Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan
SKRIPSI
DIYANTI WEDA SARI F14103060
2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Diyanti Weda Sari. F14103060.Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di kabupaten Kuningan. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS. 2007.
RINGKASAN Kabupaten Kuningan yang dominan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, mempunyai luas lahan sawah 29.550 ha, dengan 368 unit traktor roda dua. Luas lahan sawah dibagi dengan jumlah unit traktor roda dua yang ada, maka setiap 1 unit traktor roda dua melayani 80 ha sawah per musim. Data teknis pengukuran lapangan, menghasilkan 1 unit traktor roda dua hanya mampu melayani mengolah tanah 13,52 ha/musim. Hal ini bisa menjadi peluang yang baik untuk membuka jasa pengolahan tanah independen (mandiri) dengan menggunakan traktor roda dua. Nilai KLE pembajakan terdapat pada traktor Kubota yaitu 0,1 ha/jam dan nilai KLE pembajakan terkecil yaitu pada kerbau desa Panawuan (point 5 tabel 3) sebesar 0,037 ha/jam. Perbedaaan nilai ini disebabkan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah keterampilan operator dalam mengolah tanah dan keras/lunaknya tanah yang diolah. Nilai KLE penggaruan terdapat pada traktor Yanmar TF 85 yaitu 0,068 ha/jam dan nilai KLE penggaruan terkecil yaitu pada traktor roda dua Yanmar TF 65 sebesar 0,048 ha/jam. Efisiensi lapang yang cukup tinggi disebabkan pola pengolahan yang memungkinkan tidak diperlukannya pengulangan lintasan. Disamping itu operator cukup terampil. Nilai indeks pelumpuran yang didapat menunjukkan nilai lumpur yang tercipta setelah dilakukan pengolahan tanah (bajak dan garu). Tingkat persentase lumpur lebih dari 50 % menunjukkan nilai lumpur yang pekat yang baik untuk pertumbuhan padi. Sedangkan presentase lumpur yang kecil menunjukkan tanah yang masih encer sehingga tidak baik untuk pertumbuhan padi. Nilai indeks pelumpuran yang didapat dari pengukuran didominasi oleh 50 % ke bawah. Hal ini disebabkan oleh terlalu banyaknya air yang dipakai.
i
Nilai indeks kelunakan yang didapat dari pengukuran kurang dari 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Hal ini sangat cocok untuk tanaman padi. Nilai penyusutan untuk traktor roda dua Yanmar TF85 yang harga awalnya Rp.15.500.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 1.550.000,/tahun. Sedangkan untuk Kubota dan Yanmar TF65 yang harga awalnya Rp.14.000.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 140.000,- /tahun. Dan untuk Yanmar Bima 8000 yang harga awalnya Rp.12.500.000 dengan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 125.000,- /tahun. Besarnya bunga modal dengan suku bunga 15 % untuk masing-masing Biaya Tidak Tetap (BTT) yang didapat dari pengukuran adalah Rp.173.199,26,-/ha – 207.804.2,-/ha pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga, dimana harga solar Rp.2300,-/liter. Dan Rp.200.670.16,-/ha – 243.804.19,/ha pada tahun keempat sampai dengan tahun kelima, dimana harga solar Rp.4300,-/liter. Sedangkan upah yang diterima operator dihitung tiap jamnya sebesar Rp.117.800,-/ha. Dari hasil analisi kelayakan dengan menggunakan data-data : penerimaan (rp/tahun), pengeluaran (rp/tahun), pendapatan (rp/tahun), DF = 15 % dan 18 %, didapat nilai NPV yang positif, IRR yang lebih besar dari DF (discount factor = tingkat suku bunga), dan B/C ratio yang bernilai lebih dari satu, maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak I. D. K. Suardiana dan Ibu Wasrini. Pendidikan Dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SDN 9 Kuningan, pendidikan menengah dimulai tahun 1997-2000 di SLTPN 4 Kuningan dan pendidikan menengah atas dimulai tahun 2000-2003 di SMUN 3 Kuningan. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi anggota HIMATETA dan pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB divisi Informasi dan Komunikasi pada tahun 2005-2006.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memudahkan jalan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Peluang Jasa Pengembangan Alat Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis Di Kabupaten Kuningan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yanng dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Mei 2007 di wilayah Kabupaten Kuningan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi maupun dala hal operasional selama penelitian sehingga penelitian-penelitian lanjutan akan sangat bermanfaat untuk perkembangan penelitian ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Allah SWT atas segala cinta dan rida-Nya, tanpa itu semua tidak akan berlimpah kenikmatan yang dirasakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS sebagai dosen pembingbing akademik yang telah mencurahkan perhatian dan waktunya untuk membingbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan juga selama penulis berada dalam pendidikan di IPB. 3. Bapak Ir. Parlaungan Rangkuti, MSi dan Bapak Ir. Susilo Sarwono sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukkan yang berharga bagi penulis, menjadikan skripsi ini lebih baik dari sebelumnya. 4. I. D. K. Suardiana dan Wasrini yang tak pernah putus doa dan cinta kasihnya yang tidak akan terbayarkan oleh uang dan tak tergantikan oleh waktu. Hanya menjadi anak kebanggaan mungkin bisa membuat papa dan mama tersenyum. 5. Tanteku yang baik hati, Lina, yang mau meluangkan waktu untuk membantu pengambilan data primer.
iv
6. Adik-adikku, Chandri atas pengetikan dan pengolahan data, dan si bungsu Astri atas doa dan waktunya mau menemani dalam pengetikan. 7. Temanku, Slamet Eka Dani yang membantu dalam pengolahan data ekonomi. 8. Teman-teman mesin 40 dan TEP 40 lainnya yang memberikan doa pada penulis untuk segera lulus. 9. Untuk semua yang namanya tidak bisa disebutkan disini satu persatu, atas doa dan cintanya pada penulis. Kritik dan saran selalu penulis tunggu untuk perbaikan dan pendewasaan berpikir.
Bogor,
Penulis
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN.........................................................................................................i RIWAYAT HIDUP..............................................................................................iii KATA PENGANTAR .........................................................................................vi DAFTAR ISI ........................................................................................................vi DAFTAR TABEL ..............................................................................................vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................viii BAB I : PENDAHULUAN
.................................1
A. Latar Belakang
.................................1
B. Tujuan
.................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
.................................3
A. Keadaan Umum Kabupaten Kuningan
.................................3
B. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
.................................4
C. Sumber Daya di bidang Pertanian
.................................5
D. Sawah
.................................8
E. Kinerja Teknis Alat dan Mesin Pengolahan Tanah Pertanian.....11 F. Potensi Pengembangan Mekanisasi Pertanian...............................16 G. Kerjasama dengan Dinas Terkait
...............................20
H. Kebutuhan dan Analisis Usaha Jasa Alsintan ...............................23 BAB III : METODA PENELITIAN
...............................27
A. Jenis dan Waktu Penelitian
...............................27
B. Metoda Penelitian
...............................27
C. Analisa Data
...............................28
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
...............................30
A. Keadaan Lahan Sawah Kabupaten Kuningan........... ...................30 B. Perkembangan Mekanisasi Pertanian
...............................30
C. Kapasitas Lapang
...............................31
D. Analisa Biaya Pengolahan Tanah
...............................37
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
...............................40
BAB VI : DAFTAR PUSTAKA
...............................42
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Kabupaten Kuningan Menurut Penggunaannya................................4 Tabel 2. Tenaga dan gaya tarik yang Dihasilkan Beberapa Hewan........................7 Tabel 3. Rekapitulasi Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Kuningan Tahun 2003...........................................................17 Tabel 4. Kapasitas Lapang Pembajakan Traktor Roda Dua..................................32 Tabel 5. Kapasitas Lapang Pembajakan Kerbau....................................................32 Tabel 6. Kapasitas Penggaruan Traktor Roda Dua................................................34 Tabel 7. Pelumpuran..............................................................................................37 Tabel 8. Biaya Tidak tetap Pengolahan Tanah dengan Traktor Roda Dua...........38 Tabel 9. Analisis Biaya..........................................................................................39 Tabel 10. Analisis Finansial...................................................................................39
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Posisi Pengambilan Contoh Suspensi Air-Tanah Hasil Pelumpuran dan Posisi Tanah dalam Tabung Plastik………………….…................................13 Gambar 2.Posisi Bola Golf Ketika Dijatuhkan Kedalam Lumpur...................................................................................14 Gambar 3. Struktur Organisasi UPJA....................................................................21 Gambar 4. Petak Percobaan Untuk Kapasitas Lapang...........................................28 Gambar 5. Pembajakan dengan Menggunakan Traktor Roda Dua........................33 Gambar 6. Pembajakan dengan Menggunakan Hewan..........................................33 Gambar 7. Penggaruan dengan Menggunakan Traktor Roda Dua........................34 Gambar 8. Penggaruan dengan Menggunakan Hewan..........................................35 Gambar 9. Tanah yang dicangkul Setelah Dibajak dengan Hewan.......................35 Gambar 10. Penyebab Nilai Efisiensi Pembajakan Tinggi....................................36
viii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kabupaten Kuningan...................................................................2 Lampiran 2. Penghitungan Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap.........................................................................3 Lampiran 3. Luas Kabupaten Kuningan menurut Kecamatan & Penggunaan tahun 2005 ......................................................................9 Lampiran 4. Luas daerah, Jumlah Penduduk dan Rata-Rata Kepadatan Penduduk Tahun 2005........................................................................10 Lampiran 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2005...............................................11 Lampiran 6. Data Teknis Traktor...........................................................................12 Lampiran 7. Data Ekonomi Traktor.......................................................................38 Lampiran 8.Perhitungan Data Ekonomi.................................................................45
ix
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : Diyanti Weda Sari F14103060
2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : Diyanti Weda Sari F14103060 Dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 Di Jakarta Tanggal lulus : Menyetujui : Bogor, Dosen Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring MS NIP. 130 367 111 Ketua Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS NIP. 131 671 603
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dukungan mekanisasi pertanian akan menjadi agenda pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan jika dikaitkan dengan program revitalisasi pertanian, yang mengisyaratkan kepada tiga pilar utama yaitu ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan kesejahteraan rakyat. Sektor pertanian selalu dikaitkan dengan ketiga hal tersebut, karena merupakan sumber mata pencaharian yang sangat dominan bagi lebih dari 50 % penduduknya (Anonim, 2004). Mekanisasi pertanian sebagai supporting systems mempunyai peran vital untuk ikut mendukung revitalisasi pertanian dalam arti yang luas, antara lain memberikan citra pertanian Indonesia yang kuat dan tidak berkesan kumuh, mampu menjadi harapan sebagian besar masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini sekaligus menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat dan menghasilkan devisa bagi tumbuhnya perekonomian negara dengan teknologi yang dibutuhkan. Karena itu, revitalisasi pertanian tidak dapat terpisah dari pembangunan infrastuktur, kelembagaan, sumber daya manusia, pengembangan investasi dan permodalan teknologi termasuk mekanisasi pertanian. Perkembangan mekanisasi pertanian tidak terlepas dari peranan industri alat dan mesin pertanian (alsintan) swasta. Oleh karena titik berat pengembangan komoditas di Indonesia adalah padi, maka industri alsintan di Indonesia yang tergolong besar didominasi oleh industri alsintan untuk padi seperti pompa air, traktor tangan, threser, pengering dan penggilingan padi serta peralatan sederhana seperti sprayer, sabit dan cangkul. Meskipun demikian, banyak industri alsintan dalam negeri yang memproduksi mesin-mesin pertanian di luar padi seperti alsintan untuk pengolahan produk perkebunan yang tidak tercatat dalam statistik (Anonim, 2004). Pemanfaatan alsintan, yang bersifat labor saving technology, dirasakan telah menggeser penggunaan tenaga manusia dan ternak. Mesin-mesin pertanian mempunyai hubungan saling mengganti (substitusi) dengan tenaga manusia dan ternak yang bersifat komplemen terhadap lahan. Kedua sifat hubungan tersebut
1
sangat jelas terlihat pada usaha tani padi di Indonesia. Sebagai contoh, penggunaan hand tractor dan power threser sebagai pengganti tenaga manusia dan ternak (Anonim, 2004). Alsintan mempunyai peran dan potensi sangat strategis karena kontribusinya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi sumberdaya, disamping peningkatan kualitas melalui prosesing dan diversifikasi produk yang menghasilkan nilai tambah tinggi dalam mendukung program pengembangan agribisnis. Jika diterapkan dengan benar dan tepat akan memberikan kontribusi positif untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelajutan dan terdesentralisasi. Dengan mempertimbangkan peran dan strategis tersebut, maka wajar jika pemerintah melakukan intervensi dalam pengembangan alsintan (Anonim, 2004). Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dengan mengembangkan alsintan melalui pola usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) agar petani mampu mengakses, menggunakan alsintan tanpa membeli atau memiliki sendiri. Pelaksanaan UPJA dengan bantuan Sector Project Loan-Overseas Economic Coorporation Fund (SPL-OECF) dari pemerintah Jepang, dilakukan melalui pola kerjasama oparesional (KSO) oleh kelompok tani UPJA, yang terdiri dari manajer dan beberapa orang operator sesuai dengan jenis alsintan yang dikelola. Fungsi dan tugasnya adalah memberi pelayanan jasa alsintan kepada petani, mendayagunakan alsintan baik untuk pengolahan tanah, pengairan maupun penanganan pasca panen, serta memanfaatkan alsintan seoptimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi agar dapat memberikan hasil usaha yang maksimal dari pendayagunaan alsintan tersebut (Anonim, 2002). B.Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui adanya peluang dan kelayakan jasa pengolahan tanah secara mekanis (traktor roda dua) di Kabupaten Kuningan.
