0084: Sudaryanto dkk.
TR-35
PENGEMBANGAN ELEKTROLIT PADAT BERBASIS KITOSAN UNTUK BATERAI KENDARAAN LISTRIK Sudaryanto∗ , Evi Yulianti, Arbi Dimyati, dan Heri Jodi Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Indonesia Telepon (021) 75874788 ∗
e-Mail:
[email protected]
Disajikan 29-30 Nop 2012
ABSTRAK Upaya mendapatkan elektrolit padat berbasis polimer kitosan dengan konduktifitas ionik tinggi untuk baterai kendaraan listrik telah dilakukan. Pembuatan elektrolit dari kitosan telah dilakukan dengan metode blending dan implantasi ion. Sel baterai sederhana juga telah dibuat untuk menguji kinerja elktrolit kitosan. Karakterisasi terkait struktur telah dilakukan diantaranya dengan difraksi sinar-X sedangkan karakteristik kelistrikan telah dikaji dengan LCR-meter dan peralatan charge-discharge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode blending dengan garam lithium ke dalam matriks kitosan dapat meningkatkan konduktivitas kitosan hingga 100.000 kali lipat. Sedangkan teknik implantasi ion hanya dapat meningkatkan konduktivitas ionik kitosan hanya sekitar 15 kali lipat. Pembuatan sel baterai menggunakan elektrolit polimer kitosan yang merupakan tujuan penelitian ini telah telah dapat dilakukan. Sel baterai yang dibuat menunjukkan kinerja sebagai baterai meskipun kapasitasnya masih sangat rendah yakni 25 µAh. Upaya lebih lanjut terkait dengan desain prototipe baterai masih perlu dilakukan untuk mendapatkan kinerja baterai sesuai yang diharapkan. Namun demikian hal ini dapat menjadi titik awal pengembangan baterai dengan elektrolit polimer padat dengan kapasitas yang lebih besar. Kata Kunci: elektrolit polimer padat, kitosan, baterai lithium, kendaraan listrik
I.
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, teknologi hibrida menarik perhatian banyak orang utamanya para pemerhati lingkungan. Hal ini tidak hanya karena penggunaan energi alternatif, tetapi juga karena diyakini bahwa teknologi hibrida menjadi kunci yang strategis untuk memenuhi standard baku mutu emisi gas buang yang ketat. Sistem penggerak hibrida adalah setiap sistem penggerak yang menggunakan kombinasi perangkat energi antara lain mesin pembakaran internal, baterai dan motor listrik untuk menggerakkan kendaraan bermotor.[1] Energi listrik yang dapat disimpan dalam sistem baterai mudah dialihkan menjadi bentuk energi lainnya[2] serta ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi polusi akibat lalu lintas jalan.[3] Sebagai sumber daya, baterai memainkan peran penting dalam sistem hibrida. Sebuah baterai kendaraan hibrida seperti umumnya baterai kecuali dalam hal dapat diisi ulang dan memiliki daya yang cukup untuk menggerakkan kendaraan besar dan berat. Sistem baterai yang paling umum digunakan dalam kendaraan listrik adalah baterai timbal-asam. Namun, saat ini ada masalah yang signifikan pada teknologi baterai terse-
but, diantarnya adalah berat, besar, kapasitas terbatas, lambat dalam pengisian, umur yang pendek dan mahal:[4] Maka, studi secara intensif sangat penting untuk mengembangkan sistem baterai baru guna meningkatkan kinerja dan mengatasi permasalahan tersebut. . Di sisi lain, sebagaimana halnya masalah kepadatan penyimpanan dan umur (life time), dimensi dan keamanan lingkungan juga merupakan faktor penting dalam mempertimbangkan kinerja sistem baterai. Dari sudut pandang ini, teknologi baterai padat menawarkan potensi besar dalam aplikasi untuk sistem kendaraan listrik. Oleh karena itu dalam dekade terakhir, kami telah mempelajari sintesis dan karakterisasi elektrolit padat dari kaca.[5, 6] Elektrolit polimer padat (Solid Polymer Electrolyte, SPE) tersusun atas penggabungan bahan anorganik seperti garam lithium dalam matriks polimer. Bahanbahan ini menunjukkan konduktivitas ionik lebih rendah dari cairan elektrolit, namun, kurang reaktif dengan lithium, sehingga meningkatkan keamanan baterai. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan sebagai elektrolit, separator, dan atau keduanya. Selain itu, juga menunjukkan pemenuhan dan stabilitas mekanik yang
Prosiding InSINas 2012
0084: Sudaryanto dkk.
