LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA ARAB TERPADU BERBASIS TOPIK DI PERGURUAN THAWALIB PADANG PANJANG
STAI N BATUSANGKAR
OLEH MUHAMMAD YUSUF SALAM, S.Ag., MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR 2014/2015
ABSTRAK Penelitian ini berjudul ” PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA ARAB SISTEM TERPADU
BERBASIS TOPIK DI PERGURUAN THAWALIB PADANG PANJANG”. Penelitian ini berangkat dari latar belakang pemisahan materi pembelajaran bahasa Arab yang dapat merusak tujuan pembelajaran dan naturalisasi bahasa Arab. Sehingga bahasa Arab tidak lagi dijadikan sebagai bahasa hidup yang dapat diaplikasikan oleh penggunanya. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan sistem terpadu dalam pembelajaran bahasa Arab berbasis topik. Validator penelitian ini adalah satu orang ahli dalam bidang bahasa Arab dan satu orang ahli dalam disain pembelajaran. Subjek ujicoba penelitian ini adalah 5 siswa uji coba kelompok kecil dan 23 siswa uji coba kelompok besar di Thawalib Padang Panjang. Intrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah angket, pedoman wawancara, dan pre-test dan post-test. Data di analisis dengan mengunakan teknik deskriktif. Penelitian ini diamati oleh 2 (dua) dosen pengamat. Hasil dari dari validasi dari dari dhan ajarua validator menunjukan bahwa baberapa yang perlu diperbaiki. Disain materi bahan ajar bahasia Arab dikategorikan refektif yang ditunjukkan dari aktivitas belajar, motivasi, dan hasil belajar siswa yang tinggi setelah mengikuti pembelajaran. Kata Kunci : Sistem, Terpadu, Keterampilan, Berbahasa.
BAB I 1.1 Latar belakang Dalam perkembangan lembaga pendidikan madrasah dan pondok pesantren di Indonesia, ada dua sistem yang dikenal dalam mengajarkan unsur-unsur bahasa dan keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut, yaitu sistem terpisah-pisah dan sistem terpadu. Sistem terpisah adalah pembelajaran bahasa yang dilakukan secara terpisah yang memisahkan empat kemampuan berbahasa. Sementara sistem terpadu menganggap bahwa bahasa adalah satu kesatuan terpadu dan terikat, bukan terpisah-pisah (Geoge ar Rikabi, Tt: 27). Sehingga pembelajaran terpadu harus dilakukan secara seimbang antara empat kemahiran berbahasa. Shalih Dziyab menjelaskan bahwa sistem terpadu adalah metode yang menghubungkan pembelajaran kemahiran empat bahasa saling terkait satu dengan yang lainnya, tanpa adanya pemisahan antara materi pembelajaran dengan yang lainnya (1987: 169). Aplikasi sistem terpadu dalam pengajaran bahasa Arab dilakukan secara utuh tanpa pemisahan di antara cabangcabangnya. Metode ini muncul sebagai respon terhadap kegagalan sistem terpisah dalam menerapkan metodenya. Pengikut aliran sistem terpadu mengkritik bahwa metode terpisah memiliki banyak kekurangan dilihat sudut pandang filsafat bahasa, baik dari segi penerapan, pembelajaran, maupun fungsinya. Mereka menganggap kekurangan terbesar sparated system adalah pengajaran
1
bahasa yang dilakukan secara terpisah-pisah antara kemampuan berbahasa satu dengan yang lainnya (Abdul Majid Sirjan, 1981: 159). Kritik yang sama juga diungkapkan oleh Ahmad Izzan, ia mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Arab dengan memisahkan satu materi kemahiran dengan yang lainnya –sebagaiMTs a yang dilakukan oleh pengikut sparated
system - tidak menempatkan posisi bahasa pada tempat yang sebenarnya, yaitu satu kesatuan yang utuh (Tt: 72). Selain itu, pemisahan materi pembelajaran bahasa dapat merusak tujuan pembelajaran dan naturalisasi bahasa, karena metode terpisah tidak memberikan ruang bagi pembelajar untuk menyatukan pengalaMTs -pengalaMTs berbahasa yang diproleh. Sehingga bahasa tidak lagi dijadikan sebagai bahasa hidup yang dapat diaplikasikan oleh penggunanya (George Rikabi, Tt: 28-29). Dalam buku PedoMTs Pengajaran Bahasa Arab Pada PTAI terdapat kesimpulan bahwa kurang berhasilnya pengajaran bahasa Arab di Indonesia dahulu yang disebabkan antara lain karena metode Gramatika-Terjemah membawa akibat. (Depertemen Agama, 1977, h.108-110.) 1) Mata pelajaran bahasa Arab terpecah-pecah sejak permulaan mempelajari bahasa Arab, sehingga tidak mencerminkan bahasa sebagai suatu sistem. 2) Salah satu bagian yang penting yaitu sub sistem tata bunyi sebagai landasan keterampilan menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian. Karena itu tidak menherankan kalau banyak orang sudah lama mempelajari bahasa Arab tetapi kurang memiliki keterampilan mengutarakan fikiran dan perasaan secara lisan atau tulisan.
2
Kenyataan di atas sampai hari ini masih menjadi fenomena dan problem akut. Problem tersebut terMTs ivestasikan dalam beberapa hal yang banyak kita temukan dalam lembaga-lembaga pendidikan di negeri ini, baik di sekolahan umum, madrasah, pondok pesantren, maupun perguruan tinggi. Sehingga pembelajaran bahasa arab tidak dapat berkembang dan tidak mampu meningkatkan kualitas bahasa arab peserta didik. Realitas ironis tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pendekatan dalam pembelajaran bahasa arab yang kurang efektif dan tidak dapat menjadikan siswa tertarik dan merasa senang untuk mempelajari bahasa arab, karena pendekatan pembelajaran bahasa arab selama ini kurang mempertimbangkan pendekatan yang berdasarkan pada ilmu psikologi dan lingustik atau psikolingustik. Sehingga bahasa arab diajarkan dengan menggunakan pendekatan yang tidak sesuai dengan karakter bahasa arab dan tidak mempertimbangkan psikologis-sosiologis peserta didik. Menurut hemat penulis, teori psikologi dalam pengajaran bahasa, bahwa akal MTs usia lebih dahulu mendeteksi keseluruhan sebelum mendeteksi bagian-bagian. Dalam artian, dalam proses belajar bahasa akal peserta didik lebih mudah menangkap jika keempat kompetensi bahasa Arab diajarkan secara bersamaan dalam satu kesempatan, tidak diajarkan secara terpisah. Karena pembelajaran kompetensi bahasa Arab secara terpisah, peserta didik biasanya kesulitan dalam mengubungan satu sama lainnya. Misalnya ta’bir, istima’,
qiroah, kitabah, nahwu dan shorof diajarkan secara terpisah, maka ketika peserta didik diperintah untuk menerapkan membaca atau menulis dan menyusun kata sesuai kaidah nahwu dan shorof akan mengalami kebingungan dan kesulitan.
3
Berangkat dari kondisi riil dalam proses belajar mengajar tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun materi keterampilan bahasa dan unsur bahasa Arab secara terpadu untuk siswa kelas VII perguruan Thawalib. Perguruan ini sudah berumur lebih dari satu abad dan telah banyak melahirkan ulama-ulam besar d Sumatera Barat. Namun perubahan waktu dan penemuan pendektan modern oleh pakar bahasa tidak mempegaruhi sistem terpisah yang di berlakukan semenjak semula. Berdasarkan pengamatan dan study pendahuluan lapangan pada bulan April 2014 di perguruan Thawalib padang Panjang bahwa 80 % siswa mengalami kesulitan dalam berbahasa. Problematika ini menurut hemat penulis bersumber pada sistem terpisah. Sistem ini mengiring siswa mampu mengasai tatabahasa saja. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengembangkanbahan ajar
bahan
ajar
bahasa
Arab
sistem
terpadu
dengan
judul
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA ARAB SISTEM TERPADU BERBASIS TOPIK DI PERGURUAN THAWALIB PADANG PANJANG.
1.2.
Perumusan Masalah dan Batasan Masalah Mengingat fokus masalah dan keterbatasan peneliti, maka peneliti membatasi
pada permasalahan tentang Pengembangan Bahan ajar Bahasa Arab untuk siswa Thawalib Padang Panjang TA. 20014/2015 yang terinci sebagai berikut:
4
BagaiMTs a desain materi bahasa Arab terpadu berbasis topik dalam membentuk keterampilan bahasa di kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang?
BagaiMTs a bentuk validitas materi bahasa Arab terpadu berbasis topik dikembangkan dalam membentuk keterampilan bahasa siswa di kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang?
BagaiMTs a pratikalitas materi bahasa Arab terpadu yang berbasis topik dikembangkan dalam membentuk keterampilan berbahasa siswa di Prodi kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang?
A. Sasaran dan Tujuan Penelitian Pengembangan Tujuan umum pengembangan ini adalah untuk menghasilkan produkbahan ajar materi bahasa Arab dengan menggunakan sistem terpadu yang dapat digunakan siswa kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui desain, implementasi dan efektifitas pengembangan materi ajar bahasa Arab dengan sistem terpadu dalam membentuk kemampuan berbahasa siswa kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang.
B. Defenisi operasional Menurut Frazee dan Rudnitski (1995) sietem terpadu pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata pelajaran) melalui keterkaitan diantara tujuan, isi, keterampilan, dan sikap. Menurut mereka, berbeda dari kurikulum
5
yang berpusat pada disilin ilmu (subject-centered curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalam memadukan sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran diantara berbagai disiplin. Sementara itu, Oxford (2001) menyebutkan bahwa pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa asing harus memusatkan pada keterpaduan keterampilan berbahasa termasuk unsurunsur bahasa, seperti pelafalan, kosakata, dan struktur yang menunjang keterampilan berbahasa. Pendekatan ini akan mengoptimalkan pengunaan bahasa asing yang dipelajari oleh siswa. E. Kajian Riset Sebelumnya Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: ”Pendekatan dan Prinsip Psikologis Pengajaran Bahasa Arab Sistem Terpadu” oleh Muhammad Rusdy Rasyid dalam Lentera Pendidikan Vol 12, 2009.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab dengan sistem terpadu lebih berasil dilihat dari sudut psikologi siswa. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan penelitianpenelitian sebelumnya yang tertera di atas adalah penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan materi terpadu bahasa Arab berbasis topik. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada mendisain materi bahasa Arab secara terpadu. Aspek yang diteliti adalah bagaiMTs a bentuk, implementasi dan efektifitas disain sistem terpadu dalam materi bahasa Arab dengan menggunakan topik-topik tertentu. F. Hipotesis Produk Berdasarkan kajian teori pembelajaran dengan sistem terpadu dan pengamatan di lapangan, diajukan hipotesis berupa “ sistem terpadu dalam
6
materi bahasa Arab berbasis topik dianggap efektif dalam membentuk keterampilan berbahasa siswa kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang. G. Spesifikasi Produk Penelitian ini diharapkan menghasilkan produk yang spesifik, yaitubahan ajar dengan karakteristik sebagai berikut:
Materi bahasa Arab sistem terpadu disusun berdasarkan analisis kebutuhan siswa kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang.
diberikan petunjuk pada awal, akhir uraian materi, awal dan akhir evaluasi dalam mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa.
Sistem terpadu materi bahasa Arab disusun sebagai rangkuMTs dari berbagai sumber materi/ buku- buku
Bahasa Arab yang beragam jenis dan
penerbitnya dan ditulis dalam bentuk sistematik.
Materi bahasa disusun dengan tingkat kesukaran yang berjenjang dari tingkat kesukaran rendah hingga tingkat tinggi. Soal ditulis dalambahan ajar uraian dan soal melengkapi.
Bahasa dan isi materi dibuat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang heterogen yang memungkinkan mereka untuk belajar sendiri (independent).
H. Pentingnya Penelitian Pengembangan Hasil pengembangan ini penting sebagai:
Pemecahan masalah belajar bahasa Arab terhadap siswa yang beragam latar belakang dan kemampuan dasar bahasa Arab
7
Sumbangan pemikiran bagi pengembangan pembelajaran bahasa Arab kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang.
