PENGEMBANGAN E-SCAFFOLDING KEMAGNETAN BERBASIS PEMBELAJARAN HIBRID UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR Evan Triardian, Purbo Suwasono, dan Supriyono Koes Handayanto Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] ABSTRAK: Penyelengaraan matakuliah fisika dasar secara konvensional melalui ceramah dan kegiatan laboratorium tradisional menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan belajar (Saul et al, 2000). Hal ini ditunjang dengan hasil wawancara awal yang menunjukan bahwa pembelajaran konvensional kurang memaksimalkan rasa ingin tahu terhadap materi perkuliahan. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa mahasiswa dengan nilai diatas rata-rata memperoleh dan memaksimalkan pendampingan kognitif berupa scaffolding. Pemberian scaffolding semacam ini sesuai dengan prinsip pembelajaran hibrid (Leonard et al, 2002), sehingga perlu dikembangkan E-scaffolding kemagnetan berbasis pembelajaran hibrid. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dengan model Borg dan Gall (1983). Pengambilan data dilakukan dengan uji ahli dan uji coba terbatas dengan instrumen berupa angket. Hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa produk termasuk dalam kriteria baik setelah dilakukan uji ahli. Sebanyak 60% responen menyatakan E-scaffolding dapat menumbuhkan prestasi belajarnya dan 40% diantaranya menyatakan produk dapat menumbuhkan sikap ilmiah. Kata Kunci: E-scaffolding, pembelajaran hibrid, prestasi belajar, sikap ilmiah
Pembelajaran fisika, perlu adanya pola pikir yang logis dan kritis. Hal ini dimaksudkan supaya mahasiswa fisika tidak hanya sekedar menghafal konsep dan rumus fisika semata, namun lebih kepada memahami makna fisis yang terkandung dalam konsep dan rumus fisika tersebut. Hammer (1994) melaporkan bahwa banyak mahasiswa belajar fisika melalui menghafal karena memiliki konsep fisika yang naif. Saul et al (2000) menunjukkan bahwa berdasarkan laporan dosen-dosen fisika banyak mahasiswa yang mengambil matakuliah Fisika Dasar yang diselenggarakan melalui ceramah dan kegiatan laboraturium tradisional mengalami berbagai kesulitan. Oleh sebab itu, penting bagi dosen fisika untuk memahami pengetahuan awal dan pengalaman yang dibawa mahasiswa ke dalam matakuliah Fisika Dasar dan bagaimana mereka menanggapi perkuliahan (Bao & Redish, 2001). Hasil wawancara di LPTK Jawa Timur menunjukkan bahwa pembelajaran konvensiolan membuat mahasiswa kurang atusias, sehingga kurang memaksimalkan rasa ingin tahu mereka terhadap materi perkuliahan. Metode konvensional seperti ini menyebabkan hasil belajar mahasiswa fisika masih tergolong
1
rendah atau masih dibawah rata-rata, hal ini didukung oleh hasil penelitian Koes H et al (2012) yang menyebutkan bahwa persentase pencapaian hasil belajar mahasiswa Fisika LPTK di wilayah Jawa Timur masih rendah khususnya pada materi Kemagnetan. Hasil studi awal menyebutkan bahwa rentang skor mahasiswa di LPTK Jawa Timur masih sangat lebar menunjukkan mahasiswa masih membutuhkan pendampingan kognitif. Bentuk dari pendamping kognitif yang dimaksud adalah berupa scaffolding. Secara kognitif, scaffolding membantu pemilihan aktivitas dan penggunaan berbagai bantuan untuk memastikan bahwa belajar telah terjadi, seperti petunjuk, model, analogi, dan demonstrasi. Secara emosional, scaffolding membantu pebelajar untuk menjaga dari rasa gagal