JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM MODEL DISCOVERY DAN PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN ASAM DAN BASA DI SMA KELAS XI Zainuddin Mukhtar1), Rizky Emiliya2), Ramlan Silaban3) Alumni Prodi Magister Pendidikan Kimia Program Pascasarjana 1, 3) Dosen Jurusan Kimia FMIPA dan Prodi Magister Pendidikan Kimia Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Jalan W.Iskandar Psr. V, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 20221 Email:
[email protected] 2)
Abstract This research aimed to develop practical guide in the learning of Acids and Bases based on Discovery and Project Based Learning models in Senior High School Grade XI and determine the effectiveness of using the practical guide that was developed from Discovery and Project Based Learning models. The stages in this research included (1) Knowing the component of practical guide based on syntax analysis of Discovery and Project Based Learning Models, (2). Formulating and developing the practical guide in the learning of Acids and Bases accordance with the syntax model of Discovery and Project Based Learning, (3) Standardization or feasibility Practical Guide to teachers and lecturers, (4) Implementation of practical guide to students of class XI which used Curriculum 2013, (5) Analyzing the effectiveness of the tested practical guide. The test results demonstrated that the feasibility of practical guide of Discovery Models had an average of 3.30. And practical guide of Project Based Learning Model had an average to 3.59. Whereas the effectiveness of the use of Discovery and Project Based Learning practical guide was seen from the increase in student learning in mind that the first experimental class that used practical guide of Discovery models had an average value of 88.00 with an increase of 79.3% learning outcomes. While the experimental class II used practical guide of Project Based Learning models had an average value of 77.50 with an increase of 61.7% learning outcomes. It was concluded that the practical guide of Discovery and Project Based Learning feasible to be used as a practical guide in school, with improved learning outcomes using practical guide of Discovery higher than using practical guide of Project Based Learning models. Keywords: Discovery models, Project Based Learning models, Practical guide. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan panduan praktis dalam pembelajaran Asam dan Basa berdasarkan penemuan dan model Pembelajaran Berbasis Proyek di SMA kelas XI dan menentukan efektivitas menggunakan panduan praktek yang dikembangkan dari penemuan dan model Pembelajaran Berbasis Proyek. Tahapan dalam penelitian ini meliputi (1) Mengetahui komponen panduan praktis berdasarkan analisis sintaks Penemuan dan Proyek Pembelajaran Berbasis Model, (2) Merumuskan dan mengembangkan panduan praktis dalam pembelajaran Asam dan Basa sesuai dengan model sintaks Penemuan dan Proyek Pembelajaran Berbasis, (3) Standardisasi atau kelayakan Panduan Praktis untuk guru dan dosen, (4) Pelaksanaan panduan praktis untuk siswa kelas XI yang digunakan Kurikulum 2013, (5) Menganalisis efektifitas panduan praktek diuji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kelayakan panduan praktis Penemuan Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
294
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Model memiliki rata-rata 3,30. Dan panduan praktis Model Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki rata-rata menjadi 3,59. Sedangkan efektivitas penggunaan panduan praktis penemuan dan Pembelajaran Berbasis Proyek itu terlihat dari peningkatan belajar siswa dalam pikiran bahwa kelas eksperimen pertama yang menggunakan panduan praktis model Penemuan memiliki nilai rata-rata 88,00 dengan kenaikan 79,3% hasil belajar. Sementara eksperimen kelas II menggunakan panduan praktis model Pembelajaran Berdasarkan Proyek memiliki nilai rata-rata 77,50 dengan kenaikan 61,7% hasil belajar. Disimpulkan bahwa panduan praktis Penemuan dan Pembelajaran Berbasis Proyek layak untuk digunakan sebagai panduan praktis di sekolah, dengan peningkatan hasil belajar menggunakan panduan praktis Penemuan tinggi daripada menggunakan panduan praktis model Pembelajaran Berbasis Proyek.
