perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT DAN TUBUHKU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains
Oleh
ISFI MUZARI S831308022
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SAINS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2015 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai, maka bersusah payahlan mengerjakan yang lain. (Q.S. Al-Insyirah: 6-7)
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses
Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari Alloh dan Aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada waktu yang telah Ia tetapkan
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: 1. Suamiku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya tesis ini. 2. Kedua orangtuaku yang telah tulus ikhlas mendokan cucunya. 3. Anak-anaku yang merupakan penyemangat dalam hidupku.
commit to user
vi
dan merawat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada Tema Makanan Sehat dan Tubuhku untuk Meningkatkan Hasil Belajar ini dengan baik. Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari kesulitan karena keterbatasan kemampuan. Berkat bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan berbagai pihak kepada penulis, maka tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. 2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains dan validator ahli media yang telah berkenan memberikan fasilitas, pengarahan, saran, dan motivasi hingga terselesaikannya usulan tesis ini. 3. Prof. Dr. Ashadi, sebagai dosen pembimbing pertama yang telah berkenan memberikan
bimbingan,
pengarahan,
motivasi,
dan
saran
hingga
terselesaikannya tesis ini. 4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., sebagai dosen pembimbing kedua yang telah berkenan memberikan bimbingan,
pengarahan, motivasi, dan saran
hingga terselesaikannya tesis ini. 5. Dr. Maridi, M.Pd., selaku validator ahli materi yang telah memberikan saran untuk perbaikan isi modul. 6. Karjiyadi, M.Pd. selaku validator ahli bahasa yang telah memberikan saran untuk perbaikan tata tulis kebahasaan modul. 7. Jauhari Iswahyudi, M.Pd. dan Susi Prasetyaningtyas, M.Pd. selaku praktisi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan modul. 8. Suami dan anak-anakku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya tesis ini.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Segenap dosen program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. 10. Supardi, S.Pd. dan Drs. Dwinabut selaku kepala MTs YAPPI Mulusan dan kepala MTs YAPPI Jetis yang telah memberikan fasilitas sehingga terselesainya penelitian ini. 11. Riyata, S.Pd., Suwarsono, S.Pd., Sri Endang Y, S.Pd., Warsita, S.Pd., dan Amin Salamah, S.Pd.Bio. yang telah memberikan penilaian modul, serta Sugersi Wahyuni sebagai observer. 12. Teman-teman mahasiswa program Studi Magister Pendidikan Sains angkatan September 2013 atas kerja sama dan motivasinya. Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfat bagi yang membacanya.
Surakarta,
Maret 2015
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Isfi Muzari. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada Tema Makanan Sehat dan Tubuhku untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Ashadi. Pembimbing II: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Kegiruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar; (2) mengetahui kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar; (3) mengetahui efektivitas modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini mengacu pada model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9 tahap: 1) analisis kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4) uji lapangan awal, 5) revisi produk awal, 6) uji lapangan utama, 7) revisi produk utama, 8) uji lapangan operasional, 9) revisi produksi operasional. Subyek pengembangan untuk kelayakan modul divalidasi oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa dan guru IPA (praktisi). Pengumpulan data dilakukan dengan angket, lembar observasi, wawancara. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data tentang hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan terhadap kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian angket pada uji lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangan operasional, dan hasil belajar. Efektivitas modul diperoleh dengan menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest-postest. Sedangkan untuk sikap dan keterampilan proses dengan membandingkan hasil setiap kegiatan belajar. Hasil penelitian ini adalah: (1) karakteristik produk modul IPA Terpadu berbasis SETS sebagai berikut: a) berbentuk modul cetak IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa; b) materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang sering dijumpai dalam kehidupan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut; c) penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS; d) modul berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan-bagan SETS; e) modul dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri bagi siswa di rumah; (2) Kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku berdasarkan penilaian ahli, praktisi, respon guru dan siswa memberikan kategori sangat baik dan layak digunakan; (3) produk ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan (gain score = 0,344), sikap (18%) dan keterampilan (14%). Kata Kunci: Modul, IPA Terpadu, SETS, Hasil belajar.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Isfi Muzari. Development of SETS-based Integrated Natural Science Module on the Theme of Healthy Food and My Body to Improve the Achievement. Thesis: Advisor: Prof. Dr. Ashadi, Co-advisor: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., The Graduate Program in Science Education, the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2015. ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to describe the characteristics of SETSbased Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the achievement; (2) to investigate the feasibility of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the acievement; and (3) to investigate the effectiveness of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the achievement. This research used the research and development (R&D) method which referred to the model claimed by Borg and Gall with some reductions into nine phases, namely: (1) need analysis, (2) planning, (3) development of product, (4) preliminary field testing, (5) revision of preliminary product, (6) primary field testing, 7) revision of main product, (8) operational field testing, and (9) revision of operational product. The subject of development for the module feasibility was validated by a learning media expert, a learning material expert, a language expert, and two practitioners (Natural Science teachers). The data of research were collected through questionnaire, observation sheet, and in-depth interview. The data obtained were qualitative and quantitative ones. The former were those of the results of observation, in-depth interview, and suggestion during the validation and field testing of the feasibility of the developed SETS-based Integrated Natural Science module, and the latter were obtained from the evaluation of the results of module validation, the evaluation of questionnaire during the preliminary field testing, main field testing, and operational field testing, and learning result.. The effectiveness of the module on the achievement was analyzed by using the normalized N-gain score for pretest post test, and that of attitudes and skills of process was obtained by comparing the achievement in each activity. The results of research are as follows: 1) The characteristics of SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body include the following: (a) the developed SETS-based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body is in the printed form; (b) the learning materials presented are related to the problems surrounding the students’ life so that they can easily understand them; (c) the module preparation refers to the SETS learning procedure; (d) the module contains the interrelation of elements of SETS as presented in the diagrams of SETS; and (e) the developed module can be used for learning activities in the class and for independent learning at home by the students. 2) In term of feasibility, the developed SETS-based Integrated Natural Science Module on the theme of Healthy Food and My Body according to the judgment of the experts and practitioners and the response of teachers and students belongs to the very good category and is feasible to be used. 3) The developed product is effective to improve the knowledge as indicated by the normalized N-gain score of 0.344, attitudes (18%), and skills (14%). Keywords: Module, integrate Natural Science, SETS, and achievement.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………….…........
i
PESETUJUAN PEMBIMBING……………………………………..……
ii
PENGESAHAN………………………………..……………………….....
iii
PERNYATAAN………………………………………………………....…
iv
MOTTO…………………………………………………………............…
v
PERSEMBAHAN…………………………………………………..…....…
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………….......
vii
ABSTRAK………………………………………………………………....
ix
ABSTRACT...................................................................................................
x
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……
xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………..…
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….…………
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….…………
xvi
PENDAHULUAN………………………….………………
1
A. Latar Belakang…………………………….……………
1
B. Batasan Masalah…………………………..……………
6
C. Rumusan Masalah………………………………………
6
D. Tujuan Penelitian……………………………….………
7
E. Spesifikasi Produk……………………………...………
7
F. Manfaat Penelitian………………………………...……
8
G. Asumsi ………………………………….………...……
9
H. Definisi Istilah…………………………………………..
9
LANDASAN TEORI……………………………………….
10
A. Tinjauan Pustaka…………………………………..……
10
1. Pembelajaran Terpadu…………………………...…
10
2. IPA Terpadu…………………………………………
11
3. Pembelajaran Berbasis SETS……………….………
17
4. Modul…………………………………….………… commit to user 5. Hasil Belajar……………………………...…………
20
BAB I
BAB II
xi
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku………..……..
26
B. Hasil Penelitian yang Relevan………….………………..
39
C. Kerangka Berpikir……………………………………….
43
METODOLOGI PENELITIAN…………………….……….
45
A. Model Pengembangan……………………..……………..
45
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………..……………
45
C. Subyek Penelitian……………………………………….
45
D. Prosedur Penelitian…………………………..………….
46
E. Jenis Data………………………………….…………….
50
F. Metode Pengumpulan Data…………..…………………
51
G. Teknik Analisis Data…………………………………….
55
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….…
61
A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan……..…..
61
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan……....
76
C. Keterbatasan dan Temuan dalam Penelitian………………
89
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………….
90
A. Kesimpulan…………………………………..…………
90
B. Implikasi…………………………………..…………….
91
C. Saran………………………………...........……………..
91
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
93
BAB III
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Analisis Hasil UAN Tahun 2012/2013…………..……..…
3
Tabel 2.1
Model Pembelajaran IPA Terpadu……………………….....
16
Tabel 2.2
Makanan yang Mengandung Vitamin……………… …..….
28
Tabel 2.3
Zat Aditif dan Penyakit yang Ditimbulkan…………............
32
Tabel 3.1
Metode Pengumpulan Data dan Instrumen…….……….….
51
Tabel 3.2
Tingkat Reliabilitas…………………………………………
54
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Ahli ……………………..........................
57
Tabel 3.4
Kriteria Hasil Angket Guru dan Siswa ……………….....…
57
Tabel 4.1
Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media ..............
66
Tabel 4.2
Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa ….........
67
Tabel 4.3
Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi …….…
67
Tabel 4.4
Perbaikan RPP Berdasarkan Saran Validator ………….…
67
Tabel 4.5
Perbaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran validator…....
67
Tabel 4.6
Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi......................
68
Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Uji Validasi Ahli dan Praktisi……….....
68
Tabel 4.8
Rangkuman Hasil Uji Validitas.............................................
69
Tabel 4.9
Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran……………..……..
69
Tabel 4.10
Rangkuman Hasil Uji Daya Beda…………...………….…..
70
Tabel 4.11
Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Awal…………………
70
Tabel 4.12
Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal
70
Tabel 4.13
Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Utama………………
71
Tabel 4.14
Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama
71
Tabel 4.15
Rangkuman Hasil Respon Guru.............................................
71
Tabel 4.16
Hasil Belajar Pretes…………………………………………
72
Tabel 4.17
Hasil BelajarPostes…………………………………………
72
Tabel 4.18
Rangkuman Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar……….
73
Table 4.19
Nilai Sikap Kelas Kontrol………………………………..…
73
Table 4.20
Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk…………………..……
73
Tabel 4.21
Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol ……. ………… commit to user Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk…...…
74
Tabel 4.22
xiii
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Table 4.23
Nilai Keterampilan Kelas Kontrol…………………………
74
Table 4.24
Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk………………
74
Tabel 4.25
Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Kontrol………..…...
75
Tabel 4.26
Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Penggun Produk…...
75
Tabel 4.27
Rangkuman Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional
75
Tabel 4.28
Perbaikan Modul Hasil Uji Operasional…………………
76
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Tahap Pembelajaran STM……………………………….…….
18
Gambar 2.2
Makanan yang Mengandung Karbohidrat……...……………..
27
Gambar 2.3
Makanan yang Mengandung Protein…………………............
27
Gambar 2.4
Makanan 4 Sehat 5 Sempurna……………...……………...…
29
Gambar 2.5
Sistem Pencernaan……………………...……………….........
34
Gambar 2.6
Lambung………………………………………………………. 35
Gambar 2.7
Kerangka Berpikir……………………………...……………… 44
Gambar 3.1
Borg & Gall Direduksi…………………..…….…...................
Gambar 3.2
Desain Percobaan…………………………………….……...… 50
Gambar 4.1
Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang...........
63
Gambar 4.2
Tampilan Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS…..
64
Gambar 4.3
Tampilan Ayo Mengamati dan Diskusi…………..………...
64
Gambar 4.4
Tampilan Ayo Menghubungkan……………………..………
65
Gambar 4.5
Tampilan Ayo Bereksperimen………………………...……
65
Gambar 4.6
Tampilan Ayo Menganalisis....………………………………
65
Gambar 4.7
Cover Sebelum dan Sesudah Validasi………………………
80
Gambar 4.8
Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi………......
81
Gambar 4.9
Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi …. ….........
81
46
Gambar 4.10 Ilustrasi Kegiatan Belajar Sebelum dan Sesudah Validasi....
82
Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi …………….....
82
Gambar 4.12 Peta Konsep Keterpaduan………………………..………......
83
Gambar 4.13 Kolom Tugas dan Diskusi………………....…………….....
83
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Hasil Observasi Sekolah……………………............…….
97
Lampiran 2
Hasil UAN MTs YAPPI Mulusan Tahun 2013…………….
98
Lampiran 3
Kisi-kisi dan Angket Pengungkap Kebutuhan……………
103
Lampiran 4
Pedoman Wawancara …………….……………………...…
113
Lampiran 5
Hasil Analisis Pengungkap Kebutuhan…………………….
116
Lampiran 6
Silabus…………………………………………………...…
121
Lampiran 7
RPP ………………………………………………………..
145
Lampiran 8
Matrik Modul……………………………………………….
172
Lampiran 9
Kisi-kisi dan Soal Try Out ……………………………….
196
Lampiran 10 Hasil Uji Soal Try Out…………………………….…..….
209
Lampiran 11 Instrumen Validasi…………………………………………
213
Lampiran 12 Perhitungan Hasil Validasi Ahli……………………………
243
Lampiran 13 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal…..…
255
Lampiran 14 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama ……
258
Lampiran 15 Perhitungan Respon Guru pada Uji Lapangan Utama…….
261
Lampiran 16 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional
263
Lampiran 17 Perhitungan Efektifitas N-Gain…………………………….
265
Lampiran 18 Perhitungan Uji T…………………………………………
266
Lampiran 19 Hasil Belajar Siswa………...………………………………
274
Lampiran 20 Dokumentasi……………………………………………….
