perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENANAMAN NILAI KEPRIBADIAN DALAM RANGKA MEMBENTUK CIVIC DISPOSITION (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen)
Skripsi Oleh: SUSILAWATI YAYU NINGSEH NIM. K6407064 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENANAMAN NILAI KEPRIBADIAN DALAM RANGKA MEMBENTUK CIVIC DISPOSITION (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen)
Oleh : SUSILAWATI YAYU NINGSEH K6407064
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Susilawati Yayu Ningseh. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENANAMAN NILAI KEPRIBADIAN DALAM RANGKA MEMBENTUK CIVIC DISPOSITION (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Sejauhmana kondisi nilai kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen, (2) Sejauhmana upaya dari pihak sekolah dalam menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic disposition, (3) Faktorfaktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya penanaman nilai kepribadian siswa dalam rangka membentuk civic disposition. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Strategi penelitiannya menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data diperoleh dari informan, dokumen serta tempat dan peristiwa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan teknik wawancara, analisis dokumen serta observasi. Untuk memperoleh validitas data dalam penelitian ini digunakan trianggulasi data, trianggulasi metode serta informan review. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan tahap-tahap sebagai berikut : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data dan (4) pengambilan kesimpulan. Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) tahap pra penelitian, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penyusunan laporan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Kondisi nilai kepribadian siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong dapat dikatakan cukup baik. Dari 74 siswa, hanya 15 siswa yang memiliki kepribadian kurang baik. Jadi 20,27% siswa yang masih memerlukan perhatian khusus dari guru guna untuk membina dan menanamkan nilai-nilai kepribadian terhadap siswa-siswa terebut. Dari 74 siswa, 9 siswa belum memiliki nilai kedisiplinan, 6 siswa dinyatakan masih memerlukan perhatian khusus dari guru dalam hal kesehatan, 10 siswa belum memiliki nilai tanggung jawab, 2 anak belum memiliki nilai kesopanan, 2 anak dinyatakan kurang berkompetitif, 1 anak belum dapat berhubungan sosial yang baik, sementara untuk nilai kebersihan, percaya diri, kejujuran dan pelaksanaan ibadah ritual, semua siswa dinyatakan berkepribadian baik. (2) Upaya SMA Muhammadiyah 2 Gemolong untuk menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic disposition ialah dengan mengadakan pengembangan pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan karakter ini selain diterapkan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas, juga di terapkan di luar kelas melalui berbagai commit to user kegiatan. (3) Dalam keberhasilan pengembangan pendidikan karakter pasti terdapat vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
faktor pendukung dan juga faktor penghambatnya. Faktor pendukung keberhasilan pengembangan pendidikan karakter antara lain ialah: a) kepribadian dari siswa itu sendiri, b) pengembangan nilai melalui mata pelajaran c) proses habituasi d) mayoritas siswa yang berasal dari desa, e) sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah, f) kedekatan emosi antara guru dan siswa. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah ialah: a) kepribadian siswa itu sendiri, b) pergaulan siswa, c) lingkungan, d) pengaruh negatif teknologi, e) kurangnya perhatian keluarga.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Susilawati Yayu Ningseh. THE DEVELOPMENT OF CHARACTER EDUCATION AT SCHOOL AS THE PERSONALITY VALUE IMPLANTATION EFFORT IN THE ATTEMPT OF CREATING CIVIC DISPOSITION (A Case Study on Muhammadiyah 2 Gemolong Public Senior High School of Sragen Regency). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, Februari 2012. The objectives of research are to find out: (1) what the condition of personality value the students of SMA Muhammadiyah 2 Gemolong of Sragen Regency have is, (2) what the attempts the school takes are in implanting the personality value to the students in the attempt of creating civic disposition, (3) factors supporting and inhibiting the success of character education development at school as the personality value implantation effort in the attempt of creating civic disposition. This study employed a descriptive qualitative method. The research strategy used was a single embedded strategy. The data source was obtained from informant, document as well as place and event. The sampling technique used was purposive sampling. Techniques of collecting data used to obtain and to organize the data of research were interview, document analysis and observation. To validate the data of research, data triangulation, method triangulation and informant review were done. Meanwhile technique of analyzing data used was an interactive model of analysis in the following stages: (1) data collection, (2) data reduction, (3) data display, and (4) conclusion drawing. The procedure of research encompassed the following steps: (1) pre-research, (2) field work, (3) data analysis, (4) research report writing. Based on the result of research, it could be concluded that (1) the condition of personality value the students of SMA Muhammadiyah 2 Gemolong have was said as sufficiently good. Out of 74 students, only 15 have less good personality. So 20.27% of students still need special attention from the teacher to build and to implant personality values to those students. Out of 74 students, 9 had not had disciplinary value, 6 were said still needed special attention from the teacher in the term of health, 10 had not had responsibility value, 2 had not had modesty value, 2 was said as less competitive, 1 had not been able to make good social relationship, while in the term of cleanliness, self-confidence, honesty and ritual worship implementation, all of students were said as having good personality. (2) The attempts the SMA Muhammadiyah 2 Gemolong took in implanting the personality value to the students in the attempt of creating civic disposition was to hold character education development. This character education development, in addition to be applied through the teaching-learning process in the classroom, was also applied to out of class through a variety of activities. (3) In the successful development of character education, there might be supporting and inhibiting to user factors. The factors supporting thecommit successful development of character education viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
included: a) students’ personality, b) development value through lesson c) habituation, d) majority students coming from rural area, e) infrastructures provided by the school, f ) emotional proximity of teacher to students. Meanwhile the factors inhibiting the successful development of character education at school were: a) students’ personality, b) student intercourse, c) environment, d) the negative effect of technology, e) lack of family attention.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah SWT hendaknya kamu menggantungkan pengharapan ” (Qs. Al – Insyirah: 5-6) “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan moral yang baik.” (H.R. Tirmidzi) “ You are nothing else but that which you make your self ” (Siapa pun tidak bisa menjadi apa pun tanpa kemauan dari dirinya sendiri). (Simon de Beauvoir)
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk: 1.
Mama dan Papa yang teramat kusayangi dan kuhormati, yang telah membimbing dan mengeringi langkahku dengan doa dan kasih sayang yang tak terhingga dengan penuh harapan demi kesuksesanku.
2.
Kedua kakak yang teramat kusayangi yang selalu mendukung dan memberi semangat
3.
Muhammad Rois Rohmatullah yang selalu menemani dan selalu memberi semangat
4.
Ummu Afiyatun, Puji Lestari, Nurini Miraningsih, Cicik Sulistiyani dan teman-teman angkatan 2007 yang selalu menemani dan berjuang bersama dalam suka dan duka
5.
Almamater commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, pemilik seluruh ilmu pengetahuan dan penguasa alam semesta beserta isinya, sehingga dengan rahmat, hidayah, barokah dan karunia-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dan kendala yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Sri Haryati, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan persetujuan, pengarahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini. 4. Muh. Hendri Nuryadi, S.Pd, M.Sc. selaku Pembimbing II yang tiada hentihentinya memberikan dorongan, motivasi, bimbingan teknis dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5.
Drs. Edy Muhammadi selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 2 Gemolong yang telah memberikan ijin dan kesempatan penulis untuk mengadakan penelitian.
6. Semua guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong yang telah memberikan pengarahan, petunjuk, informasi, dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian. 7. Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam commit to user menyelesaikan skripsi ini, serta xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha mencurahkan segala daya dan kemampuan seoptimal mungkin dengan harapan skripsi ini dapat memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun mengingat keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta,
Penulis
commit to user xiii
April 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACK ............................................................................... viii HALAMAN MOTTO ....................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
xi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
10
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
12
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
12
1. Tinjauan Umum Pengembangan Pendidikan Karakter ......
12
a. Pengertian Pengembangan .............................................
12
b. Pengertian Pendidikan ................................................... commit to user c. Tujuan dan Teori Pendidikan .........................................
12
xiv
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pengertian Karakter .......................................................
19
e. Pengembangan Pendidikan Karakter .............................
20
2. Tinjauan Tentang Sekolah ..................................................
32
3. Tinjauan Umum Nilai .........................................................
34
a. Hakikat Nilai ..................................................................
34
b. Klasifikasi Nilai .............................................................
35
4. Tinjauan Umum Kepribadian .............................................
36
a. Hakikat Kepribadian ......................................................
36
b. Bentuk Kepribadian .......................................................
37
c. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian ......................
38
5. Tinjauan Umum Civic Disposition .....................................
39
a. Pengertian Civic Disposition .........................................
39
b. Pembagian Civic Disposition .........................................
39
c. Dimensi Civic Disposition .............................................
41
A. Penelitian yang Relevan ......................................................................
42
B. Kerangka Berfikir ...............................................................................
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
46
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
46
1. Tempat Penelitian ...................................................................
46
2. Waktu Penelitian ....................................................................
46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .....................................................
47
1. Bentuk Penelitian ...................................................................
47
2. Strategi Penelitian ..................................................................
48
C. Sumber Data .................................................................................
49
1. Informan .................................................................................
50
2. Dokumen ................................................................................
50
3. Tempat dan Peristiwa .............................................................
51
D. Teknik Sampling ..........................................................................
51
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
52
1. Interview atau wawancara ...................................................... commit to user 2. Analisis Dokumen ..................................................................
52
xv
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Observasi ................................................................................
54
F. Validitas Data ...............................................................................
55
1. Trianggulasi ............................................................................
55
2. Informan Review ....................................................................
56
3. Member Chek .........................................................................
56
G. Analisis Data ................................................................................
57
H. Prosedur Penelitian .......................................................................
59
BAB IV HASIL PENELITIAN .....................................................................
61
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................
61
1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 2 Gemolong...........
61
a. Sejarah SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ......................
61
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Muhammadiyah 2 Gemolong . 62 c. Struktur Organisasi, Pembagian Tugas Guru Mata Pelajaran dan Keadaan Siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ..........................................................................
65
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .............................................
68
1. Kondisi Nilai Kepribadian Siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong .............................................................................
69
2. Upaya Sekolah Menanamkan Nilai Kepribadian Terhadap Siswa Dalam Rangka Membentuk Civic Disposition ...........
77
3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Sebagai Upaya Penanaman Nilai Kepribadian ...................................
89
C. Temuan Studi yang Dikaitkan dengan Kajian Teori ..................
98
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 100 A. Kesimpulan ................................................................................. 100 B. Implikasi ..................................................................................... 102 C. Saran ........................................................................................... 103 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 105 LAMPIRAN ................................................................................................... 107 commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ...............................................................
47
Tabel 2. Nama Kepala Sekolah dan Masa Jabatannya ....................................
62
Tabel 3. Daftar wali kelas SMA Muhammadiyah 2 Gemolong......................
68
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Kepribadian Siswa Kelas XII IPS SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ..........................................................
71
Tabel 5. Cek List Pelanggaran Siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ....
96
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Ciri Dasar Pendidikan Karakter ....................................................
23
Gambar 2. Konteks Makro Pengembangan Karakter .....................................
29
Gambar 3. Konteks Mikro Pengembangan Karakter ......................................
31
Gambar 4. Kerangka Berfikir ..........................................................................
45
Gambar 5. Model Analisis Interaktif ..............................................................
58
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong.................
commit to user xix
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Daftar Informan ...................................................................... 107 Lampiran 2. Pedoman Wawancara .............................................................. 112 Lampiran 3. Pedoman Observasi .................................................................. 115 Lampiran 4. Petikan Hasil Wawancara ......................................................... 116 Lampiran 5. Foto Kegiatan ........................................................................... 164 Lampiran 6. Trianggulasi data ...................................................................... 168 Lampiran 7. Trianggulasi Metode ................................................................. 172 Lampiran 8. Denah ........................................................................................ 175 Lampiran 9 .Pembagian Tugas Guru ............................................................ 176 Lampiran 10. Keadaan Siswa Tiap tahun ....................................................... 181 Lampiran 11. Penilaian Nilai Akhlak Mulia dan Kepribadian ....................... 182 Lampiran 12. Skor Angka Kredit Pelanggaran Tata Tertib Sekolah .............. 205 Lampiran 13. Silabus dan RPP Berkarakter .................................................... 207 Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan FKIP UNS ............................................................................... 228 Lampiran 15. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan Skripsi ....................................................................................... 229 Lampiran 16. Surat Permohonan Research/ Try Out kepada rektor UNS ...... 230 Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Research Kepada Kepala SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ................................................... 231 Lampiran 18. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian kepada Bupati Kabupaten Sragen ..................................................................... 232 Lampiran 19. Permohonan Surat Pengantar kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen ......................................... 233 Lampiran 20. Surat Tidak Keberatan Pelaksanaan Kegiatan Survey/ Penelitia dari KESBANGPOLINMAS Kabupaten Sragen ..... 234 commit to user Lampiran 21. Surat Rekomendasi Research/Survey dari BAPPEDA xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kabupaten Sragen .................................................................... 235 Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Muhammadiyah 2 Gemolong .................................................... 236
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa untuk mencapai kemajuan tidak semata ditentukan oleh kemampuan intelektual, unsur karakter, kepribadian jauh lebih penting karena akan menentukan moralitas bangsa. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsabangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah keinginan kita semua. Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Semangat untuk menjadi bangsa yang berkarakter ditegaskan oleh Soekarno dengan mencanangkan nation and character building dalam rangka membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara spesifik Soekarno menegaskan dalam amanat Pembangunan Semesta Berencana tentang pentingnya karakter ini sebagai mental investment, beliau mengatakan bahwa kita jangan melupakan aspek mental dalam pelaksanaan pembangunan, dan mental yang dimaksud adalah mental Pancasila. Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building) merupakan dua hal utama yang perlu dilakukan bangsa Indonesia agar dapat mempertahankan eksistensinya. Pembangunan bangsa harus berbarengan dengan pembangunan karakter demikian pula sebaliknya. Menurut Dasim Budimansyah (2010:1) “Membangun jiwa adalah adalah membangun karakter manusia dan bangsa. Inti karakter adalah kebajikan (goodness) dalam arti berpikir baik (thinking good), berperasaan baik (feeling good), dan berperilaku baik (behaving good)”. Jadi dapat dikatakan karakter itu akan tampak pada satunya pikiran, perasaan, dan perbuatan yang baik dari manusia-manusia Indonesia yaitu bangsa Indonesia.
commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegaskan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi
nilai-nilai
yang
mengatur
kehidupan
politik,
hukum,
ekonomi,
kemasyarakatan, budaya dan seni. Pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi Warga Negara yang lebih baik, yaitu Warga Negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai Warga Negara, dengan demikian karakter bangsa akan terbentuk dengan baik. Proses pembentukan karakter bangsa dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan berakumulasi menjadi karakter masyarakat yang pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Indonesia dibutuhkan karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, berjiwa patriok, berorientasi iptek yang semuannya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan menjadi jati diri bangsa. Menurut Dasim Budimansyah (2010: 46) Karakter bangsa Indonesia yang dijiwai sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yaitu: Bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Masa Esa, Bangsa yang menjujung kemanusian yang adil dan beradab, bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa, bangsa yang demokratis dan menjujung tinggi hukum dan hak asasi manusia, serta bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan yang Maha Esa Ber-Ketuhanan yang Maha Esa merupakan bentuk kesadaran individu serta iman, takwa dan berakhlak mulia yang dimiliki sebagai karakter pribadi. Karakter BerKetuhanan Yang Maha Esa tercermin pada sikap hormat dan mau bekerjasama antara pemeluk agama, menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai d commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
agama dan kepercayaannya orang lain, serta tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain. 2. Bangsa yang Menjujung Kemanusian yang Adil dan Beradab Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku saling menghormati antar Warga Negara. Karakter ini tercermin pada sikap pengakuan atas hak dan kewajiban tiap individu, dan mengakui adanya persamaan dejarat, tidak memaksakan kehendak, dan berani membela kebenaran dan keadilan. 3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Karakter ini dapat tercermin dalam sikap yang mengedepankan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan dan rela berkorban untuk kepentingan Bangsa dan Negara. 4. Bangsa yang Demokratis dan Menjujung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia Sikap ini dilandasi pada nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karakter kerakyatan tersebut tercermin dalam sikap dan perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan Negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat demi kepentingan bersama; serta beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama. 5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan Komitmen untuk mengedepankan sikap dan perilaku keadilan dan kesehahteraan bangsa merupakan karakteristik pribadi yang harus dimiliki suatu oleh bangsa. Karakter ini dapat tercermin pada sikap dan perilaku yang mengutamakan keadilan, semangat kegotongroyongan, menghormati hak-hak orang lain serta melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Selalu bersikap sederhana dan tidak bergaya hidup boros, suka bekerja keras, tidak mudah putus asa, serta menghargai karya orang lain, sehingga tercapai kehidupan bangsa yang sejahtera. Karakter merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang diyakini dapat berubah, dari yang baik menjadi jelek ataupun sebaliknya, dari yang jelek menjadi baik. Karakter sebagai suatu moral excellence atau akhlak dibangun di atas to user berbagai kebajikan (virtues) yangcommit pada gilirannya hanya memiliki makna ketika
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam bangsa. Untuk itulah pembangunan karakter menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik dalam skala individu maupun skala bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan karakter diarahkan pada upaya penanaman dan pengembangan nilai-nilai kepribadian yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri Warga Negara. Pengembangan nilai-nilai kepribadian dapat dibina melalui jalur formal maupun nonformal. Melalui jalur formal misalnya seperti di sekolah. Sering dikemukakan bahwa sekolah merupakan agen dari instrumen vital dalam pembangunan untuk mencapai kemajuan. Pengajaran di sekolah haruslah dikelola secara terprogram berdasarkan prinsip-prinsip dan prosedur ilmiah. Sehubungan dengan itu maka kita harus memperhatikan tahap-tahap dalam pendidikan, yaitu proses pendidikan itu sendiri. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan bukanlah hanya kogntif semata-mata, melainkan mencakup semua aspek kehidupan. Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya commit to atau userwatak yang baik. saing yang tinggi serta memiliki kepribadian
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut hampir serupa dengan Peta Umum Pendidikan Nasional dalam model input-output yang dikemukakan oleh Redja Mudyahardjo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Pendidikan (Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia). Menurut Redja Mudyahardjo (2002: 51-53) “Peta Umum Pendidikan Nasional dalam model input-output meliputi masukan (input), transformasi, dan hasil”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Masukan (Input) Sumber-sumber dari masyarakat yang menjadi masukan Sistem Pendidikan Nasional adalah Pertama: Informasi, mencakup informasi produk yaitu informasi tentang peserta didik, dan selajutnya adalah informasi operasional yaitu informasi tentang penduduk, tenaga kependidikan, pengetahuan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan sebagainya. Kedua: Tenaga, mencakup penduduk yang sedang terlibat dalam penyelenggaraan Pendidikan Nasional dan tenaga kependidikan yang bekerja dalam Sitem Pendidikan Nasional. Ketiga: Bahan-bahan, mencakup barang-barang produksi yang digunakan dalam melaksanakan transformasi, misalnya: buku pelajaran, alat-alat peraga dan praktikum, dan bahan-bahan berikunya mencakup penghasilan nasional. 2. Transformasi Transformasi dalam Peta Umum Pendidikan Nasional dalam model input-output yaitu mencakup komponen dan bentuk transformasi. Komponen-komponen yang digunakan untuk melaksanakan transformasi adalah tujuan pendidikan, organisasi pendidikan, masa pendidikan , program isi pendidikan, prasarana pendidikan, biaya pendidikan, tenaga pendidikan serta peserta didik. Selanjutnya bentuk transformasi meliputi transformasi administratif pendidikan, yaitu proses kegiatan pengelolaan pendidikan nasional oleh Negara dan pemerintah, serta transformasi operasional, yaitu proses kegiatan pengelolaan pendidikan oleh kepala sekolah.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil Melalui proses masukan dan transformasi maka kegiatan pendidikan akan menghasilkan orang-orang yang terdidik dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga menjadi Warga Negara yang baik. Selanjutnya Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Bunyi pasal tersebut yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter. Sama halnya dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut: Pertama, memiliki kemampuan berfikir secara rasional,kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan, kedua, memiliki ketrampilan intelektual dan ketrampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab, dan yang ketiga, yaitu memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. (Ahmad Yasin, 2010, http://www.yasinsmopy.blogspot.com ). Berdasarkan
pada
tujuan
pendidikan
nasional
dan
pendidikan
kewarganegaraan, maka setiap Warga Negara Indonesia termasuk para pelajar sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki kepribadian yang baik guna menjadikan bangsa ini bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa lain. Nilainilai kepribadian yang perlu ditanamkan dan dikembangkan pada setiap warga Negara misalnya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kraetif, mandiri, demokratis, rasa ingin commit tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghargai prestasi, bersahabat atau kominikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab lain sebagainya. Pada
kenyataannya
di
kalangan
pelajar
dekadensi
moral
sangat
memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar. Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Masih banyak hal lain yang menggejala di kalangan pelajar yang berbentuk kenakalan, beberapa di antaranya adalah tawuran antarpelajar. Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa. Bentuk kenakalan lain yang dilakukan pelajar adalah minum-minuman keras, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan narkoba yang bisa mengakibatkan depresi bahkan terkena HIV/AIDS. Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar adalah maraknya gang pelajar dan gang motor. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar tersebut jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru pendidikan nasional bukan merupakan fenomena yang mengagetkan. Sebab perkembangan sosial politik dan kebangsaan sekarang ini memang cenderung menegaskan karakter bangsa. Maraknya perilaku anarkis, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, korupsi, kriminalitas, dan berbagai tindakan potologi sosial lainnya. Fenomena-fenomena tersebut bertentangan dengan visi dan misi pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagaimana dicita-citakan dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terdengar atau mungkin dijumpai commit to useryang baik atau sebaliknya. Menurut seseorang yang dinyatakan memiliki kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Inge Hutagalung (2007:1) “Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat ditanggalkan sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu”. Kepribadian merupakan sesuatu yang unik yang ada pada diri tiap individu, dan kepribadian adalah mengenai diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian seseorang ada dalam benak orang lain. Bagaimana orang lain menafsirkan kepribadian seseorang merupakan kunci untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kepribadian diri sendiri, kepribadian seseorang lebih terletak pada apa yang seseorang tampilkan dan bukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Nilai-nilai kepribadian dalam kalangan masyarakat terutama dalam kalangan remaja atau pelajar semakin merosot. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah yang cukup berat dimana dengan masalah tersebut maka bangsa Indonesia tidak menunjukkan karakter bangsa Indonesia yang baik. Adanya suatu Warga Negara yang baik tidak terlepas dari kepribadian atau karakter warganegaranya, karena untuk menjadi seorang Warga Negara yang baik, seseorang harus mempunyai kepribadian yang baik juga. Berdasarkan data yang diperoleh, di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen terdapat sepuluh nilai yang diterapkan untuk membentuk kepribadian siswa, nilai-nilai tersebut adalah nilai kedisiplinan, kebersihan, tanggung jawab, sopan santun, percaya diri, kompetetif, hubungan sosial, kejujuran, pelaksanaan ibadah dan kesehatan. Pada tahun ajaran 2011 / 2012 hanya untuk siswa kelas XII IPS sekitar 15 dari 74 siswa yang membutuhkan perhatian khusus karena tidak berkepribadian baik. Secara Prosentasi 20.27% siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong belum memiliki kepribadian yang baik, karena mereka masih membutuhkan perhatian khusus dari Guru. Selain itu di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong masih saja ada siswa yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma sosial, yaitu kasus hamil diluar nikah, dan kenakalan-kenakalan pelajar lainnya. Pengamatan dilakukan mulai dari tahun 2008, berdasarkan data dari SMA Muhammadiyah 2 Gemolong pada tahun 2008 terdapat 1 orang siswa yang ketahuan hamil diluar nikah dan dikeluarkan dari sekolah, pada tahun 2009 terdapat commit userterdapat 1 orang siswa. 3 siswa yang hamil diluar nikah, pada tahunto2010
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk itulah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional maka selain guru Pendidikan kewaganegaraan dan agama, guru mata pelajaran yang lain juga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam upaya pembinaan sikap dan prilaku pelajar yang berupa kepribadian siswa, oleh karena itu guru harus mampu menanamkan, membina dan mengembangkan prilaku siswa, sebab guru dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi saja, tapi juga bertanggung jawab terhadap pembinaan watak dan karakter siswa agar menjadi warga Negara yang berkarakter. Penanaman nilai kepribadian terhadap siswa dapat dilakukan oleh semua guru melalui mata pelajaran yang diajarkan. Pendidikan karakter tidak harus berdiri sendiri namun dapat terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran sehingga dapat disebut sebagai pengembangan pendidikan karakter. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH SEBAGAI
UPAYA
PENANAMAN
NILAI
KEPRIBADIAN
DALAM
RANGKA MEMBENTUK CIVIC DISPOSITION” (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi nilai kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen? 2. Bagaimana upaya dari pihak sekolah dalam menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic disposition? 3. Faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya penanaman nilai kepribadian siswa dalam rangka membentuk civic disposition?
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi nilai kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen. 2. Untuk mengetahui upaya dari pihak sekolah dalam menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic disposition. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya penanaman nilai kepribadian siswa dalam rangka membentuk civic disposition.
D. Manfaat Penelitian Setelah penulis mengadakan penelitian, maka diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teori maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan pengembangan wawasan ilmu kewarganegaraan, khusunya dibidang watak atau karakter kewarganegaraan (civic disposition).
2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah untuk mengembangan pendidikan karakter untuk siswa. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam penanaman nilai kepribadian dalam rangka membentuk civic disposition.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Pengembangan Pendidikan Karakter a.
Pengertian Pengembangan Untuk lebih memahami apa itu pengembangan, berikut adalah pengertian pengembangan menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengembangan adalah “proses, cara, perbuatan, cara membentuk”. ( Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 1989 : 414). Yang dimaksud dengan cara disini adalah bagaimana mengajarkan nilai-nilai kepribadian yang baik pada siswa sehingga dapat membentuk civic disposition atau karakter kewarganegaraan yang baik.
b. Pengertian Pendidikan Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya potensi bangsa Indonesia pada saat ini. Diantaranya adalah faktor pendidikan. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memajukan budi pakerti yaitu kekuatan batin dan karakter, pikiran dan jasmani anak didik. Menurut Soedomo Hadi (2003: 18) “pendidikan adalah pengaruh, bantuan, atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik”. Sedangkan menurut Poerbakawatja dan Harahap pendidikan adalah: … usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya…. orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya. (Muhibbin Syah, 2005: 11) commit to user 11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:4) Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik dimasa depan. Selanjutnya Zaim Elmubarok (2008:3) mengemukakan “Pendidikan merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal”. Sedangkan
M.J.
Langeveld
mengatakan
“pendidikan
adalah
memberi
pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan”. Dalam arti dapat berdiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya sendiri. (Zaim Elmubarok, 2008:2) Serupa dengan itu Redja Mudyaharjo (2002:11) turut memberikan definisi mengenai pendidikan, yaitu sebagai berikut: Pendidikan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Ki Hajar Dewantara juga mengemukakan bahwa: “Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral (kekuatan batin, karakter), fikiran (intellect) dan tumbuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras”. (Zaim Elmubarok, 2008:2) Sementara itu Zamroni memberikan definisi pendidikan, yaitu: pendidikan adalah suatu proses penanaman dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. (Zaim Elmubarok, 2008:3) commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Azyumardi Azra “pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien”. (Masnur Muslich, 2011: 48) Selanjutnya
John
Dewey
mendefinisikan
“pendidikan
adalah
proses
pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesema manusia”. (Masnur Muslich, 2011: 67) Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana (bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju terbentuknva kepribadian yang baik dan tugas dari pendidikan adalah sebagai pembinaan watak. Jadi pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk meningkatkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar agar memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang ada dalam diri lingkungan sekitarnya. Usaha tersebut dilaksanakan secara sadar agar anak mampu mencapai kedewasaan baik secara fisik maupun psikis dan berlangsung baik disekolah maupun diluar sekolah. Pendidikan merupakan suatu proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan tidak hanya sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi, dimana pendidikan juga merupakan suatu sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Seorang anak dalam hal ini adalah peserta didik haruslah mendapatkan pendidikan yang mencakup tiga dimensi, yaitu kognitif yang tercermin dari kapasitas pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik, yang kedua yaitu afektif, dimensi ini tercermin pada sikap, perilaku serta kepribadian peserta didik, dan yang ketiga yaitu psikomotorik yang tercermin pada kemampuan peserta didik mengembangkan sikap dan perilaku.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Tujuan dan Teori Pendidikan Setiap bangsa tentu memiliki tujuan, teori dan pengelolaan pendidikan sendiri-sendiri. Sebagai gambaran umum, berikut ini akan dipaparkan secara singkat mengenai tujuan dan teori penidikan. Menurut Zaim Elmubarok (2008:104) “Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya”. Selanjutnya Redja Mudyaharjo (2002: 125) mengemukakan “ Tujuan akhir pendidikan adalah individu yang berkarakter atau bermoral, yaitu individu yang memiliki kebebasan, kesempurnaan, kemauan baik, kebenaran dan kesamaan”. Sementara itu Slamet Imam Santoso mengemukakan bahwa : Tujuan tiap pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat, pendidikan juga bertugas mengembangkan potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. (Furqon Hidayatullah, 2009:13) Pendidikan merupakan suatu mekanisme institusional yang nantinya akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Tiga hal prinsipal tersebut menurut Rajasa adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia; 2) Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa; 3) Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek diatas yakni re-aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetetif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah. (Masnur Muslich, 2011: 3) Menurut Horace Mann “Sekolah negeri haruslah menjadi penggerak utama dalam pendidikan yang bebas (free public education), dimana pendidikan sebaiknya bersifat universal, tidak memihak (non sectarian), dan bebas”. (Zaim Elmubarok, 2008:106)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Dengan demikian dapat dikatakan tujuan utama pendidikan adalah sebagai penggerak efisiensi sosial, pembentuk kebijakan kewarganegaraan dan penciptaan menusia berkarakter, jadi bukanlah untuk kepentingan salah satu pihak tertentu. Sedangkan menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter kewarganegaraan peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Tujuan dari pendidikan adalah agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau normanorma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan normanorma hidup. Sukarno mengemukakan bahwa: “Dari tinjauan filosofis muncul teori yang menjadi dasar lahirnya berbagai teori pendidikan. Dari teori-teori pendidikan itu kebutuhan manusia akan pendidikan dapat disajikan dalam empat teori yaitu teori emperisme, teori nativisme, teori naturalisme dan teori konvergensi.” (Soedomo Hadi, 2003: 13) Teori-teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Teori Emperisme Teori ini muncul dari filsafat emperisme yang dipelopori oleh John Locke yang mengajarkan bahwa faktor-faktor lingkungan khususnya pendidikan menentukan perkembangan anak. to Jadi commit userdalam teori ini mengandung makna
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa kepribadian seorang anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, dalam hal ini ialah pendidikan. Pendidikan ialah maha kuasa dalam usaha mendidik anak. Teori pendidikan ini disebut juga pendidikan optimism, pendidikan sangat diperlukan. Dengan demikian dapat dkatakan bahwa perkembangan jiwa seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh pola didik orang dewasa. 2) Teori Nativisme Teori ini muncul dari filsafat nativisme (nativis = terlahir) yang merupakan penjelmaan filsafat idealisme. Teori ini di pelopori oleh Arthur Schopenhauer. Ia menganggap bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Jadi menurutnya seseorang yang jahat akan menjadi jahat, dan seorang yang baik akan tetap menjadi baik. Teori ini memandang tidak diperlukannya suatu pendidikan bagi perkembangan seorang anak, segala macam bentuk kepribadian anak adalah bawaan sejak lahir. Jadi dalam teori bukan pendidikan yang maha kuasa melainkan pembawaan. Lingkungan
pendidikan
tidak
berpengaruh
sama
sekali
terhadap
perkembangan dan pendidikan anak. 3) Teori Naturalisme Teori ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau. Pandangan filsafatnya terhadap pendidikan yaitu semua anak adalah pembawaan baik pada waktu dilahirkan, tetapi menjadi buruk setelah ditangan manusia atau masyarakat. Jadi pada dasarnya seorang anak pada saat dlahirkan telah memiliki kepribadian yang baik. Oleh karena itu biarkanlah anak tumbuh secara alamiah, dengan kata lain kepribadian seorang anak akan tetap baik apabila diserahkan kembali ke alam. Lingkungan atau pendidikan hanya memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. 4) Teori Konvergensi Teori ini mendasarkan pada filsafat realisme, dan dipolori oleh William Stern, merupakan suatu teori yang tertumpu pada kenyataan adanya saling pengaruh mempengaruhicommit antarato user potensi hereditas (internal) dengan
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
lingkungan atau pendidikan (external). Kedua faktor inilah yang mampu memberikan kepribadian yang utuh (ideal). Kepribadian yang utuh terbentuk dalam proses perpaduan antara faktor internal dengan faktor eksternal. Teori-teori pendidikan yang dikemukakan oleh keempat filosof pendidikan yang mendasarkan pada aliran empirisme, idealism, dan realism tersebut, walaupun masing-masing mempunyai penganut yang dalam perkembangannya sejalan dengan pandangan ilmu pendidikan dan filsafat, menunjukkan kelemahan-kelemahan terutama teori dari John Locke dan teori dari Arthur Schopenhauer. Kelemahan teori emperisme yuitu mengutamakan peranan faktor pendidikan atau lingkungan, dan mengabaikan peranan faktor hereditas dan juga outo activitas (aktivitas dari manusia itu sendiri). Kelemahan teori nativisme mengutamakan peranan faktor hereditas dan mengabaikan peranan faktor lingkungan atau pendidikan dan juga peranan outo activitas dalam diri anak tersebut. Sedangkan kelemahan teori konvergensi, hanya terletak pada masalah diabaikannya outo activitas anak, karena teori itu telah menempatkan kedua faktor tersebut saling mempunyai peranan yang sama, dan saling berpengaruh dalam proses homonisasi dan humanisasi. Teori yang dapat dikatakan benar, apabila ketiga faktor tersebut yaitu pendidikan atau lingkungan, faktor hereditas (pembawaan), dan outo activitas anak itu saling mempunyai peranan dalam proses homonisasi dan humanisasi.
d. Pengertian Karakter Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk karakter kewarganegaraan peserta didik. Maka untuk lebih memperjelasnya, berikut akan diuraikan beberapa pengertian karakter. Menurut Simon Philips “karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, perilaku yang ditampilkan”. (Masnur Muslich, 2011:70). Selanjutnya Koesoema A menyatakan bahwa commit tokepribadian user “karakter sama dengan kepribadian. dianggap sebagai ciri atau
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, misalnya keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak lahir”. (Masnur Muslich, 2011:70). Sementara itu Suyanto menyatakan bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara”. (Masnur Muslich, 2011:70). Furqon Hidayatullah (2009:9) mengemukakan bahwa “karakter adalah kualittas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pakerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain”. Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi sebagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak, dapat dipercaya, dan hormat pada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Selanjutnya Aa Gym mengemukakan bahwa: karakter itu terdiri dari empat hal yaitu, karakter lemah, karakter kuat, karakter jelek dan karakter baik. Pertama, karakter lemah misalnya penakut, mudah putus asa, tidak berani mengambil resiko, cepat kalah, belum apa-apa sudah menyerah dan sebagainya. Kedua, karakter kuat; contohnya tangguh, berani mengambil suatu resiko, pantang menyerah, dan sebagainya. Ketiga, karakter jelek; misalnya sombong, iri hati,pendendam, suka pamer, serakah, dan sebagainya. Keempat, karakter baik; seperti jujur, tanggung jawab, adil, rendah hati, terpercaya, dan sebagainya. (Furqon Hidayatullah, 2009:10) Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak, sifat yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir. Anak yang memiliki karakter adalah mereka yang memiliki tata nilai, memahami, mempercayai, dan memperlakukan nilai itu seperti yang mereka yakini. Kerakter menjadi identitas setiap pribadi sehingga karakter tiap orang tentu berbeda antar satu dengan yang lain, namun karakter tersebut dapat diubah, perubahan tersebut dapat juga dilakukan melalui pendidikan. Karekter berkaitan dengan kekuatan moral positif. Jadi orang yang to user berkarakter adalah orang yangcommit mempunyai kualitas moral yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
“Orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral, yang dimanfestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya”. (Thomas Lickona dalam Masnur Muslich, 2011:36)
e.
Pengembangan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter di sekolah diharapkan mampu membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di setiap satuan pendidikan perlu segera dikaji. dan dicari alternatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah. Hixson, Gholar, & Riggs menyatakan “Many contemporary scholars and educators have taken a similar stance, calling upon schools and communities to develop character education programs that are comprehensive and systematic approaches for teaching self respect, ethics, perseverance, and personal development”. (Glenda R. Balas, 2006:2) Artinya bahwa banyak ulama dan para pendidik telah mengambil sikap yang sama, yaitu mereka menyerukan kepada sekolah dan masyarakat untuk mengembangkan pendidikan karakter melalui pendekatan program yang komprehensif dan sistemtais untuk mengajar menghormati diri, etika, ketekunan dan pengembangan kepribadian. “Karakter adalah budaya sekolah. Budaya disiplin, kejujuran, atau budaya yang memiliki nilai-nilai universal seperti simpati, empati serta yang tidak menyakiti orang lain” (Karman dalam Bambang Tri,2011:31). Pendidikan karakter ini dalam implementasinya terintegrasi dengan seluruh mata pelajaran. Pelajaran yang relevan misalnya pelajaran kewarganegaraan, biologi, bahasa indonesia dan lain sebagainya. Pendidikan sifatnya sepanjang hayat. Ketika seseorang tidak memiliki karakter, dia tidak akan memiliki posisi yang baik. Maka, pendidikan karakter sudah sepantasnya diajarkan sejak pendidikan usia commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dini
sampai
tingkat
pendidikan
tinggi.