TR-36 baik hingga titik leleh, serta kemampuan proses yang sangat baik untuk dibuat lembaran (membran). Polimer yang banyak dipelajari adalah poli (etilena oksida) (PEO) sebagai matriks dengan garam-garam anorganik terlarut di dalamnya. Namun, tingginya tingkat kristalinitas PEO membatasi penggunaannya dalam baterai, dan hanya dapat digunakan pada suhu di atas titik leleh dari fase kristalin, yakni sekitar 60 ◦ C.[7] Dengan demikian, perlu dicari alternatif polimer lain sebagai pengganti PEO. Di sisi lain, ramah lingkungan juga merupakan masalah penting dalam Industri baterai Dikatakan bahwa pada tahun 2004, produksi baterai lithium ion di seluruh dunia adalah 700-an juta unit. Akibatnya adalah peningkatan sampah teknologi.[8, 9] Maka pengembangan sistem baterai baru berbasis bahan yang ramah lingkungan, tidak beracun dan tidak berbahaya menjadi sangat penting. Dari sudut pandang ini, pemanfaatan polimer terbiodegradasi seperti kitosan akan menjadi jawaban yang tepat. Kitosan merupakan polimer alami yang diproduksi secara komersial dari proses deasetilasi kitin, yang merupakan elemen struktural dalam exoskeleton krustasea (kepiting, udang, dll.) dan dinding sel jamur yang kelimpahan alaminya tidak terbatas.[10, 11] Pemanfaatan polimer terbiodegradasi seperti kitosan sebagai elektrolit padat tidak hanya akan membuat ramah lingkungan tetapi juga memberikan kemampuan pemrosesan yang sangat baik untuk membuat membran, sehingga dapat dirancang bebas seperti untuk sistem sel baterai berlapis. Kami memiliki pengalaman beberapa polimer terbiodegradasi sebagai bahan biomedis,[12, 13] bahan kemasan[14] media rekaman, dan magnetik.[15] Polimer terbiodegradasi memberikan keuntungan yang tinggi dari penguraian secara alami, tetapi menjadi kelemahan besar dalam daya tahan umur (lifetime)-nya . Akan tetapi lifetime dari polimer terbiodegradasi sangat tergantung pada lingkungan, dan sifat dari struktur kimia.[15] Jadi dengan pengendalian kondisi terbaik akan memberikan kinerja material yang optimal. Lebih lanjut masalah lifetime elektrolit polimer terbiodegradasi juga menjadi salah satu hal menarik untuk dikaji. Sistem baterai lithium berbasis polimer terbiodegradasi adalah salah satu kandidat yang menjanjikan untuk generasi depan karena kinerjanya yang tinggi dan murah karena mengunakan sumber daya yang melimpah, dan ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah upaya pemanfaatan polimer terbiodegradasi kitosan untuk elektrolit padat baterai isi ulang berbasis lithium untuk aplikasi kendaraan listrik. Fakus kegiatan penelitian ini diarahkan pada pembuatan elektrolit padat berbasis polimer kitosan.
II.
