PENGEMBANGAN E-SCAFFOLDING BUNYI BERBASIS PEMBELAJARAN HIBRID UNTUK MENUMBUHKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA
Iffa Dwi Cahyani, Supriyono Koes H., dan Purbo Suwasono Universitas Negeri Malang E-mail :
[email protected] ABSTRAK : Tujuan penelitian ini (1) tersusunnya e-scaffolding berbasis pembelajaran hibrid untuk lebih menumbuhkan keterampilan kerja ilmiah dan prestasi belajar mahasiswa pada materi bunyi, (2) mengetahui kelayakan escaffolding berbasis pembelajaran hibrid materi bunyi pada mahasiswa fisika. Instrumen pengambilan data yang digunakan adalah angket. Penilaian terhadap produk penelitian dan pengembangan adalah validasi dan uji coba terbatas untuk mengetahui kualitas produk oleh pengguna. Data hasil penilaian berupa data kuantitatif diperoleh berdasarkan penilaian pada angket validator dan subjek uji coba terbatas dengan skala Likert dan kualitatif diperoleh dari komentar dan saran validator. Hasil penelitian menghasilkan website e-scaffolding yang berisi ringkasan materi dan soal latihan yang disertai scaffolding untuk materi bunyi pada Fisika Dasar II. E-scaffolding berisi soal yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan kerja ilmiah mahasiswa. E-scaffolding digunakan pada kegiatan diskusi pada pembelajaran hibrid. Kata kunci: kerja ilmiah, pembelajaran hibrid, prestasi belajar, scaffolding.
Mahasiswa pendidikan fisika berkewajiban menempuh mata kuliah Fisika Dasar. Pemahaman yang diperoleh dalam mempelajari fisika dasar merupakan landasan untuk belajar fisika selanjutnya. Namun masih banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari fisika dasar. Kesulitan yang dialami mahasiswa salah satunya disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih menggunakan ceramah dan kegiatan laboratorium tradisional. Kesulitan yang dialami ini mengakibatkan rendahnya prestasi belajar dan keterampilan kerja ilmiah mahasiswa fisika. Kesulitan yang dialami membuat Mahasiswa cenderung mencari bantuan. Menurut Vygotsky dalam Ormrod (2009: 59), anak akan belajar bila mengerjakan tugas yang hanya bisa diselesaikan dengan bimbingan atau tugas yang berada dalam ZPD mereka. Bantuan atau tuntunan yang diberikan menggunakan strategi scaffolding. Strategi scaffolding ini disajikan dalam sebuah website yaitu escaffolding, sehingga dapat diakses melalui internet dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat meningkatkan waktu belajar mahasiswa.
Peran dosen atau pengajar dalam pendidikan selalu dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai pendukung kelancaran pembelajaran. Sehingga pembelajaran hibrid atau pembelajaran yang mengkombinasikan kegiatan tatap muka dan penggunaan e-scaffolding akan menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna bagi pembelajar.
Zone of Proximal Development Zona perkembangan proksimal atau zone of proximal develompement (ZPD) merupakan rentang tugas atau masalah yang tidak dapat diselesaikan pembelajar secara mandiri namun dapat diselesaikan dengan bantuan atau bimbingan orang lain yang lebih ahli. Jika pengajar mengajukan masalah untuk dipecahkan oleh mahasiswa sebaiknya masalah itu berada pada ZPDnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky dalam Ormrod (2009: 59) bahwa sedikit sekali yang dipelajari oleh seorang pembelajar saat mengerjakan tugas yang dapat diselesaikan secara mandiri dan tugas yang tidak dapat diselesaikan sekalipun mendapat bimbingan tidak memberikan manfaat sama sekali. Pembelajar akan berkembang dengan mencoba mengerjakan tugas-tugas yang hanya bisa diselesaikan dengan bantuan/bimbingan orang lain. Dengan kata lain pembelajar akan belajar saat menyelesaikan tugas yang berada dalam ZPD mereka. ZPD menitikberatkan pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang mahasiswa mengerjakan pekerjaannya sendiri, perkembangan mereka akan lambat, jadi untuk memaksimalkan perkembangan mahasiswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks atau mendapat tuntunan dari pengajar. Scaffolding Konsep scaffolding berhubungan erat dengan ZPD (zone of proximal development). Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan secara bertahap untuk menyelesaikan masalah. Koes H. dkk. (2013: 9) menyatakan bahwa “bantuan yang disediakan dalam scaffolding memiliki empat karakteristik yang berbeda: (a) berfokus pada perhatian dan kesulitan mahasiswa, (b) ketersediaan bantuan yang segera, (c) tingkat optimum kekhususan yang sesuai dengan
kompetensi mahasiswa, dan (d) penstrukturan bantuan sekitar model ahli”. Produk yang dikembangkan ini menggunakan strategi scaffolding yang disajikan dalam sebuah website, yaitu e-scaffolding (electronic scaffolding).
