PENGEMBANGAN MPASI BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY): EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN MOTORIK BAYI GIZI KURANG
TRINA ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan MP-ASI Pupae-Mulberry (Pury): Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan
Motorik Bayi
Gizi Kurang adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, November 2009
Trina Astuti NIM A561050021
ABSTRACT TRINA ASTUTI. Complementary food development based on pupae-mulberry (Pury): Efficacy on the response to growth and motor development among undernourished infants. Supervised by CLARA M. KUSHARTO, HARDINSYAH and AGUS FIRMANSYAH. Proper complementary feeding is well recognized as necessary to ensure optimal growth and development during the early years. The aim of the study is to develop Pury-formula and to analyze the efficacy of it on physical growth and motor development of undernourished infants aged 6-to 12- months. The study was a randomized community controlled trial with an intervention period of 3 months. It was approved by Medical Research Ethics Committee, Faculty of Medicine, University of Indonesia. Seventy infants were randomly assigned to either the Pury Group (PG=36) or Commercial group (CG=34). Main outcome measures were mean changes in weight, length and head circumference; mean changes in WAZ, HAZ, WLZ and HCZ; change in fine and gross motor development scores. After 3 months supplementation, there were significant change within the two groups in weight and length. The effect of the intervention positively and statistically significant on the anthropometric indices (LAZ, WLZ, HCZ) but no signific ant effect on WAZ. The intervention also significantly effect on the change in motor development score (16.8±13.7 in PG and 15.7± 14.2 in CG; p<0.05). The logistic regression model showed that both Pury-formula and commercial-formula have the same effect on growth and motor development among undernourished infants. Pury-formula is effective to be used as an alternate complementary food. Keyword: Pury, complementary food, undernourished infants,growth development , motor development.
RINGKASAN TRINA ASTUTI. Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury): Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang. Dibimbing oleh CLARA M KUSHARTO, HARDINSYAH, AGUS FIRMANSYAH. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal (Myers,1992 dan Sentika, 2005). Keadaan gizi kurang pada awal kehidupan anak mempunyai konsekuensi yang serius yaitu tingginya angka kesakitan dan risiko kematian, yang berdampak pada perkembangan syaraf mental yang buruk, ketahanan dan kapasitas kerja (Gillespie and Haddad, 2001). Bayi yang kurang gizi khususnya wanita secara efektif menimbulkan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi dari generasi ke generasi dan dapat berkontribusi terhadap siklus intergenerasional (UNS-SCN, 2004). Teluknaga merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tangerang Banten dengan prevalensi gizi kurang pada anak balita sebesar 20.5%, anak pendek 31.6% dan anak kurus 17.2% (Puskesmas Teluknaga, 2009) yang dikategorikan sebagai daerah dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis yang harus segera ditangani (The World Bank, 2006). Penyebab langsung timbulnya masalah gizi karena tidak cukup asupan energi dan protein, adanya infeksi yang dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak tepat (UNICEF, 1997) yang erat kaitannya dengan praktek pemberian makanan pendamping ASI yang buruk (Pojda and Kelley, 2000). Pupae (selanjutnya disebut pupa) adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera dan telah dimanfaatkan di Negara Asia Selatan (Singhal et al, 2001) namun masih belum berkembang pemanfaatannya di Indonesia. Pupa dari ulat sutera daun Mulberry yang diolah menjadi tepung selanjutnya disebut PURY sebagai pangan yang mempunyai keunggulan terutama protein dengan asam amino esensial maupun non-esensial, kandungan asam lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak, dan berpotensi sebagai alternative bahan MPASI (Astuti dan Kusharto, 2009). Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan alternatif MPASI berbasis Pupae-Mulberry (PURY) dan menilai manfaat kesehatan terhadap laju pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi gizi kurang usia 6-12 bulan. Studi dengan rancangan eksperimental murni teracak buta tunggal (randomized community controlled trial, single-blind) yang telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta nomor 109/PT02.FK/ETIK/2008, dilaksanakan di Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang Banten, Maret 2008 Sampai dengan Februari 2009. Studi pendahuluan telah dilakukan sejak Juli 2007 di laboratorium percobaan makanan Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB untuk persiapan, pengembangan, produksi dan analisis MPASI; studi pada hewan percobaan di laboratorium percobaan hewan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di Bogor. Produk MPASI yang digunakan ada dua jenis yaitu formula-Pury dan formula komersial disediakan secara cuma-cuma selama 3 bulan, dengan dosis harian @ 120 gram per bungkus.Produk komersial yang
digunakan adalah produk yang sudah dikenal dan biasa dikonsumsi masyarakat setempat. Data yang diukur mencakup asupan energi dan protein, status zinc, T4 dan TSH serum, antropometri tubuh (berat dan panjang badan serta lingkar kepala) dan perkembangan motorik. Analisis perbedaan antar kelompok perlakuan dilakukan dengan ANOVA dan t-test, sedangkan untuk analisis faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan motorik digunakan persamaan regresi logistik ganda. Jumlah contoh bayi minimal ditetapkan dengan asumsi a=5%, power of test=80%, perubahan berat minimal yang diinginkan 350 gram dengan standar deviasi dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 490 gram dan 520 gram (Sunaryo, 2005). Dengan perkiraan drop-out 10%, maka diperoleh jumlah contoh sebanyak 36 bayi per perlakuan. Kriteria inklusi adalah bayi usia 67 bulan tinggal di wilayah Kecamatan Teluknaga, dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang, tanpa komplikasi klinis dan orang tua bayi bersedia bayinya disertakan dalam penelitian sampai selesai dengan menandatangani formulir persetujuan (informed consent). Contoh dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan random desa yaitu kelompok perlakuan MPASI- Pury (Pury Group,PG) dan kelompok komersial atau MPASI-komersial (Commercial Group,CG) yang masing-masing berjumlah 36 dan 34 bayi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada karakteristik maupun status kesehatan dan imunisasi bayi, serta sosial ekonomi keluarga, kecuali usia pemberian MPASI lebih awal pada PG (3.8 ±1.8) dibanding CG (4.7 ± 1.8). MPASI-Pury termasuk makanan yang sehat, aman dikonsumsi dan mempunyai kelebihan dalam kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral. Nilai protein efficiency ratio (PER) 3.14 mendekati nilai PER telur yaitu 3.92 (Brody, 1999). Kandungan asam amino pada formula Pury menguntungkan bagi tumbuh- kembang bayi, termasuk asam amino esensial yang umumnya terbatas pada makanan yaitu lysine, methionine, threonine dan tryptophan. Kandungan asam lemak linoleat dalam MPASI-Pury sebesar 1.8 gram menyumbang 3.8 % terhadap total asupan energi sehari dari MPASI dan sesuai dengan anjuran bagi bayi usia 6-24 bulan (Kim, 2000; WHO, 1998), yang tidak terdapat pada produk komersial. Studi percobaan pada hewan tikus strain Spraque dawley yang dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan ransum makanan yang diberikan yaitu ransum formula: komersial, Pury dan standar, menunjukkan peningkatan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus kelompok Pury cenderung lebih baik dibanding kelompok komersial. Studi efikasi pada bayi gizi kurang usia 6-12 bulan diperoleh rata-rata asupan sehari untuk energi dan protein adalah 619±193 kkal dan 20.6±7.6 gram, bayi PG lebih tinggi dibanding CG (650±192 vs 586±191 kkal dan 23.5±6.7 vs 17.4±7.3 g). Tingginya asupan energi dan protein seiring dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI yaitu PG sedikit lebih tinggi dibanding CG (93.3±7.4% vs 91.6±11.7%). Uji korelasi Pearson dua arah dengan a 0.05 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan dengan asupan energi total sehari maupun asupan energi dari MPASI (p=0.000). Sumbangan energi dari MPASI sebesar 72.3% terhadap asupan total sehari, CG lebih tinggi dari PG (73.4 vs 71.3%). Kadar zinc dala m serum meningkat secara bermakna pada masing-masing kelompok setelah 3 bulan periode intervensi, PG lebih tinggi dari CG (3.52 vs 3.08 µmol/L).
Setelah 3 bulan periode pemberian MPASI, terdapat pertumbuhan fisik yang signifikan pada masing-masing kelompok (p < 0.01). Rata-rata perubahan berat badan pada PG lebih besar dari CG (228 vs 210g per bulan) namun secara statistik keduanya tidak berbeda nyata (p=0.59). Rata-rata perubahan berat badan per bulan masih jauh dari angka yang diharapkan dalam studi ini yaitu 350 g dan baru mencapai 52-57% dari yang seharusnya dicapai bayi normal 6-9 bulan yaitu sebesar 400 g per bulan (Thompson, 1998). Pertumbuhan linier khususnya panjang badan dan lingkar kepala sangat lamban, yaitu masing-masing baru mencapai 3.8-3.9 cm dan 1.75-1.79 cm. Namun dampak pemberian MPASI terhadap perubahan nilai z-skor sangat signifikan pada masing-masing kelompok khususnya untuk indeks BB/PB pada PG dan CG (0.46±0.89 vs 0.79±0.95), indeks LK/U pada CG (0.3±0.7; p=0.035). Peningkatan skor motorik juga signifikan pada masing-masing kelompok baik motorik total, motorik halus maupun motorik kasar, dengan peningkatan rata-rata skor nyata lebih besar pada PG dibanding CG, masing-masing 16.8; 6.95; 9.89 dan 15.7; 6.41; 9.32 . Kontribusi peubah bebas: perlakuan, asupan energi dan proein, zinc serum dan status kesehatan terhadap pertumbuhan fisik antara 6.4 – 12.0 %; sedangkan kontribusi peubah bebas: perlakuan, zinc serum, z-skor BB/U dan LK/U terhadap perkembangan motorik sebesar 2.9 – 11.5%. Komposisi MPASI-Pury lebih baik dibanding MPASI-komersial dan aman digunakan sebagai alternatif MPASI. MPASI-Pury mempunyai efek terhadap pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi serta lebih baik dari MPASIkomersial. Pengembangan MPASI-Pury, diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program pemerintah bagi keluarga yang mempunyai anak balita di sekitar sentra industri sutera. Kata kunci: Pury, MPASI, gizi kurang, pertumbuhan, perkembangan motorik.
© Hak Cipta milik Trina Astuti, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PENGEMBANGAN MPASI BERBASIS PUPAE-MULBERRY (PURY): EFIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN MOTORIK BAYI GIZI KURANG
TRINA ASTUTI
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Sri Anna Marliati, M.S. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.
Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD., SpGK Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.
Judul Disertasi
Nama Nomor Pokok
: Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury): Efikasinya terhadap Pertumbuhan dan Motorik Bayi Gizi Kurang : Trina Astuti : A561050021
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc. Ketua
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Anggota
Prof. Agus Firmansyah, MD., PhD. Anggota
Mengetahui Ketua Program Studi Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. drh. M.Rizal Martua Damanik, M.Rep,Sc.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian: 3 Nopember 2009
Tanggal Lulus: ……………………
Tulisan ini kudedikasikan teruntuk Orang tua, suami dan anak-anak tercinta serta Seluruh civitas akademika
PRAKATA Syukur Alhamdulilah atas ijin Allah SWT, akhirnya penelitian yang panjang melibatkan banyak pihak, waktu dan tempat, dapat terselesaikan sesuai jadwal dan atas RahmatNya disertasi dapat terwujud dengan baik. Pada kesempatan ini ijinkan Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing yang selalu memberikan waktu, fasilitas, arahan dan semangat kepada penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan disertasi hingga selesai dengan tuntas sesuai jadwal. 2. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku anggota komisi pembimbing yang banyak member i arahan secara professional bidang disain penelitian, substansi disertasi dan teknis penyajian data. 3. Prof. Agus Firmansyah, MD, PhD selaku anggota komisi pembimbing yang banyak member i masukkan dan arahan tentang tumbuh-kembang anak,
kemudahan
pengurusan
ethical clearance,
tim
pengukuran
perkembangan motorik, dan diskusi dengan dokter spesialis terkait untuk kelengkapan penulisan disertasi. 4. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS dan Dr. Ir. Budi Setiawan selaku penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup; Prof dr H. Fasli Jalal, Phd., Sp.GK dan Prof Dr. Ali Khomsan, MS selaku penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka atas pertanyaan-pertanyaan profesioanl dan masukan untuk penyempurnaan disertasi. 5. Dekan FEMA, Ketua Departemen Gizi Masyarakat dan Ketua Program Studi Gizi Masyarakat serta seluruh civitas akademika di lingkungan FEMA, atas fasilitas dan perijinan selama proses belajar di IPB maupun selama penelitian berlangsung diluar kampus IPB. 6. Tim Program Sandwich tahun 2009 yaitu Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional atas pemberian beasiswa; Dekan Sekolah Pascasarjana IPB melalui Dr. Muladno Basar dan staf yang memfasilitasi pelaksanaan program sandwich; Prof.Assoc. Geoffrey
Marks atas bimbingan selama 4 bulan mengikuti program sandwich di The University of Queensland, Brisbane Australia. 7. Direktur Poltekkes Depkes Jakarta II, Bp. Rosadi Nasir,MSc atas ijin tugas belajar dan pemberian beasiswa; Drs. Tugiman M.Kes, yang selalu membantu dalam realisasi perijinan dan dana tugas belajar. 8. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Jakarta II periode 2002-2006 Ibu Edith Sumedi, MSc dilanjutkan Bapak Nils Aria Zulfianto, M.Sc. periode 2006-2010, atas ijin tugas belajar, dukungan dan fasilitas yang diberikan selama penulis menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana IPB. 9. Prof. Dr. Soekirman, Idrus Jus’at, PhD dan Dr.Ir.Drajat Martianto, MS. atas rekomendasinya sehingga penulis dapat diterima belajar di Sekolah Pascasarjana IPB. 10. Teman-teman di Jurusan Gizi, Dr. Moesijanti YES yang banyak memberi masukkan sehubungan dengan riset; Marzuki Iskandar, STP, MTP., Muntikah, AMG., dan Lisda yang banyak terlibat dalam pengadaan bahan MPASI, serta seluruh Civitas akademika Jurusan Gizi Poltekkes Depkes Jakarta II yang selalu memantau dan memberi semangat selama proses belajar. 11. Bapak Camat Kecamatan Teluknaga dan para Kepala Desa, atas ijin lokasi dan kunjungan ke warga. 12. Kepala Puskesmas Teluknaga dan Puskesmas Tegal Angus; paramedis (dokter: Indra, Bissi, Tuti dan Denny); para Bidan Desa (Bidan: Hanum, Dini, Ranti, Dahlia, Yerna, Ikhlima, Susi, Evi, Titin, Dewi, Ika, Imas, Desi, Mimin, Eka, Putri) dengan koordinator Bd. Hj. Kenny, M.Kes; Ibu Juliasih, AMG dan seluruh staf Puskesmas, atas ijin, fasilitas, waktu, kerja sama dan partisipasi aktif selama penelitian berlangsung. 13. Para kader gizi dan responden di 13 desa di wilayah Kecamatan Teluknaga atas partisipasi aktif dalam pelaksanaan studi MPASI. 14. Tim Assesor dari Devisi Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial, Departemen Kesehatan Anak FK-UI, Dr. Bernie Indriyani,SpA dkk atas kesediaan dan kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian khususnya dalam pengukuran perkembangan bayi.
15. Tim Prodia Jakarta Pusat, atas kerjasamanya dalam pengambilan dan analisis biokimia darah setiap peserta studi MPASI. 16. Tim Pury dan MPASI, Pak Arif dan Bu Cicih di Cianjur atas pengadaan liquid pupa, Ir. Andi Sadapotto, MS. yang memfasilitasi pertemuan dengan Bp Andi Hamzah, Bp Santi, Mama Santi di Enrekang atas pengadaan pupa dan pembuatan tepung Pury; Sdr.Mashudi dari laboratorium percobaan makanan Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB atas partisipasi aktif dalam persiapan, pengembangan, produksi dan analisis MPASI. 17. Empat sekawan, Juliasih, AMG., Nita Afriani, AMG., kader Tia yang setia dalam aktifitas skrining sampel dan pelaksanaan pengukuran bulanan di Puskesmas dan Sdr. Aan Marhamah. M.S., yang selalu menyediakan waktu untuk entri dan analisis data sampai tuntas. 18. Drh.Endi Ridwan, M.Sc. selaku supervisor dalam percobaan hewan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di Bogor. 19. Sahabatku Cesilia Meti Dwiriani yang banyak membantu dan selalu setia dalam suka maupun duka sepanjang waktu, Bu Diah Utari yang meluangkan waktu untuk koreksi redaksional, serta teman seangkatan Dr. Fatmah dan Pak Wasito. 20. Kedua orang tua Yth, Bapak (Alm) dan Ibu Wismadi, Saudara kandung mba Dena Ekawati dan adik-adik, atas dukungan moril dan spiritual sehingga penulis merasa tenang dan semangat dalam menyelesaikan studi. 21. Suami tercinta, Moelyono Utoyo atas ijin, pengertian dan dukungan penuh dalam bentuk moril, materiil dan spiritual; serta Anak-anak tersayang, Ariesa Prima Wardhani dan Gian Dwinanda Utoyo atas pengertian dan dukungan selama proses belajar dan aktifitas penelitian berlangsung hingga selesai tepat waktu. 22. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan langsung maupun tak langsung.
Akhirnya, Penulis sampaikan permohonan maaf apabila ada kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi civitas akademika dan para pembaca. Bogor, November 2009 Trina Astuti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Temanggung Jawa Tengah tanggal 21 Mei 1958 sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Wismadi BA (Alm) dan Ibu Rr. Soepiatiah. Penulis mengenal pendidikan formal sejak tahun 1963 di TK Kota Magelang dan Tegal. Tamat SD Kanisius Klaten tahun 1970, SMP Pangudiluhur Putri Klaten tahun 1973, dan SMAN I Klaten tahun 1976. Menyelesaikan B.Sc bidang Gizi Kesehatan tahun 1980 dari Akademi Gizi Departemen Kesehatan RI di Jakarta.
Tahun 1981 ditempatkan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung sebagai tenaga pelaksana gizi selama dua tahun dan kembali ke Jakarta tahun 1983 untuk mengabdi sebagai staf pengajar di Akademi Gizi Jakarta yang sekarang menjadi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Depkes Jakarata II. Pada tahun 1984 penulis menikah dengan Moelyono Utoyo, S.Sos dan dikaruniai dua anak yaitu Ariesa Prima Wardani dan Gian Dwinanda Utoyo yang sekarang sedang menimba ilmu di Malaysia. Tahun 1985-1987 penulis mendapat kesempatan tugas belajar di IPB Jurusan GMSK dan tahun 1994-1995 mendapat beasiswa dari Bank Dunia untuk mengambil Master of Professional Study bidang Food and Nutrition Planning di University of the Philippines at Los Banos.
Tahun 2005 kembali mendapat
kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S3 di IPB Bogor atas beasiswa dari Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II. Selama mengikuti program S3, penulis mendapat beasiswa untuk mengikuti program Sandwich di Queensland University, Australia selama 4 bulan dibawah
bimbingan
Prof.
Assoc.
Geoffrey
berjudul:”Penggunaan Bubuk Pupa-Mulberry
Marks.
Karya
ilmiah
(Pury) sebagai Alternatif Bahan
Pangan Bergizi, akan diterbitkan dalam Jurnal Gizi dan Pangan volume 4 No.1, Juli 2009 (Trina Astuti dan Clara M. Kusharto); “Pengembangan MPASI berbasis Pupae-Mulberry (Pury)”, akan diterbitkan dalam Jurnal Gizi Indonesia volume 32 No 1 Maret 2009 (Trina Astuti, Clara M. Kusharto, Hardinsyah, Agus Firmansyah); Abstract berjudul “A nutritive value of silkworm pupae powder as an alternate of nutritious food source for human nutrition (Trina Astuti and Clara M. Kusharto), diterima untuk Poster Session pada International Congress of Nutrition di Bangkok Thailand, 4-9 October 2009.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
xviii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
xx
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xxi
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................... Perumusan Masalah ...................................................................... Tujuan Penelitian ......................................................................... Manfaat Penelitian .........................................................................
1 4 5 5
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
6
Tumbuh Kembang Anak ................................................................ Pertumbuhan fisik .............................................................. Metode penilaian perkembangan pada bayi dan anak ........ Masalah Gizi Kurang dan Faktor Penyebab ................................... Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) ............................... Peran Zinc dalam Proses Metabolisme ………………………….. Peran Iodin dalam Proses Metabolisme ………………………...... Tepung Pury dari Pupa Ulat Sutera Mulberry ..…………………...
6 7 8 10 13 16 18 19
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS …………………………
22
Kerangka Pemikiran ……………………………………………… Hipotesis ………………………………………………………….. Batasan Operasional ………………………………………………
22 23 24
BAHAN DAN METODE ………………………………………………...
26
Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………… . Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu ……………………… Populasi, Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh ………………. Rancangan Penelitian ……………………………………………... Pengumpulan dan Pengukuran Data ……………………………… Pengolahan dan Analisis Data ………………………………………
26 27 27 29 30 32
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….
34
Karakteristik bayi dan sosial ekonomi keluarga …………………... Mutu Gizi dan Keamanan Pangan Tepung Pupa Mulberry ……….. Mutu Gizi dan Keamanan Pangan MPASI-Pury………….. ………. Komposisi dan mutu gizi makro MPASI-Pury ….................. Kandungan vitamin MPASI-Pury ………………………….. Kandungan mineral MPASI-Pury ………..………………… Keamanan pangan …………………………………………. Nilai sosial dan ekonomi MPASI-Pury …………………….
34 37 42 42 44 45 46 47
xvi
Dampak Pemberian MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik pada Hewan Percobaan…………………………………………………. Kontribusi MPASI terhadap Asupan Energi dan Protein Sehari …. Dampak MPASI terhadap Perubahan Status Biokimia Darah ……. Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisk dan Status gizi Bayi… Perubahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala …. Perubahan nilai z-skor ………………………………………. Perubahan status gizi bayi …………………………………… Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi ……………. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisk Bayi ……………….. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi ………….
49 52 54 57 57 59 60 61 62 64
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
65
Kesimpulan ........................................................................................... Saran .....................................................................................................
65 66
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. ...
68
LAMPIRAN – LAMPIRAN …………………………………………….. ....
72
xvii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jadwal dan kegiatan deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada bayi ........................…………………………………
8
2. Contoh tugas perkembangan bayi dari skala Bayley .............................
9
3. Tujuh kategori penilaian komposit menurut skala Bayley III ...............
10
4. Angka kecukupan energi dan zat gizi bayi usia 0-24 Bulan ................
13
5. Perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI (berdasarkan taraf asupan ASI) ........................................................................................................
14
6. Kepadatan (Density) Zat Gizi yang Diinginkan dari MPASI (per 100 kcal) Berdasarkan taraf asupan ASI ................................................................
15
7. Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan .......................................................................................................
16
8. Komposisi zat gizi pupa ulat sutera .......................................................
20
9. Komposisi asam amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO untuk protein ..........................................................................................
21
10.Waktu dan tempat aktivitas penelitian ..................................................
26
11.Komposisi produk MPASI dan spesifikasi Menkes 2007.....................
27
12. Jenis dan cara pengumpulan data .........................................................
31
13. Karakteristik dasar bayi dan sosial ekonomi keluarga .........................
35
14.Cakupan imunisasi hasil studi efikasi di Teluknaga dibanding angka nasional dan lokal ……………………………………………………..
36
15. Test cemaran mikro organisme dalam tepung Pury ………………….
39
16.Komposisi zat gizi dalam tepung Pury ……………………………….
40
17. Komposisi asam lemak dan asam amino dalam tepung Pury ...............
41
18. Kandungan energi dan zat gizi makro dalam 100 gram produk MPASIPury dan MPASI-komersial ……………………...................................
42
19.Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) pada berbagai MPASI dibanding rujukan ………………………………………………………………...
43
20.Kandungan asam amino per 100 gram produk MPASI-Pury………......
43
21.Kandungan asam lemak per 100 gram produk MPASI-Pury …………..
44
22.Kandungan vitamin dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASIkomersial ……………………………………………………………….
45
xviii
23.Kandungan mineral dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASIkomersial ………………………………………………………………
46
24. Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan tempat penjualan ……………………………………………………….
49
25.Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan sesudah intervensi Berdasarkan kelompok perlakuan ……………………………………..
51
26.Rata-rata pertumbuhan fisik bayi sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ...........................................................
57
27.Rata-rata nilai z-skor (BB/U., PB/U, BB/PB, LK/U) sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ...........
59
28.Prevalensi status gizi berdasarkan indeks antropometri (nilai z-skor) sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ............
60
29.Rata-rata skor perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ..............................................................
61
30.Frekuensi distribusi status perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ...........
62
31.Model faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi 9-10 bulan ..............
63
32.Model faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi 11-12 bulan .........................................................................................
64
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Faktor-faktor penyebab gizi buruk ........................................................
12
2. Kerangka pemikiran efikasi ”MPASI-Pury” terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan ...............
23
3. Skema cara pengambilan contoh ............................................................
29
4. Profil studi ............. .................................................................................
34
5. Skema pembuatan Pury ..........................................................................
38
6. Grafik perrtumbuhan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum .....................................
50
7. Rata-rata perubahan pertumbuhan fisik pada tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum ....................................................................................
51
8. Asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) …..………………………....
52
9. Rata-rata intik (asupan) energi dan protein setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan ……………………………………………………
53
10.Kadar Zinc dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ………………………………………….
55
11.Kadar thyroxine dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) …………………………….
56
12.Kadar TSH dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) ………………………………………….
56
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap perhubungan dan perkembangan bayi ……………………………………………….……………………... 72 2. Gambar proses pembuatan tepung Pury ...……………………………….
