PENGEMBANGAN MODEL BERCERAMAH DHAMMA BERBASIS KLASIFIKASI USIA UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMAHAMAN NILAI NILAI AGAMA BUDDHA
Redi NIM 0250110020364 Jurusan Dharmaduta
Abstract In the era of globalization that is more advanced and a lot of competition in the various aspects of life, so this condition make the religious figures seeking the right way in order to improve the construction of the Buddhism at the Gunavardhana Temple and Dharma Dvipa Temple. On the basis of the needs of the felt need for construction of the Buddhists through the development of modelbased age classification of Dhamma lecturing, where generally in Gunavardhana Temple and Dharma Dvipa Temple majority that favors to the monastery. In terms of religion, every religion should be able to meet the challenge and answer the needs of the current conditions to the teaching of religion is not abandoned by his followers as it considered it irrelevant. To meet that every religion must have good communication skills, able to convey the content of the teachings of his religion with interesting and right on target. Religion is able to meet it will be able to survive in the conditions of progress of development of the times. The religion that can attract attention and interest to be studied is the religion that has the ability in delivering his religious teachings or communicate well and right on target. A religion should have a delivery model of religious teachings that can foster the attention and interest of people to memelajarinya, according to the conditions of time and right on target classification based on age. As for the purpose of research is to describe the development of modelbased classification of Dhamma lectured age. The authors use the method is Qualitative, descriptive methods that describe the results of research that the author get through interviews, observation and documentation in the field. Results of research of this thesis proves that Dhamma lectured-based model development classification of age is indispensable and can be used as a guide the religious figures in increasing the effectiveness of an understanding the values of Buddhism, because given the Buddhists are very active and love to come the monastery.
PENDAHULUAN Di tengah perkembangan jaman saat ini dimana ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi berkembang dengan sangat cepat menuntut setiap kelompok dan individu untuk ikut bergerak mengikuti kecepatan perkembangan jaman. Kondisi ini memicu daya saing yang semakin tinggi di antara satu dan yang lainnya. Kelompok dan individu yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman akan dengan mudah tertinggal dan tersisihkan. Hal ini berlaku dalam berbagai strata kehidupan dan setiap tingkatan usia manusia. Seperti segi sosial, budaya, politik, ekonomi, dan keagamaan. Dalam segi keagamaan, setiap agama harus mampu memenuhi tantangan dan menjawab kebutuhan akan kondisi saat ini agar ajaran agamanya tidak ditinggalkan oleh pengikutnya karena dianggap sudah tidak relevan. Untuk memenuhi hal tersebut setiap agama harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu menyampaikan isi dari ajaran agamanya dangan menarik dan tepat sasaran. Agama yang mampu memenuhi hal tersebut akan dapat bertahan ditengah kondisi kemajuan perkembangan jaman. Model merupakan bentuk yang tergambar dari awal sampai akhir dan disajikan secara khas. Dalam suatu model terdapat strategi pencapaian dengan suatu pendekatan, metode dan teknik. Dan ceramah merupakan salah satu metode penyampaian pesan yang paling umum dalam kegiatan keagamaan. Maka model berceramah merupakan suatu bentuk penyampaian pesan tentang ajaran agama yang tergambar dari awal sampai akhir dan disajikan secara khas.
