Edisi Khusus Desember 2008, hal : 176 - 180 ISSN : 1411-1098
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science
Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007
SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (Ag2S)X(LiPO3)1-X Mohammad Ihsan1, Evvy Kartini1 dan Yoki Yulizar2 1
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang 2 Program Studi Magister, Ilmu Kimia - UI Kampus Baru UI, Depok 16424 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK SINTESIS ELEKTROLIT PADAT BERBASIS GELAS LITHIUM (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Sintesis elektrolit padat berbasis gelas lithium (Ag2S)x(LiPO3)1-x telah dikembangkan. Sintesis bahan konduktor superionik berbasis gelas (Ag2S)x(LiPO3)1-x untuk x = 0, x = 0,3, dan x = 0,5 dilakukan dengan cara mencampur LiPO3 dan Ag2S hasil milling menggunakan metode melt quenching. Karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan bahwa substrat gelas LiPO3 (x=0, LSX 00), (Ag2S)0,3(LiPO3)0,7 (LSX 03), dan (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 (LSX 05) pada umumnya masih bersifat amorf. Karakterisasi sifat termal dengan DSC memperlihatkan terjadi penurunan temperatur transisi gelas (Tg) dari Tg = 149 oC untuk bahan LiPO3 (x = 0, LSX 00) menjadi sekitar 147 oC untuk (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 (LSX 05). Karakterisasi morfologi dengan SEM memperlihatkan adanya permukaan yang mulus tanpa adanya butiran-butiran partikel pada komponen LiPO3. Sementara mulai terlihat butiran partikel Ag2S yang terlarut dalam matriks LiPO3 pada bahan (Ag2S)0,3(LiPO3)0,7-C (LSX 03 C), dan (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5C (LSX 05 C). Peningkatan jumlah Ag2S pada komponen gelas LiPO3 akan secara konsisten meningkatkan konduktivitas bahan superionik (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Perlakuan milling terhadap bahan Ag2S juga mampu meningkatkan nilai konduktivitas bahan superionik (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Bahan superionik (Ag2S)0.5(LiPO3)0.5 yang telah mengalami proses milling, nilai konduktivitasnya meningkat dari sebelumnya 2,5 x 10-3 S/cm menjadi 1,143 S/cm. Kata kunci : Elektrolit padat, Gelas, (Ag2S)x(LiPO3)1-x, Milling
ABSTRACT SYNTHESIS OF SOLID ELECTROLYTE BASED ON LITHIUM GLASS (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Synthesis of solid eletrolyte based on lithium glass (Ag2S)x(LiPO3)1-x has been developed. Melt quenching method was used to synthesize the superionic conducting glasses (Ag2S)x(LiPO3)1-x with x = 0, 0.3, and 0.5 by using LiPO3 and Ag2S. X-ray diffraction showed that LiPO3 (x = 0, LSX 00) (Ag2S)0.3(LiPO3)0.7, (LSX 03) and (Ag2S)0.5(LiPO3)0.5 (LSX 05) have amorphous structure. Thermal data measured by DSC showed that the glass transition temperature decreases from 149oC for x = 0 (LSX 00) to 147oC for x = 0.5 (LSX 05). SEM photo of LiPO3 showed smooth surface without grain, while for (Ag2S)0.3(LiPO3)0.7-C (LSX 03 C) and (Ag2S)0.5(LiPO3)0.5-C (LSX 05 C), the Ag2S grain that dissolved in LiPO3 matrix is shown. Increasing of Ag2S in LiPO3 glass consistently increased the conductivity of (Ag2S)x(LiPO3)1-x superionic. The milling of Ag2S could also increase the conductivity of (Ag2S)x(LiPO3)1-x superionic, in which the conductivity of (Ag2S)0.5(LiPO3)0.5 superionic increased from 2.5 x 10-3 S/cm to 1.143 S/cm. Key words : Solid electrolyte, Glass, (Ag2S)x(LiPO3)1-x, Milling
PENDAHULUAN Kebutuhan akan energi yang semakin meningkat akhir-akhir ini menyebabkan para ahli berusaha mengembangkan sumber-sumber energi baru. Salah satu yang sedang dikembangkan adalah bahan konduktor superionik sebagai bahan elektrolit padat. Bahan konduktor superionik merupakan padatan ionik yang memiliki konduktivitas listrik yang tinggi 176