melalui berbagai bantuan yang difokuskan pada kesuksesan pebelajar (Bean & Patel Stevens, 2002). Scaffolding diberikan berdasarkan tingkat kemampuan mahasiswa yang bervariasi sehingga sesuai dengan prinsip pembelajaran hibrid (Leonard et al, 2002). E-scaffolding Dalam kegiatan pembelajaran, pengajar juga harus bisa berperan sebagai tuas pemikiran anak, yakni menggeser dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya (Yaroshevsky, 1989). Sehingga sangat diperlukan pembelajaran yang berpusat pada anak, bukan berpusat pada pengajar. Namun pebelajar tetap memerlukan pendampingan kognitif karena variasi kemampuannya. Scaffold tertulis dapat diberikan dalam bentuk tuntunan jawaban pada lembar kerja (worksheet). Pemberian scaffolding dapat meningkatkan motivasi pebelajar (Van Der Stuyf, 2002; Davis, 2003). Pengemasan lembar kerja dalam bentuk elektronik E-Scaffolding diharapkan dapat menunjang dan membantu proses perkuliahan. Mahasiswa dapat mengakses sendiri materi yang akan dipelajari baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran Hibrid Pembelajaran hibrid merupakan model pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (Chen, 2012). Pembelajaran hibrid menunjang gaya pebelajar karena lebih fleksibel dalam hal waktu dan tempat (Kinney, 2003). Sehingga pembelajaran hibrid memberikan suasana
2
belajar yang baik untuk siswa (Means et al, 2009). Pembelajaran hibrid lebih efektif dari daripada pembelajaran dengan model instruksional (Sadaghiani, 2011; Teplitski, 2006) akan tetapi tetap harus dapat menjembatani pemahaman tentang konsep yang diajarkan (Tsoi et al, 2005) Sikap Ilmiah Penbelajaran fisika juga harus melibatkan komponen IPA (sains) yakni produk, proses dan sikap. Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains meliputi jujur, sabar, terbuka, rasa ingin tahu, sikap kerja sama, tidak buruk sangka, kerjasama, kedisiplinan diri, dan rendah hati (James, 1995; Widiarti, 2008). Sikap ilmiah juga merupakan sikap alamiah dasar atau kecerdasan yang dimiliki manusia, yang sangat mempengaruhi hasil belajar (Fakhrudin et al, 2010). Sehingga E-scaffolding diharapkan mampu menumbuhkan sikap ilmiah mahasiswa. Prestasi Belajar Pembelajaran yang menarik memerlukan penekanan-penekanan yang menarik untuk menumbuhkan prestasi belajar seperti pemberian media pembelajaran baru yang unik (Septiana, 2007). Sikap kemandirian mahasiswa dalam self-explanation memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar dalam perkuliahan (Parno, 2012). Selain kemandirian, sikap perhatian mahasiswa terhadap pembelajaran fisika juga sangat mempengaruhi prestasi belajar. Mahasiswa dengan perhatian atau antusiasme yang tinggi terhadap pembelajaran fisika cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula (Handhika, 2010). Zainuddin et al (2012) menyebutkan bahwa prestasi belajar dapat di tingkatkan dengan pemberian modul pembelajaran, sehingga mahasiswa di tuntut untuk lebih aktif dan mandiri dalam perkuliahan. Modul juga membantu kesulitan belajar mahasiswa. Selain pemberian modul, prestasi belajar juga dapat ditingkatkan dengan penerapan metode peta konsep dalam perkuliahan. Yogihati (2010) menyatakan penerapan peta konsep membawa hasil yang baik terhadap prestasi belajar fisika umum. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dengan model Borg dan Gall (1983). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