Manusia dari lahir sampai mati akan melewati berbagai fase kehidupan. Setiap fase yang dilewati oleh manusia memiliki karakter dan tugasnya masingmasing. Oleh karena itu dalam menyampaikan atau mengomunikasikan ajaran agama harus menyesuaikan dengan fase-fase kehidupan yang sedang di lewati oleh manusia. Sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Ketika suatu model berceramah Dhamma dibuat sesuai dengan kriteria ini maka dapat meningkatkan daya saing agama Buddha di tengah tingginya persaingan antar agama dalam menyebarkan ajaran agamanya. Dengan demikian agama Buddha dapat bertahan di tengah cepatnya perkembangan jaman. PEMBAHASAN Definisi dan jenis pendekatan, metode, teknik, dan klasifikasi usia Model ceramah Dhamma sebagai penyampai pesan ajaran Buddha harus memiliki strategi pencapaian yang tepat. Dengan menggunakan suatu pendekatan, metode dan teknik yang sesuai klasifikasi usia umat Buddha. Sehingga proses penyampaian Dhamma dapat berjalan dengan baik dan mampu diterima oleh umat Buddha. Ada beberapa teori mengenai pendekatan, metode, dan teknik yang dapat diterapkan untuk model berceramah Dhamma, yaitu: Pendekatan Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dalam proses menyampaikan Dhamma, para penceramah kurang menekankan untuk bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang mampu melekat pada pribadi yang kokoh. Menurut Tolkhah (2004) ada dua pendekatan yang dapat digunakan berkaitan dengan pembelajaran agama, yaitu:
a) Pendekatan Psikologis (Psychological approach) Pendekatan ini perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek rasional atau intelektual, aspek emosional dan sapek ingatan. Aspek rasioanal mendorong manusia untuk berpikir mengenai ciptaan yang ada di langit dan bumi. Aspek emosional mendorong manusia merasakan adanya kekuasaan tertinggi sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan manusia. Sedangkan aspek ingatan didorong untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai agamanya. b) Pendekatan Sosio-kultural (Socio-cultural approach) Pendekatan Sosio-kultural merupakan suatu pedekatan yang melihat dimensi manusia tidak hanya sebagai individu melainkan juga sebagai mahluk sosial budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi perkembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejakterahan dankebahagiannya hidup. Metode Metode berceramah merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberikan contoh dan memberikan latihan untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut ini Mujiyanto dan Warsana (2009: 81-90) mencatat berbagai metode menyampaikan Dhamma yang memungkinkan untuk diterapkan sesuai klasifikasi usia. a) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan. Metode ceramah bentuknya menjelaskan konsep,
prinsip, dan fakta. Komponen dari metode ceramah yaitu penceramah, pendengar, materi ceramah dan media senagai alat untuk menyampaikan materi. b) Metode Demonstrasi Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat-alat atau melaksanakan kegiatan
tertentu
seperti
kegiatan
yang
sesungguhnya.
Keahlian
mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh penceramah. Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong umat mencari jawaban atas pertanyan seperti: bagaimana prosesnya?; cara mana yang paling baik?. c) Metode Penampilan Metode penampilan adalah pelaksanaan praktik oleh umat dibawah bimbingan dari dekat oleh penceramah. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan atau demonstrasi yang diterima atau diamati umat. d) Metode Diskusi Metode diskusi merupakan interaksi antar umat dangan umat atau umat degan penceramah untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu. e) Metode Simulasi Metode
simulasi
menampilkan
simbol-simbol
atau
peralatan
yang
menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. f) Metode Studi kasus Metode ini terbentuk tentang penjelasan maslah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian umat ditugaskan mencari alternatif pemecahannya. Kemudian
metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan berpikir kritis dan menemukan solusi baru dari suatu topik yang di pecahkan. g) Metode bermain peran Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Umat melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang dilakoni. h) Metode Tutorial Metode tutorial merupakan cara penyampaian bahan ceramah yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari umat. Umat dapat mengonsultasikan tentang masalah dan kemajuan yang ditemui secara periodik. Teknik Proses kegiatan menyampaikan materi Dhamma tidaklah berdiri sendiri. Melainkan terkait dengan komponen materi dan waktu. Langkah menyampaikan materi Dhamma memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh penceramah dan umat secara berurutan sehingga cocok dengan pertumbuhan dan perkembangan. Berbagai metode yang dikemukakan diatas selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik. Berikut ini dijabarkan prosedur penggunaan teknik-teknik ceramah yang berorientasi pada nilai sebagaimana diuraikan Muahimin (2004: 176-179) a) Teknik indroktinasi Prosedur teknik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu (1) brain washing yakni merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi umat, sehingga umat tidak mepunyai pendirian lagi. Beberapa metode dapat digunakan untuk mengacaukan pikiran umat, sepeti metode tanya jawab, wawancara mendalam
dan sebagainya; (2) tahap menanamkan fanatisme, yaitu menanammkan ide-ide baru yang dianggap benar sehingga nilai-nilai yang ditanamkan masuk tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan; (3) tahap penanaman doktrin, pada tahap ini dapat menggunakan pendekatan emosional dan keteladanan.pada saat penanamn doktrin hanya dikenal adnya satu nilai kebenaran dan tidak ada alternative lain. b) Teknik meramalkan konsekuensi Teknik ini merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam mengajarkan nilai. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) umat diberikan suatu kasus melalui cerita atau melihat kejadian konkret di lapangan; (2) umat diberi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai yang dilihat, ketahui dan rasakan; (3) membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam satu kasus dengan kasus lain yang bersifat kontradiktif; (4) meramalkan konsekuansi yang akan terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu tata nilai tertentu. c) Teknik klarifikasi Teknik ini merupakan salah satu cara untuk membantu dalam menentukan nilai-nilai yang akan di pilih. Dalam teknnik ini di tempuh dalam tiga tahap, yaitu: (1) tahap pemberian contoh; (2) tahap mengenal kelebihan dan kekurangan nilai yang telah diketahui; (3) tahap mengorganisasikan tata nilai pada diri umat. Setelah pemilihan nilai ditentukan
maka umat dapat
mengorganisasikan sistem nilai tersebut dalam dirinya dan menjadikan nilai itu sebagai pribadi
d) Teknik internalisasi Dalam teknik internalisasi ini sasarannya sampai kepada tahap pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian umat. Tahap-tahap dari teknik internalisasi nini adalah: (1) tahap tranformasi; (2) tahap transaksi nilai; (3) tahap transinternalisasi. Klasifikasi Usia Secara harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokan. Ada beberapa pengertian mengenai klasifikasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Dalam pengertian secara umum klasifikasi merupakan suatu kegiatan mengelompokkan benda yang memiliki beberapa ciri sama dan memisahkan benda yang tidak sama. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Berdasarkan pada jenis perhitungan, menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia (2009) usia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) usia kronologis, yaitu perhitungan usia dimulai saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia saat ini, (2) usia mental yaitu perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang sepeti seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun, (3) usia biologis yang berarti perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.