Pengembangan e-scaffolding bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam belajar karena adanya e-scaffolding yang berupa lembar elektronik atau pembelajaran berbasis internet akan membuat mahasiswa memiliki waktu belajar yang lebih banyak dari sebelumnya karena dapat diakses di internet kapanpun dan dimanapun. Selain itu, dengan lembar kerja elektronik, kondisi belajar yang "berpusat pada dosen" dapat diubah menjadi "berpusat pada mahasiswa”.
Pembelajaran Hibrid Pembelajaran hibrid atau biasa dikenal blended learning adalah gabungan dari dua atau lebih model pembelajaran. Tabor (2007: 48) menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran biasanya berlangsung dengan tatap muka (off-line), namun pada pembelajaran hibrid kegiatan tatap muka hanya dilaksanakan diawalawal pelajaran, kemudian dikombinasikan dengan aktivitas online. Aktifitas online pada pembelajaran hibrid ini berupa penggunaan e-scaffolding. E-scaffolding bisa digunakan secara mandiri oleh mahasiswa, namun eksistensi pengajar sangat berarti sebagai orang dewasa yang berfungsi memberi dukungan dan mendampingi pebelajar dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa proses tatap muka menjadi hal yang penting dan tidak boleh ditinggalkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran yang menggabungkan (blending) metode tatap muka dengan e-scaffolding akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Kerja Ilmiah Laboratorium merupakan salah satu sarana pendukung bagi pembelajaran fisika. Fisika dibangun dari pengamatan yang cermat dan hasil pengamatan harus dapat dikaitkan dengan penjelasan teori yang rasional. (R. Ariesta dan Supartono , 2011:62). Dalam kerja di laboratorium dibutuhkan ketrampilan kerja ilmiah. Kerja ilmiah diartikan sebagai serangkaian kegiatan observasi atau pengukuran,
pengolahan data, dan penarikan kesimpulan yang bertujuan untuk membuktikan konsep yang sudah dibelajarkan (Seratina, 2012). Dalam pengembangan e-scaffolding untuk menumbuhkan ketrampilan kerja ilmiah disajikan suatu permasalah, kemudian mahasiswa melakukan kerja ilmiah untuk menjawab permasalahan tersebut melalui observasi maupun percobaan sederhana. Sehingga dapat meningkatkan keterampilan kerja ilmiah, yaitu 1) identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah, 2) perumusan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) penarikan kesimpulan.
Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar. Perubahan tingkah laku sebagai prestasi belajar menurut Bloom (dalam Sriastutik, 2012) terbagi menjadi 3 ranah yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotorik, namun dalam penelitian ini lebih ditekankan pada ranah kognitif. Anderson dan Krathwohl dalam bukunya A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives (Krathwohl, 2002) menunjukkan tentang ranah kognitif yang meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Tingkatan kognitif yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari mengingat atau C1 sampai dengan menganalisis atau C4.
