PENGEMBANGAN MODUL MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS SAFE SCHOOL UNTUK SEKOLAH RENTAN BENCANA BANJIR
JURNAL Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Disusun oleh : ARIF SETYO NUGROHO NPM: 942014046
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
1
PENGEMBANGAN MODUL MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS SAFE SCHOOL UNTUK SEKOLAH RENTAN BENCANA BANJIR
Arif Setyo Nugroho Email:
[email protected]
ABSTRAK Arif Setyo Nugroho. 2016. Pengembangan Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School untuk Sekolah Rentan Bencana Banjir. Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Warga sekolah perlu mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam rangka menerapkan program sekolah aman (safe school). Program sekolah aman di SD Negeri 2 Padas telah dilaksanakan melalui bantuan Komisi Yogya Peduli Aceh (KYPA). Ketergantungan kepada KYPA selama ini membuat SDN 2 Padas merasa perlunya sebuah modul manajemen sekolah berbasis safe school. Modul ini dibutuhkan untuk menyelenggarakan program sendiri tanpa bergantung pada suatu lembaga tertentu. Atas dasar kebutuhan ini, penelitian dan pengembangan Modul manajemen sekolah berbasis safe school dilakukan. Penelitian ini bertujuan menghasilkan modul manajemen safe school. Modul penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah Modul Borg dan Gall yang disederhanakan atau di modifikasi menjadi delapan langkah yaitu (1) penelitian awal dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) validasi ahli, (5) revisi produk, (6) validasi lapangan, (7) revisi, dan (8) produk final. Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, studi dokumen, dan Focus Group Discussion (FGD). Produk final manjemen sekolah aman ini disusun setelah melalui proses valiadasi tim ahli manajemen dan uji validasi di lapangan. Kata kunci: manajemen sekolah, safe school, pengurangan risiko bencana, modul manajemen sekolah berbasis safe school.
2
ABSTRACT School’s community needs to acquire knowledge, skills and attitudes related to Pengurangan Resiko Bencana (PRB) or Disaster Risk Reduction in order to implement school safety program (safe school). School safety program in SD Negeri 2 Padas has been implemented through the assistance of the Commission Yogya Peduli Aceh (KYPA). Dependence on KYPA has been making SDN 2 Padas feels the need for a school-based management modul of safe school. This modul is required to conduct its own program without depending on a particular institution. On the basis of these needs, research and development of school-based management module safe school do. This study aims to produce safe management modules school. Modules research and development used is the module Borg and Gall simplified or modified to eight steps, namely (1) the initial research and information collection, (2) planning, (3) early product development, (4) validation expert, (5) product revision, (6) field validation, (7) the revision, and (8) the final product. The process of collecting data in this study conducted using interviews, observation, study documents, and Focus Group Discussion (FGD). Management final product safe school is developed through the process validation management expert team and a validation test on the field. Keywords: school management, school safe, disaster risk reduction, school-based management module safe school.
3
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di jalur cincin api pasifik, sehingga menyebabkan wilayah Indonesia banyak terdapat gunung api yang masih aktif. Kondisi seperti ini mengakibatkan risiko terjadi bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung api, banjir, tsunami, dan longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materi dan mengakibatkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya (Ariantoni, dkk. 2009: 11). Anak-anak merupakan golongan yang paling rentan menjadi korban bencana. Bencana itu sendiri tidak dapat ditebak kapan terjadinya. Anak-anak lebih banyak tinggal di rumah, tetapi sebagian besar komunitas anak-anak berlangsung di sekolah. Hal ini jelas sangat berbahaya, karena jika bencana terjadi ketika anak-anak masih di sekolah maka risikonya akan lebih tinggi. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya, moral dan menyampaikan pengetahuan-pengetahuan yang masih konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan serta keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peran-an penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan Pendidikan Risiko Bencana (PRB) ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. (Indrati, 2009: 3).