Untuk
lebih
jelas
mengenai
pengembangan pendidikan karakter maka akan dijelaskan sebagai berikut:
1)
Hakikat Pendidikan Karakter
Seiring dengan kemajuan bangsa Indonesia menuju Negara berkebangsaan modern semakin tampak perlunya pendidikan karakter sebagai suatu tema utama dalam pembangunan pendidikan nasional. Bangsa Indonesia membutuhkan adanya pendidikan karakter, pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya karakter berbasis kemuliaan diri semata, akan tetapi secara bersamaan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pakerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling). dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaanya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. (Thomas Lickonia dalam Masnur Muslich 2011:29) Berdasarkan Desain Induk Pendidikan Karakter, maka pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku. (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, http://pendikar.dikti.go.id/. ) Dengan demikian peserta didik menjadi paham tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan biasa melakukannya. Jadi pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan kebiasaan yang terus menerus dipraktekan atau dilakukan. Menurut Marsan “pendidikan karakter tidak hanya pendidikan intelektual saja, tapi bagaimana siswa memiliki nilai-nilai kepribaian, nilai-nilai persatuan, dan religius yang tinggi”. (Bambang Tri, 2011:31) Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter, yaitu sebagai berikut: a) Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasar hierarti nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Koheransi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. c) Otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. d) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingin apa yang dipandang baik. Sedangkan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. (Zaim Elmubarok, 2008:105) Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Keteguhan dan
Keteraturan
Kesetiaan
Interior CIRI DASAR PENDIDIKAN KARAKTER
Otonomi
Koherensi K
Gambar 1. Ciri Dasar Pendidikan Karakter Sumber: Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tangangan KrisisMultidimensional Kematangaan keempat karakter tersebut memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. Orang-orang sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior. Karakter inilah yang dapat menentukan forma seorang pribadi dalam segala bentuk tindakanya. Dalam pendidikan karakter menurut Lickona “menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral”. (Zaim Elmubarok, 2008:110). commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal
ini
diperlukan
agar
siswa
mampu
memahami,
merasakan
dan
mempraktekkan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Ketiga komponen tersebut dapat dikemukakan secara rinci sebagai berikut: a) Moral Knowing. Terdapat enam hal yang menjadi tujuan diajarkannya pengetahuan tentang moral yaitu meliputi kesadaran moral, mengetahui nilainilai moral, mengambil perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri. b) Moral Feeling. Terdapat enam hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter yakni: hati nurani, harga diri, empati, menyukai hal yang baik, kontrol diri, dan kerendahan hari. c) Moral Action. Perbuatan atau tindakan moral ini merupakan hasil dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik maka harus dilihat aspek karakter, antara lain meliputi: kompetensi, keinginan dan kebiasaan. Dengan demikian pendidikan karakter tidak akan berhasil tanpa nilai moral.
2)
Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Karakter
Berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional, maka sesuai dengan fungsi
pendidikan
nasional,
pendidikan
karakter
dimaksudkan
untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu: “a) Pembentukan dan
pengembangan
potensi,
b)
Perbaikan
dan
penguatan,
c)
Penyaring”.(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, http://pendikar.dikti.go.id) Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. c) Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat. Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Glenda R. Balas (2006:2) Listed goals for schools that included interpersonal understandings, citizenship, and moral and ethical character. In the years since, others have added to the list, suggesting that character education should also promote respect, responsibility, honesty, empathy, tolerance, compassion, cooperation, self-control, perseverance, and appreciation of diversity. In short, character development has been defined as the growth of those aspects of the individual that represent one’s ethical worth, including behavior, cognition, affect, values, personality, and skills that support moral functioning. Artinya dulu terdaftar tujuan sekolah yang termasuk dalam pemahaman interpersonal, kewarganegaraan, dan karakter moral serta etika, orang lain menambah tujuan lain ke dalam daftar, bahwa pendidikan karakter juga harus mempromosikan rasa hormat, tanggung jawab, kejujuran, empati, toleransi, kasih sayang, kerja sama, pengendalian diri, ketekunan, dan penghargaan keberagaman. Singkatnya pengembangan karakter telah didefinisikan sebagai pertumbuhan dari aspek-aspek individu yang mewakili nilai etis, termasuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
perilaku, kognisi, mempengaruhi, nilai-nilai, kepribadian, dan ketrampilan yang mendukung fungsi moral. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraaan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. 3)
Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter
Pada prinsipnya pengembangan pendidikan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan namun terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan pendidikan. Oleh karena pendidikan karakter dapat diintegrasiakan. Dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, maka materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan. Oleh karena itu pendidik dan satuan pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan KTSP ialah kurikulum operasional yang disusun serta dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Selanjutnya silabus ialah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, Indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi dan sumber belajar. Sementara RPP commitwaktu to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan suatu rencana untuk menggambarkan prosedur dan pengorganisasian untuk mencapai kompetensi dasar. Jadi sekolah memutuskan nilai-nilai yang ingin dicapai dan kemudian mencantumkan ke dalam KTSP dan selanjutnya guru mengembangkan secara formal
ke dalam silabus, RPP, dan kegiatan pembelajaran yang memuat
pendidikan karakter. Menurut Bagus Mustakim (2011:95) “Guru, sebagai penyusun silabus dan RPP menambahkan kolom khusus berisi karakter yang dikembangkan dengan mengacu pada rumusan karakter sekolah”. Jadi silabus dan RPP yang di rancang oleh guru tersebut dicantumkan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik peserta didik dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Berikut
ini
merupakan
prinsip-prinsip
yang
digunakan
dalam
pengembangan pendidikan karakter “Berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan, proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan”. (Kementerian Pendidikan Nasional,2010 ,http://pendikar.dikti.go.id/). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. b) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan; ini mensyaratkan bahwa proses pengembangan karakter commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler dan kokurikuler. c) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata kuliah atau pelajaran agama, bahasa Indonesia, sejarah, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, ketrampilan, dan sebagainya. Jadi pendidik tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. d) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh pendidik. Pendidik menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
4)
Pemberdayaan dan Pembudayaan
Pengembangan karakter perlu diselenggarakan secara komprehensif, maka “Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat pada dua konteks, yaitu pada konteks makro dan konteks mikro”. (Kementerian Pendidikan Nasional,2010 ,http://pendikar.dikti.go.id/). Konteks makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional yang sebagai mana diilustrasikan pada gambar berikut:
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KELUARGA SATUAN PENDIDIKAN
Gambar 2. Konteks Makro Pengembangan Karakter Sumber: Kementerian Pendidikan Nasional,2010 ,http://pendikar.dikti.go.id/ Berdasarkan gambar di atas maka secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan perkembangan perangkat nilai-nilai luhur atau karakter dapat diperoleh dikristalisasikan dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan filosofis, meliputi agama, pancasila, UUD 1945 dan UU sisdiknas no. 20 Tahun 2003. Selanjutnya yaitu pertimbangan teoritis yaitu teori tentang pendidikan, psikologi, nilai, dan sosial budaya. Yang terakhir yaitu pertimbangan empiris berupa pengalaman terbaik. Pada tahap pelaksanaan dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar, yaitu pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Dari masing-masing pilar tersebut akan timbul dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan, yaitu intervensi dan commit to user habituasi. Menurut Dasim Budimansyah (2010:62) “intervensi ialah proses
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan karakter yang dilakukan secara formal, dikemas dalam interaksi belajar dan pembelajaran (learning and instruction)”. Sementara habituasi menurut Dasim Budimansyah (2010:62) adalah sebagai berikut: Habituasi adalah proses penciptaan aneka situasi dan kondisi (persistentlife situation) yang berisi aneka penguatan (reinforcement) yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakanya membiasakan diri berperilaku sesuia nilai dan menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa itu sebagai karakter atau watak. Dalam
intervensi
dikembangkan
suasana
interaksi
belajar
dan
pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Sementara dalam proses habituasi diciptakan situasi dan kondisi, serta penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, rumahnya, dan lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai sehingga terbentuk karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisai dari dan melalui proses intervensi. Proses pemberdayaan dan pembudayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis. Selanjutnya pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen program untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk menditeksi aktualisasi karakter dalam diri siswa sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada konteks mikro, pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan formal
dan
nonformal
secara
holistik.
Satuan
pendidikan
berupaya
memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan pendidikan karakter di satuan pendidikan. Program pengembangan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Konteks Mikro Pengembangan Karakter Sumber: Kementerian Pendidikan Nasional,2010,http://pendikari.dikti.go.id/. Secara mikro pengembagan nilai atau karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yaitu kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam budaya satuan pendidikan, kegiatan ekstrakulikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas pengembangan karakter dilaksanakan dengan cara mengintegrasikasn dalam semua mata pelajaran. Khusus untuk materi pembelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang karena memang misinya adalah mengembangkan nilai to user dan sikap maka pengembangancommit karakter harus menjadi fokus utama yang dapat
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan berbagai strategi atau metode pendidikan karakter. Untuk kedua materi pembelajaran tersebut, karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu untuk materi pembelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan karakter, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Sementara dalam lingkungan satuan pendidikan dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial kultural satuan pendidikan memungkinkan para siswa bersama warga sekolah lainnya untuk terbiasa membangun kegiatan keseharian di lingkungan sekolah yang mencerminkan perwujudan nilai. Dalam kegiatan kokurikuler , yakni kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran, atau kegiatan ekstra kurikuler, yakni kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, misalnya seperti PMR, pramuka, pecinta alam keagamaan dan sebagainya, perlu untuk dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan dalam rangka penanaman nilai. Selanjutnya di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat.
2. Tinjauan Tentang Sekolah Kegiatan pendidikan sesudah dimulai sejak adanya manusia. Menurut Bagus Mustakim (2011:7) secara tradisional “pendidikan diartikan sebagai proses untuk membentuk tingkah laku, baik secara fisik, intelektual, emosional, maupun moral sesuai dengan nilai dan pengetahuan yang menjadi pondasi budaya dalam masyarakat”. Proses tersebut bertujuan membina peserta didik untuk tumbuh menjadi manusia dewasa yang bermartabat dan penuh rasa tanggung jawab serta berbudaya sehingga dapat hidup dan berkembang dalam budaya masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
setempat. Maka untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, didirikanlah suatu lembaga pendidikan formal yang dikenal dengan istilah sekolah. Menurut Kamus Bahasa Indonesia “Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya” (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 1989:796). Menurut William Bennett “sekolah mempunyai peran yang amat penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan karakter dirumah”. (Zaim Elmubarok, 2008:107) Sedangkan Bapak Pendidikan Horace Mann mengemukakan bahwa “the highest and noblest office of education pertains to our moral nature. The common school should teach virtue before knowlede, for knowledge without virtue poses its own dangers”. (Zaim Elmubarok, 2008:106) Artinya kantor tertinggi dan mulia dari pendidikan berhubungan dengan alam moral kita. Sekolah umum harus mengajar kebajikan sebelum pengetahuan, pengetahuan tanpa kebajikan menimbulkan bahaya sendiri. “Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya” (Sarlito Wirawan Sarwono, 2002:124). Sekolah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap peserta didik, pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan anak. Menurut Bagus Mustakim (2011:27) “tugas sekolah adalah membantu kemandirian individu untuk sampai pada realitas yang lebih utuh”. Sementara itu John Dewey mengatakan “sekolah tidak hanya tempat anak belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan”. (Redja Mudyahardjo, 2002:146). Maka peran guru bukan lagi sebagai sosok yang bertugas untuk alih pengetahuan dan alih pengalaman. Selanjutnya Bagus Mustakim (2011:27) mengatakan bahwa: “Guru adalah fasilisator yang bertugas menghargai aspek-aspek emosional dan irrasional individu dan mau berupaya serius mengarahkan peserta didik ke pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan di commit to user sekitarnya”.
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jadi sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan atau institusi formal yang memiliki tugas penting bukan hanya untuk meningkatkan penguasaan informasi dan teknologi dari anak didik, tetapi ia juga bertugas dalam pembentukan kapasitas bertanggungjawab siswa dan kapasitas pengambilan keputusan yang bijak dalam kehidupan. Oleh karena sekolah adalah lembaga pendidikan, maka sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping mengajarkan ketrampilan dan kepandaian kepada siswa. Sekolah diharapkan membina para siswa agar memiliki kepribadian yang baik dan berbudi pakerti yang luhur. Secara khusus budi pakerti dimaksudkan disini adalah bahwa seseorang hendaknya dapat mengendalikan tingkah lakunya, menghargai hak serta pendapat orang lain, dan memiliki pertimbangan yang matang atas konsekwensi jangka panjang dari tindakannya.
3. Tinjauan Umum Nilai a. Hakikat Nilai “Secara etimologi nilai atau value berasal dari kata velere yang berarti kuat, baik dan berharga. Secara sederhana nilai adalah sesuatu yang berguna”. (Winarno, 2007:4). “Nilai adalah yang memberi makna pada hidup, yang memberi makna pada hidup, yang memberi pada hidup ini titik-tolak isi dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yag dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang” (Steeman dalam Sjarkawi, 2006:29). Selanjutnya menurut Sjarkawi (2006:29) “nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi obyek kepentigan”. Sementara itu Menurut Bryony Hoskins and Ruth Deakin Crick (2008, p.2 ) “values are a type of belief, centrally located within one's belief system, about how one ought or ought not to behave, or about an end-state of existence worth or not worth attaining”. Artinya nilai merupakan suatu jenis keyakinan, terletak dalam sistem to user keyakinan seseorang, tentangcommit bagaimana orang harus atau seharusnya tidak
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
berperilaku atau tentang suatu keadaan akhir suatu Negara dari eksistensi layak atau tidak layak untuk dicapai. Jadi nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia karena nilai merupakan sesuatu yang baik dan dicita-citakan oleh manusia. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui tindakan. Nilai dianggap sebagai suatu “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang diambil oleh seseorang. Nilai-nilai itu merupakan bagian dari kenyataan yang tidak dapat diabaikan, maka setiap orang bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai.
b. Klasifikasi Nilai Menurut Linda dalam Zaim Elmubarok (2008:7) Secara garis besar “nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilainilai memberi (values of giving)”. Berikut merupakan penjelasan dari kedua kelompok nilai tersebut : 1) Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian. 2) Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan, yang termasuk pada kelompok ini adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati. Adapun nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak, yaitu sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Kejujuran; Loyalitas dan dapat diandalkan; Hormat; Cinta; Ketidak egoisan dan sensitifitas; Baik hati dan pertemanan; commit to user Keberanian;
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) 9) 10) 11) 12)
Kedamaian; Mandiri dan potensial; Disiplin diri dan moderasi; Kesetiaan dan kemurnian; dan Keadilan dan kasih sayang. (Sukamto dalam Masnur Muslich, 2011:79)
Sjarkawi (2006:29) mengatakan bahwa: “ada empat nilai
yang
berkembang dalam masyarakat, yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai undang-undang, dan nilai agama”. Nilai moral ialah berbagai macam nilai tentang baik dan buruk. Nilai moral akan menentukan seseorang bersalah atau tidak, dapat dilihat dari besar tidaknya tanggung jawab dan akibat moralitas yang ditimbulkan. Nilai moral sering muncul dalam nilai sosial. mungkin seseorang berkeyakinan bahwa cinta adalah baik. Secara sosial, cinta itu juga berlaku dalam pergaulan suami istri dan dalam hidup berkeluarga. Selanjutnya, hukum dapat pula mendukung nilai-nilai ini dengan memandang perkawinan sebagai perjanjian yang dikuatkan oleh undang-undang sehingga tidak mudah retak dan dapat menjamin masa depan anak-anak yang dilahirkan atas hubungan suami istri karena cinta itu. Jika nilainilai ini ditempatkan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, seperti pertimbangan tentang makna dan tujuan hidup maka ini menyangkut segi-segi nilai agama.
4. Tinjauan Umum Kepribadian a. Hakikat Kepribadian Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun hal ini sangat penting. Apalagi bagi seorang Guru, sebagai seorang Pendidik yang selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri.
Keadaan atau proses belajar dan
mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal namanama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari muridmuridnya.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kartini Kartono dan Dali Gulo mengatakan bahwa kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. (Sjarkawi, 2006:5) Sedangkan menurut E Koeswara (1991:10) “kepribadian dalam pengertian sehari-hari
adalah
menunjuk
kepada
bagaimana
individu
tampil
dan
menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya”. Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2005:225) “kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata)”. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Dalam arti sederhana “kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain” (Muhibbin Syah, 2005:225). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat khas dari diri tiap individu yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, sehingga tertanam pada diri individu tersebut dan ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari b. Bentuk Kepribadian Menurut Paul Gunadi pada umumnya terdapat lima penggolongan kepribadian yang sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari, yaitu “Tipe sangauine, Tipe flegmatik, Tipe melankolik, Tipe kolerik, dan Tipe asertif”. (Sjarkawi, 2006: 11) Hal tersebut dapat dijelaskan sebaga berikut: 1) Tipe sanguine. Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: bersemangat, menyenangkan, tangguh, namun mudah dipengaruhi oleh orang lain; 2) Tipe flegmatik. Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung tenang, instropektif, tidak mau bersusah payah; commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tipe melankolik. Seseorang yang tipe ini memiliki ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus, perasaan kuat, sensitive, mudah dikuasai oleh perasaan; 4) Tipe kolerik. Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain:disiplin, bertanggung jawab namun tidak memiliki rasa iba; 5) Tipe asertif. Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, tegas, kritis.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Kepribadian merupakan sesuatu yang dapat dibentuk atau dipengaruhi oleh faktor eksternalnya. Artinya seseorang sebelum mencapai tingkat kematangan tertentu, dapat diusahakan lahir sesuai dengan bentuk kepribadian yang diinginkan. Sebagai Sesuatu yang memiliki sifat kedinamisan, maka karakter kepribadian dapat berubah dan berkembang sampai batas kematangan tertentu. Perkembangannya sejalan dengan perkembangan kemampuan cara berpikir pada diri seorang individu. Perkembangan cara berfikir ini dapat dipengeruhi oleh lingkungan sekitar sebagai pengalaman hasil belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut : 1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir yang merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau gabungan dari sifat kedua orang tuanya; 2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkunagan seseorang mulai dari keluarga, teman, tetangga sampai pada media audiovisual. (Sjarkawi, 2006:19)
5. Tinjauan Umum Civic Disposition a. Pengertian Civic Disposition Dalam pendidikan kewarganegaraan terdapat tiga komponen utama, yaitu to user pengetahuan kewarganegaraancommit (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(civic skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition). Civic knowledge berkaitan dengan isi atau apa yang harus diketahui oleh warga Negara. Civic skill merupakan kertampilan apa yang seharusnya dimiliki oleh warga Negara. Sedangkan Civic disposition diterjemahkan sebagai watak, sikap atau karakter kewarganegaraan
dan
ada
pula
yang
menyebutnya
sebagai
nilai
kewarganegaraan. “Civic disposition berkenaan dengan sifat dan karakter yang baik dari seorang warga Negara baik secara pribadi maupun publik”. (Winarno & Wijianto, 2010:50) Watak kewarganegaraan sebagaimana kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi civil society. Jadi Civic disposition sesungguhnya dapat dikatakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewanegaraan. Dimensi watak Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai jalur dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif. b. Pembagian Civic Disposition Karakter atau watak kewarganegaraan (civic disposition) sebagai komponen dasar ketiga civic education menunjuk pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemiliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting, merupakan kepedulian sebagai warga Negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (Rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan sukses. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Secara singkat karakter kewarganegaraan yang terdiri atas karakter publik dan privat itu menurut Budimansyah dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Menjadi anggota masyarakat yang independen; 2) Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik; 3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu; 4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana; 5) Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat. (Winarno & Wijianto, 2010:56) Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Menjadi anggota masyarakat yang independen Karakter ini meliputi kesadaran secara pribadi untuk bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan bukan karena keterpaksaan. 2) Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik Karakter tanggung jawab ini meliputi menjaga diri, memberi nafkah dan merawat keluarga serta mengasuh dan mendidik anak. Selain itu sebagai Warga Negara yang bertanggung jawab maka ia mau menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, membayar pajak, menjadi saksi di pengadilan, melakukan tugas kepemimpinan sesuai dengan bakat masing-masing. 3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu Menghormati orang lain berarti mau mendengarkan pendapat orang lain, bersikap sopan, mengahargai hak-hak dan kepentingan sesama Warga Negara, dan mengikuti aturan musyawarah mufakat dan prinsip mayoritas dan tetap menghargai hak-hak minoritas dalam hal berbeda pendapat. 4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana Karakter ini merupakan bentuk sadar informasi sebelum menentukan pilihan atau berpartisipasi dalam debat publik, serta memegang kendali dalam kepemimpinan jika diperlukan. Serta mengesampingkan kepentingan pribadi demi mementingkan kepentingan publik. 5) Mengembangkan berfungsinya demokrasi commit to userkonstitusional secara sehat
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
Karakter ini meliputi sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik, melakukan penelaahan terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional. Karakter ini mengarahkan Warga Negara agar bekerja dengan cara-cara yang damai dan legas dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil dan tidak bijaksana. Pentingnya watak kewarganegaraan ini jarang sekali ditegaskan. Karakter publik dan privat yang mendasari demokrasi, dalam jangka panjang, mungkin lebih merupakan dampak dari pengetahuan atau kecakapan yang dikuasai warga negara.
