Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PERMAINAN ADAPTIF BERBASIS PERKEMBANGAN AKTUAL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DEVELOPMENT OF LEARNING OF ADAPTED GAME BASED ON ACTUAL DEVELOPMENTS FOR SPECIAL NEEDS CHILDREN Widodo Puslitjakdikbud, Balitbang-Kemendikbud Gedung E lantai 19, Jalan Jenderal Sudirman Senayan-Jakarta e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 21/12/2015, direvisi tanggal: 10/01/2016, disetujui tanggal:14/03/2016 Abstract: This article aimed to examine the role of adapted game in overcoming psychological problems for children with special needs and role of learning of adapted game-based actual development model in improving the courage and confidence to try a new skill for children with special needs. The method used literature review. The results show, first, the psychological problems in this case courage and confidence to try a new skills can be overcomed by applying adapted game. The potency of adapted game in addressing the issue due to the concept of self-efficacy and Zone of Proximal Development (ZPD) and its scaffolding.With this concept, the application of adapted game involving other people as a successful model and a scaffold to help learn new skills, and the learning starts from the skills that can be performed by child independently. Second, the adapted game based on actual development model may increase the courage and confidence because of their emphasis on the planning function in the field with its main target ‘children want to try repeating’ causing a sense of comfort, and the development of the model put assesment of the child’s skills as a first step, and followed by the next four steps, namely accommodation and modification, implementation, instruction, and evaluation.This study concludes that the adapted game and the learning of adapted game based on actual development model can overcome the psychological problems of children with special needs, especially the problem of courageous and confidence to try out a new skill. Keywords: adapted game, learning model, special needs children, actual development Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji peran permainan adaptif dalam mengatasi permasalahan psikis anak berkebutuhan khusus (ABK) dan peran model pembelajaran permainan adaptif berbasis perkembangan aktual dalam meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri ABK untuk mencoba suatu keterampilan baru. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka. Hasil kajian menunjukkan, pertama, permasalahan psikis ABK berupa keberanian dan kepercayaan diri untuk mencoba suatu keterampilan baru dapat diatasi dengan menerapkan permainan adaptif. Kemanjuran permainan adaptif dalam mengatasi permasalahan tersebut dikarenakan adanya konsep efikasi diri dan zona perkembangan terdekat beserta perancahnya. Dengan konsep tersebut, permainan adaptif diterapkan dengan melibatkan orang lain sebagai model sukses dan perancah untuk membantu ABK mempelajari keterampilan baru, serta pembelajarannya dimulai dari keterampilan yang sudah dapat dilakukan oleh ABK secara mandiri. Kedua, model permainan adaptif berbasis perkembangan aktual dapat meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri ABK. Hal tersebut dikarenakan adanya penekanan pada perencanaan fungsional di lapangan dengan target utamanya ‘anak mau mencoba melakukan permainan dan mengulanginya’ sehingga timbul rasa nyaman. Pengembangan model dilakukan dengan menempatkan asesmen awal
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
59
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
terhadap keterampilan ABK sebagai langkah pertama yang dikuti empat langkah berikutnya, yaitu akomodasi dan modifikasi, implementasi, pengajaran, dan evaluasi. Kesimpulan kajian ini adalah permainan adaptif dan model pembelajaran permainan adaptif berbasis perkembangan aktual dapat mengatasi permasalahan psikis ABK, terutama masalah keberanian dan kepercayaan diri untuk mencoba suatu keterampilan baru. Kata kunci: permainan adaptif, model pembelajaran, anak berkebutuhan khusus, perkembangan aktual
PENDAHULUAN
Pemenuhan layanan pendidikan khusus
Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu
secara layak bagi ABK merupakan suatu
dibantu agar kelebihan yang ada pada diri
keharusan. Namun, fakta menunjukkan bahwa
mereka dapat dikembangkan sebab anak-anak
Pemerintah Indonesia baru dapat melayani
berkebutuhan khusus biasanya mempunyai
sebanyak 35% dari anak-anak berkebutuhan
keunggulan atau potensi di balik kekurangan
khusus dari total populasi 350.000 pada tahun
yang ada pada diri mereka. Agar anak ber-
2014 (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar,
kebutuhan khusus (ABK) memperoleh haknya
2014). Artinya, masih ada 65% atau sekitar
mendapatkan layanan pendidikan secara baik,
227.000 anak berkebutuhan khusus yang belum
Pemerintah Indonesia telah memfasilitasi
terlayani. Dari segi pemenuhan layanan
pendidikan khusus bagi mereka sebagaimana
pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
yang tercantum dalam Undang-Undang Republik
pendidikan jasmani, juga belum dapat dilakukan
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
dengan baik. Sebagai contoh, anak yang
Pendidikan Nasional. Hal tersebut tercantum
bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) Jawa
dalam Pasal 32, Ayat (1) yang menyebutkan
Barat belum mendapatkan layanan pendidikan
bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan
jasmani secara baik karena tidak sesuainya latar
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
belakang pendidikan guru, tidak fokusnya
dalam mengikuti proses pembelajaran karena
pembelajaran pada pencapaian peningkatan
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/
kebugaran, dan penggunaan metode pem-
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
belajaran yang cenderung membosankan yang
istimewa. Selanjutnya, Pasal 5 Ayat (2)
berdampak pada kurangnya antusias anak
ditetapkan bahwa warga negara yang memiliki
terhadap pembelajaran (Sumiswan, tanpa
kelainan fisik, emosional, intelektual, dan atau
tahun).
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Dari segi pemenuhan guru, masih banyak
Pendidikan khusus merupakan pendidikan
guru SLB yang latar belakang pendidikannya
bagi anak yang berkebutuhan khusus (ABK).
belum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Proses pendidikan ini memerlukan perencanaan
Misalnya, di SLB-B YPAC Palembang hanya
secara individual dan prosedur pemantauan
sebagian guru kelasnya yang sesuai, SLB C-D
pengajarannya dilakukan secara sistematis.
Untung Tuah Samarinda hanya 50% yang
Bahan dan peralatannya disesuaikan dengan
sesuai, dan SLB-A YPKCNI Makassar hanya
kebutuhan anak. Bentuk intervensinya dirancang
memiliki dua guru yang berlatar pendidikan PLB
untuk membantu anak yang berkebutuhan
dari sembilan guru yang ada (Kementerian
khusus mencapai kemajuan yang lebih tinggi
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013a). Wihandoko
dari sebelumnya dan berlangsung secara
(2010) dalam tesisnya menemukan bahwa 1)
berkelanjutan. Karakteristik pendidikan khusus
pemahaman konsep guru mengenai pendidikan
yang demikian memerlukan upaya dan sumber
jasmani masih kurang; 2) guru tidak optimal
daya yang lebih spesifik dibandingkan dengan
dalam memfasilitasi kebutuhan anak ber-
pendidikan biasa.
kebutuhan khusus; 3) penyusunan perencanaan
60
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
pembelajaran belum dimodifikasi; 4) pelaksanaan
dapat dijadikan titik awal untuk mengetahui
pembelajaran belum optimal; dan 5) tidak
kebermaknaan pembelajaran yang diberikan,
dilakukan evaluasi untuk penyaringan dan
yaitu terjadinya peningkatan keterampilan.
penentuan kebutuhan anak.
Permasalahan dan tantangan utama dalam
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
proses pembelajaran pendidikan jasmani adaptif,
termasuk belajar tentang cabang olahraga dan
khususnya dalam memberikan materi permainan
permainan ABK, penekanannya adalah agar anak
yaitu bagaimana mengatur semua informasi
berpartisipasi secara aktif dalam setiap
sehingga guru yakin dapat memenuhi kebutuhan
permainan yang diajarkan guru. Hal ini
anak. Guru pendidikan jasmani adaptif harus
dimaksudkan agar anak memperoleh manfaat
mampu mengintegrasikan dan membuat be-
dari permainan tersebut, sehingga terjadi
berapa jenis keputusan guna memenuhi
peningkatan keterampilan dan kebugaran.
kebutuhan anak berkebutuhan khusus dan harus
Namun demikian, dalam upaya mendidik anak
mampu menjawab delapan pertanyaan kunci
untuk berpartisiasi secara aktif sering terjadi
tentang pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu
masalah. Faktor penyebabnya antara lain oleh
1) Kompetensi apa yang harus dimiliki anak pada
anak itu sendiri, keterbatasan sarana-prasarana
saat mereka meninggalkan program? 2) Berapa
dan peralatan, serta metode pembelajaran dan
banyak materi yang dapat diajarkan dan
pengelolaan kelas kurang optimal. Penyebab dari
dipelajari dalam waktu yang tersedia? 3) Kapan
anak itu sendiri antara lain karena sebagai anak
sebaiknya materi ditingkatkan? 4) Lingkungan
berkebutuhan khusus, mereka memiliki masalah
seperti apa dan di mana yang tepat untuk
psikis yang lebih besar dibandingkan dengan
menangani masing-masing kebutuhan anak? 5)
anak yang normal untuk berani mencoba
Bagaimana guru mengetahui bahwa anak belajar
melakukan suatu keterampilan baru. Adapun
pada tingkat yang sepadan dengan pencapaian
penyebab dari sarana-prasarana dan peralatan
tujuan program? 6) Bagaimana guru mengetahui
serta metode pembelajaran dan pengelolaan
bahwa rencana program dapat berjalan? 7)
kelas karena ketidaksesuaian faktor-faktor
Bagaimana guru mengetahui bahwa instruksional
tersebut terhadap kondisi fisik dan psikis anak
yang diberikan sudah efektif? 8) bagaimana guru
berkebutuhan khusus.
mengetahui kapan perubahan itu diperlukan?