PENGEMBANGAN MODEL YANG DILAKUKAN BERDASARKAN KLASIFIKASI USIA Dengan menggunaan pendekatan, metode dan teknik berceramah yang tepat sesuai tingkatan usia dan karakter umat dapat menjadi modal utama penceramah dalam menyebarkan ajaran Buddha: 1) Pengembangan model berceramah yang diterapkan pada anak-anak yaitu dengan menggunakan pendekatan sosio kultural, metode penampilan, dan teknik indroktinasi. 2) Pengembangan model berceramah Dhamma pada usia remaja yaitu dengan menggunakan pendekatan psikologis, metode diskusi, dan teknik klarifikasi. Model berceramah Dhamma seperti
ini dapat meningkatkan pemahaman
remaja akan nilai-nilai ajaran Buddha. 3) Pengembangan model berceramah untuk usia dewasa menggunakan strategi pencapaian dengan menggunakan pendekatan sosio kultural, metode ceramah, dan teknik indroktinasi. Strategi ini mampu meningkatkan pemahaman nilainilai ajaran Buddha bagi orang dewasa. KESIMPULAN Dengan menggunakan pendekatan sosio kultural anak-anak sekolah minggu menjadi lebih menaruh perhatian saat proses ceramah berlangsung. Metode penampilan membuat anak menjadi lebih memahami materi Dhamma yang disampaikan. Dan dengan digunakannya teknik indroktinasi dapat mengarahkan anak-anak pada tujuan yang ingin di capai yaitu meningkatkan keyakinan anak-anak kepada ajaran Buddha.
Usia remaja dipercaya sebagai masa dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang sesuai untuk usia remaja. Metode diskusi merupakan metode untuk membahas dan memecahkan suatu permasalahan dengan cara saling menyampaikan argumentasi atau bahkan bisa saling memperdebatkan argumentasi. Dengan menggunakan metode tersebut membuat remaja merasa tertarik untuk mengikuti kegiatan ceramah Dhamma, daripada hanya menjadi pendengar dalam kegiatan ceramah. Usia remaja juga dianggap sebagai masa mencarian jati diri, jadi dengan digunakannya teknik klarifikasi membuat remaja menjadi lebih tertarik. Aspek sosio kultural sangat luas cakupannya, salah satunya yaitu bahasa. Saat seorang penceramah menyampaikan ceramah Dhamma kepada orang dewasa sebaiknya menggunakan bahasa sesuai kebudayaan bahasa umat setempat. Hal ini akan mempermudah umat dalam memahami isi materi ceramah yang disampaikan oleh penceramah. Pada tahap ini seseorang sudah mampu berpikir secara sistematis dan dapat menerima hal yang bersifat abstrak. Oleh karena hal itu metode ceramah tidak sulit untuk diterapkan kepada orang dewasa.
Dengan
teknik indroktinasi umat diarahkan untuk meninggalkan paham-paham yang lain dan memperkuat keyakinannya kepada ajaran Buddha. Namun teknik ini harus digunakan bersamaan dengan mengembangkan rasa toleransi yang tinggi, agar tidak membuat umat menjadi fanatik terhadap paham atau ajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mujiyanto dan Warsana. 2009. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Terpadu. Cet 1. Klaten: CV Mitra Media Pustaka. Riyanto, M. 2002. Pendekatan dan Metode pembelajaran. Malang: Departeman Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan dsar dan Menengah. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Ed 2. Depok: PT Raja Grafindo Persada.