupa hasil observasi selama proses pembelajaran, angket respon guru dan respon siswa serta lembar tes hasil belajar. Data yang didapat melalui instrumen pengumpul data kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif untuk data kuantitatif dan analisis kualitatif (non statistik) untuk data kualitatif. 1. Analisis Data Validitas Data yang digunakan untuk melihat validitas adalah hasil validasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan dari validator. Data validasi
48
untuk RPP dan Kit berupa skala Guttman dan skala Likert. Penskoran untuk skala Guttman adalah dengan ketentuan : nilai 1 = ada, nilai 0 = tidak ada. Penskoran untuk
skala Likert 1-4, dengan ketentuan : nilai 1 = tidak
satupun deskriptor yang tampak, nilai 2 = satu deskriptor yang tampak, nilai 3 = dua deskriptor yang tampak dan nilai 4 = tiga atau lebih deskriptor yang tampak. Data validasi untuk LKS dan tes hasil belajar berupa skala Likert 14 dengan ketentuan : nilai 1 = sangat tidak setuju, nilai 2 = tidak setuju, nilai 3 = setuju dan nilai 4 = sangat setuju. Dari seluruh item yang diberikan, kemudian ditabulasi dan dicari persentasenya dengan rumus : skor item yang diperoleh V =
x 100% skor maksimum
Berdasarkan harga V yang diperoleh, ditetapkan kriteria kevalidan yaitu : Tabel 2. Kategori validitas perangkat pembelajaran (%)
Kategori Tidak valid Kurang valid Cukup valid Valid Sangat valid
0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 (Riduwan, 2007: 88) 2. Analisis Data Praktikalitas Analisis
data
praktikalitas
diperoleh
dari
lembar
observasi
keterlaksanaan perangkat pembelajaran, angket respon guru dan angket respon siswa terhadap LKS dan media pembelajaran yang dikembangkan. Data yang dikumpulkan berupa skala Guttman dan skala Likert. Penskoran
49
untuk skala Guttman adalah dengan ketentuan : nilai 1 = sesuai rencana, nilai 0 = tidak sesuai rencana. Penskoran untuk skala. Likert 1-4 dengan ketentuan : nilai 1 = tidak melaksanakan, nilai 2 = melaksanakan tapi tidak sesuai dengan rencana, nilai 3 = melaksanakan kurang sesuai dengan rencana dan nilai 4 = melaksanakan sesuai dengan rencana. Data angket respon siswa yang dikumpulkan berupa skala Likert 1-4 dengan ketentuan : nilai 1 = sangat tidak setuju, nilai 2 = tidak setuju, nilai 3 = setuju dan nilai 4 = sangat setuju. Data yang diperoleh dideskripsikan dengan teknik analisis frekuensi data dengan rumus :
P =
skor item yang diperoleh skor maksimum
x
100 %
Berdasarkan harga P yang diperoleh, ditetapkan kriteria kepraktisan yaitu : Tabel 3. Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran (%) 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 (Riduwan, 2007: 88)
Kategori Tidak praktis Kurang praktis Cukup praktis Praktis Sangat praktis
3. Analisis Data Efektivitas Analisis data efektivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar penilaian hasil belajar siswa. a. Analisis observasi aktivitas siswa.
50
Analisis aktifitas siswa berdasarkan atas hasil lembaran observasi yaitu dengan menghitung jumlah siswa yang terlibat dalam setiap aktivitas yang ditetapkan lalu diberi skor sesuai dengan kategori berikut : Tabel 4. Skor Kategori Frekuensi Keaktifan Siswa f (frekuensi) Kategori f<6 Tidak pernah muncul 6≤f<6 Jarang muncul 8 ≤ f < 10 Agak sering muncul Sering muncul 10 ≤ f < 12 Sangat sering muncul f ≥ 12 (Dimodifikasi dari Muliyardi, 2006)
Skor 0 1 2 3 4
Hasil observasi ditampilkan dalam suatu tabel dan dicari reratanya, kemudian dikonfirmasikan pada kriteria berikut : 1) Jika rerata > 3,2 maka aktivitas dikategorikan sangat sering muncul. 2) Jika 2,4 < rerata ≤ 3,2 maka aktivitas dikategorikan sering muncul. 3) Jika 1,6 < rerata ≤ 2,4 maka aktivitas dikategorikan agak sering muncul. 4) Jika 0,8 < rerata ≤ 1,6 maka aktivitas dikategorikan jarang muncul. 5) Jika rerata ≤ 0,8 maka aktivitas dikategorikan tidak pernah muncul. b. Analisis tes hasil belajar Analisis tes hasil belajar didasarkan pada data hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan ranah psikomotor untuk KD 3.3 dan 3.4. Ketuntasan belajar siswa didasarkan pada nilai KKM untuk KD tersebut, yaitu 65 untuk ranah kognitif dan 70 untuk ranah psikomotor. Siswa dikatakan tuntas pada KD 3.3. dan 3.4 apabila memperoleh nilai minimal 65 untuk ranah kognitif dan 70 untuk ranah psikomotor.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang proses pengembangan perangkat pembelajaran berbasis inquiry. Sesuai dengan langkah-langkah pengembangan yang sudah dikemukakan pada Bab 3, maka proses dimulai dari analisis
kurikulum
dan
validasi
instrumen
penelitian
serta
perangkat
pembelajaran. Instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran yang sudah valid selanjutnya diujicobakan secara terbatas pada siswa kelas XI SMAN 7 Padang. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dan dianalisis. A. Tahap Pendefinisian (define phase) Pada tahap define ini dilakukan penetapan syarat-syarat pembelajaran dengan menganalisis tujuan pembelajaran dari materi yang dikembangkan perangkatnya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisis Ujung Depan Analisis ujung depan atau analisis kebutuhan ini bertujuan memunculkan masalah mendasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang dituntut oleh KTSP dapat dicapai dengan mudah. a. Analisis Tugas Kegiatan yang dilakukan dalam analisis tugas adalah menganalisis SK dan KD yang digunakan dalam pengembangan
perangkat
pembelajaran. Dalam penelitian ini, SK dan KD yang akan dikembangkan perangkat pembelajarannya adalah SK 3 (Memahami 51
52
kinetika
reaksi,
kesetimbangan
kimia
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri) pada KD 3.3 (Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan) dan KD 3.4 (Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan), seperti yang terdapat dalam standar isi KTSP. Berdasarkan SK 3, KD 3.3, dihasilkan rumusan indikator sebagai berikut : 3.3.1. Menjelaskan kesetimbangan kimia (kesetimbangan dinamis) 3.3.2. Membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen 3.3.3. Menjelaskan tetapan kesetimbangan 3.3.4. Menganalisis pengaruh perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan melalui percobaan 3.3.5. Meramalkan
arah
pergeseran
kesetimbangan
dengan
menggunakan azas Le Chatelier Berdasarkan SK 3,
KD 3.4,
dihasilkan rumusan indikator sebagai
berikut : 3.4.1. Menghitung harga tetapan kesetimbangan (Kc) berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan 3.4.2. Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas yang bereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang 3.4.3. Menghitung harga Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya
53
3.4.4. Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat disosiasi b. Analisis Konsep Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan, sehingga membentuk suatu peta konsep. Tujuan analisis ini adalah untuk menetapkan
hierarki
materi
yang
akan
dibahas
dalam
proses
pembelajaran. Maka setelah indikator-indikator dirumuskan selanjutnya disusun materi-materi esensial yang dibutuhkan siswa untuk dapat mencapai kompetensi pada KD 3.3 dan KD 3.4 sesuai dengan indikator yang sudah dirumuskan. Materi-materi tersebut adalah : 1) Reaksi reversible (dapat balik) 2) Konsep kesetimbangan dinamis 3) Konsep kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen 4) Tetapan kesetimbangan 5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan 6) Azaz Le Chatelier 7) Menghitung harga tetapan kesetimbangan (Kc dan Kp) Materi-materi tersebut kemudian disusun secara sistematis sehingga membentuk suatu hubungan yang relevan antar materi dan disebut
54
sebagai peta konsep. Berdasarkan analisis konsep, maka peta konsep untuk KD 3.3 dan KD 3.4 adalah sebagai berikut :
Kesetimbangan Kimia
berlangsung dalam
ruang tertutup
bersifat
mengalami
dinamis
pergeseran
yang dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi
suhu
dapat berupa
kesetimbangan homogen
volume ruangan
tekanan ruangan
mempunyai
tetapan kesetimbangan
kesetimbangan heterogen
meliputi
Kc
dipengaruhi oleh
Kp
Gambar 4. Peta Konsep Kesetimbangan Kimia
suhu
55
Dalam pelaksanaannya di kelas, untuk mencapai indikatorindikator yang sudah dirumuskan di atas, proses pembelajaran dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan (16 jam pelajaran) dengan rincian sebagai berikut : 1) Pertemuan 1 untuk pencapaian indikator 3.3.1 dan 3.3.2. 2) Pertemuan 2 untuk pencapaian indikator 3.3.3. 3) Pertemuan 3 untuk pencapaian indikator 3.4.1 dan 3.4.2. 4) Pertemuan 4 untuk pencapaian indikator 3.4.3 dan 3.4.4. 5) Pertemuan 5 untuk pencapaian indikator 3.3.4, tujuan pembelajaran 1. 6) Pertemuan 6 untuk pencapaian indikator 3.3.4, tujuan pembelajaran 2. 7) Pertemuan 7 untuk pencapaian indikator 3.3.4, tujuan pembelajaran 3 dan indikator 3.3.5. Urutan indikator yang hendak dicapai untuk tiap-tiap pertemuan disusun
berdasarkan
pendekatan
hierarkis.
