perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC PADA MATERI ELASTISITAS DI SMA NEGERI2 PURWOKERTO
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains
Oleh Toriqul Abidin S831208085
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS
SCIENTIFIC PADA MATERI ELASTISITAS DI
SMA NEGERI 2 PURWOKERTO” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
ini,
maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai
ketentuan perundang-undangan(Permendiknas No. 17 tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau seluruh isi Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains FKIP UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains FKIP UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, 2014 Mahasiswa,
Toriqul Abidin S 831208085 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“....... Maha suci Engkau (Alloh), Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah ajarkan kepada kami. Engkaulah yang maha mengetahui dan maha bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 32)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Buat anak-anakku yang sholeh dan sholehah....
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan usulan tesis ini dengan lancar dan baik. Penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan maupun masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku DekanFKIP UNS Surakarta yang telah memberikan bantuan berupa sarana, fasilitas demi kelancaran dalam menempuh pendidikan Program Pascasarjana. 2. Dr.M.Masykuri,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberi arahan dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan. 3. Prof.Dr.H.Widha Sunarno,M.Pd.,
selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Dra. Suparmi,MA. Ph.D selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Bapak/Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis. 6. Drs. H. Tohar,M.Si., selaku Kepala SMA Negeri 2 Purwokerto yang telah memberikan nasehat, dan kemudahan dalam menyelesaikan tesis ini.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains yang selalu memberi dukungan, masukan dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini 8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis berharap kritik, saran dan masukan agar menjadikan tesis ini lebih baik. Akhirnya penulis berdo’a dan berharap semoga segala bentuk bantuan mereka, menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari Allah,SWT. Amin. Penulis.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL...…………………………………………..…..……
i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN....………………………..………..……….
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
MOTTO ......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR....………………………………..…………..…….
vii
DAFTAR ISI......………………………………………………..…..…..…
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR........………………………..……..………………..
xiii
DAFTAR LAMPIRAN....………………………………………………...
xiv
ABSTRAK .................................................................................................
xv
ABSTRACT..................................................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.………………..…….……………
1
B. Identifikasi Masalah..............................................................
5
C. Pembatasan Masalah ............................................................
6
D. Rumusan Masalah.…………………..……………...……...
6
E. Tujuan Pengembangan.………………………………… ..
7
F. Spesifikasi Produk.…………………….………………......
7
G. Manfaat Pengembangan.………………..………………….
9
H. Asumsi dan Keterbatasan.………………….………………
9
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori.……………………….………………………
11
1. Modul Pembelajaran ………………………………
11
2. Hakekat Fisika .....………………………….……...
15
3. Pendekatan Berbasis Scientific ………...…..…….
19
4. Materi Ajar.……….……..…………………………
41
5. Prestasi Belajar.………………………...…………..
49
B. Penelitian yang Relevan.………………..………...………..
52
C. Kerangka Berpikir.………………..……...………………...
55
BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengembangan.……….…………………………...
57
B. Prosedur Pengembangan.……..……………..…………….
57
C. Uji Coba Produk.……….………………………………….
61
D. Desain Penelitian.………..……..………………………….
61
E. Subyek Penilaian.…………….....………………………….
62
F. Jenis Data.……………….....………………………………
62
G. Instrumen Pengumpulan Data.………………….………….
63
H. Teknik Analisis Data.……………….……………………..
63
BAB IV. HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengembagnan 1. Tahap Pendefinisian (Define)........................................... commit to user x
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tahap Perancangan (Design) .............................................
73
3. Tahap Pengembangan (Develop) .....................................
76
4. Tahap Penyebaran (Disseminate) ....................................
86
B. Pembahasan 1. Pembahasan Tahap Pendefinisian (Define).........................
87
2. Pembahasan Tahap Perancangan (Design) .........................
91
3. Pembahasan Tahap Pengembangan (Develop) ..................
94
4. Pembahasan Tahap Penyebaran (Disseminate) ................
98
C. Temuan di Lapangan ....................................................................
98
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................
99
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
100
B. Saran ..........................................................................................
101
DAFTAR PUSTAKA.…………....……………………………………
103
LAMPIRAN ..........................................................................................
105
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hallan Tabel 2.1
Daftar Tabel Pertanyaan .................................................... 31
107
Tabel 2.2
Modulus elastis Young berbagai zat.................................. 44
107
Tabel 4.1
Peringkat Nilai Ujian Nasional Tingkat SMA
109
Jawa Tengah ..................................................................... 68 Tabel 4.2
Saran Temen Sejawat dan Revisi...................................... 76
Tabel 4.3
Saran Validator Ahli dan Revisi....................................... 77
Tabel 4.4
Komentar dan Perbaikan Berdasar Saran Uji Coba Terbatas ........................................................................... 79
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Menggunakan Modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas.............................................................. 82
Table 4.6
Ringkasan Hasil Analisis Hasil Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif Sebelum dan Sesudah Menggunakan Modul fisika BerbasisScientific...................................... 84
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ranah Afektif........... 84
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik.................................................................... 85
commit to user xii
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Skema Hasil Belajar ..........…………………….…………
Hal 21
Gambar 2.2
Proses Pendekatan Ilmiah.…………................…………..
21
Gambar 2.3
Tegangan pada benda Elastis …………………………….
42
Gambar 2.4
Tegangan Tarik ...…...………………………...…………
42
Gambar 2.5
Tegangan Tekan ..........................................…………….
42
Gambar 2.6
Regangan ......................……….………….…………….
43
Gambar 2.7
Hukum Hooke .............................…………………..…..
45
Gambar 2.8
Grafik hubungan antara Fdan L ....................................
46
Gambar 2.9
Rangkaian Seri Pegas .......……………………………..
48
Gambar 2.10.
Rangkaian Paralel Pegas ....……………………………
49
Gambar 2.11
Kerangka Berpikir...….………………………………...
56
Gambar 4.1
Histogram Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Menggunakan Modul…….………………......
83
Gambar 4.2
Histogram Nilai Sikap Siswa.....………………………
85
Gambar 4.3
Histogram Nilai Ketrampilan.......…………….……….
86
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Pengungkap Kebutuhan Guru.…………………………….
105
2. Angket Analisis Kebutuhan Guru.…………………………………
106
3. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Guru.…….…………………....
109
4. Angket Pengungkap Kebutuhan Siswa.……..……………………
112
5. Angket Analisis Kebutuhan Siswa.………………………………
113
6. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa.………………………...
115
7. Silabus Mata Pelajaran Fisika ........................................................
117
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .........……………………….
121
9. Instrumen Penilaian Modul Oleh ahli Modul dan Teman Sejawat ……........................................................................
136
10. Hasil Instrumen Penilaian Modul Oleh ahli Modul dan Teman Sejawat................................................................................
142
11. Angket Lembar Respon Siswa.…………………….……….……
148
12. Angket Lembar Respon Guru.....…………………….…………..
150
13. Hasil Uji Statistik .......……………………………….………….
152
14. Foto-foto Penelitian.......................................................................
157
15. Surat Keterangan Penelitian .…………………………..………..
160
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Toriqul Abidin. S831208085. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific Pada Materi Elastisitas di SMA Negeri 2 Purwokerto. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., II: Dra. Suparmi, M.A.Ph.D. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. ABSTRAK Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya, peristiwa, dan gejala-gejala alam. Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran menggunakan pendekatan scientific yang juga dikenal dengan istilah 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Pengembangan bahan ajar yang relevan berdasarkan pendekatan scientific diperlukan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui bagaimana prosedur pengembangan modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas, 2) mengetahui kelayakan modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas, 3) mengetahui efektifitas penggunaan modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas di SMA Negeri 2 Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode Research And Development yang mengacu pada model Four D dari Thiagarajan, dengan tahapan define (Pendefisian), design (Perancangan), develop (Pengembangan), dan desseminate (Penyebaran). Penelitian diawali dengan analisis kebutuhan, kemudian perancangan pembuatan draf modul. Draf modul divalidasi oleh ahli, guru, dan teman sejawat. Hasil revisi berupa draf modul I diujicobakan secara terbatas pada 10 siswa kemudian direvisi menjadi draf modul II. Draf modul II dilakukan uji coba lapangan pada 39 siswa dengan diberikan modul berbasis scientific, kemudian direvisi menjadi modul produk akhir. Modul kemudian disebarkan ke guru fisika SMA melalui MGMP fisika kabupaten Banyumas. Uji coba lapangan menggunakan one group pretest-posttes design. Data hasil belajar pengetahuan dihitung dengan gain ternormalisasi dan diuji dengan uji t dua sampel berpasangan, sedangkan hasil belajar ketrampilan dan sikap dihitung persentase ketercapaiannya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pengembangan modul berbasis Scientific pada materi Elastisitas dilakukan menggunakan model 4D (four-D model) yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (desseminate), (2) hasil pengembangan modul fisika berbasis Scientific pada materi elastisitas layak untuk mendukung pembelajaran pada materi tersebut. Kelayakan modul fisika berbasis Scientific berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan respon siswa yang secara keseluruhan memberikan kategori sangat baik (nilai > 3,51) pada produk pengembangan dan layak digunakan di SMA Negeri 2 Purwokerto, (3) hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 39 siswa adalah 0,5924 dengan kategori “Baik“. Setelah diuji dengan paired sample t-test hasil belajar pengetahuan siswa sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikan dengan nilai rata-rata siswa mengalami kenaikan pada hasil pretes dan postes. Hal ini menunjukkan implementasi modul fisika berbasis scientific pada materi Elastisitas efektif dalam pembelajaran. Kata kunci : Modul, Pembelajaran, Fisika, Scientific, Elastisitas.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Toriqul Abidin. S831208085. 2014. The Development of Scientific-based Physics Teaching Learning Model on Elasticity Materials at SMA Negeri 2 Purwokerto. THESIS. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. Physics Education Department, Graduate School, Sebelas Maret University of Surakarta. ABSTRACT Physics is a science which studies all about nature, the facts, and its phenomenons. In Indonesian Curricullum 2013, it is supposed to use scientific based teaching learning containing of 5Ms, they are Observing, Questioning, Experimenting, Associating, and Communicating. The development of relevant materials using scientific approach is needed to make the teaching learning more meaningful so that the students’ achievement will be optimal. The aims of this research are: (1) to study the procedure of the scientificbased physics module development on Elasticity material, (2) to know how proper the scientific-based physics module on Elasticity material, and (3) to find the effectivity of using the scientific-based physics module on Elasticity material at SMA Negeri 2 Purwokerto. Research and Development method is used in this research refered to Four Ds by Thiagarajan with the stages of defining, designing, developing, and disseminating. The research was started by defining, then designing the module draft. It was started by analizing the needs, then designing the draft of a module. This module draft was validized by the expert, teacher, and the collague. The result was module draft I which was tried out limitedly to 10 students, then it was revised to be module draft II. This module draft II was tried out again to 39 students given scientific-based module, and the result was revised to be the last product of module. The module was distributed to the physics senior high school teachers through Banyumas Physics teacher association. The try-out used one group pretest-posttest design. The data of cognitive assessment was accounted by normalized Ngain, and tested by paired sample T-test, while as psychomotor and affective assessment was accounted through the achievement percentage. From the analysis, the findings are: (1) the development of scientific-based module on Elasticity was done using Four Ds with the stages of defining, designing, developing, and desseminating; (2) the result of scientific based physics module was quite proper to support the material. It was according to the expert, practitioner, and the students’ response entirely gave very good category to the product of the development, and proper to be used at SMA Negeri 2 Purwokerto; and (3) from the normalized N-gain test, it could be seen that the average of the achievement increase from 39 students are 0.5924 with “good” category. After tested by paired sample T-test, the students’ achievement before and after applying the scientific-based module on the Elasticity material was significantly different. The students’ achievement average got better from pre test to post test. It shows that the implementation of scientific-based physics module was effective in the teaching learning.
Key word: Module,TeachingLearning, Physics, Scientific approach, Elasticity.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan suatu bangsa selalu disertai pembangunan bidang pendidikan. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4, menyatakan bahwa guru sebagai tenaga professional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 39 ayat 2, Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
belajar,
melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan, dan mengasosiasi untuk semua mata pelajaran. Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya. Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik karena pembelajaran kurang variatif. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar sendiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Diknas, 2004). Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain. Modul sebagai salah satu media pembelajaran, maka didalamnya harus mengacu pada pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk fisika adalah pendekatan ilmiah. Hal ini sesuai dengan kurikulum baru 2013 yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, Modul dengan pendekatan ilmiah sangat penting untuk dikembangkan. Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berpengaruh cukup besar dalam menunjang pembangunan dan kemajuan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang melibatkan fisika antara lain: alat-alat kedokteran, telekomunikasi, commit to user pelayaran, penerbangan, hiburan, alat-alat kebutuhan rumah tangga yang dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
dari penerapan teori-teori fisika. Betapa pentingnya peranan fisika, maka tugas guru-guru fisika untuk mengembangkan pengetahuan tentang fisika dan penerapannya. Pembelajaransaintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuanmelalui metode ilmiah.Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkanterbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito: 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah cara pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa (Zamroni: 2000; Semiawan: 1998). Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Sehingga pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer: 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Materi elastisitas yang diajarkan pada siswa kelas X MIA semester dua merupakan materi aktual, yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga materi ini sangat penting untuk diajarkan secara optimal, agar dapat menghasilkan konsep yang benar. Akan tetapi masih banyak guru yang menyampaikan materi elastisitas hanya secara teoritas sehingga hasilnya kurang optimal. Bahan ajar yang ada disekolah masih belum mengacu pada kurikulum 2013 yang berbasis pendekatan ilmiah (Scientific Approach).
