PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PROSES PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (Penelitian di TK Nurul Waro Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta)
Oleh: Reni Maryani PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH ABSTRAK Penelitian ini bermula dari fenomena rendahnya kreativitas anak TK Nurul Waro Desa Panyindangan. Hal ini mengindikasikan belum optimalnya pembelajaran yang dilakukan guru dalam upaya mengembangkan kreativitas anak. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kondisi objektif pembelajaran TK Nurul Waro, usaha dan strategi, hasil yang dicapai, dan kesulitan yang dilalami oleh guru dalam mengembangkan kreativitas anak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sampel sebagai sumber datanya berjumlah delapan orang. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun prosedur pengolahan datanya menempuh langkah telaah data, reduksi data, kategorisasi data, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh deskripsi bahwa pembelajaran di TK Nurul Waro dilaksanakan setiap hari dari pukul 08.00 sampai pukul 10.00. Pada proses pembelajaran, guru menyusun SKM dan SKH. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media sederhana. Metode yang digunakan demontrasi dan latihan. Teknik yang digunakan adalah bermain dan bernyanyi. Usaha-usaha dan strategi yang dilakukan guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, membagi anak ke dalam kelompok, menilai hasil pekerjaan anak, menggunakan metode dan alat pembelajaran sesuai tema materi yang diberikan, dan menggunakan teknik bermain dan bernyanyi. Hasil yang dicapai dalam pengembangan kreativitas ditandai dengan anak telah mampu menguasai konsep sederhana tentang sesuatu, mewarnai dan menggambar sederhana, berkomunikasi aktif dengan teman sebaya dan guru di kelas, mengenal pencipta dirinya dan makhluk lainnya serta ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata dan perbuatan. Kesulitan yang dialami adalah belum mandirinya anak karena harus disertai orang tua dan kurangnya fasilitas permainan untuk pembelajaran dalam menumbuhkan kreativitas anak. Masalah penelitian yang timbul kesulitan yang dialami guru. Padahal kemandirian anak dan lengkapnya fasilitas permainan, merupakan potensi dan membantu guru dalam mengembangkan kreativitas anak. Pemecahannya adalah mengintensifkan sosialisasi kepada orang tua untuk memaksimalkan peran orang tua dalam membentuk kemandirian anak dan bekerjasama dengan pengelola, masyarakat, dan UPTD Pendidikan Kecamatan untuk mengajukan permohonan pengadaan fasilitas pembelajaran, terutama berkaitan dengan fasilitas permainan.
Kata Kunci : Pengembangan Kreativitas Anak melelui proses pembelajaran PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membimbing manusia mencapai tingkat kedewasaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi setiap manusia, baik muda maupun tua. Termasuk sangat penting adanya pendidikan bagi anak. Pentingnya pendidikan bagi anak usia dini ini telah dibahas dalam Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakkar Senegal. Dalam pertemuan itu disepakati enam kesepakatan yaitu: 1. Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung; 2. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam kedaan sulit dan mereka yang termasuk suku minoritas, memiliki kesempatan
mendapatkan pendidikan dasar yang lengkap, bebas, dan wajib dengan kualitas yang baik; 3. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan keterampilan hidup yang sesuai; 4. Mencapai 50% pada tingkat kenir-aksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan kesempatan yang sama untuk pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang; 5. Menghapus perbedaan gender di pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2015 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan satu fokus menjamin akses/kesempatan yang penuh dan sama dan prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik; dan
