LAPORAN KEMAJUAN HIBAH BERSAING ( HIBER )
PENGEMBANGAN MODEL PROTOTYPE SIMRS DINAMIS SEBAGAI MEDIA LABORATORIUM SIMULASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SKILLS-LAB)
Tahuk ke 1 dari rencana 2 tahun
Slamet Sudaryanto Nurhendratno, ST.M.Kom (0607087101/Ketua) Maryani Setyowati, M.Kes (0604037501/Anggota)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI - 2015
i
RINGKASAN Dewasa ini tenaga rekam medis dan informatika kesehatan dituntut memiliki kopetensi dan kemampuan profesional yang sesuai dengan kebutuhan kerja dan perkembangan teknologi informatika kesehatan. Sebagai profesional dibidang sistem informasi kesehatan, harus memiliki standar kopetensi sesuai tuntutan kerja agar dapat memberikan pelayanan dengan baik dalam implementasi informatika kesehatan sebagai pendukung utama sistem informasi kesehatan yang terintegrasi. Langkah strategis dalam mencapai kopetensi tersebut adalah dengan melakukan inovasi dalam media belajar. Banyak media pembelajaran elektronik yang dikembangkan untuk mendukung suasana belajar dan peningkatan kualitas hasil belajar (learning outcames). Belajar adalah proses bagaimana memandang dan memahami dunia nyata disekitar kita. Dengan demikian dalam proses belajar membutuhkan media belajar yang dapat mendukung kualitas hasil pembelajaran. Dengan perkembangan teknologi informasi dapat dikembangkan media belajar dengan kerangka aplikasi yang dapat digunakan untuk membangun suasana belajar rekam medis berbasis simulasi. Tujuan penelitian ini untuk mendesain prototype Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Terintegrasi (SIMRS) agar dapat digunakan untuk simulasi administrasi rekam medis rumah sakit, sehingga menjadi Prototype Sistem Informasi Administrasi Rekam Medis Rumah Sakit (ProSIARS). ProSIARS akan digunakan sebagai media laboratorium simulasi praktek klinik rekam medis I (PKRM I). Laboratorium simulasi ini merupakan laboratorium ketrampilan (Skills Laboratory) dibidang rekam medis dan informatika kesehatan. Simulasi dapat memperkuat pengalaman secara mendalam dengan meniru aspek substansi dunia nyata secara penuh interaktif. Dengan ProSIARS dapat di bangun suasana belajar berbasis simulasi yang dinamis dan visualisasi yang merepresentasikan suasana waktu dan prilaku kerja yang sesungguhnya. Secara tradisonal dalam pendidikan PKRM I prosedural dan pengetahuan diperoleh melalui konsep teoritis dan model magang. Arsitektur perangkat lunak memiliki kontribusi secara mandiri yang dikembangkan untuk mewakili konten pendidikan rekam medis (misalnya model simulasi, bahan bimbingan) dan rekayasa perangkat lunak (missal, antar muka). Kami menyediakan templet antarmuka dan kumpulan modul aplikasi untuk disusun menjadi kerangka kebutuhan simulasi pendidikan administrasi rekam medis. Dalam penelitian ini untuk mengembangkan software ProSIARS yang dinamis menggunakan metode pendekatan System Development Life Cycle (SDLC). Metode SDLC menurut Mc Leod Jr., terdiri dari tahapan Analis Sistem, Perancangan Sistem, Implementasi dan Pengujian Sistem. Dari tahapan pengembangan tersebut akan dihasilkan prototype SIMRS yang dinamis untuk dijadikan media laboratorium simulasi sistem informasi manajemen kesehatan rumah sakit. Hasil pengembangan prototype SIMRS akan dievaluasi dan dianalisis dengan beberapa faktor yang berkaitan dengan setandar model media pembelajaran rekam medis dan informatika kesehatan. Faktor yang ditekan kan dalam penerimaan model ini adalah berkaitan dengan kesesuaian fungsi dan performa SIMRS. Metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi dan analisis penerimaan ini menggunakan model TAM (Technology Acceptance Model).
ii
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan
kemajuan
penelitian
ini.
Penelitian
yang
berjudul
PENGEMBANGAN MODEL PROTOTYPE SIMRS DINAMIS SEBAGAI MEDIA LABORATORIUM SIMULASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SKILLSLAB), merupakan penelitian hibah bersaing yang dibiayai DIKTI selama dua tahun. Selama melakukan penelitian dan selesainya laporan kemajuan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril dan matreriil. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada : 1. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud 2. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) 3. Kopertis wilayah VI Jawa Tengah 4. Rektor UDINUS Semarang 5. Direktur LP2M UDINUS Semarang 6. Dosen dan mahasiswa Udinus Semarang 7. Istri, anak dan kerabat atau keluarga besar Meskipun sudah memperhatikan berbagai aspek yang berhubungan dengan penulisan laporan kemajuan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini.
Saran dan kritik yang bersifat
membangun merupakan masukan yang peneliti harapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat dikembangkan ataupun disempurnakan oleh para peneliti lainnya. Semarang,
17 Juni 2015
Slamet Sudaryanto N NIDN. 0607087101
iii
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan Ringkasan Prakata Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran
………………………………………………………… ………………………………………………………… ………………………………………………………… ………………………………………………………… ………………………………………………………… ………………………………………………………… …………………………………………………………
i ii iii iv v vi vii
Bab 1 Pendahuluan …………………………………………………………
1
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Rumah Sakit……………………………………………………… 2.2. Rekam Medis…………………………………………………….. 2.3. Sistem informasi…………………………………………………. 2.4. SIMRS…………………………………………………………… 2.5. Tahap Pengembangan SIMRS…………………………………… 2.6. Simulation Based Learning………………………………………. 2.7. TAM……………………………………………………………… 2.8. Kerangka Alikasi.…………………………………………………
5 7 8 9 9 10 11 12
Bab 3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian…………………………………………
14
Bab 4 Metodologi Penelitian 4.1. Metode dan Desain Penelitian…………………………………….. 4.2. Identifikasi Masalah………………………………………………. 4.3. Studi Pustaka dan Merumuskan Hipotesa .………………………. 4.4. Merancang dan Mendesain Prototype (ProSIARS)...…………….. 4.5. Eksperimental Prototype………………………………………….. 4.6. Evaluasi Prototype………………………………………………… 4.7. Prose Berulang……………………………………………………. 4.8. Penerimaan Prototype……………………………………………..
16 16 17 17 17 18 18 18
Bab 5 Hasil Yang Dicapai 5.1. Desain ProSIARS………..……………………………………….. 5.2. Hasil Pendefinisian CIM ProSIARS ………..……………………. 5.3. Hasil Analisa PIM SIMRS ………………………………………… 5.4. Desain Interfaces ProSIARS……………………………………….. 5.5. Uji Coba Hasil Rawat Jalan (Terbatas)……………………………..
20 21 22 23 25
Bab 6 Rencana Tahapan Berikutnya ……………………………………………
28
Bab 7 Kesimpulan dan Saran…………………………………………………… Daftar Pustaka Lanpiran
30
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Prilaku Belajar……………. 26 Tabel 2. Uji Normalitas…………………………………………… 26 Tabel 3. Paired Sample T-Test…………………………………….. 27 Tabel 4. Independent Sample Test………………………………….. 28 Tabel 5. Tahapan penelitian yang sudah dilakukan dan tahap lanjutan 28
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model DeLone & McLean ……………………………………….. Gambar 2. Diagram Alir Penelitian …………………………………….. Gambar 3. Konsep Model Desain Instruksional Pada Media ProSIARS …. Gambar 4. Komponen View Unit Layanan Medis ……………………….. Gambar 5. Service Create Poli/Unit Poli Umum (rawat jalan)…………… Gambar 6 Service Create Pelayanan Medis .................................………… Gambar 7. Service Mapping Pelayanan Medis Pada Poli Umum ……….. Gambar 8. Service Create User dan Mapping Menjadi Target Aplikasi…. Gambar 9. Hasil Mapping Service Layanan Rawat Jalam ..……………… Gambar 10. Form Registrasi Rawat Jalan / UGD…………………………. Gambar 11. Form Pasien Baru …………………………….………………. Gamabar 12. Form Informasi Kunjungan Pasien………………………….. Gambar 13. Form ICD Rawat Jalan………………………………………… Gambar 14. Form Laporan Morbiditas Pasien……………………………… Gambar 15. Form Laporan Kunjungan Pasien……………………………….