Dalam mempelajari suatu keterampilan pada
(Kelly,2011).
sebuah permainan, anak akan mengalami
Pendidikan jasmani merupakan mata
keraguan dan canggung untuk mencoba pada
pelajaran yang dapat dijadikan titik awal dalam
tahap awalnya. Keraguan dan rasa canggung
menanamkan minat untuk mencapai prestasi
tersebut disebabkan oleh kurangnya keyakinan
olahraga. Hal tersebut hanya berlaku bagi anak
anak atas kemampuannya. Oleh karena itu,
yang benar-benar berbakat dan berminat untuk
pemberian target berupa tingkat kesulitan atas
menjadi atlet dalam olahraga prestasi. Anak-
suatu keterampilan perlu diberikan secara tepat
anak yang tidak berbakat cukup diberikan
sesuai dengan perkembangan aktual atau
sentuhan kependidikan guna mengembangkan
kemampuan awal anak, agar rasa tidak yakin
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik
dan ragu dapat dicegah. Oleh karena itu, guru
melalui gerak yang terkandung dalam pendidikan
perlu mengetahui tingkat perkembangan aktual
jasmani. Demikian halnya dengan pendidikan
dan kemampuan awal anak, yaitu tahap
jasmani adaptif, anak-anak berkebutuhan khusus
perkembangan di mana anak memiliki kemam-
juga tidak semuanya berbakat dan berminat
puan awal yang dapat dilakukan sendiri meskipun
untuk menjadi atlet dalam olahraga adaptif.
mereka belum mempelajarinya (Bennet, dkk.,
Namun, mereka memerlukan pengembangan
2005). Kemampuan awal ini tidak hanya
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
memunculkan keyakinan anak, melainkan juga
melalui aktivitas jasmani. Anak yang tidak
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
61
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
berbakat memerlukan layanan dari guru
Dari dua pokok permasalahan di atas, hal
pendidikan jasmani adaptif, khususnya dalam
yang perlu dipecahkan dalam pembelajaran
pembelajarannya.
pendidikan jasmani bagi ABK yaitu, apakah
Pengelolaan pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran
permainan
adaptif
dapat
pendidikan jasmani adaptif sangat diperlukan
mengatasi permasalahan psikis ABK? Apakah
agar dapat menimbulkan minat anak untuk
model pembelajaran permainan adaptif berbasis
mencoba setiap materi pelajaran yang diajarkan.
perkembangan aktual dapat meningkatkan
Mau dan berani mencoba merupakan masalah
keberanian dan kepercayaan diri ABK untuk
yang sering dialami anak-anak berkebutuhan
mencoba suatu keterampilan baru?
khusus ketika menghadapi penambahan tingkat
Penulisan artikel ini bertujuan untuk
kesulitan pada setiap materi atau permainan.
mengkaji: 1) peran permainan adaptif dalam
Berdasarkan fakta, bahwa guru yang mengajar
mengatasi permasalahan psikis ABK; dan 2)
pendidikan jasmani adaptif belum semuanya
peran model pembelajaran permainan adaptif
berlatar belakang pendidikan yang sesuai
berbasis perkembangan aktual dalam me-
dengan mata pelajaran yang diajarkan., Hal ini
ningkatkan keberanian dan kepercayaan diri ABK
menyulitkan para guru untuk dapat melakukan
untuk mencoba suatu keterampilan baru.
pengelolaan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan ABK. Kondisi ini menuntut para guru
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
pendidikan jasmani adaptif dengan cara
Pemanfaatan Teori Belajar Dalam
membantu menyediakan model-model pem-
Pemecahan Masalah
belajaran yang dapat dijadikan rujukan dalam
Dalam memecahkan masalah psikis ABK terkait
melakukan pengelolaan pembelajaran.
dengan keberanian dan kepercayaan diri untuk
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
mencoba suatu keterampilan dalam mempelajari
beberapa permasalahan di dalam pembelajaran
suatu permainan pendidikan jasmani, terdapat
pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan
dua teori yang dapat dimanfaatkan, yaitu teori
khusus, antara lain 1) dari total populasi 350.000
kognisi sosial (Social Cognitive Theory) dari
ABK hanya 35% yang terlayani pendidikannya;
Bandura (1986) dan teori konstruktivisme
2) pemenuhan layanan pembelajaran pendidikan
(Constructivism Theory) dari Vygotsky (1978).
jasmani belum dilakukan secara baik; dan 3)
Teori kognisi sosial secara resmi diluncurkan
banyaknya guru SLB yang latar belakang
oleh Albert Bandura pada tahun 1986 dalam
pendidikannya belum sesuai dengan tugas dan
bukunya yang berjudul Social Foundations of
fungsinya. Berkaitan dengan pembelajaran,
Thought and Action: A Social Cognitive Theory.
terdapat dua pokok permasalahan, yaitu: 1)
Buku inilah yang dijadikan rujukan utama dalam
dari luar diri anak berupa sarana-prasarana,
memahami teori kognisi sosial dalam kajian ini.
peralatan, dan metode pembelajaran; dan 2)
Teori kognisi sosial berakar pada pandangan
dari individu anak berupa masalah psikis, yaitu
manusia sebagai agensi di mana individu adalah
kurangnya keberanian dan keyakinan diri ABK
agen proaktif yang terlibat dalam pengem-
mencoba suatu keterampilan baru. Untuk
bangan dirinya dan dapat membuat sesuatu
mengatasi dua permasalahan pokok terkait
terjadi dengan tindakan mereka. Kunci penger-
dengan pembelajaran di atas diperlukan
tian dari agensi ini adalah kenyataan bahwa di
pembelajaran permainan yang disesuaikan
antara faktor-faktor pribadi lainnya, individu
dengan kebutuhan anak yaitu permainan adaptif
memiliki keyakinan diri yang memungkinkan
dan model pembelajaran yang didasarkan pada
dirinya untuk berlatih mengukur penguasaan
apa yang telah dapat dilakukan anak yaitu
atas pikiran, perasaan, dan tindakan, bahwa
perkembangan aktual anak.
apa yang dipikirkan, dipercaya, dan dirasakan memengaruhi bagaimana mereka berperilaku
62
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(Bandura, 1986). Bandura memberikan pan-
konseptual, efikasi diri memengaruhi aktivitas
dangan tentang perilaku manusia bahwa
jasmani melalui mediator strategi pengelolaan
keyakinan seseorang tentang dirinya merupakan
diri, dan strategi pengelolaan diri terdiri atas
unsur penting dalam pelaksanaan penguasaan
penetapan tujuan (goal setting), pemantauan
diri dan agensi pribadi. Individu dipandang
diri (self-monitoring) dan penghargaan diri (self
sebagai produk dan produsen dari lingkungan
reward). Penilaian terhadap efikasi diri
dan sistem sosial mereka sendiri. Karena
berhubungan dengan tindakan tetapi sejumlah
kehidupan manusia tidak dalam kesendirian,
faktor dapat memengaruhi kekuatan hubungan
Bandura memperluas konsepsi manusia sebagai
tersebut. Efikasi diri yang dirasakan oleh
agensi dengan menyertakan agensi kolektif;
seseorang (perceived self-efficacy) ber-
orang bekerja sama berdasarkan keinginan
konstribusi terhadap pengembangan kete-
berbagi tentang kemampuannya dan aspirasi
rampilan tambahan (subskills), serta membantu
yang sama untuk kehidupan yang lebih baik.
mereka untuk menciptakan perilaku yang baru
Perluasan konseptual ini menjadikan teori kognisi
(Bandura, 1986). Dari semua pengalaman yang
sosial berlaku untuk proses adaptasi manusia
memengaruhi fungsi manusia, dan berpatokan
dan perubahan masyarakat yang berorientasi
pada inti dari teori kognisi sosial, yakni efikasi
pada kolektivitas dan individualitas. Menurut
diri (self efficacy), penilaian seseorang tentang
Bandura, kemampuan yang paling nyata pada
kemampuan dirinya dapat mengatur dan
manusia adalah refleksi diri (Bandura, 1986).
melaksanakan suatu tindakan untuk mencapai
Karena itulah refleksi diri merupakan fitur yang
jenis performansi yang telah disusunnya
menonjol dari teori kognisi sosial. Melalui refleksi
(Bandura, 1986).
diri, orang memahami pengalaman mereka,
Efikasi diri memberikan dasar untuk
menjelajahi kognisi dan keyakinan diri (self-
memotivasi manusia, kesejahteraan, dan prestasi
beliefs) mereka sendiri, terlibat dalam evaluasi
pribadi. Hal ini dikarenakan tidak sedikit orang
diri, dan mengubah pemikiran dan perilaku
yang percaya bahwa tindakan mereka dapat
mereka yang sesuai. Teori Kognisi Sosial
menghasilkan apa yang mereka inginkan, mereka
menunjukkan bahwa jaringan dukungan sosial
memerlukan sedikit insentif untuk bertindak atau
yang kuat meningkatkan efikasi diri seseorang
bertahan dalam menghadapi kesulitan. Individu
dalam mengatasi hambatan untuk aktif secara
dengan efikasi diri yang rendah cenderung
fisik (Peterson,dkk. 2012). Sifat dari Teori
mempercayai sesuatu lebih sulit dari yang
Kognisi Sosial mengarah pada rasa percaya diri,
sebenarnya. Hal ini menciptakan ketegangan
yang didefinisikan secara singkat sebagai
dan visi yang sempit tentang cara terbaik untuk
keyakinan seseorang mengenai kemampuannya
meninggalkan masalahnya. Sebaliknya, orang
(Bandura, 2012). Rasa percaya diri dapat
yang memiliki rasa efikasi yang kuat perhatian
dikembangkan dalam empat cara: 1) pengalaman
dan upayanya dipacu oleh rintangan untuk
penguasaan yang dapat menentukan ketahanan
berusaha lebih besar (Bandura, 1986). Penelitian
pada individu; 2) pemodelan sosial yang melihat
menunjukkan bahwa orang yang menganggap
orang lain yang mirip dengan dirinya berhasil;
dirinya bertindak sebagai orang yang lebih
3) persuasi sosial yang melibatkan persuasi orang
berhasil, berpikir, dan merasa berbeda dari
lain untuk meyakinkan seseorang dapat
orang-orang yang menganggap dirinya tidak
bertahan; dan 4) proses pilihan yang mene-
berhasil, mereka dapat menghasilkan masa
tapkan seseorang untuk melakukan sesuatu
depannya sendiri, bukan hanya sekedar
melalui pilihannya (Bandura, 2012).
meramal (Bandura, 1986). Efikasi diri dalam
Di dalam teori kognisi sosial terdapat konsep
proses belajar merupakan keyakinan individu
efikasi diri (self-efficacy) atau dapat pula
terhadap kemampuannya untuk mencapai
dikatakan sebagai kepercayaan diri. Secara
tujuan pembelajaran. Keyakinan diri merupakan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
63
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
motivasi intrinsik yang membutuhkan dukungan
kompetensi yang sama dengannya, dan ternyata
sosial untuk penguatannya. Keinginan yang kuat
yang diamati mengalami kegagalan meskipun
untuk beraktivitas tidak akan mempunyai peran,
telah berupaya yang tinggi, maka penilaian
bahkan dapat melemah apabila tidak disertai
pengamat terhadap kemampuannya sendiri
dengan dukungan sosial yang memadai. Anak
menjadi rendah dan dapat melemahkan usaha
berkebutuhan khusus, yang meyakini bahwa
mereka (Bandura, 1986).
aktivitas permainannya berkaitan dengan apa
Sukses dalam melakukan suatu kegiatan
yang diinginkannya dan dirinya, yakin dapat
memberikan pengalaman positif dan insentif
melakukannya, sehingga kemungkinan untuk
langsung kepada anak untuk berpartisipasi lebih
melakukan aktivitas jasmani menjadi lebih besar.
lanjut dalam aktivitas (Martens, 2012). Namun
Oleh karena itu, dalam pembelajaran suatu
sebaliknya, anak akan melindungi dirinya dan
permainan kepercayaan diri anak perlu
tidak cenderung untuk berpartisipasi dalam
dikembangkan melalui eksplorasi dan modifikasi
suatu kegiatan ketika ia telah memiliki
lingkungan fisik dan sosial agar memberi
pengalaman negatif. Bandura dalam Feltz dan
dukungan terhadap upaya belajar anak.