yaitu ~σ > 10-1 S/cm dan energi aktivasi yang rendah yaitu ~0,1 eV [1-3]. Namun pada kebanyakan kristal superionik seperti AgI, Ag2S dan CuI bersifat superionik pada suhu tinggi yaitu setelah mengalami perubahan fasa disekitar suhu transisi fasanya [4]. Konduktivitas yang tinggi hanya pada rentang suhu yang cukup tinggi (> 100 oC) menjadi permasalahan utama yang ditemui
Sintesis Elektrolit Padat Berbasis Gelas Lithium (Ag2S)x(LiPO3)1-x (Mohammad Ihsan)
dalam penggunaan bahan konduktor superionik. Oleh karena itu, pada penelitian ini telah dikembangkan bahan konduktor superionik berbasis gelas (superionic conducting glasses) karena sifatnya yang mudah dibuat dan divariasi bentuknya, suhu leleh tidak terlalu tinggi, tidak memiliki batas butir dan memiliki daerah komposisi yang cukup lebar [5]. Penelitian bahan konduktor superionik berbasis gelas telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya [6-8]. Bahan superionik Ag 2 S telah digunakan pada sistem (Ag2S)x(AgPO3)1-x [9]. Penelitian sebelumnya telah menggunakan bahan gelas LiPO3 pada sistem (AgI)x(LiPO3)1-x dan (AgBr)x(LiPO3)1-x [10-11]. Pada penelitian ini, akan diteliti bahan konduktor superionik baru berbasis gelas (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Dasar pemilihan Ag2S adalah karena senyawa ini memiliki konduktivitas ionik yang cenderung bertambah tinggi beberapa besaran orde (1-3,8) S/cm pada suhu tinggi dan bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa superionik lainnya suhu transisi fasa senyawa ini relatif rendah (~180°C). Untuk substrat gelas yang dipilih adalah LiPO3 karena selain memiliki suhu transisi gelas yang rendah, bahan gelas ini juga mudah dibuat. Penelitian ini bertujuan membuat bahan konduktor superionik berbasis gelas (Ag 2S) x(LiPO 3) 1-x serta mempelajari pengaruh variasi penambahan Ag 2 S terhadap konduktivitas listrik dan karakteristik lain pada bahan konduktor superionik berbasis gelas (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh milling terhadap konduktivitas dan karakteristik lain dari bahan konduktor superionik berbasis gelas (Ag2S)x(LiPO3)1-x.
2 NH4H2PO4 P2O5 + 2NH3 + 3H2O Li2CO3 Li2O + CO2 Li2O + P2O5 2LiPO3 2NH4H2PO4 + Li2CO3 2LiPO3 + 2NH3 + 3H2O + CO2
Bahan Li2CO3 dan NH4H2PO4 ditimbang sejumlah tertentu dicampur, digerus dalam mortar porselen, lalu dimilling selama 10 menit sehingga diperoleh serbuk yang homogen. Campuran bahan awal dipindahkan ke dalam krusibel porselen dan dimasukkan ke dalam tungku Thermolyne Furnace 47900 lalu dipanaskan dengan tahap perlakuan panas (heat treatment) hingga 825 oC. Lelehan kemudian dituang dan didinginkan dalam lingkungan nitrogen cair (metode rapid/melt quenching) dan dikarakterisasi dengan XRD, DSC, SEM, dan LCR meter. Untuk mensintesis elektrolit padat berbasis gelas (Ag2S)x (LiPO3)1-X (x=0 (LSX 00), x=0,3 (LSX 03), dan x=0,5 (LSX 05) dilakukan dengan mencampur Ag2S hasil milling dengan LiPO3 dalam komposisi tertentu, digerus dalam mortar porselen, lalu dimilling selama 10 menit sehingga diperoleh serbuk yang homogen. Campuran bahan dipindahkan ke dalam krusibel porselen dan dimasukkan ke dalam tungku Thermolyne Furnace 47900 lalu dipanaskan dengan tahap perlakuan panas (heat treatment) hingga 900 oC. Lelehan kemudian dituang dan didinginkan dalam lingkungan nitrogen cair (metode rapid/melt quenching). Lalu hasilnya dikarakterisasi dengan XRD, DSC, SEM, dan LCR meter.
HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PERCOBAAN Bahan Bahan yang diperlukan untuk pembuatan elektrolit padat berbasis gelas lithium (Ag2S)x(LiPO3)1-x adalah serbuk NH4H2PO4 98,0% dari Caledon, serbuk Li2CO3 99,0% dari Merck, serbukAg2S dengan kemurnian 99% buatan Soekawa Chemicals, dan nitrogen cair.