Sistem terpadu materi bahasa Arab untuk diterapkan di kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang
Landasan berpijak bagi peneliti yang berminat untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini.
I. Asumsi dan keterbatasan 1. Asumsi Berikut disajikan beberapa asumsi yang melandasi pengembangan materi ajar bahasa Arab ini: a.
Pembelajaran dengan menggunakan produkbahan ajar sistem terpadu materi bahasa Arab terhadap siswa yang beragam akan lebih efektif dan efesien dalam mencapai hasil yang lebih baik, jika bahan ajar tersebut memiliki komponen-komponen pembelajaran yang jelas.
b.
Siswa akan termotivasi secara baik selama proses pembelajaran dan lebih berorientasi pada pelayanan kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran di kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang
c.
Bahan ajar ini dapat dijadikan bahan ajar bahan ajar sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan jam perkulihaan bagi siswa .
2. Keterbatasan a. Model yang dikembangkan ini terbatas pada materi keterampilan bahasa Arab yang merupakan bagian dari rumpun mata pelajaran bahasa Arab.
8
b. Pengembangan materi
bahasa Arab ini didasarkan pada analisis
kebutuhan dan karakteristik siswa kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang sehingga produk pengembangan yang dihasilkan hanya dipergunakan bagi siswa di kelas VII perguruan Thawalib Padang Panjang.
9
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Pengembangan Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah ketersediaan bahan ajar. Pujiati (2007: 3) menyatakan bahwa: bahan ajar merupakan bahan perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi mahasiswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak bagi mahasiswa, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara individual (learner oriented).” Pendapat lain menyatakan bahwa, bahan ajar adalah seperangkat sarana yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.1[6]
National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training memperkuat bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam
10
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa. Bahan Ajar menurut Panne adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembalajaran.2[7] Muhaimin dalam modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu
guru/
instruktur
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran.3[8] Sedangkan menurut Abdul Majid, Bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Bahan ajar atau materi kurikulum
11
(curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.4[9] Bahan Ajar atau materi pembelajaran (instructional Material) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), ketrampilan dan sikap atau nilai yang haurs dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan atau materi kurikulum dapat bersumber dari berbagai disiplin ilmu yang berumpun ilmu-ilmu sosial (social sciense) maupun ilmu-ilmu alam (natural
sciense). Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah bagaimana cakupan dan keluasaan serta kedalaman materi atau isi dalam setiap bidang studi. Kemudian dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik serta digunakan dalam proses pembelajaran dengan
tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. 2.
Fungsi bahan Ajar Pembuatan bahan ajar yang menarik dan inovatif adalah hal yang sangat
penting dan merupakan tuntunan bagi setiap pendidik. Bahan ajar mempunyai kontribusi yang besar bagi keberhasilan proses pembelajaran yang kita laksanakan.
12
Kembali kepada persoalan utama, tentang pentingnya pembuatan bahan ajar, maka ada dua klasifikasi utama fungsi bahan ajar sebagaimana di uraikan sebagai berikut:5[10] a. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peserta didik. 1) Fungsi bahan ajar bagi pesrta didik, antara lain: a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif d)
Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik
e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran 2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, antara lain: a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja c) Peserta didik dapt belajar sesuai kecepatannya masing-masing d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri
13
e) Membantupotensi peserta didik untuk menjadi pelajar /mahasiswa yang mandiri f)
Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya dipelajari dan dikuasainya.
b. Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan fungsi bahan ajara dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain: 1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal a) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini peserata didik bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan pendidik dalam mengajar) b) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan 2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran b) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik dalam memperoleh informasi c) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya 3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri
14
b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, apabila dirancang sedemikian rupa maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa 3. Tujuan Bahan Ajar Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui bahan ajar guru atau dosen akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan mahasiswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Bahan ajar disusun dengan tujuan menyediakan bahan ajar yang sesuai kebutuhan pembelajar, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan
setting
atau lingkungan sosial siswa/
mahasiswa, membantu pembelajar dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, memudahkan guru atau dosen dalam melaksanakan pembelajaran. Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru atau dosen mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa atau mahasiswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh,
ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru atau dosen dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru/dosen dengan siswa/mahasiswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada guru atau dosennya.
15
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka pembelajar akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. pembelajar akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru atau dosen. Menurut Abdul Majid, Bahan Ajar disusun dengan tujuan, sebagai berikut: 1) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu 2) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar 3) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran 4) Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.6[11]
3.
Peranan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Bahan ajar sangat penting artinya bagi guru maupun siswa dalam proses
pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Demikian juga halnya dengan siswa, tanpa bahan ajar akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Oleh sebab itu, bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa, sebagai suatu upaya untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Tabel
2.3
diterangkan peranan bahan ajar bagi guru dan siswa. Sedangkan Peranan bahan ajar menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar, meliputi:
16
1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inisiatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan. 2)
Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap. 4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik. 5) Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. 6) Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan tepat guna.7[13]
B. Hakikat Sistem Terpadu Sistem ini di dalam bahasa Inggris disebut Integrated system/ All in One System atau Nizhamul wafidafi’dalam bahasa Arab. Para pemerhati pengajaran bahasa
memberikan pandangan-pandangan tentang sistem terpadu dengan corak yang bervariasi. Dalam sistem ini, bahasa dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, saling berhubungan dan berkaitan; bukan sebagai bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, hanya ada satu mata pelajaran, satu jam pertemuan, satu buku, satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar.
Abdul Alîm Ibrâhîm menjelaskan bahwa sistem terpadu adalah suatu sistim atau teori yang memandang bahasa sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dibagi kepada cabang-cabang terpisah.( Abdul Alîm Ibrâhîm, , 1968, Cet.
17
VII, h. 51). Sedangkan menurut Moh. Mansyur, yang dimaksud dengan sistem terpadu adalah mengajarkan bahasa Arab dengan melihatnya sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah-pecah menjadi beberapa cabang (Moh. MTs sur, h. 63). Sementara itu, Sistem terpadu yang dalam istilah Mahmûd Ibrâhîm Shînî, dkk., disebut tarîqah al-mutakâmilah adalah suatu pendekatan yang melihat bahasa sebagai satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi.( Mahmûd Ibrâhim Shînî, 2005). Pendekatan yang diterapkan Mahmûd Ibrâhîm Shînî, dkk, pada buku al-‘Arabiyyah Li-al-Nâsyi’în ini memberikan perhatian terhadap keterampilan bahasa secara seimbang, yaitu keterampilan mendengar, (mahârah al-istimâ‘), keterampilan berbicara (mahârah al-kalâm), keterampilan membaca (mahârah al-qirâ’ah), dan keterampilan menulis (mahârah al-kitâbah). Selain itu, pendekatan ini juga memberikan perhatian terhadap berbagai unsur bahasa Arab, seperti bunyi huruf (ashwât), kosa kata (mufradât), tata bahasa (qawâ‘id), intonasi (nabr) dan lagu (tanghîm). Berdasarkan keterampilan berbahasa yang menjadi perhatian dalam sistem ini, maka Richard, Platt, dan Weber, mengunakan istilah keterampilan terpadu (Integrated Skill) yaitu "perpaduan kemampuan berbahasa yang meliputi empat keterampilan berbahasa yang seluruhnya saling berhubungan satu sama lain seketika suatu pelajaran melibatkan aktivitas mendengar, berbicara, sampai membaca dan menulis."( Jo Mc Donough and Cristopher Shaw, 1993:201). Mereka menganalisa perpaduan ini melalui pengamatan terhadap tindakan MTs usia dalam berbahasa disekitarnya. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari tampak
18
bahwa dalam berbahasa MTs usia jarang menggunakan kemampuan berbahasanya secara terpisah. Sistem terpadu disebut juga Integratif adalah ancangan (kebijakan) pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan ajar sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah (Subana dan Sunarti, h. 70). Kemudian Sumarsono mendefinisikan istilah Integratif sebagai pendekatan yang dilandasi oleh konsep bahwa bahasa itu mempunyai tali-temali secara internal (fonem, kata, frase, klausa, dan kalimat) dan eksternal. (http://www. Integrative/1999). Hubungan antar unsur tadi diatur oleh gramatika yang merupakan komponen kebahasaan sebagai dasar untuk memahami dan menggunakan bahasa. Berdasarkan pendekatan ini, metode dan teknik pembelajaran diarahkan pada kegiatan berkomunikasi yang bermakna bagi pembelajar. M. Zaini Dahlan menyatakan bahwa sistem terpadu lebih menekankan kemampuan berbahasa lisan, yang kemudian diiringi pembinaan dalam pembendaharaan kata, gramatika (ilmu tata bahasa) dan ilmu sastra (keindahan bahasa). Menurutnya, penyajian pelajaran bahasa dengan sistem terpadu ini selalu mengunakan sistem gambar dalam beberapa peta. Tiap-tiap gambar dalam peta akan berulang-ulang dipergunakan dalam berbagai kalimat percakapan, yang tujuannya dapat memudahkan para siswa untuk menghafal tanpa sengaja dan lancar dalam berbahasa secara otomatis. Keutamaan sistem ini dapat digunakan baik di sekolah, kursus, maupun belajar sendiri. ( 1975:6).
19
Dalam kesusasteraan klasik islam, teori ini pernah diperkenalkan oleh Abul Abbas (826-898) dalam kitabnya Al-kamil. Teori wahdah menurutnya tidak membenarkan pengkhususan jam-jam pelajaran khusus untuk suatu cabang ilmu bahasa8[6]. Dari beberapa pendapat di atas, terdapat beberapa perbedaan istilah tentang sistem terpadu, meskipun pada hakikatnya ada kesamaan pandangan bahwa keterampilan berbahasa dan unsur bahasa disajikan secara terpadu (terintegrasi). Bahasa dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, saling berhubungan dan berkaitan; bukan sebagai bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, semua aspek pengajaran bahasa diajarkan pada waktu yang bersamaan dan tidak dipisahkan antara satu aspek dan aspek lainnya. Dari pendapat-pendapat di atas, defenisi secara lengkap agaknya diberikan oleh Abdul Alîm Ibrâhîm, menjelaskan bahwa sistem terpadu dengan istilah
Nazariyyah al-Wahdah adalah teori yang memandang bahasa sebagai satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Dalam menerapkan teori ini suatu tema atau teks dijadikan sebagai induk atau sentral kegiatan pembelajaran bagi berbagai
cabang
bahasa
Arab.
Teks
itulah
sebagai
bahan
bacaan,
mengungkapkan, merasakan, menghafal, dikte, latihan bahasa dan lain-lain.( Abdul Alîm Ibrâhîm, al-Muwajjih,50). Oleh karena itu, hanya ada satu mata pelajaran, satu kali pertemuan, satu buku, satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar.
8 [6]
Busyairi Madjidi, 1994. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Penerapan Audio Lingual Method dalam All In One System. Yogyakarta: Sumbangsih Offset, hlm.10.
20
Berdasarkan terminologi di atas, dapat dipahami bahwa sistem terpadu, menekankan kesatuan, yang disatukan adalah unsur bahasa Arab yang meliputi bunyi huruf (aswât), kosa kata (mufradât), tata bahasa (qawâ‘id), sastra, keterampilan berbahasa secara lengkap yang meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, dan penggunaan media gambar sebagai upaya memudahkan siswa dalam memahami sebuah bahasa. Dalam pelaksanaan teori ini adalah penyajian materi dalam satu paket pengajaran, satu kali pertemuan, satu buku, satu evaluasi, dan satu nilai hasil belajar. Oleh sebab itu, penyajian pengajaran bahasa Arab dengan sistem terpadu merupakan sarana mewujudkan bahasa yang komunikatif; aktif dan fasif. Sistem ini menuntut siswa untuk menguasai keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan dari pengajaran bahasa asing, yaitu memahami dan berbicara dengan bahasa asing tersebut secara lancar dan menggunakan dialek yang mendekati kelancaran penutur asli. Maksud dari keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulis, reseptif maupun produktif. Buku teks bahasa Arab yang disusun berdasarkan sistem terpadu merupakan salah satu langkah untuk mengetengahi antara guru dengan siswa dalam usaha pencapaian perolehan keterampilan berbahasa secara utuh. Buku yang disusun berdasarkan teori kesatuan adalah buku pelajaran bahasa Arab yang mencakup berbagai cabang pelajaran bahasa Arab dan membina empat keterampilan berbahasa.