4
Pengurangan risiko bencana berbasis sekolah telah ditegaskan dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Sekolah, bahwa: “Penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu dilakukan di sekolah melalui pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah. Pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana disekolah dilakukan baik secara struktural maupun non struktural guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan terhadap bencana di sekolah melalui: (1) Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah. (2) Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal, baik intra maupun ekstrakurikuler. (3) Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak untuk mendukung pelaksanaan pengurangan risiko bencana di sekolah.”
Hal ini didukung pula dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah
Aman
dari
Bencana
menyatakan
bahwa,
“Sekolah/madrasah aman dari bencana adalah sekolah/madrasah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana.” Iklim sekolah yang kondusif-akademik baik fisik maupun nonfisik merupakan landasan bagi penye-lenggaraan pembelajaran yang efektif dan produktif. Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk menumbuhkembangkan semangat dan merangsang nafsu belajar peserta didik. Iklim yang kondusif tersebut antara lain mencakup lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib, serta ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta didik. (Mulyasa, 2011: 23). SD Negeri 2 Padas merupakan salah satu sekolah dasar yang berlokasi di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Wilayah Kecamatan Kedungjati dilalui sungai yang cukup besar yaitu sungai Tuntang, sedangkan SD Negeri 2 Padas berada pada wilayah yang di lalui oleh sungai Padas. Kondisi lokasi seperti ini yang menjadi penyebab timbulnya bencana alam. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sutarno salah satu guru SDN 2 Padas
5
yang telah lama tinggal di Desa Padas bahwa, “Bencana banjir cukup parah pernah terjadi di Desa Padas yaitu pada tahun 1982, 1993, dan 2003.” Siklus banjir biasanya terjadi sepuluh tahun sekali, dengan demikian SD Negeri 2 Padas dapat dikatakan rentan dan berisiko terkena bencana. Pengurangan risiko bencana sangat dibutuhkan oleh SD Negeri 2 Padas, oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang kebencanaan harus dikuasai oleh semua warga sekolah. Selain pengetahuan tentang kebencanaan, diperlukan juga modul manajemen untuk dapat mengurangi risiko bencana. SD Negeri 2 Padas pernah mendapatkan program sekolah aman dari Komite Yogya Peduli Aceh (KYPA). Pelaksanaan program sekolah aman ini dimulai tahun 2012 sampai tahun 2014. Biaya operasional program ini mulai dari pendanaan, tenaga atau fasilitatornya serta sarana pendukungnya ditanggung oleh KYPA. Pada awal tahun 2015 kerjasama SDN 2 Padas dan KYPA telah selesai karena kontrak kerja KYPA di Kabupaten Grobogan sudah habis. Semenjak ditinggalkan KYPA, pelaksanaan program sekolah aman di SDN 2 Padas mulai kurang lancar. Alasannya adalah karena masalah pendanaan, tenaga dan sarana. Bisa dikatakan bahwa SDN 2 Padas belum bisa melaksanakan program
sekolah aman secara mandiri, karena rasa
ketergantungan terhadap KYPA masih sangat besar. Masalah ini bertambah dengan dimutasinya kepala sekolah dan seorang guru ke sekolah lain. Pergantian kepala sekolah ikut mempengaruhi kebijakan yang diterapkan di sekolah, dan dimutasinya guru maka tenaga SDN 2 Padas semakin berkurang. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah manajemen sekolah berbasis safe school di SD Negeri 2 Padas
Kecamatan
Kedungjati
Kabupaten
Grobogan
selama
ini
dilaksanakan? 2. Bagaimanakah prosedur mengembangkan modul manajemen sekolah berbasis safe school untuk sekolah rentan bencana banjir? 3. Bagaimanakah kelayakan modul manajemen sekolah berbasis safe school di SD Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan?
6
Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan gambaran manajemen sekolah berbasis safe school di SD Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan selama ini dilaksanakan. 2. Mengembangkan modul manajemen sekolah berbasis safe school untuk sekolah rentan bencana banjir. 3. Menguji kelayakan modul manajemen sekolah berbasis safe school di SD Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan bagi perkembangan ilmu manajemen pendidikan, khususnya manajemen sekolah aman dari bencana banjir. 2. Sebagai sumber informasi mengenai manajemen sekolah aman dari bencana banjir. 3. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar mandiri untuk menerapkan manajemen sekolah berbasis safe school. 4. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri untuk mengintegrasikan materi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran.