Kata kunci: Model penemuan, model pembelajaran berbasis proyek,
A. Pendahuluan Pemanfaatan fasilitas laboratorium sekolah merupakan hal yang menarik untuk dibahas, mengingat kegiatan praktikum dipercaya sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman serta keterampilan siswa dalam mempelajari kimia. Selain itu, untuk mempersiapkan peserta didik yang terampil, mampu berfikir analitis dalam pengambilan keputusan bukan berfikir mekanistis (rutin) serta mampu bekerjasama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah, menuntut proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini semakin menekankan bahwa pembelajaran tidaklah hanya ditujukan untuk pencapaian aspek kognitif namun juga aspek psikomotorik dan afektif secara seimbang. Pada dasarnya kimia merupakan pelajaran yang mengombinasikan antara pengetahuan konsep dan juga pengetahuan empiris. Ketika peserta didik mempelajari kimia, mereka dituntut untuk tidak hanya memahami secara teoritis, namun juga secara empiris melalui prosedur praktikum yang nyata sehingga kemampuan kognitif siswa juga didukung dengan kemampuan psikomotorik dan afektif yang baik. Hasil penelitian menunjukkan banyak peserta didik yang beranggapan bahwa kimia sama sekali tidak memiliki peran atau penerapan apapun dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak menarik untuk dipelajari (Stieff dan Wilensky, 2003). Selain itu siswa juga kesulitan dalam mengkonstruksi pemikiran mereka terkait materi-materi mikro seperti termokimia, asam basa dan perubahan kimia, dengan alasan kurangnya aktifitas praktikum pada proses pembelajaran (Tatli dan Ayas, 2013). Laboratorium memainkan peran penting dalam pembelajaran kimia yang efektif. Penambahan jam praktikum untuk pembelajaran kimia menjadi sangat penting. Karena, sebagian besar isi pelajaran sains adalah topik abstrak, maka untuk membuat peserta didik memahami topik-topik seperti itu perlu menggunakan metode pembelajaran student centered berbasis konstruktivis. Laboratorium sangat penting untuk memahami konsepkonsep kimia yang abstrak karena dengan praktikum, maka konsep-konsep abstrak tersebut dapat dipahami menjadi konsep yang konkret oleh peserta didik. (Demirtas, 2006). Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
295
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Banyak peneliti di bidang pendidikan sains mengakui bahwa studi laboratorium meningkatkan minat dan kemampuan siswa untuk mata pelajaran sains serta dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dalam mencapai tujuan praktikum (Bryant dan Edmunt, 1987; Bagci dan Simsek, 1999; Situmorang, M., 2009; Mamlok dan Barnea, 2011). Laboratorium memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran pendidikan sains, dan tenaga pendidik sains disarankan untuk menerapkan kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran karena banyaknya manfaat yang dapat diperoleh peserta didik dalam melakukan praktikum (Tagdlen, 2004). Beach dan Stone (1988) mengatakan bahwa pembelajaran kimia paling efektif dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum dan mereka juga menjelaskan situasi ini dengan perumpamaan “orang yang belajar menggambar, namun tanpa cat dan kanvas atau mencoba belajar bersepeda, tanpa menggunakan sepeda sama halnya dengan belajar kimia, tanpa melakukan praktikum” (Tezcan dan Bligin,2004). Keinginan untuk membuat kegiatan belajar mengajar di kelas sangat ideal dan menuntut sejumlah besar bahan yang harus dikuasai siswa, guru terkadang kesulitan dalam menyusun praktikum berkualitas. Banyak kendala yang dialami oleh guru dalam memaksimalkan kegiatan laboratorium siswa. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan (Tuysuz 2010 dan Desy, 2013), ada kendala dalam implementasi praktis di sekolah, termasuk tidak tersedianya modul laboratorium kimia yang dapat menyebabkan siswa dalam melakukan praktikum tidak maksimal, guru juga tidak memiliki panduan dalam menilai keterampilan proses sains dan sikap ilmiah, selain itu bahan dan alat-alat yang mahal untuk laboratorium kimia juga menjadi kendala dalam pelaksanaan laboratorium kimia sekolah. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian pengembangan Penuntun Praktikum pada pembelajaran asam dan basa dengan judul penelitian “Pengembangan Penuntun Praktikum Model Discovery dan Project Based Learning pada Pembelajaran Asam dan Basa di SMA Kelas XI”. Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah : 1. Untuk memperoleh penuntun praktikum kimia materi asam dan basa menggunakan metode Discovery. 2. Untuk memperoleh penuntun praktikum kimia materi asam dan basa menggunakan metode Project Based Learning. 3. Untuk mengetahui efektifitas penuntun praktikum kimia materi asam dan basa menggunakan metode Discovery dalam pembelajaran kimia. 4. Untuk mengetahui efektifitas penuntun praktikum kimia materi asam dan basa menggunakan metode Project Based Learning dalam pembelajaran kimia. 5. Untuk mengetahui perbandingan efektifitas penggunaan penuntun praktikum kimia materi asam dan basa menggunakan metode Discovery dan Project Based Learning. B. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pemilihan Kota yang dijadikan lokasi penelitian bersifat terbatas, melalui pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau oleh penulis. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 – Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA peminatan IPA kelas XI di Medan. Dikarenakan keterbatasan peneliti, maka sampel dipilih secara Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
296
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
random purposively. Sampel dipilih dari SMA yang memiliki fasilitas laboratorium yang memadai. Sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah SMA Negeri I Percut Sei Tuan. Distribusi penyebaran siswa pada sekolah yang dijadikan sampel digambarkan pada Tabel 3.1. dibawah ini. Tabel 1. Deskripsi populasi dan sampel pada SMA yang ditetapkan sebagai sampel pada penelitian pengembangan penuntun praktikum menggunakan pendekatan pendekatan saintifik
No
Nama SMA
Total Siswa
Total Kelas Parallel
Kelas Sampel
Total Sampel
1.
SMA Negeri 1 PST
197
5
2 Kelas
40 Orang
Sampel di tiap sekolah dibagi kedalam 2 kelas yang di bagi menjadi kelas eksperimen I yang menerapkan kegiatan laboratorium pendekatan saintifik metode Discovery dan kelas eksperimen II yang menerapkan kegiatan laboratorium pendekatan saintifik metode Project Based Learning. Jumlah sampel yang diambil dari tiap kelas adalah 20 orang. Daftar nama siswa yang dijadikan sampel disusun berdasarkan urutan nilai pretes yang telah dilakukan diawal penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan dokumen sebagai objeknya. Rancangan penelitian menggunakan teknik analisis isi, seperti dikemukann Berelson (Purwanto, 2000) bahwa analisis isi adalah teknik penelitian untuk mendiskripsikan secara objektif, sistematis, dan komunikatif isi komunikasi yang tampak. Sedangkan, menurut Weber (Azwar, 1993) analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Prosedur penelitian meliputi tahap sebagai berikut : (1) Menganalisis syntax pendekatan saintifik dengan metode Discovery dan Project Based Learning; (2) Menyusun penuntun praktikum sesuai dengan analisis syntax yang telah dilakukan; (3) Validasi Penuntun Praktikum sesuai dengan Standard Nasional Pendidikan; (4) Mengimplementasikan penuntun praktikum dalam pembelajaran di SMA; dan (5) Evaluasi penerapan penuntun praktikum dalam pembelajaran melalui posttest. Secara ringkas prosedur penelitian ditunjukkan pada diagram alir pada gambar 1. Analisis Syntax Pendekatan Saintifik Populasi Pengembangan Penuntun Praktikum
Sampel Validasi Penuntun Praktikum
Pretest Kelas Experimen 2
Kelas Experimen 1
Implementasi Penuntun Praktikum Projet Based Learning
Discovery
Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304) Evaluasi Penuntun Praktikum
Posttest
Data Analysis Conclusion
297
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Gambar 1. Desain penelitian Tahap persiapan dan pengembangan penuntun praktikum (deskriptif) digunakan dalam penelitian awal untuk mengetahui potensi dan masalah, kemudian mengumpulkan informasi data untuk perencanaan penuntun praktikum kimia pokok bahasan Asam dan Basa model Discovery dan project Based Learning yang akan dikembangkan, serta validasi produk oleh ahli (dosen) dan praktisi (guru) untuk menentukan kelayakan isi dan kelayakan penyajian penuntun praktikum model Discovery dan Project Based Learning yang sedang dikembangkan. Tahap revisi adalah memperbaiki penuntun praktikum yang telah dikembangkan setelah divalidasi. Tahap evaluasi sumatif adalah tahap menguji keefektifitasan penuntun praktikum yang telah dikembangkan.