Pada proses
pembelajaran berbasis scientificmeliputi menggali informasi melaluimengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Modul materi
elastisitas yang berbasis scientifc belum digunakan disekolah-sekolah. Dari uraian diatas maka perlu dikembangkan modul pembelajaran fisika yang berbasis scientificdengan materi elastisitas yang sesuai dengan kurukulum 2013, yaitu dengan berbasis pendekatan ilmiah (Scientific Approach). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan kurikulum baru 2013 yang berbasis pendekatan ilmiah/saintifik, masih kurang diterapkan. 2. Pembelajaran berbasis scientifik yang meliputi : mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan masih jarang digunakan. 3. Modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific masih jarang digunakan dalam proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
4. Materi Elastisitas dalam pembelajaran masih kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah, maka perlu dibatasi masalah pada : 1. Pendekatan scientific pada modul pembelajaran fisika yang dikembangkan adalah adanya lima langkah pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang meliputi : mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. 2. Kelayakan modul pembelajaran berbasis scientific dikembangkan ditinjau dari hasil validisi yang dilakukan oleh 2 ahli, 2 guru fisika SMA, 2 teman sejawat dan respon siswa dari uji coba terbatas. 3. Efektifitas modul pembelajaran berbasis scientific dikembangkan ditinjau dari Ngain prestasi belajar siswa, sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran berbasis scientific. 4. Modul pembelajaran berbasis scientific pada pokok bahasan elastisitas yang dikembangkan akan diimplementasikan di SMA Negeri 2 Purwokerto kelas X MIA. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana prosedur pengembangan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan pada materi elastisitas ? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Bagaimana kelayakan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikanpada materi elastisitas ? 3. Bagaimana efektifitas penggunaan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari
mengamati,
menanya,
mencoba,
menyimpulkan
dan
mengkomunikasikanpada materi elastisitas ? E. Tujuan Pengembangan Tujuan penelitian pengembangan ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengembangan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan pada materi elastisitas. 2. Untuk mengetahui kelayakan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikanpada materi elastisitas. 3. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan modul fisika berbasis scientificyang terdiri
dari
mengamati,
menanya,
mencoba,
menyimpulkan
dan
mengkomunikasikanpada materi elastisitas F. Spesifikasi Produk Produk yangakan dihasilkan berupa modul fisika yang berbasis scientific, disusun secara sistematik, mengacu pada kurikulum 2013. Untuk guru dilengkapai suplemen modul yang berupa RPP, LKS dan penilaian berbasis scientific dalam bentuk cetakan.Bagi peserta didik modul tersebut dapat digunakan sebagai bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
belajar mandiri yang dapat menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasi. Proses pembelajaran disebut scientific jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. 1.
Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. G. Manfaat Pengembangan Manfaat penelitian pengembangan modul fisika berbasis scientificini adalah
: 1. Guru: Dapat menggunakan modul fisika berbasis scientificdalam pembelajaran materi elastisitas. 2. Siswa: Dapat belajar mandiri dan melatih kemampuan berfikir ilmiah dengan menggunakan modul Fisika berbasis scientificmateri elastisitas. 3. Sekolah: Dapat menggunakan materi modul sebagai bahan pembelajaran yang sesuai kurikulum 2013.
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsidan keterbatasan penelitian pengembangan modul fisika berbasis scientific padamaterielastisitas adalah: 1.
Asumsi anggapan dasar yang tidak perlu diuji. a.
Siswa dengan kesadaran tinggi sudah mampu belajar mandiri.
b.
Siswa sudah memiliki kemampuan awal tentang materi elastisitas.
c.
Modul fisika berbasis scientific padamateri elastisitasbelum banyak dikembangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
d.
Sekolah tempat uji coba belum menggunakan modulfisika berbasis scientific padamateri elastisitas.
e.
Pengembangan modulfisika berbasis scientificpada materi elastisitas diharapkan dapat digunakan di Purwokerto dan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan ajar fisika untuk topik atau materi yang lain.
2.
Keterbatasan pengembangan modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas adalah: a. Pengembangan modulfisika berbasis scientific pada materi elastisitassesuai
dengan materi kelas X MIA semester 2 pada kurikulum 2013 yaitu KompetensiDasar :3.6 Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari hari, 4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah dan 4.6 Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan. b. Pengembangan modul fisika berbasis sceintificini dibuat hanya terbatas pada
materi/materi elastisitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Modul Pembelajaran Pengertian modul menurut www.artikata.com, modul adalahkegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran. Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputiserangkaian pengalaman
belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Menurut Nasution (2000:205) bahwa: "Pembelajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang menghubungkan keuntungan dari berbagai pembelajaran individuat lainnya seperti; tujuan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur, belajar menurut kecepatan masing-masing, feedback yang banyak. Dalam pcmbelajaran modul siswa diberi kesempatan untuk belajar menurut cara masing-masing menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah-masalah tertentu, berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing". Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27) sebagai berikut: a. Bersifat self-instructional. Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pelajaran.Sementara, pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif belajar. b. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh siswa secara perorangan.Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
c. Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit. Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan mereka tentang apa yang diharapkan. d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan belajar secara teratur. e. Penggunaan berbagai macam media (multi media) Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau televisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
f. Partisipasi aktif dari siswa Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang tinggi. g. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar, dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah disediakan. h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi, sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
2. Hakikat Fisika Arti
fisika
menurut
situs
wikipedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika,adalahFisika (bahasa Yunani: φυσικός (fysikós), "alamiah", dan φύσις (fýsis), "alam") adalah sains commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
atau ilmu tentang alalm dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentangmolekul dan zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika. Fisika
juga
berkaitan
erat
dengan matematika. Teori fisika
banyak
dinyatakan dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan pemerian dunia material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika, yakni fisika matematis, yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori fisika. Fisika adalah salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga hakkekat Fisika sama dengan IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan dari berbagai fenomena alam yang terjadi. commit to user Trianto (2012:136) mengatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
“IPA adalah suatu kumpulan teori yang sispokok bahasan tis, penerapannya secara umum, terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya”. Dengan demikian Fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya.Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menjelajahi dan memahami fenomena alam sekitar secara ilmiah. IPA memiliki dimensi sikap ilmiah (scientific attitude), proses ilmiah (scientific process), dan produk ilmiah (scientificproduct), berupa pengetahuan. Karena itu, tujuan pembelajaran IPA tidak sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi harus melatihkan berbagai keterampilan proses dan menumbuhkan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA juga harus mampu menumbuhkan kreativitas (creativity) dan memberikan perhatian pada terapan IPA dalam kehidupan sehari-hari (application) (Carin, 1997; Yager, 1996). a. Fisikasebagai Sikap Ilmiah Adalah sikap-sikap yang melandasi proses fisika yang meliputi sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis terbuka, disiplin, teliti yang saat ini dikenal dengan nilainilai karakter fisika. Berkaitan dengan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.Membangkitkan rasa ingin tahu siswa menjadi sangat penting, karena sesungguhnya proses penyelidikan, penelitian dan pengembangan di semua bidang adalah didorong rasa ingin tahu yang besar, commit to user bertanya-tanya dan melakukan pengamatan untuk memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
b.
Fisikasebagai Proses Ilmiah Kemampuan inkuiri dan ketrampilan proses fisika adalah merupakan
hakekat fisika yang harus dipahami guru-guru fisika.Hal ini terkait dengan cakupan fisika sebagai proses dan bukti bahwa fisika tidak hanya merupakan kumpulan fakta, konsep, hukum dan teori saja tetapi merupakan menggunakan kemampuan dasar untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena alam. Keterampilan proses
yang
harus dilatihkan melalui
pembelajaran
fisika,
antara lain:
mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan (observasi), menyusun hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan merumuskan simpulan. Latihan keterampilan proses dapat mengembangkan sikap dan nilai, antara lain: rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, skeptis, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Proses-proses tersebut merupakan proses ilmiah yang dalam fisika disebut ketrampilan proses fisika. c. Fisikasebagai Produk Ilmiah Kumpulan informasi, atau fakta tentang gejala-gejala alam yang dihasilkan dari proses ilmiah dengan dilandasi sikap-sikap ilmiah adalah hakekat IPA sebagai produk. Produk pengetahuan baik pengetahuan faktual, prosedural, maupun konseptual meliputi prinsip, hukum, dan teori. Susilowati (2009) menjabarkan beberapa indikator IPA sebagai produk dalam
pembelajaran
yaitu:
(1)
adanya
kegiatan
menginformasikan
atau
menunjukkan IPA sebagai produk merupakan hasil kerja dari ilmuwan, (2) adanya kegiatan yang mengajak siswa mempelajari cara berpikir dan bekerja ilmuwan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
sampai menghasilkan produk IPA, (3) adanya kegiatan penggunaan data untuk menjelaskan fenomena dan (4) adanya kegiatan yang menginformasikan bahwa IPA telah berdampak pada teknologi. 3. Pendekatan Berbasis Saintifik (Sceintific Approach) a.
Esensi Pendekatan Ilmiah Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat
fenomena
umum
untuk
kemudian
menarik
simpulan
yang
spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis. b.
Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (Saintifik) itu lebih efektif
hasilnya
dibandingkan
dengan
pembelajaran
tradisional.
Hasil
penelitian
membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (saintifik), retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. 1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpangcommit dari alur berpikir logis. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. c.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA
atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau commit to user materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Gambar 2.1. Hasil Belajar
Gambar 2.2. Proses Pendekatan Ilmiah
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu
menggunakan pendekatan commit to user
ilmiah.Pendekatan
ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
(scientificappoach)
dalam
pembelajaran
sebagaimana
dimaksud
meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini. 1) Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini. a)
commit to user Menentukan objek apa yang akan diobservasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
b)
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c)
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d)
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e)
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f)
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Kegiatan observasidalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan pesertadidik dalam observasi tersebut. a)
Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
b) Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa, padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan commityang to user pelaku, objek, atau situasi diamati. Namun demikian, berbeda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi. c) Observasi
partisipatif
(participant
observation).
Pada
observasi
partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini. a)
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
b) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan. c)
Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2) Menanya Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciriciri kalimat efektif! a)
Fungsi bertanya 1.
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta commit to user mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
3.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
b) Kriteria pertanyaan yang baik 1.
Singkat dan jelas.Contoh: “(1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi
muda
terjerat
kasus
commit to user
narkotika
dan
obat-obatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
terlarang?”Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama. 2.
Menginspirasi jawaban.Contoh: “Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?”Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
3.
Memiliki fokus.Contoh: “Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan?”Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masingmasing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan
yang luas
seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: “Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?”.Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan. 4.
Bersifat probing atau divergen.Contoh: “(1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar?(2) Mengapa peserta didik
yang
sangat
malas belajar commit to user
cenderung
menjadi
putus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
sekolah?”Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik denganYa atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama. 5. Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. 6.
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
7.
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif
yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya. 8.
Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam
kaitan
ini,
setelah
menyampaikan
pertanyaan,
guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul. c)
Tingkatan Pertanyaan Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk
memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Tabel 2.1. Daftar Tingkat Pertanyaan Tingkatan Kognitif yang lebih rendah
Subtingkatan Pengetahuan (knowledge)
Kata-kata kunci pertanyaan Apa... Siapa... Kapan... Di mana... Sebutkan... Jodohkan atau pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... Berilah nama... Dll.
Pemahaman (comprehension)
Terangkahlah... Bedakanlah... Terjemahkanlah... Simpulkan... Bandingkan... Ubahlah... Berikanlah interpretasi...
Penerapan (application
Gunakanlah... Tunjukkanlah... Buatlah... Demonstrasikanlah... Carilah hubungan... Tulislah contoh... Siapkanlah... Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih tinggi
Analisis (analysis)
Analisislah... Kemukakan bukti-bukti… Mengapa…
commit to user
Identifikasikan…
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Tingkatan
Subtingkatan
Kata-kata kunci pertanyaan Tunjukkanlah sebabnya… Berilah alasan-alasan…
Sintesis (synthesis)
Ramalkanlah… Bentuk… Ciptakanlah… Susunlah… Rancanglah... Tulislah… Bagaimanakita dapat memecahkan… Apa yang terjadi seaindainya… Bagaimana kita dapat memperbaiki… Kembangkan…
Evaluasi (evaluation)
Berilah pendapat… Alternatif mana yang lebih baik… Setujukah anda… Kritiklah… Berilah alasan… Nilailah… Bandingkan… Bedakanlah…
3) Menalar a) Esensi Menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah
commit to userdalam yang dianut
Kurikulum
2013
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwaperistiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini. 1.
