PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB PADA KELAS MATA PELAJARAN DI MTsN SUMBER BUNGUR PAMEKASAN Achmad Muhlis (STAIN Pamekasan/
[email protected]) Abstract: One of the Among the breakthroughs of MTs Sumber Bungur Pamekasan as a formal educational institution that is trusted as a pilot school in the area of East Java religious ministry is the realization of the program in the field of Arabic language curriculum development. The purpose of this study was about to describe how the concept and development of the classroom curriculum model in Arabic subject at MTs Sumber Bungur Pamekasan, and what are the factors supporting and hindering the implementation of the curriculum. The research result shows that the class curriculum of Arabic subjects is basically develop the 2006 curriculum which emphasis on the needs of the community and the islamic boarding school. MTs Sumber Bungur Pamekasan develop classroom-based curriculum of the Arabic subjects that later termed as classroom curriculum of Arabic subjects. The Curriculum development model used is the central de-central, the curriculum development process that combines the two approaches, administrative and grass roots approach. Curriculum development is manifested in the additional hours of lessons and teaching materials, namely on subjects PAI and Arabic which was originally only 11 hours of lessons to 24 hours of lessons. The addition of the lesson period is used to examine the science nahwu, shorrof, hermeneutics (tafsir), and other classical holy books. The factors supporting the implementation of curriculum development are: 1) the Motivation by the Regional Office of the Religion Ministry of East Java, 2) the Principals Commitment, 3) Professional competence of the Arabic subjects classroom teachers, 4) The existence of Islamic boarding school sumber bungur as an institution that strengthens the learning process and 5) the students Input who have an initial understanding of the material that will be presented. While the inhibiting factors are: 1) No allocation of special funds, 2) There is inequality in the ability of teachers in curriculum development, 3) the prevalence of the teachers’s ability in teaching Arabic, and 4) there are some students who feel bored when learning Arabic because of the many hours of lessons being presented.
Keywords: Curriculum Development, Arabic Language, Classical Curriculum
Pendahuluan
bahwa
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
“Pengembangan
dilakukan
Pendidikan
standar
Nasional Pasal 36 ayat (1) menyatakan
dengan nasional
mewujudkan 250
mengacu
pada
pendidikan
untuk
tujuan
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015
kurikulum
pendidikan
nasional,” dan ayat (2) menyebutkan
jawab di bidang pendidikan untuk SD,
bahwa “Kurikulum pada semua jenjang
SMP, SMA, dan MK, dan Kementerian
dan
yang menangani urusan pemerintahan
jenis
pendidikan
dikembangkan
dengan
prinsip
diversifikasi
sesuai
dengan
satuan
pendidikan,
potensi
di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
daerah, dan peserta didik”. Pasal 38
Sejak
keluarnya
PP.
No.
19
ayat (2) menyatakan bahwa “Kurikulum
Tahun 2005 secara resmi penyusunan
pendidikan
kurikulum
dasar
dan
menengah
sesuai
dengan
setiap satuan pendidikan (sekolah dan
relevansinya oleh setiap kelompok atau
madrasah), dengan demikian tidak lagi
satuan pendidikan dan komite sekolah
dikenal istilah kurikulum nasional yang
atau madrasah di bawah koordinasi dan
dulu
supervisi dinas pendidikan atau kantor
pemerintah pusat. Hingga saat ini telah
Kementerian Agama Kabupaten atau
terbit
Kota
dan
Nasional Pendidikan yang seharusnya
1
dijadikan acuan dalam pengembangan
dikembangkan
untuk
pendidikan
dasar
Provinsi untuk pendidikan menengah . Dalam
rangka
melaksanakan
menjadi
menjadi tujuh
tanggung
tanggung
dari
Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun
dasar dan menengah.
Pendidikan standar,
yang
yaitu
kompetensi
Standar
Nasional
meliputi
pada
Dari
jenjang
paparan
di
pendidikan atas,
dapat
delapan
dipahami bahwa sekolah atau madrasah
isi,
standar
memiliki kewenangan yang besar dalam
standar
proses,
rangka
standar
lulusan,
Standar
dan penyusunan kurikulum sekolah atau madrasah
tentang
jawab
delapan
perundangan tersebut, telah diterbitkan 2005
jawab
mengembangkan
kurikulum
standar penilaian, standar sarana dan
untuk memberdayakan berbagai macam
prasarana, standar pengelolaan, standar
potensi yang dimiliki sehingga amanat
tenaga
yang terdapat dalam Undang-undang
kependidikan,
dan
standar
pembiayaan. Pasal 17 (ayat 2) PP
Nomor
tersebut menyatakan bahwa “Sekolah
terealisasi secara utuh.
dan komite sekolah, atau madrasah dan komite
madrasah,
20
MTsN
Tahun
2003
Model
betul-betul
Sumber
Bungur
mengembangkan
Pamekasan, yang merupakan salah satu
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
lembaga pendidikan yang ditetapkan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar
sebagai lembaga pendidikan yang dapat
kurikulum
dijadikan sebagai sekolah percontohan,
lulusan,
dan di
standar
bawah
kompetensi
supervisi
dinas
senantiasa
kabupaten atau kota yang bertanggung
melakukan
inovasi
dan
pengembangan kurikulum. Hal ini terlihat pada kurikulum
1
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag, 2006), hal. 7.
program,
eksistensi melalui
pengembangan beberapa
diantaranya
adalah:
kelas kelas
CI+BI, kelas Modul, Kelas Bahasa Arab,
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 251
Kelas
Bahasa
Inggris,
MIPA
dikumpulkannya bukan dalam bentuk
(Matematika dan IPA), kelas Bahasa
angka, baik interval, ordinal maupun
Indonesia, kelas IPS (Ilmu Pengetahuan
data
Sosial), kelas TIK (Teknologi Informasi
menggambarkan realitas sebagaimana
dan
POK
adanya (realitas aslinya). Sedangkan
(Pendidikan Olah Raga dan Kesenian),
jenis penelitian ini adalah eksploratif,
dan kelas Seni Budaya.
yakni studi deskriptif analisis yang lebih
Komunikasi),
kelas
kelas
Kelas CI+BI merupakan program deferensiasi,
menggunakan yang
kelas
kurikulum
menekankan
produk,
Modul
bersifat
induktif,
mementingkan esensi,
berusaha
3
dan
lebih
dengan ragam
4
diferensiasi
penelitian kasuistis .
aspek
Data yang dihimpun adalah data-
menggunakan
data yang bersifat kualitatif, yaitu data
modul, kelas bahasa Arab menekankan
yang dikategorikan berdasarkan kualitas
pengembangan
mata
obyek yang akan diteliti.5 Di antara data
Arab.
yang ingin dihimpun adalah:
pembelajaran
pelajaran
pada
sekaligus
mementingkan proses dari pada hasil
kelas akselerasi dengan menggunakan kurikulum
diskrit
dengan
PAI
kurikulum dan
Bahasa
Kemudian kelas Bahasa Inggris, MIPA,
1. Konsep
kurikulum
kelas
Mata
Bahasa Indonesia, IPS, TIK, POK, dan
Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri
Seni
Sumber Bungur Pamekasan.
Budaya
mengorientasikan
masing-masing kurikulum
sesuai
2. Aplikasi
kurikulum
kelas
Mata
dengan mata pelajaran yang menjadi
Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri
fokus utama.
Sumber Bungur Pamekasan.
Penelitian ini hendak mengkaji bagaimana
konsep
dan
3. Implementasi kurikulum kelas Mata
model
Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri
pengembangan kurikulum kelas mata
Sumber Bungur Pamekasan.
pelajaran Bahasa Arab di MTs Negeri
4. Pendukung dan penghambat realisasi
Sumber Bungur Pamekasan dan apa
kurikulum
bahasa
Arab
berbasis
saja faktor pendukung dan penghambat
Kelas Mata Pelajaran di MTs Negeri
pelaksanaan kurikulum tersebut.
Sumber Bungur Pamekasan. Sumber data dalam penelitian ini,
Metode Penelitian Penelitian kategori
ini
penelitian
berupa sumber data primer dan data termasuk empirik,
dalam
sekunder
(penunjang).
Data
primer
dengan
pendekatan kualitatif,2 karena data yang
Penelitian Naturalistik-Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), hlm. 24. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina Aksara,1989), hlm. 9. 4 Imron Arifin, ed. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, hlm. 57. 5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm.66.
2
Periksa Basrowi dan Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan Cendekia, 2002), hlm. 2; Lihat juga Imron Arifin, ed., Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada Press, 1996), hlm. 4; S. Nasution, Metode
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 252
diperoleh dari informan atau stakeholder
triangulasi, (d) audit trail mandiri dan (e)
yang
pemeriksaan sejawat melalui diskusi.
terlibat
langsung
dalam
pelaksanaan Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab
Berbasis
Kelas
Mata
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pelajaran di MTs Negeri Sumber Bungur
Madrasah
Tsanawiyah
Pamekasan. Dalam konteks ini, sumber
Sumber
data primer adalah Kepala Madrasah,
dijadikan sebagai obyek penelitian ini
Pembantu
tidak
Kepala
Madrasah
bagian
Bungur
Negeri
serta
Pamekasan
merta
institusi
dan mata pelajaran Pendidikan Agama
memiliki kualitas mapan dan meraih
Islam di kelas Bahasa Arab.
prestasi maksimal seperti sekarang ini.
data
sekunder
pendidikan
diambil dari literatur dan dokumen yang
panjang
terkait dengan penelitian ini, seperti
kemerdekaan.
silabus, RPP, struktur kurikulum, peta
Bermula
struktur
organisasi,
besar
yang
Akan tetapi ia adalah sebuah lembaga
(penunjang) adalah sumber data yang
lokasi,
lembaga
sebuah
Kurikulum, staf pengajar bahasa Arab
Sumber
atau
menjadi
yang
jadwal
yang
Pesantren
kegiatan dan lain-lain.
yang
memiliki dimulai
dari
yang
sejarah
sejak
sebuah
dirintis
pra
Pondok
oleh
K.H.