Alat Peralatan yang dipakai dalam pembuatan (Ag2S)x(LiPO3)1-x adalah neraca analitis, botol timbang, spatula, mortar, krusibel porselen, furnace, krusibel tang dan wadah nitrogen cair, vial dan bola milling.
Cara Kerja Substrat LiPO3 dipreparasi melalui pemanasan bahan awal Li2CO3 dan NH4H2PO4. Pembuatan bahan gelas LiPO3 berdasarkan bahan awal dapat dilakukan melalui tahapan berikut :
Produk yang diperoleh pada pembuatan bahan dengan komposisi Ag2S (x) = 0 (LSX 00) adalah substrat gelas LiPO3 transparan dan tidak berwarna. Produk ini dihasilkan melalui metode pendinginan cepat (rapid quenching) dengan cara menuangkan lelehan langsung ke dalam nitrogen yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang amorf dengan tatanan atom-atom acak dan tidak memiliki simetri periodik. Substrat gelas LiPO3 yang bersifat amorf memiliki distribusi atomik yang sangat mirip dengan keadaan cairnya. Struktur amorf ini memiliki ketidakteraturan yang diperlukan bagi terjadinya transport ion cepat yang pada akhirnya dapat memberikan konduktivitas ionik tinggi. Bahan gelas pada komposisi metafosfat, misalnya 0,5 Li2O + 0,5 P2O5, idealnya terdiri dari tetrahedra PO4, masing-masing unit dengan dua jembatan oksigen membentuk rantai polimer seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 [3]. Produk yang diperoleh pada pembuatan bahan konduktor superionik berbasis gelas dengan komposisi Ag2S (x) = 0,3 (LSX 03) dan (x) = 0,5 (LSX 05) terdiri dari dua komponen dengan warna yaitu bening kekuningan, 177
Edisi Khusus Desember 2008, hal : 176 - 180 ISSN : 1411-1098
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science
O O || || -O-P -O-P-O | | - P || O O O ..Li ..Li Gambar 1. Struktur rantai linier fosfat tetrahedral dari gelas lithium metafosfat LiPO3.
untuk komponen LiPO3 (G) dan bening kehitaman untuk komponen komposit (C). Kedua produknya diberi kode LSX 05 DC untuk komponen komposit (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 sedangkan yang satunya diberi kode LSX 05 DG untuk komponen gelas LiPO3. Produk yang mirip juga terjadi pada pembuatan (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5, dimana Ag2S yang digunakan tidak dimilling. Terbentuknya dua komponen tersebut adalah karena perbedaan densitas yang cukup besar dari bahan-bahan awalnya, dimana densitas Ag dan Li sebagai padatan berturut-turut adalah 10,54 g/cm3 dan 0,53 g/cm3. Perbedaan densitas ini berakibat pada terbentuknya dua lapisan lelehan yang terpisah yang jika didinginkan dengan cepat (rapid quenching) akan membentuk dua komponen produk yang terpisah pula. Hasil karakterisasi difraksi sinar-X ditunjukkan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa LiPO3 (LSX 00, x = 0) dan komponen komposit (Ag2S)0,3(LiPO3)0,7 (LSX03C) memiliki puncak lebar (broadening) yang berpusat pada 2θ sekitar 24,5 o. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahan kristalin LiPO3 memiliki puncak yang tajam pada sudut hamburan tersebut [12]. Puncak lebar tersebut menyatakan bahwa LiPO3 dan komponen komposit (Ag 2S) 0,3(LiPO 3) 0,7 (LSX03C) memiliki struktur amorf. Pada sudut sekitar 30o terdapat puncak kecil yang diduga merupakan puncak dari presipitat P2O5 yang tersolidifikasi di dalam matriks gelasnya. Untuk komponen gelas (Ag2S)0,3(LiPO3)0,7 (LSX03G), pola difraksi menunjukkan bahan masih bersifat amorf dan terbentuk presipitat Ag 2S yang tersolidifikasi di dalam matriks gelasnya yang