3
dan menguji kelayakan produk. Langkah penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, penelitian dan pengumpulan informasi tahap awal (research and collecting information), perencanaan (planning), pengembangan produk tahap awal (Develop Preliminary Form of Product), uji coba lapangan tahap awal (preliminary test), dan revisi produk. Produk yang dikembangkan dilakukan uji coba berupa uji ahli dan uji coba lapangan terbatas. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui kelayakan materi dan media terhadap E-scaffolding kemagnetan. Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui tanggapan pengguna terhadap E-scaffolding kemagnetan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap produk. Data kuantatif yang diperoleh dianalisis dengan metode rata-rata dengan kriteria kelayakan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Hasil Analisis Kelayakan Butir Instrumen (Djaali & Mulyono, 2008: 139) Nilai rata-rata 3,26 – 4,00 2,51 – 3,25 1,76 – 2,50 1,00 – 1,75
Keterangan Baik (Tidak Perlu Revisi) Cukup Baik (Perlu Direvisi Sebagian) Kurang Baik (Revisi Sebagian dan pengkajian ulang isi/materi) Tidak Baik (Revisi Total/ diganti)
HASIL PENGEMBANGAN Produk hasil pengembangan adalah lembar kerja elektronik berbasis pembelajaran hibrid untuk menunjang pembelajaran hibrid. E-scaffolding kemagnetan dibagi menjadi empat submateri yakni medan magnet, sumber medan magnet, hukum Faraday, dan induktansi. E-scaffolding dikembangkan dengan ringkasan materi setiap submateri dan soal latihan sebagai lembar kerja setiap submateri yang berjumlah 15 soal latihan dengan tingkat domain kognitif mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi, sehingga siharapkan mampu menumbuhkan sikap berfikir kritis mahasiswa. Scaffolding dikembangkan dalam bentuk tuntunan menjawab soal latihan. Pada setiap soal latihan dikembangkan dua scaffolding yang diharapkan mampu membantu mahasiswa dalam pembelajaran. Scaffolding akan muncul jika mahasiswa salah menjawab dan masih memiliki dua kesempatan menjawab lagi. Jika
4
tiga kali salah menjawab maka akan muncul pembahasan jawaban. Ringkasan dan soal latihan yang dikembangkan kemudian di-convert dengan software Artisteer 4.0 kemudian disimpan dalam extensi .html dan di-hosting agar bisa diakses secara online
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 1. Tampilan E-scaffolding Kemagnetan. (a) Laman Login, (b) Materi, (c) Soal dan Popup Scaffolding, (d) Pembahasan.
ANALISIS DATA Data kuantitatif yang diperoleh berdasarkan hasil validasi materi dan media dianalisis dengan metode rata-rata. Hasil validasi materi dan pembelajaran menunjukkan E-scaffolding tergolong dalam kriteria baik dengan nilai rata-rata 3,46 sehingga sudah memenuhi kriteria yang baik sebagai lembar kerja dan konten materi. Hasil validasi media menunjukkan bahwa E-scaffolding tergolong dalam kriteria cukup baik dengan nilai rata-rata 3.02 dari segi usability produk. Gambar 2 dan Gambar 3 berikut merupakan hasil validasi materi dan validasi media. Uji coba terbatas dilakukan terhadap 20 responden. Sebanyak 60% responden menyatakan E-scaffolding dapat menumbuhkan prestasi belajarnya dan 40% diantaranya menyatakan E-scaffolding kemagnetan dapat menumbuhkan sikap ilmiahnya. Tanggapan pengguna terhadap E-scaffolding kemagnetan disajikan pada Gambar 4.