METODOLOGI
A. Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan elektrolit adalah kitosan dari kulit kerang (diterima dari IPB dengan derajat deasetilasi 86%), Asam Asetat 1% dan aquades sebagai pelarut, garam triflat lithium (LiCF3 SO3 ) (sigma-Aldrich) telah digunakan sebagai pengisi. Sel baterai dengan elektrolit kitosan telah dibuat dengan Lithium cobalt Oxide (LiCoO2) sebagai katoda dan Karbon sebagai anoda. Aluminium (Al) dan tembaga (Cu) foil digunakan sebagai pengumpul arus B.
Pembuatan elektrolit dengan metode blending Kitosan dilaurutkan pada asam asetat 1% sehingga diperoleh larutan kitosan 4% berat, selama 72 jam sambil sesekali diaduk. Garam triflat lithium (LiSO3 CF3 ) ditambhkan ke dalam larutan kitosan sehingga diperoleh larutan campuran (blending) dengan berbagai konsentrasi LiSO3 CF3 dengan kode sampel seperti ditunjukkan pada TABEL 1. TABEL 1: Kode sampel membran kitosan dengan berbagai kandungan garam lithium
Kode Sampel CT0 CT5 CT10 CT20 CT30 CT40
Kandungan LiCF3 SO3 (% berat) 0 5 10 20 30 40
Setelah didapat larutan kitosan dengan dan tanpa garam lithium di casting di atas plat kaca pada suhu kamar sampai berbentuk membran, kemudian dimasukan ke dalam desikator vakum untuk menghilangkan sisa pelarut. C.
Pembuatan elektrolit dengan metode implantasi ion Membran kitosan dibuat dengan proses casting pada sushu kamar yang dilanjutkan dengan pengeringan
G AMBAR 1: Model Sekema sel baterai menggunakan elektrolit dari kitosan.
Prosiding InSINas 2012
0084: Sudaryanto dkk.
TR-37
dalam desikator vakum. Membran kitosan dengan permukaan mulus digunakan sebagai sampel teknik implantasi ion yang dilakukan di fasilitas implantasi ion pada Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan (PTAPB) - BATAN Yogyakarta. Membran kitosan dipotong 2,5×2,5 cm dan ditempatkan pada pemegang sampel sebagai target. Dalam pelaksanaannya, sistem vakum dan arus ionik fasilitas implantasi ion dijaga masing-masing konstan pada 2,7×10−5 Torr dan 5 µA. Energi implantasi divariasi pada 30, 50 dan 70 keV dan dosis implantasi divariasi dengan implantasi waktu 15 dan 30 menit. Uraian lebih detail telah dipublikasikan pada media publikasi ilmiah.[18] D. Rancangan sel baterai polimer Prototipe sel baterai polimer menggunakan polimer elektrolit hasil sintesis dirancang sebagai berikut: G AMBAR 1 menunjukkan model skematis dari sel baterai polimer menggunakan membran kitosan sebagai elektrolit. Di sini, Tembaga (Cu) dan aluminium (Al) digunakan sebagai pengumpul arus. Sementara Lithium cobalt (LiCoO2 ) digunakan sebagai katoda dan Karbon atau grafit sebagai anoda. E.
Karakterisasi Karakterisasi yang dilakukan utamanya adalah konduktifitas membran menggunakan LCR (Hi-tester Hioki 3532-50), dan struktur mikro menggunakan peralatan XRD (Shimadzu X-Ray Diffractometter XD-610). Karakteristik baterai diuji dengan peralatan ChargeDischarge merek ARBIN. Semua fasilitas tersebut ada di PTBIN-BATAN.