74
3. Proses pengemasan MPASI formula-Pury …………..…………………..
76
4. Gambar aktivitas skrining dan lingkungan desa ………………………....
77
5. Gambar pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi …………….
78
6. Gambar aktivitas studi pada pada hewan percobaan: persiapan tikus dan ransum, serta pengukuran pertumbuhan tikus …………………………..
79
7. Questionaire .............................. ..............................................................
80
8. Form Monitoring .....................................................................................
85
9. Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance) .......................................
89
10. Naskah Penjelasaan Sebelum Persetujuan (PSP) dan Formulir Persetujuan 90 11. Ijin melakukan penelitian di Puskesmas Teluknaga ...............................
92
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 224/Mmenkes/SK/11/2004 ...... 13. Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus .........................................
93 99
xxi
PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal ini sesuai dengan Hak Anak sebagai Hak Asasi pasal 28B ayat 2 (Myers, 1992; Sentika, 2005). Kelangsungan hidup bayi (infant survival) artinya tidak meninggal sebelum usia satu tahun, sedangkan kelangsungan hidup anak (child survival) adalah tidak meninggal sebelum usia 5 tahun. Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama adalah bahwa pada periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara organ tubuh. Istilah tumbuh-kembang sebetulnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyi dampak terhadap aspek fisik, sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual dan emosional organ atau individu. Gizi kurang adalah keadaan kekurangan gizi yang disebabkan tubuh kekurangan energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 menunjukkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk secara nasional sebesar 13.0% dan 5.4%, sementara Propinsi Banten yang merupakan propinsi baru masih mempunyai masalah gizi pada anak balita yaitu 12.2% gizi kurang dan 4.4% gizi buruk (Badan Litbangkes, 2008). Kecamatan Teluk Naga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang Propinsi Banten dengan prevalensi gizi kurang (BB/U) mencapai 22.26% pada tahun 2006 dan turun menjadi 20.5% pada tahun 2008 (Puskesmas Teluknaga, 2009), sedikit diatas target nasional tahun 2015 yaitu 20% dan MDGs sebesar 18.5% (Badan 1
Litbangkes, 2008).
Menurut WHO, daerah tersebut termasuk kategori tinggi
dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis (batas masalah bila prevalensi gizi kurang adalah lebih besar atau sama dengan 20%)
yang harus segera
ditangani. Konsekuensi gizi kurang adalah tingginya angka kesakitan dan resiko kematian, yang berdampak pada perkembangan syaraf mental yang buruk, penurunan ketahanan dan kapasitas kerja, serta meningkat resiko penyakit kronik pada usia dewasa (Gillespie and Haddad, 2001). Bayi yang kurang gizi khususnya wanita secara efektif mengabadikan kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi dari generasi ke generasi (UNS-SCN, 2004), maka bila bayi yang menderita gizi kurang
tidak
segera
ditangani
dapat
berkontribusi
terhadap
siklus
intergenerasional. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi kurang maupun gizi buruk yang saling berkaitan. Faktor penyebab langsung adalah asupan energi dan zat gizi yang tidak cukup serta adanya infeksi. Faktor penyebab tak langsung adalah pola asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan ada tidaknya makanan pantangan, jumlah anggota keluarga, ketersediaan pangan keluarga, dan kesehatan lingkungan. Akar permasalahan tersebut adalah tingkat pendapatan yang rendah serta kemiskinan yang berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan orang tua (ACC/SCN-IFPRI, 2000). Kecamatan Teluk Naga termasuk dalam kuadran I di Kabupaten Tangerang, yang artinya mempunyai indek pembangunan manusia (IPM) rendah dan produk domestik rata-rata bruto (PDRB) per kapitan yang rendah (Harjatmo, 2005). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah elemen penting dalam pemeliharaan bayi dan anak. Program pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang berasal dari pemerintah pusat baru mencakup 40% anak balita gizi kurang, selebihnya belum tersentuh. Untuk itu masih perlu pengadaan MPASI untuk memperbaiki semua anak balita gizi kurang dan buruk. Berdasarkan
observasi
bahwa
pertambahan
angka
penyimpangan
pertumbuhan (Growth Faltering) dan gizi kurang terjadi setelah usia 6 bulan yang erat kaitannya dengan praktek pemberian MPASI yang buruk (Pojda and Kelley, 2
2000).
Studi efikasi suplemen dengan vitamin A dan mineral menghasilkan
dampak positif pada status gizi mikro (kenaikan Hb dan zinc plasma serta menurunkan prevalensi anemia) (Gibson et al, 2004) walau tidak menunjukkan dampak yang nyata pada pertumbuhan, namun pengaruh suplementasi gizi mikro lebih kuat terhadap peningkatan pertumbuhan bayi yang kurang gizi dibanding bayi yang cukup gizi (Sunawang, 2005). Jadi, pemberian MPASI yang tepat sangat penting bagi semua bayi dan terpenting bagi bayi dengan gizi kurang (karena BBLR atau faktor lain) agar dapat mengejar pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik seperti bayi dengan riwayat berat lahir normal. Ulat sutera termasuk golongan serangga yang merupakan sumber protein karena hampir 60% berat adalah protein. Beberapa daerah di Indonesia, serangga lazim dikonsumsi masyarakat seperti ulat sagu, belalang, tawon, laron dan pupa ulat sutera.
Budidaya serangga termasuk ulat sutera sangat menguntungkan
karena ramah lingkungan dan sangat kecil memberi dampak produksi gas rumah kaca. Dengan penanganan yang baik dan pemasakan yang benar, serangga merupakan makanan yang enak dan dapat digunakan sebagai sumber pangan masa depan (Maryoto, 2009). Pupae (selanjutnya disebut dengan pupa) adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk samping dari industri pembudidayaan ulat sutera. Ratarata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang menghasilkan 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa hanya 12,5% dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5% termasuk pupa merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra industri sutera. Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di negara Asia Selatan seperti China (asam amino pupa untuk soft drink dan bahan tambahan pembuatan kokies dll), Korea (snack dan diet DM) dan Bangladesh (konsumsi pupa tanpa diolah) (Singhal et al, 2001), namun masih belum berkembang pemanfaatannya sebagai sumber pangan yang bergizi di Indonesia. Jepang sudah memanfaatkan pupa kering untuk diambil minyaknya sebagai minyak rambut, sabun dan lilin yang berkualitas tinggi, sedangkan sisa ekstrak digunakan untuk makanan unggas, ikan dan babi (Kaomini, 2006b). Pupa jenis tussah digunakan sebagai obat penurun 3
kolesterol dan tekanan darah karena mengandung lebih dari 70% asam lemak tak jenuh ganda dan untuk obat hepatitis karena mengandung 36% asam amino esensial (Huang, 2001). Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi sutera dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan. Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry (Bombyx mori) yang dibuat tepung (powder) selanjutnya disebut ‘Pury’ berpotensi sebagai sumber pangan yang bergizi dengan keunggulan terutama pada mutu protein yang lebih baik dari protein kedele, ikan atau daging; kandungan asam lemak tak jenuh; vitamin dan mineral serta asam amino esensial maupun non-esensial yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak (Astuti dan Kusharto, 2009). Pury dapat digunakan sebagai
alternatif
bahan
formula
MPASI.
Tujuan
studi
adalah
untuk
mengembangkan MPASI yang padat gizi berbasis tepung Pury dan menilai manfaat kesehatan (efikasi) pemberian MPASI formula-Pury pada bayi usia 6-12 bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang terhadap kemajuan pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik.
Perumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana mutu gizi dan keamanan pangan pada MPASI-Pury? 2. Bagaimana asupan energi dan protein bayi yang diberi MPASI-Pury? 3. Bagaimana perubahan status biokimia (zinc, T4 dan TSH serum) bayi 6-12 bulan setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan ? 4. Seberapa jauh pertumbuhan fisik (BB, PB, dan Lingkar Kepala) dan perkembangan motorik bayi setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan ? 5. Adakah perubahan status gizi (nilai Z-skor BB/U, PB/U, BB/PB) setelah diberi MPASI-Pury selama 3 bulan? 4
Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah untuk mengembangkan alternatif MPASI berbasis pupae-mulberry (Pury) dan menilai manfaat kesehatan bagi laju pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang atau nyaris gizi kurang usia 6-12 bulan. Tujuan Khusus untuk : 1. Menganalisis mutu gizi dan keamanan pangan dari MPASI-Pury. 2. Menilai mutu protein dan laju pertumbuhan fisik pada hewan percobaan yang diberi ransum Pury. 3. Menganalisis kontribusi MPASI terhadap asupan energi dan protein sehari, serta perubahan status biokimia (kadar zinc, T4 dan TSH serum) setelah 3 bulan pemberian MPASI. 4. Menilai laju pertumbuhan fisik (Berat badan, Panjang Badan, dan Lingkar Kepala) dan perubahan status gizi (z-score BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U) setelah 3 bulan pemberian MPASI. 5. Menilai laju perkembangan motorik (motorik halus dan motorik kasar) dua bulan setelah periode 3 bulan pemberian MPASI selesai.
Manfaat Penelitian Mela lui studi ini diharapkan tersedia MPASI formula Pury lengkap dengan informasi mutu gizi dan keamanan pangan, dampaknya terhadap perubahyan status biokomia, pertumbuhan fisik dan perubahan status gizi, serta perkembangan motorik pada bayi gizi kurang. MPASI-Pury diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program Pemerintah.
5
TINJAUAN PUSTAKA Tumbuh-kembang Anak Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama adalah bahwa pada periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara organ tubuh. Istilah tumbuh-kembang sebetulnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyi dampak terhadap aspek fisik, sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi pematangan intelektual dan emosional organ atau individu. Secara garis besar, tumbuh-kembang dibedakan 3 jenis yaitu : tumbuh-kembang fisik, intelektual dan emosional (Markum, 1991). Tumbuh-kembang fisik meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktivasi, sampai pada proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan remaja. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yang dapat diklasifikasikan menurut faktor genetik, lingkungan dan perilaku. Faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal atau patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
Faktor lingkungan biopsikososial yang
mencakup : komponen biologis (fisik), psikologis, ekonomi, sosial, politik dan budaya. Contoh lingkungan biologis (fisik) adalah kesehatan tubuh atau organ, keadaan gizi, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan. Contoh lingkungan psikologis erat kaitannya dengan komponen sosial seperti aspek kesehatan jasmani, pengaruh keluarga atau sekolah atau masyarakat, nilai sosial-budaya, tradisi, adat dan agama. Lingkungan politik berkaitan dengan
faktor budaya dan turut membentuk tumbuh-kembang anak seperti dalam menentukan prioritas, kebijakan tindakan dan jumlah anggaran yang dialokasikan (Markum, 1991). Tumbuh-kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung atau membaca. Sementara proses tumbuh-kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk mengelola rangsangan agresif. Berbagai kaitan emosional antara anak dan bayi tersebut akan berkembang dan meluas ke lingkungan keluarga lain dan akhirnya ke masyarakat luas (Markum, 1991).
Pertumbuhan fisik Proses
tumbuh-kembang merupakan proses yang berkesinambungan
mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak, mencakup pencapaian kemampuan baru dan ketrampilan serta pertumbuhan fisik.
Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus
menerus serta rumit antar faktor genetik dan faktor lingkungan (Markum, 1991; Ming and Roach, 2007). Penilaian tumbuh-kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh-kembang seorang anak berjalan normal atau tidak (WHO-MGRS, 2006b). Terdapat 3 indikator yang sangat umum digunakan untuk menilai status pertumbuhan pada anak-anak yaitu berat badan menurut umur (BB/U), panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U), dan berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB) (de Onis dalam Semba and Bloem, 2008). Ukuran lingkar kepala mencerminkan kecepatan pertumbuhan otak pada tahun pertama. Rata-rata pertumbuhan yang diharapkan sebesar 1 cm per bulan pada tahun pertama dan 2 cm selama tahun kedua. Akurasi pengukuran tergantung dari pita ukur yang digunakan, pemasangan pita sekitar dahi, alis mata dan occiput, serta dilakukan dua kali pengukuran (Thompson, 1998). Multicentre Growth Reference Study dari WHO juga telah memasukkan indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U) sebagai indikator pertumbuhan (WHO-MOGRS, 2007).
Metode penilaian perkembangan pada bayi dan anak Berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Deteksi dini tumbuh-kembang anak merupakan suatu kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuhkembang pada balita dan anak prasekolah (Depkes, 2005)
Skrining hanyalah
prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh-kembang anak sehari-hari. Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh-kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali; 2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat dan ganguan daya dengar; 3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan yang digunakan Departemen Kesehatan RI tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Jadwal dan kegiatan deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh-kembang pada bayi Jenis Deteksi Tumbuh-kembang yang harus Dilakukan Umur Anak Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
BB/TB V
LK V
KPSP
TDD
0 bulan 3 Bulan
V
V
V
V
6 Bulan
V
V
V
V
9 Bulan
V
V
V
V
12 Bulan
V
V
V
V
Sumber: Depkes RI, 2005. BB/TB : Berat Badan Terhadap Tinggi Badan; LK : Lingkar Kepala KPSP: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan; TDD : Tes Daya Dengar
Penyimpangan atau gangguan yang terlambat diketahui akan sulit diberikan intervensi dan akan berpengaruh pada tumbuh-kembang anak. Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat
dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini, bahkan percaya bahwa kelainan ringan dapat menjadi normal dengan sendirinya (Depkes, 2005). Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihan, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen yang tidak dapat dihindari (Soetjiningsih, 1995). Terdapat alasan mengapa perlu melakukan tes kecerdasan bayi, terutama jika orang tua merasa kuatir karena sang bayi tidak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan bayi lain seusia. Masalah perkembangan motorik sering muncul pada tahun pertama (Ming and Roach, 2007 dan WHO-MGRS, 2006b). Tes perkembangan bertujuan untuk membandingkan prestasi bayi secara berurutan (tugas perkembangan) dengan norma-norma yang ada melalui pengamatan sejumlah tugas perkembangan dari bayi dan anak yang secara umum dapat mereka kerjakan. Instrumen yang biasa digunakan untuk melakukan tes perkembangan tersebut adalah Bayley Infants Scale of Development (skala Bayley) atau The Denver Developmental Screening Test (DDST). The WHO Multicentre Growth Reference Study juga telah memasukkan 6 unsur perkembangan motorik kasar dalam standart pertumbuhan anak usia 4-18 bulan yang mencakup kemampuan duduk tanpa bantuan, berdiri dengan bantuan, merangkak, berjalan dengan bantuan, duduk sendiri serta berjalan sendiri (WHO-MGRS, 2006b). Tabel 2 Contoh tugas perkembangan bayi dari skala Bayley Usia (bulan)
Skala Perkembangan Mental
Skala Perkembangan Motorik
1
Gerakan mata mengikuti seseorang
Mengangkat kepala ketika diletakkan di pundak Berbalik dari belakang ke samping.
3
Menggapai lonceng yang digantung.
6
Menggerakkanlonceng, menunjukkan Berbalik dari belakang ke perut. ketertarikan yang mendalam.
9 12
Ocehan menyatakan perasaan. Meniru seolah mengelus mainan.
Mengangkat diri sendiri untuk berdiri. Berjalan sendiri
Sumber : Bayley, 1993 dalam Papalia et al, 2001.
Skala Bayley III bagi perkembangan bayi (The Bayley Scale of Infant Development, BSID-III) adalah rangkaian pengukuran standart yang digunakan terutama untuk menilai perkembangan motorik (halus dan kasar), bahasa (receptif
dan expressif), dan cognitif dari bayi dan anak usia 0-3 tahun (Bayley, 2006). Pengukuran terdiri dari rangkaian tugas perkembangan yang memerlukan waktu antara 45-60 menit. Skor mentah dari pencapaian tugas yang dapat diselesaikan anak dikonversi kedalam skor skala dan skor komposit. Skor ini yang digunakan untuk menentukan prestasi anak dibanding prestasi anak normal sesuai usia yang tinggal di Negara berkembang. Terdapat 7 kategori untuk penilaian komposit seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Tujuh kategori penilaian komposit menurut skala Bayley III Komposit
Jumlah skor
Very superior
skor > 130
Superior
skor 120 s/d 129
High average
skor 110 s/d 119
Average
skor 90 s/d 109
Low average
skor 80 s/d 89
Borderline
skor 69 s/d 79
Extremely low
skor < 69
Masalah Gizi Kurang dan Faktor Penyebab Keadaan gizi kurang pada awal kehidupan anak mempunyai konsekuensi yang serius. Anak dengan gizi kurang cenderung lebih sering menderita sakit parah, termasuk diare dan pneumonia. Terdapat asosiasi yang kuat antara tingkat keparahan gizi kurang dengan angka kematian (The World Bank, 2006; Semba and Bloem, 2008). Dewasa ini, 27% (lebih dari 147 juta) anak usia bawah 5 tahun di negara berkembang menderita gizi kurang (indeks BB/U) dan 23% (lebih dari 126 juta) tergolong pendek (stunted), sementara di negara maju hanya 2,6% anak yang pendek dan 1,1% gizi kurang. Keadaan terparah ada di negara-negara Asia yang mencakup 92 juta anak pendek dan 89 juta gizi kurang. Studi WHO memperkirakan prevalensi gizi kurang di negara berkembang akan turun dari 30% pada tahun 1990 menjadi 19% pada tahun 2015 (The World Bank, 2006).
Prevalensi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 adalah 18.4% gizi kurang dan 36.8 balita pendek. Keadaan di Kabupaten Tangerang dibawah angka nasional untuk gizi kurang (12.9%) tetapi balita yang pendek sedikit diatas angka nasional (39.2%) (Badan Litbangkes, 2008). Keadaan gizi kurang di Kecamatan Teluknaga lebih buruk dari angka nasional yaitu 20.5%, sedangkan prevalensi balita pendek dibawah angka Kabupaten Tangerang maupun angka nasional yaitu 31.6% (Puskesmas Teluknaga, 2009) yang masih dikategorikan sebagai daerah dengan masalah kesehatan masyarakat yang kritis yang harus segera ditangani (The World Bank, 2006). Kegagalan pertumbuhan yang terjadi pada periode awal masa anak-anak dinyatakan dengan tumbuhnya stunting (keadaan pertumbuhan tinggi badan yang lamban dibandingkan usia atau pendek). Pertumbuhan stunting pada masa anakanak merupakan faktor resiko bagi meningkatnya mortalitas, pertumbuhan yang buruk dari kognitif dan motorik serta kegagalan lain secara fungsional. Anakanak yang menderita gizi buruk pada awal masa anak-anak mengalami penurunan IQ sebesar 15 poin yang secara signifikan berpengaruh pada prestasi belajar dan meningkatkan resiko drop-out atau mengulang kelas.
Lebih lanjut, stunting
biasanya berlangsung lama atau tetap dan menghasilan penampilan yang lebih buruk di masa dewasa (Gillespie and Haddad, 2001). Penyebab gizi salah (termasuk gizi kurang) adalah kompleks. Individu yang mender ita gizi kurang disebabkan karena tidak cukup atau kurang sesuai asupan energi dan zat gizi atau karena faktor kesehatan atau keduanya yang sering berinteraksi secara negatif. Adanya penyakit meningkatkan kebutuhyan zat gizi namun menurunkan selera makan, sementaraketidakcukupan intik makanan baik jumlah maupun kualitas membuat lebih mudah terserang penyakit. Keadaan akan lebih buruk bila ketersediaan pangan tingkat keluarga maupun masyarakat tidak aman, tidak cukup akses terhadap lingkungan dan pelayanan kesehatan, serta adanya praktek pola asuh yang tidak tepat terhadap anak. Ketiga faktor tersebut sering disebut dengan Makanan-Kesehatan-Pola asuh yang juga berinteraksi (The World Bank, 2006).
Model UNICEF (Gambar 1) menjelaskan bahwa terjadinya gizi buruk di masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab tersebut saling kait mengkait dan diperberat dengan faktor rendahnya pendidikan yang tidak mendukung, sosial ekonomi dan politik yang tidak jelas (UNICEF, 1997). Walau laju pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dengan keadaan gizi kurang mungkin sulit seperti yang dicapai pada bayi dengan status gizi baik, namun kegagalan pertumbuhan periode berikutnya mungkin dapat dicegah dengan pemberian ASI yang optimal dan MPASI yang tepat. Jadi, perbaikan gizi sedini mungkin adalah sangat diharapkan tidak hanya untuk memperoleh dampak positif pada pertumbuhan fisik tetapi juga menurunkan
resiko
dan
komplikasi
dari
infeksi
serta
memaksimalkan
perkembangan psikomotor dan prestasi sekolah (WHO, 1998).
Dampak
Penyebab langsung
Penyebab tidak langsung
KURANG GIZI
Makan Tidak seimbang
Tidak cukup Persediaan pangan
Penyakit infeksi
Pola asuh anak tidak memadai
Sanitasi dan air Bersih/Pelayanan Kesehatan dasar Tdk memadai
Kurang pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
Pokok masalah di masyarakat
Kurang pemberdayaan wanita Dan keluarga, kurang pemanfaatan Sumberdaya masyarakat
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Akar masalah nasional
Krisis ekonomi, Politik dan sosial
Gambar 1 Faktor-faktor penyebab gizi buruk (UNICEF, 1997).
Makanan Pendamping Air Susu ibu (MPASI) Pengertian MPASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang mengandung gizi diberikan pada bayi usia 6 bulan keatas untuk memenuhi kebutuhan gizinya (WHO, 1998; Menkes, 2007). MPASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, yang pengenalan dan pemberian harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak (Ditzi, Depkes RI, 2000). Secara ideal usia bayi yang optimal untuk diperkenalkan MPASI harus ditentukan dengan membandingkan keuntungan dan kerugian dari penambahan makanan ke dalam diet sesuai usia anak yang berbeda-beda. MPASI yang diberikan lebih awal baik cair maupun padat mungkin mendorong penghentian pemberian ASI lebih awal. Tabel 4
Angka kecukupan energi dan zat gizi bayi usia 0-24 bulan
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kcal) Protein (gr) Vitamin A (RE) Vitamin D (mcg) Vitamin E (mg) Vitamin K (mcg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam Folat (mug) Piridoksin (mg) Vitamin B12 (mug) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Yodium (mug) Seng (mg) Selenium (mcg) Mangan (mg) Fluor (mg)
0-6 bulan 6.0 60 550 10 375 5 4 5 0.3 0.3 2 65 0.1 0.4 40 200 100 25 0.5 90 1.3 5 0.003 0.01
Kelompok Umur 7-11 bulan 8.5 71 650 16 400 5 5 10 0.4 0.4 4 80 0.3 0.5 40 400 225 55 7 90 7.5 10 0.6 0.4
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1593/MENKES/SK/XII/2005.
1-3 tahun 12.0 90 1000 25 400 5 6 15 0.5 0.5 6 150 0.5 0.9 40 500 400 60 8 90 8.2 17 1.2 0.6
Angka kecukupan gizi (AKG) bagi bayi usia 0-3 tahun dapat dilihat pada table 4, sedangkan perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI berdasarkan rata-rata tingkat asupan ASI dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Perkiraan zat gizi yang diperlukan dari MPASI (berdasarkan taraf asupan ASI ) 6-8 bulan asupan ASI
ZAT GIZI Protein (g/d) Vit. A (µgRE/d) Folate (µg /d) Niacin (mg/d) Pantothenicacid(mg/d) Riboflavin (mg/d) Thiamin (mg/d) Vit B6 (mg/d) Vit B12 (µg /d) Vit C (mg/d) Vit D (µg /d) Vit K (µg /d) Calcium (mg/d) Chloride (mg/d) Copper (mg/d) Fluoride (µg /d) Iodine (µg /d) Iron (mg/d) L.b. M.b. H.b. Magnesium (mg/d) Manganese (µg /d) Phosphorus (mg/d) Potassium (mg/d) Selenium (µg /d) Sodium (mg/d) Zinc (mg/d)¹ Zinc (mg/d)²
rendah 5.2 164 0 3 1.0 0.3 0.1 0 0 10 6.8 9.2 421 344 0.2 0 19 20.9 10.9 6.9 62 14 348 505 3 253 4.6 2.5
sedang 2 13 0 3 0.5 0.2 0.1 0 0 0 6.6 9 336 217 0.1 0 0 20.8 10.8 6.8 51 12 306 346 0 199 4.2 2.2
9-11 bulan asupan ASI tinggi 0 0 0 3 0 0.1 0 0 0 0 6.5 8 252 90 0.1 0 0 20.7 10.7 6.7 41 10 263 188 0 144 3.8 1.9
rendah 6.7 214 9 5 1.2 0.3 0.2 0 0.1 14 6.9 9.4 449 386 0.2 0 30 20.9 10.9 6.9 70 14 362 557 5 301 4.7 2.6
sedang
3.1 42 0 4 0.6 0.2 0.2 0 0 0 6.7 9 353 241 0.1 0 0 20.8 10.8 6.8 58 12 314 377 0 239 4.3 2.3
tinggi 0 0 0 4 0 0.1 0.1 0 0 0 6.5 8 256 97 0.1 0 0 20.7 10.7 6.7 46 10 266 196 0 177 3.8 2.1
12-23 bulan asupan ASI Rendah 9.1 313 35 8 1.4 0.5 0.5 0 0.3 23 7 9.6 301 727 0.4 0 51 11.9 5.9 3.9 79 15 249 708 11 469 6.3 2.7
Sedang
5 126 3 7 0.7 0.4 0.4 0 0 8 6.7 9 196 569 0.3 0 10 11.8 5.8 3.8 66 13 193 512 4 401 5.8 2.4
tinggi 1.2 0 0 7 0 0.3 0.3 0 0 0 6.4 8 92 412 0.2 0 0 11.7 5.7 3.7 53 10 141 315 0 334 5.4 2.1
Sumber : WHO, 1998; ¹Institute of Medicine(1991); ²Krebs et al (1993) dan (1995)
Tabel 6 menunjukkan kepadatan (density) zat gizi yang diinginkan dari MPASI (per 100 kcal) berdasarkan taraf asupan ASI.