diidentifikasi dari adanya puncak kecil pada 2θ sekitar 65o. Pola difraksi bahan amorf juga terlihat pada komposisi x = 0,5, (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 (LSX05) atau dengan kata lain kristal Ag2S terlarut dengan baik di dalam matriks gelas LiPO 3. Untuk komponen gelas dari (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5, dimana Ag2Snya tidak dimilling (LSX05DG) diidentifikasi adanya presipitat Ag2S yang tersolidifikasi di dalam matriks gelasnya yang diidentifikasi dari adanya puncak kecil dalam pola difraksinya pada 2 θ sebesar 65o. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada komposisi x = 0,5, sifat amorf masih mendominasi sifat kekristalan Ag2S seperti pada komposisi x = 0,3. Sifat termal bahan konduktor superionik (Ag2S)x(LiPO3)1-x dipelajari dengan menggunakan metode Differential Scanning Calorimetry (DSC) hingga suhu 350 oC. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 1 yang memperlihatkan bahwa LiPO3 memiliki suhu transisi gelas pada suhu sekitar 149 oC. Pada suhu transisi gelas ini, LiPO3 mengalami perubahan fasa gelas yang padat menjadi cairan superdingin (supercooloed liquid) dengan viskositas lebih rendah dibandingkan viskositas gelas dalam bentuk padatan tetapi masih lebih tinggi dari viskositas cairan biasa. Tingginya nilai viskositas yang dimiliki gelas LiPO3 mencegah gelas membentuk kristal atau dapat dikatakan energi fasa gelas lebih tinggi dari energi kristal sehingga tidak menimbulkan kristalisasi. Tidak terlihat adanya suhu peleburan atau pelelehan gelas LiPO 3. Menurut referensi, hal ini disebabkan karena gelas LiPO3 memiliki suhu pelelehan jauh di atas 350 oC, yaitu pada suhu 649 oC [13]. Selain itu terlihat terjadinya peningkatan suhu transisi gelas (Tg) dari 149 oC untuk x = 0 (LSX00) menjadi di atas 160 oC untuk x = 0,3 (LSX03). Hal ini karena terjadi presipitasi kristalin Ag2S atau P2O5 dimana struktur amorf dari gelas LiPO3 mulai dipengaruhi oleh struktur kristal Ag2S atau P2O5. Adanya presipitasi ini menyebabkan sulitnya pemutusan jaringan gelas sehingga menaikkan suhu transisi gelas Tg.
Hasil Difraktogram LSX Dengan XRD
LSX05 DC
700 600
LSX05 DG
Intensitas
Intensity (arbitrary unit)
800
500 400 300 200 100 0
LSX05 G LSX05 C LSX03 G LSX03 C LSX00 (LiPO3)
20
30
40
50
60
70
80
2derajat 2 (degree) Gambar 2. Difraktogram dari bahan (Ag2S)x(LiPO3)1-x (LSX) dengan x = 0, x = 0,3 dan x = 0,5.
178
Sintesis Elektrolit Padat Berbasis Gelas Lithium (Ag2S)x(LiPO3)1-x (Mohammad Ihsan) Tabel 1. Data suhu transisi fasa (T f), suhu transisi gelas (Tg), suhu kristalisasi (T x) dan titik leleh (T m) pada bahan (Ag 2 S) x(LiPO 3 ) 1-x.(G = komponen LiPO 3 dan C = komponen komposit) T f (o C) Sampel (Ag2 S)x (LiPO3 )1-x Tf
LSX 00 (LiPO3 ) LSX 03 LSX 05
T x (o C) Tx
T m (o C) Tm
Eksperimen
-
149
-
-
Referensi [14]
-
-
-
649
C
-
160,41
177,5
290,47
G
-
C G
Ag2 S
T g (oC) Tg
-
Eksperimen
178,9
Referensi [9]
199,4
162
-
-
147,4
165,47
291,09
147
157
291,37
-
-`
822
Hal yang berbeda terjadi pada x = 0,5 (LSX05). Terjadi penurunan T g menjadi sekitar 147 oC bila dibandingkan Tg 149 oC untuk x = 0 (LSX00). Fenomena ini terjadi karena semakin banyak Ag2S yang larut dalam gelas LiPO3 akan menyebabkan kenaikan volume bebas pada jaringan fosfat dan berakibat pada berkurangnya limit jangkauan kemampuan pembentukan gelas. Hal ini disebabkan oleh menurunnya ionic cross linking pada jaringan fosfat. Pada kondisi ini kemampuan pembentukan gelas menurun. Karena jaringan gelas semakin sedikit terbentuk menyebabkan turunnya suhu transisi gelas (Tg) karena energi termal yang dibutuhkan (a)
(b)