III. A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan elektolit Kitosan dengan Metode blending G AMBAR 2 menunjukkan profil difraksi sinar-X dari film kitosan dengan kandungan garam lithium bervariasi. Pola difraksi kitosan murni menunjukkan puncak difraksi yang lebar yang menunjukkan keadaan amorf atau polikristalin dengan titik puncak pada sudut (2θ) 15,5◦ dan 21,5◦ . Puncak tersebut berubah menjadi puncak puncak baru dengan titik puncak pada 12◦ , 18,5◦ , dan 23,5◦ seiring dengan penambahan 5 wt.% garam triflat lithium, selanjutnya intensitas meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi triflat lithium. Hal ini menunjukkan bahwa garam triflat lithium masuk dalam matriks kitosan membentuk fase kristal baru. G AMBAR 3 menunjukkan variasi kehilangan tangensial (tan δ) seiring dengan frekuensi dari membran kitosan paska casting dengan variasi kandungan garam lithium yang diukur pada suhu kamar. Kemunculan puncak tan δ pada frekuensi tertentu pada kitosan dengan maupun tanpa garam lithium menunjukkan keberadaan relaksasi dipole pada sampel-sampel tersebut. Kekuatan dan frekuensi relaksasi tergantung pada
G AMBAR 2: Profil difraksi sinar-X dari memberan kitosan dengan variasi kandungan garam lithium
karakteristik sifat relaksasi dipole. Puncak tan δ membran paska casting (as cast) bergeser ke sisi frekuensi yang lebih tinggi seiring dengan peningkatan konsentrasi triflat lithium (G AMBAR 4). Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan gerak segmental dengan adanya garam litium. Ini berarti bahwa triflat lithium dapat mempercepat gerakan segmental dengan meningkatkan volume bebas, sehingga mengurangi waktu relaksasi. Sebaliknya, puncak dari sampel yang dikeringkan (dired) cenderung sedikit menurun seiring dengan peningkatan kandung triflat lithium meningkat (G AMBAR 4). Hal ini dapat dijelaskan bahwa triflat lithium meningkatkan penyerapan air membran kitosan. Keberadaan air dalam membran kitosan dapat meningkatkan kemungkinan gerak molekul sehingga mengurangi waktu relaksasi tetapi melekul air ini tidak diharapkan untuk elektrolit karena berpotensi meningkatkan kondutivitas elektronik bukan ionik. Karena itu pencegahan penyerapan molekul air perlu diperhatikan dalam proses pembuatan maupun pengukuran elektrolit. Dalam mengkaji kemungkinan membran kitosan untuk digunakan sebagai elektrolit, pengukuran konduktivitas ionik sangat penting. Untuk itu telah dilakukan pengukuran kondutivitas seperti ditunjukkan G AMBAR 5. G AMBAR 5 menunjukkan karakteristik konduktivitas AC membaran kitosan dengan berbagai kandungan triflat lithium diukur di bawah vakum pada suhu kamar. Pola konduktivitas AC menunjukkan dataran yang tidak bergantung frekuensi di wilayah frekuensi rendah. Perilaku ini mematuhi persamaan, log σ(ω) = log σ0 + n log(Aω), (garis tegas menunjukkan hasil fitting) mana σ0 adalah konduktivitas dc (garis datar yang menunjukkan tidak berguntung pada frekuensi pada area frekuensi rendah), A adalah faktor pra eksponenProsiding InSINas 2012
TR-38
G AMBAR 3: Profil tan δ dari membran kitosan paska casting dengan dan tanpa garam lithium diukur dengan LCR pada suhu kamar.
