PENGEMBANGAN KIT PENENTUAN PENGARUH KATALIS TERHADAP LAJU REAKSI SECARA KUANTITATIF
(Skripsi)
Oleh DIKA PRATIWI BUDIANTO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
PENGEMBANGAN KIT PENENTUAN PENGARUH KATALIS TERHADAP LAJU REAKSI SECARA KUANTITATIF Oleh DIKA PRATIWI BUDIANTO
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian dan pengembangan dengan tahap-tahap yang dilakukan antara lain penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan draft awal, uji coba lapangan awal sampai tahap revisi hasil uji coba. Berdasarkan hasil validasi kelayakan desain (pada aspek keterkaitan dengan bahan ajar, efisiensi pembuatan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan dan ketahanan), hasil validasi kelayakan alat (pada aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran), hasil uji keberfungsian komponen alat pada mahasiswa, hasil respon guru terhadap kelayakan alat dan hasil respon siswa terhadap keberfungsian komponen alat didapatkan rata-rata penilaian yaitu 100%, sehingga memiliki kriteria sangat tinggi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat hasil pengembangan valid dan layak, sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: laju reaksi, KIT, pengaruh katalis
PENGEMBANGAN KIT PENENTUAN PENGARUH KATALIS TERHADAP LAJU REAKSI SECARA KUANTITATIF
Oleh DIKA PRATIWI BUDIANTO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Mei 1994 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Tur Budianto (Alm) dan Ibu Syafrida
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan pada tahun 2000 di TK AlKautsar Bandar Lampung, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2009 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2012.
Terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa, pernah bertanggung jawab sebagai Asisten Praktikum Kimia Dasar 1. Selain itu juga, pernah aktif di organisasi Himasakta sebagai Sekretaris Divisi Penelitian dan Pengembangan periode 20132014. Sudah aktif mengajar sejak semester 1 sampai sekarang.
PERSEMBAHAN
Anugerah terindah, keluarga tercinta. Kepada Mama dan Papa, thank you for your greatest love for me. Mum, 22 years raising me with bunch of loves and patients. Through tough moment together, we argue each other, having such ridiculous moments. Obviously, I love you so much. I can’t pay back for everything that you gave to me. May Allah grant us Jannah . My all great lectures, They are absolutely awesome! Thank’s for giving us incredible sight Kakak, Adikku, even we are still apart. You are still my beloved siblings. I love you so much my brother and sister Sahabat-sahabatku, thank’s for teaching me sincerity and being part of my life. You are truly awesome guys! Almamater tercinta Universitas Lampung
MOTTO “I do believe, everystep that we’re taking, teachs us a lot of things. 4 years that we’ve been through, it is seriously not a piece of cake. Especially for me. I met great people here, with various background, it taught me what success really is. Being loved and stay strong!” “Kamu bisa tenang naik pesawat tanpa mengenal pilotnya. Lalu kenapa masih selalu resah menjalani hidup padahal tahu Tuhan yang mengatur segalanya?” “This too shall pass” “Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak Allah dalam dirinya maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya: kebingungan yang tiada putusnya, kesibukan yang tiada ujungnya, kebutuhan yang tidak terpenuhi, keinginan yang tidak tercapai”. -HR. Ath-Thabrani“Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur, di tengah hari, kemudian di pagi hari. Menghafal di waktu malam lebih baik dari waktu siang. Dan waktu lapar lebih baik dari waktu kenyang” -Al Khathib Al Baghdadi“Semoga pendidikan yang kita terima tidak hanya mencerdaskan pikiran, tapi juga menundukkan hati, mempertajam indera, dan mendorong kita untuk tolongmenolong” -Yoga Lordason“Kesuksesan kita adalah akumulasi dari bantuan-bantuan orang di sekeliling kita, dalam berbagai bentuk, termasuk doa. Stay humble. Be thankful. Give back” -Yoga Lordason“Jika kita menemukan sedikit rintangan lalu menyerah, lalu kapan kita benarbenar berjuang?” -Dika Pratiwi Budianto-
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan KIT Penentuan Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi secara Kuantitatif” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam tak lupa disanjungkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih dihanturkan kepada: 1.
Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2.
Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3.
Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus sebagai Pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran dalam proses penyusunan dan perbaikan skripsi ini.
4.
Ibu Lisa Tania, S.Pd.,M.Sc., selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran dalam proses penyusunan dan perbaikan skripsi ini.
5.
Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Pembahas dan Validator, atas kesediannya memberi kritik, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan dan perbaikan skripsi ini.
6.
Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., atas kesediaannya sebagai Validator alat praktikum serta seluruh dosen Pendidikan Kimia atas ilmu yang telah diberikan.
7.
Bapak Drs. Mansurdin, selaku Bapak Kepala SMA Negeri 6 Bandar Lampung, dan Ibu Umi Fitriyani, S.Si., serta Ibu Dra. Syafrida, selaku guru mitra, atas kesediannya memberikan izin, waktu, dan tempat selama penelitian.
8.
Papa, Mama, Kak Denis, Kak Jimmy, Netta, Ahmed dan Adikku Sony yang tidak merasa terbebani mencintai kalian.
9.
Teman-teman satu pengertian, beda hobi, beda selera Aca, Vebi, Azizah, Ryna, Nova, Niken, Nindya dan teman lainnya yang membuat hidup jadi lebih greget
10. Keluarga KKN-KT Pekon Betung, Dwi, Dilla, Utha, Mario, Nisa, Putri, Wulan, Kak Zahra, dan Widi atas keceriaan yang ditularkan 11. Tim skripsi laju reaksi, Agung Laksono yang sabar dalam membersamai selama proses penggarapan skripsi, serta Tim alat Nova, Rahma, Didi, Ari, Irma, Dita, Ervi dan Ratna 12. Keluarga Pendidikan Kimia 2012, kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Kimia atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Penulis,
Agustus 2016
Dika Pratiwi Budianto
xi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi I.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
9
E. Ruang Lingkup ..................................................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 11 A. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 11 B. Alat Praktikum .....................................................................................
12
C. Penelitian yang Relavan ......................................................................
16
D. Komponen Instrumen Terpadu (KIT) .................................................. 18 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 19 A. Metode Penelitian ................................................................................ 19 1. 2. 3. 4. 5.
Penelitian dan pengumpulan data .................................................. Perencanaan .................................................................................. Pengembangan draft awal.............................................................. Uji coba lapangan awal.................................................................. Revisi hasil uji coba produk...........................................................
20 21 22 24 25
B. Subjek dan Lokasi Penelitian ............................................................... 25 C. Sumber Data ......................................................................................... 25
D. Alur Pengembangan ............................................................................. 26 E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 28 1. 2. 3.
Instrumen pada penelitian dan pengumpulan data ........................ 28 Instrumen pada pengembangan draft awal ................................... 28 Instrumen pada uji coba lapangan awal ........................................ 31
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31 G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 32 1. 2.
Teknik analisis data hasil wawancara ........................................... 32 Teknik analisis data kuesioner ...................................................... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 36 A. Hasil Penelitian .................................................................................... 36 1. 2. 3. 4. 5.
Penelitian dan pengumpulan data .................................................. Perencanaan ................................................................................... Pengembangan draft awal.............................................................. Uji coba lapangan awal.................................................................. Revisi hasil uji coba produk ..........................................................
