PENGEMBANGAN MODUL ALJABAR 2 BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP TAPANULI SELATAN PADANGSIDIMPUAN
ALAN PINTAS MENJADI TESIS
Oleh
ANITA ADINDA NIM 19595
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar Magister Pendidikan
KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012
ABSTRACT Anita Adinda, 2012. “Developing Module Algebra 2 by Constructivism in STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. A Thesis on Math Education of PostGraduate Program in State University of Padang. A textbook used for Algebra 2 in STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan has not been enough to construct the students‟ knowledge. The students need a source which can help them easier in the class and increase their activities and motivations. Therefore, it is very important to develop a valid, practical, and effective source developing module algebra 2 by constructivism in STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. This is a development research by using model 4-D. The steps of this research are defining, designing and developing, they are: 1) defining is to analyze syllabus and textbook by reviewing literature, interviewing other lecturers and analyzing students‟ characters; 2) designing is to organize module; and 3) developing is for validity, practicality and affectivity. Then, the module is tested to the students at the sixth semester of math education study program in STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan in 2011/2012 academic year. Practicality is tested by observing learning process, giving questioners to students, and interviewing them. Affectivity is tested by observing students‟ activities and motivations. The research shows that 1) the module is already valid with relevance to based competence, 2) the module is already practice with relevance to the learning process based on plan and time efficient, the instructions are clear, the module content is relevance to students‟ needs, and 3) module is already effective with relevance to the highlight of students‟ activities and motivations in study.
i
ABSTRAK Anita Adinda, 2012. “Pengembangan Modul Aljabar 2 Berbasis Konstruktivisme di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. Tesis. Pendidikan Matematika Program Pasacasarjana Universitas Negeri Padang. Buku teks yang digunakan untuk perkuliahan Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan belum mampu mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan suatu bahan perkuliahan yang dapat membantu dan memudahkan mereka dalam perkuliahan, serta dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar. Karena itu, perlu dikembangkan bahan perkuliahan dalam bentuk lain, yakni modul berbasis konstruktivisme yang valid, praktis dan efektif untuk perkuliahan Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4-D. Tahapan penelitian ini adalah mendefinisikan, mendesain, dan mengembangkan. Pada tahap mendefenisikan dilakukan analisis silabus dan buku teks, merevieu literatur, wawancara dengan teman sejawat dan menganalisis karakteristik mahasiswa. Pada tahap mendesain dilakukan perancangan modul. Tahap mengembangkan terdiri atas tahap validasi, praktikalitas, dan efektivitas. Kemudian, modul diuji cobakan kepada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan pada semester genap 2011/2012. Praktikalitas diselidiki melalui observasi pelaksanaan pembelajaran, pemberian angket kepada mahasiswa, dan wawancara dengan mahasiswa. Efektivitas diselidiki melalui observasi aktivitas dan motivasi mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) modul sudah valid, yakni modul sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. 2) modul sudah praktis, terlihat dari pelaksanaan perkuliahan yang sesuai rencana dan efesien waktu, petunjuk jelas, isi modul sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 3) modul sudah efektif, ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas dan motivasi belajar mahasiswa.
ii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, dzat yang kepada siapa kita dan seluruh alam ini paling pantas bersujud. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada idola kita Muhammad SAW, pembawa risalah Allah yang mengorbankan seluruh waktunya semata-mata untuk berjuang dijalan Nya, juga kepada keluarga dan sahabatnya selaku contoh teladan yang utama bagi kita semua. Atas berkat rahmad Allah penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul “Pengembangan Modul Aljabar 2 Berbasis Konstruktivisme di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan”. Tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Terwujudnya penulisan Tesis ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Rektor UNP, Direktur Program Pascasarjana, Ketua Proram Studi Teknologi Pendidikan,
Ketua
Konsentrasi
Pendidikan
Matematika
yang
telah
memberikan fasilitas pada penulis dalam mengikuti perkuliahan. 2.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc., sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, memberikan motivasi dan konstribusinya kepada penulis hingga selesainya pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
vi
3.
Bapak Prof. Dr. Hasanuddin WS, M. Hum., sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, memberikan motivasi dan konstribusinya kepada penulis hingga selesainya pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
4.
Bapak Prof. Dr. I Made Arnawa M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan tesis ini
5.
Bapak Dr. Ridwan sebagai validator sekaligus dosen penguji yang telah memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
6.
Ibu Dr. Yuni Ahda, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan tesis ini
7.
Bapak Dr. H. Zulfadli, M.Pd., Ibu Almira Amir, M.Si., Bapak M. Toha, M.Si., Ibu Hennilawati, SS., S.Pd., M.Hum, sebagai validator yang telah memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran melalui saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
8.
Bapak H. Sahrul Hadi Lubis dan Bapak Mara Amin Harahap, S.Pd., M.Hum selaku Ketua Yayasan dan Ketua STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
9.
Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang 2010.
vii
10. Mahasiswa/Mahasiswi semester VI Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan T.P 2011/2012. 11. Teristimewa untuk Suami tercinta Hamka, anakku tersayang Abdullah, Ayah, Ibu, Kakak, Adik serta keluarga besar yang telah memberikan dorongan, do‟a dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Tesis ini.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah yang diridhoi Allah SWT. Mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan sumbangan yang berarti demi kemajuan pendidikan pada umumnya dan kepada penulis khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik HidayahNya, Amin.
Padangsidimpuan,
Penulis
viii
Juli 2012
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT .............................................................................................. i ABSTRAK .................................................................................................
ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS ...............................................................
iii
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS .................................................
iv
SURAT PERNYATAAN...........................................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ............................................................
7
C. Pembatasan Masalah ...........................................................
7
D. Rumusan Masalah ..............................................................
8
E. Tujuan Pengembangan ........................................................
8
F. Manfaat Pengembangan .......................................................
8
G. Spesifikasi Produk ............................................................
9
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori .......................................................................
11
1. Pembelajaran di Perguruan Tinggi ...............................
11
2. Sistem Pembelajaran Modul .........................................
13
3. Mata Kuliah Aljabar 2...................................................
19
4. Teori Konstruktivisme ..................................................
20
5. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika ......
22
6. Modul Berbasis Konstruktivisme .................................
23
7. Aktivitas Belajar ..........................................................
25
8. Motivasi Belajar ............................................................
28
9. Validitas, Praktikalitas, dan Efektifitas
BAB III
Modul Pembelajaran ....................................................
30
B. Penelitian yang Relevan .....................................................
33
C. Kerangka Pemikiran ..........................................................
34
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................
38
B. Prosedur Penelitian ............................................................
38
C. Defenisi Operasional .........................................................
44
D. Instrumen Penelitian ..........................................................
46
E. Teknis Analisis Data ...........................................................
47
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Tahap Pendefenisian ...................................................................
52
B. Tahap Perancangan ....................................................................
56
C. Tahap Validasi ............................................................................
62
D. Praktikalitas Modul .....................................................................
67
E. Efektifitas Modul ........................................................................
72
F. Pembahasan ................................................................................
80
G. Keterbatasan Penelitian...............................................................
87
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
88
B. Implikasi .....................................................................................
88
C. Saran ...........................................................................................
89
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................... ..
90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... ..
93
x
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Rekap Nilai Mata Kuliah Aljabar 2 .................................................
2
2
Kisi-kisi Indikator Motivasi Belajar Matematika .............................
30
3.
Validasi Modul ................................................................................
42
4.
Indikator Praktikalitas dan Efektifitas Modul...................................
43
5
Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Matematika .......................
50
6
Kriteria Interpretasi Skor Motivasi Penilaian ...................................
51
7
Unsur-unsur Konstruktivisme ...........................................................
57
8
Hasil Validasi Aspek Materi Modul .................................................
62
9
Hasil Validasi Aspek Penyajian Modul ...........................................
63
10
Hasil Validasi Aspek Bahasa dan Keterbacaan Modul ....................
64
11
Hasil Validasi SAP ...........................................................................
66
12
Hasil Angket Praktikalitas Modul ....................................................
69
13
Data Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas .......................
72
14
Kisi-kisi Motivasi Belajar .................................................................
74
15
Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Minat .............
74
16
Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Relevansi .......
76
17
Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Harapan .........
77
18
Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Kepuasan .......
79
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir ...................................................................
37
Gambar 2. Prosedur Penelitian ..................................................................
44
Gambar 3. Struktur Materi Perkuliahan Aljabar 2 .....................................
54
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah kajian ilmu pasti yang diangkat dari fenomena sosial yang secara umum menjadi tolak ukur dalam menentukan sesuatu khususnya dalam mengambil keputusan. Atas dasar itulah, ilmu matematika sebagai dasar pengetahuan harus di tanamkan secara fundamental atau istilah awam dikatakan secara mendasar. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan
bahwa
dalam
memahami
ilmu
matematika,
sering
menghadapi masalah-masalah yang real jika kita kaitkan pada masalahmasalah yang ada di hadapan para pembelajarnya. Terkadang meski kita katakan sesuatu itu nyata secara wujud, tetapi ada juga yang mempunyai wujud tetapi penjelasan dan pemahamannya abstrak. Dalam ilmu matematika, kita dihadapkan pada kajian Aljabar. Aljabar 2 merupakan salah satu cabang matematika abstrak, yang umumnya lebih sulit dibandingkan dengan cabang matematika lain yang lebih konkret. Di dalam Aljabar 2 dibicarakan tentang himpunan dengan satu operasi dan dua operasi yang berupa Grup dan Ring (Gelanggang) yang merupakan suatu Aljabar 2 modern yang standar. Aljabar 2 menurut Wahyudin (1989) adalah ilmu yang mempelajari suatu himpunan dengan satu atau lebih operasi biner yang diberlakukan pada sistem Aljabar 2 tersebut. Misalkan S adalah suatu himpunan yang
1
2
dilengkapi dengan sekelompok operasi biner o dan #, maka S menjadi satu Aljabar 2 dengan satu operasi biner yang dinotasikan dengan (S,o) atau (S,#), atau dua operasi biner yang dinotasikan (S,o,#) atau (S,#,o). Tujuan kurikuler dalam mata kuliah Aljabar 2 berdasarkan silabus Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Ilmu pendidikan (STKIP) Tapanuli Selatan Padangsidimpuan adalah agar mahasiswa memahami lebih dalam tentang Aljabar 2 dan dapat menerapkannya dalam menyelesaikan masalah Aljabar 2 sederhana, serta mampu berpikir logis dan bernalar secara matematis dalam menyelesaikan suatu masalah. Tujuan kurikuler mata kuliah Aljabar 2 dalam tiga tahun terakhir ini dapat dikatakan belum tercapai, karena berdasarkan Daftar Nilai Akademik mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, masih banyak mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70 (kategori: C). Hal ini dapat dilihat dari rekap nilai tiga tahun terakhir pada Tabel 1. Tabel 1 Rekap Nilai Mata Kuliah Aljabar 2 Tiga Tahun Terakhir Nilai Nilai Mahasiswa Tahun Akademik
A
2010/2011
20
2009/2010 2008/2009
%
B
%
C
%
D
%
E
%
10,15 100 50,76
75
38,07
1
0,51
1
0,51
21
10,99
80
41,88
90
47,12
-
-
-
-
20
9,09
130 59,09
65
29,55
5
2,27
-
-
Sumber : DPNA Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan
3
Berdasarkan pengamatan dan wawancara informal yang dilakukan terhadap dosen dan mahasiswa program studi pendidikan matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, pada umumnya mahasiswa belum memiliki sumber perkuliahan yang memadai. Dalam perkuliahan selama ini, bahan ajar yang digunakan belum efektif karena jumlah referensi banyak dan sifatnya heterogen. Pada proses pembahasan satu soal bisa memerlukan beberapa buku sebagai penunjangnya sehingga belum ada satupun bahan ajar yang bisa dipelajari sendiri oleh mahasiswa. Tentu hal ini memaksa mahasiswa untuk memiliki buku-buku pegangan yang beragam tersebut. Sementara belum ada satupun bahan ajar yang praktis dari dosen sebagai pegangan mahasiswa dalam perkuliahan tersebut. Realitasnya hal ini sangat sulit untuk mencapai proses pembelajaran
yang
efektif
seperti
yang
diharapkan.
Keragaman
kemampuan pemahaman mahasiswa menyebabkan tingkat kesulitan yang sangat bervariasi. Hal ini membuat mereka hanya bergantung untuk mencatat soal dan pembahasan yang diberikan dosen selama perkuliahan dan cenderung menunggu copian bahan dari dosen yang pada dasarnya adalah kopian dari buku matematika yang terbatas sumber dan materinya. Mahasiswa mengungkapkan bahwa bahan ajar yang selama ini digunakan belum memadai untuk mendukung proses pembelajaran. Bukubuku yang digunakan selama ini tidak memperhatikan keragaman latar belakang asal sekolah, sehingga mahasiswa tidak dapat memanfaatkan buku secara maksimal. Mereka berharap ada suatu usaha membuat bahan
4
ajar yang dapat menjembatani keragaman kemampuan mereka, bahan ajar yang komplit dan mudah dipahami/dipakai, menarik serta efektif bagi mahasiswa. Apabila diamati lebih lanjut, ditemukan selama proses perkuliahan gejala yang kurang mendukung tercapainya pembelajaran yang kondusif. Gejala-gejala tersebut diantaranya adalah mahasiswa selalu berhenti mengerjakan soal apabila menemui hambatan, tidak tekun menghadapi tugas atau cepat putus asa. Selain itu sumber belajar yang ada selama ini tidak mendukung.
Keterbatasan sumber belajar yang ada selama ini
menyebabkan mahasiswa hanya mengandalkan catatan dari dosen dan selalu bergantung pada penjelasan dosen, tidak ada usaha/ keinginan mencari solusi sendiri. Hal ini menyebabkan mahasiswa cepat bosan dengan pembahasan soal-soal, berhenti sebelum waktu kuliah habis, mudah melepaskan hal yang diyakini atau tidak dapat mempertahankan pendapatnya. Keterbatasan sumber belajar ini juga menyebabkan mahasiswa cenderung menyelesaikan soal bersama-sama, mahasiswa tidak responsive dalam kegiatan pemecahan masalah dan hanya bergantung pada jawaban rekannya yang berkemampuan tinggi. Semua gejala-gejala di atas menunjukkan kualitas pembelajaran yang tidak baik. Motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa dalam pembelajaran tersebut tergolong rendah. Motivasi belajar yang rendah akan berimplikasi terhadap hasil belajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (2006:84) adanya motivasi yang baik dalam pembelajaran
5
akan menunjukkan hasil yang baik pula. Jika seseorang belajar didasarkan adanya motivasi yang tinggi maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Hal ini juga dipertegas oleh Ngalim (2004:105) betapapun baiknya kemampuan mahasiswa untuk belajar tetapi kalau mereka tidak termotivasi, maka pembelajaranpun tidak terwujud dengan baik. Salah satu hal untuk mencapai peningkatan hasil dan motivasi belajar matematika, akan diberikan suatu cara sebagai alternatif pemecahan masalah di atas yaitu dengan mengembangkan suatu media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar digunakan
untuk
memudahkan
menyalurkan
pesan
yang
ingin
disampaikan oleh dosen kepada mahasiswa. Dalam hal ini penulis ingin mengembangkan media dalam bentuk fisik. Media pembelajaran yang dimaksud adalah sebuah produk bahan ajar yang membantu mahasiswa dalam memahami materi dengan karakteristik tertentu. Sahertian (2004;1) menyatakan hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Dengan adanya
bahan
ajar,
mahasiswa
diharapkan
akan
mampu
mengkonstruksikan pengetahuannya. Bahan ajar yang dimaksud adalah Modul Matematika khusus bidang Aljabar 2 berbasis konstruktivisme.