Pendekatan
hierarkis
menunjukkan hubungan yang bersifat subordinatif antara beberapa indikator yang ingin dicapai. Dengan demikian ada indikator yang mendahului dan ada yang dikemudiankan. Indikator yang mendahului merupakan prasyarat bagi indikator yang berikutnya (Depdiknas, 2008a : 13). B. Tahap Perancangan (design phase) Berdasarkan hasil analisis pada tahap define maka ditetapkanlah apa saja perangkat pembelajaran yang perlu dikembangkan agar siswa dapat menguasai kompetensi yang dituntut pada KD 3.3 dan KD 3.4 yang sesuai dengan strategi
56
pembelajaran inquiry, yaitu RPP, LKS dan media pembelajaran (Kit dan CD Animasi Flash). Pada tahap design ini perangkat pembelajaran dirancang, karena tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototype perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang akan dikembangkan tersebut. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : 1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dari perancangan RPP, dihasilkan sebanyak 7 buah RPP yang akan disajikan untuk tujuh kali pertemuan (16 jam pelajaran), yang terdiri dari : a. RPP 1 RPP 1 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran. Pada RPP 1 ini terdapat dua indikator yang harus dicapai yaitu indikator 3.3.1. Menjelaskan kesetimbangan kimia (kesetimbangan dinamis) dan indikator 3.3.2. Membedakan kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Pada RPP 1 ini terdapat 3 tujuan pembelajaran yaitu : 1) Siswa dapat menjelaskan reaksi dapat balik (reversible) melalui percobaan. 2) Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan kimia (kesetimbangan dinamis). 3) Siswa
dapat
membedakan
kesetimbangan heterogen. b. RPP 2
kesetimbangan
homogen
dan
57
RPP 2 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian pembelajaran pada RPP 2 adalah indikator 3.3.3 Menjelaskan tetapan kesetimbangan, dengan tujuan pembelajaran sebagai berikut : 1) Siswa dapat menjelaskan pengertian tetapan kesetimbangan. 2) Siswa dapat menuliskan persamaan tetapan kesetimbangan jika diketahui persamaan reaksi kesetimbangannya. c. RPP 3 RPP 3 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran. Pada RPP 3 terdapat dua indikator yang harus dicapai yaitu indikator 3.4.1. Menghitung harga tetapan kesetimbangan (Kc) berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan dan indikator 3.4.2 Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas yang bereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang. Tujuan pembelajaran pada RPP 3 adalah : 1) Siswa
dapat
menghitung
harga
tetapan
kesetimbangan
(Kc)
berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan. 2) Siswa dapat menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas yang bereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang. d. RPP 4 RPP 4 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan keempat dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Pada RPP 4 juga terdapat dua indikator yang harus dicapai yaitu indikator 3.4.3. Menghitung harga
58
Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya dan indikator 3.4.4 Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat disosiasi. Tujuan pembelajaran pada RPP 4 adalah : 1) Siswa dapat menghitung harga Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya. 2) Siswa dapat menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat disosiasi. e. RPP 5 RPP 5 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan kelima dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian pembelajaran pada RPP 5 adalah indikator 3.3.4 Menganalisis pengaruh perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan melalui percobaan, dengan tujuan pembelajaran yaitu : Siswa dapat menganalisis pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan melalui percobaan. f. RPP 6 RPP 6 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan keenam dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian pembelajaran pada RPP 6 adalah indikator 3.3.4 Menganalisis pengaruh perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan melalui percobaan, dengan tujuan pembelajaran yaitu :
59
Siswa
dapat
menganalisis
pengaruh
suhu
terhadap
pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan. g. RPP 7 RPP 7 digunakan dalam proses pembelajaran pada pertemuan ketujuh dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Indikator pencapaian pembelajaran pada RPP 7 adalah indikator 3.3.4 Menganalisis pengaruh perubahan konsentrasi, suhu, tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan melalui percobaan dan indikator 3.3.5 Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier Tujuan pembelajaran pada RPP 7 adalah : 1) Siswa dapat menganalisis pengaruh tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan. 2) Siswa dapat meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier. Hasil rancangan RPP secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 199. 2. Merancang Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dari perancangan LKS, dihasilkan sebanyak 11 judul kegiatan yang dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu LKS eksperimen (3 judul) dan LKS noneksperimen (8 judul). LKS eksperimen berisi petunjuk, pernyataan dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep yang berkaitan dengan KD 3.3 dan 3.4 yang diawali dengan kegiatan eksperimen siswa secara berkelompok di laboratorium atau di ruang kelas.
60
Dalam proses pembelajaran LKS eksperimen digunakan bersamaan dengan penggunaan Kit sehingga kegiatan eksperimen dapat dilaksanakan di ruang kelas. LKS eksperimen terdiri dari : a. LKS 1 yang digunakan siswa untuk mengamati dan menemukan adanya reaksi kimia dapat balik. Penemuan ini nantinya akan digunakan siswa untuk
menjelaskan
tentang
pengertian
kesetimbangan
kimia
(kesetimbangan dinamis). b. LKS 8 yang digunakan siswa untuk menganalisis pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia melalui eksperimen. c. LKS 9 yang digunakan siswa untuk menganalisis pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia melalui eksperimen. LKS
noneksperimen
berisi
petunjuk
dan
pertanyaan
yang
membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep yang berkaitan dengan KD 3.3 dan 3.4 dengan cara menganalisis data percobaan atau fakta yang diberikan di dalam LKS. LKS noneksperimen terdiri dari : a. LKS 2 yang digunakan siswa untuk menemukan konsep kesetimbangan dinamis. b. LKS 3 yang digunakan siswa untuk menemukan konsep kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. c. LKS 4 yang digunakan siswa untuk menemukan pengertian tetapan kesetimbangan. d. LKS 5, 6 dan 7 yang digunakan siswa untuk menemukan cara menghitung tetapan kesetimbangan (Kc dan Kp) dan derajat disosiasi.
61
e. LKS 10 yang digunakan siswa untuk mempelajari azaz Le Chatelier. d. LKS 11 yang digunakan siswa untuk menganalisis pengaruh tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan kimia. Penggunaan LKS 11 dalam proses pembelajaran diawali dengan pemutaran CD Animasi Flash. Hasil rancangan LKS secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 200. 3. Perancangan media pembelajaran Media pembelajaran yang dirancang terdiri dari dua jenis, yaitu Kit dan CD Animasi Flash. a. Kit
yang
dihasilkan
dari
perancangan
adalah
Kit
eksperimen
kesetimbangan kimia. Pemilihan Kit eksperimen ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kimia khususnya KD 3.3 yang tertuang di dalam KTSP yaitu melatih psikomotor dan memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik melalui kegiatan eksperimen. Kit yang dihasilkan dari perancangan berupa sebuah kotak kecil dengan panjang 38 cm, lebar 22 cm dan tinggi 15 cm, yang berisi seperangkat alat dan bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan eksperimen pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia. Kotak
Kit dipilih yang berbahan aluminium
sehingga ringan dan mudah dibentuk. Pada dinding kotak Kit bagian luar dicat dan dinding bagian dalamnya dilapisi dengan kain beludru untuk menghindari kontak langsung antara dinding aluminium dengan zat kimia. Peralatan dan bahan-bahan kimia di dalam kotak Kit disusun dengan menggunakan penyangga dari karet busa untuk menghindari
62
benturan. Bahan-bahan kimia yang digunakan merupakan bahan-bahan kimia siap pakai dengan konsentrasi kecil dan aman untuk digunakan di ruang kelas. Selain peralatan dan bahan-bahan kimia untuk eksperimen, Kit juga dilengkapi dengan botol semprot untuk mencuci alat dan botol limbah untuk wadah pembuangan zat sisa serta buku ‘manual direction’ yang membantu guru untuk mempergunakan Kit. Buku ‘manual direction’ berisi daftar peralatan dan bahan-bahan kimia yang terdapat di dalam Kit, daftar objek-objek eksperimen yang dapat dilakukan dengan menggunakan Kit serta langkah-langkah melakukan eksperimen. Ada tiga judul eksperimen pada materi kesetimbangan kimia yang dapat dilakukan, yaitu : 1) Reaksi dapat balik, 2) Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia dan 3) Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia. Foto hasil rancangan Kit dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 201. b. CD animasi flash yang dihasikan adalah berupa sebuah film animasi yang dibuat menggunakan program macromediaflash.
Film berupa
animasi gambar bergerak yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada KD 3.3 materi kesetimbangan kimia, untuk menjelaskan pengaruh tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan. CD animasi flash ini dipergunakan bersamaan dengan penggunaan LKS 11. 4. Perancangan alat evaluasi (Tes Hasil Belajar) Perancangan alat evaluasi disusun berdasarkan hasil rumusan tujuan pembelajaran. Bentuk instrumen terdiri dari 15 buah soal pilihan ganda yang
63
dirancang untuk dikerjakan siswa dalam waktu 1 jam pelajaran (45 menit). Instrumen tes yang dibuat diuji validitasnya secara kualitatif oleh pakar. Validitas secara kuantitatif tidak dilaksanakan karena soal-soal yang dijadikan sebagai instrumen diadsorbsi dari soal-soal yang sudah standar yang terdapat dalam buku bank soal ebtanas. Instrumen tes hasil belajar secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 202. C. Tahap Pengembangan (develop phase) Tahap develop bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan media pembelajaran) yang valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan mengujian validitas, praktikalitas dan efektifitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan. Pengujian validitas yaitu dengan memvalidasi perangkat oleh para pakar dan praktisi, kemudian dilakukan revisi. Pengujian praktikalitas dan efektivitas yaitu
dengan
mengujicobakan
perangkat
pembelajaran
yang
telah
dikembangkan tersebut ke dalam proses pembelajaran di kelas, dengan hasil sebagai berikut : 1. Hasil validasi perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran yang telah dirancang, selanjutkan akan divalidasi oleh validator. Validasi dilakukan oleh 4 orang validator yang terdiri dari 2 orang pakar di bidang kimia dan 2 orang guru kimia (praktisi). Instrumen yang digunakan oleh validator dalam memvalidasi adalah lembar validasi yang berisi penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan, yang disediakan sendiri oleh peneliti (lampiran 1
64
halaman 110). Berdasarkan hasil diskusi dan saran-saran dari validator, perangkat pembelajaran kemudian direvisi. Hasil revisi secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Kimia Berbasis Inquiry PERANGKAT YANG DIKEMBANGKAN SEBELUM REVISI
SESUDAH REVISI
RPP 1) Pada kegiatan inti tidak diuraikan langkah-langkah kegiatan dalam LKS. 2) Pada bagian penilaian tidak disertakan kunci jawaban dan cara penilaian.
1) Pada kegiatan inti diuraikan langkahlangkah kegiatan dalam LKS. 2) Pada bagian penilaian disertakan kunci jawaban dan cara penilaiannya.