c. Dimensi Civic Disposition Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka dapat diidentifikasikan sejumlah kopetensi kewarganegaraan dalam domain civic disposition, baik untuk PKn tingkat SD, SMP, maupun SMA. Dalam dimensi karakter kewarganegaraan, peserta didik diharapkan : 1) Menghargai makna nilai-nilai kejuangan bangsa; 2) Menghargai keputusan bersama; 3) Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; 4) Menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat dengan bertanggung jawab; 5) Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokrasi dan kedaulatan rakyat; 6) Menunjukkan sikap kritis dalam apresiatif terhadap dampak globalisasi. (Winarno & Wijianto, 2010: 57) Untuk materi pendidikan kewarganegaraan di sekolah, dimensi sikap dan nilai kewarganegaraan (civic disposition) di atas dapat diidentifikasi dari rumusan standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Contoh rumusan civic disposition pada tingkat SD yaitu : “Sikap mau menerima kekalahan” “ Jujur, disiplin, dan senang bekerja” Contoh rumusan civic disposition pada tingkat SMP yaitu : “Memiliki sikap posotif terhadap norma yang berlaku: “Memiliki sikap positif terhadap pancasila” commit to user Contoh rumusan civic disposition pada tingkat SMA yaitu :
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Sikap positif terhadap konstitusi Negara” “Menghargai persamaan kedudukan warga Negara” (Winarno & Wijianto, 2010: 58) B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian yang terdahulu yang digunakan sebagai acuan dan pembanding penelitian yang dilakukan. Adapun hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Sri Kuncorowati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Dalam Membentuk Karakter Kewarganegaraan. Tujuan penelitian tersebut adalah dalam rangka membetuk karakter kewarganegaraan siswa melalui kompetensi profesional guru, sehingga mereka menjadi warga Negara yang berkarakter. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh kompetensi profesional telah nanpak tersentuh ada upaya membentuk karakter kewarganegaraan berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dan Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 2. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari kemampuan guru dalam penyelesaian tugas-tugas keguruan dan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang menekankan pada ketrampilan berpartisipasi siswa sebagai upaya mengembangkan karakter kewarganegaraan. Dalam pelaksanaannya guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta menggunakan metode complete sentence dimana pembelajaran yang disajikan tidak berjalan runtun serta kegiatan diskusi yang diajarkan masih tradisional sehingga pengaruh guru dalam melatih sikap dan perilaku kewarganegaraan belum sepenuhnya dicontoh siswa. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah penggunaan berbagai media modern dan metode pembelajaran yang bervariasi, maka upaya yang dilakukan guru dalam membentuk karakter kewarganegaraan dengan jalan penyelenggaraan MGMP maple serumpun untuk shering membicarakan permasalahan dalam membicarakan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti workshop tentang penggunaan berbagai metode pembelajaran. Jadi dalam penelitian tersebut karakter kewarganegaraan siswa dibentuk melalui kompetensi profesional guru.toSementara dalam penelitian ini upaya commit user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk membentuk karakter kewargarganegaraan siswa (civic dispotition) melalui pengembangan pendidikan karakter.
C. Kerangka Berfikir Pendidilan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Praktik pendidikan tidak semata berorientasi pada aspek kognitif, melainkan secara terpadu menyangkut tiga aspek yaitu pertama, aspek kognitif (intelektual) meliputi pengetahuan, pengertian, keterampilan berfikir, kedua, aspek afektif, yakni meliputi minat, sikap, apresiasi, cara penyesuaian diri, dan ketiga, aspek psikomotor, yakni aspek keterampilan motorik peserta didik. Berdasarkan pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 maka fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi pendidikkan karakter bertujuan untuk membentuk peserta didik yang religius, intelektual, terampil dan berkarakter. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan perjuangan seluruh lapisan masyarakat. Diantaranya adalah sekolah dan peserta didik itu sendiri. Sekolah merupakan lembaga satuan pendidikan yang harus mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain di sekolah guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional adalah peserta didik, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam bidang pendidikan. commit perlakuan to user sesuai dengan bakat, minat, dan Peserta didik berhak untuk mendapat
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuannya; Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan; Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Selain hak-hak tersebut peserta didik pun berkewajiban untuk mematuhi semua peraturan yang berlaku, dan ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan. Selain sekolah dan peserta didik dibutuhkan juga pengembangan pendidikan karakter untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional tersebut. Pengembangan pendidikan karakter diintegrasikan pada setiap mata pelajaran, dimana tujuannya adalah untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian yang baik pada siswa, misalnya nilai kejujuran, tanggung jawab, mandiri dan lain sebagainya. Jadi dengan adanya pengembangan pendidikan karakter diharapkan mampu untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian yang baik ke dalam diri peserta didik sehingga mampu membentuk civic disposition atau karakter kewarganegaraan. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pengembangan pendidikan karakter
bertujuan
untuk
membentuk
civic
disposition
atau
karakter
kewarganegaraan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka berfikir sebagai berikut:
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sekolah
Tujuan Pendidikan Nasional
Pengembangan Pendidikan Karakter
Penanaman Nilai Kepribadian
Civic Disposition
Gambar 4. Kerangka Berfikir
commit to user
Peserta Didik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi diperlukan untuk mendapat kebenaran dari suatu penelitian. Metodologi penelitian perlu ditentukan dahulu sebelum kegiatan penelitian dilakukan. Hal ini karena ketepatan dalam menentukan metodologi akan mengantarkan penelitian ke arah tujuan yang diinginkan, yaitu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Suatu penelitian memerlukan tempat yang dijadikan obyek untuk memperoleh data yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, yang beralamat di jalan Sukowati Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Penulis memilih tempat ini dengan pertimbangan selain dekat dengan tempat tinggal penulis sehingga lebih efisien dan efektifitas waktu juga melihat kepribadian siswa SMA Muhammdiyah 2 Gemolong yang masih membutuhkan perhatian khusus dari guru. Dengan menggunakan pertimbangan tersebut di atas, diharapkan peneliti akan memperoleh data yang sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin dicapai, dan data yang akan peneliti dapatkan lebih bisa dipertanggungjawabkan.
2. Waktu Penelitian Setelah peneliti menentukan lokasi penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menentukan jadwal kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian dilakukan kurang dari 9 bulan yaitu sejak pengajuan judul pada bulan April 2011 dan akan direncanakan sampai dengan bulan Desember 2011. Secara terperinci jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
commit to user 44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No
2011 Kegiatan
Apr Mei Jun Jul
1
Pengajuan judul
2
Penyusunan Proposal
3
Ijin Penelitian
4
Pengumpulan Data
5.
Analisis Data
6.
Penyusunan laporan
Ags Sep Okt Nov Des
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian merupakan salah satu faktor penting dalam suatu penelitian, karena bentuk dari penelitian tersebut turut menunjang penelitian yang sedang dilaksanakan. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriktif karena memaparkan obyek yang diteliti (Orang, Lembaga pendidikan atau lainnya) berdasarkan fakta. Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah “Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya”. (Lexy J. Moleong, 2002:4). Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. (Lexy J. Moleong, 2002:4)
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu Sugiyono (2010:15) juga mengemukakan bahwa: Penelitian kuatitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagau lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal. Teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Selanjutnya Lexy J. Moleong (2004:4) berpendapat bahwa: Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penejaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini penulis berusaha menyajikan data deskriftif berupa hasil wawancara dengan pihak sekolah yaitu guru BP, ketua kurikulum, guru dan beberapa peserta didik, serta melihat datadata tentang nilai kepribadian peserta didik, serta KTSP. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan tidak hanya terbatas pada pengumpulan data semata, melainkan juga dilakukan proses penganalisaan data dan diakhiri dengan penafsiran kesimpulan.
2. Strategi Penelitian Setelah menentukan bentuk penelitian maka selanjutnya akan ditentukan strategi penelitian. Dalam melaksanakan penelitian sangatlah tergantung pada penelitian yang dipilih agar masalah yang diteliti mampu diungkapkan dan dapat dipecahkan dengan akurat. Strategi penelitian diperlukan untuk mengkaji permasalahan yang diteliti secara tepat. Strategi yang dipilih akan digunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi, mengkaji analisis hasil penelitian, dan untuk menetapkan sampel serta pemilihan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini penulis memilih strategi tunggal terperancang. Maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini yaitu tunggal yang artinya bahwa hanya ada satu lokasi yaitu Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen. Sedangkan terpancang artinya hanya pada satu tujuan untuk mengetahui pengembangan pendidikan karakter sebagai upaya dalam menanamkan nilai kepribadian yang baik kepada anak agar dapat membentuk civic disposition atau karakter kewarganegaraan. Sehingga dengan demikian kegiatan pengumpulan data lebih terarah (terpancang) pada permasalahan yang ditentukan. Dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk penelitian terpancang (embedded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variable utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti terjung ke lapangan studinya. (H.B. Sutopo, 2002: 41-42). Sifat holistiknya masih tampak bahwa beberapa faktor dipandang tetap saling berkaitan atau berinteraksi, hanya faktor-faktor selain variabel utamanya tidak menjadi fokus dan tidak banyak dibahas. C. Sumber Data Lofland menyatakan bahwa” Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. (Lexy J. Moleong, 2004:157). Berkaitan dengan pendapat di atas maka pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Hampir serupa dengan pendapat di atas, Sugiono membagi “sumber data menjadi dua yaitu sumber data primer, dan sumber data sekunder”. (Sugiyono, 2010:308-309). Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut H.B Sutopo (2002:50), “Sumber data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen, dan arsip serta berbagai benda lain”. Berdasarkan pendapat di atas, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Informan Pengertian informan adalah individu yang memiliki informasi. Informan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. H.B. Sutopo (2002: 50) mengatakan bahwa: “Dalam penelitian kualitatif peneliti dan narasumber disini memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki”. Jadi Informan yaitu seseorang yang dapat memberikan informasi atau keterangan mengenai seluk-beluk permasalahan yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah : a.
Guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP) SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
b.
Ketua bagian kurikulum SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
c.
Sebagian guru mata pelajaran SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
d.
Perwakilan siswa siswi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
Selanjutnya nama-nama informan dapat dilihat di lampiran 1 2. Dokumen Menurut Lexy J. Moleong (2004:216-217) berpendapat bahwa “Dokumen adalah setiap bahan tertulis, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyidik”. Sedangkan Menurut Sugiyono (2010:329), “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Jadi dokumen merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah KTSP, serta data yang
diperoleh
dari
arsip
hasil
nilai-nilai
kepribadian
siswa
SMA
Muhammadiyah 2 Gemolong. 3. Tempat dan Peristiwa H.B. Sutopo (2002:52), mengatakan bahwa “Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya”. Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat penelitian di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen. Seperti lingkungan sekolah serta sarana prasarananya. Adapun peristiwa yang diteliti yaitu permasalahan yang terkait dengan nilai-nilai kepribadian siswa.
D. Teknik Sampling Dalam penelitian kualitatif sampel ditujukan oleh peniliti sendiri dengan mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat obyektif. Sampling pada penelitian kualitatif digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. “Sampling ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions) dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul” (Lexy J. Moleong, 2004:165) Menurut
Sugiyono
(2010:118)
“Teknik
sampling
adalah
teknik
pengambilan sampel”. Untuk menetukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik samping yang digunakan, antara lain sebagai berikut: 1. Sistematis Sampling Sistematis Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2. Purposive Sampling Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. (Sugiyono, 2010:123) Berdasarkan uraian di atas, maka teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling, teknik ini bersifat selektif dalam mengambil sampel, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang akurat. Jadi sampel dalam peneitian ini adalah Guru BP, Ketua bagian kurikulum. Perwakilan Guru tiap mata pelajaran, Perwakilan siswa
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Data sangat diperlukan dalam penelitian guna membuktikan kebenaran suatu peristiwa. Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Interview Atau Wawancara Menurut Lexy J. Moleong (2004:186) “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yaitu pewancara (interviewer) percakapan itu dilakukan oleh dua pihak dan pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Esterberg dalam Sugiyono (2010:319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu sebagi berikut: a. Wawancara terstruktur (Stuctured Interview) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. b. Wawancara semistruktur (Semistruktur Interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview) Wawancara tidak berstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun commit to userpengumpulan datanya. secara sistematis dan lengkap untuk
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis menggunakan jenis wawancara semistuktur, hal ini dikarenakan dalam melakukan wawancara sebelumnya penulis membuat kerangka mengenai pokok-pokok pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman wawancara, hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar pokok-pokok yang telah direncanakan dapat tercakup seluruhnya dan hasil wawancara dapat mencapai sasaran. Jenis wawancara ini merupakan in-depth interview, dimana peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam. Wawancara dilakukan secara mendalam karena informan penelitian sekaligus obyek yang diteliti adalah siswa SMA yang mayoritas sudah dewasa dan sudah bisa membela diri atas kesalahan, sehingga membutuhkan penelusuran secara perlahan dan hati-hati. Berdasarkan wawancara mendalam, maka data yang diperoleh lebih dapat dipertanggugjawabkan kebenarannya. Yang menjadi subyek responden adalah Guru setiap mata pelajaran selaku pengajar, ketua bagian kurikulum SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, guru BP, dan siswa-siswi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran 2, Serta petikan hasil wawancara dapat dilihat di lampiran 3. 2. Analisis Dokumen Analisis dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dokumen yang telah terkumpul, mempelajari kemudian menganalisanya. Dokumen sebagai sumber data yang berbentuk tertulis atau gambar yang bisa merupakan keterangan tentang keadaan masa sekarang maupun keadaan di masa lampau yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali. H.B Sutopo (2002:54) berpendapat bahwa “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Sedangkan Menurut Sugiyono (2010:329), “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu”. Selanjutnya Sugiyono (2010:329), mengatakan bahwa “Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah dokumen tentang KTSP dan arsip nilai akhlak mulia dan kepribadian siswa.
3. Observasi Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010:203), mengemukakan bahwa “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Selanjutnya Nasution dalam (Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa ”observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian meliputi: keadaaan sekolah, proses belajar mengajar dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Macam-macam observasi yaitu: a. Observasi Berperanserta Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. b. Observasi Nonpartisipan Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan sebagai pengamat independen. Berdasarkan hal diatas, maka dalam penelitian ini macam observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan yang bertujuan untuk memperoleh data tentang pengaruh pengembangan pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai-nilai kepribadian siswa-siswi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong untuk membentuk civic disposition. Peneliti datang langung ke SMA Muhammadiyah 2 Gemolong untuk melakukan pengamatan secara langsung. Dalam hal ini peneliti melihat dan mencatat data yang ada hubungannya dengan penelitian secara nyata dan mendalam mengenai kepribadian siswa dan commit to user pelaksanaan proses pembelajaran pengembangan pendidikan karakter. Selain itu
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peneliti juga mengambil foto kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar, kemudian peneliti juga melakukan observasi secara langsung mengenai kepibadian siswa. Pedoman observasi pelanggaran siswa dapat dilihat di lampiran 3. Foto kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.
F. Validitas data Untuk menjaga keabsahan dan kesahihan data yang dikumpulkan, maka perlu adanya validitas data. Untuk itu peneliti dapat menentukan cara untuk meningkatkan atau mengembangkan
kevaliditasan dari data
yang telah
diperoleh tersebut. Dalam penelitian kualitatif untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka validitas data dapat dilakukan dengan beberapa cara. 1. Trianggulasi Lexy J. Moleong (2004:178) berpendapat bahwa, “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu”. Sugiyono (2010:327) berpendapat bahwa “Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu”. Menurut Patton dalam HB. Sutopo (2004:78) menyatakan bahwa ada 4 macam teknik trianggulasi, yaitu: a. Trianggulasi Data (data trianggulation), artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Trianggulasi Metode (Investigator trianggulation), jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. c. Trianggulasi Peneliti (methodological trianggulation), hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. d. Trianggulasi Teori (theoritical trianggulation), trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Informan Review Menurut HB. Sutopo (2002:83) pengertian dari informan review “Merupakan upaya pengembangan validitas data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan yang telah disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan)”.
3. Member Chek Sugiyono (2010:375) menyatakan bahwa “Member chek adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Tujuan dari member chek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Dalam member chek, laporan hasil penelitian diperiksa oleh kelompok atau peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat atau mencantumkan kekurangan untuk lebih dimantapkan. Dalam penelitian ini kesahihan data dilakukan dengan menggunakan Trianggulasi Data, Trianggulasi Metode serta informan review. Trianggulasi data yaitu data penelitian diambil dari berbagai sumber data yang berbeda untuk mengahasilkan data yang sejenis. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, tempat, dan peristiwa. Sedangkan Trianggulasi Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data yang sejenis dilakukan melalui berbagai teknik pengumpulan data dalam bentuk wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Trianggulasi data dapat dilihat pada lampiran 5 dan trianggulasi metode dapat dilihat pada lampiran 6. Selanjutnya informan review dilakukan dengan mengkonsultasikan yang terjadi pada informan kunci, dalam hal ini informan kunci adalah beberapa guru setiap mata pelajaran di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, yaitu Drs. Sumadi, Khumaidi MR, Endang Darajati, S.Pd, Suhartanti, SH, Dra Endang Maryani, Wiyono, S.Pd, M.Pd, Anik Indirawati, S.Si. Alasan penulis memilih menggunakan Trianggulasi Data dan Trianggulasi Metode adalah untuk menutup kemungkinan apabila ada kekurangan data dari to user salah satu sumber atau salah commit satu metode maka dapat dilengkapi dengan data
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari sumber atau metode lain. Sedangkan dengan informan review diharapkan untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian,sehingga kesahihan data lebih akurat.