Muhammad Khalil pada 1921 sampai
Adapun instrumen pengumpul data
beliau
wafat
pada
1950.
Lalu
dalam penelitian ini adalah observasi
sepeninggal Kiai Khalil, kepemimpinan
non
wawancara
pesantren dilanjutkan oleh saudaranya
dokumentasi.
yang bernama K.H. Abd Majid sampai
partisipan
mendalam Sedangkan
murni, dan
Analisa
yang
digunakan
pada 1957. Kemudian, dua orang putra
dalam penelitian ini adalah fungsional
KH Abd. Majid, yaitu K.H. Madani dan
and structural prerequisites, yaitu fungsi
K.H. Ali Makki menggantikan estafeta
yang harus sudah ada sebelum unit
kepemimpinan pesantren sampai saat
dibentuk atau didirikan. Demikian pula
ini.7
structural prerequisitis, berarti struktur
Pondok
harus ada sebelum suatu unit dibentuk atau
6
didirikan.
Sumber
Bungur memiliki kurang lebih 300 santri
untuk
mukim yang terdiri dari santri putra dan
menjaga keabsahan temuan, peneliti
santri putri. Adapun lembaga pendidikan
melakukan
pengecekan
keabsahan
formal yang mula-mula dikelola oleh
temuannya
dengan: (a) perpanjangan
Pondok Pesantren ini adalah Taman
kehadiran,
(b)
Sedangkan
Pesantren
observasi
yang
Pendidikan Al-Qur’an (1989), Madrasah
diperdalam (observasi lebih lanjut), (c)
Ibtidaiyah (1936), Madrasah Tsanawiyah (1960) dan Madrasah Aliyah (1987).
6
A. Khozin Afandi ed., Berpikir Teoritis Merancang Proposal (Surabaya: Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006), hlm. 29.
7
KH. Ahmad Madani, Pamekasan, 13 Mei 2013.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 253
Wawancara,
Terkait Madrasah menjadi
dengan
Tsanawiyah obyek
eksistensi Negeri
penelitian
ini,
lembaga
pendidikan
atau
sekolah
yang
percontohan, khususnya di lingkungan
awal
kementerian
mulanya bernama Madrasah Mu’allimin,
agama
wilayah
Jawa
Timur.
kemudian pada 1968 berubah menjadi Madrasah
Tsanawiyah.
Selanjutnya,
Pengembangan
Kurikulum
Kelas
pada 1972 sampai sekarang, lembaga
Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs
pendidikan ini berubah status menjadi
Negeri Sumber Bungur Pamekasan
Madrasah
Tsanawiyah
Negeri
yang
Pada awal tahun 2002, orientasi
secara otomatis pengelolaannya berada
pengembangan
di
Model Sumber Bungur Pamekasan 3
bawah
naungan
Pemerintah
(Kementerian Agama). Sumber
banyak
Bungur
mengalami
di
MTsN
diarahkan pada pembelajaran dengan
Dalam perkembangannya, MTs Negeri
kurikulum
mengacu pada kurikulum 1994. Akan
Pamekasan
kemajuan
tetapi sistem dan penilaian serta model
dan
pembelajarannya
diorientasikan
pada
peningkatan, baik dari bertambahnya
kurikulum 2004, sehingga pada tahun
siswa,
maupun
pelajaran 2003-2004, kurikulum 2004
tambahan staf pengajar yang profesional
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) sudah
di bidangnya. Bahkan terdapat beberapa
dilaksanakan secara menyeluruh. Dalam
siswa dari luar Pamekasan bahkan dari
hal
luar Madura yang memang sengaja
semula menitikberatkan pada metode
datang (ke MTs Negeri Sumber Bungur
ceramah dan sebagian praktikum di
Pamekasan) untuk menimba ilmu. Di
laboratorium,
antara siswa-siswa tersebut ada yang
pelajaran itu diterapkan model-model
berasal dari Bali, Bandung, Sidoarjo,
pembelajaran
Surabaya, dan beberapa kota lainnya.
Teaching Learning), pembelajaran di
lengkapnya
fasilitas,
Walaupun letaknya jauh dari Kota
ini
dalam
metode
pembelajaran,
maka
dan
pada
seperti di
luar
CTL
yang
tahun (Context
kelas
dengan
Pamekasan, yaitu sekitar 22 Km, MTs
pendekatan siswa aktif, sehingga guru
Negeri Sumber Bungur Pamekasan saat
hanya sebagai fasilitator artinya siswa
ini diakui memiliki keunggulan kompetetif
yang
dan komparatif. Keunggulan kompetetif
mengarahkan.
menentukan
dan
guru
yang
ditunjukkan oleh prestasi dan kualifikasi
Kemudian pada perkembangan
siswa yang tidak kalah kemampuan
berikutnya, yaitu menerapkan kurikulum
akademik
baru (2006) dengan tetap menggunakan
dan
kinestetiknya
dibandingkan dengan sekolah favorit di
metode
daerah perkotaan, seperti SMP 1 dan
kompetensi yang sudah disuplementasi
SMP
dengan
2
Pamekasan.
Sedangkan
pembelajaran kurikulum
Tingkat
Pendidikan
kenyataannya
tahun 2013, MTs Negeri Sumber Bungur
salah
satu
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 254
Kemudian
Satuan
keunggulan komparatif ditunjukkan oleh sebagai
(KTSP).
berbasis
pada
Pamekasan
“belajar”
menerapkan
penyesuaian kurikulum secara berkala
kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana
dengan perkembangan atau perubahan
dijelaskan oleh Mohammad Holis selaku
yang terjadi dalam masyarakat serta
Kepala Madrasah bahwa:
tuntutan
Adapun bentuk pengembangan Kurikulum Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab
MTs
Negeri
Sumber
Bungur
Pamekasan meliputi: 1). Perumusan latar belakang, 2). Landasan hukum, 3). Perumusan
tujuan,
4).
Penentuan
alokasi waktu, 5). Perumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa Arab.10 1. Latar Belakang
kurikulum Kelas Mata Pelajaran Bahasa
Bahasa Arab adalah bahasa al-
Arab adalah bagian dari pengembangan
Qur’an, bahasa ibadah umat Islam
kurikulum 2006 dengan menekankan masyarakat
yang
Sumber Bungur Pamekasan.
Pada dasarnya, pengembangan
kebutuhan
pesantren
merupakan cikal bakal MTs Negeri
MTs Sumber Bungur adalah madrasah yang senantiasa melakukan inovasi pada aspek kurikulum. Tidak terkecuali pada upaya melaksanakan kurikulum 2013 yang diprakarsai oleh Mendiknas. Pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan tidak secara penuh diterapkan karena Kementerian Agama masih belum memberikan perintah pelaksanaan kurikulum 2013 pada tahun ini melainkan dicanangkan pelaksanaannya pada tahun depan, sehingga saya menggunakan istilah “belajar 8 menggunakan kurikulum 2013”.
pada
budaya
secara
dan
keseluruhan,
dan
bahasa
internasional ketiga setelah bahasa
eksistensi budaya pesantren. Hal ini
Inggris
disampaikan oleh Edi Subiyanto selaku
dan
demikian
PKM kurikulum bahwa:
Perancis.
karena
sudah
Dikatakan mafhum,
bahwa al-Qur’an sebagai kitab suci
Kurikulum kelas mata pelajaran bahasa Arab adalah pengembangan kurikulum 2006 yang sebenarnya sudah mengarah pada kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum kelas bahasa Arab ini menekankan pada kebutuhan masyarakat akan beberapa penguatan materi berbasis arab dan budaya pesantren yang memang cikal bakal MTs 9 Negeri Sumber Bungur Pamekasan.
ditulis dalam bahasa Arab, dengan
Berdasarkan
PKM
keseharian, baik secara langsung
Kurikulum di atas dapat dipahami bahwa
maupun melalui media cetak dan
kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa
elektronik.
Arab
penjelasan
dikembangkan
sebagai
demikian ia tidak dapat dipisahkan dari medium ekspresi linguistiknya. Secara makro, bahasa Arab adalah bahasa mayoritas umat Islam
di
dunia, dimana ia digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi dalam
Di Indonesia, idealitas entitas
upaya
bahasa Arab di atas ternyata tidak 8
Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, Pamekasan, 13 Mei 2013. 9 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, Pamekasan, 13 Mei 2013.
10
Hasil wawancara dengan Moch Cholid, Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, pada tanggal 15 Mei 2013.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 255
diimbangi dengan realitas obyektif
“anak
dalam
Sebuah
penting. Sehingga tak jarang terdapat
melihat
antipati untuk mengikuti pembelajaran
pembelajaran.
keironisan
ketika
kompleksitas
permasalahan
dalam
tingkat
madrasah
pelajaran
yang
tidak
dimaksud.
proses pembelajaran bahasa Arab dari
tiri”,
Berdasarkan paparan di atas,
ibtidaiyah
kompleksitas problem pembelajaran
hingga perguruan tinggi. Kemampuan
bahasa Arab di Indonesia. Harus
berbahasa Arab yang telah diyakini
segera disikapi dan dicarikan solusi
sebagai syarat bagi setiap individu
secara
yang
besarnya
melakukan
kajian
keilmuan
inten
mengingat
signifikansi
begitu
penguasaan
umum maupun keislaman sampai
bahasa Arab, terutama bagi seorang
saat ini tidaklah menggembirakan.
muslim.