vi
11 19 20 21 22 23 23 23 23 23 24 24 24 24 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Materi Call of Paper dan bukti submit Lampiran 2. Produk Hasil Peneilitian
vii
BAB 1 PENDAHULUAN Tenaga kesehatan terutama penatalaksana rekam medis dan informatika kesehatan harus terjamin kopetensi dan tersetandar secara nasional agar dapat bekerja secara profesional dalam melakukan tata kelola rekam medis dan informatika kesehatan yang baik dan benar. Kopetensi dan ketrampilan tenaga dibidang rekam medis dan informatika kesehatan ini sangat mempengaruhi kualitas sistem informasi kesehatan. Namun demikian masih banyak keluhan dari pengguna jasa tenaga kesehatan penatalaksana rekam medis dan informatika kesehatan ini berkaitan dengan kopetensi dan ketrampilan tenaga penata laksanan rekam medis dan informatika kesehatan tersebut, sehingga sistem informasi kesehatannya menjadi tidak valid dan bermasalah (Faisol, 2011). Penyebab rendahnya kompetensi ini dikarenakan (sampai dewasa ini) pembelajaran frekam medis di perguruan tinggi masih menerapkan cara-cara teoritis sedangkan praktek dan penggunaan teknologinya dilakukan di rumah sakit kerja sama dalam bentuk kerja praktek (KP). Sehingga dampaknya akan terjadi permasalahan kesenjangan kopetensi antara kemampuan teoritis dengan
implementasi secara paraktek penggunaan teknologi sistem informasi
rumah sakit atau pengelolaan rekam medis elektronik. Permasalahan kesenjangan kopetensi dan ketrampilan tenaga rekam medis dan informatika kesehatan tersebut tidak lepas dari metode pembelajaran yang kurang tepat dalam mencapai ketrampilan dan kopetensi yang diharapkan sebagai hasil pembelajaran (Learning Outcomes). Pada saat kerja parktek (KP) mahasiswa kurang
mendapatkan kesempatan berlatih dalam mempraktekan teori dan
ketrampilan yang telah dikuasai dalam pendidikan. Ditambah lagi kurangnya supervisi dari staf pengajar dalam melakukan kerja parktek (KP). Oleh karena itu diperlukan adanya suatu inovasi, model dan strategi pembelajaran untuk pendidikan ketrampilan rekam medis dan informatika kesehatan dalam mengatasi permasalahan tersebut agar mahasiswa rekam medis dan informatika kesehatan dapat mencapai standar kompetensi ketika lulus nanti. Dengan permasalahan tersebut
maka dapat dirumuskan ‖ Bagaimana membuat media
pembelajaran rekam medis dan informatika kesehatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan dengan cara praktek dengan simulasi yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi mahasiswa rekam medis ? ‖ Metode pembelajaran dengan menggunakan laboratorium simulasi sebagai model laboratorium ketrampilan (Skills Laboratory) merupakan inovasi dan strategi penting dari proses pembelajaran yang kompleks dan harus terintegrasi
dalam seluruh program
pendidikan yang mengacu pada kurikulum khususnya pencapaian kopetensi bagi lulusan. Dengan mempertimbangkan kebutuhan kopetensi yang akan dicapai oleh calon penatalaksana rekam medis dan informatika kesehatan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model media pembelajaran rekam medis dan informatika kesehatan dengan cara mengembangkan dan memperluas fungsi
perangkat lunak
prototype SIMRS. Prototype SIMRS yang dikembangkan ini merupakan hasil penelitian tahun 2012/2013 (sudah didaftarkan HKI) yang masih memiliki fungsi terbatas pada rekam medis rawat jalan dan belum memiliki sifat dinamis dan cutomize. Untuk itu perlu dikembangkan dan diperluas fungsinya serta didesain arsitekturnya agar memiliki sifat dinamis sehingga bisa digunakan sebagai sebagai media laboratorium simulasi sistem informasi manajemen kesehatan. Pengembangan prototype SIMRS yang akan dihasilkan pada penelitian ini merupakan software sistem informatika kesehatan yang terpadu dan terintegrasi
baik untuk operasional pencatatan data asuhan keperawatan, tata kelola
rekam medis maupun sistem informasi kesehatan yang bersifat dinamis. Software SIMRS ini akan menjadi Prototype Sistem Administrasi Rekam Medis Rumah Sakit (PoSIARS), yang digunakan sebagai media laboratorium simulasi. Laboratorium ini yang merupakan laboratorium ketrampilan (skills-lab) dibidang rekam medis dan informatika kesehatan sebagai unsur sistem informasi kesehatan rumah sakit. Media laboratorium simulasi ini merupakan inovasi atau trobosan baru sebagai pendekatan dalam memperbaiki kualitas belajar mengajar serta untuk mengukur pencapaian kopetensi mahasiswa rekam medis dan informatika kesehatan. Laboratorium simulasi ini merupakan suatu fasilitas dan sarana yang baru sebagai model pembelajaran, dimana mahasiswa rekam medis dan informatika kesehatan dapat berlatih ketrampilan-ketrampilan administrasi asuhan keperawatan, tata kelola rekam medis dan informatika kesehatan yang mereka perlukan dalam bentuk simulasi dengan seting situasi, kondisi dan alat (ProSIARS yang terintegrasi) seperti layaknya yang ada pada rumah sakit. Pengembangan fungsi perangkat lunak prototype SIMRS akan secara dinamis dapat di setup sesuai kebutuhan rekam medis tipe rumah sakit, baik untuk rekam medis dasar maupun lanjut. Kombinasi dari aspek pengetahuan atau teori, aspek ketrampilan dan sikap profesional akan di aplikasikan dalam laboratorium simulasi ini. Ketrampilan mahasiswa akan di evaluasi sesuai dengan kopetensi yang akan dicapai sebagai seorang profesional rekam medis dan informatika kesehatan. Proses pembelajaran di laboratorium simulasi ini merupakan pengintegrasian dan penguatan teori pengetahuan dengan praktek ketrampilan. Secara tradisional atau
2
konvensional fokus dari kurikulm pendidikan adalah pada konten dan penyampian (dimana mata pelajaran dipecah menjadi lebih kecil, sehingga subtopik akan mudah dikelola dan diajarkan didalam kelas). Dewasa ini ada gerakan perubahan metode pembelajaran yang mengarah pada ―learner-centered education‖ yang berfokus terhadap kebutuhan pelajar (Osvalds G, 2001). Tetapi keberhasilan ―learner-centered education‖ tidak tergantung pada penerapan teknologi, karena penerapan teknologi dalam lingkungan pembelajaran elektronik hanya berfungsi sebagai pemicu yang kuat (katalis) dalam perubahan positif. Lingkungan pembelajaran elektronik tersebut memiliki beberapa keunggulan seperti : 1. Colaboratories, yang dapat memfasilitasi komunikasi antar kelompok(Davi, 2007). 2. Construction toolsits, yang dapat mengajarkan ketarmpilan desain dan pemodelan belajar (Osvalds G, 2001). 3. Simulation, yang dapat mendukung ―learning by doing‖ (Osvalds G, 2001). 4. System ―Scaffolding‖, yang memungkinkan peserta didik untuk memulai belajar dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (Osvalds G, 2001). Dalam pendidikan administrasi rekam medis harus ada paparan kasus, dokumen rekam medis bahkan diperlukan pasien hidup. Dengan media pembelajaran yang mendukung problem-based learning maka ProSIARS dapat digunakan untuk simulasi dalam menyelesaikan tugas dan kasus tersebut. ProSIARS dibangun sebagai kerangka aplikasi yang dapat digunakan sebagai lingkungan ―hidup‖ simulasi (live simulation-based learning environments). Domain dari kerangka kerja tersebut menekankan pada konsep konten pendidikan yang diajarkan dengan sifat keunggulan custom front end. Untuk kepentingan simulasi ProSIARS dapat disetting seperti suasana kerja yang sesungguhnya seperti di rumah sakit. Ada penerimaan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan intalasi penunjang medis. Dengan kompleksitas penanganan rekam medis pasien maka tidak hanya membutuhkan pegawai admisnitasi rekam medis yang menguasai pengetahuan, ketrasmpilan dan procedural saja. Tetapi, juga kemampuan komunikasi secara efektif terhadap pasien, kerabat dan penyedia layanan jasa kesehatan lainnya untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan perawatan dan rekam medis pasien. Dalam simulasi ini dibutuhkan beberapa pemain atau aktor (pegawai rekam medis, pasien dan displin ilmu yang lain seperti perawat) dengan desain scenario mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Semua pemain atau aktor dapat melakukan role-play secara sistemmatis sesuai kopetensi yang diharapkan. Lingkungan simulasi dengan menggunakan
3
ProSIARS merupakan alat belajar yang dapat digunakan untuk mendorong eksplorasi yang memungkinkan peserta didik menjadi pemain dalam kelompok kerja yang profesional. Target khusus dalam penelitian ini adalah tersusunya model dan strategi pembelajaran laboratorium simulasi yang bisa menjadi sarana yang efektif dalam mencapai hasil pembelajaran yang sesuai dengan standar kopetensi yang dibutuhkan. Dampak penerpan model dan strategi pembelajaran dengan media laboratorium simulasi ini adalah berpartisipasi dalam penguatan kopetensi SDM rekam medis dan informatika kesehatan. Dampak tersebut secara tidak langsung akan menunjang program pemerintah (Kementerian Kesehatan) untuk mewujudkan penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia, terutama pada penguatan kopetensi SDM informatika kesehatan (Keputusan Menkes RI No. 192.MENKES/SK/VI/2012 tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia).