36 41 41 49 50
B. Pembahasan .......................................................................................... 51 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 63 A. Kesimpulan .......................................................................................... 63 B. Saran .................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisis Kebutuhan (Guru) .................................................. Lampiran 2. Hasil Analisis Kebutuhan (Siswa) ................................................. Lampiran 3. Gambar dan Rincian Desain Alat .................................................. Lampiran 4. Hasil Validasi Kelayakan Desain Alat (Validator 1)...................... Lampiran 5. Hasil Validasi Kelayakan Desain Alat (Validator 2)...................... Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Validasi Kelayakan Desain Alat ..................... Lampiran 7. Gambar dan Rincian Komponen Alat ........................................... Lampiran 8. Hasil Validasi Kelayakan Alat (Validator 1) ................................. Lampiran 9. Hasil Validasi Kelayakan Alat (Validator 2) ................................. Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Validasi Kelayakan Alat ...............................
69 73 76 79 82 85 86 89 93 97
Lampiran 11. Grafik dan Perhitungan Berdasarkan Data Percobaan Pengujian Alat .............................................................................. 98 Lampiran 12. Panduan Praktikum ...................................................................... 102 Lampiran 13. Instrumen Uji Keberfungsian Komponen Alat ............................ 109 Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Uji Keberfungsian Komponen Alat .............. 111 Lampiran 15. Hasil Respon Guru terhadap Kelayakan Alat (Guru 1) ............... 112 Lampiran 16. Hasil Respon Guru terhadap Kelayakan Alat (Guru 1) ............... 116 Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Respon Guru terhadap Kelayakan Alat ............................................................................................... 120 Lampiran 18. Instrumen Respon Siswa terhadap Keberfungsian Komponen Alat ............................................................................ 121 Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Respon Siswa terhadap Keberfungsian Komponen Alat ............................................................................ 123 Lampiran 20. Petunjuk Penggunaan Alat (User Manual)................................... 124 Lampiran 21. Surat Penelitian ............................................................................ 132
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Pedoman penskoran pengisian jawaban pada kuesioner............................ 34 2. Tafsiran persentase kuesioner .................................................................... 35 3. Data percobaan dengan/tanpa penambahan katalis.................................... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Alat penentuan laju reaksi rancangan Bond .......................................... 16 2. Alat penentuan laju reaksi rancangan Norris ......................................... 17 3. Langkah-langkah R&D menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011) ............................................................................. 19 4. Alur pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif .................................................................. 27 5. Desain alat yang pertama ...................................................................... 42 6. Desain alat yang kedua .......................................................................... 42 7. Desain alat yang ketiga ......................................................................... 43 8. Diagram hasil validasi desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif ................................................... 44 9. KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif .............................................................................................. 45 10. Grafik pengujian orde reaksi pertama dekomposisi H2O2 terhadap konsentrasi H2O2 berdasarkan percobaan dengan menggunakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif ............................................................................................... 46 11. Diagram hasil validasi KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif .................................................... 47 12. Diagram hasil uji keberfungsian KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif ................................................... 48 13. Diagram hasil respon guru terhadap aspek kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif .............................................................................................. 49
14. Diagram hasil respon siswa terhadap keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif .............................................................................................. 50
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak fenomena alam yang dapat dijelaskan melalui Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), misalnya perkaratan pada pagar rumah, enzim yang membantu metabolisme dalam tubuh kita dan masih banyak lagi. Salah satu rumpun IPA yang secara spesifik menjelaskan tentang struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan materi menjadi materi lain serta energi yang menyertai perubahan materi adalah ilmu kimia (Silberberg, 2007).
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari pada kelompok peminatan Matematika dan IPA tingkat sekolah menengah atas (Tim Penyusun, 2013). Pada ilmu kimia sendiri, terdapat tiga level yang saling terkait yaitu berupa level makroskopis (fenomena yang bisa diobservasi), level submikroskopis (kajian terhadap fenomena yang tidak bisa diobservasi), serta level simbolis (bahasa yang digunakan untuk mengomunikasikan kimia) (Johnstone, 2000). Berdasarkan ketiga level tersebut, agar pada proses pembelajaran siswa mempunyai pemahaman yang utuh tentang kajian kimia dan tidak terjadi miskonsepsi maka dalam pembelajaran kimia perlu dikaitkan secara langsung (sinkronisasi) antara level submikroskopis dan level makroskopis (Kirna, 2011). Level makroskopis
2
dalam pembelajaran kimia dapat direalisasikan salah satunya melalui kegiatan praktikum.
Kegiatan praktikum merupakan salah satu karakteristik ilmu kimia sebagai suatu proses untuk mendapatkan suatu produk berupa pengetahuan (fakta, teori, prinsip, hukum) (Tim Penyusun, 2006). Artinya, melalui kegiatan praktikum dapat mengembangkan kerja ilmiah siswa dan juga mengembangkan pengetahuan siswa (Akbar, 2012; Mamlok-Naaman, 2011; Ney, dkk., 2009; Woodley, 2009; Hofstein, dkk., 2007; Reid dkk., 2007; Al Naqbi, dkk., 2005; Bell, 2004; Millar, 2004) dengan menghubungkan domain objek nyata dan domain ide (Millar, 2002). Hal ini sejalan dengan penelitian Berg (Hart, 2000) bahwa melalui kegiatan praktikum siswa merasa terbantu dalam memahami suatu teori, menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan berdasarkan materi yang telah mereka pelajari sebelumnya serta merasakan dan mendapatkan gambaran mengenai suatu fenomena. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan praktikum menjadi bagian penting dan sebenarnya memperoleh peran sentral dalam tujuan kurikulum (Fensham, 1988), termasuk dalam pembelajaran kimia. Salah satu kompetensi dasar keterampilan pada mata pelajaran kimia kelas XI yaitu 4. 7 merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi (Tim Penyusun, 2013). Berdasarkan kompetensi dasar keterampilan ini, pada proses pembelajaran laju reaksi harus dilakukan suatu kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum akan dihasilkan suatu data percobaan. Selanjutnya, dari data
3
percobaan inilah dapat menjelaskan konsep laju reaksi yaitu bertambahnya konsentrasi produk dan berkurangnya konsentrasi reaktan setiap satuan waktu.
Selain itu, berdasarkan data praktikum juga dapat menentukan orde suatu reaksi. Dengan kata lain, praktikum pada kompetensi dasar keterampilan laju reaksi tidak cukup dilakukan secara kualitatif (menunjukkan cepat/lambat laju suatu reaksi baik pada pengaruh suhu, konsentrasi, luas permukaan dan katalis) namun juga praktikum harus dilakukan secara kuantitatif (menunjukkan berapa perubahan konsentrasi reaktan dan produk setiap bertambahnya waktu reaksi) agar kompetensi dasar keterampilan laju reaksi ini dapat tercapai.
Hal yang mendukung agar kegiatan praktikum kimia sebagai bagian dari pembelajaran kimia dapat terlaksana adalah tersedianya sarana dan prasaran di sekolah. Salah satu sarana prasarana yang harus ada di sekolah yaitu ruang laboratorium kimia yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran kimia secara praktek yang memerlukan peralatan khusus berupa alat-alat praktikum (Tim Penyusun, 2007). Artinya, laboratorium dan alat praktikum adalah komponen penting yang harus ada di setiap sekolah menengah, agar kegiatan praktikum kimia dapat terlaksana.