METODE Penelitian menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan Borg dan Gall (1983). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk dan menguji kelayakan produk. Produk yang dikembangkan adalah langkah-langkah penelitian dan pengembangan ini meliputi lima tahap yakni penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan produk tahap awal, uji coba produk terbatas, dan revisi produk. Subjek uji coba dalam penelitian ini meliputi dua dosen validator yaitu Dosen Fisika Universitas Negeri Malang dan subjek uji coba terbatas yaitu 20 mahasiswa pendidikan fisika angkatan 2011 UM yang sudah menempuh
matakuliah fisika dasar II. Intrumen validasi dan uji coba terbatas adalah angket dengan skala Likert. Intrumen uji coba meliputi 1) instrumen validasi isi materi, 2) intrumen validasi isi media, dan 3) instrument uji coba terbatas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari penilaian validator dan subjek uji coba terbatas yang dianalisis dengan metode rata-rata. Berdasarkan jawaban rata-rata yang diperoleh kemudian ditentukan kelayakan produk yang dikembangkan berdasarkan kriteria. Data kualitatif diperoleh berdasarkan komentar dan saran validator dan subjek uji coba terbatas yang digunakan untuk perbaikan produk.
HASIL PENGEMBANGAN Pengembangan produk website e-scaffolding di awali dengan perencanaan desain produk. Desain produk yang akan dikembangkan adalah website pada materi bunyi untuk meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan kerja ilmiah pada materi bunyi. Langkah selanjutnya adalah menyusun ringkasan materi dan butir soal yang berdasarkan indikator soal, strategi scaffolding digunakan pada penyajian soal, yakni setiap soal memiliki 2 scaffold, seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Cuplikan Kisi Soal Latihan Pada materi Gelombang Bunyi No 4.
Indikator soal Diberikan gambar rangkaian percobaan pada kawat yang ditegangkan, mahasiswa dapat menghitung frekuensi bunyi yang terjadi.
Tingkat Soal kognitif C2 Suatu peningkatan tekanan 100kPa menyebabkan sejumlah volume air menurun 5×103 % dari volume awalnya. Laju bunyi dalam air adalah .... A. 0,04 km/s B. 0,14 km/s C. 1,4 km/s D. 4,47 km/s E. 44,7 km/s
Scaffolding Laju gelombang bunyi di zat cair tergantung pada modulus bulk dan masaa jenis cairan Sifat-sifat yang menentukan kelajuan dimana suatu elemen medium berubah volumenya ketika tekanan pada elemen berubah disebut modulus bulk.
Pembahasan KUNCI JAWABAN : (C) Modulus bulk dari suatu zat cair merupakan perbandingan perubahan tekanan terhadap hasil perbandingan antara perubahan volume dan volume awal. ∆𝑃 𝐵=− ∆𝑉 𝑉 100kPa =− 5 × 10−3 % = 2 × 109 N/m2 Laju bunyi dalam air, dengan massa jenis air =1000 kg/m3 :
𝑣=
=
𝐵 𝜌 2 × 109 N/m2 1000 kg/m3
= 1,4 km/s
Tahap selanjutnya adalah menyusun story board yang kemudia mengconvertnya ke dalam website menggunakan software Artisteer 4, xampp-win321.7.7-VC9-installer, Notepad++.5.8.7.Installer. Dan dihasilkan suatu produk pengembangan e-scaffolding bunyi yang terdiri atas 3 submateri, yaitu gelombang bunyi, fenomena bunyi, dan superposisi&gelombang berdiri. Setiap submateri mengandung 15 soal yang terdiri atas soal bertingkat dan soal kerja ilmiah. EScaffolding ini digunakan pada pembelajaran hibrid, pada kegiatan diskusi kelas setelah mendapat perkuliahan dari dosen di awal perkuliahan. Produk pengembangan yang dihasilkan memiliki halaman ringkasan materi, seperti pada Gambar (a), halaman ini berisi ringkasan materi untuk mengingatkan pengguna terhapat materi yang telah dijelaskan oleh dosen. Setelah membaca ringkasan materi, mahasiswa dapat mengakses halaman soal latihan ,seperti pada Gambar (b) dan scaffolding, seperti pada Gambar (c), halaman ini berisi soal latihan pilihan ganda, yang terdiri atas soal bertingkat dan soal kerja ilmiah. Jika pengguna salah dalam memilih jawaban akan muncul scaffolding, scaffolding akan muncul dua kali jika pengguna tetap salah memilih jawaban. Dan terdapat halaman pembahasan soal, seperti pada Gambar (d), halaman pembahasan soal ini akan muncul jika pengguna salah memilih jawaban selama 3 kali.