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2.
Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3.
Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4.
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5.
Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6.
Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8.
Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
d)
Cara menalar Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Penalaran induktif merupakan commit to user cara menalardengan menarik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik. e)
Analogi dalam Pembelajaran Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali
menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan. Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. f)
Hubungan Antarfenomena Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut. 4) Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsepkonsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya commitakan to user merumuskan tujuan eksperimen yanga dilaksanakan murid (2) Guru bersama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
murid
mempersiapkan
perlengkapan
yang
dipergunakan
(3)
Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini. a)
Persiapan 1.
Menentapkan tujuan eksperimen
2.
Mempersiapkan alat atau bahan
3.
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
4.
Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
5.
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal to user yang dilarang atau commit membahayakan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
b) Pelaksanaan 1.
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.
2.
Selama
proses
eksperimen
atau
mencoba,
guru
hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi
dan
memecahkan
masalah-masalah
yang
akan
menghambat kegiatan pembelajaran. c)
Tindak lanjut 1.
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
2.
Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
3.
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
4.
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen.
5.
Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan
5) Pembelajaran Kolaboratif atau Mengkomunikasikan Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama commit to usersebagai struktur interaksi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.Jika
pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah
peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama. Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif. a) Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif,
peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai
dan
membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi commit to user instruksi dan mengawasi secara rijid.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
b) Berbagi tugas dan kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna. c) Gurusebagaimediator.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara.Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar. d) Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangatpenting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta didikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi,serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik. Menurut permen no 81A lampiran IV tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pembelajaran, langkah mengkomunikasikan merupakan kegiatan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan analisis secara lisan, commit to user tertulis, atau media lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
6. Materi Ajar
ELASTISITAS a. Pengertian Elastisitas Kelentingan atau elastisitas merupakan sifat benda pada umumnya, sehingga benda itu akan mengalami suatu perubahan bentuk apabila padanya bekerja gaya. Kelentingan dibedakan : 1) Lenting sempurna / elastis Suatu benda dikatakan elastis, jika benda tersebut kembali pada bentuknya semula apabila gaya yang bekerja pada benda itu dihentikan. Contoh: pegas baja, karet, lidi, kayu, beberapa logam untuk strains kecil, dan lain-lain. 2) Lenting sebagian / Plastis Suatu benda dikatakan plastis, apabila bentuk benda berubah dari bentuk semula tetapi tidak sempurna, hanya sebagian saja. Contoh : nylon, plastisin, kayu, dan lain-lain. Untuk pengujian sifat-sifat bahan, dalam bidang teknik dikenal adanya istilah tegangan/tensil (stress) dan regangan/geliat (Strain) b. Teganan/Stress Sebuah benda elastis dengan luas penampang A ditarik atau ditekan dengan gaya F, maka benda mengalami tegangan (stress), yang didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya (F) yang bekerja pada benda dengan luas penampangnya (A). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
gaya F luas A
L
L
F
AA
Gambar 2.3. Tegangan pada benda elastis Apabila gaya normal (Fn) pada permukaan bidang berupa gaya tarik maka tegangannya disebut tegangan tarik atau tensile stress. F
F
Gambar2.4. Tegangan tarik padabenda elastis Apabila gaya normal (Fn) merupakan gaya tekan, maka tegangan normal disebut tegangan tekan atau compressive stress. F
F
Gambar 2.5 Tegangan tekan pada benda elastis c. Regangan / Strain Benda-benda yang dalam keadaan tegangan tarik maupun yang sedang mengalami tegangan tekan akan mengalami pula perubahan bentuk dan dimensi. Benda elastis/kenyal (= pegas) yang mula-mula panjangnya L0 ditarik sehingga bertambah panjang sebesarL, pegas mengalami regangan (e = regangan jenis) yang didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang benda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
(L) terhadap panjangnya mula-mula (Lo). Besarnya regangan (e) secara matematis dapat dinyatakan:
Gambar 2.6. Regangan
e=
d.
perubahan panjang L0 panjang awal L0
Modulus Elastisitas/Young Modulus kelentingan adalah perbandingan antara tegangan (stress) dengan
regangan yang bersangkutan (strain). Sifat-sifatnya : 1) Konstan, selama tidak melewati batas kelentingan atau limit elastik dari benda. 2) Karakteristik untuk setiap benda, sesuai hukum Hooke yang mengatakan bahwa regangan adalah fungsi linier dari regangan jenisnya. Modulus kelentingan linier atau modulus Young (= E)
Didefinisikan sebagai:E =
tegangan stress commit to user regangan strain
e
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
dengan : =
F L dan e = A L
maka E dapat diubah :
E=
tegangan regangan
F stress = A FL L strain e L . A L
Satuan E : gaya per satuan luas
N N m 2 = pascal = Pa 2 m Tabel 2.2 Modulus elastis Young berbagai zat Zat Besi Baja Perunggu Aluminium Beton Batu bara Marmer Granit Kayu (Pinus) Nilon Tulang muda
Modulus elastis Young E (N/m2) 100 x 109 200 x 109 100 x 109 70 x 109 20 x 109 14 x 109 50 x 109 45 x 109 10 x 109 5 x 109 15 x 109
Sumber : College Physics, Serway R.A, Faughn J.S
e. Hukum Hooke Sebuah pegas ditarik dengan gaya F, maka pegas akan bertambah panjang. Bila gaya tarik tidak melewati batas e elastisitasnya pegas, maka gaya tarik yang diberikan sebanding dengan perubahan panjang commit to userpegas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
L0
LtLt
F
F(gaya tarik)
Lt
l F(gaya tekan) l
Gambar 2.7. Hukum Hooke
Gaya tarik atau gaya tekan pegas (F) adalah : - sebanding dengan tetapan pegas (k) - sebanding dengan perubahan panjang (L) L
F
Hubungan antara F-L Dari grafik di atas, maka Hooke menyatakan hubungan antara besar gaya (F) dengan pertambahan panjang benda (L) adalah:
F = -k. L Tanda minus (-) menyatakan arah gaya pegas F berlawanan arah dengan arah simpangan. 3.1.7
commit to user
Tekanan, geliat hidrolik, dan modulus bongkahan (pengayaan)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
f. Energi Potensial Pegas ( Ep) Untuk menarik pegas sehingga bertambah panjang l, diperlukan usaha (W). Usaha ini disimpan oleh pegas dalam bentuk energi potensial pegas (Ep). Besarnya energi potensial pegas oleh sebuah gaya F sehingga bertambah panjang l, dapat dihitung dari grafik F-l F
O
simpangan
ΔL
Gambar 2.8. Grafik hubungan antara Fdan L Usaha : W = Ep = luasan yang bentuk pada grafik F-L W = ½ F.L W = ½ k L2 = ½ k L22 - ½ k L12 W = Ep2 – Ep1 keterangan :
Ep = ½ k L2
Ep = energi potensial elastik (joule) k = konstanta pegas (Nm-1) L = pertambahan (perubahan) panjang (m) Energi potensial elastik dapat dijumpai pada pegas, ketapel, busur panah, dll. Ketapel jika diregangkan (tidak melampaui batas elastisitasnya) dapat melempar batu. Dengan kata lain, energi potensial elastik diubah menjadi energi kinetik batu.
commit to user Ep elastik = Ek batu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
1 2
1 2
kx 2 m v 2 k.x2 = m.v2 v2 =
v=
k x2 m
k x2 m
dari persamaan di atas, nilai k adalah konstanta gaya ketapel (N.m-1), x adalah pertambahan panjang (m), m adalah massa benda yang dilemparkan (kg), dan v adalah kecepatan lepas batu dari ketapel (m.s-1). g. Susunan Pegas 1) Susunan Seri Dua buah pegas dengan konstanta k1 dan k2 disusun secara seri, maka akan diperoleh konstanta pegas gabungan (ks) dapat diperoleh sebagai berikut : Gaya F1 menarik pegas 1 dan gaya F2 yang menarik pegas 2 yang terletak pada satu garis kerja maka besarnya akan sama, sehingga dapat dinyatakan : F1 = F2 = F dan l1 +l2 = l sehingga,
F F F k1 k 2 ks 1 1 1 k1 k2 ks maka konstanta pengganti dari pegas disusun seri yang terdiri darin pegas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
1 1 1 1 .... atau ks = ks k1 k 2 kn
Gambar 2.9. Rangkaian Seri Pegas
2) Susunan Paralel/Berjajar Dua buah pegas dengan konstanta k1 dan k2 disusun secara parallel, maka akan didapatkan konstanta pegas gabungan kp.Pegas disusun parallel ditarik dengan sebuah gaya F sehingga terjadi pertambahan panjang l, yang besar pertambahan panjang masing-masing pegas sama besar. l1 =l2 = lp Sedangkan besar gaya pada masing-masing pegas adalah jumlah total dari besar gaya masing-masing pegas, dapat dinyatakan dengan : F = F1 + F2 dan F = k.l kp.lp = k1.l1 + k2.l2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
k1 F k2
Gambar 2.10.Rangkaian Parallel Pegas
kp = k1 + k2 Jadi pegas terdiri n disusun parallel, mempunyai konstanta gabungan : kp = k1 + k2 + . . . . + kn atau kp = n k
7. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Menurut Zaenal Arifin (1990:2) prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam berbagai bidang itu prestasi diartikan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1998:112) bahwa hasil balajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotorik.Prestasi belajar atau hasil belajar haruslah mencerminkan tiga aspek atau tujuan belajar itu.Selain itu Saefuddin Azwar commit (2002: to9)user secara implisit menyebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
prestasi belajar adalah performal maksimal seseorang dalam menguasai bahanbahan atau materi yang telah diajarkan. Menurut Winkel W (1996:102) bahwa prestasi belajar adalah setiap kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar.Dari aspek kognitif, hasil belajar nampak dalam suatu prestasi yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka sebagai bentuk perwujudan dari hasil belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 176) bahwa secara umum kegiatan belajar meliputi fase-fase sebagai berikut : (1) Motivasi, yang berarti siswa sadar mencapai tujuan dan bertindak mencapai tujuan belajar, (2) Kosentrasi, yang berarti siswa memusatkan perhatian pada bahan ajar, (3) Mengolah pesan, yang berarti siswa mengolah informasi mengambil makna tentang apa yang dipelajari.
(4)
Menyimpan, yang berarti siswa menyimpan informasi dalam ingatan, perasaan dan kemampuan motorik, (5) Menggali, menggunakan hal yang dipelajari yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah. (6) Prestasi, bahan ajar untuk kerja, (7) Umpan balik, pembenaran hasil belajar. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999 : 238) menyatakan prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
yang
dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar adalah: (1) sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3) konsentrasi belajar, (4) kemampuan mengolah bahan belajar, (5) kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, (6) kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, (7) kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar, (8) rasa percaya diri siswa,
intelegensi, keberhasilan dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor-faktor ekstern commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: (1) guru sebagai pembimbing belajar siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran, (4) kebijakan penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan sosial siswa. Menurut Nana Sudjana (1996: 6) ada dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dari dalam diri siswa(internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).Faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan kebebasan belajar. Faktor yang berasal dari luar individu adalah faktor lingkungan belajar terutama kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran merupakan tinggi rendah atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor. Dan dari pendapat diatas juga dapat disimpulkan bahwa faktor intern dan ekstern dalam pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran dalam membantu siswa mencapai prestasi belajar yang optimal. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu.Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
yang telah dicapai siswa dalam pembelajaran Fisika menggunakan modul fisika berbasis sceintifik pada materi elstisitas.
B. Penelitian yang relevan. 1.
Dwi Fista Setyo Putri (2013) menyimpulkan modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan fluida efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.
Nuryani
Y.
Rustaman
(2011)
menyimpulkan
bahwa
studi
tentang
pembangunan karakter dapat ditinjau dari berbagai aspek, di antaranya melalui pembelajaran bidang studi tertentu, melalui pengembangan kemampuan berpikir; mengintegrasikan domain kognitif, afektif dan psikomotor; memfokuskan pada ipteks dan imtaq, dan pengembangkan sikap ilmiah. Pembangunan karakter melalui pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu alternatif dalam pendidikan IPA. Oleh sebab itu penulis akan mengembangkan modul fisika berbasis scientifik. 3.
Sungkono(2009) menyimpulkan bahwakompetensi mengembangkan bahan ajar khususnya modul perlu dimiliki guru, mengingat dengan bahan ajar akan lebih mengefektifkan dan mengefiensiensikan proses pembelajaran. Sejalan dengan ini penulis akan mengembangkan modul IPA terpadu berbasis HOTS pada pokok bahasan energi.
4.