288
Lampiran 21 Perijinan……………………………………………………
291
commit to user
xvi
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan itu, maka pendidikan juga harus mampu mengimbangi dan mengembangkan kualitas dalam bidang pendidikan agar keluaran institusi pendidikan mampu menghadapi era globalisasi. Pendidikan merupakan salah satu sarana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan suatu negara. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasasn, kebersamaan dan tanggung jawab. Perubahan kurikulum pendidikan merupakan dampak dari pesatnya arus globalisasi. Pengembangan kurikulum Nasional menjadi
penting sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia di masa depan. Kurikulum 2013 yang bertumpu pada pendidikan karakter, penyempurnaan pola pikir dan pendalaman materi untuk menciptakan siswa yang unggul secara kemampuan dan prilaku. Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan penguatan yang commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terintegrasi (Sumiyati, 2013). Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut dalam implementasi
kurikulum, guru dituntut
untuk
secara profesional
merancang
pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, serta memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Inti dari Kurikulum 2013 adalah pada upaya penyederhanaan dan tematikintegratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Keberhasilan
proses pembelajaran IPA ditandai dengan tercapainya tujuan
dalam penanaman dan pengembangan konsep – konsep IPA. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yang menunjukkan sama dengan atau lebih besar dari rata-rata nasional melalui ujian nasional dalam suatu Negara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan kurikulum 2013 yang mengisyaratkan bahwa isi mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pada tingkat SMP/MTs merupakan IPA Terpadu. Hal ini didasarkan kecenderungan materi IPA yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam suatu tema tertentu. IPA Terpadu memberikan dampak bagi guru, peserta didik, bahan ajar maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan (Tim IPA Terpadu, 2009). Bahan ajar IPA sudah selayaknya dapat dipergunakan oleh guru maupun peserta didik dalam mempermudah dan mencerna materi IPA. Segala bentuk upaya perlu dikerahkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal. Kegiatan
pembelajaran semacam itu dapat ditunjang dengan menggunakan bahan ajar salah satunya berupa modul. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs YAPPI Mulusan Gunungkidul masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang tidak memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan sistem peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki laboratorium. Selanjutnya dapat dilihat permasalahan yang terjadi di dalam proses belajar, di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengomunikasikan hasil pekerjaannya dengan baik. Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran IPA selama ini belum dikaitkan dengan commit lingkungan sekitar dan belum terpadu. to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis butir soal UAN tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa daya serap materi sistem pencernaan dan zat aditif pada makanan masih di bawah rata-rata nasional. Soal pada sistem pencernaan pada tingkatan mengamati (observasi) dan soal pada zat aditif pada tingkatan mengelompokkan (mengklasifikasikan). Kedua tingkatan soal tersebut merupakan indikator keterampilan proses. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses di MTs YAPPI Mulusan masih rendah. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Analisis hasil UAN tahun 2012/2013 Kemampuan yang Daya Serap Indikator diuji Sekolah Nasional Keterampilan Proses Sistem Pencernaan 50,91 % 73, 07 % Mengamati (observasi) Zat Aditif 41,82% 68, 04 % Mengelompokkan (klasifikasi) Hasil analisis pengungkap kebutuhan (2014) tehadap siswa MTs YAPPI Mulusan menunjukkan bahwa 100 % siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, 72,7% siswa tidak mencari sumber belajar lain, 59,1% mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan baku baru menyajikan masalah yang ada di lingkungan sekita, serta 90,9% siswa tidak dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang dapat mengatasi permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya dengan lingkungan sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri. Hasil analisis pengungkap kebutuhan guru (2014) menunjukkan bahwa guru belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini menunjukkan perlunya dikembangkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi kebutuhan. Hasil analisis terhadap buku paket yang digunakan di MTs YAPPI Mulusan menunjukkan tingkat keterpaduan baru 50%, hubungan materi dengan lingkungan teknologi dan masyarakat 44%, dan keterampilan proses sains yang dilatihkan 50%. Sedangkan jika dilihat dari kefektivan mengukur hasil belajar untuk ranah pengetahuan (kognitif) 54,2%, ranah sikap 43,75%, dan ranah keterampilan 55%. Hal ini menunjukkan bahwa buku tersebut untuk MTs YAPPI Mulusan perlu dimodifikasi. Seadangkan hasil observasi terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran tampak siswa bekerja kurang teliti, kurang tanggung jawab dan belum mampu bekerja commit to user sama dengan baik. Hal ini tampak dari siswa dalam bekerja yaitu tidak menuliskan hasil
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengamatan dengan lengkap, ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya, dan tidak bekaerja karena belum ada pembagian tugas yang jelas dalam satu kelompok. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis Science, Environment, Technology, and Society (SETS) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan salingtemas yang merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Isi materi modul itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Modul yang dikembangkan berperan sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan contoh konkret yang ada di sekitarnya. Mereka mendapatkan pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar, sehingga mereka dapat menentukan sikap yang tepat jika dihadapkan dengan permasalahan di lingkungan sendiri. Jadi dapat ditegaskan dengan sikap dan keterampilan akan diperoleh suatu pengetahuan yang jelas, sehingga jika pengetahuan dikuasai makaakan berimbas terhadap hasil belajar. Keterampilan proses menekankan cara siswa belajar dan cara mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Dengan mengembangkan
keterampilan
proses
anak
akan
mampu
menemukan
dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai (Semiawan, 1992: 18) Modul IPA perlu dikembangkan karena anatara lain tuntutan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran IPA untuk tingkat SMP/MTs harus terpadu, kurangnya panduan bahan ajar di MTs YAPPI Mulusan, dan dengan modul siswa dapat belajar mandiri serta mempunyai kesempatan belajar sendiri dalam waktu tak terbatas untuk memahami pokok bahasan tertentu. Modul IPA berbasis SETS diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar. Modul ini memaparkan bahan ajar yang dirancang commit to user untuk dipelajari secara mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Pendekatan SETS dapat membantu siswa membuka wawasan tentang hakikat pendidikan IPA yang dikaitkan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat secara utuh. Tema yang diangkat dalam modul tidak lepas dari lingkungan siswa di MTs YAPPI Mulusan. Siswa setiap hari tidak lepas dari jajanan dan kadang tidak menhiraukan dampak jajanan terhadap kesehatan tubuh dan kebersihan lingkungga. Pengembangan modul berbasis SETS diangkat sebagai sebagai alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar. Modul ini memiliki beberapa kelebihan yang mengarahkan dalam penyelesaian masalah seperti yang telah diuraikan di atas. Kelebihan itu antara lain modul berbasis SETS dapat memperjelas permasalahan yang terjadi di lingkungan secara konkret sehingga siswa dapat memahaminya dan mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya jika dilihat dari fungsinya, modul akan memberikan waktu lebih kepada siswa untuk belajar mandiri sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan maka hasil belajar yang dicapai juga akan meningkat. Hasil penelitian Frank dan Barzilai (2006) menunjukkan bahwa 95% siswa berpendapat jika konsep salingtemas dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, maka memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan dan mempertinggi pemahaman mereka antar cabang ilmu pengetahuan sehingga diharapkan melalui kegiatan pembelajaran yang berwawasan salingtemas akan diperoleh pemikiran tentang hasil teknologi dari transformasi sains, tanpa harus merusak atau merugikan lingkungan dan masyarakat. Berdasarkan hasil pengembangan modul IPA oleh Wenno (2010) menyatakan pembelajaran sains dengan menggunakan bahan ajar modul akan sangat bermanfaat bagi guru sains dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, karena mereka akan lebih kreatif mengembangkan dirinya dan kegiatan pembelajaran menjadi menarik. MTs YAPPI Mulusan pada proses pembelajaran IPA belum melaksakan IPA terpadu. Guru masih melakukan proses pembelajaran yang terpisah yaitu fisika, biologi, dan kimia. Hal itu dikarenakan berbagai kendala yaitu latar belakang pendidikan para guru bukan IPA, keterbatasan waktu dan kemampuan guru belum berani mencoba sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan selama ini berjalan. Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada jenjang pendidikancommit tingkattoSMP. user Berdasarkan temuan masalah di
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atas, maka langkah selanjutnya adalah dirancangan produk modul IPA terpadu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterpaduannya yaitu KD 3.6 tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain dan KD 3.7 tentang zat aditif pada makanan. Penyusunan modul ini mengacu pada alur pembelajaran SETS (Poedjiadi, 2010). Materi dalam modul yang akan disusun sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan biasa keluar pada ujian nasional SMP/MTs. Berpijak dari fakta di lapangan maka perlu pengembangan modul berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku yang isinya disesuaikan dengan situasi kondisi lingkungan setempat diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengarahkan siswa dalam mengatasi permasalahan yang terjdi di lingkungan, serta meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai berikut : “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Pada Tema Makanan Sehat dan Tubuhku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar “.
B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengembangan modul IPA berbasis SETS dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku Kelas VIII semester gasal di MTs YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul DIY tahun pelajaran 2014/2015.
C. Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar? 2. Bagaimana kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar? 3. Bagaimana keefektifan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar? commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menemukan karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar. 2. Mengetahui kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar. 3. Mengetahui efektifitas modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.
E. Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan berupa modul dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa. a.
Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, peta kedudukan modul, dan
peta
keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif dan umpan ; 4) BAB III: penilaian yang berisi commitbalik, to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. 2. Materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut. 3. Penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS. 4. Modul berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan SETS. 5. Modul dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri di rumah.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti, khususnya: 1. Bagi Siswa: a. Sebagai bahan ajar bagi siswa secara aktif dan mandiri. b. Memberikan pengalaman baru bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. c. Menumbuhkan
kreativitas
siswa
dalam
menuangkan
gagasan
dalam
pembelajaran sains yang dikaitkan dengan SETS dalam bentuk aplikasi. 2. Bagi Guru: a. Memberi inspirasi untuk lebih kreatif dalam inovasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP/MTs. b. Meningkatkan kekritisan guru dalam memilih masalah yang nyata/faktual dalam lingkungan sekitar terkait materi yang akan diajarkan. 3. Bagi Sekolah: a. Menyediakan bahan ajar IPA Terpadu berupa modul sesuai dengan kurikulum. b. Sebagai referensi dalam menyediakan bahan ajar IPA Terpadu SMP/MTs. 4. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dan keterampilan serta wawasan dalam pengembangan modul sebagai bahan ajar yang berkualitas baik. 5. Bagi peneliti lain sebagai bahan acuan untuk penelitian pengembangan sejenis. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Asumsi Pengembangan Asumsi dalam penelitian ini adalah: 1. Siswa SMP/MTs kelas VIII dapat belajar mandiri dengan adanya modul. 2. Siswa dapat mengaitkan materi pelajaran dengan masalah di lingkungan sekitar. 3. Siswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah dalam lingkungan.
H. Definisi Istilah Definisi istilah yang diidentifikasikan dalam pengembangan produk adalah: 1. SETS (Science, Environment, Technology, and Society) yaitu penerapan pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni; sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran. 2. Modul yaitu suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 3. Modul berbasis SETS yaitu modul yang isi materinya disusun dengan mengkaitkan keempat unsurnya yakni; sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran. 4. Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa selama terjadinya proses pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Terpadu a. Filosofi Pembelajaran Terpadu Secara filosofis kemunculan pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran progresivisme, konstruktivisme, developmentally appropriate practice (DAP), landasan normatif, dan landasan praktis. Aliran Progesivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alamiah.
Konstruktivisme
beranggapan bahwa pengalaman langsung siswa adalah kunci dalam pembelajaran. Developmentally appropriate practice (DAP) menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa. Landasan normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran. Sedangkan landasan praktis mengharapkan pembelajaran disesuaikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis terhadap pelaksanaan untuk hasil yang optimal (Trianto, 2013: 69) Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya (Trianto, 2013: 60), antara lain: 1) tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata, 2) proses pemahaman anak terhadap suatu konsep lebih terorganisir, 3) pembelajaran akan lebih bermakna, 4) pemberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, dan 4) memperkuat kemampuan yang diperoleh. b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu sebagai sutu proses menpunyai karakteristik atau ciri-ciri (Trianto, 2013: 62), yaitu: 1) Holostik, yaitu fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari berbagai bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai aspek memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep yang disebut skema. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. 3) Otentik, yaitu siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung, sehingga informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. 4) Aktif, yaitu pembelajaran menekankan keaktifan siswa baik secara fisik, mental, intelektual,
maupun
emosional
untuk
hasil
yang
optimal
dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar.
2. IPA Terpadu a. Hakikat Pembelajaran IPA Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gelala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prisip dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2013: 141) Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA (Depdiknas, 2003: 2) diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi; 3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan obsevasi; 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama; 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prisip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam; 6) Apresiatif terhadap sains commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapanya dalam teknologi. Menurut Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. b. Pengertian IPA Terpadu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain. IPA Terpadu merupakan IPA yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya peserta didik tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua diramu dalam kesatuan (Das Salirawati, 2009). Menurut Das Salirawati, mata pelajaran ini lebih tepat dinamakan IPA, tidak perlu diberi tambahan “terpadu” di belakangnya, karena dari lahirnya dahulu itulah hakikat IPA yang sesungguhnya, artinya IPA lahir bukan dari penyatuan fisika, biologi, dan kimia, tetapi lahir sebagai IPA. UNESCO mengemukakan bahwa IPA Terpadu terdiri dari berbagai pendekatan dimana konsep dan prinsip IPA disajikan sehingga tampak adanya kesatuan pemikiran yang fundamental (Dyah Hikmawati, 2000: 204). Salah satu cirinya adalah perpaduan dua disiplin ilmu atau lebih dalam pokok bahasan, tanpa batas-batas yang nyata dari disiplin ilmunya. Pada kurikulum 2013 KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek fisika, biologi kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan. Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
IPA Terpadu merupakan
perpaduan objek dan fenomena cabang-cabang materi IPA (fisika, biologi, kimia) yang dipelajari secara terpadu dan menyeluruh sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu Ada beberapa tujuan dengan dilaksanakannya pembelajaran IPA Terpadu (Puskur, 2007: 7) dalam Trianto (2013), antara lain: 1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa memungkinkan tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. 2) Meningkatkan
minat
dan
motivasi.
Pembelajaran
IPA
Terpadu
dapat
mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. 3) Beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus. Model Pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Selain itu, pembelajaran terpadu juga dapat menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan dan keterkaitan. Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA Terpadu bertujuan agar pembelajaran IPA Terpadu efektif dan efisien, dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai dalam kurun waktu pembelajaran. d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran IPA Terpadu Kelebihan pembelajaran IPA Terpadu (Trianto, 2013: 157) antara lain: 1) tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) siswa dapat melihat hubungan yang bermakna antar berbagai konsep dan perubahannya; 3) meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa, karena siswa dihadapkan commit to user pada gagasan yang lebih luas;
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) pembelajaran terpadu menyajikan penerapan tentang dunia nyata, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; 5) motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; 6) pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa dengan pengalaman belajar yang terkait; 7) akan terjadi peningkatan kerja sama antara guru bidang terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan narasumber, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, nyata, dan bermakna. Pembelajaran IPA Terpadu memiliki beberapa kelemahan (Trianto, 2013: 158) antara lain: 1) guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologi yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi; 2) pelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang baik yaitu memiliki akademik dan kreativitas. Model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan mengurai, menghubung, eksploratif, dan elaborasi; 3) pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi; 4) kurikulum haru luwes, berorentasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan siswa; 5) pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan; 6) pembelajaran terpadu berkencenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan menenggelamkan bidang kajian lain. Hal ini berarti pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru cenderung mengutamakan substansi gabungan sesuai dengan pemahaman, selera, latar belakang pendidikan guru itu sendiri. e. Pemaduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri dari beberapa bidang kajian yaitu menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang dapat mengkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pembelajaran IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika, kimia, biologi, bumi dan alam semesta) pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan (Depdiknas: 2006). commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat SMP/MTs, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja . Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang munculnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, karena semakin tinggi jenjang pendidikann, maka semakin luas pula pemahaman konsep yang harus dikuasai siswa (Trianto, 2013: 160). Pembelajara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu siswa dalam beberapa aspek (Trianto, 2013: 160), yaitu sebagai berikut: 1) Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan bertanggung jawab, disiplin, dan mandiri; 2) Siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan yang dipelajarinya; 3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat, karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan „melakukan‟ kegiatan penyelidikan masalah yang sedang dipelajari; 4) Memperkuat kemampuan berbahasa siswa; 5) Belajar lebih baik jika siswa terlibat aktif melalui tugas, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata. Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA-lingkungan-teknologimasyarakat (Trianto, 2013: .161) f. Model Pembelajaran IPA Terpadu Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty 1991(dalam Trianto, 2013: 39) terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang optimal.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1. Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan Model integrated
Karakteristik Membelajarkan konsep beberapa KD beririsan tumpang tindih, hanya konsep beririsan dibelajarkan
pada yang atau yang yang
Kelebihan
Keterbatasan
Pemahaman terhdap konsep lebih utuh (holistik), lebih efisien, sangat kontekstual
KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, saranaprasarana misalnya buku belum mendukung
Shared
Membelajarkan semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat
Pemahaman terhadap konsep utuh, efisien, dan Kontekstual
KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas, saranaprasarana misalnya buku belum mendukung
Webbed
Membelajarkan beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema
Pemahaman terhadap konsep utuh, kontekstual, dapat dipilih tema-tema menarik yang dekat dengan kehidupan
KD-KD yang konsepnya berkaitan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama, tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat.
Membelajarkan sebuah KD, konsepkonsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain
Melihat permasalahan tidak hanya dari satu bidang kajian, pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi
Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu
tema
connected
Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model connected/terhubung merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, commit to user pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelebihan model keterpaduan connected
(Fogarty dalam Trianto: 2013) antara
lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan. 3. Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) a. Pengertian SETS Menurut Yager (1996) pengetahuan teknologi masyarakat merupakan pendekatan kurikulum yang dirancang untuk membuat konsep dan proses traidisional yang dikaitkan dengan bentuk pengetahuan dan program studi masyarakat yang lebih cocok dan relevan dengan kehidupan siswa. Pada dasarnya pendekatan sains dan teknologi masyarakat dalam pembelajaran, baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang sosial, dilaksanakan oleh guru melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 2010: 84) Berdasarkan definisi di atas maka pendekatan SETS merupakan pendekatan konsep dan proses tradisional yang digunakan dalam pembelajaran sains maupun sosial dengan mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari atau kehidupan masyarakat yang relevan. b. Karakteristik SETS Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS (Binadja, 1999) adalah: 1) pembelajaran konsep IPA (sains) tetap diberikan; 2) peserta didik dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang terkait; 3) peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS yang ada kaitannya; 4) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi; 5) peserta didik diajak mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat; 6) dalam konteks konstruktivisme, commit topeserta user didik diajak berbincang tentang
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik. c. Tujuan Pembelajaran SETS Tujuan Pembelajaran SETS ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya.