5
Diagram Hasil Validasi Materi E-Scaffolding Kemagnetan
Penilian Validator
4 3,5 3,5
3,45
3,5
3,4
Materi Pembelajaran 3
Evaluasi Pembelajaran
2,5
Penunjang Pembelajaran Hibrid
2
Penunjang menumbuhkan sikap ilmiah dan prestasi belajar Aspek Penilaian
Nilai Validator
Gambar 2. Diagram Hasil Validasi Materi
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Diagram Hasil Validasi Media E-Scaffolding Kemagnetan 3,4
Efisiensi
3
3
3
Learnability
Memorability
Efektifitas
2,83
Subjektifitas
Aspek Penilaian Gambar 3. Diagram Hasil Validasi Media
Diagram Persentase Tanggapan Pengguna E-Scaffolding Kemagnetan 80% 70%
Presentase
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 4
3
2
Skala tanggapan positif
Gambar 4. Hasil Uji Coba Terbatas
6
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa pengguna E-scaffolding kemagnetan dalam kondisi yang sesuai dan sangat sesuai dengan permintaan mahasiswa sehingga mampu menumbuhkan sikap ilmiah dan prestasi belajarnya pada matakuliah fisika dasar khususnya materi kemagnetan. KAJIAN DAN SARAN E-scaffolding kemagnetan merupakan lembar kerja yang dikemas dalam bentuk elektronik berupa web, sehingga E-scaffolding kemagnetan juga harus mememuhi syarat pengembangan sebuah lembar kerja. Berdasarkan hasil validasi materi dan pembelajaran E-scaffolding kemagnetan yang dikembangkan telah memenuhi tiga syarat pemgembangan lembar kerja yakni syarat teknis, syarat didaktik dan syarat konstruksi serta prinsip pembelajaran hibrid. Hasil validasi materi dan pembelajaran menunjukkan bahwa E-scaffolding kemagnetan termasuk dalam kriteria baik sebagai sebuah lembar kerja berbasis pembelajaran hibrid. E-scaffolding kemagnetan dikemas dalam bentuk web, sehingga Escaffolding kemagnetan juga harus memenuhi prinsip usability web yakni efisiensi, learnaility, memorability, efektivitas, dan satisfaction. Hasil validasi media menunjukkan bahwa E-scaffolding kemagnetan termasuk dalam kriteria cukup sebagai sebuah web. E-scaffolding ditinjau dari aspek kebermanfaatan sudah termasuk dalam kriteri baik sehingga diharapkan benar-benar mampu menumbuhkan sikap ilmiah dan prestasi belajat. Berdasarkan hasil uji coba terbatas dan hasil validasi menunjukkan nilai 3,36 dan 3,5, sehingga terdapat kesamaan pendapat tentang aspek kebermanfaatan produk dalam menumbuhkan sikap ilmiah dan prestasi belajar. Saran pemanfaatan terhadap e-scaffolding kemagnetan antara lain sebagai berikut. 1) Pengguna e-scaffolding kemagnetan harus menggunaakan Google Chrome sebagai browser karena hanya Google Chrome yang menyediakan layanan Popup box atau Alert box. 2) Sebaiknya menggunakan akses intrnet dengan kecepatan dan bandwidth yang tinggi dan stabil karena tidak ada sistem data base yang dapat merekam aktivitas penggunaan, sehingga apabila koneksi internet terputus maka akan ter-logout secara otomatis dan penggunan harus mengulang latihan dari awal. 3) Pengguna sebaiknya memahami petunjuk penggunaa (help desk) karena tidak akan dimunculkan pada laman soal latihan. 4) pengguna seba-
7
iknya mempelajari materi kemagnetan yang telah diberikan pada perkuliahan atau literatur Fisika Dasar sebelum mengakses E-scaffolding. 5) Pemanfaatan E-scaffolding tidak terbatas pada perkuliahan tatap muka saja, akan tetapi dapat digunakan sebagai sarana belajar mandiri oleh mahasiswa. E-scaffolding kemagnetan dapat didesiminasikan melalui kegiatankegiatan seminar akademik yang diselenggrakan oleh Universitas Negeri Malang, seminar pendidikan yang diselenggrakan oleh program studi Pendidikan Fisika, seminar yang diselengarakan oleh perguruan tinggi lain khususnya di LPTK Jawa Timur dan forum lainya yang terkait dengan penelitian dan pengembangan tentang web penunjang pembelajaran hibrid. Sedangkan saran pengembangan produk tindak lanjut meliputi uji coba secara luas untuk mengetahui signifikansi produk dan pengembangan soal tes hasil belajar pada produk. DAFTAR RUJUKAN Bao, L & Redish, E. 2001. Model Analysis: Assesing the Dynamics of Student Learning. (online), (http://www.physics.umd.edu/perg/papers/bao/index.html), diakses 2 September 2013 Bean, T. W. & Patel Stevens, L. 2002. Scaffolding Reflection for Preservice and Inservice Teachers. Reflective Practice, 3(2): 205-218. Borg, W. R. & Gall, M. D. 1983. Educational Research: An Introduction. New York: Longman Chen, W. F. 2012. An Investigation of Varied Types Of Blended Learning Environments on Student Achievement: An Experimental Study. International Journal of Instructional Media., 39 (3): 211-218 Davis, E. A. 2003. Prompting Middle School Science Students for Productive Reflection: Generic and Directed Prompts. The Journal of the Learning Sciences, 12(1): 91-142. Djaali & Muljono, P. 2008. Penilaian dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Fakhruddi, Eprina, E., & Syahril. 2010. Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Fisika dengan Penggunaan Media Komputer Melalui Model Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Bangkinang Barat. Jurnal Geliga Sains 4 (1): 18-22, 2010. Hammer, D. 1994. Epistemological Beliefs in Introductory Physics. Cognitive and Instruction, 12(2): 151-183.