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit 2.1.1. Pengetian Rumah Sakit Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik dilakukan. Rumah sakit juga diartikan sebagai tempat pemondokan yang memberikan layanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi kegiatan observasi, diagnostic, terapetik dan rehabilitasi bagi semua orang yang menderita sakit atau luka serta bagi mereka yang melahirkan, dan juga diberikan pelayanan berdasarkan rawat jalan bagi yang membutuhkan sesuai dengan sakit yang dideritanya (Aditama, 2005). Palayanan kesahatan di rumah sakit dapat bersifat pelayan dasar, spesialistik dan subspeliastik. Diman kelengkapan pelayanan kesehatan tersebut akan menentukan jenis dan tipe sebuah rumah sakit. Rumah sakit itu sendiri mempunyai fungsi sebagai : (a) tempat menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang, pelayanan keperawatan, pelayanan rehabilitasi, dan pelayanan pencegahan penyakit, (b) tempat pendidikan medis maupun paramedic, (c) tempat penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran
2.1.2. Rawat Jalan Rawat jalan (RJ) merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Disebutkan juga bahwa akhir tahun 1990an, rawat jalan merupakan salah satu yang dominan dari pasar rumah sakit dan merupakan sumber keuangan yang bermakna. Pertumbuhan yang cepat dari rawat jalan ditentukan oleh 3 faktor yaitu: (a) Penekanan biaya untuk mengontrol peningkatan harga perawatan kesehatan dibandingkan dengan rawat inap, (b) Peningkatan kemampuan dan sistem reimbursment untuk prosedur di rawat jalan, (c) Perkembangan secara terus menerus dari teknologi tinggi untuk pelayanan rawat jalan akan menyebabkan pertumbuhan rawat jalan pada abad mendatang (Marsuli, 2007). 2.1.3. Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) Tempat penerimaan pasien rawat jalan disebut juga Loket Pendaftaran Rawat Jalan. Tugas pokoknya yaitu: (a) menerima pendaftaran pasien yang akan berobat di rawat jalan, 5
(b) melakukan pencatatan pendaftaran (registrasi), (c) menyediakan formulir-formulir rekam medis dalam folder dokumen rekam medis (DRM) bagi pasien yang baru pertama kali berobat (pasien baru) dan pasien yang datang pada kunjungan berikutnya (pasien lama), (d) mengarahkan pasien ke Unit Rawat Jalan (URJ) umum atau spesialis yang sesuai dengan keluhannya, (e) memberi informasi tentang pelayanan-pelayanan di rumah sakit atau puskesmas yang bersangkutan (Shofari, 2006). Fungsi atau peranannya dalam pelayanan kepada pasien adalah sebagai pemberi pelayanan pertama kali yang diterima pasien atau keluarganya sehingga baik buruknya mutu pelayanan akan dinilai
sini. Mutu pelayanan meliputi kecepatan, ketepatan,
kelengkapan dan kejelasan informasi, kenyamanan ruang tunggu dan lain-lain. Sehubungan dengan pelayanan rekam medis, maka fungsi TPPRJ adalah: (a) pencatat identitas ke formulir RM RJ, data dasar pasien, kartu identitas berobat (KIB), kartu indeks utama pasien (KIUP) dan buku register pendaftaran pasien RJ, (b) pemberi dan pencatat nomor rekam medis sesuai dengan kebijakan penomoran yang ditetapkan, (c) penyedia DRM baru untuk pasien baru, (d) penyedia DRM lama untuk pasien lama melalui bagian filing, (e) penyimpan dan pengguna KIUP, (f) pendistribusi DRM untuk pelayanan RJ, dan penyedia informasi jumlah kunjungan pasien RJ (Shofari, 2006) Menurut kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi pasien baru (pasien yang baru pertama kali datang berobat) dan pasien lama. Kedatangan pasien RJ terjadi karena dikirim oleh dokter praktek, dikirim oleh puskesmas atau rumah sakit lain atau jenis pelayanan kesehatan lainnya serta datang atas kemauannya sendiri (Shofari, 2006).
2.1.4. Evaluasi Pelayanan Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Rawat Jalan. Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan RJ di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu : a. Tingkat Pemanfaatan Sarana Pelayanan b. Mutu Pelayanan c. Tingkat Efisiensi Pelayanan Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rawat jalan di rumah sakit diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi yang ada dapat bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara fakta
6
dengan standard yang diinginkan. Indikator yang dipakai untuk menilai produktifitas rawat jalan yaitu : (Wijono, 2004) 1) Rerata kunjungan per hari 2) Rerata kunjungan baru per hari 3) Rasio kunjungan baru : total kunjungan 4) Presentase pasien rujukan rawat jalan 5) Presentase pasien dirujuk : pasien rawat jalan 6) Rasion pasien askes : jumlah pasien umum 7) Rasio pasien askin : jumlah pasien umum 8) Proporsi penyakit rawat jalan rumah sakit
2.2. Rekam Medis Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan kesehatan. Bentuk Rekam Medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam bentuk elektronik sesuai ketentuan. Rekam medis terdiri dari catatancatatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku. Data-data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di unit rawat jalan dan rawat inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan baik di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat harus membuat data rekammedis Rekam Medis yang bermutu menurut Sanjoyo, R pada http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id adalah : a. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur secara benar. b. Lengkap, mencakup seluruh kekhusuan pasien dan sistem yang dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran.
7
c. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan. d. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir yang diukur. e. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi. f. Dapat digunakan untuk kajian, analisis dan pengambilan keputusan. g. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan konsisten penggunaanya di dalam maupun luar organisasi. h. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati dan diterapkan. i. Terjamin kerahasiaannya j. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.
2.3. Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari produser-produser yang saling berhubungan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubung dan mempengaruhi. Secara umum elemen membentuk sistem, yaitu : input, proses, output (Abdul Kadir, 2003) Kebutuhan informasi saat ini sangat meningkat, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang dibutuhkan tidak dilihat dari jumlah informasi yang dihasilkan, tetapi kualitas dari informasi (quality of information) tersebut. Kualitas informasi ditentukan oleh beberapa hal yaitu : (Abdul Kadir 2004) a. Ketersediaan (availability) b. Mudah dipahami (comprehensibility) c. Relevan d. Bermanfaat e. Tepat waktu f. Kehandalan (reliability) g. Akurat h. Konsisten i. Kelengkapan
8
2.4. Sistem Informasi Manajemen Runah Sakit Manajemen rumah sakit adalah serangkaian kegiatan manajemen mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi yang berorientasi pada aspek input (pelanggan, dokter, sarana, prasarana, peralatan), proses pelayanan medik dan output atau kepuasan pasien (Kusnanto, 2006). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu. Sistem ini berguna menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.(Shofari, 2003)
2.5. Tahapan Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit Pengembangan sistem (system development) dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sedangkan
yang menjadi faktor-faktor pendorong
pengembangan sistem adalah sebagai berikut : (Whitten, 2004) 1. Permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa : a. Ketidakberesan, pada sistem yang lama sehingga menyebabkan sistem tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. b.Pertumbuhan organisasi, yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, misalnya kebutuhan organisasi terhadap informasi yang semakin luas, dan volume pengolahan data semakin meningkat. Pertumbuhan organisasi ini juga menyangkut perkembangan organisasi yang semakin besar. 2. Kesempatan-kesempatan (opportunities). Dengan semakin berkembangnya Teknologi Informasi (TI), organisasi mulai merasakan bahwa TI ini perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. 3. Instruksi-instruksi (directives). Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari pimpinan atau karena adanya kebijakan dari pemerintah. Dalam sistem suatu
9
organisasi untuk memudahkan mengidentifikasi baik problems, opportunities dan directives, James Watherbe mengembangkan suatu kerangka yang berguna untuk mengklasifikasi masalah dan menganalisa sistem serta aplikasi manual maupun terkomputasi yang disebut dengan PIECES.(Whitten, 2004) Dari uraian di atas pengembangan sistem selalu dimulai dari ketiga faktor pendorong tersebut. Selanjutnya model pengembangan sistem mempunyai banyak metodologinya. Salah satu metodologinya adalah FAST (Framework of the Application of System Technique). Hasil dari pengembangan tersebut memerlukan evaluasi, dimana evaluasi tersebut untuk memberikan umpan balik atau feetback dalam rangka penyempurnaan system. Pengembangan suatu sistem bisa dilakukan dari nol (sama sekali sistem/aplikasi belum ada) atau bisa juga dilakukan pengembangan dari suatu sistem yang ada untuk perbaikan atau penyempurnaan. Dalam proses pengembangan, apabila sistem pernah ada (tidak dari nol), maka kita harus melakukan evaluasi terdahulu pada sistem yang pernah ada dan kemudian setelah sistem tersebut dikembangkan maka dilakukan lagi evaluasi akhir.
2.6. Simulation-Based Learning Simulasi adalah suatu teknik untuk praktek dan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan jenis pelatihan Hal ini merupakan teknik untuk menggantikan dan memperkuat pengalaman nyata yang terbimbing langsung atau tidak langsung. Dapat dilakukan untuk mendalamai permasalahan dengan memunculkan atau meniru aspek substansi dari alam atau dunia nyata secara penuh interaktif. Peserta atau pemain dapat melakukan role-play dan ―tenggelam‖ dalam tugas pekerjaan atau pengaturan seolah-olah suasana dan lingkungan nyata (Osvalds G, 2001) . Pendidikan administrasi rekam medis berbasis simulsi secara kelompok (tim) dapat menjadi platform pembelajaran yang terintegrasi yang dapat mengurangi kelemahan komunikasi dan dilema kemampuan praktis. Dengan model pembelajaran simulasi secara kelompok maka kemampuan kognitif akan ―berintegrasi‖ dengan kemampuan praktis (teknis) dan komunikasi dalam kerjasama tim yang efektif.
Dalam model pembelajaran ini dapat
diterapkan teknik simulasi berbasis pelatihan (simulation-based training), pemakaina peralatan dan strategi pembelajaran dapat diterapkan dalam merancang pengalaman belajar secara tersetruktur. Dengan demikian penerapan alat dan media belajar dalam simulationbased learning dapat digunakan sebagai alat ukur yang terkait dengan target kopetensi kerja
10
tim dan tujuan pembelajaran. Simulation-based learning ini bukan merupakan metode baru, metode ini telah diterapkan secara luas seperti dalam industri penerbangan, anestesiologi, dan militer. Hal ini dapat membantu untuk menguraangi kesalahan, menjaga budaya keselamatan, terutama untuk industry yang tidak memiliki toleransi kesalahan (Davis,2001). Kebutuhn ketarampilan yang dapat dicapai dan ditingkatkan dalam teknik simulasi adalah : a. Pelatihan keahlian teknis dan fungsional b. Ketrampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusaan. c. Ketrampilan interpersonal dan komunikasi (team-based competencies) 2.7. Technology Acceptance Model Model evaluasi sistem informasi yang bisa digunakan antara lain
Technology
Acceptance Model (TAM). Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu alasan yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi. Model yang baik adalah model yang lengkap tetapi sederhana. Model semacam ini disebut dengan model yang parsimoni. Berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dikaji, DeLone & McLean (2003) kemudian mengembangkan suatu model parsimoni yang mereka sebut dengan nama model kesuksesan sistem informasi DeLone & McLean (D&M Information System Success Model) sebagai berikut ini:
Gambar 1. Model DeLone & McLean (2003)
11
Model yang diusulkan ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model ini adalah: 1. Kualitas system (system quality) 2. Kualitas informasi (information quality) 3. Penggunaan (use) 4. Kepuasan pemakai (user satisfaction) 5. Dampak individual (individual impact) 6. Dampak organisasional (organizational impact) Model kesuksesan ini didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari dimensidimensi di model. Model ini tidak mengukur ke enam dimensi pengukuran kesuksesan sistem informasi secara independen tetapi mengukurnya secara keseluruhan satu mempengaruhi yang lainnya. Berbeda dengan model proses, model kausal (model causal) atau disebut juga dengan model varian (variance model) berusaha untuk menjelaskan kovarian (covariance) dari elemen-elemen model untuk menentukan apakah variansi dari satu elemen dapat dijelaskan oleh variansi dari elemen-elemen lainnya atau dengan kata lain untuk menentukan apakah terjadi hubungan kausal diantara mereka. Model kausal ini menunjukkan bagaimana arah hubungan satu elemen dengan elemen lain apakah menyebabkan lebih besar (mempunyai pengaruh positif) atau lebih kecil (mempunyai pengaruh negatif). Dari model proses dan kausal ini, maka dapat dijelaskan bahwa kualitas sistem (system quality) dan kualitas informasi (information quality) secara mandiri dan bersama-sama mempengaruhi baik penggunaan (use) dan kepuasan pemakai (user satisfaction). Besarnya penggunaan (use) dapat mempengaruhi kepuasan pemakai (user satisfaction) secara positif atau negatif. Penggunaan (use) dan kepuasan pemakai (user satisfaction) mempengaruhi dampak
individual
(individual
impact)
dan
selanjutnya
mempengaruhi
dampak
organisasional (organizational impact).