Berdasarkan data Balitbang (Tim Penyusun, 2011), kondisi laboratorium sekolah se-Indonesia baik sekolah menengah negeri maupun swasta hanya sekitar 69% sekolah yang memiliki laboratorium. Selain itu, sekolah yang memiliki laboratorium kimia, fisika, biologi secara terpisah hanya 24,18% sekolah se-Indonesia, serta untuk ketersedian alat/bahan hanya 27% sekolah yang memiliki alat/bahan secara lengkap. Fenomena ini menunjukkan bahwa dengan fasilitas yang masih
4
sangat minim di banyak SMA, akan ada kecenderungan tidak terlaksananya kegiatan praktikum kimia pada proses pembelajaran. Terlepas dari kondisi kelengkapan fasilitas di sekolah, praktikum sudah seharusnya tetap diselenggarakan tanpa harus menunggu lengkapnya fasilitas (Tim Penyusun, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara, pada kompetensi dasar keterampilan laju reaksi pengaruh konsentrasi, luas permukaan dan suhu sudah dilakukan oleh guru, sedangkan pada pengaruh katalis hanya 25% guru yang melakukan kegiatan praktikum. Beberapa hal yang menyebabkan guru tidak melaksanakan kegiatan praktikum pengaruh katalis terhadap laju reaksi diantaranya sulitnya mendapatkan bahan pada percobaan pengaruh katalis terhadap laju reaksi (tidak tersedianya alat dan bahan). Di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa dalam menyampaikan pokok bahasan laju reaksi lebih efektif jika dilakukan kegiatan praktikum dibandingkan hanya disampaikan dengan metode ceramah, karena dengan dilakukannya kegiatan praktikum terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa dan mengurangi kesalahpahaman dalam memahami laju reaksi (Demircioglu dkk., 2011), terutama pada pengaruh katalis.
Berdasarkan hasil wawancara, alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang selama ini digunakan oleh guru memiliki kelemahan, diantaranya alat yang mudah pecah dan tidak dapat digunakan secara kuantitatif. Kelemahan lainnya yaitu dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum. Berdasarkan hal ini, guru sangat mendukung jika dikembangkan suatu alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif karena hal ini dapat mendukung terlaksananya kegiatan
5
praktikum. Selain itu, dikarenakan praktikum yang dilaksanakan tidak sebatas kualitatif namun juga secara kuantitatif maka akan mempermudah siswa memahami konsep laju reaksi.
Berdasarkan studi lapangan juga, sebenarnya telah ada alat penentuan laju reaksi yang dapat mengukur secara kualitatif dan kuantitatif. Alat penentuan laju reaksi yang pertama yaitu berdasarkan volume gas yang dihasilkan pada gas syringe. Alat penentuan laju reaksi yang pertama ini menggunakan labu Erlenmeyer yang ditutup dengan sumbat karet kemudian dihubungkan dengan sebuah syringe. Pada saat reaksi terjadi, gas yang dihasilkan di dalam labu Erlenmeyer akan menuju syringe dan mendorong syringe tersebut sehingga akan terlihat berapa volume gas yang dihasilkan.
Selain alat tersebut, terdapat alat penentuan laju reaksi yang kedua yaitu berdasarkan volume gas yang dihasilkan melalui perubahan volume air. Alat penentuan laju reaksi yang kedua ini terdiri dari labu Erlenmeyer yang ditutup dengan menggunakan sumbat karet yang terhubung dengan sebuah gelas ukur melalui selang. Gelas ukur tersebut dalam posisi terbalik dan terisi penuh oleh air (tidak terdapat gas di dalamnya). Di bawah gelas ukur terdapat gelas kimia yang juga terisi oleh air. Pada saat reaksi terjadi, gas yang dihasilkan dalam labu Erlenmeyer akan menuju ke gelas ukur terbalik dan air pun akan terdorong dan menuju ke gelas kimia, sehingga pada gelas ukur akan dapat diketahui berapa volume gas yang dihasilkan.
Pada alat penentuan laju reaksi kedua memiliki kelemahan yaitu alat tersebut perlu dirangkai dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merangkainya.
6
Hal ini menunjukkan bahwa alat penentuan laju reaksi yang kedua ini secara waktu belum efisien, meskipun komponen penyusun pada alat penentuan laju reaksi yang kedua umumnya telah tersedia di laboratorium semisal labu Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, dan lainnya. Adapun jika ingin membeli secara KIT (komponen instrumen terpadu), kedua alat penentuan laju reaksi tersebut belum diproduksi secara komersial.
Beranjak dari fenomena tersebut, maka perlu untuk dikembangkan suatu KIT penentuan laju reaksi yang dapat dirangkai dengan mudah oleh guru dan dapat digunakan secara kualitatif serta kuantitatif. Terlebih, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan KIT dalam pembelajaran IPA dapat memberikan dampak yang cukup positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Indiyani, 2015; Mandu, dkk., 2015; Rifai, 2015; Sari, 2014; Maryandi, 2013; Dewi, 2013; Widayanto, 2009). Alat penentuan laju reaksi yang kemudian akan dikembangkan merupakan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Hal ini disebabkan pada praktikum pengaruh katalis terhadap laju reaksi adalah praktikum yang sangat jarang dilakukan oleh guru jika dibandingkan pada praktikum pengaruh konsentrasi, luas permukaan, dan suhu. Sehubungan dengan itu, melalui penggunaan KIT ini diharapkan mampu membantu siswa memahami pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan KIT Penentuan Pengaruh Katalis Terhadap Laju Reaksi Secara Kuantitatif”
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kelayakan desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, kemudahan pembuatan alat, efisiensi penggunaan alat, ketahanan alat dan keamanan bagi siswa? 2. Bagaimanakah kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran? 3. Bagaimana keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan? 4. Bagaimanakah respon guru terhadap kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran? 5. Bagaimanakah respon siswa terhadap keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan? 6. Apa sajakah faktor pendukung yang dihadapi selama proses pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif? 7. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi selama proses pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan kelayakan desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, kemudahan pembuatan alat, efisiensi penggunaan alat, ketahanan alat dan keamanan bagi siswa 2. Mendeskripsikan kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran 3. Mendeskripsikan keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan 4. Mendeskripsikan respon guru terhadap kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran 5. Mendeskripsikan respon siswa terhadap keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan 6. Mendeskripsikan faktor pendukung yang dihadapi selama proses pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif
9
7. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif
D. Manfaat Penelitian
Pengembangan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Guru Mempermudah guru dalam menjelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi melalui praktikum dengan menggunakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. 2. Siswa Penggunaan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dalam pembelajaran diharapkan mampu mempermudah siswa dalam memahami pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Selain itu, diharapkan dengan penggunaan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi ini dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mempelajari laju reaksi dan menghubungkan dengan fenomena sekitarnya. 3. Sekolah Dapat menunjang keefektifan pembelajaran di sekolah dengan penggunaan KIT penentuan kimia pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Sehingga, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 4. Bagi peneliti lain Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut oleh para peneliti lain pada pelajaran kimia di SMA/MA maupun tingkat satuan pendidikan lainnya.
10
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah 1.
Metode penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkahlangkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011).