6
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Modul dapat membantu siswa menyiapkan belajar mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa, dapat memonitor kegiatan belajar siswa, dan dapat memberikan saran dan petunjuk serta informasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa. Belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika (Cobb, 1992). Para ahli konstruktivis setuju bahwa belajar matematika melibatkan manipulasi aktif dari pemaknaan bukan hanya bilangan dan rumus-rumus saja. Mereka menolak paham bahwa matematika dipelajari dalam 1 koleksi yang berpola linier. Setiap tahap dari pembelajaran melibatkan suatu proses penelitian terhadap makna dan penyampaian keterampilan hafalan dengan cara yang tidak ada jaminan bahwa siswa akan menggunakan keterampilan intelegensinya dalam setting matematika. Menurut paham konstruktivisme, mahasiswa membangun sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada. Dalam proses ini, mahasiswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang sudah ada untuk membangun pengetahuan baru.
7
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian yang bertujuan mengembangan bahan ajar yang disebut Modul Aljabar 2 berbasis konstruktivisme.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya: 1. Mahasiswa belum memiliki bahan ajar Aljabar 2 yang cukup. 2. Mahasiswa belum mampu mengkonstruksi pengetahuannya tentang Aljabar 2. 3. Motivasi belajar mahasiswa masih rendah. 4. Aktivitas belajar mahasiswa masih rendah 5. Belum ada bahan ajar yang bisa dipelajari mahasiswa secara mandiri.
C. Pembatasan Masalah Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi, maka ada beberapa pembatasan dalam penelitian, yaitu: 1. Penelitian difokuskan pada pengembangan modul. Hal ini dilakukan karena peneliti melihat bahwa dengan adanya modul dapat meningkatkan motivasi, dan aktivitas. 2. Keefektifan modul dilihat dari aspek aktivitas dan motivasi saja. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu.
8
D. Rumusan Masalah Mengingat fokus masalah dan keterbatasan peneliti, maka peneliti membatasi pada permasalahan tentang Pengembangan Modul Aljabar 2 untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan TA. 2011/2012 yang terinci sebagai berikut: 1. Bagaimana validitas modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme? 2. Bagaimana pratikalitas modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme? 3. Bagaimana efektifitas modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme?
E. Tujuan Pengembangan Tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan modul aljabar 2 yang digunakan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana validitas, kepraktikalitasan, dan untuk mendeskripsikan efektifitas modul Aljabar 2 di Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. Mahasiswa, agar mudah memahami mata kuliah Aljabar 2. 2. Dosen, sebagai salah satu alternatif alat bantu yang dapat digunakan agar9 pembelajaran lebih efisien, efektif, dan relevan. 3. Peneliti, sebagai sumber ide dan referensi dalam pengembangan sumber belajar dalam bentuk lain.
9
4. Pembaca, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta sebagai landasan untuk melanjutkan penelitian ini.
G. Spesifikasi Produk Penelitian ini diharapkan menghasilkan produk yang spesifik, yaitu modul dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Pada setiap modul diberikan kompetensi utama, kompetensi pendukung berupa capaian-capaian yang harus dicapai siswa selama perkuliahan dan deskripsi singkat modul. 2. Modul disusun berdasarkan analisis kebutuhan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan dalam memahami materi matematika khususnya bidang aljabar 2. 3. Modul disusun sesuai dengan basis konstruktivisme yaitu dengan contoh permasalahan yang ada, mahasiswa bisa menemukan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan permasalahan. 4. Setiap defenisi akan diberikan contoh soal dan setiap teorema akan diberikan bukti yang jelas beserta contoh penerapan teorema tersebut. 5. Contoh-contoh
soal yang diberikan akan dapat menuntun mahasiswa
untuk menkonstruksi pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan soalsoal latihan yang diberikan. Dengan menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan
membuat
mahasiswa
bekerja
dan
mengalami
sendiri
pengetahuan tersebut. Akhirnya, mahasiswa memahami materi perkuliahan yang diberikan dan memperoleh pengetahuan baru.
10
6. Setiap akhir kegiatan belajar akan dibuat rangkuman singkat yang merangkum isi dari kegiatan belajar tersebut. 7. Setiap akhir kegiatan belajar akan diberikan soal-soal latihan beserta kunci jawaban. 8. Setiap akhir modul akan diberikan tes formatif beserta kunci jawaban. 9. Bahasa dan isi materi dibuat sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa Program
Studi
Pendidikan Matematika STKIP
Tapanuli
Selatan
Padangsidimpuan yang heterogen yang memungkinkan mereka untuk belajar sendiri (independent). 10. Isi modul diketik dengan huruf Tahoma agar lebih terkesan formal, sederhana, dan mudah dibaca. 11. Modul disajikan dengan cover bergambar dan berwarna.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran di Perguruan Tinggi Istilah pembelajaran terkait dengan makna mengajar. Hal ini disebabkan karena pembelajaran hakikatnya merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa (Sanjaya, 2006:49). Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran (Pupuh dan M. Sobry, 2007:8). Sejumlah komponen yang dimaksudkan berarti sistem lingkungan yang membantu dalam proses menyampaikan pesan pengajaran. Proses pembelajaran di peguruan tinggi berbeda dengan proses pembelajaran di sekolah. Hisyam (2004: 4) menyatakan dari segi apapun, mahasiswa telah dianggap dewasa dibandingkan dengan siswa sekolah menengah. Secara umum, dapat dikatakan bahwa mahasiswa telah memiliki kematangan dalam berpikir dan menentukan pilihan dalam proses pembelajaran. 11
12
Dalam proses pembelajaran, hendaknya mahasiswa diperlakukan sesuai
dengan
karakteristiknya
yaitu
dewasa.
Hisyam
(2002;7)
mengatakan orang dewasa itu biasanya mampu mengarahkan dirinya sendiri, mempunyai pengalaman yang beragam, siap belajar akibat kebutuhan
dirinya.
Kemp
(1994:67-68)
menjelaskan
berdasarkan
penelitian yang intensif telah diketahui sejumlah rambatan tentang orang dewasa dan penyesuaian diri dalam proses pendidikan, yaitu: orang dewasa memasuki program dengan motivasi dan kesiapan belajar yang tinggi, mereka meyukai program yang tersusun baik, yang unsurnya terinci dengan jelas. Lebih lanjut ia menegaskan mahasiswa sebagai orang dewasa ingin berperan serta dalam pengambilan keputusan, mereka ingin bekerja sama dengan pengajar dan menilai kebutuhan tujuan, memilih kegiatan, dan menentukan bukti untuk menilai pembelajaran, sebagian besar dari mereka lebih suka ikut serta dengan aktif dalam kegiatan belajar mereka sendiri. Selain itu mahasiswa lebih suka kalau pengajar bertindak sebagai nara sumber tak resmi untuk membimbing, membantu, mendorong mereka bila diperlukan, mereka ingin mengetahui dengan pasti bahwa tujuan kegiatan pembelajaran ada manfaatnya bagi mereka. Karena itu, bagi mahasiswa kegiatan yang tersusun rapi dan mempunyai tujuan yang jelas merupakan hal yang penting. Erman
(2004:2) menyatakan bahwa setiap mahasiswa adalah
individu yang memiliki potensi untuk belajar mandiri, baik dari sumber tertulis,
media
masa
atau
lingkungannya.
Dosen
lebih
bersifat
13
memfasilitasi dan menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga potensi tersebut bisa berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran/perkuliahan diharapkan dosen harus berusaha menciptakan sistem lingkungan
perkuliahan
yang memungkinkan
mahasiswa belajar dari pengetahuan dan pengalamannya masing-masing. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di perguruan tinggi menginginkan proses pembelajaran yang terprogram dengan rapi. Artinya mempunyai tujuan dan langkah/ kegiatan yang jelas, sistematis. Peran dosen sebagai pengajar tidak intervensi, hanya sebagai fasilitator. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa lebih suka ikut serta dengan aktif dalam kegiatan belajar mereka sendiri.
2. Sistem Pembelajaran dengan Modul Sunardi (2002: 422) menjelaskan ”perhatian terhadap pengajaran yang memberikan kesempatan bagi individu semakin dikembangkan”. Artinya pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dengan caranya sendiri dan berdasarkan azas perbedaan individu semakin dikembangkan. Pembelajaran yang berprinsip demikian salah satunya adalah sistem pembelajaran dengan modul. Lebih lanjut Sunardi (2002:422) menjelaskan pembelajaran modul adalah suatu satuan program pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari dosen. Dengan menggunakan modul, proses pembelajaran tidak berpusat pada dosen, melainkan pada mahasiswa. Suryosubroto (1983:9) menjelaskan
14
bahwa
”Sistem
pengajaran
dengan
modul
adalah
suatu
sistem
penyampaian yang dipilih dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan yang lebih efisien, relevan, dan efektif. Sehingga prinsip utama dari sistem pembelajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dalam hal penggunaan waktu, dana, fasilitas dan tenaga secara tepat”. Jadi, pembelajaran dengan modul bertujuan selain memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar dengan cara dan kemampuannya sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran. Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar mahasiswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul mahasiswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua mahasiswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di samping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul.
15
Modul disusun dengan berdasar kepada konsep yang menekankan bahwa mahasiswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut (Vemrianto, 1981: 64). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran dengan modul adalah adalah suatu satuan program pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari dosen. Pembelajaran dengn modul merupakan pembelajaran yang menggunakan prinsip memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan/kemampuan mereka sendiri. Sehingga prinsip utama dari sistem pembelajaran dengan modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dalam hal penggunaan waktu, dana, fasilitas dan tenaga secara tepat. Kemp (1994:163) menjelaskan definisi dan karakteristik pembelajaran modul yaitu: Modul adalah paket yang membahas pokok bahasan tunggal atau satuan pelajaran dari bahan ajar. Ia terdiri dari atas pedoman belajar yang mengandung semua informasi yang diperlukan mahasiswa untuk mempelajari bahan yang ditugaskan. Komponen penting sebuah modul terdiri dari: (1) pengarahan yang ditulis secara cermat, (2) sejumlah sasaran belajar yang harus diselesaikan, (3) uraian sejumlah kegiatan, (4) daftar sumber belajar, dan (5) satu ujian atau lebih disertai jawaban sehingga siswa dapat mengecek kemajuan belajar mereka.
16
Definisi yang dikembangkan oleh Kemp tersebut di atas sejalan dengan batasan mengenai modul yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan
Pendidikan
Depdikbud
dalam
Vembrianto
yang
memberikan batasan dengan modul sebagai berikut: yang dimaksud dengan modul adalah “ satu unit program belajar terkecil yang secara terperinci menggariskan : a) Tujuan-tujuan instruksional umum yang akan ditunjang pencapaiannya; b) Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar; c) Tujuan-tujuan instruksional khusus yang akan dicapai oleh siswa; d) Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan; e) Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas; f) Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; g) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan; h) Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi anak; i) Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses pembelajaran”. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Modul di dalam kelas menurut Vembrianto (1981: 64) melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) Guru mempersiapkan
segala
perlengkapan
yang
diperlukan;
(2)
Guru
memberikan pengarahan singkat tugas siswa dalam mengerjakan modul; (3) Siswa mempelajari lembaran kegiatan dan melakukan tugas-tugas dalam lembaran kerja; (4) Siswa memeriksa hasil pekerjaannya dan memperbaiki kesalahan-kesalahannya; (5) Kepada siswa yang telah menyelesaikan modul inti dengan baik diberikan modul pengayaan; (6)
17
Guru memberikan tes kepada siswa untuk mengevaluasi penguasaan siswa atas modul yang telah dipelajari. Dalam
pembelajaran
organisator kondisi-kondisi
modul,
peran
dosen
hanya
sebagai
yang memungkinkan mahasiswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam modul yang dipelajari. Dengan menyajikan modul dan melengkapi peralatan yang diperlukan untuk mempelajarinya dan meciptakan kondisi yang diperlukan itu, proses belajar mahasiswa akan dirangsang. Pelaksanaan
pembelajaran
bermodul
memiliki
perencanaan
kegiatan sebagai berikut: (1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu
sebelum
pembelajaran
pembelajaran;
menggunakan
(2)
metode
Penerapan
diskusi
model
modul
dalam
pembelajaran
konstruktivistik; (3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugas-tugas latihan yang terstruktur; (4) hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feedback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya; (5) memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan
sumatif,
dipertimbangkan
sebagai
hasil
diagnosis
untuk
menyelenggarakan program remedial pada siswa diluar jam pelajaran. Keuntungan yang diperoleh dari pembelajarn dengan penerapan modul adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan
18
sesuai dengan kemampuan; (2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar pada modul mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil; (3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya; (4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester; (5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik. Dari penjelasan di atas, penulis kembangka modul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: 1) Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap dan memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik; terdiri
dari
Tujuan-tujuan/kompetensi
yang
akan
ditunjang
pencapaiannya; Topik dan Pokok-pokok materi yang akan dipelajari; kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas; Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan secara berurutan; Lembaran-lembaran kerja; Program evaluasi. 2) Materi merujuk dari materi dosen pengampu mata kuliah. 3) Modul yang disiapkan disesuaikan dengan tingkat pemahaman mahasiswa (modul inti, pengayaan). Pola kombinasi modul inti dengan pengayaan menggunakan pola ke-tiga yaitu kombinasi modul inti dengan kegiatan pengayaan berupa membantu teman lain dalam menyelesaikan modulnya.