Pembelajaran
bahasa
Arab
jauh
MTs Negeri Sumber Bungur
tertinggal, baik dari sisi substansi
Pamekasan
kajian, kurikulum, maupun metode
melakukan inovasi pembelajaran dan
pembelajaran.
pengembangan
Pengalaman menunjukkan
di
lapangan
bahwa:
yang
senantiasa
kurikulum
ingin
menjawab problem tersebut dengan
(1)
nilai
melakukan pengembangan kurikulum
Arab
untuk
pembelajaran Bahasa Arab sebagai
lulusan MTs dan MA yang masih di
upaya penguatan bagi siswa dan
bawah standar, (2) hasil ujian masuk
siswa kelas Mata Pelajaran Bahasa
PTAI
Arab
kemampuan
bahasa
menunjukkan hasil rata-rata
peserta
tes
yang
memuaskan, peserta
dan
yang
sangat
tidak
kalaupun
ada
memiliki
kemampuan
berkomunikasi Bahasa Arab dalam pengertian
yang
utuh,
yaitu
talenta
kemampuan memahami dan atau
kemampuan berbahasa Arab yang
menghasilkan teks lisan dan atau tulis
baik,
yang
mereka
memiliki
agar
adalah
yang
latar
direalisasikan
dalam
empat yaitu
belakang pendidikannya dari pondok
keterampilan
berbahasa,
pesantren atau lulusan Madrasah
mendengarkan
(istima’),
Aliyah Program Khusus (MAN-PK),
(kalam),
(3) pelajaran bahasa Arab masih
menulis (kitabah).
dipandang
sebagai
momok
yang
membaca
berbicara
(qira’ah)
dan
2. Landasan Hukum
menakutkan bagi sebagian siswa,
a. Undang-undang Dasar 1945
pelajaran
linier,
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun
menjemukan, memberatkan (karena
2003 tentang Sistem Pendidikan
terlalu
dibebani
dengan
sederet
Nasional
hafalan
teks),
disikapi
dengan
yang
begitu
c. Peraturan
defensif, dan yang lebih parah lagi
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
menganggap bahasa Arab sebagai
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 256
tentang
Standar
Nasional
informational,
Pendidikan
Pada
d. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun
tingkat
siswa
membaca
satuan
menulis
Dasar
dan
Menengah
ramuz
Dasar dan Menengah
digunakan.
f. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun
al-
pelaksanaan
(al-kalam
bi yang
Pada
tingkat
siswa
diharapkan
mampu menggunakan bahasa Arab
Tahun 2006
kebutuhan
g. Visi dan Misi Kementerian Agama
untuk
memenuhi
hidup
sehari-hari
seperti membaca surat kabar
Republik Indonesia
(qiro’ah al-jaridah), manual atau
h. Visi, misi dan tujuan MTs Negeri
petunjuk.
Sumber Bungur Pamekasan Tingkat
Pada
Satuan
mampu
mengakses
pengetahuan
Bungur Pamekasan
kemampuan
j. Keputusan rapat dinas dewan guru Sumber
tingkat
informational, siswa diharapkan
Pendidikan MTs Negeri Sumber
Negeri
(fahm
al-shauti)
functional,
Permendiknas Nomor 22 dan 23
MTs
al-kitabah),
masmu’), dan berbicara dengan
Lulusan untuk satuan Pendidikan
i. Kurikulum
maqru’),
(kafa’ah
simbol-simbol
tentang
mampu
(fahm
2006 tentang Standar Kompetensi
2006
performative,
mendengarkan
e. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun
epistemic.
diharapkan
2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan
dan
berbahasa,
sedangkan
Bungur
epistemic
dengan pada
siswa
tingkat diharapkan
Pamekasan tanggal 10 Pebruari
mampu
mengungkapkan
2009 tentang pembentukan kelas
pengetahuan ke dalam bahasa
Mata Pelajaran
sasaran. • Mencetak siswa yang terampil
3. Perumusan Tujuan
berbahasa
a. Tujuan Umum:
yang
mencakup
masalah ketrampilan berbicara
Memberikan
materi
(maharah al-kalam), menyimak
Bahasa Arab dalam dalam empat
(maharah al-istima’), membaca
aspek
keterampilan
(maharah
yaitu
mendengarkan
berbicara
penguatan
(kalam),
berbahasa, (istima’), membaca
4. Penentuan Alokasi Waktu Alokasi
b. Tujuan khusus:
waktu
mata
pelajaran
Bahasa Arab yang disediakan untuk
• Mencapai tingkat kemampuan yang
performative,
dan
menulis (maharah al-kitabah).
(qira’ah) dan menulis (kitabah).
berbahasa
al-qira’ah)
kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab
mencakup
adalah 8 Jam Tatap Muka (8X40
functional,
menit).
Dengan
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 257
rincian
4
jam
pelajaran
untuk
mata
pelajaran
pelajaran Bahasa Arab disesuaikan
bahasa arab, 2 jam pelajaran untuk
dengan Permenag Nomor 2 Tahun
pelajaran nahwu dan 2 jam pelajaran
2008,
untuk mata pelajaran sorrof.
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
5. Perumusan SK dan KD Untuk dan
Kompetensi
Dasar
Nahwu (Kelas 7) NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami kalam dan bentuk susunannya
2
Memahami I’rab dan Bina’
3
Memahami tanda-tanda I’rab
4
Memahami Isim Nakirah dan Isim Ma’rifah
Kelas 8 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami isim yang dirofa’kan
2
Memahami isim yang dinashabkan
Kelas 9 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami isim yang dinashabkan 2 3
Memahami isim-isim dijarkan I’rab fi’il mudhara’ah
tambahan
Standar
untuk mata pelajaran Nahwu dan
Standar
Kompetensi
dengan
yang
Shorrof sebagai berikut:
mata
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 4.1 4.2 4.3
KOMPETENSI DASAR Memahami pengertian kalimah Memahami tanda-tanda isim Memahami tanda-tanda fi’il Memahami pembagian fi’il Memahami tanda-tanda huruf Memahami pengertian I’rab Memahami pembagian I’rab Mengetahui sesuatu yang boleh memasuki Isim dan Fi’il Memahami definisi Bina’ (mabni) Memahami isim mu’rab dan isim mabni Memahami isim-isim yang dimabnikan Memahami fi’il mabni dan fi’il mu’rab Memahami tanda i’rab rofa’ Memahami tanda i’rab jar Memahami tanda i’rab jazm Memahami lafadz yang di i’rab dengan harakat dan huruf Memahami ketentuan i’rab isim tatsniyah, jama’ mudzakkar salim, asma’us sittah, lafadz hanu, dan amtsilatul khamsah Memahami i’rab fi’il mu’tal Memahami macam-macam isim dhomir Memahami isim dhomir muttasil dan munfasil Mamahami isim alam, isyarah dan maushul
1.5 1.6 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
KOMPETENSI DASAR Memahami fa’il Memahami maful yang tidak disebut failnya Memahami mubtada’ dan khabar Memahami amil-amil yang masuk pada mubtada’ dan khabar Memahami kana, inna, dzanna dan saudara-saudaranya Memahami af’alul muqarabah Memahami maf’ul bih dan maf’ul muqaddam Memahami maf’ul mutlaq dan pembagiannya Memahami Maf’ul fih Memahami maf’ul min ajlih Memahami maf’ul ma’a dan sifat yang menyerupai isim fail
1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 3.1 3.2
KOMPETENSI DASAR Memahami hal Memahami tamyiz Memahami mustatsna dan ketentuannya Ketentuan i’rab lafadz khala, ‘ada dan hasya Memahami pengertian idhafah Memahami pembagian idhafah Memahami awamilun nasbi dan pembagiaannya Memahami ‘awamilul jazm
1.1 1.2 1.3 1.4
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 258
4
Memahami Naat
5
Memahami ‘athaf
6
Memahami taukid
7
Memahami badal
4.1 4.2 5.1 5.2 6.2 6.3 7.2 7.3
Sharraf (Kelas 7) NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami konsep dasar ilmu sharraf
2
Memahami tashrif istilahi
Kelas 8 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami tashrif istilahi 2
Memahami tashrif lughawi
Kelas 9 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami tasfrif lughawi
2
Memahami faidah-faidah peribahan wazan
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
Memahami pengertian naat Memahami konsep dasar naat Memahami ketentuan ‘athaf bayan dan athaf nasaq Memahami fungsi huruf ‘athaf Memahami pengertian taukid Memahami bentuk-bentuk taukid Memahami pengertian badal Memahami macam-macam badal
KOMPETENSI DASAR Memahami pengertian ilmu sharraf Memahami pengertian bina’ dan macam-macamnya Memahami pengertian shighat dan macam-macamnya Memahami wazan-wazan sharfi Memahami fi’il mujarrad dan mazid Memahami fi’il ma’mul dan majhul Memahami cara mentashrif bina’ shahih secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mahmuz secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mudha’af secara istilahi 2.4 Memahami cara mentashrif bina’ mitsal secara istilahi 2.5 Memahami cara mentashrif bina’ ajwaf secara istilahi 2.6 Memahami cara mentashrif bina’ naqish secara istilahi 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 2.1 2.2 2.3
KOMPETENSI DASAR Memahami cara mentashrif bina’ lafif mafruq secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ lafif maqun secara istilahi Memahami cara mentasfrif fi’il ruba’i mujarrad dan mazid Memahami cara mentashrif bina’ shahih secara lughawi Memahami cara mentashrif bina’ mudha’af secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mahmuz secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mitsal secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ ajwaf secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ naqish secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ lafif secara istilahi Memahami cara mentashrif isim fa’il marfu’ secara istilahi
KOMPETENSI DASAR 1.1 Memahami cara mentashrif isim maf’ul marfu’ secara istilahi 1.2 Memahami cara mentashrif fi’il mudhari’ mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid tsaqilah secara istilahi 1.3 Memahami cara mentashrif fi’il mudhari’ mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid khafifah secara istilahi 1.4 Memahami cara mentashrif fi’il amar lil ghaib dan hadir mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid tsaqilah secara istilahi 1.5 Memahami cara mentashrif fi’il amar lil ghaib dan hadir mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid khafifah secara istilahi 1.6 Memahami cara mentashrif isim zaman dan isim makan secara istilahi 1.7 Memahami cara mentashrif isim alat secara istilahi 2.1 Memahami faidah-faidah wazan fi’il tsulatsi mazid ruba’i 2.2 Memahami faidah-faidah wazan fi’il tsulatsi mazid khumasi 2.3 Memahami faidah-faidah wazan fi’il tsulatsi mazid sudasi 2.4 Memahami faidah-faidah wazan fi’il ruba’i mazid khumasi 2.5 Memahami faidah-faidah wazan fi’il ruba’i mazid sudasi 2.6 Memahami faidah-faidah wazan fi’il ruba’i mulhaq
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 259
Keseluruhan
PAI dan Bahasa Arab bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah dan nilai 75 dengan menyertakan bukti pernah mengenyam pendidikan madrasah diniyah bagi siswa sekolah dasar. Sedangkan guru yang mengajar adalah guru yang benar-benar profesional di bidangnya masing-masing serta pernah 12 mengenyam pendidikan pesantren.
