PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI METODE PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN GURU Donald Samuel Slamet Santosa, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW,
[email protected] Gracia Miranda, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW,
[email protected] Dwi Iga Luhsasi, Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model evaluasi metode pembelajaran dalam perspektif kepemimpinan guru. Model yang dikembangkan memungkinkan guru untuk menemukan metode pembelajaran terbaik, supaya guru dapat mengimplementasi tiga ajaran kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development) yang menggunakan tahapan pengembangan dari Suryana, terdiri dari studi pendahuluan, pengembangan, dan validasi. Hasil penelitian berupa sintak evaluasi metode pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumennya. Disarankan kepada peneliti lanjut untuk melanjutkan penelitian ini pada tahap uji terbatas dan uji luas, serta pada praktisi untuk menggunakan model ini ketika hendak mengimplementasi tiga ajaran kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Kata Kunci: Evaluasi, Metode Pembelajaran, Kepemimpinan
PENDAHULUAN Sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengajarkan berbagai hal mengenai pendidikan. Banyak ajarannya yang dirasa masih relevan hingga saat ini. Salah satunya adalah semboyan mengenai pemimpin yang ideal. Semboyan ini diajarkan saat beliau merintis Taman Siswa (perguruan yang bertujuan supaya tidak hanya warga Belanda dan priyai yang dapat mengenyam pendidikan, tetapi juga rakyat jelata). Semboyan tersebut adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Berikut penjelasan dari ketiga semboyan tersebut yang disarikan dari Pujianto (2015:1). 1. Ing ngarso sung tulodo. Semboyan ini berasal dari kata ing ngarso (artinya di depan), sung (artinya saya) dan tulodo (artinya teladan). Oleh karena itu, ing ngarso sung tulodo bermakna bahwa pemimpin harus dapat menjadi teladan di depan. 2. Ing madyo mangun karso. Berasal dari kata ing madyo (artinya di tengah), mangun (artinya membangun), dan karso (artinya kemauan atau niat). Dengan demikian, ing madyo mangun karso bermakna pemimpin ketika di tengah dapat membangkitkan semangat.
3. Tut wuri handayani. Berasal dari kata tut wuri (artinya mengikuti dari belakang) dan handayani (artinya memotivasi atau memberikan dorongan). Dengan demikian, tut wuri handayani bermakna pemimpin perlu memberikan dorongan dari belakang. Apabila ketiga semboyan Ki Hajar Dewantara tersebut dikaitkan dengan pendidikan saat ini, maka seorang guru diharapkan dapat menjadi pemimpin yang baik bagi siswasiswanya. Untuk itu, ketiga semboyan Ki Hajar Dewantara perlu dilakukan oleh guru. Strategi implementasi ketiga semboyan dapat dilakukan menurut gambar berikut:
Teladan di Depan: Digugu dan Ditiru
SISWA
Menyatu dengan Siswa: Agen Perubahan, Agen Pengembangan
SISWA
Mendorong dari Belakang: Motivator
Gambar 1. Skenario Strategi Implementasi Semboyan Ki Hajar Dewantara Pada Guru Saat Ini
Berdasarkan gambar 1, tampak bahwa guru memiliki 3 posisi, yaitu di depan siswa, di tengah-tengah siswa, dan di belakang siswa. Di depan siswa, guru harus dapat menjadi teladan. Hal ini sesuai dengan semboyan bahwa guru merupakan singkatan dari digugu dan ditiru. Kedua hal ini akan terjadi ketika guru berada di depan siswa. Kedua, ditengah siswa, guru perlu menyatu dengan siswa. Dikatakan bahwa guru harus dekat dengan siswa, namun tidak terlalu dekat, guru juga harus jauh, namun tidak terlalu jauh. Dengan jarak yang sesuai,
guru dapat mengubah dan mengembangkan siswa tanpa disadari oleh siswa. Ketiga, guru mendorong dari belakang sebagai motivator. Kesempatan utama bagi terimplementasinya ketiga semboyan tersebut adalah ketika pembelajaran. Bahasan mengenai pembelajaran dan peran guru menjadi menarik dengan adanya orientasi pembelajaran baru, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa (teacher and student centred). Pada model orientasi ini, guru lebih memiliki kesempatan untuk berada di depan siswa, di tengah-tengah siswa, dan di belakang siswa. Guna mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa, Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses mengemukakan langkah inti pembelajaran yang terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Aturan ini telah dicabut dan diganti dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, di mana langkah inti pembelajaran terdiri dari 5M. Guna mewujudkan keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada guru dan siswa, guru perlu mengenal dan menguasai metode-metode pembelajaran yang inovatif. Saat ini, para ahli telah mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif. Terdapat lebih dari 100 metode pembelajaran yang inovatif yang saat ini ada (Silberman, 1996), dan metode-metode tersebut dapat dimodifikasi atau dikembangkan sendiri oleh guru. Meski demikian, apabila guru berpedoman pada konsep kepemimpinan yang baik menurut Ki Hajar Dewantara, maka metode pembelajaran yang dipilih harus dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi guru untuk menerapkan tiga semboyan tersebut. Oleh karena itu, guru perlu menilai kesempatan yang diberikan oleh setiap metode pembelajaran. Bertolak dari pemikiran tersebut, maka sangatlah strategis apabila dikembangkan sebuah model untuk mengevaluasi metode pembelajaran dari perspektif kepemimpinan guru.