C. Hasil dan Pembahasan Data yang dideskripsikan pada penelitian ini meliputi data analisis penuntun praktikum model Discovery dan Project Based Learning pada pembelajaran Asam dan Basa. Kemudian, analisis penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 dan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Selain itu, juga dideskripsikan efektifitas hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model Discovery dan juga model Project Based Learning. Berdasarkan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Analisis bahan ajar yang telah dikembangkan berdasarkan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) meliputi aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa dan kelayakan penyajian. Hasil analisis bahan ajar yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut: 1) Aspek Cakupan Praktikum Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek cakupan praktikum ditunjukkan pada gambar 2. berikut:
Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
298
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Gambar 2.
Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Cakupan Praktikum
2) Aspek Sistematika Penyajian Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek Sistematika Penyajian ditunjukkan pada gambar 3. berikut:
Gambar 3. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Sistematika Penyajian
3) Aspek Wawasan Produktivitas Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek wawasan produktivitas ditunjukkan pada gambar 4. berikut:
Gambar 4.
Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Aspek Wawasan Produktivitas
4) Aspek Merangsang Keingintahuan Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek Merangsang Keingintahuan ditunjukkan pada gambar 5. berikut:
Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
299
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Gambar 5.
Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Aspek Merangsang Keingintahuan
5) Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek mengembangkan kecakapan hidup ditunjukkan pada gambar 6. berikut:
Gambar 6.
Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Aspek Mengembangkan kecakapan Hidup
6) Aspek Desain Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek Desain ditunjukkan pada gambar 7 berikut:
Gambar 7.
Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Aspek Desain
Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
300
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
7) Aspek Bahasa Hasil uji kelayakan penuntun praktikum yang telah dikembangkan berdasarkan aspek bahasa ditunjukkan pada gambar 8. berikut:
Gambar 8.
Uji Kelayakan Penuntun Praktikum model Discovery dan Project Based Learning berdasarkan Aspek Bahasa
Hasil Uji Coba Pemahaman Siswa terhadap Bahan Ajar yang telah dikembangkan Untuk menguji tingkat pemahaman siswa terhadap penuntun praktikum yang telah dikembangkan, maka dilakukanlah uji coba penuntun praktikum tersebut yang dilakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan dengan mempertimbangan bahwa sekolah ini masih menerapkan kurikulum 2013, memiliki laboratorium kimia dengan kualitas baik, dan memiliki kelas paralel untuk melakukan perbandingan. Dalam pengimplementasian penuntun praktikum materi asam basa ini, dibutuhkan 2 kelas paralel kelas XI pemintan IPA. 1 kelas digunakan untuk implementasi penuntun praktikum model Discovery, dan 1 kelas lainnya untuk implementasi penuntun praktikum model Project Based Learning. Sebelum melakukan praktikum, siswa di kedua kelas diberikan soal pretes yang terdiri dari 20 soal pilihan berganda terkait materi asam dan basa. Pretest ini dilakukan sebagai tes untuk mengetahui pemahaman awal siswa sebelum melakukan praktikum. Pada kelas eksperimen I, diberikan penuntun praktikum model Discovery dan kelas eksperimen II diberikan penuntun praktikum model Project Based Learning. Setelah pretest selesai dilaksanakan, kepada siswa dibagikan 20 eksemplar penuntun praktikum, kelas eksperimen I dibagikan penuntun praktikum Discovery, dan kelas eksperimen II dibagikan penuntun praktikum model Project Based Learning. Kegiatan praktikum kelas experiment I berlangsung sepenuhnya di ruangan laboratorium dan dengan menggunakan alat dan bahan praktikum keseluruhan dari dalam laboratorium. Selain itu pelaksanaan praktikum pada kelas eksperiment I sepenuhnya mengikuti langkah yang telah di paparkan dalam penuntun praktikum. Sedangkan untuk Kelas eksperimen II ataupun kelas dengan model Project Based Learning, praktikum berlangsung di 2 tempat, luar sekolah dan didalam sekolah (laboratorium). Pelaksanaan praktikum kelas experiment II dirancang sendiri oleh siswa termasuk penentuan alat, bahan dan indikator yang digunakan dalam praktikum. Siswa membuat sendiri indikator asam dan basa dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar mereka secara berkelompok kemudian merekam aktifitas mereka dalam bentuk video pembelajaran. Kemudian siswa juga menyiapkan secara berkelompok larutan yang akan Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