LKS 1) Pada LKS noneksperimen tidak dicantumkan alat dan media pembelajaran. 2) Kata ‘ballance’ pada bagian pengantar di LKS 2 tidak tepat untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’. 3) Tidak ada petunjuk yang membimbing siswa dalam menganalisis data pada LKS 3. 4) Pada LKS noneksperimen tidak dicantumkan alat dan media pembelajaran. 5) Kata ‘ballance’ pada bagian pengantar di LKS 2 tidak tepat untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’. 6) Tidak ada petunjuk yang membimbing siswa dalam menganalisis data pada LKS 3. 7) Judul tabel 3 pada LKS 4, yaitu : Hasil percobaan H2(g) + I2(g) 2HI(g), pada suhu 440 oC, kurang tepat. 8) Terdapat kesalahan konsep pada LKS 5 bagian ‘catatan’ poin 3 dan 4. 9) Tabel pengamatan pada LKS 9 belum komunikatif (kurang sesuai dengan langkah kerja), yaitu : Pengamatan terhadap CuSO4 CuSO4 dan NaCl Reaksi : CuSO4+NaCl CuCl2Na2SO4 ∆H = > 0 CuSO4 dan NaCl setelah dipanaskan Reaksi : CuSO4+NaCl CuCl2+Na2SO4 ∆H = > 0 CuSO4 dan NaCl setelah didinginkan Reaksi : CuSO4+NaCl CuCl2+Na2SO4 ∆H = > 0
Warna
Kesetimbangan bergeser ke.. -
1) Pada LKS noneksperimen juga dicantumkan alat dan media pembelajaran. 2) Kata ‘ballance’ diganti dengan kata ‘equal’ untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’. 3) Ditambahkan kalimat : “Perhatikan fasa zat yang bereaksi dan fasa hasil reaksi!” sebagai petunjuk yang membimbing siswa menganalisis data pada LKS 3. 4) Pada LKS noneksperimen juga dicantumkan alat dan media pembelajaran. 5) Kata ‘ballance’ diganti dengan kata ‘equal’ untuk menyatakan ‘kesetimbangan kimia’. 6) Ditambahkan kalimat : “Perhatikan fasa zat yang bereaksi dan fasa hasil reaksi!” sebagai petunjuk yang membimbing siswa dalam menganalisis data pada LKS 3. 7) Judul tabel 3 pada LKS 4 diganti dengan : Hasil percobaan dari reaksi antara gas H2, gas I2 dan gas HI pada suhu 440 oC dengan empat perlakuan (percobaan). 8) Kesalahan konsep telah diperbaiki. 9) Tabel pengamatan pada LKS 9 disempurnakan menjadi : Pengamatan terhadap CuSO4 CuSO4 + NaCl Reaksi : CuSO4 +NaCl Na2SO4 ∆H = > 0
CuCl2+
Tabung P (CuSO4) Tabung B (CuSO4 + NaCl) Tabung A (CuSO4 + NaCl setelah dipanaskan) Tabung C (CuSO4 dan NaCl setelah didinginkan) Tabung B setelah dipanaskan Tabung B selelah didinginkan
Warna
Kesetimbangan bergeser ke.. -
65
Lanjutan Tabel 5. Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Kimia Berbasis Inquiry PERANGKAT YANG DIKEMBANGKAN SEBELUM REVISI
SESUDAH REVISI
LKS 10) Pada LKS 11 tidak ada gambar animasi yang membantu siswa menjawab pertanyaan dalam LKS. 11) Gambar dan warna kurang menarik.
10) Ditambahkan gambar animasi yang sesuai. 11) Gambar dan warna dibuat lebih menarik.
KIT 1) Kotak Kit dibuat dari bahan seng plat. 2) Kit tidak dilengkapi dengan buku panduan penggunaan (manual direction). 3) Tempat tabung reaksi tidak ditutup pada bagian belakangnya sehingga sulit mengamati perubahan warna yang berubah tipis.
1) Kotak Kit dibuat dari bahan aluminium. 2) Kit dilengkapi dengan buku panduan penggunaan (manual direction). 3) Tempat tabung reaksi ditutupi pada bagian belakangnya dengan karton putih sehingga memudahkan dalam mengamati perubahan warna yang berubah tipis.
CD-Animasi Flash 1) Animasi flash tidak dilengkapi dengan kata-kata penekanan yang menyuruh siswa untuk memfokuskan perhatiannya kepada objek yang dituju. 2) Warna larutan hasil reaksi kimia tidak sesuai dengan warna yang sesungguhnya. 3) Tidak diberikan tanda waktu reaksi berlangsung.
1) Ditambahkan kata-kata penekanan agar siswa memfokuskan perhatiannya kepada objek yang dituju. 2) Warna larutan hasil reaksi kimia disesuaikan dengan warna yang sesungguhnya. 3) Diberikan tanda waktu reaksi berlangsung berupa angka hitungan maju 1 sampai 5.
Alat Evaluasi 1) Soal nomor 5 tidak sesuasi dengan indikator soal yang dibuat. 2) Ada indikator pencapaian pembelajaran yang tidak diujikan (tidak ada soalnya).
1) Soal nomor 5 disesuaikan dengan indikator soal yang dibuat. 2) Setiap indikator diuji dengan satu pertanyaan atau lebih.
Perangkat pembelajaran yang sudah direvisi, diserahkan kembali kepada validator berikut dengan lembar validasinya untuk mendapatkan penilaian. a. Hasil Validasi RPP Validasi RPP terdiri dari dua aspek, yaitu aspek komponen dan aspek isi. Data hasil validasi terhadap kedua aspek komponen dan aspek isi RPP dari validator secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1a halaman
66
111. Secara ringkas, hasil pengolahan data validasi RPP dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 di bawah ini. Tabel 6. Hasil Validasi Aspek Komponen RPP No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Aspek yang dinilai (indikator penilaian) Identitas Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator pencapaian Tujuan pembelajaran Materi ajar Alokasi waktu Metode pembelajaran Kegiatan pembelajaran Penilaian hasil belajar Sumber belajar
Jumlah skor validator 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
(%)
Kategori
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian validator yang ditampilkan pada tabel di atas, dapat dilihat skor penilaian keempat validator terhadap semua aspek dalam komponen RPP adalah 4 dengan persentase 100%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semua validator menyatakan bahwa RPP
yang penulis kembangkan sudah mengandung semua
komponen yang disyaratkan dalam sebuah RPP sehingga RPP yang dikembangkan digolongkan dalam kategori sangat valid. Hasil pengolahan data validasi aspek komponen RPP ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 211. Tabel 7. Hasil Validasi Aspek Isi RPP No.
Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perumusan indikator pencapaian kompetensi Perumusan tujuan pembelajaran Prinsip pemilihan materi Pengorganisasian materi Pemilihan pendekatan dan metode Penggunaan alat bantu dan media
Jumlah skor validator 14 13 15 14 15 16
(%)
Kategori
87,5 81,25 93,7 87,5 93,7 100
Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid
67
Lanjutan Tabel 7. Hasil Validasi Aspek Isi RPP No. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Aspek yang dinilai (indikator penilaian) Penggunaan sumber belajar Jenis kegiatan pembelajaran Susunan langkah-langkah pembelajaran Pilihan cara-cara memotivasi siswa Pilihan cara-cara pengorganisasian siswa Urutan kegiatan pembelajaran Prosedur penilaian Instrumen (alat-alat) penilaian Penggunaan bahasa
Jumlah skor validator 16 15 15 15 14 15 15 15 16
(%)
Kategori
100 93,7 93,7 93,7 87,5 93,7 93,7 93,7 100
Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak semua aspek dari isi RPP yang penilaiannya 100 %. Hanya aspek penggunaan alat bantu dan media, penggunaan sumber belajar serta penggunaan bahasa yang penilaiannya 100%. Sedangkan untuk aspek prinsip pemilihan materi, pemilihan pendekatan dan metode, jenis kegiatan pembelajaran, susunan langkah-langkah pembelajaran, pilihan cara-cara memotivasi siswa, urutan kegiatan pembelajaran, prosedur penilaian dan instrumen penilaian diperoleh persentase 93,7%. Untuk perumusan indikator pencapaian kompetensi, pengorganisasian materi dan pilihan cara-cara pengorganisasian siswa penilaiannya adalah 87,5%. Persentase terendah yaitu 81,25% adalah untuk penilaian aspek perumusan tujuan pembelajaran. Untuk aspek ini hanya satu orang validator yang menyatakan sangat setuju dengan isi RPP yang dikembangkan sementara tiga orang validator menyatakan setuju. Namun demikian, berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap aspek isi RPP, untuk semua aspek yang divalidasi, diperoleh hasil dengan
68
kategori sangat valid. Hasil pengolahan data validasi aspek isi RPP ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 212. b. Hasil Validasi LKS LKS yang divalidasi terdiri dari LKS eksperimen dan LKS noneksperimen. Validasi masing-masing LKS tersebut mencakup aspek kelayakan isi, kelayakan konstruksi, keterbacaan dan kegrafisan. Data hasil validasi LKS eksperimen dan LKS noneksperimen dari validator selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1b halaman 132 dan lampiran 1c halaman 144. Secara ringkas hasil pengolahan data validasi LKS eksperimen dan LKS noneksperimen dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 di bawah ini. Tabel 8. Hasil Validasi LKS Eksperimen No. 1. 2. 3. 4.
Aspek yang dinilai Kelayakan isi Kelayakan konstruksi (komponen penyajian) Komponen keterbacaan (aspek bahasa) Komponen kegrafisan
Jumlah ratarata skor validator 26,3
(%)
Kategori
82,2
Sangat valid
20,75
86,5
Sangat valid
23,75
84,8
Sangat valid
14,1
88,1
Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap LKS eksperimen seperti yang terlihat pada tabel di atas diperoleh persentase untuk aspek kelayakan isi, kelayakan konstruksi, komponen keterbacaan dan komponen kegrafisan berturut-turut adalah 82,2%, 86,5%, 84,8% dan 88,1%. Untuk keempat aspek yang divalidasi, penilaian validator bervariasi antara sangat setuju dan setuju dengan pernyataan yang diberikan dalam lembar validasi. Namun ada satu orang validator yang
69
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan nomor 3 dan 5 dalam aspek kelayakan isi. Walaupun demikian, untuk semua aspek yang divalidasi dari LKS eksperimen, diperoleh hasil dengan kategori sangat valid sehingga sudah layak untuk diujicobakan. Saran-saran dari validator penulis gunakan untuk penyempurnaan LKS. Hasil pengolahan data validasi LKS eksperimen ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 213. Tabel 9. Hasil Validasi LKS Noneksperimen No. 1. 2. 3. 4.