19
3. Mata Kuliah Aljabar 2 Mata kuliah Aljabar 2 dipelajari pada semester VII (tujuh) pada Program Studi Pendidikan Matematika STKIP
Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan. Dalam hal ini karakteristik mahasiswa yang ada dalam kelas sangat heterogen. Mahasiswa diharapkan untuk mengambil terlebih dahulu mata kuliah Himpunan dan Logika, Aljabar Elementer, dan Aljabar I agar lebih mudah memahami mata kuliah ini. Aljabar 2 merupakan materi tentang matematika abstrak, maka dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan, tetapi belajar tentang konsep abstrak, fakta serta prinsip yang saling berkaitan. Jadwal mata kuliah
Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan, ada yang pagi dan sore. Oleh karena itu metode pembelajaran dalam mata kuliah Aljabar 2 disesuaikan dengan jadwal kuliah mahasiswa, sehingga diharapkan mahasiswa yang dapat jadwal sore bisa menerima materi dengan baik. Tujuan kurikuler mata kuliah Aljabar 2 adalah setelah mengikuti mata kuliah Aljabar 2 diharapkan mahasiswa memahami lebih dalam tentang Aljabar 2 dan dapat menerapkannya dalam menyelesaikan masalah sederhana aljabar, serta mampu berpikir logis dan bernalar secara matematis dalam menyelesaikan suatu masalah. Sedangkan tujuan umum dari mata kuliah Aljabar 2, diharapkan setelah mengikuti mata kuliah Aljabar 2 mahasiswa semester VI (enam)
20
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP
Tapanuli Selatan
Padangsidimpuan dapat: 1) Memahami pengertian himpunan dan dasar-dasar himpunan, serta mampu menggunakannya sebagai pengembangan lebih lanjut. 2) menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan terhadap suatu operasi biner 3) memahami konsep pemetaan, kesamaan dua pemetaan, macammacam pemetaan, pemetaan komposisi, dan pemetaan invers. 4) mengidentifikasi dan memahami konsep dari Semigrup dan Monoid 5) mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup 6) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Grup Siklik, Grup Permutasi dan Homomorfisma Grup 7) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat dari Grup Faktor 8) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat suatu Ring, Integral Domain dan Field 9) mengidentifikasi suatu Ring merupakan Sub Ring dan Ideal 10) mengenal
dan
mengaplikasikan
sifat-sifat
Ring
Faktor
dan
Homomorfisma Ring 11) mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom
4. Teori Konstruktivisme Menurut pandangan Konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari subjek belajar untuk mengkonstruksi makna sesuatu, entah berupa teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain sehingga
21
belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya akan berkembang. Dalam kelas konstruktivis seorang dosen tidak mengajarkan kepada
mahasiswa
bagaimana
menyelesaikan
persoalan,
namun
mempresentasikan masalah dan mendorong mahasiswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika mahasiswa memberikan jawaban, dosen mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawaban itu benar atau tidak benar, namun dosen mendorong mahasiswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang. Saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai akan apa yang dapat masuk akal siswa. Para mahasiswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Aktivitas matematika dalam kelas konstruktivis diwujudkan dalam tantangan masalah, kerja dalam kelompok kecil dan diskusi kelas menggunakan apa yang „biasa‟ muncul dalam materi kurikulum dalam kelas „biasa‟. Evaluasi dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut Trianto (1997:73), antara lain: 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif 2) Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa 3) Mengejar adalah membantu siswa belajar
22
4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir 5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa 6) Guru sebagai fasilisator
5. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk)
pengetahuan
baru
berdasarkan
pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya (Dempelan, 2010). Dalam pandangan konstruktivisme „Belajar‟ bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada diluar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam form yang baru. Proses pembangunan ini bisa melalui Asimilasi atau Akomodasi. Sementara yang kita lihat saat ini sebagaian besar pola pembelajaran matematika saat ini masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan menggerojokkan konsep-konsep secara langsung pada peserta didik. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif “menyerap” struktur matematika yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa. Kurikulum matematika sekolah di Indonesia dalam pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/teorema/definisi, (2) diberikan contoh-contoh dan (3) diberikan latihan soal-soal.
23
Pembelajaran
matematika
dalam
pandangan
konstruktivis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa. Implikasi ciri-ciri pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivis adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang konstruktif adalah lingkungan belajar yang (1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan, (2) menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, (3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret, (4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama antara siswa, (5) memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik, dan (6) melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika lebih menarik dan siswa mau belajar.
6.
Modul Berbasis Konstruktivisme Modul disusun dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, dimana mahasiswa membangun/menemukan sendiri bagaimana konsep Aljabar 2. Dengan adanya soal-soal latihan yang diberikan menuntut
24
mahasiswa bekerja dan mengalami sendiri pengetahuan tersebut. Akhirnya, mahasiswa memahami materi perkuliahan yang diberikan dan memperoleh pengetahuan baru. Modul berbasis Konstruktivisme memuat unsur-unsur sebagai berikut: 1) Orientasi, artinya modul memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari. 2) Elisitasi, artinya dengan menggunakan modul mahasiswa dibantu mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster. 3) Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal. a)
Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ideide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
b) Membangun ide yang baru ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
25
c)
Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau memungkinkan ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk untuk diuji dengan suatu percobaab atau persoalan yang baru.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh mahasiswa perlu diaplikasikan dalam macam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan mahasiswa lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya. 5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahnya dengan suatu keterangan atau mungkin mengubahnya menjadi lebih lengkap.
7. Aktivitas Belajar Aktivitas adalah merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar, karena pada prinsinya belajar adalah berbuat. Aktivitas dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dilakukan mahasiswa selama proses pembelajaran. Sanjaya (2007:131) menyatakan bahwa aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Jadi, proses berpikir juga merupakan aktivitas belajar. Sardiman (2007: 96-97) menjelaskan ”segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
26
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Sardiman (2006: 97) menegaskan bahwa ruang kelas haruslah diatur sedemikan rupa menjadi laboratorium pendidikan sehingga memungkinkan mahasiswa untuk bekerja sendiri. Dengan pengaturan kelas yang kondusif dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran. Silbermen (1996:4) mengemukakan: When learning is passive the learners comes to the encounter without curiosity, without questions, and without interest in the outcome (except, perhaps, in the grade he or she will receive). When learning is active, the learne is seeking something. He or she wants an answer to a questions, needs information to solve a problem, or is searching for a way to do job. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa dalam belajar, tidak cukup hanya mendengar dan mencatat saja seperti lazim terdapat disekolahsekolah tradisional. Sardiman (2006;101) membuat suatu daftar yang berisi kegiatan siswa yang dapat dikelompokkan menjadi delapan macam aktivitas, yaitu: Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi; Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato; Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket; menyalin, Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; Motor activities, yang termasuk di dalamnya
27
antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak; Mental activities, sebagai contoh: menganggapi, mengingat,
memecahkan
masalah,
menganalisis,
melihat
hubungan,
mengambil keputusan; Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Dari pendapat-pendapat di atas, tampak jelas bahwa banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran matematika. Menurut Erman (2004:299) ”Belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learnig to do, learning to be, hingga learning to live together”. Belajar tidak hanya sekedar mengetahui, namun lebih untuk berbuat, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersosialisasi (kebersamaan). Berdasarkan jenis-jenis aktivitas di atas, aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar mahasiswa yang diamati selama proses pembelajaran modul Aljabar 2 yang terdiri dari: a. Membaca modul b. Bertanya c. Mengerjakan latihan soal dalam modul d. Membuat gambar/tabel e. Mahasiswa
menanggapi,
memecahkan
soal,
menyimpulkan perkuliahan f. Mengganggu teman, melamun, atau bermain.
menganalisis,
dan
28 8. Motivasi Belajar Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk melakukan serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (Uzer, 2004:28). Menurut Rosjidan dkk (2001:60) menjelaskan bahwa motivasi mempunyai tiga fungsi di antaranya ialah : ” Mendorong manusia untuk berbuat,..... menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai…..”. Jadi motivasi merupakan daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk mau melakukan dalam mencapai suatu tujuan. Definisi motivasi juga dikemukakan oleh Keller (1983:389), yaitu: Motivation, by definition, refers to the magnitude and direction of behaviour. In other words ferers to the choices people make as to what experiences or goals they will approach or avoid and degrre of effort they will exert in the respect. Dari pengertian tersebut dimaksudkan bahwa motivasi berhubungan dengan pilihan-pilihan yang dibuat oleh manusia sebagai pengalaman atau tujuan yang akan mereka dekati atau hindari dan tingkat usaha yang akan mereka gunakan untuk banyak hal. Jadi motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin untuk melakukan sesuatu. Dalam hal kegiatan belajar, motivasi adalah
29
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan prilaku seseorang untuk belajar. Ciri-ciri motivasi yang ada pada seseorang menurut Sardiman (2006:83) adalah sebagai berikut: (1) tekun dalam melaksanakan tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak perlu berhenti sebelum selesai); (2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin. Tidak cepat puas atas prestasi yang telah dicapai; (3) menunjukkan minat besar terhadap bermacammacam masalah belajar; (4) lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain; (5) tidak cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; (8) senang mencari dan menyelesaikan soal-soal. Cara yang dapat dilakukan dosen dalam memotivasi mahasiswa antara lain dengan meningkatkan mutu pembelajaran dan mempengaruhi harapan mahasiswa sehingga mereka percaya bahwa keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan suatu mata kuliah akan mengantarkan pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan (Mustafa 2001:14). Erman (2004:236) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan dosen dalam memotivasi mahasiswa untuk belajar matematika sebagai berikut: ” .....menggunakan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat
dan
sesuai
dengan
karakteristik
topik
yang disajikan,
memanfaatkan teknik, metode dan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton”. Jadi, harapan mahasiswa,
30
mutu pembelajaran, dan metode dan teknik yang tepat perlu diperhatikan oleh dosen dalam proses pembelajaran. Dari beberapa teori motivasi di atas, maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan motivasi belajar matematika adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar matematika dengan kisikisi indikator motivasi seperti pada Tabel 2 berikut sehingga diharapkan tujuan pembelajan matematika dapat dicapai. Tabel 2. Kisi-kisi Indikator Motivasi Belajar Matematika No
Indikator/butir
1 2 3 4 5
Ulet menghadapi masalah Menunjukkan minat terhadap matematika khusunya Aljabar 2 Percaya diri Penghargaan Tujuan yang jelas dan diakui
9. Validitas, Praktikalitas, dan Efektifitas Modul Pembelajaran a. Validitas Modul Pembelajaran Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah modul selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan kualitatif terhadap sebuah modul, yaitu untuk menentukan berfungsi tidaknya suatu modul berdasarkan kriteria yang ditentukan yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi dan bahasa. Validitas modul perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas modul dalam kaitannya dengan mengukur dalam hal yang seharusnya diukur. Surapranata
31
(2009;50), menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung pada macam validitas yang digunakan. Validitas juga dapat dikatakan sebagai suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur, atau validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan. Para pengembang modul pembelajaran, memiliki tanggung jawab dalam membuat tes yang benar-benar valid. Oleh karena itu, validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah berfungsi. 1.
Validitas Isi Validitas isi sering juga dinamakan validitas kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Dalam dunia pendidikan sebuah modul dikatakan memiliki isi apabila dapat mengukur dari domain tujuan khusus tertentu yang sama kurikulum pelajaran yang akan diberikan. Modul Matematika dikatakan valid apabila hanya mengukur kemampuan Matematika, bukannya mengukur kemampuan biologi.
2.
Validitas Konstruk Konstruk adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tatapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid
32
apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indiktor yang terdapat dalam kurikulum.
b. Praktikalitas Modul Pembelajaran Setelah modul pembelajaran divalidasi dan hasilnya sudah valid, maka tahap selanjutnya dilakukan praktikalitas, untuk menjawab bagaimana parktikalitas dari modul pembelajaran Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan dilakukan secara deskripsi dari analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan perkuliahan dengan modul,
angket kepraktisan oleh mahasiswa, dan
wawancara dengan mahasiswa yang dapat menggambarkan secara umum praktikalitas modul pembelajaran Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme tersebut.
c. Efektivitas Modul Pembelajaran Efektivitas modul pembelajaran dilihat dari kompetensi mahasiswa. Kompetensi (competence) menurut Hall dan Jones (1976) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tetentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan Mardapi, dkk (2001) merumuskan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara
33
pengetahuan, kemampuan, dan penerapan kedua hal tersebut dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja. Kompetensi (competence) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Anny (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Kerja Berbasis Konstruktivisme untuk Perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2 di STKIP PGRI Sumatera Barat”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa buku kerja valid, praktis, dan efektif. 2. Refnywidialistuti (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning (PBL) pada Materi Pecahan di Kelas IV SD Negeri 14 Pematang Panjang Kecamatan Sijunjung”. Hasil penelitian ini berupa bahan ajar materi Pecahan yang valid, praktis, dan efektif. Buku kerja berbasis konstruktivisme ini dapat mempermudah siswa dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini akan mengembangkan modul berbasis Konstruktivisme untuk perkuliahan Aljabar 2 yang akan di pakai di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Penggunaan modul ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar mahasiswa.
34
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya di atas disimpulkan bahwa modul berbasis konstruktivisme cocok untuk menyelesaikan permasalahan perkuliahan untuk meningkatkan hasil belajar, motivasi, efektifitas, dan kemandirian mahasiswa dalam menyelesaiakn permasalahan. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dirancang dan disusun modul berbasis konstruktivisme untuk mata kuliah Aljabar 2.
C. Kerangka Pemikiran Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang mencakup penerapan proses yang komplek dan terpadu dalam menganalisis dan memecahkan masalah pendidikan. Pemecahan masalah ini menjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didisain dan digunakan dalam keperluan pembelajaran. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran matematika di jurusan pendidikan matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yang perlu ditelaah lebih lanjut adalah keterbatasan dalam hal ketiadaan bahan ajar yang efektif. Belum tersedianya bahan ajar yang efektif tersebut berimpilikasi pada hasil belajar Aljabar 2, aktivitas dan motivasi belajar mahasiswa. Pembelajaran modul adalah suatu sistem penyampaian pengajaran yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar sendiri tanpa terlalu bergantung pada dosen yang selama ini selalu bertugas sebagai penyampai informasi. Mahasiswa merupakan orang yang dianggap dewasa dalam pemikiran, sehingga pembelajaran haruslah cocok dengan minatnya.