Kajian Teori Pengertian Modul Modul merupakan alat pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai tingkat kompleksitasnya (Riyadhi, dkk, 2009; 2). Tujuan Modul Penggunaan modul bertujuan agar peserta/ pengguna dapat menguasai kompetensi yang diajarkan dalam pendidikan dan latihan atau kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bagi widyaiswara atau guru, modul juga sebagai acuan dalam menyajikan dan memberikan materi selama
7
pendidikan dan latihan atau kegiatan pembelajaran berlangsung (Purwanto, 2007: 10). Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Riyadhi, dkk (2009: 2) modul disusun sesuai kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, dan sebuah kompetensi atau sub kompetensi dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), yang mampu membelajarkan pada diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone), memberikan kesempatan para mahasiswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan untuk melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan para mahasiswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik. Format Modul Sampul modul, memuat: (1) judul, (2) ilustrasi, (3) nama penulis, (4) nama sekolah (5) Penerbit dan tahun terbit. Struktur isi modul memuat: (1) pengantar modul, (2) judul pokok bahasan, (3) Deskripsi singkat pokok bahasan, (4) Kompetensi dan tujuan pembelajaran. Pengertian Manjemen Sekolah Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Berbagai definisi mengenai manajemen telah dikemukakan oleh para ahli. Pengertian manajemen menurut Husaini Usman, 2014: 6. “Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah yang meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah/madrasah.”
Sedangkan menurut Menurut George Terry (dalam Mulyono, 2008:16) “Manejemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakantindakan: perencanaan, pengorganisasian, yang dilakukan untuk menentukan
8
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.” Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen berarti sebagai suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan para pemimpin dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah ditentukan dapat diwujudkan. Dengan perkataan lain manajemen merupakan kegiatan pimpinan untuk (1) melakukan perencanaan terhadap tindakan-tindakan yang akan dilakukan, (2) mengorganisasi
SDM
untuk
melakukan
tindakan-tindakan
yang
direncanakan, (3) mengarahkan dan (4) mengawasi pelaksanaannya. Fungsi-Fungsi Manajemen Adapun fungsi-fungsi manajemen dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain yaitu: merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan dan dalam perencanaan itu mengandung beberapa unsur, diantaranya (1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) hasil yang ingin dicapai, dan (4) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu (Husaini Usman, 2014:77). 2. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkunagan yang ada guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu George R. Terry (dalam Muyono, 2008:27). 3. Penggerakan (Actuating). Penggerakan (Actuating) dalam arti umum adalah menggerakkan orang lain. Penggerakkan pada hakekatnya merupakan usaha menggerakkan orang atau orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. (Husein Umar, 2003:77-78). Fungsi penggerakkan dilaksanakan dengan pemimpin,
9
mengawasi dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas. Fungsi pengendalian dilakukan dengan mengembangkan standar dan jaringan komunikasi yang diperlukan agar pengorganisasian dan penggerakan sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai tujuan. (Eddy Herjanto, 2007: 4). 4. Pengawasan (Controlling). Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (M. Manullang, 2005:173). Ruang lingkup pengendalian meliputi (1) pemantauan, (2) penilaian, dan (3) pelaporan. (Husaini Usman, 2014: 540).
Safe school (Sekolah Aman) Pengertian Safe school Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana menerangkan bahwa, “Pengertian Definisi Khusus: Sekolah aman adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana; (c) Pengertian terkait PRB: Sekolah aman adalah komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar akan risiko, memiliki rencana yang matang dan mapan sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan selalu siap untuk merespons pada saat darurat dan bencana.”
Dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada safe school atau sekolah aman yang terkait dengan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Jadi pengembangan
model
manajemen
sekolah
berbasis
safe
school
menitikberatkan bagaimana manajemen sekolah untuk dapat mengurangi risiko bencana sehingga terwujud sekolah aman. Kesiapsiagaan Sekolah Istilah kesiapsiagaan telah dijelaskan oleh Ariantoni, dkk. (2009: 31) bahwa, “Kesiagaan (kesiapsiagaan) merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi, masyarakat, komunitas
10
dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan Kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil.” Strategi Manajemen Sekolah dalam Pengurangan Risiko Bencana Strategi PRB telah dijelaskan dalam dokumen Kementerian Pendidikan Nasional tentang Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah (2010:23) yaitu bahwa, Pelaksanaan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah yang dilaksanakan melalui pendidikan pengurangan risiko bencana dirancang melalui 3 strategi, yaitu: 1. Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah; 2. Pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal; 3. Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak untuk mendukung pelaksanaan PRB di sekolah.
METODE PENELITIAN Pada bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini. Metode penelitian sangat penting bagi pelaksanaan penelitian, karena akan memberikan pedoman serta cara-cara untuk memperoleh jawaban atas persoalan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebagai langkah menyusun suatu metode penelitian yang baik, penulis perlu mengetahui secara jelas tentang jenis penelitian, metode penelitian, instrumen, satuan pengamatan dan satuan analisis, pengumpulan data, teknik analisis, serta teknik validasi dan reliabilitas data. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research and development (R&D). Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Padas. SDN 2 Padas terletak di Desa Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
11
Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri 2 Padas Kecamatan Kedungjati. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kondisi alamiah (natural setting), yaitu melalui: (1) Observasi, (2) Wawancara Semi terstruktur, (3) Dokumentasi, (4) Focus Group Discussion (FGD), (5) Angket/kuesioner. Teknik Analisis Data (1) Data Collection (pengumpulan data), (2) Data Reduction (reduksi data), (3) Data Display (penyajian data), dan (4) Conclution (kesimpulan) Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti telah memodifikasi tahapan penelitian dari sepuluh tahapan menjadi delapan tahapan. Adapun tahapan penelitian itu adalah sebagai berikut: (1) Research and information collecting, (2) Planning, (3) Develop preliminary form of product, (4) Validasi ahli, (5) Revisi produk, (6) Validasi lapangan, (7) Revisi, (8) Produk final.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Umum Profil SD Negeri 2 Padas Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Padas terletak di Desa Padas Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Lokasi SDN 2 Padas tergolong riskan terhadap bencana, karena ± 100 meter sebelah utara sekolah ini terdapat sungai Padas, sedangkan ± 10 meter sebelah selatan sekolah ini dilalui jalur kereta api Solo – Semarang. Meskipun demikian keberadaan SDN 2 Padas ini sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat khususnya Desa Padas dan sekitarnya. Manajemen Sekolah SD Negeri 2 Padas yang Selama Ini Dilaksanakan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa perencanaan program safe school di SD Negeri 2 Padas belum matang dan detail. Pembahasan mengenai manajemen sekolah aman porsinya juga kurang.
12
Program safe school baru dimasukkan dalam RKAS di standar proses, ini berarati untuk perencanaan sarana dan prasarana, serta pembiayaan belum terencana dengan baik. pengorganisasian program sekolah berbasis safe school yang selama ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas baru sebatas pembagian tugas guru yang ketika masih didampingi KYPA. Padahal untuk sekarang ini sudah ada beberapa guru yang pindah. Oleh karena itu diperlukan reorganisasi untuk program sekolah aman. Struktur organisasi untuk program safe school juga belum ada, sehingga tidak bisa mengetahui kedudukan atau posisi dari masing-masing personil. pelaksanaan program sekolah aman berjalan seadanya, kepala sekolah belum mampu untuk menjadi leader yang baik. Faktor kurangnya pengetahuan kepala sekolah tentang manajemen dan program sekolah aman sangat mempengaruhi. Evaluasi mengenai program safe school juga belum dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas. Pengembangan Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School Analisis Kebutuhan Modul Hasil analisis kebutuhan modul untuk SDN 2 Padas yaitu modul manajemen safe school (sekolah aman) untuk kepala sekolah dan guru. Hasil ini diperoleh berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2016. Ada 5 (lima) orang guru yang mengharapkan tersedianya modul. Alasannya adalah karena lebih mudah untuk belajar mandiri, tidak tergantung ruang dan waktu. Biayanya juga lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengadaan diklat. Sedangkan materi sekolah aman dipilih karena kondisi SD Negeri 2 Padas yang berisiko terkena bencana banjir 1.