2
II.TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Umum Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108˚ 23' - 108˚ 47' Bujur Timur dan 6˚ 47' - 7˚ 12' Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6˚ 47' - 7˚ 50' Lintang Selatan dan 105˚ 20' -108˚ 40' Bujur Timur. Dilihat dari posisi geografisnya terletak dibagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan : •
Sebelah Utara
:Kabupaten Cirebon
•
Sebelah Timur
:Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
•
Sebelah Selatan
:Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
•
Sebelah Barat
:Kabupaten Majalengka
3
Tabel 1. Luas Kabupaten Kuningan menurut penggunannya tahun 2005
Luas ( ha ) No
Penggunaan 1 Lahan sawah Pengairan teknis Pengairan setengah teknis Pengairan sederhana PU Pengairan non PU Tadah hujan Jumlah 2 Lahan bukan sawah Pekarangan Tegalan/kebun Ladang/huma Penggembalaan Kolam Tanah kering Tanah lainnya Hutan negara dan hutan rakyat Perkebunan Lain-lain Jumlah Total
Tahun 2005
Tahun 2004
Tahun 2003
4702 9224 2936 4217 8471 29550
4361 8829 3442 4375 8543 29550
4726 8585 4388 3627 8464 29790
9961 16356 11444 1651 535 77512 535 32580 2434 3084 156092 185642
9959 16356 11444 1651 535 73519 4528 31136 6735 4528 160391 189941
10113 16291 13254 16524 534 70838 7209 26192 6554 7209 174718 204508
Sumber : Kuningan Dalam Angka 2005-2006 B. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pengukuran performasi teknis traktor roda dua dilakukan di Kecamatan Luragung dengan luas lahan sebesar 1.084 ha, dengan jumlah penduduk 38.340 jiwa (tahun 2005) terdiri dari 19.491 laki-laki dan 18.849 perempuan maka kepadatan penduduknya 885,86 jiwa/km2. Tanaman pangan yang banyak dibudidayakan adalah padi sawah (2.601 ha), padi gogo (76 ha), jagung (138 ha) dan lain-lain (Kuningan Dalam Angka, 2005-2006). Selain di Kec. Luragung dilakukan pengukuran di Kec. Lebakwangi dengan luas lahan sebesar 1.034 ha, dengan jumlah penduduk 41.044 jiwa (tahun 2005) terdiri dari 20.733 laki-laki dan 20.311 perempuan maka kepadatan penduduknya 2057,34 jiwa/km2. Tanaman pangan yang banyak dibudidayakan
4
adalah padi sawah (2.346 ha), padi gogo (0 ha), jagung (54 ha) dan lain-lain (Kuningan Dalam Angka, 2005-2006). Terakhir dilakukan pengukuran di Kec. Garawangi dengan luas lahan sebesar 1.000 ha, dengan jumlah penduduk 38.987 jiwa (tahun 2005) terdiri dari 19.442 laki-laki dan 19.945 perempuan maka kepadatan penduduknya 1380,56 jiwa/km2. Tanaman pangan yang banyak dibudidayakan adalah padi sawah (22188 ha), padi gogo (104 ha), jagung (40 ha) dan lain-lain (Kuningan Dalam Angka, 2005-2006). C. Sumber Daya di Bidang Pertanian Ada enam sumber daya untuk pertanian, yaitu manusia, ternak, air, angin, listrik, dan motor bakar. Sampai sekarang yang paling banyak digunakan adalah daya manusia, ternak dan motor bakar. Sedangkan daya air, angin, dan daya listrik penggunaanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan stasioner. Alat pertanian dan sumber tenaganya dijumpai dalam masyarakat petani di Indonesia bervariasi dari yang sederhana sampai yang modern menggunakan tenaga manusia, ternak dan motor. 1. Manusia Menurut Moens (1978), kemampuan kerja manusia dibedakan dalam tiga kategori, yaitu kemampuan perseptif (kemampuan untuk mengumpulkan informasi), kemampuan mental (kemampuan untuk mengolah informasi menjadi keputusan), dan kemampuan fisik (kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik). Dalam pengolahan tanah kemampuan yang diperhitungkan adalah kemampuan fisiknya. Selama melakukan tugas-tugas fisik manusia menggunakan tubuhnya, tulang dan sendi. Tenaga ini berasal dari energi makanan yang dikonsumsi dan kemampuan vitalisasi jantung serta paru-paru. Kemampuan manusia untuk mengeluarkan energi tergantung dari (Moens, 1978) : sifat-sifat tubuh yang digunakan untuk bekerja (kekuatan tulang, otot, sendi, umur, dan keterampilan), jumlah makanan dan oksigen yang dikonsumsi, jenis pekerjaan, lama pekerjaan, kondisi lingkungan (seperti suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas radiasi matahari). Menurut WHO, dari 10,9 –
5
14,2 MJ energi yang diserap seorang laki-laki sehat berumur 20-39 tahun setiap hari, hanya tersedia energi untuk bekerja sebesar 5,77 MJ atau 1,61 kWh. Ini berarti kemampuan fisisknya 0,2 kW, bila ia bekerja 8 jam per hari. Untuk waktu kerja yang singkat kemampuan tadi dapat bertambah hingga 1,5 kW (Moens, 1978). Pada prakteknya kemampuan manusia untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya dan desain alat yang digunakan. Hal itu akan memudahkan efisiensi mekanis, hingga diperkirakan tenaga manusia terpakai didalam pekerjaan-pekerjaan bidang pertanian hanya 0,04 kW untuk beberapa jam kerja per-hari (Moens,1978). 2. Ternak Sumber tenaga berikutnya setelah tenaga manusia dirasakan tidak memadai lagi adalah tenaga hewan. Hewan yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah kerbau, sapi, dan kuda. Seperti juga pada manusia, tenaga hewan juga berasal dari konsumsi makanan dan oksigennya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan kerja hewan adalah ( Moens, 1978 ) : a. Sifat-sifat tubuh, yaitu berat, distribusi berat, kekuatan tulang, otot, sendi dan kapasitas konsumsi makanan dan oksigennya. b. Karakteristik (watak) hewan untuk bekerja : kemauan, temperamen, dan tempo. c. Pemeliharaan : jenis dan jumlah makanan, kandang dan perawatan kulit serta kukunya. d. Latihan. e. Jenis dan kualitas makanan hewan yang digunakan. Moens (1978) menyatakan bahwa pada umumnya gaya tarik yang dihasilkan hewan adalah sekitar 10% dari berat badannya untuk waktu kerja selama 4-6 jam per hari. Tetapi diketahui pula bahwa untuk waktu kerja yang lebih singkat gaya yang dihasilkan bisa lebih besar. Suatu penelitian di Iowa State Collage menemukan bahwa, untuk waktu kerja beberapa detik dan pada jarak yang sangat terbatas ( ≥ 30 kaki ), kuda dapat menarik beban maksimum sebesar 60 %-100 % dari berat badannya. Pada kondisi ini kuda dapat memberikan tenaga
6
sebesar 10 hp. Pada tabel 1. terlihat hasil penelitian tentang tenaga tarik beberapa hewan tarik. Tabel 2. Tenaga dan gaya tarik yang dihasilkan beberapa hewan ( Moens, 1978) Berat
Gaya
Kecepatan
Tenaga tarik
badan ( kg )
tarik ( N )
maju ( m/s )
( kW )
Sapi atau kerbau
400
400
1.0
0.40
Kuda
500
500
1.5
0.75
Keledai
100
100
1.2
0.12
Jenis hewan
Dalam pengolahan tanah dengan cara apapun tenaga manusia tidak dapat dilepaskan. Untuk daerah Subang dan sekitarnya, pengolahan tanah sawah siap tanam seluas satu hektar memerlukan hewan sebanyak 21 hari kerja-ekor dan manusia sebayak 2.525 hari kerja-orang (Kasryno., 1984). Sebagai tenaga pengolah tanah, hewan memiliki kelebihan, antara lain : kekuatan tenaganya fleksibel, beradaptasi untuk pekerjaan tarik, traksinya baik untuk keadaan basah maupun kering, dapat berkembang biak, bahan makanannya dapat diproduksi tanah pertanian, dan murah untuk daerah yang bank rumput. Disamping itu hewan juga mempunyai kekurangan, antara lain : tak tahan berulang untuk pekerjaan berat, tak efisien untuk bekerja pada cuaca panas atau dingin, kecepatan dan kemampuan kerjanya rendah, memerlukan perioda istirahat yang cukup lama, memerlukan makanan dan pemeliharaan walaupun tidak bekerja, memerlukan relatif banyak ruang untuk kandang, dan sukar diatur bila jumlahnya banyak ( Katu dan Sitompul, 1970). 3. Traktor Penggunaan traktor senagai sumber tenaga pengolahan tanah dan kegiatan pertanian lain secara luas makin disukai. Hal ini karena traktor mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : a. Dapat mempersingkat waktu pengolahan tanah, b. Dapat menghasilkan kedalaman pengolahan tanah yang lebih besar, c. Menjangkau areal yang lebih luas,
7
d. Mampu beroperasi pada tanah berat serta memberikan kenyamanan yang lebih besar. Kemampuan traktor ditentukan oleh tenaga efektif motor, konstruksi traktor, implemen yang digunakan dan kondisi kerjanya. D. Sawah Sistem persawahan Indonesia bukanlah semata-mata diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan perkembangan yang telah berlangsung ribuan tahun, sistem persawahan telah memelihara keberlangsungan sistem produksi dan lingkungan hidup dan juga mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi. Namun demikian, aksistensi sistem persawahan menghadapi berbagai ancaman sejalan dengan makin rusaknya sumber daya alam akibat pendekatan pembangunan yang bersifat eksploitatif. Lahan sawah di daerah padat penduduk seperti Jawa mengalami konversi menjadi lahan untuk berbagai keperluan (Pasandaran, 2006 ). Konversi lahan sawah merupakan ancaman yang serius terhadap ketahanan pangan nasional karena dampaknya bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ka penggunaan lain di luar pertanian sangat kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi lahan sawah. Demikian pula upaya untuk membangun sawah baru di luar Jawa tidak dengan sendirinya dapat mengkompensasi kehilangan produksi di Jawa, karena diperlukan waktu yang lama untuk membangun lahan persawahan dengan tingkat produktivitas yang tinggi (Pasandaran, 2006). Sistem persawahan di Indonesia merupakan warisan budaya yang telah berlangsung sejak lama. Sawah tadah hujan diduga sudah ada sejak 1600 tahun SM di lembah-lembah atau dataran banjir suatu DAS (Van Setten der Meer 1979; Ward 1985). Sistem irigasi yang ditambahkan pada sawah tadah hujan baru terjadi pada penghujung milenium pertama oleh masyarakat tani sendiri. Walaupun sistem irigasi sendiri yang dibangun pada umumnya berskala kecil dan dengan teknologi penyadapan air yang relatif sederhana, sistem sawah irigasi dengan aturan-aturan pengelolaan air dan praktek budidaya padi merupakan identitas budi daya masyarakat pedesaan (Pasandaran, 2006).
8
Luas lahan sawah di Jawa pada tahun 2003 sebesar 3,33 juta ha, 1,53 juta (45,84 %) diantaranya lahan sawah irigasi teknis. Jenis lahan sawah irigasi teknis yang terluas terdapat di provinsi Jawa Timur (0,65 juta ha). Diikuti oleh Jawa Barat dan Jawa Tengah (0,39 juta ha), Banten (84,97 ribu ha), D. I. Yogyakarta (18,52 ribu ha), dan D. K. I. Jakarta (1,38 ribu ha), (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004). Lahan sawah irigasi setengah teknis di Jawa hanya seluas 0,41 juta ha. Luas lahan tersebut di Jawa Barat sekitar 0,13 juta ha, Jawa Timur hampir sama dengan Jawa Tengah yaitu sekitar 0,12 juta ha, D. I. Yoyakarta seluas 22,99 ribu ha, Banten seluas 19,25 ribu ha sedangkan D. K. I. Jakarta hanya memiliki 1,19 ribu ha lahan sawah irigasi setengah teknis (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004). Provinsi Jawa Barat memiliki lahan sawah irigasi sederhana/desa yang terluas dibandingkan dengan provinsi lainnya di Jawa, yaitu 0,26 juta ha. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, D. I. Yogyakarta dan D. K. I. Jakarta masingmasing memiliki luas 0,19 juta ha; 0,11 juta ha; 44,23 ribu ha; 6,68 ribu ha dan 2,19 ribu ha lahan sawah irigai sederhana/desa (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004). Selain sawah dengan sistem irigasi, terdapat lahan sawah tadah hujan, pasang surut, dan lainnya. Luas lahan sawah tadah hujan di Jawa mencapai 0,78 juta ha. Lahan sawah pasang surut dan lainnya masing-masing seluas 3,28 ribu ha dan 7,92 ribu ha (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004). 1. Macam-macam sawah Areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan (Survei Pertanian, 2003) : a. Sawah Berpengairan Teknis Sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Jaringan seperti ini biasanya
9
terdiri dari saluran induk, sekunder, dan tersier serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara oleh pemerintah. b. Sawah Berpengairan Setengah Teknis Sawah berpengairan teknis, akan tetapi pemerintah hanya akan menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai pemerintah. c. Sawah Berpengairan Sederhana Sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pembagian dan pembuangan airnya belum teratur, walaupun pemerintah sudah ikut membangun sebagian dari jaringan tersebut (misalnya biaya membuat bendungannya). d. Sawah Tadah Hujan Sawah yang pengairannya tergantung pada air hujan. e. Sawah Pasang Surut Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. 2. Pengolahan tanah sawah Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk memanipulasi atau menyiapkan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Baver et, al., 1972). Pengolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi energinya (Hunt,1978). Pengolahan tanah yang sempurna untuk budidaya tanaman padi sawah adalah pengolahan tanah dimana bongkah-bongkah besar dipecah-pecah sedemikian rupa sehingga tanah itu merupakan lumpur yang lunak dan halus sekali, sehingga dapat dikatakan bahwa bagian-bagian dari tanah itu merupakan butir-butir yang kecil yang lazim disebut koloid dan dalam tubuh koloid inilah terikat macam-macam zat hara seperti N, S, P, K, Mg, Ca, Fe dan sebagainya (Siregar, 1981). Makin sempurna pengolahan tanah berarti makin halus tanah itu,
10
yang berarti pula makin banyak koloid tanah itu, makin banyak zat hara yang melekat pada tubuh koloid itu dapat dicairkan oleh air yang cukup, akibat lanjutannya ialah bahwa makin banyak zat hara yang tersedia untuk diserap oleh akar tanaman dan dengan sendirinya hasilnya akan lebih tinggi.
E. Kinerja Teknis Alat dan Mesin Pengolahan Tanah Pertanian 1. Pelumpuran Pelumpuran merupakan suatu proses dimana tanah mengalami kehilangan struktur granular, hal ini disebabkan oleh air yang berlebih dan penanganan atau pengolahan yang berlebih pada tanah (Koga, 1992). Pengolahan tanah sawah (pelumpuran) secara mekanis di Indonesia dilakukan dengan mengaplikasikan bajak singkal, bajak piring, atau glebeg, dan atau bajak rotari yang ditarik traktor roda dua (traktor tangan). Fungsi pelumpuran tanah sawah (Koga,1992) adalah : a. Menghaluskan tanah pada lapisan olah untuk menyiapkan penanaman bibit atau penanaman langsung pada kondisi lahan tergenang air. b. Mencampur pupuk dengan tanah pada lapisan olah. c. Membuat permukaan tanah rata sehingga tebal genangan air dan pertumbuhan padi seragam. d. Mengurangi gulma. e. Mengurangi laju perkolasi sehingga dapat menghemat pemakaian air dan pupuk. Terbentuknya lumpur tanah sawah dapat dilakukan dengan 3 metode pelumpuran, yaitu : a) Pembajakan tanah – penggenangan – penggaruan tanah berulang-ulang hingga terbentuk lumpur, b) Penggenangan – pengglebegan tanah berulang-ulang hingga terbentuk lumpur, dan
11
c) Penggenangan – pembajakan rotari berulang-ulang hingga terbentuk lumpur. Lumpur yang terbentuk dapat dinilai berdasarkan parameter kualitas hasil pelumpuran, yaitu : a. a.Indeks pelumpuran (puddling index, IP) IP = [(Vs/Vt) x 100%]..............................................................................(1) Dimana : Vs = volume tanah dalam tabung setelah diendapkan 48 jam, cc Vt = volume total contoh suspensi air-tanah dalam tabung, cc Waktu atau saat pengam bilan contoh suspensi air-tanah untuk mengukur parameter IP adalah seaktual mungkin, yaitu segera setelah dilakukan pengolahan tanah setiap lintasan. Dalam Gambar 1 dapat dilihat posisi pengambilan contoh suspensi air-tanah hasil pelumpuran dan posisi tanah dalam tabung palstik setelah dibiarkan (diendapkan) selama 48 jam sesudah pengambilan contoh suspensi air-tanah.
12
Permukaan lumpur
Tabung plastik Air
Kedalaman olah
Tanah
Vs
Tanah tak terolah Gambar 1. Posisi pengambilan contoh suspensi air-tanah hasil pelumpuran dan posisi tanah dalam tabung plastik. b. Indeks kelunakan tanah hasil pelumpuran (softness of puddled soil index, IK) IK diukur dengan cara sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Sawamura et al. (1986). Bola golf dijatuhkan dari ketinggian 1 meter diatas permukaan lumpur. Kelunakan tanah hasil pelumpuran yang cocok untuk tanaman padi adalah kekuatan tanah dimana permuakaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Atas dasar inilah maka IK dikatakan semakin tinggi apabila ketinggian atau kedalaman permukaan atas bola golf semakin mendekati 0 cm dari permukaan lumpur. Adapun untuk menghitung indeks kelunakan tanah hasil pelumpuran digunakan persamaan yang diperoleh hasil modifikasi keterangan Sawamura et al. (1986). IK = (1 – 0.1 │PGB│ / A) x 100% .........................................................(2) Dimana : │PGB│ = nilai mutlak posisi permukaan atas bola golf terhadap permukaan lumpur, cm A = nilai penyesuaian posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (=1cm).