G. Analisis Data Analisis data di dalam suatu penelitian merupakan hal penting, agar data yang terkumpul dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan, dapat menghasilkan jawaban dari permasalahan. Menurut Sugiyono (2010:334) “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”. Dalam penelitian kualitatif maka untuk menganalisa data digunakan teknik non statistik. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model “Interactive of Analisis”. Menurut HB. Sutopo (2002:91) proses analisis terdapat 4 komponen utama yang harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Empat komponen utama tersebut adalah: “(1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, (4) verifikasi/pengambilan kesimpulan”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan usaha untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai strategi sesuai dengan sumber data yang digunakan. 2. Reduksi data Reduksi data adalah bagian dari analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari catatan lapangan. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai. 3. Sajian data commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sajian data merupakan bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian. 4. Verifikasi/pengambilan kesimpulan Verifikasi merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat agar simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya. Proses analisis dengan model interaktif dapat digambarkan dan dibentuk skema sebagai berikut: Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Pengambilan Kesimpulan/ verifikasi Gambar 5. Model Analisis Interaktif (HB. Sutopo,2002:96) Berdasarkan gambar di atas, maka prosesnya dapat dilihat pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu mereduksi data dan sajian data. Reduksi data dan sajian data disusun pada waktu peneliti mendapatkan data yang diperlukan. Dalam hal ini proses analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, dimana proses pengumpulan data sebagai proses siklus sebab dalam bentuk ini peneliti bergerak diantara ketiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Pada waktu pengumpulan data terakhir, maka peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan atau verifikasinya berdasarkan hal yang terdapat di dalam reduksi data dan sajian data. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal hingga akhir. Dalam penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan Tahap ini terbagi dalam enam kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Menyusun rencana penelitian b. Memilih lapangan penelitian c. Mengurus perijinan d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e. Menyiapkan perlengkapan penelitian f. Memilih dan memanfaatkan informan
2. Tahap Penelitian Lapangan a. Memahami latar belakang penelitian dan persiapan b. Memasuki lapangan c. Berperan serta dalam mengumpulkan data dari informan d. Mencari informasi melalui pengamatan praktek di lapangan.
3. Tahap Analisis Data Tahap ini penulis melakukan beberapa kegiatan yang berupa mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengorganisasikan data. Kemudian setelah itu data yang telah terkumpul, maka data tersebut akan dianalisis untuk mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan dugaan sementara ataupun adanya temuan studi.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Tahap Penulisan Laporan Setelah tahap penganalisaan data, maka langkah yang akan dilakukan selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti kemudian hasil dari penelitian tersebut nantinya akan ditulis dalam bentuk laporan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
a. Sejarah Berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 2 Gemolong didirikan pada tahun 1977, berdasarkan adanya pemikiran dari masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah lanjutan atas umum atau SMA yang pada waktu itu di wilayah Gemolong belum ada sekolah tingkat menengah atas. Pada awal mulanya SMA Muhammadiyah 2 Gemolong belum memiliki gedung sekolah sendiri, sehingga pada saat itu, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong masih menempati rumah Bapak H. Ahyani, yaitu seorang tokoh pemuda Muhammadiyah Gemolong, dengan jumlah sebanyak 60 siswa. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari. Pada tahun 1978 SMA Muhammadiyah 2 Gemolong pindah ke masjid milik SMP Muhammadiyah Gemolong, kegiatan belajar mengajarpun tetap dilakukan pada sore hari. Saat ini SMA Muhammadiyah 2 Gemolong sudah memiliki gedung permanen milik sendiri yang berlokasi di sebelah timur perempatan Gemolong. Dana pembangunan SMA Muhammadiyah 2 Gemolong berasal dari BP 3 dan dari swadaya masyarakat. SMA Muhammadiyah 2 Gemolong beralamatkan di Jl. Sukowati, Gemolong, Kabupaten Sragen dan nomor teleponnya adalah (0271)7005637. Lokasi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong berada di sebelah utara dan selatan jalan sukowati. Untuk menggambarkan secara jelas perihal lokasi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong maka penulis menyajikan denah ruang SMA Muhammadiyah 2 Gemolong yang dapat dilihat di lampiran 7. Adapun
nama-nama
kepala
sekolah
Muhammadiyah 2 Gemolong, yaitu sebagai berikut: to user Tabel 2. Nama Kepala Sekolahcommit dan Masa Jabatannya 59
sejak
berdirinya
SMA
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No. 1 2 3 4 5
Nama Kepala Sekolah Drs. Soewandi S. Soenarno, BA Soegijo, BA H. Khumaidi, MR Drs. Edy Muhammadi
Tahun 1977 – 1986 1986 – 1992 1992 – 1996 199 – 2006 2006 sampai sekarang
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Setiap sekolah pasti memiliki visi, misi dan tujuan tertentu yang akan menjadi patokan seluruh elemen pembelajaran dalam bertindak, sehingga dapat terus meningkatkan mutu sekolah dari waktu ke waktu. Adapun visi, misi dan tujuan SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, yaitu sebagai berikut: 1) Visi Visi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong adalah mewujudkan insan yang beriman dan bertakwa kepada Ilahi Robbi, luhur budi pakerti, unggul dalam prestasi, mampu bersaing, santun dan percaya diri. 2) Misi Untuk mewujudkan visi di atas maka SMA Muhammadiyah 2 Gemolong mempunyai misi, sebagai berikut: a) Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar secara efektif dan efisien berdasarkan Kurikulum yang berlaku; b) Peningkatan Iman dan Taqwa (IMTAQ), kepada seluruh keluarga SMA Muhammadiyah 2 Gemolong melalui pelajaran Pendidikan Agama, dan mata pelajaran lainnya; c) Penanaman dan aplikasi nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai luhur bangsa baik di sekolah, di rumah maupun di masyarat; d) Meningkatkan sarana prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), agar mampu melaksanakan fungsi dan peranannya guna memenuhi standar yang ditentukan; e) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama yang baik dengan semua stake holder yang ada; f) Menyiapkan peserta didik untuk siap berkompetisi di era global; commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Memberi kesempatan peserta didik seluas-luasnya, untuk meningkatkan kemampuan potensi dan bakatnya seoptimal mungkin melalui kegiatan Intra dan Ekstra Kurikuler; h) Menciptakan iklim yang kondusif untuk terlaksananya Tugas Pokok dan Fungsi dari masing-masing komponen sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha, Laboran, Pustakawan, Karyawan dan Siswa) SMA Muhammadiyah 2 Gemolong; i) Melaksanakan segala ketentuan yang mengatur operasional sekolah, baik tata tertib Kepegawaian maupun Kesiswaan.
3) Tujuan Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan, dimana tujuan pendidikan
menengah
adalah
meningkatkan
kecerdasan,
pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengkuti pendidikan lebih lanjut. Adapun tujuan dimaksud meliputi: a) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. b) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. c) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Sekolah menengah menghasilkan
lulusan
yang
dapat
atas bertujuan untuk
memberikan
kontribusi
bagi
pengembangan daerah. d) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Sekolah harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional, sehingga pada akhirnya nanti dapat menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi tuntutan pembangunan daerah dan nasional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
e) Tuntutan dunia kerja Sekolah bertujuan membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. f)
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Sekolah terus mendidik dan membina siswa agar terus dapat memngikuti perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
g) Agama sekolah bertujuan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah maupun masyarakat. h) Dinamika perkembangan global Sekolah bertujuan menciptakan lulusan yang mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain. i)
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Sekolah bertujuan mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam
Negara Kesatuan
Republik Indonesia. j)
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Siswa dibina untuk memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
k) Kesetaraan Jender Siswa diarahkan kepada pendidikan yang berkeadilan dan
mendorong
tumbuh kembangnya kesetaraan jender. l)
Karakteristik satuan pendidikan Segala kegiatan yang dilaksanakan disesuaikam dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari SMA Muhammadiyah 2
Gemolong adalah sebagai berikut: a) Mempersiapkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, to user Tuhan Yang Maha Esa dancommit berakhlak mulia
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. c) Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri. d) Menanamkan peserta didik sikap ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas. e) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun terjun ke masyarakat.
c. Struktur Organisasi, Pembagian Tugas Guru Mata Pelajaran dan Keadaan Siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Sekolah merupakan salah satu instansi formal. Sebagai suatu instansi formal maka sekolah perlu dibentuklah suatu struktur organisasi yang dapat menunjukkan kedudukan, tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab tiap anggota organisasi. Berikut ini adalah struktur organisasi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong:
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DEP / DINAS PK
Yayasan
Kepala Sekolah Drs. Edy Muhammadi
Komite
Tata Usaha
Wk.Ur.Kurikulum
Wk. Ur. Sarpas
Wk. Ur. Kesiswaan
Wk. Ur. Humas
Wiyono, S.Pd, M.Pd
Drs. Sumadi
Suwarno, BA
Endang D, S.Pd
Koord. BP
Koord. Laborat
Koord. Perpus
Dra. Sri Hastuti
Samsuri, S,Pd
Wiwik Tri H, S.Pd
Guru
Siswa
Bagan 1. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 2 Gemolong commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
Sebagai salah satu elemen pembelajaran yang krusial, keberadaan guru dalam sebuah instansi pendidikan merupakan hal yang mutlak. Tanpa keberadaan seorang guru, maka kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu setiap instansi pendidikan pasti membutuhkan sosok seorang guru, karena sekolah merupakan salah satu instansi yang bergerak di bidang pendidikan, maka keberadaan guru dalam sekolah merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Disebuah sekolah guru memiliki kedudukan dibawah kedudukan kepala sekolah, oleh karena itu guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Selain hal tersebut, guru memiliki tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Secara terperinci tugas tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Membuat program rencana pengajaran; 2) Membuat satuan pengajaran; 3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar; 4) Melaksanakan kegiatan penilaian; 5) Mengisi daftar nilai siswa; 6) Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar; 7) Menyususun dan melaksanakan program perbaikan / remidi; 8) Melaksanakan kegiatan bimbingan; 9) Membuat alat peraga; 10) Mengadakan pengembangan; 11) Membuat catatan perkembangan siswa; 12) Meneliti daftar hadir siswa; 13) Menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat. Selanjutnya pembagian tugas guru mata pelajaran dapat dilihat di lampiran 8. Jumlah guru yang ada di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong adalah 41 orang. Dari banyak guru yang mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong tersebut, ada beberapa yang ditunjuk untuk menjadi wali kelas. Wali kelas adalah guru yang diberi tanggung jawab mengampu sebuah kelas. Adapun susunan wali kelas SMA Muhammadyah 2 Gemolong dikemukakan pada tabel commit to user berikut ini:
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Daftar wali kelas SMA Muhammadiyah 2 Gemolong No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kelas X1 X2 X3 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3 XI IPS 4 XII IPA 1 XII IPA 2 XII IPS 1 XII IPS 2 XII IPS 3 XII IPS 4
Wali Kelas Hermawati, S.Pd Dra. Titik Nurhidayati Anik Budi L, S.Pd Samsuri, S.Pd Budiyani, BA Endang Darajati, S,Pd Ninik Sumarni, S.Pd Suharto, BA M. Kholid, S.Si Tarmin, S.Si Anik Indirawati, S.Si Dra. Sri Harjanti Sri Suharti, BA Asih Sri Hastuti, S.Pd Wiwik Tri H, S.Pd
Selain guru, tentunya elemen yang tidak kalah penting dalam sebuah instansi pendidikan dalam hal ini adalah sekolah adalah keberadaan siswa atau murid. karena tanpa adanya siswa maka guru tidak dapat melaksanakan tugas mereka yaitu mengajar dan mendidik siswa sebagai anak didiknya. Selanjutnya untuk keadaan siswa tiap tahun SMA Muhammadiyah 2 Gemolong dapat dilihat di lampiran 9.
B. Diskripsi Hasil Penelitian Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengembangan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya penanaman nilai kepribadian dalam rangka membentuk civic disposition di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Untuk mempermudah pengkajian permasalahan maka penulis memilih data yang benarbenar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data-data tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang ditentukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
1. Kondisi Nilai Kepribadian Siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong a. Kepribadian Siswa Sekolah menengah atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seorang anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Jenjang ini merupakan tahap yang strategis dan kritis bagi perkembangan dan masa depan seorang anak. Pada jenjang ini, anak berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya. Pada tahap ini pula seorang anak bersiap untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan kompetisi. Secara psikologis, masa tersebut merupakan masa pematangan kedewasaan. Pada tahap ini anak mulai mengidentifikasi profesi dan jati dirinya. Siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong merupakan anak yang sedang berada pada tahap berkembang. Mayoritas mereka masih berusia 16 sampai 18 tahun. Pada usia-usia demikian seorang remaja yang menuju pada kedewasaan selalu bingung dengan identitas dirinya, bagaimana ia harus memperlihatkan dirinya dan bagaimana ia harus berperan. Pada masa-masa inilah seorang anak akan bertindak berdasarkan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya untuk membentuk kepribadian dirinya serta dipengaruhi oleh interaksi-interaksi sosial. Berikut ini hasil wawancara tentang kondisi kepribadian siswa dengan Dra. Sri Hastuti selaku koordinator Bimbingan dan Penyuluhan (BP), yaitu sebagai berikut: Pada dasarnya sebagian besar murid di sini adalah anak-anak yang nurut, sehingga mereka mudah untuk diatur, namun ada beberapa siswa yang ngeyel, sangat sulit untuk dibilangin, sehingga kami khusunya pihak BP agak kewalahan untuk mengurus mereka, ada yang suka membolos, merokok di lingkungan sekolah, sering datang terlambat, ngeyel kalau disuruh shalat, sampai harus di kejar-kejar, selain itu seragam tidak sesuai dengan yang seharusnya, misalnya untuk anak putri, ada yang pakainnya kekecilan, memakai kerudung tidak sebagaimana mestinya, pokonya dibuat model-model. Tapi ya bagaimanapun kepribadian mereka, kami dari pihak sekolah bertugas untuk membimbing mereka agar menjadi lebih baik lagi. (Wawancara: Senin, 17 Oktober 2011) Selanjutnya Dra. Sri Hastuti mengatakan bahwa “Nilai Kepribadian yang commit to user karena pelanggaran yang paling paling sering dilanggar ialah nilai kedisiplinan,
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
sering terjadi di sekolah ini ialah banyak siswa yang terlambat, tidak masuk tanpa alasan bahkan membolos” (Wawancara: Senin 17 Oktober 2011). Hal serupa juga disampaikan oleh guru bahasa Indonesia, yaitu ibu Endang Maryani “permasalahan yang biasa timbul ialah pada saat saya sudah memulai mengajar, tiba-tiba ada murid yang permisi, ijin masuk karena terlambat dengan berbagai macam alasan, mau tidak mau pelajaran yang sudah dimulai tadi jadi terganggu” (Wawancara: Selasa, 6 Desember 2011). Hal serupa juga disampaikan oleh Dewi Nurjannah siswa kelas XII IPS1 “Saya pernah terlambat, dan biasanya saya disuruh hafalan Al-Qur’an oleh guru yang mengajar”. (Wawancara: Kamis, 15 Desember 2011). Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dari para siswa, dimana hampir dari semua siswa yang diwawancarai mengaku pernah terlambat datang ke sekolah, bahkan sering sekali terlambat. Salah satunya ialah Sri Suwati kelas XII IPA2 “Kalau masalah keterlambatan saya sering sekali terlambat, bahkan hampir tiap hari mbak, karena saya tidak punya motor jadi ya kalau mau ke sekolah saya selalu jalan kaki dari rumah sampai sekolah”. (Wawancara: Kamis, 15 Desember 2011) Selain masalah keterlambatan masalah yang sering ditimbulkan ialah kegaduhan di dalam kelas pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Tentunya hal ini akan mengganggu pelaksanaan dari proses belajar mengajar. Selain itu sifat tidak percaya diri pada saat mengerjakan tugas atau soal, serta ada juga beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara bersama Erwin Yulianto siswa kelas XII IPA2, ia mengatakan bahwa “Insyaallah saya selalu mengerjakan tugas dari guru, walaupun selalu terlambat untuk mengumpulkannnya, karena kalau ada tugas rumah, saya sering lupa untuk mengerjakannya, jadi mengerjakan tugasnya di kelas, nirun kerjaannya teman”. ( Wawancara: Rabu, 14 Desember 2011) Hal ini menunjukkan bahwa, beberapa siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong belum memiliki rasa percaya diri serta nilai tanggung jawab. Selanjutnya Leni Mei Munah kelas XII IPS3 mengatakan bahwa “Saya pernah menyontek, karena commit to user saya lupa untuk belajar, dan takut mendapat nilai yang tidak memuaskan. Bahkan
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saya juga pernah memakai sandal ke sekolah”. (Wawancara: Rabu, 14 Desember 2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, maka dapat diketahui bahwa dari 74 siswa terdapat 15 siswa yang belum memiliki kepribadian yang seutuhnya baik. Dari 15 siswa tersebut terdapat pula beberapa siswa yang lebih dari satu nilai atau kepribadian yang masih kurang, sehingga siswa-siswa tersebut lebih membutuhkan perhatian khusus dari guru untuk membina mereka agar menjadi lebih baik. Berikut adalah rekapitulasi nilai kepribadian siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong: Tabel
4.
Rekapitulasi
nilai
kepribadian
siswa
Kelas
XII
IPS
SMA
Muhammadiyah 2 Gemolong No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Akhlak Mulia dan Kepribadian Kedisiplinan Kebersihan Kesehatan Tanggung jawab Sopan santun Percaya diri Kompetitif Hubungan Sosial Kejujuran Pelaksanaan ibadah ritual
Jumlah Siswa 9 0 6 10 2 0 2 1 0 0
Berdasarkan berbagai data yang diperoleh, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari berbagai nilai yang ingin ditanamkan, siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong secara umum memiliki kepribadian yang cukup baik, karena hanya 20,27% siswa yang masih memerlukan perhatian khusus dari guru. Hanya saja dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab siswa SMA muhammadiyah 2 Gemolong, khususnya kelas XII IPS masih kurang baik, oleh karena itu siswa tersebut masih membutuhkan perhatian khusus dari guru, agar dapat membentuk kepribadian, khususnya dalam nilai kedisiplinan dan tanggung jawab. Dari tabel di atas dapat diketahui bagaimana keadaan kepribadian para to user siswa khususnya kelas XII IPS commit SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, dimana nilai
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
tanggung jawab merupakan nilai yang paling banyak yang belum dimiliki oleh siswa tersebut. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Kedisiplinan Dari jumlah siswa, yaitu 74 anak terdapat 9 anak yang dinyatakan berkepribadian kurang baik. Dari jumlah terebut maka dapat dikatakan 30% siswa kelas XI IPS masih memerlukan perhatian khusus dari guru. 2) Kebersihan Nilai kebersihan dapat dilihat dari kebersihan seragam siswa. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua siswa kelas XI IPS memiliki nilai kepribadian kebersihan yang baik. 3) Kesehatan Dari 74 siswa, terdapat 6 orang anak atau 20% yang memerlukan perhatian khusus dari guru. 4) Tanggung Jawab Nilai tanggung jawab merupakan nilai kepribadian siswa yang paling banyak memerlukan perhatian khusus dari pihak guru, karena berdasarkan tabel di atas 33,3% dari 74 siswa-siswi atau 10 anak yang perlu perhatian khusus dari guru. 5) Sopan Santun Dari tabel di atas hanya 2 dari 74 siswa yang nilai sopan santunnya masih kurang. Secara prosentasi hanya 6,6% siswa yang paling perlu perhatian khusus dar guru. 6) Percaya Diri Seseorang yang memiliki nilai kepercayaan diri tinggi, maka ia akan berani untuk bertindak dan berani untuk mengemukakan pendapatnya. Dari data di atas, tidak ada siswa yang memiliki rasa ketidakpercayaan diri untuk bertindak dan memgemukakan pendapatnya. 7) Kompetitif Dari tabel di atas hanya 2 dari 74 siswa yang nilai kompetitifnya masih kurang. Secara prosentasi hanya 6,6% siswa yang paling perlu perhatian khusus dari guru untuk membangkitkan semangat siswa untuk berkompetisi dalam hal commit to user yang baik.