21
Menurut Ali Muhammad Al-Qâsimî buku pelajaran yang baik untuk mengajarkan bahasa Arab kepada orang bukan Arab, ialah buku yang menyajikan bahasa Arab sebagai bahasa dan isi, sebagai ucapan dan tulisan. (Ali Muhammad Al-Qâsim: 120). Dalam bukunya ( العريبة املعاصرة للناطقني ابلفرنسيةBahasa Arab Bagi Orang Berbahasa Perancis) Al- Qâsimî menyajikan urutan pelajaran sebagai berikut: 1. Bicara ()التكلم Bicara untuk menciptakan situasi hidup dalam bentuk percakapan. 2. Membaca)(القراءة Membaca untuk mengembangkan bacaan percakapan tersebut. 3. Bicara ()التكلم Bicara berupa latihan lisan menggunakan struktur dan kata-kata percakapan. 4. Menulis )(الكتابة Menulis jawaban latihan-latihan itu secara tertulis di dalam kelas atau di rumah 5. Membaca)(القراءة Membaca berupa potongan pendek untuk dibaca dan dipahami 6. Menulis )(الكتابة Menulis berupa mendiktekan potongan itu atau potongan lain 7. Bicara ()التكلم
22
membedakan mengucapkannya
satuan-satuan
bunyi
Arab
yang
sukar
dan
dalam kata atau kalimat
Dalam penyajian seperti ini didapati penggunaan keterampilanketerampilan kadang-kadang untuk satu materi bersama, agar satu sama lain saling memperkuat. Skenario pembelajaran di atas, merupakan urutan materi yang disajikan oleh Ali Muhammad Al-Qâsimî dalam buku pelajaran bahasa Arab untuk orang non Arab (Prancis). Skenario tersebut mengambarkan hubungan antar materi saling koordinatif dan tidak terkotak-kotak kepada materi yang berdiri sendiri. bahan ajar penyajian materi di atas adalah satu teks pelajaran disajikan empat keterampilan berbahasa secara terpadu dan saling terkait. Kekuatan dan Kelemahan sistem terpadu Sistem terpadu sebagai sebuah teori dalam pengajaran bahasa Arab, mempunyai kelebihan dan kelemahan yang dapat dilihat dari sisi berikut ini: 1.
Kekuatan Sistem Terpadu Kelebihan teori ini adalah dasar-dasar teoritisnya yang kuat, baik dasar-
dasar kejiwaan, dasar-dasar pendidikan maupun dasar kebahasaan (Abdul Alîm Ibrâhîm,.50-51). a. Dasar-Dasar Teori Ilmu Jiwa (Psikologi) 1) Sistem Terpadu membangkitkan seMTs gat dan menghilangkan kejenuhan, karena banyak cabang bahasa yang dipelajari dan bervariasinya bidang kegiatan. Kegiatan belajar diadakan bervariasi dari
23
berbicara atau membaca, lalu menganalisa makna mufradât, dan pindah lagi ke analisa qawâ‘id dan seterusnya. Jadi, dengan teori ini pelajaran yang diberikan menarik hati siswa, sehingga siswa menjadi suka, rajin belajar, tidak malas, dan tidak bosan, karena pelajaran diberikan bermacam-macam jalannya. 2) Siswa MTs tap dan bertambah jelas memahami masalah, karena dalam sistem ini mahsiswa mengulang-ulang pelajaran, dalam satu tema, tetapi dalam sub-sub tema yang berlain-lain. Mengulang-ulang pelajaran itu menambah lekat dalam otak dan menambah pengertian. UmpaMTs ya satu kata: ditinjau segi bunyi/ucapan, bentuk kata, jabatan, makna dan penggunaannya. Demikian juga kalimat atau ungkapannya. 3) Sistem Terpadu dilaksanakan dengan cara memahami sesuatu secara global lebih dahulu, kemudian mendetail kepada bagian-bagian. Ini seiring dengan watak anak. Bila dikaitkan dengan teori psikologi, maka sistem terpadu sesuai dengan teori Gestalt. Menurut psikologi Gestalt, bahwa dalam pengamatan, pikiran tidaklah membentuk pengamatan keseluruhan dari bagian-bagian kecil benda yang diamati itu, tetapi terlebih dahulu melihat benda itu secara keseluruhan barulah kemudian bagian-bagian kecilnya.
(Abdul Chair,
2003:9). Sistem terpadu ini sesuai dengan tabiat atau cara kerja otak dalam meMTs dang sesuatu, yaitu dari global ke bagian-bagian. Variasi bahan dan variasi penyajiannya menghindarkan siswa dari kejenuhan. Fokus kepada
24
satu topik atau satu situasi, tetapi dengan peninjauan berulang-ulang dari berbagai segi, memperkuat pemahaMTs siswa terhadap materi pelajaran. Pada sisi lain, landasan psikologis teori kesatuan sangat erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran dalam penyusunan buku teks pembelajaran bahasa yang mengacu kepada teori-teori psikologi dan perkembangan kejiwaan anak yang kemudian dikenal dengan psikolinguistik. Dalam pendekatan psikolinguistik
ini disentuh beberapa masalah, di antaranya
(Depertemen Pendidikan Nasional, 2004:52
) a) posisi bahasa dalam
struktur otak MTs usia, b) prinsip-prinsip psikologi yang berkenaan dengan motivasi, kognisi, inteligensi dan emosi, c) pemerolehan bahasa, dan d) teori-teori pembelajaran dalam rangka meningkatkan pencapaian hasil pembelajaran bahasa. Ini disebabkan kepelikan dan kerumitan proses pembelajaran bahasa dalam otak dan sistem syaraf MTs usia. b. Dasar-Dasar Teori Kependidikan (Didaktik) 1) Sistem terpadu menjalin hubungan yang erat antara aneka ragam pelajaran bahasa (bercakap-cakap, membaca, nahwu/sharf, dll). 2) Sistem terpadu menjamin pertumbuhan bahasa secara serasi dan seimbang antara berbagai cabang keterampilan siswa, karena tidak diutamakan satu dari yang lain. Dari segi kependidikan ini, jelaslah bahwa sistem terpadu menjamin terwujudnya pertumbuhan kemampuan berbahasa secara seimbang, karena semuanya ditangani dalam situasi dan kondisi yang sama, tidak dipengaruhi oleh keberagaMTs seMTs gat dan kemampuan pengajar.
25
c. Dasar-Dasar Teori Kebahasaan Dipandang dari sudut kebahasaan, sistem terpadu sejalan dengan tabiat bahasa sebagai sebuah sistem, dan sesuai dengan realita penggunaan bahasa yang memadukan berbagai unsur bahasa dan keterampilan berbahasa secara utuh. 2.
Kelemahan sistem terpadu Kelemahan sistem terpadu, muncul atau tampak ketika diterapkan pada siswa tingkat lanjut yang telah mempelajari bahasa Arab dasar Di sini sistem terpadu kurang memenuhi kebutuhan siswa yang ingin mendalami unsur bahasa atau keterampilan berbahasa tertentu yang meMTs g menjadi kebutuhan nyata daripada pembelajar. Variasi Bahan Utama Pada Sistem Terpadu Buku teks bahasa Arab sebagai salah satu sumber belajar dan peMTs du
kegiatan siswa, memiliki bahan utama yang beragam. Bahan utama yang dijadikan basis pembelajaran dalam buku tentang ini terdapat dua bentuk, yaitu: pembelajaran berbasis topik atau teks bacaan, dan pembelajaran berbasis situasi atau teks percakapan.( Fuad Effendi, 2005: 80) 1. Pembelajaran berbasis Topik atau Teks Bacaan Bahan pelajaran utama di sini berupa bacaan mengenai topik tertentu. Dari bahan utama ini dapat dikembangkan berbagai kegiatan pembelajaran, antara lain; a) pemahaMTs kosa kata, b) pemahaMTs dan analisa isi teks, c). penguasaan bunyi-bunyi bahasa melalui kegiatan membaca keras, d)
26
percakapan dengan topik yang relevan, e) latihan menulis berdasarkan isi bacaan, f) pemahaMTs teks simakan yang paralel dengan teks bacaan, dan g) penguasaan struktur atau tata bahasa yang terdapat dalam teks. Bentuk variasi bahan utama di atas yang berfokus kepada materi bacaan akan dikembangkan dalam bentuk kosakata, percakapan, struktur kalimat, dan menulis. Fokus utama dapat dilakukan dengan menghubungkan atau mengaitkannya dengan pembelajaran yang setelahnya secara terpadu dan saling koordinatif antar materi. Dilihat dari sisi materi bacaan yang didahulukan dalam buku teks pelajaran bahasa dari yang lain, tampak jelas bahwa materi bacaan merupakan urutan prioritas berdasarkan kadar kepentingan orang yang mempelajari bahasa kedua tersebut. Jika diperhatikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya yang diungkapkan dalam bahasa Arab paling banyak dikembangkan dan diserap lewat bahasa tertulis dalam bentuk buku, jurnal, majalah dan publikasi lainnya. Banyak ditemukan informasi berbahasa Arab dalam buku petunjuk, iklan, dan label (obat, makanan, dan lain-lain sebagainya). Di samping itu, media cetak dapat dikatakan paling murah, baik dari segi pengadaan maupun pemeliharaan, dibandingkan dengan media elektronik. Urutan penting setelah materi bacaan adalah penguasaan bunyi-bunyi bahasa melalui kegiatan membaca keras dari bahan bacaan yang disajikan. Kemudian materi percakapan menduduki urutan ketiga. Materi percakapan ini penting, karena memperkokoh kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa yang hidup. Tarakhir materi yang disajikan adalah latihan menulis. 27
2.
Pembelajaran Berbasis Situasi atau Teks Percakapan Bahan pelajaran utama di sini berupa teks percakapan dalam situasi
tertentu atau mengenai topik tertentu. Dari bahan utama ini dikembangkan berbagai kegiatan antara lain; a) dramatisasi teks sampai dengan percakapan bebas, b) latihan melafalkan dan membedakan bunyi-bunyi tertentu, c) latihan menulis dengan mengubah teks dialog menjadi narasi, d) memahami teks bacaan atau simakan yang paralel, dan e) pembahasan struktur atau tata bahasa tertentu yang ada dalam teks. Sistematika dari susunan materi pelajaran bahasa yang berpusat kepada teks percakapan di atas adalah a) teks percakapan dan latihannya, b) teks bacaan, dan c) struktur atau tata bahasa. Dari bahan utama ini dikembangkan berbagai kegiatan antara lain; 1. Meteri bercakap mengandung kosa kata yang disajikan dalam struktur kalimat yang diprogramkan. 2. Materi bacaan yang merupakan pengembangan dari materi bercakap sebelumnya. 3. Materi insyâ’ muwajjah meliputi kosakata dan struktur kalimat yang dikembangkan dalam materi bercakap dan membaca, tanpa mengabaikan materi pelajaran pada pokok-pokok bahasan sebelumnya. B. Materi Bahasa Arab Pengembangan materi bahasa Arab pada buku teks mencakup keterampilan bahasa dan pengetahuan bahasa.