13
Vt
Permukaan Lumpur PGB
Bola Golf Gambar 2. Posisi bola golf ketika dijatuhkan kedalam lumpur. Parameter-parameter tersebut penting untuk diukur dan dipahami karena akan sangat menentukan kualitas hasil penanaman bibit-bibit padi sawah, dan kualitas pertumbuhan dan produktivitas hasil panen padi di sawah. 2. Slip Roda Traktor Slip adalah ukuran gerak relatif permukaan kontak dari alat traksi atau alat transport dengan permukaan pendukungnya ( Sakai et al., 1998 ). Besarnya slip dipengaruhi oleh beban pada roda traksi, jenis , ukuran dan kondisi roda traksi serta jenis dan kondisi tanah. Slip yang terjadi pada roda traksi traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat beroperasi dengan beban dibandingkan dengan kecepatan operasi tanpa beban. Slip roda traktor dapat dihitung menggunakan persamaan : S
= (1 – S1/S0) x 100%....................................................................(3)
Dimana : S1 = jarak tempuh aktual pada N putaran roda traktor, m S0 = jarak tempuh teoritis (S = 0%) pada N putaran roda, m S0 = π D N ...............................................................................................(4) Dimana : D = diamter roda penggerak traktor, m
14
N = banyaknya putaran roda penggerak traktor sejauh S1, putaran 3. Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah Kapasitas lapang merupakan kemampuan mesin dalam mengolah tanah. Kapasitas lapang terdiri dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Kapasitas lapang teoritis sebuah implemen adalah nilai luasnya lahan yang terolah oleh mesin dengan kinerja 100 % yang berubungan dengan kecepatan maju dan menutupi 100 % dari lebar kerja. KLT = (LT x VT)......................................................................................(5) Dimana : LT = Lebar olah tanah teoritis, m VT = Kecepatan maju teoritis, m/det VT = VA / (1 – S )......................................................................................(6) Sedangkan kapasitas lapang efektif merupakan kemampuan mesin dalam mengolah sebidang tanah per satuan waktu, dapat diketahui dengan menggunakan persamaan : KLE =A / T...............................................................................................(7) Dimana : A = Luas tanah terolah, ha T = Waktu lapang total (waktu efektif + waktu hilang), jam Setelah mengetahui kapasitas lapang, maka akan didapatkan efisiensi lapang dengan menggunakan persamaan :
EF =
KLE X 100%.................................................................................(8) KLT
15
Dimana : EF = Efisiensi lapang, % KLE = Kapasitas lapang efektif, ha/jam KLT = Kapasitas lapang teoritis, m2/jam F. Potensi Pengembangan Mekanisasi Pertanian Pemanfaatan berbagai alat dan mesin pertanian di Kabupaten Kuningan sebagai sesuatu hal yang mendasar. Hal ini didasarkan pada kondisi lahan sawah yang mencapai 29.550 ha, dan ketinggian wilayah yang terbagi dua yaitu, dataran tinggi yang berada di bagian barat dan utara dan dataran rendah yang berada di timur dan selatan membuat Kabupaten Kuningan memiliki potensi pertanian tanaman dataran tinggi maupun rendah. Hal ini dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi dan persediaan air tanah dalam jumlah yang besar sehingga memungkinkan tercapai produksi pertanian yang optimal di Kabupaten Kuningan. Pengembangan mekanisasi pertanian khususnya traktor pertanian di Kabupaten Kuningan akan lebih efisien dan ekonomis untuk diarahkan pada optimalisasi lahan tanaman pangan dengan kondisi topografi datar atau kemiringan lebih kecil dari 15 %. Saat ini wilayah Kabupaten Kuningan memiliki 368 buah traktor tangan, disamping itu terdapat pompa air sebanyak 118 buah, hand sprayer 48.437 buah, power thresher 34 buah, alat pengering (dryer) 17 buah, unit penggilingan padi 649 buah, unit pembuatan tapioka 9 buah, alat penepung beras 127 buah, pemipil jagung bermotor 12 buah, pengupas kacang tanah 1 buah, penggilingan tahu/tempe 176 buah, sebagaimana terlihat dalam tabel 3.
16
Tabel 3. Rekapitulasi Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Kuningan Tahun 2003.
No Jenis Alsintan 1 Traktor Roda 4 2 Traktor Roda 2
B 47 21 2 278 20
R -
Jumlah 47 (Kubota) 21(Yanmar) 2(Lain-lain) 278(Kubota) 20(Yanmar) 368
-
-
Total 3 Pompa Air 2" 3" 4" 6" 2" 3" 4" 6"
1 50 7 61 -
1 Dinas Pertanian 50 Dinas Pertanian 7 Dinas Pertanian 61 Petani -
Total 4 Hand Sprayer
57 48437 Total
5 Power Sprayer 6 Most Blower 7 Emposan Tikus
-
112 -
-
Total 8 Banting Bertirai
30 303 Total
9 Pedal Thresher
-
352 -
-
Total 10 Power Thresher
34 -
Total Alat Penampi Padi 11 Winower 12 Alat Pengering(dryer)
-
Total
17 -
Kepemilikkan Dinas Pertanian Dinas Pertanian Dinas Pertanian Petani Petani
-
-
118 57 Dinas Pertanian 48437 Petani 48530 Dinas Pertanian Dinas Pertanian 112 Petani 112 30 Dinas Pertanian 303 Petani 333 Dinas Pertanian 352 Petani 352 34 Dinas Pertanian Petani 34
-
17 Dinas Pertanian Petani 17
17
13 Unit Penggilingan Padi
17 632 -
17 Dinas Pertanian 632 Petani 649
Total Unit Pembuatan 14 Tapioka
-
9 -
-
Total 15 Alat Penepung Beras
-
127 -
127 Petani 127
Total Pemipil Jagung 16 Bermotor
31 12 -
Total 17 Pengupas Kacang Tanah -
31 Dinas Pertanian 12 Petani 43
1 -
-
176 -
-
1 Petani 1
Total Penggilingan 18 Tahu/Tempe
-
Dinas Pertanian 9 Petani 9
Total
176 Petani 176
Sumber : Inventarisasi Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Kuningan, 2003 Keterangan : B : Baru R : Rusak
Untuk dapat menentukan pemetaan pengembangan mekanisasi pertanian ini digunakan beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur kesiapan suatu wilayah terhadap pengembangan alat dan mesin pertanian meliputi : 1. Faktor Utama Penggunaan traktor tangan sangat efisien untuk lahan sawah yanng sudah jadi khususnya lahan sawah yang dapat ditanami dua atau tiga kali dalam setahun. Sebagian besar pemanfaatan lahan sawah di Kabuapten Kuningan dapat ditanami tiga kali dalam setahun. Hal ini didukung dengan adanya sistem irigasi yang sudah cukup baik.
18
Masyarakat wilayah Kabupaten Kuningan yang tingkat pendidikannya cukup tinggi mempengaruhi cara pandang masyarakat tersebut akan pentingnya alat dan mesin pertanian (traktor) beserta manfaat dari penggunaan traktor bagi kemajuan dan keberhasilan usaha pertanian. Peranan Dinas Pertanian yang memiliki kemampuan teknis dan peka akan kebutuhan petaninya dengan dibentuknya UPJA. Setelah UPJA dirasa tidak berhasil, akan dibentuk BUMA, yaitu Bantuan Uang Muka Alsintan yang sangat membantu petani yang belum mampu untuk memiliki traktor tangan sendiri. Konsep yang hampir sama dengan UPJA namun beberapa bagian yang tidak berhasil dari UPJA diperbaiki yang diharapkan usaha ini akan berhasil. Bengkel, pandai besi, suku cadang yang tidak terlalu jauh dari daerah pertanian lahan sawah cukup banyak dijumpai guna mendukung operasi di lapangan. Kemampuan penyewa untuk membayar ongkos sewa alat dan mesin pertanian cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat upah yang mencapai Rp.630.000,- setiap satu ha pengolaha tanah. 2. Faktor Pendukung Keadaan Kabupaten Kuningan dinilai cukup memenuhi persyaratan operasional oenggunaan traktor yaitu sebagian besar lahan sawah di Kabupaten Kuningan merupakan lahan bersih dari tunggul/akar dan batu-batuan/kerikil, kemiringan lahan yang lebih kecil dari 15 % memungkinkan penggunaan traktor roda dua dapat dikembangkan secara besar-besaran dan sangat cocok untuk pembudidayaan lahan sawah sehingga dibutuhkan banyak unit traktor tangan. Bengkel, pandai besi, suku cadang yang tidak terlalu jauh dari daerah pertanian lahan sawah cukup banyak dijumpai guna mendukung operasi di lapangan. Kemampuan penyewa untuk membayar ongkos sewa alat dan mesin pertanian cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat upah yang mencapai Rp.630.000,- setiap satu ha pengolaha tanah.
19
G. Kerjasama dengan Dinas Terkait Alsintan mempunyai peran dan potensi sangat strategis karena kontribusinya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi sumber daya, di samping peningkatan kualitas melalui prossesing dan diversifikasi produk yang menghasilkan nilai tambah tinggi dalam mendukung program pengembangan agribisnis. Jika diterapkan dengan benar dan tepat akan memberikan kontribusi positif untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi (Handaka, 2001). Dengan mempertimbangkan peran dan potensi yang sangat strategis tersebut, maka wajar jika pemerintah melakukan intervensi dalam pengembangan alsintan. 1. UPJA Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dengan mengembangkan alsintan melalui pola usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) agar petani mampu mengakses, serta menggunakan alsintan tanpa membeli atau memiliki sendiri. Pelaksaan UPJA dengan bantuan Sector Project Loan-Overseas Economic Coorperation Fund (SPL-OECF) dari pemerintah Jepang, dilakukan melaui pola kerjasama operasional (KSO) oleh kelompok tani UPJA, yang terdiri dari manajer dan beberapa orang operator sesuai dengan jenis alsintan yang dikelola. Fungsi dan tugasnya memberi pelayanan jasa alsintan kepada petani, mendayagunakan alsintan baik untuk pengolahan tanah, pengairan maupun penanganan pasca panen, serta memanfaatkan alsintan seoptimal mungkin sesuai dengan prinsipprinsip ekonomi agar dapat memberikan hasil usaha yang maksimal dari pendayagunaan alsintan tersebut. UPJA hanya bertahan selama 3 tahun di Kabupaten Kuningan. Traktor yang telah mengalami kerusakan dengan limitnya pemeliharaan menyebabkan tidak adanya pendapatan bagi kelompok tani yang tergabung dalam UPJA. Menurut Bapak Ir. Suhaya selaku Kepala Bagian Alsintan di Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, UPJA seharusnya memiliki kepastian hukum sehingga adanya sanksi kepada pemilik, adanya pelatihan administrasi dan teknis sehingga petani, dan adanya pengawasan terhadap mesin.
20
Pemerintah
Dinas Pertanian
Kelompok Tani
Bank
Koordinator
Gambar 3. Struktur Organisasi UPJA 2. BUMA Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA) adalah upaya pemerintah dalam membantu Kelompok Tani/UPJA untuk memiliki alsintan traktor roda dua dengan uang muka sebesar 25 % dari harga pembelian di daerah. Dana BUMA ini merupakan anggaran Departemen Pertanian yang dialokasikan pada Dinas Pertanian Provinsi Tahun 2007. Untuk mendukung keberhasilannya diperlukan dana pendamping pembinaan yang meliputi : sosialisasi, identifikasi dan seleksi Kelompok Tani/UPJA calon penerima BUMA dan evaluasi di daerah yang bersangkutan (Provinsi/Kabupaten/Kota). Dana tersebut dapat dialokasikan melalui APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Dinas Pertanian Tingkat Provinsi. a. Kriteria Kelompok Tani/UPJA Penerima BUMA Kriteria Kelompok Tani/UPJA penerima BUMA yaitu sebagai berikut : 1) Kelompok Tani/UPJA yang mengelola usaha tani tanaman pangan atau jasa penyewaan alsintan dengan luasan sekurang-kurangnya 20 Ha setiap musim. 2) Kelompok Tani/UPJA mampu dan mau melunasi sisa pembayaran baik melalui angsuran/cicilan maupun secara tunai. 3) Kelompok Tani/UPJA yang aktif, berpengalaman dan mempunyai organisasi yang kuat, serta mempunyai kegiatan yang produktif. 4) Kelompok Tani/UPJA sebaiknya memiliki tabungan kelompok. 5) Kelompok Tani/UPJA tidak mempunyai tunggakan kredit.
21
b. Mekanisme Pemberian BUMA Mekanisme pemberiam BUMA dilakukan sebagai berikut : 1) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan identifikasi calon penerima BUMA (traktor roda dua) dan menganalisa serta verifikasi secara obyektif bahwa calon penerima BUMA memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. 2) Dinas Pertanian Provinsi menetapkan Kelompok Tani/UPJA atas dasar usulan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 3) Dinas Pertanian Provinsi bersama-sama Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dapat memfasilitasi kerjasama antara pihak terkait dan Kelompok Tani/UPJA. c. Sisa Pembayaran Untuk mengatasi sisa pembayaran sebesar 75 % dapat diupayakan sumber pendanaannya melalui : 1) Swadaya Kelompok Tani/UPJA membayar tunai sisa pembayaran (75 %) melalui dana sendiri. 2) Rekomendasi Pemerintah Daerah Gubernur/Bupati/Walikota atas nama Pemerintah Daerah memberikan rekomendasi kepada Bank agar dapat memberikan pelayanan dalam bentuk kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3) Lembaga Keuangan di Daerah Lembaga-lembaga keuangan di daerah dapat menyediakan kredit pembelian alsintan. Ketentuan pengembalian pinjaman diatur sesuai ketetapan yang disepakati antara Kelompok Tani/UPJA dan Lembaga Keuangan di Daerah. 4) Kemitraan dengan Produsen Kemitraan dengan produsen dapat dilakukan oleh Kelompok Tani/UPJA. Ketentuan pembelian alsintan tersebut diatur sesuai ketetapan yang disepakati antara Kelompok Tani/UPJA dengan produsen. 5) Pemanfaatan Fasilitas Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3) Program Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3) merupakan kegiatan untuk
memfasilitasi Kelompok Tani/UPJA mendapatkan
22
kredit/pembiayaan dari bank pelaksana melalui “mekanisme bagi resiko” (risk-sharing). SP3 diharapkan dapat membantu Kelompok Tani/UPJA yang selama ini kesulitan mengakses Lembaga Keuangan/Perbankan, khususnya dalam mengambil alih resiko yang mungkin timbul dari usaha pertanian, dengan menggunakan pola executing (keputusan kredit berada pada bank pelaksana). 6) Fasilitas Tambahan Uang Muka Oleh Pemerintah Daerah Agar beban nilai angsuran Kelompok Tani/UPJA menjadi lebih ringan, sebagai akibat bunga pinjaman bersifat komersial (15 % - 18 % per tahun) diharapkan Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi tambahan uang muka kepemilikan alsintan. H. Kebutuhan dan Analisis Usaha Jasa Alsintan 1. Analisis Usaha Analisis uasaha bisa dijadikan sumber acuan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh. Komponen yang digunakan dalam analisis usaha adalah analisis pendapatan, analisis Revenue-Cost dan Payback period. Menurut Soeharto (2002) pendapatan adalah jumlah bayaran yang diterima dari penjualan barang dan jasa, dimana pendapatan dapat dihitung dengan mengalikan kuantitas barang yang terjual dengan harga satuannya. Analisis Revenue-Cost Ratio adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaat (Sugiarto et al 2000). Payback period merupakan metoda yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali, dimana satuan hasilnya bukan persentase tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya) (Husnan, 1994). Bila payback period lebih pendek atau kecil ketimbang jangka waktu umur ekonomi proyek maka, usulan proyek dinyatakan layak dan sebaliknya jika lebih panjang atau besar dinyatakan tidak layak (Suratman, 2002).