R.Rosnawati (2009) menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran mapokok bahasan tika, tetapi keterampilan yang harus dilatihkan guru pada siswa, siswa tidak otomatis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
memiliki keterampilan ini. Seperti halnya keterampilan yang lain, siswa perlu mengulang keterampilan berpikir melalui latihan yang intensif .Dengan tahapan pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran siswa akan memudahkan guru untuk mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Enam tahapan aktivitas yang harus dilalui siswa agar dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi siswa adalah : 1) menggali informasi yang dibutuhkan; 2) mengajukan dugaan; 3) melakukan inkuiri; 4) membuat konjektur; 5) mencari alternatif;6) menarik kesimpulan. Kelemahannya ini belum dituangkan dalam bentuk bahan ajar modul. Maka dalam hal ini penulis akan mengembangkan modul yang mampu melatihkan pada peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. 5.
E.Rachel Patricia B.Ramiez (2007)menyimpulkan dalam penelitiannya tentang efekdari aktivitaskreatif terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMA.Ternyata tidak ada perbedaan signifikan antara kelas yang yang diberi kegiatan kreatif (ICA) dan kelas tanpa kegiatan kreatif ( INCA). Selain itu, nilai rata-rata gain score yang diperoleh juga memiliki perbedaan yang tidak berarti dari kedua kelompok. Kelemahannya kegiatan kreatif belum dituangkan pada bahan ajar modul, maka penulis akan mengembangkan modul yang mampu melatihkan pada peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.
6.
Eka Sastrawati, Muhammad Rusdi, Syamsurizal (2011) menyimpulkan bahwa penerapan penggunaan model PBL memberi pengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang diajar dengan model PBL lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Kelemahannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
kegiatan pembelajaran model PBL belum dituangkan pada bahan ajar modul, maka penulis akan mengembangkan modul yang mampu melatihkan pada peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. 7.
Lewy,Zulkardi, dan Nyimas Aisyah(2009)menyimpulkan bahwa prototype perangkat soal yang dikembangkan telah memiliki potensial efek ini terlihat dari hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa 35,59 katagori baik. Selanjutnya penulis akan mengembangkan bahan ajar modul fisika yang mampu melatihkan pada peserta didik untuk terampil berpikir tingkat tinggi.
8.
Poppy Kamalia Devi (2011) menyimpulkan bahwauntuk melaksanakan penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk soal-soal yang mengembangkan HOTS. Kelemahannya tidak dikembangkan bahan ajar yang mampu melatih peserta maka penulis akan mengembangkan modulfisika yang mampu melatihkan pada peserta didik untuk terampil berpikir tingkat tinggi.
9.
Izaak H. Wenno (2010) dalam pengembangan model modul ipa berbasis problem solving method berdasarkan karakteristik siswa dalam pembelajaran di SMP/MTs
menyimpulkan bahwa The research
subjects comprised
students, teachers, and principals. The data were collected through observations and interviews and analyzed using the descriptive technique. The results show that the module models, namely experiment and non-experiment student work sheets based on the problem solving method, and the evaluation sistem in science learning can be used as an alternative. 10. Harto Nuroso dan Joko Siswanto (2010) dengan judul model pengembangan modul ipa terpadu berdasarkan perkembangan kognitif siswa menyimpulkan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
(1) perkembangan kognitif (kemampuan berpikir abstrak) siswa-siswi SMP di Kota Semarang rata-rata masih rendah, (2) kemampuan berpikir abstrak rendah menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar IPA, (3) telah berhasil didesain model pengembangan modul IPA terpadu berdasarkan perkembangan kognitif siswa yang langkah-langkahnya terdiri dari penentuan mata pelajaran yang menjadi objek pengembangan, analisis kebutuhan modul, penyusunan dan pengembangan draft modul IPA terpadu, tinjauan ahli dan uji coba. Maka penulis akan mengembangkan modul yang mampu melatihkan pada peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. C. Kerangka Berpikir Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan scientific (Sceintific Approach) penting dilakukan, karena dengan adanya modul ini maka akan diketahui teknik pembelajaran fisika yang sesuai dengan kurikulum 2013. Pembelajaran yang mengacu pada siswa sebagai subyek bukan sebagai obyek. Modul pembelajaran fisika berbasis scientificpada pokok bahasan elastisitas di SMA N 2 Purwokerto, yang dikembangkan juga dapat digunakan oleh guru-guru fisika sebagai pegangan dalam menyampaikan materi elastisitas. Setelah dianalisis kelayakan dan efektifitasnya maka produk modul fisika berbasis scientific disebarkan kepada pokok bahasan n guru Fisika MGMP untuk digunakan dalam pembelajaran fisika dikelasnya.Bagan kerangka berpikir dalam penelitian pengembangan ini seperti terlihat pada gambar: 1. Pembelajaran fisika di SMAbelum dilaksanakan secara scientific sesuai tuntutan kurikulum. commit sceintific. to user 2. Kurangnya bahan ajar fisika yang berbasis 3. Ketrampilan menyelesaikan masalah, siswa SMA masih rendah. 4. Proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengamati, menanya, menalar, mencoba, danmengkomunikasikan masih kurang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Gambar 2.11. Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and development / R&D). Pendekatan penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produkproduk yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul fisika berbasis scceintificdengan materi elastisitas. Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul fisika ini adalah merupakan adaptasi model 4-D (four-D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan (1974: 5). B. Prosedur Pengembangan Langkah-langkah pengembangan modul fisika ini menggunakan model 4D. Model 4-D meliputi define, design, develop, and dessiminate atau juga sering dikenal dengan model 4-P yaitu pendifinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Pemilihan model 4-D untuk mengembangkan modul fisika dengan alasan sebagai berikut : 1. Model pengembangan runtut dan sederhana sehingga praktis untuk dilaksanakan. 2. Adanya tahap validasi dan uji coba perangkat mejadikan produk yang dihasilkan lebih baik. 3. Langkah – langkah pengembangan logis. Langkah – langkah pengembangan model 4-D dapat dilihat pada gambar 3.1. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Gambar 3.1 : Langkah-langkah pengembangan modulfisika Pra Penelitian Analisis siswa,kurikulum dan materi
Pendefinisian
Tujuan Pembelajaran Pemilihan Model Keterpaduan yang sesuai materi Perencanaan Desain awal modul fisika berbasis sceintifik
Draft I
Validasi Ahli(Dosen Pembimbing,Ahli Kurikulum,Peer review)
Revisi I
Pengembangan
Uji Coba kecil
Draft II Draft III
Revisi II Analisis Hasil
Uji Coba di kelas
Revisi III Modul Fisika Berbasis Sceintific
Penyebaran
Analisis implementasi Modul di beberapa sekolah anggota MGMP commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
1. Define ( Pendefinisian ) Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam kontek pengembangan modul fisika tahap pendifinisian dilakukan dengan cara : a. Analisis kurikulum. Pada tahap awal peneliti mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat ini, menganalisis kompetensi apa yang dituntut kurikulum untuk diselesaikan. Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat dikembangkan bahan ajarnya. b. Analisis karakteristik peserta didik. Dalam mengembangkan bahan ajar, karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. c. Analisis materi Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan dan menyusunnya kembali secara sispokok bahasan tis. d. Merumuskan tujuan Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu.Hal ini berguna untuk membatasi agar tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat menulis bahan ajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
2. Design ( Perancangan ) Tahap perancangan dalam penyusunan modul fisika ini meliputi kegiatan menganalisis standar isi dari masing-masing bidang kajian fisika, menentukan pokok bahasan , menyusun matrik hubungan KI, KD dan Indikator dari bidang kajian fisika, membuat jaringan topic atau indicator , menentukan alur indicator dari keseluruhan indicator bidang kajian yang akan dipadukan. Dalam tahap perancangan ini akan menghasilkan produk awal (prototype) modul fisika. Sebelum rancangan modul dilanjutkan ke tahap berikutnya maka rancangan modul tersebut perlu divalidasi.Validasi produk modul dilakukan oleh 2 dosen ahli, 2 guru fisika SMA dan teman sejawat.Berdasarkan masukan dan saran dari validator tersebut rancangan modul diperbaiki sesuai dengan harapan. 3. Develop ( Pengembangan ) Tahap
pengembanganini
merupakan
tahap
yang
bertujuan
untuk
menghasilkan modul fisika berbasis sceintific. Tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul. Kegiatan pengembangan dlakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Validasi model atau draft oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan modul dan perangkat pembelajarannya. b. Revisi model atau draft berdasar masukan para pakar saat validasi. c. Uji coba terbatas kepada guru-guru fisika danpeserta didik sebagai pengguna produk untuk mendapat masukan dan sarannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
d. Revisi model berdasar hasil uji coba. e. Implementasi modul pada wilayah yang lebih luas, untuk di uji efektivitas modul yang dikembangkan. Apabila hasil belajarpostes yang menggunakan modul lebih bagus daripretesmaka dapat dikatakan modul itu efektif digunakan. 4. Disseminate ( Penyebarluasan ) Tahap penyebarluasan pengembangan modul fisika dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar modul sisika melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru MGMP dan peserta didik.
C. Uji Coba Produk Desain uji coba produk bertujuan untuk mendapatkan umpan balik secara langsung dari pengguna tentang kualitas modul fisika yang dikembangkan.Uji coba produk berupa modul fisika ini telah divalidasi oleh ahli modul, dosen pembimbing, guru fisika dan peserta didik.Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan masukan, saran, perbaikan
yang membangun dalam
merevisi
modul
fisika
yang
dikembangkan, sehingga modul dapat dinilai kelayakannya.
D. Desain Penelitian Desain penelitian sangat diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam pengembangan modul fisika ini adalah Randomized Control-Group Pretest-Postest. Desain Randomized Control-Group Pretest-Postest secara bagan dapat dilihat pada table dibawah ini : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Desain Penelitian
Kelas Treatment ( KT )
Pre-test
Treatment
Post-test
T1
X
T2
Keterangan : X = Pembelajaran fisika menggunakan modul fisika hasil pengembangan T1 = Tes kemampuan awal T2 = Tes hasil belajar fisika Kelas treatment adalah kelas yang pembelajaran diberi perlakuan dengan menggunakan modul fisika berbasis sceintifik.
E. Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian pengembangan ini adalah : 1. Untuk menguji kelayakan modul fisika dilakukan uji coba terbatas pada 10 siswa kelas X MIA SMAN 2 Purwokerto 2. Untuk mengetahui keefektifan modul fisika,diujicobakan pada kelompok eksperimen dan dibandingkan nilai N-gain dari pretes dan postes pada kelas X MIA 7 SMAN 2 Purwokerto.