Tabel 6
Kepadatan (density) zat gizi yang diinginkan dari MP-ASI (per 100 kcal) berdasarkan taraf asupan ASI.
Zat Gizi Protein (g/d) Vit. A (µgRE/d) Folate (µg /d) Niacin (mg/d) Pantothenicacid(mg/d) Riboflavin (mg/d) Thiamin (mg/d) Vit B6 (mg/d) Vit B12 (µg /d) Vit C (mg/d) Vit D (µg /d) Vit K (µg /d) Calcium (mg/d) Chloride (mg/d) Copper (mg/d) Fluoride (µg /d) Iodine (µg /d) Iron (mg/d) L.b. M.b. H.b. Magnesium (mg/d) Manganese (µg /d) Phosphorus (mg/d) Potassium (mg/d) Selenium (µg /d) Sodium (mg/d) Zinc (mg/d)¹ Zinc (mg/d)²
6-8 bulan asupan ASI
9-11 bulan asupan ASI
12-23 bulan asupan ASI
rendah
sedang
tinggi
rendah
sedang
tinggi
rendah
sedang
tinggi
1.1 35 0 0.6 0.2 0.06 0.02 0 0 2.2 1.5 2 91 74 0.04 0 4 4.5 2.3 1.5 13 3 75 109 0.6 54 1 0.5
0.7 5 0 1.1 0.2 0.07 0.04 0 0 0 2.5 3.3 125 81 0.04 0 0 7.7 4 2.5 19 4 114 129 0 74 1.6 0.8
0 0 0 4.1 0 0.14 0 0 0 0 8.9 11 345 123 0.14 0 0 28.3 14.7 9.2 56 14 360 258 0 197 5.2 2.6
1 32 1 0.7 0.2 0.04 0.03 0 0.01 2.1 1 1.4 67 57 0.03 0 4 3.1 1.6 1 10 2 54 83 0.7 45 0.7 0.4
0.7 9 0 0.9 0.1 0.04 0.04 0 0 0 1.5 2 78 53 0.02 0 0 4.6 2.4 1.5 13 3 70 84 0 53 1 0.5
0 0 0 1.7 0 0.04 0.04 0 0 0 2.8 3.5 112 42 0.04 0 0 9.0 4.7 2.9 20 4 116 86 0 77 1.7 0.9
0.9 31 3 0.8 0.1 0.05 0.05 0 0.03 2.3 0.7 1 30 73 0.04 0 5 1.2 0.6 0.4 8 1 25 71 1.1 47 0.6 0.3
0.7 17 0 0.9 0.1 0.05 0.05 0 0 0.1 0.9 1.2 26 76 0.04 0 1 1.6 0.8 0.5 9 2 26 69 0.5 54 0.8 0.3
0.2 0 0 1.4 0 0.06 0.06 0 0 0 1.3 1.6 19 84 0.04 0 0 2.4 1.2 0.8 11 2 29 64 0 68 1.1 0.4
Sumber : WHO, 1998; ¹Institute of Medicine(1991); ² Krebs et al (1993) dan (1995)
Spesifikasi teknis MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 terbuat dari campuran beras dan atau beras merah, kacang hijau dan atau kedele, susu, gula, minyak nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma (flavor). Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 224/Menkes/SK/II/2007 tanggal 26 Februari 2007, ditetapkan komposisi gizi dalam 100 gram bubuk instan seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi gizi dalam 100 gram MPASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Zat Gizi Energi Protein (kualitas protein tidak kurang dari 70% kualitas kasein) Lemak (kadar asam linoleat minimal 300 mg per 100 kkal atau 1,4 gram per 100 gram produk Karbohidrat : Gula (sukrosa) Serat Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Thiamin (B1) Riboflavin Niasin Vitamin B12 Asam Folat Vitamin B6 Asam Pantotenat Vitamin C Besi Kalsium Natrium Seng Iodium Fosfor
23. Selenium 24. Air Sumber : Menkes RI, 2007.
kkal g
satuan
Kadar 400 – 440 15 – 22
g
10 – 15
g g
Maks 30 Maks 5
mcg mcg mg mcg mg mg mg mcg mcg mg mg mg mg mg mg mg mcg mg
250 – 350 7 – 10 4 –6 7 – 10 0.3 – 0.4 0.3 – 0.5 2.5 – 4.0 0.3 – 0.6 40 – 100 0.4 – 0.7 1.3 – 2.1 27 – 35 5 –8 200 – 400 240 – 400 2.5 – 4.0 45 – 70
mcg g
10 – 15 Maks. 4
perbandingan Ca:P = 1.2 – 2.0
Peran Zinc dalam Proses Metabolisme Unsur mineral zinc terdapat disemua cairan dan jaringan tubuh. Jumlah keseluruhan 30 mmol (2g). Sebanyak 60% dari total tubuh terdapat dalam tulang otot dan 30% pada massa tulang, dengan konsentrasi zinc 1.5 – 3 mcmol/g (100200 mcg/g). Konsentrasi zinc pada lean body mass + 0.46 mcmol/g (30mcg/g). Rata-rata perubahan zinc dalam plasma cepat dan yang tercermin hanya 0.1% dari total zinc dalam tubuh (FAO-UN and WHO, 2001).
Zinc merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300) enzim yang berpartisipasi dalam pembentukan dan pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat yang sama seperti metabolisme mikronutrien lain dengan Kadar normal dalam serum 10.7 – 20.0 µmol/L.
Zinc menstabilisasi
struktur molekuler dari komponen dan membran seluler, dan ikut memelihara sel serta integritas organ. Zinc berperan penting dalam polynucleotide transcription dan proses ekskresi gen.
Zinc mempunyai peran sentral dalam sistem imun,
mempengaruhi sejumlah aspek imunitas seluler dan humoral.
Defisiensi zinc
yang menyebabkan penurunan dalam aktifitas hormon thymic telah disarankan bahwa lebih dari 80% dari thymic factor activity (TFA) diukur dengan assay yang tergantung pada zinc. Pada keadaan kekurangan zinc maka kemampuan untuk membentuk sel cytotoxin (Tc) dalam kelenjar limpa (spleen) akan terganggu. Pada sisi lain kelebihan intik zinc juga mengganggu respon zinc (Chandra, 1985). Meerarani, et al (2000), mempelajari efek defisiensi zinc dan suplementasi pada induksi apoptosis dengan mengukur aktifitas caspase 3, cell binding of annexin V, serta fragmentasi DNA. Data menunjukkan bahwa zinc penting untuk integritas sel endothelial dalam system darah, barangkali dengan mengatur kejadian-kejadian signal untuk menghambat kematian sel apoptotic. Gejala klinis yang tampak pada defisiensi zinc tingkat berat adalah pertumbuhan yang terhambat, tertundanya kematangan sex dan tulang, luka kulit, diare, gangguan nafsu makan, kekebalan tubuh menurun, dan perubahan perilaku. Dampak defisiensi zinc tingkat ringan dan sedang kurang jelas. Berkurangnya rata-rata pertumbuhan dan kerusakan pertahanan imum merupakan tanda kekurang zinc tingkat sedang. Dampak lain seperti rusaknya rasa dan penciuman, tertundanya penyembuhan luka yang dikatakan sebagai rendahnya intik zinc kurang dipantau secara konsisten (FAO-UN and WHO, 2001). Ragib, et al. (2004) melakukan studi pada anak usia 12-59 bulan yang terinfeksi Shigella dengan metode randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Elemen zinc (20 mg) dan multivitamin (vitamin A, D, Thiamin, riboflavin, nicotinamide dan Ca) yang diberikan dengan dosis dua kali RDA setiap hari selama 2 minggu pada kelompok Zinc (n=28), sedangkan multivitamin saja diberikan pada kelompok kontrol (n=28). Standar terapi antibiotik diberikan
untuk ke dua kelompok. Hasil studi menunjukkan konsentrasi serum zinc meningkatkan pada kedua kelompok selama penyembuhan penyakit, dan suplementasi zinc menunjukkan efek yang signifikan.
Respon perkembang
biakan (proliferasi) lymphocyte pada kelompok zinc relatif meningkat dibanding kelompok kontrol (P=0,002), tetapi tidak terdapat efek yang signifikan yang terlihat pada konsentrasi cytokine (IL2 dan IFN ? ) yang dilepas dari sel mitogenstimulated mononuclear atau konsentrasi cytokine (IL2, IFN ?, IFN 1ß ) dalam feces. Diantara antigen (LPS dan Ipa) – antibody specific, plasma Ipa-specif ic Immunoglobulin G pada hari ke 30 yang secara signifikan merespon lebih tinggi pada kelompok zinc daripada kontrol. Namun demikian, kedua kelompok tidak berbeda secara nyata dalam respon antigen-spesifik yang lain dalam plasma dan feses.
Peran Iodin dalam Proses Metabolisme
Peran fisiologi iodin dalam tubuh manusia adalah pembentukan hormon thyorid oleh kelenjar thyroid.
Kebutuhan konsumsi iodium ditentukan oleh
produksi T4 secara normal oleh kelenjar thyroid tanpa penekanan mekanisme trapping iodin thyroid atau meningkatnya kadar hormon stimulasi thyroid (TSH). Iodin digunakan kelenjar thyroid untuk sintesa hormon thyroid, dan pengeluaran iodin urine dari ginjal. Ekskresi iodin urine merupaka indikator yang baik bagi asupan iodin (Gibson, 2005). Pada kondisi normal dimana secara klinis tidak terjadi kekurangan iodin atau bentuk gondok endemik maupun kretinisme, maka ekskresi iodium urine menunjukkan rata-rata kebutuhan iodium per hari. Indeks yang penting untuk menentukan kebutuhan iodin adalah T4 dalam serum dan kadar TSH (menunjukkan status thyroid yang normal) serta ekskresi iodin urine. Aktifitas fisiologi hormon thyroid dapat dikategorikan sebagai 1) pertumbuhan dan perkembangan, 2) mengontrol proses-proses metabolisme dalam tubuh. Hormon thyroid punya peran yang besar dalam tumbuh-kembang otak dan sistem syaraf pusat pada manusia dari usia 15 minggu kehamilan sampai dengan usia anak 3 tahun.
Jika kekurangan iodin terjadi pada periode tersebut dan
menyebabkan hormon thyroid defisit, mempunyai konsekuensi gangguan
perkembangan otak dan sistem syaraf pusat. Gangguan yang terjadi tidak dapat diperbaiki, dan hal yang serius akan terjadi kretinisme. Penanganan pada bayi yang menderita defisiensi iodin akan berhasil bila diberikan sedini mungkin yaitu sejak bayi memasuki usia 3 bulan (Widodo, 2009).
Hasil observasi yang
dilakukan Balai Penelitian GAKI Borobudur Magelang sejak tahun 2000 terhadap 20 bayi perineonatus, menunjukkan bahwa pemberian hormon thyroxine sejak usia 3 bulan mempunyai keberhasilan yang tinggi. Ssebesar 98% bayi mampu mencapai perkembangan normal dengan pemberian hormon thyroxine setiap hari dalam bentuk tablet hormon lypothyroxine dengan dosis 0.2 mg per kg berat (Widodo, 2009). Peran fisiologi yang lain dari hormon thyroid adalah mengontrol beberapa proses metabolisme dalam tubuh. Termasuk karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sebagai contoh hormon thyroid meningkatkan produksi energi. Lipolysis, dan mengatur neuglucogenesis dan glycolisis. Anjuran untuk usia 7-12 bulan sebesar 15 mcg/kgBB/hari, dengan batas anjuran maksimal sebesar 140 mcg/kgBB/hari (Shils et al., 2006).
Tepung Pury dari Pupa Ulat Sutera Mulberry
Pupa adalah bagian isi dari kokon yang merupakan produk sampingan dari industri pembudidayaan ulat sutera. Pupa telah dimanfaatkan sebagai pangan di negara-negara Asia dalam bentuk tepung.
Di Hongkong, China, Korea dan
Jepang dijual sebagai makanan komersial untuk sumber protein hewani dalam sup dan saus, yang merupakan makanan khusus bagi diet penderita jantung dan diabet karena kandungan kolesterol yang rendah (Singhal et al, 2001). Pupa jenis tussah digunakan sebagai obat penurun kolesterol dan tekanan darah karena mengandung lebih dari 70% asam lemak tak jenuh ganda dan untuk obat hepatitis karena mengandung 36% asam amino esensial (Huang, 2001). Pupa yang berasal dari ulat sutra Mulberry yang dibuat tepung (powder) selanjutnya disebut ’Pury’ (Astuti dan Kusharto, 2009) berpotensi sebagai sumber pangan yang bergizi dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan formula MPASI. Rata-rata produksi kokon nasional tahun 2005 sebesar 250 ton yang
menghasilkan 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a). Artinya bahwa hanya 12.5% dari total kokon yang dimanfaatkan, sedangkan sisanya 87.5% termasuk pupa merupakan limbah yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan cemaran lingkungan (udara dan air) bagi penduduk sekitar sentra industri sutera. Melalui teknologi sederhana, limbah pupa hasil samping produksi sutera dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi dan ekonomi serta ramah lingkungan. Setengah dari limbah pupa akan menghasilkan liquid pupa untuk tepung Pury dan setengahnya sebagai pakan ternak baik unggas maupun ikan, sehingga tidak ada limbah yang tersisa yang mencemari lingkungan. Secara budaya, daya terima pupa Mulberry di India bagian Timur mencapai + 24.6% pada kelompok usia 21-30 tahun keatas (P>0.05). Alasan mengapa pupa diterima responden di India adalah karena memang secara tradisi sudah diterima (83.4%), alasan rasa (70.3%), menambah variasi dalam diet (55.0%) dan 43.9% karena alasan ketersediaan.
Walau tidak biasa dimakan,
adanya makanan dari pupa secara lokal dapat digunakan sebagai bahan pengganti yang secara budaya mempunyai daya terima dan nilai gizi tinggi serta dapat digunakan sebagai makanan alternatif yang berpotensi bagi penduduk yang kurang gizi (Mishra et al, 2006).
Tabel 8 Komposisi zat gizi pupa ulat sutera Komposisi
Berat kering (%)
Moisture Chitin Crude protein Water soluble protein Carbohydrat Amino Acid Minerals Potassium Sodium Calsium Phosporus Vitamin C
9.88 4.30 71.75 26.10 6.85 27.35 7.13 1.86 0.07 4.44 0.68 187.70 (µg/g)
Sumber : Majumder et al (1994) dalam Singhal (2001).
Bose dan Majunder (1990) dalam Singhal et al (2001) melaporkan bahwa tepung pupa terdiri dari air 7.18%; fat 29.57%; protein 48.98%; glycogen 4.65%; chitin 3.37%; abu 2.19% dan lainnya seperti vitamin 3.7% . Keunggulan dari pupa terutama adalah protein dan asam lemak tak jenuh, juga vitamin dan mineral serta asam amino esensial maupun non-esensial yang sangat dibutuhkan bagi tumbuhkembang anak.
Komposisi zat gizi secara lengkap dari pupa ulat sutera dapat
dilihat pada Tabel 8 sedangkan komposisi asam amino pada Tabel 9. Tabel 9 Komposisi Asam Amino dari pupa ulat sutera dan rujukan FAO untuk protein. Sumber protein Lysine Leucine + isoleucine Valine + methionine Threonine Cystine Tyrosine Histidine Arginine Glutamic acid Glycine Serine Alanine Proline Cysteic acid
Pupa ulat sutera 2.60 6.73 4.95 1.46 0.21 1.53 1.46 2.47 0.25 4.60 2.33 4.90 4.40 0.28
Rujukan FAO 4.30 9.30 6.60 2.90 2.10
Nilai dihitung dalam gram per 16 gram N Sumber : Majumder et.al (1994) dalam Singhal et.al (2001).
Hasil-hasil penelitian tentang MPASI dapat dilihat pada Lampiran 1.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kualitas anak atau kelangsungan hidup anak yang baik tercermin dari pertumbuhan dan perkembangan yang normal yang merupakan dua proses atau peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi
cukup
tidaknya asupan energi dan zat gizi serta ada tidaknya penyakit infeksi. Asupan energi dan zat gizi yang kurang dalam waktu lama menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Adanya infeksi menyebabkan kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat, sementara nafsu makan menurun sehingga kesehatan tubuh semakin memburuk. Perkembangan selanjutnya dapat berpengaruh pada kecerdasan dan produktivitas kerja dimasa dewasa. Faktor penyebab tak langsung adalah pola asuh yang kurang tepat seperti pemberian ASI, MPASI, dan perawatan kesehatan bayi, ketersediaan pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah elemen penting dalam pemeliharaan bayi dan anak. SK Menkes no 450/Menkes/IV/2004 sejalan dengan rekomendasi WHO/UNICEF adalah menyusui eksklusif sejak lahir untuk 6 bulan pertama dan meneruskan bersama MPASI.
Pemberian MPASI yang
tepat sangat penting bagi bayi apalagi bayi yang menderita gizi kurang, untuk menjamin dan bahkan mengejar pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik seperti bayi dengan status gizi normal (Pojda and Kelley, 2000). Sehubungan dengan hal tersebut, intervensi MPASI-Pury selama 3 bulan bagi bayi mulai usia 6 atau 7 bulan dengan keadaan gizi kurang atau nyaris gizi kurang, diharapkan dapat meningkatkan secara langsung berat badan, panjang badan dan lingkar kepala serta status biokimia bayi sehingga berdampak positif pada peningkatan status gizi serta perkembangan motorik. Secara keseluruhan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 2. Indikator pertumbuhan fisik yang mudah diukur secara periodik (satu atau tiga bulan sekali) adalah berat badan, panjang badan dan lingkar kepala, sedangkan indikator sub klinis yang dapat menilai normal tidaknya cadangan 22
dalam darah adalah kadar zinc dalam serum dan konsentrai T4 dan TSH serum (Gibson, 2005; Benoist et al., 2007). Indikator perkembangan motorik anak khususnya pada usia dibawah satu tahun dapat diukur dengan milestone dasar menggunakan Skala Bayley III (Bayley, 2006). KELANGSUNGAN HIDUP ANAK
Final-OUTCOME :
INDEKS PERKEMBANGAN MOTORIK
OUTCOME2 :
INDEKS PERKEMBANGAN MOTORIK
Usia 11-12 bln
2bln OUTCOME1 :
PROSES
OUTPUT :
L I N G K U N G A N
-BB, PB, LK -Kadar T4 serum -Kadar TSH serum -Kadar Zn serum
Usia 9-10 bln
Asupan Energi & Protein
INFEKSI
3bln
INPUT :
2bln
Pola Asuh -Makanan -Kesehatan
-BB, PB, LK -Kadar T4 serum -Kadar TSH serum -Kadar Zn serum
PelayananKesehatan
Usia 6-7 bln
MPASI-pury
Asupan Energi & Protein
L I N G K U N G A N
3bln
MPASI-komersial
Kualitasdan Kuantitas MPASI
Gambar 2 Kerangka pemikiran efikasi MPASI-Pury terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang 6-12 bulan.
Hipotesis 1. Mutu gizi MPASI-Pury lebih baik dibanding MPASI-komersial. 2. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan pertumbuhan fisik (Berat Badan, Panjang Badan dan Lingkar Kepala) bayi yang lebih tinggi dibanding kelompok MPASI-komersial.
23
3. Pemberian MPASI-Pury menghasilkan perkembangan motorik bayi (gerakan kasar dan halus berdasarkan Skala Bayley III) lebih tinggi dibanding kelompok MPASI-komersial.
Batasan Operasional 1. Bayi gizi kurang adalah adalah bayi yang mempunyai indikator berat menurut umur dengan z-skor < -2SD s/d – 3SD standar WHO 2006. 2. Bayi nyaris gizi kurang adalah bayi yang mempunyai indikator berat badan menurut umur dengan nilai z-skor – 1.5 SD s/d – 2SD. 3. Pertumbuhan fisik bayi adalah perubahan ukuran tubuh yang diukur berdasar kan pertambahan berat badan (gram), panjang badan (cm) dan lingkar kepala (cm) . Pertumbuhan fisik diukur dua kali yaitu pada bulan ke 6 atau ke 7 dan bulan ke 9 atau ke 10. 4. Perkembangan motorik bayi adalah kemampuan bayi melakukan gerakan kasar dan gerakan halus sesuai usianya diukur berdasarkan skala Bayley III. Pengukuran dilakukan dua kali (oleh tenaga terlatih) pada bulan ke 6 atau ke 7 dan pada bulan ke 11 atau ke 12. 5. Status Gizi adalah pertumbuhan fisik bayi 6-11 bulan yang diukur secara antropometri berdasarkan indeks BB/U, PB/U, BB/PB dan LK/U menggunakan zskor dengan standar WHO 2006. 6. Status kesehatan adalah informasi tentang jenis penyakit (malaria, kecacingan, saluran pencernaan diare, campak, polio, TB, ISPA) yang diderita bayi dalam periode satu bulan terakhir , yang diperoleh melalui wawancara dengan ibu bayi dan observasi (pemeriksaan) petugas medis sebelum dan sesudah intervensi. 7. Status biokimia adalah kadar zinc, T4 dan TSH dalam serum yang diukur oleh petugas laboratorium yang terlatih sebelum dan sesudah intervensi. 8. Asupan energi dan protein adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi bayi 6-11 bulan dari makanan dan ASI yang diperoleh melalui metode recall 24 jam, yang diukur sebelum dan sesudah intervensi. Data recall kemudian dianalisis dengan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi sehari untuk bayi 6-11 bulan yaitu 650 kilo kalori energi dan 16 gram protein. 24
9. Status sosial ekonomi Rumah Tangga : adalah keadaan keuangan rumah tangga dalam rupiah per kapita per bulan, yang diperoleh melalui wawancara berdasarkan rata-rata pendapatan ayah per bulan dibagi jumlah anggota keluarga. 10. Tingkat Kepatuhan : Jumlah MPASI yang dikonsumsi bayi dalam satuan bungkus perbulan dan dihitung dalam % per bulan (jumlah yang dikonsumsi dibagi yang tersedia dikalikan 100%).
25
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian berlangsung selama 2 tahun (Juli 2007 s/d Juli 2009) di Kabupaten tangerang. Lokasi penelitian (kecamatan) dipilih berdasarkan analisa BPS yang menyatakan bahwa Kecamatan Teluknaga termasuk wilayah kuadran I di Kabupaten Tangerang. Kuadran I menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) rendah dan produk domestik rata-rata bruto (PDRB) per kapita juga rendah (Harjatmo, 2005). Waktu dan tempat kegiatan penelitian pada Tabel 10. Tabel 10 Waktu dan tempat aktivitas penelitian No 1.
Waktu dan tempat Juli – Desember 2007, laboratorium percobaan makanan GM-FEMAIPB.
Aktivitas Pembuatan tepung pupae-mulberry yang disebut Pury sebagai bahan dasar formula MPASI.
2.
September 2007-September 2008, laboratorium percobaan makanan GM-FEMA-IPB.
Pengembangan dan produksi MPASI formula-Pury.
3.
Desember 2007 – Januari 2009, laboratorium percobaan makanan GM-FEMA-IPB dan laboratorium Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor.
Analisis mutu gizi dan keamanan pangan dari Pury dan MPASI formula-Pury.
4.
Maret 2008 s/d Februari 2009, wilayah Puskesmas Teluknaga, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.
Studi efikasi pada bayi 6-12 bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang.
5.
Juni-Juli 2009, laboratorium percobaan hewan, Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI di Bogor.
Percobaan pada hewan tikus untuk mendapatkan data pendukung tentang mutu protein, keamanan pangan dan dampak MPASI formula-Pury terhadap pertumbuhan.
6.
Juni 2009, wilayah Puskesmas Teluknaga, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.
Survey konsumsi pada bayi 11-12 bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang yang tidak mendapat intervensi MPASI sebagai kelompok kontrol.
Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu Dua macam produk MPASI yang diberikan untuk bayi berupa bubuk kering yang dikemas dengan ukuran 120 gram per hari dalam aluminium foil. Produk MPASI pertama adalah formula Pury dengan 3 rasa dan aroma yaitu rasa pisang, vanila dan kacang hijau. Produk kedua adalah formula komersial yang telah dikenal masyarakat dan tersedia di lokasi penelitian dengan 3 rasa yaitu rasa pisang, beras merah dan kacang hijau.
Komposisi produk MPASI yang
digunakan dalam penelitian dibandingkan dengan spesifikasi teknis MPASI SK Menteri Kesehatan tahun 2007 pada Tabel 11.
Tabel 11 Komposisi produk MPASI dan spesifikasi Menkes 2007 Aspek
Spesifikasi teknis SK Menkes 2007
Produk MPASI yang digunakan Formula Pury Formula komersial
Komposisi dasar :
Beras dan atau beras merah Kacang hijau dan atau kedele Susu Gula Minyak nabati
Tep. beras merah
Beras
Tepung tempe
Jagung
Susu formula 2 Tep. Gula halus Tepung Pury
Tep. Susu skim Gula Minyak nabati
Diperkaya dengan: Vitamin dan mineral
Sumber alami dari bahan yang ada.
Premix vitamin dan mineral, prebiotik FOS, lisin, DHA.
Penyedap rasa
Ada
Tidak ada
Tidak ada kete rangan
Aroma:
Pisang, beras merah, dan kacang hijau
Food grade: pisang , vanila dan kacang hijau.