23
2. Analisis Biaya Untuk dapat memperkirakan biaya produksi maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi sehingga akan didapat biaya produksi persatuan output produk. Prestasi dari suatu mesin dapat dilihat dari biaya produksinya. Semakin rendah biaya produksinya semakin tinggi keuntungan yang akan diperoleh. Biaya mesin dan alat pertanian terdiri atas dua komponen yaitu biaya tetap (fixed costs) dan biaya tidak tetap (variable costs). Biaya tetap meliputi : biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, pajak, biaya bangunan dan garasi. Sedangkan biaya tidak tetap meliputi : biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya operator dan biaya hal-hal khusus. Penghitungan biaya tersebut menggunakan buku Ekonomi Teknik (Pramudya, B dan Dewi, N, 1992) sebagai di perlihatkan pada lampiran 2. 3. Analisis Finansial Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tantang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan, 1994). Menurut Kadariah et al. (1978) untuk memutuskan layak atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan adalah dengan menentukan NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) dan IRR (Internal Rate of Return). Net Present Value merupakan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. NPV yang positf menunjukan bahwa PV penerimaan > PV pengeluaran. Karena itu NPV yang positif berarti investasi yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan pemodal ( Husnan, 2004). Secara persamaan NPV dapat dirumuskan sebagai berikut :
( Bt − Ct ) ..................................................................................(9) t = 0 (1 + i )t n
NPV =
∑
Dimana : Bt : Benefit kotor tahunan Ct : Biaya kotor tahunan i : Tingkat suku bunga
24
n : Umur ekonomis suatu usaha 1 : Discount faktor (df) (1 + i)^ n
Net Benefit-Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat beberapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dan merupakan perbandingan atau rasio jumlah bersih sekarang yang negatif ( Gray et al. 1993). Untuk dapat menggunakan ukuran-ukuran berdiskonto kemanfaatan proyek, maka harus dipertimbangkan dan dipilih tingkat diskonto mana yang digunakan untuk menghitung nilai manfaat sekarang neto (Gittinger 1986). Net B/C menggunakan persamaan :
( Bt − Ct ) ( Bt − Ct ) > 0 (1 + i ) Net B/C = t =n0 , ................................................(10) ( Bt − Ct ) ( Bt − Ct ) < 0 ∑ (1 + i ) t =0 n
∑
Dimana : Bt : Benefit kotor tahunan Ct : Biaya kotor tahunan i : Tingkat suku bunga n : Umur ekonomis suatu usaha Internal Rate of Return merupakan tingkat discount rate (suku bunga) yang menjadikan NPV proyek sama dengan nol (Kadariah, Karlina, Gray 1978). IRR menunjukan kemampuan suatu proyek memperoleh tingkat pengembalian dari investasi yang ditanam selama berlangsungnya proyek. Suatu usaha dikatakan layak apabila memenuhi kriteria kelayakan yaitu, apabila NPV > 0, Net B/C > 1, dan IRR > i (suku bunga). IRR menggunakan persamaan berikut :
IRR = i ‘+
NPV ' (i’ – i”)............................................................(11) NPV '− NPV "
25
Dimana : i
: Tingkat bunga yang menghasilkan NPV+
I’
: Tingkat bunga yang menghasilkan NPV-
NPV’ : NPV pada tingkat suku bunga yang i’ NPV” : NPV pada tingkat suku bunga yang i”
26
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Waktu Penelitian
Jenis penelitian yang telah dilakukan berupa studi kasus pengolahan tanah di Kecamatan Luragung, Kecamatan Lebakwangi, dan di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan sebagai lokasi sampel. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu dari bulan Februari 2007 sampai dengan bulan Mei 2007. B. Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap yang pertama adalah pengumpulan data dan selanjutnya tahap kedua yaitu pengolahan atau analisa data. 1. Pengumpulan Data
Pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan melalui pengukuran dilapangan dan hasil wawancara dengan petani. Performansi teknis yang diukur kapasitas lapang dan pemakaian bahan bakar, sedangkan performansi ekonomi adalah upah dan biaya pengolahan tanah. Sedangkan data sekunder sebagai penunjang dan pelengkap berupa luas lahan sawah yang diolah dan tidak terolah, ketersediaan alat dan mesin pertanian (traktor) yang diambil dari beberapa instansi yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, dan literatur yang berhubungan dan mendukung penelitian ini. 2. Metode Penganmbilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah pengambilan contoh acak distratifikasi. Traktor dikelompokkan dalam dua daya, yaitu 8,5 HP dan 6,5 HP.
27
C. Analisa Data 1. Analisis Finansial
Untuk menilai kalayakan usaha jasa pengolahan tanah secara mekanis di Kabupaten Kuningan dapat digunakan beberapa kriteria. Tiga cara yang paling banyak digunakan sesuai persamaan 9, 10, 11. 2. Pengukuran Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah
Metode untuk pengukuran kapasitas lapang baik untuk pembajakan maupun penggaruan sebagai berikut : a. Lahan yang akan dijadikan tempat percobaan diukur luasnya (P x L). b. Untuk memudahkan pengukuran, tancapkan patok pada sebelah sisi lahan. c. Ikat roda traktor dengan tali rapia untuk memudahkan pengukuran banyaknya putaran roda penggerak traktor sejauh S1. d. Waktu mulai pengolahan dicatat, begitu pula setelah selesai pengolahan (T). e. Waktu tempuh (t) traktor ketika putara roda bergerak lima kali tersebut diukur (dilakukan 5 kali ulangan). f. Lebar olah diukur (l) g. Waktu hilang dalam pengolahan untuk perbaikan, berputar/belok, slip dan sebagainya diukur.
5 kali putaran l L
t? T P Gambar 4. Gambar petak percobaan untuk kapasitas lapang.
28
3. Asumsi yang digunakan pada perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap :
a. Umur ekonomi traktor 10 tahun dengan nilai sisa 10% dari harga beli. b. Umur ekonomi bangunan 20 tahun dengan nilai sisa 10 % dari biaya investasi. c. Besarnya bunga modal yang digunakan 15 %. d. Jam kerja efektif yang asumsikan 7 jam/hari.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Lahan Sawah Kabupaten Kuningan
Luas lahan sawah di Kabupaten Kuningan pada tahun 2003 adalah 29.790 ha. Luas yang sama terjadi pada tahun 2004. Namun pada tahun 2005 terjadi penurunan luas sawah yaitu 29.550 ha. Sedangkan luas bukan sawah pada tahun 2003 adalah 174.718 ha, yang kembali menurun pada tahun 2004 yaitu 160.391 ha. Dan penurunan terjadi pada tahun 2005 yaitu menjadi 156.092 ha. Penurunan yang terjadi pada lahan sawah maupun bukan sawah banyak sekali kemungkinannya. Penurunan luas lahan sawah akan berdampak terhadap produksi padi, hal ini terlihat dari produksi padi pada tahun 2004 sebanyak 355.902 ton menurun pada tahun 2005 menjadi 353.618 ton (Kuningan Dalam Angka 20052006). B. Perkembangan Mekanisasi Pertanian 1. Peningkatan Penggunaan Traktor Tangan
Peluang peningkatan mekanisasi pertanian masih terbuka pada beberapa aktifitas/kegiatan usaha tani, antara lain : pada pengolahan tanah untuk lahan kering, rawa dan lebak, penanaman, pemeliharaan tanaman, irigasi pompa air, panen, perontokan, penanganan pascapanen (pengeringan dan penggilingan). Pada traktor tangan penggunaannya mulai meningkat sekitar tahun 1970-an akibat perkembangan intensifikasi padi sawah berupa penggunaan varietas unggul berumur pendek, anjuran penanaman serentak dan jadwal irigasi yang singkat, sehingga tenaga kerja yang ada terpaksa tersebar ke seluruh wilayah. Kekurangan tenaga kerja pada saat demikian mendorong para petani mengatasi masalah dengan menggunakan traktor. Di samping itu akibat perubahan pasar tenaga kerja karena beralihnya lapangan kerja ke sektor luar pertanian juga mendorong perkembangan penggunaan traktor (Kasryno, 1998).
30
2. Peluang Jasa Pengolahan Tanah di Kabupaten Kuningan
Kabupaten Kuningan yang dominan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, mempunyai luas lahan sawah 29.550 ha dengan luas lahan sawah terluas ada di Kecamatan Ciawigebang, yaitu 2.090 ha. Dan sawah-sawah luas lainnya yaitu, Kecamatan Cibingbin (1.490 ha), Kecamatan Cimahi (1.300 ha), Kecamatan Maleber (1.180 ha), Kecamatan Pancalang (1.140 ha), Kecamatan Cilimus (1.110 ha), Kecamatan Luragung (1.080 ha), Kecamatan Ciwaru (1.050 ha), Kecamatan Cigandamekar (1.040 ha), Kecamatan Lebakwangi (1.030 ha), Kecamatan Subang (1.020 ha), dan Kecamatan Garawangi (1.000 ha). Dengan luas lahan sawah yang demikian, maka Kabupaten Kuningan membutuhkan alat dan mesin pertanian yang memadai untuk menghasilkan padi yang berkualitas dan mencukupi bagi penduduk Kabupaten Kuningan yang berjumlah 1.069.448 jiwa (lampiran 5). Setidaknya sampai dengan tahun 2003 Kabupaten Kuningan hanya memiliki 368 unit traktor roda dua, lampiran 7. Jika kita bagi luas lahan sawah dengan jumlah unit traktor roda dua yang ada di Kabupaten Kuningan, maka setiap 1 unit traktor roda dua bisa mengolah tanah 80 ha. Padahal dari data teknis yang didapat dari pengukuran lapangan, 1 unit traktor roda dua hanya bisa mengolah tanah 13,52 ha/musim. Hal ini bisa menjadi peluang yang baik untuk membuka jasa pengolahan tanah independen (mandiri) dengan mengguakan traktor roda dua. C. Kapasitas Lapang
Pengukuran kapasitas lapang dilakukan pada lahan sawah per petak sesuai kepemilikan per petani dengan pola sirkular. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 8. Perhitungan kapasitas lapang teoritis (KLT) adalah dengan mengalikan kecepatan maju dengan lebar pengolahan. Kapasitas lapang efektif (KLE) diperoleh dari waktu efektif yang dibutuhkan untuk mengolah tanah pada luas areal tertentu.
31
1. Kapasitas Lapang Pembajakan
Kapasitas lapang pembajakan memiliki nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan kapasitas lapang penggaruan. Hal ini dapat dimengerti karena pada kondisi pembajakan kondisi lahan lebih berat jika dibandingkan pada saat penggaruan. Dari lampiran 8 dapat diperoleh kapasitas lapang pembajakan pada traktor roda dua dan kerbau dan disajikan pada tabel 4 dan 5 di bawah ini. Tabel 4. Kapasitas Lapang Pembajakan Traktor Roda Dua KLT
KLE
Efisiensi
(ha/jam)
(ha/jam)
(%)
Yanmar TF 85
0,109
0,084
75,5
2
Yanmar TF 65
0,075
0,053
88,15
3
Yanmar Bima 8000
0,084
0,090
75,53
4
Kubota
0,334
0,100
65,65
No
Traktor
1
Tabel 5. Kapasitas Lapang Pembajakan Kerbau KLT
KLE
Efisiensi
(ha/jam)
(ha/jam)
(%)
Panawuan
0,066
0,046
70,29
2
Sangkanmulya
0,037
0,044
126,92
3
Awirarangan
0,069
0,046
66,48
4
Panawuan
0,044
0,067
158,39
5
Panawuan
0,033
0,037
108,21
No
Desa
1
Dari tabel 4 dan 5 dapat di lihat, nilai Kapasitas Lapang Teoritis pembajakan terbesar adalah pada traktor roda dua Yanmar TF85, yaitu 0,109 ha/jam dan nilai KLT terkecil yaitu pada kerbau daerah Panawuan (point 5 pada tabel 3) sebesar 0.0335 ha/jam. Sedangkan nilai KLE pembajakan terdapat pada traktor Kubota yaitu 0,1 ha/jam dan nilai KLE pembajakan terkecil yaitu pada kerbau desa Panawuan (point 5 tabel 3) sebesar 0,037 ha/jam. Perbedaaan nilai ini disebabkan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah keterampilan operator dalam mengolah tanah dan keras/lunaknya tanah yang diolah.
32
Gambar 5. Pembajakan dengan menggunakan traktor roda dua
Gambar 6. Pembajakan dengan menggunakan kerbau 2. Kapasitas Lapang Penggaruan
a. Kapasitas Lapang Penggaruan Pada Traktor Roda Dua Kapasitas lapang penggaruan memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kapasitas lapang pembajakan. Dari tabel 6 dapat diperoleh kapasitas lapang penggaruan pada traktor roda dua.
33
Tabel 6. Kapasitas Lapang Penggaruan Traktor Roda Dua KLT
KLE
Efisiensi
(ha/jam)
(ha/jam)
(%)
Yanmar TF 85
0,462
0,068
13,95
2
Yanmar TF 65
0,563
0,048
8,90
3
Yanmar Bima 8000
0,441
0,070
17,04
4
Kubota
0,664
0,058
8,744
No
Traktor
1
Dari tabel 6 dapat di lihat, nilai Kapasitas Lapang Teoritis penggaruan terbesar adalah pada traktor roda dua Kubota, yaitu 0,664 ha/jam dan nilai KLT terkecil yaitu pada traktor Yanmar Bima 8000 sebesar 0.441 ha/jam. Sedangkan nilai KLE penggaruan terdapat pada traktor Yanmar TF 85 yaitu 0,068 ha/jam dan nilai KLE penggaruan terkecil yaitu pada traktor roda dua Yanmar TF 65 sebesar 0,048 ha/jam.
Gambar 7. Penggaruan dengan menggunakan traktor roda dua b. Kapasitas Lapang Penggaruan Pada Hewan Kapasitas penggaruan pada hewan di Kabupaten Kuningan menggunakan kerbau betina. Menurut petani, kerbau betina memiliki tenaga yang lebih kuat dibandingkan kerbau jantan. Umumnya, setelah pembajakan selesai, karbau langsung di bawa ke kandangnya oleh pemilik/operator karena pada penggaruan dilakukan oleh tenaga manusia.
34
Gambar 8. Penggaruan dengan menggunakan kerbau
Gambar 9. Tanah yang dicangkul setelah dibajak dengan hewan 3. Efisiensi Lapang
Efisiensi lapang pembajakan yang cukup tinggi disebabkan pola pengolahan yang dilakukan dari lintasan ke lintasan mempunyai jarak yang cukup jauh. Sehingga ada beberapa cm tanah yang tidak terbajak namun langsung tertimbun oleh tanah. Sedangkan pada efisiensi lapang penggaruan yang relatif kecil disebabkan oleh pengulangan lintasan pada saat pengolahan tanah.
