Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
Pengembangan Komponen Biomotorik Melalui Aktivitas Bermain Atletik Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Yoyo Bahagia1 (FPOK Universitas Pendidikan Indonesia) 1
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap sejauh mana aktivitas bermain atletik dapat meningkatkan kemampuan biomotorik siswa. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang siswa kelas 5 dan kelas 6 SDN Wanahayu II, Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda eksperimen, dengan instrumen pengumpul data berupa tes kemampuan biomotorik. Hasil analisis data tes awal dan tes akhir kemampuan biomotorik secara parsial menunjukkan perkembangan yang signifikan, Namun hasil perhitungan tes awal dan tes akhir secara gabungan tidak memper-lihatkan perbedaan yang signifikan. Artinya, aktivitas bermain atletik dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan aspek-aspek kemampuan biomotorik secara signifikan dan dapat diterapkan atau dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dasar. Kata kunci: Aktivitas bermain atletik, kemampuan biomotorik, pembelajaran pendidikan jasmani
PENDAHULUAN “Bermain–bergerak–ceria” adalah dunia anak-anak. Suasana seperti itu seharusnya tercermin dalam kegiatan pendidikan jasmani. Saat ini masih banyak guru pendidikan jasmani yang memberikan materi pelajaran kepada siswa sekolah dasar berorientasi kepada pembelajaran teknik dasar. Akibatnya pelajaran yang diberikan seringkali membosankan dan tidak menarik, termasuk ketika memberikan materi pelajaran atletik. Salah satu upaya untuk memperbaiki keadaan tersebut antara lain melalui pembelajaran atletik yang berorientasi kepada pengayaan dan penguasaan gerak-gerak dasar atletik melalui aktivitas bermain. Alasannya, mungkin bisa lebih sesuai dengan karakteristik fisik dan psikis anak-anak seusia sekolah dasar. Aktivitas bermain atletik akan melibatkan berbagai komponen biomotorik yang sesuai dengan tuntutan irama, kekuatan, kecepatan serta intensitas maupun volumenya. Apabila aktivitas bermain atletik itu dilakukan secara rutin kemungkinan besar akan berpengaruh 1
Penulis adalah Dosen tetap di Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengda PASI Jabar, dan Anggota Bidang Pembinaan Prestasi KONI Jawa Barat. No. Hp: 08525054654.
25
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
terhadap perkembangan kemampuan motoriknya seperti komponen kecepatan, kekuatan atau power, kelincahan, kelentukan, dan daya tahan. Komponen Biomotorik Komponen biomotorik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kekuatan, power, kecepatan, daya tahan otot, fleksibilitas, dan kelincahan. Kecepatan atau speed adalah kemampuan untuk melakukan gerakangerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkatsingkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono,1988). Kecepatan tidak terbatas pada kegiatan lari saja, tetapi juga terdapat dalam beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, bolatangan, bolavoli, bola basket, bulutangkis, dan lainlain. Kecepatan dalam aneka permainan atletik diperlukan untuk melewati rintangan atau memindahkan benda ke tempat lain dengan cepat. Pada manusia, sumber dari gaya adalah kekuatan, kekuatan adalah gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi otot (Hidayat, 1997). Harsono (dalam Lutan, dkk., 1990) mengatakan bahwa, kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Santoso (2004) mengatakan bahwa, kekuatan ialah kemampuan otot untuk mengembangkan ketegangan yang maksimal tanpa memperhatikan faktor waktu. Watson (1983) menegaskan bahwa, strength is the maximum force that can be developed during muscular contraction. Kekuatan merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, sama halnya seperti setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani. Kekuatan juga diperlukan oleh anak-anak dalam setiap geraknya baik ketika mendorong, menekan, mengangkat maupun menarik sesuatu. Power sebenarnya berupa kekuatan juga, namun sudah digabung dengan kecepatan. Wilmore (dalam Harsono, 1988), mengatakan bahwa, power adalah product of force and velocity. This probably more important than absolute strength alone. Lebih lanjut Wilmore (1994), menegaskan bahwa, power, the explosive aspect of strength, is the product of strength and speed of movement. Power=(force x distance)/time”. Sedangkan Fisher and Jensen (1990), mengatakan bahwa, power is the ability to apply force rapidly. Semua pernyataan tersebut mengarah pada suatu pengertian bahwa power adalah suatu unjuk kerja (dari kontraksi otot) yang dihasilkan dari gabungan komponen kecepatan dan komponen kekuatan untuk mencapai tenaga yang maksimal. Pengertian yang hampir sama dikemukakan Bompa (1990), bahwa power is the product of two abilities, strength and speed, and is considered to be the ability to perform 26