Literasi
menyelesaikan masalah
sains
dan
teknologi
adalah
memiliki
kemampuan
menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam
pendidikan, mengenal produk teknologi dan dampaknya yang ada di sekitar, maupun menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Poedjiadi, 2010: 123). d. Langkah-langkah pembelajaran SETS Pendekatan STM memiliki tahap-tahap pembelajaran yang khas, yaitu selalu diawali dengan adanya isu yang berkembang di masyarakat. Tahapan-tahapan pembelajaran STM secara lengkapnya tergambar pada Gambar 2.1. berikut (Poedjiadi, 2010: 126). Pendahuluan: Inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi terhadap siswa
Isu atau masalah
Tahap 2
Pembentukan/pengembangan konsep
Pemantapan konsep
Tahap 3
Aplikasi konsep dalam kehidupan: Penyelesaian masalah atau analisis isu
Pemantapan konsep
Tahap 4
Pemantapan konsep
Tahapd 5
Penilaian Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM
Tahap 1
Enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (Poedjiadi, 2010: 131-132), antara lain: 1) konsep, fakta, generalisasi, yang diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang studi; 2) proses yaitu bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu; 3) aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi yang lebih luas commit dari C-3nya to userBenjamin Bloom; 4) kreativitas
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencakup lima perilaku individu, yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi, sensitivitas; 5) sikap, mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemuan produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi; 6) cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya. Alasan mengapa enam ranah di atas perlu dikembangkan pada tiap individu dalam pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut (Poedjiadi, 2010: 132-133): 1) meningkatkan keterampilan kognitif; 2) dengan melatih keterampilan proses siswa diharapkan terbiasa selalu merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk mencapai produk-produk ilmiah; 3) aplikasi dalam kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa bahwa belajar di sekolah
bermanfaat bagi dirinya maupun
lingkungannya, sehingga mendorong siswa untuk melakukan belajar sepanjang hayat; 4) kreativitas mendorong untuk memperoleh ide-ide yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan masyarakat; 5) sikap akan mendorong untuk mensyukuri keadaanya dan berbuat baik selama hidup; 6) membentuk sikap kepedulian untuk ikut serta berkiprah dalam lingkungannya. e. Kelebihan dan Kekurangan SETS Kelebihan diterapkan pendekatan SETS menurut Nono Sutarno (2007), adapun kelebihan SETS adalah : 1) Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki; 2) Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka; 3) Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan mengetahui sains dan perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Sedangkan kekurangan SETS antara lain : 1) siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan antara unsur-unsur dalam pembelajaran; 2) membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran; 3) pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas atas.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Modul a. Pengertian Modul Beberapa ahli memberikan definisi tentang modul, salah satu pengertian modul yang dirumuskan oleh Kunandar (2009: 236) modul merupakan seperangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setip kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul ini berisi materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa, dan juga lembar jawaban siswa. Menurut Mudlofir (2011: 149) modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara individual. Pengertian modul menurut Sabri (2007: 143) modul adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri. Modul menurut Depdiknas (2008: 7) merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompetensinya. Sedangkan Nasution (2010: 205) mengemukakan modul dapat dirumuskan sebagai: suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan modu dalam penelitian ini adalah modul merupakan suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu bahan ajar cetak paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Fungsi Modul Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 4-5), mengungkapkan kriteria dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1) ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik. Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 75), mengemukakan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran
yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis. Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan pembelajaran modul adalah sebagai berikut: “1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.” Modul sebagai pegangan bahan belajar dalam proses pembelajaran harus disusun secara efektif dan terperinci. Penulisan modul yang ideal adalah modul yang dapat membawa siswa untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi sesuai dengan minat dan kemampuannya. Inti dari dibuatnya modul agar siswa lebih leluasa dalam belajar walaupun tidak di lingkungan sekolah dan dengan atau tanpa didampingi oleh guru. c. Karakteristik Modul Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008, agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut: commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Self instructional Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) membuat tujuan yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar; b) memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas; c) tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) terdapat soalsoal latihan, tugas, dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa; e) kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa; f) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; g) terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) terdapat instrument penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment); i) terdapat umpan balik atas siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi; j) terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran. 2) Self contained Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. 3) Berdiri sendiri (Stand Alone) Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Sehingga siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk mempelajari modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak termasuk sebagai modul yang berdiri sendiri. 4) Adaptif commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes. 5) Bersahabat (user friendly) Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Penelitian ini akan dikembangkan modul yang tidak sepenuhnya memiliki karakteristik berdiri sendiri (stand alone ) karena modul yang disusun berfungsi sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah jika digunakan dalam kelas serta sebagai petunjuk kerja kelompok. Selain itu, modul juga dapat digunakan sebagai bahan ajar mandiri bagi siswa di rumah. d. Komponen Modul Komponen modul dalam Depdiknas (2008), menyampaikan komponen isi modul yaitu terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompetensi, tes awal), bagian inti (tinjauan materi, hubungan dengan materi lain, uraian materi, penugasan, rangkuman), dan bagian akhir (glosarium, tes akhir, indeks). Garis besar isi modul menurut Purwanto (2007: 57) dapat dikembangkan dalam bentuk matriks dan narasi, yang lebih penting adalah komponen dalam modul garis besar isi modul yang meliputi judul, pokok bahasan, tujuan pembelajaran, pokokpokok materi, penilaian, dan kepustakaan. Pengembangan bahan ajar modul penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Pengembangan modul memiliki komponenkomponen tertentu yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat dihasilkan modul yang memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dengan adanya modul yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran maka tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran akan meningkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
e. Pengembangan Modul Menurut Nurma dan Endang (2010), pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Pengembangan modul harus mengikuti beberapa langkah yang sistematis sebagai mana dikatakan oleh Nasution (2010: 216), langkah-langkah pengembangan modul antara lain: 1) merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur; 2) urutan tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul; 3) test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul; 4) adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul; 5) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa; 6) kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan; 7) menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa; 8) menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu memerlukannya.
5. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2013 : 2) merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. b. Hasil Belajar Nana Sudjana (2013: 3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai commitumpan to user balik dalam upaya memperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Suratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Syaiful Bahri Djamarah (1996: 23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian kurikulum 2013 menjelaskan bahwa ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. c. Ranah Hasil Belajar Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. 1. Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi. 2. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut: 1) reciving/ attending (penerimaan), 2) responding (jawaban), 3) Valuing (penilaian), 4) organisasi, dan 5) karaakteristik nilai atau internalisasi nilai. 3. Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; 2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; 4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; 5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; 6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku Zat makanan adalah segala sesuatu zat yang dimakan atau diperlukan oleh tubuh makhluk hidup dalam menunjang dan mempertahankan kelangsungan hidup dan kehidupannya. Secara garis besarnya fungsi makanan itu adalah untuk mempertahankan hidup dan kehidupan setiap individu, artinya makan itu untuk hidup dan kehidupan bukan hanya untuk mencari makan. Zat-zat makanan diperlukan oleh tubuh manusia untuk : a) Pertumbuhan dan pembangun tubuh; b) Pemeliharaan jaringan dan perbaikan sel-sel jaringan tubuh yang rusak atau telah tua; c) Penyediaan bahan baker agar tubuh memperolah energi yang diperlukan untuk aktivitas; d) Mengatur proses-proses tubuh, misalnya mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan cairan tubuh; e) Pertahanan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Ditinjau dari peranan makanan bagi kehidupan setiap makhluk hidup yang penting, maka ada dua faktor utama yang perlu dipenuhi agar manfaat itu memenuhi kebutuhan hidup setiap individu. Pertama makanan yang dimakan harus lengkap dari zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dan kedua, makanan yang dimakan harus bisa dicerna oleh tubuh dengan baik. Sealai kedua faktor ini, berdasarkan penelitian makanan sehat juga ditentukan oleh kealamian bahannya. Jadi kriteria untuk menentukan standar makanan yang baik, dapat dikelompokkan menjadi 3 antara lain : 1) Berdasarkan nilai gizi; 2) Kefektifan dalam mencerna; 3) Zat aditif dalam makanan. a. Makanan Sehat Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi. Zat gizi dibutuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat gizi digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-seltotubuh commit user serta memelihara kesehatan. Zat
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makanan yang diperlukan tubuh, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan
air.
Untuk
lebih
jelasnya,
akan
dijelaskan
sebagai
berikut.
Karbohidrat diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga dalam melakukan kegiatan. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat, di antaranya nasi, jagung, kue, roti, ubi, dan kentang.
Sumber: http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com
Gambar 2.2 Makanan yang mengandung karbohidrat Protein dapat diperoleh dari hewan dan dari tumbuhan. Contoh protein yang diperoleh dari hewan yaitu susu, daging, ikan dan telur, sedangkan contoh yang berasal dari tumbuhan adalah dari kacang-kacangan (kedelai, kacang). Perhatikan Gambar 2.3 berikut yang menunjukkan contoh makanan mengandung protein.
.
Gambar 2.3. Makanan yang mengandung protein Jika tubuh kekurangan protein akan menderita penyakit kwashiorkor. Penderita kwashiorkor akan terhambat pertumbuhannya, kulit bersisik, kurus, dan rambutnya kusam. Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga atau energi dan sebagai cadangan makanan. Lemak ada 2 macam, yaitu lemak hewani dan lemak nabati. Lemak hewani adalah lemak yang dihasilkan hewan. Contoh lemak hewani adalah daging, keju, minyak ikan, telur, dan mentega, sedangkan lemak nabati adalah lemak yang bearasal commit to user dari tumbuh-tumbuhan. Contoh lemak nabati adalah kelapa dan kacang tanah.
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Vitamin merupakan zat makanan yang berguna untuk melancarkan semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Kebanyakan vitamin tidak dapat dibuat di dalam tubuh. Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Vitamin ini bermacam-macam, yaitu vitamin A, B, C, D, E, dan K. Vitamin B dan C larut di dalam air, sedangkan vitamin A, D, E, dan K larut dalam lemak. Penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin disebut avitaminosis. Untuk mengetahuinya, perhatikan tabel 2.2. Tabel 2.2: Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin dan Kegunaannya Vitamin Vitamin A Vitamin B Vitamin C Vitamin D Vitamin E Vitamin K
Sumber
Manfaat
Wortel, hati sapi, apel, sawi Kacang merah, hati, susu, kacang kedelai
Memelihara kesehatan mata Menjaga kesehatan saraf Membantu proses Buah-buahan penyembuhan Minyak ikan, susu, ikan Pengerasan tulang tuna dan gigi Beras merah, kacang- Penyubur sistem kacangan reproduksi Kangkung, kedelai, Membantu brokoli pembekuan darah
Akibat jika kekurangan Rabun senja Beri-beri Skorbut (sariawan) Rakitis Sulit memiliki keturunan Pendarahan
Mineral diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Fungsi mineral bagi tubuh adalah melancarkan semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Beberapa macam mineral yang diperlukan oleh tubuh, di antaranya kalsium, besi, fosfor, dan iodin. a) Kalsium berfungsi sebagai pembentuk tulang dan gigi. Selain itu, kalsium membantu dalam pembekuan darah jika tubuh mengalami luka. Bahan makanan yang banyak mengandung kalsium adalah susu, ikan, dan roti. b) Zat besi berfungsi sebagai pengikat oksigen di dalam darah. Jika kekurangan zat besi, tubuh kita akan mengalami anemia (kekurangan darah). Bahan makanan yang banyak mengandung zat besi adalah daging, roti, kuning telur, dan kacangkacangan. c) Fosfor berfungsi menjaga kesehatan serta kekuatan gigi dan gusi. Jika kekurangan fosfor dapat menyebabkan radang gusi dan kerusakan gigi. Fosfor terdapat dalam susu dan kuning telur.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Iodin berfungsi mencegah penyakit gondok. Kekurangan iodin dapat pula menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan cacat mental. Iodin terdapat dalam garam dapur beriodin, air minum, dan ikan laut. Air merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh. Air berfungsi memperlancar metabolisme, seperti proses pencernaan dan peredaran darah. b. Makanan Empat Sehat Lima Sempurna Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Zat-zat tersebut di antaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Empat sehat lima sempurna adalah makanan dengan gizi yang lengkap dan seimbang. Empat sehat terdiri atas empat macam makanan, yaitu:
1) makanan pokok (misalnya beras, dan kentang); 2) lauk pauk (misalnya ikan, daging, telur); 3) sayuran (misalnya bayam dan kangkung); 4) buah-buahan (misalnya apel, pepaya, dan pisang).
Sumber: http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com
Gambar 2.4 Makanan 4 sehat 5 sempurna c. Keefektifan bahan makanan dalam Proses Pencernaan Menurut Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si, pakar pangan dan gizi Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, mengelompokkan ada lima makanan yang sulit dicerna, yaitu: 1) Makanan Pedas Senyawa kapsaicin yang berukuran kecil tidak dapat dipecah oleh tubuh sehingga dapat menyebabkan iritasi pada usus halus. Iritasi pada usus halus akan mengganggu gerakan peristaltik, sehingga makanan terdorong ke usus besar. Akibatnya, timbul rasa mulas yang bisa berujung pada diare. 2) Kubis-Kubisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Kol dan brokoli adalah makanan kaya serat dan nutrisi, tetapi serat pangan dan senyawa dalam kubis sulit dicerna, sehingga kubis juga menjadi makanan yang sedap bagi mikroflora (bakteri dalam usus). Mikroflora inilah yang menghasilkan penumpukan gas yang mengandung belerang dalam usus besar kita. Sehingga, perut terasa sesak akibat penumpukan gas dalam usus. 3) Nangka, Sirsak dan Cempedak Makan nangka, sirsak, dan cempedak dalam jumlah sangat banyak dapat menghadirkan rasa kembung seharian. 4) Kacang-Kacangan Aneka jenis kacang memang bermanfaat untuk mengobati penyakit jantung, kolesterol, diabetes, kanker, hingga menurunkan berat badan. Namun, kacang juga dapat menyebabkan timbulnya stres pada lambung, sebab kadar lemak dalam kacang mencapai 60%. 5) Es Krim Lemak pada es krim yang dimakan akan melekat di perut lebih lama dari makanan lain, sebelum akhirnya dapat dicerna. d. Zat Aditif Pada Makanan Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk tujuan tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. 1) Macam zat aditif makanan Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Zat aditif alami antara lain bunga cengkeh, pala, merica, dan cabai. Jumlah penduduk bumi semakin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintetis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang tidak alami kemudian direaksikan. Contoh zat aditif buatan adalah monosodium glutamat, commit natrium to user benzoat, dan tartrazin.
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
2) Kegunaan zat aditif makanan Berikut adalah beberapa kegunaan dari zat aditif makanan a. Penguat rasa Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan buatan dan juga untuk melezatkan makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium glutamat/vetsin. b. Pemanis Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, dan aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan resiko diabetes, namun siklamat merupakan zat yang bersifat karsinogen. Pemakaian pemanis buatan di Indonesia diatur oleh peraturan Menteri Kesehatan RI No 208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis buatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan pangan. Peraturan Menteri tersebut menyatakan bahwa pada makanan atau minuman olahan khusus yang berkalori rendah dan untuk penderita diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang diperoleh adalah 300mg/kg bahan makanan/minuman, sedangkan menurut WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman adalah 11 mg/kg berat badan. c. Pengawet Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya. Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada. Contoh bahan pengawet adalah natrium benzoat dan natrium nitrat. d. Pewarna Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan. Penggunaan pewarna dalam bahan makanan seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan. Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna commit to usermakanan buatan yang mempunyai
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak macam pilihan warna, diantaranya tartrazin CI 19140. Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (merah), dan brilliant blue FCF (biru). e. Pengembang Bahan pengembang digunakan untuk mengembangkan adonan kue. Contoh bahan pengembang yaitu ragi dan natrium bikarbonat. 3) Bahaya zat aditif Jika mengonsumsi zat aditif buatan pada makanan dalam jumlah berlebih dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti pada pada table 2.3. Tabel 2.3:Zat aditif dan penyakit yang ditimbulkan No
Nama zat aditif
Penyakit yang ditimbulkan
1
Formalin
Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
2
Borak
Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.
3
Kalium Asetat
Kerusakan fungsi ginjal
4
Nitrit dan Nitrat
Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
5
Kalsium Benzoat
Memicu terjadinya serangan asma.
6
Tartrazin
Meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada masa kanak-kanak.
7
Sunset Yellow
Menyebabkan kerusakan kromosom
8
Karmoisin
Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
(merah) 9
Quinoline Yellow
Hipertropi, hiperplasia, karsinomas kelenjar tiroid
10
Siklamat
Kanker (karsinogenik)
11
Aspartam
Gangguan saraf dan tumor otak commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Sistem Pencernaan Pada Manusia Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Sistem pencernaan pada manusia hampir sama dengan sistem pencernaan hewan lain yaitu terdapat mulut, lambung, usus, dan mengeluarkan kotorannya melewati anus. Proses pencernaan pada manusia terbagi atas: 1) Pencernaan Mekanik Proses pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan menjadi kecil dan lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil pada burung merpati. Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah proses pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan secara sadar sesuai dengan keinginan kita. 2) Pencernaan Kimiawi Proses pencernaan kimiawi yaitu proses mengubah molekul-molekul zat makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim dan air. Proses ini dilakukan secara tidak sadar karena yang mengaturnya adalah enzim. Alat-alat pencernaan pada manusia terdiri atas:rongga mulut (cavum oris), tekak (faring), kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum tenue) terdiri atas usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus penyerapan (ileum), usus besar (intestinum crasum, colon), poros usus (rectum), dan anus. 1. Rongga Mulut Alat-alat yang terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah, dan kelenjar ludah. a. Gigi Gigi manusia berfungsi untuk memotong dan menghaluskan makanan. Bila gigi dipotong memanjang, maka akan tampak bagian-bagian sebagai berikut: lapisan email yaitu bagian yang paling luar dan paling keras dari gigi, tulang gigi, yang tersusun atas zat dentin pulpa, merupakan rongga dalam gigi yang berisi serabut saraf dan pembuluhpembuluh darah, akar gigi yang tertanam di dalam gusi. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Lidah Selain sebagai alat pengecap, dalam pencernaan makanan lidah berfungsi untuk:
membantu mengaduk makanan di dalam rongga mulut,
membantu, membersihkan
mulut, membantu bersuara dan bicara, membantu mendorong makanan dalam proses penelanan . c. Kelenjar ludah (glandula saliva) Pada rongga mulut bermuara tiga pasang saluran dari kelenjar ludah.antara lain : glandula parotis,di dekat telinga menghasilkan ludah yang berbentuk cair, glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas,
glandula sublingualis atau
kelenjar ludah bawah lidah. Fungsi air ludah adalah untuk memudahkan menelan, pencernaan, serta sebagai pelindung selaput mulut dari panas, dingin, asam maupun basa.
Sumber: http://biologimediacentre.com
Gambar 2.5 Sistem Pencernaan 2. Kerongkongan (oesofagus) Kerongkongan merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung. Melalui kerongkongan makanan didorong masuk ke dalam lambung dengan gerak peristaltik. 3.
Lambung (ventrikulus/gaster) Dinding lambung terdiri atas lapisan-lapisan otot yang tersusun memanjang,
melingkar, dan menyerong. Akibat dari kontraksi otot tersebut makanan akan teraduk commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan baik sehingga tercampur merata dengan getah lambung, dan menyebabkan makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur yang disebut kim.