Tepung: pisang, beras merah, kacang hijau.
Populasi, Contoh dan Teknik pengambilan contoh Populasi adalah bayi dengan kriteria inklusi: status gizi kurang (z-skor BB menurut Umur < - 2 SD) atau nyaris gizi kurang (z-skor BB menurut Umur < 1,5 SD) tanpa komplikasi klinis usia 6-7 bulan yang berasal dari keluarga kurang
mampu, yang tinggal di wilayah Puskesmas Teluknaga Tangerang. Penentuan besaran contoh menggunakan dasar (analogi) penelitian ”Pengaruh Pemberian LGlutamin pada MPASI Pemulih terhadap Mutu Protein, Profil Imunitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6 bulan yang mengalami Berat Badan Kurang (Underweight)” (Sunaryo, 2004).
Besar contoh yang diinginkan merupakan
perubahan berat badan minimal yaitu 350 gram dengan standar deviasi (SD) dari kelompok perlakuann dan kelompok kontrol (490 gram vs 520 gram), selang kepercayaan 95%, dan kekuatan uji 80%.
Penentuan besar contoh dihitung
dengan formula (Madiyono dkk, 2002) :
n=
{(Za + Zß )² (s 1 ² + s 2 ² )} -----------------------------------(d)²
n = ukuran contoh Za = sebaran normal dengan taraf nyata 95% (1,96). Zß = sebaran normal dengan kekuatan uji 80% (0,84) s1 = standar deviasi perubahan berat pada kelompok percobaan = 490 gram (Kenaikan rata-rata berat badan = 780 + 490 gram) s2 = standar deviasi perubahan berat pada kelompok kontrol = 520 gram (Kenaikan rata-rata berat badan = 720 + 520 gram) d = harapan perbedaan rata-rata berat badan antara kedua kelompok 350 gram Jumlah contoh yang diperlukan à N = {1.96 + 0.84) ² (0.49 ² + 0.52 ²)} / (0.35)² ( 2.8)² (0.2401 + 0.2704 ) / (0.1225)
7.84 (0.5105) / 0.1225 4.00232 /0.1225 = 32.672 Cadangan 10 % ................................... 3.26 ------------------- + 35.9 à dibulatkan 36 contoh Penghitungan ukuran contoh berdasarkan rumus tersebut diperoleh 36 contoh sudah termasuk 10% perkiraan gagal, sehingga total contoh 72 bayi dengan gizi kurang usia 6-7 bulan (36 contoh kelompok Pury dan 36 contoh kelompok komersial). Bayi yang memenuhi kriteria contoh diambil secara sensus selama 78 bulan sampai terpenuhi jumlah contoh sesuai hitungan tersebut diatas.
Pemilihan contoh sebagai kelompok Pury maupun kelompok
komersial
ditetapkan berdasarkan random desa. Kelompok kontrol adalah bayi usia 9-10 bulan dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang yang tidak termasuk dalam kelompok Pury maupun kelompok komersial. Jumlah bayi contoh pada kelompok kontrol sebanyak 16 bayi yang diambil secara sensus di 13 desa wilayah Puskesmas Kecamatan Teluknaga. Kabupeten Tangerang (26 Kecamatan ) Dipilih beAKGsarkan kuadran à Kecamatan Teluknaga ( 13 desa ) Sensus contoh sesuai kriteria à Daftar 72 bayi contoh Random à
36 bayi contoh (kelompok Pury) (daftar bayi gizi kurang usia 6-7 bulan) Baseline
36 bayi contoh (kelompok komersisal) (daftar bayi gizi kurang usia 6-7 bulan) Baseline
3 bulan (MPASI-Pury)
n = 36 Endpoint
Gambar 3
3 bulan (MPASI-komersial)
ada bulan ke 9-10 dan bulan ke 11-12
n = 36 Endpoint
Skema cara pengambilan contoh
Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Ekperimental murni teracak buta (Randomize community Trial, Single-Blind) yang telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, nomor109/PT02.FK/ETIK/2008.
Bayi contoh dibagi dalam 2 kelompok secara
random yaitu kelompok perlakuan MPASI Pury (PG) dan kelompok perlakuan
MPASI komersial (CG) yang masing-masing berjumlah 36 bayi sesuai kriteria inklusi.
Kelompok PG diberi MPASI-Pury dan kelompok CG diberi MPASI-
komersial yang tersedia dan dikenal di lokasi penelitian. Pada akhir penelitian dilakukan survei konsumsi pada kelompok kontrol yaitu bayi dengan status gizi kurang atau nyaris gizi kurang usia 9-10 bulan yang tidak pernah mendapat intervensi MPASI dari studi efikasi maupun dari Puskesmas setempat. Sebelum MPASI dibagikan, petugas menjelaskan dan mendemonstrasikan cara persiapan dan atau pemasakan MPASI, serta porsi setiap kali makan yang harus diberikan pada bayi. Pada periode dua minggu pertama, tim peneliti didampingi kader atau bidan desa mengunjungi setiap bayi untuk melakukan observasi dan menanyakan masalah yang ditemui ibu bayi dalam memberikan MPASI.
Masalah dan kemungkinan pemecahannya langsung didiskusikan
sekaligus memberikan penguatan pada ibu bayi untuk tetap melanjutkan memberikan MPASI pada bayi sesuai ketentuan. Bayi dianjurkan untuk menghabiskan satu sachet (@ 120 gram per hari yang dikonsumsi secara bertahap sesuai usia dan kemampuan bayi. Paket MPASI dibungkus per minggu dengan isi 7 sachet dan diberikan 2 minggu sekali dimasukkan dalam kantong atau tas plastik warna hitam. Paket MPASI diberikan pertama kali di Puskesmas lengkap dengan penjelasan pada ibu bayi. Pemberian selanjutnya melalui kurir yaitu kader atau bidan desa setempat langsung kepada ibu bayi. Paket MPASI diberikan selama 3 bulan berturut-turut tanpa dipungut biaya.
Pengumpulan dan Pengukuran Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data bayi dan keluarganya. Data bayi mencakup identitas (nama, jenis kelamin, usia, berat lahir dan urutan anak ke berapa), data kesehatan (morbitidas, keadaan klinis dan status imunisasi) dan Status biokimia darah (konsentarsi zinc, T4 dan TSH serum), ukuran antropometri (berat badan, panjang badan dan lingkar kepala), intik energi dan protein sehari, serta perkembangan motorik. Data dasar (sebelum intervensi) dan data akhir
(setelah 3 dan 5 bulan intervensi) diambil di Puskesmas oleh tenaga profesional. Tabel 12 menunjukkan jenis informasi dan metode yang digunakan.
Tabel 12
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Aspek Sosial ekonomi keluarga Intik energi dan protein sehari Status biokimia
Pertumbuhan fisik bayi
Status perkembangan
Status kesehatan
Status gizi bayi
Kepatuhan Pemberian MP-ASI
Peubah Pendapatan kepala rumah tangga (ayah) dalam rupiah perbulan. Energi (kcal), Protein (gr), Kadar zinc serum Konsentrasi T4 dan TSH serum. Berat badan (BB)
Cara Pengukuran Wawancara, menggunakan kuesioner Menggunakan metode food recall 24 jam Metode AAS Metode Chemillumine Scece
Penimbangan bayi dilakukan di Puskesmas dengan alat timbang bayi ketelitian 0.05 kg. Panjang badan (PB) Pengukuran panjang badan dilakukan dengan alat panjang badan (papan kayu yang diberi microtoise) dengan ketelitian 0.1 cm. Lingkar kepala Pengukuran lingkar kepala dengan meterline ketelitian 0,1 cm. Pengukuran BB, PB, LK dilakukan sebelum dan sesudah intervensi, serta 2 bulan setelah intervensi selesai. Perkembangan motorik (Skala Pengukuran dilakukan oleh Bayley III) tenaga terlatih selama 2 kali yaitu sebelum intervensi (usia bayi 6-7 bln) dan 2 bulan setelah intervensi selesai (usia bayi 11-12 bulan) dengan instrumen Skala Bayley III. Ada tidaknya penyakit yang Berdasarkan pemeriksaan klinis diderita bayi pada saat dan observasi pada bayi serta pemeriksaan. wawancara tenaga medis kepada orang tua bayi. Pemeriksaan dilakukan sebelum, selama dan sesudah intervensi. Menggunakan indeks BB/U, Diukur berdasarkan PB/U, BB/PB dan LK/U perhitungan z-skor dengan standar WHO 2006. Tingkat kepatuhan : Jumlah Observasi anak dan wawancara MPASI yang dikonsumsi pada ibunya serta mencatat dari sampel dalam satuan bungkus catatan per minggu. perbulan.
Pengolahan dan Analisis Data Data diolah dengan alat bantu komputer untuk asupan makanan (energi dan protein) dan nilai z-skor antropometri (BB/U, PB/U, BB/PB. LK/U) serta melalui laboratorium untuk status biokimia.
Penghitungan nilai z-skor setiap
indeks antropometri menggunakan standar WHO tahun 2007 dengan sofware WHO anthroplus fersion 02 tahun 2009 (WHO, 2009). Data perkembangan motorik diolah sesuai skala Bayley III. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (kelompok Pury dan komersial) dilakukan uji pembedaan yaitu ANOVA dan t-test pada a 0.05. Uji korelasi bivariat dilakukan dengan uji Pearson dua arah pada level 0.01 dan 0.05. Sedangkan untuk mengetahui interaksi antar faktor penentu dampak pemberian MPASI-Pury terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi digunakan persamaan regresi logistik ganda. Model Regresi Logistik untuk menganalisis pertumbuhan fisik : Y1234 = ßo+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+ß5X5+E dimana, Y1234 = Z-skor BB/U, PB/U, BB/PB, LK/U. ßo = konstanta;
ß1........ß5 = koefisien regresi;
E = eror
X1 = perlakuan MPASI à 0=formula komersial ; 1=formula Pury, X2 = intik energi sehari (% AKG) 0: defisiensi (< 80% AKG)
1: cukup (>=80% AKG)
X3 = intik protein sehari (% AKG) 0: defisiensi (< 80% AKG)
1: cukup (>=80% AKG)
X4 = kadar zinc dalam serum 0: defisiensi (< 10,7 µmkol/L) 1: normal (>= 10.7 µmkol/L X5 = status kesehatan à 0=tidak sehat ; 1=sehat
Model Regresi Logistik untuk menganalisis perkembangan motorik : Y123 = ßo+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+E
dimana,
Y123 = Z-skor perkembangan motorik (1:motorik umum; 2:halus; 3:kasar) ßo = konstanta;
ß1........ß4 = koefisien regresi;
E = eror
X1 = perlakuan MPASI à 0=formula komersial ; 1=formula Pury
X2 = kadar zinc dalam serum 0: defisiensi (< 10,7 µmkol/L) 1: normal (>= 10.7 µmkol/L X3 = Z-skor BB/U 0: < -2,32 SD; 1: > -2,32 SD X4 = Z-skor LK/U 0: < -1,68 SD; 1: > -1,68 SD
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah skrining selama 8 bulan yang mencakup 128 bayi, terdapat 96 bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan diundang untuk mengikuti aktivitas program MPASI di Puskesmas selama 5 bulan kedepan, sejak bayi usia 6-7 bulan sampai usia bayi 11-12 bulan. Sebanyak 15 bayi tidak hadir, 3 bayi menolak pemeriksaan darah awal. Tujuh puluh lima bayi didaftar dalam program MPASI dan dibagi menjadi dua kelompok sesuai random desa yaitu 39 dalam kelompok Pury (PG) dan 36 dalam kelompok komersial (CG). Lima dari 75 bayi tersebut (3 dari PG dan 2 dari CG) tidak menyelesaikan program karena 1 meninggal sebelum diintervensi, 3 tidak melanjutkan program pada bulan kedua dan 1 menolak pemeriksaan darah akhir (Gambar 4).
Bayi yang tidak melengkapi data awal
maupun data akhir, tidak dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Hasil Skrining 128 bayi 96 bayi masuk kriteria, Undang ke PKM (registrasi) 3 bayi dg gizi baik 3 bayi menolak pem.drh
15 bayi tidak hadir
75 bayi dirandom PG : 39
dirandom CG : 36
37 selesai intervensi
34 selesai intervensi
36 selesai follow-up
34 selesai follow-up
1 meninggal seblm intervensi
2 drop out
1 drop out
1 menolak pem. darah
Gambar 4 Profil Studi
Gambar 4 Profil studi Karakterisktik Bayi dan Sosial Ekonomi Keluarga Total contoh 70 bayi, sebagian besar berjenis kelamin perempuan khususnya pada PG. Usia rata-rata 6.6±0.6 bulan, yang umumnya merupakan anak kedua. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada karakteristik maupun 34
Table 13 Karakteristik dasar bayi dan sosial ekonomi keluarga PG ( n=36)
Kelompok perlakuan CG (n=34)
Total (n=70)
6.6±0.6 6.3 ± 0.4 (75.0) 7.4 ± 0.2 (25.0) 44.4 2964 + 744 48.5 + 7.8 2.2 + 1.8
6.6±0.7 6.2 ± 0.4 (64.7) 7.3 ± 0.3 (35.3) 52.9 2967 + 540 49.4 + 5.4 2.3 + 1.3
6.6±0.6 6.2±0.4(70.0) 7.4±0.3(30.0) 48.6 2966 ± 644 49.0 ± 6.5 2.3±1.5
77.8 5.9 + 4.3 19.7 + 34.8
79.4 5.8 + 4.5 13.4 + 15.7
78.6 5.8±4.3 16.6±2.7
94.4 3.8 ± 1.8
100.0 4.7 ± 1.8
97.1 4.2±1.8
5936 + 351 63.0 + 2.0 40.5 + 1.2
6098 + 470 63.7 + 2.4 40.8 + 1.3
6015±418 63.4±2.3 40.7±1.3
-2.36 ± 0.53 (63.9) -2.02 ± 0.93 (50.0) -1.22 ± 0.77 (13.9) - 2.03 ± 1.08 (86.1)
-2.19 ± 0.45 (55.9) -1.50 ± 0.91 (32.4) -0.95 ± 0.88 (11.8) - 1.84 ± 0.85 (85.3)
-2.28±0.50 (60.0) -1.77±0.95 (41.4) -1.09±0.83 (12.9) -1.94±0.97 (85.7)
44.4 22.2 11.1 22.3
41.2 14.7 20.6 23.5
42.9 18.6 15.7 22.8
2.8 97.2 4.2 + 1.8 815 138 + 417 621
11.7 88.2 4.3 + 1.3 7126 47 + 290 530
7.2 92.9 4.3 + 1.5 765 357 + 362 627
75.0
67.6
71.4
Status imunisasi lengkap (%)
72.2 66.7 75.0 27.8 16.7 8.3 33.3
55.9 64.7 76.5 35.3 2.9 2.9 26.5
64.3 65.7 75.7 31.4 10.0 5.7 30.0
Type of immunization delivered BCG (%) DPT1 / Polio 1 (%) DPT2 / Polio 2 (%) DPT3 / Polio 3 (% Hepatitis (%)
77.8 77.8 50.0 27.8 22.2
70.6 64.7 50.0 29.4 14.7
74.3 71.4 50.0 28.6 18.6
Peubah¹ Karakteristrik bayi : • Usia (bulan+ bulan) Usia 6 bulan (%) Usia 7 bulan (%) • Laki-laki(%) • Berat lahir (g)( n= 29) • Panjang lahir (cm) (n=29) • Urutan kelahiran Pemberian ASI : • Bayi masih mendapat ASI (%) • Frekuensi ASI per hari • Durasi pemberian ASI (menit) Makanan Pendamping ASI (MPASI): • Sudah mendapat MPASI (%) • Usia perkenalan MPASI (bulan) Ukuran Antropometri : • Berat badan (g) • Panjang badan (cm) • Lingkar kepala (cm) Nilai z-skor :² • BB/U (underweight,%) • PB/U (stunted, %) • BB/PB (wasting, %) • LK/U (kecil, %) Karakteristik keluarga bayi: * Pekerjaan ayah -buruh -karyawan -pedagang -lain-lain *Pekerjaan ibu -bekerja (karyawan, buruh) -tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga) *Jumlah anggota keluarga * Rata-rata pendpatan ayah(Rp/bln). Status kesehatan dan immunisasi³: *Status bayi yang sehat (%) *Gejala yang sering muncul saat sakit Panas (%) Batuk (%) Pilek (%) Diare (%) Dermatitis (%) Sesak nafas (%) •
•
¹Nilai dalam means + SD ²nilai z-skor dari BB/U, berat badan menurut umur; PB/U, panjang badan menurut umur; BB/PB, berat badan menurut panjang badan; LK/U, lingkar kepala menurut umur. ³Diarrhea sebagai frekuensi buang air besar 3 atau lebih per hari dg bentuk lembek dan berair. Sesak nafas, sebagai batuk dan bunyi zinc au (hidung tersumbat) dengan atau tanpa demam; BCG vaccine member proteksi terhadap Tuberculosis, diberikan segera setelah bayi lahir; DPT vaccine melindungi terhadap penyakit Diphtheria, Pertusis dan Tetanus, diberikan bersama dengan Polio ketika bayi berumur 2, 3 and 4 bulan. Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang system syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kelemahan otot secara permanen.
35
status kesehatan dan imunisasi bayi, serta sosial ekonomi keluarga (Tabel 13). Rata-rata pendapatan keluarga yang diwakili dengan pendapatan ayah per bulan sebesar Rp 765.357 ± 362.627,-. Pendapatan per kapita per bulan keluarga PG (Rp 194.081,-) lebih tinggi dibanding keluarga CG (Rp 165.732). Dengan nilai dollar Rp 10.000 per $ US, maka menurut Bank Dunia bahwa PG maupun CG termasuk keluarga miskin karena masih dibawah $ 1 US per kapita per hari (PG=Rp 6.469 atau 0.65$ dan CG=Rp 5.524,- atau 0.55 $). Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) yang dilaksanakan tahun 2007 terhadap bayi usia 12-23 bulan, diperoleh cakupan imunisasi secara nasional sebesar 86.9% BCG, 71.0% Polio3, 67.7% DPT3 dan 62.8% HB3. Sementara cakupan imunisasi di wilayah Puskesmas Teluknaga lebih besar dari cakupan nasional yaitu BCG 91.6% dan Polio3, DPT3, serta HB3 masing-masing 90.5% (Tabel 14). Data dasar yang ditemukan pada studi efikasi di Teluknaga diperoleh proporsi bayi 6-7 bulan dengan status imunisasi yang lengkap baru mencapai 30%,
PG (33.3%) lebih tinggi dari CG (26.5%) dan masih berada dibawah
cakupan nasional tahun 2007 yaitu sebesar 46.2%. Proporsi cakupan imunisasi BCG, DPT1, DPT2 dan Hepatisis lebih tinggi pada PG, kecuali DPT3 yang sedikit lebih baik pada CG namun masih tetap dibawah cakupan nasional (Badan Litbangkes Depkes, 2008).
Tabel 14 Cakupan imunisasi (%) hasil studi efikasi di Teluknaga dibanding angka nasional dan lokal. Jenis Angka Cakupan Data dasar imunisasi nasional¹ Puskesmas studi efikasi³ Teluknaga² BCG 86.7 91.6 74.3 DPT3 67.7 90.5 28.6 Polio3 71.0 90.5 TA HB3 62.8 90.5 TA ¹Riskesda 2007 (Balitbang Depkes RI, 2008) ²Laporan Puskesmas tahun 2007 (Puskesmas Teluknaga, 2008) ³Hasil studi efikasi di Teluknaga tahun 2008.
Tabel 13 juga menjelaskan bahwa sebagian besar bayi (78.6%) masih mendapat ASI, dengan frekuensi pemberian rata-rata 5.8 kali dalam sehari dan durasi 16.6 menit setiap kali menyusu. MPASI sudah diberikan pada hampir 36
semua bayi (97.1%) sejak usia bayi 4.3 bulan, pada PG (3.8 ±1.8) lebih awal dibanding CG (4.7 ± 1.8). Hal ini serupa dengan kenyataan di beberapa negara yang memperkenalkan MPASI pada bayi mulai usia 3-4 bulan
(Mary Fewtrell
dalam Koletzko, 2008). Pemberian MPASI yang sangat awal berbahaya bagi bayi karena menyebabkan penurunan produksi ASI sehingga asupan energi serta zat gizi bayi cenderung berkurang, dan berisiko hadirnya bakteri pathogen pada makanan serta minuman bayi yang dapat menimbulkan diare (Kim, 2000). MPASI disiapkan dan diberikan oleh hampir semua ibu bayi (masing-masing 94.1% dan 95.6%), dan sisanya dilakukan oleh nenek bayi.
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan Tepung Pupae-Mulberry (Pury) Tepung Pury merupakan alternatif bahan dasar untuk pembuatan MPASI. Bahan yang digunakan adalah limbah pupa yang merupakan produk samping benang sutera yang diperoleh dari sentra-sentra pemintalan benang sutera di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Untuk mendapatkan hasil tepung (Pury) yang
berkualitas perlu dilakukan proses yang benar. Limbah pupa harus diolah segera setelah pemintalan benang sutera selesai. Pisahkan limbah pupa yang masih baik dan buang pupa yang kurang baik (kecil, busuk, keriput, dll). Cuci minimal 3 kali untuk membuang lendir dan kotoran lain yang menempel, kemudian tiriskan. Siapkan dandang isi sedikit air diatas api. Setelah air mendidih masukkan pupa dan tutup rapat. Setelah + 10 menit angkat dandang dan buka tutpnya. Untuk mendapatkan liquid pupa, masukkan pupa yang sudah dikukus ke dalam saringan kawat yang bersih dan kuat kemudian diuleg atau digerus.
Tetesan liquid
ditampung di baskom, sedangkan kulit pupa dapat digunakan sebagai pakan ikan (dalam keadaan segar atau dikeringkan. Langkah selanjutnya adalah mengisi liquid dengan bahan lain yaitu tepung maizena sebanyak 10%. Campuran diaduk dan dikeringkan dengan oven selama 6 jam pada suhu 60ºC, kemudian angkat dan blender agar halus. Skema Pengolahan limbah sutera menjadi tepung Pury secara singkat seperti Gambar 5 berikut.
37
Limbah pupa segar cuci dan tiriskan Kukus + 10 menit Ambil liquid (gerus pupa dalam saringan yang kuat dan buang kulit pupa) Tambah 10% tepung maizena, aduk Keringkan dalam oven selama 6 jam dengan suhu 60º C. Blender agar halus PURY Analisis Zat Gizi dan keamanan pangan Gambar 5 Skema pembuatan Pury Proses pengeringan yang menyangkut suhu dan durasi pengeringan sangat mempengaruhi hasil. Bila suhu terlalu tinggi maka hasil Pury akan berwarna coklat tua, demikian pula bila waktu pengeringan kurang, maka Pury akan berwarna kehijauan dengan aroma yang tidak sedap (sengir). Pada suhu dan waktu yang tepat maka akan menghasilkan warna yang cerah kuning kecoklatan (krem), tekstur kering dan renyah (tidak menggumpal) dan aroma sedap yang mengundang selera. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan teknologi tinggi yaitu dengan drum dryer yang dapat menghasilkan tepung 50 kg per 8 jam, dengan kekeringan yang konstan namun perlu tempat, alat dan tenaga khusus serta daya listrik yang besar. Penggunaan oven rumah tangga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja di sekitar sentra pemintalan sutera. Bahan bakar dapat menggunakan gas ukuran 12 kg untuk 10 kali pengeringan, namun kapasitas per 6 jam untuk satu oven rumah tangga hanya mencapai 2 kg produksi tepung atau 4 kg per hari. Kesempurnaan hasil dapat bervariasi tergantung pengontrolan yang dilakukan. Analisis tepung Pury dilakukan di 2 laboratorium yaitu laboratorium percobaan makanan GM-FEMA-IPB dan laboratorium Pusat Penelitian dan 38
Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI di
Bogor untuk mengetahui
keamanan dan komposisi zat gizi Pury. Metode yang digunakan antara lain : Bomb Calorimetry, Gravimetry, Titrimetry, Spectrophotometry, Microbiology, dan AAS (Tabel 15 dan 16).