Magyar (2006) mengusulkan agar seseorang
Penilaian yang salah terhadap persepsi diri
memperoleh informasi tentang keyakinan dirinya
atau kinerja akan menciptakan hubungan yang
untuk melakukan olahraga dan aktivitas fisik
meragukan. Bandura berpendapat bahwa
berasal dari prestasi kinerja mereka. Hasil
mengukur kemampuan diri harus disesuaikan
penelitian Li, dkk. (2007) membuktikan adanya
dengan domain dari fungsi psikologis yang
hubungan antara pengalaman sebelumnya
sedang dieksplorasi (Bandura, 1986). Ketika
dengan pencapaian prestasi dan persepsi akan
seseorang menerapkan keterampilan dengan
sulitnya suatu tugas. Peserta yang merasakan
efikasi yang tinggi, usaha yang intensif dan
tugasnya lebih sulit dikerjakan, cenderung
berkelanjutan diperlukan untuk mewujudkan
memiliki tingkat yang lebih rendah dalam
kinerja yang sulit, yang mana sulit untuk
mempersepsi kemampuan dirinya, meng-
mencapainya jika seseorang dikuasai oleh
eskpresikan perhatian yang lebih rendah, dan
keraguan. Keraguan diri dapat menciptakan
memperoleh skor kinerja yang lebih rendah pada
dorongan untuk belajar, tetapi juga dapat
tes keterampilan. Persepsi yang negatif
menghalangi penggunaan keterampilan yang
mengenai kesulitan melakukan tugas diprediksi
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain,
oleh persepsi awal mengenai kemampuan
efikasi diri yang tinggi dapat menjadi pedang
dirinya. Selanjutnya, bagi mereka yang memiliki
bermata dua karena individu dengan efikasi diri
lebih banyak pengalaman dalam kegiatan
yang tinggi merasa sedikit perlu untuk
memanipulasi suatu objek dan memperoleh
mempersiapkan upaya yang banyak (Bandura,
peringkat yang lebih tinggi, kemungkinan besar
1986).Masalah kinerja yang tidak jelas akan
akan meraih tingkat yang lebih tinggi dari
muncul ketika aspek performansi seseorang
persepsi awal mengenai kemampuan dirinya.
tidak diamati secara personal atau ketika
Ketika mengajar tugas baru yang sulit, guru
tingkat prestasi dinilai secara sosial dengan
harus mengaitkannya dengan kegiatan lain yang
kriteria yang tidak jelas sehingga seseorang
serupa, memberikan peluang kepada para siswa
harus bergantung pada orang lain untuk
untuk mempraktikkan, dan menciptakan
menemukan bagaimana seseorang melakukan
lingkungan belajar yang berorientasi pada
(Bandura, 1986).
penguasaan. Menurut Martens (2012), ketika
Dalam teori kognisi juga terdapat aspek
anak-anak diminta untuk berpartisipasi dalam
pengalaman orang lain (vicarious experience).
suatu kegiatan yang sebelumnya mereka tidak
Jika seseorang mengamati orang lain melakukan
memiliki keterampilan untuk melakukannya,
suatu keterampilan, yang menurutnya memiliki
mereka akan menemui kegagalan dan melihat
64
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
tugas sebagai hal yang sulit untuk dicoba dan
memerhatikan lingkungan sosial. Oleh karena itu,
direproduksi.
teori ini juga sering disebut secara lengkap
Dari penjelasan di atas dapat diformulasikan
sebagai teori konstruktivisme sosial (socio-
kerangka kerja teori kognisi sosial dalam
constructivism). Teori belajar Vygotsky meru-
memahami, memprediksi, dan mengubah perilaku
pakan salah satu teori belajar sosial dan sangat
manusia melalui identifikasi terhadap interaksi
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif
faktor-faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan.
karena dalam model pembelajaran kooperatif
Formulasi interaksinya yaitu: 1) interaksi antara
terjadi interaktif sosial antarsiswa, dan antara
orang dan perilaku melibatkan pengaruh pikiran
siswa dengan guru dalam usaha menemukan
seseorang dan tindakannya; 2) interaksi antara
konsep-konsep dan pemecahan masalah.
orang dan lingkungan melibatkan keyakinan dan
Selama proses interaksi ini terjadi pemagangan
kompetensi kognitif yang dikembangkan dan
kognitif (cognitive apprenticeship), yaitu proses
dimodifikasi oleh pengaruh sosial dan struktur
di mana seseorang yang sedang belajar tahap
lingkungan; 3) interaksi antara lingkungan dan
demi tahap memperoleh keahlian melalui
perilaku melibatkan perilaku seseorang dalam
interaksinya dengan pakar (Yohanes, 2010).
menentukan aspek lingkungan, yang pada
Pendapat Yohanes ini memberikan makna bahwa
akhirnya perilaku tersebut diubah oleh
model-model pembelajaran yang melibatkan
lingkungan. Teori ini dapat digunakan dalam
pihak lain di dalam proses belajar mengajar dapat
memahami dan memprediksi perilaku baik individu
digolongkan sebagai model pembelajaran yang
maupun kelompok, dan mengidentifikasi metode
menganut teori belajar sosial.
di mana perilaku dapat dimodifikasi atau diubah.
Ada dua konsep penting dalam teori
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
konstuktivisme, yaitu zona perkembangan
teori kognisi sosial dapat dimanfaatkan untuk
terdekat atau Zone of Proximal Development
memecahkan masalah psikis ABK sewaktu
(ZPD) dan perancah atau scaffolding. Vygotsky
mengikuti pembelajaran permainan adaptif,
dalam bukunya yang berjudul “Mind in Society
khususnya keberanian dan kepercayaan diri
The Development of Higher Psychological
untuk mencoba suatu keterampilan baru. Hal
Processes” menjelaskan konsep ZPD bahwa
ini dikarenakan teori kognisi sosial mengarahkan
potensi manusia secara teoretik tidak terbatas
pembelajaran yang melibatkan orang lain,
tetapi batas praktis potensi manusia tergantung
lingkungan fisik dan sosial, serta konsep efikasi
pada kualitas interaksi sosial dan lingkungannya.
diri yang dapat dimunculkan karena adanya
Jadi secara teori, selama seseorang memiliki
dukungan sosial. Praktik pembelajaran per-
akses kepada rekannya yang lebih mampu,
mainan adaptif dengan memanfaatkan teori
masalah-masalah yang dihadapinya dapat
kognisi sosial menuntut guru untuk melibatkan
diselesaikan (Vygotsky, 1978). Zona perkem-
siswa atau pihak lain agar berperan sebagai
bangan terdekat adalah pusat pandangan
model sukses dan persuasi sosial yang dapat
Vygotsky tentang bagaimana pembelajaran
memotivasi siswa melakukan suatu permainan.
berlangsung. Dia menggambarkan zona ini
Teori kedua untuk pemecahan masalah
sebagai jarak antara tingkat perkembangan
psikis yang dihadapi oleh ABK sewaktu
aktual yang ditentukan oleh pemecahan masalah
mempelajari keterampilan baru dalam pendidikan
yang independen dan tingkat perkembangan
jasmani menggunakan teori Vygotsky yang
potensial yang ditentukan melalui pemecahan
dinamakan teori konstruktivisme. Pembelajaran
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
permainan adaptif dengan menerapkan teori
bekerja sama dengan rekan-rekan yang lebih
konstruktivisme mengajak ABK untuk mengon-
mampu (Vygotsky, 1978).
truksi suatu praktik keterampilan dengan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
65
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme selain menerapkan konsep ZPD
yang lebih tinggi atau berada dalam zone of proximal development (Yohanes, 2010).
juga menerapkan konsep perancah (scaffolding),
Dari penjelasan tentang teori konstruk-
yaitu suatu pendekatan untuk membantu
tivisme tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dan pengembangan individu dalam
penerapan teori konstruktivisme di dalam
ZPD. Pengetahuan, keterampilan, dan penga-
pembelajaran permainan adaptif bagi ABK dapat
laman sebelumnya yang berasal dari penge-
menimbulkan keberanian bagi anak untuk
tahuan individu secara umum, dapat menjadi
mencoba melakukan suatu keterampilan. Teori
landasan bagi perancah untuk pengembangan
tersebut menawarkan pembelajaran yang
potensi. Pada tahap ini, siswa berinteraksi
memanfaatkan perancah (scaffolding) di dalam
dengan orang dewasa dan atau rekan-rekannya
zona perkembangan terdekat (zone of proximal
untuk menyelesaikan tugas yang mungkin tidak
development). Pemanfaatan perancah dalam
dapat diselesaikan secara independen. Peng-
zona perkembangan terdekat ini dapat membuat
gunaan bahasa dan pengalaman bersama adalah
anak belajar suatu keterampilan yang berawal
penting untuk berhasil melaksanakan perancah
dari apa yang mereka mampu lakukan dan
sebagai sarana belajar (Feden dan Vogel, 2006).
mendapat bantuan orang lain untuk mening-
Dalam pelaksanaan perancahan (scaffolding)
katkan kemampuannya. Anak juga akan mau
langkah pertama adalah untuk membangun minat
mengulang keterampilan tersebut sebagai akibat
dan melibatkan anak. Setelah anak berpartisipasi
dari pengalaman sukses yang dirasakannya dan
aktif dalam pembelajaran, tugas yang diberikan
tidak merasakan kebosanan karena pem-
harus disederhanakan dengan memecahnya
belajaran yang diterimanya memberikan
menjadi sub-tugas yang lebih kecil. Selama
tantangan yang memadai untuk diselesaikan.
tugas ini, guru perlu menjaga siswa agar tetap fokus, dan berkonsentrasi pada hal-hal yang
Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan
paling penting dari tugas. Salah satu langkah
Khusus
yang paling integral dalam perancahan adalah
Dalam pembelajaran, terjadi proses interaksi
menjaga siswa agar tidak frustasi. Tugas akhir
atau komunikasi dua arah antara guru dan anak
terkait dengan scaffolding adalah melibatkan
di mana
guru sebagai model dalam penyelesaian tugas,
anak sebagai peserta didik (Sagala, 2009).
yang dapat ditiru oleh anak dan akhirnya anak
Interaksi keduanya bertujuan untuk mengem-
dapat menginternalisasikan ke dalam dirinya
bangkan potensi anak sebagai peserta didik,
(Feden dan Vogel, 2006).
dan pengembangan yang baik dimulai dari apa
guru berperan sebagai pendidik dan
Teori konstruktivisme menghendaki agar
yang dapat dilakukan oleh anak, bukan dari apa
dalam pembelajaran, guru memberikan
yang tidak dapat dilakukannya. Terkait dengan
kesempatan kepada siswa untuk mengontruksi
pengembangan potensi, Edy (2014) meng-
atau membangun pengetahuan di dalam dirinya
ungkap penjelasan Stephen Covey, penulis buku
sendiri. Bantuan atau intervensi yang diberikan
The Seven Habits of Highly Effective People,
tidak sampai menghilangkan kesempatan belajar
mengatakan bahwa “jangan fokus pada apa-
anak untuk menguasai proses pemecahan
apa yang tidak bisa dijangkau, jangan fokus
masalah (Widodo, 2015). Pemberian bantuan
pada apa yang kamu pikirkan, tetapi fokuslah
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
pada apa yang dapat dijangkau dan dilakukan”.
pembelajaran
bermakna.