2.7. Kerangka Aplikasi Kerangka aplikasi harus menyediakan modularitas fungsi yang sesuai dengan pemisahan konten yang independen. Kerangka aplikasi dikelola sebagai manajemen database dan sebagai alat pengelola user interface untuk meningkatkan kemandirian dialog (Osvalds G, 2001) . Dalam membuat ProSIARS sangat penting sekali untuk mendesain
12
antarmuka yang independen yang dapat di setup melalui setup parameter oleh pendidik sesuai dengan kepentingan konten yang di harapkan. Aristektur ProSIARS menggunakan strategi umum dalam memisahkan GUI (graphical user interface) dari aplikasi utamanya. Dalam kasus yang kami simulasikan semua modul aplikasi dikelola dalam konten yang dinamis, dengan fungsi yang dikelola secara terpisah. Dalam implementasi ProSIARS seorang pendidik dapat melakukan penyususnan sendiri (SETUP) beberapa modul dengan ―plug-in‖ beberapa fungsi yang diinginkan sebagai lingkungan simulasi pendidikan administrasi rekam medis.
13
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Pada penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi masalah dan peluang pengembangan model untuk sarana praktek pengelolaan rekam medis pasien rawat jalan berbasis prototype software sistem informasi rumah sakit di mahasiswa rekam medis yang sesuai dengan kebutuhan ketrampilan (skills) dalam pengelolaan data rekam medis di rumah sakit. 2. Untuk memperoleh gambaran tentang potensi pendukung yang dapat diupayakan untuk mengembangkan model sarana praktek pengelolaan rekam medis dengan konsep simulasi melalui media prototype sistem informasi rumah sakit bagi mahasiswa rekam medis pada khususnya dan bagi program studi kesehatan masyarakat pada umumnya. 3. Diperoleh desain pembelajaran praktek rekam medis yang tepat untuk pembelajaran pengelolaan rekam medis pasien rawat jalan dengan model prototype sistem informasi rumah sakit bagi mahasiswa rekam medis.
Dengan cara menganalisis kebutuhan
prototype SIMRS sebagai media laboratorium ketrampilan (Skills Laboratory) 4. Tersusunnya model untuk sarana praktek pengelolaan rekam medis berbasis software komputer (dalam bentuk prototype sistem informasi rumah sakit terintegrasi) yang efektif untuk dapat meningkatkan ketrampilan praktek dan minat belajar serta mengukur tingkat kesuksesan sistem informasi rekam medis
serta perilaku penerimaan pada
mahasiswa rekam medis ataupun mahasiswa kesehatan masyarakat. 5. Tersusunnya komponen modul software SIMRS yang terintegrasi sebagai media pembelajaran yang baru pada laboratorium simulasi sistem informasi kesehatan dengan tujuan menjadi model dan strategi pembelajaran
yang baru , dimana
praktek
pengelolaan administrasi asuhan keperawatan, tatakelola rekam medis dan informatika kesehatan bisa dilakukan secara terintegrasi
dengan simulasi seperti kondisi dan
keadaan sesunggunhnya (kasus tempat kerja) , sehingga bisa menjadi alat ukur (standarisasi) dan alat evaluasi yang efektif dalam melihat hasil belajar terutama dalam mencapai ataupun meningkatkan ketrampilan dan kopetensi pembelajaran dibidang rekam medis dan informatika kesehatan. 14
Sedangkan beberapa manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Memberikan deskripsi model pembelajaran rekam medis lewat prototype system informasi rumah sakit (layaknya laboratorium rumah sakit mini didalam kampus) yang efektif untuk dikembangkan pada perguruan tinggi yang memiliki program studi rekam medis atau fakultas kesehatan masyarakat, yang dapat dijadikan sebagai masukan atau media
untuk upaya-upaya peningkatan mutu dan kualitas
pembelajaran praktek pengelolaan rekam medis. 2. Memberikan masukan terhadap perguruan tinggi yang memiliki progdi rekam medis atau fakultas kesehatan masyarakat tentang pemanfaatan prototype software sistem informasi rumah sakit sebagai media pembelajaran rekam medis data pasien rawat jalan kepada dosen dan mahasiswa dalam aktivitas belajar mengajar. 3. Memberikan gambaran tentang penelitian pengukuran keberhasilan sistem pengelolaan rekam medis lewat prototype software sistem informasi rumah sakit yang dapat memberi informasi kesehatan yang dapat diterima pengguna sehingga mau memanfaatkan secara maksimal. 4. Meningkatkan kultur dan atmosfir akademik yang tinggi pada perguruantinggi yang memiliki program studi rekam medis dan fakultas kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan prototype sistem informasi rumah sakit dan teknologi informasi dalam menunjang pembelajaran rekam medis. 5. Meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis media laboratorium ketarmpilan sehingga memiliki dampak terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa atau pihak lain yang memanfaatkan laboratorium ketrampilan ini.
15
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Metode dan Desain Penelitian Model penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi SDLC (System Development Life Cycle) sebagai metode pengembangan software SIMRS dan pendekatan TAM (Technology Acceptance Model) sebagai media evaluasi pengujian dan revisi (umpan balik penerimaan) dalam rangka penerimaan produk software prototype SIMRS (ProSIARS) oleh user. Kualitas fungsional dan performa software yang di uji dalam model TAM sebagai frame utama ini meliputi : kualitas informasi, kualitas system, kemanfaatan, kemudahan penggunaan, performa (kecepatan). Untuk menghasilkan software SIMRS yang diharapkan maka dibutuhkan indikator kualitas tiap-tiap frame yang standar, normatif yang ideal sebagai nilai standar acuan (benchmark) rekam medis dan informatika kesehatan. Standar acuan di modelkan dalam suatu nilai fungsi tertentu dari penetapan hipotesa sebagai frame utama, nilai fungsi diambil dari kuesioner yang diukur dengan sekala Likert 1-4 point (sangat tidak setuju sampai dengan setuju) dimana variabel indikator dan item indikator berisi nilai-nilai ideal yang bervariasi. Pada saat evaluasi produk software SIMRS, akan di hitung nilai aktual dari item variabel nilai fungsi suatu frame hipotesa dan dibandingkan dengan nialai standar acuan (bencmark). Jika terjadi selisih antara nilai fungsi standar acuan dengan nilai aktual maka software SIMRS perlu dilakukan revisi (sinkronisasi data dan fungsi) sesuai dengan nilai indikator fungsi frame actual secara terus menerus dan berulang (evolutionary) hingga nialai aktual indikator fungsi frame mendekati atau sama dengan nilai standar acuan (benchmark) yang berarti revisi produk
SIMRS tidak diperlukan lagi.
Dengan demikian produk SIMRS bisa diterima sebagai media laboratorium simulasi pembelajaran E-RM dan Informatika kesehatan.
4.2. Identifikasi Masalah Melakukan analisis awal
dan survey literature dalam rangka mengidentifikasi dan
mendefinisikan masalah yang harus dipecahkan berkaitan dengan pengembangan SIMRS sehingga bisa digunakan oleh mahasiswa untuk simulasi belajar rekam medis dan informatika kesehatan. Dalam proses analisis harus bisa ditemukan atau didentifikasikan kebutuhannya dalam bentuk indikator dan item indikator serta memberikan ukuran yang pasti terhadap batasan kesuksesan dari produk SIMRS yang digunakan sebagai benchmark. Dengan identifikasi masalah dan penentuan nilai standar acuan bisa memperjelas dan
16
mempertegas indikator masalah yang harus diselesaikan serta menjadi instrument kesuksesan dan kesesuaian SIMRS dengan kebutuhan pengguna.
4.3. Studi Pustaka dan Merumuskan Hipotesa Prototype Setelah melakukan identifikasi dan mendefinisikan masalah yang akan dipecahkan, maka dperlukan perumusan hipotesa prototype yang berisi variable indikataor dan item indikator sebagai Frame pengembangan
software prototype
sehingga dapat
menggambarakan keseluruhan sistem prototype yang akan dicapai. Frame pengembangan ini merupakan cetak biru (blue print) dalam pengembangan prototype SIMRS yang sesuai dengan kebutuhan user.
4.4. Merancang dan Mendesain Prototype Melakukan perancangan dan mendesain prototype SIMRS berdasarkan hipotesa dan indikator serta item indikatornya sebagai frame utama dari karakteristik fungsional serta perilaku prototype. Merancang dimulai dengan mencari kebutuhan user, mendefinisikan fungsi, desain databasi, desain antar muka dan mendesain service setup parameter yang dapat digunakansecara dinamis sesuai dengan prinsip simulasi. Service ini prinsipnya mendekati konsep SOA (service oriented architecture). Proses merancang ini dilakukan secara berulang sampai mendapatkan yang lebih detail sesui dengan frame dan nilai kuesioner.