28
4. Keterampilam Berbahasa Arab Dalam belajar bahasa asing dikenal empat jenis keterampilan, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengar dan membaca bersifat reseptif, sedang keterampilan berbicara dan menulis bersifat produktif. Penguasaan bahasa yang ideal mencakup keempat jenis keterampilan tersebut, walaupun kenyataannya ada siswa yang cepat mahir berbicara tetapi lemah dalam menulis atau sebaliknya. Keempat aspek keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran bahasa pada umumnya. (Henry Guntur Tarigan, 1988: 1) Tujuan pengajaran bahasa asing, yang utama adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami bahasa tersebut dengan lancar dan dialek yang mendekati kelancaran dialek penutur asli. Untuk pencapaian tujuan di atas, penguasaan terhadap keterampilan bahasa sesuatu yang dibutuhkan oleh siswa dengan urutan langkah pengajaran bahasa sebagai berikut: 1) menyimak (Listening: al-Istimâ‘), 2) berbicara (Speaking: al-Kalâm), 3) membaca (Reading: al-Qirâ’ah), dan 4) menulis (Writing: al-Kitâbah ). 3) Keterampilan Menyimak Menyimak adalah sengaja mendengar dan menyadari sesuatu yang didengar untuk maksud tertentu, seperti belajar. Menyimak yang baik merupakan keterampilan utama dalam belajar bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa asli (bahasa ibu). (Moh. MTs sur. 118). Keterampilan ini, begitu juga keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling dahulu di antara empat keterampilan berbahasa. Jauh sebelum MTs usia mengenal tulisan keterampilan menyimak dan berbicara sudah digunakan oleh MTs
29
usia sebagai alat komunikasi, sebagai media pengajaran atau pendidikan dalam keluarga, dalam kelompok masyarakat. (Djago Tarigan dan H.G. Tarigan, 1986: 47) Kosakata pertama yang didengar sangat menentukan keterampilan bahasa lainnya. Semakin banyak dan sering menyimak kosa kata, pola kalimat, intonasi dan sebagainya semakin berkembang pula keterampilan berbicara. Bila sudah ada tradisi tulisan pada masyarakat maka keterampilan membaca dan menulis pun turut berkembang. Karena itu tidaklah mengherankan apabila para ahli menyimpulkan menyimak itu dasar daripada keterampilan bahasa lainnya. (Djago Tarigan dan H.G. Tarigan, 48) Dalam pendidikan formal, menyimak meMTs g sudah menjadi bagian
dari
pengajaran
bahasa.
Namun,
selama
bertahun-tahun
kebanyakkan guru, para ahli berasumsi bahwa pengajaran menyimak tidak perlu direncanakan tersendiri. Bahkan ada anggapan bahwa keterampilan akan dikuasai sendirinya apabila pengajaran bahasa lainnya sudah berjalan baik. Keadaan tersebut menimbulkan berbagai kepincangan dalam perolehan keterampilan berbahasa. Untuk merealisasikan kamahiran menyimak, maka dalam memilih buku teks guru memperhatikan usia anak dan minat anak, kosakata yang dimiliki anak dan tingkat kematangan serta kecepatan siswa dalam mengikuti teks lisan. (Fuad Effendi, Pendekatan, 2005:106-107)
30
Pengembangan pembelajaran menyimak ada dua macam: a) menyimak untuk keperluan pengulangan (drill). Menyimak dalambahan ajar ini menuntut siswa untuk menyimak teks kemudian mengulang (drill) dari apa yang didengarnya. Sebagai pengembangan dari pelajaran menyimak, dalam buku teks disajikan kata-kata yang bervariasi, di antaranya: وردد ّ واستمع, b) menyimak untuk keperluan memahami teks. Siswa menyimak untuk keperluan memahami teks tersebut dengan baik, dapat membedakan MTs a ide pokok dan MTs a ide tambahan, dapat memahami alur cerita dalam teks dan sebagainya.
4) Keterampilan Berbicara Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, meyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. (H.G. Tarigan, 15). Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat di dengar (audible) dan dapat dilihat (visible) yang meMTs faatkan sejumlah otot dan jaringan alat tubuh MTs usia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan ide-ide yang dikombinasikan. Kemampuan berbicara merupakan salah satu di antara kemampuan berbahasa yang kompleks, yang tidak hanya sekedar mencakup persoalan ucapan/lafal dan intonasi saja. Kemampuan berbicara dalam bahasa apapun selalu menyangkut pemakaian ungkapan dan berbagai unsur bahasa lainnya. Karena itu,
guru seringkali menemui kesulitan dalam 31
mengevaluasi kemampuan tersebut. Keterampilan berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa moderen termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan mengunakan bahasa sebagai medianya. Berbicara, sebagai salah satu keterampilan dalam pengajaran bahasa, terwujud setelah keterampilan menyimak dan mengucapkan kata-kata bahasa Arab. Berbicara dalam bahasa kedua merupakan keterampilan utama yang sekaligus merupakan salah satu tujuan akhir pengajaran bahasa. Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa latihan berbicara merupakan kelanjutan dari latihan menyimak yang di dalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan. Keterampilan ini dapat berupa percakapan, diskusi, cerita atau pidato. Dalam pembelajaran bahasa keterampilan berbicara saling terkait dan koordinatif dengan keterampilan lainnya, karena keterampilan berbicara menunjang
keterampilan
bahasa
lainnya.
Pembicara
yang
baik
memberikan contoh yang dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan. Keterampilan berbicara menunjang pula keterampilan menulis sebab pada hakikatnya antara berbicara dan menulis terdapat kesamaan dan perbedaan. Dua-duanya bersifat produktif. Duaduanya berfungsi sebagai penyampai, penyebar informasi. Bedanya terletak pada media. Bila berbicara menggunakan media bahasa lisan, maka
32
menulis menggunakan bahasa tulisan. Keterampilan menggunakan bahasa lisan akan menunjang keterampilan berbahasa tulis. Begitu juga kemampuan menggunakan bahasa dalam berbicara jelas pula berMTs faat dalam memahami bacaan. Apalagi dalam cara mengorganisasikan isi pembicaraan hampir sama dengan cara mengorganisasikan isi bahan bacaan. Dalam keterampilan berbicara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: (Radliyah Zaenuddin, 62) a) Siswa harus mempunyai topik yang dibicarakan. Topik dapat berupa hal-hal yang berkaitan dengan pengalaMTs siswa baik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. b) Siswa harus mempunyai kosakata yang relevan dengan topik. Agar siswa dapat memiliki kosakata tersebut, guru harus berusaha mengembangkan kosakata mereka, yakni dengan; 1) memotivasi siswa untuk selalu menggunakan kosakata baru dalam percakapan dan tulisan, 2) kosakata yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir dan pengalaMTs mereka, 3) guru harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa untuk membaca, dan 4) pada saat siswa berbicara, guru harus memperhatikan kesesuaian kata tersebut dengan konteks kalimat. 5) Keterampilan Membaca Membaca adalah kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai, menganalisis, dan memecahkan masalah. Dengan membaca, setiap
33
individu dapat mempelajari dan berinteraksi dalam dunia di luar dirinnya. Sri Pujiastuti menyatakan “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan, informasi, ataupun masalah dari bacaan”( 1990: 190). Mahmud Ali SaMTs (123) juga menyatakan bahwa membaca adalah proses otak menterjemahkan simbol-simbol tulisan kepada makna logika, yang dinamakan membaca dalam hati dan lafaz yang didengar dinamakan membaca keras (jahar). Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, membaca memiliki urgenitas tersendiri yakni; 1) membaca merupakan kunci untuk membuka khazanah pengetahuan dan kebudayaan Islam, 2) long life education tidak akan terwujud kalau yang melakukannya tidak dapat membaca, dan 3) memahami khazanah intelektual klasik dan modern. Keterampilan membaca merupakan salah satu dari keterampilanketerampilan utama yang mesti diajarkan dalam bahasa. Untuk mengajarkan keterampilan ini, guru atau tenaga pengajar dituntut untuk memilih berbagai metode mengajar membaca bahasa Arab, seperti metode suara, metode abjad, metode kata-kata, dan metode kalimat. Menurut Muhammad Ali al-Khûlî,( 1982: 108-112) metode-metode untuk mengajar kemampuan membaca bahasa Arab meliputi metode huruf, metode suara, metode suku kata, metode kata-kata, metode kalimat, dan metode campuran yaitu, metode yang menggabungkan keunggulan setiap metode dan mengenyampingkan kekurangan yang terdapat pada setiap metode tersebut.
34
6) Keterampilan Menulis. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”.( Rusyana, 1988:191). Menurut Hendrik Guntur Tarigan, menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Hendrik Guntur Tarigan, 1989:29). Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu kepada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturanaturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi, karena menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya dan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Mengacu kepada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dengan pembaca). Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang diamaksudkan
35
oleh pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis. Kedudukan menulis/mengarang pada hakikatnya merupakan tujuan akhir pengajaran bahasa. Membaca, tata bahasa, saraf, nahwu dan imlâ’, semuanya sarana untuk menulis. Jadi, menulis kedudukannya sama dengan percakapan. Hanya bedanya terletak pada tulisan dan lisan saja. Kegiatan menulis ternyata mempunyai peranan penting bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan mendalami bahan ajar. Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila menulis menjadi aktivitas penting dalam setiap pembelajaran di sekolah. Itu berarti, perlu dikembangkan kegiatan menulis lintas kurikulum, mengingat: (1) menulis, selain membaca dan mendengar, berMTs faat untuk belajar, (2) menulis dapat membantu siswa mempelajari informasi baru dalam mata pelajaran yang
sedang
dipelajari,
(3)
menulis
menfasilitasi
strategi-strategi
pemecahan masalah siswa untuk mengorganisasi informasi lama dan baru, (4) menulis dapat mengajarkan siswa konvensi pragmatik dan kesadaran akan mitra (tutur/tulis) dan mengembangkan proses penting agar mampu berkomunikasi secara berhasil, (5) menulis dapat mengajarkan siswa mengevaluasi kekritisannya terhadap informasi yang mereka pelajari, dan (6) menulis dapat mengajarkan kepada siswa bagaiMTs a mereka menerima atau menganalisis pengalaMTs -pengalaMTs personal mereka sendiri.
36
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Researth and Development/R&D). Menurut Borg & Gall (2003: 772), penelitian pengembangan adalah penelitian
yang
berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Hal senada juga dinyatakan oleh Gay (1981: 10) bahwa penelitian pengembangan bukan untuk membuat teori atau menguji teori melainkan untuk mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di lembaga pendidikan. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang menjadi acuan adalah bahan ajar
penelitian pengembangan Borg & Gall (2003: 775),bahan ajar
pengembangan desain pembelajaran Dick, Carey & Carey (2005: 1), dan pengembangan produk bahan ajar Luther, 1994 (Ariesto Hadi Sutopo, 2003: 32). Ketiga bahan ajar pengembangan tersebut diadaptasi sehingga menghasilkan sebuah bahan ajar pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan sebagai landasan dalam penelitian. Menurut Borg & Gallbahan ajar menggariskan langkah-langkah umum dalam penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut :
Pengembangan materi Identifikasi kebutuhan
Perumusan tujuan
ya
revisi Penulisan alat ukur keberhasilan
Penulisan naskah 37 media
tidak
Naskah siap produksi
Berikut penjelasan dari skema langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall : Diadaptasi dari Borg & Gall (1983: 772), Dick & Carey (2005: 1), dan Ariesto Hadi Sutopo (2003: 32) Penelitian ini melalui enam tahap berikut. Pertama adalah tahap analisis kebutuhan. Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan perlunya pengembangan pembelajaran bahasa Arab . Kedua adalah tahap desain
pembelajaran. Tahap ini bertujuan untuk
mengembangkan desain pembelajaran hingga menghasilkan silabus sebagai dasar ntuk mengembangkan multimedia pembelajaran.
Ketiga adalah tahap
produksi/pengembangan multimedia. Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan produk awal, dan selanjutnya dites atau dijalankan dalam terpadu untuk memastikan apakah hasilnya sesuai dengan yang diinginkan atau tidak.
Keempat adalah tahap validasi mengetahui melakukan
kelayakan revisi.
produk
Tahap
ini
ahli.
Tahap
ini
yang dikembangkan. bertujuan
38
bertujuan
untuk
Kelima
adalah
untuk meningkatkan kualitas
produk berdasarkan saran revisi ahli materi dan ahli media. Keenam adalah melakukan uji coba produk. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui daya tarik
multimedia
yang
dikembangkan
bagi
mahasiswa
dan
untuk
memperoleh skor hasil pre-test dan post-test. Validator penelitian terdiri dari satu orang ahli materi dan satu orang ahli media. Ahli materi menilai aspek isi dan pembelajaran; ahli media menilai aspek tampilan dan pemprograMTs . Subjek uji coba penelitian adalah siswa Prodi Bahasa Arab semester II STAIN Batusangkar berjumlah tiga puluh enam siswa. Pada uji coba melibatkan seluruh siswa Prodi Bahasa Arab. Instrumen
pengumpulan
data
yang
digunakan
adalah
angket,
pedoMTs observasi, dan soal pre-test dan post-test. Angket digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kualitas kelayakan materi dan kualitas
kelayakan
media. PedoMTs observasi digunakan sebagai panduan
dalam melakukan observasi terhadap sikap mahasiswa selama proses uji coba untuk mengetahui daya tarik produk bagi mahasiswa. Soal pre-test dan
post-test digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar mahasiswa setelah menggunakan produk multimedia yang dikembangkan. Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data dianalisis secara statistik deskriptif. Data kualitatif berupa komentar dan saran
perbaikan produk dari ahli materi dan ahli media dianalisis dan
dideskripsikan secara deskriptif kualitatif untuk
merevisi
produk
yang
dikembangkan. Data kuantitatif yakni data berupa skor penilaian ahli materi dan ahli media, skor hasil observasi, dan skor hasil pre-test dan post-test.