Terkait dengan cara pencapaian ini, Edy selalu
Pembelajaran menurut teori ini dikatakan telah
yakin bahwa seandainya anak-anak Indonesia
terjadi ketika anak sudah dapat melakukan
dikelola dengan benar dan baik pasti sukses,
tugas-tugas pembelajaran yang berada dalam
karena anak Indonesia memiliki potensi menjadi
jangkauan kemampuannya menuju kemampuan
world class (kelas dunia). Kesalahannya ada
66
yang
kurang
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
dalam pengelolaan, antara lain sistem
kompetensi yang harus dicapai anak merupakan
pendidikan, sistem pembimbingan, sistem
langkah awal dalam pembelajaran, dan
pencarian bakat, dan sistem motivasi (Edy,
merupakan komponen yang pada umumnya
2014).
ditempuh dalam setiap model pembelajaran.
Sa’id (2015) menulis ulang kata Ali bin Abi
Berdasarkan pengalaman Bill Rose di atas,
Thalib R.A. bahwa “nilai seseorang terletak pada
mengidentifikasi kemampuan awal anak harus
apa yang menjadikannya mengalami proses
menjadi langkah pertama dalam mendesain
pertumbuhan dan perbaikan”. Ia memaparkan
pembelajaran permainan adaptif bagi ABK sebab
sebuah cerita yang telah mengubah keyakinan
hasil identifikasi kemampuan awal dapat
dan menjadikannya metode untuk mengem-
dijadikan dasar dan sangat membantu guru
bangkan kepribadian dan menjadi sukses.
dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai
Dikisahkan adanya seekor kelinci yang
pada tahap berikutnya. Hal ini sesuai dengan
bersekolah dengan membawa kelebihannya
pendapat Keller (2010) bahwa pemahaman yang
dalam berlari dan meloncat, namun pihak
baik tentang karakteristik anak sangat
sekolah tidak memerhatikan kelebihan tersebut
membantu guru dalam memfasilitasi anak
dan memaksanya untuk belajar berenang.
mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu,
Sampai akhir tahun pelajaran, kelinci tidak
sesuai dengan pendapat Pribadi (2011) bahwa
mengalami kemajuan dalam berenang dan
analisis terhadap karakteristik anak meliputi
akhirnya memutuskan untuk keluar dari sekolah
beberapa aspek penting, yaitu: 1) karakteristik
dengan kemampuan lari dan meloncat yang
umum, 2) kompetensi spesifik yang telah dimiliki
biasa-biasa saja dan tidak mendapatkan hasil
anak sebelumnya, 3) gaya belajar atau learning
sedikitpun dalam belajar berenang. Burung yang
style anak, dan 4) motivasi. Pada intinya,
bertemu kelinci sekeluarnya dari sekolah
pembelajaran materi permainan harus mampu
mengatakan “saya tidak pernah melihat kamu
mengetahui sejauh mana anak mencapai
tidak masuk sekolah, seandainya selama
kemampuannya dan kemudian harus memikirkan
setahun di sekolah kamu belajar berlari dan
bahkan mempromosikan pembelajaran dan
meloncat dua jam sehari, tentu kamu akan
perkembangan anak (Bennet, dkk., 2005).
menjadi kelinci tercepat dan pelompat terjauh
Pembelajaran bagi ABK dapat dilakukan
saat ini”. Makna dari kisah ini yaitu bahwa dalam
melalui dua strategi, yaitu akomodasi dan
pengembangan kemampuan anak, tidak dimulai
modifikasi. Akomodasi merupakan penyesuaian
dari apa yang tidak bisa dilakukan dan bukan
secara wajar untuk mengajar praktik sehingga
dari apa yang tidak ada potensi dalam dirinya,
anak belajar materi yang sama, tetapi dalam
melainkan harus dari apa yang bisa dilakukan
format yang dapat diakses oleh anak. Akomodasi
dan dari potensi yang ada dalam dirinya.
dapat diklasifikasikan berdasarkan apa yang
Pengalaman Bill Rose dalam melaksanakan
hendak diubah; apakah presentasi, respon,
tugas pembelajarannya perlu dijadikan bahan
pengaturan, atau penjadwalan (David, 2007).
pertimbangan di dalam pembelajaran bagi ABK.
Akomodasi menurut Alabama State Department
Bill Rose sebagai seorang guru mengetahui
of Education (2014) merupakan perubahan yang
bahwa siswanya memiliki rasa takut gagal, dan
ditawarkan kepada siswa penyandang cacat
untuk itu dia memulai pembelajarannya dengan
untuk mengurangi dampak kecacatan dalam
“membantu mempercepat sukses”. Bill Rose lebih
lingkungan pembelajaran. Akomodasi ber-
lanjut mengatakan bahwa “sekali mereka meraih
hubungan
sukses” mereka akan mau mempelajari materi
mengurangi keterbatasan, dan menghilangkan
berikutnya (dalam Lickona, 2013). Dari
hambatan sehingga siswa dapat mencapai
pernyataan Bill Rose yang ditulis oleh Lickona
tujuan yang sama seperti teman-temannya.
tersebut terkandung makna bahwa perumusan
Akomodasi memungkinkan siswa untuk
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
dengan
mengakses
layanan,
67
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
menyelesaikan tugas yang sama seperti halnya
Keolahragaan Nasional (UU-SKN), Pasal 1 ayat
siswa lainnya, tetapi mengizinkan perubahan
11 dinyatakan bahwa olahraga pendidikan atau
tentang waktu, format, pengaturan, pen-
pendidikan jasmani merupakan pendidikan
jadwalan, respon, atau presentasi. Selain
jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai
akomodasi, modifikasi juga bisa dilakukan, yaitu
bagian proses pendidikan yang teratur dan
perubahan yang dibuat untuk isi latihan. Ketika
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,
isi latihan dimodifikasi, siswa tidak harus
kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan
mengejar standar konten yang diperlukan.
kebugaran jasmani.
Program individu untuk siswa harus dibuat
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
dengan memodifikasi konten, gradasi, dan
(2006) pendidikan jasmani olahraga dan
bentuk lain dari penilaian. Kegiatan ini benar-
kesehatan merupakan bagian integral dari
benar berubah untuk memenuhi kebutuhan unik
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
dari siswa yang berkebutuhan khusus, dan
mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
menyesuaikan untuk tugas atau tes yang
keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,
diharapkan.
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup
pembelajaran dalam pendidikan jasmani bagi
sehat dan pengetahuan lingkungan bersih
anak berkebutuhan khusus, khususnya dalam
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan
mempelajari suatu keterampilan permainan harus
kesehatan yang dirancang secara sistematis
mampu mengembangkan potensi anak yang
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
dimulai dari apa yang dapat dilakukan oleh anak
nasional. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
agar rasa mencapai sukses dapat segera
Kesehatan (PJOK) adalah mata pelajaran yang
muncul. Untuk itu, diperlukan akomodasi dan
membekali siswa dengan pengetahuan tentang
modifikasi di dalam pembelajarannya dengan
gerak jasmani dalam berolahraga serta faktor
cara menyesuaikan dan/atau mengubah materi
kesehatan yang dapat memengaruhinya,
ajar agar anak dapat mencapai tujuan
keterampilan dalam melakukan gerak jasmani
pembelajaran.
dalam berolahraga dan menjaga kesehatannya, serta sikap perilaku yang dituntut dalam
Permainan dan Pendidikan Jasmani
berolahraga dan menjaga kesehatan sebagai
Adaptif
suatu kesatuan yang utuh sehingga terbentuk
Permainan merupakan salah satu materi ajar
peserta didik yang sadar kebugaran, sadar
dalam pendidikan jasmani. Apapun jenis
olahraga, dan sadar kesehatan (Kemendikbud,
permainan yang diajarkan kepada anak
2013b).
berkebutuhan khusus diperlukan adaptasi atau
Pendidikan jasmani adaptif pada dasarnya
penyesuaian, yang disebut permainan adaptif,
sama dengan pendidikan jasmani biasa, yaitu
yaitu permainan yang telah disesuaikan atau
sebagai salah satu aspek dari seluruh proses
dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan dan
pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan
dapat dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus.
jasmani adaptif merupakan suatu sistem
Pendidikan jasmani sebagai cikal bakal
penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh
pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian
dan dirancang untuk mengetahui, menemukan
integral dari seluruh proses pendidikan yang
dan memecahkan masalah dalam ranah
bertujuan untuk perkembangan fisik, mental,
psikomotor (Winarko, 2010). Penjelasan yang
emosi, dan sosial melalui aktivitas jasmani terpilih
lebih lebih luas disampaikan oleh Auxter dkk.
untuk mencapai hasilnya (Bucher dalam
(2010), bahwa pendidikan jasmani adaptif
Dwiyogo, 2010). Undang-Undang Republik
adalah seni dan ilmu dalam mengembangkan,
Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
melaksanakan, dan memantau program
68
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
pembelajaran pendidikan jasmani yang dirancang
puannya, setiap jenis kelainan perlu melibatkan
secara cermat bagi anak penyandang cacat
dan kerja sama berbagai keahlian dan guru
berdasarkan penilaian yang komprehensif, untuk
khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian
memberikan keterampilan yang diperlukan oleh
khusus sesuai kebutuhan. Kelompok ABK yang
anak sepanjang hayat agar mendapatkan
mengalami problem dalam belajar atau tingkah
pengalaman dalam menikmati waktu luang,
laku meliputi: 1) tunagrahita (intellectual
rekreasi, dan olahraga untuk meningkatkan
disability); 2) kesulitan belajar khusus (learning
kebugaran dan kesehatan.