4.5. Eksperimental Prototype. Melakukan ujicoba fungsionalitas prototype sesuai dengan frame dan instrumennya untuk menentukan perilakunya dan mengumpulkan keluaran dari instrumentasi tersebut sehingga didapatkan produk yang sesuai dengan keinginan user. Setelah user melakukan uji coba prototype, maka user yang mencoba fungsi prototype tersebut harus mengisi kuesioner yang berkaitan dengan kualitas fungsional prototype seperti yang sudah didefinisikan sebagai sentadar acuan penerimaan model. Paada tahap ini juga dilakukan observasi dan wawancara untuk dengan metode analisis isi yang diharapkan oleh responden, sehingga bisa menjadi reaksi dan umpan balik (feedback) terhadap pelaksanaan revisi dan perbaikan prototype.
17
4.6. Evaluasi (Ujicoba Prototype) Evaluasi ini digunakan untuk menghasilkan nilai aktual yang ideal. Caranya adalah dengan menggunakan hasil pengolahan data kuesioner dari eksperimental prototype dievaluasi untuk mendapatkan derajad penerimaan prototype dengan keiinginan user. Cara melakukan evaluasi dilakukan dengan membandingkan niali acuan standar (benchmark) dengan nilai aktual pada saat melakukan eksperimental prototype. Sehingga didapatkan nilai aktual yang dianggap ideal sebagai konfirmasi penilaian anatara nilai benchmark (ideal) denngan nilai aktual, sehingga didapat nilai aktual yang ideal.
4.7. Peroses Berulang (Model Evolutionary Prototipes) Proses Merancang,mendaesain, eksperimental dan evaluasi prototype dilakuan secara berulang sampai menghasilkan nilai aktual yang dianggap ideal dan mendekati nilai setandar acuan (bechmark).
4.8. Penerimaan Prototype (Implementasi System ) Adalah tahapan dimana
prototype sudah dapat diterima user dengan serangkaian
pembandingan nilai standar acuan dengan hasil aktual dari sejumlah hipotesa, sehingga prototype hasil revisi dapat diimplementasikan sebagai ssebuah sistem. Sedangkan pengukuran manfaat prototype sebagai sistem yang dapat mendukung simulasi E-RM dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Sign Test, sehingga akan dapat menunjukan manfaat adanya sistem prototype SIMRS dibandingkan sebelum menggunakan sistem tersebut.
18
Tahun 1 Mulai
Survey Literatur Identifakasi Masalah
Studi Pustaka Analisa Kebutuhan Fungsi
Hipotesis Analisis dan Evaluasi Prototype SIMRS
Analisa Kebutuhan Data
- User Requirement - Indikator Requirement - Performa Requirement
Menyususn Model Arsitektur SIMRS / Konseptual Desain SIMRS
Tahun 2
Desain Spesifikasi Database SIMRS -
Evaluasi Awal Pengembangan Modul Sinkronisasi Data & Fungsi
Pemodelan ER Pemodelan Relational Database Definition Constrain Database
Desain Spesifikasi Fungsi SIMRS -
Specification Function Input/Output Definition Refine Sistem Function Modify User Interface Service Development
No Ujicoba Modul SIMRS -
Actual = Bencmark
Detail Desain SIMRS
Kualitas Informasi ? Kualitas Sistem ? Kemudahan Penggunaan ? Kesesuaian Pekerjaan RMI Kesehatan ? Kesesuaian Media dan Interface ? Kecepatan / Performa ?
Ya Evaluasi Hasil / Nilai Ujicoba Membandingkan Nilai Hasil Ujicoba Penerimaan Modul SIMRS
Migrasi Data & Integrasi Modul SIMRS
Analisis Data
Kesimpulan
Penerimaan SIMRS
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
19
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Desain Prototype Sistem Informasi Adminstrasi Rekam Medis Terintegrasi (ProSIARS) Beberapa target utama dari platform yang dapat dicapai melalui beberapa tahap dalam membagun aplikasi ProSIARS berbasis MDA adalah untuk menciptakan sebuah model platform-independent yang dapat didiskripsikan. Model ini kemudian dapat dirubah menjadi satu atau beberapa platform yang sepesifik seperti CCM, EJB, .NET, SOAP dan lain-lain. Sebuah sistem yang komplek dapat terdiri dari beberapa model yang saling terkait dan diselenggarakan secara bersama dengan layer yang didefinisikan sebagai abstraksi, dengan pemetaan yang didefinisikan dari satu set model menjadi model yang lain. Dalam menerapkan gaya arsitektur yang konsisten dalam seluruh sudut pandang ProSIARS adalah salah satu ilustrasi transformasi horizontal terebut. Model desain instruksional untuk pengembangan ProSIARS sebagai media laboratorium simulasi PKRM I menggunakan pendekatan cognitive-affective-psychomotor. Model fungsi desain instruksional ProSIARS ini dibangun berdasarkan teori-teori materi PKRM I dan prinsip kebutuhan fungsi aplikasi sebagai media praktek yang dinamis dan terintegrasi dalam pengelolaan rekam medik secara elektronik. Materi dan fungsi modul dapat di setup secara dinamis (customize) berdasarkan parameter kebutuhan aplikasi. Model desain instruksional ProSIARS memperhatikan tujuan, isi dan kompetensi, sehingga akan terjadi transfer pengetahuan secara efektif berbasis media untuk membantu terjadinya transisi instruksional.
Gambar 3. Konsep Model Desain Instruksional Pada Media ProSIARS 20
5.2. Hasil Pedefinisian Kebutuhan CIM ProSIARS Tahap ini bertujuan untuk membangun CIM yang menggambarkan proses bisnis organisasi (bagian rawat jalan) yang telah dilakukan analisis. Proses bisnis tersebut dapat menggambarkan lingkungan dan kebutuhan dari sistem perangkat
lunak yang akan
dibanguan. Tahap awal yang dilakukan yaitu menentukan deskripsi umum dari perangkat lunak hasil solusi permasalahan, termasuk fungsi secara umum, pengguna perangkat lunak, batasan, dan asumsi yang digunakan dalam pengembangan. Dari deskripsi umum tersebut dapat didefinisikan kebutuhan sistem perangkat lunak yang akan dibangun.
Terdapat
dua
jenis
kebutuhan
fungsional dan kebutuhan nonfungsional. fitur utama
yang dijabarkan di sini, yaitu kebutuhan
Kebutuhan
perangkat lunak, sedangkan kebutuhan
fungsional
fitur-
nonfungsional yang menyatakan
fitur-fitur tambahan untuk mendukung kinerja fitur utama tersebut.
Gambar 4. Komponen View Unit Layanan Medis
21
menyatakan
5.3. Hasil Analisis PIM ProSIARS Dalam tahap analisis PIM ini bertujuan untuk membangun PIM sesuai dengan kebutuhan. PIM ini fokus pada operasi sistem rawat jalan tanpa tergantung pada platform tertentu. PIM dibuat dari transformasi CIM
yang sesuai dengan prinsip MDA. PIM SIMRS ini
merupakan mapping independen atara PIM dan PSM sesuai dengan aturan bisnis dari CIM SIMRS maka didapatkan platform service yang independen yaitu : a. Service create poli rawaat jalan b. Service creaate pelayanan medis rawat jalan c. Service create integrasi dan distribusi tindakan medis/non medis pada poliklinik. d. Services alokasi kelompok aplikasi pada user tertentu 5.4. Desain Interface ProSIARS ProSIARS sebagai media laboratorium simulasi berbasis media terdiri dari lima modul utama, yaitu modul penerimaan pasien rawat jalan, penerimaan pasien rawat inap, indeks rekam medis, assembling rekam medis dan mutasi rekam medis. Masing-masing modul berisi materi-maateri teori rekam medis yang dapat disetup kebutuhannnya seperti kondisi dan kebutuhan di dunia nyata (rumah sakit). Semua modul ini disertai kebutuhan input data dan laporan sesuai kebutuhan simulasi secara berkelompok dan terintegrasi. ProSIARS dapat menjadi media simulasi dan bermain peran (role play) dalam memacahkan kasus tertentu (problem base learning-PBL). Teori pembelajaran kontekstual dan PBL capat diterapkan
secara
bersamaan,
metode
ini
akan
membantu
mahasiswa
untuk
mengasosiasikan pelajaran teori dengan aspek realistis penerapan sistem informasi rekam medis pada rumah sakit.
Gambar 5. Service Create Poli/Unit Poli Umum (rawat jalan)
22
Gambar 6. Service Create Pelayanan Medis
Gambar 7. Service Mapping Pelayanan Medis Pada Poli Umum
Gambar 8. Service Create User dan Mapping menjadi Target Aplikasi
Gambar 9. Hasil Mapping Service Layanan Rawat Jalam
23
Gamabar 10. Form Registrasi Rawat Jalan / UGD
Gamabar 11. Form Pasien Baru
Gamabar 13 : Form Informasi Kunjungan Pasien
Gamabar 14 : Form ICD Rawat Jalan
24
Gamabar 15. Form Laporan Morbiditas Pasien
Gamabar 16. Form Laporan Kunjungan Pasien
5.5.
Ujicoba Implemtasi Terbatas Modul Rawat Jalan ProSIARS Berdasarkan percobaan dengan perlakuan yang sama (tidak menggunakan
ProSIARS) terhadap kelompok mahasiswa, didapatkan bahwa nilai rata-rata paling banyak untuk kelompok (E) dalam domain soal kognitif adalah kategori cukup 10 responden (66.6%), afektif kategori cukup 14 responden (93,3 %), psikomotorik kategori cukup 14 responden (93,3%). Hasil paling banyak setelah menggunakan media praktek ProSIARS pada domain pengetahuan kategori baik 14 responden (93.3 %), afektif kategori baik 11 responden (73.3 %), psikomotorik kategori baik 12 responden (80.0%). Sedangkan pada kelompok kontrol (K) konsentrasi hasil pre dan post test paling banyak pada domain pengetahuan adalah kategori cukup 13 responden (86,7 %) post test 10 responden (66,6%), afektif kategori cukup 13 responden (86.7%) post test 13 responden (86.7%), domain psikomotorik hasil paling banyak pada pre test kategori cukup 9 responden (60.0 %) hasil post tes kategori cukup 7 responden (46,6 %).