(a)
(b)
(c)
(d) Gambar (a) Halaman Ringkasan materi; (b) Halaman Soal; (c) Scafoolding; dan (d) Halaman Pembahasan Soal
Berdasarkan hasil uji coba ahli dan uji coba terbatas diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil validasi isi materi, validasi isi media, dan uji coba terbatas dianalisis dengan metode rata-rata. Berikut disajikan diagram hasil validasi isi materi produk e-scaffolding pada Gambar 1.
Kriteria
Rata-rata penilaian validator
Diagram Hasil Validasi Isi Materi
penilaian:
5
1. Isi materi
4
4,00
3 2
3,75
2. Penggunaan e-scaffolding
3,22
pada
1
pembelajaran
0 1
2
3
kriteria penilaian
hibrid 3. Prediksi dampak
Gambar 1. Diagram Hasil Validasi Isi materi
Berikut disajikan diagram hasil validasi isi media produk e-scaffolding pada Gambar 2.
Rata-rata Penilaian Validator
Diagram Hasil Validasi Isi Media 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
4,00 3,31
3,20 3,00
3,33
3,00
2,67 2,50
1
2
3
4
5
6
7
8
Kriteria Penilaian Kriteria penilaian : 1. halaman muka 2. header (judul website) 3. halaman muka 4. bagian inti
5. 6. 7. 8.
help desk about us logout tampilan keseluruhan produk.
Gambar 2. Diagram Hasil Validasi Isi Media
Berikut disajikan diagram hasil uji coba terbatas produk e-scaffolding pada Gambar 3.
Rata-rata nilai uji coba terbatas
Diagram Hasil Uji Coba Terbatas 4 3,8 3,6 3,4 3,2 3 2,8 2,6 2,4 2,2 2
3,68 3,43
1
3,63
3,43
2
3,25
3,23
3
4
5
6
Kriteria Penilaian
: Kriteria penilaian : 1. 5. 6. 2. 7. 3. 8. 4.
Halaman muka Beranda Ringkasan materi Soal
5. Scaffolding 6. Pembahasan soal 7. Bantuan 8. Ketermanfaatan
Gambar 3. Diagram Hasil Uji Coba Terbatas
3,3
3,25
7
8
Berdasarkan diagram hasil validasi tersebut dapat diketahui bahwa produk yang dihasilkan termasuk dalam kriteria baik.
KAJIAN DAN SARAN Kajian Produk akhir hasil pengembangan pada penelitian ini adalah website escaffolding pada materi bunyi. Produk yang dikembangkan digunakan untuk mahasiswa yang sedang menempuh matakuliah Fisika Dasar II.
Produk ini
digunakan pada proses pembelajaran. Produk ini berisi latihan soal yang digunakan pada pembelajaran hibrid pada kegiatan diskusi kelas setelah mendapat perkuliahan oleh dosen. Produk yang telah dikembangkan telah dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan hasil validasi dan uji coba terbatas. Berdasarkan data kuantitatif hasil validasi dan uji coba terbatas terhadap produk menunjukkan bahwa website e-scaffolding ini sudah termasuk dalam kriteria baik. Kriteria baik pada produk pengembangan menunjukkan bahwa secara umum produk dapat diterapkan dan mampu membantu menumbuhkan kerja ilmiah dan prestasi belajar mahasiswa pada fisika dasar khususnya materi bunyi. Produk ditinjau dari aspek ketermanfaatan dan prediksi dampak penggunaan produk sudah cukup baik untuk membantu mahasiswa menumbuhkan kerja ilmiah dan prestasi belajar materi bunyi. Produk ditinjau dari butir soal latihan sudah baik, karena pada latihan diserta scaffolding yang dapat membantu mahasiswa menjawab pertanyaan. Butir soal latihan dan pembahasan yang disajikan juga sudah benar menurut fakta, konsep, dan teori. Walaupun demikian masih perlu dilakukan perbaikan pada produk yang dikembangkan untuk penyempurnan produk. Pada akhir pengembangan, website e-scaffolding ini terdiri dari tiga submateri dari bunyi disertai uraian materi dan latihan. Website e-scaffolding yang dikembangkan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan website pembelajaran lainnya, antara lain 1) website ini disertai uraian materi dan latihan, 2) latihan dikembangkan berbasis scaffolding sehingga dalam penyajiannya muncul bantuan jawaban jika mahasiswa salah dalam menjawab, 4) scaffolding yang dikembangkan dapat membantu mahasiswa yang mangalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan, dan 5) produk digunakan pada