8
Handhika, J. 2010. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi ditinjau dari Aktivitas dan Perhatian Mahasiswa. JP2f. 1(1): 9-23. James, T. (1995). Encouraging Chance Discovery in Science education in Nigeria. Zaria Journal of Educational Studies, 1(3):80-84. Kinney, D. P., & Robertson, D. F. 2003. Techonology Makes Possible New Models for Development Mathematics Intruction. Mathematics and Education; Fall 2003; 37; 3. Proquest Education Journals pg 315. Koes H, S., Suwasono, P. & Supramono, E. 2012. Pengembangan Paket Scaffolding Berbasis Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan Kompetensi Fisika Calon Guru SMA. Laporan Hibah Bersaing Perguruan Tinggi 2012. Malang: LP2M UM. Leonard, D. A. & DeLacey, B. J. 2002. Designing Hybrid On-Line/In-Class Learning Programs for Adults. Harvard Busineess School working paper no 03-036. december 2002. Means, B., Toyama, Y., Murphy, R., Bakia. M & Jones, K. 2009. Evaluation of Evidance-Based Practices in Online Learning: A Meta-Analysis and Review of Online Learning Studies. US Department of Education. Parno. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Matakuliah Pilihan Fisika Zat Padat. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), 8 (2012): 115-126, (http://journal.unnes.ac.id), diakses 1 Desember 2013. Sadaghiani, H. R. 2011. Using Learning Multimedia on Hybrid-online for Electricity and Magnetisme. Journal of Education Physics. PhysRevSTPER.7.010102. Saul, J. M., Abbott, D. S., Parker, G. W., & Beichner, R. J. 2000. Can One Lab Make a Difference? Physics Education Research: A Supplement to the American Journal of Physics, 68(7S1), S60-61. Septiana, N. 2007. Media Belajar dari Sudut Pandang Psikologi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Inovatif. 3 :11-15. Teplitski, M. & McMahon, M. J. 2006. Problem-Based Learning and Creative Instructional Approaches for Laboratory Exercises in Introductory Crop Science. Journal of Natural Resources and Life Science Education; 2006.35:209-216. Tsoi M. F., Goh N. K., & Chia L. S. 2005. Multimedia Learning Design Pedagogy: A Hybrid Learning Model. US-China Education Review, 2(9): 59-62. Van Der Stuyf, R.R. 2002. Scaffolding as a teaching strategy. Adolescent learning and development section 0500A – Fall 2002. Pada Sandi. (http:// www.sandi.net), Diakses 8 Oktober 2013.
9
Widiarti, Y. 2008. Metode eksperimen sebagai pembentuk sikap ilmiah siswa sekolah dasar pada pembelajaran sains, Jurnal Wahana Sekolah Dasar . 16(2): 124-132. Yaroshevsky, M. 1989. Lev Vygotsky. Moscow: Progress Publishers. Yogihati, C.I. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), 6 (2010): 104-107. Zainuddin, Mustikawati, & Suyitno. 2012. Pengembangan Modul Fisika Bumi Antariksa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM. Jurnal Vidya Karya 1, 27(1): 63-70. 2012.
10