39
Analisis data kuantitatif dijelaskan sebagai berikut. Pertama, data kuantitatif skor penilaian ahli materi dan ahli media dianalisis secara deskriptif dengan acuan tabel konversi nilai yang diadaptasi dari Sukardjo (2005: 53-54), sehingga menghasilkan pedoMTs sebagaiMTs a disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1 PedoMTs Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 5
Keterangan:
Nilai
Interval skor
Kriteria
A B C D E
X > 3,40 < X ” 4,21 2,604,21 < X ” 3,40 1,79 < X ” 2,60 X ” 1,79
Sangat baik Baik Cuku Kurang p kurang Sangat
Skor maksimal ideal = 5
X i = ½(5+1) = 3
Skor minimal ideal = 1
SBi = 1/6(5-1) = 0,67
F. Teknik Analisa data Data yang diperoleh melalui berbagai instrumen dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif, informasi yang diperoleh dari: Angket/ceklist, Wawancara, dan Tes Hasil Belajar.Data studi pendahuluan yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpulan data akan dilakukan pengolahan dan analisis dengan pengkajian secara mendalam dan melihat kecenderungan, sehingga diperoleh gambaran tentang desain kurikulum dan kegiatan perkuliahan ilmu-ilmu bahasa Arab, kemampuan guru dan problema yang dihadapinya dalam implementasi kurikulum, aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar, serta peMTs faatan
40
sarana dan lingkungan. Dalam uji coba terbatas, analisis data yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif dalam rangka evaluasi proses pelaksanaan, sedangkan dalam uji coba yang lebih luas dilakukan analisis perbandingan pre dan post tes. Hasil-hasil uji coba digunakan sebagai landasan bagi revisibahan ajar, sehingga ditemukan bahan ajar materi ajar berbasis terpadu yang cocok dalam pembelajaran bahasa Arab di prodi Bahasa Arab.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perguruan Thawalib Padang Panjang. Ada beberapa alasan yang dijadikan bahan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini, yaitu: (1) telah lama mengadakan pengajaran bahasa Arab; (2) memiliki guru dan prasarana yang memadai; (3) mengadakan pengajaran ilmu-ilmu bahasa Arab pada setiap semester. Dalam pengembanganbahan ajar dilibatkan guru dan siswa dalam uji coba terbatas. Dalam uji coba terbatas diikuti oleh 35 orang siswa semester tiga, yang dipandu oleh seorang guru. D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Studi dokumenter, digunakan untuk mengumpulkan data dokumen tentang kurikulum (silabus, satuan acara perkuliahan bahasa Arab) dan latar belakang siswa (kemampuan akademis, pendidikan) dan data tertulis lainnya. 2. Angket, dipergunakan sebagai alat pengumpulan data studi pendahuluan dan pelaksanaanbahan ajar melalui tanggapan ahli kurikulum, pelaksanaan
41
kurikulum (guru) dan siswa terhadapbahan ajar pembelajaran terpadu yang dikembangkan. 3. Wawancara, digunakan sebagai alat pengumpulan data yang bersifat kualitatif untuk pendalaMTs data yang diperoleh dari angket, dan berbagai masalah yang dihadapi dalam implementasi kurikulum. 4. Observasi, digunakan untuk menggali kemampuan guru, kondisi lingkungan dan sarana yang ada. 5. Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang perolehan hasil belajar siswa. E. Analisis Data Data studi pendahuluan yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpulan data akan dilakukan pengolahan dan analisis dengan pengkajian secara mendalam dan melihat kecenderungan, sehingga diperoleh gambaran tentang desain kurikulum dan kegiatan perkuliahan bahasa Arab, kemampuan guru dan problema yang dihadapinya dalam implementasi kurikulum, aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar, serta peMTs faatan sarana dan lingkungan. Dalam uji coba terbatas, analisis data yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif dalam rangka evaluasi proses pelaksanaan, sedangkan dalam uji coba yang lebih luas dilakukan analisis perbandingan pre dan post tes. Hasil-hasil uji coba digunakan sebagai landasan bagi revisibahan ajar, sehingga ditemukanbahan ajar pembelajaran terpadu yang cocok dalam pembelajaran bahasa Arab pada prodi-prodi umum.
42
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian pada tahap analisis muka belakang, hasil validasi, dan praktikalitas serta pembahasan. Dalam tahap muka belakang akan dibahas tentang analisis acuan materi yang diuji dalam pengunaan bahan ajar pembelajaran bahasa Arab terpadu, analisis buku-buku teks bahasa Arab khususnya bahasa Arab, merivieu literatur tentang pembelajaran bahan ajar, interviu dengan teMTs sejawat dalam hal ini guru pengampu mata kuliah serta mempelajari karakteristiksiswa. Hasil validasi diuraikan berdasarkan saran dan validasi akhir dari ahli rancangan/konstruk, dan ahli isi. Selain itu dibahas juga saran-saran hasil wawancara dan hasil angket dari guru dan siswa.
A. Studi Pendahuluan Teori wahdah menurutnya tidak membenarkan pengkhususan jam-jam pelajaran khusus untuk suatu cabang ilmu bahasa
Studi pendahuluan (pra survey) dilakukan untuk memperoleh data awal yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat rancanganbahan ajar dan pengembangannya. Kegiatan yang dilakuan dalam studi pendahuluan ini meliputi kajian teoritis dan observasi lapangan. Bahan yang didapat dari kajian teoritis berupa teori tentang pengajaran terpadu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan rancangan bahan ajar yang dikembangkan. Hasil kajian teoritis ini juga
43
dapat dijadikan sebagai bahan dalam pelaksanaan pengembangan bahan ajar. Kegiatan pra survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data lapangan sebagai bahan empiris yang digunakan dalam penyusunan lapangan sebagai bahan empiris yang digunakan dalam penyusunan rancanganbahan ajar beserta pelaksanaannya. Kegiatan yang dilakukan pada pra survai lapangan ini adalah menghimpun dan menganalisis
kondisi
lapangan
yang
digunakan
sebagai
bahan
dalam
merancangbahan ajar dan pelaksanaan uji coba pengembanganbahan ajar. Kondisi yang dikaji dan dianalisis pada kegiatan ini meliputi : (1) desain dan pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung; (2) kemampuan guru; dan (3) sarana dan prasarana yang tersedia. Perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab dirancang berdasarkan studi pendahuluan. Kegiatan ini dimulai dari analisis materi yang diuji dalam bahan ajar, analisis buku-buku teks bahasa Arab khususnya bahasa Arab, merivieu literatur tentang pembelajaran bahan ajar, interviu dengan teman sejawat dalam hal ini guru pengampu mata pelajaran serta mempelajari karakteristik siswa. Berikut ini diuraikan hasil analisis muka belakang yaitu: 1. Karakteristik Materi Bahan ajar Bahasa Arab Materi yang dikembangkan dalam bahan ajar merupakan hasil analisis acuan materi yang uji bahasa Arab. Analisis materi bahasa Arab dilakukan berdasarkan kurikulum lokal yaitu kurikulum Pondok Pesantren Thawalib Padang Panjang tahun ajaran 2014/2015. Prinsip yang diacu dalam menetapkan materi bahan ajar bahasa Arab ini adalah bahwa bahan ajar merupakan uji kemampuan dasar bahasa Arab, sehingga peneliti benar-benar berusaha memilih materi bahasa Arab yang merupakan dasar atau fundamental dari materi bahasa Arab secara keseluruhan.
44
Selain itu prinsip keterbatasan waktu juga menjadi perhatian peneliti dalam memilih materi bahan ajar yang akan dikembangkan. Keterbatasan waktu yang dimaksudkan adalah waktu yang digunakan dalam penerapan bahan ajar dikelas serta keterbatasan waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam pengembangan bahan ajar. Berdasarkan hasil acuan materi bahan ajar bahasa Arab dan mengacu pada prinsip yang diuraikan di atas maka peneliti menetapkan materi bahan ajar bahasa Arab yang akan dikembangkan. Judul materi bahan ajar bahasa Arab yang dimaksud adalah :
ِِ ِ امللونة ّ املالبس، ماذا يف الفصل؟، ا َلعامل ْو َن ِِبل َْم ْد َر َسة,التعارف Masing-masing pokok dan sub pokok materi setiap bahan ajar diuraikan pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Materi-materi Pengembangan Bahan ajar Bahasa Arab Bahasa Arab Bahan ajar
Judul
Kegiatan Belajar
Pokok Bahasan
Muhadasah 1
التعارف
1 Muthalaah
2
ا َلع ِاملِ ْو َن ِِبل َْم ْد َر َس ِة
1
Muhadasah
2
Muthalaah
45
Sub Pokok Bahasan
ي فائِز َو نَبِيل َ ْ َ ل َقاء ب.1 ِ َلَِقاء ب ْي ف اط َمة َو فَائَِزة ََ
.2
َم ْن ِِف اْملُ ْستَوى األ ََّول؟ مهنة بَ ْدر وأمحد و ُه َدى
.1 .2
مهنة بَ ْدر وأمحد و ُه َدى
.3
1.
3
ماذا يف الفصل؟
املالبس 4
امللونة ّ
1
2
1
Muhadasah
ص ِل ْ َماذَا ِف الْ َف
Muthalaah
ِ ْ ِف الْ َف ٌ ٌ َسي َو َمكْت ٌ صل ُك ْر ٌَِو َسبُّ ْوَرة
Kitabah
Kitabah ث ن
Muhadasah
ِ َِك ْم لَ ْو اًن للب اس أمحد؟
Muthalaah
ِ س ُملَ َّونَة َ َمالَب
،Kitabah huruf
كه
2
2. Karakteristik siswa Sebagai Sampel Penelitian Tujuan peneliti mempelajari karakteristik siswa adalah untuk mengetahui kemampuan umum siswa tentang bahasa Arab, kemampuan bahasa Arab siswa secara umum. Hal ini dilakukan selain untuk menentukan subjek uji coba penggunaan bahan ajar juga untuk sebagai acuan dalam mengembangkan alat tes/tingkat kesulitan soal serta penggunaan bahasa dalam pengembangan bahan ajar. Dalam tahap ini, seperti yang diuraikan sebelumnya peneliti melakukan proses wawancara/interviu dengan guru-guru bahasa Arab dan melakukan analisis dokumen. Dokumen yang dimaksud yaitu daftar hasil studi siswa khususnya beberapa daftar nilai mata pelajaran bahasa Arab siswa calon subjek uji coba yaitu siswa kelas VII TA.2014/2015. Sebagai hasil mempelajari karakteristik siswa, peneliti menetapkan 5 orang subjek uji coba kelompok kecil dan 28 orang siswa sebagai
46
subjek uji coba lapangan terbatas dengan distribusi terdiri dari 20 orang (44, 44%) dari kelompok kemampuan rendah, 4 orang (8,88%) dari kelompok kemampuan sedang dan 4 orang (8,88%) dari kelompok berkemampuan tinggi.