Design (Perancangan) Hasil dari tahap desain yang telah dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut: (1) Penyusunan kerangka modul (Outline), Penyajian modul ini disusun secara urut yang terdiri dari halaman judul, halaman sampul dalam, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, bagian isi (Kegiatan Pembelajaran I dan II), rangkuman, kunci jawaban, dan daftar pustaka.
13
2.
Pengembangan Modul Langkah pengembangan sebagai tindak lanjut atas rancangan yang telah
dilakukan dalam tahap design, yaitu sebagai berikut: (1) Pra Penulisan, Pengkajian
bahan
untuk
materi
dalam
modul,
dilakukan
dengan
mengumpulkan sumber dan referensi serta gambar-gambar yang berhubungan dengan materi manajemen safe school. Peneliti juga mengumpulkan gambargambar yang berhubungan dengan materi manajemen safe school dari dokumen pribadi peneliti ataupun mencari dari internet. Gambar-gambar dan ilustrasi bertujuan untuk memperjelas uraian materi pada modul dan sebagai penarik perhatian pembaca. (2) penyusunan draft modul: judul, kompetensi atau sub kompetensi tujuan, uraian materi, panduan, dan evaluasi, (3) Pengembangan instrumen penilaian, (a) lembar validasi ahli materi dan (b) lembar validasi praktisi (kepala sekolah dan guru) Untuk kriteria validasi ahli materi seperti berikut ini: Kriteria penilaian: SB = Sangat Baik = 4; B = Baik = 3; K = Kurang = 2; SK = Sangat Kurang = 1. Rumus penghitungan rentang nilai sebagai berikut: (Skor Maksimal - skor minimal) : jumlah kriteria (4 – 1) : 4 = 3 : 4 = 0,75 Jadi rentang nilai diperoleh sebagai berikut: 1,00 – 1,75 = Sangat Kurang, 1,76 – 2,50 = Kurang, 2,51 – 3,25 = Baik 3,26 – 4,00 = Sangat Baik Modul dinyatakan: Layak digunakan di lapangan tanpa ada revisi. Jika nilai rata-rata lembar validasi: 3,26 – 4,00 Layak digunakan di lapangan dengan revisi. Jika nilai rata-rata lembar validasi: 2,51 – 3,25 Tidak layak digunakan di lapangan. Jika nilai rata-rata lembar validasi: 1,00 – 2,50 Untuk kriteria validasi ahli praktisi seperti berikut ini: Kriteria penilaian: SS = Sangat Setuju = 4; S = Setuju = 3; TS = Tidak Setuju = 2; STS = Sangat Tidak Setuju = 1
14
Rumus penghitungan rentang nilai sebagai berikut: (Skor Maksimal - skor minimal) : jumlah kriteria (4 – 1) : 4 = 3 : 4 = 0,75 Jadi rentang nilai diperoleh sebagai berikut: 1,00 – 1,75 = Sangat Tidak Setuju, 1,76 – 2,50 = Tidak Setuju, 2,51 – 3,25 = Setuju, 3,26 – 4,00 = Sangat Setuju, Modul dinyatakan: Sangat
baik
digunakan
dalam
manajemen sekolah aman
(tanpa
perbaikan). Jika nilai rata-rata lembar validasi: 3,26 – 4,00 Baik digunakan dalam manajemen sekolah aman, namun masih perlu diadakan perbaikan. Jika nilai rata-rata lembar validasi: 2,51 – 3,25 Kurang baik jika digunakan dalam manajemen sekolah aman. Jika nilai ratarata lembar validasi: 1,00 – 2,50 Hasil validasi ahli Berdasarkan hasil validasi ahli secara keseluruhan didapat nilai sebagai berikut, rerata kelayakan isi = 2,62; kelayakan penyajian = 2,80; kelayakan bahasa = 2,85; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School ini dinyatakan layak digunakan di lapangan dengan revisi. Hasil validasi praktisi Berdasarkan hasil validasi praktisi secara keseluruhan didapat nilai sebagai berikut, rerata aspek tampilan = 3,67; aspek penyajian materi = 3,46; aspek manfaat = 3,50; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School sangat baik digunakan dalam manajemen sekolah aman (tanpa perbaikan) 3.