Tabel 15
Test cemaran mikro organisme dalam tepung Pury Parameter Total Plate Count Coliform E. Coli Staphy. aureus Salmonella / shigella
Satuan
Kadar
Teknik analisis
Colony/g Colony/g Colony/g Colony/g Colony/25g
5.8 x 10³ 7.5 x 10¹ 1.5 x 10¹ Negatif 2.0 x 10¹
Microbiology Microbiology Microbiology Microbiology Microbiology
Hasil tes cemaran mikro organisme menunjukkan bahwa Total Plate Count (TPC) dalam Pury (5800/gr) masih dibawah ketentuan Departemen Kesehatan RI (10.000/gr), demikian pula dengan kandungan Staphylococcus aureus yang negatif per gram bahan (Menkes, 2007). Beberapa mikro-organismne seperti Eshecia Coli dan Salmonella atau Shigella sedikit diatas ambang batas yang dianjurkan, namun tidak berbahaya karena akan hilang dalam proses pemasakan. Pury dipastikan aman sebagai bahan pangan karena Pury tidak dikonsumsi langsung tetapi masih diolah lebih lanjut. Kadar air sangat penting untuk menentukan parameter mutu yaitu sangat menentukan kualitas mutu produk dari segi fisik, kimia dan mikrobiologi. Tabel 16 menunjukkan bahwa kadar air pada tepung Pury sekitar 10.4 % yang berada dibawah kadar air tepung terigu yaitu 12% (Winarno, 1992). Berdasarkan hal tersebut maka produksi Pury dapat dikatakan memenuhi syarat fisik untuk kadar air, sehingga kerusakan fisik, kimia dan mikrobiologi dapat dicegah lebih lama yang berarti meningkatkan daya simpan hasil produksi tersebut. Kandungan protein dalam Pury juga tinggi (33.44%) yang berarti mempunyai nilai biologi tinggi karena dengan kadar protein tinggi dapat mencerminkan susunan asam aminonya yang relatif lengkap. Kandungan Zat gizi
39
mikro seperti vitamin dan mineral sangat rinci merupakan keunggulan Pury sebagai alternatif bahan formula MPASI (Tabel 16). Tabel 16
Komposisi zat gizi dalam tepung Pury
Parameter Energi Kadar air Abu Protein Lemak Karbohidrat Dietary Fiber Fiber Mineral : Fe Kalsium (Ca) Zinc (Zn) Selenium (Se) Sodium, Na Phosphor, P Iodine Vitamin : A B1 (Thiamin) B12 (Riboflavin) Asam Folat
Satuan Cal/g % w/w % w/w % w/w % w/w % w/w % w/w % w/w
Kadar 4826 10.40 3.14 33.44 25.72 5.54 0.22 0.71
Teknik analisis BombCalorimetry Gravimetry Gravimetry Titrimetry (Kjeldahl) Gravimetry (Soxhlet) Spectrometry Gravimetry Gravimetry
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
30.79 1162.53 95.68 <0.002 300.48 5874.56 45
AAS AAS AAS AAS Spectrophotometry AAS Spectrometry
Mcg/100g Mg/100g Mcg/100g Mcg/100g
277 0.66 0.24 68.21
Spectrophotometry Spectrophotometry Microbiology Microbiology
Keunggulan lain dari Pury adalah kandungan asam lemak tak jenuh seperti oleic, linoleic dan linolenic (56.3%) yang dua kali lebih banyak dari kandungan asam lemak jenuh ( Miristat, Palmitat, Stearat dan Arachidonat) dalam Pury (sekitar 27% w/w) yang merupakan bahan dasar pembentukan otak bayi dan anak (Tabel 17). Bila Pury dicampur dalam formula MPASI bagi bayi usia 6-12 bulan, maka dapat digunakan sebagai sumber protein, lemak khususnya lemak tak jenuh , vitamin dan mineral yang akan memberikan dampak yang positif bagi tumbuhkembang anak. Kadar asam amino essensial seperti leucine, isoleucine, lysine dan valine saling bekerja sama dan penting bagi pertumbuhan yang sempurna serta meningkatkan daya tahan tubuh. Arginina juga merupakan asam amino essensial bagi bayi dan anak-anak karena belum dapat diproduksi sendiri dalam tubuh. 40
Arginina membantu meningkatkan sistem imun, mengatur hormon dan gula darah, serta menetralisir efek ammoniak dan zat beracun dalam tubuh. Fenilalanin digunakan oleh otak untuk memproduks i norepinephrine sebagai dasar kontrol interaksi dengan lingkungan. Penggunaan tepung Pury sebagai sumber protein sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi dan anak di lingkungan sentra produksi sutera. Tabel 17
Komposisi asam lemak dan asam amino dalam tepung Pury Parameter Satuan Kadar Teknik analisis Asam Lemak (unit % % w/w GC 0.16 w/w in fat/oil): C14:0 (Miristic) 21.81 C16:0 (Palmitic) 4.85 C18:0 (Stearaic) 32.71 C18:1 (Oleic) 4.35 C18:2 (Linoleic) 19.20 C18:3 (Linolenic) 0.21 C20:0 (Arachidic) 0.04 C22:0 (Behenic) 0.04 C22:1 (Erucic) Asam Amino % w/w HPLC Aspartic acid 2.46 Glutamic acid 2.85 Serine 0.84 Histidine 0.81 Glycine 1.83 Threonine 0.92 Arginine 1.18 Alanine 1.16 Tyrosine 1.40 Methionine 1.04 Valine 1.38 Phenylalanine 1.24 I-leucine 1.15 Leucine 1.74 Lycine 2.00
41
Mutu Gizi dan Keamanan Pangan MPASI-Pury
Komposisi dan mutu gizi makro MPASI-Pury Komposisi MPASI-Pury terdiri dari 16.6 % tepung beras merah sebagai sumber karbohidrat, 25% tepung Pury sebagai sumber protein hewani dan lemak esensial serta memberi rasa gurih , 16.6% tepung tempe sebagai sumber protein nabati, dan 16.6% tepung susu formula serta 25% gula pasir halus sebagai sumber energi, dengan rasa dan aroma pisang, vanili serta kacang ijo. Kandungan energi dan zat gizi makro sesuai acuan Departemen Kesehatan RI tahun 2007 (Tabel 18).
Tabel 18 Kandungan energi dan zat gizi makro dalam100 gram produk MPASIPury dan MPASI-komersial No. SK Menkes tahun 2007 MPASIMPASIKomposisi Satuan Kandungan komersial Pury 1. 2. 3.
4.
Energi Protein (70%kasein) Lemak -Lonoleat -Linolenat Karbohidrat -Sukrosa -Serat
Kkal Gram Gram
400 – 440 15 – 22 10 – 15 1,4 TA
Gram Maks 30 Maks 5
400 10 6.25 TA DHA:21mg/100g
77.5 20 8.5
426 20.0 11.2 1.8 1.6 45.2 5.9 4.6
MPASI-Pury mempunyai kelebihan dalam kandungan protein, lemak (linoleat dan linolenat), vitamin dan mineral.
Kualitas protein menunjukkan
kemampuan protein yang dikonsumsi untuk menyediakan asam amino yang diperlukan tubuh. Uji pada hewan tikus menunjukkan bahwa MPASI-Pury mempunyai nilai protein efficiency ratio (PER) diatas 2 yang berarti dapat diberikan pada bayi. Nilai PER MPASI-Pury dua kali PER pada MPASIkomersial dan mendekati nilai PER telur yaitu 3,92 (Brody, 1999) (Tabel 19).
42
Tabel 19 Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) pada berbagai MPASI dibanding rujukan Jenis MPASI Nilai PER Pury Komersial Standar Telur* * Kualitas rujukan (Brody 1999)
3.14 1.60 3.53 3.94
Informasi kandungan asam amino yang
menguntungkan bagi tumbuh-
kembang bayi, termasuk asam amino esensial yang umumnya terbatas pada makanan yaitu lysine, methionine, threonine dan tryptophan tidak tersedia pada MPASI-komersial, tetapi ada pada formula Pury (Tabel 20).
Tabel 20 Kandungan asam amino per 100 g produk MPASI-Pury Asam amino g/100 g produk Aspartic Acid 2.00 Glutamic Acid 2.99 Serine 0.90 Histidine 0.47 Glysin 0.73 Threonine Arginine Alanine Methionine Lysine Tryptophane
0.79 1.11 1.69 0.41 1.21 0.33
Tyrosine Valine Phenilalanine Isoleucine Leucine
0.84 1.02 0.96 0.89 1.43
Pada MPASI-Pury, kandungan asam lemak linoleat sebesar 1.8 gram menyumbang 3.8 % terhadap total intik energi sehari dari MPASI dan sesuai dengan anjuran bagi bayi usia 6-24 bulan (Kim, 2000; WHO, 1998), yang tidak terdapat pada MPASI-komersial. Kandungan asam lemak MPASI-Pury terdapat pada tabel 21. 43
Tabel 21 Kandungan asam lemak per 100 gram produk MPASI-Pury Jenis asam lemak Gram Asam Lemak Jenuh: Lauric (C12:0) 0.1 Myristic (C14:0) 0.05 Palmitic (C16:0) 1.14 Stearic (C18:0) 0.31 Arachidic (C20:0) 0.02 Behenic (C22:0) 0.01 Lignoceric (C24:0) 0.00 Asam lemak Tak Jenuh Tunggal : 0.04 Palmitoleic (C16:1) 2.14 Oleic (C18:1) 0.03 Henicosaenic (C20:1) Asam lemak Tak Jenuh 1.8 Ganda: 1.6 Linoleic (C18:2) aLinoleic (C18:3)
Kandungan vitamin MPASI-Pury Kandungan vitamin pada MPASI-Pury memenuhi ketentuan Menteri Kesehatan untuk MPASI (Menkes, 2007) dan lebih tinggi dibanding MPASIkomersial yang digunakan dalam studi ini, khususnya vitamin A dan E serta kelompok vitamin B (Tabel 22). Dalam 100 gram MPASI-Pury terkandung 470 mcg vitamin A yang dapat memenuhi 94-117.5% kebutuhan bayi (Brown, 2008; Depkes, 2005) dengan kualitas baik karena bersumber dari hewani. Kandungan Vitamin E dua kali dari MPASI-komersial yang dapat mencegah oksidasi komponen sel dari radikal bebas (Ming and Roach, 2007).
Kandungan vitamin B dalam MPASI-Pury sangat menunjang tumbuhkembang bayi karena golongan vitamin B paling banyak terlibat dalam reaksi ezimatis. Contohnya, vitamin B1 atau Tiamin berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP. Kandungan asam folat pada MPASI-Pury hampir 7 kali dari produk MPASI-komersial yang diharapkan dapat mencegah terjadinya anemia megaloblastik pada bayi gizi kurang. Asam folat 44
berperan sebagai pembentuk sel khususnya sel darah merah dan
membantu
memelihara fungsi saluran pencernaan (Ming and Roach, 2007; Bender 2003).
Tabel 22 Kandungan vitamin dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI-komersial No.
SK Menkes tahun 2007 Komposisi Satuan Kandungan
MPASkomersial
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9 10 11 12
Vit A Vit D Vit E Vit K Thiamin (B1) Riboflavin(B2) Niacin Vit B12 As. Folat Vit B6 As.Pantotenat Vit C
400 10 2.5 7.5 0.25 0.3 3.5 1.06 10 0.19 2.76 50
mcg mcg mcg mcg mg mg mg mcg mcg mg mg mg
250 – 350 7 – 10 4–6 7 – 10 0.3 – 0.4 0.3 – 0.5 2.5 – 4.0 0.3 – 0.6 40 – 100 0.4 – 0.7 1.3 – 2.1 27 – 35
MPASI -Pury 470 4.85 4.66 11.86 1.1 1.3 12.0 1.36 67.56 1.3 0.75 4.0
Kandungan mineral MPASI-Pury Zat besi yang terkandung dalam MPASI-Pury berasal dari hewani yang alami yang mempunyai bioavalibilitas 3-5 lebih tinggi kali dari sumber nabati (Brody,1999; Whitney and Rolfes, 2008). Jadi walaupun jumlah zat besi dalam MPASI-Pury yang berbentuk hem hanya dikonsumsi dalam jumlah kecil
yaitu
4.2 mg per 100 gram MPASI atau sekitar 5 mg per 120 gram produk untuk konsumsi satu hari, tetapi sangat mudah diserap tubuh dan memberikan kontribusi yang bermakna pada zat besi tubuh. Bila sekitar 25% dari zat besi heme yang diserap, berarti MPASI-Pury memberi kontribusi pada tubuh sebesar 1.26 gram sehari, sementara MPASI-komersial dengan kandungan zat besi 7.2 mg per 100 gram produk atau 8.6 mg per 120 produk untuk konsumsi sehari, hanya memberi kontribusi 0.86 mg sehari bila tingkat penyerapan hanya 10% (Whitney and Rolfes, 2008). Tabel 23 menyajikan kandungan mineral pada MPASI-Pury dan MPASI-komersial. 45
Tabel 23 Kandungan mineral dan air dalam 100 gram produk MPASI-Pury dan MPASI-komersial No. SK Menkes tahun 2007 MPASIMPASIKomposisi Satuan Kandungan komersial Pury 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Besi Kalsium Natrium Zinc Iodium Phospor Selenium Air
Mg mg mg mg mcg mg mcg gram
5–8 200 – 400 240 – 400 2.5 – 4,0 45 –70 TA 10 – 15 Maks. 4
7.8 350 100 4.8 67.5 168.7 TA TA
4.2 83.4 40 4.5 101 350 14 4
Kandungan iodin dalam MPASI-Pury memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh-kembang secara optimal. Jumlah zinc yang cukup juga menguntungkan bagi bayi terutama bayi gizi kurang karena dapat terhindar dari diare. Zinc adalah trace mineral yang merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300) enzim yang berpartisipasi dalam pembentukan dan pemecahan karbohidrat, lemak, protein (Chandra, 1985), yang terkait dengan sintesis RNA dan DNA serta penting untuk pertumbuhan sel pembiakan dan metabolisme (Black, 2003a). Defisiensi zinc dapat mengganggu berbagai sistem organ khususnya ketika terjadi pada periode masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa bayi yang relatif masih membutuhkan zat gizi sangat tinggi (Black, 2003a). Dalam setiap 100 gram produk MPASI-Pury mengandung 4.5 mg zinc dengan bioavailability yang baik karena berasal dari hewani (Black, 2003b; Whitney and Rolfes, 2008), kandungan tersebut sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan 2007 tentang MPASI. Dosis MPASI-Pury untuk satu hari yaitu 120 gram per sachet dapat menyumbang 60% kecukupan yang dianjurkan untuk bayi (Menkes, 2005).
Keamanan pangan MPASI-Pury aman dikonsumsi bayi karena tidak menimbulkan alergi pada kulit dan diare pada bayi yang diberi formula tersebut. Konsumsi MPASIPury justru menurunkan prevalensi diare sebesar 72.8% pada bayi kelompok Pury. Tes mikrobiologi menunjukkan bahwa MPASI-Pury mengandung tidak 46
lebih dari 3.8 x 10³ total plate count yang tidak melebihi ketentuan Menteri Kesehatan RI tahun 2007 (Menkes, 2007) dan akan menurun dalam proses pemasakan 5-10 menit sebelum diberikan pada bayi. Percobaan yang dilakukan terhadap tikus putih strain Spraque dawley yang diberi ransum Pury 9 gram per hari selama 30 hari tidak menimbulkan efek samping terhadap organ tubuh. Setelah pembedahan, dilakukan pemeriksaan patologis anatomis dari organ tikus yang mencakup hati, ginjal, paru, jantung, limpa dan otak, dan tidak ditemukan kelainan anatomi dari beberapa organ tersebut. Berdasarkan analisis mutu gizi dan keamanan pangan, maka MPASI-Pury aman dan baik untuk digunakan sebagai alternatif MPASI menggantikan MPASI Depkes maupun produk komersial. Nilai sosial dan ekonomi MPASI-Pury Ulat sutera termasuk golongan serangga yang merupakan sumber protein karena hampir 60% berat serangga adalah protein. Di beberapa daerah di Indonesia, serangga lazim dikonsumsi masyarakat seperti ulat sagu, belalang, tawon, laron dan pupa ulat sutera. Budidaya serangga termasuk ulat sutera sangat menguntungkan karena ramah lingkungan dan sangat kecil memberi dampak produksi gas rumah kaca. Dengan penanganan yang baik dan pemasakan yang benar, serangga merupakan makanan yang enak dan dapat digunakan sebagai sumber pangan masa depan (Maryoto, 2009). Pupa yang merupakan bahan mentah dari tepung Pury diproses melalui pemasakan kokon (tempat pupa hidup) selama 10 menit agar pupa mati. Selanjutnya setelah diambil benang suteranya maka limbah pupa tersebut segera diambil untuk dibersihkan dan dikukus kembali selama 10 menit agar tetap higienis. Jadi proses penggunaan limbah pupa tidak termasuk makanan yang diharamkan seperti yang tercantum dalam Al Qur’an, karena pupa yang digunakan bukan termasuk bangkai. Pury maupun MPASI-Pury dapat dikatakan makanan halal walau masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat resmi dari MUI. Ulat sutera (Bombyx mori) adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna melewati 4 stadia yaitu telur, larva (ulat), pupa dan 47
ngengat. Pertumbuhan ulat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase ulat kecil, fase ulat besar dan fase pengokonan. Fase pengokonan terjadi pada saat umur ulat 21 hari hingga 27 atau 28 hari. Pada fase ini larva akan mengeluarkan serat sutera selama 2 hari dan akan berhenti dan berubah menjadi pupa 24 jam kemudian. Perkembangan kokon termasuk pupa akan sehat dan optimal bila diberi makanan daun murbei atau mulberry yang cukup serta lingkungan hidup yang selalu bersih. Selama proses pembentukan kokon, ulat sutera tidak makan lagi dan hanya berputar-putar untuk membersihkan diri kemudian kemudian tidur sampai menjadi kokon (Miyatani, 2007). Melihat latar belakang kehidupan ulat sutera, maka Pury yang berasal dari Pupae-Mulberry termasuk thayiban yaitu sehat, proporsional dan aman sesuai hasil analisis mutu gizi dan keamanan pangan (Astuti dan Kusharto, 2009). MPASI formula-Pury termasuk makanan yang sehat, karena terbukti tidak menimbulkan kelainan organ pada hewan percobaan dan tidak menimbulkan alergi kulit bayi pada studi efikasi. Pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi yang diberi MPASI-Pury cenderung lebih baik dibanding bayi diberi MPASI-komersial. Secara ekonomi, MPASI-Pury dapat bersaing dengan produk komersial khususnya bagi masyarakat disekitar sentra industri sutera. Penggunaan limbah pupa dapat meningkatkan keamanan pangan bagi keluarga dan masyarakat khsusunya ketersediaan Pury sebagai sumber protein dan lemak tak jenuh serta dapat mengurangi cemaran lingkungan.
Berdasarkan analisis biaya untuk
program MPASI-Pury bagi bayi usia 6-10 bulan mencapai Rp 235.800,- sampai dengan Rp 334.800,- per bayi per 90 hari, atau sebesar Rp 2620,- sampai dengan Rp 3720,- per bayi per hari. Selang harga tersebut tergantung dari penggunaan alat pengering dalam pembuatan tepung Pury. Penggunaan teknologi sederhana dengan oven skala rumah tangga lebih murah dibanding penggunaan teknologi maju seperti penggunaan drum dryer.
Perbandingan harga MPASI-Pury dengan
produk komersial dapat dilihat pada Tabel 24.
48
Tabel 24 Analisis beaya MPASI berdasarkan formula, teknik pengolahan dan tempat penjualan Beaya program (Rp): Beaya satuan (Rp): per orang per 90 hari Jenis MPASI per orang per hari Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi MPASI-Pury: 2620,3.720,235.800,- 334.800,(drum dryer) (oven) MPASI-komersial:
3600,Tingkat grosir
6000,Tingkat eceran
324.000,- 540.000,-
Dampak Pemberian MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik pada Hewan Percobaan Studi percobaan terhadap hewan tikus strain Spraque dawley dilakukan di laboratorium percobaan hewan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI di Bogor pada bulan Juli 2009, dengan 3 jenis formula ransum yaitu formula: komersial, Pury dan standar.
Sejumlah 21
tikusyang berumur 30+1 hari dibagi 3 kelompok yang masing-masing diberi ransum yang berbeda selama 28 hari. Setiap tikus dalam masing-masing kelompok diberi ransum dengan berat yang sama yaitu 9 gram per hari. Tujuan percobaan hewan tikus untuk menilai mutu biologis protein terhadap pertumbuhan dan dampaknya terhadap keamanan organ tubuh. Komposisi ransum terdiri dari 10% protein, 10% lemak, 2% serat kasar, 5% abu, dan sisanya karbohidrat dengan energi sekitar 380 kkal. Ransum standar terdiri dari protein susu skim dan kacang kedele. Pengukuran berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada
tikus
dilakukan 3 hari sekali selama 28 hari percobaan dengan hasil seperti pada Gambar 6.
Laju pertumbuhan fisik baik berat badan, panjang badan maupun
panjang ekor pada kelompok tikus yang diberi ransum Pury jauh diatas laju pertumbuhan kelompok tikus yang diberi ransum komersial dan mendekati laju pertumbuhan kelompok kontrol.
49
ß BB (g)
ß PB (cm)
20 18 16 14 12
Komersial
10
Pury
8
Standar
6 4 2 0 H00
H03
H07
H10
H14
H17
H20
H24
H28
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
ß PE (cm) Komersial Pury Standar
H00 H03 H07 H10 H14 H17 H20 H24 H28
Gambar 6 Grafik pertumbuhan berat badan, panjang badan dan panjang ekor pada tikus berdasarkan pemberian ransum
Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada Tabel 25.
50
Tabel 25 Rata-rata pertumbuhan fisik pada tikus sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan Parameter Kelompok Perlakuan pertumbuhan ransum ransum Pury ransum komersial standar Berat badan (g): Sebelum 52.3±1.4 52.3±1.6 52.5±1.1 Setelah 82.4±8.3 125.3±12.7 141.0±8.1 Perubahan 30.1±7.6 73.0±13.1 88.5±7.8 P 0.000 0.000 0.000 Panjang badan (cm):
Sebelum Setelah Perubahan P Panjang ekor (cm): Sebelum Setelah Perubahan P
11.5±0.6 15.7±0.7 4.2±0.9 0.000
11.3±0.3 17.0±0.2 5.7±0.5 0.000
11.5±0.4 17.6±0.6 6.1±0.8 0.000
10.6±0.6 15.1±0.9 4.4±1.0 0.000
11.0±0.5 16.3±0.9 5.3±0.6 0.000
10.7±0.5 16.8±0.7 6.1±0.8 0.000
Hasil studi pada hewan tikus tersebut, menunjukkan bahwa ransum Pury dapat meningkatkan berat badan lebih baik dari ransum komersial.
Rata-rata
pertambahan berat badan tikus yang diberi ransum Pury meningkat dua kali lipat dibanding rata-rata pertambahan berat badan tikus yang diberi ransum formula komersial (gambar 7). 90 80 70 60 50
Standar
40
Pury
30
Komersial
20 10 0 Berat badan (g)
Panjang badan (cm)
Panjang ekor (cm)
Gambar 7 Rata-rata perubahan pertumbuhan fisik pada tikus percobaan berdasarkan pemberian ransum 51
Pertumbuhan linier pada tikus yang diberi ransum Pury juga lebih baik dibanding tikus yang diberi ransum komersial (Tabel 25). Setelah diberi ransum selama 30 hari, panjang badan tikus yang diukur dari ujung kepala sampai pantat dengan pengukur panjang badan ketelitian 0.1 cm bertambah +5.7 cm pada kelompok Pury dan +4.2 cm pada kelompok komersial. Rata-rata pertambahan perkembangan panjang ekor yang diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor, juga menunjukkan hasil yang lebih baik pada kelompok Pury dibanding kelompok komersial (5.3 cm vs 4.4 cm) (Tabel 25). Perkembangan panjang ekor sangat signifikan pada tikus yang diberi ransum Pury dengan p<0.05.
Kontribusi MPASI terhadap Asupan Energi dan Protein Sehari Rata-rata asupan sehari untuk energi dan protein adalah 619±193 kcal dan 20.6±7.6 gram, bayi PG lebih tinggi dibanding CG (650±192 vs 586±191 kcal dan 23.5±6.7 vs 17.4±7.3 g).
Terdapat peningkatan rata-rata asupan
energi dan
protein yang signifikan pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah intervensi (p<0.05). Secara statistik, asupan protein sesudah intervensi berbeda nyata antar kelompok perlakuan dengan p=0.001. Rata-rata tingkat asupan sehari (% AKG) untuk energi dan protein sebelum dan setelah intervensi pada Gambar 8. Sebelum 99,9 69,3
Sesudah
Sebelum
95,2
90,1 68
66,6
Chart Title
Delta
147,2
PG (n=36)
p=0.000
23,5
CG (n=34)
p=0.000
128,6
70,2
27,2
Total (n=70)
Delta
109
57,6 77
30,6
Sesudah
78,1
77,7
70,3
50,9 30,9
Kontrol (n=16)
p=0.000
AKG energi: 650 kcal/hari
PG (n=36)
p=0.000
CG (n=34)
Total (n=70)
p=0.000
p=0.003
Kontrol (n=16)
AKG protein: 16 g/hari
Gambar 8 Rata-rata asupan energi dan protein pada bayi sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a =0.05) Rata-rata asupan energi (n=70) dari MPASI 424±81 kcal atau menyumbang sebesar 72.3% terhadap asupan total sehari. Kontribusi energi dari 52
MPASI terhadap angka kecukupan yang dianjurkan sedikit lebih tinggi pada CG dibanding PG (73.4 vs 71.3%). Tingginya asupan energi dan protein seiring dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI. Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi MPASI sedikit lebih tinggi pada PG dibanding CG (93.3±7.4% vs 91.6±11.7%). Uji korelasi Pearson dua arah dengan a 0.05 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan dengan asupan energi dari MPASI maupun asupan energi total sehari (p=0.000).