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
maximum force in the shortest period of time. Dalam aktivitas bermain atletik power sangat diperlukan untuk melompati rintangan atau untuk melemparkan alat-alat bermain. Daya tahan biasanya dikaitkan dengan sistem peredaran darah dan pernafasan. Mempunyai sifat khas yaitu terdapatnya kebugaran fisiologik, karena dalam daya tahan ini ada mekanisme pengaturan sistem peredaran darah dan pernafasan untuk memperpanjang kegiatan. Efisiensi pengaturan sistem tersebut diperoleh melalui latihan aerobik secara teratur. Seseorang yang memiliki daya tahan mempunyai arti memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan yang berat dalam waktu tertentu dan tidak merasakan kelelahan yang berlebihan. Oleh karena itu, daya tahan cenderung dihubungkan dengan kekuatan. Dalam penelitian ini, penekanan latihan daya tahan diberikan bersamaan dengan proses pengulangan aktivitas bermain atletik Kelincahan atau agilitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Kelincahan banyak digunakan dan dituntut pada banyak cabang olahraga beregu yang menuntut kemampuan mengubah arah agar tidak bertabrakan atau untuk menghindari lawan atau gerakan untuk mengecoh lawan. Fleksibilitas atau kelentukan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot, tendon dan ligamen (Harsono, 1988). Kelentukan sangat diperlukan oleh anak-anak seusia sekolah dasar, juga fleksibilitas yang besar dapat dibentuk disaat usia anak-anak. Aktivitas Bermain Atletik dan Kemampuan Biomotorik Bermain bagi anak-anak, tidak saja memberi perasaan riang gembira, tetapi juga menyebabkan anak menjadi lincah, memberi perasaan rileks serta dapat membuat hidupnya lebih harmonis dan menggairahkan. Melalui bermain, anak-anak akan lebih mudah mengikuti berbagai irama gerak sesuai dengan pola gerak yang diharapkan. Bermain dan bergerak dengan penuh keceriaan adalah dunia anak-anak, oleh karena itu sebaiknya pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar dilaksanakan dengan pendekatan bermain, sehingga anak termotivasi untuk melakukan aktivitasnya tanpa cepat merasa bosan dan lelah. Pelajaran atletik di setiap jenjang pendidikan merupakan salah satu pelajaran yang membosankan dan kurang menarik, perlu pembenahan dalam penyajian maupun dalam pendekatan agar menjadi lebih menarik. Aktivitas bermain atletik boleh jadi merupakan salah satu pilihan untuk penyajian materi, karena disamping kaya dengan aktivitas berbagai gerak 27
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
dasar lari, lompat maupun lempar, unsur kesenangan serta keceriaan dan keseriusan para siswa dalam melakukan tugas yang diberikan akan tetap terpelihara dengan baik. Dalam aktivitas bermain atletik anak-anak dapat dilibatkan secara aktif untuk melakukan berbagai tugas gerak atletik yang berbasis pemecahan masalah, sehingga mereka dapat secara langsung berhubungan dengan konsep-konsep gerak yang terkandung dalam aktivitas tersebut dalam suasana yang riang gembira. Aktivitas bermain atletik yang diberikan dengan intensitas dan volume yang cukup tinggi yang dapat dilakukan siswa, akan merangsang perkembangan kemampuan biomotorik siswa yang bersangkutan. Sesuai dengan uraian diatas, diduga aktivitas bermain atletik dapat meningkatkan kemampuan biomotorik siswa. METODE Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain atletik terhadap peningkatan kemampuan biomotorik siswa Sekolah Dasar, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Subjek Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Wanahayu II, dengan subjek penelitian adalah 30 orang siswa putra kelas V dan kelas VI, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober tahun 2007, dengan kekerapan pembelajaran seminggu tiga kali. Penelitian melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (X) aktivitas bermain atletik dan variabel terikat (Y) komponen biomotorik siswa berupa tes kecepatan lari sprint 30 meter (Y1), tes power tungkai (Y2), tes daya tahan lari 800 m (Y3), tes kelincahan dengan shutlle run (Y4), dan tes fleksibilitas (Y5). Instrumen dan Desain Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan biomotorik untuk mengukur kecepatan, power tungkai, daya tahan umum, kelincahan, dan fleksibilitas. Disain penelitian yang digunakan adalah pretest post-test group design. Tes awal diambil sebelum diberi perlakuan, dan tes akhir dilakukan setelah perlakuan setelah diberikan. Teknik Analisis Data Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan uji statistik sebagai berikut: (1) uji prasyarat, terdiri atas uji homogenitas varian menurut Bahren Fisher dan uji normalitas Lilliefors; (2) uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata (uji-t). 28