Aspek yang dinilai Kelayakan isi Kelayakan konstruksi (komponen penyajian) Komponen keterbacaan (aspek bahasa) Komponen kegrafisan
Jumlah ratarata skor validator 24,15
(%)
Kategori
86,3
Sangat valid
14,9
93,1
Sangat valid
24,6
87,9
Sangat valid
14,3
89,4
Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap LKS noneksperimen seperti yang terlihat pada tabel di atas diperoleh persentase untuk aspek kelayakan isi, kelayakan konstruksi, komponen keterbacaan dan komponen kegrafisan berturut-turut adalah 86,3%, 93,1%, 87,9% dan 89,4%. Hal ini berarti untuk semua aspek yang divalidasi dari LKS noneksperimen, diperoleh hasil dengan kategori sangat valid. Penilaian keempat validator terhadap aspek yang divalidasi, juga bervariasi antara sangat setuju dan setuju dengan pernyataan yang diberikan dalam lembar validasi, kecuali dengan pernyataan nomor 2 dan 7 dari aspek kelayakan isi, satu orang validator menyatakan tidak setuju.
70
Hasil pengolahan data validasi LKS noneksperimen ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 216. c. Hasil Validasi Media Pembelajaran 1) Kit Berdasarkan lembar validasi yang dinilai oleh empat orang validator (lampiran 1d halaman 156) diperoleh data hasil validasi Kit yang secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Hasil Validasi Kit No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek yang dinilai Kesesuaian dengan kompetensiyang ingin dicapai Kesesuaian dengan materi pembelajaran. Kesesuain dengan strategi dan metoda pembelajaran. Kesesuaian dengan karakteristik siswa. Membangkitkan motivasi siwa. Kandungan nilai Perawatan dan bentuk Kit
Jumlah skor validator
(%)
15
93,7
15
93,7
15
93,7
14
87,5
14
87,5
14 16
87,5 100
Kategori Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid Sangat valid
Berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap Kit seperti terlihat pada tabel di atas, untuk semua aspek yang divalidasi diperoleh hasil dengan kategori sangat valid.
Aspek nomor 7
memperoleh persentase penilaian tertinggi yakni 100%, yang berarti bahwa
keempat
validator
menyatakan
sangat
setuju
dengan
pernyataan yang diberikan dalam lembar validasi mengenai perawatan dan bentuk Kit. Sedangkan aspek nomor 4, 5 dan 6 memperoleh
71
persentase penilaian terendah yakni 87,5%, yang berarti 2 orang validator sangat setuju dan 2 orang setuju dengan pernyataan yang diberikan dalam lembar validasi mengenai kesesuaian dengan karakteristik siswa, membangkitkan motivasi dan kandungan nilai. Hasil pengolahan data validasi Kit ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 218. 2) CD Animasi Flash Data validasi CD animasi flash dari validator dapat dilihat pada lampiran 1e halaman 168. Secara ringkas hasil pengolahan data validasi CD animasi flash dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Hasil Validasi CD Animasi Flash No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aspek yang dinilai (indikator penilaian) Media yang dibuat sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Media yang dibuat sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang dibuat sesuai dengan strategi dan metode pembelajaran yang digunakan. Media yang dibuat sesuai dengan konsep kimia. Media yang dibuat mudah digunakan. Media yang dibuat dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dalam memahami konsep kimia Media yang dibuat dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia Animasi gambar yang digunakan pada media sesuai dengan konsep kimia sehingga dapat menyampaikan pesan. Gambar yang ditampilkan jelas Warna yang ditampilkan menarik Media yang dibuat sesuai dengan alokasi waktu dalam silabus Media yang dibuat sesuai dengan sarana prasarana sekolah.
Jumlah skor validator
(%)
Kategori
15
93,75
Sangat valid
15
93,75
Sangat valid
15
93,75
Sangat valid
15
93,75
Sangat valid
16
100
Sangat valid
15
93,75
Sangat valid
16
100
Sangat valid
16
100
Sangat valid
16 15
100 93,75
Sangat valid
13
81,25
Sangat valid
14
87,5
Sangat valid
Sangat valid
72
Dari hasil penilaian keempat validator terlihat bahwa, untuk ke12 aspek yang dinilai, semuanya berkategori sangat valid. Persentase penilaian validator untuk aspek nomor 5, 7, 8 dan 9 adalah 100% yang berarti semua validator sangat setuju dengan pernyataan aspek nomor 5, 7, 8 dan 9 tersebut. Sementara persentase penilaian validator untuk aspek nomor 1, 2, 3, 4, 6 dan 10 adalah 93,75% dimana ada tiga orang menyatakan sangat setuju dan satu orang setuju dengan pernyataan yang terdapat dalam lembar validasi tersebut. Persentase penilaian terendah adalah untuk aspek nomor 11 yaitu 81,25% dimana dari 4 orang validator hanya satu orang validator menyatakan sangat setuju sedangkan tiga orang lainnya menyatakan setuju. Saran-saran dan masukan dari validator penulis pergunakan untuk penyempurnaan CD animasi flash yang dikembangkan. Hasil pengolahan data validasi CD animasi flash ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 219. d. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar Validasi terhadap tes hasil belajar dilakukan secara kualitatif. Data validasi tes hasil belajar dari validator dapat dilihat pada lampiran 1f halaman 176. Secara ringkas hasil pengolahan data validasi tes hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar No.
Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor Validator
(%)
Kategori
1.
Petunjuk pengerjaan soal sudah ditulis dengan bahasa yang jelas
16
100
Sangat valid
73
Lanjutan Tabel 12 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar No. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek yang dinilai (indikator penilaian)
Jumlah skor Validator
(%)
Kategori
16
100
Sangat valid
Soal yang dibuat sudah sesuai dengan indikator (kisi-kisi soal)yang telah dirumuskan. Setiap indikator diuji dengan satu pertanyaan atau lebih. Soal-soal yang dibuat mengacu pada aspek berpikir taksonomi Bloom. Soal-soal ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Format penulisan lembaran soal sesuai dengan kaedah penulisan soal. Dicantumkan kunci jawaban dan teknik penskoran.
15
93,75 Sangat valid
15
93,75 Sangat valid
14
87,5 Sangat valid
13
81,25 Sangat valid
16
100
Sangat valid
Dari hasil penilaian keempat validator terlihat bahwa, untuk ke-7 aspek yang dinilai, semuanya berkategori sangat valid. Untuk aspek nomor 1, 2 dan 7 diperoleh persentase penilaian 100% yang berarti bahwa semua validator menyatakan sangat setuju dengan pernyataan pada aspek nomor 1, 2 dan 7 tersebut. Sementara persentase penilaian validator untuk aspek nomor 3 dan 4 adalah 93,75% dimana ada tiga orang menyatakan sangat setuju dan satu orang setuju dengan pernyataan untuk aspek-aspek tersebut. Sedangkan untuk aspek nomor 6 persentase penilaian validator adalah 81,25% dimana hanya satu orang validator menyatakan sangat setuju sedangkan tiga orang lainnya menyatakan setuju. Pengolahan data hasil validasi tes hasil belajar selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 220.
74
2. Hasil uji coba perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran yang sudah valid, lalu diujicobakan untuk melihat praktikalitas dan efektivitasnya. Ujicoba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA2 SMA 7 Padang pada tanggal 24 Mei sampai 2 Juni 2010. Dalam proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Ada 9 kelompok dimana satu kelompok beranggotakan 4 orang. Selama pelaksanaan uji coba dilakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan RPP, respon siswa dan guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh tiga orang observer dimana dua orang adalah teman sejawat peneliti dan satu orang adalah guru kimia yang mengajar di sekolah tempat dilakukan uji coba. Berikut adalah data hasil uji coba perangkat pembelajaran inquiry yang dikembangkan. a. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Data praktikalitas diperoleh dari hasil observasi terhadap keterlaksanaan RPP dalam proses pembelajaran serta angket respon siswa dan respon guru. 1) Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Data observasi keterlaksanaan RPP dikumpulkan melalui lembar observasi keterlaksanaan RPP. Observasi terhadap keterlaksanaan RPP terdiri dari dua aspek yaitu aspek umum dan aspek khusus. Data
75
hasil observasi keterlaksanaan RPP secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14 di bawah ini. Tabel 13. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Umum Jumlah rata-rata skor observer 3 4 3 4 4 4 3
RPP 1 2 3 4 5 6 7
(%)
Kategori
75 100 75 100 100 100 75
Praktis Sangat praktis Praktis Sangat praktis Sangat praktis Sangat praktis Praktis
Berdasarkan hasil pengamatan dari ketiga observer seperti yang diperlihatkan oleh tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase penilaian observer untuk aspek umum terhadap RPP 2, RPP 4, RPP 5 dan RPP 6 adalah 100 %, sehingga RPP dikategorikan sangat praktis. Ini berarti bahwa semua aspek umum dalam RPP 2, RPP 4, RPP5 dan RPP 6 dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sedangkan untuk RPP 1, RPP 3 dan RPP 7 rata-rata persentase penilaiannya adalah 75% sehingga RPP ini dikategorikan praktis. Berdasarkan pengamatan ketiga observer aspek alokasi waktu pada RPP 1, RPP 3 dan RPP 7 terlaksana tapi tidak sesuai dengan rencana. Data hasil observasi RPP pada aspek umum selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 221. Tabel 14. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus RPP 1 2 3 4
Jumlah rata-rata skor observer 2,8 3,8 3,5 3,2
(%)
Kategori
71 95,6 88,7 80,5
Praktis Sangat praktis Praktis Praktis
76
Lanjutan Tabel 14. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus RPP 5 6 7
Jumlah rata-rata skor observer 3,6 3,7 3,7
(%)
Kategori
92,1 94 94
Sangat praktis Sangat praktis Sangat Praktis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun RPP dari aspek khusus yang terlaksana 100%. Persentase penilaian observer terhadap keterlaksanaan RPP pada aspek khusus ini berkisar antara 71 sampai
95,6
persen.