6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, agar hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, kemampuan berhitung dan keterampilan hidup yang terpenting (UNESCO, 2002:84). Apabila melihat isi enam kesepakatan itu, kesepakatan nomor satu secara jelas menekankan pentingnya penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Artinya pula pengembangan kreativitas pada usia pra-sekolah ini sangatlah penting. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Benjamin Bloom (Diktentis, 2003:1) mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Hal tersebut diartikan bahwa apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara sempurna. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini ini sangat penting sebagai lingkungan tempat dimana anak tersebut mengembangkan potensi otaknya. Hasil penelitian di lembaga Baylor College of Medicine dalam Diktentis (2003:1) menyebutkan bahwa lingkungan memberi peran sangat besar dalam pembentukkan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Uraian di atas memperlihatkan bahwa pendidikan untuk anak usia dini sangat penting dilakukan. Namun sungguh memprihatinkan bahwa data tahun 2001 rasio jumlah anak usia dini dengan sekolah untuk anak usia dini ini sangat tidak seimbang. Jalal (2003:20) mengemukakan jumlah anak usia 0-6 tahun pada tahun 2001yang telah mendapatkan layanan pendidikan baru mencapai 7.347.240 anak atau sekira 28%. Khusus untuk anak usia 4-6 tahun masih sekitar 10,2 juta anak atau sekira 83,8% yang belum mendapat pendidikan. Hurlock (1999:27) mengemukakan bahwa terdapat empat pembuktian yang membenarkan pendapat bahwa pendidikan taman kanak-kanak merupakan dasar dan cenderung mempengaruhi perilaku anak sepanjang hidupnya, yakni: (1) hasil pembelajaran dan pengalaman semakin memainkan peran dominan dalam perkembangan dengan bertambahnya usia anak; (2) dasar awal cepat berkembang menjadi pola-pola kebiasaan; (3) anakanak tidak melepas ciri bawaannya yang tidak disukai dengan bertambahnya usia mereka; dan (4) semakin cepat perubahan dibuat semakin mudah bagi anak mengadakan perubahan itu. Kreativitas merupakan suatu potensi besar yang dimiliki anak yang harus dikembangkan. Munandar (2004:31-32) mengemukakan pentingnya pengembangan kreativitas anak: (1) kreasi dapat mewujudkan mengaktualisasikan diri; (2) kreativitas
merupakan cerminan berpikir kreatif anak; (3) kreativitas dapat bermanfaat bagi lingkungan sosial; dan (4) kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup. Fenomena rendahnya kreativitas anak terjadi di TK Nurul Waro Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Hal tersebut mengindikasikan masalah sebagai berikut: 1. Terdapat kecenderungan pada umumnya dinamika aktivitas belajar peserta didik relative sangat tergantung terhadap guru. 2. Alat edukatif yang tersedia relative belum menumbuhkan motivasi belajar kreatif pada diri siswa. 3. Latar belakang peserta didik pada umumnya memiliki karakter yang seragam karena meniru kebiasaan orang tua yang kurang membingbing ke arah kreativitas. Alasan dan Kegunaan Penelitian 1. Alasan Penelitian Alasan dilakukannya penelitian ini adalah adanya permasalahan yakni rendahnya kreativitas anak TK Nurul Waro Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Hal tersebut mengindikasikan belum optimalnya proses pembelajaran oleh tutor. Oleh karena itu, penelitian ini harus dilakukan agar proses pembelajaran dapat dilakukan secara optimal bagi pengembangan kreativitas anak. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Aspek Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi aspek keilmuan, terutama tentang teori peningkatan mutu pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak. b. Bagi Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi aspek praktis terutama bagi: (1) para guru agar senantiasa memiliki inovasiinovasi dalam proses pembelajaran sehingga mampu mengembangkan kreativitas anak; (2) para orang tua peserta didik, agar mampu memotivasi anak agar memiliki kreativitas yang tinggi. c. Bagi penelitian lebih lanjut Kreativitas merupakan keadaan jiwa yang sangat rumit dan kompleks. Bukan hanya pengaruh dari guru, namun pola asuh orang orang tua di keluarga memegang peranan penting. Dengan demikian penulis merekomendasikan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kreativitas anak.
Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian 1. Metode Penelitian Berdasar pada uraian di atas, tujuan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik kuantitatif dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap pokok permasalahan penelitian mengenai pengembangan kreativitas anak melalui proses pembelajaran di pendidikan TK Nurul Waro Desa Panyindangan Kecamaan Sukatani Kabupaten Purwakarta. 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Terdapat tiga teknik dalam penelitian ini yang bertujuan untuk memperoleh data. a. Observasi b. Angket c. Wawancara d. Teknik Dokumentasi Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh komponen yang terlibat pada TK Nurul Waro Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta yang berjumlah 73 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah empat (4) orang yang terdiri dari tiga (3) orang guru dan satu (1) pengelola. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Uzer Usman (1998:34) proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah sebuah kegiatan integral (utuh terpadu) dan disengaja antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, yaitu adanya perubahan tingkah laku. Tingkah laku mencakup pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Setiap perilaku yang nampak dan tidak nampak. Perilaku yang biasa diamati disebut berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu atau melakukan perbuatan, sedangkan perilaku yang tidak nampak disebut kecendrungan prilaku seperti, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Hal ini merupakan kecendrungan perilaku saja.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi keberlangsungan pembelajaran, yakni: a. Guru dalam Pembelajaran b. Siswa dalam Pembelajaran c. Kurikulum dalam Proses Pembelajaran Nana Sudjana (1999:2-3) berpendapat bahwa kurikulum adalah program belajar atau dokumen yang berisikan hasil belajar yang diniati (diharapkan dimiliki siswa) di bawah tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, program belajar masih bersifat umum yang memerlukan penjabaran lebih lanjut oleh guru sebelum diberikan kepada siswa melalui proses pengajaran. 3. Komponen dalam Proses Pembelajaran Proses pembelajaran memiliki empat komponen yaitu: tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilain. Keempat komponen tersebut, tidak berdiri sendiri, tapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Pertama, Tujuan. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan langkah pertama yang harus diteparkan dalam proses belajar mengajar. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan-kamampun yang harus dicapai dan dimilk,i pesesrta didik setelah menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Kedua, Materi. Dari tujuan yang jelas dan oprasional dapat diterapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan pengajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapainya isi tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki peserta didik. Ketiga, Metode dan Alat. Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat yang digunakan dalam proses belajar, harus betul-betul efektif dan efesein. Karena metode dan alat tersebut berfungsi sebagai media tranformasi pelajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai, metode dan alat pengajaran dapat mempengaruhi hasil atau prestasi belajar peserta didik (Thabrani Rusyan, 1999:28-29). 4. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran Ada dua sudut pandang pengajaran dikatakan berhasil yaitu: a. Kriteria ditinjau dari sudut proses; menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa,
sebagai subyek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri, dan tujuan yang ditetapkan tercapai secara efektif. Kriteria kebehasilan pengajaran dipandang dari sudut proses b. Kriteria ditinjau dari sudut dan produk; ada kolerasi antara proses dan pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula produk dari pengajaran itu. Kriteria keberhasilan ditinjau dari sudut produk: 1) Adanya perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehenshif) dari unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2) Hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran mempunyai daya guna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, terutama dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. 3) Hasil belajar yang diperoleh siswa lama diingat dan mengendap dalam pikirannya serta cukup mempengaruhi prilaku dirinya. 4) Perubahan yang ditunjukan oleh siswa, merupakan akibat dari proses dari pengajaran. A. Konsep Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Menurut Haefele seperti yang dikutip oleh Utami Munandar (2002:28) bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Hal senada juga disampaikan oleh Mead seperti yang dikutip oleh Hasan Langgulung (1991:174) bahwa kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seseorang, yang menyebabkan ia mencipta sesuatu yang baru baginya. Sedangkan menurut Julius Chandra (1994:17) kreativitas adalah kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran, dan tepat guna. Ciri-ciri kreativitas ditandai dengan : a. Rasa ingin tahu yang mendalam, b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik, c. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, d. Bebas dalam menyatakan pendapat, e. Mempunyai rasa keindahan yang dalam, f. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah (Utami Munandar, 2004:71). 