2.
Alat yang dikembangkan adalah KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif
3.
Cakupan materi meliputi pengaruh katalis terhadap laju reaksi melalui kegiatan praktikum.
4.
Komponen Instrumen Terpadu (KIT) IPA adalah istilah untuk alat peraga atau alat yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA (Abdullah, 2010)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sarana dan Prasarana
Sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No. 24 tahun 2007, sarana memiliki pengertian yaitu perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) (Tim Penyusun, 2007) yaitu: 1.
kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,
2.
kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, laboratorium dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
Salah satu prasarana yang sangat diperlukan pada tingkat SMA/MA yaitu laboratorium. Berdasarkan data Balitbang Depdiknas 2005 (Tim Penyusun, 2011), kondisi laboratorium IPA pada 8.886 SMA Negeri/Swasta di Indonesia yaitu 69 % sekolah yang memiliki laboratorium IPA dengan rincian diantaranya 26,20% sekolah yang memiliki laboratorium IPA (digabung), 18,62% sekolah yang memiliki dua laboratorium IPA secara terpisah, 24,18% sekolah yang memiliki tiga
12
laboratorium IPA (fisika, biologi, kimia) secara terpisah. Sedangkan, berdasarkan kondisi gedung laboratoriumnya terdapat 41% sekolah dengan gedung laboratorium IPA dalam kondisi baik, 26% dalam kondisi rusak ringan, sedangkan sisanya rusak berat. Di sisi lain, kondisi sarana yaitu berupa alat/bahan untuk kegiatan praktikum diantaranya terdapat 27% sekolah yang memiliki alat/bahan secara lengkap, sedangkan sisanya alat/bahan yang dimiliki sekolah belum lengkap.
B. Alat Praktikum
Secara umum pengertian alat praktikum adalah benda atau alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Alat praktikum mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran (Tim Penyusun, 2011), diantaranya dengan menggunakan alat praktikum dapat dengan mudah menjelaskan konsep sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan guru terkait materi yang sedang diajarkan, memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari, serta dapat mengembangkan kreatifitas serta inovasi siswa.
Pada pelaksanaan praktikum kimia baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif sangat diperlukan KIT atau alat praktikum. Ada beberapa alasan yang mendukung perlunya dibuat alat peraga praktik kimia skala kecil (Hadi, 2009) yaitu melalui penggunaan alat peraga praktik kimia skala kecil yang mudah digunakan maka tidak diperlukannya keterampilan khusus dalam menggunakan alat, dapat membantu dalam pembelajaran kimia sehingga penyampaian konsep menjadi lebih bermakna, alat peraga dapat terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapat sehingga guru atau siswa dapat membuat dan mengembangkannya sendiri serta
13
ketidaktersediaan alat peraga praktikum kimia di sekolah bisa teratasi, dengan penggunaan sedikit bahan kimia dan alat yang praktis maka tidak diperlukan persiapan khusus sehingga ketiadaan tenaga laboran dan keterbatasan waktu bukanlah suatu masalah untuk melakukan praktikum kimia di sekolah, dan yang terpenting dengan penggunaan alat peraga dapat menekan biaya kegiatan praktikum karena menggunakan sedikit bahan kimia dan peralatan sederhana.
Pengembangan alat peraga praktik IPA sederhana dapat dibuat dalam bentuk (Tim Penyusun, 2011): 1.
berupa padanan alat yaitu alat yang dibuat dengan mengacu pada alat yang sudah ada (alat praktik, alat peraga, alat pendukung) di laboratorium IPA tanpa dilakukannya modifikasi, misalnya bel listrik sederhana atau cakram Newton.
2.
atau berupa prototip yaitu suatu alat baru yang sebelumnya tidak ada, atau alat yang dikembangakan berdasarkan alat yang sudah (pernah ada yang membuat) namun kemudian dilakukan modifikasi, misalnya: slide proyektor atau episkop sederhana.
Beberapa hal penting diperhatikan sebagai kriteria dalam pembuatan dan pengembangan alat peraga praktik IPA sederhana adalah sebagai berikut (Tim Penyusun, 2011): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
bahan mudah diperoleh (diantaranya dengan memanfatkan limbah, diminta, atau dibeli dengan harga relatif murah) mudah dalam perancangan dan pembuatannya mudah dalam perakitannya (tidak memerlukan keterampilan khusus) mudah dioperasikannya dapat memperjelas/menunjukkan konsep dengan lebih baik dapat meningkatkan motivasi siswa akurasi cukup dapat diandalkan
14
8. 9. 10. 11. 12.
tidak berbahaya ketika digunakan menarik daya tahan alat cukup baik (lama pakai) inovatif dan kreatif bernilai pendidikan
Suatu alat praktikum yang dikembangkan harus memenuhi suatu aspek kelayakan (Tim Penyusun, 2011) diantaranya: 1.
Keterkaitan dengan bahan ajar
Alat praktikum kimia yang dikembangkan bertujuan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep kimia yang dipelajarinya. Oleh karena itu, alat praktikum kimia harus dapat menampilkan objek dan fenomena yang diperlukan untuk mempelajari konsep-konsep kimia. 2.
Nilai pendidikan
Alat praktikum kimia yang dikembangkan sebaiknya dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari fenomena yang diamati. 3.
Ketahanan alat
Alat praktikum IPA akan sering digunakan oleh banyak siswa. Berkaitan dengan hal itu, alat praktikum IPA harus merupakan alat yang tahan lama. Artinya, alat praktikum tersebut diusahakan terbuat dari bahan yang relatif dapat dipakai lama atau secara berulang. Ketahanan alat tersebut meliputi keakuratan pengukuran, tidak mudah aus, dan ketahanan bahan terhadap perubahan cuaca atau terhadap zat-zat di udara, ketahanan terhadap panas, dan lain-lain, sehingga hasil pengukuran tidak akan mengalami penyimpangan, walaupun sering digunakan. 4.
Ketepatan pengukuran (hanya untuk alat ukur)
Ketepatan pengukuran alat sangat berperan penting dalam keberhasilan suatu praktikum, terutama praktikum yang dilakukan secara kuantitatif. Alat praktikum
15
harus memiliki ketepatan dalam skala pengukuran. Hal ini penting, agar siswa dapat dengan tepat membentuk konsep-konsep sains dari percobaannya. 5.
Efisiensi penggunaan alat
Efisiensi penggunaan alat praktikum diperlukan untuk kelancaran dan keberhasilan kegiatan pembelajaran. Alat praktikum harus mudah dirangkai dan mudah digunakan, sehingga tidak membutuhkan banyak waktu selama kegiatan praktikum berlangsung. 6.
Keamanan bagi siswa
Alat praktikum tidak mengandung resiko (zero-risk) bagi siswa ketika digunakan. Faktor resiko dapat berupa adanya bagian yang tajam/membahayakan, kemungkinan jatuh/terbakar menimpa siswa atau tersengat listrik. Oleh karena itu, alat praktikum harus memiliki konstruksi yang aman bagi siswa sehingga tidak mudah menimbulkan kecelakaan pada siswa. 7.
Estetika
Alat praktikum yang tampak baik dan indah lebih disenangi oleh siswa tanpa mengurangi kinerja alat praktikum. Estetika dapat dilihat dari bentuk dan warna alat praktikum. 8.