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2007:43-44), penelitian dan pengembangan bercirikan sebagai berikut: 1) melakukan studi awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang dikembangkan; 2) mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut; 3) dilakukannya uji lapangan dalam setting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nanti
digunakan; 4) melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditentukan dalam tahap-tahap uji lapangan. Keempat ciri pengembangan dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga langkah utama seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2007:6), yakni 1) studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi. Pengembangan instrumen evaluasi metode pembelajaran dalam perspektif kepemimpinan guru ini akan menggunakan langkah-langkah pengembangan dari Suryana. Validator yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ahli dan praktisi. Setiap tahapan dalam pengembangan memiliki spesifikasi masing-masing. Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara dan Focus Group Discussion yang dilakukan pada guru-guru SMP di Salatiga yang dipilih secara purposive dan snow ball. Hasil dari tahap studi pendahuluan ini adalah model faktual. Tahap pengembangan dilakukan menganalisis kelemahan dari model faktual untuk kemudian disusun model yang dinilai dapat memperbaiki model faktual (secara hipotesis). Akhirnya, model hipotesis tersebut divalidasi oleh ahli. Karena langkah yang digunakan tidak mencapai tahap uji model, maka tidak ada subjek uji coba, strategi pengumpulan data dan analisis data dalam tahap ini. Penelitian akan berakhir ketika validator menyatakan bahwa model telah layak.
Gambar 2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan Menurut Borg and Gall
HASIL PENELITIAN Tahap studi pendahuluan menghasilkan model faktual penelitian ini. Model faktual merupakan model yang selama ini digunakan oleh guru untuk menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam situasi tertentu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa guru mengimplementasikan metode pembelajaran tertentu berdasarkan pemahaman mereka mengenai metode tersebut. Hanya metode pembelajaran yang dikuasai saja yang dipilih untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Selain itu, metode-metode pembelajaran inovatif hanya digunakan ketika guru hendak menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Terkait dengan kepemimpinan guru, disimpulkan bahwa guru tidak berpikir mengenai perlunya kepemimpinan dan integrasi kepemimpinan dalam metode pembelajaran. Tahap pengembangan dilakukan dengan menganalisis kelemahan dari model faktual untuk disempurnakan dalam model hipotesis. Terdapat dua kelemahan yang menjadi fokus dalam menyusun model hipotesis, yaitu dasar pemilihan metode pembelajaran, dan perlunya kepemimpinan guru dalam pembelajaran. Dalam hal memilih metode pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi yang dialami secara holistik. Komponenkomponen yang diamati diantaranya adalah karakter siswa, karakter mata pelajaran, ketersediaan waktu, ketersediaan sarana prasarana, dan sebagainya. Sedangkan terkait dengan kepemimpinan dalam pembelajaran, guru perlu menerapkan tiga ajaran dari Ki Hadjar Dewantara sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, model hipotesis yang dikembangkan berupa kerangka berpikir mengenai strategi memilih metode pembelajaran paling tepat dalam perspektif kepemimpinan guru. Model hipotesis yang telah disusun kemudian divalidasi oleh ahli. Validasi dilakukan dengan mengisi instrumen validasi yang disediakan oleh peneliti. Instrumen validasi memuat pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dari indikator-indikator model yang baik, yaitu simple, applicable, important, controllable, adaptable dan communicable. Selain mengisi instrumen, validator juga memberikan masukan-masukan secara terbuka pada peneliti. Setelah melalui tahap studi pendahuluan, pengembangan, dan validasi, diperoleh sintak yang berisikan langkah-langkah evaluasi metode pembelajaran, berikut instrumennya. Sintak evaluasi metode pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Guru mempelajari beberapa metode pembelajaran tertentu. 2. Guru menyeleksi metode-metode pembelajaran berdasarkan kecocokan dengan kondisi empiris yang dihadapi (tahap ini menghasilkan daftar metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi).