3. Penyusunan Bentuk Awal bahan ajar Bahasa Arab Ada beberapa langkah-langkah penyusunan bahan ajar pembelajaran terpadu meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan kullminasi (Depdikbud, 1996 : 16). Sedangkan kegiatan pengembanganbahan ajar pembelajaran terpadu dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (Hamalik, 1989 : 71). Penyusunan awal bahan ajar pembelajaran terpadu ini dikembangkan dengan memodifikasi silabus yang dijadikan acuan dalam pembelajaran bahasa Arab. Hal ini dilakukan karena silabus yang berlaku selama disusun secara terpisah-pisah sesuai dengan ilmu bahasa yang diajarkan. Setelah melakukan kajian teoritis dan observasi lapangan, disusun bentuk awal bahan ajar bahasa Arab terpadu yang meliputi : materi/wacana, tujuan yang ingin dicapai, dan evaluasi. Sebelum awal bahan ajar diuji cobakan ke dalam kegiatan belajar mengajar di kelas diadakan beberapa kali diskusi dengan ahli buku teks dan ahli pengajaran, dan rancangan awal bahan ajar yang telah disusun diajukan kepada ahli kurikulum dan dosen pelaksana untuk diberikan penilaian, sehingga pada akhirnya ditemukan bentuk awalbahan ajar yang dianggap layak untuk diuji cobakan di kelas. Berdasarkan hasil kajian teoritis dan observasi lapangan, disusun bentuk awal model pembelajaran terpadu, yang meliputi wacana/materi, kemahiran berbahasa
47
dan ilmu bahasa yang dipadukan, tujuan yang ingin dicapai, strategi pengajaran, media pengajaran dan evaluasi. Bentuk awal bahan ajar pembelajaran terpadu tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini : a.
Identitas materi/ kerangka : Berisi pokok dan sub pokok bahasan yang dibahas dalam bahan ajar. Kerangka materi dituliskan halaMTs pertama sebagai gambaran materi yang akan dibahas dalam bahan ajar. Pertimbangan disain dalam penulisan kerangka materi adalah ditulis dengan huruf Sakkal Majalla ukuran 18 untuk judul, 16 untuk pokok bahasan dan 12 untuk lainnya. Ditulis warna hitam untuk judul dan lainnya.
b.
Pendahuluan : Penulisan pendahuluan bertujuan memberikan ringkasan secara umum kepada siswa tentang materi yang akan dibahas dalam bahan ajar. Selain itu juga dijelaskan tentang kerangka isi materi, hubungan materi/bahan ajar ini dengan materi/bahan ajar berikutnya. Penulisan pendahuluan adalah ditulis dengan huruf times new roMTs ukuran 12, hitam tebal, dalam kotak bershadding. Berikut contoh penulisan judul pendahuluan pada bahan ajar : PENDAHULUAN
c.
Petunjuk Pembelajaran: Penulisan petunjuk pembelajaran pada bahan ajar ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk mempelajari bahan ajar ini. Petunjuk ini diletakkan diawal bahan ajar sebagai pendahuluan dan menjadi petunjuk pembelajaran bagi keseluruhan penggunaan bahan ajar. Pada akhir tiap-tiap uraian isi di setiap kegiatan belajar dalam bahan ajar disajikan lagi petunjuk pembelajaran ini dengan menggunakan ungkapan direktif untuk memperdalam pemahaMTs .
48
Berikut contoh petunjuk pembelajaran di awal materi dan akhir uraian materi. ِِ استَ ِم ْع َوَرِّد ْد ْ الص ْوَرَة َو ُ انْظُْر ٰهذه d. Uraian Isi Pembelajaran : Uraian isi pembelajaran yang terdapat pada setiap bahan ajar/kegiatan belajar dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang lengkap tentang sesuatu yang harus diketahui olehsiswa. Untuk itu uraian isi pembelajaran dilengkapi dengan gambar berwarna dan contoh yang dapat membantu
memperjelas
uraian
materi.
Teks
percakapan
dan
bacaan
menggunakan ukuran huruf 16 point huruf Sakkal Majalla. Pada tiap bagian penting ditampilkan kotak bershadding kecil warna hitam ringan berisi ungkapan singkat utama/ rumus penting. Judul pokok bahasan ditulis dengan warna hitam, serta nomor halaman diletakkan di kiri atas. Bahasa, istilah dan ilustrasi gambar dibuat sesuai dengan karakteristik siswa MTs Thawalib Putra Padang Panjang. Berikut salah satu uraian penting yang dikutip dari salah satu bahan ajar.
1
)(التعارف ِ َأ ًََن ف ُاط َمة
أ ًََننَبِيل
ِ ْ و أَن،أ ًََن فائِزة ت؟؟ َ
ِم ْن أَيْ َن ِ ْأَن ت؟
املفردات اجلديدة والرتاكيب اقْ َرأْ َوأ َِع ْد ِ ت؟ َ ْ َو أَن،أ ًََن فَائز
ِم ْن أَيْ َن ت؟ َ ْأَن 49
أ ًََن ِم ْن َمْي َدان
أ ًََن ِم ْن بُ ْوكِت تِْن ِجي
ٰه ِذ ِه َم ْي ُم ْونَةُ ِه َي ِم ْن بَِل ْمبَانْج
ٰه َذا أَ ْمحَ ُد ُه َو ِم ْن َس َاواه لُْونتُو
Keterangan: keterpaduan materi bahasa Arab, yang terdiri dari َهالا َوbentuk أ أَ ْهالا َو َس ْهالا ايَ أَ ْمحَ ُد َالا ايdi َس ْهatas َُمْي ُم ْونَةteks muhadasah, أَهالا َو َس ْهkitabah dan gambar yang disesuaikan. ُالا ايَ َمْي ُم ْونَةqiraah,
اً َو َس ْهالا ايَ أَ ْمحَ ُد
g. Sumber Bacaan : Sumber bacaan yang ditulis pada lemabaran akhir bahan ajar ini bertujuan
untuk
memudahkan
siswa
mencari
dan
menelusuri
guna
memperdalam dan mengembangkan materi yang terdapat dalam bahan ajar. Judul sumber bacaan diawali dengan Sakkal Majalla, bold, 16 point. Teks bahan bacaan ditulis menggunakan ukuran 16 point Sakkal Majalla. Baris kedua ditulis menjorok ke dalam (ke kiri) 7 karakter. Warna huruf yang digunakan hitam. h. Latihan : Setiap kegiatan belajar dalam bahan ajar ini disusun alat pengukur atau tes berupa soal latihan dengan tujuan untuk mengukur sejauh MTs a siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Soal ditulis menggunakan huruf ukuran 16 point Sakkal Majalla diketik dengan spasi 1,5. Latihan ditulis dengan tingkat kesulitan bervariasi dari tingkat kesulitan rendah, sedang dan tinggi. pada tiap latihan diberikan petunjuk pengerjaan latihan dan diakhir kunci jawaban diberikan petunjuk mengevaluasi hasil belajar untuk mengukur sejauh
50
MTs a tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar dan sebagai patokan/acuan sebelum melanjutkan ke bahan ajar berikutnya. Perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab yang telah dirancang, selanjutnya dikonsultasikan kepada pakar rancangan dan isi serta pembimbing selama 1 minggu dari (8-14 Agustus 2014). Setelah itu rancangan direvisi menurut saran pakar dan pembimbing. Kemudian rancangan tersebut menjadi prototipe awal.
B. Hasil Validitas Prototipe/Bahan ajar Prototipe hasil rancangan di atas perlu divalidasi kepada 2 orang validator yang terdiri dari 1 orang validator rancangan dan 1 orang validator isi. Nama-nama validator terdapat pada lampiran 2. Proses validasi oleh validator dilakukan selama bulan Agustus 2011. Setelah diskusi dengan validator dan kemudian prototipe direvisi sesuai dengan saran-saran validator. Berikut ini diuraikan hasil pengelolaan data tentang: 1. Hasil Validasi Pakar Bahan ajar pembelajaran bahasa Arab Terpadu telah divalidasi oleh dua pakar pendidikan bahasa Arab yang masing-masing berasal dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukitinggi. Hasil validasi oleh pakar menunjukkan bahwa ada beberapa revisi yang perlu dilakukan terhadap perangkap bahan ajar. Revisi yang perlu dilakukan diantaranya pada: - Lembar daftar isi belum ada, jika dilengkapi akan lebih memudahkan siswa .
51
- Belum ada daftar Topik. - Harus ada penyeragaman gambar yang ada dalam buku ini dari sisi warna dan beberapa ukuran(ada beberapa ukuran gambar yang kecil dan kurang jelas). - Perlu penambahan topik yang aplikatif Berdasarkan pada kondisi di atas, penulis melakukan revisi bahan ajar bahasa Arab Terpadu supaya standar kompetensi dasar, yaitu ”Siswa mampu memahami . Bahasa Arab Terpadu secara Aplikatif” dapat terwujud. Berdasarkan revisi ini, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa prototipe perangkat bahan ajar pembelajaran bahasa Arab Terpadu memenuhi kriteria valid dari segi isi (content
validity) dan konstruksi (construct validity). Prototipe perangkat perangkat bahan ajar pembelajaran bahasa Arab Terpadu selanjutnya diujicobakan di kelas VII B MTS Thawalib Putri Padang Panjang untuk menyelidiki keterpakaiannya. Proses validasi dilakukan pada satu orang ahli rancangan/konstruk dan satu orang ahli/pakar isi bahasa Arab Terpadu. Rancangan perangkat pembelajaran direvisi menurut komentar dan saran dari ahli rancangan dan ahli isi. Rancangan tersebut menjadi prototipe awal. 2. Hasil Ujicoba pada siswa Setelah bahan ajar didiskusikan pada para pakar, dan berdasarkan hasil revisi maka selanjutnya bahan ajar diujicobakan pada kelompok siswa. Uji coba kelompok ini terbagi dua, uji coba kelompok kecil dan dilanjutkan dengan uji coba lapangan dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya (Instrumen uji coba terlampir pada lampiran 6 ).