25
Temuan ini menggambarkan bahwa mahasiswa kelompok (E) setelah diberi perlakuan dengan menggunaka ProSIAR sebagai media simulasi mengalami peningkatan rata-rata yang lebih tinggi dari kategori cukup ke baik untuk semua domain dibandingkan kelompok (K), yaitu sebesar 73.36 %, sedangkan pada kelompok (K) mengalami konsentrasi peningkatan dari kategori kurang ke cukup untuk semua domain yaitu sebesar 11.13 %. Pada perhitungan ini juga ditemukan prosentase siswa lulus pada kelompok (E) adalah 100 %, sedangkan untuk kelompok (K) adalah 86.70%.
Selanjutnya distribusi
frekwensi hasil pre-test dan post test sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi prilaku belajar Kelompok Eksperimen (E) No
1.
2.
3.
Domain Nilai
Kognitif - Kurang - Cukup - Baik Afektif - Kurang - Cukup - Baik Psikomotor - Kurang - Cukup - Baik
Pre-test
Kelompok Kontrol (K)
Post-test
Pre-test
Post-test
f
%
f
%
f
%
f
%
3 10 2
20.0 66.6 13.3
0 1 14
0.0 06.6 93.3
1 13 1
06.6 86.7 06.6
2 10 3
13.3 66.6 20.0
0 14 1
0.0 93.3 06.6
0 4 11
0 26.6 73.3
2 13 0
13.3 86.7 0.0
2 13 0
13.3 86.7 0.0
0 14 1
0.0 93.3 06.6
0 3 12
0 20.0 80.0
3 9 3
20.0 60.0 20.0
2 7 6
13.3 46.6 40.0
Tabel 2. Uji Normalitas Group
Value α
Domain
Asymp. Sig
Result
(2-Tailed) Exsperiment
Kognitif (Pre)
0.05
0.288
Normal
(E)
Kognitif (Post)
0.05
0.229
Normal
Afektif (Pre)
0.05
0.456
Normal
Afektif (Post)
0.05
0.701
Normal
Psikomotorik (Pre)
0.05
0.151
Normal
Psikomotorik (Post)
0.05
0.479
Normal
Kognitif (Pre)
0.05
0.661
Normal
Kognitif (Post)
0.05
0.711
Normal
Afektif (Pre)
0.05
0.889
Normal
Afektif (Post)
0.05
0.370
Normal
Psikomotorik (Pre)
0.05
0.699
Normal
Psikomotorik (Post)
0.05
0.740
Normal
Control (K)
Hasil uji paired-sample test kelompok (E) pada domain perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) menunjukan sig. (2-tailed) 0,0014 < α =0,005. Hasil t hitung > t tabel = 1,699 sehingga pemberian penggunaan ProSIARS sebagai media lab simulasi terbukti dapat meningkatkan prilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) yang berkaitan dengan materi
26
PKRM I. Dengan demikian ProSIARS sebagai media simulasi dapat mendukung peningkatan hasil belajar sebagai outcame learning. Tabel 3. Paired Sample T-Test Hasil
Paired sample t-test kelompok (E)
Analisis
Paired sample t-test kelompok (K)
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Kognitif
Afektif
Mean
-1.038
-0.462
-0.731
-0.077
-
-0.038
t
-10.024
-4.045
-0.238
-0.811
-
-0.440
0.000
0.425
-
-0.554
sig
0.000
0.000
Psikomotor
95 %(CI) -upper
-1.252
-0.697
-0.227
-2.272
-
-0.218
-lower
-0.825
-0.913
-0.548
0.118
-
0.141
Hasil paired sample t-test kelompok kontrol menunjukan p>α = 0,005. Hasil ini membuktikan tidak ada perbedaan prilaku antara pre test dan post test kelompok yang tidak menggunakan media ProSIARS. Hasil analisis independent samples t-test prilaku domain pengetahuan, sikap dan praktek menunjukan nilai p < α = 0,005 . Hasil t hitung > t tabel = 2,0598. Kesimpulannya terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan ProSIARS sebagai media lab simulasi pada proses pembelajaran PKRM I. Prilaku
(pengetahuan, sikap dan praktek) pada hasil
pembelajaran sebagai evaluasi hasil untuk kelompok intervensi (E) lebih baik daripada kelompok kontrol (K). Tabel 4. Independent Sample Test Mean Domain
t
Sig (2
Difference
tailed)
95 % Confidence Interval (CI) Upper
Lower
Kognitif
7.008
0.000
3.923
2.787
5.059
Afektif
7.215
0.000
9.423
6.765
12.081
Psikomotor
7.458
0.000
6.515
4.815
8.416
27
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Tabel dibawah ini menggambarkan tahapan tahapan penelitian yang sudah dikerjakan dan belum dikerjakan (sebagai rencana tahapan berikutnya) dari kegiatan penelitian tahun ke-1. Tabel 5. Tahapan penelitian yang sudah dilakukan dan tahap lanjutan Tahun I
KEGIATAN TAHAPAN PENELITIAN
KET III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
Identifikasi Masalah & Studi Pustaka
XI 15 %
Anilisa Awal & Evaluasi Prototype SIMRS Penyusunan Konseptual dan Desain Sservice Aplikasi Rawat Jalan Analisa dan Desain Fungsi RM Rawat Jjalan dan Spesifikasi Unit SIMRS Detail Desain Spesifikasi Rawat Jalan SIMRS Pengembangan Model Prototype dan Sinkronisasi Setiap Unit SIMRS Laporan Kemajuan Tahun I Ujicoba Model Prototype Rawat Jlan Terbatas Analisa Kebutuhan Revisi Model Prototype Perbaikan Ahir Prototype dan Publikasi Desiminasi dan Implementasi Rj Laporan Akhir
30% 40 %
50%
55% 65% 77% -
Dalam penelitian tahun ke-1 ini maka rencana kerja tahap selanjutnya adalah sebagai berikut : -
Melakukan ujicoba model prototype secara terbatas untuk mendapatkan masukan tentang kelayakan dan penerimaan fungsi rekam medis rawat jalan melalui aplikasi rawat jalan SIMRS. Masukan yang diharapkan adalah yang berkaitan dengan fungsi aplikasi, kelengkapan data, kemudahan dan integrasi data rekam medis.
28
-
Melakukan analisa revisi redesain fungsi rawat jalan, yang terdiri dari analisa kebutuhan data dan fungsi serta service pelayanan rawat jalan berdasarkan hasil ujicoba aplikasi tersebut.
-
Perbaikan desain fungsi pelayanan dan penunjang, dimana sebagian data rekam medis paseien rawat jalan didapat dari pemeriksaan data penunjang
-
Perbaikan desain fungsi index data rekam medis sesuai dengan ICD X
-
Menguji integrasi fungsi registrasi, poli rawat jalan dan instalasi penunjang
-
Melakukan revisi fungsi dan database jika hasil uji integrasi didapatkan masalah ingrasi data dan kelengkapan data rekamm medis.
-
Perbaikan akhir prototype rawat jalan Prototype SIMRS.
-
Desiminasi dan implementasi praktek rekam medis rawat jalan Prototype SIMRS.
-
Melakukan publikasi hasi-hasil penelitian
-
Pembuatan laporan akhir penelitian tahun ke-1.