Produk final Produk final atau akhir didapatkan setelah modul manajemen safe
school ini direvisi berdasarkan kritik dan saran dari validator pada tahap validasi ahli dan validasi praktisi (kepala sekolah dan guru) pada saat uji keterbacaan. Penelitian pengembangan ini dilakukan revisi sebanyak tiga kali. Revisi pertama dilakukan berdasarkan konsultasi dan saran dari dari dosen
15
pembimbing dalam proses pravalidasi, revisi kedua dilaksanakan berdasarkan saran dari validator pada tahap validasi, revisi ketiga dilaksanakan berdasarkan saran dan masukan dari kepala sekolah, guru dan siswa dalam uji keterbacaan. Meskipun sudah merupakan modul final, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menerima masukan kritik dan saran dari pihak-pihak di luar tim validator tadi sehingga modul ini menjadi lebih baik lagi.
16
PENUTUP Kesimpulan Manajemen safe school yang pernah dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas merupakan bantuan program sekolah aman dari Komite Yogya Peduli Aceh (KYPA). Pelaksanaan program sekolah aman ini dimulai tahun 2012 sampai tahun 2014. Biaya operasional program ini mulai dari pendanaan, tenaga atau fasilitatornya serta sarana pendukungnya ditanggung oleh KYPA. Semenjak ditinggalkan KYPA, pelaksanaan program sekolah aman di SDN 2 tidak berjalan lancar karena faktor dana, sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta keterbatasan kepala sekolah maupun guru dalam manajemen. Kegiatan perencaan program safe school SD Negeri 2 Padas selama ini meliputi: (1) persiapan melalui rapat guru dan komite untuk membahas program-program yang akan dilaksanakan di sekolah diantaranya termasuk program safe school. (2) Perencanaan program kerja yang dituangkan dalam RKS, RKT dan RKAS. Program safe school dalam RKAS hanya dimasukkan dalam standar proses. Pengorganisasian safe school yang selama ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Padas baru sebatas pembagian tugas guru dari KYPA. Setelah itu belum ada reorganisasi, kejelasan fungsi dan tugas masing-masing guru kurang proporsional, struktur organisasi untuk program safe school juga belum ada, sehingga tidak bisa mengetahui kedudukan atau posisi dari masing-masing personil. Pelaksanaan safe school belum berjalan dengan baik. Salah satu faktornya keterbatasan kepala sekolah dalam pengetahuan tentang manajemen dan safe school. Guru-guru di SD Negeri 2 Padas melaksanakan program sekolah aman hanya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatkan dari KYPA dulu. Evaluasi program safe school belum pernah dilakukan. SD Negeri 2 Padas selama ini hanya menyampaikan pengetahuan tentang program safe school dengan materi PRB kepada para siswa. Pengembangan modul manajemen sekolah berbasis safe school dengan menggunakan model penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan Research and Development (R&D) merujuk pada desain pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi menjadi delapan tahapan yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, desain produk awal, uji coba awal, revisi terhadap produk awal, uji coba lapangan terbatas, revisi produk, dan produk final. Komponen dalam modul ini yaitu, Bagian awal: halaman judul, halaman sampul dalam, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan. Bagian isi: (Kegiatan Pembelajaran I dan II), indikator keberhasilan, dan uraian materi. Bagian Akhir: rangkuman, kunci jawaban, dan daftar pustaka. Kelayakan modul pembelajaran setelah dilakukan uji validasi. Uji validasi untuk pengembangan modul ini dilakukan dua kali, yaitu validasi ahli 17