Sumber: http://biologimediacentre.com
Gambar 2.6 Lambung Getah lambung mengandung: lendir atau musin, asam klorida (HCl) , enzim renin dan pepsinogen,
hormon gastrin yang berfungsi untuk merangsang sekresi getah
lambung. Fungsi HCl antara lain: menciptakan suasana asam, membunuh kuman-kuman yang masuk bersama makanan, aktivator pepsinogen menjadi pepsin, dan merangsang sekresi getah usus. 4. Usus Halus (intestinum tenue) Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang (± 8,5 meter). Terdiri atas tiga bagian, yaitu: doudenum atau usus duabelasjari, panjangnya ± 0,25 m , jejenum atau usus kosong, panjangnya ± 7 meter, ileum atau usus penyerapan, panjangnya 1 meter . Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau secara enzimatis. Makanan yang berbentuk bubur masuk ke usus halus bersifat asam karena mengandung HCl. Akibatnya akan merangsang sel-sel kelenjar usus untuk mengeluarkan getah usus. Getah pankreas mengandung antara lain: 1) tripsinogen, oleh enterokinase akan diaktifkan menjadi tripsin, yang selanjutnya berfungsi untuk memecah pepton menjadi peptida dan asam-asam amino; 2) amilase pankreas (diastase), memecah amilum menjadi disakarida; 3) lipase pankreas (steapsin), memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol;
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) natrium hidrokarbonat (NaHC03) untuk menciptakan lingkungan basa, sehingga ketiga enzim yang dihasilkan pankreas akan bekerja dengan baik. 5.
Usus besar (intestinum crassum/ colon) Makanan yang tidak berhasil dicerna, bersama-sama sel-sel epitel usus yang
rusak, akan menuju ke usus besar atau kolon dan diubah menjadi feses. Di sini sisa-sisa makanan tersebut akan mengalami pembusukan dan pembentukan vitamin K dengan bantuan Escherichia coli. 6.
Anus Anus adalah lubang akhir dari saluran pencernaan sebagai jalan pembuangan.
g. Proses Pencernaan Makanan Pertama-tama, pencernaan dilakukan oleh mulut. Disini dilakukan pencernaan mekanik yaitu proses mengunyah makanan menggunakan gigi dan pencernaan kimiawi menggunakan enzim ptialin (amilase). Enzim ptialin berfungsi mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana (maltosa). Maltosa mudah dicerna oleh organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin bekerja dengan baik pada pH antara 6,8 – 7 dan suhu 37oC. Makanan selanjutnya dibawa menuju lambung dan melewati kerongkongan. Makanan bisa turun ke lambung karena adanya kontraksi otot-otot di kerongkongan. Di lambung, makanan akan melalui proses pencernaan kimiawi menggunakan zat sebagai berikut: 1) Renin, berfungsi mengendapkan protein pada susu. 2) Pepsin, berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton. 3) HCl (asam klorida), berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus. 4) Lipase, berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit. Setelah makanan diproses di lambung yang membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam, makanan akan dibawa menuju usus dua belas jari. Pada usus dua belas jari terdapat enzim-enzim berikut yang berasal dari pankreas: 1) Amilase, yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih sederhana (maltosa).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
2) Lipase, yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. 3) Tripsinogen, jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap diserap oleh usus halus. Selain itu, terdapat juga empedu. Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam kantung empedu. Selanjutnya, empedu dialirkan melalui saluran empedu ke usus dua belas jari. Empedu mengandung garam-garam empedu dan zat warna empedu (bilirubin). Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak. Zat warna empedu berwarna kecoklatan, dan dihasilkan dengan cara merombak sel darah merah yang telah tua di hati. Empedu merupakan hasil ekskresi di dalam hati. Zat warna empedu memberikan ciri warna cokelat pada feses. Selanjutnya makanan dibawa menuju usus halus. Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein diselesaikan. Selanjutnya, proses penyerapan (absorbsi) akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus penyerap. Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus. Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli. Bakteri ini membantu dalam proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain membusukkan sisa makanan, bakteri E. coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus besar masuk banyak mengandung air. Karena tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air diserap kembali ke usus besar. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar. Selanjutnya sisa-sisa makanan akan dibuang melalui anus berupa feses. Proses ini dinamakan defekasi dan dilakukan dengan sadar. h. Hubungan sistem pencernaan dengan sistem lain dalam tubuh Sistem pencernaan adalah sistem pembentukan energi atauk menghasilkan sari makanan , sedangkan sistem pernapasan adalah sistem yang merombak sari maknan dengan oksigen, dan sistem peredaran darah adalah sistem dimana darah sebagai organ commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tubuh menyediakan asupan O2 yang diikat oleh sel darah merah (oksihemoglobin) bagi pembentukan energi dan pembuangan sisa-sisa perombakan energi berupa CO2. Proses pertukaran gas CO2 dengan gas O2 terjadi di alveolus (bagian dari paru-paru) dengan aliran peredaran darah kecil pada jantung. Tujuan pernafasan adalah untuk mendapatkan energi. Proses pernafasan atau pembakaran atau oksidasi: C6HI2O6 + 6O2
6CO2
Karbohidrat oksigen
karbondioksida
+
6H2O
+ Energi
uap air
i. Penggunaan Energi Makanan Energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk semua proses fisiologis untuk melangsungkan dan mempertahankan kehidupan berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Gizi yang kita peroleh dari makanan bisa dibagi paling tidak menjadi 5 golongan yaitu karbohidrat atau zat hidrat arang, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ada pula yang memasukkan air sebagai salah satu unsur nutrisi, karena memang tidak dapat dipungkiri air merupakan zat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Tidak semua zat makanan yang kita konsumsi memberikan energi bagi tubuh. Hanya karbohidrat, protein dan lemak yang memberikan energi. Lemak ada yang tidak memberikan energi seperti kolesterol. Kebanyakan lemak yang dikonsumsi dalam bentuk trigliserida yang secara kasat mata bisa kita lihat bentuknya misalnya pada lemak yang menempel pada daging. Trigliserida ini adalah merupakan cadangan makanan yang disimpan dibawah kulit dan sekitar organ dalam perut baik pada manusia maupun hewan yang akan dipecah saat tubuh memerlukan sumber energi tambahan apabila kadar glukosa darah menurun dan glikogen di hati telah menipis. Karbohidrat memberikan 4 kcal/gram, protein memberikan 4 kcal/gram, dan lemak memberikan 9 kcal/gram. Di sini sudah terlihat jelas bahwa lemak memiliki kandungan kalori yang lebih banyak tiap satuan gramnya dibanding lemak dan protein. Hanya saja perlu diingat bahwa mayoritas makanan kita mengandung lebih dari satu nutrisi. Energi yang dihasilkan digunakan untuk: 1) Kerja otot atau aktifitas; 2) Kerja alat alat tubuh; 3) Memanaskan suhu badan.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Dimopoulos (2009), penelitiannya membuktikan bahwa penggunaan modul mampu mengakomodasi kemampuan siswa, secara positif mempengaruhi kemampuan kognitif dan afektif siswa. Modul mampu mengakomodir kemampuan siswa dengan memanfaatkan waktu pembelajaran menjadi lebih efisien. Pelaksanaan modul menunjukkan keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Cooper, Hanmer dan Cerbin (2006) dalam jurnalnya menyatakan bahwa: 1) modul membuat siswa lebih memahami sebuah konsep yang harus diselidikai dan dianalisis di kelas, sehingga guru dapat mengidentifikasi kesulitan dan pemahaman siswa, 2) modul dapat memfasilitasi interaksi antar siswa dan mendorong pembentukan kerja sama yang baik dalam kelompok kecil, 3) dalam kelas pembelajaran dengan modul lebih menyenangkan. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan kelemahan modul yaitu tidak efektif jika di terapkan dalam kelas besar, karena membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut menggunakan modul Problem Solving sedangkan penelitian ini dengan modul berbasis SETS. 3. Donelly dan Fiztmaurice (2005) menyatakan bahwa dalam desai modul untuk pembelajaran harus memperhatikan hubungan yang logis antara kebutuhan dalam proses belajar mengajar, tujuan pembelajaran, hasil belajar yang akan dicapai, sumber belajar, strategi pembelajaran, kriteria pembelajaran, dan evaluasi. 4. Ereckson dan Shumway (2006) dalam jurnal penelitianya mengutip pernyataan Palmer (1995) bahwa integritas kurikulum
dapat meningkatkan efektivitas
pendidikan dan penyajian pembelajaran terpadu dapat meningkatkan pemahaman, ingatan, dan aplikasi. Selanjutntnya pernyataan La Porter & Sander (1995) menyatakan bahwa mengintegritaskan berbagai mata pelajaran di sekolah dapat memberikan makna keterkaitan antar mata pelajaran dan memberikan solusi tentang keterbatasan dalam pengajaran. 5. Izaak H. Wenno (2010) dalam hasil penelitiannya menyatakan model modul sains berbasis problem solving method dapat dikategori baik, dan layak digunakan dalam proses pembelajaran sains SMP/MTs, baik di kelas maupun di laboratorium. Hal ini dapat digambarkan bahwa sikap, minat dan kemampuan siswa memecahkan commit to user masalah sains meningkat pada uji coba yang lebih luas. Hasil penelitian
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan bahwa hasil belajar sains siswa dengan menerapkan media pembelajaran sains, yakni modul sains berbasis problem solving method sangat baik. Hasil penelitian yang diperoleh,dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains di SMP/MTs Propinsi Maluku dengan menggunakan modul sangat bermanfaat bagi guru sains dalam menyampaikan materi sains kepada siswa. Persamaan dalam penelitian ini adalah pengembangan modul. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku. 6. Penelitian oleh Hartono Nuroso dan Joko Siswanto (2010) tentang model pengembangan modul IPA Terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain model pengembangan modul IPA Terpadu berdasarkan perkembangan kognitif. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengembangkan modul IPA Terpadu. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku. 7. Nuryanto & Ahmad Binadja (2010) tingkat efektivitas pembelajaran Ikatan Kimia dengan pendekatan SALINGTEMAS
ditinjau
dari
hasil belajar
dapat
dikategorikan efektif, hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa kelas eksperimen mengalami
peningkatan
secara
signifikan
(86), sedangkan
peningkatan hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas kontrol tidak terlalu besar (68). Persamaan dengan penelitian ini adalah pendekata SETS, sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah modul IPA Terpadu pada tema makanan sehat dan tubuhku. 8. Hasil penelitian Mukhklis Rohmadi (2011) bahwa pendekatan CEP bervisi SETS dapat meningkatkan nilai kognitif, afektif, psikomotorik, keaktifan, motivasi, dan minat siswa dalam belajar. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan SETS dan menekankan pada hasil belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah SETS yang mewarnai modul IPA Terpadu. 9. Penelitian tentang modul berbasis SETS pernah dilakukan oleh Oni Arlitasari dkk (2013) yang bertujuan untuk mengembangan modul IPA Terpadu berbasis Salingtemas dengan tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pengembangan modul commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IPA Terpadu berbasis Salingtemas/SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tema modul Makanan Sehat dan Tubuhku. 10. Uswatun Hasanah (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahan ajar IPA terpadu berbasis salingtemas pada tema energi yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar dan efektif digunakan dalam pembelajaran pada peserta didik kelas VIII MTs Manba‟ul Ilmin Nafi‟. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
pengembangan modul IPA Terpadu berbasis
Salingtemas/SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tema modul Makanan Sehat dan Tubuhku. 11. Penelitian oleh Alifa Noora Rahma (2012) tentang perangkat pembelajaran penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran model inquiri berpendekatan SETS pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan empati siswa terhadap lingkungan . Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan SETS dan menekankan pada hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah SETS diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku. 12. Penelitian oleh Dwi Handayani (2013) tentang pengembangan modul IPA Terpadu berbasis SETS dengan penekanan berpikir kritis pada tema Bahan Kimia pada Makanan layak untuk digunakan dan efektifitas pengembangan modul IPA Terpadu dianalisis dengan gaint score menunjukkan bahwa kelas pengujian produk lebih tinggi dibandingkan dengan kelas baseline. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengembangkan modul IPA Terpadu berbasis SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meningkatkan hasil belajar dengan tema makanan sehat dan tubuhku. 13. Penelitian oleh Rusmiyati (2009) tentang efektivitas penerapan model problem based-instruction untuk menumbuhkan keterampilan proses yang didisain dalam bentuk tindakan kelas dengan mengambil pokok bahasan fluida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang diterapkan dapat menumbuhkan keterampilan proses sains sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kognitif serta melatihsikap ilmiah siswa. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meningkatkan kemampuan kognitif. Perbedaan commit to user dengan penelitian yang akan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku. 14. Rosario (2009) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa SETS (Science, Envoronment, Technology, and Society) merupakan pendekatan yang melibatkan empat faktor penting yaitu pengetahuan, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pendekatan STSE memiliki tiga implikasi pada kurikulum sains. Pertama, kerangka untuk isu-isu penting dan masalah yang relevan disajikan sebagai dasar kurikulum. Kedua, model STSE yang menyajikan masalah yang relevan dan menarik dapat digunakan tanpa harus merusak kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, model ini juga berfungsi sebagai alat refleksi untuk analisis kritis dan evaluasi. Model STSE mampu memberikan iklim yang unik sebagai metodologi untuk mempengaruhi pola kinerja akademik, penguasaan ilmu, lingkungan, dan sosial budaya siswa. 15. Yoruk, Morgil, dan Secken (2009) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi teknologi, lingkungan, dan masyarakat secara positif dan negatif. Ilmu akan berkembang seiring dengan perubahan masyarakat dan teknologi. Hal ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan secara teoritik. Dampak dari perkembangan ini mempengaruhi cara menyampaikan pengetahuan pada proses belajar mengajar. 16. Elvan Ince Aka et al. (2010) dalam penelitiannnya tentang hasil metode pemecahan masalah pada keterampilan proses sains dan pencapaian akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai yang mencolok antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada nilai pretes keterampilan proses sains dan hasil belajar. Hasil lain menunjukkan nilai postest keterampilan proses sains dan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai postest kelas kontrol. 17. Yager (2008) hasil penelitianya menyatakan bahwa belajar degan pendekatan STM memiliki keunggulan yaiti: 1) belajar konsep dasar, 2) pencapian konsep umum yang banyak, 3) menerapkan konsep sains dalam situasi baru, 4) meningkatkan sikap yang lebih positif terhadap ilmu pengetahuan, 5) menunjukksan sikap kreatif yang lebih dan sering, 6) dapat menerapkan ilmu pengetahuan di rumah dan di masyarakat.
Persamaan
dengan
penelitian
yang
akan
dilakukan
adalah
menggunaka STS menekankan pada penguasaan konsep. Perbedaan dengan commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian yang akan dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu. 18. Maria Sundus Retno Wijayanti (2013) Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan. 2) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada kompetensi yang terkait dengan pokok bahasan larutan penyangga 3) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa 4) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas siswa 5) mengetahui apakah siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang dikembangkan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunaka STS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema makanan sehat dan tubuhku. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian teori dapat disusun kerangka pemikiran guna merumuskan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dikemukakan. Bahan ajar yang bersifat terpadu sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu di SMP/MTs sesuai dengan anjuran kurikulum 2013. Kebutuhan bahan ajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat diakomodasi melalui modul IPA terpadu berbasis SETS. Modul berbasis SETS memiliki karakteristik dan keunggulan diantaranya dapat digunakan sebagai saran belajar mandiri, mengatasi keterbatasan bahan ajar dan waktu, tidak tergantung pada pihak dan media lain, serta mengembangkan kemanpuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan. Basis SETS dalam modul diharapkan dapat membuka wawasan peserta didik untuk memahami materi pelajaran, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara utuh, sehingga siswa dapat paham dan mampu mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di lingkungan secara konkrit. SETS juga dapat melatihkan keterampilan proses, dengan mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta commit to dan user konsep serta menumbuhkan dan
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta menumbuhan dan mengembangan sikap dan nilai yang pada akhirnya akan berimbas pada hasil belajar yang dicapai juga meningkat. Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan (Gambar 2.7) sebagai berikut.
Masalah Bahan ajar belum mencukupi untuk siswa, bahan ajar masih terpisahpisah, pembelajaran IPA Terpadu belum dikaitkan dengan lingkungan sekitar, hasil belajar rendah me Pengembangan modul IPA Terpadu berbasis m SETS Evaluasi
Invitasi
Pembentukan Konsep
Aplikasi Konsep
Pemantapan Konsep
Modul IPA Terpadu berbasis SETS
Bahan ajar IPA Terpadu berbasis SETS memberikan waktu lebih kepada siswa untuk belajar mandiri
Tujuan Untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS dan meningkatkan hasil belajar siswa commit to user Berpikir Gambar 2.7 Bagan Kerangka
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul IPA Terpadu adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk dalam bidang pendidikan yaitu modul IPA Terpadu. Modul IPA Terpadu yang dikembangkan berbasis SETS. Penelitian ini mengembangan modul dengan berbagai pertimbangan, yaitu modul dapat digunakan berulang-ulang, ada materi dan latihan soal dan kunci jawaban (untuk guru) sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri. Materi yang disajikan dalam modul IPA Terpadu ini adalah materi IPA MTs kelas VIII pada KD.3.6 dan KD.3.7 Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA Terpadu adalah model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9 tahap yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : (1) analisis kebutuhan, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) uji lapangan awal, (5) revisi produk awal, (6) uji lapangan utama, (7) revisi produk utama, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi produksi operasional.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah MTs YAPPI Jetis yang beralamatkan Jetis, kecamatan Saptosari, kabupaten Gunungkidul dan MTs YAPPI Mulusan, dengan alamat Mulusan, kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul, propinsi DIY. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan Desember 2014.