29
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tahapan pelaksanaan penelitian yang sudah peneliti lakukan dan evaluasi pada penerapan Prototype SIMRS untuk Administrasi Rekam Medis Rawat Jalan, dapat dihasilkan sebuah gambaran dan pedoman yang lengkap mengenai perancangan perangkat lunak dengan pendekatan MDA. Penerapan pendekatan MDA pada aplikasi SIMRS tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. ProSIARS Rawat Jalan merupakan kumpulan aturan adminitrasi rekam medis pada pelayanan medis dan non medis yang dapat di uraikan menjadi frame platform aplikasi yang tersusun menjadi beberapa
spesifikasi fungsi, dimana spesifikasi
fungsi dapat diuraikan menjadi beberapa service dasar pembentuk fungsi yang independen sehingga bisa digunakan untuk customization fungsi. Dengan customization tersebut maka user akan dapat memilih fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam rangka belajar rekam medis melalui prototype SIMRS (ProSIARS). b. Service dasar didesain dan dikelola secara independen sehingga bisa di distribusikan dan diintegrasikan pada frame aplikasi secara mandiri dalam membentuk target aplikasi. Dalam kasusus ini target aplikasi di bangun dari service create aplikasi, create pelayan medis, mapping pelayanan medis pada aplikasi. Selanjutnya create user dan mapping aplikasi yang sudah memiliki layanan medis. c. Dalam pendekan MDA pada ProSIARS ini maka SIMRS bisa memiliki performasi yang baik seperti portability, interoperability, reusability. Dengan demikian ssuai dengan kebutuhan mdia laboratorium simulasi untuk ketampilan (skill) dibidang adminitrssi rekam medis. d. Dalam uji implementasi terbatas untuk fungsi rawat jalan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan ProSIARS sebagai media laboratorium simulasi mampu meningkatkan tingkat yang lebih tinggi dari pengetahuan, sikap dan praktek dari kelompok (E) dibandingkan dengan kelompok (K) yang tidak menggunakan ProSIARS sebagai media simulasi. Hal ini dapat tersirat bahwa model ProSIARS dapat mendukung secara efektif untuk simulasi PKRM I. Disarankan bahwa simulasi pembelajaran PKRM I dapat melibatkan (diintegrasikan) dengan displin ilmu kesehatan yang lain seperti perawat atau dokter, sehingga akan dapat melengkapi frame dan fungsi ProSIARS yang pada akhirnya ProSIARS akan dapat 30
dimanfaatkan semagai media pendukung simulasi secara teritegrasi dengan disiplin ilmu yang lain. Namun demikian untuk mendapatkan penerimaan user atau pemakai
kualitas aplikasi
sesuai dengan framework MDA tersebut maka disarankan diperlukan keterlibatan user yang lebih banyak untuk melakukan ujicoba sehingga didapatkan umpan balik yang berkaitan dengan evaluasi model TAM (Technology Acceptance Model) yaitu : a. Kualitas system aplikasi b. Kualitas informasi c. Kemudahaan operasional d. Kepuasan pemakai. Ujicoba dan evaluasi tersebut sebagai langkah penting agar aplikasi dapat diterima oleh user dengan baik. Untuk itulah tahapan pengujian dengan framework TAM tersebut sebagai tahapan berikutnya sehingga aplikasi yang dibangun dapat diterima sebagai media belajar rekam medis sesui dengan kebutuhan dan penerimaan seperti dalam konsep TAM.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. (2007). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua. Jakarta : UI Press. Almeida, J. P. dkk.. (2009). Model-Driven Service-Oriented Architectures. International Journal Business Process Integration and Management, Vol.4, No.1, 2-4. Cahyanto, B. (2010). Implementasi Pembelajaran Skill Laboratory Untuk Tnaga Kesehatan. UNS Surakarta : Jurnal Kesehatan Fakultas Kesehatan UNS Vol. 2 No. 1 / Juni / 2010. Davis, Gordon.(2007). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen.Jakarta : PT.Pustaka Binaman Pressindo. Davis, F. D. Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technology, MIS Quarterly, Vol.13 (3), pp. 319-340. Delone W. & E.R. Mclean. (2003). The DeLone and McLean Model of Information Systems. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Standar Laboratorium Perekam Medis Dan informasi Kesehatan, Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarata : Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Kumpulan Indikator Kesehatan Arti dan Manfaatnya. Jakarta : Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Bentuk Pokok Penyelenggaraan Rekam Medis.Jakarta : Depkes RI. Dian D. (2010). Pengembangan Modul Pembelajaran (E-learning) Terminologi Medis ICD-X. Universitas Gajah M ada Yogyakarta : Tidak Diterbitkan. Efendi, Ferry. (2009). Pembelajaran Praktika (Laboratorium). Jakarta : Salemba Medika Faisol, R. (2011). Analisis Pembelajaran Skill-Lab Keperawatan Medikal Bedah Akper Bahrul Ulum Tambak Besar Jombang. Tesis. PPS Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta : Tidak Diterbitkan. Hatta, G.,(2007). Pendidikan Rekam Medis, Makalah pada Seminar Nasional Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI : Perhimpunan Profesional Perkam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia, Jakarta . Hatta, G. (2008). Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Kesehatan Sebuah Studi Eksplorasi. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Joko, L. (2007). Sistem Pencatatan Rekam Medis Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal Informatika, Vol 3, / No. 1/ Juni/ 2007.
Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. No. 004/Menkes/SK/I/2003 : Tentang Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi kesehatan. Jakarta. Kemenkes RI. Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. No. 192.MENKES/SK/VI/2012 : Tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia. Jakarata : Kemenkes RI. Kadir, Abdul. (2005). Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset. Kodyat. (2007). Pemanfaatan Rekam Medik Sebagai Sumber Informasi Untuk pengambilan Keputusan Manajemen Rawat Inap Di Rumah Sakit Puri Cinere. PPS Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia : Tidak Diterbitkan. Kusnanto, H. (2006). Computerized Billing System Untuk Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit. Yogyakarta : Pusat Manajemen Kesehatan FK-UGM. Larrucea, Xabier dkk.. (2007). MDSOA for Achieving Interoperability. Sixth International IEEE Conference on Commercial-off-the-Shelf (COTS)-Based Software Systems (ICCBSS’07), 247. Leli, K. (2009). Pengukuran Tingkat Kepuasan Dosen Dan Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran E-Learning RM Pada Universitas Bunda Mulia. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Bunda Maria, Vol. 5 No. 1, Maret 2009. LPIU, MMRS. (2009). Makalah Seminar Sehari “Menuju Komputerisasi Rekam Medis Rumah Sakit”,Jogjakarta. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mahmud, Martiningsih. (2008). Macam-Macam Metode Pembelajaran. Bandung : Tsabita. Marsuli. (2005). Mutu Pelayanan Pasien Rawat Jalan. Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol 08/Nomor 01/Maret/ 2005. Murdani. (2007). Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Rawat Jalan Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan Kesehatan. Tesis. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Undip : Tidak Diterbitkan. Osvalds, G (2001). Definition of Enterprise Architecture – Centric Models for The System Engineers, TASC Inc. Sarno, R. and Herdiyanti A (2010). ― A Service Portofolio for an Enterprise Resourche Planning‖ ; International Jurnal of Computer Science and Network Scurity, ISSN -1738 – 7906, Vol. 10, No. 3, app. 144-156. Shofari, Bambang. (2005). Pengelolaan Sistem Rekam medis. Semarang : Perhimpunanrganisasi Profesional Perekammedisan, Informatika Kesehatan Indonesia. Slamet S. (2013). Prototype SIMRS Rawat Jalan Untuk Sarana Praktek Mahasiswa Rekam Medis , Semarang : Posiding seminar nasional teknologi informasi dan komunikasi terapan (semantik), Isbn 979-26-0266-6. Whitten, Jeffery L, Bentley Conie. (2004).System Analysis & Design Methods Second Edition. Boston : Irwin Home Wood. Yuniarti. (2012). Pengembangan Laboratorium Virtual Sebagai Media Pembelajaran Pembiakan Virus Berbasis Computer. UNNES Semarang : Journal Of Biologi Education, Issn 2252-657.
LAMPIRAN – LAMPIRAN Lampiran 1. : Draft Jurnal Submission IJCIT
Design Applications ProSIARS as Media Support for Optimize the Simulation Based Learning Slamet Sudaryanto N#1, Maryani S*2, Sudaryanto#3 #
Computer Science Faculty, Dian NuswantoroUniversity Central Java, Indonesia 1
*
[email protected] 3
[email protected]
Health Faculty, Dian Nuswantoro University Central Java, Indonesia 2
[email protected]
Abstract— currently there are a lot of electronic learning media are developed to support the learning environment and improving the quality of learning outcomes. Learning is the process of how we perceive and understand the real world around us. Thus in the process of learning requires learning media that can support quality learning outcomes. With the development of information technology we can develop learning media application framework that can be used to build a learning atmosphere simulation-based medical records. The purpose of this research is to design a prototype for simulation of the administration of the hospital medical record (ProSIARS). ProSIARS will be used as a media laboratory practice simulation clinic medical records I (PKRM I). Simulation is a technique for practice and learning that can be applied to various disciplines. Simulation can strengthen in depth experience with real-world substance imitate aspects fully interactive. With ProSIARS can wake simulation-based learning environment that is dynamic and visualizations that represent the atmosphere of the time and the behaviour of real work. ProSIARS can be combined with teaching materials, guidance materials and tools supporting software, can even be combined with inter-related disciplines such as education of nurses and doctors. Traditionally the procedural PKRM I education and knowledge gained through theoretical concepts and models of apprenticeship. Software architecture contributes independently developed to represent the educational content of medical records (e.g. simulation models, guidance materials) and software engineering (e.g. interface). We provide a template interface and set of application modules to be arranged into administration education simulation framework needs medical records. Prototype design is done with the stages of the SDLC (system development
life cycle), then followed up with the study to determine the level of benefit ProSIARS against behavioural (cognitive, affective and psychomotor) students. The approach uses quasi-experimental research with methods of non-equivalent control group design. Keywords— Simulation, ProSIARS, media study, medical records, software engineering. Introduction
Traditional or conventional curriculum focus of education is on the content and delivery (where subjects are broken down into smaller, so that subtopics will be easily managed and taught in the classroom). Today there is a movement change teaching methods that lead to a "learnercentered education" that focuses on the needs of students [10]. But the success of "learnercentered education" does not depend on the application of technology, because of the application of technology in the electronic learning environment only serves as a powerful trigger (catalyst) in a positive change. The electronic learning environment has several advantages such as: 1. Colaboratories, which can facilitate communication between groups [3]. 2. Construction toolsets, who can teach skills design and modeling study [4]. 3. Simulation, which can support the "learning by doing" [2]. 4. System "Scaffolding", which allows learners to start learning from the simple to the complex [11].
1
clinical practice of medical records I (PKRM I). Initial analysis is the analysis of documents and learning materials PKRM I. Some activities are also conducted interviews both to teachers and students of medical records. Evaluation was conducted with a sample case study on a group of students. This evaluation takes four weeks to do activities and the entire evaluation procedure. The sample in this study are two classes of students who took the 2013/2014 semester courses Medical Record Clinical Practice I (PKRM I) in the course of medical records and health information UDINUS. Number of subjects from the experimental class and control class each 15 people, one of the class acts as experimental group (E) and other class air role as the control group (K). Experimental group (E) were given teaching materials with the media lab PKRM I ProSIARS, while group control (K) with conventional teaching methods on the same topic. Table 1 below shows the distribution of students who study sample with 15 students as the control group (K) and the other 15 as an experimental group (E). Conducted pre and post test were used to determine the effectiveness of the media lab ProSIARS. The results were compared between students who use the media lab ProSIARS with students who do not use the media lab ProSIARS. Test in the design into three domains question as data collection instrument, domain knowledge 15 items, 15 items of attitude domains and domains of practice 15 items. Measurement results of the test are considered to have an increase of the pre and post test.