dan validasi praktisi. Berdasarkan hasil validasi ahli secara keseluruhan didapat nilai sebagai berikut, rerata kelayakan isi = 2,62; kelayakan penyajian = 2,80; kelayakan bahasa = 2,85; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School ini dinyatakan layak digunakan di lapangan dengan revisi. Setelah direvisi kemudian dilakukan validasi praktisi. Hasil validasi praktisi secara keseluruhan didapat nilai sebagai berikut, rerata aspek tampilan = 3,67; aspek penyajian materi = 3,46; aspek manfaat = 3,50; karakteristik dan prinsip = 2,92 dapat dikatakan bahwa Modul Manajemen Sekolah Berbasis Safe School sangat baik digunakan dalam manajemen sekolah aman (tanpa perbaikan). Hasil dari validasi oleh ahli maupun praktisi modul ini dinyatakan layak digunakan. Saran Modul ini dapat dijadikan rujukan untuk menambah pengetahuan tentang manajemen sekolah aman dari bencana banjir. Bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang manajemen sekolah aman dari bencana banjir. Modul ini bisa menjadi sumber informasi, karena memuat tentang materi manajemen sekolah aman dari bencana banjir. Kepala sekolah yang bekerja di sekolah rentan terhadap bencana banjir, diharapkan mau belajar secara mandiri melalui modul ini agar bisa menerapkan manajemen sekolah berbasis safe school. Bagi guru, diharapkan mampu untuk meng-integrasikan materi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran secara mandiri, baik di komponen silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Modul yang dikembangkan meskipun telah memenuhi kriteria kelayakan berdasarkan hasil penilaian validator ahli maupun praktisi dalam penggunaannya sebaiknya kepala sekolah dan guru kelas tetap harus memperkaya referensi agar tidak terpancang dengan modul ini saja. Penelitian ini hanya mengambil sampel di SD Negeri 2 Padas, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya agar hasil penelitian semakin valid, maka peneliti bisa mengambil sampel dari sekolah yang memiliki karaktristik seperti SD Negeri 2 Padas lebih dari satu.
18
DAFTAR PUSTAKA Ariantoni, dkk. 2009. Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Sistem Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. Ahdi, Didi. 2015. Perencanaan Penanggulangan Bencana Melalui Pendekatan Manjemen Risiko. Jurnal online: http://www.jurnal.unitri.ac.id. Di akses tanggal: 25 Januari 2016. Badawi, Ahmad. 2013. Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana. (Studi Erupsi Gunung Merapi). Tesis. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Danim, Sudarwan dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepala-sekolahan Visi dan Strategi Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto. 2013. Menyusun Modul. Yogyakarta. Gava Media. Engkoswara dan Aan Komariah. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta F. L. Namwamba. 2007. Disaster Forecast and Management: Lessons from Hurricane Katrina. Journal online: http://kpuc.tukenya.ac.ke. Diakses tanggal 27 Maret 2016 Haruman, Hendarsah. 2012. Pemetaan Partisipatif Ancaman, Strategi Coping dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Jurnal online: http://puslit.kemsos.go.id. Diakses tanggal: 25 Januari 2016. Indrati Yuke. 2009. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2010. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Online: http://mdmc.or.id/index.php/sekolahsiaga. Diakses tanggal: 27 Juni 2016 Gugus Tugas Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidikan Nasional. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
19
Mulyasa., E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa., E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Murtakhamah, Titin. 2013. Pentingnya Pengarus-utamaan Gender dalam Program Pengurangan Risiko Bencana. Jurnal online: http://digilib.uinsuka.ac.id/13937/. Diakses tanggal: 25 Januari 2016. Noor Riyadhi, dkk. 2009. Panduan penyusunan Modul. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Permadi, Dadi dan Daeng Arifin. 2012. Kepemimpinan Tranformasional Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa. Peraturan Kepala BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/ Madrasah Aman dari Bencana. Purwanto, dkk. 2012. Pengembangan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sofie Roth, Ann. 2011. Challenges to Disaster Risk Reduction: A Study Of Stakeholders’perspectives in Imizamo Yethu, South Africa. Jurnal online: http://www.jamba.org.za./index.php/jamba. Diakses tanggal: 26 Januari 2016. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, cet. 3. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. Yogyakarta : Media Wacana Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
20