35
Pembelajaran modul sangat dimungkinkan cocok untuk untuk mahasiswa karena cocok dengan kepentingan, kemampuan dan minatnya masing-masing. Modul ditulis dan disusun sedemikian rupa sehingga materi pelajaran selalu terarah kepada tujuan yang sudah ditetapkan. Modul disusun berdasarkan kebutuhan yang diperoleh dari analisis kesulitan pemahaman mahasiswa. Lebih jauh lagi dengan menggunakan modul dapat memupuk sikap dinamis dan aktif, karena mahasiswa dituntut lebih giat untuk memahami materi dan mengerjakan kegiatan serta latihan yang ada. Dalam pembelajaran modul ini, mahasiswa belajar tanpa terikat oleh gaya mengajar dosen, karena materi pembelajaran telah disiapkan dalam modul tersebut telah diatur. Dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada dalam modul, maka mahasiswa dapat bekerja sendiri. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran
mahasiswa
benar-benar
menjadi
titik
pusat
kegiatan
pembelajaran, dosen hanya berfungsi sebagai fasilitator dan organisator. Selain itu, dalam pembelajaran modul mahasiswa dapat menilai kemajuannya sendiri sebab tiap langkah kegiatan belajar dapat dikontrol sendiri. Dengan begitu hasil belajar dapat diketahui dan ini membuat proses pembelajaran lebih efektif. Dengan menggunakan modul, mahasiswa terhindar dari kegiatan yang tidak berguna, sebab materi dalam modul serta petunjuk-petunjuk kegiatannya sangat terarah. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep yang menekankan bahwa mahasiswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang
36
disajikan dalam modul. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa mahasiswa tidak diperbolehkan mengikuti program berrikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut. Selain itu pembelajaran dengan modul memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja dan belajar sesuai dengan kecepatannya. Sehingga dengan kata lain dengan menggunakan modul dapatlah dicapai perkembangan mahasiswa secara optimal, yakni perkembangan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Modul yang dikembangkan perlu divalidasi berdasarkan validitas isi dan konstruk, diuji praktikalitas dan efektifitasnya yang dilakukan dengan uji coba di kelas yaitu dengan mengamati aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. Modul yang sudah divalidasi dan dipraktikalisasi digunakan untuk mengetahui apakah modul yang dirancang sudah cocok dan mudah digunakan oleh mahasiswa STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
37
Secara
ringkas
kerangka
berpikir
dari
penelitian
ini
dapat
digambarkan melalaui diagram berikut ini: Buku Teks belum efektif untuk membantu mahasiswa agar dapat memahami materi Aljabar 2
Modul Aljabar 2 di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan belum ada
Modul Aljabar 2 yang valid, praktis dan efektif
Modul membantu dan mempermudah mahasiswa dalam perkuliahan
Meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar
Gambar 1. Kerangka Berpikir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan (Research and development / R&D). Menurut Sugiyono (2008:407), “R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”. Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat bantu perkuliahan yang berupa modul.
B. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D rancangan Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (Trianto, 2009: 190). Model pengembangannya terdiri atas 4 tahap yang meliputi : pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (desseminate). Tahap-tahap yang akan dilalui peneliti hanya sampai tahap develop, karena mengingat keterbatasan waktu dan biaya. Secara lengkap prosedur yang akan dilakukan adalah : 1. Tahap pendefenisian (define) Tahap ini dilakukan guna melihat gambaran kondisi di lapangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar Aljabar 2 di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, kemudian menganalisis permasalahan. Proses yang dilakukan adalah sebagai berikut : 38
39
1) Menganalisis silabus, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah sesuai dengan kompetensi utama dan kompetensi pendukung mata kuliah. 2) Menganalisis buku-buku teks Aljabar 2, untuk melihat kesesuaian isi buku dengan kompetensi utama dan kompetensi pendukung yang harus dicapai mahasiswa. Buku-buku yang telah sesuai akan digunakan sebagai acuan penyusunan konsep dan contoh soal serta latihan soal pada modul yang akan dikembangkan. 3) Merevieu literatur yang terkait dengan pengembangan modul. Proses perkuliahan yang merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual adalah pengajaran dengan modul. Pengembangan modul harus sesuai dengan prinsipnya, yaitu suatu satuan program pembelajaran yang dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri dengan bantuan yang minimal dari dosen. Artinya, modul yang dihasilkan harus mudah dipahami oleh mahasiswa. 4) Wawancara dengan teman sejawat dan dosen pengampu dilakukan untuk mengetahui masalah atau fenomena yang dihadapi di kelas sehubungan dengan perkuliahan. Interview dilakukan untuk mendapatkan sarandalam pengembangan modul selanjutnya. 5) Mempelajari
karakteristik
mahasiswa,
untuk
menyusun tingkat bahasa, dan kesukaran soal.
memudahkan
40
2. Perancangan (design) Setelah menganalisis kebutuhan dilanjutkan dengan perancangan. Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah merancang format modul Aljabar 2. Aljabar 2 mempunyai beban 4 SKS. Materi Aljabar dimulai dengan materi himpunan, dasar-dasar himpunan, grupoida, semigrup dan monoida, grup dan subgrup, grup simetri dan grup siklik, koset, subgrup normal dan sifat-sifatnya, homomorfisma dan isomorfisma, ring dan sifatsifat ring serta ring faktor. Materi Aljabar 2 sampai setengah semester adalah grup simetri dan grup siklik. Modul Aljabar 2 yang dirancang terdiri dari 4 modul yang dapat dipergunakan untuk setengah semester, bagian-bagiannya yaitu :
Modul 1 mengenai himpunan; modul 2
mengenai operasi grupoida, semigrup dan monoida; modul 3 mengenai dasar grup dan subgrup; modul 4 mengenai grup simetri dan grup siklik. Masing-masing modul terdiri dari dua kegiatan belajar dan setiap kegiatan belajar berisi kompetensi utama, kompetensi khusus, deskripsi singkat, materi pokok, contoh soal, rangkuman, soal latihan, kunci jawaban dan tes formatif. Dalam setiap modul bisa terdiri atas beberapa kali pertemuan yang sudah disesuaikan dengan silabus. 3. Pengembangan (develop) Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah memvalidasi, menguji praktikalitas dan efektifitas modul.
41
a) Tahap Validasi Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan sebenarnya. Proses validasi disertai dengan diskusi atau wawancara langsung dengan pakar mengenai perbaikan yang harus dilakukan yaitu dengan cara rancangan Modul Aljabar 2 dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pakar atau ahlinya dan pembimbing, kemudian rancangan tersebut dinilai oleh orang-orang yang
berkompeten
(validator)
yang
telah
memahami
prinsip
pengembangan modul, yaitu dosen, teman sejawat sesama mahasiswa Pascasarjana UNP, dosen pengasuh mata kuliah. Validasi Modul ini ada 2 macam, yaitu : 1) Validasi isi yaitu apakah modul yang telah dirancang sesuai dengan silabus mata kuliah 2) Validitas Konstruk yaitu Kesesuaian komponen-komponen modul
dengan unsur-unsur pengembangan
yang sudah
ditetapkan. Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk mengisi lembar validasi modul dan diskusi sampai tercapai suatu kondisi dimana validator berpendapat bahwa modul yang dikembangkan sudah valid dan layak untuk digunakan. Adapun aspek-aspek yang divalidasi dapat dilihat dari Tabel 3.
42
Tabel 3. Validasi Modul No.
Aspek
1 2 3
Materi dalam modul Penyajian Bahasa dan Keterbacaan
Metode Pengumpulan Data Diskusi dengan pakar Aljabar 2 dan pakar pendidikan matematika, serta dosen Aljabar 2
Instrumen Lembar validasi
b) Tahap Praktikalitas Setelah divalidasi, modul ini direvisi dan selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui tingkat praktikalitas (keterpakaian) modul. Modul Aljabar 2 dikatakan memiliki praktikalitas yang tinggi apabila bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Dalam arti mudah digunakan, mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas. Ujicoba dilakukan terbatas di satu kelas Program Studi Pendidikan Matematika
STKIP
Tapanuli
Selatan
Padangsidimpuan
yang
mengambil mata kuliah Aljabar 2 semester genap tahun akademik 2011/2012. c) Tahap Efektifitas Tahap ini dilakukan untuk menilai apakah modul yang dikembangkan dapat digunakan sesuai harapan untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa. Pada uji coba ini akan diamati motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa untuk mengetahui tingkat efektifitas modul yang telah dikembangkan. Adapun indikator praktikalitas dan efektifitas modul dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
43
No 1
2
Tabel 4. Indikator praktikalitas dan efektifitas modul Metode Aspek yang dinilai Pengumpulan Instrumen Data Praktikalitas : a. Observasi a. Lembar a. Pelaksanaan perkuliahan kelas observasi dengan modul b. Wawancara b. Petunjuk modul mahasiswa b. Lembar c. Isi modul c. Angket angket d. Waktu untuk mengerjakan latihan Efektifitas : a. Observasi a. Lembar a. Dampak terhadap aktivitas observasi belajar b. Angket b. Dampak terhadap motivasi motivasi b. Angket belajar
44
Secara garis besar, prosedur penelitian dapat digambarkan dalam diagram berikut. Tahap Pendefenisian Analisis Kebutuhan dan Permasalahn
Analisis silabus dan buku teks Review kurikulum dan literatur Wawancara dengan teman sejawat Mempelajari karakteristik mahasiswa
Merancang Modul Matematika Aljabar 2 (Rancangan awal)
Validasi Modul T a h a p p e n g e m b a n g a n
Valid?
Tidak
Revisi
Ya Uji coba modul
Analisis Tidak Praktis? Efektif?
Revisi
Ya Perangkat Modul Matematika Aljabar 2 yang valid, praktikal dan efektif
Gambar 2. Prosedur Penelitian
C.
Defenisi Operasional 1. Modul, merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap dan memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik; terdiri dari Tujuan-tujuan/kompetensi yang akan ditunjang pencapaiannya;
45
Topik dan Pokok-pokok materi yang akan dipelajari; kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas; Alat-alat dan sumber yang akan dipakai; Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan secara berurutan; Lembaran-lembaran kerja; Program evaluasi (tes dan kunci jawaban). 2. Teori konstruktivisme, merupakan proses aktif dari subjek belajar untuk mengkonstruksi makna sesuatu, berupa teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain, sehingga belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan
yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dimiliki, dengan demikian pengertiannya menjadi berkembang. 3. Validitas, artinya kesahihan, sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir/semestinya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia,2002).
Validitas yang dikaji meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validasi isi melihat apakah modul yang telah dirancang sesuai dengan silabus mata kuliah. Validitas Konstruk melihat kesesuaian komponen-komponen Modul dengan unsur-unsur pengembangan yang sudah ditetapkan. 4. Praktikalitas, bersifat praktis, artinya mudah dan senang memakainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002). Praktikalitas berkaitan dengan sifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Dalam arti mudah digunakan, mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas.
46
5. Efektifitas berkaitan dengan modul yang dikembangkan dapat digunakan sesuai harapan untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar mahasiswa. 6. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dilakukan mahasiswa selama proses pembelajaran. Aktivitas yang akan
diamati
dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar mahasiswa yang diamati selama proses pembelajaran modul Aljabar 2 7. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar seperti ulet menghadapi masalah, minat terhadap matematika khususnya Aljabar 2, percaya diri, dll.
D.
Instrumen Penelitian Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini ada yang merupakan hasil modifikasi dari instrumen dari pakar Modul yaitu: lembar validasi modul, lembar observasi, angket dan tes. 1. Lembar validasi Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah modul yang telah dirancang valid atau tidak. Lembar validasi modul berisi aspek-aspek yang telah dirumuskan pada tabel 2. Masing-masing aspek dikembangkan menjadi beberapa pernyataan. Skala penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala Likert.
47
2. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan perkuliahan dengan modul dan aktivitas mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. Aktivitas mahasiswa yang diamati dalam penelitian ini adalah : a. Membaca modul b. Bertanya c. Mengerjakan latihan soal dalam modul d. Membuat gambar/tabel e. Mahasiswa
menanggapi,
memecahkan
soal,
menganalisis,
dan
menyimpulkan perkuliahan f. Mengganggu teman, melamun, atau bermain. 3. Angket Pada penelitian ini angket bertujuan mengungkapkan praktikalitas dan motivasi belajar mahasiswa pada perkuliahan Aljabar 2. Pengisian angket ini menggunakan skal Likert. Sebelum digunakan, angket divalidasi oleh validator instrumen. Hasil validasi oleh kedua validator menunjukkan bahwa instrumen angket ini sudah sangat valid, artinya sudah dapat digunakan. Hasil validasi angket dapat dilihat pada Lampiran 8. E.
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui berbagai instrumen dianalisis secara kuantitatif dan kulitatif, informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan
48
wawancara mengenai praktikalitas modul dianalisis secara kualitatif. Data dari hasil lembar validasi modul, lembar validasi SAP, angket praktikalitas, lembar observasi aktivitas dan angket motivasi, secara kuantitatif, kemudian digunakan teknik deskriptif untuk menarik kesimpulan yang bersifat kualitatif. Teknik analisis data dari setiap instrumen digambarkan sebagai berikut : 1.
Lembar Validasi Hasil validasi dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai, disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicari rerata skor tersebut dengan menggunakan rumus :
R
Vi n
Dengan : R = rerata hasil penilaian dari para validator Vi = skor hasil penilaian ke – i n = banyak validator Kemudian rerata yang didapatkan dikonfirmasikan dengan kriteria yang ditetapkan. Cara mendapatkan kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a)
Rentangan skor mulai dari 0 sampai 4
b)
Kriteria dibagi atas lima tingkatan. Istilah yang digunakan disesuaikan dengan aspek-aspek yang bersangkutan.
c)
Rentangan rerata dibagi menjadi lima kelas interval.
49
Lalu dihitung rerata semua aspek untuk modul. Untuk menentukan tingkat kevalidan modul digunakan kriteria berikut : 1) Bila rerata > 3,20 maka modul dikategorikan sangat valid 2) Bila 2,40 < rerata
3,20 maka modul dikategorikan valid
3) Bila 1,60 < rerata
2,40 maka modul dikategorikan cukup valid
4) Bila 0,80 < rerata
1,60 maka modul dikategorikan kurang valid
5) Bila rerata
0,80 maka modul dikategorikan tidak valid
2. Lembar Observasi a)
Observasi praktikalitas pelaksanaan perkuliahan modul Hasil observasi dipisah-pisahkan menurut kelompok data. Untuk menggambarkan data hasil observasi digunakan teknik deskriptif.
b)
Observasi aktivitas mahasiswa Data observasi diperoleh dengan cara menghitung jumlah mahasiswa yang melakukan aktivitas sebagaimana terdapat pada lembar observasi. Data tersebut dianalisis dengan teknik persentase yang dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan : P = persentase aktivitas f = frekuensi aktivitas N = jumlah mahasiswa
50
Untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
aktivitas
belajar
mahasiswa, Dimyati (1999:125) memberikan kriteria sebagai berikut : Tabel 5. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar mahasiswa Kriteria
Tingkat Keberhasilan Sedikit sekali Tidak berhasil Sedikit Kurang berhasil Banyak Berhasil Banyak sekali Sangat berhasil Sumber : Dimyati dan Mujiono (1999:125)
Range Persentase 1-25 26-50 51-75 76-100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui jika persentase mahasiswa yang aktif adalah antara 1% - 25% maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang beraktivitas sedikit sekali dan proses perkuliahan tidak berhasil megaktifkan mahasiswa. Aktivitas mahasiswa diamati setiap pertemuan,
sehingga
dapat
diketahui
perkembangan
aktivitas
mahasiswa dalam perkuliahan yang menggunakan modul. 3.