0084: Sudaryanto dkk. kan pada rentang frekuensi 0,1-105 Hertz. Pada semua kasus, konduktivitas ionik polimer elektrolit kitosan setelah implantasi mengalami perubahan. Pola konduktivitas ac menunjukkan garis datar tidak bergantung pada frekuensi di wilayah frekuensi rendah dan menunjukkan penyebaran pada frekuensi yang lebih tinggi. Secara umum konduktivitas ionik membran kitosan yang diimplant dengan berbagai ion seperti Li, Cu dan Ag meningkat (G AMBAR 7a-d) dan dalam semua kasus kitosan diimplant dengan energi rendah 30 keV dan waktu implantasi 15 menit menunjukkan peningkatan sekitar 15 kali lipat (1,5 orde). Konduktivitas ionik yang lebih tinggi menunjukkan banyaknya ion dalam matriks polimer. (G AMBAR 7 juga menunjukkan bahwa konduktivitas ionik membran kitosan menurun sementara energi implantasi meningkat. Energi tinggi mempengaruhi struktur mikro membran kitosan akibat suhu tinggi yang dihasilkan dari proses implantasi ion (G AMBAR 7b-d). Selain energi yang lebih tinggi dapat menembus lebih dalam, terdapat kemungkinan bahwa sebagian dari ion tidak tertahan pada membran kitosan tetapi menembus membran kitosan sampai pemegang sampel. Kurangnya ion dalam matriks polimer akan menurunkan konduktivitas ionik membran kitosan. Studi XRD telah dilakukan untuk mengkaji perubahan mikrostruktur akibat proses implantasi ion. G AM BAR 8 (a) menunjukkan pola XRD membran kitosan sebelum dan setelah implantasi ion dengan Lithium (Li) ion dengan energi yang berbeda. Dapat diamati bahwa kitosan (grafik paling bawah) menunjukkan puncak yang tidak tajam pada sudut (2θ = 15,26◦ ) dan (2θ = 22,83◦ ). Puncak tidak tajam ini biasanya dipandang sebagai bahan semi kristal atau amorf. Pada G AMBAR 8(a) terlihat bahwa energi implantasi mempengaruhi stuktur mikro kitosan. Kitosan diimplantasi dengan ion Li pada energi 50 keV (grafik tengah) menunjukkan
G AMBAR 4: Puncak tan δ dari membran kitosan paska casting dan setelah dikeringkan sebagai fungsi kandungan garam lithium, diukur dengan LCR pada suhu kamar
sial dan n adalah eksponen pecahan antara 0 dan 1.[17] Nilai σ0 sebagai fungsi dari kandungan garam lithium dalam memberan kitosan ditunjukkan pada G AMBAR 6. G AMBAR 6 menunjukkan kenaikan konduktivitas DC seiring dengan peningkatan konsentrasi garam lithium. Konduktivitas DC meningkat dari 3,87× 10−7 Scm−1 untuk kitosan murni menjadi 7,30 × 10−4 Scm−1 untuk kitosan dengan 40% berat triflat lithium. B.
Pembuatan elektolit Kitosan dengan Metode implantasi ion G AMBAR 7 menunjukkan hubungan konduktivitas ionik dengan frekuensi untuk kondisi pembuatan sampel yang berbeda. Pengukuran konduktivitas dilaku-
G AMBAR 5: Konduktivitas ionik membrane kitosan sebagai fungsi kandungan garam lithium, diukur dengan LCR pada suhu kamar.
Prosiding InSINas 2012
0084: Sudaryanto dkk.
TR-39
G AMBAR 6: Konduktivitas DC dari memberan kitosan sebagai fungsi konsentrasi garam lithium.
kristalinitas dengan puncak refleksi tajam yang dapat diamati pada sudut (2θ = 22,1◦ ) dan (2θ = 24,86◦ ). Posisi puncak kitosan sebelum dan setelah implantasi berbeda yang berarti ada fase transformasi dalam kitosan. Implantasi kitosan pada energi 70 keV (grafik paling atas) merusak kristalinitas kitosan. Puncak tajam pada sudut (2θ = 22,1◦ ) dan (2θ = 24,86◦ ) menghilang dan muncul puncak tidak tajam di sudut (2θ = 21,6◦ ), hal ini menunjukkan bahwa kitosan berubah menjadi amorf. G AM BAR 8 (b) menunjukkan pola XRD membran kitosan sebelum dan setelah implantasi ion dengan jenis ion yang berbeda seperti Li, Ag dan Cu pada implantasi energi 70 keV. Dapat diamati bahwa struktur mikro kitosan telah berubah dimana refleksi puncak tidak tajam pada sudut (2θ = 15,26◦ ) dan (2θ = 22,83◦ ) menghilang dan terlihat adanya puncak tidak tajam setelah diimplantasi dengan ion yang berbeda. Kitosan yang diimplantasi dengan Li memiliki puncak tidak tajam di sudut (2θ = 21,6◦ ), puncak lebar bahwa pergeseran ke sudut yang lebih tinggi teramati pada kitosan yang dimplantasi degnan Ag dan puncak pada sudut (2θ = 23,7◦ ) telihat pada kitosan yang diimplantasi dengan Cu. Ada hubungan antara kristalinitas bahan dan konduktivitas ionik. Konduktivitas ionik elektrolit polimer padat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti (i) kristalinitas bahan, (ii) gerakan simultan kation dan anion dan (iii) pembentukan pasangan ion. Faktor-faktor ini mengurangi konduktivitas kationik. Semakin tinggi kristalinitas, semakin rendah konduktivitas ioniknya.[18, 19] C.