52
Uji coba kelompok kecil dilakukan pada enam orang siswa yang berbeda tingkat kemampuannya. Hasil dari uji coba pada kelompok kecil ini tidak terlalu banyak mendapatkan revisi. Revisi yang diberikan oleh siswa cenderung pada pembuatan padanan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia . Setelah bahan ajar diuji cobakan pada kelompok kecil, selanjutnya bahan ajar direvisi. Berdasarkan hasil revisi yang tidak banyak dan hampir sama dengan uji coba kelompok kecil. Untuk siswa yang tergolong kelompok pintar memberikan revisi yang sangat bagus yaitu perbaikan pada sistematika materi yang dibutuhkan pada buku wajib. Hasil uji coba dari pada kelompok kecil dan lapangan ini menjadi bentuk prototipe II. C. Praktikalitas Bahan ajar Bahasa Arab Terpadu Setelah bahan ajar direvisi berdasarkan saran validator dan hasil saran dari uji coba pada enam orang siswa MTs Thawalib Putra sebagai prototipe I maka untuk melihat praktikalitas (keterpakaian) bahan ajar, bahan ajar diuji cobakan. Uji coba tersebut bertujuan untuk melihat praktikalitas (keterpakaian) yaitu keterpakaian bahan ajar bahasa Arab Terpadu oleh siswa kelas VII sebagai pendalaman materi bahasa Arab kurikulum pondok pesantren Thawalib Putra TA 2014/2015. Ujicoba untuk melihat praktikalitas bahan ajar dilakukan pada kelompok terbatas yaitu pada siswa kelas VII MTS Thawalib Putra yang akan mengikuti bahan ajar berjumlah 5 orang dengan berbagai ragam tingkat kemampuan. Pemilihan subjek uji coba berdasarkan hasil analisis dokumen yaitu latar belakang siswa (MTs ), nilai beberapa mata pelajaran bahasa Arab dan wawancara dengan beberapa orang guru bahasa Arab. 53
Sebelum uji coba dilaksanakan sebelumnya peneliti berdiskusi dengan guru pengampu mata pelajaran bahasa Arab dan salah seorang guru lainnya mempersiapkan proses pembelajaran. Persiapan yang dilakukan adalah memahami konsep pembelajaran bahan ajar dan menentukan tugas masing-masing. Guru yang bertindak pengampu mata pelajaran tetap guru yang bersangkutan, sedangkan sebagai observer adalah peneliti dibantu oleh satu orang guru lainnya. Uji coba ini direncanakan untuk 6 kali tatap muka dengan waktu masingmasingnya satu jam belajar (45 menit). Namun dalam pelaksanaannya hanya terpakai dua kali tatap muka, karena keterbatasan waktu. Untuk melihat praktikalitas perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran diperoleh melalui
pengamatan (observasi) terhadap proses
pembelajaran, kesan dari guru dan siswa selama proses pembelajaran. Data observasi diperoleh dengan mengisi lembar observasi terbuka/ catatan lapangan. Sedangkan untuk mendapatkan kesan dari guru pengampu mata pelajran dan siswa dilakukan tahapan wawancara. Khusus untuk siswa juga diberikan angket untuk melihat kesan mereka selama mengikuti pembelajaran. Wawancara pada siswa dilakukan pada siswa berbagai tingkat kemampuan. Hasil observasi terhadap praktikalitas akan diuraikan sebagai berikut: 1. Hasil observasi pada pelaksanaan proses pembelajaran bahan ajar Untuk melihat apakah penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran dapat dikatakan praktis, maka dilakukan pengamatan oleh observer. Pengamatan dilakukan terhadap kemudahan guru dan siswa dalam menggunakan dan memahami bahan ajar. 54
Berdasarkan hasil pengamatan yang dituangkan observer dalam catatan lapangan/lembar observasi terbuka diperoleh keterangan bahwa penggunaan bahan ajar bahasa Arab Terpadu dapat dikatakan praktis. Selama proses pembelajaran dengan tiga kali tatap muka terlihat tidak terdapat banyak permasalahan. Bagi siswa maupun guru mudah menggunakan bahan ajar bahasa Arab Terpadu yang digunakan. Hal ini terlihat dengan sedikit siswa yang bertanya mengenai isi dan tampilan/format penulisan bahan ajar. Siswa yang menemukan kesulitan dalam menggunakan dan memahami bahan ajar merupakan siswa dengan tingkat kemampuan rendah. Rata-rata kesulitan yang mereka peroleh adalah dalam menyelesaikan/memahami contoh dan soal latihan yang diberikan. Namun demikian rata-rata siswa dapat menyelesaikan/ mempelajari satu unit materi pada bahan ajar untuk setiap kali tatap muka. 2. Hasil kesan siswa terhadap penggunaan bahan ajar bahasa Arab Terpadu setelah mengikuti Proses pembelajaran bahan ajar Setelah siswa menyelesaikan proses pembelajaran selama tiga kali tatap muka, peneliti memberikan angket kepada siswa mengenai kesan siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar bahasa Arab Terpadu. Setelah kuisioner yang telah diisi siswa terkumpul semua, maka peneliti menganalisis angket tersebut berdasarkan persentase dari jawaban yang dipilih masing-masing siswa. Data dan analisis angket tentang kesan siswa terhadap penggunaan bahan ajar bahasa Arab Terpadu selama proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2. Data Kesan siswa Setelah Mengikuti Proses Pembelajaran Dengan Menggunakan Bahan ajar Bahasa Arab Terpadu:
55
Uraian
Perasaan Mahasiswa Senang
Minat
Penggunaan Perangkat Mudah Menarik
Faham
Apakah kamu senang belajar dengan menggunakan bahan
85,71%
ajar ini? Apakah bahan ajar yang
71,42%
diberikan mudah digunakan? Bagaiman a minat kamu dengan belajar bahasa Arab
78,75%
dengan menggunakan bahan ajar ini? Apakah bahan ajar ini menarik
85,71%
perhatianmu? Bagaimana pemahaman kamu terhadap penjabaran materi
67,65%
pada bahan ajar? Bagaimana pemahaman kamu terhadap soal-soal yang
64,28%
diberikan?
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa lebih dari 85,71% dari siswa memberikan kesan yang baik selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar bahasa Arab Terpadu. Selain itu lebih dari 71,42% siswa menyatakan bahwa
56
bahan ajar bahasa Arab Terpadu mudah digunakan. Namun pemahaMTs siswa terhadap soal-soal yang diberikan mendapatkan prosentase yang paling rendah, yaitu hanya 64,28%. Kebanyakan siswa yang berkemampuan rendah sedikit mengalami kesulitan untuk belajar dengan menggunakan bahan ajar, mereka masih butuh bantuan dan waktu yang lebih untuk menyelesaikan bahan ajar.
3. Hasil wawancara dengan guru Wawancara yang dilakukan kepada guru yaitu setelah pelaksanaan proses pembelajaran. Tujuan wawancara untuk mengetahui sejauh MTs a pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar telah terlaksana dan untuk mengetahui kegunaan perangkat pembelajaran. Hasil wawancara yang diperoleh dari guru pengampu mata pelajaran dapat dilihat pada Cuplikan sebagian wawancara sebagai berikut:
Peneliti : BagaiMTs a menurut Bapak/Ibu mengenai bahan ajar yang digunakan? Guru
: Baik sekali, karena siswa bisa berbica /membaca dengan secara mandiri diseba.
Peneliti : Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang soal-soal latihan yang ada pada bahan ajar? Peneliti : Apakah materi yang ada pada bahan ajar berguna atau sesuai dengan tujuan?
57
Guru
: berguna sekali untuk membantu siswa memahami dasar-dasar bahasa Arab.
Peneliti : Bagaimana menurut Bapak/Ibu tentang motivasi siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab? Guru
: berhubung siswa MTS ini banyak yang berasal dari SD Negeri yang notabene belum mengenal pembelajaran bahasa Arab. Sehingga di antara siswa tidak termotivasi dengan pelajaran bahasa Arab.
Peneliti : BagaiMTs a menurut Bapak/Ibu tentang aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab Terpadu ?(siswa berkemampuan di atas rata-rata, ratat-rata dan di bawah rata-rata. Guru
: Bagi siswa yang berkemampuan di atas rata-rata pembelajaran bahasa Arab itu menarik dan menyenangkan. Bagi siswa yang berkemampuan rata-rata mereka mempelajari bahasa Arab sekadar untuk memenuhi kewajiban beban kurikuler. Bagi siswa di bawah rata mengangap sulit dan antipati terhadap bahasa Arab. Secara umum hasil wawancara yang diperoleh dari guru menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran yaitu bahan ajar bahasa Arab Terpadu yang digunakan sudah praktis. Hanya pengaturan waktu yang belum bisa dipastikan karena tergantung pada kecepatan dan kemampuan siswa. Menurut pendapat guru, jika kemampuan siswa yang diajarkan mempunyai kemampuan yang baik tentu pembelajaran dengan bahan ajar akan lebih optimal hasilnya. 4. Hasil wawancara dengan siswa 58
Wawancara dilakukan terhadap 2 kelompok berdasarkan kemampuan yaitu siswa pintar (nilai di atas KKM) dan kemampuan rendah (nilai di bawah KKM). Hasil wawancara sebagai berikut:
Cuplikan hasil wawancara kelompok siswa berkemampuan rendah dan kemampuan tinggi memiliki jawaban yang sama adalah : Peneliti
: Apakah kamu senang mempelajari pendalaman materi bahasa Arab Terpadu dengan menggunakan bahan ajar seperti ini? mengapa?
Siswa
: Senang, karena di dalam bahan ajar ini dapat membantu saya dalam belajar bahasa Arab.
Peneliti
: Apakah materi yang ada pada bahan ajar berguna atau sesuai dengan tujuan?
Siswa
: ya, sangat sesuai terutama dengan materi-materi yang akan diujikan dalam bahan ajar yaitu dasar bahasa Arab Terpadu.
Peneliti
: Bagaimana bahasa yang digunakan dalam bahan ajar ini?
Siswa
: Mudah dipahami, tidak berbelit-belit.
Cuplikan hasil wawancara kelompok siswa berkemampuan rendah dan kemampuan tinggi memiliki jawaban yang berbeda adalah :
59
Peneliti
: Apakah belajar dengan bahan ajar ini lebih efektif dan efisien?Megapa
Siswa pintar
: ya, karena pelajarannya to the point, ngak berbelit-beli dan jelas
Siswa sedang
: ya,karena bahan ajar ini sangat ringkas dan jelas dan bisa dipahami
Siswa lemah
: Kurang, karena bahannya sulit dimengerti dan dipahami karera terlalu tinggi.
Secara umum hasil wawancara yang diperoleh dari siswa bahwa bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran sudah praktis. Hasil wawancara terhadap dua kelompok yang berbeda kemampuannya, menunjukkan bahwa kecepatan dalam memahami bahan ajar dan mengerjakan soal-soal latihan pendapatnya berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5. Hasil Praktikalitas Prototipe Perangkat Pembelajaran Setelah mengamati pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar, hasil observasi, kesan umum siswa setelah mengikuti pembelajaran, wawancara terhadap guru dan siswa maka dapat disimpulkan oleh observer mengenai praktikalitas portotipe pembelajaran. Untuk penilaian observer terhadap praktikalitas pembelajaran dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut: Tabel. 4.3 Data hasil Praktikalitas Terhadap Bahan ajar Bahasa Arab Terpadu Bahasa Arab Terpadu
60
Pengamat Objek yang Dinilai
Bahan ajar bahasa Arab Terpadu mudah digunakan dan dipahami Bahan ajar bahasa Arab Terpadu sangat berguna meningkatkan proses pembelajaran Penggunaan bahan ajar tepat sasaran/sesuai dengan prinsip pembelajaran bahan ajar Waktu yang dirancang memperlajari bahan ajar memadai Siswa menyenangi belajar dengan bahan ajar terlihat dari aktivitas siswa Siswa menyenangi belajar dengan bahan ajar terlihat dari motivasi siswa Jumlah
1
2
4
4
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
25
24
Jml
%
8
80
9
90
8
80
6
60
8
80
8
80
47
78.33
A. Dari Tabel 4.3, persentase hasil penilaian hasil observer menunjukkan bahwa penilaian berkisar antara 60%-90%. Berdasarkan kriteria yang terdapat pada (Tabel 4.3) sebagai berikut: Perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab Terpadu yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran mudah digunakan dan sangat berguna. Secara umum penilai berpendapat bahwa
61
penggunaan perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab Terpadu secara keseluruhan sangat praktis digunakan. Namun bahan ajar tersebut
masih
mempunyai sedikit revisi setelah dilaksanakan uji coba terbatas. Perangkat pembelajaran yang telah dibuat belum tentu sudah baik dan sempurna, perangkat pembelajaran ini merupakan prototipe pertama, dan prototipe ini dapat dilanjutkan lagi sesuai dengan siklus, karena keterbatasan waktu maka pengembangan bahan ajar ini sampai pada prototipe II. E. Pembahasan 1. Hasil Studi Pendahuluan dan Validitas Prototipe Perancangan
perangkat
pembelajaran
yang
telah
dikonsultasikan
mendapatkan revisi yang tidak terlalu prinsip antara lain tentang penyeragaman gambar bahan ajar dan penekanan topik-topik yang krusial dalam bahasa Arab yang aplikasi. Hal penting yang perlu diperhatikan supaya terujud keseimbangan materi terpadu
ini.
Dari
analisis
data
mengenai
validitas
isi
dan
validitas
rancangan/rancangan yang telah dinilai oleh validator menunjukkan bahwa validitas perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab Terpadu pada siswa kelas VII MTs Thawalib yang dikembangkan termasuk dalam kriteria valid, ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dengan tepat,dan terdapat keterkaitan antara bahan ajar satu dengan bahan ajar/ materi lainnya.
62
Dari pendapat yang diberikan validator tentang perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab Terpadu pada siswa MTs Thawalib Putra dikatakan valid dapat dirinci sebagai berikut: Komentar para validator terhadap bahan ajar bahasa Arab Terpadu adalah: a. Perancangan bahan ajar sudah sesuai dengan prinsip pengembangan bahan ajar bahan ajar, menarik dan berdaya guna. b. Bahan ajar yang dikembangkan sudah dapat digunakan untuk pelaksanaan uji coba lapangan/ terbatas jika bahan ajar tersebut telah direvisi.