C. Subyek Penelitian Subyek pengembangan melibatkan 2 orang pakar pendidikan IPA dari Universitas Sebelas Maret berlatar belakang doktor, 1 orang ahli bahasa, 2 orang praktisi. Subyek uji lapangan awal 3 siswa dan uji lapangan utama 12 siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari dan 5 guru IPA. Subyek uji lapangan operasional siswa kelas VIII MTs YAPPI Mulusan. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Prosedur penelitian Borg & Gall dalam Nusa Putra (2013) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektivan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikian, konsep penelitian dan pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan produk yang sekaligu disertai dengan upaya validasinya. Dengan tidak mengurangi proses validasi dalam penelitian ini, tahap-tahap tersebut direduksi pada gambar 3.1. Analisis Kebutuhan
Perencanaan
Uji lapangan awal
Pengembangan draf produk
Merevisi hasil uji ji lapangan awal lapangan awal
Uji lapangan utama
Uji lapangan operasional
Merevisi hasil lapangan utama
Penyempurnaan produk operasional Gambar 3.1. Alur Penelitian dan Pengembangan Borg & Gall Direduksi
Desain pengembangan model Borg and Gall pada penelitian ini memuat beberapa tahapan hal penting antara lain: 1) Analisis Kebutuhan Tahap analisis kebutuhan dengan subyek penelitian 22 siswa sebagai subyek dan 2 orang guru IPA MTs. Penelitian berangkat dari adanya temuan temuan commit permasalahan yang timbul dilapangan. Padato user tahap ini peneliti mengidentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
permasalahan pada penyelenggaraan pembelajaran IPA di MTs YAPPI Mulusan. Pengembangan modul tahap ini dilakukan dengan cara: 1) Analisis hasil pengungkap kebutuhan guru dan siswa untuk menentukan kebutuhan bahan ajar; 2) Analisis hasil UAN untuk menentukan kompetensi dasar; 3) Analisis buku IPA yang digunakan dalam pembelajaran guna menetukan modifikasi bahan ajar yang akan di kembangkan. Permasalahan yang muncul dijadikan dasar langkah berikutnya dalam perancangan produk yang akan dibuat. Observasi dan wawancara dilajukan pada sarana dan pada kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga diperoleh informasi yang berhubungan dengan sekolah dalam usaha memperbaiki pembelajaran. 2) Tahap perencanaan Temuan masalah yang diperoleh akan dijadikan dasar untuk langkah berikutnya yaitu perancangan produk yang akan dibuat yaitu modul IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar untuk kelas VIII. Tahap penelitian mengacu pada langkah-langkah penelitian Borg & Gall yang tahapannya telah direduksi menjadi 9, pada tahap perencanaan ini sebagai berikut: a. Pengembangan matrik modul IPA Terpadu berbasis SETS Pembuatan matrik bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi apa saja yang terdapat di dalam modul. Di dalam matrik dirancang kegiatan pembelajaran dengan alur SETS. Alur SETS meliputi invitasi/inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, dan pemantapan konsep. Pembelajaran IPA dengan alur SETS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi. b. Penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal kognitif. c. Penyusunan instrumen validasi RPP dan soal kognitif yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif yaitu angket validasi oleh pakar dan praktisi. 3) Pengembangan Draft Produk dan Validasi Tahap ini akan dirancang modul pembelajaran IPA terpadu berbasis SETS. Tahap perencanaan dilaksanakan bertujuan agar bahan belajar yang dikembangkan dapat membantu peserta didik mencapaicommit tujuan to pembelajaran secara efektif dan efisien. user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
Penyusunan awal draf modul akan dihasilkan draf modul dengan sekurang kurangnya mencakup di dalamnya yaitu : a) Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dijabarkan di dalam modul IPA terpadu b) Indikator kompetensi yang akan tercapai setelah mempelajari modul IPA terpadu c) Materi yang berisi penegtahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. d) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk mempelajari modul. e) Soal-soal dan tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa. f) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi g) Kunci jawaban dari soal, latihan, dan pengujian Dari pengembangan modul tahap ini menghasilkan produk berupa draft modul yang siap masuk tahap validasi ahli. Produk awal berupa draf modul diserahkan kepada ahli untuk dievaluasi dan divalidasi. Ahli sebagai subyek penelitian antara lain: a) Dosen ahli (materi, media) yang ditunjuk oleh prodi pendidikan Sains UNS. b) Ahli bahasa (guru bahasa indonesia dengan kulifikasi S-2). c) Praktisi ahli (guru senior) dengan kualifikasi sudah mengajar minimal 10 tahun dan pendidikan S-2. Tahap validasi bertujuan untuk menilai kelayakan modul dari segi komponen kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian. Untuk menilai draf awal modul yang dilakukan oleh ahli dengan acuan Depdiknas 2008 tentang penulisan modul, dan buku Anna Poedjiadi tahun 2010 untuk SETS. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan produk berupa draft I modul yang siap untuk uji lapangan awal. 4) Uji Lapangan Awal Tahap uji lapangan awal dilakukan dengan draf I dengan subyek penelitian siswa MTs sebanyak 3 siswa dengan karakteristik siswa pandai, sedang dan kurang pandai. Uji lapangan awal ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap modul sebelum uji lapangan utama. Pada uji lapangan awal ini, setiap siswa diberikan draf I modul untuk dipelajari. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi angket tentang pendapatnya mengenai kesulitan-kesulitan yangtoditemukan saat membaca drat I modul. commit user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Revisi Hasil Uji Lapangan Awal Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil uji lapangan awal dan mengkaji kekurangannya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka akan dilakukan penyempurnaan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan produk berupa draf II modul yang siap masuk tahap uji lapangan utama. 6) Uji lapangan Utama Tahap uji coba terbatas dilakukan dengan draf II dengan subyek penelitian 5 guru IPA dan siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari sebanyak 12 siswa dengan karakteristik siswa pandai, sedang dan kurang pandai. Uji lapangan utama ini bertujuan untuk mengetahui respon guru dan siswa mengenai modul IPA Terpadu sebelum uji lapangan operasional. Pada uji lapangan utama, setiap siswa diberikan draf II modul untuk dipelajari. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi angket tentang pendapatnya mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemukan saat membaca draf II modul. 7) Revisi Lapangan Utama Tahap ini dilakukan evaluasi hasil uji coba lapangan utama dan mengkaji kekurangannya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka akan dilakukan penyempurnaan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan produk berupa draft III modul yang siap masuk tahap uji lapangan operasional. 8) Uji Lapangan Operasional Tahap uji coba lapangan ini diterapkan menggunakan draf III modul pada kelas VIII MTs YAPPI Mulusan sebagai berikut: a. Subjek penilaian Uji coba lapangan diterapkan pada siswa MTs YAPPI Mulusan kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang proses belajarnya seperti biasa yang dilakukan oleh guru dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang proses pembelajarannya menggunakan modul IPA terpadu yang dikembangkan. b. Desain Penelitian Uji coba lapangan menggunakan metode quasi experiment dengan menggunakan desain penelitian nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak ekuivalen). Desainnya seperti pada Gambar 3.2 berikut: commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
O1 X O2 O3
O4
Gambar 3.2 Desain penelitian Keterangan : k
O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen X : Pemberian perlakuan O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol (Sugiyono, 2013:116) Dalam pelaksanaan penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen diberi treatment atau perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan grup kontrol diberikan pembelajaran seperti keadaan biasa dengan menggunakan buku sekolah elektronik. Dengan pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih eksperimen quasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi karena penelitian ini termasuk penelitian sosial. 9) Penyempurnaan Produk Akhir Setelah melakukan tahap uji lapangan operasional, berbagai data yang diperoleh dalam uji coba ini dijadikan sebagai dasar dalam melakukan revisi dan perbaikan draf III Modul. Setelah draf III modul direvisi dan diperbaiki maka akan dihasilkan modul IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar. E. Jenis Data Jenis data dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Jenis data kualitatif dalam penelitian pengembangan ini adalah data tentang hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan terhadap kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian angket pada uji commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangn operasional, dan adalah hasil belajar yaitu data pretest-posttest siswa MTs YAPPI Mulusan. F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian pengmbangan ini yaitu: Tabel. 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Tahap
Borg & Gall Analisis Kebutuhan
Metode Observasi Angket
Wawancara
Instrumen
Subjek
Waktu
Lembar observasi Lembar angket analisis kebutuhan Panduan wawancara
Sarpras dan proses pembelajaran Guru dan siswa
Sebelum pengembangan Sebelum pengembangan
Pengembangan
Angket
Lembar validasi
Pakar Praktisi
Sebelum uji lapangan awal
Uji lapangan awal
Angket
Lembar angket
Siswa
Sebelum uij lapangan utama
ii. Uji lapangan utama
Angket
Lembar angket
Siswa Guru
iii. Uji lapangan operasional
Angket
Lembar angket
Siswa
Sebelum uji lapangan operasional Setelah pemakaian
Tes
Soal Evaluasi
Siswa
Prestasi
Sebelum pemakaian (pretes) Sesudah pemakaian (postes)
1) Lembar observasi untuk mengetahui kondisi sekolah 2) Metode Angket a. Angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa Instrumen ini berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada guru dan siswa tentang kebutuhan bahan ajar yang dilakukan pada studi pendahuluan. Angket ini diberikan pada tahap analisis kebutuhan b. Angket untuk lembar validasi modul commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan ditinjau dari materi dan aspek kegrafikan. Angket ini diperuntukkan bagi ahli materi, ahli desain, ahli bahasa, dan praktisi. Penyusunan angket ini dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun dan sebelum digunakan angket divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Angket ini diunakan pada tahap validasi ahli. c. Angket respon siswa dan guru terhadap modul Angket siswa dan guru digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap kegiatan pembelajaran IPA Terpadu. Angket ini diberikan pada tahap uji lapangan awal, uji lapangan utama, dan uji lapangan operasional. 3) Soal evaluasi Pretest-Postest Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan dalam bentuk pilihan ganda. Tes diberikan pada awal dan akhir pelaksanana penelitian. Tujuan diberikannya adalah untuk mengetahui efektivitas dan perbedaan hasil belajar penggunaan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku. Validitas adalah tingkat ketepatan alat ukur untuk mengukur aspek yang diukur. Validitas pada penelitian ini ditinjau dalam 2 hal yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Sugiyono (2013: 174) menjelaskan bahwa instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan yang hendak diukur. Validitas internal dibagi menjadi 2 yaitu validitas konstruk dan validitas isi. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah validitas isi. Validasi isi (Content validity) mempunyai tujuan agar isi instrumen sebagai alat pengukur dapat terjaga tingkat keabsahannya. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data harus dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi yang seharusnya diukur. Sugiyono (2013: 182) menjelaskan bahwa validasi isi untuk instrumen berupa tes dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Cara atau prosedur dalam melakukan validasi isi dapat dilakukan dengan mendefinisikan domain yang hendak diukur yaitu dengan membuat kisi-kisi, menentukan domain yang akan diukur masing-masing pernyataan/soal, serta membandingkancommit masing-masing to user pernyataan atau soal dengan
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
domain yang sudah ditetapkan. Konsultasi dengan experts judgement juga dilakukan untuk meminta saran dan masukan. Experts judgement dalam penelitian ini yaitu penilaian dosen ahli dan praktisi. Analisis validasi soal kognitif dengan formula Gregory. Formula Gregory adalah sebagai berikut: 𝐷
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 Keterangan: A= jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B= jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C= jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II D= Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Jika CV > dari 0,7 maka soal dapat dikatakan valid, maka soal dapat diujicobakan. Validitas eksternal dilakukan apabila kriteria yang ada dalam instrument mencerminkan fakta-fakta empiris dilapangan. Untuk menentukan tingkat validitas eksternal instrumen tes, digunakan teknik analisis butir soal dengan korelasi point biserial (Hartono, 2012), dengan persamaan sebagai berikut: 𝛤𝑝𝑏𝑖 =
𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝 𝑆𝑑 𝑞
Mp : Rata-rata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang diuji validitasnya Mt : Rata-rata skor total P
: Proporsi responden menjawab benar
Q
: Proporsi responden menjawab salah
SD : Standar deviasi 𝑆𝑡 2 =
1 𝑛∙ 𝑛−1
𝑛∙
𝑥2 −
𝑥
2
Penentuan valid atau tidaknya item butir soal adalah dengan membandingkan hasil perhitungan rpbi dengan r-tabel yang diperoleh dari tabel r korelasi untuk n (jumlah item soal).
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan ketentuan: rpbi > r-tabel butir soal dianggap valid rpbi < r-tabel butir soal dianggap tidak valid Pada pengujian ini, jumlah butir soal (n) 35 butir sehingga r-tabel diperoleh 0.396 Data analisis validitas butir soal dari program microsoft excel. Reabilitas merupakan tingkat kestabilan hasil pengukuran suatu alat ukur. Soal dikatakan reliabel apabila soal itu digunakan untuk test berulang-ulang hasilnya tetap. Untuk menghitung reliabilitas suatu instrumen digunakan rumus K-R 20 (Sugiyono, 2013: 186) yaitu:
ri =
𝑘
𝑠 2 − 𝑝𝑞
𝑘−1
𝑠2
Keterangan : ri : reliabilitas instrumen secara keseluruhan k : jumlah item dalam instrumen s2
: varians total (s2 =
p q x ⅀ 𝑛
: : : : :
𝑥2 𝑛
)
proporsi subjek menjawab item yang benar proporsi subjek yang menjawab item salah skor rata-rata jumlah skor jumlah responden
Tabel 3.2 Tingkat reliabilitas Interval
Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d. 0,20 0,20 s.d. 0,40 0,40 s.d. 0,60 0,60 s.d. 0,80 0,80 s.d. 1,00
Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel
Soal yang akan digunakan dalam pembelajaran juga akan dihitung taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek seluruhnya. Rumus untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2013: 223).
P=
𝐵 𝐽𝑆
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: P = taraf kesukaran soal B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut: P = 0,00 – 0,30 termasuk kategori soal sukar P = 0,31 – 0,70 termasuk kategori soal sedang P = 0,71 – 1,00 termasuk kategori soal mudah Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70. Rumus untuk menentukan
indeks daya pembeda adalah sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 2013: 228):
D=
𝐵𝐴 𝐽𝐴
−
𝐵𝐵 𝐽𝐵
Keterangan: J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Menurut (Suharsimi Arikunto, 2013: 232). Indeks daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun klasifikasi daya pembeda adalah: D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori tidak baik D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali Dalam penelitian ini butir-butir soal yang digunakan adalah butir-butir soal yang memiliki kriteria daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali.