disability); 3) tunalaras (behavior disorders);
Dari beberapa pengertian dan penjelasan
4) anak berbakat (gifted dan talented); dan 5)
di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
tunaganda (multy handicap). Pembelajaran
jasmani adaptif adalah pendidikan jasmani yang
permainan adaptif yang dimaksudkan di dalam
telah disesuaikan atau diadaptasi agar sesuai
kajian ini lebih diarahkan kepada anak
dengan kebutuhan ABK atau penyandang cacat,
berkebutuhan khusus yang mengalami masalah
sehingga ABK memperoleh pembelajaran yang
sensorimotor, yaitu anak yang mengalami
tepat guna mengembangkan keterampilan,
kelainan pendengaran atau tunarungu (hearing
kebugaran, dan kesehatan. Berkaitan dengan
disorders), kelainan penglihatan atau tunanetra
pengembangan pembelajaran permainan adaptif
(visual impairment), dan
dalam tulisan ini, maka rancangan pem-
tunadaksa (physical disability).
belajarannya harus disesuaikan terhadap kondisi psikologis dan fisik anak penyandang cacat.
kelainan fisik atau
Setiap jenis gangguan atau masalah yang dihadapi ABK memerlukan pelayanan yang berbeda. Demikian juga dalam pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
jasmani adaptif, setiap jenis kelainan memer-
Menurut Mangunsong (2009), ABK adalah anak
lukan bentuk layanan pendidikan jasmani
yang menyimpang dari rata-rata anak normal
tersendiri. Oleh karena itu, idealnya program
dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik,
pendidikan jasmani adaptif merupakan program
fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan
layanan yang bersifat individual.
emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal di atas
Perkembangan Aktual
sejauh ia memerlukan modifikasi dalam tugas-
Kemampuan anak dalam melakukan tugas-tugas
tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan
gerak mengalami perkembangan dari waktu ke
terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengem-
waktu, setiap kali beralih pada tugas gerak yang
bangan potensi atau kapasitasnya secara
baru, anak akan mempelajarinya. Dalam
maksimal.
mempelajari tugas gerak tersebut, di dalam diri
ABK dapat dikelompokkan dalam dua
anak terdapat perkembangan aktual, yaitu tugas
kelompok besar menurut masalah yang
gerak yang sudah dapat dilakukan sendiri oleh
dihadapinya, yaitu
masalah sensorimotor dan
anak secara alami. Tugas pendidikan jasmani
belajar atau tingkah laku. Masalah sensorimotor
adalah mengantarkan anak agar dapat
terlihat dari kemampuan melihat, mendengar,
melakukan tugas-tugas gerak sesuai per-
dan bergerak, serta lebih mudah diidentifikasi
kembangannya, yang dimulai dari perkembangan
dan tidak harus memiliki masalah kemampuan
aktual sehingga anak memiliki perkembangan
intelek; sebagian anak-anak ini dapat belajar
gerak yang normal.
Kelainan
Perkembangan aktual merupakan konsep
sensorimotor dapat berupa: 1) tunarungu
perkembangan anak yang dijadikan dasar dalam
dan
bersekolah
secara
baik.
(hearing disorders); 2) tunanetra (visual
pengembangan kemampuan anak menurut teori
impairment); dan 3) tunadaksa (physical
konstruktivisme. Perkembangan aktual dijadikan
disability). Dalam pengembangan kemam-
titik tumpu untuk mengembangkan kemampuan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
69
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
anak dengan menggali perkembangan potensial,
diagnosis dokter, serta kelemahan anak
yaitu perkembangan yang dapat diraih dengan
berdasarkan hasil tes dan kepeminatan anak.
pembelajaran atau pelatihan dengan me-
Dari dua penjelasan di atas dapat
manfaatkan bantuan orang lain. Perkembangan
disimpulkan bahwa pengembangan pembelajaran
aktual ini berada dalam zona perkembangan
permainan adaptif bagi ABK tidak dapat
terdekat yang akan dikembangkan menuju
dipisahkan dengan upaya modifikasi atas suatu
perkembangan potensial (Vygotsky, 1978).
permainan sebagai materi pembelajaran. Modifikasi yang dilakukan bisa terhadap sarana-
Modifikasi Permainan Adaptif
prasarananya maupun aktivitas pembe-
APENS (Adapted Physical Education National
lajarannya. Modifikasi terhadap sarana dan
Standards) telah menetapkan 15 standar dalam
prasarana dapat dilakukan dari aspek bentuk,
pendidikan jasmani adaptif. Salah satunya
bahan, ukuran, maupun sifatnya, dimulai dari
adalah standar desain dan perencanaan
yang paling sederhana sampai dengan yang
pembelajaran sebagai standar kesembilan. Di
paling kompleks hingga yang memerlukan
dalam APENS tersebut dijelaskan bahwa desain
sentuhan teknologi modern. Modifikasi terhadap
dan perencanaan pembelajaran harus dikem-
aktivitas pembelajaran akan menghasilkan
bangkan oleh guru pendidikan jasmani adaptif
strategi, metode, dan model-model pem-
sebelum dirinya mendapatkan wewenang untuk
belajaran yang disesuaikan dengan karakteristik
memberikan layanan pembelajaran secara legal.
dan kebutuhan anak. Beberapa hasil penelitian
Desain tersebut setidaknya berisi tujuan
dan pengembangan yang relevan dengan kajian
pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan khusus
ini antara lain sebagai berikut.
yang diperlukan anak dan beberapa prinsip
Pertama, Bullock (2014) dalam disertasinya
tentang perkembangan anak, perilaku motorik,
telah menguji teori belajar observasional di kelas
ilmu tentang latihan, teori dan pengembangan
pendidikan jasmani. Hasil pengujiannya
kurikulum yang harus diterapkan dalam standar
menyatakan bahwa terjadi hubungan langsung
guna menghasilkan desain dan rencana program
antara efikasi diri (self-efficacy) dan aktivitas
pendidikan jasmani yang baik (APENS, 2008).
fisik. Para siswa yang merasa yakin tentang
Pemenuhan terhadap standar ke sembilan ini
diri dan kemampuannya untuk aktif, mereka
belum dapat dipenuhi oleh Indonesia sebab
cenderung menjadi lebih aktif. Temuan tersebut
masih banyak guru-guru yang mengajar
sesuai dengan gagasan Feltz, & Magyar, (2006)
pendidikan jasmani pada pendidikan khusus
bahwa pusat untuk navigasi pengalaman positif
belum memiliki latar belakang pendidikan
dan negatif dalam aktivitas fisik adalah efikasi
jasmani, apalagi pendidikan jasmani adaptif.
diri. Bullock juga menemukan bahwa belajar
Selain standar dalam pendidikan jasmani
observasional memiliki pengaruh yang signifikan
adaptif, terdapat faktor-faktor yang perlu
terhadap efikasi diri untuk kegiatan fisik. Hal ini
dimodifikasi dalam upaya meningkatkan
juga sesuai dengan Bandura (2012) yang
kemampuan anak. Tarigan (2008) berpendapat
menekankan bahwa anak-anak belajar efikasi
bahwa faktor-faktor yang perlu dimodifikasi agar
diri dengan mengamati teman sebaya dan guru
kemampuan anak meningkat meliputi: 1)
model di kelas. Dari hasil kajian dan kesesuaian
penggunaan bahasa; 2) membuat konsep yang
hasil terhadap temuan lainnya, Bullock
konkret; 3) membuat urutan tugas; 4)
menyimpulkan pentingnya seorang guru
ketersediaan waktu belajar; dan 5) pendekatan
pendidikan jasmani memanfaatkan teori Bandura
multisensori. Tarigan juga menjelaskan adanya
untuk mengembangkan efikasi diri dalam
beberapa
aktivitas fisik.
faktor
yang
perlu
mendapat
pertimbangan dalam menentukan jenis dan
Kedua, Amparo, dkk. (2010) dalam studinya
materi pembelajaran, yaitu rekomendasi dan
telah menganalisis penerapan model “Personal
70
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
and Social Responsibility” terhadap siswa sekolah
anak; 3) implementasi perencanaan, yakni
dasar, yang bertujuan untuk mengevaluasi
mendesain instruksional pengalaman belajar
relevansinya sebagai metode pembelajaran
berdasarkan hasil penilaian kebutuhan anak; 4)
pertanggungjawaban dan mengukur self-efficacy
pengajaran yang berfokus pada pengelolaan
siswa. Hasil studinya menunjukkan bahwa
lingkungan belajar sehingga anak mencapai
penerapan model tersebut dapat menjadi alat
materi yang telah ditargetkan; dan 5) evaluasi
pengajaran yang efektif yang dapat membantu
anak dan program. Jumlah materi yang diajarkan
guru dalam mengelola kelas dan meningkatkan
dalam ABC Model didasarkan pada jumlah waktu
perilaku bertanggung jawab bagi siswa.
yang tersedia; anak yang memiliki fungsi
Peningkatan yang signifikan terjadi dalam hal
intelektual di bawah rata-rata dan tertunda
mengatur diri dan kepercayaan diri.
perkembangannya karena cacat dapat memilih model
pendidikan jasmani dengan lebih banyak waktu
LaCortiglia (2009) yang disebut FAIER Model.
untuk menebus keterlambatan ketika ia memulai
Model ini merupakan sebuah sistem untuk
program atau mengurangi jumlah materi,
mengatur informasi dalam merancang aktivitas
sehingga sepadan dengan perkembangan dan
jasmani yang terdiri dari lima tahap, yaitu
kemampuan belajarnya. Guru harus memulai
landasan/dasar, kesadaran, pelaksanaan,
dengan menilai dan mengidentifikasi bagian
evaluasi,
(Foundation,
keterampilan yang sudah bisa dilakukan maupun
Awareness, Implementation, Evaluation, and
yang masih perlu diajarkan, dan menyiapkan
Review). Teori di balik model ini adalah self-
pembelajaran dengan memecah materi,
efficacy atau meningkatkan rasa percaya diri
mendefinisikan kriteria keberhasilan, dan
melalui kesuksesan dalam menyelesaikan tugas;
menulisnya ke dalam lembar penilaian. Fokus
aktivitas
secara
pembelajaran dalam model ini yaitu mengelola
sederhana agar tujuan yang ditetapkan memiliki
instruksi agar anak memiliki waktu pengerjaan
kemungkinan untuk dicapai oleh anak, sehingga
tugas yang tepat.