2. Faktor-Faktor Pendorong Kreativitas Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995:2). Untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan, maka peserta didik harus mempunyai semangat dan kreativitas yang tinggi agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Semangat dan kreativitas belajar seseorang berbeda-beda, tergantung kepada dorongan yang mempengaruhinya. Dorongan tersebut bisa datang dari dalam dirinya (motivasi intrinsik, misalnya bakat, minat, intelegensi), dan juga dorongan dari luar dirinya (motivasi Ekstrinsik, misalnya lingkungan) (Dedi Supriadi, 1994:20). a. Menciptakan Lingkungan Belajar b. Menata Kehidupan Kelompok c. Menilai Kemajuan Siswa Penilaian harus berlangsung terus menerus. Caranya bisa formal atau informal. Cara formal antara lain dengan menyajikan tes buatan guru, observasi, wawancara. Cara informal dengan melihat catatan harian siswa, tatap muka pada setiap pertemuan (Cece Wijaya dan Thabrani Rusyan, 1994:120-126). 3. Membangkitkan Kreativitas Peserta Didik a. Pengaturan Ruang Kelas b. Strategi Mengajar 4. Teknik-Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas Belajar a. Melakukan Pendekatan Inquiry (Pencaritahuan) b. Menggunakan Teknik Sumbang Saran c. Memberikan Penghargaan Bagi Prestasi Kreatif d. Meningkatkan Pemikiran Kreatif Melalui Banyak Media B. Konsep Taman Kanak-kanak (TK) 1. Pengertian TK Pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan penyelenggaraan pendidikan anak yang termasuk pada pendidikan anak usia dini. Sebagaimana termaktub dalam penjelasan Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat (3) bahwa pendidikan taman Kanak-kanak menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Wiryasumarta (2003:47-53) menggolongkan usia TK adalah antara usia 4 sampai 6 tahun. Usia itu, mengingat kini usia anak masuk sekolah dasar minimal 7 tahun. Dalam pada itu, beliau menggolongkan usia ini pada pendidikan prasekolah. Oleh karena itu, menurutnya, di TK yang harus diprioritaskan adalah pengembangan potensi, bukanlah untuk menekan agar anak pandai membaca, menulis, dan berhitung. Jadi, TK itu bukan sekolah, melainkan taman tempat anak-anak berumur 4-6
tahun bermain. Dengan demikian, bermain bagi anak TK merupakan belajar, sebagai persiapan untuk bergaul dalam lingkungannya dan untuk memasuki sekolah dasar. 2. Usia TK adalah Usia Emas Usia TK merupakan masa emas, di mana perkembangan fisik, motorik, emosional, bahasa, dan sosial berlangsung cepat. Dari lahir sampai kurang lebih dua tahun perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya. Di sini, dibutuhkan perlindungan orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatannya. Usia 35 tahun ditandai dengan usaha untuk mencapai kemandirian dan sosialisasi. Menurut Fawzia (2003:28) bahwa pentingnya pendidikan pada ataman kanak-kanak adalah: a. Perkembangan fisik bertujuan: 1) Mampu mengontrol gerakan kasar secara sadar dan untuk keseimbangan; 2) Mampu mengontrol gerakan halus. b. Perkembangan sosial-ekonomi bertujuan: 1) Mengetahui diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang dewasa; 2) Bertanggung jawab terhdap diri sendiri maupun orang lain; 3) Berperilaku sesuai dengan perilaku prososial. c. Perkembangan kognitif yang bertujuan: 1) Belajar memecahkan masalah; 2) Berpikir logis. d. Perkembangan bahasa yang bertujuan: 1) Mampu mendengar secara aktif dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa; 2) Memahami bahwa segala sesuatu dapat diwakilkan dengan tulisan dan dapat dibaca, mengetahui abjad, menulis angka, dan huruf. 2. Pentingnya Pendidikan Pra-sekolah Benjamin Bloom dikutip Siskandar (2003:22) mengemukakan bahwa perkembangan mental yaitu perkembangan intelegensi, kepribadian, dan tingkah laku sosial sangat pesat ketika anak masih berusia dini. Separuh dari perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum anak berusia 4 tahun. Carnegie Ask Force dikutip Siskandar (2003:23-24) mengemukakan secar rinci perlunya pendidikan anak usia dini: a. Perkembangan otak anak sebelum satu tahun lebih cepat dan ekstensif dari yang diketahui sebelumnya, walaupun
pembentukkan otak telah lengkap sebelum anak lahir, tetapi kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir. b. Perkembangan otak anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan diketahui sebelumnya. Gizi yang tidak layak pada masa kehamilan dan tahun pertama kelahiran secara serius dapat menyebabkan kecacatan syaraf dan tingkah laku anak, seperti kesulitan belajar atau keterbelakangan mental. c. Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak berdampak lama. Terdapat bukti bahwa bayi yang diberik gizi baik, mainan, dan teman bermain, fungsi otaknya lebih baik daripada anak yang mendapatkan stimulasi lingkungan yang baik. d. Lingkungan tidak saja menyebabkan penambahan jumlah hubungan antar sel, tetapi juga bagaimana hubungan antar sel otak tersebut terjadi proses pemerkayaan di masa usia dini dan diperluas pengalaman sensorik anak dengan dunia luar. e. Stres pada usia dini dapat merusak secara permanen fungsi otak anak, cara belajarnya dan memorinya. Penelitian sebelumnya menunjukkan anak yang stress dalam perkembangan kognitif, tingkah laku, dan emosialnya akan mengalami kesulitan di kemudian hari. 3. Strategi Pembelajaran di TK Pentingnya hal itu, Kartini Kartono (1995:vii) mengemukakan bahwa pengalamanpengalaman pada masa anak-anak itu merupakan landasan dasar bagi bentuk kepribadian kita pada saat sekarang. Lebih dari itu, diri anak yang pernah kita alami di masa dahulu, pada hakikatnya masih ada dan masih melekat pada masa sekarang. Taman kanak-kanak adalah dunia bermain untuk anak-anak. Oleh karena itu, pendidikan di TK dilaksanakan dengan teknik bermain. Dengan bermain, banyak hal yang dapat diajarkan kepada anak tanpa memberatkan mereka. Macam jenis permainan di TK adalah: a. Permainan aktif, yakni permainan ini berupa kegiatan berlari-lari, melompat, meluncur, naik turun tangga, meniti balok, bermain ayunan, bermain bola, dan sebagainya. b. Permainan konstruktif, yakni permainan yang dilakukan dengan teknik membangun, antara lain menyusun balok-balok kayu, membuat rumahrumahan, bermain lego, bermain puzzle, dan lainlain.