G. Teknik Analisis Data Analisis data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh
setelah
mengadakan penelitian, sehingga diperoleh suatu kesimpulan tentang obyek yang diteliti dalam keadaan yang nyata. Analisis data dalam penelitian ini meliputi data pada commit to user tahap-tahap sebagai berikut:
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Analisis Kebutuhan Data kualitatif yang diperoleh pada saat analisis kebutuhan dianalisis secara kualitatif menghasilkan data yang mendukung dikembangkannya produk berupa modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku. 2. Analisis Data Validasi Ahli Analisis data mengenai pengembangan modul dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sangat sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
=4 =3 =2 =1
Data penilaian ahli diukur dengan rumusan menurut Arikunto (2010)sebagai berikut:
K=
ni N
x 100%
Keterangan: K : Persentase skor yang diperoleh ∑Ni : Jumlah skor yang diperoleh N : Jumlah skor maksimal Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria penerapan adalah dengan menentukan persentase tertinggi dan persentase terendah terlebih dahulu menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase tertinggi = Persentase terendah =
item X
responden X skor nilai tertinggi
item X
responden X skor nilai tertinggi
item X
responden X skor nilai terenda h
item X responden X skor nilai tertinggi
x 100% x100%
Setelah memperoleh persentase tertinggi dan terendah, langkah selanjutnya menentukan interval kelas. Interval kelas =
% tertinggi − % terendah kelas yang dikendaki commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
100 % − 25 % 4
=
= 18,75 Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria penerapan seperti pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ahli Interval (%)
Kriteria
81,25 < skor ≤ 100 62,50 < skor ≤ 81,25 43,75 < skor ≤ 62,50 25 < skor ≤ 43,75
Sangat sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai
Keterangan Layak tanpa revisi Layak dengan revisi Kurang layak Tidak Layak
3. Analisis Data Lapangan Awal, Utama, dan Operasional Data angket tanggapan guru dan siswa pada uji coba lapangan awal dianalisis menggunakan rating scala dengan kriteria: Sangat baik =4 Baik =3 Kurang baik =2 Tidak baik =1 Data yang telah diberi skor kemudian dikonversikan K=
berikut:
ni N
kedalam persentase sebagai
x 100%
Keterangan: K : Persentase skor yang diperoleh ∑Ni : Jumlah skor yang diperoleh N : Jumlah skor maksimal Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria penerapan seperti padda tabel 3.4. Tabel 3.4 Kriteria Hasi Angket Guru dan Siswa Interval (%) 81,25 < skor ≤ 100 62,50 < skor ≤ 81,25 43,75 < skor ≤ 62,50 25 < skor ≤ 43,75
Kriteria Sangat baik Baik Kurang Baik Tidak Baik commit to user
Keterangan Layak tanpa revisi Layak dengan revisi Kurang layak Tidak Layak
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Analisis Data Uji Pelaksanaan Lapangan Analisis data pada tahap pelaksanaan lapangan dalam seting
eksperimen
meliputi : a. Uji Efektivitas Modul Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran menggunakan gain score dinormalisasikan untuk postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gain score
dinormalisasikan () merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan
keefektifan dalam pembembelajaran. Perhitungan N-gain score
dinormalisasikan
menurut Richard (1999) menggunakan persamaan sebagai berikut: <Sf> - <Si> =------------------------(maxs core- <Si>) Dengan <Sf> adalah rerata score final (postes) dan <Si> rerata score initial (postest). Kriteria dinormalisasika adalah: () > 0,70
= gain score tinggi
0,70 > () > 0,30
= gain score sedang
() < 0,30
= gain score rendah
Modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif jika hasil N gain score pretes-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan katagori sedang atau tinggi. b. Uji untuk Mengetahui Perbedaan Hasil Belajar Uji prasyarat analisis dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan homogehitas data berupa nilai pretes dan nilai postes pada kelas penguna produk dan kelas kontrol. Pada uji ini, terdapat 2 hipotesis yaitu HO (Hipotesis nol) dan Ha (Hipotesis alternatif) dengan: Ho
= Data terdistribusi normal
Ha
= Data tidak terdistribusi normal
HO diterima apabila taraf signifikasi ≥ 0,05 HO ditolak apabila taraf signifikasi < 0,05 Hipotesis dalam uji homogenitas adalah sebagai commit to berikut: user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ho
: kedua varian populasi homogen
Ha
: kedua varian populasi tidak homogen
Kriteri pengambilan keputusannya yaitu: HO diterima apabila taraf signifikasi ≥ 0,05 HO ditolak apabila taraf signifikasi < 0,05 Jika terpenuhi syarat normalitas dan homogenitas, maka yang dilakukan adalah melakukan uji t untuk mengetahui bahwa kedua kelas sama dari nilai pretes dan mengetahui perbedaan hasil belajar penggunaan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema maknan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar siswa digunakan uji beda 2 rerata yaitu statistik parametrik uji t. Jika data tidak normal maka digunakan uji statistik non-parametrik 2 sampel berhubungan (Wilcoxson). Analisis uji prasyarat menggunakan software analisis statistik SPSS 18. Pada uji ini, terdapat 2 hipotesis yaitu HO (Hipotesis nol) dan Ha (Hipotesis alternatif) dengan: Ho
= tidak ada perbedaan yang signifikan
Ha
= ada perbedaan yang signifikan
HO diterima atau Ha ditolak apabila taraf signifikasi ≥ 0,05 HO ditolak atau Ha diterima apabila taraf signifikasi < 0,05 c.Data nilai sikap Data diperoleh dari hasil observasi pada kelas eksperimen selama penggunaaan modul pada kegiatan belajar I, II dan III. Pemberian skor 4, 3, 2, atau 1 pada lembar observasi dengan aspek peinilain kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kerja sama. Rumus Penghitungan Skor Akhir Skor akhir =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x4
Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4 Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud nomer 81A Tahun 2013 yaitu: Sangat Baik (SB ): apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00 Baik (B: apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33 Cukup(C): apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33 Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33 commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Data Keterampilan Proses Data diperoleh dari hasil observasi pada kelas eksperimen selama penggunaaan modul pada kegiatan belajar I, II dan III. Pemberian skor 4, 3, 2, atau 1 pada lembar observasi dengan aspek penilaian mengamati,
mengelompokkan, menafsirkan,
menyimpulkan, dan menkomunikasikan. Rumus Penghitungan Skor Akhir Skor akhir =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x4
Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4 Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud nomer 81A Tahun 2013 yaitu: Sangat Baik (SB ): apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00 Baik (B: apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33 Cukup(C): apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33 Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan Deskripsi data disajikan untuk memperjelas penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk berupa modul IPA Terpadu berbasis SETS untuk meningkatkan hasil belajar. Kompetensi dasar yang di jadikan dasar pengembangan modul berbasis SETS adalah dengan memadukan dua KD. Materi yang disajikan dalam modul IPA Terpadu ini adalah materi IPA MTs kelas VIII pada KD.3.6 dan KD.3.7 yang dikemas dengan tema “Makanan Sehat dan Tubuhku”. Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA Terpadu adalah model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9 tahap terdiri dari: (1) analisis kebutuhan, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) uji lapangan awal, (5) revisi produk awal, (6) uji lapangan utama, (7) revisi produk utama, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi produksi operasional yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pengumpulan Informasi Awal Hasil obsevasi sekolah di MTs YAPPI Mulusan diperoleh data dari aspek saran dan prasarana antara lain: 1) belum memiliki laboratorium dan peraratan praktikum, 2) perpustakan menyediakan buku berbagai mata pelajaran dengan lengkap tetapi jumlahnya tidak memadai untuk siswa, 3) buku yang tersedia buku dari penerbit, bukan hasil pengembangan guru sendiri, 5) belum ditemukan modul di dalam perpustakaan, 6) buku IPA yang tersedia belum terpadu dan penyajian materinya belum mendorong siswa untuk mengaitkan konsep yang diperoleh dengan lingkungan sekitar. Hasil analisis kebutuhan siswa diperoleh data: 1) kemampuan ranah kognitif siswa yang masih rendah, ini dapat dilihat dari rata-rata hasi UAN, 2) keterampilan proses siswa rendah, hal ini tampak dari proses pembelajaran di kelas siswa masih kesulitan dalam megomunikasikan pendapatnya selain itu juga tampak dari rata-rata hasil UAN yang masih rendah untuk soal yang merupakan indikator keterampilan proses. Sedangkan jika dilihat dari kelengkapan perangkat pembelajaran guru sudah memiliki RPP yang dibuat sendiri, tetapicommit belum to pernah user membuat bahan ajar sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Hasil analisis UAN Tahun Pelajaran 2013/2014 digunakan untuk menentukan materi dan analisis buku yang digunakan selama ini guna menentukan ketrpaduan serta basis pengembangan modul. Penelitian dan pengembangan mengambil tema “ Makanan Sehat dan Tubuhku” ditinjau berdasarkan kesesuaian pembelajaran dengan pendekatan SETS dan nilai UAN yang masih di bawah rata-rata nasional (lampiran 2). Langkah selanjutnya pengungkap kebutuhan guru dan siswa memberikan arahan bahwa: 1) siswa tidak memiliki buku pegangan IPA; 2) siswa tidak mencari sumber belajar lain; 3) siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan baku paket juga belum sepenuhnya menyajikan materi yang ada hubungannya dengan masalah di lingkungan sekitar; 4) siswa tidak dapat melakukan percobaan secara mandiri; 5) bahan ajar dan motode guru perlu dimodifikasi; 6) perlu adanya pengembangan bahan ajar berbasis SETS. Pada tahapan ini termasuk tahap analisis kebutuhan. Rangkuman hasil pengungkap kebutuhan guru dan siswa secara lengkap disajikan pada lampiran 3.
2. Pengembangan Produk Tahap pengembangan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku diawali dengan menelaah KI dan KD serta silabus, selanjutnya pembuatan matrik modul (lampiran 7) yang bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi yang terdapat di dalam modul, penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi, penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal kognitif. Pada tahapan ini termasuk pada tahap pengembagan yang kedua yaitu perancanaan. Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran. Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa. Modul yang dikembangkan meliputi modul untuk siswa dan modul untuk guru. Modul guru disusun sebagai buku pegangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
guru dalam pembelajaran yang telah dilengkapi dengan rencana pembelajaran, petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa, sehingga guru mempunyai pedoman dan pegangan agar kompetensi yang harus dikuasai siswa dapat tercapai.
Gambar 4.1 Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar: a. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar, untuk modul siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. b. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar, untuk modul guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi to user pembelajaran, mengenal modul commit berbasis SETS, peta kompetensi, indikator
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.
Merupakan alur Pembelajaran SETS
SETS Gambar 4.2 Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS
Gambar 4.3 Ayo Mengamati dan Diskusi Gambar 4.3 ayo mengamati dan diskusi sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang pertama yaitu invitasi/inisiasi memuat masalah di masyarakat yang dapat digali oleh siswa.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.4 Ayo Menghubungkan Gambar 4.4 ayo menghubungkan sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang kedua yaitu pembentukan konsep memuat fakta yang diambil dari bidang ilmu dan merupakan bidang ilmu.
Gambar 4.5 Ayo Bereksperimen
Gambar 4.6 Ayo Menganalisis
Gambar 4.5 ayo bereksperimen sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang ketiga yaitu aplikasi konsep merupakan kemampuan untuk melakukan transfer belajar dengan menggunakan konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi lain. Gambar 4.6 ayo menganalisis sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang keempat yaitu pemantapan konsep merupakan kemampuan untuk melakukan dan menunjukkan banyaknya ide guna menyelesaikan masalah.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kelayakan Produk Draf awal modul yang telah dihasilkan selanjutnya divalidasi oleh para ahli antara lain ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan praktisi. Validasi ini termasuk dalam tahap pengembangan. Validasi oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikan. Saran perbaikan hasil validasi ahli media pada table 4.1. Tabel 4.1 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1
Tulisan di bagian gambar pada cover depan dihilangkan dan diberi pengguna serta tahun pengembangan modul Sampul depan dengan halaman francis tidak bolak-balik Sumber gambar sampul belum ditulis pada halaman francis bagian bawah Pada bagian pendahuluan atau petunjuk penggunaan modul agar ditambah penjelasan tentang SETS sekitar 2 baris Keterangan warna perlu ditambahkan pada peta kedudukan modul Bagian halaman awal kegiatan pembelajaran agar digeser sejajar dan warnanya harus sama Panah pada SETS agar diperbaiki dengan garis yang besar Keterangan gambar dan sumber gambar agar dibedakan ukuran tulisannnya Kata-kata kunci agar dicetak tebal Sumber gambar susu instan tidak ditulis Gambar pada KB-3 tidak boleh bule atau gambar diperbaiki
Tulisan pada gambar di cover dihapus dan diberi penngguna serta tahun pengembangan modul
2 3 4
5 6
7 8
9 10 11
12
Gambar ilustrasi tiap KB kurang tepat
Cover depan dan halaman francis dibuat terpisah Sumber gambar sampul ditulis pada halaman francis bagian bawah Pada bagian pendahuluan ditambah penjelasan tentang SETS sekitar 2 baris Keterangan warna ditambahkan pada peta kedudukan modul Bagian halaman awal kegiatan pembelajaran digeser sejajar dan warnanya dibuat sama Panah pada SETS diperbaiki dengan garis yang besar Keterangan gambar dan sumber gambar dibedakan ukuran tulisannnya Kata-kata kunci dicetak tebal Sumber gambar susu instan dihapus Gambar pada KB-3 diperbaiki dengan menghitamkan rambut dan ukuran hidung diperpendek Gambar ilustrasi tiap KB diperbaiki sesuai saran
Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan. Saran perbaikan hasil validasi ahli materi dapat dilihat pada table 4.2. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1
Penyusunan struktur kalimat agar diperbaiki Penulisan tata bahasa dan ejaan agar diperbaiki Teknik pengetikan agar disesuaikan dengan aturan baku Keterkaitan antar kalimat agar menggunakan konjungsi yang tepat
Penyusunan struktur kalimat diperbaiki sesuai saran Penulisan tata bahasa dan ejaan diperbaik sesuai saran Teknik pengetikan disesuaikan dengan aturan baku sesuai saran Keterkaitan antar kalimat menggunakan konjungsi yang tepat sesuai saran
2 3 4
Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS, RPP, dan soal kognitif. Saran perbaikan hasil validasi ahli materi dapat dilihat pada table 4.3. Tabel 4.3 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi No
Sebelum Perbaikan
1
Belum ada peta konsep menunjukkan materi ketrpaduan
2
Berilah kolom diskusi pada bagian evaluasi Berilah kolom tugas pada bagian evaluasi Bagian yang salah ketik harap diperbaiki
3 4
Setelah Perbaikan yang
Pada bagian pendahuluan ditambah peta konsep yang menunjukkan materi keterpaduan Pada modul bagian evaluasi ditambah kolom diskusi Pada modul bagian evaluasi ditambah kolom tugas Bagian yang salah ketik diperbaiki
Tabel 4.4 Pebaikan RPP Berdasarkan Saran Validator No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1
Berilah contoh vitamin dan mineral pada RPP Sumber belajar perlu ditambah Bagian yang salah ketik harap diperbaiki
Pada RPP bagian materi ditambah contoh vitamin dan mineral Pada RPP ditambah sumber belajar Bagian yang salah ketik diperbaiki
2 3
Tabel 4.5 Pebaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran Validator No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1
Istialah asing agar diganti dengan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa Bagian yang salah ketik harap diperbaiki
Istialah asing diganti dengan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa Bagian yang salah ketik diperbaiki
2
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Validasi modul oleh praktisi antara lain kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, kelayakan kebahasaan, RPP, dan soal Kognitif. Saran perbaikan hasil validasi praktisi dapat dilihat pada table 4.6. Tabel 4.6 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1 2 3
Tampilan cover agar diperbaiki Ukuran huruf ada yang tidak konsiten Perbaiki tanda baca, spasi antar kata, dan jarak antar baris Perbaiki daftar pustaka dengan acuan yang baku Kurangi penggunaan istilah asing, gunakan padanan dalm bahasa Indonesia Masih ada halaman yang kosong terlalu luas Belum ada peta konsep materi Ilustrasi gambar tiap KB kurang tepat Penulisan iodin harusnya I2 bukan I Sumber gambar susu instan tidak ditulis Tujuan belum dituliskan pada kegiatan pengamatan dan eksperimen Belum ada kolom tugas
Tampilan cover diperbaiki Ukuran huruf diperbaiki sesuai saran Tanda baca, spasi antar kata, dan jarak antar baris diperbaiki sesuai saran Daftar pustaka diperbaiki sesuai dengan acuan yang baku Istilah asing dikurangi dengan meggunakan padanan dalm bahasa Indonesia Halaman yang kosong dihilangkan
4 5
6 7 8 9 10 11 12
Peta konsep materi sudah ditambahkan Ilustrasi gambar tiap KB diperbaiki Penulisan iodin ditulis I2 Sumber gambar susu instan dihapus Tujuan dituliskan pada kegiatan pengamatan dan eksperimen Kolom tugas ditambahkan pada bagian evaluasi
Hasil validasi ahli dan praktisi modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat dilihat secara lengkap pada pembahasan, sedangkan rangkuman hasil validasi modul secara keseluruhan dengan kategori sangat baik dapat disajikan pada table 4.7. Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Valdasi Ahli dan Praktisi No
Aspek
Persentase (%)
Kategori
1
Kelayakan Penyajian
83,85
Sangat sesuai
2
Kelayakan kegrafikan
83.5
Sangat sesuai
3
Kelayakan Bahasa
85,71
Sangat sesuai
4
Kelayakan Isi
83,3
Sangat sesuai
5
Keterpaduan
84,4
Sangat sesuai
6
Sintak SETS
83,3
Sangat sesuai
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses validasi menghasilkan catatan yang menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan revisi. Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk modul yang siap untuk dilakukan uji lapangan selanjutnya. Hasil validasi RPP adalah 84.8% dengan kategori sangat baik yang meliputi perumusan tujuan, pengorganisasian materi, pemilihan sumber belajar dan media ajar, model dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil. Sedangkan untuk soal kognitif 83,3% yang menunjukan kategori sangat baik meliputi materi, penyajian soal, penskoran, dimensi pengetahuan, serta dimensi proses kognitif soal. Berdasarkan hasil validasi kerelevanan dianalisis dengan perhitungan Content Validity (CV) adalah 1, ini berarti CV > 0,7 maka dapat soal dapat diujicobakan. Langkah selanjutnya tahap ini juga dilakukan try out soal kognitif pada siswa MTs YAPPI Mulusan kelas IX sebanyak 25 siswa. Hasil try out diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran butir soal yang hasilnya dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas Kriteria
Jumlah
Nomor soal
Valid
28
Tidak Valid Jumlah
7 35
1, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35 2, 3, 5, 8, 18, 24, 31
Validitas
Bedasarkan data di atas dari 35 soal yang tidak valid ada 7 soal dengan taraf reliabelitas 0,9123 dengan kriteria sangat reliabel. Soal yang tidak valid tidak akan digunakan dan tidak diganti soal karena indikatornya sudah terwakili oleh soal yang lain. Jadi soal kognitif yang gunakan untuk pretes dan postes sebanyak 28 butir soal. Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Taraf
Jumlah
Nomor soal
Mudah Sedang
13 19
Sukar Jumlah
3 35
9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 23, 25, 28, 30, 34, 35 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 29, 31, 32, 33 3, 4 commit to user
Kesukaran
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Daya Beda
Jumlah
Nomor soal
Baik Cukup Tidak Baik
2 11 22
20, 33 7, 9, 13, 16, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 35 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 21, 24, 28, 29, 31, 32, 34
Jumlah
35
Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa MTs YAPPI Jetis Gunungkidul pada tanggal 12 November 2014. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui respon/masukan siswa terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket respon uji lapangan awal. 4.11 Pebaikan Modul Tahap Uji Lapangan Awal No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1
Perbaikan tata tulis untuk kata: dikelompokkkan, makana, peristalsis Pada bagan SETS ada yang masih kurang tulisan teknologi
Kata-kata dibenarkan menjadi dikelompokkan, makanan, peristaltik Pada bagan SETS yang masih kosong ditambah tulisan teknologi
2
Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah dan menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji lapangan utama. Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal No
Aspek
Persentase (%)
Kategori
1
Pengorganisasian
83,3
Sangat baik
2
Keterbacaan
83.3
Sangat baik
3
Kemenarikan
87,5
Sangat baik
4
Keterpaduan
83,3
Sangat baik
5
Pendekatan SETS
84,7
Sangat baik
Uji lapangan utama dilakukani pada tanggal 15 November 2014 pada 12 siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari Gunungkidul. Uji lapangan ini dilakukan untuk mengetahui respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.13 Pebaikan Modul Tahap Uji Lapangan Utama No
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
1
Jumlah gigi anak-anak dan gigi orang dewasa belum ditulis (saran dari siswa)
Ditambahkan jumlah gigi anak-anak dan jumlah gigi orang dewasa
2
Sampul bagian belakang tulisanya terlalu besar (saran dari guru)
Tulisan pada diperkecil
sampul
belakang
Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan materi untuk jumlah gigi pada anak-anak dan orang dewasa, pada uji ini ada saran yang tidak dapat dipenuhi yaitu saran untuk menambah materi selain di luar tema makanan sehat dan tubuhku. Hasil revisi disebut produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji lapangan operasional. Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama No 1 2 3 4 5
Aspek
Persentase (%)
Pengorganisasian Keterbacaan Kemenarikan Keterpaduan Pendekatan SETS
85,4 83,3 88,5 84,4 88,2
Kategori Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Respon Guru No
Aspek
Persentase (%)
Kategori
1 2 3
Pengorganisasian Keterbacaan Kemenarikan
90 90 85
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
4
Keterpaduan
90
Sangat baik
5
Pendekatan SETS
85
Sangat baik
4. Efektivitas Produk Modul dari hasil draf III diujicobakan di dalam kelas yang lebih besar pada siswa MTs YAPPI Mulusan kelas VIII B (kelas pengguna produk atau eksperimen) dan kelas VIII A sabagai kelas kontrol. Uji coba ini digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar setelah menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan. Pelaksanaan uji coba toiniuser 17 November sampai dengan 29 commit
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
November 2014. Uji coba di kelas dilakukan pretest terlebih dahulu baik di kelas pengujian produk maupun di kelas kontrol untuk mengetahui gambaran awal siswa pada tema makanan sehat dan tubuhku sebelum dilakukan pembelajaran, dan setelah selesai pembelajaran tema tersebut dilakukan postest pada kedu kelas yang sama. a. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan Tabel 4.16 Hasil Belajar Pengetahuan Pretes Aspek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Standar Deviasi
Kelas Kontrol 75 25 49,35 14,09
Kelas Pengguna produk 85,7 35,7 60,4 13,22
Tabel 4.17 Hasil Belajar Pengetahuan Postes Aspek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Standar Deviasi
Kelas Kontrol 92,9 25 54,87 1671
Kelas Pengguna produk 96,4 46,4 73,44 14,88
1) Keefektifan modul dalam pembelajaran Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109 dengan kategori rendah, sedangkan pada kelas pengujian produk 0,344 dengan kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif. 2) Perbedaan hasil belajar Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan dilanjut uji t yang diambil dari nilai pretes dua kelas untuk mengetahui persamaan rerata dua kelas (lampiran 18). Sedangkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara dua kelas diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan dilanjut uji t yang diambil dari nilai postes.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar Pengetahuan No Uji Hasil Keputusan Kesimpulan 1 Normalitas Sig kelas kontrol Ho Normal adalah 0,200 > 0,05 diterima dan sig kelas pengguna produk adalah 0,200 .> 0,05 2
Homogenitas
Sig kelas kontrol dan kelas pengguna produk adalah 0,936 > 0,05
Ho diterima
Homogen
3
Uji-t
Sis kelas pengguna produk dan kelas kontrol adalah 0,000 < 0,05
Ho ditolak
Ada perbedaan secara signifikan
b. Hasil Belajar Ranah Sikap Tabel 4.19 Nilai Sikap Kelas Kontrol Rata-rata Nilai Aspek Sikap KB Kejujuran Ketelitian Tanggung Jawab I II III Ratarata
2,18 2,18 2,23 2,2
2 2,05 2,09 2,05
1,9 1,95 2 1,95
Tabel 4.20 Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk Rata-rata Nilai Aspek Sikap KB Kejujuran Ketelitian Tanggung Jawab I II III Ratarata
2,82 3,32 3,32 3,15
2,86 3,36 3,41 3,21
2,45 3 3,41 2,95
Kerja Sama 2,02 2 2,05 2,09
Kerja Sama 2,45 2,64 3,32 2,8
Ratarata Nilai 2,2 2,05 2,09 2,1
Ratarata Nilai 2,65 3,08 3,36 3,03
Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai sikap sosial dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengguna produk/eksperimen sebanyak 22 siswa disetiap kegiatan belajar. Hasil rangkuman penilaian sikap sosial disaji dapat diasjikan dalam table berikut. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.21 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol Kategori Penilaian (%) Kegiatan
Rata-rata
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
3,3 <S ≤ 4,00
2,33<SA≤ 3,33
1,33<SA≤ 2,33
SA≤ 1,33
I
-
13,6
77,3
9,1
2,02
II
-
18,2
72,7
9,1
2,05
III
-
22,7
68,2
9,1
2,09
Belajar
Nilai
Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk Kategori Penilaian (%) Kegiatan
Rata-rata
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
3,3 <S ≤ 4,00
2,33<SA≤ 3,33
1,33<SA≤ 2,33
SA≤ 1,33
I
13,6
59,1
27,3
-
2,65
II
41
45,4
13,6
-
3,08
III
68,2
22,7
9,1
-
3,36
Belajar
Nilai
c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses Tabel 2.23 Nilai Keterampilan Kelas Kontrol Rata-rata Nilai Aspek Sikap KB
Mengam ati
Mengelompokk an
Menafsirk an
Menyimpulk an
Mengomunikasi kan
I II III Rata -rata
2,05 2,09 2,14
1,86 1,95 2,05
1,82 1,86 1,86
1,82 1,86 1,86
1,82 1,86 1,86
Rata -rata Nila i 1,87 1,93 1,95
2,09
1,95
1,85
1,85
1,85
1,92
Tabel 4.24 Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk Rata-rata Nilai Aspek Sikap KB
Mengam ati
Mengelompokk an
Menafsirk an
Menyimpulk an
Mengomunikasi kan
I II III Rata -rata
2,5 2,91 3,32
2,86 2,95 3,23
2,27 3 3,2
2,63 2,95 3,2
2,4 2,82 3,2
Rata -rata Nila i 2,63 2,93 3,26
2,91
3,01
2,82
2,93
2,81
2,94
Penilaian keterampilan proses dilakukan pada kelas pengguna produk sebanyak commit to user 22 siswa disetiap pembelajaran. Uji coba pelaksanan lapangan menilai keterampilan
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan proses dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengguna produk/eksperimen disetiap kegiatan belajar. Hasil rangkuman penilaian keterampilan disaji dapat diasjikan dalam tabel berikut. Tabel 4.25 Rangkuman Penilaian Keterampilan Proses Kelas Kontrol Kategori Penilaian (%) Kegiatan
Rata-rata
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
3,3 <SA≤4,00
2,33<SA≤3,33
1,33<SA≤ 2,33
SA≤1,33
I
-
4,5
81,8
13,6
1,87
II
-
9,1
77,3
13,6
1,93
III
-
13,6
77,3
9,1
1,95
Belajar
Nilai
Tabel 4.26 Rangkuman Penilaian Keterampilan Proses Kelas Pengguna Produk Kategori Penilaian (%) Kegiatan
Rata-rata
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
3,3 <SA≤4,00
2,33<SA≤3,33
1,33<SA≤ 2,33
SA≤1,33
I
9,1
68,2
22,7
-
2,63
II
36,4
45,4
18,2
-
3,05
III
50
40,9
9,1
-
3,35
Belajar
Nilai
Pada tahap uji coba lapangan operasional dapat diketahui hasil respon siswa terhadap modul IPA Terpdu berbasis SETS pada tabel 4.27. Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Respon Siswa Uji Lapangan Operasional No
Aspek
Persentase (%)
Kategori
1
Pengorganisasian
89,8
Sangat baik
2
Keterbacaan
90,3
Sangat baik
3
Kemenarikan
90,3
Sangat baik
4
Keterpaduan
90,3
Sangat baik
5
Pendekatan SETS
92,04
Sangat baik
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.28 Pebaikan Modul Tahap Uji Operasional No Sebelum Perbaikan 1 Masih ada tabel yang terpotong berbeda halaman
Setelah Perbaikan Tabel diperbaiki disatukan pada pada halaman yang sama
Proses pembelajaran pada kelas uji coba lapangan operasional juga menghasilkan catatan respon siswa terhadap modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku yang menyatakan siswa lebih tertarik dan merasa mudah memahami materi dalam modul. Selain itu juga ada catatan yang perlu diperbaiki untuk penulisan tabel yang masih terpotong berbeda halaman pada revisi produk operasional.
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Pengumpulan Informasi Awal Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs YAPPI Mulusan masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang tidak memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan sistem peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki laboratorium. Selanjutnya juga dapat dilihat dari permasalahan yang terjadi di dalam proses belajar di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengkomunikasikan hasil pekerjaannya dengan baik, hal ini menunjukkan keterampilan proses perlu dilatihkan. Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran IPA selama ini belum dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu. Hal ini sejalan dengan Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Hasil analisis pengungkap kebutuhan tehradap siswa MTs YAPPI Mulusan menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, siswa tidak mencari sumber belajar lain, siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan commit to user buku paket belum mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar, serta siswa tidak
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang dapat mengatasi permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya dengan lingkungan sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil analisis pengungkap kebutuhan guru menunjukkan bahwa guru belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih terpisa-pisah. Hal ini menunjukkan perlunya dikembamgkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi kebutuhan di MTs YAPPI Mulusan. Seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain.
2. Pengembangan Produk Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterhubungan (connected) yaitu KD 3.6 tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain dan KD 3.7 tentang zat aditif pada makanan. Kelebihan model keterpaduan connected adalah hubungan intarbidang studi melihat permasalahan tidak hanya satu bidang kajian saja, tetapi kegiatan pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi. Tahap perencanaan pembuatan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS dikembangkan antara lain menelaah KI dan KD serta silabus, pembuatan matrik modul yang bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi apa saja yang terdapat di dalam modul, hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2007) yang menyatakan garis besar isi modul dapat dikembangkan dalam bentuk matrik atau narasi. Selanjutnya penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi,
penyusunan
instrumen
pembelajaran
yaitu
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan soal kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kognitif yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif yaitu angket validasi oleh pakar dan praktisi. Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makana sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran. Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa di rumah sehingga memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk memahami suatu materi. Modul yang dikembangkan meliputi modul untuk siswa dan modul untuk guru. Modul untuk guru disusun sebagai buku pegangan guru dalam pembelajaran yang telah dilengkapi dengan RPP, petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa, sehingga guru mempunyai pedoman dan pegangan agar
kompetensi yang harus
dikuasai siswa dapat tercapai. Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar antara lain; sampul modul yang disajikan memberi gambaran tentang materi yang akan dibahas. Warna kombinasi hijau dan putih serta penambahan gambar berbagai jenis makanan dan organ pencernaan manusia bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Bagian modul selanjutnya antara lain halaman awal modul yang terdiri dari halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel. Bagian halaman francis berisi tentang personil yang terlibat dalam penyusunan modul, kata pengantar berisi uraian diskripsi singkat tantang penyusunan modul IPA terpadu berbasis SETS, selanjutnya untuk daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel berguna sebagai petunjuk untuk mempermudah dalam mempelajari modul. Pendahuluan (BAB I) yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran (modul guru), indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta konsep. Bagian ini memberikan deskripsi dan petunjuk dalam mempelajari modul serta memberi gambaran susunan materi dalam modul. Bagian yang menonjol dan menjadi ciri khas modul ini adalah kegiatan belajar dalam modul ini mengacu pada alurcommit pembelajaran to user SETS dan keterkaitan
antara
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
komponen SETS juga mewarnai dalam alur pembelajaran. Urutan penyajian materi yang sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang terbagi dalam segmen “Ayo Mengmati dan Diskusi”; merupakan alur SETS yang pertama yaitu invitasi/inisiasi, “Ayo Menghubungkan”; merupakan alur SETS kedua yaitu pembentukan konsep, “Ayo Bereksperimen”; alur SETS ketiga yaitu aplikasi konsep, dan “Ayo Menganalisis”; alur SETS keempat yaitu pemantapan konsep. Kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif, dan umpan balik (modul guru). Segmen ini merupakan kegiatan yang harus dikerjakan siswa dengan tujuan untuk memahami materi. Pada segmen ayo menghubungkan dan ayo menanalisis dilengkapi dengan bagan SETS diharapkan dapat memvisualisasikan dan memperjelas keterkaitan masing-masing unsur dalam SETS. Pembelajaran sains dengan bagan SETS yang ditampilkan mengacu pada Binadja (1999) dengan sains sebagai fokus utama, yang menyatakan bahwa dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, maka guru dan siswa dapat dibawa untuk melihat keterkaitan sains dengan unsur lain dalam SETS. Pada segmen ini siswa diuntut untuk berpikir dalam konteks SETS melalui pertanyaan yang harus mereka jawab sebelum ke uraian materi. Segmen akhir bagian kegiatan pembelajaran adalah rangkuman, tes formatif, dan umpan balik (modul guru). Rangkuman berisi konsep-konsep penting yang harus dipahami oleh siswa, tes formatif berisi latihan soal bagi siswa untuk hasil belajarnya, sedangkan umpan balik merupakan cara untuk mengetahui keberhasilan siswa. BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi, dan kunci jawaban (modul guru), sedangkan bagian penutup berisi: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. Glosariun, merupakan bagian yang cukup penting untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai hal yang belum diketahui. Pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model connected/terhubung, merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Kelebihan commit to user model keterpaduan connected
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Fogarty dalam Trianto: 2013) antara lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.
3. Kelayakan Produk Validasi modul oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikan. Hasil revisi dari ahli media sebagai berikut
Cover Awal
Cover Setelah Validasi
Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi Berdasarkan gambar di atas cover awal terdapat gambar yang masih ada keterangannya, belum ada pengguna modul, dan pada keterangan universitas belum diberi tahun pengembangan modul. Hasil setelah valdasi tampak keterangan gambar sudah duhapus, pengguna modul dan tahun pengembangan modul sudah ditulis. Halaman sampul modul yang disajikan memberi gambaran tentang materi yang dibahas. Warna kombinasi hijau dan putih dan penambahan latar gambar makanan dan zat aditif bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Kegiatan belajar dalam modul berisi alur pembelajaran SETS. Hal ini sesuai denga Purwanto (2007) yang mengemukakan bahwa commit gagasantoatau useride terkadang sangat abstrak dan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sulit dilukiskan dengan kata-kata. Untuk menyampaikan ide yang belum pernah ada sebelumnya pada pikiran seseorang sering kali memerlukan waktu. Visualisasi membantu terciptanya pengetahuan pada seseorang secara lebih mudah dan cepat, sehingga visualisasi memiliki peran yang penting dan menentukan bagi pencapaian tingkat keberhasilan proses belajar. Gambar merupakan ilustrasi yang baik untuk bahan ajar, terutama untuk menunjukkan realita dan wujud suatu obyek. Simbol alur pembelajaran SETS dibuat dengan gambar yang berbeda, agar tidak timbul rasa bosan dan siswa lebih mudah serta tertari untuk mempelajarinya.
Francis Awal
Francis Setelah Validasi
Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi Halaman Francis pada pengembangan awal belum diberi sumber cover, setelah validasi sumber cover sudah ditulis pada halaman francis.
BAB II Awal
BAB II Setelah Validasi
Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi Halaman BAB II sebelum divalidasi tampak ada uraian tema yang bercabang menjadi tiga kegiatan belajar dengan tema serta tertulis tidak sejajar dan dengan warna yang commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak sama. Setelah validasi tampak kegiatan belajar tiap tema disusun secara sejajar dan dengan warna yang sama.
Ilustrasi KB Awal
Ilustrsai KB Setelah Validasi
Gambar 4.10 Ilistrasi Kegiatan Beljar Sebelum dan Sesudah Validasi Gambar pada setiap kegiatan belajar pada awalnya sama dari KB I sampai KB II yaitu gambar buah anggur saja. Berdasarkan saran saat validasi gambar tersebut harus diganti dengan gambar berbagai macam makanan pada setiap kegiatan belajar dengan gambar menyesuaikan tema.
Bagan SETS Awal
Bagan SETS Setelah Validasi
Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi Pada gambar bagan SETS awal tanda panah antara komponen SETS masih satu garis, setelah proses validasi gambar panah sudah dibuat garis ganda. Adanya
bagan
salingtemas
diharapkan
dapat
memvisualisasikan
dan
memperjelas keterkaitan masing-masing unsur dalam salingtemas. Dalam konteks commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran sains, bagan salingtemas yang ditampilkan mengacu pada Binadja (1999) dengan sains sebagai fokus utama. Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS serta RPP dan soal kognitif. Hasil revisi dari ahli mater terlitat pada gambar 4.12.