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
HASIL Hasil tes awal komponen kecepatan lari 30 meter (Y1), diperoleh rerata 6,37, sedangkan hasil tes akhir diperoleh rerata 5,60. Setelah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) di dapat angka thitung sebesar 6,265. Karena thitung > ttabel (6,265 > 2,04), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kecepatan lari yang signifikan. Hasil tes awal komponen power tungkai (Y2), diperoleh rerata 41,97, sedangkan hasil tes akhir diperoleh rerata 51,37. Setelah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) didapat angka thitung sebesar -8,135. Karena thitung < ttabel (-8,134 < -2,04), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan power tungkai yang signifikan. Hasil tes awal komponen daya tahan aerobik (Y3), diperoleh rerata 242,05, sedangkan hasil tes akhir diperoleh rerata 203,057. Setelah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) di dapat angka thitung sebesar 5,513. Karena t hitung > t tabel (5,513 > 2,04), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan daya tahan aerobik yang signifikan. Hasil tes awal komponen kelincahan (Y4), diperoleh rerata 7,77, sedangkan hasil tes akhir diperoleh rerata 6,86. Setelah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) di dapat angka thitung sebesar 5,53. Karena t hitung > t tabel (5,53 > 2,04), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kelincahan yang signifikan. Hasil tes awal komponen kelentukan atau fleksibilitas (Y5), diperoleh rerata 12,37, sedangkan hasil tes akhir diperoleh rerata 15,53. Setelah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) di dapat angka thitung sebesar -6,978. Karena thitung > ttabel (-6,978 > -2,04), maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan fleksibilitas yang signifikan. Selanjutnya dihitung gabungan 5 komponen secara bersama-sama. Dari hasil tes awal gabungan ke 5 komponen diperoleh rerata -0,0001, sedangkan hasil tes akhir diperoleh rerata 0,0002. Setelah dilakukan uji perbedaan dua rata (uji-t) didapat angka thitung sebesar – 0,0005. Karena thitung < ttabel (- 0.0005 < -2,04), maka Ho ditolak, Dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan data gabungan 5 komponen ketika tes akhir. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan secara sendirisendiri (parsial) untuk masing-masing komponen biomotorik (power tungkai, kecepatan lari, kelincahan, dan daya tahan aerobik) menunjukkan 29
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
peningkatan yang signifikan. Peningkatan semua komponen biomotorik tersebut lebih dimungkinkan karena keterlibatan siswa yang cukup intensif dalam mengikuti semua aktivitas bermain. Hal ini terutama karena materi yang disajikan menyenangkan dan tidak membosankan. Beberapa alasan untuk menjelaskan terja-dinya peningkatakan tersebut, antara lain: Pertama, berkaitan dengan peningkatan power tungkai, hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas bermain atletik berupa berbagai aktivitas gerak dasar lari, lompat maupun loncat dengan menggunakan alat bantu sederhana berupa ban sepeda bekas, kardus bekas dan bilah bambu yang ditata sedemikian rupa dengan jumlah, jarak, serta ketinggian yang semakin meningkat akan menuntut kerja otot-otot tungkai semakin meningkat pula. Peningkatan volume dan intensitas kerja tersebut cenderung memerlukan kesiapan tenaga yang lebih besar untuk melawan beban yang diterima oleh otot-otot tungkai tersebut. Oleh karena itu, otototot tungkai akan menyesuaikan terhadap berat beban yang diterimanya, sehingga pada tahap selanjutnya memungkinkan terjadinya peningkatan pada power tungkai. Kedua, berkaitan dengan peningkatan kecepatan lari. Lari, pada hakekatnya adalah hasil kali dari panjang langkah dan frekuensi langkah. Apabila salah satu komponen tersebut meningkat, maka kecepatan larinyapun akan meningkat pula. Gerak berlari berkaitan dengan unjuk kerja otot-otot tungkai yang juga tidak terlepas dari proses kontraksi dan relaksasi dari otot-otot pendukungnya. Unjuk kerja dari otot-otot tersebut akan semakin baik bila didukung oleh kekuatan atau power otototot tungkai. Power tungkai seperti telah diungkap pada bahasan pertama menunjukkan peningkatan, oleh karena itu secara langsung akan berkaitan juga dengan unjuk kerja otot saat berlari yang pada saatnya juga dapat meningkatkan kecepatan larinya. Ketiga, demikian juga dengan peningkatan komponen kelincahan, penataan formasi dan aktivitas bermain atletik dengan berbagai variasi, disamping dapat meningkatkan komponen kekuatan, power dan kecepatan, ternyata secara langsung dapat meningkatkan kelincahan. Hal tersebut cukup logis, karena kelincahan tidak terlepas dengan komponen kekuatan, power dan kecepatan. Anak yang dapat dengan segera mengubah arah saat ia bergerak berarti kerja otot-otot yang digunakan juga lebih siap atau lebih besar untuk melawan arah gerak yang harus dia lakukan. Keempat, berkaitan dengan peningkatan komponen daya tahan aerobik, ini dimungkinkan oleh tuntutan berlari yang lebih banyak dan lebih lama dibanding dengan intensitas kerja atau volume kerja sebelum mengikuti aktivitas bermain atletik ini. 30