301
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
diujicobakan pada saat praktikum, dan melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur rancangan siswa sendiri. Berdasarkan nilai rata-rata dan standard deviasi dari pretest yang dilakukan terhadap kedua kelas eksperimen, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang begitu signifikan antara nilai pretest kelas Eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum model Discovery yaitu sebesar 11,3 ± 2,23 dengan nilai pretest kelas eksperimen II yang menggunakan penuntun praktikum model Project Based Learning. Sehingga dapat dikatakan pemahaman awal siswa di kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa kelas eksperimen 2 yang menggunakan penuntun praktikum model Discovery memiliki persen peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen II yang menggunakan penuntun praktikum Project Based Learning. Yang artinya efektifitas penggunaan penuntun praktikum Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan penuntun praktikum model Project Based Learning. Dari sebaran angket yang diberikan kepada Guru rata-rata penilaian validator terhadap penuntun praktikum yang telah disusun dapat dilihat bahwa penuntun praktikum model Project Based Learning memiliki rata-rata penilaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan model Discovery. Namun pada implementasinya siswa yang menggunakan penuntun praktikum Project Based Learning memiliki rata-rata peningkatan hasil belajar tidak lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan penuntun praktikum model Discovery. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya penuntun praktikum Project Based Learning pada implementasinya menuntut siswa untuk merancang sendiri praktikum mereka serta mentukan alat dan bahan sendiri secara berkelompok. Penerapan model praktikum yang seperti ini masih belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah, karena kemampuan antar siswa belum merata sehingga dalam satu kelompok praktikum ada siswa yang mendominasi pengerjaan praktikum dan yang lainnya hanya sebagai pengamat saja. Pada dasarnya transfer pemahaman lebih mudah dibandingkan dengan transfer kecakapan. Sehingga dapat dilihat hasil belajar siswa dikelas eksperimen II yang menggunakan model praktikum Project Based Learning memiliki penyebaran yang tidak merata. Ada siswa yang memiliki nilai cukup tinggi namun yang paling banyak adalah siswa dengan nilai rendah. Sedangkan siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum dengan model Discovery pada implementasinya melakukan praktikum dengan sepenuhnya mengikuti prosedur praktikum dengan alat dan bahan yang juga telah disediakan menjadikan siswa secara merata memahami pengerjaan praktikum tersebut. sehingga setiap siswa dapat melakukan praktikum dengan merujuk pada prosedur praktikum yang telah ditetapkan. Dilihat dari nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen I bahwa siswa yang menggunakan penuntun praktikum model Discovery memiliki hasil belajar yang merata, tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antar siswa (dapat dilihat pada lampiran). Faktor yang juga mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa adalah bahwa pelaksanaan praktikum tipe Project Based Learning tidak banyak mendukung pemahaman teoritis ataupun terhadap soal-soal yang banyak diajukan ketika ujian. Praktikum dengan model Project Based Learning lebih banyak menekankan terhadap aspek kecakapan atau kemampuan psikomotorik siswa dibanding dengan praktikum model Discovery. Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
302
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Sehingga sebaiknya pelaksanaan praktikum kepada siswa tingkat SMA dapat dilakukan dengan mengkolaborasikan model praktikum Discovery dan juga Project Based Learning dengan tujuan siswa dapat memiliki kecakapan atau kemampuan psikomotorik dan juga kemampuan kognitif sekaligus. D. Penutup Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Penuntun Praktikum Model Discovery dan Project Based Learning yang telah dikembangkan sesuai dengan Tuntunan Kurikulum 2013 memiliki kategori Valid, artinya layak. Hal ini menunjukkan bahwa penuntun praktikum yang telah dikembangkan tidak perlu direvisi. 2. Efektifitas penuntun praktikum model Discovery dalam pembelajaran asam dan basa sebesar 79,3% terhadap peningkatan hasil belajar siswa 3. Efektifitas penuntun praktikum model Project Based Learning dalam pembelajaran Asam dan Basa sebesar 61,7% terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 4. Efektifitas penuntun praktikum model Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan efektifitas penuntun praktikum model Project Based Learning pada pembelajaran Asam dan Basa.