Pada
pertemuan
pertama
persentase
keterlaksanaan RPP adalah yang paling rendah. Berdasarkan analisa penulis hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa masih dalam proses penyesuaian dengan strategi pembelajaran inquiry yang diterapkan dan penulis yang sekaligus sebagai pengajar dalam penelitian ini juga dalam proses penyesuaian diri dengan siswa. Pada pertemuan kedua persentase keterlaksanaan RPP meningkat secara signifikan yakni 95,6%. Pada pertemuan ketiga dan keempat persentase keterlaksanaan RPP mengalami penurunan. Persentase keterlaksanaan RPP kembali mengalami peningkatan pada pertemuan kelima, keenam sampai pertemuan terakhir (ketujuh). Data hasil observasi RPP pada aspek khusus selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 223. 2) Hasil Angket Respon siswa Data respon siswa terhadap kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan (LKS, Kit dan CD animasi flash), dikumpulkan
77
melalui angket. Secara ringkas data hasil angket respon siswa dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap LKS, Kit dan CD Animasi Flash No. 1
2
3 4
5
6 7 8
Pernyataan Dengan menggunakan LKS berbasisi inquiry, Kit dan CD animasi flash membuat saya mudah memahami konsep kimia. Dengan menggunakan LKS berbasis inquiry, Kit dan CD animasi flash membuat saya cepat memahami konsep kimia. Pembelajaran kimia berbasis inquiry tidak menguras energi saya dalam belajar. Pembelajaran kimia berbasis inquiry membuat saya puas dengan pengetahuan yang saya dapatkan. Dengan menggunakan LKS berbasis inquiry, Kit dan CD animasi flash memudahkan saya memahami keterkaitan antar konsep. Keterangan alat dan bahan dalam Kit membuat saya mudah melakukan eksperimen. Langkah kerja dalam LKS dituliskan dengan jelas sehingga memudahkan saya melakukan eksperimen. Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS menuntun saya untuk menemukan konsep.
Skor perolehan
(%)
Kategori
119
82,6
Sangat praktis
113
78,5
Praktis
101
70,1
Praktis
116
80,6
Praktis
116
80,6
Praktis
118
81,9
Sangat praktis
123
85,4
Sangat praktis
117
81,2
Sangat praktis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase tanggapan siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkisar antara 70,1 sampai 85,4 persen. Siswa menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pernyataan nomor 4, 5, 6, 7 dan 8. Sedangkan untuk pernyataan nomor 1 dan 2 masing-masing satu orang menyatakan tidak setuju. Sementara untuk pernyataan nomor 3 ada lima orang
78
yang menyatakan tidak setuju dan satu orang menyatakan sangat tidak setuju. Selain menggunakan angket kepada siswa juga diberikan pertanyaan terbuka yang datanya dikumpulkan menggunakan lembar tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS, Kit dan CD animasi flash dalam pembelajaran berbasis inquiry ini. Data hasil angket respon siswa dan tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 241. 3) Hasil Angket Respon Guru Selain kepada siswa, peneliti juga meminta tanggapan guru mengenai kepraktisan perangkat yang dikembangkan melalui angket respon guru. Angket respon guru berupa pertanyaan terbuka yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini. Tabel 16. Hasil Angket Respon Guru Terhadap LKS, Kit dan CD Animasi Flash No. 1.
2.
3.
4
5.
Pertanyaan Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu perangkat pembelajaran berbasis inquiry memudahkan guru dalam proses pembelajaran ? Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan siswa dalam menemukan konsep khususnya untuk pencapaian KD 3.3 dan 3.4 ? Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan ? Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat membantu guru dalam mengatasi keterbatasan waktu ? Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru membangkitkan motivasi siswa ?
Tanggapan Ya. Siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berfungsi sebagai motivator dan fasilitator. Ya, karena langkah-langkah yang diberikan terutama dalam LKS sangat membimbing siswa, sistematis dan mudah dipahami. Dapat, apalagi Kit sebagai media, mudah digunakan. Kalaupun ada kendala mungkin dari segi disiplin waktu dari guru itu sendiri. Seharusnya dapat, asalkan guru yang mengajar, disiplin terhadap waktu yang sudah ditetapkan dalam RPP, dan langkah-langkah dalam LKS juga sudah dirancang secara sistematis. Ya, karena LKS, Kit dan CD animasi yang dirancang sangat menarik (gambar dan warnanya) ditambah lagi kegiatan pembelajaran dalam LKS memancing keingintauan siswa.
79
Lanjutan Tabel 16. Hasil Angket Respon Guru Terhadap LKS, Kit dan CD Animasi Flash No. 6.
7.
8.
Pertanyaan Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar ? Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu petunjuk kerja dan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS dapat dipahami siswa dengan mudah ? Apakah menurut pengamatan Bapak/Ibu Kit dapat berfungsi dengan baik dan menghasilkan data yang mendukung teori ?
9.
Apakah menurut pendapat Bapak/Ibu pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry menemui banyak masalah atau tidak ?
10.
Komentar dan saran-saran lain.
Tanggapan Ya, karena seluruh siswa terlibat dalam pembelajaran baik itu mengisi LKS, berdiskusi ataupun bereksperimen yang dilakukan secara berkelompok. Ya, karena bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami. Ya, karena sudah sesuai dengan konsep yang akan ditemukan siswa untuk KD 3.3 tersebut. Tidak, karena pembelajaran sudah dilengkapi dengan media yang mudah digunakan oleh guru dan siswa (Kit dan CD animasi) apalagi prasarana sekolah juga mendukung. Perangkat sudah bagus karena pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa tapi lebih baik lagi digunakan dalam team teaching.
Berdasarkan data hasil angket respon guru yang terlihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat memudah guru dan siswa dalam pembelajaran. Perangkat dapat memudahkan guru dalam memotivasi siswa untuk belajar dan perangkat juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan adanya kegiatan eksperimen serta diskusi menggunakan LKS dan Kit. Dalam komentarnya guru menyatakan bahwa perangkat yang dikembangkan sudah bagus karena pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa dan menyarankan kalau pembelajaran berbasis inquiry ini akan lebih baik lagi jika digunakan dalam ‘team teaching’ sehingga guru dapat memonitor aktivitas seluruh siswa.
80
b. Efektivitas Perangkat Pembelajaran Data efektivitas diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dari hasil belajar setelah siswa mengikuti proses pembelajaran yang diambil melalui tes hasil belajar. 1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Secara ringkas data hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 17 berikut. Tabel 17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa No.
Aktivitas
1.
Membaca LKS Melakukan kegiatan sesuai prosedur kerja dalam LKS Kerja sama dalam kelompok Mengajukan/menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas Berperilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran
2. 3. 4. 5.
Rata-rata skor observer pertemuan ke.. 1 2 3 4 5 6 7 4 4 4 4 4 4 4
Ratarata
Kategori
4
Ssm
4
4
4
4
4
4
4
4
Ssm
4
4
4
4
4
4
4
4
Ssm
2
2
4
4
2
4
2,3
2,9
Sm
0
0
0
1
0
0
0
0,1
Tpm
Keterangan : Ssm = Sangat sering muncul Sm = Sering muncul Tpm = Tidak pernah muncul Dari hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa seperti yang terlihat pada tabel 17 di atas, dapat dilihat untuk aktivitas nomor 1, 2 dan 3 skor rata-ratanya adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa dari pertemuan
pertama
sampai
pertemuan
ketujuh
semua
siswa
melakukan aktivitas tersebut. Namun demikian, keseriusan siswa dalam melakukan aktivitas 1, 2 dan 3 pada pertemuan pertama dan
81
kedua masih kurang yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang melakukan aktivitas nomor 5 yaitu berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran (pada tabel 17 di atas tidak tergambar). Untuk data yang lebih rinci selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 243 dan lampiran 18 halaman 246. Pada pertemuan ketiga sampai pertemuan ketujuh jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran semakin berkurang yang menunjukkan meningkatnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penyimpangan terjadi pada pertemuan ke 4 dimana jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran meningkat secara signifikan. Untuk aktivitas nomor 4, di pertemuan pertama dan kedua terlihat masih rendah, namun di pertemuan ketiga dan keempat siswa yang melakukan aktivitas ini mengalami peningkatan. 2) Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dilihat dari dua aspek yaitu aspek ranah kognitif dan aspek ranah psikomotor. Indikator yang menunjukan keberhasilan siswa dalam belajar
ditinjau dari kriteria ketuntasan
minimum (KKM). Jika nilai yang didapatkan siswa setelah mengikuti tes belajar sama atau lebih tinggi dari nilai KKM untuk KD yang diujikan, maka siswa tersebut dikatakan telah tuntas. Namun jika nilai yang didapatkan siswa setelah mengikuti tes belajar lebih rendah dari
82
nilai KKM untuk KD yang diujikan, maka siswa tersebut dikatakan belum tuntas untuk KD tersebut. a) Hasil Belajar Ranah Kognitif Data hasil tes belajar siswa ranah kognitif diperoleh dari nilai ulangan harian siswa. Ulangan harian dilakukan setelah siswa mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
perangkat
pembelajaran berbasis inquiry pada KD 3.3 dan KD 3.4. KKM KD 3.3 dan 3.4 untuk ranah kognitif adalah 65. Dengan demikian, siswa dikatakan telah tuntas jika sudah memperoleh nilai minimal 65 untuk ranah kognitif. Data hasil belajar siswa ranah kognitif siswa kelas XI IPA2 SMA N 7 Padang dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kelas XI IPA2 SMA 7 Padang Nomor Urut Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nilai 73,33 93,33 86,67 100 93,33 100 93,33 93,33 100 93,33 73,33 93,33 53,33 60 73,33 73,33 80 73,33
Kategori Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
83
Lanjutan Tabel 18. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Kelas XI IPA2 SMA 7 Padang Nomor Urut Siswa Nilai 23 80 24 66,67 25 26 80 27 93,33 28 29 73,33 30 86,67 31 80 32 33 80 34 73,33 35 80 36 80 Rata-Rata 82,1 (*) Tidak hadir (tidak mengikuti ujian)
Kategori Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Berdasarkan data hasil belajar ranah kognitif seperti yang terlihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang siswa, 7 orang tidak mengikuti ujian. Dari 29 orang siswa yang mengikuti ujian, ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (< 65) sehingga jumlah siswa yang sudah tuntas untuk KD 3.3 dan 3.4 adalah sebanyak 27 orang. Dengan demikian persentase ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,1%. Nilai tertinggi adalah 100 yang diperoleh oleh tiga orang siswa dengan nomor urut 4, 6 dan 10. Sedangkan nilai terendah adalah 53,33 yang diperoleh oleh satu orang siswa dengan nomor urut 14. Nilai rata-rata kelas untuk KD 3.3 dan 3.4 dari ranah kognitif adalah sebesar 82,1.