Kepraktisan
Alat praktikum yang digunakan dapat dengan mudah disimpan dan dibawa.
Uji keberfungsian juga dilakukan pada pengembangan alat praktikum. Uji keberfungsian bertujuan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya setiap komponen dari alat praktikum.
16
C. Penelitian yang Relavan
Beberapa alat penentuan laju reaksi berdasarkan jumlah volume gas yang dihasilkan dalam keadaan tekanan tetap yang telah ada diantaranya: 1.
Alat penentuan laju reaksi yang pertama yaitu berdasarkan jumlah volume gas yang dihasilkan pada gas syringe rancangan Bond (2004). Alat penentuan laju reaksi ini terdiri dari labu erlenmeyer, sumbat karet dan gas syringe. Proses pengukuran yaitu pada saat terjadi reaksi di labu erlenmeyer, gas yang dihasilkan akan mendorong syringe selanjutnya dapat diamati berapa volume gas yang dihasilkan setiap selang waktu yang ditentukan. Alat penentuan laju reaksi berdasarkan volume gas yang dihasilkan pada gas syringe dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Alat penentuan laju reaksi rancangan Bond 2.
Alat penentuan laju reaksi yang kedua yaitu berdasarkan volume gas yang dihasilkan melalui perubahan volume air rancangan Norris (2015). Pada alat penentuan laju reaksi kedua ini terdiri dari labu erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, selang, sumbat karet, statif dan klem. Proses pengukurannya yaitu gas
17
yang dihasilkan dari reaksi yang terjadi pada labu erlenmeyer, akan menuju ke gelas ukur yang berada pada posisi terbalik melalui selang. Pada gelas ukur terbalik telah terisi penuh oleh air (tidak terdapat gas) dan di bawah gelas ukur terbalik terdapat gelas kimia yang juga terisi air. Gas yang dihasilkan dari reaksi akan mendorong air yang terletak di gelas ukur terbalik dan air akan menuju ke gelas kimia. Selanjutnya, dapat diamati berapa volume gas yang dihasilkan setiap selang waktu yang ditentukan. Alat penentuan laju reaksi berdasarkan volume gas yang dihasilkan melalui perubahan volume air dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Alat penentuan laju reaksi rancangan Norris Pada alat penentuan laju reaksi kedua memiliki kelemahan yaitu ketika akan digunakan alat harus dirangkai terlebih dahulu. Sayangnya, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit saat merangkai alat penentuan laju reaksi berdasarkan volume gas yang dihasilkan melalui perubahan volume air. Adapun jika ingin membeli secara (komponen instrumen terpadu) KIT, kedua alat penentuan laju reaksi tersebut belum tersedia di pasaran atau belum diproduksi secara komersial.
18
D. Komponen Instrumen Terpadu (KIT) IPA
Menurut Wibawa dan Mukti (1993), media/alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam atau loan boxes merupakan salah satu dari media tiga dimensi. Media tiga dimensi dapat memberi pengalaman yang mendalam dan pemahaman yang lengkap akan benda-benda nyata. Sedangkan, Hamalik (1982) menyatakan loan boxes adalah kotak yang mempunyai bentuk dan besarnya sesuai dengan keperluan. Kotak ini diisi dengan item-item yang berhubungan dengan unit pelajaran. Abullah (2012) menyatakan Komponen Instrumen Terpadu (KIT) IPA adalah istilah untuk alat peraga atau alat yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA.
Menurut Subamia (2015), penyediaan perangkat penunjang praktikum berupa KIT IPA dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Guru tidak terbebani untuk menyiapkan persiapan praktikum. Selain itu juga dapat mengatasi masalah tidak adanya tenaga khusus di laboratorium (laboran) yang seharusnya menangani persiapan di laboratorium dan tidak sesuainya alat/bahan yang tersedia di laboratorium dengan kebutuhan praktikum.
Menurut Abullah (2012), penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran akan sangat membantu siswa karena mata pelajaran ini berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Penggunaan KIT IPA dalam proses pembelajaran akan lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung pada siswa dengan mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah sehingga kehadiran KIT IPA dalam pembelajaran sangatlah penting.
19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif adalah desain penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D). Desain penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011).
Desain R&D menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011) memiliki 10 langkah yang disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut: Penelitian dan pengumpulan data
Perencanaan
Uji pelaksanaan lapangan
Penyempurnaan produk hasil uji lapangan
Penyempurnaan produk akhir
Pengembangan draft awal
Uji coba lapangan
Uji coba lapangan awal
Revisi hasil uji coba
Diseminasi dan implementasi
Keterangan: : Bagian yang sedang dilakukan : Bagian selanjutnya Gambar 3. Langkah-langkah R&D menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011)
20
Pada penelitian dan pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dilakukan sampai bagian revisi hasil uji coba. Adapun kelima langkah tersebut sebagai berikut:
1.
Penelitian dan pengumpulan data
Pada penelitian ini, bagian pertama yang dilakukan adalah penelitian dan pengumpulan data. Bagian penelitian dan pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data pendukung yang dapat memberikan informasi terkait situasi dan kondisi di lapangan dan sebagai acuan atau perbandingan dalam mengembangkan produk. Pada bagian penelitian dan pengumpulan data terdiri atas dua langkah yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan.
a. studi kepustakaan dan kurikulum Studi kepustakaan dan kurikulum merupakan kajian untuk mempelajari konsepkonsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau model yang akan dikembangkan. Selanjutnya, mengumpulkan data prihal langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat alat yang baik dan layak dengan mengikuti kriteria pengembangan alat misalnya dilihat dari bahan alat yang mudah diperoleh, alat mudah dioperasikan, mudah dibawa dan disimpan, alat yang tidak berbahaya ketika digunakan dan yang terpenting adalah alat memiliki akurasi yang cukup serta mudah dirakit. Sebagaimana kita ketahui, alat penentuan laju reaksi sebenarnya telah ada namun masih terdapat kekurangan yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama saat alat dirangkai (secara waktu belum efisien), serta keterbatasan alat untuk dapat mengukur secara kuantitatif. Selanjutnya, hasil dari kajian tersebut dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan produk.
21
b. studi lapangan Pada bagian studi lapangan dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, SMA Negeri 1 Kota Agung, SMA Negeri 2 Kota Agung, dan SMA Negeri 1 Talang Padang. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah pedoman wawancara dan kuesioner. Pedoman wawancara dilakukan terhadap satu orang guru mata pelajaran kimia yang mengajar di kelas XI dan kuesioner dilakukan terhadap 20 orang siswa di setiap sekolah. Tujuan dilakukan wawancara ini untuk memperoleh data mengenai alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang yang selama ini digunakan di sekolah tersebut sehingga dapat dilakukan analisis kekuatan dan kelemahan terhadap alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang telah digunakan di beberapa sekolah tersebut. Selain itu, pada bagian studi lapangan juga dilakukan analisis kekuatan dan kelemahan alat penentuan laju reaksi yang sudah pernah dikembangkan selama ini.
2.