pendalaman
materi tersebut diorientasikan pada penguatan maharatul istima’, kalam, qiro’ah dan kitabah dengan tanpa mengesampingkan
konten
kitab-
kitab yang dikaji. Misalnya fiqh yang berorientasi pada tata cara ibadah
Berdasarkan keterangan di
dan tafsir yang berorientasi pada
atas, dapat disimpulkan bahwa baik
pemahaman
guru maupun murid yang ada di
terhadap
al-Qur’an
secara utuh.
kelas mata pelajaran bahasa Arab
Berdasarkan keterangan
di
disimpulkan
bahwa
beberapa atas
adalah
orang
kompetensinya tidak diragukan lagi.
mata
Hal
kelas
ini
sangat
terhadap
yang alokasi waktu mata pelajaran
pembelajaran
bahasa
dan
yang
dapat
pelajaran bahasa Arab adalah kelas Arab
pilihan
PAI terdapat
berpengaruh ketercapaian
sesuai
dengan
Standar
Kompetensi
penambahan jam pelajaran, yaitu
Kompetensi
Dasar
bahasa Arab menjadi 8 jam dan
ditentukan.
yang
dan sudah
mata pelajaran PAI menjadi 4 jam. Hal ini sebagaimana diungkapkan
Faktor Pendukung dan Penghambat
oleh Moch Cholid bahwa:
Pelaksanaan Kurikulum Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri
Kelas mata pelajaran bahasa Arab adalah kelas dengan penambahan jam pada mata pelajaran bahasa Arab dan PAI. Hal ini dilakukan agar supaya siswa betul menguasai bahasa Arab dan pengetahuan agama lainnya jauh di atas teman-temannya yang lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan tercapainya prestasi siswa yang bisa merubah fi’il-fi’il baik yang shohih maupun yang mu’tal pada 11 beberapa bentuk fi’il tsulatsi mazid.
Sumber Bungur Pamekasan Dalam
dengan
guru
arab di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya,
dan
Bahasa
Arab,
itu
berupa
maupun
faktor
1. Faktor Pendukung
Edi
Di
Subiyanto menjelaskan bahwa:
antara
faktor
pendukung
pelaksanaan kurikulum kelas mata pelajaran bahasa Arab MTs Negeri
Ada beberapa persyaratan bagi siswa yang ingin belajar di kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Diantaranya ada lulus dalam tes seleksi tulis, wawancara pengetahuan bahasa Arab dan agama, memiliki nilai 75 untuk mata pelaharan 11
pendukung
baik
penghambat.
murid yang ada di kelas mata pelajaran
pengembangan
kurikulum kelas mata pelajaran bahasa
faktor Terkait
rangka
Sumber Bungur Pamekasan adalah:
12
Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013.
Ibid.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 260
a. Motivasi Kanwil Kemenag
Selain
itu, pengembangan
Menurut Mohammad Holis yang
kurikulum yang sudah dibuat MTs
sekarang
Negeri
menjabat
sebagai
Sumber
Bungur
Kepala Madrasah, ide awal yang
Pamekasan
juga
kemudian
mendapatkan
legalisasi
menjadi
inspirasi
pengembangan kurikulum berbasis
Kantor
kelas
Agama Jawa Timur.
mata
pemberian
pelajaran
sebuah
adalah
buku
Wilayah
“The
Shaping
School
Culture”
oleh
salah
seorang
Kepala
MTs
pejabat
di
Kanwil
Bungur
Pamekasan
Mapenda
Beberapa tahun yang lalu, saya diberi sebuah buku oleh Pak Suprat yang pada waktu itu akan berangkat ke Australia untuk melanjutkan kuliah S3. Judul buku itu adalah “The Shaping School Culture”. Beliau mengatakan: Coba baca buku ini kemudian kembangkan di madrasah ini. Setelah saya baca dengan dibantu beberapa teman, akhirnya saya bertekad untuk mengembangkan “school culture” dengan menggunakan istilah “kelas mata 13 pelajaran”.
pada
Pamekasan
dan
untuk
perkembangan
Bungur senantiasa
senantiasa
pendidikan penekanan
kurikulum
yang
Berdasarkan keterangan di atas,
mengetahui
Madrasah
tujuan
MTs Sumber Bungur tidak akan pernah berhenti untuk mengembangkan kurikulum dari masa ke masa. Hal ini sudah menjadi tekad saya sebagai kepala madrasah untuk menjadi pengembangan kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Di samping itu, saya juga memberikan fasilitas dan media pembelajaran yang cukup memadai untuk menunjang 14 kegiatan pembelajaran.
dapat ditarik kesimpulan bahwa
sudah
Kepala Bungur
langsung memberikan dukungan kepada
berdasarkan
mengatakan:
dilakukan. Hal ini secara tidak moral
kurikulum
berorientasi ke “masa depan”. Dia
aspek
yang
mengembangkan
pengembangan
meminta salinannya dalam setiap tahun
senantiasa
adanya
memantau kurikulum yang dibuat Sumber
Sumber
yang ideal. Hal ini terbukti dengan
Kemenag Jawa Timur senantiasa MTs
Negeri
berupaya ketercapaian
pemberian buku, Mapenda Kanwil
oleh
Kementerian
b. Komitmen Kepala Madrasah
Kemenag Jawa Timur.
hanya
dari
yang
berjudul
Tidak
sudah
komitmen
agar
MTs
Sumber
Pamekasan yang
mengembangkan
mengembangkan
Negeri
memiliki
kuat
untuk
kurikulum
terutama kurikulum kelas Mata
kurikulum.
Pelajaran. Komitmen ini memiliki
13
14
Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013.
Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 261
dampak
positif
kesuksesan
kepada guru yang berprestasi serta tidak pernah berhenti memberikan solusi 15 ketika para guru memiliki kendala.
terhadap
pengembangan
kurikulum mengingat peran Kepala Madrasah
yang
fundamental
dalam
Berdasarkan keterangan di atas,
cukup
Kepala
rangka
mengembangkan juga
fasilitas
yang
menunjang
meningkatkan pembelajaran
untuk
pembelajaran.
menuntut guru untuk menemukan
yang dikeluarkan terkait dengan Misalnya
strategi,
ke
motivasi
pengembangan
samping
dan
itu, Kepala
maksimal
Madrasah
yang
sebagaimana
Hal
diungkapkan
untuk
disesuaikan
dengan
Saya dan kepala Madrasah melakukan supervisi untuk memilih guru yang tepat pada masing-masing kelas mata pelajaran. Untuk kelas mata pelajaran bahasa Arab, kami memilih guru PAI dan Bahasa Arab yang memiliki kemampuan lebih dan disiplin yang tinggi serta tercatat sebagai alumni pesantren 17 (santri).
melaksanakan baru.
dan
kompetensi yang dimiliki:
guru yang memiliki masalah dalam kurikulum
kurikulum
kelas mata pelajaran sudah secara
Di
segar sebagai solusi ketika ada dan
pembelajaran.16
Menurut Edi Subiyanto, guru pada
juga memberikan ide baru dan
menyusun
dunia
mengimplementasikannya.
secara
reward.
konsep-
dalam
kemampuan
serta
langsung kepada guru dengan pembinaan
dan
atau
Hal ini juga berlaku pada wilayah
mengikuti pelatihan dalam rangka memberikan
baru
pendidikan
kepada guru, mengutus guru untuk kurikulum
metode
konsep
mendatangkan
ahli untuk memberikan pembinaan
penguatan
melalui
Eksistensi guru sebagai inovator,
berpengaruh terhadap kebijakan
depan.