Intik energi setelah intervensi ( (% % AKG) R D A ) 2 1 1 1 1 1
0 8 6 4 2 0 8 6 4 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P G
CG
Total
Kontrol
M e a n
99,9
90,1
95,2
57,6
S D
29,5
29,4
29,6
22,5
M in
55,2
36,9
3 7
30,7
M ax
178,5
185,1
185,1
91,5
Intik protein setelah intervensi ( (% % RAKG) DA) 250 200 150 100 50 0
PG
CG
Total
Kontrol
Mean
147
109
128,6
70,3
SD
42,1
42,8
47,9
36
Min
61,3
44,4
44,4
24,9
Max
236,9
206,9
236,9
161,7
Gambar 9 Rata-rata intik (asupan) energi dan protein setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (n=16) yaitu kelompok bayi yang tidak pernah mendapat program khusus MPASI pada usia 6-12 bulan, maka rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein pada kedua kelompok yaitu PG dan CG setelah periode 3 bulan pemberian MPASI selesai jauh lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Tingkat kecukupan energi mencapai 90.9% pada PG dan 90.1% pada CG yang hampir dua kali tingkat kecukupan kelompok kontrol 53
yaitu hanya 57.6%. Sementara tingkat kecukupan protein pada bayi PG sebesar 147% dan 109% pada bayi CG, jauh diatas tingkat kecukupan yang dicapai bayi diluar program yang merupakan kelompok kontrol yaitu hanya 70.3% (Gambar 9). Jadi, rata-rata perbedaan asupan energi dan protein secara menyeluruh (n=70) dibanding kelompok kontrol sebesar +244 kcal dan +9.3 gram protein sehari. Asupan energi pada bayi PG lebih besar dari CG (275 kcal dan 12.3 gram vs 210 kcal dan 6.2 gram protein). Asupan energi dan protein pada bayi yang diberi MPASI-Pury lebih tinggi +65 kcal dan +6 gram dibanding bayi yang diberi MPASI-komersial. Penemuan ini sejalan dengan kajian Caulfiled (1999) tentang peningkatan energi sehubungan dengan intervensi di Bangladesh, namun berbeda dengan studi Saavedra et al. (2004) di Baltimore
yang tidak ditemukan perbedaan nyata antara ke tiga
kelompok bayi sehat 2-24 bulan yang diberi susu standar, susu formula dengan B.Lactis dan S.thermophilus, dan susu formula tanpa suplemen.
Dampak MPASI terhadap Perubahan Status Biokimia Darah
Pemberian suplemen zinc pada bayi yang kekurangan zinc menunjukkan dampak yang positif terhadap pertumbuhan (Brown et al., 1998), penyakit diare dan menurunkan angka kematian (Black, 2003b). Studi meta-analisis terkini tentang dampak suplemen zinc pada pertumbuhan anak menyimpulkan bahwa pemberian suplemen zinc selama periode anak-anak mempunyai respon yang kecil tetapi secara statistik mempunyai dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan khususnya pada anak yang mengalami gangguan pertumbuhan (Brown et al, 1998). Zinc juga diketahui menguntungkan bila digunakan sebagai obat diare dan dapat menurunkan tingkat kematian bayi 1-9 bulan yang lahir bayi cukup bulan di India sebesar 68% dengan pemberian suplemen zinc (Black, 2003b). Hasil studi secara deskriptif menunjukkan terjadinya penurunan kejadian diare sebesar 72.8% (dari 30.5% menjadi 8.3%) pada kelompok bayi yang diberi MPASI-Pury, sementara bayi yang diberi MPASI-komersial hanya menurunkan kejadian diare sebesar 50.0% (dari 17.6% menjadi 8.8%). Penemuan ini berdeda 54
dengan hasil studi Long et al (2006) pada bayi 6-15 bulan di Mexico ternyata dengan pemberian suplemen zinc dua kali seminggu selama12 bulan tidak mempunyai efek terhadap diare, batuk maupun demam.
Serum seng (µmol/L) Zinc serum (µmol/L) Sebelum
Sesudah
15,1
Delta 14,82
11,75
11,59
3,52
p=0.000
p=0.57
PG
3,08
CG
p=0.003
Gambar 10 Kadar zinc dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a =0.05) Gambar 10 diatas menunjukkan kadar zinc dalam serum yang meningkat secara bermakna pada masing-masing kelompok setelah 3 bulan periode intervensi. Perubahan kadar zinc cenderung lebih tinggi pada PG dibanding CG, namun tidak cukup data untuk menyatakan berbeda. Penemuan ini sejalan dengan studi Osendarp et al (2002) yang menunjukkan konsentrasi zinc serum yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok placebo (13.3 ± 3.8 vs 10.7 ± 2.9 mol/L, p<0,001). Pada masing-masing kelompok baik PG maupun CG, terjadi penurunan konsentrasi serum thyroxine (T4) secara bermakna, dan kenaikan konsentrasi thyroid stimulating hormone (TSH) yang masih dalam batas normal (Gambar 11). Uji Pearson dengan a=0.05 menunjukkan adanya korelasi yang bermakna setelah 3 bulan intervensi antara perubahan T4 serum dan berat badan (r=0.4134, p=0.000) dan z-skor berat badan menurut umur (r=0.325, p=0.006).
55
Serum T4 (ng/dl) p=0.79 Sebelum 1,11
Sesudah
Delta
1,13 1
1
p=0.003
p=0.003
PG
-0,11
CG
-0,13
Gambar 11 Kadar thyroxine (T4) dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) Walaupun ada peningkatan konsentrasi TSH serum namun masih dalam batas normal yaitu antara 0,350 – 5,500 µIU/ml (Gambar 12).
Pada kondisi
defisiensi yodium tingkat berat, konsentrasi TSH serum akan tercatat tinggi sebagai hasil dari peningkatan sekresi TSH oleh pituitary dalam usaha untuk menstimulasi sintesa hormon tiroid (Gibson, 2005).
Serum TSH (IU/mL); p=0.39 Sebelum
2,64
Sesudah
Delta
3,01 2,33
2,4
0,34
p=0.126
PG
0,06 CG
p=0.185
Gambar 12 Kadar TSH dalam serum sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan (a=0.05) 56
Dampak MPASI terhadap Pertumbuhan Fisik dan Status Gizi Bayi
Perubahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala Studi efikasi yang dilakukan pada bayi usia 6-12 bulan di Teluknaga menunjukkan pertumbuhan fisik yang signifikan pada masing-masing kelompok perlakuan sebelum dan setelah 3 bulan periode pemberian MPASI. Pemberian MPASI selama 3 bulan mampu meningkatkan rata-rata berat badan per bulan sebesar 228 gram pada PG dan 210 gram pada CG. Formula Pury memberi dampak pertambahan berat badan yang cenderung lebih besar dibanding formula komersial namun keduanya masih jauh dari angka yang diharapkan dalam studi ini yaitu 350 g. Pertambahan berat baru mencapai 52-57% dari yang seharusnya dicapai bayi normal 6-9 bulan yaitu sebesar 400 g per bulan (Thompson, 1998). Penemuan ini sejalan dengan studi Sunaryo (2005) yang menambahkan L.Glutamat pada MPASI pemulihan selama 3 bulan bagi bayi usia 6 bulan, ternyata belum berdampak terhadap pertumbuhan walau ada kecenderungan pertambahan berat badan dan panjang badan menurut umur. Tabel 26 Rata-rata pertumbuhan fisik bayi sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan¹ p antar Ukuran kedua PG (36) CG (34) Anthropometri: kelompok Berat badan (gram): Sebelum intervensi 5936 ± 351 6098 ± 470 Setelah intervensi 6620 ± 561 6730 ± 550 Rata-rata perubahan 684 ± 435 632 ± 373 0.59 p 0.000** 0.000** Panjang badan (cm): Sebelum intervensi 63.03 ± 2.01 63.77 ± 2.46 Setelah intervensi 66.09.0 ± 2.13 67.64 ± 2.23 Rata-rata perubahan 3.97 ± 1.56 3.88 ± 1.15 0.80 P 0.000** 0.000** Lingkar kepala (cm): Sebelum intervensi 40.51 ± 1.23 40.86 ± 1.36 Setelah intervensi 42.26 ± 0.88 42.66 ± 1.38 Rata-rata perubahan 1.75 ± 0.97 1.79 ± 0.79 0.86 p 0.000** 0.000** ** Secara statistik berbeda nyata (signifikan) pada a 0,01
57
Rata-rata perubahan berat badan dan panjang badan cenderung lebih tinggi pada bayi CG, namun tidak cukup data untuk menyatakan beda antar ke dua kelompok (Tabel 26). Penemuan ini sejalan dengan intervensi selama 6 bulan yang dilakukan Heinig et al. (2006) pada bayi usia 4 bulan yang diberi 5 mg zinc sulphate setiap hari dengan disain Randomized placebo-kontrolled trial, double blind yang juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada pertambahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pertumbuhan linier khususnya panjang badan dan lingkar kepala sangat lamban. Pertumbuhan panjang badan pada tahun pertama diharapkan mencapai 25 cm, sementara hasil studi efikasi hanya 3.8 – 3.9 cm pada periode 3 bulan intervensi atau ±15 cm pada tahun pertama yang artinya baru mencapai 60% pertumbuhan normal sehingga memungkinkan bayi tersebut menjadi pendek (stunting). Stunting yang terjadi pada usia 3 tahun pertama tidak dapat diperbaiki dikemudian hari (Shrimpton et al, 2001). Pemberian MPASI yang lebih baik berasosiasi (p<0.001) dengan peningkatan berat badan dan panjang badan yang lebih besar pada bayi (Saha et al, 2008). Pemberian suplemen setiap hari selama 12 bulan pada 182 bayi sehat usia 6 bulan di pedesaan Malawi Afrika menunjukkan hasil bahwa suplemen yang berbasis lemak dapat menghasilkan rata-rata perubahan panjang badan menurut umur yang lebih besar dibanding suplemen lain yaitu -0.37 versus -0.47 dan -0.71 dengan p=0.27 (Phuka et al., 2009).
Pertambahan lingkar kepala bayi mencerminkan kecepatan pertumbuhan otak pada tahun pertama kehidupan bayi. Rata-rata pertambahan lingkar kepala pada bayi normal adalah 1 cm per bulan (Thompson, 1998). Hasil studi efikasi di Teluknaga diperoleh rata-rata pertambahan lingkar kepala pada bayi 6-9 bulan sebesar 0.58 – 0.60 cm per bulan yang berarti masih dibawah pertambahan yang diharapkan karena baru mencapai 60% dari pertumbuhan bayi normal. Uji pearson dengan a=0.05 menunjukkan adanya korelasi yang bermakna setelah 3 bulan intervensi antara perubahan zinc serum dan lingkar kepala (r=0.294, p=0.013) serta z-skor lingkar kepala menurut umur (r=0.261, p=0.029); 58
Perubahan nilai z-skor Dampak pemberian MPASI terhadap perubahan nilai z-skor sangat signifikan pada pertambahan lingkar kepala khususnya untuk indeks LK/U pada CG (0.3±0.7; p<0.05) dan penuruan pada indeks BB/PB pada PG dan CG (-0.46±0.89 dan –0.79±0.95; p<0.05) (Tabel 27). Pencapaian perubahan nilai zskor indeks BB/U pada PG hanya sebesar +0.01 yang lebih kecil dibanding hasil studi MPASI di Guatemala (0.25), Colombia (0.40), Jamaica (0.44), Indonesia (0.29) dan Bangladesh (0.46) (Caulfield et al., 1999).
Tabel 27 Rata-rata nilai Z-skor (BB/U, PB/U, BB/PB. LK/U) Sebelum dan sesudah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan p antar Peubah PURY Group Kontrol kedua kelompok (36) Group (34) Berat Badan / Umur: Sebelum intervensi -2.36 ± 0.53 -2.19 ± 0.45 Setelah intervensi -2.35 ± 0.73 -2.29 ± 0.59 Rata-rata perubahan 0.01 ± 0.60 -0.10 ± 0.47 0.42 p 0.98 0.20 Panjang Badan/Umur: -2.02 ± 0.93 -1.50 ± 0.91 Sebelum intervensi -1.98 ± 0. 85 -1.82 ± 0.86 Setelah intervensi 0.04 ± 0.84 -0.31 ± 1.04 0.12 Rata-rata perubahan 0.80 0.09 p BB /Panjang Badan: Sebelum intervensi -1,22 ± 0.77 -0.95 ± 0.88 Setelah intervensi -1.68 ± 0.97 -1.73 ± 0.82 Rata-rata perubahan -0.46 ± 0.89 -0.79 ± 0.95 0.14 p 0.004* 0.000* Lingkar Kepala/Umur: -2,0 ± 1,1 -1,8 ± 0,8 Sebelum intervensi -1,8 ± 0,7 -1,6 ± 0,9 Setelah intervensi 0,3 ± 0,9 0,3 ± 0,7 0.97 Rata-rata perubahan 0.08 0.035* p *Singnifikan pada a 0.05 (2-tailed)
Perubahan nilai z-skor indeks PB/U pada PG pada studi efikasi ini sama dengan studi di Indonesia tahun 1991 yaitu +0.04 SD, namun masih dibawah studi di 3 negara yang lain (Caulfield et al., 1999). Studi Walvarens menunjukkan hasil 59
yang signifikan dengan pemberian 5 mg zinc sulphate heptahydrate selama 3 bulan pada 57 bayi keturunan Afrika usia 4-9 bulan yang masih mendapat ASI. Panjang badan menurut umur meningkat +0,21,
sementara pada kelompok
placebo munurun sebesar -0.13; p=0.029 (Walravens et al., 1992). Perubahan status gizi bayi Proporsi gizi normal pada PG masih lebih baik dibanding CG (11.1% vs 5.9%) walau tidak terdapat perubahan BB/U yang signifikan pada kedua kelompok.
Setelah 3 bulan intervensi prevalensi bayi pendek pada kedua
kelompok tidak berubah setelah intervensi 3 bulan, namun terdapat penurunan prevalensi bayi nyaris pendek dan peningkatan proporsi bayi normal pada PG, sedangkan pada CG justru terjadi peningkatan proporsi bayi nyaris pendek serta penurunan bayi dengan panjang badan normal. Proporsi bayi dengan gizi kurang tingkat sedang dan buruk (BB/U) pada PG berkurang sebesar 8.4%, sedangkan pada CG justru meningkat sebesar 8.8% (Tabel 28). Tabel 28 Prevalensi status gizi berdasarkan indeks antropometri (nilai Z-skor) sebelum dan setelah inervensi menurut kelompok perlakuan Peubah BB/Umur: GK(sedang+buruk GK tingkat ringan Nyaris gizi kurang Normal PB/Umur: Pendek Nyaris pendek Normal BB/PB: Kurus tingkat berat Kurus tingkat sedang Kurus tingkat ringan Nyaris kurus LK/Umur: Sangat kecil Kecil Normal
PG Sebelum Setelah
CG Sebelum Setelah
Total Sebelum Setelah
44.5 19.4 36.1 0.0
36.1 36.1 16.7 11.1
20.6 35.3 44.1 0.0
29.4 47.1 17.6 5.9
32.9 27.1 40.0 0.0
32.8 41.1 17.1 8.6
50.0 36.1 13.1
50.0 33.3 16.7
32.4 41.2 26.5
32.4 55.9 11.8
41.4 38.6 20.0
41.4 44.3 14.3
0.0 13.9 50.0 36.1
5.6 30.6 38.9 25.0
2.9 8.8 35.3 52.9
5.9 23.5 61.8 8.8
1.4 11.4 42.9 44.3
5.7 27.1 50.0 17.1
50.0 36.1 13.9
33.3 52.8 13.9
55.9 29.4 14.7
35.3 38.2 26.5
52.9 32.9 14.3
34.3 45.7 20.0
60
Dampak MPASI terhadap Perkembangan Motorik Bayi
Rata- rata skor motorik sebelum intervensi pada kelompok PG dan CG masing-masing untuk skor motorik gabungan: 45.97+12.78
dan 49.09+14.33;
skor motorik halus: 20.58+4.98 dan 21.65+5.98; skor motorik kasar: 25.39+8.36 dan 27.44+8.72 (Tabel 29). Pengukuran ulang perkembangan motorik dilakukan dua bulan setelah periode intervensi selesai yaitu saat bayi berusia antara 11-12 bulan.
Hasil
studi menunjukkan terdapat peningkatan skor motorik yang
signifikan pada masing-masing kelompok baik motorik halus maupun motorik kasar. Hasil analisis uji beda terhadap rata-rata perubahan skor perkembangan motorik gabungan, halus dan kasar menunjukkan berbeda nyata antara kelompok PG dan CG. Rata-rata peningkatan skor motorik total, motorik halus dan motorik kasar lebih besar pada PG dibanding CG, masing-masing 16.8; 6.95; 9.89; vs 15.7; 6.41; 9.32 (Table 29). Penemuan ini sejalan dengan hasil studi Herawati (2005) yang menggunakan skala Bayley II. Sebanyak 171 bayi usia 5-7 bulan diberi intervensi (penyuluhan dan stimulasi) selama 6 bulan menunjukkan perubahan skor perkembangan motorik yang lebih rendah pada kelompok kontrol dibanding kelompok perlakuan (p<0.1). Table 29 Rata-rata skor perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan. Ukuran Kelompok perlakuan pb perkembangan ª PG (n=36) CG(n=34) Motorik gabungan: Sebelum 45.97±12.78 49.09±14.33 Setelah 62.81±9.69 64.82±8.33 Perubahan 16.8±13.7 15.7± 14.2 0.000 P 0.000 0.000 Motorik halus: Sebelum 20.58±4.98 21.65±5.98 Setelah 27.53±3.82 28.06±3.93 Perubahan 6.95± 5.6 6.41± 7.3 0.000 P 0.000 0.000 Motorik kasar: Sebelum 25.39±8.36 27.44±8.72 Setelah 35.28±6.62 36.76±6.41 Perubahan 9.89±9.0 9.32±8.7 0.000 P 0.000 0.000 ªNilai skor berdasarkan Skala Bayley 2006
b
Singnifikan pada a=0.05
61
Uji Pearson dua arah menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara skor motorik kasar dengan nilai z skor BB/U pada akhir intervensi (r= 0.255; p 0.033; a=0.05) dan BB/U pada dua bulan setelah periode intervensi selesai (r= 0.306; p 0.010; a=0.01), serta skor motorik halus dengan nilai z skor LK/U pada akhir intervensi (r= 0.279; p 0.019; a=0.05). Bila perkembangan motorik dikategorikan berdasar komposit low, average dan superior maka terjadi penurunan proporsi kelompok bayi dengan kategori low dan terjadi peningkatan proporsi bayi dengan kategori average serta superior. Perubahan proporsi bayi dengan kategori low, average dan superior pada CG sedikit lebih baik dari PG, namun tidak cukup data untuk mengatakan ada perbedaan yang nyata antar kedua kelompok tersebut (Table 30).
Tabel 30 Frekuensi distribusi status perkembangan motorik sebelum dan setelah intervensi berdasarkan kelompok perlakuan Kategori * PG (n=36) CG (n=34) Total (n=70) Motorik sebelum Setelah sebelum setelah sebelum setelah (%) Low 61.1 52.8 44.1 32.4 52.9 42.9 Average 27.8 36.1 44.1 52.9 35.7 44.3 Superior 11.1 11.1 11.8 14.7 11.4 12.9 *Kategori Skala Bayley III: Low : skor < 89; Average: skor 90 – 109; Superior: skor > 110.
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Bayi Analisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik bayi gizi kurang atau nyaris gizi kurang dilakukan dengan regresi logis tik ganda, dengan peubah terikat (Yi) yaitu nilai rata-rata z-skor BB/U (Y1) atau PB/U (Y2) atau BB/PB (Y3) atau LK/U (Y4). Sebagai peubah bebas (Xi) adalah perlakuan (X1), asupan energi (X2), asupan protein (X3), zinc serum (X4) dan status kesehatan (X5). Tabel 31 adalah model prediksi pertumbuhan fisik bayi gizi kurang.
62
Table 31 Model faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik bayi 9-10 bulan Peubah Pertumbuh an
Model 1 (BB/Umur) R² = 0,085
Peubah Bebas (Constant) Perlakuan : formula Pury Asupan Energi > 80% AKG Asupan Protein > 80% AKG Zinc Serum > 10,7 µmkol/L
St. Kesehatan : sehat
Model 2 (PB/Umur) R² = 0,120
(Constant) Perlakuan : formula Pury Asupan Energi > 80% AKG Asupan Protein > 80% AKG Zinc Serum > 10,7 µmkol/L
St. Kesehatan : sehat
Model 3 (BB/PB) R² = 0,075
(Constant) Perlakuan : formula Pury Asupan Energi > 80% AKG Asupan Protein > 80% AKG Zinc Serum > 10,7 µmkol/L
St. Kesehatan : sehat
Model 4 (LK/Umur) R² = 0,064
(Constant) Perlakuan : formula Pury Asupan Energi > 80% AKG Asupan Protein > 80% AKG Zinc Serum > 10,7 µmkol/L
St. Kesehatan : sehat Keterangan: Perlakuan à 0: formula komersial; Asupan Energià 0: defisiensi (< 80% AKG) Asupan Proteinà0: defisiensi (< 80% AKG) Zinc Serum à 0: defisiensi (< 10.7 µmkol/L) Status Kesehatan à 0: Sakit
B
P Wald
OR
95% CI Lower Upper
-1.090 -0.102 -0.239 -0.383 1.331 1.570
0.925 0.034 0.151 0.323 1.488 4.428
0.336 0.903 0.787 0.682 3.786 4.807
0.304 0.236 0.182 0.446 1.114
2.682 2.630 2.555 32.156 20.748
0.637 -0.315 0.293 -1.057 1.370 1.446
0.308 0.315 0.227 2.333 1.534 3.738
0.529 0.730 1.340 0.348 3.935 4.247
0.243 0.402 0.090 0.450 0.980
2.190 4.471 1.349 34.379 18.397
0.075 -0.877 -0.982 0.921 0.375 -0.412
0.027 2.460 2.534 1.851 0.130 0.379
0.835 0.416 0.375 2.512 1.455 0.662
0.139 0.112 0.666 0.189 0.178
1.245 1.255 9.475 11.187 2.461
-1.002 -0.221 -1.023 0.422 0.897 1.015
0.862 0.165 2.674 0.412 0.754 0.262
0.367 0.802 0.359 1.525 2.453 2.760
0.275 0.105 0.420 0.324 0.735
2.333 1.225 5.538 18.573 10.363
1: formula Pury 1: cukup (>=80% AKG) 1: cukup (>=80% AKG) 1: normal (>= 10.7 µmkol/L) 1: Sehat
Ke-lima peubah bebas tersebut secara bersama memberi kontribusi terhadap pertumbuhan fisik sebesar 8.5% terhadap BB/U (Model1 ), 12.0% terhadap PB/U (Model 2), 7.5% terhadap BB/PB (Model 3) dan 6.4% terhadap LK/U (Model 4). Dari ke empat model tersebut hanya model pertama yaitu pertumbuhan berat badan menurut umur (BB/U) yang mempunyai nilai bermakna pada salah satu peubah bebasnya yaitu ’status kesehatan’. Artinya bahwa bayi yang sehat mempunyai peluang 4.8 kali lebih besar bertambah berat badannya (95% CI; 1.114-20.748) dibanding bayi dengan status tidak sehat. 63
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi
Analisis faktor yang diprediksi mempengaruhi perkembangan motorik dengan persamaan regresi logistik ganda, dengan peubah terikat (Yi) yaitu motorik gabungan (Y1) atau motorik halus (Y2) atau motorik kasar (Y3). Tabel 32 adalah Model regresi logistik ganda yang menunjukkan bahwa keempat peubah bebas (Xi) yaitu perlakuan (X1), serum zinc (X2), z skor BB/U (X3) dan z skor LK/U (X4) secara bersama memberikan kontribusi sebesar 11.5% terhadap perkembangan motorik halus (Model 2) dan 5.9% terhadap motorik kasar (Model 3).
Perkembangan motorik halus (Model 2) mempunyai nilai bermakna pada
salah satu peubah bebasnya yaitu indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U). Bayi dengan z-skor
LK/U diatas atau sama dengan -1.68 SD, mempunyai
kesempatan 2.4 kali lebih (95% CI; 1.143-5.203) besar untuk mencapai skor perkembangan motorik halus diatas rata-rata dibanding bayi dengan z-skor LK/U lebih kecil dari -1.68 SD. Tabel 32 Model faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi 11-12 bulan Peubah Perkembangan motorik Model 1 (Motorik Halus +Kasar) R² = 0,029
Peubah Bebas
(Constant) Perlakuan: Pury Zinc Serum > 10,7µmkol/L BB/U z-skor > - 2,32 SD LK/U z-skor > - 1,68 SD
Model 2 (Motorik Halus) R² = 0,115
(Constant) Perlakuan: Pury
Model 3 (Motorik Kasar) R² = 0,059
(Constant) Perlakuan: Pury
Zinc Serum > 10,7 mkol/L BB/U z-skor > - 2,32 SD LK/U z-skor > - 1,68 SD
Zinc Serum > 10,7µmkol/L BB/U z-skor > - 2,32 SD LK/U z-skor > - 1,68 SD
B
P Wald
OR
95% CI Lower Upper
0.625 -0.126 0.754 0.214 0.206
0.213 0.064 0.596 0.261 0.336
1.868 0.881 2.126 1.239 1.228
0.331 0.313 0.545 0.613
2.346 14.418 2.819 2.462
0.641 0.322 1.241 -0.402 0.891
0.181 0.393 1.074 0.883 5.311
0.527 1.380 3.461 0.669 2.438
0.504 0.331 0.289 1.143
3.777 36.200 1.547 5.203
2.869 -0.547 -0.565 0.724 -0.226
3.380 1.052 0.229 2.444 0.350
17.617 0.579 0.569 2.063 0.797
0.203 0.056 0.832 0.377
1.646 5.753 5.115 1.688
Keterangan:
Perlakuan à 0: formula komersial Zinc Serum à 0: defisiensi (< 10.7 µmkol/L) Z-skor BB/U à 0: < - 2.32 SD Z-skor LK/U à 0: < - 1.68 SD
1: formula Pury 1: normal (>= 10.7 µmkol/L) 1: > - 2.32 SD 1: > - 1.68 SD
64
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengolahan limbah sutera menjadi tepung pupa atau Pury secara ekonomi dapat menguntungkan untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan yang ramah lingkungan dan padat gizi. 2. Secara sosial, MPASI-Pury termasuk makanan yang sehat dan baik dengan harga yang ekonomis. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kualitas protein, asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat), kelompok vitamin B dan mineral (Zinc, Fe, Iodin) yang lebih baik dari MPASI- komersial, dengan kandungan energi yang cukup serta aman untuk dikonsumsi bayi. Nilai protein efficiency ratio (PER) MPASI-Pury dua kali MPASIkomersial dan mendekati PER telur. 3. Studi percobaan
pada tikus yang diberi ransum Pury menghasilkan
pertambahan berat badan, panjang badan dan panjang ekor yang lebih baik (masing-masing +43 gram, +1,5 cm dan +0,9 cm) dari tikus yang diberi ransum komersial. 4. Studi efikasi pada bayi gizi kurang yang diberi MPASI-Pury mempunyai asupan energi dan protein masing-masing +65 kcal dan +6 gram lebih tinggi dari MPASI-komersial. 5. Setelah 3 bulan periode intervensi, terjadi peningkatan konsentrasi zinc dan penurunan thyroxine dalam serum darah bayi secara bermakna pada masing-masing
kelompok perlakuan. Konsentrasi zinc serum pada PG
lebih tinggi dari CG, namun tidak cukup data untuk menyatakan ada perbedaan diantara ke duanya. 6. Terdapat pertumbuhan fisik yang signifikan pada masing-masing kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi, namun secara statistik pada a=0.05 tidak ada perberbedaan antar keduanya (PG dan CG). MPASI-Pury mampu meningkatkan berat badan dan panjang badan bayi 65
rata-rata per bulan 228 gram dan 3.97 cm yang lebih tinggi dibanding MPASI-komersial (210 gram dan 3.88 cm per bulan). Rata-rata pertambahan lingkar kepala pada ke dua kelompok sama besar yaitu +0.1 cm per bulan. 7. Perubahan nilai z-skor sangat signifikan terutama indeks BB/PB pada kedua kelompok, serta LK/U pada CG. Terjadi peningkatan nilai z-skor BB/U dan PB/U pada PG sebesar +0.01 dan +0.04; sementara pada CG terjadi penurunan masing-masing sebesar -0.10 dan -0.31. 8. Proporsi bayi dengan status gizi kurang tingkat sedang dan tingkat buruk (BB/U) menurun pada PG sebesar 18.9% yaitu dari 44.5% menjadi 36.1%. 9. Terdapat peningkatan rata-rata skor perkembangan motorik bayi yang signifikan pada masing-masing kelompok setelah intervensi, kelompok PG lebih tinggi dibanding CG. 10. Model regresi logistik ganda menunjukkan bahwa kedua produk MPASI yaitu MPASI-Pury maupun MPASI-komersial, mempunyai efek yang sama pada pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang. Status kesehatan sebagai peubah bebas berperan dalam pertumbuhan berat badan menurut umur, sementara nilai z-skor lingkar kepala menurut umur berperan dalam perkembangan motorik halus.