Ketiga,
hasil
dan
pengembangan
perbaikan
jasmaninya
dirancang
muncul tuntutan yang lebih tinggi dalam diri
Kelima, hasil penelitian Sun, dkk. (2012)
anak pada tahap berikutnya. Model ini
membuktikan bahwa kurikulum pendidikan
didasarkan atas prinsip bahwa yang terpenting
jasmani konstruktivisme mampu mengarahkan
adalah anak ingin datang kembali untuk
siswa sekolah dasar untuk mengontruksi
melakukan aktivitas; sekali anak memperoleh
pengetahuannya secara efektif. Faktor yang
suatu keyakinan dalam kegiatan, mereka akan
berkontribusi meliputi koherensi kurikuler dan
berharap untuk kembali. Namun sebaliknya,
penekanan pada pemberian bantuan kepada
ketika anak gagal melakukan percobaan karena
siswa untuk menginternalisasikan pengetahuan
sulitnya tugas gerak yang harus dilakukannya,
dan keterampilannya dalam kurikulum dan
maka anak akan frustasi dan tidak ada keinginan
menciptakan komunitas belajar yang benar-
untuk datang kembali.
benar berorientasi pada belajar, di mana zone
Keempat, hasil pengembangan ABC Model
of proximal development atau ZPD dapat
(Achievement-Based Curriculum Model) oleh
bermakna bagi siswa untuk memperkaya
Kelly (2011). Model ini meliputi lima komponen,
pengalaman belajar.
yaitu 1) perencanaan program yang mencakup
Keenam, hasil penelitian Kolovelonis, dkk.
pembuatan keputusan mengenai banyaknya
(2012) membuktikan bahwa siswa yang
materi yang dapat dimasukkan dalam program
menerima umpan balik sosial, mengamati
dan kapan materi tersebut harus dikuasai oleh
demontrasi pertandingan secara berulang, dan
anak; 2) penilaian yang meliputi proses
kemudian menetapkan target dan mencatat
observasi sistematis terhadap anak untuk
sendiri performansi yang hendak dicapai,
menentukan kebutuhan belajar dan kemajuan
kemampuannya dalam mendribel bola menjadi
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
71
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
lain yang lebih kompeten sebagai perancah
langsung belajar mendribel melalui pertandingan
(scaffolding) yang membantu siswa dalam
langsung.
mempelajari suatu keterampilan baru. Pelibatan
Ketujuh, hasil kajian Kolovelonis dan Goudas
orang lain ini didukung oleh hasil penelitian Sun,
(2013) dalam tinjauannya terhadap hasil
dkk. (2012) bahwa kurikulum pendidikan jasmani
penelitian Zimmerman’s yang berjudul social
konstruktivisme mampu mengarahkan siswa
cognitive models to examine self-regulated
untuk mengonstruksi pengetahuannya secara
learning in physical education menemukan
efektif karena terdapat faktor koherensi kurikuler
bahwa hasil penelitiannya mendukung efek-
dan pemberian bantuan kepada anak yang
tivitas model latihan empat tingkat perkem-
berkontribusi di dalamnya. Hasil penelitian
bangan self-regulation. Menurut model ini, siswa
Kolovelonis, dkk. (2012) juga mendukung
belajar keterampilan motorik dan olahraga
perlunya pelibatan orang lain. Anak yang
secara efektif ketika mereka melakukan
mengamati pertandingan orang lain secara
pengamatan secara seksama dan berurutan,
berulang akan mendapatkan umpan balik
bertanding, penguasaan diri, dan pembelajaran
sehingga dia menjadi lebih terampil dibandingkan
mandiri.
dengan anak yang belajar keterampilan melalui pertandingan secara langsung. Kolovelonis dan
METODE
Goudas (2013) yang melakukan tinjauan
Pengembangan pembelajaran permainan adaptif
terhadap kajian Zimmerman’s juga mendukung
dalam artikel ini dilakukan dengan metode kajian
hal tersebut; siswa dapat belajar keterampilan
pustaka. Pustaka utama yang dijadikan acuan
motorik dan olahraga secara efektif ketika
yaitu teori belajar kognisi sosial dan konstruk-
mereka melakukan pengamatan secara seksama
tivisme, dan didukung oleh temuan-temuan hasil
yang berarti melibatkan siswa atau orang lain
penelitian dan pengembangan sebelumnya.
sebagai objek atau model sukses.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, dilakukan
Persamaan kedua antara teori kognisi sosial
analisis untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu
dan konstruktivisme dalam implementasi
adanya peran permainan adaptif dalam
pembelajaran permainan adaptif adalah
mengatasi permasalahan psikis ABK; dan peran
dijadikannya kepercayaan diri (self efficacy)
model pembelajaran permainan adaptif berbasis
sebagai titik tumpu utama bagi keberhasilan
perkembangan aktual dalam meningkatkan
siswa dalam mempelajari suatu keterampilan
keberanian dan kepercayaan diri ABK untuk
baru. Kepercayaan diri sebagai aspek penting
mencoba suatu keterampilan baru.
bagi keberhasilan anak, mendapat dukungan dari Bandura (1986), Bullock (2014), LaCortiglia
HASIL DAN PEMBAHASAN
(2009), Feltz dan Magyar (2006), dan Amparo,
Peran Permainan Adaptif dalam
dkk. (2010). Hal ini mempunyai makna bahwa
Mengatasi Permasalahan Psikis ABK
para guru dituntut untuk memunculkan
Terdapat persamaan antara teori kognisi sosial
kepercayaan diri anak pada awal pembelajaran
dan konstruktivisme dalam implementasi
permainan adaptif. Pemunculan kepercayaan diri
pembelajaran permainan adaptif. Persamaan
dilakukan dengan cara memunculkan keber-
pertama adalah perlunya pelibatan orang lain
hasilan atau pengalaman positif pada awal
dalam proses belajar. Teori kognisi sosial
pembelajaran sebab pengalaman positif dapat
memerlukan siswa atau pihak lain agar berperan
mendukung anak untuk terus melakukan
sebagai model sukses dan persuasi sosial yang
aktivitas pada tahap berikutnya (Feltz dan
dapat memotivasi siswa melakukan suatu
Magyar, 2006; Bandura dalam Feltz dan Magyar,
permainan dan mencapai keberhasilan. Demikian
2006; Li, dkk.,2007; LaCortiglia, 2009; dan
pula, teori konstruktivisme memerlukan orang
Martens, 2012). Teori konstruktivisme mengan-
72
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
jurkan agar keberhasilan atau pengalaman
yang ditemukan dari hasil kajian pustaka di atas
sukses dapat segera muncul, pembelajaran
sudah cukup untuk memberikan panduan dalam
harus dimulai dari perkembangan aktual anak.
pengembangan pembelajaran permainan adaptif.
Menurut ahli lainnya, hal tersebut diistilahkan
Pembelajaran permainan yang dikembangkan
dengan mengajar dari apa yang telah dapat
mengikuti prinsip-prinsip tersebut dapat
dilakukan oleh siswa bukan dari yang belum
menghasilkan pembelajaran permainan adaptif
dapat dilakukan (Lickona, 2013; Edy, 2014; dan
yang dapat mengatasi masalah psikis ABK,
Sa’id, 2015).
terutama kurangnya keberanian dan keyakinan
Dari kajian pustaka di atas diperoleh prinsip-
diri ABK untuk mencoba suatu permainan. Namun
prinsip pengembangan pembelajaran permainan
demikian, dalam praktik akan mengalami kendala
adaptif. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1)
yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi
kesesuaian materi pembelajaran, yaitu target-
guru pendidikan jasmani adaptif. Fakta di
target pembelajaran dicapai dengan mengem-
lapangan
bangkan pembelajaran melalui proses akomodasi
Wihandoko (2010) menunjukkan bahwa
dan modifikasi atau penyesuaian lainnya agar
pemahaman guru mengenai konsep pendidikan
materi pembelajaran sesuai dengan jenis
jasmani masih kurang sehingga guru belum
kecacatan maupun kemampuan gerak anak; 2)
optimal dalam memfasilitasi anak berkebutuhan
mempercepat kesuksesan, yaitu pembelajaran
khusus, memodifikasi permainan, melaksanakan
yang dapat segera memunculkan keberhasilan
pembelajaran, dan mengevaluasi. Hasil survei
pada diri anak, dan oleh karena itu pengem-
yang dilakukan Gunawan (2014) memperkuat
bangan kemampuan harus dimulai dari apa yang
hal ini, yaitu guru penjas adaptif yang latar
dapat dilakukan oleh anak; 3) berani mencoba
belakang pendidikannya bukan pendidikan
dan mau mengulang, yaitu mengutamakan
jasmani adaptif, kinerja dalam proses belajar
munculnya keberanian anak untuk mencoba dan
mengajarnya lebih rendah dibandingkan dengan
mengulang praktik permainan yang diajarkan;
yang berlatar belakang pendidikan jasmani
4) rasa nyaman, yaitu bahwa pembelajaran yang
adaptif. Padahal, di Indonesia masih banyak
diberikan memberikan rasa nyaman dan anak
sekolah luar biasa (SLB) yang tidak memiliki guru
menikmati atas permainan yang sedang
penjas adaptif.
sebagaimana
ditemukan
oleh
dipelajarinya; 5) pembelajaran bermakna, yaitu
Peningkatan keyakinan atau efikasi diri bagi
pembelajaran yang dilakukan mampu meng-
ABK melalui pembelajaran permainan adaptif
antarkan anak dari satu titik kemampuan ke
harus diupayakan secara khusus sebab
titik kemampuan berikutnya, atau memasuki
peningkatan efikasi diri pada anak normal juga
zona perkembangan terdekat (zone of proximal
memerlukan upaya khusus. Penelitian Hortz dan
development atau ZPD) yaitu dari per-
Petosa (2008) membuktikan pernyataan ini.
kembangan aktual menuju ke perkembangan
Dalam penelitiannya, Hortz dan Petosa
potensial.
menerapkan program Planning to Be Active (PBA)
Kembali kepada masalah kajian yang
yang di dalamnya terdapat latihan dengan
pertama, “apakah permainan adaptif dapat
intensitas sedang. Instruksional yang telah
mengatasi permasalahan psikis ABK, terutama
dibuat adalah mengenai target pengajaran,
berkaitan dengan kurangnya keberanian dan
rencana strategis, dan pemantauan diri yang
keyakinan diri ABK untuk mencoba suatu
dibuat untuk pengembangan variabel regulasi
keterampilan baru?” Jawabnya, bisa. Syaratnya
diri ( self-regulation). Instruksi tentang
permainan tersebut harus dimodifikasi mengikuti
bagaimana anak menetapkan, mengevaluasi,
ketentuan-ketentuan atau sesuai dengan teori
dan mengembangkan lingkungan sosialnya guna
dan hasil-hasil kajian di atas. Prinsip-prinsip
mendukung keberhasilan aktivitas fisiknya dibuat
pengembangan pembelajaran permainan adaptif
untuk pengembangan variabel situasi sosial
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
73
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(social situation). Hasilnya, kemampuan self-
percaya diri melalui kesuksesan dalam
regulation dan situasi sosial anak meningkat.
menyelesaikan tugas, dan aktivitas per-
Namun variabel efikasi diri (self-efficacy) dan
mainannya dirancang sederhana agar tujuan
harapan terhadap hasil tidak berubah secara
yang ditetapkan memiliki kemungkinan dicapai
signifikan. Tidak meningkatnya efikasi diri dan
oleh ABK menuju capaian yang lebih tinggi.