terutama
c. Kompetensi Profesional Guru
Komitmen kepala madrasah ini
kurikulum
kualitas
inovasi kurikulum.
kegiatan
pengembangan
Bungur
andil yang cukup besar dalam
memberikan cukup
Sumber
Pamekasan benar-benar memiliki
lembaga
pendidikan. Di samping itu, Kepala Madrasah
MTs
ini oleh
Saleh Hasin: Terus terang saja, kepala madrasah kami selalu memberikan dukungan terhadap pengembangan kurikulum yang berorientasi pada masa depan. Hal ini terlihat pada pemberian ide-ide baru terkait kurikulum, selalu memberikan inspirasi kepada guru, memberikan fasilitas untuk mengembangkan kurikulum seperti mengirim delegasi untuk mengikuti pelatihan, mendatangkan nara sumber, memberikan pembinaan dan reward
15
Moh Saleh Hasin, PKM P2M MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. 16 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru, 11. Lihat juga: Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 74. 17 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 262
pelajaran agama dan Bahasa Arab mendapatkan pengaruh secara langsung dari Pesantren karena ketika siswa secara maksimal dan prosedural mendapatkan materi agama dan Bahasa Arab di Madrasah, mereka akan melanjutkan, mendalami dan menguatkan pemahamannya di 18 Pesantren.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa guru pada kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab adalah guru pilihan yang memiliki kompetensi
yang
baik
dibidangnya, memiliki disiplin tinggi
Berdasarkan keterangan di atas,
dan alumni salah satu pesantren.
Pesantren
Hal ini dijadikan sebagai syarat agar
supaya
pembelajaran
dalam dan
yang
implementasi
materi,
yang
kondusif
salah
satu
pendukung kurikulum.
pula
kelas
utama
siswa
sebelumnya,
dalam
upaya
memaksimalkan
agama
dan
Bahasa
Pesantren
akan
menjadi
bahan
baik
pembelajaran
di
faktor pendukung terlaksananya pengembangan
pada
kurikulum
mata
pelajaran Bahasa Arab di MTs
materi
Negeri
Arab.
Sumber
Pamekasan.
Bungur Sebagaimana
disampaikan oleh Edi Subiyanto:
di lingkungan Pesantren Sumber Bungur memiliki nilai lebih dalam
Siswa yang masuk pada kelas mata pelajaran adalah siswa yang memiliki modal untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bidang yang dimilikinya. Tidak terkecuali kelas Bahasa Arab. Artinya siswa yang siap mendalami mata
mengembangkan kurikulum Mata Bahasa
yang
Input siswa adalah salah satu
Keberadaan Madrasah yang ada
Pelajaran
dan
materi
e. Input Siswa
disampaikan
berorientasi
telah
Madrasah maupun di Pesantren.
ini dikarenakan muatan kurikulum sudah
yang
Jadi akan terjadi umpan balik dari
Mata
mengembangkan kurikulum. Hal yang
materi
dan
dalam berdiskusi di Madrasah.
Pesantren adalah lingkungan yang mitra
akan
mendalami
dari
dikuatkan
Pelajaran Bahasa Arab, Pondok menjadi
mereka
sebaliknya,
didapat
faktor
pengembangan Pada
sehingga
diperoleh sebelumnya. Demikian
suksesnya
pelaksanaan
maka
menguatkan
Bungur merupakan
diperoleh
melanjutkan, Sumber
Lingkungan
telah
ketika siswa yang mendapatkan
kendala yang berarti. Pesantren
pusat
pengembangan pendidikan siswa
proses
kurikulumnya tidak mendapatkan
d. Eksistensi
adalah
Arab.
Sebagaimana disampaikan oleh Moch Cholid bahwa:
18
Moch Cholid, Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013.
Kelas mata pelajaran Bahasa Arab yang materinya diorientasikan pada mata
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 263
pelajaran PAI dan Bahasa Arab akan memiliki kemampuan yang berbeda dengan siswa yang tidak memiliki modal 19 pengetahuan sama sekali.
Pernyataan
yang
sama
Kelas mata pelajaran Bahasa Arab adalah salah satu kelas unggulan Sumber
juga
di
MTs
Bungur
Negeri
Pamekasan.
diberikan oleh Abdul Haq selaku
Sebenarnya kelas ini memiliki
wali kelas mata pelajaran Bahasa
kebutuhan yang cukup banyak
Arab, bahwa:
dari sisi infrastruktur maupun pengembangan
Siswa yang masuk di kelas mata pelajaran Bahasa Arab adalah siswa yang sudah memiliki kemampuan sebagai modal awal untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karenanya, diadakan tes dalam rekrutmen siswa untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki oleh siswa terutama pada materi PAI dan Bahasa Arab
administrasi
kurikulum. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Moch Cholid: Pendanaan adalah salah satu masalah yang dihadapi MTs Sumber Bungur dalam upaya melakukan pengembangan bidang kurikulum. Misalnya pada kelas mata pelajaran Bahasa Arab, pemberian insentif pada guru pengajar yang dituntut lebih profesional dari pada guru pada kelas lain masih belum ada, demikian halnya dengan pembuatan yang berkaitan dengan administrasi kurikulum masih belum ada anggaran khusus sehingga guru tidak termotivasi secara maksimal. Disamping itu, pengadaan kelas yang representatif untuk mengatasi 20 kejenuhan siswa masih jauh dari ideal.
Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa yang akan masuk pada kelas mata pelajaran Bahasa Arab harus lulus tes seleksi dan syarat khusus seperti miliki nilai minimal 75 pada mata pelajaran PAI dan Bahasa
Berdasarkan
Arab pada tingkat dasar.
atas, dana menjadi salah satu faktor
2. Faktor Penghambat Kendatipun
di
penghambat
pengembangan kurikulum kelas beberapa
mata pelajaran bahasa Arab
mendukung
karena tidak adanya alokasi
pelaksanaan kurikulum kelas mata
khusus untuk membuat kelas
pelajaran Bahasa Arab, terdapat
yang
kendala
pemberian insentif yang ideal
faktor
terdapat
keterangan
yang
yang
dihadapi
dalam
mengimplementasikan pengembangan
kurikulum
Sumber
dan
untuk guru. kelas
mata pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri
representatif
b. Penyusunan Kurikulum
Bungur
Hambatan
utama
Pamekasan, diantarangan adalah:
pengembangan kurikulum kelas
a. Alokasi dana
mata pelajaran di MTs Negeri
19
20
Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013.
Moch Cholid , Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 264
Sumber
Bungur
Pamekasan
c. Ketidakmerataan
adalah
penyusunan
guru pengajar
kurikulumnya.
Hal
Peran
ini
guru 22
dikarenakan masih belum ada
banyak
pedoman yang bisa dijadikan
manager,
sebagai acuan dasar dalam
supervisor,
menyusun
motivator,
kurikulum.
Sebagaimana
dikatakan
oleh
keterangan
cukup edukator,
administrator, leader,
inovator,
dinamisator, dan
berdampak
fasilitator
pada
sulitnya
mencari guru yang siap menjadi
Penyusunan kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa Arab hanya mengacu pada konsep dasar yang ada dalam buku “The Shaping Shool Culture” karya Peterson. Hal ini karena memang belum ada panduan ataupun pedoman khusus penyelenggaraan kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Oleh karenanya, saya sebagai Kepala Madrasah dengan dibantu oleh PKM Kurikulum, Ketua Program dan guru pengajar berupaya merumuskan kurikulum yang ideal dengan segala keterbatasan referensi sehingga dalam setiap tahunnya pasti mengalami perubahan sebagai upaya pembenahan menuju arah yang lebih 21 baik.
Berdasarkan
yang
seperti
evaluator
Mohammad Holis bahwa:
kemampuan
bagian
dari
kelas
mata
pelajaran Bahasa Arab. Hal ini diungkapkan
oleh
Edi
Subiyanto: Mencari guru yang pas di kelas mata pelajaran bahasa arab memang cukup sulit mengingat tidak semua guru siap menagajar secara maksimal di kelas ini. Misalnya tidak semua guru bahasa arab dapat menguasai kitab nahwu dan shorrof, tidak semua guru qur’an hadits yang menguasai tafsir dan tidak semua guru fiqh mampu menguasai kitab fiqh 23 klasik.
di
atas, acuan penyelenggaraan
Berdasarkan keterangan PKM
kelas mata pelajaran bahasa
Kurikulum di atas, guru PAI dan
Arab
Bahasa Arab di MTs Negeri
memang
belum
ada.
Sehingga pihak madrasah, baik
Sumber
Kepala
tidak secara keseluruhan siap
dan
guru,
merasa
Bungur
menemukan
mengajar
format kurikulum yang sesuai
pelajaran
bahasa
Arab
dengan
mengingat
kompetensi
yang
kesulitan
untuk
peraturan.
Oleh
di
Pamekasan kelas
mata
karenanya, secara independen
dimiliki tidak cukup syarat untuk
mereka
mengajar di kelas ini. Misalnya
merumuskan
sendiri
kurikulum yang direvisi dalam
guru
bahasa
Arab
harus
setiap tahunnya agar supaya
menguasai kitan nahwu dan
lebih mendekati idealitas. 22
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 38-39. 23 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013.
21
Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013.