F. Jenis Data Jenis data dalam penelitian pengembangan ini adalah data primer dan data sekunder.Jenis data primer dalamcommit penelitian ini adalah validasi modul fisika dari to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
ahli, guru fisika dan teman sejawat.Data tersebut berupa instrumen penilaian silabus, RPP, materi modul, soal tes.Jenis data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dari kelompok eksperimen. G. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) lembar validasi modul, (2) angket respon siswa terhadap modul, dan (3) tes hasil belajar. Adapun rincian instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam uji coba sebagai berikut: 1. Lembar validasi modul Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian dari para ahliterhadap modul. Hasil penilaian ini dijadikan dasar untuk perbaikan modul sebelum diujicobakan. 2. Angket respon siswa Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran fisika dengan modul fisika. Pengisian angket ini dilakukan setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran 3. Tes Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir .Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan modul fisika.Data ini digunakan untuk mengetahui efektifitas modul fisikayang digunakan. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
1. Analisis Angket Dari analisis angket dapat diketahui respon dari guru fisika atau siswa yang menggunakan modul fisika. Analisis data tersebut dilakukan secara diskriftif dengan menentukan presentase sub variable menurut persamaan berikut : Ps =
x 100 %
Keterangan : Ps = Persentase sub variable S = jumlah nilai tiap sub variable N = jumlah skor maksimum Katagori : No
Rentang skor
Katagori kualitas
1
0 % ≤ Ps ≤ 25 %
Tidak baik
2
26 % ≤ Ps ≤ 50 %
Kurang baik
3
51 % ≤ Ps ≤ 75 %
Cukup baik
4
76 % ≤ Ps ≤ 100 %
Baik
( Sutardi, 2008: 55 ) 2. Analisis Data Tes Analisis data hasil tes yang digunakan adalah penguasaan konsep fisika yang diukur dengan pretest dan postest untuk memperoleh skor N-Gain dengan persamaan gain ternormalisasi Hake sebagai berikut : G= Keterangan : G = gain ternormalisasi S.pretest = nilai pretest commit to user S.postest = nilai posttest
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
S.mak
= nilai maksimum
Setelah ini kemudian hasilnya dianalisis dengan uji normalitas dan homoginitas.Uji perbedaan dua rerata menggunakan uji t-test untuk menguji keefektifan penguasaan konsep siswa melalui modul fisika berbasis sceintifik antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji t-test tersebut adalah : t=
(
)
(
)
Keterangan :
(
)
t = nilai t hitung X1 = nilai rata-rata kelompok 1 X2 = nilai rata-rata kelompok 2 S1 = varian kelompok 1 S2 = varian kelompok 2 n1 = banyaknya sampel kelompok 1 n2 = banyaknya sampel kelompok 2 Dengan taraf signifikasi 5 %, dengan hipotesis sebagai berikut : Ho = efektivitas penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fisikasama / seefektif dengan
penguasaan
konsep
siswa
pada
pembelajaran
fisika
konvensional/terpisah. Ha = efektivitas penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fisikasama / berbeda dengan
penguasaan
konsep
siswa
konvensional/terpisah. commit to user
pada
pembelajaran
fisika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengembangan Deskripsi data disajikan untuk menjelaskan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas.Penyusunan modul pembelajaran fisika berbasis scientific mengacu pada silabus, RPP, dan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum 2013.Data efektivitas modul hasil pengembangan dalam pembelajaran, berupa hasil belajar kognitif. Pengembangan modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitasmenggunakan model desain pengembangan Thiagarajan yang telah
diadopsi oleh Endang Mulyatiningsih (2012:195) yaitu model 4D yakni Define, Design, Develop, dan Disseminate. Data hasil proses pengembangan modulfisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas
sesuai tahapan 4D adalah sebagai
berikut: A. Tahap Pendefinisian (Define) Analisis Pra Penelitian Analisis pra penelitian dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan observasi lapangan.Studi kepustakaan dilakukan melalui kajian kurikulum yang berlaku.Kurikulum 2013 yang baru diterapkan, menuntut agar pembelajaran dilakukan melalui pendekatan berbasis scientific, yaitu suatu pendekatan pembelajaran fisika yang menggunakan sintak-sintak/tahapan-tahapan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Kajian kurikulum commit to user berguna untuk menetapkan jenis modul yang akan dikembangkan. Selain itu studi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
kepustakaan dilakukan untuk mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan scientific aproach agar prestasi belajar siswa meningkat. Hasil observasi lapangan di SMA N 2Purwokerto adalah sebagai berikut: 1) laboratorium fisika sudah ada dan didukung dengan peralatan yang memadai, 2) perpustakaan sekolah nyaman, mendukung proses pembelajaran dan dilengkapi buku-buku untuk semua mata pelajaran, 3) buku di perpustakaan sekolah berupa buku dari penerbit bukan hasil pengembangan guru, 4) sebagian siswa memiliki buku dari penerbit, tetapi belum sesuai dengan kurikulum 2013. 5) modul fisika belum ada di perpustakaan, 6) buku-buku yang tersedia di perpustakaan belum ada yang berbasis scientific, 7) buku-buku yang tersedia di perpustakaan belum ada yangmenggunakan kurikulum baru 2013. Analisis Peserta didik Kondisi siswa SMA N 2Purwokerto secara umum adalah anak-anak pilihan, hal ini disebabkan SMA N 2 Purwokerto merupakan sekolah favorit di kabupaten Banyumas.Siswa di SMA N 2Purwokerto mempunyai prestasi belajar yang cukup bagus untuk semua mata pelajaran pada Ujian Nasional.Untuk nilai Ujian Nasional mata pelajaran fisika, beberapa tahun belakang sering menduduki peringkat 1 kabupaten, akan tetapi untuk tingkat provinsi masih tertinggal dari SMA diluar kabupaten Banyumas. Hasil analisis peserta didik lainnya adalah sebagai berikut: 1. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah, karena pembelajaran menggunakan metode konvensional yang berpusat pada guru atau teacher center. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
2. Sebagian besar siswa berasal dari luar kota Purwokerto, sehingga jauh dari pengawasan orang tua. 3. Siswa belum melakukan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan, yang sesuai dengan kurikulum 2013. 4. Siswa
kesulitan
memecahkan
masalah-masalah
yang
rumit
yang
berhubungan dengan aplikasi atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Siswa membutuhkan bahan ajar alterntif yang dapat digunakan untuk mempelajari konsep elastisitas secara lebih mudah dan menarik. Hasil angket analisis kebutuhan siswa,memberikan petunjuk bahwa: 1) Sebagian siswamemiliki buku teks atau buku pegangan lain untuk belajar materi elastisitas
2) Siswa tidak mencari bahan lain selain buku dari sekolah untuk membantu anda dalam memahami elastisitas. 3) Siswa mengalami kesulitan mempelajari materi dalam buku yang dimilikinya. 4) Siswa belum memiliki modul fisika berbasis sciientific. 5) Kelemahan buku pegangan siswa materinya belum scientific, dan tidak menarik, sehingga membosankan. 6) Siswa membutuhkan modul fisika yang penyajiannya secara scientific. 7) Siswa membutuhkan modul fisika yang sesuai dengan kurikulum 2013. 8) Siswa membutuhkan modul fisika berbasis scientificyang meliputi mengamati, menaanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. 9) Siswa setuju bila dikembangkan modul fisika berbasis scientific. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Tabel 4.1. Tabel Peringkat Nilai Ujian Nasional SMAJawa Tengah DAFTAR NILAI RATA-RATA PER SEKOLAH HASIL UJIAN NASIONAL 2011-2012 JENJANG SMA NEGERI PROPINSI
: JAWA TENGAH
KABUPATEN/KOTA : SEMUA KAB./KOTA
RK
NAMA SEKOLAH
JNS SEK
STS SE K
PROGRAM STUDI
:
IPA
Jenis Nilai
:
NILAI AKHIR
Jumlah
Mata Ujian
PES
JM LLS
%
BIN
BIN G
MTK
FSK
KM A
BIO
Total Rata
Rata
1
SMA NEGERI 1 PATI
SMA
N
276
276
100
8,72
8,79
9,41
8,79
9,33
9,14
54,18
9,03
2
SMA NEGERI 1 KUDUS
SMA
N
215
215
100
8,96
8,73
9,33
8,53
9,31
9,22
54,08
9,01
3
SMA NEGERI 3 PEKALONGAN
SMA
N
108
108
100
8,62
8,56
9,16
8,56
9,13
8,97
53
8,83
4
SMA NEGERI 1 CAWAS
SMA
N
229
229
100
8,62
8,3
9,13
8,55
9,21
9,11
52,92
8,82
5
SMA NEGERI 1 TAYU
SMA
N
145
145
100
8,71
8,4
9,2
8,32
9,23
8,96
52,82
8,8
6
SMA NEGERI 1 KENDAL
SMA
N
228
228
100
8,64
8,57
9,07
8,57
8,99
8,98
52,82
8,8
7
SMA NEGERI 1 PEMALANG
SMA
N
186
186
100
8,66
8,35
9,03
8,53
9,24
8,95
52,76
8,79
8
SMA NEGERI 1 PEKALONGAN
SMA
N
204
204
100
8,55
8,61
8,67
8,63
9,13
8,96
52,55
8,76
9
SMA NEGERI 1 PURWODADI
SMA
N
199
199
100
8,52
8,34
9
8,61
9,1
8,95
52,52
8,75
10
SMA NEGERI 1 JUWANA
SMA
N
146
146
100
8,66
8,1
9,27
8,36
9,18
8,9
52,47
8,75
65
SMA NEGERI 1 TAHUNAN
SMA
N
125
125
100
8,03
8,17
8,94
8,05
8,75
8,57
50,51
8,42
66
SMA NEGERI 2 KLATEN
SMA
N
167
167
100
8,41
7,71
8,69
8,01
8,89
8,77
50,48
8,41
67
SMA NEGERI 1 TEGAL
SMA
N
181
181
100
8,45
8,4
8,38
8,23
8,6
8,41
50,47
8,41
68
SMA NEGERI 1 SUBAH
SMA
N
132
132
100
8,39
8,03
8,68
7,96
8,78
8,63
50,47
8,41
69
SMA NEGERI 1 GODONG
SMA
N
252
252
100
7,88
8,15
8,87
8,1
8,74
8,73
50,47
8,41
70
SMA NEGERI 2 KUDUS
SMA
N
185
185
100
8,47
7,83
8,89
7,93
8,86
8,45
50,43
8,41
71
SMA NEGERI 3 TEGAL
SMA
N
134
134
100
8,43
8
8,66
8,17
8,71
8,46
50,43
8,41
72
SMA
N
107
107
100
8,51
7,83
8,59
7,97
8,8
8,72
50,42
8,4
73
SMA NEGERI 1 SIMO SMA NEGERI 1 KETANGGUNGAN
SMA
N
36
36
100
8,2
8,34
8,66
7,93
8,67
8,6
50,4
8,4
74
SMA NEGERI 1 BAWANG
SMA
N
76
76
100
8,24
7,85
8,61
8,15
9,01
8,53
50,39
8,4
75
SMA NEGERI 9 SEMARANG
SMA
N
168
168
100
8,37
8,16
8,6
7,98
8,79
8,49
50,39
8,4
76
SMA
N
116
116
100
8,32
7,98
8,68
7,98
8,81
8,59
50,36
8,39
SMA
N
116
116
100
8,24
8,14
8,67
7,88
8,79
8,63
50,35
8,39
78
SMA NEGERI 1 WELAHAN SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SMA NEGERI 2 PURWOKERTO
SMA
N
270
270
100
8,57
7,84
8,69
8,07
8,79
8,39
50,35
8,39
79
SMA NEGERI 1 JOGONALAN
SMA
N
119
119
100
8,45
8
8,69
7,97
8,71
8,52
50,34
8,39
80
SMA NEGERI 3 SUKOHARJO
SMA
N
138
138
100
8,31
8,13
8,65
7,73
8,87
8,64
50,33
8,39
77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Berdasarkan hasil angket kebutuhan guru, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Guru menggunakan bahan ajar lain selain buku pegangan Bapak/Ibu tersebut untuk menjelaskan materi elastisitas 2) Guru tidakmemiliki buku teks atau buku pegangan lain yang berupa modul fisikaberbasis Scientific. 3) Guru merasakan terdapat keterbatasan dari buku pegangan yang dimilikinya. 4) Guru merasakan keterbatasan buku pegangan terutama dalam penerapan kurikulum baru 2013. 5) Guru menggunakan bahan ajar lain seperti video untuk menjelaskan materi elastisitas. 6) Guru
menggunakanbuku
buatan
pabrik/buatan
orang
lain
yang
membantu
guru
kekurangannya tidak sesuai kurikulum 2013. 7) Ketersediaan
laboratorium
dan
alat
praktikum
membelajarkan materi elastisitas. 8) Perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku materi tentang elastisitas yang memadahi, tetapi belum berbasis scientific. 9) Guru tidakkesulitan membelajarkan materi elastisitas. 10) Kemampuan siswa dan motivasinya mempengaruhi keberhasilan guru membelajarkan materi elastisitas. 11) Guru membutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang berbasis scientific untuk membelajarkan materi elastisitas. 12) Guru setuju bila dikembangkan modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Analisis materi Analisis materi dilakukan dengancaramengidentifikasi materi utama yang akan diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran harus berbasis scientific sehingga materi yang disampaikan ke siswa harus sesuai dengan sintak-sintak scientific yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Materi juga harus sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar : 1.1
Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya
1.2
Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak, fluida, kalor dan optik
2.1
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
2.2
Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
3.6
Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari hari
4.6
Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan
Perumusan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu, sebelum menulis bahan ajar/modul.Hal ini berguna commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat sedang menulis bahan ajar/modul. Perumusan tujuan pembelajaran digunakan untuk merumuskan tujuan yang terdapat pada kurikulum dan indikator yang relevan dengan KI-KD yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan modul.Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Perumusan kemampuan
indikator
mengamati,
mempertimbangkan menanya,
mencoba,
berbagai
macam
aspek
menyimpulkan
dan
mengkomunikasikan.Indikator yang telah dirumuskan dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Adapun indikator dan tujuan pembelajaran tertuang pada silabus dan RPP yang disajikan pada Lampiran. B. Tahap Perancangan (Design) Tahap perancangan ini menyusun draft awal modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Draft awal modul terdiri dari: a. Tahap Desain Tahap desain disusun berdasarkan analisis kebutuhan, kurikulum, materi dan tujuan penyusunan modul. Kemudian dituangkan dalam pembuatan silabus, RPP, dan kisi-kisi soal yang akan digunakan acuan dalam pembuatan draft awal modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Silabus, RPP, dan kisi-kisi soal disusun sesuai dengan kurikulum 2013. b. Tahap Pembuatan Draft Modul Tahap ini membuat draft awal modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas, yang terdiri dari:commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