3. Guru mengimplementasikan satu persatu metode pembelajaran tersebut minimal 1 siklus untuk setiap metode. 4. Guru memberikan penilaian mengenai setiap metode pembelajaran dengan 3 indikator, yaitu kesempatan untuk menjadi teladan (digugu dan ditiru), kesempatan berbaur dengan siswa (menjadi agent of change dan agent of development), serta kesempatan untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi siswa. Penilaian dilakukan pada lembar instrumen evaluasi metode pembelajaran. Nilai yang diberikan mengikuti skala likert, yaitu 1-5: 1. Tidak ada kesempatan bagi metode pembelajaran ini 2. Kesempatan bagi metode pembelajaran ini kecil 3. Cukup ada kesempatan bagi metode pembelajaran ini 4. Kesempatan bagi metode pembelajaran ini besar 5. Sangat ada kesempatan bagi metode pembelajaran ini 5. Guru menghitung rata-rata kesempatan dari setiap metode pembelajaran. 6. Metode pembelajaran dengan kesempatan tertinggi adalah metode pembelajaran yang paling baik untuk mengimplementasikan tiga semboyan kepemimpinan Ki Hajar Dewantara pada kondisi yang dihadapi guru. Dengan melaksanakan keenam langkah dalam sintak tersebut, maka guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang memberikan kesempatan terbaik bagi guru untuk mengimplementasikan tiga semboyan kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Sebagai contoh, guru menemukan bahwa metode pembelajaran “Jigsaw” adalah metode pembelajaran dengan nilai tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran jigsaw memberikan kesempatan bagi guru untuk menjadi teladan, membaur dengan siswa, serta memberikan dorongan bagi siswa dari belakang sebagaimana tiga semboyan Ki Hajar Dewantara. Metode pembelajaran yang terpilih dapat berbeda antara satu guru dan guru lain, bahkan berbeda bagi seorang guru ketika dihadapkan pada dua kelas yang berbeda. Hal ini dikarenakan kondisi yang dihadapi juga berbeda, sehingga memberikan penilaian yang berbeda untuk setiap metode pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan guru bersikap objektif dalam memberikan penilaian, dan tidak terpaku dengan penilaian dari teman lain atau kondisi lain. Selain sintak penilaian, penelitian ini juga menghasilkan instrumen evaluasi metode pembelajaran seperti gambar di bawah.
INSTRUMEN EVALUASI METODE PEMBELAJARAN
Petunjuk: Isilah setiap kolom berikut dengan angka 1-5, lalu hitung rata-ratanya! No
Metode
Ing Ngarso
Ing Madyo
Tut Wuri
Pembelajaran
Sung Tulodo
Mangun Karso
Handayani
1
Ceramah
2
Jigsaw
3
STAD
4
TGT
5
NHT
6
RME
7
Tari Bambu
8
In-Out Circle
9
TAI
10
VAK
11
PBL
12
Problem Solving
13
Problem Promp
14
Discovery Learning
15
Inquiry
16
SAVI
17
Project Based
18
Group Investigation
19
MEA
20
CPS
21
TTW
22
CORE
23
SQ3R
Rata-rata
Dst
Kesimpulan: Metode pembelajaran yang paling baik adalah _____________________
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model yang dikembangkan (sintak penilaian dan instrumennya) efektif untuk digunakan sebagai pendukung strategi implementasi tiga semboyan pemimpin Ki Hajar Dewantara. Model ini membantu guru untuk menemukan metode pembelajaran yang paling tepat supaya guru dapat menjadi teladan di depan siswa, membaur diantara siswa, serta memberikan motivasi dari belakang siswa sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara. Metode-metode pembelajaran inovatif yang masuk dalam seleksi berimplikasi secara legal pada terlaksananya tuntutan pemerintah dalam standar proses pendidikan oleh guru. Meski demikian, keterbatasan penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan cara melanjutkan tahapan pengembangan pada uji terbatas, uji luas, dan diseminasi hasil pengembangan. Oleh karena itu, disarankan pada para ahli (dalam hal ini peneliti lanjutan) untuk menguji coba model ini (sintak dan instrumennya) pada tahap uji terbatas dan uji luas. Selain itu, disarankan pada praktisi (dalam hal ini guru) untuk menggunakan model ini ketika akan mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantara.
DAFTAR PUSTAKA
Borg, R. W., Gall, J. P. 2007. Educational Research: An Introduction. Eight edition. New York: Pearson
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
Pujianto. 2015. http://www.infoduniapendidikan.com/2015/05/semboyan-ki-hajar-dewantarayang-menjadi-pusaka-perjuangannya.html. Diakses 20 Mei 2016.
Silberman, L. M. 1996. Active Larning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Pearson
Suryana, Y. P. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Azkia Pustaka Utama