Peta Keterpaduan Gambar 4. 12 Peta Keterpaduan
Kolom Tugas dan Diskusi Gambar 4. 13 Kolom Tugas dan Diskusi commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan produk awal modul belum ada peta keterpaduan dan belum ada kolom tugas dan diskusi. Hasil setelah validasi modul sudah diberi peta kompetensi serta kolom tugas dan diskusi. Sedangkan Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan, meliputi tata tulis dan penggunaan tanda baca.Validasi modul oleh praktisi antara lain kelayakan isi, kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS, kelayakan keterampilan proses sains, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, dan kelayakan kebahasaan. Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk draf I modul dengan kriteria sangat baik yang siap untuk dilakukan uji lapangan awal. Ahli materi dan praktisi selain memvalidasi modul juga memvalidasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Saran perbaikan RPP dan soal kognitif dari praktisi berupa tata tulis yang masih salah dan menambah materi dalam RPP. Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa
MTs YAPPI Jetis Saptosari
Gunungkidul. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui respon/masukan siswa terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket respon siswa terhadap modu IPA Terpadu berbasis SETS dengan hasil uji menyatakn bahwa modul sangat baik. Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah (tabel 4.11) dan menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji lapangan utama. Uji coba lapangan utama dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul dengan respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan dengan hasi uji coba menyatan modul sangat baik /layak digunakan. Selain respon siswa juga respon dari guru yang menyatakan modul sangat baik dan layak digunakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Uswatun Hasanah (2013) yang menyatakan bahwa bahan ajar IPA Terpadu berbasis salingtemas yang dikembangakan layak digunakan sebagai bahan ajar. Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan jumlah gigi anak-anak dan orang dewasa serta perbaikan memperkecil tulisan pada sampul bagian belakang dengan menhasilkan produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji lapangan operasional.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Efektivitas Produk a. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dari pretes (tes awal) kelas kontrol dan kelas pengguna produk tampak kedua kelas menunjukkan kondisi yang sama. Hal ini juga diperkuat dengan uji t yang menyatakan kedua kelas sama (lampiran 18). Seangkan jika dilihat dari hasil postes (tes akhir) menunjukkan kelas kontrol siswa yang tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (75) hanya 9,1% dan kelas pengguna produk siswa yang tuntas mencapai 59,1%. Hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil belajar yang dicapai antara kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, lebih lanjut dibuktikan dengan uji berikut. 1) Kefektivan modul Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109 yang termasuk dalam kategori rendah, sedangkan pada kelas pengguna produk 0,344 termasuk kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif (Hake, Richard R.1999: 4) 2) Perbedaan hasil belajar Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas menggunakan hasil pada Kolmogorof-Smirnova pada Tets of Normality
dengan
hipotesis terhadap taraf signifikasi Ho: data terdistribusi normal. Hasil pengujian menunjukkan Ho diterima karena nilai signifikasinya untuk kelas kontrol 0,200 dan kelas pengguna produk 0,200. Taraf signifikasi yang dihasilkan memenuhi kriteria lebih besar dari α= 0,05 (Sig >0,05). Kesimpulannya data terdistribusi normal. Sedangkan pada Test Homogeneity of Variance menunjukkan taraf signifikasi sebesar 0,936 dengan Kriteria α= 0,05 (Sig >0,05), maka Ho diterima dengan kesimpulan pada kelas kontrol dan kelas pengguna produk homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, maka uji hipotesis menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed). Pada hasil Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 memenuhi taraf commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikas α= 0,05 (Sig <0,05) maka ada perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dangan kelas pengguna produk. Berdasarkan hasil uji statisti parametrik (uji t) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil postes kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, yang menunjukkan hasil kelas pengguna produk lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Perbedaan yang signifikan dalam penggunaan modul IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku pada kelas pengguna produk (eksperimen) ini sesuai dengan hasil penelitian Siska Fitriani et al. (2012) menyatakan bahwa pendekatan salingtemas (SETS) berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hasil yang positif juga disebabkan karena peserta didik merasa tertarik untuk belajar menggunakan bahan ajar IPA terpadu. Peserta didik merasa mempelajari merasa lebih mudah memahami tema makanan sehat dan tubuhku karena disajikan dengan berbagai macam gambar, sehingga lebih mudah dalam mempelajarinya. Berdasarkan hasil belajar tersebut, diketahui bahwa modul IPA terpadu berbasis SETS pada temamakanan sehat dan tubuhku efektif digunakan dalam pembelajaran kelas VIII di MTs YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto & Binadja (2010), bahwa dengan bervisi salingtemas hasil belajar peserta didik kelas eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan. Keefektifan modul ini dalam meningkatkan hasil belajar juga sesuai dengan Depdiknas (2008) tentang tujuan pembelajaran dengan modul antara lain 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Hasil Belajar Ranah Sikap Penelitian ini yang dinilai hanya sikap sosil saja, untuk sikap sepiritual hanya diberikan penguatan pada awal pembelajaran yaitu mengagumi dan mensyukuri keagungan Tuhan. Uji coba pelaksanan lapangan menilai sikap sosial
dengan
observasi dan
dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas control dan kelas pengujian produk (eksperimen) sebanyak 22 siswa pada setiap pembelajaran. Dari hasil pengukuran terhadap sikap sosial siswa yang meliputi aspek kejujuran, ketelitian, ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama pada kegiatan belajar (KB) I sampai KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol sebagai berikut KB pertama dengan nilai ratarata 2,02, KB kedua 2,05, dan KB ketiga 2,09.Pada KB I dengan kriteria baik 13,6%, cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. KB II dengan kriteria baik 18,2%, cukup 72,7%, dan kurang 9,1%. KB III dengan kriteria baik 22,7%, cukup 68,2%, dan kurang 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar kelas kontrol untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 3,8% pada setip kegiatan belajar. Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,65, KB kedua 3,08, dan KB ketiga 3,36. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 13,6%, baik 59,1%, dan cukup 27,3%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 41%, baik 45%, dan cukup 13,6%. KB III dengan kriteria sangat baik ada 68,2%, baik 22,7%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 18% pada setip kegiatan belajar menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.
c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai keterampilan proses sains dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan proses sains dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengujian produk sebanyak 22 siswa disetiap pembelajaran. Dari hasil pengukuran terhadap keterampilan proses sains siswa yang meliputi aspek mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan pada KB I sampai KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-rata 1,87, KB kedua 1,93, dan KB ketiga commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1,95. Pada KB I dengan kriteria baik 4,5%, cukup 81,8%, dan kurang 13,6%. KB II dengan kriteria baik 9,1%, cukup 77,3%, dan kurang 13,6%. KB III dengan kriteria baik 13,6%, cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar kelas kontrol untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 3,02% pada setip kegiatan belajar. Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB yang mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,63, KB kedua 3,05, dan KB ketiga 3,35. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 9,1%, baik 68,2%, dan cukup 22,7%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 36,4%, baik 45,4%, dan cukup 18,2%. KB III dengan kriteria sangat baik ada 50%, baik 40,9%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat meningkatkan keterampilan proses rata-rata 14% pada setiap kegiatan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Izaak H. Wenno (2010) menyatakan bahwa penerapan modul lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya, kegiatan pembelajaran sains menjadi lebih menarik, siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru sains, dan siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi sains yang harus dikuasainya. Uji coba juga mendapatkan hasil respon siswa terhadap modul IPA Terpadu pada tema makanan sehat dan tubuhku yang menyatakan modul sangat baik. Pada setiap uji coba menunjukkan bahwa tanggapan peserta didik terhadap modul persentasenya meningkat dengan kriteria sangat baik. Hal ini disebabkan karena masukan siswa dari setiap uji coba dan masukan dari ahli validasi digunakan oleh peneliti untuk merevisi bahan ajar sebelum dilakukan uji coba lanjut, sehingga modul yang digunakan pada uji coba berikutnya lebih baik dari pada bahan ajar pada uji coba sebelumnya. Menurut respon siswa bahan ajar IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku ini berbeda dengan bahan ajar biasanya, gambar yang terdapat dalam bahan ajar membantu memahami tema karena dapat meringankan dalam membaca dan mudah memahaminya. Menurut siswa bahan ajar juga mudah di pelajari dan dipahami karena modul ini dilengkapi dengan berbagai kegiatan praktikum yang bervariasi dan juga terdapat unsur SETS. Pendekatan SETS dapat membantu siswa commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mengembangkan pengetahuannya dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
C. Keterbatasan danTemuan dalam Penelitian Keterbatasan dan temuan dalam penelitian ini antara lain: 1. Belum ada publikasi secara luas. 2. Cakupan materi terbatas hanya pada tema makanan sehat dan tubuhku. 3. Waktu terbatas pada waktu uji lapangan awal dan uji lapangan utama, siswa mempelajari modul secara mandiri dan hanya dilakukan satu kali tatap muka. 4. Respon guru terhapap modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku hanya dilakukan pada uji lapangan utama saja. 5. Ada kesalahan dalam penentuan model keterpaduan yang digunakan dalam penelitian yaitu integrated, setelah ditinjau ulang yang lebih cocok adalah keterpaduan model connected.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori, data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Karakteristik modul IPA Terpadu berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa. a.
Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, peta kedudukan modul, dan
peta
keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo
bereksperimen, ayo menganalisis,
rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka. 2. Kualitas berdasarkan hasil validasi modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makana sehat dan tubuhku yang dikembangkan termasuk dalam katagori sangat baik, sedangkan untuk respon siswa dan guru yang menyatakan modul sangat baik/layak untuk digunakan.
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makana sehat dan tubuhku efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif (gain score 0,344) yang menunjukkan katagori sedang, sikap (18%), dan keterampilan (14%).
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan, implikasi yang dapat disampaikan adalah: 1.
Implikasi Teoritik Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modul IPA Terpadu berbasis
SETS pada makanan sehat dan tubuhku
dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. 2.
Implikasi Praktis Pembelajaran dengan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku meningkatkan hasil belajar kognitif, sikap siswa yaitu aspek kejujuran, ketelitian, ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama. Untuk guru harus dapat memilih tema yang tepat dalam penerapan pembelajaran SETS karena tidak semua materi dapat dilakukan dengan basis tersebut.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka saran yang diajukan adalah: 1. Saran untuk guru a.
Sebelum menggunakan IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku hasil pengembangan sebaiknya, guru memahami penerapan alur pembelajaran SETS dan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan sehingga semua kegiatan dalam modul dapat diikuti dan dilaksanakan.
b. Guru harus dapat meningkatkan kreatifitasnya sehingga dapat mengembangkan sendiri bahan ajar terpadu sesuai kebutuhn siswa. 2. Saran untuk peneliti a. Hendaknya sebelum penelitian, siswa yang dijadikan obyek penelitian diberi wawasan tentang pembelajaran berbasis SETS. b. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berkutnya yang sejenis dengan penekanan pada pencapaian hasil belajar, karena dalam penelitian ini belumsemua commit to user siswa dapat tuntas.
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Saran untuk pengelola pendidikan a. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS yang dikembangkan perlu fasilitas pendukung lain yaitu penyediaan kelengkapan alat dan bahan untuk percobaan. b. Memberi kesempatan dan penyediaan dana bagi guru untuk melakukan pengembangan bahan ajar khususnya modul. 4. Saran untuk siswa a. Siswa hendaknya mengikuti prosedur yang tertera dalam modul IPA Terpadu, petunjuk penggunaan modul, agar dapat menguasai kompetensi yang diharapkan dengan baik. b. Siswa hendaknya dapat melatih
keterampilan proses secata mandiri dengan
menggunakan modul dan mengikuti petunjuk dalam modul. c. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku memerlukan kerja sama dengan siswa lain, maka hendaknya siswa siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain selama proses pembelajaran.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta -------------------------. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badan penelitian dan Pengembangan Pusat kurukulum (BPPK). 2006. Buram Panduan Pengembangan IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas Binadja, Achmad. 1999. Hakekat dan TujuanPendidikan SALINGTEMAS dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan yang Ada. Makalah Disajikan dalam Seminar Loka Karya Pendidikan SALINGTEMAS, Kerja Sama antara SEAMEO RECSAM dan UNNES, 14-15 Desember 1999. Cooper, S., Hanmer, B. 2006. Problem-Solving Modules in Large Introductory Biology Lectures Enhance Studen Understanding. The American Biology Teacher, Pro Ques Journals Vol. 68 No. 9 November/desember 2006 page 524-529. Dimyati dan Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dimopoulos D.I. 2009. Planning Educational Activities and Teaching Strategies On Constructing a Conservation Educational Module. International Journal of Environmental & Science Education. Vol. 4, No. 4, October 2009, 351-364 Djamarah, S. B. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Donelly, R and Fitzmaurice, M. 2005. Designing Modules for Learning pp.99-110 O’Neil, G., Moore, S, Mc. Mullin, B. (Eds). Emerging Issues in the Practice of University Learning and Teaching. Dublin: AISHE. Dwi Handayani N. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Dengan Penekanan Berpikir Kritis Pada Tema Bahan Kimia Pada Makanan. UNS: Surakarta Dyah Hikmawati. 2000. Upaya Peningkatan Mutu pembelajaran Fisika/IPA melalui Indigasi Seni dan Budaya Lokal. Makalah Seminar Nasional Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah pendidikan MIPA pada tanggal 23 Februari 2000. Erekson, T. and Shumway, S. 2006. Integrating the Study of Technology into the Curriculum: A Consulting Teacher Model. Journal of Technology Education Volume 18 Number 1 page 27-38. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Frank, M., & Barzilai, A. 2006. Project-Based Technology: Instructional Strategy forDeveloping Technological Literacy. Journal of Technology Education, 18 (1). 39-53 Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Indiana Universiy 24245 Hattras Street. USA. http:// www..physics.Indiana.edu/-sdi/analyzing ChangeGain.pdf Harto Nuroso dan Joko Siswanto. 2010. Model Pengembangan Modul IPA Terpadu Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. JP2F, Volume 1 Nomor 1 April 2010 Hartono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Izaak H. Wenno.2010. Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving Method Berdasarkan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran Di Smp/Mts. Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2 Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Maria Sundus Retno Wijayanti dkk. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Larutan Penyangga Berbasis Masalah Bervisi Sets. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise Modlofir. Ali.2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mukhlis Rohmad. 2011. Pembelajaran Dengan Pendekatan Cep (ChemoEntrepreneurship) Yang Bervisi Sets (Sceince, Environment, Technology And Society) Guna Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Pendidikan Sains Pps Uns Nasution. 2010. BerbagaiPendekatan dan Proses Belajar & Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Nurma Yunita dan Endang Susilowati. Agustus 2010. Makalah Pengembangan Modul. Surakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. UNS Nuryanto & Binadja, A. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Salingtemas Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Oni Arlitasari.2013. Journal. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Bebasis Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. to user Jurnal Pendidikan Fisika (2013)commit Vol.1 No.1 halaman 81.UNS
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
Permendikbud. 2013. Permendikbud RI No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Kurikulum 2013. Jakarta Poedjiadi, A. 2013. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Purwanto dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas Putra. Nusa. 2013. Reseacrch & Developmant. Jakarta: Raja Grafindo Persada Radzuan, N.R.M., Fatimah, A, Hafizoah, K., Haslinda, H., Najah Osman, dan Ramli Abid, 2010. Developing Speaking Skills Module for Engineering Module for Enginering Student. The International Journal of Learning, 14 (11): 61-70 Rosario, D.I.B. 2009. Science, Technology, Society and Environment (STSE) Approach in Environmental Science for Nonscience Students in a local Culture. Liceo Journal of Higher Education Research. 6(1): 269-283 Rusmiyati. 2009. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model Problem Based-Instruction. Journal Unnes2013, (12 Juli 2014) Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching Salirawati Das. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu untuk Pendidikan Intensitas Siswa. Makalah Seminar Semiawan, C. 1992. Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia Siska Fitriani, Achmad Binadja, Kasmadi Imam S. 2012. Penerapan Model Connected Bervisi Science Environment Technology Society Pada pembelajaran IPA Terpadu. Unnnes Science Educational Journal Volume 1, No 2 ISSN 22526617. Online at:///journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algasindo ---------------. 2013. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2013. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Sumiyati. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Menuju Indonesia Maju. Makalah Seminar Nasional Pendidikan Sains UNS. Diasampaikan pada tanggal 9 Nopember 2013 commit toIPA user Sutarno, Nono. 2007. Materi dan Pembelajaran SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian hasil belajar mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Uswatun Hasanah. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Berbasis Salingtemas Pada Tema Energi. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej Yager. 1996. Science Technology Society as Reform in Science Education. Release Date: January 1996. ISBN10: 0-7914-2769-2 Yager.2008. Comparison of Student Learning Outcomes in Middle School Science Classes with an STS Approach and a Typical Textbook Dominated Approach. RMLE Online—Volume 31, No. 7 Yoruk, N., Morgil, I., & Secken, N. 2009. The Effets of Science, Technology, Society and Environment (STSE) Education on Students Carcer Planning US-China Educaton Review. 6 (8): 68-74 ISSN 1548-6613. Anonim.2012SistemPencernaanPernafasan.http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com .html. (1 Juli 2014, jam 00.20) Anonim. Sistem dan Organ Pencernaan Manusia. (3 juli 2014, jam21.40) Anonim.2008. Sistem pencernaan pada Manusia. http://gurungeblog.com. ( 3 juli 2014, jam 21.59) Anonim. Makanan yang Sulit dicerna Tubuh. http://seafast.ipb.ac.id/latest-news/259-5, (4 juli 2014, jam 00.10) Aminudin. 2009. Energi Makanan dalam tubuh. http://aminuddin01.wordpress.com Nisa. 2011. Biologi Imtaq dan system makanan. http://nisabioers10.blogspot.com.html, (2 Juli 2014, jam 00.45) Rudi. 2011. http://rudy-unesa.blogspot.com.filosofi-tujuan-dan-manfaat.html Saifulmujab. http://saifulmujab.staff.ugm.ac.id/wordpress/?p=1. (3 juli 2014, jam 22.16) Septinas. 2013. Zat Aditif pada Makanan. blogspot.com.zat-aditif-pada-makanan.html. (3 juli 2014, jam 21.05)
commit to user