Saran
Pury merupakan pangan eksotik yang ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai model kegiatan untuk mendorong peningkatan kesadaran dan motivasi masyarakat dalam percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. Pengembangan
MPASI-Pury, diharapkan dapat digunakan sebagai
alternatif ketersediaan MPASI yang mendukung kelanjutan program pemerintah dalam penaggulangan masalah gizi kurang pada balita khususnya di sekitar sentra industri sutera, di seluruh Indonesia pada umumnya. 66
Sosialisasi peningkatan produksi tepung Pury dan pengembangan serta produksi MPASI-Pury memerlukan mitra usaha: 1) usaha kecil menengah (UKM) di sentra persuteraan untuk produksi tepung Pury; 2) pelatihan bidang pengembangan, produksi dan pemanfaatan
MPASI-Pury pada skala rumah
tangga; 3) sosialisasi pada masyarakat agar produk Pury secara sosial dapat diterima masyarakat komersial; 4) upaya pemerintah dalam meningkatkan produk sutera dan mendorong adanya permintaan masyarakat terhadap penggunaan pupa sehingga ada prospek yang baik bagi industri persuteraan di Indonesia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Astuti T dan Kusharto CM. 2009. Penggunaan bubuk pupae-mulberry (Pury) sebagai alternative bahan pangan. Pergizi Pangan, 4(1), in press. [ACC/SCN-IFPRI] Administrative Committee on Coordination/Sub-Committee on Nutrition- International Food Policy Research Institute. 2000. Fourth Report on the World Nutrition Situation: Nutrition Throughout The Life Cycle. In collaboration with IFPRI. Geneva: ACC/SCN Badan Litbangkes Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Daerah Tahun 2007. Jakarta: Depkes RI. Bayley N. 2006. Bayley Scale of Infant and Toddler Development : Manual 3nd ed. San Antonio : Harcont Brace & Co. Bender DA. 2003. Introduction to Nutrition and Metabolism. 3ed. London: Taylor Black MM.2003a. The evidence linking Zinc deficiency with children’s cognitive and motor functioning. The Journal of Nutrition, 133Supl:1473S-1476S. Black RE. 2003b. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing world. The Journal of Nutrition, 133Supl:1485S-1489S. Black MM, Sunil Sazawal, Robert E Black, Sonu Khosla, Jitendra Kumar, and Venugopal Menon. 2004. Cognitive and motor development among small-forgestational-age infants: Impact of Zinc supplementation, birth weigth, and caregiving practices. Pediatrics,;113(5):1027-1305. Brody T. 1999. Nutrutional Biochemistry. 2ed. San Diego: Academic Press. Brown KH. 1998. Effect of infection on plasma zinc concentration and implications for zinc status assessment in low-income countries. Am J Clin Nutr, 68Supl:425S-9S. Brown KH, Peerson JM, Allen LH. 1998. Effect of Zinc Supplementation on Children’s growth: a meta-analysis of intervfention trials. Bibl Nutr Dieta 1998;54:76-83.l Brown JE. 2008. Nutrition Through the Life Cycle. 3ed. USA: Thomson. Butte, NF., Wong WW, Hopkinson JM, Heinz CJ, Mehta NR and O’Brian SE. 2000. Energy requirements derived from total energy expenditure and energy deposition during the first two years of life. Am J Clin Nutr, 2000;72:1558-69. Caulfield LE, Huffman S L, and Piwoz G E. 1999. Intervention to improve intake of complementary foods by infants 6 to 12 months of age in developing countries: Impact on growth and on the prevalence of malnutrition and potential contribution to child survival. Food and Nutrition Bulletin, 20:183-200. Chandra,RK. 1985. Effect of macro and Micronutrient Deficiencies and Expresses on Immune Response. Food Technology 39(2): 91-93. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pelaksanaan: Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di tingkat pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI. Benoist de Bruno, Darnton-Hill I, Davidsson L, Fontaine O, and Hotz C. 2007. Conclusions of the joint WHO/UNICEF/IAEA/IZiNCG Interagency Meeting on Zinc Status Indicators. Food Nutr Bull, 28(3):S480-S486. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2007. Pemantauan Status Gizi di Kabupaten Tangerang Tahun 2007. Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ((MPASI). Jakarta: Depkes RI. [FAO-UN and WHO] Food Agriculture Organization and World Health Organization. 2001. Human Vitamin and Mineral Requirement: Report of a joint FAO/WHO Expert Consultation Bangkok, Thailand. FAO Rome: Food and Nutrition Divis ion.
68
Gibson RS, Hotz C and Perlas LA. Influence of Food Intake, Composition and Bioavailability on Micronutrient Deficiencies of Infant During the Weaning Period and the First Year of Life. In:Pettifor JM, Zlottkin S, editors. Micronutrient Deficiencies of Infant During the Weaning Period and the First Year of Life. Nestle Nutrition Workshop Series Pediatric Program Vol 54. Vevey: Nestle Ltd., Basel: S.Krager AG; 2004. p.83-103. Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. 2nd ed. Oxford University Press. Gillespie S and Haddad L. 2001. Attacking the Double Burden of Malnutrition in Asia and Pacific. Asian Development Bank and the International Food Policy Research Institute, USA. Harjatmo TP. 2005. Penilaian Status Gizi di Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2005. Tangerang: Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang. Heinig MJ, Brown KH, Bo Lönnerdal and Dewey KG. 2006. Zinc supplementation does not affect growth, morbidity, or motor development of US term breastfed infants at 4–10 mo of age. Am J Clin Nutr, 84(3):594-601, Herawati N. Pengaruh Suplemen MPASI, Penyuluhan Gizi dan Stimulasi terhadap Tumbuh kembang Bayi 6-12 Bulan. IPB: Disertasi 2005. Huang Zi-Ran. 2001. Utilization of non-mulberry sericultural resources in China. Int J. Wild Silkmonth & Silk 6,91-93. Kaomani K. 2006a. Pengenalan Kegiatan Persuteraan Alam. Bogor: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Kaomani K. 2006b. Perkembangan Teknologi Persuteraan Alam. Bogor: Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Kim FM, Weaver L, Branca F and Robertson A. 2000. Feeding and nutrition of infants and young children: Guidelines for the WHO European Region, with emphasis on the former soviet countries. WHO Regional Publications, European series, no. 87. Koletzko, Berthold. 2008. Pediatric Nutrition in Practice. Switzerland: Nestle Nutrition Institute. Long KZ, Montoya Y, Hertzmark E, Santos JI, and Rosado JL. 2006. A double-blind. Randomized, clinical trial on the effect of vitamin A and Zinc supplementation on diarrheal disease and respiratory tract infections in children in Mexico City, Mexico. Am J Clin Nutr, 83:693-700. Madiyono, Bambang., S Moeslichan Mz, Sudigdo Sastroasmoro, I Budiman, S Harry Purwanto dan Sofyan Ismail. 2002. Dasar-dasar Metodology Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Markum AH. 1991. Ilmu Kesehatan Anak : Buku Ajar jilid 1. Jakarta: Bagian Ilmu Keshatan Anak – FKUI. Maryoto A. 2009. Jejak pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan masa Depan. Jakarta: Kompas. Meerarani P, P Ramadass, Michael Toborek, Hans-Cristian Bauer, Hannelore Bauer, and Benhard Hennig. 2001. Zinc protects against opoptosis of endothelial cell induced by linoleic acid and tumor necrosis factor. Am J Clin Nutr, 71(1):81-87. Menteri Kesehatan RI. 2005. Kep Menkes RI No 1593/MENKES/SK/XII/2005 tentang A ngka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia (per orang per hari). Jakarta: 24 Nopember 2005. Menteri Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 224/Menkes/SK/II/ 2007 Tentang Spesifikasi Teknis MPASI. Jakarta: 26 Februari 2007. Ming YL and Roach J O’Neale. Crash Cource: Metabolism and Nutrition. 3ed. China: Mosby Elsevier. 2007.
69
Miyatani A. 2007. Karakteristik flavor bubuk pupa ulat sutra (Bombyx mori) dan peluang aplikasinya pada produk pangan (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mishra N, Hazarika NC, Narain K, Mahanta J. 2006. Nutritive Value and Cultural Acceptability of Pupae of Mulberry and Non-mulberry Silkworms in Northeast of India. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2006 1(1): 64-65. Bogor: IPB. Myers R. 1992. The twelve who survive. Strengthening Programmes of Early Childhood Development the Third World. Routledge in co-operation with UNESCO for CGECCD. London anda New York. Osendarp SJM, Mathuram Santosham, Robert E Black, MA Wahed, Joop MA van Raaij, and George J Fuchs. 2002. Effect of zinc supplementation between 1 and 6 month of life on growth and morbidity of Bangladeshi infants in urban slums. Am J Clin Nutr,76:1401-8. [PAHO/WAHO] PAN American Health Oraganization/World Health Organization. 2003. Guiding principles for complementary feeding of the breastfed child. Washington DC: PAHO/WHO. Pang, New Son, Budd, Gardiner. 2005. Crash course: Paediatric. Series editor: Dan Horton-Szar. 2n d ed., Mosby. 2005. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2001. Human Development. 8ed International Edition. Pojda Y and Kelley L. 2000. Low birthweight A report based on International Low Birthweight Symposium and Workshop held on 14-17 June 1999 at the International Centre for Diarrhoeal DiseaseResearch in Dhaka, Bangladesh. ACC/SCN Nutrition Policy Paper # 18. Phuka JC, Kenneth Maleta, Crissie Thakwalakwa, Yin bun Cheung, Andre Briend, Mark J Manary, and per Ashorn. 2009. Postintervention growth of Malawian children who received 12-mo dietary complementation with a lipid-based nutrient supplement or maize-soy flour. Am J Clin Nutr, 89:382-90. Puskesmas Teluknaga, Tangerang. 2009. Pemantauan status gizi di wilayah Kecamatan Teluknaga tahun 2008. Ragib R, Swapan Kumar Roy, Muhammad Jubayer Rahman, Tasmin Azim, Syeda Shequfta Ameer, Jobayer Chisti, and Jan Anderson. 2004. Effects of Zinc supplementation on immune and inflamatory responses in pediatric patient with shigellosis. Am J Clin Nutr 79(3): 444-450. Saavedra JM, Abi-Hanna A, Moore N and Yolken RH. 2004. Longterm consumption of infant formulas containing live probiotic bacteria: tolerance and safety. Am J Clin Nutr, 79(2):261-267. Saha KK, Edward A Frongillo, Dewan S Alam, Shams E Arifeen, lars Ake Persson, and Kathleen M Rasmussen. 2008. Appropriate infant feeding practices result in better growth of infants and young children in rural Bangladesh. Am J Clin Nutr, 87(6):1852-1859. Semba RD and Bloem MW, editor. 2008. Nutrition and Health in Developing Countries. 2ed, Totowa USA: Humana Press. Sentika R. 2005. Tumbuh Ke mbang Anak, Faktor-faktor yang mempengaruhi, Deteksi dini dan Stimulasi dini anak. Makalah pada Temu 0rang tua murid sekolah Tirta Marta, Jakarta 2 april 2005. Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease. 10 th ed. Lippincot Williams & Wilkins. Singhal BK, Dhar A, Sharma A, Qadri SHM and Ahsan MM. 2001. Sericultureal byproducts for various valuable commercial products as emerging bio science industry. Sericologia 41(3)369-391.
70
Shrimpton R, Cesar G Victora, Mercedes de Onis, Rosângela Costa Lima, Monika Blössner, and Graeme Clugston. 2001. Worlwide Timing of Growth Faltering: Implications for Nutritional Interventions. Pediatrics 2001;107:1-7. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak (Editor: IG.N.Gde Ranuh). Jakarta: EGC. Sunaryo ES. Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MPASI Pemulih terhadap Mutu Protein, Profil Imu nitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6 Bulan yang mengalami Berat Badan Kurang. IPB : Disertasi 2004. Sunawang. 2005. Pengaruh Suplementasi zat Multi-Gizi-Mikro selama Hamil Terhadap Hasil Kehamilan dan Pertumbuhan Bayi. Universitas Indonesia: Disertasi. The World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to development: A Strategy for Large Scale Action. The World Bank, Washington D.C. 2006. Thompson JM. 1998. Nutritional Requirements of Infants and Young Children: Practical Guidelines. Australia: Blackwell Science. [UNICEF] United Nation Children’s Fund. 1997. The Care Initiative: Assessment, Analysis and Action to improve Care for Nutrition. New York : Unicef. [UNS-SCN]. 2004. Fifth Report on the World Nutrition Situation. Nutrition For Improved Development Outcome. March, 2004. van den Briel T, Clive E West, Nico Bleichrodt, Fons JR van de Vijver, Eric A Ategbo, and Joseph GAJ Hautvast. 2000. Improved iodine status is associated with improved mental performance of schoolchildren in Benin. Am J Clin Nutr ;72:1179-85. Walravens PA, Chakar A, Mokni R. Denise J, Lemonnier D. Zinc supplements in breastfed infants. Lancet. 1992;240:683-85. Whitney E and Rolfes SR. Understanding Nutrition. 11ed. USA:Thomson. 2008. [WHO] World Health Organization. 1998. Complementary Feeding of Young Children in developing countries: a review of current scientific knowledge. WHO. Geneva. [WHO-MGRS group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study Group. 2006a. WHO child growth standards: Length/height-for-age, weight-forage, weight-for-length, Weight-for-height and BMI-for-age: Methods and development. Geneva: World Health Organization, 2006. [WHO-MGRS Group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study Group. 2006b. WHO motor development study: window of achievement for six gross motor development milestone. Acta Paediatric Suppl, 2006;95(450):86-95. [WHO-MGRS Group] World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study Group. 2007. WHO child growth standard: Head circumference-for-age, arm circumference-for-age, triceps skinfold-for age and subscapular skinfold-forage: Methods and development. Geneva: World Health Organization (Assessed on http://www.who.int/growthref/tools/en/). WHO. 2009. WHO AnthroPlus for personal computer manual: Software for assessing growth of the world’s children and adolescents. Geneva: WHO, 2009 (Assessed on http://www.who.int/growthref/tools/en/) Widodo, Untung S. 2009. Hasil observasi penatalaksanaan pemberian hormone lypothyroxine pada perineonatus di Balai Penelitian GAKI Borobudur, Magelang sejak tahun 2000. Magelang: GAKI. Winarno FG. 1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia.
71
Lampiran 1 Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi Peneliti/Tempat Fewtrell, Mary S et.al.,2001. UK (1993-1995).
Dewey, et.al., 2004 di Honduras.
Contoh/Disain
Perlakuan
Uji/test
Hasil
Bayi cukup bulan (>37mg) Dg berat< 10%tile, secara random menjadi klp per – lakuan àTF (147) : formula standar, EF(152): formula diperkaya. Klp kontrol : 175 bayi ASI
Intervensi dengan formula (standart dan yg diperkaya) selama 9 bulan.
BB, PB dan LK pada bulan ke 9 dan 18.
Bayi yd diberi EF pertambahan menunjukkan pertambahn yang lebih tinggi pada PB dan LK pada bulan ke 9 dan ke 18, dibanding bayi TF.
119 usia 4 bulan dengan ASI Eksklusif (lahir dg berat 1500-2500 gram) dibagi 2 klp : 59 bayi EBF s/d usia 6 bln 60 bayi ASI+SF
Klp control : EBF Klp perlakuan (ASI+SF) diberi MPASI + Fe.
Bayi yang diberi ASI menunjukkan pertambah an yang lebih besar pada BB dan LK pada bu-lan ke 18 dari bayi TF.
Bayi dg Hb< 100g/l pada usia 2 atau 4 bln, diberi Fe medicinal supplemen.
Analisa darah pada usia 2,4,6 bulan (Hb, Ht, Fr, % transferrin saturation, Vit A, B12, Folat, Zn).
Pemberian MPASI tidak memberi dampak signifikan pada status vit A, B12, folat dan Zn) Diantara bayi yg tidak diberi Fe pada usia 4 bln, status Fe lebih tinggi pada SF drpd EBF. Diantara bayi diberi Fe pada usia 4 bln, status Fe lebih tinggi pada EBF. Pemberian suplemen Fe tidak memberi keuntungan bila diberikan dalam MPASI untuk usia 4-6 bln.
Saavedra et.al., 2004, Baltimore
RTC, double blind. Bayi sehat 3-24 bulan
Diberi susu standart isi: 1x10 7CFU/g Bifido lactis dan Streptococcus thermophilus; Susu formu- la 1x10 6CFU/g B.lactis dan S.thremophilus; atau Susu formula tanpa suplemen.
Dampak klinis (intik formula, gastrointestinal tolerance, antropometri)
Tidak ada perbedaan nyata antara ke tiga kelompok dalam intik formula dan PB.
72
Hasil penelitian pengaruh MPASI terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi Peneliti/Tempat Contoh/Disain Perlakuan Uji/test Sus Widayani, 2007. Bogor, Indonesia.
Netty Herawati, 2005. Sukabumi dan Bogor Jawa Barat, Indonesia.
Endang S. Sunaryo., 2004 Indonesia.
Hasil
70 anak usia 18-38 bulan dari GAKINà 35 anak kelompok perlakuan dan 35 anak kelompok kontrol RCT.
Intervensi 4 bulan pada kelompok : Perlakuan (Biskuit fortivikasi) dan kelompok Kontrol (placebo)
Uji t dan Uji Perbandingan rata-rata.
Kadar Hb dan Ferritin serum secara nyata lebih tinggi (p<0.05) pda kelompok perlakuan dibanding placebo dan Retinol serum lebih tinggi peningkatannya (p<0.05); Respon imun lebih tinggi (p<0.05) pada kelompok perlakuan. Tidak terdapat peningkatan status gizi anak pada ke2 kelompok
171 bayi 5-7 bulan dari GAKIN. Quasi-experimen.
6 bulan intervensi : Kelompok PS: diberi penyuluhan + stimulasi Kelompok DPS: MPASI Delvita + penyuluhan+ sti mulus; Kelompok Kontrol hanya diberi penyuluhan.
Diukur seblm dan setlh intervensi : Bayley Test II, Pertumbuhan BB, PB, status gizi , MDI, PDI; Diukur akhir intervensi Hb dan Ht.
Perubahan MDI dan PDI kelompok kontrol lebih rendah dibanding PS, tetapi tidak berbe dan nyata dibanding DPS.
Profil imunitas seluler, pemeriksaan lab, test tumbuh kembang
MPG secara bermakna (p<0.05) memiliki peluang untuk memperbaiki kekebalan tubuh 4,3 kali lebih baik daripada MPK. MPASI selama 3 bulan mampu meningkatkan BB pada ketiga kelompok tersebut. Penambahan L.Glutamat selama 3 bulan pada kelompok MPG belum berdampak terhadap pertumbuhan tapi ada kecenderungan bertambahan BB/U dan PB/U lebih baik.
162 bayi sehat usia 6 bulan dengan BB/U antara -0,5 SD sampai -2SD. Experimen teracak buta ganda.
Intervensi 3 bulan pada klp: 1.MPG (MPASI pemulih+ L.Glutamat). 2.MPP (MPASI tanpa L.Glutamat). 3.MPK (MPASI kontrol)
Faktor yang berkorelasi nyata dengan perubah an skor MDI dan PDI adalah PS, mutu konsumsi dan pengetahuan. Faktor determinan terhadap perubahan skor PDI adlah penyuluhan dan stimulasi.
73
Lampiran 2
Gambar proses pembuatan tepung Pury
1. Panen cocon
2. Pintal cocon
3. Limbah cocon
4. Ambil pupa dari cocon
5. Cuci sampai bersih
6. Kukus 10 menit
7. Saring ambil liquidnya
8. Tambah 10% maizena dan mix
a. Proses pembuatan liquid 74
1.Pengeringan dg OVEN
2. Pengeringan dg Drum Dryer
b. Alat pengering tepung Pury
1. Hasil pengeringan
2. Sesudah diblender
c. Tepung Pury sebelum dan sesudah diblender 75
Lampiran 3 Proses Pengemasan MPASI formula-Pury 1.Bahan MPASI formula Pury
a. b. c. d. e. f.
2. Pengemasan MPASI formula Pury
Tepung beras merah 16,6 % Tepung Pury 25,0 % Tepunng tempe 16,6 % Susu formula 16,6 % Tepung gula putih 25,0 % 3 macam rasa dan aroma (pisang, vanilla, kacang ijo).
3. MPASI yang sudah dikemas
4. MPASI formula Pury siap edar @ 120 gram/bungkus
Rasa Pisang
Rasa Vanila
Rasa Kacang ijo.
76
Lampiran 4 Gambar Aktivitas skrining dan lingkungan desa 1. Puskesmas Teluknaga
2. Kegiatan skrining
3. Lingkungan tempat tinggal peserta program MPASI
77
Lampiran 5 Gambar Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan bayi 1. Registrasi
2. Penimbangan
3. Pengukuran panjang badan
4. Pengukuran lingkar kepala
5. Pengambilan darah
6. Pengukuran perkembangan
78
Lampiran 6 Gambar aktivitas studi pada hewan percobaan : persiapan tikus dan ransum serta pengukuran pertumbuhan tikus 1. Persiapan anak tikus
2. Persiapan ransum tikus
3. Timbangan tikus
4. Tikus dalam timbangan
5. Penimbangan berat badan
6. Pengukuran panjang badan
79
Lampiran 7 Questionaire Form A: Data Umum Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) ============================================================= I.
IDENTITAS
Nomor ID:
Tanggal Wawancara :
Nama Bayi
:_________________
/
/
Desa
:__________
Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan)
Posyandu
:__________
Tanggal lahir Bayi
:
Rt/Rw
: ..... / .......
Bayi ini, anak ke
:
Berat badan lahir
:
Panjang badan lahir :
II.
/
/
Nama Bapak : _________
,
gram
Nama Ibu
: _________
cm
Petugas
: _________
STATUS KESEHATAN & IMUNISASI
1. Apakah bayi sudah diimunisasi? 2. Jenis immunisasi ( Isi 1=Ya, 2=Tidak)
1.Ya
2.Tidak a. BCG1 b. DPT1/Polio1 c. DPT2/Polio 2 d. DPT3/Polio3 e. Polio 4 f. Campak g. Hepatitis
3. Berapa kali bayi menderita sakit dalam 1 bulan terakhir? ...... kali 4. Gejala yang sering muncul saat bayi sakit? a. Panas ( Isi : 1=Ya, 2=Tidak)
b. Batuk c. Pilek d. Berak-berak e. Muntah-muntah f. Gatal-gatal g. Sesak napas
80
Kode Sampel :
5. Apa yang dilakukan bila bayi sakit ? (jawaban dapat lebih dari satu)
a. Dibiarkan saja b. Diberi obat tradisional c. Diberi obat bebas d. Dibawa ke dukun e. Dibawa ke praktek bidan/mantri/perawat f. Dibawa ke praktek dokter. g. Dibawa ke Puskesmas h. Dibawa ke Rumah sakit
III.