1) Halaman sampul Halaman sampul berisi jenis modul, judul modul, penulis, pengguna modul,
dan
kurikulum
menggambarkan
bidang
yang studi
digunakan. adalah
Jenis
modul
fisika.Judul
fisika
modul
yang adalah
“ELASTISITAS”, ditulis dengan huruf besar agar lebih terlihat. Di bawah judul terdapat tulisan Toriqul Abidin, merupakan pengarang modul ini. Tulisan berikutnya adalah “ Untuk Kelas X SMA/MA” merupakan pengguna dari modul ini. Dan yang terakhir adalah tulisan “Sesuai Kurikulum 2013” yang menunjukkan kurikulum yang digunakan pada modul ini. Di halaman sampul juga diberi gambar roda dan shockbreaker sebuah mobil dan gambar ketapel Anggry Bird, yang menunjukkan pemanfaatan elastisitas dalam kehidupan sehari-hari. 2) Halaman Judul, berisi judul modul dan tempat pendidikan penulis, yaitu program studi pendidikan sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univversitas Sebelas Maret Surakarta, serta tahun pembuatan 2014. 3) Kata Pengantar, berisi tentang pengantar penulis yang berkaitan dengan pesan moral dan garis besar isi modul. 4) Karakteristik Modul, berisi hal-hal penting yang terdapat didalam modul. 5) Daftar Isi, berisi tentang isi modul beserta halamannya. 6) Daftar Gambar, berisi daftar gambar yang ada dimodul besrta halamannya. 7) Daftar Tabel, berisi tabel-tabel yang ada dalam modul beserta halamannya. 8) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, berisi Ki dan KD yang digunakan dalam modul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
9) Pendahuluan berisi deskripsi pembelajaran, petunjuk penggunaan modul untuk siswa dan guru 10) Tujuan Akhir, berisi tentang tujuan yang diharapkan tercapai setelah mempelajari modul. Tujuan ini meliputi kriteria keberhasilan, kinerja yang dicapai dan kondisi keberhasilan. 11) Uraian materi modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas. 12) Rangkuman, yang berisi tentang ringkasan materi. 13) Uji kompetensi, berisi tentang soal pilihan ganda yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. 14) Penilaian diri, berisi pedoman penilaian untuk mengetahui ketercapaian penguasaan materi pada kegiatan belajar. 15) Daftar Pustaka, berisi tentang daftar buku, jurnal dan website yang digunakan di dalam modul. 16) Kunci Jawaban, berisi jawaban soal pilihan ganda untuk mengoreksi pekerjaan siswa dan pedoman penskoran. Modul dicetak dengan menggunakan standar kertas yang ditetapkan oleh ISO (International Organization for Standardization). Menurut Sitepu (2012: 131), ukuran buku dan bentuk buku teks untuk sekolah SMA/MA salah satunya adalah A4 yang berukuran 210 mm x 297 mm dengan bentuk vertikal atau portrait. Selanjutnya hasil penyusunan modul tahap ini sebagai draft-1 modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
C. Tahap Pengembangan (Develop) Tahap develop merupakan tahap pengembangan dari draft-II modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Tahap pengembangan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan modul pada proses pembelajaran di kelas. Proses pengembangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Validasi Desain Proses validasi menggunakan instrumen lembar validasi modul yang mengacu dari Instrumen Penilaian Buku Teks Fisika SMA/MA oleh BSNP 2008. Validasi dilakukan oleh dua pakar dari Universitas Sebelas Maret dengan kualifikasi pendidikan doktor (S3 dosen pasca UNS),dua guru SMA dengan kualifikasi pendidikan Master Pendidikan (S2 Pendidikan Sains) dan dua temen sejawat. Validator dari dosen-1 (V1) dan validator dari dosen-2 (V2). Validator dari guru SMA-1 (G1) dan validator dari guru SMA-2 (G2). Validator teman sejawat-1 (S1), dan validator teman sejawat-2 (S2). Hasil perbaikan modul berdasarkan saran teman sejawat disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Saran Teman Sejawat dan Revisi No 1 2 3 3 4
Saran
Perbaikan
Daftar Gambar terdapat kata yang salah sokbeker. Pada halaman 10 terdapat kesalahan cetak pajang, yang benar panjang. Pada halaman 12 terdapat kata stress, seharusnya huruf italic. Pada halaman 14, gambar belum ada keterangan gambarnya. Daftar Pustaka, judul dicetak miring
Sudah dilakukan perbaikan dengan mengganti shockbreaker. Sudah diperbaiki menjadi panjang Sudah diperbaiki menjadi Stress. Sudah diberi keterangan gambar, “percobaan hukum Hooke. Sudah dibuat cetak miring pada judul daftar pustaka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Hasil perbaikan modul berdasarkan saran validator ahli disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Saran Validator Ahli dan Revisi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14
Saran
Perbaikan
Gambar dilengkapi dengan data Sudah dilakukan. sumber. Tabel 1 Daftar pertanyaan, dibuat yang Tabel 1 daftar pertanyaan, diperbaiki umum, tidak diarahkan (khusus). dengan menghilangkan hal-hal yang khusus. Tabel 2 Data Hasil Pengamatan, jenis Tabel 2, sudah diperbaiki dengan gaya dihilangkan dan pilihan keadaan menambah diberi gaya dan ketika dihilangkan. gaya dihilangkan. Tabel 3 Data Hasil Pengamatan, Pertambahan panjang (ΔL) sudah pertambahan panjang (ΔL) dihilangkan dihilangkan, dan perbandingan F : A, dan ditambah perbandingan F : A. sudah ditambahkan. Pada halaman 8 kata mengasosiasikan Sudah dilakukan diganti kata mengkomunikasikan. Tulisan rumus dan gambar diperkecil. Sudah diperkecil. Warna latar belakang diganti yang Sudah dirubah warna latar kontras dengan hurufnya. belakangnya. Pada sintak mengamati ditambah Sudah dilakukan penambahan gambar yang aktual. gambar berupa pemanfaatan pegas dalam kehidupan. Pada petunjuk penggunaan modul Sudah diberi halaman diberi halaman Pada rangkuman diberi latar belakang Sudah diberi latar belakang dengan warna yang kontras. warna yang kontras dengan tulisannya. Masih ada SK-KD, pada kurikulum Sudah diganti SK-KD menjadi KI2013 yang ada KI-KD. KD. Semua istilah asing harus dicetak Sudah dilakukan miring. Penulisan awalan di pada kata dibawah Sudah dilakukan pemisahan pada dan diatas, harus dipisah. awalan di.
Kualitas modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas, dilihat dari kelayaan isi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan aspek scientific.Rangkuman hasil validasi ahli, guru fisika SMA dan teman sejawat disajikan pada Lampiran. Dari aspek kelayakan isi, penyajian, bahasa, kegrafikan dan aspek scientific terdapat 75 penilaian, yang masing-masing penilaian memiliki pilihan bobot 1, 2, 3, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
dan 4. Sehingga jumlah maksimum skor penilaian adalah 75 x 4 = 300, dan jumlah minimum skor penilaian adalah 75x1 = 75. Validator 1 dan validator 2 yang merupakan validator ahli memberikan nilai dengan jumlah 296 dan 295, sehingga nilai rata-ratanya 3,96 dan 3,95 dengan kriteria sangat baik. Validator 3 dan validator 4 yang merupakan guru SMA dengan kualifikasi S2 memberikan nilai dengan jumlah skor 292 dan 293, sehingga nilai rata-ratanya 3,89 dan 3,91 dengan kriteria sangat baik. Validator 5 dan validator 6 merupakan teman sejawat, memberikan nilai dengan jumlah skor 294 dan 295, sehingga nilai rata-ratanya 3,92 dan 3,93 dengan kriteria kelayakan sangat baik. Dari hasil penilaian validator maka modul dapat dikatakan layak digunakan. Kesimpulan dari keenam validator, dalam penilaian modul komponen isi, penyajian, bahasa, kegrafikan,dan pendekatanscientificdengan katagori sangat baik. Rekomendasi tentang kelayakan modul adalah layak digunakan dengan perbaikan. Berbagai data dan masukan yang diperoleh dari validator ini dijadikan sebagai bahan revisi I. Setelah diadakan proses revisi maka hasil dari validasi ini menghasilkan draft-2. Draft-2 adalah modul pembelajaran yang siap untuk dilanjutkan pada tahapan berikutnya yaitu uji coba terbatas. Validasi juga dilakukan pada soal tryout hasil belajar yang akan digunakan untuk penelitian. Setelah soal tryout hasil belajar divalidasi, kemudian dilaksanakan tryout soal di SMA Negeri 2 Purwokerto, untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. b.
Uji coba kelompok kecil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Uji coba terbatas ini bertujuan untuk mengetahui keterbacaan modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Sampel untuk keterbacaan modul adalah 10 anak kelas X MIA 7, yang dipilih secara acak. Tingkat keterbacaan modul diketahui melalui angket respon siswa terhadap modul yang telah diberikan. Pada uji coba kelompok kecil siswa diberi angket respon terhadap modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas.Rangkuman hasil respon terhadap modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas disajikan pada Lampiran. Jumlah aspek penilaian adalah 10, dengan jumlah skor minimal 10 dan skor maksimal 40, rata-rata tertinggi 4. Dari sepuluh siswa yang diberi angket, semua siswa dalam menilai modul fisika berbasis scientific masuk kategori sangat baik, nilai rata-rata total sebesar 3,82. Hasil komentar dan perbaikan modul pembelajaran fisika dari uji coba kelompok kecil ditunjukkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Komentar dan Perbaikkan Berdasar Saran Pada Uji Coba Terbatas No
Saran
1
Ada beberapa tulisan yang salah ketik yakni halaman 2, tertulis “pegad”. Penulisan rumus-rumus lebih diperjelas. Gambar cover modul kurang jelas.
2 3 4 5 6
Perbaikan Sudah dibetulkan dibetulkan pegas.
tulisaan
pegad
Rumus diperjelas dengan memberi kotak dan warna. Cover modul sudah diperjelas gambarnya. Jumlah gambar sudah ditambah.
Pada kegiatan mengamati gambar, ditambah jumlah gambarnya. Pada uji kompetensisoal nomor 9 Soal nomor 9 sudah dibetulkan. pilihan jawaban kurang e. Gambar halaman 23 keterangannya Keterangan gambar halaman 23 sudah gambarnya belum ada.. ditambahkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Berdasarkan komentar dan saran dari siswa, diadakan perbaikan.Berbagai data dan masukan yang diperoleh dari angket dalam uji coba ini dijadikan sebagai bahan revisi II. Setelah diadakan proses revisi maka hasil dari uji coba terbatas ini menghasilkan draft-3. Draft-3 adalah modul pembelajaran yang siap untuk digunakan pada tahapan berikutnya yaitu uji coba kelompok besar di kelas. c.
Uji coba kelompok besar di kelas. Uji coba pemakaian lebih luas atau kelompok besar dilakukan di kelas
sampel X MIA 7 SMA Negeri 2Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dengan menggunakan draft-3 modul fisika.Uji coba dikelas dilakukan dengan terlebih dahulu diberikan pretest untuk mengetahui gambaran kemampuan awal siswa dalam materi elastisitas, sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan modul fisika hasil pengembangan. Proses uji coba kelompok besar merupakan proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan modul fisika pada materi elastisitas. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas. Aktifitasyang muncul adalah siswa aktif melakukan kegiatan berbasisscientific.Pendekatan berbasis scientific merupakan sintak-sintak atau tahapan yang harus dilakukan secara berurutan. Proses belajar dimulai dari mengamati, menanya, mencoba, menalar/menyimpulkan dan diakhiri mengkomunikasikan. Sintak/tahapan yang pertama dari modul berbasis scientific adalah mengamati. Pada modul ini, siswa diajak mengamati gambar-gambar yang berhubungan dengan materi elastisitas. Sintak/tahapan berikutnya adalah menanya. Siswa melakukan kegiatan membuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
dengan gambar yang disajikan. Pertanyaan tidak dibatasi pada materi, sehingga masih bebas. Langkah berikutnya siswa mencoba. Kegiatan mencoba disini tidak harus dilakukan di laboratorium, bisa dilakukan di dalam kelas. Sintak/langkah selanjutnya adalah menalar/menyimpulkan. Dari kegiatan mencoba dan menalar, siswa diharapkan dapat menyimpulkan dari materi yang sedang dipelajari. Sintak/langkah terakhir adalah mengkomunikasikan. Siswa yang mewakili kelompok menyampaikan hasil kegiatannya didepan kelas, untuk mendapat tanggapan dari kelompok lain. Setelah melakukan sintak-sintak di atas, siswa mempelajari materi elastisitas pada modul dan memberi tanda pada informasi yang dianggap penting. Siswa dilatih memecahkan masalah dengan diberikan contoh soal yang relevan dan faktual. Sehingga siswa diharapkan lebih memahami materi elastisitas.Pada modul juga diberi rangkuman agar siswa lebih memahami hal-hal yang penting dalam materi elastisitas. Kemudian siswa menjawab soal-soal uji kompetensi pilihan ganda. Modul dilengkapi dengan penilaian diri, sehingga siswa dapat menilai dirinya sendiri apakah sudah kompeten atau belum. Rangkuman hasil respon terhadap modul fisika berbasis scientific pada materi
elastisitas
dalam
uji
coba
kelompok
besar
disajikan
pada
Lampiran.Berdasarkan komentar dan saran dari siswa,dijadikan sebagai bahan revisi III. Skor rata-rata dari respon siswa pada uji coba besar terhadap modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas adalah 3,94. Pada uji coba kelompok besar tidak ada masukan dan saran, hasil komentar menyatakan modul sudah bagus maka tidak diadakan revisi. Setelah kegiatan uji coba kelompok besar ini menghasilkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas. Produk modul fisika dari hasil pengembangan kemudian disebarkan kepada guru-guru MGMP fisika kabupaten Banyumas. Foto-foto kegiatan pembelajaran siswa ditunjukkan pada Lampiran. d.