Angket Data angket praktikalitas modul dan angket motivasi belajar
diperoleh dengan cara menghitung skor mahasiswa yang menjawab masing-masing item sebagaimana terdapat dalam angket. Data hasil tanggapan mahasiswa melalui angket yang terkumpul, kemudian ditabulasi. Hasil tabulasi tiap item item dicari persentasenya, dengan rumus :
Hasil yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut :
51
Tabel 6. Kriteria Interpretasi Skor Motivasi Penilaian (%) Kriteria 0-20 Sangat rendah 21-40 Rendah 41-60 Sedang 61-80 Tinggi 81-100 Sangat tinggi (Riduwan, 2005:89) 4.
Hasil Wawancara Teknik deskriptif digunakan untuk mengambarkan data hasil wawancara dengan mahasiswa mengenai praktikalitas modul. Miles dan Huberman dalam Nyimas (2007:62) menyatakan ”bahwa hasil wawancara dari para pakar menghasilkan data kualitatif berdasarkan transkripsi tertulis dan catatan yang dibuat saat wawancara berlangsung”. Miles menyatakan cara menganalisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap, yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Mereduksi
data merupakan proses menyeleleksi,
memfokuskan, dan mengabstraksi, dan mentransformasi data mentah yang diperoleh melalui observasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian, diperoleh modul berbasis konstruktivisme untuk perkuliahan Aljabar 2 dengan hasil sebagai berikut. A. Tahap Pendefinisian (define) Modul Aljabar 2 dirancang berdasarkan analisis muka-belakang. Kegiatan ini dimulai dari melakukan wawancara dengan teman sejawat, menganalisis silabus Aljabar 2, menganalisis dan merevieu buku referensi Aljabar 2 serta mempelajari karakteristik mahasiswa. Berikut ini diuraikan hasil analisis mukabelakang yaitu: 1.
Hasil Wawancara dengan Teman Sejawat Wawancara dengan teman sejawat (dosen pengampu mata kuliah Aljabar
2) bertujuan untuk mengetahui masalah/hambatan/femomena apa saja yang dihadapi di lapangan sehubungan dengan perkuliahan Aljabar 2. Wawancara dilakukan dengan dosen pengampu mata kuliah Aljabar 2 STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Kegiatan wawancara tidak formal ini dilakukan tanggal 25 Juli 2010. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kurang memahami konsep dari Aljabar 2, karena buku teks yang digunakan belum dapat membantu mahasiswa dalam proses perkuliahan. Pelaksanaan perkuliahan belum dapat membuat mahasiswa aktif karena buku yang digunakan dosen belum dapat mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Kegiatan perkuliahan yang ada masih 52
54
bersifat teacher centered. Untuk itu dirancang bahan ajar atau modul berbasis konstruktivisme sebagai sumber belajar dengan harapan mahasiswa dapat beraktivitas secara aktif dan bisa belajar mandiri. 2.
Hasil Analisis Silabus Mata Kuliah Aljabar 2 Berdasarkan analisis silabus mata kuliah Aljabar 2 yang ada pada Program
Studi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, Aljabar 2 mempunyai beban 4 SKS. Perkuliahan Aljabar 2 dimulai dengan materi dasardasar himpunan, operasi pada himpunan, grupoida, semigrup dan monoida, kemudian grup, subgrup, grup simetri dan yang terakhir grup siklik. Kompetensi utama yang harus dicapai mahasiswa adalah sebagai berikut: 1) Memahami pengertian himpunan dan dasar-dasar himpunan, serta mampu menggunakannya sebagai pengembangan lebih lanjut. 2) Memahami operasi pada himpunan dan mampu menggunakannya dalam matematika, dan dalam mata kuliah lain. 3) Memahami
konsep
grupoida,
sifat-sifat
grupoida,
dan
mampu
menggunakannya dalam struktur tertentu. 4) Memahami konsep grup dan mampu menggunakannya dalam struktur tertentu. 5) Memahami konsep grup dan mampu menggunakannya dalam berbagai masalah masalah matematika. 6) Memahami konsep subgrup dan mampu menggunakannya dalam grup tertentu.
54
7) Memahami konsep grup simetri serta mampu menggunakan sifat-sifatnya untuk menyelesaikan soal. 8) Memahami
konsep
grup
siklik
dan
subgrupnya,
serta
mampu
menggunakannya sifat-sifatnya untuk menyelesaikan soal. Kedelapan kompetensi utama terbagi pada empat modul. Materi pertama sangat berguna untuk materi kedua, materi kedua sangat berguna untuk materi ketiga dan seterusnya. Sehingga dibentuklah struktur materi perkuliahan seperti gambar berikut ini. Himpunan
Grupoid, Semigrup, dan Monoida Grup dan Subgrup Grup Simetri dan Grup Siklik Gambar 3. Struktur Materi Perkuliahan Aljabar 2 Hasil analisis diperoleh bahwa materi perkuliahan tersebut telah sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa. Urutan materi yang diberikan juga sudah pas. Peneliti melihat bahwa kompetensi yang harus dicapai mahasiswa cukup banyak. Untuk itu perlu bahan perkuliahan pendukung agar tujuan perkuliahan tercapai, yaitu suatu bahan perkuliahan yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, seperti modul yang memuat latihan.
55
3.
Menganalisis dan Merevieu Buku Referensi Aljabar 2 Analisis buku referensi Aljabar 2 bertujuan untuk melihat kesesuaian isi
buku teks dengan kompetensi utama. Buku teks yang diamati diantaranya adalah buku, Pengantar Aljabar Abstrak karangan Sukirman, Materi Pokok Struktur Aljabar karangan Soebagio
dan Pengantar Struktur Aljabar I: Pendahuluan
Teori Grup karangan Zaky Riyanto dan A Book Of Abstract Algebra karangan C. Pinter. Buku-buku teks yang ada disesuaikan dengan silabus, kompetensi utama dan kompetensi pendukung mata kuliah Aljabar 2 yang ada di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Setelah disesuaikan dengan silabus, kompetensi utama dan kompetensi pendukung maka buku-buku teks digunakan sebagai acuan penyusunan konsep, contoh soal dan latihan yang ada pada modul. 4.
Hasil Analisis Karakteristik Mahasiswa Karakteristik mahasiswa perlu menjadi dasar dalam pengembangan bahan
ajar Aljabar 2 berbasis konstruktivisme. Tujuan penelitian mempelajari karakteristik mahasiswa secara umum. Hal ini dilakukan selain untuk menentukan subjek uji coba penggunaan bahan ajar juga untuk sebagai acuan dalam mengembangkan alat tes/tingkat kesulitan soal seta penggunaan bahasa dalam pengembangan bahan ajar. Wawancara dengan mahasiswa dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang bahan ajar seperti apa yang mereka harapkan dalam perkuliahan di kelas. Berdasarkan hasil wawancara tanggal 3 Agustus 2010 diperoleh informasi bahwa bahan ajar yang ada selama ini belum sederhana, sehingga mereka sulit memahaminya. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan
56
permasalahan yang baru. mahasiswa mengharapkan bahan ajar yang bisa membangkitkan pengetahuan mereka. Mereka berharap tanpa penjelasan dari dosen, mereka bisa menemukan sendiri penyelesaian permasalahan yang baru berdasarkan dari contoh-contoh permasalahan yang ada. Mereka juga berharap bahan ajar gambar yang menarik, tulisan yang jelas, dan jawaban dari contohcontoh soal yang bisa membimbing mereka belajar mandiri di rumah. Dalam tahap ini, seperti yang diuraikan sebelumnya dilakukan proses wawancara/intervieu dengan dosen pengampu mata kuliah Aljabar 2 STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Selain wawancara dengan dosen, juga melakukan analisis dokumen yaitu daftar hasil studi mahasiswa mata kuliah Aljabar 2 semester VI TA. 2010/2011. Sebagai hasil mempelajari karakteristik mahasiswa.
B. Tahap Rancangan (design) Dari hasil analisis muka-belakang yang telah dilakukan, dirancang modul berbasis konstruktivisme yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik mahasiswa. Menurut paham konstruktivisme, mahasiswa membangun sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada. Sesuai dengan karakteristik mahasiswa yang ada di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, pengetahuan yang akan dikonstruk pada modul ini adalah mengenai sifat-sifat matematika. Modul berbasis konstruktivisme dirancang menjadi 4 modul. Tiap modul terdiri dari 2 kegiatan belajar. Tiap kegiatan belajar dirancang untuk 1 kali pertemuan (4 SKS).
57
Modul memuat unsur-unsur konstruktivisme. Berikut ini diuraikan karakteristik modul berbasis konstruktivisme yang dirancang. Tabel 7. Unsur-unsur Konstruktivisme Unsur Restrukturisasi Orientasi Elisitasi Ide Bagian Cover √ Materi √ Contoh Soal √ √ Latihan √ √ Kunci Jawaban Rangkuman a)
Penggunaan Ide dalam banyak situasi
Revieu
√ √ √
Cover Setiap modul diberi cover yang berbeda. Salah satu unsur modul berbasis konstruktivisme adalah orientasi, yakni memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Untuk itu, pada setiap halaman cover terdapat judul modul, dan gambar yang berkaitan dengan judul modul. Gambar pada halaman cover merupakan visualisasi dari isi modul. Keterangan di bawah gambar adalah kilasan materi yang terkait dengan modul. Secara umum, cover modul dirancang untuk memotivasi mahasiswa agar membaca modul. Dengan gambar yang menarik dan kilasan materi dapat menumbuhkan rasa penasaran mahasiswa untuk membaca dan mempelajari modul lebih lanjut. Berikut ini adalah contohnya.
58
Cover di atas adalah contoh dari cover modul 2. Berdasarkan contoh cover tersebut, terlihat bahwa cover tersebut mempunyai gambar mesin penjual, dan disebelahnya keterangan dari gambar tersebut. Mesin Penjual merupakan contoh dari penerapan dari grupoida. Hal ini akan sangat memotivasi mahasiswa untuk mengetahui isi dari modul tersebut. b) Materi Setiap modul terdiri dari dua kegiatan belajar. Setiap kegiatan belajar mengandung materi yang dirancang untuk satu kali pertemuan. Materi yang disajikan dirancang memberi kesempatan
kepada mahasiswa
untuk
mempelajari suatu topik (unsur orientasi) yang dapat dijadikan pengetahuan
59
awal bagi mahasiswa. Setiap defenisi dari materi diberi kotak berwarna ungu muda dengan garis pinggir berwarna merah (menunjukkan bagian ini penting untuk diperhatikan). Berikut ini salah satu contoh defenisi pada modul. Ternyata A merupakan bagian B sehingga A B= A 1)
Jika A = (a, u) maka A anggotanya. J a d i A
2)
A = {a, i, u) = A dan bila A
A=AdanA
Jika S = {1,2,3,4, 5} dan A = {1,2,3}maka A S = himpunan semesta. Jadi A
= { }berarti
tidak
ada
=0. S = (1,2,3)
S = A.
Setelah anda membahas contoh soal diatas, coba anda tuliskan pengertian dari gabungan dua himpunan berikut. A irisan B ditulis dengan A∩B adalah
Berdasarkan contoh materi yang ada diatas terlihat bahwa materi tersebut menyatakan mahasiswa membuat defenisi sendiri dalam kotak menurut pengetahuan masing-masing, sehingga jika ada permasalahan yang baru, mereka akan bisa menyelesaikan sendiri. c)
Contoh soal Contoh soal berisi soal-soal yang sudah ada pembahasannya. Contoh soal dapat dijadikan pengetahuan awal mahasiswa selain dari materi dan juga dapat membantu mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Pada bagian ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan idenya dengan berdiskusi (elisitasi). Berikut ini salah satu contoh soal yang ada pada modul.
60
Contoh 2 𝑀=
𝑎 𝑐
𝑏 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑅, 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0 𝑑
Penjumlahan matriks anggota M tidak tertutup. Ambil 𝑝 =
1 2 dengan 1.3 − 2.0 ≠ 0 0 3
Ambil 𝑞 =
3 4 dengan 3.0 − 4.2 ≠ 2 0
𝑝+𝑞 =
1 2 3 + 0 3 2
4 4 6 = dengan 4.3 − 6.2 = 0 0 2 3
Sehingga penjumlahan matriks anggota M tidak tertutup
Berdasarkan contoh soal diatas, disamping materi contoh soal akan membantu mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Selain itu, pada tahap contoh soal, mahasiswa akan diberi kesempatan untuk mengungkapkan idenya tentang contoh soal dengan berdiskusi. d) Latihan Bagian ini memuat unsur konstruktivisme (restruktur ide) yakni menyusun gagasan baru dengan cara dihadapkan dengan ide yang sudah ada. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan ataupun gambar/tabel. Setiap soal diberikan langkah penyelesaian yang tidak lengkap. Hal ini bertujuan membimbing mahasiswa membentuk pengetahuannya (menyusun gagasan baru). Berikut ini salah satu contoh latihan yang ada pada modul. LATIHAN 1) 𝐺 =
0, 1, 2, 3 yaitu himpunan bilangan bulat modulo 4 dengan operasi penjumlahan.
Selidiki apakah 𝐺, +4 merupakan semigrup atau monoida? 2) 𝑀 =
𝑎 𝑐
𝑏 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑅 dengan operasi perkalian matriks. Apakah 𝑀,× merupakan 𝑑
semigrup atau monoida? Jelaskan! 3)
61
Contoh latihan di atas dapat mendorong mahasiswa untuk mengembangkan jawabannya berdasarkan pemahaman baru yang terbentuk ketika menjawab latihan. Mahasiswa juga diharapkan memperoleh pengalaman belajar. e)
Kunci Jawaban Setiap akhir kegiatan belajar diberikan kunci jawaban. Kunci jawaban memuat kunci jawaban dari latihan. Ini bertujuan agar mahasiswa punya pedoman ketika mengerjakan latihan, sehingga menjadi lebih bersemangat untuk menyelesaikannya. Berikut ini salah satu contoh kunci jawaban. KUNCI JAWABAN 1) 𝐺 =
0, 1, 2, 3
𝐺, +4 merupakan semigrup yang komutatif dan juga merupakan monoida yang komutatif dengan elemen identitas 0. 2) Perkalian matriks bujursangkar assosiatif Jadi
𝑀,× merupakan semigrup yang tidak komutatif
Berdasarkan Kunci jawaban di atas, maka mahasiswa bisa mengevaluasi dirinya sendiri dan belajar untuk mengetahui kesalahan sendiri. f)
Rangkuman Rangkuman merupakan hasil konstruksi mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang telah dipelajari. Pada bagian ini mahasiswa dapat mengulang kembali secara ringkas mengenai materi perkuliahan tiap satu kegiatan belajar. Berikut salah satu contoh rangkuman yang ada pada modul. RANGKUMAN 1.