Perencanaan
Setelah didapatkan data-data yang dibutuhkan dalam pengembangan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Bagian selanjutnya yaitu menentukan bahan atau bentuk pada alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang akan dikembangkan berdasarkan hasil analisis kekuatan dan kelemahan terhadap alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang selama ini digunakan di sekolah dan alat penentuan laju reaksi yang telah dikembangkan sampai saat ini. Selain itu, pada bagian perencanaan juga menentukan aspek-aspek apa saja yang digunakan oleh validator dalam menilai kelayakan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang dikembangkan.
22
3.
Pengembangan draft awal
a.
desain alat
Pada bagian pengembangan draft awal ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah mendesain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang akan dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek keterkaitan dengan bahan ajar, efisiensi pembuatan alat, kemudahan penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketahanan alat.
b.
validasi desain
Setelah mendesain alat, kemudian hasil desain dibawa ke validator untuk divalidasi. Validasi desain bertujuan untuk menilai kelayakan desain alat yang akan dikembangkan dengan mengacu aspek yang ingin dicapai. Berdasarkan validasi desain ini akan terdapat masukan-masukan dari validator jika terdapat kekurangan terkait desain alat.
c.
revisi desain alat
Jika masih terdapat kekurangan, maka dilakukan revisi terhadap desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Setelah desain divalidasi dan direvisi, maka didapatkan desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif hasil revisi.
d.
pengembangan alat
Bagian selanjutnya yaitu pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif berdasarkan hasil desain alat hasil revisi pada tahap sebelumnya.
23
e.
validasi alat
Setelah alat dikembangkan, kemudian produk berupa KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dibawa ke validator untuk dilakukan validasi produk. Validasi alat bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian dengan kebutuhan sehingga alat tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi ini terdiri dari validasi keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran.
f.
revisi alat hasil validasi ahli
Setelah melakukan diskusi dengan validator pada bagian validasi desain, maka akan dapat diketahui kelemahan dan kekurangan alat. Selanjutnya adalah melakukan perbaikan terkait alat yang disesuaikan dengan masukan dari validator. Setelah KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif diperbaiki, hasil alat yang telah dilakukan perbaikan berdasarkan rekomendasi dari validator kemudian dibawa untuk dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
g.
uji keberfungsian
Selanjutnya, KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang telah divalidasi oleh validator dan telah direvisi kemudian dilakukan uji keberfungsian. Uji keberfungsian bertujuan untuk mengetahui apakah setiap komponen pada KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif sudah dapat berfungsi dengan baik. Pada bagian ini, beberapa orang dari 10 mahasiswa melakukan demonstrasi, selanjutnya 10 orang mahasiswa tersebut menilai keberfungsian setiap komponen alat.
24
h.
revisi hasil uji keberfungsian
Jika masih terdapat kekurangan berdasarkan hasil uji keberfungsian pada alat maka KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif direvisi. Setelah direvisi pada bagian uji keberfungsian maka dihasilkan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif hasil revisi uji keberfungsian.
4.
Uji coba lapangan awal
Selanjutnya, alat yang telah diuji dan direvisi pada uji keberfungsian, selanjutnya dilakukan uji coba lapangan awal di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui respon guru dan siswa terkait pada alat yang dikembangkan. Alat ini diuji cobakan pada 10 siswa kelas XI dan 2 orang guru mata pelajaran kimia.
Pada bagian uji coba lapangan awal, guru dimintai respon terhadap kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan berdasarkan keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran. Sedangkan, pada siswa diminta responnya terhadap keberfungsian komponen alat yang dikembangkan. Kemudian, berdasarkan uji coba lapangan awal dihasilkan saran perbaikan yang dapat menjadi acuan dalam merevisi produk KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif.
25
5.
Revisi hasil uji coba
Bagian selanjutnya yang merupakan bagian akhir dari penelitian ini yaitu revisi hasil uji coba produk dan penyempurnaan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Revisi meliputi aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran.
Revisi juga dilakukan berdasarkan hasil respon siswa terhadap keberfungsian setiap komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Kemudian, mengonsultasikan hasil revisi dengan dosen pembimbing. Hasil revisi tersebut merupakan produk akhir dari pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif.
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Lokasi penelitian pada bagian penelitian dan pengumpulan data yaitu di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, SMA Negeri 1 Kota Agung, SMA Negeri 2 Kota Agung, dan SMA Negeri 1 Talang Padang, sedangkan pada bagian uji coba lapangan awal dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.
C. Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran kimia kelas XI, siswa SMA kelas XI yang telah mendapatkan materi laju reaksi, mahasiswa, dan
26
dosen. Data penelitian berupa skor jawaban dan data respon terhadap kuesioner yang disebarkan. Data yang diperoleh pada bagian penelitian dan pengumpulan data berupa skor jawaban terhadap kuesioner analisis kebutuhan yang diisi oleh 4 guru pengampu mata pelajaran kimia kelas XI dan 80 siswa yang tersebar di satu SMA Negeri di kota Bandar Lampung dan tiga SMA Negeri di kabupaten Kota Agung. Data pada bagian pengembangan adalah berupa skor jawaban terhadap kuesioner yang diisi oleh dua orang validator prihal desain alat dan berupa skor jawaban terhadap kuesioner yang diisi oleh dua orang validator prihal validasi alat. Pada bagian ini juga didapatkan data skor jawaban terhadap kuesioner yang diisi oleh 10 mahasiswa prihal keberfungsian alat. Pada bagian terakhir yaitu bagian uji coba lapangan awal, data penelitian berupa skor jawaban dan data respon berdasarkan kuesioner yang diisi oleh 2 guru pengampu mata pelajaran kimia kelas XI dan 10 siswa SMA Negeri 6 Bandar Lampung.
D. Alur Pengembangan
Alur pelaksanaan penelitian ini terbagi atas tiga bagian diantaranya analisis kebutuhan, pengembangan produk dan uji coba lapangan awal. Adapun alur pelaksanaan penelitian tersebut dijabarkan melalui gambar 4.
27
Studi Lapangan
- Langkah pembuatan alat yang baik - Kriteria alat yang baik
-
-
Wawancara guru dan meminta siswa mengisi kuesioner di empat SMA Negeri di kota Bandar Lampung dan kabupaten Tanggamus mengenai penggunaaan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang selama ini digunakan Analisis alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang digunakan oleh guru dan siswa. Analisis alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang telah dikembangkan
Desain alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi kuantitatif berbentuk KIT Validasi ahli
Analisis Kebutuhan
Studi Pustaka
Desain hasil revisi
Tidak Revisi
Ya Revisi desain alat hasil validasi ahli
Pengembangan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif berbentuk KIT Tidak Validasi ahli
Alat hasil revisi
Revisi
Ya Revisi alat hasil validasi ahli
Pengembangan Produk
Desain alat hasil revisi
Alat hasil revisi
Uji keberfungsian oleh mahasiswa
Revisi alat hasil uji keberfungsian
Uji coba lapangan awal
Revisi Produk dari hasil uji coba lapangan awal
Ket:
: aktivitas : hasil dari aktivitas : arah aktivitas selanjutnya
Final : KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif
: arah dari hasil aktivitas : arah siklus
Gambar 4. Alur pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif
Uji Coba Lapangan Awal
Alat hasil revisi
28
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Instrumen pada penelitian dan pengumpulan data
a.
instrumen analisis kebutuhan untuk guru
Instrumen ini berupa pedoman wawancara disusun untuk mengetahui alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang selama ini digunakan oleh guru. Selain itu, instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kriteria alat yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan siswa sehingga dapat sebagai masukan terhadap pengembangan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
b.
instrumen analisis kebutuhan untuk siswa
Instrumen ini berupa kuesioner yang disusun untuk mengetahui alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang selama ini digunakan oleh siswa dan meminta masukan dari siswa mengenai kriteria alat yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sehingga dapat sebagai masukan terhadap pengembangan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
2.