c. Permainan kreatif, yakni permainan untuk mengembangkan daya cipta anak, antara lain dengan menggambar dengan pensil warna/cat air, menggunting dan menempel, mencocokkan, membentuk sesuatu dari lempung, melipat kertas, dan lain-lain. d. Permainan imajinatif, yakni permaianan melatih anak bermain peran tertentu yang dikagumi, misalnya berperan sebagai dokter-pasien dan lain-lain. C. Konsep TK sebagai Bentuk PLS Mengenai pendidikan nonformal, termaktub dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nonformal diselenggrakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Melihat demikian, sangat jelas bahwa pendidikan pada taman kanak-kanak memiliki peran dan fungsi strategis dalam memupuk keterampilan dan mengembangkan potensi diri ke arah pembentukkan perilaku bagi kehidupan masa depan. Mempersiapkan pendidikan sejak dini, dalam sudut pandang teori apapun harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. PEMBAHASAN Desa Panyindangan merupakan desa terluas di kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Luas desa ini 1,853 Ha, dengan pembagian luas wilayah daratan yaitu 1.425,5 Ha dan persawahan seluas 371 Ha. a. Kependudukan Jumlah penduduk 5.314 jiwa dan terdapat 1.339 keluarga. Dengan deskripsi: TABEL 1 KEADAAN PENDUDUK DESA PANYINDANGAN
Penduduk
Jumlah/orang
Penduduk lakilaki Penduduk perempuan Total
2,754 jiwa
Persentase (%) 51,43
2.560 jiwa
48,57
5.314 jiwa
100
Dari data di atas dapat ditafsirkan bahwa penduduk laki-laki Desa Panyindangan lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan. Namun, jumlah tersebut tidaklah jauh berbeda. b. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Desa Panyindangan masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh penulis dalam tabel di bawah ini:
TABEL 2 TINGKAT PINDIDIKAN PENDUDUK DESA PANYINDANGAN
No 1 2
Tingkat Pendidikan SD SMP
Jumlah/ Orang 985 180
3
SMA 98 Adapun sarana pendidikan yang terdapat di Desa Panyindangan adalah: TABEL 3 SARANA PENDIDIKAN
Sekolah SD 1 Panyindangan SD 2 Panyindangan SD 3 Panyindangan SD 4 Panyindangan SLTP 1 (satu atap) SLTP 2 (terbuka)
Alamat Terletak di RW 1 Terletak di RW 07 Tegalmalaka Terletak di RW 6 Citerbang Panunggal Terletak di RW 07 Tegalmalaka Panunggal
1. Gambaran Khusus TK Nurul Waro Desa Panyindangan Kampung Payindangan adalah kampung yang jauh dari keramaian kota. Sehingga, untuk mendapatkan pendidikan yang layak, sangat sulit dirasakan warga, terlebih bagi orang tua yang ingin mendidik anaknya secara intensif di lembaga yang profesional. Dari kondisi itulah, warga dan tokoh masyarakat, disertai dukungan dari pemerintah setempat bermusyawarah untuk mendirikan lembaga yang berperan mendidik anak pra sekolah. Berkat kerja keras itulah, maka pada tanggal 28 September 2008 berdiri TK Nurul Waro yang bertempat di Kampung Panyindangan Desa Sukatani Kabupaten Purwakarta. Susunan pengurus dan sekaligus pengajar TK Nurul Waro adalah: a. Pimpinan : Ustadz Iyad b. Sekretaris : Desi dan Ai Maryani c. Bendahara : Iyan Tujuan didirikannya TK Nurul Waro Desa Panyindangan adalah: 1) Menambah minat anak khususnya di bidang pendidikan; 2) Meningkatkan keterampilan anak; 3) Menambah aktivitas dan kreativitas anak. Dalam pembelajarannya, pengajaran di TK Nurul Waro untuk mewujudkan tujuan di atas adalah 75% bermain. Hingga kini, keberadaan TK Nurul Waro menjadi primadona masyarakat, karena menjadi satu-satunya lembaga pendidikan bagi anak pra sekolah yang ada di kampung tersebut. Mengenai kesejahteraan guru, honorarium di TK Nurul Waro bagi pengelola dan guru sangat mengandalkan iuran dari orang tua. Namun karena