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
Sesuai dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa aktivitas bermain atletik yang disajikan dalam pembelajaran atletik bagi siswa putra sekolah dasar dapat meningkatkan seluruh komponen biomotorik. Artinya, aktivitas bermain atletik cocok diberikan bagi siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan biomotoriknya, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa, karena komponen kesegaran jasmani identik sama atau tidak jauh berbeda dengan komponen kemampuan fisik atau komponen biomotorik. Meskipun hasil penghitungan masing-masing komponen biomotorik menunjukkan peningkatan yang signifikan, tetapi ternyata hasil penghitungan gabungan ke-5 variabel komponen biomotorik secara bersamasama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut lebih banyak dimungkinkan bahwa bila masing-masing aitem menunjukkan peningkatan yang berarti tidak lantas harus meningkat juga bila di hitung secara gabungan. Dalam kaitannya dengan kepentingan pengembangan penelitian, penulis menganjurkan untuk menindaklanjuti penelitian ini dengan menggunakan sampel yang lebih luas, waktu yang lebih lama, dan melibatkan aspek-aspek lain yang mungkin dapat terlibat di dalamnya, seperti aspek psikologis, sosial budaya, dan lain-lain KESIMPULAN Sesuai dengan hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas bermain atletik yang disajikan dalam pembelajaran atletik bagi siswa putra sekolah dasar dapat meningkatkan seluruh komponen biomotorik. Dengan kata lain, aktivitas bermain atletik cocok diberikan kepada siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan biomotoriknya. Sesuai dengan kesimpulan tersebut, penulis menganjurkan agar pembelajaran atletik bagi siswa sekolah dasar diberikan dengan pendekatan aktivitas bermain tanpa menghilangkan gerak-gerak dasar atletik itu sendiri. Implikasinya, aktivitas bermain atletik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar dapat dijadikan salah satu model pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Dick, Frank W. (1987). Sprints and Relays. London: British Amateur Athletic Board. 31
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
Hadi, Sutrisno, (1980). Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada. Hans Katzenbagner/Michael Medles, (1996), Buku Pedoman Lomba Atletik, Seri 1 Nomor Lari dan Gawang, Jakara: Alih Bahasa oleh PB PASI, Hans Katzenbagner/Michael Medles, (1996), Buku Pedoman Lomba Atletik, Seri 2 Nomor Lompat, Jakarta: Alih Bahasa oleh PB PASI. Hans Katzenbagner/Michael Medles, (1996), Buku Pedoman Lomba Atletik, Seri 3 Nomor Lempar, Jakarta: Alih Bahasa oleh PB PASI, Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung: CV. Tambak Kusuma. Hay, James G. (1993). The Biomechanics of Sport Techniques. (Fourth Ed.). New Jersey: Prentice Hall. Englewood Cliffs. Giriwijoyo, Y.S. Santoso. (2004). Ilmu Faal Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga, Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Jarver, Jess. (1988). Modern Principles in Coaching and Training. (First Publication). South Australian Sport Institute. Australia: Printed by Hyde Park Press. Payne, Howard. (1985). Athletes in Action. (First Published). 44 Bedford Square. London: Pelham Books Ltd. Pyke, Frank S. (1991). Better Coaching. Advanced Coach’s Manual. (First Publ.). Belconnen. Australia: Australian Coaching Council Incorporated. Rusli Lutan, dkk. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung: Seri Bahan Kuliah Olahraga di ITB. Kerja sama ITB dan FPOK/IKIP. Penerbit ITB. Sujana, (1992), Metoda statistika, Bandung, Penerbit Tarsito. Wilmore, Jack H. and Costill, David L. (1994). Physiology of Sport and Exercise. Champaign Illinois. USA: Human Kinetics. 32
Journal of Physical Education and Sport Volume 1 Nomor 1
Yoyo Bahagia, dkk., (2000), Atletik, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Yoyo Bahagia, Adang Suherman, (2000)., Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Korespondensi untuk artikel ini dapat dialamatkan ke Sekretariat Research Journal of Physical Education Departemen Pendidikan Olahraga FPOK UPI. Jln. Dr. Setiabudi Nomor 229 Bandung. Hp. 081321994631; 081395402906. e-mail:
[email protected] atau ke Yoyo Bahagia Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Hp. 08525054654 Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia
33