35
Gambar 10. Penyebab nilai efisiensi pembajakan tinggi 4. Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah
Kapasitas pengolahan tanah adalah penjumlahan antara kapasitas lapang pembajakan dengan kapasitas lapang penggaruan. Waktu efektif pembajakan adalah 12,34 jam/ha dan waktu efektif penggaruan adalah 15,62 jam/ha. Dari waktu efektif keduanya dapat diketahui bahwa waktu efektif pengolahan tanah yaitu 27,96 jam/ha. Dari hasil wawancara dengan petani, diketahui bahwa dalam satu hari hanya 7 jam waktu efektif dan dalam satu musim hanya 54 hari efektif yang digunakan untuk mengolaha tanah siap tanam. Dari data primer tersebut dapat diketahui jumlah luas lahan sawah yang dapat diolah dalam satu musim, yaitu 13,52 ha. 5. Pelumpuran
a. Indeks Pelumpuran Nilai indeks pelumpuran yang didapat menunjukkan nilai lumpur yang tercipta setelah dilakukan pengolahan tanah (bajak dan garu). Tingkat persentase lumpur lebih dari 50 % menunjukkan nilai lumpur yang pekat yang baik untuk pertumbuhan padi. Sedangkan presentase lumpur yang kecil menunjukkan tanah yang masih encer sehingga tidak baik untuk pertumbuhan padi. Nilai indeks pelumpuran yang didapat dari pengukuran didominasi oleh 50 % ke bawah. Hal ini disebabkan oleh terlalu banyaknya air yang dipakai. Nilai efisien yang rendah disebabkan oleh nilai KLE yang rendah pula, hal ini dikarenakan adanya
36
pengulangan lintasan pada saat penggaruan, namun indeks lumpur yang dihasilkan tinggi sehingga baik untuk tanaman padi. b. Indeks Kelunakan Nilai indeks kelunakan yang didapat dari pengukuran kurang dari 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Hal ini sangat cocok untuk tanaman padi. Sebagaimana terlihat pada tabel 7. Tabel 7. Pelumpuran No 1 2 3 4
Jenis Traktor Yanmatr TF85 Yanmar TF65 Yanmar Bima 8000 Kubota
IP (%) IK (%) 36,01 42,67 56,25 46,83 50 34,75 44 57,5
D. Analisa Biaya Pengolahan Tanah 1.Biaya Tetap
Dalam analisis biaya, penyusutan dihitung dengan metode garis lurus. Perhitungan biaya penyusutan dengan metode garis lurus yaitu biaya penyusutan yang besarnya sama/tetap untuk setiap waktu berjalan selama masa pemakaian. Berdasarkan hasil perhitungan biaya tetap (Lampiran 10) didapatkan besarnya nilai penyusutan untuk traktor roda dua Yanmar TF85 yang harga awalnya Rp.15.500.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 1.550.000,/tahun. Sedangkan untuk Kubota dan Yanmar TF65 yang harga awalnya Rp.14.000.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 140.000,- /tahun. Dan untuk Yanmar Bima 8000 yang harga awalnya Rp.12.500.000 dengan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 125.000,- /tahun. Besarnya bunga modal dengan suku bunga 15 % untuk masing-masing type traktor adalah Rp.1.278.750,- /tahun (Yanmar TF85); Rp. 1.155.000,- /tahun (Kubota dan Yanmar TF65); dan Rp.1.031.250,- /tahun (Yanmar Bima 8000).
37
2.Biaya Tidak Tetap
Pemakaian bahan bakar (solar) berdasarkan literatur adalah 0,90 liter/jam untuk singkal dan garu. Harga solar ditetapkan Rp.2300,-/liter untuk tahun 2005 ke bawah dan Rp. 4300,-/liter untuk tahun 2006 keatas. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar adalah Rp.2070,-/jam dan Rp.3870,-/jam. Pemakaian minyak pelumas adalah 2,8 liter/jam dan untuk pelumas transmisi 5,5 liter/jam. Harga minyak pelumas Rp.17.500,-/liter dan Rp.25.000,/liter untuk pelumas transmisi. Sehingga besarnya biaya pelumas adalah Rp.490,/jam dan Rp 285,-/jam. Upah operator disepakati antara pemilik dan operator adalah Rp.7.068,-/jam. Besarnya biaya tidak tetap dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Biaya Tidak Tetap Pengolahan Tanah dengan Traktor Roda Dua. No.
Biaya Tidak Tetap
Type Traktor
1
2
3
207.804.2
207.804.2
Satuan 4
5
Rp/ha
1
Yanmar TF85
207.804.2
243.804.19 243.804.19 Rp/ha
2
Kubota
207.504.19 207.504.19 207.504.19 243.504.19 243.504.19 Rp/ha
3
Yanmar TF65
172.920.16 172.920.16 172.920.16 202.920.16 202.920.16 Rp/ha
4
Yanmar Bima 8000
173.199.26 173.199.26 173.199.26 202.670.16 202.670.16 Rp/ha
Dari tabel 8 dapat dilihat Biaya Tidak Tetap (BTT) adalah Rp.173.199,26,/ha – 207.804.2,-/ha pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga, dimana harga solar Rp.2300,-/liter. Dan Rp.200.670.16,-/ha – 243.804.19,-/ha pada tahun keempat sampai dengan tahun kelima, dimana harga solar Rp.4300,-/liter. Sedangkan upah yang diterima operator dihitung tiap jamnya sebesar Rp.117.800,-/ha. 3.Biaya Total
Biaya total adalah total biaya yang digunakan per tahun. Biaya ini hasil dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya tidak tetap. Biaya total dari hasil wawancara dengan petani yang menyewakan traktornya tidak ada yang lebih dari Rp. 20.000.000,-. Sebagaimana terlihat pada tabel 9.
38
Tabel 9. Analisis Pendapatan Per Tahun Komponen Biaya Total
Pendapatan
Tahun 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Yanmar Yanmar Yanmar TF85 TF65 Bima 8000 16690984,14 14252488,14 13522228,14 16690984,14 14252488,14 13522228,14 14252488,14 13798678,14 16293688,14 13798678,14 16293688,14 10299583,48 3943702,77 14878223,77 10299583,48 3943702,77 14878223,77 3943702,77 14610773,77 1902502,77 14610773,77 1902502,77
Kubota 14396488,14 16437688,14 16437688,14
11957662,71 9916462,71 9916462,71
Keterangan : Penerimaan
:
a. Yanmar TF85
= Rp. 26.990.531.62,-
b.Yanmar TF65
= Rp. 18.196.190.91,-
c.Yanmar Bima 8000 = Rp. 28.400.451.91 d. Kubota
= Rp. 26.354.150.85
Pendapatan = Penerimaan – Biaya Total 4.Analisa Finansial
Dari hasil analisi kelayakan dengan menggunakan data-data : penerimaan (rp/tahun), pengeluaran (rp/tahun), pendapatan (rp/tahun), DF = 15 % dan 18 %, didapat nilai NPV yang positif, IRR yang lebih besar dari DF (discount factor = tingkat suku bunga), dan B/C ratio yang bernilai lebih dari satu, maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Sebagaimana terlihat pada tabel 10. Tabel 10. Analisa Finansial No 1 2 3 4
Jenis Traktor Yanmatr TF85 Yanmar TF65 Yanmar Bima 8000 Kubota
NPV (DF = 15 %)
NPV (DF = 18 %)
B/C Ratio
IRR (%)
7825936,43
1244124,37
1,51
18,56
-2961996,53
3612422,6
0,78
28,66
58462963,99 10416473,25
27222615,4 17795411,41
2,48 5,67
10,76 20,61
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan 1. Jumlah traktor roda dua di Kabupaten Kuningan hanya 368 unit, jumlah
ini masih kurang sekali jika dibandingkan dengan luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Kuningan seluas 299.550 ha. Mengingat tenaga hewan dan tenaga manusia yang semakin sulit. 2. Usaha jasa pelayanan alat dan mesin pertanian cukup menguntungkan
untuk usaha tambahan. 3. Tingkat upah operator yang berlaku di Kabupaten Kuningan adalah
Rp.117.800,- per ha dengan patokan tiap jamnya sebesar Rp.7.086,-. 4. Nilai NPV yang positif, B/C ratio yang lebih dari satu, dan nilai IRR yang
dominan lebih besar dan tingkat suku bunga menunjukkan usaha jasa pengolahan tanah dengan traktor roda dua layak untuk dikembangkan.
40
B.Saran
1. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam pengolahan lahan, disarankan agar dilakukan upaya untuk lebih mengembangkan mekanisasi pertanian khususnya penggunaan traktor tangan di Kabupaten Kuningan. 2. Harga sewa Rp. 630.000,-/ha dengan dua kali pengolahan yaitu
pembajakan dan penggaruan cukup menguntungkan dan layak. Harga ini tidak perlu diturunkan, kecuali jika persaingan pasar penyewaan jasa alat dan mesin pertanian ini tinggi. 3. Dalam rangka mencapai penggunaan yang optimal dan efisien,
keterampilan dan disiplin operator dalam pengoperasian dan pemeliharaan perlu dibina dan dimonitor secara terus menerus, hali ini menjadi tugas Tim Pembinaan dari Dinas Pertanian. 4. Segera menjalankan program BUMA yang menggantikan UPJA yang
telah lama mati. Agar petani dimudahkan dalam memiliki traktor untuk keperluannya sendiri dan atau untuk membuka jasa penyewaan traktor.
41
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Survei Pertanian Luas Lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia. 2003. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Anonim. 2007. Petujuk Pelaksana Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA) Traktor Roda 2 Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Bandung. Anonim. Prospek dan Pengembangan Agribisnis. 2004. Anonim. Pedoman Pelaksanaan UPJA. 2002. Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2004 Baver, L. D., W. R. Gardener and W. F. Gardner. 1972. Soil Physics (fourth edition). John Wiiley and Son. New York. Berita Resmi Statistik No.14/VII/16 Februari 2004 Cox, S.W.R. 1988. Engineering Advances For Agriculture And Food.. Inggris : Butterworth & Co Ltd. Fahmi, Fuad. 2005. Analisis Kinerja Usaha Pelayanan Jasa Alsintan Di Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gray et al . 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hunt, D. 1978. Farm Power and Machinery Management. IOWA State University Press. IOWA. Husnan S, Pudjiastuti E. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Ed ke-4. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Ed ke-3. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Kadariah, Karlina dan Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Kasryno, F., M. Syam, Y. Saefuddin, S. O. Manurung dan P. Mundy (eds.). 1984. Konsukuensi Mekanisasi Pertanian di Indonesia Pusat Pengembangan Agro-Ekonomi Departemen Pertanian. Bogor.
42
Kasryno, F. 1998. Pemikiran Peningkatan Daya Saing Komoditas Pertanian melalui Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian yang Ramah Lingkungan dalam Prosiding Perspektif Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian dalam Peningkatan Daya Saing Komoditas. PSE, Badan Litbang Pertanian. Katu, L. Dan R. G. Sitompul. 1970. sumber Tenaga Pertanian Khususnya Motor Bakar Internal dan Beberapa Segi Penggunaanya. Di dalam Boediono, S. 1980. Analisi Sistem Perencanaan Regional Penambahan Tenaga Pengolahan Tanah Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Fatemeta-IPB, Bogor. Koga, K. 1992. Introduction to Puddy Field Engineering Asian Institut of Technology. Bangkok, Thailand. Moens, A. 1978. Energy Sources and Requirements Di dalam
Anonim.
Agricultural Mechanization Strategy. NUFFIC THE/LHW-1. Bogor. Pasandaran, E. 2006. Prospek Ketersediaan Sumber Daya Lahan dan Air Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. hlm 211-224. Pengelolaan Lahan dan air di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Pramudya, B dan Dewi, N. 1992. Ekonomi Teknik. Bogor : IPB Sakai, J., R.G. Sitompul, E. N. Sembiring, R. Praeko, I. N. Suastawa, T. Mandang. 1998. Traktor 2-roda. Jurusan Teknik Pertanian, Fateta. IPB. Bogor. Sawamura, A. Miyazawa F., Ikenaga N., and T. Yoshida. 1986. Simple Measurement Method of Soil Strenght of Puddled Soil. Agricultural and Holticulture, Asian Institute of Technology, Bangkok. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Jakarta : PT Sastra Hudaya. Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Penerbit Erlangga. Suastawa, I. N., Hermawan, W., Desrial., Sitompul, R. G. Dan Pramuhadi, G. 2006. Pedoman Praktikum Alat Dan Mesin Budidaya Pertanian. Bogor : Bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi. Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sugiarto et al. 2002. Ekonomi Mikro. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
43
Suhaeti, N. R. dan Suharni, S. 2004. Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan). Bogor. Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Madyopuro : Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Van Setten Van der Meer, N.C. 1979. Sawah Cultivation in Ancient Java : Aspect of Development During the Indo-Javanese Period, 5th-15th Century. Oriental Monogr. Ser 22 : 5-33.
44
1
Lampiran 1. Peta Kabupaten Kuningan
Sumber : www.kabupatenkuningan.go.id
2
Lampiran 2. Penghitungan Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap A. Biaya Tetap (BT) Biaya tetap adalah jenis biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tidak tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan (jumlah jam kerja suatu alat/mesin). Meskipun alat atau mesin tersebut bekerja dalam satu waktu yang berbeda, atau bahkan tidak digunakan untuk bekerja, biaya ini tetap ada dan harus diperhitungkan, dan besarnya relative tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap adalah : 1. Biaya Penyusutan (D) Biaya penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian (waktu). Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang adalah : a. Adanya bagian-bagian yang rusak atau aus karena lamanya waktu pemakaian sehingga alat tersebut tidak bisa bekerja dengan kemampuan seperti sebelumnya. b. Adanya peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama bila dibandingkan pada mesin yang masih baru. c. Karena perkembangan teknologi yang akan selalu muncul alat/mesin yang lebih praktis dan lebih efisien sehingga alat/mesin lama nilainya akan merosot. d. Adanya perkembangan perusahaan, maka alat/mesin yang dipergunakan harus diganti disesuaikan dengan perkembangannya. e. Dalam biaya penyusutan ada yang namanya umur ekonomis dan umur pelayanan. Umur ekonomis adalah umur dari suatu alat dari kondisi baru sampai alat tersebut tidak ekonomis lagi bila terus digunakan dan lebih baik diganti dengan yang baru. Sedangkan umur pelayanan adalah umur dari suatu mesin dari awal pembelian dalam kondisi baru sampai alat tersebut mati (tidak bisa dipakai lagi) dan menjadi barang yang harus dibuang. Dalam perhitungan biaya penyusutan dikenal 4 metoda, yaitu : 1) Metoda garis lurus (straight line method) Adalah biaya penyusutan dianggap sama setiap tahun, atau penurunan nilai suatu alat tetap sampai pada akhir umur ekonomisnya. Pada metoda ini ada dua jenis persamaan, yaitu : a) Persamaan penyusutan yang tidak memperhitungkan bunga modal
D=
P−S ................................................................................................(1) L
3
Dimana: D = Biaya penyusutan tiap tahun, Rp/tahun P = Harga awal, Rp S = Harga akhir, Rp L = Perkiraan umur ekonomis, tahun b) Persamaan penyusutan yang memperhitungkan bunga modal
D = (P-S) x crf .........................................................................................(2)
Dimana
: Crf = ( A/P , i%, N)
Sehingga
: D = (P-S) (A/P, i%, N)
Dimana : D
= Biaya penyusutan tiap tahun, Rp/tahun
crf
= Capital recofery factor
i
= Tingkat bunga modal, i%/tahun
2) Metoda penjumlahan angka tahun (sum of the year digits method) Adalah biaya penyusutan pada tahun-tahun permulaan sangat tinggi, karena tingkat pemakaian alat juga tinggi. Persamaan penyusutan untuk metoda ini adalah : D=
N −n (P-S) .......................................................................................(3) Y
Dimana : D = Biaya penyusutan per tahun, Rp/tahun N = Umur ekonomis, tahun n = Lama pemakaian pada tahun yang bersangkutan, tahun Y = Penjumlahan angka tahun, tahun 3) Metoda kesimbangan menurun berganda Adalah biaya penyusutan tersebar terjadi pada saat mesin mempunyai produktivitas tinggi dan kemudian laju panyusutan menurun sesuai dengan pertambahan umur. Metoda ini mempunyai persamaan :
4
D = Vn – 1 ................................................................................................(4) Dimana Vn = P ( 1 -
x n ) N
Vn-i = P ( 1 -
x n-1 ) N
Dimana : D = Biaya penyusutan, Rp/tahun N = Umur ekonomis,tahun P = Harga awal, Rp n = Tahun ke n x = Nilai tetapan antara 1-2 (untuk alat atau mesin pertanian digunakan x=2) Vn = Nilai akhir mesin pada tahun ke-n d]. Metoda sinking fund Adalah metoda yang memperhitungkan bunga modal dari modal yang digunakan. Persamaan untuk metoda ini adalah :
Dn = (P-S) (A/F, i%, N) (F/P,i%, n-1) ...................................................(5)
Dimana : Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n, Rp/tahun P = Harga awal, Rp S = Harga akhir, Rp i = Tingkat bunga modal, %/tahun n = Tahun ke-n N = Umur ekonomis, tahun Sedangkan nilai akhir mesin pada tahun ke-n dapat dihitung dengan persamaan : Vn = P- (P-S) (A/F,i%, N) (F/A, i%, n)
5
2. Biaya Bunga Modal (IM) dan Asuransi (BA) Bunga modal dari investasi pertanian diperhitungkan sebagai biaya, karena uang yang dipergunakan untuk membeli alat tidak bisa dipergunakan untuk usaha lain. Apabila biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metoda crf atau sinking fund maka biaya bunga modal tidak perlu dihitung kembali, karena pada metoda tersebut biaya penyusutan yang diperoleh sudah termasuk biaya bunga modalnya. Biaya asuransi adalah biaya yang dikeluarkan jika alat atau mesin tersebut mengikuti asuransi. Besarnya biaya asuransi tergantung dari kesepakatan awal antara premi dengan perusahaan asuransi. Biaya asuransi dikeluarkan tiap bulan dengan jumlah yang sama. Dalam beberapa hal perhitungan bunga modal dan asuransi dapat disatukan dalam persamaan berikut :
I=
iP ( N + 1) ...........................................................................................(6) 2N
Dimana : P = Harga awal, Rp I = Total tingkat bunga modal dan asuransi, %/tahun I = Total bunga modal dan asuransi, Rp/tahun N = Umur ekonomis alat, tahun 3. Pajak (BPaj) Di Indonesia pemungutan pajak untuk mesin pertanian memang belum layak dilakukan. Nilai yang paling tepat untuk biaya pajak adalah nilai pajak yang dikenakan pada mesin tersebut pada setiap tahunnya. Besarnya persentase berbeda dari suatu negara ke negara lain. Di beberapa negara besarnya pajak sekitar 2% dari harga awal per tahun. 4. Biaya Bangunan (BBang) dan Garasi Bgar) Jika bangunan sebagai tempat penyimpanan suatu alat itu ada, dapat dianggap sebagai komponen dari unit produksi atau dapat juga dianggap sebagai unit yang terpisah dan berbeda dari unit produksi. Pada umumnya bila tidak ada garasi/gedung tempat penyimpanan alat maka beban untuk menaggung resiko itu sebesar 0,5 – 1% dari harga awal per tahun. Beban ini bergantung pada kondisi lokal.