84
b) Hasil Belajar Ranah Psikomotor Data hasil belajar siswa ranah psikomotor diperoleh dari hasil observasi
aktivitas
siswa
dalam
kegiatan
praktikum
atau
eksperimen. Dalam pembelajaran, siswa melaksanakan kegiatan praktikum secara berkelompok sehingga observer kesulitan mengamati aktivitas siswa satu persatu. Oleh karena itu maka di akhir pembelajaran diadakan ujian praktek untuk menilai kemampuan psikomotor siswa secara individu. Materi ujian praktek terdiri dari 3 objek yaitu : objek 1 (mengamati reaksi dapat balik), objek 2 (mengamati pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan dan objek 3 (mengamati pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan). Masingmasing siswa hanya melakukan eksperimen untuk satu objek saja dengan mengambil nomor lot untuk menentukan objek eksperimen yang akan dipraktekkan. KKM KD 3.3 dan 3.4 untuk ranah psikomotor adalah 70. Dengan demikian, siswa dikatakan telah tuntas jika sudah memperoleh nilai minimal 70 untuk ranah psikomotor. Lembar penilaian psikomotor selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1k halaman 193. Data hasil belajar siswa ranah psikomotor siswa kelas XI IPA2 SMAN 7 Padang dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.
85
Tabel 19. Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa Kelas XI IPA2 SMA 7 Padang ASPEK KETERAMPILAN NOMOR YANG DINILAI URUT SISWA (INDIKATOR) 1 2 3 4 5 1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 5 2 3 2 2 6 3 3 3 3 7 2 3 3 3 8 3 3 3 3 9 2 3 2 2 10 3 3 3 3 11 3 1 3 3 12 2 2 3 3 13 3 3 3 3 14 2 3 3 3 15 3 1 2 3 16 2 3 2 2 17 18 3 3 3 3 19 2 2 2 2 20 3 3 3 3 21 3 1 3 3 22 3 3 3 3 23 3 3 3 3 24 25 3 3 2 2 26 27 2 2 3 3 28 3 3 3 3 29 30 3 3 3 3 31 3 3 3 2 32 2 2 2 2 33 2 3 3 3 34 35 3 3 2 3 36 Rata-Rata
NILAI
KATEGORI
100 83,3 83,3 100 75 100 91,7 100 75 100 83,3 83,3 100 91,7 75 75 100 66,7 100 83,3 100 100 83,3 83,3 100 100 91,7 66,7 91,7 83,3 88,9
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas -
(*)
Tidak hadir (tidak mengikuti ujian praktek)
Berdasarkan data hasil belajar ranah psikomotor seperti yang terlihat pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang siswa, 6 orang tidak mengikuti ujian. Dari 30 orang siswa yang
86
mengikuti ujian, ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (< 70) sehingga jumlah siswa yang sudah tuntas untuk KD 3.3 dan 3.4 adalah sebanyak 28 orang. Dengan demikian persentase ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,3%. Nilai tertinggi adalah 100 yang diperoleh oleh dua belas orang siswa dengan nomor urut 1, 4, 6, 8, 10, 13, 18, 20, 22, 23, 28 dan 30. Sedangkan nilai terendah adalah 66,7 yang diperoleh oleh dua orang siswa dengan nomor urut 19 dan 32. Nilai rata-rata kelas untuk KD 3.3 dan 3.4 dari ranah psikomotor adalah sebesar 88,9. Data hasil belajar siswa ranah psikomotor siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 248. D. Pembahasan 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Berdasarkan analisis data penilaian validasi dari validator, maka validitas perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan untuk mata pelajaran Kimia kelas XI pada KD 3.3 dan 3.4, tergolong sangat valid. Berikut pembahasan dari masing-masing perangkat pembelajaran yang dikembangkan. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Validasi RPP dilakukan terhadap dua aspek yaitu aspek komponen RPP dan aspek isi RPP. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang standar proses, maka komponenkomponen yang harus ada dalam sebuah RPP adalah : identitas, standar
87
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil pelajar dan sumber belajar. Oleh karana itu dalam pembuatan RPP, penulis berpedoman pada acuan yang terdapat di dalam Permendiknas tersebut. Hasil analisis data validasi aspek komponen RPP, menunjukkan persentase penilaian validator untuk semua aspek yang diuji adalah 100%. Berdasarkan kategori yang sudah ditetapkan maka dari segi aspek komponennya, RPP yang penulis kembangkan tergolong sangat valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari komponennya, RPP yang dikembangkan sudah mengacu pada Permendiknas No. 41 tahun 2007. Dengan kata lain, semua komponen yang harus ada dalam sebuah RPP menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007, juga sudah terdapat di dalam RPP yang penulis kembangkan. Dalam pengembangan RPP untuk aspek isi penulis berpedoman pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi. Dalam permendiknas tersebut dikatakan bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Ini artinya pengembangan indikator, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam permendiknas tersebut. Disamping itu, dalam Permendiknas No. 41 tahun
88
2007 juga disebutkan bahwa setiap guru dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun RPP guru seharusnya dapat memilih metode dan media pembelajaran yang cocok sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung seperti yang dituntut dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tersebut. Dari hasil analisis data validasi aspek isi RPP didapatkan bahwa tidak semua aspek dari isi RPP yang penilaiannya 100 %. Hanya aspek penggunaan alat bantu dan media, penggunaan sumber belajar serta penggunaan bahasa yang penilaiannya 100%. Namun demikian, berdasarkan hasil penilaian keempat validator terhadap aspek isi RPP, untuk semua aspek yang divalidasi, diperoleh hasil dengan kategori sangat valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari segi aspek isi, RPP yang dikembangkan sudah sesuai dengan tuntutan KTSP. Hal ini dapat
dilihat
dari
perumusan
indikator,
tujuan
pembelajaran,
pengorganisasian materi serta pemilihan sumber belajar sudah sesuai dengan SK dan KD bidang studi Kimia yang terdapat dalam standar isi
89
KTSP.
Jenis
kegiatan,
langkah-langka
pembelajaran
dan
pendekatan/strategi yang dipilih sudah sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007. Demikian juga dengan pemilihan metode dan media pembelajaran, sudah sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi yang sudah dirumuskan b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dalam KTSP guru dituntut untuk mengembangkan bahan ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan indikator. LKS adalah salah satu bahan ajar yang dapat digunakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam buku panduan pengembangan bahan ajar dari
Depdiknas
tahun
2008
dijelaskan
bahwa
prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar adalah : 1) dimulai dari konkrit ke asbstrak, 2) disajikan secara tepat dan bervariasi, 3) dapat memotivasi peserta didik untuk belajar, 4) memuat indikator pencapaian kompetensi dan 5) memperhatikan keberagaman kemampuan siswa. Berdasarkan hasil analisis data validasi LKS dari validator, didapatkan rata-rata persentase penilaian validator terhadap aspek kelayakan isi 82,2% ; kelayakan konstruksi 86,5% ; komponen keterbacaan 84,8% dan komponen kegrafisan 88,1% untuk LKS eksperimen. Dan untuk LKS noneksperimen kelayakan isi 86,3% ; kelayakan konstruksi 93,1% ; komponen keterbacaan 87,9% dan komponen kegrafisan 89,4%. Berdasarkan kategori yang sudah
90
ditetapkan, maka dari keempat aspek yang divalidasi tersebut, baik untuk LKS eksperimen maupun LKS noneksperimen tergolong sangat valid. Berdasarkan hasil penilaian validator ini, dapat disimpulkan bahwa dari aspek isi LKS yang dikembangkan sudah sesuai dengan tuntutan KTSP. Topik yang disajikan sudah sesuai dengan tuntutan indikator dan kegiatan dalam LKS sudah dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis. Dari segi konstruksi, LKS sudah sesuai dengan strategi inquiry. Dalam setiap kegiatan LKS selalu diawali dari fakta atau data yang akan membimbing peserta didik untuk menemukan konsep sehingga peserta didik berperan sebagai subjek pembelajaran. Dari segi komponen keterbacaan baik LKS eksperimen maupun LKS noneksperimen sudah menggunakan bahasa yang baik dan benar menurut EYD sehingga mudah dipahami dan mudah digunakan oleh peserta didik. Dari segi komponen kegrafisan setelah melalui beberapa perbaikan, baik LKS eksperimen maupun LKS noneksperimen sudah ditampilkan dengan tampilan warna dan gambar yang menarik yang sesuai dengan topik yang disajikan sehingga merangsang minat peserta didik untuk membacanya. Pada tahap-tahap awal pengerjaan LKS memang ada terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan, kesalahan dalam penggunaan EYD dan kesalahan konsep. Namun berdasarkan masukan dan saran dari validator kesalahan tersebut sudah diperbaiki dan disempurnakan sebelum diujicobakan kepada siswa. c. Media Pembelajaran
91
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, Briggs dalam Wina Sanjaya, 2009 : 204, menyatakan media sebagai alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Menurut Depdiknas (2004), ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu : (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, (2) kesesuaian dengan materi, (3) kesesuaian dengan metoda mengajar, (4) karakteristik peserta didik, (5) kondisi tempat belajar, (6) kepraktisan dan (7) ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas. Ada dua jenis media yang dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu Kit dan CD animasi flash. 1) Kit Berdasarkan analisis data validasi dari keempat validator, maka Kit yang dikembangkan tergolong sangat valid. Jika merujuk pada panduan prinsip pemilihan media pembelajaran dari Depdiknas tahun 2004 serta berdasarkan penilaian dari validator, maka Kit yang dikembangkan ini sudah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai khususnya untuk KD 3.3, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dengan materi pembelajara. Kit juga sesuai dengan strategi pembelajaran inquiry yang diterapkan dengan metode eksperimen. Kit juga dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dan dari segi kepraktisan Kit adalah media yang mudah dalam penggunaan dan perawatan. Menurut penilaian validator, kotak Kit yang awalnya dibuat dari seng plat agar
92
diganti dengan bahan aluminium yang lebih ringan dan mudah dibentuk. 2) CD Animasi Flash Berdasarkan analisis data validasi dari keempat validator, maka CD animasi flash yang dikembangkan tergolong sangat valid. Dengan demikian, CD animasi flash ini sudah sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran kimia khususnya KD 3.3. Media CD animasi ini juga sesuai dengan strategi pembelajaran inquiry yang diterapkan dengan metode diskusi. Media yang dibuat juga dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia. Media yang dibuat mudah digunakan serta sesuai dengan sarana prasarana sekolah. Namun ada satu orang validator yang menyatakan tidak setuju jika dikatakan media yang dibuat sesuai dengan sarana prasarana sekolah karena belum tentu semua sekolah memiliki LCD yang digunakan untuk memutar CD animasi flash tersebut. Dalam komentarnya validator menyarankan agar pemakaian warna untuk larutan perlu diperhatikan agar warna yang digunakan sesuai dengan warna yang sesungguhnya di dunia nyata. Oleh karena animasi ini berupa gambar bergerak tanpa narator, maka validator juga menyarankan agar dalam animasi tersebut ditambahkan kata-kata penekanan agar siswa memfokuskan perhatiannya kepada objek yang dituju dan diberikan tanda waktu reaksi berlangsung berupa angka