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 265
shorrof, harus
guru
Qur’an
menguasai
mata pelajaran Bahasa Arab mampu mencapai tujuan pembelajaran, maka ada penambahan alokasi waktu, yaitu: untuk Bahasa arab dari 3 jam pelajaran menjadi 8 jam pelajaran, untuk mata pelajaran PAI masing-masing ditambah 2 jam sehingga menjadi 4 jam. Jadi total jam pelajaran PAI dan Bahasa Arab yang semestinya adalah 11 jam pelajaran untuk kelas lain, menjadi 24 jam pelajaran untuk kelas mata pelajaran 24 Bahasa Arab.
Hadits
tafsir
dan
guru fiqh harus menguasai kitab fiqh klasik. d. Psikologi siswa Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab berupaya untuk mencetak siswa yang terampil berbahasa
Banyaknya jam pelajaran yang
yang
masalah
ditempuh untuk mata pelajaran
ketrampilan berbicara (maharah
PAI dan Bahasa Arab pada
al-kalam), menyimak (maharah
kelas mata pelajaran bahasa
al-istima’), membaca (maharah
Arab menjadikan siswa jenuh.
al-qira’ah)
Rasa
mencakup
dan
(maharah
menulis al-kitabah).
Kemampuan
tersebut
penambahan yaitu:
Alokasi
dan
pelajaran,
waktu
bosan
ini
dengan menggunakan metode
dengan jam
dan
menuntut guru untuk mengajar
dapat
direalisasikan
jenuh
strategi
yang
variatif.
Artinya ketika guru tidak mampu
mata
memberikan
solusi
terhadap
pelajaran Bahasa Arab yang
rasa jenuh siswa, maka siswa
disediakan untuk kelas Mata
akan
Pelajaran Bahasa Arab adalah
psikologi yang pada akhirnya
8
memunculkan
Jam
Tatap
Muka
(8X40
mengalami
gangguan
problem
pada
menit). Dengan rincian 4 jam
kelas
pelajaran untuk mata pelajaran
setiap guru yang mengajar di
bahasa arab, 2 jam pelajaran
kelas
untuk pelajaran nahwu dan 2
pilihan
jam
kompetensi dalam berbagai hal
pelajaran
pelajaran
untuk
sorrof.
mata
Kemudian
orientasikan ditambah
Oleh
karenanya,
benar-benar yang dalam
guru
memiliki model
pembelajaran yang digunakan.
pada
penguasaan bahasa, masingmasing
ini
termasuk
untuk mata pelajaran PAI yang di
ini.
jam
Kurikulum merupakan alat untuk
pelajaran sehingga menjadi 4
mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
jam
ini
sebagai pedoman dalam pelaksanaan
dikemukakan
pendidikan. Dalam usaha pencapaian
pelajaran.
sebagaimana
2
Pembahasan
Hal
oleh Moch Cholid bahwa: 24
Moch Cholid ,Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013.
Sebagai upaya optimalisasi pembelajaran agar siswa dan siswi kelas
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 266
tujuan
pendidikan,
kurikulum
kalaupun ada peserta yang memiliki
dalam pendidikan formal di sekolah
talenta kemampuan berbahasa Arab
25
Bahkan kurikulum
yang baik, mereka adalah yang latar
memiliki kedudukan dan posisi yang
belakang pendidikannya dari pondok
sangat
sentral
pesantren atau lulusan Madrasah
proses
pendidikan,
sangatlah strategis.
peran
dalam
keseluruhan
serta
kurikulum
Aliyah Program Khusus (MAN-PK)
merupakan syarat mutlak dan bagian
3) Pelajaran
bahasa
Arab
masih
sebagai
momok
yang tak terpisahkan dari pendidikan itu
dipandang
sendiri. Mengingat perannya yang cukup
menakutkan bagi sebagian siswa,
strategis, maka ia menjadi tanggung
pelajaran
jawab bersama diantara pihak yang
menjemukan, memberatkan (karena
terkait (stake holder) dalam
terlalu
dibebani
dengan
sederet
hafalan
teks),
disikapi
dengan
proses
pendidikan. Bagi guru, kurikulum
yang
yang
begitu
linier,
berfungsi
defensif, dan yang lebih parah lagi
sebagai pedoman dalam melaksanakan
menganggap bahasa Arab sebagai
proses belajar mengajar. Bagi kepala
“anak
sekolah
dan
penting. Sehingga tak jarang terdapat
sebagai
pedoman
pengawas
berfungsi
supervisi
atau
terselenggaranya
proses
Sedangkan
bagi
siswa
Berdasarkan
bagi
kompleksitas
dengan
tidak
paparan
problem
di
atas,
pembelajaran
pendidikan.
bahasa Arab di Indonesia. Harus segera
kurikulum
disikapi dan dicarikan solusi secara inten
sebagai pedoman pelajaran. Berkaitan
yang
dimaksud.
itu berfungsi sebagai pedoman untuk bantuan
pelajaran
antipati untuk mengikuti pembelajaran
pengawasan. Bagi orang tua kurikulum memberikan
tiri”,
mengingat begitu besarnya signifikansi pentingnya
penguasaan bahasa Arab, terutama bagi
pengembangan kurikulum kelas mata
seorang muslim.
pelajaran Bahasa Arab, maka harus
MTs
Negeri
Sumber
Bungur
diakui bahwa realitas di lapangan saat
Pamekasan sebagai salah satu lembaga
ini
pendidikan formal yang dipercaya oleh
menunjukkan
beberapa
hal
diantaranya adalah:
masyarakat, nampaknya ingin menjawab
1) Nilai kemampuan bahasa Arab untuk
problem tersebut dengan melakukan
lulusan MTs dan MA yang masih di
pengembangan kurikulum pembelajaran
bawah standar
Bahasa Arab sebagai upaya penguatan
2) Hasil ujian masuk PTAI menunjukkan hasil sangat
rata-rata tidak
peserta
bagi
siswa
dan
siswa
kelas
Mata
tes
yang
Pelajaran Bahasa Arab, yaitu dengan
memuaskan,
dan
merealisasikan program pengembangan kurikulum bahasa Arab berbasis kelas
25
Robert Zais, Curriculum, Principles, and Foundation (New York: Harper and Row, 1976), hlm. 104.
mata pelajaran yang kemudian diberi istilah kurikulum kelas mata pelajaran
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 267
bahasa Arab.
Langkah ini merupakan
tersedia di lapangan, dan pendekatan
suatu terobosan yang tidak hanya untuk
sentral
menjawab priblematika yang terjadi di
pengembangan
masyarakat tetapi juga out put yang
menggabungkan
dihasilkan
diharapkan
memiliki
tersebut.
kemampuan
berkomunikasi
Bahasa
pendekatan sentral de-sentral antara
Arab dalam pengertian yang utuh, yaitu
pemerintah di pusat sebagai pemilik
kemampuan
kebijakan bekerjasama dengan pihak di
memahami
dan
atau
de-sentral,
yaitu
proses
kurikulum
yang
kedua
Dengan
pendekatan
demikian
menghasilkan teks lisan dan atau tulis
bawah
yang
empat
stakeholder), sesuai dengan fungsi dan
yaitu
perannya masing-masing, berkolaborasi
direalisasikan
dalam
keterampilan
berbahasa,
mendengarkan
(istima’),
berbicara
(sekolah,
guru
dalam
dan
mengembangkan
para
kurikulum
(kalam), membaca (qira’ah) dan menulis
(merancang,
(kitabah).
mengontrol) sesuai dengan kebutuhan
Apa yang dilakukan oleh MTs
melaksanakan,
dan tantangan yang ada di masyarakat.
Negeri Sumber Bungur ini tidak lepas
Dalam konteks ini, MTs. Negeri
dari pendapat para ahli bahwa macam
Sumber Bungur berupaya agar tidak
atau model pengembangan kurikulum
terjebak
ada yang menggunakan pendekatan
administratif
administratif, prosedur
26
yaitu pendekatan atau
pengembangan
pada
pendekatan vis
grass roots
a
vis
dikotomis
pendekatan
karena pengembangan
kurikulum
kurikulum administratif (sentralistik) dan
yang dilakukan oleh suatu tim atau para
atau grass roots memiliki kelemahan.
pejabat tingkat atas sebagai pemilik
Diantara kelemahan model administratif
kebijakan
adalah:
(pengembangan
kurikulum
dari atas ke bawah), pendekatan grass roots,
27
yaitu
suatu
1)
proses
biasanya
didorong
pengalaman
yang
Keinginan oleh
2)
ini
hasil
dirasakan
mengakomodasi
negara
dari keinginan yang muncul dari tingkat (sekolah/guru).
dapat
seluruh keragaman wilayah suatu
pengembangan kurikulum yang diawali bawah
Tidak
Pemahaman
kurikulum
oleh
wilayah
seluruh
nasional tanah
air
memerlukan waktu yang relatif lama
pihak
3)
Penerapan
kurikulum
sentralisasi
sekolah/guru, di mana kurikulum yang
oleh wilayah yang sangat luas akan
sedang
menghadapi banyak hambatan dan
berjalan
dirasakan
terdapat
beberapa masalah atau ketidaksesuaian
kemungkinan penyimpangan.
dengan kebutuhan dan potensi yang
Sedangkan
kelemahan
model
grass
roots adalah: 1)
26
Lihat: Tedjo Narsoyo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 40. 27 Lihat: Ibid., hlm. 46.