DAFTAR PUSTAKA Aydin, S., Aydemir, N., Boz, Y., Dindar, A.C., Bektas, O., (2009), The Contribution of Constructivist Instruction Accompanied by Concept Mapping in Enhancing Preservice chemistry teachers’ conceptual understanding of chemistry in the laboratory course, J. Sci. Edu Technol, 18:518-534 Bagci, N., Simsek, S. (1999). The influence of different teaching methods in teaching physics subjects on student’s success, The Journal of Gazi Education Faculty. 19(3), 7988 Situmorang (2009) Bilek, M., dan Skalicka, P., (2009), Real, Virtual Laboratories Together in General Chemistry Together in General Chemistry Education: Starting Points For Research Project, Bruner, J.S. (1990). Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bryant, R. J., Edmunt, A. M. (1987). They like lab-centered science. The Science Teacher, 54(8), 42-45. Feyzioglu, B. 2009. An Investigation of the relationship between Science process Skills with Efficient Laboratory Use and Science Achievementin Chemistry Education. Journal of Turkish Science Education 6(3):114-132 Marjan, J., (2014). Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012 Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
303
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.3, Desember 2015
Tatli, Z., dan Ayas, A., (2013), Effect of Virtual Laboratory on Students’ Achievment, Educational Technology and Society Journal 16(1): 159-170 Tatli, Z., dan Ayas, A., (2012), Virtual Chemistry Laboratory : Effect of constructivist Learning Environment, Turkish Online Journal of Distance Education, 13: 1-12 Tezcan, H., & Bilgin, E. (2004). Affects of laboratory method and other factors on the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac , 24:175-191. Nurul, H. 2013. Pengertian dan Langkah-Langkah Saintifik. http://www.nurulhidayah .net/879-pengertian-dan-langkah-pembelajaran-saintifik.html#!prettyPhoto Robinson, Jill K., 2013. Project-based learning: improving student engagement and performance in the laboratory. Anal Bioanal chem 405:7-13 Skuomios, M., & Passalis, N., 2010. Chemistry laboratory Activities: The Link Between Practice and Theory. The International Journal of Learning 17(6): 101-114 Simatupang, N.I., dan Situmorang, M.,(2013), Innovation of Senior High School Chemistry Textbook to Improve Students Achievement In Chemistry, Proceeding of The 2nd International Conference of the Indonesian Chemical Society 2013 October, 22-23th 2013,p.44-52 Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi Pembelajaran dan Integrasi Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN-B Bidang MIPA di Bandar Lampung, Tgl 10-12 Mei 2013, p.237-246 Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 3(1):45-51 Tatli Z. (2011). Development, Application and Evaluation of Virtual Chemistry Laboratory Experiments for "Chemical Changes" Unit at Secondary School 9th Grade Curriculum.PhD. Karadeniz Technical University. Tim Pascasarjana UNIMED, (2010), Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53
Pengembangan Penuntun … (Zainuddin M., 294-304)
304