harapan terhadap hasil tersebut dikarenakan
Martens (2012) berpendapat bahwa sukses
tidak dibuat instruksional secara khusus untuk
dalam melakukan suatu kegiatan memberikan
mencapai keduanya. Berdasarkan hasil penelitian
pengalaman positif dan insentif langsung kepada
ini Hortz dan Petosa menyarankan agar
anak untuk berpartisipasi lebih lanjut dalam
meninjau dan merevisi untuk menentukan cara
aktivitas. Marten juga mengatakanbahwa ketika
terbaik dalam memperkuat pengalaman belajar
anak-anak diminta untuk berpartisipasi dalam
yang menargetkan self-efficacy dan harapan
suatu kegiatan yang sebelumnya mereka tidak
terhadap hasil.
memiliki keterampilan untuk melakukannya, mereka akan menemui kegagalan dan melihat
Peran Model Pembelajaran Permainan
tugas tersebut sebagai hal yang sulit untuk
Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual
dicoba dan direproduksi. Namun sebaliknya, anak
dalam Meningkatkan Keberanian dan
akan melindungi dirinya dan tidak cenderung
Kepercayaan Diri ABK untuk Mencoba
untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan ketika
Suatu Keterampilan Baru
ia telah memiliki pengalaman negatif. Alasan
Model permainan adaptif berbasis perkembangan
kedua, ABC Model memberikan alternatif pilihan
aktual merupakan model pembelajaran yang
kepada ABK berkaitan dengan jumlah materi
penyajian materinya dimulai dari keterampilan
pelajaran dan durasi pengerjaannya. ABK dapat
yang sudah dapat dilakukan sendiri oleh ABK
memilih program dengan waktu yang lebih lama
tanpa bantuan orang lain dan ABK akan belajar
guna menebus keterlambatannya dalam memulai
meningkatkan keterampilannya melalui bantuan
program atau mengurangi jumlah materi
orang lain yang disebut dengan perkembangan
sehingga sesuai dengan perkembangan dan
potensial. Model permainan adaptif merupakan
kemampuan belajarnya. Penyesuaian yang
model pembelajaran bagi ABK yang telah
demikian menandakan bahwa ABC Model sesuai
disesuaikan dari aspek sarana dan prasarana
dengan teori konstruktivisme, terutama
dan aktivitas pembelajarannya (APENS, 2008;
berkaitan dengan konsep zona perkembangan
Tarigan 2008). Penyesuaian dapat dilakukan
terdekat (zone of proximal development/ZPD).
melalui akomodasi dan modifikasi; penyesuaian
Dari dua alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dari aspek sarana dan prasarana dapat
kedua model tersebut telah menerapkan atau
dilakukan dari yang paling sederhana sampai
berbasis pada perkembangan aktual ABK dan
yang kompleks, sedangkan penyesuaian dalam
dapat meningkatkan keberanian dan keper-
aspek aktivitas pembelajaran memerlukan
cayaan diri ABK untuk mencoba keterampilan
penyusunan model pembelajaran yang sesuai
yang baru.
dengan kebutuhan ABK.
Model pembelajaran permainan adaptif
Dua model pembelajaran pendidikan jasmani
berbasis perkembangan aktual seperti FAIER
adaptif yang disajikan di dalam kajian pustaka,
Model dan ABC Model secara konsep dan teori
yakni FAIER Model oleh LaCortiglia (2009) dan
telah mampu meningkatkan keberanian dan
ABC Model oleh Kelly (2011) merupakan model
kepercayaan diri ABK untuk mencoba ke-
yang sesuai dengan ketentuan dalam teori
terampilan yang baru. Namun demikian, dalam
kognisi sosial dan konstruktivisme. Alasan
implementasinya masih memerlukan panduan
pertama adalah FAIER Model menekankan
atau langkah-langkah yang lebih operasional
pentingnya self efficacy atau peningkatan rasa
agar pembelajaran yang dilakukan dapat
74
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
memunculkan keberanian dan kepercayaan diri
tingkat perkembangan aktual ABK yang di
ABK. Terdapat beberapa langkah yang harus
dalamnya terdapat kemampuan awal melakukan
ditempuh dalam pengembangan pembelajaran
suatu permainan baik secara keseluruhan
permainan adaptif berbasis perkembangan
maupun per bagian tanpa dibantu orang lain.
aktual, mulai dari menilai kemampuan ABK
Dari sinilah nantinya pembelajaran akan dimulai
sebagai langkah pertama, dilanjutkan membuat
dan selanjutnya dilakukan akomodasi dan
rencana pembelajaran secara lengkap dan
modifikasi terhadap materi pelajaran agar
terperinci mulai dari tujuan yang hendak dicapai,
merangsang dan menimbulkan minat anak untuk
bentuk permainan yang hendak dikembangkan,
mencoba meningkatkan kemampuannya.
cara pelaksanaan dan implementasi, dan sampai dengan teknik evaluasi yang digunakan.
Langkah pertama ini perlu dilakukan dan sudah seharusnya dijadikan urutan pertama. Hal
Satu kritik yang perlu diberikan terhadap
ini dimaksudkan agar pengembangan pem-
ABC Model adalah menempatkan perencanaan
belajaran pada tahap berikutnya sesuai dengan
program pada urutan pertama. Perencanaan
kebutuhan dan kemampuan ABK. Satu hal yang
program dalam ABC Model bertujuan untuk
perlu diperhatikan dalam langkah awal ini yaitu
membuat keputusan tentang banyaknya materi
adanya kesesuaian antara unsur yang dinilai
yang dapat dimasukkan ke dalam program dan
dengan domain yang hendak dikembangkan
penentuan waktu kapan materi tersebut harus
dalam pembelajaran (Bandura, 1986).
dikuasai oleh ABK. Hal ini akan sulit dilaksanakan,
Langkah kedua, akomodasi dan modifikasi.
sebab perencanaan program dalam permainan
Setelah diketahui berbagai tingkat kemampuan
adaptif sangat tergantung dari kemampuan dan
ABK, guru harus segera melakukan akomodasi
perkembangan keterampilan ABK. Oleh karena
yaitu melakukan penyesuaian secara wajar agar
itu, agar kemampuan dan perkembangan ABK
ABK mempelajari materi yang sama dengan
dapat dijadikan dasar dalam perencanaan
format yang dapat diakses oleh semua anak,
program, urutan pertama dalam pengembangan
dan modifikasi yaitu mengubah untuk menye-
model pembelajaran permainan adaptif adalah
derhanakan materi, tingkat kesulitan, tingkat
melakukan assesment atau penilaian awal
capaian, aspek dan cara penilaian, dan aspek
terhadap kemampuan ABK. Hal ini sesuai dengan
lain dari kurikulum.
prosedur yang diterapkan oleh Alabama State
Langkah ketiga, implementasi. Guru harus
Department of Education (2014) dimana guru
mengembangkan kemampuan awal ABK dengan
pendidikan jasmani harus menilai anak sebelum
melihat unsur keterampilan yang belum secara
menulis setiap tujuan atau sasaran. Penilaian
baik dilakukan oleh ABK. Instruksional
ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan
pembelajaran yang fokus pada komponen-
kelemahan anak dalam keterampilan motorik,
komponen tertentu harus dibuat dan informasi
keterampilan olahraga, dan kebugaran. Ber-
tersebut dimanfaatkan untuk membimbing ABK
dasarkan hasil penilaian tersebut, tujuan jangka
dalam pembelajaran.
panjang dan tujuan jangka pendek ditetapkan
Langkah keempat, pengajaran. Lingkungan
untuk dapat langsung menyentuh atau
dikelola untuk terjadinya pembelajaran yang
berhubungan dengan keseluruhan siswa.
diinginkan dan pembelajaran dilakukan ber-
Untuk memberikan gambaran yang lebih
dasarkan hasil tes awal. Identifikasi komponen
jelas dalam mengimplementasikan model
perencanaannya merupakan proses yang
permainan adaptif berbasis perkembangan
dinamis untuk membuat perubahan agar ABK
aktual, berikut ini diuraikan langkah-langkah
dapat belajar lebih maksimal. Fokus pembe-
pengembangan pembelajaran permainan adaptif.
lajarannya adalah mengelola instruksi agar anak
Langkah pertama,melakukan assesment atau
memiliki waktu pengerjaan tugas yang tepat
penilaian awal sebagai langkah untuk mengetahui
sesuai kebutuhannya. Fokus keterampilan yang
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
75
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
akan dipelajari harus dijelaskan, dan umpan balik
dan ‘merasa nyaman melakukan permainan’
harus diberikan. ABK harus dimotivasi untuk
dijadikan tujuan akhir. Tujuan lainnya, seperti
fokus pada poin atau bagian dari suatu gerakan
anak menjadi bugar secara motorik maupun fisik
secara utuh yang sudah diidentifikasi, diberikan
dan memiliki keterampilan gerak untuk digunakan
isyarat instruksional yang relevan, dan
sepanjang hayat merupakan dampak lebih lanjut
kesempatan yang cukup untuk mencoba.
yang akan dicapai ketika mereka sudah merasa
Langkah kelima, evaluasi. Evaluasi dilakukan
nyaman. Bahkan, hal ini secara otomatis akan
terhadap ABK dan program. Perkembangan ABK
berkembang ketika anak mau mencoba dan
dalam mencapai konten program harus
mengulanginya. Penekanan target berupa ‘anak
dievaluasi dan dapat dijelaskan secara rinci. Oleh
mau mencoba melakukan permainan dan
karena itu, semua data dari ABK harus dicatat
mengulanginya’ ini diwujudkan dengan mem-
pada lembar penilaian untuk masing-masing
berikan pengalaman sukses dengan segera
materi dan tujuan. Laporan kemajuan ABK harus
kepada ABK. Hal ini sesuai dengan pendapat
disampaikan kepada orangtua agar menjadi
para ahli dan didukung oleh pengalaman praktik
dokumen yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan
di lapangan. Misalnya, Bill Rose dalam Lickona
jangka panjang selanjutnya. Evaluasi program
(2013) yang memulai pembelajarannya dengan
harus
mengenai
“membantu mempercepat sukses” agar mau
efektivitas instruksi yang sudah disusun dan
mempelajari materi berikutnya. Martens (2012)
keterlaksanaan rencana program sesuai jadwal
yang menyatakan bahwa pengalaman positif
yang telah ditentukan. Semua informasi harus
dapat menjadi insentif bagi anak untuk
dapat diperoleh dalam lembar penilaian. Evaluasi
berpartisipasi lebih lanjut dalam aktivitas.
terhadap anak unit analisisnya adalah masing-
Bandura dalam Feltz dan Magyar (2006) yang
masing anak, yaitu keberhasilan pada setiap
mengusulkan agar anak memperoleh informasi
poin dan keseluruhan poin, dan evaluasi program
tentang keyakinan dirinya berasal dari prestasi
unit analisisnya diperluas pada unit kelas,
kinerja mereka, dan hasil penelitian Li, dkk.,
beberapa kelas, bahkan sekolah.