6
B. Biaya Tidak Tetap (BTT) Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jumlah jam kerja pemakaian. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan Rp/jam. Biaya tidak tetap terdiri dari : 1. Biaya Bahan Bakar (BBB) Biaya ini adalah pengeluaran untuk sumber tenaga yaitu bensin, solar, atau listrik. Untuk kebutuhan bensin atau solar satuannya dalam liter/jam. Dengan mengetahui harga per liter di lokasi maka akan dapat biaya dalam Rp/jam. 2. Biaya Pelumas (BPel) Besarnya biaya pelumas ditentukan berdasarkan banyaknya penggantian oli pada suatu mesin pada setiap periode tertentu, dan harga satuan oli yang digunakan. 3. Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan (BPP) Biaya perbaikan dan pemeliharaan pada alat-alat mesin pertanian meliputi biaya penggantian bagian yang telah aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus, pengecetan, pembersihan atau pencucian dan perbaikanperbaikan karena faktor yang tak terduga. 4. Biaya Operator (BOp) Biaya operator biasanya dinyatakan dalam Rp/hari atau Rp/jam. Besarnya tergantung pada kondisi lokal. Operator yang digaji bulanan dapat dikonversikan dalam upah Rp/jam dengan menghitung jumlah jam kerjanya selama satu bulan. 5. Biaya Hal-Hal Khusus (BK) Biaya hal-hal khusus adalah biaya dari penggantian suatu bagian atau suku cadang yang mempunyai nilai yang tinggi (harganya mahal), tetapi memerlukan penggantian yang relatif sering karena pemakaian. Pada mesin pertanian contoh yang paling umum adalah biaya penggantian ban pada traktor roda. C. Biaya Total (TC) Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap, dan dinyatakan dalam satuan Rp/jam. Biaya total mesin pertanian per jam dapat dihitung dengan persamaan berikut : TC =
BT + BTT …………………………………………………..…...(7) x
Dimana : TC
= Biaya Total, Rp/jam
BT
= Biaya Tetap, Rp/tahun
7
BTT
= Biaya Tidak Tetap, Rp/jam
x
= Perkiraan jam kerja dalam satu tahun, jam/tahun
D. Biaya Pokok (Bp) Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk setiap unit produk. Untuk menghitung biaya pokok suatu mesin pertanian diperlukan data kapasitas mesin yang bersangkutan atau kemampuan dari alat untuk menghasilkan produk (output) per satuan waktu. Jika kapasitas mesin diketahui, maka biaya pokok dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :
Bp =
B .....................................................................................................(8) k
Dimana : TC =
BT + BTT x
BT + BTT Maka : Bp = x k
Atau : Bp =
BTT BT + kx k
Dimana : Bp
= Biaya Pokok, Rp/unit
TC
= Biaya Total, Rp/jam
BT
= Biaya Tetap, Rp/tahun
BTT
= Biaya Tidak tetap, Rp/jam
x
= Perkiraan jam kerja dalam satu tahun, jam/tahun
k
= Kapasitas alat, ha/jam
8
Lampiran 3. Luas Kabupaten Kuningan menurut Kecamatan & Penggunaan Tahun 2005 Kecama tan 1 01. Darma 02. Kadugede 03. Nusaherang 04. Ciniru 05. Hantara 06. Selajambe 07. Subang 08. Cilebak 09. Ciwaru 10. Karangkancana 11. Cibingbin 12. Cibeureum 13. Luragung 14. Cimahi 15. Cidahu 16. Kalimanggis 17. Ciawigebang 18. Cipicung 19. Lebakwangi 20. Maleber 21. Garawangi 22. Sindangagung 23. Kuningan 24. Cigugur 25. Kramatmulya 26. Jalaksana 27. Japara 28. Cilimus 29. Cigandamekar 30. Mandirancan 31. Pancalang 32. Pasawahan Kab. Kuningan Tahun 2004 Tahun 2003
Tanah Sawah 2
665 570 513 749 680 713 1.023 835 1.056 918 1.498 882 1.084 1.305 665 886 2.091 758 1.034 1.184 1.000 798 793 664 934 683 759 1.118 1.047 916 1.146 583 29.550 29.550 29.550
Tanah Bukan Sawah 3 5.80 5 1.32 9 1.26 5 4.38 4 2.83 7 2.08 2 2.51 0 3.01 3 4.74 8 3.93 9 6.21 7 53 7 1.83 2 4.19 22.87 6 1.37 53.32 2 98 282 0 4.02 42.06 0 55 4 2.01 2 3.19 7 91 5 1.87 91.44 5 1.20 51.03 5 1.33 2 50 0 3.82 4 78.04 78.04 78.04
Jumlah 4
6.47 0 1.89 9 1.77 8 5.13 3 3.51 7 2.79 5 3.53 3 3.84 8 5.80 4 4.85 7 7.71 5 1.41 9 2.91 6 5.49 73.54 1 2.26 15.41 3 1.74 01.85 4 5.20 83.06 0 1.35 22.80 5 3.86 11.84 9 2.56 22.20 4 2.32 32.08 2 2.24 8 1.64 6 4.40 7 107.59 107.5 107.5
Sumber : Kuningan Dalam Angka 2005-2006
9
Lampiran 4. Luas daerah, jumlah penduduk dan rata-rata kepadatan penduduk tahun 2005
Sumber : Kuningan Dalam Angka, 2005-2006
10
Lampiran 5. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kecamatan tahun 2005
Sumber : Kuningan Dalam angka, 2005-2006
11
Lampiran 6. Data Teknis Traktor 1. Tanggal
: 13 April 2007
Lokasi
: Desa Cirahayu Kec. Luragung
Nama Pemilik Sawah
: Pak Karta
Luas Lahan Sawah
: 120 bata, 0.168 ha
Nama Pemilik Traktor
: Pak Rudi
Nama Operator
: Pak Rudi
1. Untuk luas : 16.40 m x 24.50 m = 401.8 m² = 0.04018 ha Waktu : 28 menit = 0.1466 jam KLE : (0.04018 / 0.466) = 0.086223176 ha/jam a. Pada bajak garu : No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
9.8
9.2
1.065217391
1.5
0.57521739
2
9.9
10.65
0.929577465
1.5
0.50197183
3
9.8
9.7
1.010309278
1.5
0.54556701
4
10.3
8.7
1.183908046
1.5
0.63931034
5
10.5
9.14
1.148796499
1.5
0.62035011
Rata-rata
10.06
9.478
1.067561736
1.5
0.57648334
Eff : ( 0.086223176 / 0.57648334 ) x 100% = 15.07138129 %
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 75ml / 250ml) x 100% = 30% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
7 30
9 10
3,5 65
5,5 45
8 20
4,2 58
6,8 32
6 40
6 40
8 20
Rata-rata 36
12
2. Untuk luas : 7.80 m x 25.30 m = 197.34 m2 = 0.01973 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 16 menit = 0.266 jam KLE : (0.01973 / 0.266) = 0.074172932 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
12.8
13.19
0.970432146
0.3
0.10480667
2
12.9
14.29
0.902729181
0.25
0.08124563
3
12.3
12
1.025
0.3
0.1107
4
12.9
14.09
0.915542938
0.25
0.08239886
5
12.4
12.6
0.984126984
0.3
0.10628571
Rata-rata
12.66
13.234
0.95956625
0.28
0.09672428
Eff : ( 0.074172932 / 0.09672428 ) x 100% = 77.77454381 % b. Pada bajak garu : Waktu : 24 menit = 0.4 jam KLE : (0.01973 / 0.4) = 0.049325 ha/jam Eff : (0.049325 /0.70731622 ) x 100% = 7.128213751 %
No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
9.35
9.66
0.967908903
1.5
0.52267081
2
10
7.34
1.36239782
1.5
0.73569482
3
10.35
7.19
1.439499305
1.5
0.77732962
4
10.2
7.53
1.354581673
1.5
0.7314741
5
10.9
7.65
1.424836601
1.5
0.76941176
Rata-rata
10.16
7.874
1.30984486
1.5
0.70731622
Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 100ml / 250ml) x 100% = 40% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
4,5 55
8 20
6,5 35
6 40
6,5 35
6,5 35
8 20
6 40
5,4 46
40 60
Rata-rata 38,6
13
2. Tanggal
: 29 April 2007
Lokasi
: Desa Lengkong Kec. Garawangi
Nama Pemilik Sawah
: Pak Maman
Luas Lahan Sawah
: 100 bata, 0.14 ha
Nama Pemilik Traktor
: Pak Herman
Nama Operator
: Pak Aruni
1.Untuk luas : 34.50 m x 11.40 m = 393.3 m2 = 0.0393 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 19 menit = 0.316 jam KLE : (0.0393 / 0.316) = 0.124367089 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
11.9
18.25
0.652054795
0.4
0.09389589
2
12.4
16.78
0.73897497
0.44
0.11705364
3
12.9
16.91
0.762862212
0.46
0.12632998
4
10.7
13.22
0.809379728
0.46
0.13403328
5
11.85
13.32
0.88963964
0.4
0.12810811
Rata-rata
11.95
15.696
0.770582269
0.432
0.11988418
Eff : (0.124367089 /0.11988418 ) x 100% = 105.4028573 % b. Pada bajak garu : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.0393 / 0.333) = 0.102610966 ha/jam No.