gelas untuk menjadi lunak pada fasa cairan superdingin menjadi lebih kecil. Bahan (Ag 2 S) x (LiPO 3 ) 1-x dengan variasi komposisi Ag2S dianalisis strukturmikronya dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dengan perbesaran 5.000 kali. Gambar 3 (a), Gambar 3 (b) dan Gambar 3 (c), berturut-turut memperlihatkan morfologi komponen-komponen gelas dengan komposisi Ag2S dengan x berturut-turut 0,0, 0,3 dan 0,5. Morfologi dari substrat gelas LiPO 3 amorf (Gambar 3 (a)) memperlihatkan permukaan yang mulus tanpa adanya butiran-butiran partikel. Hal ini memperlihatkan bahwa LiPO3 merupakan gelas murni di mana sifat gelas adalah tidak mempunyai batas butir. Struktur amorf dari gelas LiPO3 yang terlihat dari difraksi sinar-X dapat dibuktikan berdasarkan citra SEM. Sementara pada Gambar 3 (b) dan Gambar 3 (c) mulai terlihat butiran partikel Ag 2S yang terlarut dalam matriks LiPO3. Analisis konduktivitas bahan (Ag2S)x(LiPO3)1-x dapat dilakukan dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Jonscher [14]. Hasil analisis konduktivitas seperti diperlihatkan pada Tabel 2 memperlihatkan peningkatan jumlah Ag 2 S pada komponen gelas LiPO 3 akan secara konsisten meningkatkan konduktivitas bahan. Peningkatan konduktivitas tersebut tampak dengan adanya kenaikan konduktivitas dari 1,3 x 10-8 S/cm pada bahan dengan komposisi x = 0 (LiPO3 (LSX 00)) menjadi 6,3 x 10-5 S/cm pada bahan dengan x = 0,3 (LSX 03 C) dan meningkat lagi menjadi 2,5 x 10-3 S/cm (LSX 05 C). Peningkatan konduktivitas terjadi karena Ag2S yang ditambahkan ke dalam matriks gelas tersisip di antara jaringan gelas akan menambah jumlah pembawa muatan (charge carriers) dan merubah jumlah kation yang ada. Hal tersebut akan menurunkan energi aktifasi yang diperlukan kation untuk bergerak dari satu kisi ke kisi yang lain dan meningkatkan mobilitas kation sehingga konduktivitas akan meningkat. Tabel 2. Data (Ag2S)x(LiPO3)1-x.
(c)
Gambar 3. Strukturmikro bahan (Ag 2 S) x(LiPO 3 ) 1-x : (a) LSX 00; (b) LSX 03 C; (c) LSX 05 C.
nilai
konduktivitas
bahan
superionik
Sampel
Log σo (S/cm)
s
σo (S/cm)
LSX 00
-7,8759
0,0512
1,3x10-8
LSX 03 C
-4,2022
0,0707
6,3x10 -5
LSX 03 C mill
-4,3483
0,0156
4,6x10 -5
LSX 05 C
-2,6019
0,0209
2,5x10 -3
LSX 05 C mill
0,0581
0,0215
1,143
LSX 05 DC
-4,2642
0,0291
6,3x10 -5
LSX 05 DG
-7,5972
0,0481
3,2x10 -8
(AgBr)0,3 (LiPO3)0,7 – B ( Ref. [11])
-6,5930
0,0164 2,5527 x10 -7
(AgI)0,5 (LiPO3 )0,5 ( Ref. [10])
-6,5930
0,0346
3,942 x10 -5
179
Edisi Khusus Desember 2008, hal : 176 - 180 ISSN : 1411-1098
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science
Selain itu, Ag2S juga bertindak sebagai pemutus rantai fosfat. Ag2S akan menyerang dan mendepolimerisasi rantai fosfat, dimana atom sulfur akan menggantikan oksigen yang ada di ujung rantai sehingga membentuk sistem (O3P-O-PO2S)6- [15]. Panjang rantai akan semakin menurun dengan peningkatan komposisi Ag 2 S. Terputus-putusnya rantai fosfat lebih memudahkan ion-ion perak untuk berdifusi. Peningkatan konduktivitas juga disebabkan adanya ekspansi dari jaringan matriks LiPO3 ketika mendapat sisipan Ag2S sehingga memudahkan ion-ion Ag + untuk berdifusi. Adanya perpindahan muatan tersebut menyebabkan kenaikan konduktivitas dan menurunkan energi aktifasi. Bahan gelas dengan kandungan Ag2S (x) yang rendah memiliki konduktivitas yang juga rendah karena meskipun terdapat ruang yang cukup bagi pergerakan ion-ion Ag+ namun jumlah ionion tersebut masih sedikit. Sedangkan pada gelas dengan kandungan Ag2S yang lebih tinggi terdapat rasio