Perangkat pembelajaran bahan ajar bahasa Arab Terpadu di kelas XI MTs Thawalib Putra sudah valid yaitu berdasarkan validasi dari para validator sebagai berikut; a. Penyusunan Bahan ajar bahasa Arab Terpadu disesuaikan dengan format penulisan bahan ajar. Format penulisan ini dilengkapi dengan penulisan kerangka isi materi, hal ini dapat memudahkan siswa dalam mendapatkan gambaran/informasi mengenai materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Ausubel (1968) bahwa kerangka isi materi bertindak sebagai unit konseptual sebagai informasi struktur kognitif dalam belajar. b. Penulisan petunjuk pembelajaran tepat dan dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari bahan ajar. Dick dan Carey (1990) membuktikan dalam penelitiannya tentang penulisan petunjuk pembelajaran
63
dalam buku ajar bahwa penulisan petunjuk juga memberikan arahan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran dan menurut Joni (1981) petunjuk penggunaan buku ajar berupa rasional dan gambaran umum tentang penggunaan buku ajar. c. Format penulisan bahan ajar untuk jenis dan ukuran huruf sudah tepat, dan menarik yaitu Sakkal Majalla dengan font 16 untuk Arabi. Format penulisan dapat memudahkan siswa, serta sesuai dengan aturan dan gaya penulisan karya ilmiah. d. Konsep materi yang dikembangkan dalam bahan ajar sudah tepat, sesuai dengan kurikulum bahasa Arab 2014. Penyusunan dan pemilihan materi sesuai dengan prinsip yang mengarah memudahkan siswa dalam mempelajarinya. Prinsip tersebut seperti yang dijelaskan oleh Winkel(1991;195) bahwa (1) materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (2) materi pelajaran harus sesuai dengan taraf kesulitannya dengan kemampuansiswa untuk menerima dan mengolah materi tersebut, (3) materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, (4) materi pembelajaran harus dapat membantu siswa untuk melibatkan dirinya secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan, (5) materi pelajaran harus sesuai dengan prosedur pembelajaran, dan (6) materi pembelajaran harus sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia. e. Contoh-contoh materi diambilkan dari kata-kata (mufradat) yang dekat dengan siswa. Pemilihan ini disesuaikan dengan prinsip pengembangan dalam pengajaran kosakata, di antaranya :Kefamiliaran (al-ulfah). Maksudnya, kata yang lebih familiar (sering didengar dan digunakan) harus diprioritaskan 64
pembelajarannya daripada kata yang jarang dan langka, meskipun mempunyai kesamaan arti (Rusdîy Thu‘aimah, 1989:196)
2.
Praktikalitas Bahan ajar Bahasa Arab Terpadu Setelah perangkat pembelajaran divalidasi dan hasilnya sudah valid dengan
dilakukan revisi, maka tahap selanjutnya dilakukan uji praktikalitas. Untuk menjawab “Bagaimana praktikalitas Bahan ajar Bahasa Arab Terpadu pada siswa kelas VII MTs Thawalib Putra?” telah dilakukan deskripsi dan analisis data. Dari analisis data berdasarkan hasil observasi, wawancara terhadap guru dan siswa, kesan umum siswa menunjukkan bahwa praktikalitas Bahan ajar Bahasa Arab Terpadu untuk siswa MTs Thawalib Putra adalah praktis. Untuk membuktikan perangkat pembelajaran ini praktis, yaitu berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif pada bab hasil penelitian sebelumnya. a. Berdasarkan hasil observasi/pengamatan dan kesan siswa serta hasil angket praktikalitas terhadap penggunaan perangkat pembelajaran selama proses pembelajaran secara umum dapat dinyatakan bahwa penggunaan bahan ajar bahasa Arab Terpadu tidak mendapatkan kendala yang berarti, dengan arti lain situasi berjalan dengan normal.siswa merasa senang belajar dengan menggunakan bahan ajar, mudah dalam menggunakan bahan ajar. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran dengan bahan ajar yaitu pembelajaran yang memberikan pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual. Belajar dengan menggunakan bahan ajar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan masing-masing. Guru semakin banyak 65
memiliki kesempatan untuk menolong siswa secara individual dalam proses pembelajaran. Namun demikian proses pembelajaran tetap berpusat kepada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator. Siswa memperoleh informasi berulang-ulang tentang kemajuan belajar yang telah dicapainya. b. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa terhadap penggunaan bahan ajar secara umum dapat dinyatakan bahwa: penggunaan bahan ajar praktis dan menarik, karena pembahasan materi disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang notabene tidak memiliki kemampuan dasar bahasa Arab. Bahan ajar juga praktis dalam upaya menangulangi materi yang tertinggal dengan cara belajar MTs diri oleh masing-masing siswa. Siswa merasakan proses pembelajaran lebih baik dari sebelumnya.
Rata-rata mereka itu pada awalnya tidak mengenal
istilah-istilah penting dalam bahasa Arab Terpadu dan penggunaannya. Dengan menggunakan bahan ajar ini siswa lebih enjoy dan senang belajar bahasa Arab.
F. Keterbatasan Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain: 1. Kontrol terhadap karakteristik sampel hanya berdasarkan kemampuan yang dilihat dari dokumen nilai mata pelajaran bahasa Arab serta pendapat dari beberapa guru bahasa Arab. Oleh karena itu dapat saja terjadi kontaminasi keberagaman dalam pengambilan data, sehingga variabel-variabel lainnya yang turut mempengaruhi output diluar kontrol penelitian seperti: motivasi awal, minat, waktu belajar dan sebagainya.
66
3. Bahan ajar bahasa Arab Terpadu yang diuji cobakan baru sebatas MTs Thawalib Putra Padang Panjang. Sedangkan MTS 1 belum dapat dilakukan pengujian karena keterbatasan waktu.
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengajaran all in one system adalah pengajaran yang memandang bahwa bahasa harus diajarkan secara terpadu, tidak terpisah. Pengajaranbahan ajar ini dilakukan dengan memadukan empat kemahiran berbahasa secara total, yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
67
2.
Ahli bahasa dan filsuf menganggap bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan baik ekpresi maupun reseptif. Ekpresi dilakukan oleh pemberi pesan dan reseptif dilakukan oleh penerima pesan. Keduanya merupakan hubungan timbal balik.
3. Pengajaran all in one system merupakan pemenuhan tujuan dan fungsi bahasa secara seimbang. Ahli bahasa menganggap bahwa bahasa adalah alat ujar yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar anggota masyarakat. Sementara aliran fungsionalisme menganggap bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai media komunikasi. Berdasarkan tujuan dan fungsinya, maka bahasa harus diajarkan sebagai media komunikasi yang mengajarkan empat kemampuan secara total, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
B. Saran 1.
Pengembangan bahan ajar bahasa Arab Terpadu dalam penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi guru untuk materi bahasa Arab dalam menerapkan pembelajaran bahan ajar dengan mencontoh seperti perangkat yang telah dihasilkan dalam penelitian ini.
2.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa. Oleh karena itu, dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru muhadasah dan muthalaah.
3.
Perangkat bahan ajar pembelajaran bahasa Arab Terpadu untuk pembelajaran bahasa Arab semester I di kelas XI MTS , yang telah dikembangkan pada tahun ajaran 2014-2015, baru sebatas MTs Thawalib Putra Padang Panjang.
68
Pada tahun ajaran 2015-2016, perangkat bahan ajar pembelajaran bahasa Arab Terpadu yang telah direvisi diharapkan ada penelitian lanjutan untuk diuji cobakan pada seluruh MTs Putra dan Putri Madrasah Tsanawiyah yang ada di perguruan Thawalib Padang Panjang.
69
DAFTAR PUSTAKA:
Alim, Abdul. 1968. al Muwajjah al Fanni li Mudarris al Lughat al Arabiyah. Mesir: Dar al Ma’arif Ar Rikabi. Tt. Turuqu Tadris al Lughat al Arabiyah. Dimasyq: Dar al Fikr As SaMTs , Mahmud Ali. 1983. At Taujih fi Tadris al Lughah al Arabiyah. Hs, Wijono. 2007. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Jinni, Ibnu dan Abu al-Fath UtsMTs .1983. Al-Khashais. Lechte, John. 2001. Fifty Key Contemporary Thinkers. diterj. Gunawan Admiranto, judul: 50 Filsuf Kontemporer. Yogyakarta: Kanisius Naqah, Mahmud Kamil. 1975. Ta’lim al Lughah al Arabiyah li an Nathiqina bi
Lughatin Ukhra (Ususuhu-Madakhiluhu-wa Turuqu Tadrisihi). Makkah: Wizaratu al Ta’lim al Ali al Mamlakat al Arabiyah Al-Khuliy, Muhammad Ali, Asâlibu Tadrîsil Lughatil Arabiyyah, Riyadh: Mathabi' al-Farazdaq, 1989, cet. 3 Ali, Atabik dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Pondok Krapyak: Multi Karya Grafika, 2003
70
Arfah, Muhammad, Musykilât al-Arabiah, Kairo:Ar-Risalah, 1945 As SaMTs , Mahmud Ali. At Taujih fi Tadris al Lughah al Arabiyah, 1983 Depertemen Agama, PedoMTs Pengajaran Bahasa Arab Pada PTAI, 1976/1977 Dirjosoemarto, Soenjono, Pengertian dan Fungsi Media Pendidikan, Jakarta;P3G. Depdikbud, 1980 Effendy, Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa arab, Malang:Misykat, 2005 Ibrâhim, Abdul ‘Alîm. al-Muwajjih al-Fany lil Mudarris al-Lughah al-Arabiyyah, Kairo; Dâr al-Ma’arif, 1973 IIsmail Shînî, Mahmud, dkk., Al-‘Arabiyyah Li al-Nasyi’în, Mamlakah al‘Arabiyyah al-Su’udiyyah, 1983 Madkur, Ali Ahmad. 2002. Tadrisu Fununi al Lughat al Arabiyah. Kairo: Dar al Fikr al Arabi MTs sur, Moh, Materi Bahasa Arab I MKMP 3212/4 Bahan ajar 1, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1985 MTs sûr, ‘Abdul Majîd Sayyid , ‘Ilm al-Lughah al-Nafsî, Riyâd: Jâmi‘ah al-Mulk, 1982 Mu’in, Abdul, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah
terhadap Fonetik dan Morfologi), Jakarta:al-Husna Baru, 2004 Naqah, Mahmud Kamil. 1975. Ta’lim al Lughah al Arabiyah li an Nathiqina bi
Lughatin Ukhra (Ususuhu-Madakhiluhu-wa Turuqu Tadrisihi). Makkah: Wizaratu al Ta’lim al Ali al Mamlakat al Arabiyah
71
Nunan, David. 1988. The Learned-Centred Curriculum. Cambridge: Cambridge University Press. Sirjan, Abdul Majid. 1981. Al MTs ahij al Mu’ashirah. Kuwait: Maktabat al Falah Yuana, Kumara Ari. 2010. The Greates Philosophers, 100 Tokoh Filsuf Barat Abad
6 SM – Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis. Yogyakarta: Penerbir Andi Syafruddin, Didin. “Mahmud Yunus wa ‘Ittijahâtuhû fi Tajdîd Ta’lim al-Lughah
al-‘Arabiyah bi Indunisiyâ” , Studia Islamika, vol 2, no. 3, Jakarta; IAIN Syarif Hidayatullah, 1995 Tarigan, Henry Guntur, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung:Angkasa, 1988 -------------------------,Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian
Kepustakaan, Jakarta: P2LPTK Depdikbud, 1989 Thu‘aimah, Rusdîy . Ta’lîm al-Arabiyah lighairi an-Nathiqîn bihâ MTs âhijuhû
wasâlibuhû, Rabât:ISESCO, 1989 Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur’an), Jakarta: Hidakarya Agung, 1983, Cet. 5 Zaenuddin, Radliyah. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa arab, Cirebon:Pustaka Rihlah Group, 2005 Nunan, David. 1988. The Learned-Centred Curriculum. Cambridge: Cambridge University Press. Sirjan, Abdul Majid. 1981. Al MTs ahij al Mu’ashirah. Kuwait: Maktabat al Falah
72
Yuana, Kumara Ari. 2010. The Greates Philosophers, 100 Tokoh Filsuf Barat Abad
6 SM – Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis. Yogyakarta: Penerbir Andi Yunus, Mahmud. 1979. Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur’an). Jakata: PT. Hidakarya Agung Madkur, Ali Ahmad. 2002. Tadrisu Fununi al Lughat al Arabiyah. Kairo: Dar al Fikr al Arabi
73