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) Hubungan Sosial Dari tabel di atas hanya 1 dari 74 siswa yang nilai hubungan sosialnya masih kurang. Secara prosentasi hanya 3,3% siswa yang paling perlu perhatian khusus dari guru untuk membina mereka agar mau berinteraksi atau berhubungan baik dengan teman-temannya. 9) Kejujuran Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua siswa kelas XI IPS memiliki nilai kepribadian kejujuran yang baik. 10) Pelaksanaan Ibadah Ritual Nilai pelaksanaan ibadah ritual ialah nilai religius dari siswanya. Nilai ini dapat dilihat dari kemauan siswa untuk melaksanakan ibadah shalat dzuhur maupun shalat jum’at di sekolah. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua siswa kelas XI IPS memiliki nilai kepribadian pelaksanaan ibadah ritual yang baik.
b. Cara Penilaian Kepribadian Siswa Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur perubahan siswa. Keputusan penilaian disusun secara kualitatif seperti amat baik, baik, dan baik (perhatian khusus), dalam arti bahwa, kepribadian siswa sudah cukup baik tapi masih perlu perhatian khusus dari guru. Sebagai keputusan dalam penilaian nilai kepribadian harus didukung oleh buktibukti sebagai data yang cukup untuk menunjukkan hasil kepribadiban siswa. Kepribadian ialah sifat hakiki seseorang yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang mana sifat tersebutlah yang membedakan dirinya dari yang lain. Oleh karena kepribadian seseorang dapat tercermin pada sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari, maka untuk menilai kepribadian sesorang siswa dapat dilakukan melalui cara pengamatan terhadap perilaku siswasiswa tersebut. Guru melakukan pengamatan terhadap siswa-siswinya secara terus-menerus untuk mengetahui bagaimana perkembangan kepribadian anak didiknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Hal tersebut sama halnya yang dilakukan oleh guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, baik itu guru BP maupun guru yang mengampu tiap mata pelajaran selalu melakukan pengamatan terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh para siwa, baik itu perilaku siswa di lingkungan sekolah maupun di dalam kelas. Misalnya seperti sering datang terlambat, jarang masuk sekolah, sering bertengkar dengan teman, suka mencontek, tidak menjalankan ibadah shalat dan lain sebagainya. Selanjutnya pemantauan tersebut direkap ke dalam daftar nilai akhlak mulia dan kepribadian yang terdiri dari 10 macam nilai. Dalam merekap nilai akhlak mulia dan kepribadian tersebut, pihak sekolah menilai atau membaginya dalam tiga tingkat, yaitu (A) atau amat baik, (B) atau baik, B(PK) atau baik tapi perlu perhatian khusus. Ketiga tingkat tersebut dapat diuraikan dalam narasi nilai akhlak mulia dan kepribadian sebagai berikut: 1) Kedisiplnan (A)
Sangat baik, rajin masuk sekolah, dipertahankan
(B)
Baik, pernah ijin beberapa hari, ditingkatkan
(B.PK) Baik, pernah ijin beberapa hari, dan pernah tidak masuk tanpa keterangan, perlu perhatian khusus 2) Kebersihan (A)
Sangat baik, selalu berpakaian bersih dan rapi
(B)
Baik, berpakaian bersih dan rapi
(B.PK) Baik, berpakaian bersih, belum rapi, perlu perhatian khusus 3) Kesehatan (A)
Sangat baik, tidak pernah ijin sakit
(B)
Baik, pernah beberapa hari ijin sakit
(B.PK) Baik, pernah beberapa hari ijin tanpa keterangan, perlu perhatian khusus 4) Tanggung Jawab (A)
Sangat baik, selalu menyelesaikan tugas dari guru
(B)
Baik, mau menyelesaikan tugas-tugas dari guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
(B.PK) Baik, mau menyelesaikan tugas dari guru, ada beberapa yang tidak diselesaikan, perlu perhatian khusus 5) Sopan Santun (A)
Sangat baik, selalu sopan dan santun pada guru dan karyawan
(B)
Baik, sopan dan santun pada guru dan karyawan
(B.PK) Baik, kadang kurang sopan pada guru dan karyawan, perlu perhatian khusus 6) Percaya Diri (A)
Sangat baik, selalu percaya diri, berani bertanya, jujur dalam mengerjakan soal-soal ulangan, bisa menghargai dirinya sendiri
(B)
Baik, berani bertanya, jujur, bisa menghargai dirinya sendiri
(B.PK) Baik, percaya diri sendiri, perlu perhatian khusus 7) Kompetitif (A)
Sangat baik, selalu ada keinginan untuk berprestasi dengan lebih baik
(B)
Baik, ada keinginan untuk berprestasi
(B.PK) Baik, belum ada keinginan untuk berprestasi, perlu perhatian khusus 8) Hubungan Sosial (A)
Sangat baik, selalu rukun dan suka menolong teman, mudah bergaul
(B)
Baik, mau bergaul, dan suka menolong teman
(B.PK) Baik, mau bergaul, terkadang mau menolong teman, tapi perlu perhatian khusus 9) Kejujuran (A)
Sangat baik, selalu berkata apa adanya, tidak curang
(B)
Baik, berkata apa adanya
(B.PK) Baik, mau berkata apa adanya apabila terus didesak, perlu perhatian khusus 10) Pelaksanaan Ibadah Ritual (A)
Sangat baik, selalu menjalankan perintah agama, diantaranya shalat dzuhur di sekolah
(B)
Baik, mau menjalankan perintah agama,misalnya shalat dzuhur di commit to user sekolah
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(B.PK) Baik, mau menjalankan perintah agama, seperti shalat dzuhur di sekolah, tetapi harus dipaksa guru, perlu perhatian khusus. Selanjutnya untuk penilaian nilai akhlak mulia dan kepribadian siswasiswi dapat dilihat di lampiran 10. Penilaian nilai akhlak mulia dan kepribadian siswa dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang telah ada, dimana setiap pelanggaran terdapat skor atau poin, dimana skor atau poin ini didasarkan atas pertimbangan bobot dari pelanggaran yang dilakukan.
Bentuk pelanggaran di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut: 1) Pelanggaran terhadap kewajiban pelajar; 2) Pelanggaran terhadap larangan pelajar; 3) Pelanggaran terhadap berpakaian seragam; dan 4) Pelanggaran terhadap tata tertib mengikuti pelajaran Dari keempat kelompok pelanggaran tersebut, dapat dibagi lagi dalam beberapa bentuk pelanggaran. Bentuk-bentuk pelanggaran tersebut masing-masing terdapat skor atau poin, selanjutnya skor atau poin tersebut akan dikomulatifkan. Apabila seorang siswa telah memperoleh 25 poin maka orang tua atau wali dari siswa tersebut akan dipanggil ke sekolah sebagai peringatan tertulis I. Selajutnya apabila siswa memperoleh 50 poin, maka orang tua atau wali dari siswa tersebut akan dipanggil ke sekolah sebagai peringatan tertulis II dan diharuskan membuat surat pernyataan bahwa yang bersangkutan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Apabila siswa memperoleh 75 poin, maka orang tua atau wali dari siswa tersebut dipanggil ke sekolah sebagai peringatan tertulis atau di home visit dan membuat surat pernyataan terakhir. Selanjutnya apabila siswa telah memperoleh 100 poin, maka orang tua atau wali dari siswa tersebut dipanggil ke sekolah dan siswa diserahkan kembali kepada orang tua atau wali dari siswa tersebut, atau dikeluarkan dari sekolah. Untuk lebih jelasnya peniliti menyajikan skor atau poin angka kredit pelanggaran tata tertib sekolah yang dapat dilihat di lampiran 11
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Upaya Sekolah Menanamkan Nilai Kepribadian Terhadap Siswa Dalam Rangka Membentuk Civic Disposition Sesuai dengan amanah undang-undang sisdiknas tahun 2003, yaitu pendidikan tidak hanya membentuk insan siswa yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Untuk mewujudkan hal tersebut maka siswa sebagai penerus bangsa harus berperilaku baik dan benar. Perilaku seorang siswa belum tentu baik dan benar, sehingga perlu upaya pembentukan karakter agar mereka dapat berperilaku yang baik dan benar. Untuk berperilaku yang baik dan benar maka seorang siswa terlebih dahulu harus tahu dulu mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, dan ia harus tahu apa akibat dari perbuatan yang akan ia lakukan. Civic disposition akan berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, dan masyarakat. Setiap sekolah pastinya ingin memiliki dan menghasilkan siswa yang berkepribadian dan berkarakter baik. Begitu pula dengan SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Namun melihat kondisi nilai kepribadian siswa di atas, maka pihak SMA Muhammadiyah 2 Gemolong mengadakan pengembangan pendidikan karakter
untuk penanaman kepribadian yang baik dan benar kepada siswa,
sehingga pada akhirnya nanti akan membentuk civic disposition atau karakter kewarganegaraan. Pengembangan karakter bangsa lebih ditekankan kepada kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah laku. Untuk pembentukan tingkah laku tersebut maka perlu ditanamkan nilai-nilai dasar kepada siswa di sekolah, dan untuk penanaman nilai-nilai dasar tersebut maka siswa dibuat untuk tahu mengenai nilai-nilai dasar tersebut serta berusaha agar para siswa bersikap sesuai dengan nilai-nilai dasar tersebut. Sekolah mencantumkan nilai-nilai dasar atau yang merupakan ciri khas karakter bangsa Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai agama maupun nilainilai kenegaraan, patriotisme dan nasionalisme. Nilai-nilai dasar tersebut misalnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
disiplin, jujur, dapat dipercaya, kebersamaan, peduli kepada orang lain, adil dan demokratis. Orang yang mempunyai karakter adalah orang yang mempunyai keyakinan dan sikap. Dia bertindak menurut keyakinan dan sikapnya itu. Keyakinan itu termasuk kejujuran dasar, kesetiaan terhadap dirinya sendiri, ia tahu apa itu tanggung jawab dan bersedia mempertangungjawabkan perbuatannya. Untuk memciptakan civic disposition atau karakter dari siswa-siswi, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong mengembangkan pendidikan karakter untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian yang baik dan benar, karena sekolah sebagai lingkungan akademis dan sosial bagi pembentukan karakter baik anak.
a. Pelaksanaan Pengembangan Pendidikan Karakter Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter siswa-siswi. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua relatif tinggi, serta kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga. Pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar serta pengaruh dari media elektronik diperkirakan dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar siswa. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter yang memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal dengan pendidikan formal di sekolah. Pendidikan karakter di sekolah bukan hanya pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pakerti yang luhur, dan lain sebagainya. Di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, pendidikan karakter tidak berdiri sendiri, namun diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang lain, misalnya seperti PKn, agama, fisika, geografi, biologi, matematika, ekonomi, kimia, olahraga dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan prinsip pengembagangan pendidikan karakter, yaitu mengintegrasikan pendidikan karakter ke semua mata pelajaran. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan pendidikan karakter di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong perlu dioptimalkan guna pembentukan karakter siswa. Pengembangan pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pengembangan pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut meliputi nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik, perangkat pembelajaran dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter yang utuh maka perlu ditunjang oleh kurikulum yang mendukungnya, yaitu kurikulum yang berbasis karakter. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara tertulis pendidikan karakter di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong belum
dicantumkan
ke
dalam
kurikulum,
namun
dalam
prakteknya,
pengembangan pendidikan karakter telah dilaksanakan sejak dulu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Wiyono, S.Pd, M.Pd selaku ketua urusan kurikulum tentang pengembangan pendidikan karakter, yaitu sebagai berikut: Disini sudah ada pendidikan karakter, hanya saja pendidikan karakter ini belum dijadikan suatu mata pelajaran, tetapi dimasukkan ke dalam tiap mata pelajaran, dan itu bukan hanya dalam mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan saja, tapi baik itu geografi, bahasa Indonesia, matematika dan mata pelajaran yang lainnya juga di masukkan pendidikan karakternya. Walaupun di sini sudah melaksanakan pengembangan pendidikan karakter namun di dalam kurikulum pendidikan karakter ini belum dicantumkan. (Wawancara: Selasa, 6 Desember 2011) Selanjutnya
bapak
Wiyono,
S.Pd,
M.Pd
menambahkan
“Sebenarnya
pengembangan pendidikan karakter disini sudah dilaksanakan sejak zaman dulu, walaupun pemerintah baru dua atau tiga bulan ini meminta agar tiap sekolah mencantumkan pendidikan karakter”. (Wawancara: Selasa, 6 Desember 2011) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menyempurnakan proses belajar dan pembelajaran yang ada agar menyentuh pengembangan karakter warganegara dalam hal ini ialah siswa. Seperti yang telah dikemukakan di atas, secara prinsipiil pengembangan pendidikan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Oleh karena itu selain dalam kurikulum, guru dan satuan pendidikan juga perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) yang sudah ada. Sementara untuk perangkat pembelajaran di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong seperti silabus dan RPP, sebagian guru telah menyusun silabus dan RPP baru dengan memasukkan nilai-nilai karakter ke dalam silabus dan RPP. Jadi sebagian guru telah menggunakan silabus dan RPP berkarakter, namun ada juga beberapa guru yang masih menggunakan RPP lama atau RPP yang belum dicantumkan nilai-nilai karakter yang hendak dicapai, misalnya seperti kerja keras, jujur, tanggung jawab, saling menghargai, disiplin diri dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan masih belum sempatnya guru-guru tersebut untuk menyusun silabus dan RPP baru, namum mereka mengatakan bahwa mereka akan segera menyusun silabus dan RPP berkarakter karena pihak komite sekolah telah meminta agar semua guru untuk menyusun silabus dan RPP berkarakter. Dengan disusunnya silabus dan RPP berkarakter tentunya guru langsung dapat mengimplementasikan pendidikan karakter pada proses belajar mengajar. Silabus dan RPP berkarakter dapat dilihat di lampiran 12. Di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, pengembangan pendidikan karakter yang bertujuan untuk membina karakter siswa tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja ketika pelajaran berlangsung, namun juga dilanjutkan di luar kelas melalui kegiatan habituasi atau pembiasaan hidup berkarakter. Program pengembangan pendidikan karakter yang dilakukan semua mata pelajaran di kelas dilanjutkan hingga di luar kelas. Pihak sekolah menerapkan pengembangan pendidikan karakter di luar kelas melalui berbagai macam kebiasaan. Misalnya mewajibkan siswa untuk mengikuti to user hari-hari besar lainnya. Ada guru upacara bendera pada hari senincommit dan peringatan
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditugaskan untuk berkonsentrasi guna membina siswa agar berperilaku tertib pada saat mengikuti upacara bendera. Tindakan nyata yang dilakukan adalah memberikan pemahaman makna upacara bendera, mengawasi pada saat pelaksanaannya, hingga berpartisipasi dalam melatih petugas upacara bendera. Sementara untuk membangun kepribadian anak agar berakhlak mulia, sekolah membuat program di bidang keagamaan yaitu sebelum memulai proses belajar mengajar siswa dan guru bersama-sama melakukan kegiatan pengajian di dalam kelas dalam waktu 15 menit, kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus untuk setiap harinya, dan bila ada siswa yang terlambat maka guru akan memberi sanksi berupa penghafalan Al-Qur’an maupun Hadits. Selain itu untuk penanaman nilai kepribadian, sekolah juga mewajibkan para siswa untuk menunaikan ibadah shalat dzuhur dan shalat jum’at secara periodik. Dengan usaha tersebut pihak sekolah berharap dapat membentuk karakter siswa. Selanjutnya untuk menanamkan nilai kesehatan dan kebersihan, guru membina siswa agar memiliki kesadaran lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoreti bangku dan dinding sekolah serta tidak merusak tanaman yang ada. Upaya lain yang dilakukan oleh pihak SMA Muhammadidah 2 Gemolong ialah dengan pengembangan diri, pengembangan diri ini meliputi dua komponen, yaitu
pelayanan
konseling,
meliputi
pengembangan
kehidupan
pribadi,
kemampuan sosial, wawasan dan perencanaan karier. Komponen yang selanjutnya ialah ekstra kulikuler, meliputi kegiataan pramuka, latihan kepemimpinan, kegiatan ilmiah remaja, Palang Merah Remaja, seni, olahraga, cinta alam dan keagamaan. Dari semua kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh sejumlah karakter. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa meskipun pengembangan pendidikan karakter belum dimasukkan ke dalam kurikulum, namun
dalam
prakteknya
pengembangan
pendidikan
SMA
Muhammadiyah
2
telah
menerapkan
karakter dengan melakukan berbagai upaya commit user siswa dalam rangka membentuk penanaman nilai kepribadian yang baik to terhadap
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Civic Disposition. Dimana pengembangan pendidikan karakter tersebut diterapkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Mengenai
keberhasilan
pengembangan
pendidikan
karakter
yang
dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, bapak Wiyono, S.Pd, M.Pd mengatakan bahwa “Saya rasa dengan mengembangkan pendidikan karakter di sekolah ini, sudah cukup berpengaruh dalam membentuk kepribadian siswa, walaupun belum maksimal namun sedikit demi sedikit perilaku mereka mulai berubah”. (Wawancara: Selasa, 6 Desember 2011) Sementara Drs. Sumadi sebagai guru PKn mengatakan bahwa “Menurut saya usaha untuk mengubah kepribadian anak selama ini belum sepenuhnya berhasil, karena pasti akan selalu timbul masalah-masalah yang lain, di kelas anak akan nurut sama apa yang dikatakan oleh guru, tapi kalau di luar sekolah bagaimana perilaku mereka kita tidak tahu”. (Wawancara: Senin, 12 Desember 2011) Selanjutnya Dra. Endang Maryani selaku guru bahasa Indonesia mengatakan bahwa: Ya selama ini ada beberapa siswa yang sudah mulai menunjukkan perubahan mereka, dari dulunya yang suka terlambat, sekarang mulai tertib datang tepat waktu, selain itu dari cara mereka berbicara, mereka dapat membedakan bagaimana mereka berbicara dengan teman dan bagaimana mereka berbicara dengan guru, walaupun belum semua siswa yang menunjukkan perubahan yang baik, terus terang masih banyak juga siswa yang nakal, yang sekarang diperingatkan besok mengulang lagi, pada saat mengajarpun masih ada yang suka ramai sendiri dengan temannya, ya namanya juga remaja mbak, pada usia-usia seperti ini mereka masih mencari jati diri mereka, jadi kita sebagai guru yang harus pintar-pintar untuk memberitahu mereka tentang apa yang dilakukan itu benar atau salah, karena untuk mengubah kepribadian anak itu tidak mudah butuh proses. (Wawancara: Selasa,6 Desember 2011) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, masih ada siswa yang melakukan pelanggaran, misalnya seperti mengeluarkan baju, banyaknya siswa yang terlambat, merokok di lingkungan sekolah, tidak menjaga sikap dan perilaku pada saat mengobrol dengan guru, keadaan kelas yang kurang rapi dan bersih serta ada beberapa siswa yang sembunyi pada saat waktunya shalat commit to user berjamaah. Namun dibalik itu semua masih banyak juga siswa yang yang selalu
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
datang tepat, berpakaian rapi, sopan dalam bertutur kata, dan melaksanakan ibadah shalat tanpa harus dipaksa oleh guru. Dari hasil pengamatan dan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya untuk membentuk civic disposition siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong dengan cara pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter di sekolah belum sepenuhnya berhasil karena masih ada beberapa siswa yang terus melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. b. Nilai Kepribadian Yang Ingin Ditanamkankan Sebagai upaya untuk membentuk kepribadian siswa agar mereka memiliki kepribadian yang baik serta menjadi warga Negara yang baik, maka SMA Muhammadiyah 2 Gemolong berupaya untuk menanamkan beberapa nilai kepribadian. Berikut ini hasil wawancara tentang nilai kepribadian yang ingin ditanamkan kepada siswa dengan ibu Milad Khomsa Susilawati, S.Pd selaku guru BP yaitu sebagai berikut: Nilai-nilai kepribadian yang ingin ditanamkan oleh pihak sekolah pada siswa dan siswi ada 10 macam nilai, yaitu nilai kedisiplinan, nilai kebersihan, nilai kesehatan, nilai tanggung jawab, nilai sopan santun, nilai percaya diri, nilai kompetitif, nilai hubungan sosial, nilai kejujuran, dan nilai pelaksanaan ibadah ritual. (Wawancara: Senin, 17 Oktober 2011) Nilai-nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Nilai Kedisiplinan Nilai kedisiplinan ialah nilai tata tertib, dalam lingkunagan sekolah seorang siswa harus taat pada tata tertib yang ada. Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Nilai-nilai kedisiplinan dapat dilihat dari daftar kehadiran siswa atau absensi siswa, siapa yang sering tidak masuk tanpa ijin, sering datang terlambat, serta membolos. Selain itu dapat juga dilihat ketertibannya di dalam kelas, apakah siswa tersebut selalu menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu atau tidak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
2) Nilai Kebersihan Nilai kebersihan dapat dipandang sebagai nilai estetika. Sesuatu yang bersih pasti akan terlihat indah. Nilai kebersihan ini dapat dilihat dari penampilan siswa, yaitu kebersihan dan kerapian dari seragam yang dikenakan siswa. Selain hal tersebut dapat juga dilihat dari lingkungan kelas, apakah lingkungan kelasnya bersih atau kotor. 3) Nilai Kesehatan Nilai kesehatan merupakan nilai yang penting, karena jika seorang siswa tidak sehat maka ia akan jarang masuk sekolah, untuk itulah nilai kesehatan harus benar-benar dijaga, yaitu bisa melalui nilai kebersihan. Nilai kesehatan seorang siswa dapat juga dilihat dari absensi, siswa tersebut sering sakit atau tidak.