M
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
11.5
11.84
0.971283784
1.5
0.52449324
2
11.4
12.41
0.918614021
1.5
0.49605157
3
11.2
11.43
0.979877515
1.5
0.52913386
4
11.1
11.1
1
1.5
0.54
5
11.1
10.15
1.093596059
1.5
0.59054187
Rata-rata
11.26
11.386
0.992674276
1.5
0.53604411
Eff : (0.102610966 /0.53604411 ) x 100% = 19 %
14
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 100ml / 250ml) x 100% = 40% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
3,5 65
2 80
3,8 62
10,05 -0,5
9 10
6,8 32
6,8 32
7 30
4,5 55
7 30
Rata-rata 39,55
2. Untuk luas : 22 m x 6 m = 132 m2 = 0.0132 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 18 menit = 0.3 jam KLE : (0.0132 / 0.3) = 0.044 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
11.25
16.35
0.688073394
0.3
0.07431193
2
10.6
15.15
0.699669967
0.33
0.08312079
3
10.85
16.97
0.639363583
0.37
0.08516323
4
10.8
16.16
0.668316832
0.5
0.12029703
5
11.2
16
0.7
0.52
0.13104
Rata-rata
10.94
16.126
0.679084755
0.404
0.0987866
Eff : (0.044 /0.0987866 ) x 100% = 46.79280853 % b. Pada bajak garu : Waktu : 23 menit = 0.383 jam KLE : (0.0132 / 0.383) = 0.034464752 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
9.1
14.69
0.619469027
1.5
0.33451327
2
9.8
13.71
0.71480671
1.5
0.38599562
3
10
13.88
0.720461095
1.5
0.38904899
4
11.2
15.03
0.745176314
1.5
0.40239521
5
11.1
13.87
0.800288392
1.5
0.43215573
Rata-rata
10.24
14.236
0.720040308
1.5
0.38882177
Eff : (0.034464752 /0.38882177 ) x 100% = 8.926088837 %
15
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 100ml / 250ml) x 100% = 40% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
5 50
6,5 35
8 20
8 20
5 50
3,5 65
4 60
5 50
7,5 25
7 30
Rata-rata 40,5
16
3. Tanggal
: 3 Mei 2007
Lokasi
: Desa Pagundan Kec. Lebakwangi
Nama Pemilik Sawah : Pak Arta Luas Lahan Sawah
: 150 bata, 0.21 Ha
Nama Pemilik Traktor: Pak Mukti Nama Operator
: Pak Warsa Pak Linan
1. Untuk luas : 20.40 m x 11.10 m = 226.44 m² = 0.023 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 25 menit = 0.416 jam KLE : (0.023 / 0.416) = 0.098712446 ha/jam No,
m
s
1
10,2
17,31
0,589254766
0,35
0,074246101
2
10,2
14,29
0,713785864
0,26
0,066810357
3
11,9
20,44
0,582191781
0,36
0,075452055
10,767
17,3467
0,628410804
Rata-rata
v (m/s)
l (m)
0,323333
KLT (ha/jam)
0,072169504
Eff : (0.098712446 /0.0.072169504 ) x 100% = 137.1770988 % b. Pada bajak garu : Waktu : 15 menit = 0.25 jam KLE : (0.023 / 0.25) = 0.0092 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
12.4
20.9
0.593301435
1.32
0.28193684
2
12.05
20.28
0.59418146
1.32
0.28235503
3
12.55
20.16
0.622519841
1.32
0.29582143
4
11.7
20.35
0.574938575
1.32
0.27321081
5
11.7
14.84
0.788409704
1.32
0.37465229
Rata-rata
12.08
19.306
0.634670203
1.32
0.30159528
Eff : (0.092 /0.30159528 ) x 100% = 30.90881807 %
17
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 75ml / 250ml) x 100% = 30% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
6 40
4,5 55
4 60
5,5 45
5 50
3 70
4 60
3 70
6,5 35
4 65
Rata-rata 55
2. Untuk luas : 20.40 m x 32.50 m = 663 m² = 0.066 ha a. Pada bajak garu : Waktu : 14 menit = 0.233 jam KLE : (0.066 / 0.233) = 0.092178771 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
11.8
24.84
0.475040258
1.32
0.22573913
2
11.95
15.99
0.747342089
1.32
0.35513696
3
11.75
14.75
0.796610169
1.32
0.37854915
4
11.2
12.15
0.9218107
1.32
0.43804444
5
12.05
13.26
0.908748115
1.32
0.4318371
Rata-rata
11.75
16.198
0.769910266
1.32
0.36586136
Eff : (0.092178771 /0.36586136 ) x 100 % = 26.70591083 %
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 95ml / 250ml) x 100 = 38% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
5,5 45
5,5 45
7 30
4,5 55
9,5 15
3 70
7 30
7 30
3 70
4,5 55
Rata-rata 44,5
18
4. Tanggal
: 6 Mei 2007
Lokasi
: Desa Pagundan Kec. Lebakwangi
Nama Pemilik Sawah : Pak Karta Luas Lahan Sawah
: 70 bata, 0.098 Ha
Nama Pemilik Traktor: Pak Jumhari Nama Operator
: Pak Jumhari
1. Untuk luas : 24.3 m x 12.05 m = 292.815 m² = 0.029 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.029 / 0.333) = 0.087087087 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
12.9
15.1
0.854304636
0.27
0.08303841
2
12.7
11.5
1.104347826
0.33
0.13119652
3
12.6
14.03
0.898075552
0.25
0.0808268
4
11.5
17.28
0.665509259
0.24
0.0575
5
12
14.5
0.827586207
0.25
0.07448276
Rata-rata
12.34
14.482
0.869964696
0.268
0.0854089
Eff : (0.087087087 /0.0854089 ) x 100 % = 109.4756746 % b. Pada bajak garu : Waktu : 24 menit = 0.4 jam KLE : (0.029 / 0.4) = 0.0725 ha/jam No,
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
9,5
8,1
1,172839506
1,5
0,633333333
2
10,7
6,87
1,557496361
1,5
0,841048035
3
11,2
7,19
1,557719054
1,5
0,841168289
4
11,85
7,97
1,486825596
1,5
0,802885822
5
12,1
9,7
1,24742268
1,5
0,673608247
Rata-rata
11,07
7,966
1,40446064
1,5
0,758408745
Eff : (0.0725 /0.758408745 ) x 100 % = 9.695877915 %
19
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 50ml / 100ml) x 100% = 50% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
8 20
8 20
8 20
8,5 15
8 20
7 30
9 10
9 10
7,5 25
9 10
Rata-rata 18
2. Untuk luas : 16.5 m x 12.05 m = 198.825 m² = 0.019 ha a. Pada singkal : Waktu : 10 menit = 0.166 jam KLE : (0.019 / 0.166) = 0.114457831 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
12.1
11.25
1.075555556
1.5
0.5808
2
10.8
11.5
0.939130435
1.5
0.50713043
3
10.5
9.19
1.142546246
1.5
0.61697497
4
10.7
10.9
0.981651376
1.5
0.53009174
5
10
7.91
1.264222503
1.5
0.68268015
Rata-rata
10.82
10.15
1.080621223
1.5
0.58353546
Eff : (0.114457831 / 0.58353546 ) x 100 % = 19.83722328 % b. Pada bajak garu : Waktu : 28 menit = 0.466 jam KLE : (0.019 / 0.466) = 0.043879908 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
9.85
9.09
1.083608361
1.5
0.58514851
2
10
10.27
0.973709834
1.5
0.52580331
3
10.7
8.69
1.231300345
1.5
0.66490219
4
11.2
10.19
1.099116781
1.5
0.59352306
5
11.3
12.69
0.890464933
1.5
0.48085106
Rata-rata
10.61
10.186
1.055640051
1.5
0.57004563
Eff : (0.043879908 /0.57004563 ) x 100 % = 7.792458007 %
20
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 50ml / 100ml) x 100% = 50% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
6 40
3 70
4 60
6 40
6 40
6 40
7 30
4 60
3 70
3,5 65
Rata-rata 51,5
21
5. Tanggal
: 12 April 2007
Lokasi
: Desa Mekarwangi Kec. Lebakwangi
Nama Pemilik Sawah : Pak Odi Luas Lahan Sawah
: 150 bata, 0.21 Ha
Nama Pemilik Traktor: Pak Saudi Nama Operator
: Pak Saudi
1. Untuk luas : 24 m x 6.50 m = 156 m² = 0.0156 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 14 menit = 0.233 jam KLE : (0.0156 / 0.233) = 0.046846847 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
13,05
15,07
0,865958859
0,25
0,0779363
2
12,9
12,91
0,999225407
0,24
0,08633308
3
12,8
14,03
0,91233072
0,25
0,08210976
4
12,7
10,93
1,161939616
0,26
0,10875755
5
12,5
11,5
1,086956522
0,25
0,09782609
Rata-rata
12,79
12,888
1,005282225
0,25
0,09059255
Eff : (0.046846847 /0.09059255 ) x 100 % = 75.00030602 % b. Pada bajak garu : Waktu : 21 menit = 0.35 jam KLE : (0.0156 / 0.35) = 0.042622951 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
12,12
15,72
0,770992366
1,5
0,41633588
2
12,3
14,25
0,863157895
1,5
0,46610526
3
12,7
14,47
0,877677954
1,5
0,4739461
4
12,35
11,06
1,116636528
1,5
0,60298373
5
11,9
12,31
0,966693745
1,5
0,52201462
Rata-rata
12,274
13,562
0,919031698
1,5
0,49627712
Eff : (0.042622951 /0.49627712 ) x 100 % = 9.120530437 %
22
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 100ml / 200ml) x 100% = 50% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
7,4 26
5 50
3 70
4,5 55
3,5 65
4 60
3 70
2,5 75
4 60
4,5 55
Rata-rata 58,6
2. Untuk luas : 24.40 m x 8.60 m = 209.84 m² = 0.02098 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 21 menit = 0.35 jam KLE : (0.02098 / 0.35) = 0.059942857 ha/jam Eff : (0.059942857 /0.05976141 ) x 100 % = 101.3157956 % No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
12,9
22,71
0,568031704
0,24
0,04907794
2
12,75
18,75
0,68
0,25
0,0612
3
12,5
18,05
0,692520776
0,24
0,0598338
4
12,9
18,12
0,71192053
0,25
0,06407285
5
12,6
18,25
0,690410959
0,26
0,06462247
Rata-rata
12,73
19,176
0,668576794
0,248
0,05976141
b. Pada bajak garu : Waktu : 23 menit = 0.383 jam KLE : (0.02098 / 0.383) = 0.054778068 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
11,3
9,57
1,18077325
1,5
0,63761755
2
11,55
10,19
1,133464181
1,5
0,61207066
3
11,9
9,28
1,282327586
1,5
0,6924569
4
11,5
10,47
1,098376313
1,5
0,59312321
5
11,6
10,06
1,153081511
1,5
0,62266402
Rata-rata
11,57
9,914
1,169604568
1,5
0,63158647
23
Eff : (0.054778068 /0.63158647 ) x 100 % = 8.696853808 % Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 150ml / 200ml) x 100 = 75% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
3,4 66
6,4 36
5,8 42
4,4 56
3,9 61
4,5 55
5,6 44
3,4 66
4 60
6 40
Rata-rata 52,6
24
6. Tanggal
: 02 Mei 2007
Lokasi
: Desa Pagundan Kec. Cijoho
Nama Pemilik Sawah : Pak Salim Luas Lahan Sawah
: 150 bata, 0.21 Ha
Nama Pemilik Traktor: Pak Husen Nama Operator
: Pak Husen
1. Untuk luas : 45.27 m x 13.75 m = 622.46 m² = 0.06224 ha a. Pada bajak garu : Waktu : 40 menit = 0.666 jam KLE : (0.06224 / 0.666) = 0.093313343 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
10,2
15,37
0,663630449
1,5
0,35836044
2
13,1
19,03
0,688386758
1,5
0,37172885
3
11,1
12,78
0,868544601
1,5
0,46901408
4
9,75
14,31
0,681341719
1,5
0,36792453
5
10
15,61
0,64061499
1,5
0,34593209
Rata-rata
10,83
15,42
0,708503703
1,5
0,382592
Eff : (0.093313343 / 0.382592 ) x 100 % = 24.67473734 % Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 50ml / 200ml) x 100% = 25% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
7,5 25
7 30
5 50
7 30
9,5 5
8 20
8 20
8,5 15
6,5 35
9,5 5
Rata-rata 23,5
2. Untuk luas : 45.27 m x 9.60 m = 434.592 m² = 0.043459 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.043459 / 0.333) = 0.059942857 ha/jam
25
No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
12,77
19,78
0,645601618
0,4
0,09296663
2
13,8
15,19
0,908492429
0,35
0,11447005
3
14,5
13,8
1,050724638
0,45
0,17021739
4
13,3
13,05
1,019157088
0,47
0,17244138
5
13,5
17,75
0,76056338
0,4
0,10952113
Rata-rata
13,574
15,914
0,876907831
0,414
0,13192332
Eff : (0.059942857 /0.13192332 ) x 100 % = 48.31038013 % b. Pada bajak garu : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.043459 / 0.5) = 0.086918 ha/jam No,
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
12,1
12,3
0,983739837
1,5
0,531219512
2
13,4
15,1
0,887417219
1,5
0,479205298
3
13,5
13
1,038461538
1,5
0,560769231
4
13,65
14,28
0,955882353
1,5
0,516176471
5
15,95
13,69
1,165084003
1,5
0,629145362
Rata-rata
13,72
13,674
1,00611699
1,5
0,543303175
Eff : (0.086918 / 0.543303175 ) x 100 % = 16.13075306 % Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 150ml / 200ml) x 100% = 75% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
3,4 66
6,4 36
5,8 42
4,4 56
3,9 61
4,5 55
5,6 44
3,4 66
4 60
6 40
Rata-rata 52,6
26
7. Tanggal
: 08 Mei 2007
Lokasi
: Desa Heuleut Kec. Lebakwangi
Nama Pemilik Sawah : Pak Aspan Luas Lahan Sawah
: 100 bata, 0.14 Ha
Nama Pemilik Traktor: Pak Ugan Nama Operator
: Pak Enco
1. Untuk luas : 38 m x 14.20 m = 539.6 m² = 0.05396 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.05396 / 0.5) = 0.10792 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
12,8
19,31
0,66286898
0,35
0,08352149
2
12,2
16,85
0,724035608
0,3
0,07819585
3
12,4
13,87
0,894015862
0,45
0,14483057
4
12,5
17,1
0,730994152
0,4
0,10526316
Rata-rata
12,34
18,246
0,700308232
0,36
0,09293815
Eff : (0.10792 / 0.09293815 ) x 100 % = 129.6698711 % b. Pada bajak garu : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.05396 / 0.5) = 0.10792 ha/jam Eff : (0.10792 /0.42914183 ) x 100 % = 26.28933241 % No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
11,85
19,85
0,59697733
1,5
0,32236776
2
10,08
13,02
0,774193548
1,5
0,41806452
3
11,15
10,25
1,087804878
1,5
0,58741463
4
11,3
13,13
0,860624524
1,5
0,46473724
5
11,3
17,28
0,653935185
1,5
0,353125
Rata-rata
11,136
14,706
0,794707093
1,5
0,42914183
27
Eff : (0.10792 /0.42914183 ) x 100 % = 26.28933241 % Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 150ml / 250ml) x 100% = 60% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
6 40
5,5 45
6 40
4,5 55
3 70
5 50
3,5 65
5 50
2,5 7,5
7 30
Rata-rata 52
2. Untuk luas : 21.55 m x 17 m = 366.35m² = 0.0366 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.0366 / 0.5) = 0.0732 ha/jam No,
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
11,85
19,53
0,606758833
0,3
0,065529954
2
11,3
18,78
0,60170394
0,3
0,064984026
3
11,8
16,31
0,723482526
0,3
0,078136113
4
12,2
15,41
0,791693705
0,3
0,08550292
5
12,3
14,69
0,837304289
0,3
0,090428863
Rata-rata
11,89
16,944
0,712188659
0,3
0,076916375
Eff : (0.0732 /0.076916375) x 100 % = 96.91782013 % b. Pada bajak garu : Waktu : 65 menit = 1.083 jam KLE : (0.0366 / 1.083) = 0.033795014 ha/jam No,
m
s
v (m/s)
l (m)
KLT (ha/jam)
1
11
18,36
0,59912854
1,5
0,323529412
2
10,35
15,31
0,676028739
1,5
0,365055519
3
10,7
10
1,07
1,5
0,5778
4
10,8
11,55
0,935064935
1,5
0,504935065
5
11
11,81
0,931414056
1,5
0,50296359
Rata-rata
10,77
13,406
0,842327254
1,5
0,454856717
28
Eff : (0.033795014 / 0.454856717) x 100 % = 7.792852586 % Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 70ml / 250ml) x 100% = 28% Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
2 80
4 60
4 60
3 70
7 30
4 60
3 70
4 60
4 60
2 80
Rata-rata 63
29
8. Tanggal
: 4 April 2007
Lokasi
: Desa Panawuan Kec. Cigandamekar
Nama Pemilik Sawah : Pak Usman Luas Lahan Sawah
: 150 bata, 0.21 Ha
Nama Pemilik Kerbau: Pak Joko Nama Operator
: Pak Joko
1. Untuk luas : 17.40 m x 13.40 m = 233.16 m² = 0.0233 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.0233 / 0.333) = 0.06996997 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
11,6
13,91
0,833932423
0,25
0,07505392
2
7,2
10,06
0,715705765
0,24
0,06183698
3
9,3
12,69
0,73286052
0,25
0,06595745
4
8,4
7,37
1,139755767
0,26
0,10668114
5
10,3
15,87
0,649023314