Data Hasil Belajar Hasil prestasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan
modulfisika berbasis scientific pada materi elastisitas ranah pengetahuan disajikan pada Lampiran.Distribusi frekuensi prestasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitasditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ranah Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Menggunakan Modulfisika berbasis scientific pada materi elastisitas. Interval Nilai
Sebelum menggunakan modul
45 – 51 52 – 58 59 – 65 66 – 72 73 – 79 80 – 86 87 – 93
2 10 9 15 0 0 0
Frekuensi (%) Relatif sebelum Sesudah menggunakan menggunakan modul modul 5,1 0 25,6 0 23,1 0 38,5 0 0,0 5 0,0 14 0,0 20
Relatif sesudah menggunakan modul 0,0 0,0 0,0 0,0 12,8 35,9 51,3
Seperti yang terlihat pada tabel 4.5.dengan KKM yang ditetapkan 80,0 prestasi siswa sebelum menggunakan modul masih sangat rendah. Sedangkan setelah siswa menggunakan modul yang belum tuntas sebesar 12,8% dan siswa yang sudah tuntas sebesar 87,2%. Histogram prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul ditunjukkan pada Gambar 4.1. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
25
Histogram Prestasi Belajar Siswa 45 - 51
15
52 - 58
10
59 - 65
5
66 - 72
0
73 - 79
Frekuensi
20
Pretes
80 - 86
Postes
87 - 93
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Siswa Ranah Pengetahuan Sebelum danSesudah Menggunakan Modul
Ringkasan hasil analisis hasil prestasi belajar siswa ranah pengetahuan sebelum dan sesudah menggunakan modul fisika berbasisscientificpada materi elastisitas disajikan pada Tabel 4.6.Prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul fisika pada materi elastisitas terdistribusi normal dan homogen.Uji dua sampel berhubungan diperoleh nilai t
hitung
– 40,738.Nilai t
tabel
adalah -1,685. Oleh
karena - t hitung < - t tabel maka Ho ditolak, maka keputusan uji adalah antara postest dengan pretest mempunyai perbedaan efektivitas yang signifikan. Rerata prestasi belajar siswa sebelum menggunakan modul adalah 63,1 dan sesudah menggunakan modul adalah 84,7.Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 39 siswa adalah 0,5924 dengan kategori “Baik“. Uji normalitas, homogenitas dan uji dua sampel berpasangan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul disajikan pada Lampiran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Hasil Prestasi Belajar Siswa Ranah Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Menggunakan Modul fisika BerbasisScientific
No 1
2 3
4
Uji Normalitas (KolmogorvSmirnof) Homogenitas (Levene Statistic) Uji-t (Independent Samples Test) Rata-rata
Hasil
Keputusan
Kesimpulan
Sebelum menggunakan modul signifikansi 1,222> 0,05 Sesudah menggunakan modul signifikansi 1,228> 0,05 Signifikansi 0,677 > 0,05
Ho diterima
Normal
Ho diterima
Normal
Ho diterima
Homogen
t hitung – 40.378 dan nilai t tabel – 1,685
Ho ditolak
-
Ada perbedaan efektivitas yang signifikan. -
-
-
- t hitung < - t tabel
Sebelum menggunakan modul = 63,1 Sesudah menggunakan modul = 84.7
Prestasi belajar siswa ranah Sikap dalam pembelajaran menggunakan modul fisika berbasi scientific materi elastisitas disajikan pada Lampiran.Distribusi nilai Sikap pembelajaran menggunakan modul fisika berbasi scientific materi elastisitas pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ranah Sikap Interval
Pertemuan ke-2 Frekuensi
Pertemuan ke-3 Frekuensi
Pertemuan ke-4
67 – 73
5
Frek.Relatif (%) 12,8
Frekuensi
0
Frek.Relatif (%) 0
0
Frek.Relatif (%) 0
74 – 80
10
25,7
7
17,9
6
15,4
81 – 87
13
33,3
15
38,5
13
33,3
88 – 94
11
28,2
17
43,6
20
51,3
Tabel 4.7 menunjukkan, bahwa dari pertemuan ke-2, pertemuan ke-3, dan pertemuan ke-4 nilai Sikap siswa yang berada pada interval terbawah yaitu 67 – 73 frekuensinya mengalami penurunan.Sementara nilai Sikap siswa yang berada pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
interval tertinggi yaitu 88 – 94 frekuensinya mengalami peningkatan.Histogram nilai Sikap siswa ditunjukkan pada Gambar 4.2. 25
20
15
67 - 73 74 - 80 81 - 87
10
88 - 94 5
0 Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Gambar 4.2. Histogram Nilai Sikap Siswa Prestasi belajar siswa ranah ketrampilan dalam pembelajaran menggunakan modul fisika berbasi scientific materi elastisitas disajikan pada Lampiran.Distribusi nilai ketrampilan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasi scientific materi elastisitasditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik. Interval
Pertemuan ke-2 Frekuensi
Pertemuan ke-3 Frekuensi
Pertemuan ke-4
67 – 73
8
Frek.Relatif (%) 20,5
Frekuensi
5
Frek.Relatif (%) 12,8
4
Frek.Relatif (%) 10,2
74 – 80
11
28,2
11
28,2
12
30,8
81 – 87
9
23,1
12
30,8
11
28,2
88 – 94
11
28,2
11
28,2
12
30,8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Tabel 4.8 menunjukkan, bahwa dari pertemuan ke-2, pertemuan ke-3, dan pertemuan ke-4 nilai ketrampilan siswa yang berada pada interval terbawah yaitu 67 – 73 frekuensinya mengalami penurunan artinya jumlah siswa yang tidak terampil semakin berkurang.Sementara nilai ketrampilan siswa yang berada pada interval tertinggi yaitu 88 – 94 frekuensinya mengalami peningkatan, artinya jumlah siswa yang terampil semakin banyak.Histogram nilai ranah ketrampilan siswa ditunjukkan pada Gambar 4.3. 14 12 10 67 - 73
8
74 - 80 6
81 - 87 88 - 94
4 2 0 Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Gambar 4.3. Histogram Nilai Ketrampilan D. Tahap Disseminate (Penyebaran) Tahap penyebaran dilaksanakan 5 guru anggota MGMP Fisika Kabupaten Banyumas.Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan respon terhadap modul fisika berbasisscientific pada materi elastisitas yang telah dikembangkan.Hasil respon pada tahap ini disajikan pada Lampiran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Komentar dari para guru pada tahap Disseminate adalah sebagai berikut: 1) Pemberlajaran yang berbasis scientific yang mengandung mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan telah diungkap pada modul ini, 2) Pengungkapan sangat menarik ditunjukkan dengan gambar-gambar dan langkahlangkah pembelajaran, 3) Modul dapat merangsang siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran fisika materi elastisitas, 4) Mempermudah dalam mempelajari fisika, 5) Gambar dan Kegiatan siswa menarik, 6) Modul sangat menarik dan membangkitkan gairah belajar peserta didik, 7) Langkah-langkah sesuai dengan pembelajaran scientific, 8) Ilustrasi gambar sangat membantu dalam pemahaman materi, 9) Soal-soalnya sudah mengarah variatif, 10) Format dan cara menyajikan materi pada modul menumbuhkan kreatifitas siswa. B. Pembahasan Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis scientific pada materi elastisitas menggunakan model desain pengembangan Thiagarajan yang telah diadopsi oleh Endang Mulyatiningsih (2012:195) yaitu model 4D yakni.Define, Design, Develop, dan Disseminate 1. Pembahasan tahap Pendefinisian (Define) Langkah awal pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis scientific pada materi elastisitas adalah studi pendahuluan.Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan.Tahap ini juga sering dinamakan analisis kebutuhan. Dalam konteks pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis scientific pada materi elastisitastahap pendefinisian dilakukan dengan cara:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
a.
Analisis Pra Penelitian Analisis pra penelitian dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan
observasi lapangan.Studi kepustakaan dilakukan melalui kajian kurikulum yang berlaku.Kurikulum pendidikan tahun 2013 mengungkapkan bahwa, pembelajarn harus menggunaka pendekatan ilmiah (Scientific Aproach) yang meliputi sintak/langkah mengamati, menanya, mencoba menalar/menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana modul akan dikembangkan. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito: 1989).Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa (Zamroni: 2000; Semiawan: 1998). Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer: 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. b.
Analisis karakteristik peserta didik. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kedudukannya sebagai
pesertadipandang oleh sebagian ahli psikologi sebagai individu yang berada padatahap periode transisi dari periodeanak-anak menuju ke periodeorang dewasa. Siswa melalui masayang disebut masa remaja atau masa pubertas. Umumnya mereka sudah tidakmau dikatakan sebagai anak-anak, namun jika disebut orang dewasa, merekasecara nyata belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa tersebut. Menurut Hurlock (1982) ada perubahan-perubahan yang sama yang hampir bersifat menyeluruh pada masa remaja, yaitu: 1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. 2) Perubahan tubuh minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dimainkan menimbulkan masalah baru. 3) Berubahnya minat dan pola prilaku, nilai-nilai juga berubah. 4) Sebagian
remaja
bersikap
mendua
(ambivalen)
terhadap
setiap
perubahan. Keseluruhan ini, pada akhirnya berdampak pada perkembangan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Endang Mulyatiningsih (2012: 196) “Seorang guru yang akan mengajar harus mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar.” Hal ini penting karena proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui peserta didik antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, pengalaman belajar sebelumnya. Dalam kaitannya pengembangan modul karakteristik peserta didik yang perlu diketahui adalah kemampuan akademiknya. Kondisi siswa di SMA Negeri 2Purwokerto di kabupaten Banyumas mempunyai kemampuan akademis yang bagus. Hal ini dapat ditinjau dari hasil ratarata nilai Ujian Nasional dari tahun 2009/2010 sampai 2011/2012. Tetapi untuk level propinsi, prestasi siswa-siswa SMA Negeri 2 Purwokerto masih kurang bagus. Kondisi siswa ditinjau dari asal daerah, siswa-siswa SMA Negeri 2 Purwikerto sebagian besar dari luar kota Purwokerto. Sehingga sebagian besar siswa-siswa menempati rumah-rumah kos. Kondisi semacam ini menyebabkan teknik pembelajaran yang berbeda jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siswasiswa yang berasal dari daerah sendiri. Ditinjua dari sisi sekolah, SMA Negeri 2 dulunya merupakan sekolah Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Dengan diberlakukan kurikulum baru 2013, pemerintah mewajibkan sekolah-sekolah eks RSBI menggunakan kurikulum 2013 sebagai pionernya. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013, maka setiap guru dituntut untuk mempersiapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KI), Kompetensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Dasar (KD), dan silabus sudah ditentukan. Sedangkan untuk buku materi fisika, pemerintah belum bisa menyediakan. Sehingga perlu dikembangkan modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific yang sesuai denggan kurikulum 2013. c.
Analisis Materi Dalam kurikulum 2013 pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan
pendekatan ilmiah (Scientific). Pembelajaran dikatakan ilmiah jika substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika
atau
penalaran
tertentu,
bukan
sebatas
kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. d.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu
dirumuskan terlebih dahulu.Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini berguna untuk membatasi supaya pengembangan modul tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat akan menulis bahan ajar. 2.
Pembahasan Tahap Perancangan (Design) Draft awal modul disusun berdasarkan analisis kebutuhan, kurikulum,
analisis materi, observasi, dan tujuan penyusunan modul. Analisa kebutuhan digunakan sebagai rujukan untuk pemilihan media dan pendekatan yang dibutuhkan guru dan siswa.Analisa kurikulum meliputi penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan untuk menentukan indikator dan merumuskan tujuan.Merumuskan tujuan berguna untuk membatasi peneliti agar tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat dilakukan pengembangan bahan ajar modul.Ini selaras dengan Endang Mulyatiningsih, (2012: 197).Yang mengatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
bahwa “modul disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan dirumuskan terlebih dahulu.” Bahan ajar atau modul dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis
berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus dapat mengembangkan bahan ajar untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan
Sungkono
(2009)
menyimpulkan
bahwa
kompetensi
mengembangkan bahan ajar khususnya modul perlu dimiliki guru, mengingat dengan bahan ajar akan
lebih mengefektifkan dan mengefiensiensikan proses
pembelajaran. Modul disusun dengankegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan. (1) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. (2) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah. (3) Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan
siswa
untuk
memperkuat
pemahaman
konsep
dan
prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini. (4) Kegiatan mengasosiasi/menalar bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif. (5) Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya. Modul juga dilengkapi dengan gambar-gambar menarik dan faktual dengan materi. Gambar mempunyai banyak kelebihan, diantaranya untuk meningkatkan minat baca peserta didik, seperti yang dinyatakan Endang Mulyatiningsih (2012: 197), bahan ajar perlu ditambah dengan ilustrasi gambar yang menarik supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya. Hal ini dibuktikan respon siswa terhadap modul pada saat uji coba kelompok kecil atau uji coba kelompok besar. 3.