4) Nilai Tanggung Jawab Pribadi yang baik ialah pribadi yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yaitu keadaan wajib menanggung segala sesuatu apabila terjadi sesuatu hal, serta sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai tanggung jawab dapat dilihat dari sikap anak, apakah anak tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak. Serta bertanggung jawab atau tidak terhadap hasil pekerjaan tugasnya. 5) Nilai Sopan Santun Nilai sopan satun dapat dilihat dari perilaku seorang anak, serta cara bicaranya dengan teman dan guru. 6) Nila Percaya Diri Percaya diri berarti yakin pada dirinya sendiri, yaitu tentang apa yang ia lakukan dan ia kerjakan. Nilai percaya diri dapat dilihat dari sikap anak, apakah dalam kelas anak tersebut minder dalam hal bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya. Selain itu dalam mengerjakan soal, ia yakin dengan hasil kerjaannya dan tidak terpengaruh dengan jawaban temannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
7) Nilai Kompetitif Nilai kompetitif dapat dilihat dari nilai raport, apakah nilanya meningkat atau bahkan nilainya semakin menurun, serta melihat usaha dari anak yang bersaing dengan temannya dalam hal positif untuk meningkatkan prestasinya. 8) Nilai Hubungan Sosial Merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Nilai hubungan sosial dapat dilihat dari cara bergaul anak di lingkungan sekolah dengan teman-temannya. 9) Nilai Kejujuran Jujur ialah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Nilai Kejujuran dapat dilihat dari cara bicara seorang anak, apakah ia berkata jujur atau tidak, selain itu didalam mengerjakan soal apakah ia menyontek atau tidak. 10) Nilai Pelaksanaan Ibadah Ritual Nilai pelaksanaan ibadah ritual ialah nilai religius, nilai ini dapat tercermin dari sikap anak yang mau menjalankan shalat dzuhur atau shalat jum’at atau tidak. Untuk menanamkan nilai-nilai tersebut serta mengatasi masalah kondisi kepribadian siswa, maka para guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong menggunakan beberapa teknik agar nilai-nilai tersebut dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Teknik-teknik tersebut antara lain sebaga berikut: 1) Mencari sebab masalah Untuk menyelesaikan masalah siswa, guru selalu melihat dulu masalah apa yang sedang dihadapi oleh siswa, dan mencari tahu penyebabnya. Jika guru telah tahu sebab dan masalah yang dihadapi maka guru mencoba membantu siswa untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa 2) Melakukan pendekatan dengan siswa Membina hubungan yang baik dengan siswa merupakan salah satu langkah untuk pananaman nilai-nilai kepribadian, sebab apabila guru memiliki hubungan yang dekat dengan siswa, maka akan mudah bagi guru untuk commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempengaruhi siswa agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 3) Mencintai siswa Cinta yang tulus kepada seorang siswa seperti mencintai anak sendiri merupakan modal awal untuk mendidik mereka. Guru menerima siswanya dengan apa adanya, mencintainya tanpa syarat dan mendorong anak untuk melakukan yang terbaik pada dirinya. Hal nyata yang biasa dilakukan oleh guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong adalah memberikan penampilan yang penuh cinta, yaitu dengan memberikan senyum, sering tampak bahagia dan menyenangkan dan pandangan hidupnya positif. 4) Menjadi sahabat dan teladan bagi siswa Membangun karakter siswa membutuhkan keteladanan. Bagaimana seorang guru dapat menumbuhkan karakter siswa jika gurunya sendiri tidak bisa menjaga sikapnya di depan siswa. Seorang guru harus bisa ditiru oleh siswa. Oleh karena itu apa yang diucapkan dihadapan siswa harus benar dari sisi apa saja, seperti sisi keilmuan, moral, agama dan budaya. Cara penyampaian nya pun harus menyenangkan dan beradab. Jadi seorang guru haruslah memiliki karakter yang baik, sehingga dapat menjadi contoh bagi siswa-siswanya. Selain itu peran guru pun harus bersahabat dengan para siswa tanpa ada rasa angkuh. Dengan begitu guru akan senantiasa mengamati perilaku guru dalam setiap kesempatannya. 5) Membantu siswa untuk saling kenal Banyak guru yang sudah memahami pentingnya mereka mengenal siswasiswa mereka, tapi hanya sedikit guru yang paham pentingnya siswa untuk saling mengenal satu sama lainnya. Apabila mereka saling mengenal maka menumbuhkan perasaan satu tim. Untuk memperkenalkan siswa satu sama lain dapat dilakukan dengan merubah susunan duduk siswa secara periodic. Dengan melakukan hal ini siswa bisa lebih mengenal siswa lainnya, dengan demikian akan terciptanya nilai hubungan sosial dan kerjasama yang baik. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Memberikan pesan tertulis yang positif Memberikan pesan tertulis yang positif kepada siswa dapat dituangkan dalam buku rapot, misalnya memberikan tulisan penyemangat pada siswanya atau memberikan ucapan selamat pada saat seorang siswa mengukir prestasi. Hal ini tentunya akan mengembangkan nilai kompetitif siswa untuk terus bersaing dan berprestasi. 7) Hilangkan kecenderungan bereaksi berlebihan Seorang guru jangan pernah menganggap perilaku siswanya buruk. Jangan terlalu menganggap serius perilaku siswa yang terkadang negatif. Hal ini bukan berarti guru mendiamkan perilaku tersebut, tetapi guru harus lebih mempertimbangkan aspek moral dimana guru harus menerangkan bahwa perbuatannya tidak benar dan merupakan perbuatan yang buruk. 8) Membacakan cerita Cerita merupakan hal yang menarik bahkan bagi siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Melalui cerita maka guru dapat memilih cerita yang di dalamnya terdapat pesan moral yang sesuai untuk para siswa, dan melalui cerita itu pula siswa dapat menilai mana perbuatan yang baik dan layak untuk dikerjakan serta mana perbuatan yang buruk dan layak untuk dihindari. 9) Aktivitas bermain peran Aktivitas untuk memainkan suatu peran merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan pembangunan karakter siswa. Guru akan meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang perasaannya seandainya dirinya menjadi salah satu pelaku sejarah. Hal ini bisa meningkatkan kemampuan empati para siswa. 10)
Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa Salah satu strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan tanggung jawab siswa adalah dengan menugaskan siswa untuk mencatat apa saja yang telah dilakukannya di sekolah.
11) Memberi contoh sikap commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk membentuk karakter siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah memberikan contoh sikap atau perbuatan dan akibat yang akan ditimbulkan dari sikap dan perbuatan yang dilakukan oleh para siswa. 12) Layanan bimbingan dan konseling Bagi siswa yang tersandung masalah maka akan dipanggil oleh guru BP untuk diberi peringatan dan dibina. Peringatan yang diberikan ialah peringatan secara lisan dan tertulis yang berupa surat pernyataan. 13) Memberi nasehat serta sanksi Salah satu cara mengubah kepribadian siswa yang buruk adalah dengan guru memberikan nasehat apabila seorang siswa melakukan suatu pelanggaran, dan apabila siswa masih tetap melakukan pelanggaran maka siswa akan dikenai sanksi untuk menimbulkan efek jera pada siswa, dan dengan demikian akan mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai buruk. Selanjutnya ibu Milad Khomsa Susilwati S.Pd mengatakan bahwa: Dengan ditanamkan nilai-nilai kepribadan tersebut, kami mengharapkan setelah lulus dari sekolah ini, siswa-siswi kami akan menjadi pribadi yang disiplin, jujur, taat pada aturan agama, tanggung jawab, sopan santun, percaya diri, dan kompetitif, karena jika mereka berhasil kami dari pihak sekolah juga akan merasa bangga. Untuk itu kami benar-benar berusaha untuk membentuk kepribadian siswa dari kurang baik menjadi baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. (Wawancara: Senin 17 Oktober 2011) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada saat siswa mulai masuk ke SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, pihak sekolah mulai berupaya untuk membentuk kepribadian siswa dengan menanamkan nilainilai kepribadian seperti, nilai kedisiplinan, kebersihan, kesehatan, tanggung jawab, sopan santun, percaya diri, kompetitif, hubungan sosial, kejujuran serta nilai pelaksanaan ibadah ritual. Penanaman nilai tersebut dilakukam dengan berbagai cara atau teknik yang dipandang tepat oleh pihak guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Dengan ditanamkan nilai-nilai tersebut, diharapkan siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong berkepribadian baik, sehingga pada akhirnya nanti mereka akan menjadi warga Negara yang berkarakter. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Sebagai Upaya Penanaman Nilai Kepribadian Siswa Pendidikan pada dasarnya adalah proses untuk menciptakan kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan tersebut tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera, tetapi membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan bukanlah hanya aspek kognitif semata, melainkan mencakup semua aspek kehidupan, termasuk di dalamnya
nilai-nilai
ketuhanan, moral, etika, estetika dan lain sebagainya. Pendidikan sebagai sarana guna membangkitkan karakter bangsa, untuk itulah dikembangkannya pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai pendidikan budi pakerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Sehingga dengan begitu pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai kepribadian pada siswa dalam rangka membentuk civic disposition tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan, pastinya upaya ini akan mengalami beberapa tantangan. Dalam keberhasilan pengembangan pendidikan karakter pasti terdapat faktor-faktor pendukung dan juga faktor-faktor penghambatnya. Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong:
a. Faktor Pendukung Pendidikan karakter diangkat ke dalam dunia pendidikan karena karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang termasuk dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, dan adat istiadat. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, terdapat beberapa faktor pendukung, dimana commit to user faktor-faktor inilah yang mempermudah guru untuk menanamkan nilai-nilai
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akhlak mulia dan kepribadian terhadap siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Kepribadian siswa Salah satu faktor pendukung ialah watak serta kepribadian asli dari siswa itu sendiri. Apibila seorang siswa telah memiliki kepribadian yang baik pada saat ia memasuki sekolah, maka akan lebih mudah bagi guru untuk membentuk karakter siswa agar lebih baik lagi. 2) Habituasi Salah satu faktor pendukung pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ialah proses habituasi yaitu proses pembiasaan yang selalu dilakukan oleh guru bersama dengan siswa di lingkungan
sekolah.
Penanaman
nilai-nilai
kepribadian
memerlukan
pembiasaan, Siswa harus dibiasakan untuk berperilaku dan bertindak yang baik. Sehingga diharapkan pada gilirannya nanti akan menjadi sebuah kebiasaan. Perlahan-lahan sikap atau nilai-nilai luhur yang ditanamkan tersebut akan terinternalisasi ke dalam dirinya dan membentuk kesadaran sikap dan tindakan yang baik dalam kehidupan seterusnya. Jadi dapat dikatakan bahwa melalui pendidikan, pengalaman, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan akan menginternalisasikan nilai-nilai, sehingga menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku, sikap dan perilaku tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan tersebut dijaga dan dipelihara, maka jadilah karakter. Contoh pembiasaan yang diterapkan di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ialah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan hadits sebelum memulai proses belajar serta melaksanakan ibadah shalat dzuhur dan jumat bersama-sama, melaksanakan upacara bendara, membuang sampah pada tempat sampah, membiasakan siswa untuk disiplin, dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
3) Mayoritas siswa berasal dari desa Salah satu faktor yang mempermudah pelaksanaan penanaman nilai pada siswa ialah mayoritas siswa SMA Muhammadiyaah 2 Gemolong yang berasal dari desa. Berdasarkan keterangan dari ibu Anik Indirawati, S.Si: “Salah satu faktor pendukungnya ialah, kebanyakan siswa di sini berasal dari desa. Mengatur siswa yang berasal dari desa itu saya rasa lebih mudah dari siswa pada yang berasal dari perkotaan, siswa yang berasal dari desa itu anaknya masih polos, manut-manut mbak kalau dibilangin”. (Wawancara: Kamis, 8 Desember 2011) Jadi berdasarkan wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa tempat tinggal seorang siswa juga cukup berpengaruh terhadap proses pengembangan pendidikan karakter. Menurut guru-guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong siswa yang berasal dari desa lebih mudah untuk diatur. 4) Sarana dan prasarana Untuk menunjang pengembangan pendidikan karakter maka Sarana dan prasarana yang disediakan SMA Muhammadiyah 2 Gemolong untuk mendukung proses pengembangan pendidikan karakter sudah cukup lengkap. Untuk menanamkan nilai religius sekolah telah menyediakan masjid beserta perlengkapan shalat serta Al-Qur’an. Untuk menanamkan nilai kesehatan, sekolah pun menyediakan gor olahraga berserta perlengkapan olahraga agar siswa dapat berolahraga sehingga dapat menyehatkan siswa, selain itu sekolah juga menyediakan perpustakaan, laboratorium, warnet dan lain sebagainya. Tersediannya sarana dan prasarana di atas diharapkan dapat memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses penanaman nilai kepada siswa. 5) Ikatan emosi antara guru dengan siswa Hampir semua guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong memiliki ikatan emosi dengan siswa. Beberapa guru memposisikan diri mereka sebagai seorang teman bagi siswa. Pada proses pembelajaran sehari-hari, beberapa guru SMA berusaha memasuki dunia siswa dengan mencoba membuka commit to user materi pembelajaran yang sudah kegiatan pembelajaran dengan mengaitkan
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau akan dikaji dengan pengalaman dan kehidupannya. Hal demikian dilakukan oleh guru agar antara guru dan siswa pada setiap tatap muka senantiasa terbentuk ikatan emosi. Apabila telah terbentuk ikatan emosi antara guru dengan siswa, maka guru akan mudah untuk mempengaruhi siswa untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai luhur.
b. Faktor Penghambat Pendidikan karakter kini menjadi salah satu isu utama dalam ranah pendidikan. Pendidikan karakter diadakan sebagai upaya penanaman nilai-nilai kepribadian.
Walaupun
sudah
diselenggarakan
melalui
berbagai
upaya,
penanaman nilai kepribadian yang baik belum terlaksana secara optimal dan pengaruhnya terhadap pembentukan civic disposition belum cukup segnifikan. Terbukti masih terlihatnya sifat-sifat buruk yang ditampilkan oleh para siswa, seperti suka membolos, melakukan perbuatan asusila, menyontek pada saat ujian, enggan untuk melaksanakan ibadah dan lain sebagainya. Pendidikan karakter hadir untuk pembentukan akhlak anak bangsa, serta diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Tujuan pengembangan pendidikan karakter di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong belum dapat tercapai secara maksimal karena beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1) Kepribadian siswa Kepribadian seorang siswa yang merupakan pembawaan sejak kecil atau pengaruh keturunan dari orang tua, dalam hal ini kepribadian yang buruk akan menjadi penghalang bagi guru untuk membentuk karakter siswa. Misalnya kepribadian siswa yang keras kepala, maka ia akan sulit untuk dinasehati oleh guru. Tentunya hal ini akan menghambat pencapaian tujuan dilaksanakannya pengembangan pendidikan karakter di sekolah. 2) Pergaulan siswa Karakter merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang diyakini dapat berubah, dari yang jelek menjadi baik, dan sebaliknya dari yang baik menjadi user siswa bergaul. Pada usia remaja, jelek. Semua ini tergantungcommit dengantosiapa
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
seorang anak akan mencari jati dirinya, salah satu cara ialah ia mencari teman dan membentuk kelompok. Setelah masuk sekolah, anak (siswa) mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya, dan akan muncul kebanggaan dalam diri apabila mereka memiliki sebuah kelompok. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan orang tuanya. Bagi anak yang kurang mendapat kasih sayang dan bimbingan keagaamaan atau etika dari orang tuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan selektif dalam mamilih teman dan mudah sekali terpengaruh olah sifat dan perilaku kelompoknya. Karena alasan kesetiakawanan dan toleransi antar anggota kelompok seorang anak akan cenderung untuk mengikuti tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kelompoknya. Jadi apabila temantemannya sering melakukan tindakan yang buruk maka siswa tersebut akan cenderung untuk mengkutinya. Misalnya seperti merokok, minum minuman keras, ataupun pergaulan bebas. Tentunya hal ini akan menjadi tugas berat bagi guru untuk membentuk kepribadian siswa, serta pengembangan pendidikan karakter sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai yang baik terhadap diri siswa pun akan mengalami hambatan. 3) Lingkungan Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi proses perkembangan karakter siswa salah satunya ialah faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangya fungsi tertentu dari siswa yang dapat menghambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan karakter siswa. Jadi disamping memberikan kepuasaan atau dorongan instink, lingkungan juga merupakan ancaman bagi seorang siswa. Lingkungan yang negatif akan cukup berpengaruh terhadap kepribadian seorang siswa, misalnya remaja yang ada di lingkungan tersebut sering melakukan kegiatan mabuk-mabukan, tentunya siswa yang bersangkutan mungkin akan terpengaruh untuk ikut mabukmabukan, dan apabila hal ini terjadi terus menurus, maka akan menjadi commit to user kebiasaan.