In educational administration of medical records should be no exposure to cases, document medical records of patients alive even necessary. With media that supports problembased learning then ProSIARS can be used for simulation in solving tasks and cases. ProSIARS built as an application framework that can be used as an environment "live" simulation (live simulation-based learning environments). Domain of the framework emphasizes the concept of educational content taught to the nature of excellence custom front end. For the purposes of ProSIARS simulation can be set as the actual work environment such as in hospitals. There is a reception outpatient, inpatient emergency and medical support installation. With the complexity of the handling of medical records of patients it not only requires employee medical record admisnitasi master knowledge, skills and procedural course. But also the ability to communicate effectively to patients, relatives and other health service providers to coordinate the various activities of care and patient medical records. In this simulation takes several players or actors (employee medical records, patient and other disciplines such as nurses) to design scenarios started from simple to complex. All players or actors can perform role-play in systematic appropriate competencies expected. Simulation environment using ProSIARS is a learning tool that can be used to encourage exploration that allows students to be players in a professional working group. I. RESEARCH METHODOLOGY An easy way to comply with the conference paper formatting requirements is to use this document as a template and simply type your text into it.
B. ProSIARS Instructional Design Model Instructional design model for the development of a simulation laboratory ProSIARS as media PKRM I use cognitiveaffective-psychomotor approach. ProSIARS instructional design function model is built based on the theories and principles of matter PKRM I need application functions as a dynamic media and integrated practice in the management of electronic medical records. Material and function modules can be setup dynamically (customize) based on the parameters of application needs. ProSIARS instructional design models into account the objectives, content and competencies, so that will effectively transfer knowledge to assist the media-based instructional transition .
A. Design ProSIARS ProSIARS media design and development based on the model of software development life cycle (Software Development Life Cycle SDLC) which consists of five stages: analysis, design, development, implementation, evaluation. ProSIARS learning model combines the cognitive approach, constructive and contextual. ProSIARS effectiveness testing results conducted based on case studies with quasi-experimental methods of non equivalent control group design in study program medical records and health information. This method is suitable for evaluating the effectiveness of ProSIARS, because it is used to compare the learning process between the conventional classroom with a class that uses the media lab ProSIARS on the topic and the same learning materials. Selection of topics related to the 2
Fig. 3 Outpatient Registration
Fig. 1. Concept of Instructional Design Model In ProSIARS
C. User Interface ProSIARS Based Instructional Design ProSIARS as media simulation lab consists of five main modules, modules acceptance outpatient (clinic), inpatient admission, the index of medical records, medical records and mutation assembling medical record. Each of these modules contain materials theory medical record needs to be set up as conditions and needs in the real world (the hospital). All of these modules with data input and reporting requirements as required in groups and integrated simulation. ProSIARS can be simulated and the media role plays in solving certain cases (problem-base learning PBL). PBL contextual learning theory and applied simultaneously go to fast, this method will help students to associate theory lessons with realistic aspects of the application of information systems in the hospital medical record. Pictures below are some examples of interfaces.
Fig. 4 Allocation No.Medical Record In Roll’O Pack
II. RSULT AND DISCUSSION Based on experiments with the same treatment (not using ProSIARS) against a group of students, it was found that the average value of at most for group (E) in the matter of the cognitive domain is sufficient category 10 respondents (66.6%), affective category of pretty 14 respondents (93, 3%), and psychomotor category quite 14 respondents (93.3%). Results at most after using the media practice of domain knowledge ProSIARS in both category 14 respondents (93.3%), affective category of good 11 respondents (73.3%), and psychomotor good category 12 respondents (80.0%).
TABLE I STUDENT DISTRIBUTION
Whereas in the control group (K) concentration pre and post test results at most in domain knowledge is sufficient category 13 respondents (86.7%) post-test 10 respondents (66.6%), affective category of pretty 13
Fig. 2 Outpatient Registration
3
respondents (86.7%) post test 13 respondents (86.7%), psychomotor domain results in the pretest at most enough nine categories of respondents (60.0%) post the results of the test categories quite 7 respondents (46.6%). These findings illustrate that the student group (E) after treated with ProSIAR as the media make use of simulation has increased on average higher than category enough to good for all domains in comparison group (K), which amounted to 73.36%, whereas in the group (K) experienced an increase in concentrations of less to enough category for all domains in the amount of 11:13%. At these calculations also found the percentage of students graduating in the group (E) is 100%, while for the group (K) was 86.70%. Furthermore, the frequency distribution of the pre-test and post-test as follows:
Results paired sample t-test showed the control group p> α = 0.005. These results prove there is no difference in behaviour between the pre-test and post-test group that did not use the media ProSIARS. Results of analysis of independent samples ttest behavioural domain knowledge, attitude and practice show the value of p <α = 0.005. Results t count> t table = 2.0598. In conclusion there is significant influence ProSIARS use as a media lab simulation of the learning process PKRM I. Behaviours (knowledge, attitude and practice) on the evaluation of learning outcomes as a result of the intervention group (E) is better than the control group (K).
TABLE III DISTRIBUTION OF THE FREQUENCY OF BEHAVIORAL LEARNING OUTCOMES
TABLE IVV INDEPENDENT SAMPLE TEST
The test results paired-sample test group (E) on the domain behavior (knowledge, attitude and practice) showed sig. (2-tailed) 0.0014 <α = 0.005. Results t count> t table = 1.699 thus giving ProSIARS use as a media lab simulations shown to improve behaviour (knowledge, attitudes and practices) with regard to material PKRM I. Thus ProSIARS as media simulation can support improved learning outcomes as outcome learning.
III. CONCLUSION The study concluded that the use of ProSIARS as a media laboratory simulation can improve higher level of knowledge, attitudes and practices of group (E) compared with the group (K) which is not used as a medium ProSIARS simulation. It can be implied that the model can effectively support ProSIARS for simulation PKRM I. It is suggested that the simulation can involve learning PKRM I (integrated) with other health disciplines such as nurses or doctors. So it will be able to complete the frame and function ProSIARS, ProSIARS eventually will be used as supporting media simulation in an integrated manner with other disciplines.
TABLE IIIII PAIRED SAMPLE T- TEST
Acknowledgment
This research was provided by the Research and Technology Ministry of Higher Education,
4
Study. Techno LEARN: An International Journal of Educational Technology, 3 (1): 43-50. [9] McGregor, D. 2007. Developing Thinking; Developing Learning A Guide to Thinking Skill in Education. England: McGraw Hill. [10] Norman, D. and Spohrer, J. (1996). Learner-Centered Education, Communications of the ACM 39, 4, 24-27. [11] Rosson, M. and Carroll, J. (1996). Scaffolded examples for learning object-oriented design. Communications of the ACM 39, 4, 46-47.
sponsored under a grant budget of private colleges compete coordinator IV Central Java.
REFERENCES [1] Anderson, W.L. & Krathwohl, R.D. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Washington: Addison Wesley Longman. [2] Cole, R. and Tooker, S. (1996). Physics to Go: Web based tutorials for CoLoS physics simulations, Proceedings of Frontiers in Education ’ 96, IEEE, 681-683. [3] Edelson, D., Pea, R., and Gomez, L. (1996). Constructivism in the Collaboratory. In B. G. Wilson (Ed.), Constructivist learning environments: Case studies in instructional design, Educational Technology Publications, Englewood Cliffs, NJ, 151-164. [4] Eden, H., Eisenberg, M., Fischer, G., and Repenning, A. (1996). Making Learning a Part of Life. Communications of the ACM 39, 4, 40-42. [5] Hudson, S. and Smith, I. (1997). Supporting Dynamic Downloadable Appearances in an Extensible User Interface Toolkit, Proceedings of UIST ’ 97, ACM, New York, 159-168. [6] Knowles, M.S. (2009). The Modern Practice of Adult Education: From Pedagogy to Andragogy. N.Y.:Cambridge, The Adult Education Company. [7] Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 23 November. [8] Manisha, B. 2013. Development Concepts in Physics through Virtual Lab Experiment: An Effectiveness
5
Lampiran Bukti Submit Jurnal :
Lampiran 2. : Produk Penelitian
Ref Dokter
Data Tindakan Medik
INST POLI
Info Data Medik Pasien Kd_Tindakan Poli
Ref Tindakan
Data Tindakan Pasien Poli
Data Tindakan Poli No RM Pasein
Ref Obat 2
Data Dokter
Tindakan Poli
Data Obat Data Pasien Pengunjung Data Pasien Pengunjung
Data Status Pasien No RM Pasien Kd_Data Obat Pemakaian obat
Pengunjung RS
Order Penunjang
Data Jenis Registrasi
4
Data Master Pasien
Ref ICD X
Kode ICD X
1 RM Pasien
Registrasi Pasien
Data Pasien
Data Pemakaian Obat
Data Registrasi Pasien
No Reg Pasien
Data Pasien&Anamnese
Data Pasien
Data Kunjungan Poli
Kunjungan Poli
Data Jenis Kasus
Data ICD X Data RM Pasien
UNIT RM
Info RM Pasien 3 Info Data Pasien UNIT TPPRJ
Tindakan Penunjang Tindakan Penunjang
No RM Pasien Penunjang Kunjungan Penunjang
Data Kunjungan Penunjang
Data Tindakan Penunjang Data Tindakan Pasien Penunjang Ref_Jenis Poli Data Poli
Indexs Kasus Rekam Medis Pasien
INST PENUNJANG
Data Tindakan Penunjang Info Tindakan Medik Ref Tindakan2
Statistik Penyakit Kd_penyakit
Kd_tindakan Penunjang
Gambar 2. DFD Level Prototype SIMRS Rawat Jalan
Gambar 3. Relasional Database
Gambar 4. Menu Registrasi Rawat Jalan/IGD
Gambar 7. Coding ICD X
Gambar 8. Distribusi 10 Penyakit Gambar 5. Menu Input Data Pasien
Gambar 6. Order Poli atau Penunjang
Gambar 10. Input Tindakan Rawat Jalan
Gambar 11. Laporan Registrasi Harian
Gambar 9. Data pasien berdasar sebab berobat
Gambar 12. RL 2b
Gambar 13. Aktivasi User