Sel Baterai Polimer kitosan Bentuk sel baterai yang dibuat ditunjukkan dalam G AMBAR 9. Sel baterai yang dibuat menunjukkan tegangan antar elektroda sebesar 0,54V seperti ditunjukkan pada G AM BAR 10 . Impedansi diukur pada tegangan 1 V dalam batas
G AMBAR 7: Kurva konduktivitas membran kitosan yang diimplantasi dengan (a) ion Li dengan variasi waktu dengan ion (b) ion Li dengan variasi energi, (c) ion Cu, dan (d) Ion Ag.
frekuensi 50 Hz sampai 1 MHz. Nyquist plot dari sel baterai terbuat dari elektrolit kitosan ditunjukkan pada G AMBAR 11 yang menunjukkan pola impedansi baterai polimer yang terdiri atas setengah lingkaran dan garis lurus dengan sudut kemiringan sekitar 30◦ . Dari pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa baterai yang dibuat memiliki nilai hambatan sekitar 10kΩ dan nilai kapasitansi (Cp) sekitar 10−8 (F) yang menunjukkan pengaruh antarmuka (interface). Bentuk setengah lingkaran dari profil impedansi dalam sistem baterai terkait dengan struktur fase dalam bahan dan biasanya dapat diwakili dengan rangkaian paralel resistor dan kapasitor. Sedangkan garis lurus biasanya efek dari pertemuan dua lapisan yang berbeda (fasa) yang mungkin karena efek dari antarmuka antara elektrolit Prosiding InSINas 2012
0084: Sudaryanto dkk.
TR-40
G AMBAR 10: Pengukuran tegangan sel baterai kitosan G AMBAR 8: Profile XRD dari kitosan yang diimplantasi pada (a) berbagai energi implantasi (b) berbagai jenis ion.
G AMBAR 11: Nyquist plot dari sel baterai polimer G AMBAR 9: Contoh sel baterai kitosan
dan elektroda yang digunakan dalam pengukuran. G AMBAR 12 menunjukkan pola pengisian sel baterai polimer kitosan. Pada posisi awal ketika tidak diberikan arus, baterai menunjukkan voltage sebesar 0.4 V, posisi ini dipertahankan selama 120 detik. Selanjutnya baterai diisi dengan arus sebesar 100 mikro ampere selama 900 detik. Posisi voltase baterai naik menjadi 1,279 V. Pada saat tersebut kapasitas pengisian baterai adalah 25 µAh. Yang berarti baterai terisi muatan yang sebanding dengan energi sebesar 31,9 mWh. Pada langkah selanjutnya arus dihentikan, tetapi posisi tegangan baterai langsung terjun ke titik 0,72 V dan terus bergerak turun, sehingga setelah 900 detik potensialnya adalah 0,596 V. Hal ini jelas menunjukkan adanya perbedaan voltage sebesar 0,196 V dengan titik awal (Open Circuit Voltage) yang menunjukkan adanya
G AMBAR 12: Proses pengisian sel baterai kitosan.
ponyimpanan arus dalam baterai Dengan hasil di atas, pembuatan sel baterai menggunakan elektrolit polimer kitosan yang merupakan tuProsiding InSINas 2012
0084: Sudaryanto dkk. juan penelitian ini telah telah dapat dilakukan dan sel baterai yang dibuat menunjukkan kinerja sebagai baterai meskipun kapasitasnya masih sangat rendah yakni 25 µAh. Upaya lebih lanjut terkait dengan desain prototipe baterai masih perlu dilakukan untuk mendapatkan kinerja baterai sesuai yang diharapkan.