Tidak
semua
guru
dan
tenaga
kependidikan memiliki keahlian atau
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 268
2)
kecakapan dalam mengembangkan
jam pelajaran menjadi 8 jam pelajaran
kurikulum
dan mata pelajaran PAI (Fiqh, Qur’an
Kurikulum
yang
kemungkinan 3)
4)
bersifat
lulusannya
lokal
Hadits, Aqidah Akhlak, dan SKI) dari 2
kurang
jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran.
memiliki daya saing secara nasional
Berdasarkan keterangan di atas,
Desain kurikulum sangat beragam,
pelaksanaan kurikulum di MTs Negeri
sehingga berdampak pada kesulitan
Sumber
melakukan pengawasan
terpaku pada kurikulum pusat an sich
Perpindahan
siswa
Pamekasan
tidak
satu
dan juga tidak hanya menggunakan
sekolah/daerah ke daerah lain akan
kurikulum lokal, akan tetapi ada integrasi
menimbulkan kesulitan
kurikulum nasional dan lokal dengan
Pendekatan sebagai
pola
yang
dari
Bungur
sentral-desentral
cara
menambahkan
materi
menggabungkan
penambahan jam pelajaran.
melalui
kedua model (terpusat dan arus bawah), secara teknis masih bisa dilakukan
Faktor Pendukung dan Penghambat
secara bervariasi. Artinya apakah masih
Pelaksanaan Kurikulum Kelas Mata
lebih banyak muatan ke pusat atau ke
Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri
bawah,
Sumber Bungur Pamekasan
atau
mungkin
setengah-
setengah.
Dalam
Menurut
Kemp,
proses
pengembangan
pengembangan
kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa
kurikulum bisa bervariasi yaitu bisa
Arab, MTs Sumber Bungur memiliki
seluruhnya
faktor
atau
sebagian
pendukung
yang
dikembangkan oleh pusat dan sebagian
menunjang
lagi
kelas mata pelajaran bahasa Arab dan
oleh
daerah.
Oleh
karena
itu
mengingat pola yang dikembangkan ini
faktor
menggabungkan keduanya (pusat dan
menghabat
daerah), maka pendekatannya disebut
tersebut.
dengan
manajmen
sentral-desentral. Sebagai
pengembangan
terlaksananya
dapat
penghambat
yang
terlaksananya
Diantara
28
faktor
kurikulum dapat kurikulum
pendukungnya
adalah pertama, motivasi dari Kantor
wujud
pengembangan
Wilayah
Kementerian
Agama
Jawa
kurikulum dengan penedekatan sentral
Timur yang telah memberikan inspirasi
desentral di MTs Negeri Sumber Bungur
melalui
Pamekasan,
terdapat
Shapping School Culture”. Disamping
penambahan jam pelajaran dan materi
itu, mereka juga berpartisipasi aktif
ajar, yaitu bahasa Arab yang semula 3
dalam
maka
buku
yang
berjudul
menunjang
“The
kebijakan
pengembangan kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa Arab.
28
Kemp, Planning and Producing Instructional Media, Fifth Edition. (New York: Harper &Row Publisher, 1985) dalam Suplemen Bahasan Ajar Unit 5 Dikti, hlm. 56-57.
Kedua, Negeri
komitmen
Sumber
Bungur
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 269
Kepala
MTs
Pamekasan
untuk
mengembangkan
kurikulum
kuirikulum.
Kepala
madrasah
dengan sedemikian rupa merupakan
mengemban tugas memimpin. Dalam
modal utama pengembangan kurikulum
hal ini kepala madrasah mengarahkan
di
dan
MTs
Negeri
Pamekasan.
Sumber
Kepala
merupakan
tokoh
Bungur
memberi
komando.
madrasah
mendasar
di
dalam
madrasah
harus
kunci
sini
Hal
adalah
yang kepala
berperan
sebagai
manajemen madrasah. Kebijakan dan
penanggung jawab atas pengembangan
keputusan mengenai berbagai hal ada
kurikulum madrasah.
pada kepala Madrasah. Secara umum,
Sebagai inovator di madrasah,
peran dan fungsi kepala madrasah
kepala
adalah sebagai berikut:
melahirkan ide-ide baru yang kreatif.
Sebagai
harus
mampu
kepala
Pengembangan kurikulum sering kali
atas
bermula dari gagasan kepala madrasah.
Kepala
Mengingat kedudukannya sebagai pihak
madrasah mengkoordinasikan kegiatan
yang mengemban tanggung jawab atas
merencanakan,
mengorganisasikan,
madrasah yang dipimpinnya, maka pada
melaksanakan,
memimpin,
diri kepala madrasah cenderung muncul
mengendalikan
segenap
madrasah
manajer,
madrasah
bertanggung
manajemen
jawab
madrasah.
dan usaha
dorongan-dorongan
untuk
terus
pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
memajukan
aspek perencanaan, kepala madrasah
kewenangan yang dimilikinya, ide-ide
merupakan pelaku yang selalu terlibat
barunya menjadi lebih terbuka untuk
dan bahkan sering menjadi tumpuan
diimplementasikan. Begitu pula dalam
dalam
konteks
kegiatan
perencanaan
dan
madrasah.
Karena
pengembangan
kurikulum
pengembangan kurikulum, mulai dari
madrasah ini. Kepala madrasah harus
konsep hingga hal-hal yang lebih teknis.
mampu manghadirkan inspirasi dan ide
Dalam aspek pengorganisasian, kepala
pembaharuan,
madrasah
madrasah (kurikulum) yang dijalankan
mengorganisasikan
unsur-
unsur, baik unsur manusia maupun
Sebagai
fasilitator,
Madrasah
harus
sinergi antar unsur. Dari sinergi tersebut
kebutuhan
guru
tercipta daya baru dengan kualitas yang
kaitannya
dengan
pengembangan
lebih
pengembangan
kurikulum.
Dalam
pengembangan
Dalam
kurikulum,
kurikulum
bagi
madrasah.
pelaksanaan,
kepala
dan
memenuhi
siswa
pelaksana
dalam
teknis
juga
pengembangan biasanya tidak langsung
sebagai pelaksana lapangan. Ia adalah
oleh kepala madrasah, melainkan oleh
orang
mengkoordinasikan
tim
kurikulum,
demikian,
yang
pengembangan
madrasah
aspek
bisa
Kepala
membangun
bernilai
untuk
program
senantiasa actual atau mutakhir.
unsur non manusia. Unsur-unsur itu diorganisasikan
sehingga
dan
sekaligus menjadikan atau menerapkan
khusus
yang kepala
ditunjuk. madrasah
Namun terus
melakukan komunikasi dengan tim itu
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 270
dan memfasilitasinya untuk mengatasi
Bahasa Arab. Pondok Pesantren adalah
berbagai
muncul.
lingkungan yang menjadi mitra utama
membantu
dalam mengembangkan kurikulum. Hal
melayani
ini dikarenakan muatan kurikulum yang
Kepala
persoalan madrasah
mengatasi
yang harus
persoalan,
konsultasi tim.
sudah
Kesimpulannya Kepala
adalah
Madrasah
berorientasi
mempunyai
kedudukan
strategis
pengembangan
kurikulum.
pemimpin
bahwa
disampaikan pada
memaksimalkan
dalam
sebelumnya, upaya
materi
agama
dan
Bahasa Arab
Sebagai
Kelima, input siswa yang memiliki
ia
pemahaman awal terhadap materi yang
professional,
menerjemahkan perubahan masyarakat
akan
dan kebudayaan, termasuk generasi
pendukung karena mereka akan lebih
muda, ke dalam kurikulum. Dialah tokoh
mudah menyerap materi yang lebih
utama
agar
banyak dan lebih luas dibandingkan
upaya-upaya
dengan materi yang ada pada kelas-
pengembangan, baik bagi diri guru
kelas yang lain. Dalam hal ini, untuk
maupun tugas keguruannya. Karena itu,
menjaring
kepala Madrasah perlu mempunyai latar
kemampuan
belakang yang mendalam tentang teori
seleksi masuk dan ketentuan nilai 75
dan
untuk mata pelajaran PAI dan Bahasa
yang
mendorong
senantiasa
melakukan
praktik
guru
kurikulum.
Perubahan
kurikulum hanya akan berjalan dengan dukungan Madrasah.
dan Ia
dorongan
dapat
di
kepala
siswa awal,
Kemudian
membangkitkan
penghambat kelas
madrasahnya.
adalah: kompetensi
menjadi
faktor
yang
memiliki
maka
dilakukan
Arab.
atau mematikan perubahan kurikulum di Ketiga,
sajikan
profesional
mata
yang
menjadi faktor
pelaksanaan pelajaran
Pertama,
tidak
kurikulum
Bahasa adanya
Arab alokasi
guru kelas mata pelajaran Bahasa Arab
dana khusus sehingga guru pengajar
cukup menunjang terlaksananya proses
tidak mendapatkan insentif walaupun
pembelajaran
yang
memiliki tugas yang lebih. Kemudian
dikarenakan
peran
ideal. guru
Hal
ini
dalam
pengadaan
kelas
yang
representatif
administrasi kurikulum cukup signifikan
masih menjadi kendala karena minimnya
terutama dalam penyusunan silabus dan
alokasi dana yang disediakan.
RPP.