kondisi ekonomi orang tua yang lemah, terkadang, pengelola dan guru, tidak menerima honorarium yang pantas. Namun demikian, adanya respon warga dan minat anak dengan jumlah partisipasi yang sangat baik, merupakan modal besar bagi kemajuan TK Nurul Waro ke depan (Ustadz Iyad, Pengelola TK Nurul Waro, wawancara mendalam, 4 November 2010). A. Hasil Analisis Data 1. Kondisi Objektif Pembelajaran oleh Guru di TK Nurul Waro Desa Panyindangan Untuk mengungkap kondisi objektif pembelajaran di TK Nurul Waro Desa Panyindangan, penulis mengajukan beberapa pertanyaan dalam angket penelitian sebagai berikut: Angket nomor 1 penulis mengajukan pertanyaan: Apakah pembelajaran di TK Nurul Waro dilaksanakan setiap hari? Data yang diperoleh adalah: Dapat ditafsirkan bahwa seluruh responden menjawab pembelajaran di TK Nurul Waro dilaksanakan setiap hari (100%). Sedangkan pilihan jawaban tidak, tidak diperoleh jawaban (0%). TABEL 5 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI TK NURUL WARO
Pilihan Jawaban
Frekuensi Persentase Jawaban Jawaban a. Ya 4 100 b. Tidak 0 0 Total 4 100 Dapat ditafsirkan seluruh responden menjawab bahwa untuk mengembangkan kreativitas anak, materi tentang diri dan kesehatan diri diberikan pada pembelajaran di TK Nurul Waro (100%). Sedangkan pilihan jawaban tidak, tidak diperoleh jawaban (0%). TABEL 6 PENGEMBANGAN KREATIVITAS DIRI DENGAN MATERI TENTANG DIRI DAN KESEHATAN DIRI
Pilihan Jawaban
Frekuensi Persentase Jawaban Jawaban a. Ya 4 100 b. Tidak 0 0 Total 4 100 Dapat ditafsirkan seluruh responden menjawab bahwa untuk mengembangkan kreativitas anak, materi tentang sosial dan lingkungan alam diberikan pada pembelajaran di TK Nurul Waro (100%). Sedangkan pilihan jawaban tidak, tidak diperoleh jawaban (0%). TABEL 7 PENGEMBANGAN KREATIVITAS SOSIAL DAN PEDULI TERHADAP ALAM
Pilihan Jawaban a. Ya
Frekuensi Jawaban 4
Persentase Jawaban 100
b. Tidak 0 0 Total 4 100 Pembelajaran di TK Nurul Waro dilaksanakan setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00 pagi. Pembelajaran dilakukan di dalam kelas, namun sesekali dilakukan di luar kelas. Dari segi materi, pembelajaran di TK Nurul Waro diberikan materi yang sifatnya dasar dan bertujuan untuk mengenalkan kepada anak, seperti: a. Dasar mengenal diri; b. Dasar mengenal kesehatan diri; c. Dasar mengenal lingkungan, baik sosial maupun alam; dan d. Dasar mengenal agama. Agar lebih mendeskripsikan bagaimana kondisi objektif pembelajaran yang dilakukan di TK Nurul Waro dapat dilihat dari aspek perencanaan dan kegiatan pembelajaran. Mendeskripsikan ke dua aspek ini pada gilirannya dapat menggambarkan keseluruhan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, terutama berkaitan dengan pengembangan kreativitas anak. 1) Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) 2) Satuan Kegiatan Harian Dari deskripsi di atas diperoleh gambaran bahwa guru TK Nurul Waro telah pula menyusun perencanaan pembelajaran dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). Dengan demikian dari SKM dan SKH yang dibuat menandakan bahwa guru di TK Nurul Waro telah mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan disusunnya SKM dan SKH. Adapun untuk mengetahui secara lengkap pembelajaran yang dilakukan, penulis mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. a. Kegiatan pembelajaran Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran (4 November 2010) diperoleh bahwa dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran, guru TK Nurul Waro menempuh langkah berikut: 1) Pukul 07.50, seluruh anak sudah berbaris di luar kelas. Terlihat anak berbaris dibimbing oleh Ibu Desi dan Ibu Ai Maryani. Satu persatu anak diperiksa kesehatannya, seperti kerapihan pakaian dan kuku. 2) Setelah beres satu persatu anak memasuki kelas, duduk sedekap di tempat duduk masingmasing. 3) Dibimbing guru, anak-anak membaca doa sebelum belajar. 4) Dibimbing guru, anak-anak menyanyikan lagu” cicak-cicak di dinding” dan lagu “suara binatang”. “Cicak-cicak di dinding”