IV.
KESIMPULAN
Pemanfaatan polimer terbiodegradasi kitosan sebagai elektrolit untuk sel baterai terlah dapat dilakukan. Metode blending dengan garam lithium dapat meningkatkan kondusitivitas membran kitosan hingga 100.000 kali lipat. Sedangkan teknik implantasi ion hanya dapat meningkatkan konduktivitas ionik kitosan hanya sekitar 15 kali lipat. Pembuatan sel baterai menggunakan elektrolit polimer kitosan yang merupakan tujuan penelitian ini telah telah dapat dilakukan dan sel baterai yang dibuat menunjukkan kinerja sebagai baterai meskipun kapasitasnya masih sangat rendah yakni 25 mAh. Upaya lebih lanjut terkait dengan desain prototipe baterai masih perlu dilakukan untuk mendapatkan kinerja baterai sesuai yang diharapkan. Namun hal ini dapat menjadi titik awal pengembangan baterai polimer dengan kapasitas yang lebih baik.
TR-41
[15]
[16] [17]
[18]
[19]
sian Journal of Materials Science, Edisi khusus Desember (2008) K. Nakamae, K. yamaguchi, S. Asaoka, Y. Karube,and Sudaryanto, International Journal of Adhesion and Adhesives, 16,(1996), 277-283 E. Yulianti, A. Karo Karo, L. Susita, Sudaryanto, Procedia Chemistry 4 ( 2012 ) 202 207 Dillip K. Pradhan, R. N. P. Choudhary*, B. K. Samantaray, Int. J. Electrochem. Sci., 3 (2008) 597 608 Pinnavia, T.J. and Bell, G.W., Polymer Clay Nanocomposite, John Wiley and Sons Ltd., England, (2000), pp 1-46 Aranda, P., Hitzky, E. Ruiz, Chem. Mater., 4 (1992) 1395
DAFTAR PUSTAKA [1] http://en.wikipedia.org/wiki/Hybrid vehicle diakses Agustus, 2010 [2] D. Berndt, Part 1 - Battery Technology Handbook, Expert Verlag, New York, 1989 [3] E.Kartini, T.Sakuma, K.Basar and M.Ikhsan, Solid State Ionics 179 (2008) 706-711 [4] http://www.howstuffworks.com/electriccar.htm/prinTabel diakses August, 2010 [5] E.Kartini, M.Arai, H.Iwase, T.Yokoo, K.Itoh, T.Kamiyama and S.Purnama, Journal of Neutron Research 13, (2005), 145-148 [6] E.Kartini, T.Sakuma, K.Basar and M.Ikhsan, Solid State Ionics 179 (2008) 706-711 [7] A. Manuel Stephan, European Polymer Journal 42 (2006) 21 [8] T. H. Smith, Proceedings - Electrochemical Society 12 (1995) 155. [9] J. David, Journal of Power Sources Vol. 57 (1995) 71. [10] Muzzareli, R.A.A., Muzzareli, C. Adv. Polym. Sci. 2005, 186, 151 [11] Yahya, M.Z.A., Arof, A.K., Eur Polym. J. 2003, 39, 897 [12] Sudaryanto, Irhamni, Siti Wardiyati, Jurnal Sains Materi Indonesia, 9,(2008)189-192 [13] Sudaryanto, Mujamilah, Wahyudianingsih, Ari Handayani, Ridwan, Abdul Muthalib., Jurnal Sains Materi Indonesia, 8, (2007), 134-138 [14] Deswita, Aloma Karo Karo dan Sudirman, IndoneProsiding InSINas 2012