Pembahasan Tahap Pengembangan (Develop) Tahap develop merupakan tahap pengembangan dari draft-1 modul
pembelajaran fisika. Tahap pengembangan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan modul pada proses pembelajaran di kelas. Proses pengembangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Validasi Desain Validasi dilakukan oleh validator,untuk mengetahui kualitas modul.Kualitas modul didasarkan pada kelayakan isi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan aspek scientific.Validator memberikan saran yang bertujuan untuk perbaikkan modul selanjutnya. Perbaikan modul berdasarkan saran validator ahli adalah berkaitan dengan tata letak sampul depan dan warna tulisan kurang kontras, perlu ditambah pengembangan diri, daftar pustaka ditambah, gambar dilengkapi dengan data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
sumber, dan pembetulan tata tulis.Saran-saran tersebut setelah dikaji dan melalui bimbingan dosen pakar dirubah sesuai dengan aturan yang benar. Berpedoman dengan aturan dalam
Instrumen Penilaian Buku Teks
SMA/MA oleh BSNP 2008, maka sampul hendaknya: 1) penampilan unsur tata letak pada kulit muka, belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity), 2) tampilan tata letak unsur pada muka, punggung dan belakang sesuai/harmonis dan memberikan kesan irama yang baik, 3) komposisi unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll)seimbang dan seirama dengan tata letak isi, 4) warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi. b. Uji coba kelompok kecil Uji coba terbatas diberikan kepada 10 siswa kelas X MIA 7 SMA N 2Purwokerto,
untuk
mengetahui
keterbacaan
modul
fisika
yang
dikembangkan.Selanjutnya diminta untuk memberi respon dengan mengisi angket, terhadap modul tersebut. Angket terdiri dari 13 pertanyaan dan komentar atau saran untuk perbaikan modul. Saran atau komentar siswa dari kelompok kecil antara lain salah ketik, kurang jelas gambar dan penambahan gambar. Perbaikan modul dilakukan berdasarkan saran yang diberikan siswa.Perlu ditambah gambar, menurut Endang Mulyatiningsih (2012: 197) ilustrasi gambar dapat menarik siswa termotivasi untuk membaca.Selain itu gambar mempunyai banyak kelebihan, menurut Nana Sudjana (1997) dalam Sukiman (2012: 87), gambar bisa menyampaikan banyak pesan, bersifat konkrit dan dapat membatasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
ruang dan waktu.Perbaikan dilakukan dengan menambahkan gambar agar dapat membantu siswa dalam melakukan langkah mengamati. c. Uji coba kelompok besar Pembelajaran pada tahap ini adalah pembelajaran yang menggunakan modul fisika berbasis scientific.Proses uji coba kelompok besar merupakan proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan modulfisika berbasis scientific padamateri elastisitas. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas. Aktivitas yang muncul adalah siswa aktif melakukan kegiatan komponen scientific.Komponen scientific merupakan sintak-sintak atau tahapan yang dilakukan secara berurutan. Proses belajar mengamati, menanya, mencoba, mennyimpulkan dan mengkomunikasikan yang merupakan komponen scientific dilaksanakan secara urut dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang disajikan dalam modul, dijawab oleh siswa dengan mempelajari, menganalisis isi modul atau lewat percobaan. Dalam mempelajari modul siswa telah dapat membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan atau yang penting dan tidak penting dengan cara menggaris bawah atau memberi tanda khusus pada informasi yang dianggap relevan dan penting tersebut. Dalam melakukan percobaan kejadian yang dilihat, dialami dalam percobaan dicatat dalam tabel hasil pengamatan. Proses memilih dan menganalisis merupakan sebagian ciri berpikir tingkat tinggi. Setelah melakukan kegiatan mencoba, perwakilan siswa untuk menyampaikan hasilnya dengan cara presentasi, kegiatan ini sering disebut mengkomunikasikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Setelah mempelajari modul dan memberi tanda pada informasi yang dianggap penting atau relevan siswa menjawab soal-soal tes formatif pilihan ganda. Dengan memberikan alasan dalam memilih jawaban tersebut, berarti siswa telah melakukan
proses
menguji,
memeriksa,
selanjutnya
membuat
keputusan
berdasarkan ciri-ciri yang yang telah dipelajari sebelumnya.Foto-foto kegiatan siswa pada uji coba ditunjukkan pada Lampiran. Berdasarkan komentar dan saran dari siswa, diadakan perbaikan.Berbagai data dan masukan yang diperoleh dari angket dalam uji coba kelompok besar ini dijadikan sebagai bahan revisi III.Pada uji coba kelompok besar tidak ada masukan dan saran, hasil komentar menyatakan modul sudah bagus maka tidak diadakan revisi.Setelah kegiatan uji coba kelompok besar ini menghasilkan modulfisika berbasis scientific materi elastisitas.Produk modul fisika dari hasil pengembangan
kemudian disebarkan kepada guru-guru MGMP Fisika SMA/MA kabupaten Banyumas untuk mendapatkan respon. 4.
Pembahasan Tahap Penyebaran (Disseminate) Tahap penyebaran adalah tahap saat modul pembelajaran fisika berbasis
scientificmateri elastisitas yang dikembangkan, diberikan atau disebarluaskan kepada guru-guru MGMP fisika SMA/MA kabupaten Banyumas. Secara umum guru-guru fisika anggota MGMP SMA/MA di kabupaten Banyumas memberikan respon positif terhadap modul fisika berbasis scientific yang dikembangkan. Sebagai langkah awal dengan diberlakukannya kurikulum baru 2013. Dari keterangan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa commit to user
modul
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
fisikaberbasis scientific pada materi elastisitas layak digunakan untuk pembelajaran fisika di SMA pada materi elastisitas. 5.
Temuan Lapangan Penggunaan produk berupa modul fisika berbasis scientificpada materi
elastisitas, menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Modul fisika berbasis scientific disusun berdasarkan analisis angket kebutuhan siswa dan guru serta observasi lapangan. 2. Modul fisika berbasis scientificmampu membuat siswa lebih aktif terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 3. Modul fisika berbasis scientific melatih siswa menemukan inti/konsep materi yang dipelajari, yang sesuai dengan kurikulum 2013. 4. Dalam kurikulum 2013 penilaian bersifat autentik, yang menuntut guru untuk melakukan tiga kegiatan sekaligus yaitu mengajar, belajar, dan menilai. Hal ini masih agak susah dilakukan. 6.
Keterbatasan Penelitian Modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas hasil pengembangan
secara umum
direspon positif dengan bukti nilai kualitas modul sangat baik.
Keterbatasan yang terdapat pada penelitian pengembangan modul fisika ini adalah: 1. Proses melatih siswa untuk terampil mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan/menyimpulkan dan mengkomunikasikan yang terdapat dalam modul masih kurang. 2. Waktu terbatas sehingga uji coba instrumen hanya dapat dilakukan satu kali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
3. Respon siswa terhadap modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas yang dikembangkan hanya dari hasil angket. 4. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini belum biasa digunakan sehingga siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang digunakan. 5. Pada tahap penyebaran hanya dapat dilakukan pada 5 (lima) guru anggota MGMP SMA/MA di kabupaten Banyumas. 6. Penelitian ini hanya mengukur peningkatan hasil belajar setelah menggunakan modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas yang dikembangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori, hasil analisa data, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan: 1. Pengembangan modul fisikaberbasisscientific pada materi elastisitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan Research and Development (R&D) menggunakan model 4-D (four-Dmodel) yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). 2. Hasil pengembangan modul fisika berbasis Scientific pada materi elastisitas layak untuk mendukung pembelajaran pada materi tersebut. Kelayakan modul fisika berbasis Scientific berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan respon siswa yang secara keseluruhan memberikan kategori sangat baik pada produk pengembangan dan layak digunakan di SMA Negeri 2 Purwokerto. 3. Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 39siswa adalah 0,5924 dengan kategori “Baik“.Setelah diuji dengan paired sample t-test hasil belajar pengetahuan siswa sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikan dengan nilai rata-rata siswa mengalami kenaikan pada hasil pretes dan postes. Hal ini menunjukkan implementasi modul fisika berbasis scientific pada materi Elastisitasefektif dalam pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian pengembanganmodul pembelajaran fisika berbasis scientific pada materi elastisitas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Saran untuk siswa a. Siswa hendaknya melakukan seluruh kegiatan yang tertera dalam modul dan mengikuti prosedur yang ditetapkan, agar dapat menguasai materi dengan baik. b. Siswa bertanya apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul. c. Siswa harus mempelajari secara seksama baik diluar kelas atau didalam kelas, baik secara mandiriatau dibimbing guru, karena memang itulah salah satu tujuan dikembangkan modul fisika. d. Kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan adalah keterampilan yang dapat dilatih, sehingga siswa diharapkan tekun berlatih.
2. Saran untuk guru a. Sebelum menggunakan modul fisika berbasis scientificpada materi elastisitas, guru menjelaskan cara belajar menggunakan modul. b. Pembelajaran
menggunakan
modul guru hanya sebagai fasilitator,
dimanasiswa belajar secara aktif bagaimana berlatih mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
c. Untuk melatihkan keterampilan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan pada siswa seharusnya dilakukan terus menerus dan berkesinambungan pada setiap pembelajaran. d. Guru harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang bagaimana penerapan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran atau membuat alat penilaian. 3.
Saran untuk Peneliti 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya yang sejenis dengan materi yang berbeda. 2. Hendaknya sebelum penelitian pengembangan modul, siswa yang dijadikan sampel diberikan wawasan tentang pembelajaran berbasis scientific. 3. Bagi yang mengembangkan modul, pendekatan ilmiah harus muncul pada saat siswa beraktivitas mandiri, bukan karena diberi pertanyaan atau permasalahan. 4. Untuk penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan analisis peningkatan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bruce Joyce, Marsha Weil. 1996. Models of Teaching. Publisher : New Jersey : Prentice-Hall BSNP.2006. Pengembangan Penilaian. Jakarta . Depdiknas _________.2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Costa , A.L. & Kallick, B. 2000. Describing 16 Habits of Mind: Habits of Mind.A Developmental Series. Alexandria, VA. (Online). Tersedia: http:// .http:/www.ccsnh.edu/documents/CCSNH MLC De Vito, Joseph Alfred. 1989. Human Communication: The Basic Course. Pearson. Denny Setiawan,et al. 2009. Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta, Universitas Terbuka. Dwi Fista Setya Putri. 2013. Pengembangan Modul Interaktif Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Fluida Di SMK 6 Surakarta. Surakarta, Uneversitas Sebelas Maret. Eka Sastrawati, et al. 2011.Problem-BasedLearning, Strategi Metakognesi, dan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Tekno- Pedagogi Vol.1 No: 2 September 2011 Endang
Mulyatiningsih. 2012. Metode Pendidikan.Bandung. Alfabeta.
Penelitian
Terapan
Bidang
Fogarty,1991. How to IntegrateThe Curricula. Illinois: IRI/Sky Publishing Inc. Iwan Sugiarto. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir Holistik & Kreatif,Jakarta, Gramedia Utama. Krathwoohl, W.Anderson. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
Nusa Putra. 2012. Researct Development.Cetakan ke-2.Jakarta.Rajawali Pres. Oemar Hamalik. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung. Remaja Rosda Karya Permendiknas.2006. Permendiknas No.22, No.23 dan No.24, Binatama Raya, Jakarta. Poppy Kamalia Devi, Erly Tjahja Widjajanto T. 2011. Instrumen PHB IPA High Order Thinking.Bandung , PPPPTKIPA. Untuk program BERMUTU Punaji Setyoari.2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Cetakan ke-2.Jakarta.Kencana Prenada Media Group. Purwanto, A.Rahardi, Suharto Lasmono. 2007. Pengembangan Modul, Depdiknas, Jakarta. Susan M.Brookhart.2010. Assess Higher-Order Thinking Skill.Alexandria .USA. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,R&D). Bandung: Alfabeta
Kuantitatif,
Sugiyono, 2009.Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sungkono, 2009.Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul dalam Proses Pembelajaran, Majalah Ilmiah Pembelajaran, Nomor 1, Vol: 5 Mei 2009 Thiagarajan, Doroty, dan Melvyn. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exeptional Children. Bloornington: Indiana University. Trianto, 2012, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta, Bumi Aksara Wardani. 2012.Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta, Universitas Terbuka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
commit to user