0,25
0,0584121
Rata-rata
9,36
11,98
0,814255558
0,25
0,07358832
Eff : (0.06996997 / 0.07358832) x 100 % = 99.56736219 % b. Pada bajak garu : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.0233 / 0.333) = 0.06996997 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
10,4
11,21
0,927743087
1,6
0,53438002
2
10,35
14,97
0,691382766
1,6
0,39823647
3
9
9,75
0,923076923
1,6
0,53169231
4
8,4
8,06
1,042183623
1,6
0,60029777
5
8
10,16
0,787401575
1,6
0,45354331
Rata-rata
9,23
10,83
0,874357595
1,6
0,50362997
Eff : (0.06996997 / 0.50362997) x 100 % = 14.18135455 %
30
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 50ml / 200ml) x 100% = 25 % Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
2,5 75
2 80
2 80
2,7 73
3,4 66
4 60
2 80
7 30
7 30
4,5 55
Rata-rata 62,9
2. Untuk luas : 7.20 m x 13.40 m = 96.48 m² = 0.009648 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 25 menit = 0.416 jam KLE : (0.009648 / 0.416) = 0.023192308 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
8
9,6
0,833333333
0,24
0,072
2
6,9
12,84
0,537383178
0,24
0,04642991
3
6,9
13,5
0,511111111
0,25
0,046
4
6,6
8,35
0,790419162
0,25
0,07113772
5
6,7
10,81
0,619796485
0,26
0,05801295
Rata-rata
7,02
11,02
0,658408654
0,248
0,05871612
Eff : (0.023192308 / 0.05871612) x 100 % = 41.03212339 % b. Pada bajak garu : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.009648 / 0.333) = 0.028972973 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
7,4
11,46
0,645724258
1,6
0,37193717
2
6
11,15
0,538116592
1,6
0,30995516
3
7,2
13,07
0,550879878
1,6
0,31730681
4
7,3
10,22
0,714285714
1,6
0,41142857
5
6,6
11,31
0,583554377
1,6
0,33612732
Rata-rata
6,9
11,442
0,606512164
1,6
0,34935101
Eff : (0.028972973 / 0.34935101) x 100 % = 8.385961566 %
31
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 50ml / 200ml) x 100% = 25 % Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
2 80
4,5 55
2,5 75
2,5 75
2,4 76
2 80
6 40
5,5 45
6,5 35
7,5 25
Rata-rata 58,6
32
9. Tanggal
: 14 April 2007
Lokasi
: Desa Sangkanmulya Kec. Jalaksana
Nama Pemilik Sawah : Pak Edi Luas Lahan Sawah
: 150 bata, 0.21 Ha
Nama Pemilik Traktor: Pak Nono Nama Operator
: Pak Nono
1. Untuk luas : 8.20 m x 14.60 m = 119.72 m² = 0.01197 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.01197 / 0.333) = 0.035945946 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
13,09
0,38197097
0,25
0,03437739
2
5
10,03
0,498504487
0,25
0,0448654
3
5
13,13
0,380807312
0,25
0,03427266
4
5
9,4
0,531914894
0,24
0,04595745
5
5
8,16
0,612745098
0,25
0,05514706
Rata-rata
5
10,762
0,481188552
0,248
0,04292399
Eff : (0.035945946 / 0.04292399) x 100 % = 86.59245245 % Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 90ml / 300ml) x 100% = 30 % Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
3 70
4,8 52
7,8 22
7,5 25
5 50
6 40
6,5 35
6 40
5,5 45
3,5 65
Rata-rata 44,4
2. Untuk luas : 6.60 m x 24 m = 178.2 m² = 0.01782 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 20 menit = 0.333 jam KLE : (0.01782 / 0.333) = 0.053513514 ha/jam
33
No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
12,44
0,40192926
0,25
0,03617363
2
5
17,28
0,289351852
0,26
0,02708333
3
5
13,46
0,371471025
0,25
0,03343239
4
5
15,06
0,332005312
0,24
0,02868526
5
5
12,12
0,412541254
0,25
0,03712871
Rata-rata
5
14,072
0,361459741
0,25
0,03250067
Eff : (0.053513514 / 0.03250067) x 100 % = 167.2544283 %
Indeks Pelumpuran : IP = (Vs/Vt) x 100% = ( 200ml / 300ml) x 100% = 6.67 % Indeks Kelunakan : IK = [ 1 – ((0.1 x │PGB│)/A) x 100% (│PGB│) IK = %
6 40
8 20
7,5 25
7 30
5 50
4 60
8,5 15
3,5 65
4,5 55
3 70
Rata-rata 43
34
10. Tanggal
: 17 April 2007
Lokasi
: Desa Awirarangan Kec. Kuningan
Nama Pemilik Sawah : Pak Emod Luas Lahan Sawah
: 100 bata, 0.14 Ha
Nama Pemilik Kerbau + operator : Pak Usep 1. Untuk luas : 12.40 m x 34.60 m = 429.04 m² = 0.0429 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 48 menit = 0.8 jam KLE : (0.0429 / 0.8) = 0.053625 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
7,31
0,683994528
0,3
0,07387141
2
5
6,94
0,720461095
0,29
0,07521614
3
5
6,72
0,744047619
0,3
0,08035714
4
5
7,54
0,663129973
0,3
0,07161804
5
5
8,4
0,595238095
0,31
0,06642857
Rata-rata
5
7,382
0,681374262
0,3
0,07349826
Eff : (0.053625 / 0.07349826) x 100 % = 73.244486 % 2. Untuk luas : 12.20 m x 34.60 m = 422.12 m² = 0.0422 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 65 menit = 1.083 jam KLE : (0.0422 / 1.083) = 0.038965836 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
7,92
0,631313131
0,29
0,06590909
2
5
7,91
0,632111252
0,3
0,06826802
3
5
8,85
0,564971751
0,3
0,06101695
4
5
8,96
0,558035714
0,3
0,06026786
5
5
7,72
0,647668394
0,31
0,07227979
Rata-rata
5
8,272
0,606820048
0,3
0,06554834
Eff : (0.038965836 / 0.06554834) x 100 % = 59.72462653 %
35
11. Tanggal
: 15 Mei 2007
Lokasi
: Desa Panawuan Kec. Cigandamekar
Nama Pemilik Sawah : Pak warsa Luas Lahan Sawah
: 100 bata, 0.14 Ha
Nama Pemilik Kerbau + opertaor : Pak Anan 1. Untuk luas : 30.80 m x 12 m = 369.6 m² = 0.03696 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.03696 / 0.5) = 0.07392 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
11,84
0,422297297
0,25
0,03800676
2
5
11,78
0,424448217
0,2
0,03056027
3
5
12,03
0,415627598
0,26
0,03890274
4
5
11,94
0,418760469
0,3
0,04522613
5
5
9,12
0,548245614
0,3
0,05921053
Rata-rata
5
11,342
0,445875839
0,262
0,04238129
Eff : (0.07392 / 0.04238129) x 100 % = 182.9349415 % 2. Untuk luas : 30.80 m x 8.7 m = 267.96 m² = 0.02679 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 26 menit = 0.433 jam KLE : (0.02679 / 0.433) = 0.06187067 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
8,97
0,557413601
0,25
0,05016722
2
5
8,94
0,559284116
0,25
0,05033557
3
5
10,19
0,490677134
0,23
0,04062807
4
5
8,94
0,559284116
0,22
0,0442953
5
5
9,53
0,524658972
0,25
0,04721931
Rata-rata
5
9,314
0,538263588
0,24
0,04652909
Eff : (0.06187067 / 0.04652909) x 100 % = 133.8473713 %
36
12. Tanggal
: 16 Mei 2007
Lokasi
: Desa Panawuan Kec. Cigandamekar
Nama Pemilik Sawah : Pak Ali Luas Lahan Sawah
: 100 bata, 0.14 Ha
Nama Pemilik Kerbau + operator : Pak Ano 1. Untuk luas : 30.80 m x 6.1 m = 187.88 m² = 0.01878 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.01878 / 0.5) = 0.03756 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
14,1
0,354609929
0,24
0,0306383
2
5
14,47
0,345542502
0,25
0,03109883
3
5
14,25
0,350877193
0,35
0,04421053
4
5
13,28
0,376506024
0,25
0,03388554
5
5
10,44
0,478927203
0,2
0,03448276
Rata-rata
5
13,308
0,38129257
0,258
0,03486319
Eff : (0.03756 / 0.03486319) x 100 % = 109.6185619 % 2. Untuk luas : 30.80 m x 8.7 m = 267.96 m² = 0.02679 ha a. Pada bajak singkal : Waktu : 30 menit = 0.5 jam KLE : (0.02679 / 0.5) = 0.03756 ha/jam No.
m
s
v (m/s)
l (m/s)
KLT (ha/jam)
1
5
14,97
0,334001336
0,3
0,03607214
2
5
14,97
0,334001336
0,26
0,03126253
3
5
12,29
0,406834825
0,25
0,03661513
4
5
9,97
0,501504514
0,25
0,04513541
5
5
13,66
0,366032211
0,23
0,03030747
Rata-rata
5
13,172
0,388474844
0,258
0,03587854
Eff : (0.03756 / 0.03587854) x 100 % = 106.7990336 %
37
Lampiran 7. Data Ekonomi Traktor 1.Traktor milik Pak Rudi Tahun 1 sampai 3 C. Biaya Total
13258408,14 /tahun
D. Penerimaan
33891551,42 /tahun
E. Keuntungan
20633143,28 /tahun
Tahun 4 C. Biaya Total
15299608,14 /tahun
D. Penerimaan
33891551,42 /tahun
E. Keuntungan
18591943,28 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
8.250.000
-8250000
1
-8250000
1
-8250000
1
33891551,42
13.258.408,14
20633143,28 0,869565217 17941863,72 0,847457627 17485714,64
2
33891551,42
13.258.408,14
20633143,28 0,756143667 15601620,63
3
33891551,42
13.258.408,14
20633143,28 0,657516232 13566626,63 0,608630873
4
33891551,42
15299608,14
18591943,28 0,571753246 10630003,91 0,515788875 9589517,511
0,71818443
49490114,89
B/C ratio IRR
14818402,24 12557968
46201602,4
6,998801805 45,59817711 %
38
2. Traktor milik Pak Herman Tahun 1 dan 2 C. Biaya Total
16690948,14 /tahun
D. Penerimaan
26990531,62 /tahun
E. Keuntungan
10299583,48 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
15.500.000
-15500000
1
-15500000
1
-15500000
1
26990531,62
16.690.948,14
10299583,48 0,869565217 8956159,548 0,847457627 8956159,548
2
26990531,62
16.690.948,14
10299583,48 0,756143667 14369776,88
0,71818443
7825936,431
B/C ratio IRR
7787964,824 1244124,372
1,504899125 18,56707379 %
39
3. Traktor milik Pak Mukti Tahun 1 sampai 3 C. Biaya Total
13212448,14 /tahun
D. Penerimaan
28618065,92 /tahun
E. Keuntungan
15405617,78 /tahun
Tahun 4 dan 5 C. Biaya Total
15253648,14 /tahun
D. Penerimaan
28618065,92 /tahun
E. Keuntungan
13364417,78 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
8.000.000
-8000000
1
-8000000
1
-15500000
1
28.618.065,92
13212448,14
15405617,78 0,869565217 13396189,37 0,847457627 13055608,29
2
28.618.065,92
13212448,14
15405617,78 0,756143667 18627556,93 0,423728814 11064074,82
3
28.618.065,92
13212448,14
15405617,78 0,657516232
4
28.618.065,92
15253648,14
13364417,78 0,571753246 19896743,09 0,211864407 6893218,014
5
28.618.065,92
15253648,14
13364417,78 0,497176735 21034306,94 0,169491525 5841710,181
19930666,8
0,282485876 9376334,594
84885463,13
B/C ratio IRR
30730945,9
11,61068289 19,70240346 %
40
4. Traktor milik Pak Jumhari Tahun 1 C. Biaya Total
14396488,14 /tahun
D. Penerimaan
26354150,85 /tahun
E. Keuntungan
11957662,71 /tahun
Tahun 2 dan 3 C. Biaya Total
16437688,14 /tahun
D. Penerimaan
26354150,85 /tahun
E. Keuntungan
9916462,71 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
14.000.000
-14000000
1
-14000000
1
-15500000
1
26354150,85
14396488,14
11957662,71 0,869565217 10397967,57 0,847457627 10133612,47
2
26354150,85
16437688,14
9916462,71
0,756143667
7498270,48
0,423728814 7121849,117
3
26354150,85
16437688,14
9916462,71
0,657516232
6520235,2
0,282485876 16039949,83
10416473,25
B/C ratio IRR
17795411,41
2,488067608 10,76505195 %
41
5. Traktor milik Pak Saudi Tahun 1 sampai 3 C. Biaya Total
14252488,14 /tahun
D. Penerimaan
18196190,91 /tahun
E. Keuntungan
3943702,77 /tahun
Tahun 4 dan 5 C. Biaya Total
16293688,14 /tahun
D. Penerimaan
18196190,91 /tahun
E. Keuntungan
1902502,77 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
14.000.000
-14000000
1
-14000000
1
-14000000
1
18196190,91
14.252.488,14
3943702,77 0,869565217
3429306,757
0,847457627 3342120,992
2
18196190,91
14.252.488,14
3943702,77 0,756143667
2982005,875
0,71818443
3
18196190,91
14.252.488,14
3943702,77 0,657516232
2593048,587
0,608630873 2400259,258
4
18196190,91
16293688,14
1902502,77 0,571753246
1087762,133
0,515788875 981289,7637
5
18196190,91
16293688,14
1902502,77 0,497176735
945880,1161
0,437109216 831601,4947 3612422,567
-2961996,531
B/C ratio
0,788428819
IRR
28,66179875 %
2832305,925
42
6. Traktor milik Pak Husen Tahun 1 D. Biaya Total
13.531.768,14 /tahun
E. Penerimaan
34594504,59 /tahun
F. Keuntungan
21.062.736,45
/tahun
Tahun 2 dan 3 D. Biaya Total
15.572.968,14 /tahun
E. Penerimaan
34594504,59 /tahun
F. Keuntungan
19.021.536,45 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
6.000.000
-6000000
1
-6000000
1
-6000000
1
34594504,59
13.531.768
21062736,45 0,869565217
18315423
0,847458
17849776,65
2
34594504,59
15.572.968,14
19021536,45 0,756143667
22819103,35
0,718184
13660971,31
3
34594504,59
15.572.968,14
19021536,45 0,657516232
24355025,25
0,608631
11577094,33
59489551,6
B/C ratio IRR
37087842,29
10,91492527 22,96674273 %
43
7. Traktor milik Pak Ugan Tahun 1 dan 2 D. Biaya Total
13.522.228,14 /tahun
E. Penerimaan
28400451,91 /tahun
F. Keuntungan
Rp14.878.223,77 /tahun
Tahun 3 dan 4 D. Biaya Total
13.789.678,14 /tahun
E. Penerimaan
28400451,91 /tahun
F. Keuntungan
Rp14.610.773,77 /tahun
Tahun
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Pendapatan
DF (15%)
NPV
DF (18%)
NPV
0
0,00
12.500.000
-12500000
1
-12500000
1
-12500000
1
28400451,91
13.522.228
14878223,77
0,869565
12937585,89
0,847457627 12608664,21
2
28400451,91
13.522.228
14878223,77
0,756144
18175704,73
0,71818443
10685308,65
3
28400451,91
13.789.678
14610773,77
0,657516
19333514,69
0,608630873
8892567,99
4
28400451,91
13.789.678
14610773,77
0,571753
20516158,68
0,515788875 7536074,568
58462963,99
27222615,42
B/C ratio IRR
5,677037119 20,61417846 %
44
Lampiran 8. Perhitungan data ekonomi A.Biaya Tetap 1. Traktor Yanmar TF85 A. Biaya Tetap 1 Biaya Penyusutan Harga Mesin Umur Ekonomis Mesin Nilai Akhir Mesin Harga Penyusutan Mesin Harga Trailer Umur Ekonomis Trailer Nilai Akhir Trailer Harga Penyusutan Trailer Harga Bangunan Umur Ekonomis Bangunan Nilai Akhir Bangunan Harga Penyusutan Bangunan 2 Bunga Modal Total Biaya Tetap (BT)
15500000,00 10,00 1550000,00 1395000,00 900000,00 10,00 90000,00 81000,00 2500000,00 20,00 250000,00 112500,00 1278750,00 2867250,00
tahun Rp/tahun tahun Rp/tahun tahun Rp/tahun Rp/tahun Rp/tahun
2. Traktor Kubota A. Biaya Tetap 1 Biaya Penyusutan Harga Mesin Umur Mesin Nilai Akhir Mesin Harga Penyusutan Harga Trailer Umur Trailer Nilai Akhir Trailer Harga Penyusutan 2 Bunga Modal Total Biaya Tetap (BT)
14.000.000 10 140.000 1.386.000 1.000.000 10 100.000 90.000 1.155.000
tahun /tahun tahun /tahun /tahun
2.631.000 /tahun
45
3. Traktor Yanmar TF65 A. Biaya Tetap 1 Biaya Penyusutan Harga Mesin Umur Mesin Nilai Akhir Mesin Harga Penyusutan Mesin Harga Trailer Umur Trailer Nilai Akhir Trailer Harga Penyusutan Trailer Harga Bangunan Umur Bangunan Nilai Akhir Bangunan Harga Penyusutan Bangunan 2 Bunga Modal Total Biaya Tetap (BT)
14.000.000 10 tahun 1.400.000 1.260.000 Rp/tahun 700.000 10 tahun 70.000 63.000 Rp/tahun 200.000 20 tahun 20.000 9.000 Rp/tahun 1.155.000 Rp/tahun 2.487.000 /tahun
4. Traktor Yanmar Bima 8000 A. Biaya Tetap 1 Biaya Penyusutan Harga Mesin Umur Mesin Nilai Akhir Mesin Harga Penyusutan Mesin Harga Bangunan Umur Bangunan Nilai Akhir Bangunan Harga Penyusutan Bangunan 2 Bunga Modal Total Biaya Tetap (BT)
12.500.000 10 tahun 600.000 1.190.000 Rp/tahun 3.000.000 20 tahun 150.000 142.500 Rp/tahun 1.031.250 Rp/tahun 1.773.750 /tahun
46