pembelajaran hibrid, sehingga mengurangi kejenuhan siswa belajar secara tatap muka dengan dosen. Website e-scaffolding yang dikembangkan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan website e-scaffolding ini adalah 1) latihan soal yang dikembangkan disertai scaffolding sehingga dapat menuntun pengguna yang mengalami kesulitan dalam menjawab latihan soal, 2) terdapat 45 butir soal latihan sehingga pengguna memiliki referensi latihan soal yang banyak, 3) beberapasoal yang dikembangkan mengandung keterampilan kerja ilmiah sehingga membantu mahasiswa menumbuhkan keterampilan kerja ilmiah, 4) dapat membatu dosen dalam memberikan latihan pada kegiatan diskusi kelas, 5) dapat membantu mahasiswa untuk belajar mandiri secara online setelah mendapat perkuliahan di kelas oleh dosen. Kekurangan website e-scaffolding ini adalah 1) jendela scaffolding terlalu kecil sehingga kurang terlihat jelas, 2) kurangnya animasi dan gambar, 3) tidak adanya soal latihan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa, 4) terbatas pada materi Fisika Dasar II, 5) jika koneksi internet pengguna lambat, maka e-scaffolding tidak dapat terbuka sepenuhnya dan akan mengalami loading lambat, 6) e-scaffolding sebaiknya digunakan pada web browser google chrome, jika digunakan pada web browser lainnya ada kemungkinan pop up box scaffolding tidak muncul.
Saran Saran yang dapat dikemukan setelah melakukan penelitian dan pengembangan terhadap produk ini adalah sebagai berikut. a. Melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut agar dihasilkan website e-scaffolding yang lebih menarik, terdapat banyak animasi, video, dan konten lainnya. b. Memberikan password disetiap materi yang belum diajarkan di kelas agar pengguna tidak main-main dalam mengoperasikan e-scaffolding diluar kelas. c. Melakukan uji coba secara menyeluruh kepada mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Fisika Dasar II untuk menguji efektifitas penggunaan produk dibandingkan yang belajar tanpa menggunakan produk ini.
d. Mengembangkan soal evaluasi dengan data base sehingga mahasiswa yang telah menggunakan website e-scaffolding ini dapat mengetahui pemahaman yang diperolehnya setelah melalui kegiatan belajar. e. Pengguna sebaiknya sudah memiliki swf player dan java agar penggunaan website dapat maksimal.
DAFTAR RUJUKAN Ariesta, R. dan Supartono. 2011. Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), 7 : 62-68, (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1072/981), diakses 8 September 2013. Borg, W. R. & Gall, M. D. 1983. Educational Research: An Introduction. New York: Longman. Koes H., S., Suwasono, P. & Wisodo, H. 2013. Pengembangan E-Scaffolding Berbasis Pembelajaran Hibrid untuk Menumbuhkan Kompetensi Fisika. Proposal Hibah Bersaing Perguruan Tinggi 2013. Malang: LP2M UM. Krathwohl, D. R. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory Into Practice, 41(4): 212-218, (Online), (http://www.unco.edu/cetl/sir/stating_outcome/documents/Krathwohl.pdf), diakses 20 September 2013. Ormrod, J. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Edisi Keenam Jilid 1. Terjemahan Dra. Wahyu Indianti, M.Si dkk. 2009. Jakarta: Penerbit Erlangga. Seratina, A. 2012. Pengaruh Penerapan Paket Scaffolding Berbasis Kooperatif Materi Listrik Magnet Terhadap Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika Mahasiswa Jurusan Fisika UM . Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Pendidikan Fisika UM. Tabor, S. W. 2007. Narrowing the Distance Implementing a Hybrid Learning Model for Information Security Education. Quarterly Review of Distance Education, 8 (1): hlm. 47-57, (Online), dalam ProQuest Education Journals (http://robinwofford.wiki.westga.edu/file/view/24958021.pdf/238607251/2 4958021.pdf ), diakses tanggal 10 September 2013.