Misalkan S adalah suatu himpunan sebarang yang tak kososng, maka pemetaan 𝑆 × 𝑆 → 𝑆 disebut operasi biner
2.
Sifat operasi biner (*) pada suatu himpunan 𝑆 disimbolkan dengan 𝑆,∗ a)
Tertutup, Misalkan 𝑎 dan 𝑏 adalah suatu anggota himpunan tak kosong 𝑆, maka a dan b tertutup terhadap himpunan S bila 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝑆
b) 3.
Komutatif, Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, maka 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎
62
C. Tahap Validasi (Develop) Hasil rancangan modul perlu divalidasi kepada 4 orang validator yang terdiri dari 1 orang pakar pendidikan, 2 orang pakar pendidikan matematika, dan 1 orang pakar bahasa. Nama-nama validator terdapat pada lampiran 1. Setelah modul divalidasi, kemudian dilakukan diskusi dengan validator, tentang kevalidan modul dan meminta saran untuk perbaikan modul. Berdasarkan saraan-saran tersebut dilakukan perbaikan terhadap modul bahan ajar dan kembali didiskusikan dengan validator. Proses validasi oleh validator dilakukan selama 1 bulan. Dari hasil diskusi, validator menyetujui bahwa modul tersebut telah dapat diujikan kepada mahasiswa. Berikut diuraikan hasil validasi modul yang telah dirancang. 1. Hasil Validasi Modul Proses validasi modul dilakukan pada ahli rancangan dan ahli isi matematika. Rancangan modul direvisi menurut komentar dan saran ahli rancangan dan ahli isi. Rancangan tersebut menjadi modul awal. Data hasil validasi modul dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 2. Angka yang tercantum pada tabel-tabel membahas hasil validasi menunjukkan banyaknya validator. Secara garis besar hasil validasi modul dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
No. 1 2
3
Tabel 8. Hasil Validasi Aspek Materi Modul Indikator Materi memuat unsur kontruktivisme Materi memuat konsep, defenisi, prosedur, simbol, dan sifat-sifat untuk menunjang konsep Materi memuat penjelasan, contoh dan soal-soal untuk menunjang pemahaman
Rerata 2,67
Kategori Valid
3,00
Valid
3,33
Sangat Valid
63
4 5 6 7 8
konsep Konsep-konsep dipertegas dengan gambar, tabel, grafik/skema dan ilustrasi Materi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Materi meuat gambar yang membantu mahasiswa memahami materi Contoh soal-soal dapat mendorong kreativitas berpikir mahasiswa Contoh dan latihan sesuai dengan masalah yang diberikan
3,33
Sangat Valid
3,00
Valid
2,67
Valid
3,00
Valid
3,00
Valid
Hasil yang disajikan dalam tabel 4.2 menggambarkan bahwa validasi modul untuk aspek materi yang dirumuskan tergolong valid dan tuntutan yang terkandung di dalamnya jelas sekali. Dapat disimpulkan bahwa materi yang disajikan pada modul memuat indikator, materi memuat konsep, defenisi, prosedur, simbol, dan sifat-sifat, materi dapat mengkonstruksi pengetahuan, materi memuat penjelasan, contoh dan soal-soal, konsep-konsep dipertegas dengan gambar, tabel, grafi/skema, dan ilustrasi, materi dapat meningkatkan kualitas perkuliahan, materi memuat gambar, contoh dan latihan sesuai dengan masalah yang diberikan. Rekapitulasi hasil validasi untuk aspek penyajian dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 9. Hasil Validasi Aspek Penyajian Modul No. 1 2 3 4 5
Indikator Memuat indikator pembelajaran dan urutan penyajian materi Memuat petunjuk penyajian Menyajikan materi dan kemampuan prasyarat yang telah dimiliki mahasiswa Penyajian materi melibatkan mahasiswa secara aktif menemukan konsep matematika Penyajian materi membuat mahasiswa
Rerata 3,33 2,67 3,33
Kategori Sangat Valid Valid Sangat Valid
2,67
Valid
3,00
Valid
64
6
7
8
termotivasi untuk bertanya Secara visual penyajian dan penulisan konsep, ide, istilah, rumus, dan kesimpulan disajikan dengan jelas Penyajian materi tidak memberi kesan bahwa matematika merupakan kumpulan rumus dan soal-soal Penyajian gambar jelas dan menarik
2,67
Valid
2,67
Valid
3,00
Valid
Hasil yang disajikan dalam Tabel 9 menggambarkan bahwa validasi modul untuk aspek penyajian
yang dirumuskan tergolong valid. Dapat
disimpulkan bahwa penyajian modul sudah memuat indikator perkuliahan dan urutan penyajian materi, petunjuk penyajian, menyajikan materi dan kemampuan prasyarat yang telah dimiliki mahasiswa, penyajian materi melibatkan mahasiswa secara aktif menemukan konsep matematika, membuat mahasiswa termotivasi mahasiswa untuk bertanya, secara visual visual penyajian dan penulisan konsep, ide, istilah, rumus, dan kesimpulan disajikan dengan jelas, tidak memberi kesan bahwa matematika merupakan kumpulan rumus dan soal-soal, penyajian gambar jelas dan menarik, dan gambar yang disajikan adalah gambar yang diken al mahasiswa. Rekapitulasi hasil validasi untuk aspek bahasa dan keterbacaan modul dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Hasil Validasi Aspek Bahasa dan Keterbacaan Modul No 1 2 3 4 5
Indikator Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia Kalimat-kalimat melibatkan kemampuan berpikir logis Struktur kalimat sesuai dengan intelektual mahasiswa Kalimat yang digunakan komunikatif Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa
Rerata
Kategori
3,25
Sngat Valid
3,00 3,00 3,00
Valid Valid Valid
3,25
Sangat Valid
65
6
Kalimat yang digunakan membantu mengonstruksi pengetahuan mahasiswa
3,00
Valid
Pada Tabel 10 dilihat bahwa hasil validasi modul untuk aspek bahasa dan keterbacaan yang dirumuskan tergolong valid dan tuntutan yang terkandung didalamnya jelas sekali. Dapat disimpulkan bahwa kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, melibatkan kemampuan berpikir logis, sesuai dengan intelektual mahasiswa, komunikatif, bentuk dan ukuran huruf yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa, dan kalimat yang digunakan membantu mengonstruksi pengetahuan mahasiswa. Validator juga menyarankan beberapa catatan untuk perbaikan modul diantaranya: 1) Evaluasi tambah soal pilihan ganda 2)
Sampul modul kurang menarik
3)
Perbanyak contoh soal
4)
Perbaiki penulisan simbol-simbol matematika
Untuk itu perlu perbaikan pada modul yang telah dirancang. Untuk lebih jelasnya, perbaikan apa saja yang dilakukan berdasarkan saran-saran dari validator dapat dilihat pada Lampiran 9. 2. Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Data
hasil
validasi
SAP
dapat
dilihat
pada
Lampiran
rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan No 1
Aspek yang dinilai Kompetensi Pendukung mengacu kepada Kompetensi Utama
Rerata
Kategori
3,00
Valid
3,
66
2
Kesesuaian sumber, latihan/ bahan pelajaran dengan materi pembelajaran Kegiatan inti mencakup proses konstruktivisme yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep, pengembangan dan aplikasi Langkah–langkah pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran berorientasi konstruktivisme Kesesuaian kegiatan dengan alokasi waktu Penggunaan kalimat pada SAP sesuai dengan keadaan EYD
3
4 5 6
2,25
Cukup Valid
2,75
Valid
2,50
Valid
2,25
Cukup Valid Valid Valid
2,75
Tabel 11 menunjukkan bahwa menurut validator SAP yang dirancang pada umumnya sudah valid. Aspek komponen SAP perkuliahan yang dirancang sudah sesuai dengan tujuan perkuliahan, model perkuliahan dengan konsep yang diberikan, urutan kegiatan perkuliahan dengan sintaks model perkuliahan Perkuliahan berbasis Konstruktivisme, sumber, latihan/bahan perkuliahan dengan materi perkuliahan, alokasi waktu dengan materi perkuliahan, penilaian hasil belajar dengan tujuan perkuliahan, melibatkan mahasiswa secara aktif, dan penggunaan kalimat pada SAP sesuai dengan kaidah EYD. Setiap SAP telah memenuhi kategori dan dapat digunakan dengan revisi sedikit dan telah berbasis Konstruktivisme. Pada SAP telah terdapat identitas mata kuliah, kompetensi utama, kompetensi penndukung, materi perkuliahan, kegiatan perkuliahan, media perkuliahan, evaluasi, dan sumber. Validator juga menyarankan beberapa perbaikan pada SAP, diantaranya: 1)
Setiap pertemuan dibuat lembar baru
2)
Penulisan waktu dibuat tiap SKS
67
Untuk itu perlu dilakukan beberapa perbaikan. Untuk lebih lengkap dan jelasnya, perbaikan apa Baja yang telah dilakukan berdasarkan saran -saran validator dapat dilihat pada Lampiran 10.
D. Praktikalitas Modul Uji praktikalitas perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang keterpakaian modul. Uji praktikalitas menjawab apakah modul dapat digunakan atau tidak. Untuk melihat praktikalitas modul berbasis konstruktivisme di STRIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yaitu pada mahasiswa pendidikan matematika semester VI yaitu kelas VIB dengan jumlah 34 orang. Uji coba modul berbasis konstruktivisme ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (modul 2 dan 3). Selama uji coba, peneliti dibantu oleh observer. Observer memperoleh tugas mengamati pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme dan mengamati aktivitas mahasiswa. Data praktikalitas modul berbasis konstruktivisme diperoleh dari observasi pelaksanaan perkuliahan dan wawancara dengan mahasiswa. Hasil praktikalitas yang diperoleh diuraikan sebagai beriku. a). Hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme Observasi pelaksanaan perkuliahan difokuskan untuk melihat apakah perkuliahan denbgan modul mudah dipahami dan dimegerti, mudah digunakan dan waktu yang dirancang sesuai. Observasi dilakukan oleh satu orang observer. Hasil observer yang dilakukan oleh observer terhadap pemakaian modul pada perkuliahan Aljabar 2 dapat dilihat pada lampiran 6.
68
Berikut hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme. 1. Materi pokok : Grupoida Perkuliahan berjalan lancar sesuai dengan silabus, mulai dari tahap pemahaman konsep sampai tahap pengerjaan latihan. Mahasiswa terlihat semangat mengerjakan latihan. Waktu yang desediakan juga sesuai. Tidak ada kendala yang ditemui pada pertemuan ini. 2. Materi Pokok : Semigrup dan Monoida Perkuliahan berjalan lancar seperti pertemuan selanjutnya. Mahasiswa terlihat kompak sewaktu diskusi. Waktu yang disediakan sudah sesuai. Kendala yang dihapai masih ada kelompok mahasiswa yang tidak aktif. 3. Materi Pokok : Grup dan Sifat-sifatnya Perkuliahan berjalan sesuai dengan silabus. Mahasiswa bersemangat untuk mengerjakan latihan. Kendala yang dihadapi yaitu waktu yang direncanakan tidak mencukupi sehingga latihan tidak terselesaikan dengan tuntas. Untuk melihat apakah penggunaan modul dalam proses perkuliahan dapat dikatakan praktis, maka dilakukan pengamatan oleh observer. Pengamatan dilakukan terhadap kemudahan dosen dan mahasiswa dalam menggunakan dan memahami modul. Berdasarkan hasil pengamatan yang dituangkan observer dalam catatan lapangan/ lembar observasi terbuka diperoleh keterangan bahwa penggunaan
69
modul Aljabar 2 dapat dikatakan praktis. Selama proses perkuliahn dengan 4 kali tatap muka terlihat tidak terdapat banyak permasalahan yang berarti. Mahasiswa mudah menggunakan modul Aljabar 2 yang digunakan. Hal ini terlihat dengan sedikit mahasiswa yang bertanya mengenai isi dan tampilan atau format penulisan modul. Mahasiswa yang menemukan kesulitan dalam menggunakan dan memahami modul merupakan mahasiswa dengan tingkat kemampuan rendah. Rata-rata kesulitan yang mereka peroleh adalah dalam menyelesaikan atau memahami contoh dan soal latihan yang diberikan. Namun deikian rata-rata mahasiswa dapat menyelesaikan/mempelajari suatu kegiatan belajar untuk setiap kali tatap muka (4 SKS) b). Angket Praktikalitas Mahasiswa Angket praktikalitas ini diisi oleh 34 mahasiswa yang telah belajar menggunakan modul berbasis konstruktivisme. Berikut hasil angket tersebut. Tabel 12. Hasil Angket Praktikalitas Modul NO. 1
2
3
4
Pernyataan Materi yang terdapat dalam modul berbasis konstruktivisme mudah untuk saya menger Perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme membantu saya untuk belajar mandiri Penyajian materi dalam modul berbasis konstruktivisme membantu saya lebih cepat memahami Aljabar 2 Perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme membantu saya berpikir kreatif
%
Kesimpulan
81,62
Sangat Praktis
84,56
Sangat Praktis
77,21
Praktis
80,15
Sangat Praktis
70
5
6
7
8
81,62 Sangat Praktis Modul berbasis konstruktivisme memberikan kesempatan saya mengulang belajar di rumah 80,88 Sangat praktis Modul berbasis konstruktivisme membuat saya menjadi paham mengenai konsep Aljabar 2 Praktis Waktu yang disediakan dalam perkuliahan 76,47 dengan modul berbasis konstruktivisme sesuai dengan waktu perkuliahan 79,41 Praktis Dengan adanya materi pada modul berbasis konstruktivisme, kapanpun saya bisa belajar Skor rata-rata praktikalitas 81,25 Sangat praktis Berdasarkan Tabel 12 hasil uji praktikalitas dengan menggunakan angket
praktikalitas memberikan nilai praktikalitas 81,25%. Berdasarkan kriteria yang telah dibuat, maka praktikalitas modul berbasis konstruktivisme dinyatakan sangat praktis. Untuk lebih jelasnya hasil angket praktikalitas untuk mahasiswa dapat dilihat pada Lampiran 4.
c). Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Mengenai Praktikalitas Modul Berbasis Konstruktivisme Wawancara dengan mahasiswa dilakukan setelah mahasiswa selesai mengerjakan latihan. Mahasiswa yang diwawancarai diambil dari mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai IPK dan nilai harian mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, maka modul ini sudah praktis digunakan. Hal ini tampak dari basil wawancara dengan mahasiswa yang menunjukkan bahwa pemahaman materi dengan modul sesuai dengan waktu yang tersedia sudah dapat dipahami. Hasil wawancara sebagai berikut:
71
Cuplikan hasil wawancara kelompok mahasiswa berkemampuan rendah, menengah dan kemampuan tinggi memiliki jawaban yang sama adalah : Peneliti : Apakah kamu senang mempelajari pendalaman materi Aljabar 2 dengan menggunakan modul seperti ini? mengapa? Mahasiswa : Ya, karena ini merupakan hal yang baru bagi saya, sebelumnya tidak ada bahan ajar berupa modul terutama untuk materi pembahasan aljabar. Jadi belajar lebih mudah karena ada modul, isinya lengkap sesuai dengan yang saya butuhkan, ada materi, contoh soal dan latihan-latihannya. Peneliti : Apakah materi yang ada pada modul berguna atau sesuai dengan tujuan? Mahasiswa ya, sangat sesuai Peneliti : Bagaimana bahasa yang digunakan dalam modul ini? Mahasiswa : Mudah dipahami, tidak berbelit-belit. Cuplikan hasil wawancara kelompok mahasiswa berkemampuan rendah, menengah dan kemampuan tinggi memiliki jawaban yang berbeda adalah : Peneliti : Apakah modul ini mudah kamu pahami? Mahasiswapintar : ya, sangat membantu dan memudahkan saya dalam belajar, saya bisa lanjut terus belajar dan membahas soal-soalnya. Mahasiswa sedang : ya, saya mudah memahaminya meskipun pelan-pelan tapi saya bisa mempelajarinya. Mahasiswa lemah : saya bisa mempelajarinya walaupun kadang-kadang saya perlu bertanya dengan kawan dan dosen tentang pembahasan soal yang tidak ditulis mendetail dalam modul. Secara umum hasil wawancara yang diperoleh dari mahasiswa bahwa modul yang digunakan dalam proses perkuliahan sudah praktis. Hasil wawancara terhadap tiga kelompok yang berbeda kemampuannya, menunjukkan bahwa kecepatan dalam memahami modul dan mengerjakan soal -soal latihan pendapatnya berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
E. Efektifitas Modul Uji efektifitas perl u dilakukan untuk menget ahui manfaat penggunaan modul. Aspek efektivitas yang diamati dalam proses perkuliahan dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme di kelas uji coba adalah aktivitas mahasiswa dan motivasi belajar mahasiswa. Karena
72
kendala waktu, tahap melihat praktikalitas dan efektifitas modul berbasis konstruktivisme dilaksanakan secara serentak. Berikut ini data aktivitas dan motivasi belajar mahasiswa yang telah diperoleh. a). Aktivitas mahasiswa Data aktivitas mahasiswa diperoleh dari hasil observer
dengan
mengisi
instrumen
aktivitas
pengamatan
mahasiswa
yang
disediakan (Lampiran 7). Hasil pengamatan oleh observer ditunjukkan pada Tabel 13 seperti berikut. Tabel 13. Data Hasil Pengamatan Observer terhadap Aktivitas Pertemuan Aktivitas yang Diamati
I f
Visual Activities
II %
f
III %
f
Rerata
Tingkat Keberhasilan
%
97,06
32 94,12
6
17,65
8
23,53
7
20,59 20,59
Tidak Berhasil
30
88,24
32 94,12
32
94,12 92,16
Sangat Berhasil
Drawing Activities 31 Mental Activities 28
91,18 82,35
30 88,24 28 82,35
24 29
70,59 83,33 85,29 83,33
Motor Activities
11,76
3
Oral Activities Writing Activities
4
8,82
34 100,00 97,06
Sangat Berhasil
33
2
5,88
8,82
Berhasil Berhasil Tidak Berhasil
Dari data yang disajikan pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa Visual Activities (membaca modul) yang dilakukan mahasiswa adalah 97,06% dan Writing Activities (mahasiswa mengerjakan latihan) adalah 92,16%. Ini berarti banyak sekali dan sangat berhasil pada aktivitas ini. Drawing Activities (mahasiswa membuat gambar/tabel) sebesar 83,33%,
73
Mental Activities (mahasiswa menanggapi, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan menyimpulkan perkuliahan) adalah 83,33%. Kedua aktivitas tersebut banyak muncul di dalam kelas. Sehingga perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme berhasil mengaktifkan mahasiswa untuk drawing activities dan mental activities. Oral activities (mahasiswa bertanya pada dosen atau mahasiswa) adalah 20,59% dan motor activities (mengganggu teman, melamun, atau bermain) sebesar 8,82%. Kedua aktivitas ini sedikit sekali muncul di dalam kelas karena mahasiswa disibukkan dengan melengkapi modul. Jadi, proses perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme tidak berhasil mengaktifkan mahasiswa untuk kedua aspek ini.
b). Motivasi Belajar mahasiswa Untuk melihat motivasi belajar mahasiswa terhadap perkuliahan dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme, mahasiswa diberi angket motivasi (dapat dilihat pada Lampiran 8). Angket tersebut berisikan pemyataan-pernyataan yang berkaitan dengan minat, relevansi, harapan, dan kepuasan dalam menggunakan modul. Masingm a s i n g
indikator
m e m u a t p e r n ya t a a n p o s i t i f d a n n e g a t i f . Penggolongannya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Kisi-kisi Motivasi Belajar Mahasiswa Jenis Pernyataan No. Indikator Positif Negatif 1 Minat (1-14) 5, 6, 10, 13 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 11, 12, 14 2 Relevansi (15-21) 15, 17, 18, 20 16, 19, 21
74
3 4
Harapan (22-27) Kepuasan (28-37)
24, 26 31, 34
22, 23, 25, 27 28, 29, 30, 32, 33, 35, 36
Rekap skor yang diberikan mahasiswa terhadap masing-masing pernyataan dalam angket motivasi mahasiswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut.
i.
Pernyataan dengan kriteria positif: 0 = sangat tidak setuju (TS), 1 = tidak setuju (KS), 2 = setuju (S), dan 3 = sangat setuju (SS)
ii.
Pernyataan dengan kriteria negatif, 0 = sangat tidak setuju (TS), 1 tidak setuju (KS), 2 = setuju (S), dan 3 sangat setuju (SS). Hasil skor motivasi mahasiswa dapat dilihat secara lengkap pada
Lampiran 8. Secara garis besar dijelaskan pada Tabel 15 sebagai berikut ini. Tabel 15. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Minat Mahasiswa terhadap Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme Skor No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3 f 10 11 11 8 13 18 8 6 13 12 6 7 16 4
2 29,4 32,4 32,4 23,5 38,2 52,9 23,5 17,6 38,2 35,3 17,6 20,6 % 47,1 11,8
F 24 22 18 24 21 16 25 20 20 17 20 23 15 22
1 % 70,6 64,7 52,9 70,6 61,8 47,1 73,5 58,8 58,8 50 58,8 67,6 44,1 64,7
f 0 1 5 2 0 0 1 8 1 5 8 4 2 7
0 % 0 2,94 14,7 5,88 0 0 2,94 23,5 2,94 14,7 23,5 11,8 5,88 20,6
f 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,94 2,94
Jumlah f % 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100
75
Berdasarkan Tabel
15 diperoleh persentase terbesar untuk
pernyataan pertama yaitu pada awal membaca modul ini ada sesuatu yang menarik bagi saya adalah 70,6% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kedua yaitu materi dalam modul ini menarik perhatian adalah 64,7% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang ketiga yaitu modul memuat gambar yang sangat membantu saya dalam memahami materi dan mengerjakan soal adalah 52,9% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang keempat yaitu tulisannya membuat saya tertarik untuk belajar adalah 70,6% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kelima yaitu materi dalam modul ini sangat abstrak sehingga sulit bagi saya untuk tetap mempertahankan perhatian saya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang keenam yaitu setiap halaman modul ini biasa saja dan tidak menarik adalah 52,9% (mahasiswa menyatakan tidak setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang ketujuh yaitu modul menambah semangat belajar saya adalah 73,5% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kedelapan yaitu cam penyusunan informasi pada halaman membuat saya tetap bertahan dengan modul adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kesembilan yaitu cover modul merangsang rasa ingin tahu saya adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kesepuluh yaitu jumlah pengulangan kata pada modul ini kadang-kadang membuat saya bosan adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan
76
kurang setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang kesebelas yaitu isi dan gaya penulisan pada modul ini memberi kesan bahwa isinya bermanfaat untuk diketahui adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang keduabelas yaitu keanekaragaman pada bacaan, soal, ilustrasi, dan lainlainnya pada modul ini menarik perhatian saya adalah 67,6% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang ketigabelas yaitu gaya tulisannya membosankan adalah 47,1 (mahasiswa menyatakan tidak setuju). Persentase terbesar untuk pernyataan yang keempatbelas yaitu Isi modul ini sesuai dengan minat saya adalah 64,7% (mahasiswa menyatakan setuju). Tabel 16. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Relevansi Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme Skor No. 15 16 17 18 19 20 21
3 F 7 13 7 11 11 7 12
2 % 20,6 38,2 20,6 32,4 32,4 20,6 35,3
f 20 19 21 21 19 25 21
% 58,8 55,9 61,8 61,8 55,9 73,5 61,8
1 f 6 2 5 1 4 2 1
0 % 17,6 5,88 14,7 2,94 11,8 5,88 2,94
F 1 0 1 1 0 0 0
% 2,94 0 2,94 2,94 0 0 0
Jumlah f % 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100
Dari Tabel 16, persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan kelimabelas yaitu modul yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keenambelas yaitu soal-soal pada modul ini sulit dipahami yaitu 55,9% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase
77
terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketujuhbelas yaitu modul diberikan sesuai dengan kebutuhan saya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan kedelapanbelas yaitu soal-soal yang ada dalam modul sesuai dengan materi yang diberikan adalah 61,8 (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan kesembilanbelas yaitu modul ini tidak relevan dengan kebutuhan saya sebab sebagian besar isinya tidak saya ketahui adalah 55,9% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar yang d i p e r o l e h u n t u k p e r n ya t a a n k e d u a p u l u h ya i t u s a ya d a p a t menguhubungkan soal dalam modul ini dengan teori yang ada dalam modul adalah 73,5% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhsatu yaitu pada setiap halaman banyak kata yang tidak sesuai dengan penempatannya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Tabel 17. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Harapan Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme Skor No. 22 23 24 25 26 27
3 f 9 12 10 11 15 13
2 % 26,5 35,3 29,4 32,4 44,1 38,2
F 20 17 21 20 19 17
1 % 58,8 50 61,8 58,8 55,9 50
f 4 5 3 3 0 2
% 11,8 14,7 8,82 8,82 0 5,88
0 F 1 0 0 0 0 2
% 2,94 0 0 0 0 5,88
Jumlah f % 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100
Dari Tabel 17, persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhdua yaitu pertama kali saya membaca modul ini, saya percaya bahwa
78
belajar dengan modul ini akan lebih mudah bagi saya adalah 58,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhtiga yaitu modul ini lebih mudah dipahami daripada yang saya harapkan adalah 50% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang 4iperoleh untuk pernyataan keduapuluhempat yaitu banyak halamanhalaman yang mengandung informasi sehingga sulit bagi saya untuk mengambil ide-ide penting dan mengingatnya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhlima yaitu selagi saya bekerja dengan modul ini, saya percaya bahwa saya dapat mempelajari isinya
adalah 58,8% (mahasiswa
menyatakan
setuju).
Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhenam yaitu latihan-latihan pada modul ini terlalu sulit adalah 55,9% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhtujuh yaitu setelah mempelajari modul ini, saya percaya bahwa saya akan berhasil dalam tes adalah 50% (mahasiswa menyatakan setuju). Tabel 18. Data Hasil Angket Motivasi Belajar Mahasiswa terhadap Kepuasan Modul Aljabar 2 berbasis Konstruktivisme Skor No. 28 29 30 31 32 33 34
3 f 12 16 16 23 11 8 16
2 % 35,3 47,1 47,1 67,6 32,4 23,5 47,1
f 19 18 15 8 21 26 18
1 % 55,9 52,9 44,1 23,5 61,8 76,5 52,9
f 3 0 3 2 2 0 0
0 % 8,82 0 8,82 5,88 5,88 0 0
F 0 0 0 1 0 0 0
% 0 0 0 2,94 0 0 0
Jumlah f % 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100 34 100
79
35 36
11 12
32,4 35,3
22 21
64,7 61,8
1 0
2,94 0
0 1
0 2,94
34 34
100 100
Dari Tabel 18, persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan keduapuluhdelapan yaitu belajar dengan menggunakan modul membuat saya lebih konsentrasi dalam belajar adalah 55,9% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase
terbesar
yang
diperoleh
untuk
pernyataan
keduapuluhsembilan yaitu saya senang kuliah dengan menggunakan modul adalah 52,9% (mahasiswa menyatakan setuju).
Persentase
terbesar yang di peroleh unt uk pern yataan ketigapuluh yaitu ada kepuasan tersendiri jika dapat menyelesaikan modul adalah 47,1 (mahasiswa menyatakan sangat setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhsatu yaitu perkuliahan dengan menggunakan modul membuat saya malas datang kuliah 67,6% (mahasiswa menyatakan tidak setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhdua yaitu saya lebih paham materi perkuliahan setelah mengerjakan latihan pada modul 61,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhtiga yaitu saya senang belajar dengan modul sehingga saya ingin mengetahui lebih lanjut isi modul ini adalah 76,5% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhempat yaitu sedikitpun saya tidak memahami materi yang ada dalam modul ini adalah 52,9% (mahasiswa menyatakan kurang setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhlima yaitu hal yang sangat menyenangkan apabila menggunakan modul yang dirancang dengan
80
baik adalah 64,7% (mahasiswa menyatakan setuju). Persentase terbesar yang diperoleh untuk pernyataan ketigapuluhenam yaitu modul ini bermanfaat bagi saya adalah 61,8% (mahasiswa menyatakan setuju). Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase sebaran skor hasil angket motivasi belajar mahasiswa adalah 74,2%. Menurut Tabel 3.3 kriteria interpretasi skor motivasi belajar mahasiswa diperoleh bahwa tingkat motivasi belajar mahasiswa
setelah
mengikuti
perkuliahan
dengan
modul
berbasis
konstruktivisme termasuk kategori tinggi.