(2007) yang membuktikan adanya hubungan
menemukan
informasi
Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan
antara pengalaman sebelumnya dengan
pembelajaran permainan adaptif yang ditemukan
pencapaian prestasi dan persepsi akan sulitnya
di dalam kajian pustaka, dan agar Model
suatu tugas.
permainan adaptif
berbasis perkembangan
aktual dapat meningkatkan keberanian dan
SIMPULAN DAN SARAN
kepercayaan diri ABK untuk mencoba suatu
Simpulan
keterampilan baru, maka model pembelajaran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
permainan adaptif hendaknya menekankan pada
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, per-
perencanaan fungsional di lapangan dengan
masalahan psikis ABK berupa keberanian dan
target atau tujuan utamanya adalah ’anak mau
kepercayaan diri untuk mencoba suatu
mencoba melakukan permainan dan meng-
keterampilan baru di dalam pembelajaran
ulanginya’ sehingga timbul rasa nyaman. Hal ini
pendidikan jasmani dapat diatasi dengan
didasarkan atas pertimbangan bahwa anak yang
menerapkan permainan yang telah dimodifikasi
mengalami kelainan fisik maupun mental,
yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus
permasalahan utamanya adalah masalah mental
ABK, yang disebut dengan permainan adaptif.
atau psikis. Dikarenakan kondisi yang ada dalam
Dalam memodifikasi permainan tersebut dapat
dirinya, mereka merasa kurang percaya diri dan
memanfaatkan teori kognisi sosial dan kon-
takut gagal sehingga tidak mau mencoba.
struktivisme, khususnya pemanfaatan konsep
Oleh karena itu, ‘mau mencoba dan
efikasi diri dan zona perkembangan terdekat
mengulang kembali’ perlu dijadikan tujuan antara
beserta perancahnya. Bentuk nyata dari
76
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
pemanfaatan teori kognisi sosial dan konstruk-
ABK dalam mempelajari keterampilan baru.
tivisme dalam pengembangan permainan adaptif
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tersebut adalah pelibatan orang lain sebagai
model permainan adaptif berbasis kemampuan
model sukses dan perancah untuk membantu
aktual dapat meningkatkan keberanian dan
ABK mempelajari keterampilan yang baru, serta
kepercayaan diri ABK.
pembelajaran yang dimulai dari keterampilan yang sudah dapat dilakukan oleh ABK secara
Saran
mandiri. Dengan memodifikasi suatu permainan
Mengacu pada simpulan, disarankan beberapa
menjadi permainan adaptif berdasarkan teori
hal sebagai berikut. Pertama, untuk mengatasi
kognisi sosial dan konstruktivisme dapat
permasalahan psikis yang dihadapi ABK, yaitu
menjadikan permainan tersebut mudah dipelajari
kepercayaan diri dan keberanian untuk mencoba
sehingga memunculkan keberanian dan
suatu permainan, disarankan agar guru
kepercayaan diri ABK. Kedua, model pembe-
pendidikan jasmani adaptif mengaplikasikan teori
lajaran permainan adaptif berbasis perkem-
kognisi sosial dan konstruktivisme secara
bangan aktual merupakan model pembelajaran
bersama-sama dalam mengembangkan pem-
yang disusun berdasarkan konsep zona
belajarannya secara tuntas. Dalam pengem-
perkembangan terdekat yang memulai pem-
bangan pembelajaran tersebut, disarankan agar
belajaran dengan melakukan assesment atau
dilakukan modifikasi terhadap materi ajar dan
penilaian awal untuk mengetahui kemam-puan
aktivitas pembelajarannya dengan tujuan agar
awal ABK dan dilanjutkan dengan empat langkah
anak mau mencoba dan percaya diri, sehingga
berikutnya, yaitu akomodasi dan modifikasi,
anak merasa nyaman melakukan permainan yang
implementasi, pengajaran, dan evaluasi. Dengan
diajarkan. Kedua, assesment atau penilaian
diketahuinya kemampuan awal, pembelajaran
awal terhadap keterampilan ABK perlu dijadikan
dimulai dari apa yang telah dapat dilakukan ABK
langkah pertama di dalam pengembangan model
sehingga keberhasilan dapat segera dirasakan.
permainan adaptif berbasis perkembangan
Munculnya keberhasilan dengan segera ini dapat
aktual.
menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada peneliti Subijanto yang telah dengan tekun mengarahkan, membimbing, dan memberi masukan yang konstruktif dalam proses penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini.
PUSTAKA ACUAN Adapted Physical Education National Standards(APENS). 2008. 15 Standards of Specialized Knowledge. http://www.apens.org/15standards.html. diakses 18 Desember 2014. Alabama State Department of Education. 2014. Alabama Adapted Physical Education and 504 Process State Guidelines.Montgomery, Alabama 36104. Amparo, E., Gutiérrez, M., Pascual, C., & Liopis, R. 2010. Implementation of the Personal and Social Responsibility Model to Improve Self-Efficacy during Physical Education Classes for Primary School Children. International Journal of Psychology and Psychological Therapy. 2010, 10 (3), hlm. 387-402 Auxter, D., Pyfer, J., Zittel, L., & Roth, K. (Ed.). 2010. Principles and Methods of Adapted Physical Education and Recreation. New York, NY: McGraw-Hill.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
77
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Bandura, A. 2012. On The Functional Properties of Perceived Self-efficacy Revisited. Journal of Management, 38 (1) hlm. 9-44. Bandura, A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Bennett, N., Wood, L, & Rogers, S. 2005. Teach Through Play. Teacher througf Play (terjm.) Grasindo. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Bullock, C.G. 2014. The Influence of Observational Learning on Self-reported Physical Activity, Self-efficacy for Physical Activity, and Health-related Fitness Knowledge for Physical Activity” Dissertations. University of Southern Mississippi. David, 2007. ÿþAssessment for Disabled Students: an International Comparisonÿþ (Report), Pepper, 25 September 2007, UK: Ofqual’s Qualifications and Curriculum Authority, Regulation & Standards Division Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2014. Sekolah Harus Cari 225 Ribu ABK yang Belum Terlayani Pendidikan. SPIRIT, Edisi 72, Tahun X. Dwiyogo. W. 2010. Dimensi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Edy, A. 2014. Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak. Jakarta: Noura Books. Feden, P., & Vogel, R. 2006. Education.New York: McGraw-Hill. Feltz, D., & Magyar, T. 2006. Self-efficacy and Adolescents in Sport and Physical Activity. In F. Pajares & T. Urdan (Eds.), Self-efficacy Beliefs of Adolescents. Greenwich, CT: Information Age Publishing Gunawan, F. 2014. Survei Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Sekolah Dasar Luar Biasa Se-Kabupaten Gunungkidul. ACTIVE Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations, 3 (2), hlm. 916-921. Hortz, B., & Petosa, R.L., 2008. Social Cognitive Theory Variables Mediation of Moderate Exercise. American Journal Health Behavior. 32 (3), hlm.305-314. Keller, J.M.2010. Motivational Design for Learning and Performance: the ARCS Model Approach. London: Springer. Kelly, L.E. 2011, Designing and Implementing Effective Adapted Physical Education Programs. Sagamore Publishing LLC, 1807 N. Federal Dr, Urbana, IL 61801. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a. Pengkajian Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Anak Berkelainan). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013b. Buku Guru, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Jakarta. Kolovelonis, A., Goudas M., Hassandra, M., & Dermitzaki, I. 2012. Self-regulated Learning in Physical Education: Examining The Effects of Emulative and Self-Control Practice. Psychology of Sport and Exercise,13(4), hlm.383-389. Kolovelonis A. & Goudas, M. 2013. The Development of Self-Regulated Learning of Motor and Sport Skill in Physical Education: a Review. Hellenic Journal of Psychology, 10, hlm. 193210. LaCortiglia, M. 2009, ‘Adaptive Physical Education’ [online], Perkins School for the Blind, Massachusetts,USA.http://support.perkins.org/site/
78
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
PageServer?pagename=WebcastsAdaptive_PE_ Matt_ LaCortig lia, diakses 9 September 2013. Li, W., Lee, A., & Solmon, M. 2007. The Role of Perceptions of Task Difficulty in Relation to SelfPerceptions of Ability, Intrinsic Value, Attainment Value, and Performance. European Physical Education Review, 13(3), hlm. 301-318. Lickona, T. 2013. Educating for Character Mendidik untuk Membentuk Karakter Bagaimana Sekolah Dapat Mengajakan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Jakarta: PT Bumi Aksara. Martens, R. 2012. Turning Kids on to Physical Activity for a Lifetime. Quest, 48(3), hlm.303-310. Mangunsong. F. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: LPSP3 UI. Peterson, M., Lawman, H., Wilson, D., Fairchild, A., & Van Horn, M. 2012. The Association of Self-Efficacy and Parent Social Support on Physical Activity in Male and Female Adolescents. Health Psychology, 32(6), hlm.666-674, doi: 10.1037/a0029129. Pribadi, B.A. 2011. Model Assure untuk MendesainPembelajaran Sukses. Jakarta: Dian Rakyat. Sagala, S. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sa’id, M.A. 2015.Mendidik Remaja Nakal. Yogyakarta: Semesta Hikmah Tarigan, B. 2008. Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Jurusan Pendidikan Olahraga. Sumiswan. Pembaharuan dalam Penjas Adaptif. http://sumiswan.wordpress.com/pembaharuandalam-penjas-adaptif/, diakses 9 April 2014 Sun, H., Chen, A., Zhu, X., & Ennis, C.D. 2012. Learning Science-Based Fitness Knowledge in Constructivist Physical Education. The Elementary School Journal, 113 (2), hlm. 215-229. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Vygotsky, L. S. 1978. Mind in Society The Development of Higher Psychological Processes. London: Harvard University Press Yohanes, R. S. 2010. Teori Vygotsky dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Widya Warta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 34 (2), hlm. 134 Wihandoko, D. 2012. Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Dasar Penyelenggara Program Inklusi. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Widodo. 2015. Identifikasi Kesiapan Belajar Motorik Anak Usia Dini (4-5 tahun), Yogyakarta: Azzagrafika. Winarko, R.A 2010. Penjas Adaptif, http://rahmanariwinarko. blogspot. com/2010/12/penjasadaptif.html, diakases 9 April 2014.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016
79
Widodo, Pengembangan Pembelajaran Permainan Adaptif Berbasis Perkembangan Aktual Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
80
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 1, April 2016