Kedua, tidak semua guru memiliki Keempat,
eksistensi
pesantren
kemampuan
yang
maksimal
dalam
sumber bungur sebagai lembaga yang
melakukan penyusunan kurikulum. Oleh
menguatkan proses pembelajaran siswa
karenanya, madrasah berupaya untuk
dan memberikan pemahaman awal pada
memberikan
siswa tentang materi ajar yang terdapat
mendatangkan pakar karena sampai
dalam kurikulum kelas mata pelajaran
saat ini masih belum ada panduan
fasilitas
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 271
untuk
maupun
penyelenggaraan
Ketiga, tidak semua guru memiliki
kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Di
kesiapan untuk mengajar di kelas mata
antara kesulitan yang dialami dalam
pelajaran
penyusunan kurikulum adalah: bidang
adanya
cakupan,
pedoman
29
relevansi,
pengintegrasian, kontinuitas,
34
30
32
artikulasi,
kemampuan transfer.
35
Arab
persyaratan
mengingat
yang
tidak
31
semuanya dimiliki oleh setiap guru,
33
misalnya
keseimbangan, rangkaian,
Bahasa
dan
pernah
mengenyam
pendidikan di Pesantren.
36
Keempat, tidak sedikit siswa yang merasa jenuh ketika belajar di kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Hal ini
29
dikarenakan banyaknya jam pelajaran
Bidang cakupan kurikulum meliputi keluasan topik, pengalaman belajar, aktivitas, pengorganisasian unsur-unsur kurikulum serta hubungan pengintegrasian dan pengorganisasian berbagai unsur-unsur kurikulum tersebut. Dengan kata lain cakupan mengacu pada apa unsurunsur kurikulum, apa pengelolaan dan hubungan peintegrasian unsur-unsur kurikulum. 30 Relevansi adalah menyangkut kegunaan dan kebermaknaan suatu kurikulum bagi orang, masyarakat, dan bangsa. Artinya bahwa kurikulum perlu dikembangkan agar memiliki kegunaan dan kebermaknaan bagi orang, masyarakat, dan bangsa. 31 Memenuhi variabel, diantaranya adalah: kurikulum yang berpusan pada siswa, kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat, pendidikan umum dan pendidikan khusus, luas dan dalamnya kurikulum, domain kognitif, afektif dan psikomotor, pendidikan individual dan masyarakat dll. 32 Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan pemaduan, penggabungan dan penyatuan antar disiplin ilmu. Namun demikian hal ini bukanlah menjadi keharusan, bergantung pada filosofi yang dijadikan pendangan dalam pengembangan kurikulum 33 Sekuen adalah susunan atau urutan pengelompokkan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan kurikulum. Pengembang kurikulum perlu memperhatikan rangkaian unsur-unsur kurikulum. 34 Makna kontinuitas adalah pengulangan vertikal, yang kompleks dan canggih dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Pengulangan tidak hanya berarti pengulangan konten pembelajaran, namun sebagai pengulangan unsur-unsur kurikulum. 35 Artikulasi adalah pertautan horisontal atau korelasi antara unsur atau kelompok lintas tingkatan sekolah. Dengan kata lain artikulasi
yang
harus
pelajaran
dilewati
Bahasa
terutama Arab
dan
mata PAI.
Sehingga apabila ditotal, pada kelas yang lain hanya 11 jam pelajaran untuk mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab menjadi 24 jam pelajaran pada kelas mata pelajaran bahasa Arab. Secara
sederhana,
faktor
penghambat pelaksanaan kurikulum di sekolah maupun madrasah yang ada di Indonesia adalah: a) Pada
guru
:
guru
kurang
berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal yaitu
kurang
sesuaian
waktu,
pendapat,
kekurang
baik
dengan
sesama guru maupun kepala sekolah & administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri
merupakan sekuens unit-unit pembelajaran secara lintas tingkatan 36 Pengembang kurikulum perlu memperhatikan unsur-unsur yang perlu ditransfer. Untuk itu pengembang kurikulum perlu menentukan tujuan, menyeleksi isi atau materi dan meyeleksi strategi pembelajaran yang mengarah pada pendayagunaan proses transfer secara maksimal
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 272
b) Dari
masyarakat
:
untuk
pelajaran
bahasa
Arab.
Model
kurikulum
yang
pengembangan kurikulum dibutuhkan
pengembangan
dukungan masyarakat, baik dalam
digunakan adalah sentral de-sentral,
pembiayaan
yaitu
maupun
dalam
proses
pengembangan
memberikan umpan balik terhadap
kurikulum yang menggabungkan dua
sistem pendidikan ataupun kurikulum
pendekatan
yang sedang berjalan. Masyarakat
pendekatan
adalah sumber input dari sekolah.
Pengembangan
c) Masalah biaya: untuk pengembangan kurikulum
untuk
grass
dan roots.
kurikulum
ini
dimanifestasikan pada penambahan
kegiatan
jam pelajaran dan materi ajar, yaitu
eksperimen baik metode isi atau
pada mata pelajaran PAI dan Bahasa
sistem
keseluruhan
Arab yang semula hanya 11 jam
membutuhkan biaya yang sering tidak
pelajaran menjadi 24 jam pelajaran.
sedikit.
Penambahan jam ini digunakan untuk
d) Kepala
apalagi
administratif
secara
sekolah
seharusnya
:
dalam
hal
kepala
ini
mengkaji ilmu nahwu, shorrof, tafsir,
sekolah
dan kitab klasik lainnya.
mempunyai latar belakang mendalam
2. Di
antara 1)
faktor
pendukungnya
tentang teori dan praktek kurikulum.
adalah:
Motivasi
dari
Kantor
Kepala sekolah merupakan peranan
Wilayah Kementerian Agama Jawa
yang penting dalam pengembangna
Timur, 2) Komitmen Kepala MTs
kurikulum.
Negeri Sumber Bungur Pamekasan
e) Birokrasi : terdiri dari para inspeksi di
untuk mengembangkan kurikulum, 3)
Kanwil dan juga orang tua maupun
Kompetensi profesional guru kelas
tokoh-
Kepala
mata pelajaran Bahasa Arab, 4)
dapat
Eksistensi pesantren sumber bungur
patokan
sebagai lembaga yang menguatkan
tokoh
sekolah
dan
bekerja
dalam
masyarakat. stafnya
tidak
kerangka
yang ditetapkan oleh Depdikbud.
proses pembelajaran, dan 5) Input siswa
Penutup
memiliki
pemahaman
awal terhadap materi yang akan di
1. Kurikulum Bahasa
kelas Arab
mata pada
mengembangkan dengan
yang
pesantren.
sajikan.
dasarnya
penghambatnya
kurikulum
menekankan
kebutuhan
pelajaran
pada
masyarakat MTs
Negeri
Sedangkan adalah:
faktor 1)
Tidak
2006
adanya alokasi dana khusus, 2) Tidak
aspek
semua guru memiliki kemampuan
dan
yang
Sumber
maksimal dalam
penyusunan
kurikulum,
melakukan 3)
Tidak
Bungur mengembangkan kurikulum
meratanya kemampuan guru untuk
bahasa Arab berbasis kelas mata
mengajar di kelas mata pelajaran
pelajaran yang kemudian diistilahkan
Bahasa Arab, dan 4) Tidak sedikit
dengan
siswa yang merasa jenuh ketika
kurikulum
kelas
mata
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 273
belajar
di
kelas
mata
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
pelajaran
Bahasa Arab karena banyaknya jam pelajaran yang disajikan.
Direktorat Jenderal Kementerian Undang Pemerintah Pendidikan, 2006)
Daftar Pustaka Abd. al-Rahman dan Ahmad Usman, Manahij al-Bahts al-‘ilm wa turuq al-kitabah, (Beirut: Dar al-Fikr t.t.)
Elliot, Educational Psycology Effective Teaching, Efective Learning (Singapore: Brown and Bencmark Publisher, 1999)
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989)
Afandi, A. Khozin, ed., Berpikir Teoritis Merancang Proposal (Surabaya:
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Amiroh, Ibrahim Basuni, aL Manhaj wa Anasiruhu (Kairo: Dar al Ma’arif, 1991)
---------------------, Manajemen Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006)
Arif, Saiful, Pengembangan Kurikulum (Pamekasan: STAIN Press, 2010) Arifin, Imron, ed., Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan keagamaan (Malang: Kalimasahada Press, 1996)
Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Quantum Teaching, 2005)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina Aksara,1989)
Meleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) Pascasarjana IAIN Sunan Surabaya, 2006)
Pendidikan Islam Agama, Undangdan Peraturan RI tentang (Jakarta: Depag,
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)
Ampel
Muhammad, Ali Ismail, al Manhaj fi al Lughah al ‘Arabiyah (Kairo: Maktabah Wahbah, 1997)
Basrowi dan Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan Cendekia, 2002)
Nasution, S., Metode Naturalistik-Kualitatif Tarsito, 1988)
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 274
Penelitian (Bandung:
---------------, Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993)
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
Narsoyo, Tedjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: Refika Aditama, 2010)
Suparno, Membangun Belajar (Jakarta: Depdiknas, 2001)
Paterson, Kent D. and Deal, Terrence E., The Shaping School Culture Field Book (San Francisco: Wiley Company, 2002) Qosim,
Kompetensi Dirjen Dikti
Suprayogo, Imam, Tobrini, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001)
Mohammad, ed., Pondok Pesantren di Pamekasan; Pertumbuhan dan Perkembangannya (Pamekasan: P3M, 2002)
Syarief, A. Hamid, Pengenalan Kurikulum Madrasah dan Sekolah, (Bandung: Citra Umbara, 1995)
Royyan, Fikri Hasan, Takhtitu al Manahij al Dirosiyah wa Tadruha (Kuwait: Maktabah al Fallah, 1986)
Yuwana, Seya, Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001)
OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 275