Cicak-cicak di dinding Diam-diam merayap Datang seekor nyamuk Hup…lalu ditangkap 2X Kemudian menyanyikan lagu “Suara Binatang”: “Suara Binatang” Tahukah kamu suara-suara binantang? Harimau….mengaum Yang kecil kucing mengeong Anjing…menggonggong Eh…..kambing mengembik 2X Itulah suara-suara binatang Yang Tuhan Ciptakan 2 X 5) Guru membagikan kertas kepada setiap anak berupa gambar binatang yang belum diwarnai dan menyuruh anak mengeluarkan alat tulis gambarnya; 6) Guru mengintruksikan anak mewarnai gambar binatang itu, terlihat anak tekun mengerjakan; 7) Setelah selesai mewarnai, pekerjaan mereka di simpan, dan guru membagi kelompok berdasarkan nama binatang, untuk bermain peran suara; 8) Guru bernyanyi: tahukan kamu suara-suara binatang?...suara harimau…? Kelompok harimau menjawab…mengaum.., begitulah seterusnya pada kelompok-kelompok lain sesuai dengan peran suara binatang yang diintruksikan guru. Terlihat anak senang, antusias, dan ceria. 9) Setelah beres, anak-anak duduk kembali ke tempat duduk semula, guru mengintruksikan agar setiap anak mengacungkan hasil mewarnai untuk diamati dan dinilai. 10) Guru mengintruksikan anak membereskan alat tulis ke tas masing-masing; 11) Dibimbing guru, bersama-sama berdo’a 12) Anak mencium tangan guru, dan pulang. 2. Usaha-usaha dan Strategi yang Dilakukan Guru dalam Menumbuhkan Kreativitas Anak di TK Nurul Waro Desa Panyindangan Dari salah satu contoh pengamatan kegiatan pembelajaran sebagaimana telah dideskripsikan di atas, telah dapat ditafsirkan bagaimana usaha dan strategi yang dilakukan guru dalam menumbuhkan kreativitas anak di TK Nurul Waro Desa Panyindangan, yaitu: a. Menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan b. Membagi anak ke dalam kelompok c. Menilai hasil pekerjaan anak d. Menggunakan metode dan alat pembelajaran yang tepat
e. Menggunakan teknik bermain dan bernyanyi 3. Hasil yang Dicapai Dari Usaha Guru dalam Menumbuhkan Kreativitas Anak di TK Nurul Waro Menurut Ai Maryani (Guru TK Nurul Waro, wawancara mendalam, 4 November 2010) bahwa hasil-hasil yang diperoleh sebagai bentuk kreativitas anak adalah: a. Anak telah mampu menguasai konsep sederhana tentang sesuatu, misalnya tentang binatang dan ciri-cirinya; b. Anak telah mampu mewarnai dan menggambar sederhana, misalnya mewarnai dan menggambar binatang, dan kaligrafi. c. Anak telah mampu berkomunikasi aktif dengan teman sebaya dan guru di kelas, seperti berperan dalam kelompok. d. Anak telah mampu mengenal pencipta dirinya dan makhluk lainnya serta ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata dan perbuatan, misalnya praktek shalat. Dari deskripsi di atas, diperoleh gambaran bahwa usaha dan strategi Guru TK Nurul Waro telah berhasil pengembangkan kreativitas anak baik kreativitas kognitif, bahasa, fisik, sosial emosional, seni, dan agama. Bentuk-bentuk kreativitas dasar di atas, merupakan wujud dari pencapaian tujuan pendidikan di taman kanak-kanak. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Wiryasumarta (2003:47-53) bahwa pendidikan di Taman Kanak-kanak harus diprioritaskan pada pengembangan potensi bukanlah menekan agar anak pandai membaca, menulis, dan berhitung. Karena menurutnya, pendidikan di TK adalah sifatnya bermain. Dan bermain bagi anak TK adalah belajar sebagai persiapan untuk bergaul dalam lingkungannya dan untuk memasuki sekolah dasar. 4. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Tutor dalam Menumbuhkan Kreativitas Anak di TK Nurul Waro Menurut Desi (Guru TK Nurul Waro, wawancara mendalam, 4 November 2010), bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami dalam menumbuhkan kreativitas pada anak adalah: a. Kompleksnya karakteristik anak di TK Nurul Waro b. Kurangnya fasilitas permainan yang tersedia KESIMPULAN Dari penelitian tentang: Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Proses Pembelajaran pada Pendidikan Taman Kanak-kanak Nurul Waro Desa Panyindangan Desa Sukatani Kabupaten Purwakarta, dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi objektif pembelajaran di TK Nurul Waro dilaksanakan setiap hari dari pukul 08.00 sampai pukul 10.00. pada proses pembelajaran, guru menyusun SKM dan SKH. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media sederhana. Metode yang digunakan demontrasi dan latihan. Teknik yang digunakan adalah bermain dan bernyanyi. 2. Usaha-usaha dan strategi yang dilakukan guru TK Nurul Waro dalam menumbuhkan kreativitas anak dilakukan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, membagi anak ke dalam kelompok, menilai hasil pekerjaan anak, menggunakan metode dan alat pembelajaran sesuai tema materi yang diberikan, dan menggunakan teknik bermain dan bernyanyi. 3. Hasil yang dicapai dalam pengembangan kreativitas ditandai dengan anak telah mampu menguasai konsep sederhana tentang sesuatu, mampu mewarnai dan menggambar sederhana, mampu berkomunikasi aktif dengan teman sebaya dan guru di kelas, mampu mengenal pencipta dirinya dan makhluk lainnya serta ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata dan perbuatan. 4. Kesulitan yang dialami oleh guru bukanlah kesulitan yang berasal dari faktor internal guru, melainkan faktor ekternal dari guru, seperti karakteristik anak dan kurangnya fasilitas permainan untuk pembelajaran dalam menumbuhkan kreativitas anak. DAFTAR PUSTAKA Bogdan dan Taylor. (1993). Kualitatif Dasardasar Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan. (1991). Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. : Rosda Karya. Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung : Alfabetha. Direktorat Tenaga Teknis. (2003). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0-6 Tahun. Jakarta: Ditjen PLS-Depdiknas. Faisal, Sanafiah. (1990). Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar dan Aplikasi. Cetakan 1. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Fawzia, (2004), Psikologi Umum, Bandung: CV Pustaka Setia. Hasibuan, Malayu, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke- 7.
Hurlock, Elizabeth. (1999). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Jalal. Fasli. (2002). Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya PAUD. “Buletin PAUD Jurnal Imiah Anak Usia Dini. Hal. 9-12. Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak. Bandung: Penerbit Alumni. Moleong Lexy. (1998). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Munandar. (1982). Pemanduan Anak Berbakat Suatu Studi Penjajagan. Jakarta: Rajawali. Nana Sudjana, (1987), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Balai Pustaka. Nawawi, Hadari. (1995). Metode Penelitian Bidang Sosial. Cetakan 7. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nazir, Moh. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991. (1991). Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Ekojaya. Sugiyono, (2005). Kualitatif. Bandung. Supriatman, Maman Penelitian Bidang Puslitbang Pendidikan IAIN SGD.
Memahami
Penelitian
et.al. (1997). Metode Pendidikan. Cirebon: Islam Fakultas Tarbiyah
Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Edisi. Bandung: Tarsito. UNESCO. (2002). Panduan Perencanaan Pendidikan untuk Semua (PUS) Asia Timur dan Asia Tenggara. Jakarta: Kantor UNESCO Jakarta. Usman, Moch Uzer, (2002), Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. Utami Munandar. SC. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wiryasumarta. (2003). Jatinangor: IKOPIN.
Kewirausahaan.