Instrumen pada pengembangan draft awal
a.
instrumen validasi desain
Instrumen ini berupa kuesioner yang berisikan beberapa aspek kelayakan desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan. Aspek kelayakan desain terdiri atas aspek keterkaitan dengan bahan
29
ajar, efisiensi pembuatan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa serta ketahanan. Pada aspek keterkaitan dengan bahan ajar yaitu untuk mengetahui apakah desain alat sudah sesuai dengan konsep pengaruh katalis terhadap laju reaksi dan apakah komponen penyusun alat menggunakan bahan yang memudahkan pengamatan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Pada aspek efisiensi pembuatan alat yaitu untuk mengetahui apakah komponen penyusun alat menggunakan bahan yang mudah diperoleh dan apakah biaya pembuatan alat relatif terjangkau.
Pada aspek efisiensi penggunaan alat yaitu untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan mudah untuk disimpan serta apakah alat yang dikembangkan mudah untuk dibawa/dipindahkan. Pada aspek keamanan yaitu untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan sudah meminimalisir kemungkinan bahaya yang akan terjadi pada siswa dan apakah komponen penyusun alat menggunakan bahan yang tidak bereaksi dengan zat-zat kimia yang akan digunakan. Terakhir, pada aspek ketahanan yaitu untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan tahan terhadap perubahan lingkungan (suhu, cahaya matahari, kelembapan, air).
b.
instrumen validasi alat
Pada instrumen ini berupa kuesioner yang berisikan beberapa aspek kelayakan alat KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dikembangkan. Aspek kelayakan pada validasi alat terdiri dari keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran. Aspek keterkaitan dengan bahan ajar yaitu untuk mengetahui apakah konsep yang diajarkan dengan menggunakan alat yang
30
dikembangkan telah sesuai dengan kurikulum dan pengembangannya dan untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan dapat memenuhi kompetensi dasar keterampilan yaitu KD 4.7 serta untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan dapat menjelaskan fenomena pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Pada aspek kebernilaian pendidikan yaitu untuk mengetahui apakah alat yang akan dikembangkan sesuai dengan perkembangan intelektual siswa, dapat meningkatkan kompetensi siswa pada materi pengaruh katalis terhadap laju reaksi serta apakah alat yang dikembangkan dapat menuntut siswa untuk bekerja sama dalam kegiatan praktikum. Pada aspek ketahanan yaitu untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan tahan terhadap perubahan lingkungan (suhu, cahaya matahari, kelembapan dan air), sehingga hasil pengukuran tidak akan mengalami penyimpangan, walaupun sering digunakan serta alat mudah dalam perawatan.
Pada aspek efisiensi penggunaan alat yaitu untuk mengetahui apakah alat yang dikembangkan mudah digunakan dan mudah dibawa dan disimpan, sehingga dapat menghemat waktu praktikum dan masalah keterbatasan waktu pembelajaran dapat teratasi. Pada aspek keamanan yaitu untuk mengetahui apakah konstruksi alat yang dikembangkan aman bagi siswa (tidak mudah menimbulkan kecelakaan pada siswa). Aspek ketepatan pengukuran yaitu untuk mengetahui keberhasilan pengukuran alat yang dikembangkan dapat membuktikan dekomposisi H2O2 adalah orde pertama terhadap konsentrasi H2O2. c.
instrumen uji keberfungsian
Instrumen pada uji keberfungsian berbentuk kuesioner yang berisi apakah setiap komponen-komponen pada alat dapat berfungsi dengan baik.
31
3.
Instrumen pada uji coba lapangan awal
a.
instrumen pada respon guru
Instrumen ini berupa kuesioner yang di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan untuk menilai kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif. Beberapa aspek kelayakan yang akan dinilai oleh guru terdiri dari aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran.
b.
instrumen pada respon siswa
Instrumen ini berupa kuesioner yang akan dinilai oleh siswa mengenai keberfungsian setiap komponen-komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif.
Baik pada kuesioner respon guru dan respon siswa juga dilengkapi dengan kolom komentar yang dimaksudkan memberikan ruang kepada guru dan siswa bila terdapat masukan untuk bahan pertimbangan perbaikan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan kuesioner. Pada bagian penelitian dan pengumpulan data yaitu pada bagian studi pendahuluan menggunakan pedoman wawancara dan kuesioner. Pada bagian validasi desain, validasi alat, uji keberfungsian dan pada uji coba lapangan awal,
32
teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu berupa jawaban Ya dan Tidak serta ditanggapi dengan memberi saran pada kolom yang telah disediakan.
Validasi desain alat dilakukan dengan menunjukkan gambar desain alat, deskripsi desain alat serta rincian setiap komponen desain alat, kemudian meminta validator untuk mengisi kuesioner validasi. Selanjunya, pada saat validasi alat dilakukan dengan menunjukkan video percobaan dengan alat penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi yang dikembangkan, deskripsi alat, serta menunjukkan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dan meminta validator untuk mengisi kuesioner validasi. Pada uji keberfungsian, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif kepada mahasiswa yang akan mendemonstrasikan alat, kemudian meminta mahasiswa untuk mengisi kuesioner keberfungsian alat. Pada bagian terakhir yaitu uji coba lapangan awal, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan alat kepada guru dan siswa. Kemudian, siswa melakukan demonstrasi dengan menggunakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif . Selanjutnya, meminta guru dan siswa mengisi kuesioner yang telah disediakan.
G. Teknik Analisis Data
1.
Teknik analisis data hasil wawancara
Adapun kegiatan dalam teknik analisis data wawancara analisis kebutuhan guru dilakukan dengan cara: a.
mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan wawancara.
33
b.
melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan wawancara dan banyaknya sampel.
c.
menghitung persentase jawaban guru, bertujuan untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut: % J in
J N
i
100%
(Sudjana, 2005)
Keterangan : % J in = Persentase pilihan jawaban-i
J
i
= Jumlah responden yang menjawab jawaban-i
N = Jumlah seluruh responden d. Menjelaskan hasil presentasi jawaban responden dalam bentuk deskriptif naratif.
2.
Teknik analisis data kuesioner
Kuesioner yang akan diolah pada penelitian ini adalah kuesioner untuk analisis kebutuhan siswa, kuesioner validasi desain dan validasi alat, kuesioner uji keberfungsian, kuesioner respon guru serta kuesioner respon siswa. Kegiatan dalam teknik analisis data kuesioner KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dilakukan dengan cara: a.
mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan kuesioner.
b.
melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan kuesioner dan banyaknya responden (pengisi kuesioner).
34
c.
menghitung frekuensi jawaban, bertujuan untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih responden dalam setiap pernyataan pada kuesioner, pedoman penskoran berdasarkan skala Guttman dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pedoman penskoran pengisian jawaban pada kuesioner No 1 2
d.