yang lebih berimbang antara ruang gerak dengan jumlah ionion sehingga diperoleh konduktivitas yang lebih tinggi. Perlakuan milling terhadap bahan prekursor Ag2S juga mampu meningkatkan nilai konduktivitas bahan superionik (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Hal ini bisa kita amati dari nilai konduktivitas LSX 05 C (Ag2Snya dimilling) yaitu 2,5 x 10-3 S/cm dan nilai konduktivitas LSX 05 DC (Ag2Snya tidak dimilling) yaitu 6,3 x 10-5 S/cm. Hal ini mungkin disebabkan meningkatnya ketidakteraturan (disored) bahan Ag 2 S akibat milling sehingga memudahkan terjadinya pergerakan ion Ag+. Selain itu milling mengakibatkan perubahan ukuran butir menjadi kecil sehingga luas permukaan menjadi lebih besar, kontak butir dengan lempeng Cu pada saat pengukuran konduktivitas menjadi lebih banyak dan maksimum. Bahan superionik (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 yang telah mengalami proses milling, nilai konduktivitasnya meningkat dari 2,5 x 10-3 S/cm menjadi 1,143 S/cm. Terjadinya kenaikan nilai konduktivitas setelah bahan mengalami milling diakibatkan perubahan ukuran butir menjadi kecil sehingga luas permukaan menjadi lebih besar.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis berterimakasih kepada seluruh pimpinan dan staf PTBIN-BATAN atas bantuannya untuk penelitian ini. Ucapan terima kasih kepada KMNRT atas bantuan dana penellitian melalui Program Insentif Terapan 2008.
DAFTAR ACUAN [1].
[2].
[3].
[4]. [5]. [6].
[7]. [8].
[9]. [10]. [11]. [12]. [13].
KESIMPULAN Substrat gelas LiPO 3 (x=0,LSX00), (Ag2S)0,3(LiPO3)0,7, (LSX03), dan (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 (LSX05) pada umumnya masih bersifat amorf. Adanya Ag2S dalam gelas LiPO3 menurunkan suhu transisi gelas (T g). Peningkatan jumlah Ag 2S pada komponen gelas LiPO 3 akan secara konsisten meningkatkan konduktivitas bahan. Perlakuan milling terhadap bahan prekursor Ag 2 S juga mampu meningkatkan nilai konduktivitas bahan superionik (Ag2S)x(LiPO3)1-x. Bahan superionik (Ag2S)0,5(LiPO3)0,5 yang telah mengalami proses milling, nilai konduktivitasnya meningkat dari sebelumnya 2,5 x 10-3 S/cm menjadi 1,143 S/cm. 180
[14]. [15].
MUNSHI, M.Z.A, Hand Book of Solid State Batteries and Capasitors, World Scientific, Singapore (1995) KARTINI, E., Superionic Glass Research and Development of New Solid Electrolyte for Rechargeable Battery, Proceeding The 2007 Conference on Solid State Ionic, (2007) S.V. DVINSKIKH, I.V. MURIN,A.F. PRIVALOV, E. ROSSLER, H.-M. VIETH, Journal of Non Crystalline Solids, 240 (1998) 79-90 K. K. SISTLA, M. SESHASAYE, Solid State Communications, 113 (2000) 35-39 S.W. MARTIN, J. Am. Ceram., Soc., 74 (1991) 17671784 E. KARTINI, Laporan Riset Akhir, Riset Unggulan Terpadu VI, Kantor Menristek, Dewan Riset Nasional, Jakarta, (2000) KARTINI E., et. al., J. Of Non Crystalline Solid, 312 (2002) 628-632 KARTINI E., Research and Development of New Solid Electrolyte for Rechargeable Battery, Final Report Indonesia International Joint Research Grant Program, (2005-2006) MAHARANI, S. J., Skripsi Sarjana, FMIPAKimia, UI, (2007) KARTIKIA, Skripsi Sarjana, FMIPA-Kimia, UI, (2007) TEGUH YULIUS S. P. P., Skripsi Sarjana, FMIPAKimia, UI, (2007) GRENIER and DURIFF, Z., Kristallogr., 137 (1973) 10 IHSAN M., Synthesis and Characterization of (AgI) 0.5 (LiPO3) 0.5 , Proceeding The 2007 Conference of Solid State Ionic, (2007) A. K. JONSCHER, Nature, 261 (1977) 673 LIU. J., PORTIER. J., TANGUY. B., VIDEAU. J-J., ANGEL. C. A. Solid State Ionics, 34 (1988) 87-92