93
hitungan maju 1 sampai 5 agar siswa dapat memperhatikan dengan baik saat reaksi berlangsung. d. Tes Hasil Belajar Dalam pengembangan instrumen tes hasil belajar, penulis berpedoman pada Permendiknas No. 20 tahun 2007, dimana dikatakan bahwa instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik harus memenuhi persyaratan (1) substansi, yaitu mempresentasikan kompetensi yang dinilai, (2) konstruksi, yaitu memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan dan (3) bahasa, yaitu menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Berdasarkan analisis data validasi dari keempat validator, maka instrumen tes hasil belajar yang dikembangkan tergolong sangat valid. Dari penilaian validator dapat disimpulkan bahwa instrumen tes hasil belajar secara kualitatif sudah sesuai dengan persyaratan pembuatan alat evaluasi yang terdapat di dalam Permendiknas No. 20 tahun 2007. Petunjuk pengerjaan soal dan butir soal sudah dibuat dengan bahasa yang jelas dan sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Butir soal sudah sesuai dengan indikator yang dirumuskan dan setiap indikator sudah diuji dengan satu pertanyaan atau lebih. Soal-soal yang dirumuskan sudah mengacu pada aspek berpikir taksonomi Bloom dan di dalam alat evaluasi yang dinilai oleh validator juga sudah dicantumkan kunci jawaban beserta teknik penskoran.
94
2. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran Uji coba terhadap perangkat pembelajaran yang sudah valid dimaksudkan untuk melihat praktikalitas dan efektivitas dari perangkat pembelajaran tersebut. Berikut adalah pembahasan mengenai praktikalitas dan efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. a. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Praktikalitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan kemudahan guru dan murid dalam menggunakan perangkat pembelajaran tersebut. 1) Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Dari hasil analisis data praktikalitas, didapatkan rata-rata persentase keterlaksanaan RPP pada aspek umum adalah 89,3%. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, maka RPP yang dikembangkan tergolong sangat praktis. Pada aspek umum, dari 7 RPP, ada 4 RPP yang terlaksana 100% yaitu RPP 2, RPP 4, RPP 5 dan RPP 6. Sementara 3 RPP terlaksana hanya75%, yaitu RPP 1, RPP 3 dan RPP 7. Berdasarkan pengamatan ketiga observer aspek alokasi waktu pada RPP 2, RPP 3 dan RPP 7 terlaksana tapi tidak sesuai dengan rencana. Untuk aspek khusus rata-rata tingkat keterlaksanaan RPP adalah 88%. Jika dilihat kembali data analisis keterlaksanaan RPP pada tabel 14 halaman 75, maka dari sana terlihat bahwa tidak ada satupun RPP dari aspek khusus yang terlaksana 100%. Persentase penilaian observer terhadap keterlaksanaan RPP pada aspek khusus ini berkisar
95
antara 71 sampai 95,6 persen. Pada pertemuan pertama persentase keterlaksanaan RPP adalah yang paling rendah. Berdasarkan analisis penulis hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa masih dalam proses penyesuaian dengan strategi pembelajaran inquiry yang diterapkan dan penulis yang sekaligus sebagai pengajar dalam penelitian ini juga dalam proses penyesuaian diri dengan siswa. Untuk pertemuan-pertemuan
selanjutnya
tingkat
keterlaksanaan
RPP
cenderung meningkat dibandingkan dengan pertemuan pertama. 2) Hasil observasi Angket Respon Siswa Dari hasil analisis data angket respon siswa didapatkan bahwa persentase rata-rata tanggapan siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah 80,1%. Jika dirujuk pada kategori yang telah ditetapkan maka perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan tergolong praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry siswa mudah dan cepat memahami konsep. Siswa juga merasa puas dengan ilmu sudah didapatnya selama proses pembelajaran karena siswa menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Namun demikian sebagian siswa merasa pembelajaran inquiry lebih menguras energi mereka dibanding pembelajaran biasa. Hal ini disebabkan karena mereka belum terbiasa belajar dengan metode seperti ini. Untuk melihat praktikalitas perangkat pembelajaran, selain mengunakan angket, peneliti juga meminta tanggapan siswa mengenai
96
perangkat yang dikembangkan yaitu LKS, Kit dan CD animasi flash. Kepada siswa dibagikan lembar tanggapan yang berisi pertanyaanpertanyaan seputar perangkat yang dikembangkan dan siswa diminta memberikan tanggapanya. Dari hasil tanggapan siswa pada umumnya mereka berpendapat bahwa penggunaan LKS, Kit dan CD animasi flash dalam prmbelajaran kimia khususnya KD 3.3 dan 3.4 sangat membantu
mereka
dalam
memahami
konsep.
mereka
juga
mengatakan bahwa dengan menggunakan LKS, Kit dan CD animasi flash,
belajar
kimia
menjadi
lebih
menarik,
menantang,
menggairahkan dan tidak hanya terpaku kepada penjelasan guru. 3) Hasil observasi Angket Respon Guru Dari
hasil
angket
respon
guru,
juga
memperlihatkan
praktikalitas yang tinggi. Hal ini disimpulkan penulis berdasarkan jawaban yang diberikan guru dalam lembar angket respon guru mengenai
praktikalitas
perangkat
pembelajaran.
Perangkat
pembelajaran berbasis inquiry memudahkan guru dalam proses pembelajaran karena pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Perangkat membelajaran berbasis inquiry memudahkan siswa dalam menemukan konsep khususnya KD 3.3 dan 3.4 , karena langkah-langkah yang diberikan terutama dalam LKS, sangat membimbing siswa, sistematis dan mudah dipahami. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan karena adanta Kit yang siap pakai dan mudah
97
digunakan sehingga sekaligus juga dapat membantu guru dalam mengatasi keterbatasan waktu. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru membangkitkan motivasi siswa karena LKS, Kit dan CD animasi yang dirancang sangat menarik (gambar dan warnanya) ditambah lagi kegiatan pembelajaran dalam LKS memancing keingintauan siswa. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar karena seluruh siswa terlibat dalam pembelajaran baik itu mengisi LKS, berdiskusi ataupun bereksperimen yang dilakukan secara berkelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry baik untuk diterapkan terutama untuk mata pelajaran Kimia asalkankan guru disiplin terhadap waktu. b. Efektivitas Perangkat Pembelajaran Efektivitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika hasil yang diperoleh siswa sesuai dengan yang diharapkan. 1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
98
Berdasarkan hasil analisis data efektivitas, menunjukkan ratarata skor observer terhadap aktivitas siswa untuk kegiatan nomor 1, 2 dan 3 adalah 4. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan
bahwa
aktivitas
siswa
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran (membaca LKS, melakukan kegiatan sesuai prosedur kerja dalam LKS dan kerja sama dalam kelompok) sangat sering muncul. Sementara aktivitas siswa untuk kegiatan nomor 4 adalah 2,9. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan bahwa aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan, sering muncul. Sedangkan rata-rata skor observer terhadap aktifitas nomor 5 adalah 0,1. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan bahwa aktivitas siswa berperilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran, tidak pernah muncul. Dari hasil analisis ini maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan tergolong efektif. Keefektifan perangkat pembelajar dapat dilihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan seringnya muncul aktifitas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran menandakan kalau pembelajaran menggunakan perangkat berbasis inquiry ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2008 : 303) bahwa pembelajaran dengan strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan guru sebagai
99
fasilitator. Pada pertemuan pertama dan kedua keseriusan siswa dalam melakukan aktivitas 1, 2 dan 3 masih kurang yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang melakukan aktivitas nomor 5 yaitu berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran. Pada pertemuan ketiga sampai pertemuan ketujuh jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran semakin berkurang yang menunjukkan meningkatnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penyimpangan terjadi pada pertemuan ke 4 dimana jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran meningkat secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena topik yang disajikan hari itu kurang menarik minat siswa karena materinya adalah hitungan dan siswa agak sedikit terganggu dengan adanya beberapa temannya yang keluar masuk kelas karena terlibat kepanitiaan classmeeting. Untuk aktivitas nomor 4, di pertemuan pertama dan kedua terlihat masih rendah, namun di pertemuan ketiga dan keempat siswa yang melakukan aktivitas ini mengalami peningkatan. Ini menandakan kalau siswa semakin berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2008 : 303) bahwa pembelajaran inquiry dapat mengembangkan kemampuan intelektual (berpikir secara sistematis, logis dan kritis) sebagai bagian dari proses mental. 2) Hasil Belajar Siswa
100
a) Hasil Belajar Ranah Kognitif Berdasarkan analisis data hasil belajar ranah kognitif menunjukkan bahwa persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,1% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 82,1. Dari 29 orang yang mengikuti tes hasil belajar hanya 2 orang yang tidak tuntas. Pada saat siswa yang sama mempelajari KD 3.3 dan 3.4 ini sebelumnya di sekolah, persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 tersebut adalah sebesar 71,4% dimana dari 35 orang yang mengikuti tes hasil belajar ada 10 orang yang tidak tuntas. Setelah mereka mengikuti pembelajaran berbasis inquiry, dari 10 siswa yang tidak tuntas tersebut, 8 orang sekarang sudah tuntas dan 2 orang tidak ikut ujian sehingga tidak diketahui ketuntasan mereka. Data hasil belajar ranah kognitif pada saat siswa belajar KD 3.3 dan 3.4 di sekolah ini penulis dapatkan dari guru kimia yang mengajar pada saat itu (lampiran 20 halaman 250). b) Hasil Belajar Ranah Psikomotor Hasil
belajar
ranah
psikomotor
menunjukkan
bahwa
persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,3% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,9. Dari 30 orang yang mengikuti ujian praktek hanya 2 orang yang tidak tuntas.