Pilihan Jawaban Ya Tidak
Skor 1 0
menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:
% X in
S 100%
(Sudjana, 2005)
S maks
Keterangan : % X in = Persentase jawaban pernyataan ke-i pada kuesioner
S = Jumlah skor jawaban total
S maks = Skor maksimum yang diharapkan
e. menghitung rata-rata persentase jawaban setiap kuesioner untuk mengetahui aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran pada KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dengan rumus sebagai berikut: %X i
Keterangan :
%X n
in
(Sudjana, 2005)
% X i = Rata-rata persentase jawaban pertanyaan pada kuesioner
35
%X n
in
= Jumlah persentase jawaban pertanyaan total pada kuesioner = jumlah pertanyaan pada kuesioner.
f. menafsirkan persentase jawaban kuesioner secara keseluruhan yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Tafsiran persentase kuesioner Persentase 80,1%-100% 60,1%-80% 40,1%-60% 20,1%-40% 0,0%-20%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
(Arikunto, 2010)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Desain KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dinyatakan sangat tinggi baik pada aspek keterkaitan dengan bahan ajar, kemudahan pembuatan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan dan ketahanan alat sehingga alat valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran
2.
KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dinyatakan sangat tinggi baik pada aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat, efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran sehingga alat valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran
3.
Berdasarkan uji keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan sangat tinggi sehingga alat valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran
4.
Berdasarkan respon guru terhadap aspek kelayakan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dinyatakan sangat tinggi baik pada aspek keterkaitan dengan bahan ajar, nilai pendidikan, ketahanan alat,
64
efisiensi penggunaan alat, keamanan bagi siswa dan ketepatan pengukuran sehingga alat valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran 5.
Berdasarkan respon siswa terhadap keberfungsian komponen KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif dinyatakan sangat tinggi, sehingga alat valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran
6.
Faktor pendukung selama proses pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif yaitu dalam proses pembuatan alat yang tergolong mudah dilakukan dan komponen dari alat yang tidak sulit dicari, selain itu adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa dengan peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
7.
Tidak terdapat kendala yang berarti selama proses pengembangan KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, saran yang diajukan peniliti adalah sebagai berikut: a.
Perlu pengembangan lebih lanjut pada KIT penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara kuantitatif agar alat yang dikembangkan dapat digunakan pada proses pembelajaran penentuan pengaruh katalis terhadap laju reaksi secara layak dan meluas
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, G. 2012. Pengetahuan Guru Tentang Penggunaan KIT IPA Di Sekolah Dasar se-Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Ilmu Pendidikan. 3 (4), 81-85 Akbar, R. A. 2012. Mind the Fact: Teaching Science without Practical as Body without Soul. Journal of Elementary Education. 22(1), 1-9 Al-Naqbi dan A. Khalfan. 2005. The Role of Laboratory Work in School Science: Educators’ and Students’ Perspectives. Journal of Faculty of Education. 18(22), 19-35 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Taktik Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Bell, P. 2004. The Second Science Laboratory: Consideration of Learning, Technology, and Scientific Practice. Paper Prepared for the meeting: High School Science Laboratories: Role and Vision. 1-35 Bond T. dan C. Hughes. 2004. GCE O-level Science-Chemistry Effective Guide (Yellowreef). Cosmic Services. Singapore Demircioglu, G. dan M. Yadigaroğlu. 2011. The Effect of Laboratory Method on High School Students Understanding of The Reaction Rate. Western Anatolia Journal of Educational Sciences (WAJES). 509-516 Dewi A. A. K. N., N. Dantes, dan. I. B. P. Arnyana. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Berbantuan KIT IPA terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 3 Fensham, P. J. 1988. Development and Dilemmas in Science Education. Falmer Press. London Hadi, A. 2009. Upaya Mengatasi Keterbatasan Pelaksanaan Praktikum Kimia di SMA/MA melalui Pengembangan Alat Peraga Praktikum Kimia Skala Kecil. Skripsi Institut Teknologi Bandung. Bandung
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta Hart, C., P. Mulhall, A. Berry, J. Loughran, dan R. Gunstone. 2000. What is the Purpose of this Experiment? Or Can Students Learn Something from Doing Experiments?. Journal of Research in Science Training. 37 (7), 655-675 Hofstein A. dan R. Mamlok-Naaman. 2007. The Laboratory in Science Education: the State of the Art. Chemistry Education Research and Practice. 8(2), 105-107 Indiyani, L. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik melalui Penggunaan Media KIT IPA di SMP Negeri 10 Probolinggo. Journal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. 3(1), 54-60 Johnstone, A. H. 2000. Chemical Education Research: Where from Here?. Proceedings. 34-38 Kirna, I. M. 2011. Pembelajaran Pengembangan Pemahaman Konseptual Kimia bagi Pembelajar Pemula. Seminar Nasional FMIPA Undikhsa. 166-174 Mamlok-Naaman, R. dan N. Barnea. 2012. Laboratory Activities in Israel. Eurasiea Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 8(1), 49-57 Mandu, T., Sukmawati dan S. Djuzairoh. 2015. Penggunaan Media KIT IPA terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(7), 1-9 Maryandi, R., H. Kresnadi dan S. Halidjah. 2013. Penggunaan KIT IPA pada Materi Energi Panas terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2(8), 1-9 Millar, R., A. Tiberghien, J. L. Marechal. 2002. Varieties of Labwork: A Way of Profiling Labwork Tasks. Teaching and Learning in the Science Laboratory. 9-20 Millar, R. 2004. The Role of Playing Work in the Teaching and Learning of Science. Paper prepared for the Committee. 1-24 Ney, M., C. Maisch, dan P. Marzin. 2009. Learning in the Laboratory. An Interactional, Factual and Conceptual Experience. A paper Presented at the European Science Education Research Association 2009 Conference. 1-12 Norris, R. 2015. Cambridge IGCSE® Chemistry Revision Guide. Cambridge University Press. United Kingdom Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Reid, N. dan I. Shah. 2007. The Role of Laboratory Work in University Chemistry. Chemistry Education Research and Practice. 8(2), 172-185 Rifai, H. K., A. T. Tellu, & S. Saehana. 2015. Penggunaan KIT IPA yang Dipadukan dengan Pendekatan Hands On untuk Meningkatkan Minds On Siswa di Kelas VB SDN Model Terpadu Madani Palu. Jurnal Mitra Sains. 3(1), 1-8 Sari, I. P., Ismail dan Sadiman. Penggunaan Media KIT Berbasis SEQIP untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya. Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO). 2(9) Silberberg, S. M. 2007. Principles Of General Chemistry. Mcgraw-Hill. New York Subamia, I. D. P., S. Wahyuni., dan N. N. Widiasih. 2015. Pengembangan Perangkat Praktikum Berorientasi Lingkungan Penunjang Pembelajaran IPA SMP Sesuai Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Indonesia . 4(2), 684-696 Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Tim Penyusun. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud. Jakarta ___________. 2007. Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Kemendikbud. Jakarta ___________. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia Sederhana untuk SMA. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta ___________. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendibud. Jakarta Wibawa dan Mukti. 1993. Media Pengajaran. Depdiknas. Jakarta Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X melalui KIT Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 5, 1–7. Woodley, E. 2009. Practical Work in School Science – Why is it Important?. SSR. 91(335), 49-51