SOSIAL EKONOMI KELUARGA
1. Pekerjaan Ayah : ______________ 2. Rata-rata pendapatan per bulan Rp 3. Pekerjaan Ibu
: ______________
4. Rata-rata pendapatan per bulan Rp 5. Rata-rata pengeluaran keluarga untuk makan per hari/minggu/bulan (lingkari yang dipilih) Rp 6. Rata-rata pengeluaran keluarga untuk non-pangan (b.bakar, transport, berobat, arisan, dll) per hari/minggu/bulan (lingkari yang dipilih) Rp
81
Kode Sampel : Form B: Data Antropometri, Morbiditas dan Klinis. Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) ============================================================= I.
DATA ANTROPOMETRI (hasil pengukuran)
1. Berat badan
:
2. Panjang badan
:
,
cm.
3. Lingka kepala
:
,
cm
II.
gram
DATA MORBIDITAS (hasil wawancara dan observasi dokter)
1. Diare / berak-berak (1. tidak ada, 2 ada) 2. Panas 3. Batuk 4. Pilek 5. Muntah-muntah 6. Gatal-gatal 7. Sesak napas III.
KLINIS (hasil observasi dan pemeriksaan dokter)
1. Keadaan umum (1. baik,
2.sedang,
2. THT
(1.normal,
2. tidak normal)
3. Jantung
(1.normal,
2. tidak normal)
4. Paru-paru (1.normal,
2. tidak normal)
5. Abdomen (1.normal,
2. tidak normal)
6. Ekstremitas
(1.normal,
3. tampak sakit)
2. tidak normal)
7. Kelenjar getah bening leher/ketiak
(1.normal,
2. tidak normal)
8. Diagnosis (1.normal, 2.infeksi saluran nafas atas, 3.infeksi saluran cerna, 4.penyakit kulit, 5.lain-lain, sebutkan ......................................) 9. BCG
(1.ada,
2. tidak ada)
10. Kesimpulan (1.sehat, 2.ISPA, 3.Pneumonia, 4. gangguan gizi 5. lainnya, sebutkan ...............................)
82
Kode Sampel: FORM C: PA (Pola Asuh) Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) =============================================================
Nomor ID: Nama Bayi
Tanggal Wawancara : :_________________
/
/
Desa
:__________
Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan)
Posyandu
:__________
Tanggal lahir Bayi
:
Rt/Rw
: ..... / .......
Bayi ini, anak ke
:
Berat badan lahir
:
Panjang badan lahir :
/
/
Nama Bapak : _________
,
gram
Nama Ibu
: _________
cm
Petugas
: _________
I. ASI 1. Apakah bayi masih diberi ASI? (1.Ya, 2.Tidak) Bila ya, lanjutkan ke pertanyaan no 2. Bila tidak, lanjut ke pertanyaan no 4. 2. Berapa kali sehari bayi diberi ASI? (sebutkan ..... kali) 3. Berapa lama waktu untuk satu kali minum ASI? (sebutkan ..... menit) 4. Apakah bayi juga diberi minum susu formula ? 1. Ya, sebutkan jenisnya ............................... 2. Tidak 5. Bila ya, berapa kali sehari bayi minum susu formula ? ( .... kali) (sebutkan takaran per kali minum: ........ sendok/takar).
83
Kode Sampel : I
II. MP-ASI
1. Apakah bayi sudah diberi makanan selain ASI dan susu formula ? (1 Ya, 2.Tidak) Bila Ya, sebutkan jenis bahan makanan yang diberikan 1................................ 2............................... 3............................... 4............................... 5............................... 2. Bila Ya, sejak usia berapa bulan diberi MPASI? (sebutkan .... bulan) 3. Siapa yang menyiapkan makanan bayi (MPASI)? 1. Ibu, 2. Bapak 3.Nenek 4.Lainnya, sebutkan........ 4. Siapa yang memberi (menyuapi) makanan (MPASI) pada bayi ? 1. Ibu, 2. Bapak 3.Nenek 4.Lainnya, sebutkan........ 5. Apa yang dilakukan kalau bayi tidak mau makan ? 1. Dibiarkan 2. Dibujuk-bujuk 3. Dipaksa 4. Lainnya, sebutkan ............................. 6. Bila bayi tidak menghabiskan MPASI yang sudah disiapkan, apa Yang dilakukan ? (1.Dibuang, 2.Disimpan, sebutkan ................) III. PERAWATAN KESEHATAN 1. Status imunisasi sesuai usia bayi (1.Lengkap, 2. Berapa kali bayi mandi dalam sehari ? (1. Dua kali, 2.Satu kali, 3.Tidak tentu,
2.Tidak lengkap)
4.Tidak mandi)
3. Apakah bayi memakai peralatan makan dan minum khusus ? (1.Ya, 2.Tidak 3.Tidak tahu). 4. Apakah bayi selalu ditimbang setiap bulan ? (1.Ya, 2.Kadang-kadang, 3.Tidak pernah) 5. Apakah bayi mempunyai KMS ? (1.Ya, 2.Tidak)
84
Lampiran 8 Form monitoring FormD: Monitoring Status Gizi dan Intik Energi-Protein
Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) ============================================================= Nomor ID
:
Nama Bayi
:_______________
Desa
:__________
Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan)
Posyandu
:__________
Tanggal lahir Bayi:
Rt/Rw
: ..... / .......
/
/
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu
: _______________
Hasil Pengukuran Bulan ke: Data Antropometri 1.
Berat Badan (gram)
2.
Panjang Badan (cm)
3.
Indeks BB/Umur :
4.
5.
6.
0 .............
1 .............
2 ............
3 ............
4 ...........
-
Nilai Z-skor
..........
..........
..........
..........
..........
-
Status Gizi
..........
..........
..........
..........
..........
Indeks PB/Umur : -
Nilai Z-skor
..........
..........
..........
..........
..........
-
Status Gizi
..........
..........
..........
..........
..........
Indeks BB/ PB : -
Nilai Z-skor
..........
..........
..........
..........
..........
-
Status Gizi
..........
..........
..........
..........
..........
Lingkar kepala (cm) : Kesimpulan : Paraf Petugas /Tgl.
Data Intik Gizi 1.
Energi (kkalori/hari)
2.
% RDA untuk Energi
3.
Protein (gram/hari)
4.
% RDA untuk Protein. Paraf Petugas/Tgl.
85
Form E: MonitoringStatus Kesehatan (Klinis dan Morbiditas)
Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) ============================================================= Nomor ID Nama Bayi
: :________________
Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan) Tanggal lahir Bayi:
/
/
Desa
:__________
Posyandu
:__________
Rt/Rw
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu
: ..... / ....... : _______________
Hasil Pemeriksaan Bulan ke: Keadaan Klinis 1.
Keadaan Umum
2.
THT
3.
Jantung
4.
Paru-paru
5.
Abdomen
6.
Ekstremitas
7. 8.
Kelenjar getah bening leher/ketiak Diagnosis
9.
BCG Skar
10.
Kesimpulan
0 .............
1 .............
2 ............
3 ............
4 ...........
Morbiditas 1.
Diare
2.
Panas
3.
Batuk
4.
Pilek
5.
Muntah-muntah
6.
Gatal-gatal
7.
Sesak nafas Paraf Petugas /Tgl
86
FormF: MonitoringKepatuhan Konsumsi MP-ASI
Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) ============================================================= Nomor ID
:
Nama Bayi
:_______________
Desa
:__________
Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan)
Posyandu
:__________
Tanggal lahir Bayi:
Rt/Rw
: ..... / .......
/
/
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu Bulan : .....................................
Nama kader pj:
No. Hari
No. Hari
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Jml diKet. konsumsi
: _______________
Jml diKet. konsumsi
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Tingkat kepatuhan bulan ke .... (bulan ....................... ) à Jumlah yang dikonsumsi ------------------------------ x 100% = -------------------- x 100 % = ........... % Jumlah yang tersedia
87
Form G: Monitoring Status Biokimia dan Skor Skala Bayley
Efikasi “MPASI-PURY” terhadap Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Motorik Bayi Gizi Kurang 6-11 Bulan (Kec. Teluk Naga, Tangerang) ============================================================= Nomor ID Nama Bayi
:_______________
Desa
:__________
Jenis Kelamin (1 laki-laki; 0 perempuan)
Posyandu
:__________
Tanggal lahir Bayi:
Rt/Rw
: ..... / .......
/
/
Nama Bapak : _______________________; Nama Ibu DATA
: _______________
AWAL
AKHIR
PERUBAHAN
1. Seng Serum
......................
.......................
.......................
2. fT4 Serum
.......................
.......................
.......................
3. TSH serum
.......................
.......................
.......................
.........................
..........................
Data Biokimia:
Paraf petugas/tgl . Skor Skala bayley
.......................
Paraf Petugas/tgl.
88
Lampiran 10 Penjelasan mengenai penelitian efikasi MPASI terhadap tumbuh kembang bayi gizi kurang. Kami, mahasiswa S3 Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, sedang melakukan penelitian untuk mengetahui manfaat pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) formula tepung pupa terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik bayi gizi kurang usia 6-11 bulan. Calon subyek adalah bayi usia 6-7 bulan dengan keadaan gizi kurang dan karena itu diminta ikut serta dalam penelitian ini. Gagal tumbuh sering terjadi pada anak-anak setelah usia 6 bulan yang disebabkan karena pemberian MP-ASI yang kurang tepat. Banyak studi menunjukkan angka gizi kurang pada usia 6 bulan lebih besar dari usia 0-5 bulan (2,5 kali lipat), yang dapat menggambarkan masalah gangguan langsung maupun tidak langsung pada tumbuh kembang bayi. Untuk mencegah gagal tumbuh dan kembang yang semakin parah pada bayi, maka perlu pemberian MP-ASI tepat waktu yaitu mulai 6 bulan. Bila bersedia ikut, tim peneliti akan memberi MP-ASI pada calon subyek selama 4 bulan. Penelitian akan berlangsung selama 6 bulan. Sebelum dan setiap bulan selama penelitian serta setelah penelitian akan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan penilaian status gizi oleh ahli gizi. Selain itu sebelum dan sesudah penelitian akan dilakukan penilaian perkembangan motorik dan kecerdasan calon subyek oleh dokter spesialis anak, serta pengambilan contoh darah sebanyak satu sendok makan oleh perawat yang terlatih dengan menggunakan jarum suntik. Pengambilan darah dari pembuluh darah lengan biasanya hanya menimbulkan rasa nyeri ringan, namun terkadang juga dapat terjadi infeksi dan/atau bengkak dan warna biru yang baru sembuh setelah beberapa hari. Pengambilan darah umumnya tidak menimbulkan rasa sakit bila dilakukan tenaga terlatih (perawat) dengan teknik yang higienis dan menggunakan jarum kupukupu sekali pakai. Bila timbul rasa sakit setelah pengambilan darah atau timbul efek samping selama pemberian MP-ASI, calon subyek ak an diberi pertolongan dan dibebaskan dari biaya yang diperlukan untuk itu. Orang tua calon subyek bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila orang tua telah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa menyebabkan berubahnya kualitas pelayanan dari tim peneliti. Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda sebagai orang tua calon subyek. Selama calon subyek ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat mempengaruhi pertimbangan anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian ini akan segera disampaikan kepada anda. Bila anda tidak menaati instruksi yang diberikan oleh tim peneliti, calon subyek dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini. Bila anda memutuskan untuk tidak ikut dalam penelitian ini calon sibyek akan mengikuti penatalaksanaan rutin sebagaimana yang anda tempuh selama ini, yaitu mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan penilaian status gizi setiap bulan. Anda sebagai orang tua calon subyek diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau membutuhkan penjelasan, anda dapat menghubungi Ibu Juliasih, AMG di Puskesmas Teluk Naga Jl. Raya kampong Melayu Teluk Naga, Tlp. 021-99562853; atau Ir. Trina Astuti hp. 0816927800.
90
KODE SAMPEL :
Formulir Persetujuan Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh tim peneliti. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari Ibu Juliasih, AMG atau Ir. Trina Astuti, MPS. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju calon subyek untuk ikut dalam penelitian ini.
Tanda tangan orang tua/wali subyek:
Tanggal:
(Nama jelas: ...................................... ) Orang tua / wali dari subyek,
Nama : .................................... Sex
: ....................................
Tgl Lahir : ................................. Posyandu : ................................. Desa
: ....................................
Tandatangan saksi: (Nama jelas: .................................... )
91
Lampiran 13 Monitoring hasil percobaan pada hewan tikus a.Perkembangan Berat Badan tikus (gr), Kelompok I (Komersial) 1 2 3 4 5 6 7
23-6
26-6
30-6
3-7
7-7
10-7
14-7
17-7
21-7
53,5 53,7 51,0 52,5 50,0 52,1 53,5
57,0 62,1 51,1 58,2 53,5 56,1 60,4
63,3 69,3 50,8 64,5 51,2 48,5 66,5
55,9 69,4 52,9 58,0 56,5 55,7 71,9
66,2 70,2 54,9 59,4 67,1 60,3 76,0
69,4 75,5 56,8 69,5 71,5 65,1 85,0
79,5 78,2 60,7 79,8 79,3 71,4 91,7
78,9 81,3 65,8 85,3 80,0 73,1 94,8
79,6 83,6 71,9 85,4 81,3 76,6 98,1
II (Pury) 1 2 3 4 5 6 7
53.9 53,8 50,9 52,6 51,8 49,7 53,3
63,0 67,1 57,1 59,2 50,0 57,1 59,6
74,6 81,6 70,5 74,3 66,3 73,6 72,1
80,5 89,2 75,2 85,2 77,6 81,5 78,7
86,5 98,9 77,7 92,3 89,8 91,5 84,3
91,6 105,1 77,8 102,8 97,7 102,2 88,2
95,4 118,1 92,1 112,8 107,3 113,2 91,8
99,5 127,2 102,0 119,5 116,0 120,6 104,8
115,3 141,3 116,2 131,8 129,4 136,4 106,6
III(Standar) 1 2 3 4 5 6 7
53,6 52,2 51,0 52,8 51,2 53,0 54,0
66,2 71,7 59,5 59,7 61,6 58,7 79,4
77,0 82,2 68,5 70,0 77,8 72,3 88,3
81,8 91,1 76,8 77,3 82,1 79,6 95,8
91,0 101,7 86,6 88,5 93,8 89,5 107,8
102,5 110,5 97,5 99,0 104,7 98,5 120,1
124,4 120,7 117,8 115,8 117,6 116,3 130,7
132,6 130,5 123,6 122,0 120,8 118,6 142,4
136,7 139,5 144,7 137,7 135,8 134,6 157,9
IV(PureSac) 1 2 3 4 5 6 7
52,8 53,2 51,2 52,2 53,7 51,7 53,4
53,7 64,7 59,5 63,0 58,0 53,9 68,2
72,7 86,0 81,8 76,9 69,5 67,5 75,8
79,6 91,4 95,4 85,6 74,7 77,4 93,1
83,5 97,8 113,3 86,2 76,7 87,8 107,9
91,1 108,6 119,1 98,7 86,7 96,2 122,2
99,3 125,0 127,7 114,3 99,8 110,7 126,2
107,7 121,2 123,4 109,4 100,5 109,8 130,8
125,6 146,7 141,7 115,1 124,2 115,1 135,3
99
b.Perkembangan Panjang Badan (gr) Kelompok I (Komersial) 1 2 3 4 5 6 7
23-6
26-6
30-6
3-7
7-7
10-7
14-7
17-7
21-7
11,5 12,2 11,2 12,5 11,5 11,0 10,8
11,7 12,6 11,7 12,7 11,8 11,9 11,6
12,0 13,0 12,5 13,0 12,0 13,0 12,0
14,0 13,8 13,5 13,6 14,0 13,6 14,1
14,8 14,1 13,7 14,3 14,3 14,0 15,0
14,9 14,3 13,9 14,6 14,8 14,3 15,4
15,0 14,6 14,1 15,2 15,3 14,5 15.6
15,2 14,9 14,2 15,7 15,6 14,8 16,0
15,5 15,7 14,6 16,3 15,8 15,4 16,8
II (Pury) 1 2 3 4 5 6 7
11,8 11,1 11,5 10,9 11,2 11,0 11,6
12,6 11,9 12,3 11,8 12,1 12,1 12,2
13,5 13,0 13,5 12,5 13,0 13,0 13,0
14,2 14,7 13,6 14,8 13,8 14,9 14,9
15,0 15,5 14,4 15,4 15,2 15,2 15,4
15,3 16,3 15,2 16,2 16,4 15,8 16,2
15,6 16,3 15,7 16,6 16,8 16,6 16,4
16,1 16,8 16,2 16,9 16,8 16,7 16,7
16,8 16,9 16,8 17,4 17,0 16,9 17,0
III(Standar) 1 2 3 4 5 6 7
11,5 11,7 11,6 11,0 11,0 11,9 11,9
12,3 12,6 12,6 11,9 12,0 12,1 12,9
13,5 13,5 13,5 13,0 13,0 12,5 14,0
15,1 15,2 15,3 15,1 14,2 15,4 15,0
15,5 15,6 15,7 15,0 15,1 15,6 15,8
16,5 16,2 16,1 16,0 15,8 15,7 17,2
17,4 16,6 16,8 16,6 16,5 16,3 17,3
17,8 17,1 17,3 16,9 16,8 16,9 18,0
18,4 17,6 17,8 16,9 17,3 16,8 18,4
IV(Pur Sac) 1 2 3 4 5 6 7
11,4 11,6 11,1 12,0 11,0 11,0 12,2
12,3 12,3 12,0 13,1 12,0 12,1 13,1
13,5 13,5 13,0 14,0 13,0 13,0 14,0
15,0 16,1 15,5 15,0 13,8 14,8 15,4
15,5 15,2 15,8 15,3 14,3 15,4 16,0
15,9 15,8 16,8 15,6 14,9 15,5 17,0
16,0 16,8 17,1 15,8 15,7 15,6 17,2
17,4 17,2 17,3 16,4 16,2 16,0 17,5
17,6 17,3 17,8 17,5 16,7 16,8 18,0
Ket : Panjang badan diukur dari ujung kepala sampai pantat, menggnakan pengukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm 100
c. Perkembangan Panjang Ekor (cm) Kelompok I (Komersial) 1 2 3 4 5 6 7
23-6
26-6
30-6
3-7
7-7
10-7
14-7
17-7
21-7
11,0 11,5 10,5 9,5 10,2 11,0 10,8
11,0 11,8 10,7 10,0 10,5 11,7 11,7
11,2 12,2 11,2 11,5 11,9 12,6 12,9
12,6 12,3 11,9 11,8 12,4 12,8 13,2
13,2 12,6 12,5 12,1 13,5 13,3 13,6
13,5 13,7 12,8 12,9 14,3 13,5 14,0
14,3 14,2 12,8 13,6 14,7 13,8 14,5
14,4 14,9 13,0 14,2 15,3 14,0 15,0
15,5 15,7 13,2 15,1 15,8 14,5 15,7
II (Pury) 1 2 3 4 5 6 7
10,5 10,5 10,5 11,5 11,5 11,0 11,7
11,6 11,8 11,9 12,1 12,7 12,2 12,3
13,6 13,8 13,8 13,3 14,2 13,1 13,5
13,8 14,1 14,2 14,1 14,5 13,9 13,8
14,2 14,4 14,7 14.8 15,0 14,7 14,5
14,4 14,5 15,0 15,3 15,5 15,1 15,0
14,6 14,8 15,4 15,8 15,7 15,7 15,6
14,9 15,0 15,8 16,8 16,2 15,9 16,1
15.2 15,2 16,2 17,5 17,3 16,4 16,5
III(Standar) 1 2 3 4 5 6 7
10,5 11,5 10,5 10,0 10,7 10,5 11,0
11,6 12,6 11,7 11,5 11,2 11,4 12,9
12,8 14,6 13,2 12,5 11,8 13,7 14,5
13,4 14,9 14,0 12,9 12,6 13,9 14,9
14,6 15,3 14,8 13,4 13,2 14,2 15,5
15,1 15,5 15,0 14,5 13,8 14,6 16,0
15,8 15,9 15,6 14,9 14,7 15,5 16,5
16,9 16,4 16,2 15,8 15,5 15,9 17,3
17,5 16,5 16,7 16,7 16,1 16,2 17,9
IV(Pur Sac) 1 2 3 4 5 6 7
11,0 11,0 10,1 11,2 10,3 10,7 11,5
11,5 12,4 12,8 11,6 11,6 11,2 12,4
12,2 13,1 13,5 12,8 12,8 12,7 13,1
12,9 13,6 13,8 13,0 12,9 13,0 13,6
14,0 14,3 14,5 13,5 13,1 13,4 14,0
14,8 14,7 15,1 13,8 13,8 13,8 15,7
15,2 15,1 15,6 14,1 14,5 14,4 16,9
15,5 15,4 16,1 14,8 14,8 14,9 17,3
15,8 15,5 16,4 15,7 15,2 15,5 17,4
Ket : Panjang ekor diukur mulai dari pangkal ekor sampai ujung ekor, menggnakan pengukur panjang badan dengan ketelitian 0,1 cm 101
d. Ransum Percobaan untuk PER Ransum Percoban
MP ASI Komersil MP ASI Pury Ransum Standar (gr) (gr) (gr) * Formula 900 500 520 Minyak 40 35 35 Pati jagung 55 460 440 Sellulose 5 5 5 * Formula adalah bahan dasar, didapat dari ransum yang digunakan untuk uji. Analisis ransum untuk PER mengandung + 10 % protein, + ,10 % lemak, serat kasar + 2 % , abu sekitar 5 % dan sisanya karbohidrat Protein Eficiency Ratio (PER) dihitung dengan rumus Pertambahan Berat Badan PER = -----------------------------Protein yang dikonsumsi MP ASI Kom 1 2 3 4 5 6 7 Rataan + SD MP ASI Pury 1 2 3 4 5 6 7 Rataan + SD
Kenaikan berat badan (gr) 26,1 29,9 20,9 32,9 31,3 24,5 44,6
Konsumsi PER makanan (gr)
Kenaikan berat badan (gr) 61,4 87,2 65,3 79,2 77,6 86,7 53,3
Konsumsi PER makanan (gr)
178,3 179,9 154,3 230,2 212,8 147,2 240,8
207,2 226,2 211,9 244,8 229,4 246,8 189,3
1,5 1,7 1,4 1,5 1,5 1,7 1,9
Ransum Kenaikan Konsumsi Standar berat makanan badan (gr) (gr) 1 83,1 243,7 2 87,3 240,2 3 93,7 250 4 84,9 254,3 5 84,6 247,3 6 81,6 232,1 7 103,9 270 Rataan + SD
PER
3,4 3,6 3,7 3,3 3,4 3,5 3,8
2,8 3,7 3,0 3,1 3,3 3,4 2,7
102
Kesimpulan : Nilai PER MP ASI Pury dari penelitian ini ternyata lebih baik dibandingkan dengan MPASI Komersial dan tidak menimbulkan kelainan dari organ tubuh yang diperiksa pada pemeriksaan patologis anatomis.. •
Dilakukan pemeriksaan patologis anatomis dari beberapa organ ( hati, ginjal, paru, jantung, limpa dan otak) , setelah pemberian ransum selama satu bulan. Organ tersebut diperiksa setelah dilakukan pembedahan. Tidak ditemukan kelainan anatomi dari beberapa organ tersebut (t.a.a), menunjukkan bahwa ransum percobaan yang digunakan untuk konsumsi tidak menimbulkan efek samping terhadap organ tikus.
103
e. Berikut adalah berat organ (gr) dari beberapa perlakuan Kelompok
BB akhir (gr)
Hati
ginjal
paru
jantung
limpa
otak
I (Komersial) 1 2 3 4 5 6
79,6 71,9 85,4 81,3 76,6 98,1
6,2940 4.8996 6,4180 7,0820 5,4923 6,7870
0,7096 0,6394 0,8553 0,7445 0,7439 0,8924
0,8052 0,7980 0,7172 0,6870 0,7371 0,9288
0,4267 0,3403 0,4808 0,4656 0,4215 0,4884
0,2471 0,3021 0,2783 0,2181 0,3062 0,2994
1,3580 1,3893 1,3717 1,3770 1,4916 1,5151
II (Pury) 1 2 3 4 5 6
115,3 141,3 116,2 131,8 129,4 136,4
5,8085 6,7492 6,3208 6,6346 5,9564 5,4169
1,0099 1,1065 1,1445 1,1110 1,1143 1,0454
0,9362 1,1720 0,9745 1,1199 1,1877 1,0852
0,4725 0,5310 0,5190 0,5866 0,5908 0,5759
0,5276 0,5855 0,4756 0,7106 0,7373 0,3388
1,5437 1,4582 1,6106 1,5786 1,6084 1,3431
III(Standar) 1 2 3 4 5 6
136,7 139,5 144,7 137,7 135,8 134,6
6,4625 6,2229 5,0244 5,5256 5,2426 4,8872
1,3171 1,1168 1,1590 0,9776 0,9272 0,8387
1,2121 1,0304 1,2769 0,9553 0,9589 1,1686
0,6037 0,5564 0,5625 0,5194 0,5466 0,5208
0,7702 0,7627 0,4250 0,3910 0,3580 0,3470
1,5485 1,5754 1,3370 1,4076 1,3935 1,3632
IV(Pur Sac) 1 2 3 4 5 6
125,6 146,7 141,7 115,1 124,2 115,1
5,4692 6,9973 6,1646 6,4574 5,8463 6,2182
1,0372 1,2514 1,0002 1,0186 1,0227 0,9107
0,9766 1,1752 1,1832 0,9395 1,0815 1,0332
0,5090 0,5950 0,5342 0,4975 0,5107 0,4403
0,5786 0,4731 0,3345 0,3324 0,3441 0,5233
1,5423 1,5603 1,4395 1,3526 1,4535 1,4034
104