101
Berdasarkan hasil belajar ranah psikomotor ini, diketahui bahwa 66,7% siswa sudah dapat memilih alat dan bahan eksperimen dengan tepat (indikator 1) dan 33,3% lagi kurang tepat. Dari hasil observasi, pada umumnya siswa yang kurang tepat memilih alat dan bahan eksperimen adalah siswa yang mendapat objek 2 yaitu mengamati pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan. Diantara siswa yang mendapat objek 2 ini, banyak yang kurang lengkap memilih bahan eksperimen sehingga dalam penilaian, mereka dikategorikan kurang tepat memilih alat dan bahan eksperimen. Untuk indikator 2, dari 17 orang siswa yang melakukan eksperimen (9 orang eksperimen objek 1 dan 8 orang eksperimen objek 3) hanya 17,6% yang tidak tepat dalam menyalakan dan mematikan lampu spritus dan 82,3% dapat menyalakan dan mematikan lampu spritus dengan tepat. Untuk indikator 3, dari 13 orang siswa yang melakukan eksperimen (objek 2), 69,2% siswa tepat dalam menngunakan pipet tetes dan 30,8% siswa kurang tepat dalam menggunakan pipet tetes. Sedangkan untuk indikator 4, dari 30 siswa yang melakukan eksperimen (9 orang eksperimen objek 1, 13 orang eksperimen objek 2 dan 8 orang eksperimen objek 3), sebanyak 66,7% siswa tepat dalam mengamati perubahan warna kristal/larutan dan 33,3% lagi kurang tepat dalam mengamati perubahan warna kristal/larutan. Untuk indikator 5 sebanyak 70% siswa sudah tepat dalam mengolah atau
102
interpretasi data (mengambil kesimpulan) dan 30% lainnya kurang tepat dalam mengolah atau interpretasi data. Berdasarkan data analisis hasil belajar siswa dengan persentase tingkat ketuntasan yang tinggi yaitu 93,1% untuk ranah kognitif dan 93,3% untuk ranah psikomotor, menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan pada KD 3.3 dan 3.4 bersifat efektif. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry memfasilitasi peserta didik agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Carin dalam Depdiknas (2007 : 17), bahwa agar pembelajaran sains dapat berhasil, digunakan prinsip keterlibatan siswa secara aktif. Aktif berarti “learning by doing”, dimana siswa harus ikut melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Piaget dalam Wina Sanjaya (2006 : 194) bahwa pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan sendiri oleh siswa. E. Keterbatasan Penelitian Dalam
melakukan
keterbatasan diantaranya :
penelitian
ini
penulis
mempunyai
beberapa
103
1. Uji coba dilakukan pada siswa yang sudah pernah mempelajari materi Kesetimbangan Kimia. Untuk dapat
melihat efektivitas perangkat
pembelajaran secara lebih akurat, sebaiknya uji coba dilakukan pada siswa yang belum pernah mempelajari materi ini sebelumnya. 2. Uji coba dilakukan hanya pada satu sekolah dengan situasi dan kondisi lingkungan serta latar belakang sosial budaya siswa yang sama. Untuk mendapatkan perangkat yang lebih sempurna sebaiknya uji coba dilakukan di beberapa sekolah yang berbeda dengan kondisi yang beragam. 3. Uji coba hanya dilakukan satu kali. Untuk mendapatkan perangkat yang lebih sempurna sebaiknya uji coba dilakukan lebih dari satu kali. 4. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer sehingga observer sedikit kewalahan dalam mengamati aktivitas siswa yang berjumlah 36 orang.
104
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data validasi dan hasil uji coba perangkat pembelajaran yang dikembangkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Perangkat pembelajaran berbasis inquiry untuk pencapaian KD 3.3 dan 3.4 materi kesetimbangan kimia telah berhasil dibuat (dikembangkan) dengan menggunakan langkah-langkah pengembangan model four D, yang
dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy
S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel pada tahun 1974. Perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan terdiri dari RPP, LKS, Kit, CD animasi flash dan tes hasil belajar. 2.
Perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry (RPP, LKS, Kit, CD animasi flash dan tes hasil belajar) yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA sudah valid menurut validator.
3.
Perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry (RPP, LKS, Kit, CD animasi flash dan tes hasil belajar) yang dikembangkan untuk materi kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA, sudah praktis untuk dipakai dalam pembelajaran sehingga guru dan siswa dapat menggunakannya.
4.
Perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry (RPP, LKS, Kit, CD animasi flash dan tes hasil belajar) yang dikembangkan untuk materi 104
105
kesetimbangan kimia yaitu pada KD 3.3 dan KD 3.4 di kelas XI SMA, efektif untuk dipakai dalam pembelajaran sehingga dengan menggunakan perangkat pembelajaran ini hasil belajar dapat dicapai seperti yang diharapkan. B. Implikasi Perangkat
pembelajaran
berbasis
inquiry
yang
telah
berhasil
dikembangkan ini layak untuk digunakan di sekolah dan diharapkan akan berdampak positif terhadap proses pembelajaran baik bagi siswa ataupun guru. Penggunaan perangkat pembelajaran berbasis inquiry pada mata pelajaran Kimia khususnya KD 3.3 dan 3.4, memfasilitasi peserta didik agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar. ditempatkan sebagai
Dalam pembelajaran,
siswa
subjek belajar yang membuat pembelajaran menjadi
berpusat kepada siswa. Langkah-langkah dalam perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan, mudah untuk diaplikasikan baik bagi guru maupun siswa. Kegiatan yang disajikan di dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan, membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep yang mereka cari. Media pembelajaran yang dikembangkan
dapat
meningkatkan rasa keingintahuan siswa sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar. Penggunaan perangkat pembelajaran berbasis strategi inquiry pada KD 3.3 dan
3.4 dalam pembelajaran juga dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan lebih bermakna bagi siswa karena siswa menjadi lebih aktif sehingga dengan meningkatnya aktivitas siswa
106
selama proses pembelajaran berlangsung, diharapkan juga akan meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan. Khusus bagi guru, pengunaan perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini akan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berarti dalam mengelola pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran akan mudah terlaksana. Dengan digunakannya perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini di sekolah, khususnya pada pelajaran Kimia, juga dapat membantu guru dalam menjelaskan konsep-konsep yang bersifat abstrak kepada siswa sehingga menjadi lebih konkrit. Hal ini berarti perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat dijadikan alternatif upaya guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan adanya pengembangan perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini pada KD 3.3 dan 3.4 kelas XI SMA diharapkan dapat membantu guru bidang studi kimia dan guru bidang studi lainnya dalam mengembangkan perangkat pembelajarannya. C. Saran Berdasakan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan hal-hal berikut : 1. Bagi guru yang ingin menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini dalam pembelajannya di sekolah, disarankan agar benar-benar dapat mengontrol waktu yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan karena ini berhubungan dengan kebiasaan siswa yang masih kurang disiplin dalam belajar.
107
2. Bagi sekolah yang ingin menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry ini dalam pembelajaran, disarankan untuk dapat memfasilitasi guru dan siswa dengan sarana prasarana pendukung seperti LCD, infocus serta sumber-sumber belajar lain. 3. Supaya pembelajaran berbasis inquiry dapat berjalan lancar diharapkan siswa mempunyai berbagai macam sumber belajar. 4. Untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang lebih sempurna disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji coba di beberapa sekolah dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda. 5. Untuk melihat kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan disarankan kepada peneliti selanjutnya agar juga meminta kepada guru setempat ikut mencoba menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut dalam pembelajarannya. 6. Untuk dapat mengamati aktivitas siswa dengan lebih baik pada saat uji coba perangkat pembelajaran, disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menyesuaikan jumlah observer dengan jumlah siswa.
108
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa. Brown, James W. 1977. AV Instruction Technology, Media, and Methods fifth Edition. New York: McGraw-Hill Book Company. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Materi Pelatihan Terintegrassi. Mata Pelajaran Sains. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Jakarta : BSNP. Departemen Pendidikan Nasional. 2008a. Panduan Umum Pengembangan Silabus : Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional. 2008b. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas. Departemen Pendidikan Nasional. 2008c. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas. Departemen Pendidikan Nasional. 2008d. Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Tersrtuktur. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional. 2008e. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Materi Pelatihan SERGU PBM Terintegrasi. Depdiknas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas.
108
109
Gagne, Robert R. 1965. Essential of Learning for Instruction. diterjemahkan oleh Hanafi, Abdillah dan Manan, Abdul. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Surabaya : Usaha Nasional. Isjrin, Noerdien. 1995. Praktikum Sain IPA di SD dan Sains Kit. Padang : IKIP Muslich, Masnur. 2007. KTSP. Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Menteri Pendidikan Nasional. Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta. Sadiman, Arief. S dkk. 2009. Media Pendidikan.Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1990. Media Pengajaran. Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sumiaty. 2002. Pembuatan Kit Praktikum untuk Pembelajaran Gugus Fungsional di Kelas 2 SMU( skripsi). Padang : Jurusan kimia UNP. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.