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Pengaruh negatif teknologi Perkembangan teknologi sebenarnya adalah sesuatu yang baik untuk sebuah Negara. Dengan perkembangan teknologi hidup akan terasa semakin mudah. Namun sayangnya kemajuan teknologi sering disalahgunakan oleh beberapa pihak, misalnya dengan adanya internet, siswa akan mudah untuk mengakses gambar-gambar seronok bahkan video porno. Tentunya hal ini akan merusak moral anak bangsa. 5) Kurangnya perhatian keluarga Situasi keluarga sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan serta perkembangan kepribadian anak. Seorang siswa yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian siswa tersebut cendering positif, sedangkan siswa yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, sikap orang tua yang keras, tidak memperhatikan nilai-nilai
agama, maka perkembangan kepribadian anak
cenderung
mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya. Sehingga seorang anak cenderung akan pendiam bahkan agresif, egois, selalu melarikan diri dari kenyataan, suka bertengkar, sadis dan lain sebagainya. C. Temuan Studi yang Dikaitkan dengan Kajian Teori Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa temuan studi, diantaranya sebagai berikut: 1. Kondisi nilai kepribadian siswa Menurut Gordon W. Allport dalam Syamsu Yusuf (2004: 126) “Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal yang ditemukan peneliti di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong ialah secara umum kondisi kepribadian siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong dapat dikatakan cukup baik, karena hanya 20,27% siswa yang masih memerlukan perhatian khusus dari guru. Meskipun kondisi kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong dikatakan cukup baik, namun masih terdapat pula siswa yang sering melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Pelanggaran yang sering terlihat antara lain, yaitu banyaknya siswa yang terlambat setiap harinya, merokok di ingkungan sekolah, misanya seperti di kantin atau di halaman belakang sekolah, beberapa siswa terihat mengeluarkan baju seragam, adanya rasa tidak percaya diri pada saat mengerjakan soal ulangan semester, hal ini terlihat dari adanya beberapa siswa yang pada saat mengerjakan soal ulangan semester bertanya-tanya pada temanya dan bahkan mengeuarkan beberapa catatan kecil. Berikut tabel pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong: Tabel 5. Cek List Pelanggaran Siswa SMA Muhammadidah 2 Gemolong: No.
Jenis Pelanggaran
Hari ke- 1 05-102011
Hari ke- 2 06-102011
Hari ke- 3 15-102011
Hari ke- 4 17-102011
Hari ke- 5 06-122011
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Terlambat Membolos Merokok Mencontek Tindakan Asusila Atribut/ Seragam yang Tidak Sesuai
IIII IIII II III
IIII I I IIII I II
III IIII -
IIII II II IIII III
II IIII IIII IIII I
14
15
7
16
17
JUMLAH
Tentu saja berbagai kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kepribadian siswa di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong masih memerlukan perhatian khusus dari guru untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai akhlak mulia dalam diri commit user siswa. Siswa SMA Muhammadiyah 2 to Gemolong merupakan anak yang sedang
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berada pada tahap berkembang. Mayoritas mereka masih berusia 16 sampai 18 tahun. Pada usia demikian seorang remaja yang menuju pada kedewasaan selalu bingung dengan identitas dirinya, bagaimana ia harus memperlihatkan dirinya dan bagaimana ia harus berperan. Hal tersebut relevan dengan teori perkembangan psikososial yang dipelopori oleh Erik Erikson. Ia mengatakan bahwa “masa remaja, dimulai dengan pubertas dan berakhir sekitas usia 18 atau 20 tahun. Tugas selama masa remaja adalah untuk mencapai identitas diri dan menghindari kebingunan”. (Syamsu Yusuf LN dan A Juntika Nurihsan, 2008:108) Selanjutnya Erik Erikson mengatakan bahwa “ketika seorang remaja menghadapi kebingunan, orang tersebut menderita krisis identitas” . (Syamsu Yusuf LN dan A Juntika Nurihsan, 2008:108) Jadi Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja (siswa) sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota, baik peran yang menimbulkan perilaku positif maupun perilaku negatif. 2. Upaya sekolah untuk menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic disposition Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. commit to user
yang
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
Hal tersebut relevan dengan pandangan Hurlock, bahwa ”sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir , bersikap maupun cara berperilaku”. (Syamsu Yusuf LN, 2004: 54) Jadi setiap sekolah wajib untuk membangun karakter siswa yang positif, sehingga tidak hanya mencetak generasi yang berhasil dalam bidang kognitif (pengetahuan) tapi juga afektif (moral). Yang ditemukan di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, sebagai upaya untuk penanaman nilai kepribadian terhadap siswa, sekolah menerapkan pendidikan karakter, namun pendidikan karakter ini tidak dijadikan suatu mata pelajaran, namun dimasukkan ke dalam semua mata pelajaran. Jadi nilai-nilai luhur bangsa ditanamkan dan dikembangkan melalui pokok bahasan mata pelajaran yang ada. Selain itu sekolah membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif, serta menjadi teladan yang baik bagi siswa. Kegiatankegiatan positif tersebut misalnya seperti membiasakan siswa untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah di sekolah, membaca Al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai, membiakan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang berbeda untuk tiap siswanya, hal ini bertujuan agar siswa bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing dan diharapkan siswa menjadi lebih mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Masnur Muslich (2011:86) “pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran setiap mata pelajaran”. Misalnya seperti Pendidikan Kewarganegaraan, agama, matematika, biologi, fisika, geografi, ekonomi, bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Selain itu hal tersebut juga sesuai dengan teori sosial tentang belajar yang dikemukakan oleh Paplov, yaitu “suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung”. (Sopiah, 2008:22) Jadi proses belajar seseorang pada umumnya dialami melalui pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungannya. Selanjutnya Lawrence Kohlberg dan Marlene Lockheed mengatakan bahwa: Terdapat empat tahap pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yaitu (a) tahap “pembiasaan” sebagai awal karakter anak, (b) tahap commit to perkembangan user pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku dan karakter
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa, (c) tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam kenyataan sehari-hari, dan (d) tahap pemaknaan yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka fahami dan lakukan dan bagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan bagi dirinya maupun orang lain. (Dasim Budimansyah, 2010: 67) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk penanamaan nilai kepribadian siswa agar membentuk civic disposition, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong menerapkan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran. Pengembangan pendidikan karakter tidak hanya dilakukan di dalam kelas tapi juga pembisaan di luar kelas. Selain pengembangan pendidikan karakter, peneliti juga menemukan bahwa, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong berupaya untuk menanamkan nilai akhlak mulia dan kepribadian terhadap siswa. Nilai-nilai tersebut antara lain ialah nilai kedisiplinan, nilai kebersihan, nilai kesehatan, nilai tanggung jawab, nilai sopan santun, nilai percaya diri, nilai kompetitif, nilai hubungan sosial, nilai kejujuran, dan nilai pelaksanaan ibadah ritual. Hal tersebut hampir serupa dengan yang dikatakan oleh Dr. Sukamto bahwa “nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak meliputi: kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan, hormat, cinta, ketidak egoisan dan sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin diri dan moderasi, kesetiaan dan kemurniaan, keadilan dan kasih sayang”. (Masnur Muslich, 2011: 79) 3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nlai kepribadian siswa dalam rangka membentuk civic disposition Pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk membentuk civic disposition. Oleh karena itu pendidikan karakter melibatkan semua pihak, baik itu sekolah, keluarga dan lingkungan sekolah bahkan masyarakat luas. Berhasil tidaknya pelaksanaan pendidikan karakter, sangat tergantung pada kesinambungan antara pendidikan, keluarga dan masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
Yang ditemukan peneliti di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, ialah terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter. Faktor pendukung keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah ialah kepribadian dari siswa itu sendiri, mayoritas siswa yang berasal dari desa, sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah, dan kedekatan emosi antara guru dan siswa. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, ialah kepribadian siswa itu sendiri, pergaulan siswa, lingkungan, pengaruh negatif teknologi, serta kurangnya perhatian keluarga. Hal tersebut relevan dengan pendapat Megawangi, bahwa: “anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segera optimal”. (Masnur Muslich, 2011: 97). Selanjutnya dalam teori konsistensi menurut Sopiah (2008: 17) “kepribadian manusia itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dimana manusia itu hidup”. Rode dan Smith mengemukakan bahwa orangtua mempunyai peranan yang penting bagi pembentukan nilai pada usia remaja. Melalui penjelasan tentang keyakinan, mereka telah membantu remaja untuk mewujudkan peraturan agama dalam kehidupannya. Gereja ( Mesjid untuk muslim), dan sekolah dapat juga memberikan konstribusinya terhadap perkembangan moral dan spiritual remaja. Begitupun buku-buku dan majalah-majalah agama sangat membantu pemahaman atau wawasan keyakinan agama dan moralitas. Apabila remaja tidak berusaha secara progresif untuk menilai moral dan keagamaan dirinya, maka ia akan gagal dalam memaknai dirinya dan memformulasikan filsafat hidupnya secara bermakna. (Syamsu Yusuf LN, 2004: 90) Sementara hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hans Sebald, bahwa “teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih:
cara berpakaian, hobi,
perkumpulan (club), dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya”. (Syamsu Yusuf LN, 2004: 60). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pengembangan pendidikan karakter untuk penanaman nilai kepribadian kepada siswa dalam commitselain to user rangka membentuk civic disposition, faktor internal faktor eksternal juga
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat berpengaruh. Misalnya dengan siapa siswa tersebut bergaul, bagaimana peranan orangtua, bagaimana siswa dalam menanggapi kemajuan teknologi dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna menjawab perumusan masalah. Adapun kesimpulan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Kondisi nilai kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen Kondisi nilai kepribadian siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong dapat dikatakan cukup baik. Dari 74 siswa, hanya 15 siswa yang memiliki kepribadian kurang baik. Jadi 20,27% siswa yang masih memerlukan perhatian khusus dari guru guna untuk membina dan menanamkan nilai-nilai kepribadian terhadap siswa-siswa terebut. Dari 74 siswa, 9 siswa belum memiliki nilai kedisiplinan, 6 siswa dinyatakan masih memerlukan perhatian khusus dari guru dalam hal kesehatan, 10 siswa belum memiliki nilai tanggung jawab, 2 anak belum memiliki nilai kesopanan, 2 anak dinyatakan kurang berkompetitif, 1 anak belum dapat berhubungan sosial yang baik, sementara untuk nilai kebersihan, percaya diri, kejujuran dan pelaksanaan ibadah ritual, semua siswa dinyatakan berkepribadian baik. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, masih ditemukan adanya siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran, misalnya merokok di lingkungan sekolah, terlambat masuk sekolah, menyontek, kurang sopan saat berbicara dengan guru, seragam yang tidak sesuai dengan sebagaimana mestinya, dan bahkan terkadang terlihat siswa-siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong yang berada di tempat persewaan playstation pada jam-jam pelajaran. 2. Upaya dari pihak sekolah dalam menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic disposition commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Untuk membentuk civic disposition, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong berupaya untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian dalam diri siswa. Terdapat 10 macam nilai yang ingin ditanamkan oleh sekolah terhadap siswa-siswanya. Nilai-nilai tersebut antara lain, yaitu nilai kedisiplinan, kesehatan, tanggung jawab, kesopanan, kompetitif, hubungan sosial, kebersihan, percaya diri, kejujuran dan pelaksanaan ibadah ritual. Untuk
penanaman
nilai-nilai
tersebut
pihak
sekolah
mengadakan
pengembangan pendidikan karakter. Dimana pendidikan karakter ini diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Penanaman nilai-nilai akhlak mulia dilakukan dengan cara mengembanan nilai-nilai tersebut melalui setiap materi pokok dalam mata pelajaran. Misalnya seperti pada mata pelajaran matematika. Nilai yang bisa ditanamkan dan dikembangkan pada diri siswa misalnya ialah nilai tanggungjawab maupun kemandirian. Nilai selain dikembangkan di dalam kelas juga dikembangkan di luar kelas melalui berbagai kegiatan-kegiatan positif. Misalnya seperti melakukan ibadah shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, upacara bendera, kegiatan-kegiatan sosial dan lain sebagainya Secara tertulis pendidikan karakter belum dicantumkan ke dalam kurikulum, namun dalam prakteknya sudah dilaksanakan sejak dulu. Pengembangan pendidikan karakter di SMA Muhammadiyah 2 Gemolong yang bertujuan untuk membina karakter siswa tidak hanya dilakukan di dalam kelas ketika pelajaran berlangsung, namun juga dilanjutkan di luar kelas melalui kegiatan habituasi atau pembiasaan hidup berkarakter. Walaupun sekolah sudah mengadakan pengembangan pendidikan karakter, namun usaha untuk penanaman nilai kepribadian dalam rangka membentuk civic disposition belum sepenuhnya berhasil. Hal ini terbukti masih adanya siswa yang berkepribadian kurang baik. Misalnya seperti mengeluarkan baju, banyaknya siswa yang terlambat, merokok di lingkungan sekolah dan tidak menjaga sikap dan perilaku pada saat mengobrol dengan guru, keadaan kelas yang kurang rapi dan bersih serta ada beberapa siswa yang sembunyi pada saat commit to user waktunya shalat berjamaah. Namun dibalik itu semua masih banyak juga siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
yang yang selalu datang tepat, berpakaian rapi, sopan dalam bertutur kata, dan melaksanakan ibadah shalat tanpa harus dipaksa oleh guru. 3. Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya penanaman nilai kepribadian siswa dalam rangka membentuk civic disposition Dalam keberhasilan pengembangan pendidikan karakter pasti terdapat faktor pendukung dan juga faktor penghambatnya. Faktor pendukung keberhasilan pengembangan pendidikan karakter antara lain ialah: a) kepribadian dari siswa itu sendiri, b) proses habituasi c) mayoritas siswa yang berasal dari desa, d) sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah, e) kedekatan emosi antara guru dan siswa. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan pengembangan pendidikan karakter di sekolah ialah: a) kepribadian siswa itu sendiri, b) pergaulan siswa, c) lingkungan, d) pengaruh negatif teknologi, e) kurangnya perhatian keluarga.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas, ditambah dengan berbagai fenomena yang dibahas dalam penelitian ini tentang “pengembangan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya penanaman nilai kepribadian dalam rangka membentuk civic disposition” SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. Maka implikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1. Meskipun kondisi nilai kepribadian yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong Kabupaten Sragen dapat dikatakan cukup baik, namun masih ada beberapa siswa yang belum memiliki kepribadian yang baik, sehingga mereka masih membutuhkan perhatian khusus dari guru untuk membentuk kepribadian siswa-siswa tersebut. Apabila masih terdapat beberapa siswa yang memiliki berkepribadian kurang baik, maka akan cukup berpengaruh terhadap siswa lainnya, karena bisa saja siswa yang belum memiliki kepribadian yang baik tersebut, dapat mempengaruhi siswa-siswa commit to user yang sudah berkepribadian baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
2. Untuk menanamkan nilai kepribadian terhadap siswa dalam rangka membentuk civic
disposition,
SMA
Muhammadiyah
2
Gemolong
mengadakan
pengembangan pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan karakter ini selain diterapkan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas, juga di terapkan
di
luar
kelas
melalui
berbagai
kegiatan.
Dengan
adanya
pengembangan pendidikan karakter, maka upaya untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian pada siswa akan cukup terbantu dalam rangka membentuk karakter siswa dalam hal ini civic disposition. 3. Keberhasilan pengembangan pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor pendukung maupun faktor penghambat. Karena keberhasilan
pengembangan
pendidikan karakter mengalami
beberapa
hambatan, maka hal ini akan menghambat penanaman nilai kepribadian dalam diri siswa, dan tentunya hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan karakter.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Setelah mengetahui masih ada siswa yang belum berkepribadian baik dalam beberapa nilai, maka perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan membentuk kepribadian siswa agar menjadi individu yang berkarakter. Upaya yang tepat untuk membangun dan membentuk kepribadian siswa ialah dengan mengoptimalkan pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter, baik di dalam maupun di luar kelas. Misalnya dengan membiasakan siswa berkelakukan baik di lingkungan sekolah dan terus memantau kelakuan atau perilaku para siswa. Selain itu sekolah juga mengadakan kantin kejujuran untuk mengukur seberapa kejujuran dari siswa SMA Muhammadiyah 2 Gemolong. 2. Upaya SMA Muhammadiyah 2 Gemolong untuk penanaman nilai kepribadian dalam rangka membentuk commit civic disposition ialah dengan menerapkan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran serta beberapa kegiatan di lingkungan sekolah. Namun berdasarkan hasil penelitian pengembangan pendidikan karakter belum dapat dikatakan sepenuhnya berhasil karena beberapa siswa yang belum berkepribadian baik dalam beberapa nilai. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: a. Bagi siswa hendaknya kebiasaan positif yang ditanamkan dan yang telah terbentuk di sekolah melalui pendidikan karakter bisa melekat dan berkembang baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. b. Bagi guru SMA Muhammadiyah 2 Gemolong 1) Dalam pendidikan karakter guru merupakan salah satu komponen yang penting. Guru hendaknya mengembangkan nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. 2) Guru hendaknya berkomitmen untuk mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud, serta menerapkannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sehari-hari,
sehingga perilaku positif tersebut dapat ditiru oleh siswa. Dalam hal ini guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi siswa. c. Bagi Pihak SMA Muhammadiyah 2 Gemolong 1) Sekolah hendaknya mencantumkan pendidikan karakter secara tertulis ke dalam kurikulum. 2) Sekolah hendaknya membuat suatu kebijakan tentang pengembangan pendidikan karakter, misalnya membiasakan kepala sekolah bersama guru-guru berdiri berjejer di pintu gerbang untuk menyambut dan saling memberi salam kepada siswa, hal ini akan menanamkan nilai sopan santun, hormat, serta hubungan sosial dalam diri siswa. Selain itu sekolah hendaknya membiasakan siswa untuk hormat atau memberi anggukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
kepala serta menyapa kepala sekolah atau guru pada saat berpapasan disetiap kesempatan. 3) Setelah mengetahui bahwa dalam pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter belum cukup berhasil karena mengalami beberapa hambatan, baik itu dari faktor internal maupun faktor eksternal maka penanaman nilai kepribadian dalam rangka membentuk civic disposition akan sulit terbentuk. Maka pihak SMA Muhammadiyah 2 Gemolong perlu meminimalisir faktor-faktor penghambat tersebut. Untuk meminimalisirnya diperlukan peran dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu sekolah hendaknya menjalin kerjasama baik dengan pihak keluarga maupun masyarakat untuk terus menerus memantau perilaku siswa. Orangtuapun hendaknya tahu dengan siapa anaknya bergaul dan bagaimana pergaulannya. Selain itu juga tokoh-tokoh dalam lingkungan masyarakat, seharusnya membuat aturan atau laranganlarangan terhadap hal-hal yang sekiranya dapat merusak mental dari warganya, karena baik orangtua, lingkungan masyarakat dan sekolah hendaknya terus menanamkan sifat serta perilaku yang baik dalam diri siswa. Selanjutnya baik itu warnet maupun handphone siswa terus diawasi, agar tidak terdapat hal-hal yang dapat merusak mental. Serta orangtua tidak terlalu memanjakan anakanaknya dengan uang jajan yang banyak, karena hal tersebut akan mengakibatkan penyalahgunaan uang tersebut untuk hal-hal negatif.
commit to user