F. Pembahasan 1. Validitas Modul Berbasis Konstruktivisme Pertanyaan penelitian "bagaimanakah validitas modul Aljabar 2 berbasis konstruktivisme untuk mahasiswa semester VI STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan? Telah terjawab, berdasarkan deskripsi hasil validasi modul oleh validator. Deskripsi hasil validasi diatas menunjukkan bahwa modul yang dirancang valid, berarti modul tersebut telah mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan melakukan perbaikanperbaikan sesuai dengan saran validator. Validator juga memberikan beberapa saran perbaikan pada modul berbasis konstruktivisme. Berikut ini dibahas mengenai tanggapan validator terhadap tiap-tiap perangkat yang dikembangkan. Hasil validasi modul untuk aspek penyajian yang dirumuskan tergolong valid. Dapat disimpulkan bahwa penyajian modul sudah memuat indikator perkuliahan dan urutan penyajian materi, petunjuk penyajian,
81
menyajikan materi dan kemampuan prasyarat yang telah dimiliki mahasiswa, penyajian materi melibatkan mahasiswa secara aktif menemukan konsep matematika, membuat mahasiswa termotivasi untuk bertanya, secara visual penyajian dan penulisan konsep, ide, istilah, rumus, dan kesimpulan disajikan dengan jelas, tidak memberi kesan bahwa matematika merupakan kumpulan rumus dan soal-soal, penyajian gambar jelas dan menarik, dan gambar yang disajikan adalah gambar yang dikenal mahasiswa. a. Modul Modul yang dikembangkan sudah valid berdasarkan hasil penilaian dari validator. Penilaian modul terbagi dari aspek, yaitu aspek materi, aspek penyajian, dan aspek bahasa dan keterbacaan. Hasil validasi modul untuk aspek materi yang dirumuskan tergolong valid. Dapat disimpulkan bahwa materi yang disajiakn pada modul memuat indikator, memuat unsur konstruktivisme, materi memuat konsep, memuat penjelasan dan contoh-contoh soal, konsepk o n s e p dipertegas
dengan
gambar,
tabel,
grafik/tabel
dan
cerita/ilustrasi, materi dapat meningkatkan kualitas perkuliahan, contoh dan soal-soal dapat mendorong kreativitas berpikir mahasiswa serta contoh dan latihan sesuai dengan masalah yang diberikan. Hasil validasi modul untuk aspek penyajian yang dirumuskan tergolong valid.begitu juga untuk hasil validasi modul untuk aspek bahasa dan keterbacaan yang dirumuskan tergolong valid dan tuntutan yang terkandung didalamnya jelas sekali. Dapat disimpulkan bahwa kalimat yang digunakan
sesuai
dengan
kaidah
Bahasa
Indonesia,
melibatkan
82
kemampuan berfikir logis mahasiswa, sesuai dengan intelektual mahasiswa, komunikatif, dan menggunakan bentuk dan ukuran huruf sesuai dengan karakteristik mahasiswa. b. Satuan Acara Perkuliahan (SAP) SAP yang dikembangkan sudah valid berdasarkan hasil penilaian dan validator ditelaah lagi dari segi komponen SAP dan aspek kegiatan perkuliahan. 2. Praktikalitas Modul Berbasis Konstruktivisme Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan modul berbasis konstruktivisme, angket praktikalitas untuk mahasiswa dan hasil wawancara dengan mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis konstruktivisme sudah praktis. Berikut ini dipaparkan tentang praktikalitas modul berbasis konstruktivisme di kelas uji coba. a. Hasil Observasi Pelaksanaan Perkuliahan L e m b a r o b s e r v a s i h a n ya d i g u n a k a n u n t u k m e l i h a t keterlaksanaan SAP sesuai dengan rencana yang telah dirancang oleh peneliti, apakah sudah sesuai dengan SAP yang dirancang dan juga apa ada kendala yang ditemui sewaktu pelaksanaanya. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan perkuliahan dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme telah sesuai dengan rancangan SAP yang dikembangkan. Keterpakaian modul pada pertemuan pertama Perkuliahan berjalan lancar sesuai dengan silabus, mulai dari tahap pemahaman konsep sampai tahap pengerjaan latihan. Pertemuan kedua,
83
perkuliahan berjalan sesuai denganrencana hanya saja masih ada kelompok mahasiswa yang tidak aktif Pertemuan ketiga, perkuliahan berjalan sesuai dengan silabus. Mahasiswa bersemangat untuk mengerjakan latihan. Kendala yang dihadapi yaitu waktu yang direncanakan tidak mencukupi sehingga latihan tidak terselesaikan dengan tuntas. Secara umum kendala yang ditemukan pada saat pelaksanaan adalah waktu yang disediakan tidak mencukupi. Untuk mengatasi kekurangan waktu maka perlu diberikan waktu tambahan agar semua modul bisa terlaksana dengan baik di kelas.
b. Hasil Angket Praktikalitas untuk Mahasiswa Berdasarkan
hasil
angket
p raktikalitas
yang
diisi
oleh
mahasiswa, diperoleh modul berbasis konstruktivisme sangat praktis untuk digunakan. Menurut mahasiswa modul ini membuat mereka berkemauan tinggi untuk belajar, menarik minat mereka untuk belajar, dan materi yang ada pada modul membuat mereka mudah mengerti.
c. Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Mengenai Praktikalitas Modul Berbasis Konstruktivisme Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa terhadap penggunaan modul secara umum dapat dinyatakan bahwa: penggunaan bahan ajar praktis dan menarik, karena contoh-contoh soal yang dapat dijadikan pedoman dalam pengerjaan soal, serta rangkuman, ilustrasi/gambar yang menarik. Dengan menggunakan modul, siswa lebih bersemangat dalam belajar, tanpa ada
84
paksaan karena diberikan kesempatan untuk belajar dengan kemampuannya masing-masing. 3. Efektifitas Modul Berbasis Konstruktivisme Efektifitas modul berbasis konstruktivisme dilihat dari segi aktivitas dan motivasi belajar mahasiswa. a. Aktivitas Mahasiswa Untuk menjawab
pertanyaan
"bagaimanakah
aktivitas
mahasiswa selama perkuliahan dengan menggunakan modul berbasis konstruktivisme? Telah dilakukan deskripsi dan analisis data tentang aktivitas mahasiswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas mahasiswa selama perkuliahan menunjukkan bahwa modul berbasis konstrukt i visme dapat m emunculkan akti vit as posit if dan mengurangi munculnya aktivitas negatif mahasiswa. Aktivitas
ya n g
paling
sering
muncul
dan
berhasil
dilaksanakan di kelas adalah membaca modul dan mengerjakan latihanlatihan pada modul. Kegiatan ini dominan muncul pada setiap pertemuan. Menurut Sardiman (2001:95) "pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas". Jadi dengan adanya aktivitas mahaiswa seperti bersemangat dalam membaca dan mengerjakan latihan, menunjukkan interaksi dalam perkuliahan di kelas. Sedangkan aktivitas mahasiswa lainnya, seperti mengajukan pertanyaan, sedikit sekali dalam perkuliahan. Secara umum modul berbasis konstruktivisme sudah dapat mengaktifkan mahasiswa, mahasiswa tidak hanya menggunakan penjelasan dosen. Mereka belajar mengemukakan pendapat, menjelaskan jawaban kepada temannya,
85
bertanya dan menjawab pertanyaan teman. Oleh karena itu, tanpa adanya aktivitas proses belajar dalam kelas tidak akan terlaksana dengan baik. Seperti yang diungkapkan Sardiman (2007: 97) bahwa dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, karena tanpa aktivitas proses bbelajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. b. Motivasi Mahasiswa Pertanyaan "Bagai mana mengikuti
perkuliahan
Aijabar
berbasis
konstruktivisme
motivasi 2
di
mahasiswa
setelah
dengan
menggunakan
STKIP
Tapanuli
modul
Selatan
Padangsidimpuan?" telah terjawab, berdasarkan deskripsi dan analisis data tentang motivasi belajar mahasiswa. Pernyataan yang terdapat dalam angket motivasi belajar dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu minat dalam belajar menggunakan modul, relevansi soal yang ada pada modul dengan materi, harapan mahasiswa setelah menggunakan modul, dan kepuasan. Berikut ini pembahasan masing-masing kelompok angket motovasi belajar mahasiswa.
a) Minat dalam belajar menggunakan modul Angket motivasi menunjukkan minat mahasiswa dalam belajar dengan menggunakan modul tergolong tinggi. Pada Pada awal membaca modul ada sesuatu yang menarik bagi mereka, karena modul juga memuat gambar yang juga dapat membantu dalam memahami materi dan mengerjakan soal, gaya tulisan modul tidak membosankan, keanekaragaman soal mampu menarik perhatian mahasiswa. Hampir
sebagian
mahasiswa
mengatakan
bahwa
mereka
86
bersemangat dalam belajar. Bagi mahasiswa pintar, dengan adanya kunci
jawaban untuk
latihan membuat
mereka tertantang
untuk
mengerjakannya (seperti diungkapkan saat wawancara den gan m ahasi swa). Nam un , m enurut m ahasi swa ya n g berkemampuan rendah materi dalam modul masih bersifat abstrak yang membuat mereka sulit untuk bertahan dengan modul.
b) Relevansi soal pada modul dengan materi perkuliahan Menurut mahasiswa, mereka dapat menghubungkan materi yang ada pada modul dengan soal yang ada. Modul juga relevan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa, sehingga jarang soal pada modul yang susah dipahami.
c) Harapan mahasiswa setelah menggunakan modul Harapan mahasiswa pada umumnya, dengan menggunakan modul dalam perkuliahan dapat membantu mereka dalam perkuliahan, dengan demikian mereka dapat berhasil dalam tes. Untuk mencapai hasil tes yang baik tersebut mereka bersungguhsungguh dan konsentrasi dalam belajar. Dengan adanya modul, mereka semakin paham mata kuliah Aljabar 2. Karena mahasiswa paham dengan materi perkuliahan, mereka mampu membuat kesimpulan setelah menggunakan modul.
d) Kepuasan Seseorang akan termotivasi jika pekerjaan yang dilakukan sukses. Begitu juga dengan mahasiswa, ia merasa puas dan semakin termotivasi jika soal yang ada pada modul bisa dikerjakan. Perilaku mahasiswa yang
87
motivasinya baik adalah ia selalu hadir setiap pertemuan dan jarang malasmalasan ketika perkuliahan berlangsung. Disamping itu, kepuasan mahasiswa setelah menggunakan modul terlihat pada paham atau tidaknya dengan tentang Aljabar 2.
F. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini adalah pelaksanaan modul yang dilakukan pada satu lokal. Ada beberapa keterbatasan dalam pengembangan modul antara lain:
1.
Observer tidak dapat mencatat secara detail aktivitas apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa
2.
Waktu pelaksanaan yang kurang memadai dalam penggunaan modul berbasis konstruktivisme
3.
Modul berbasis konstruktivisme belum tentu sesuai dengan p e r gur u an t i n ggi
l ai n
k a r en a
pe n el i t i
m er a n c an gn ya
berdasarkan
kemampuan mahasiswa STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan.
4.
Proses menvalidasi modul hanya dilakukan satu kali.
5.
Angket motivasi tidak divalidasi untuk tiap pertanyaan, hanya divalidasi secara keseluruhan (aspek minat, relevansi, harapan dan kepuasan).
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pada modul berbasis konstruktivisme untuk mahasiswa di prodi pendidikan matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Dari hasil pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil validasi dari para validator menunjukkan bahwa modul berbasis konstruktivisme yang dikembangkan sudah valid. Yakni, isi modul telah sesuai dengan kompetensi utama dan silabus yang dirancang, serta komponen modul telah sesuai dengan unsur pengembangan yang ditetapkan. 2. Modul berbasis konstruktivisme untuk perkuliahan Aljabar 2 sudah praktis. Hal ini terlihat dari pelaksanaan perkuliahan dengan modul sudah sesuai rencana, isi modul sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, dan perkuliahan dengan modul lebih efesien waktu. 3. Modul berbasis konstruktivisme dapat dikatakan efektif. Ini dilihat dari adanya peningkatan aktivititas dan motivasi belajar mahasiswa selama perkuliahan berlangsung.
B. Implikasi Penelitian ini telah menghasilkan modul Aljabar 2 di prodi Pendidikan Matematika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Pada dasar penelitian 88
89
ini juga dapat memberikan gambaran dan masukan khususnya kepada. Dengan menggunakan model pembelajaran ini maka mahasiswa akan aktif selama
proses
pembelajaran
berlangsung
karena
mahasiswa
dapat
menemukan sendiri jawaban dari rumusan masalah yang diberikan.
C.
Saran Berdasar kesimpulan dan Implikasi di atas, dapat disarankan hal sebagai berikut: 1.
Pembelajaran Matematika sebaiknya bervariasi dan tidak monoton, sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal.
2.
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka seorang dosen harus mampu membuat modul pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswanya, dan hendaknya dosen berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sehinggga mahasiswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan mampu menemukan sendiri konsep matematika tersebut.
3.
Para dosen dapat mengembangkan modul pembelajaran berbasis Konstruktivisme pada materi atau mata kuliah yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Dina, Mustafa. 2001. Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah dan Belajar Sepanjang Hayat. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Erman, Suherman dkk. 2004. Common Textbook Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia. Hall, Gene and Jones, H.L . (1976). Competency-Based Education: A process for the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs. Inc dalam Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Hisyam, Zaini dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan tinggi. Yogyakarta: Center For Teching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga. Keller JM. 1993. Motivational design of Instruction. Dalam Reigulth, Charles M. (Ed.), Instructional Design Theories and Model: An Overview of Their Current status. London: Law Rence erldaum Associaties Publishers. Kemp, Jerrol E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB Bandung.
MI Al Amin Dempelan. 2010. “Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika”.(http://midempelan.wordpress.com/2010/11/14/konstru ktivisme-dalam-pembelajaran-matematika, diakses Juni 2012) Pupuh F dan Sobry MS. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Aditama. Refnywidialistuti. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Problem
Based Learning (PBL) pada Materi Pecahan di Kelas IV SD Negeri 14 Pematang Panjang Kecamatan Sijunjung. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. (tidak dipublikasikan). Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta Rosjidan dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri 90
91 Malang. Sahertian CDW. 2004. "Pengaruh Penggunaan Bahan ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar". (www.pendidikan.net diakses 15 Agustus 2011). Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman AM, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Silbermen, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn an Bacon. Sovya, Anni. 2012. Pengembangan Buku Kerja Berbasis Konstruktivisme
untuk Perkuliahan Kalkulus Peubah Banyak 2 di STKIP PGRI Sumatera Barat. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. (tidak dipublikasikan). Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunardi H. 2002. "Pengaruh sistem pengajaran dengan Modul Terhadap Hasil Belajar Dan Kaitannya Dengan Status Pekerjaan Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya": Jurnal Prosiding Konferensi Nasional Matematika, XI (VII Edisi Khusus): 421426. Universitas Negeri Malang.
Surapranata, S. (2009). Analisis, Valisitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset. Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yoyakarta: Bina Aksara. Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Uzer, Usman. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, Vembrianto ST. 1981. Pengajaran Modul. Yogyakarta: Paramita.
Wahyudin. 1989. Aljabar Modern. Bandung: Tarsito. Yasmin Nyimas. 2007. "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
92
Berbasis RME (Realistic Mathematics Education). Dilaksanakan secara terbatas di SD Negeri 24 Padang", Tesis tidak diterbitkan. Padang: Pascasarjana UNP.