BAB
PENGEMBANGAN ASPEK ENTREPRENEURSHIP
VII 7.1. Pendahuluan Selain pengembangan yang terkait dengan aspek struktur usaha industri perdesaan, aspek lokasi serta aspek eksternal yang berupa keterkaitan, penguatan
kualitas
sumberdaya
pengusaha
penting
untuk
diperhatikan.
Pengusaha adalah sentral pengambilan keputusan terhadap pengembangan atau kestabilan industri perdesaan. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia pengusaha industri perdesaan dapat dilakukan melalui berbagai bentuk pelatihan, study banding, dan praktek-praktek sehingga pengusaha mempunyai identitas kewirausahaan yang maju. Masalah
kewirausahaan
sering
menjadi
masalah
sentral
dalam
pengembangan industri perdesaan. Bantuan material dan finansial sering menjadi tidak berarti karena tidak ada dorongan untuk mengembangkan usaha karena rendahnya motivasi keusahawanan pengusaha industri perdesaan. Untuk itu perlu ditegaskan deskripsi pengusaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship)
7.2. Entrpreneur dan Karakteristiknya An entrepreneur is an imaginative person, marked by an ability to set and achieve goals who maintains a high level of environmental awareness in order to detect business opportunities who continue to learn about possible business opportunities ans to make moderately risky decisions. (Andre, Julien Pierre1998.) Dari definisi di atas dapat diidentifikasi aspek-aspek entrepreneur sebagai basis untuk penilaian pemenuhan karakteristik pengusaha yang maju bagi pengusaha industri perdesaan.
1. an imaginative person a. Terdapat dua fungsi imajinasi yang dikembangkan pengusaha, yaitu terhadap situasi dan skenario untuk bekerja dan membangun usaha b. sejumlah alternatif penting untuk mengorganisasikan dan mengerjakan berbagai hal untuk visinya.
2. a capacity to set and achieve goals Goals tidak selalu tertulis tetapi eksis dan sebagai pembentuk visi atau tantangan
utama
yang
semua
aktivitas
diorganisir
Entrepreneur mengambil rindakan, mengembangkan
ke
arahnya.
karakter
dan
ketetapan hati, kontrol dan kreativitas untuk mencapai tujuan
3. an environmental awareness Entrepreneur mempunyai kecakapan mengenali dan membuka peluangpeluang, didukung kesadaran lingkungan yang tinggi
4. continue learning about opportunities Entrepreneur hidup dalam suatu proses evolusi yang tetap, mereka yang terus belajar akan dapat memperoleh peluang bagi kelangsungan usaha, mereka tidak hanya belajar dari lingkungan tetapi juga pengalaman dan hal yang mereka kerjakan sehingga mereka dapat membuat penyesuaian
5. make moderately risky decisions Entrepreneur
cenderung
mengambil
resiko
yang
moderat,
dan
meminimalkan ketidakpastian 'uncertainty' dalam proses pengambilan keputusan.
6. innovative person Entrepreneur adalah sumber perubahan (change agents), mengerjakan hal baru dan berbeda. Orang dinilai sebagai entrepreneur jika menyumbang suatu hal yang baru.
Definisi yang berbeda dan lebih sederhana dirumuskan oleh Singh, Surendra.P.(1997.Micro and Small-Scale Enterprise and Entrepreneurship in Java Indonesia. TSU. Nashville.USA) sebagai berikut: An entrepreneur is a person who operates independently within social and economic system to organize and manage a business activity in an innovative aggressive style Dari definisi ini dapat dirincikan elemen dan karakteristik masing-masing
elemen sebagai berikut ; 1. decision-maker Entrepreneur adalah seorang pengambil keputusan yang senantiasa mencari peluang, tahu cara menggunakan peluang, menentukan sumberdaya dan cara memperolehnya, serta mengidentifikasi struktur terbaik untuk bertindak.
2. responsible and adaptive person Bertanggung
jawab
dalam
memulai
dan
melaksanakan
usaha,
mempertimbangkan pengaruh berbagai faktor dan kondisi terhadap usahanya
3. independency Berhubungan dengan berbagai faktor eksternal tapi tidak tergantung padanya, bersikap fleksibel, dinamis, mengambil resiko (risk-taking), kreatif, dan inovatif.
7.3. Entrepreneurship Entrepreneurship is an accumulation of the outlook, perception, and attitudes of the entrepreneurs dealing -with internal as veil as external factors that may influence business process and outcome. Elemen-elemen entrepreneurship Entrepreneurship bisa mencakup dan dipengaruhi oleh pengamatannya terhadap elemen-elemen seperti ; 1. Tujuan dan pendekatan untuk mencapainya / goals and approach to achievemen 2. Ketergantungan pada yang lain/ dependency on others 3. optimisme dan pengambil resiko/ optimism and risk taking 4. kebersaingan/ competitiveness 5. penyelesaian masalah/ problem solving 6. hubungan dengan pekerja dan orang lain/ relationship with workers and other people 7. kemampuan meyakinkan orang lain/ cpability to convince others 8. persepsi terhadap kepercayaan dan kesempatan/ perception toward faith
and chance
7.4. Entrepreneur Perdesaan Entrepreneurship adalah konsep yang baru untuk pengembangan industri perdesaan. Sering konsep ini dipandang kurang sesuai untuk industri perdesaan yang mempunyai derajat keformalan usaha yang rendah. Entrepreneurhsip lebih sesuai dengan usaha-usaha formal dan besar. Namun ada aspek-aspek universal yang dapat digunakan untuk mendorong pembangunan industri perdesaan. Demikian pula karakter industri perdesaan tertentu mempunyai nilai unggul dalam entrepreneurship, misalnya kemandirian atau ketidaktergantungan pada pihak lain. Dalam pembentukan entreprenurship pada pengusaha industri perdesaan masih dihadapi kompleksitas sejumlah kendala yang bersumber dari diri pengusaha, lingkungan masyarakat, maupun pemerintah. Oleh karena itu diperlukan usaha yang terus-menerus serta pendampingan untuk meningkatkan kualitas entrepreneurship. Karakteristik entrepreneur perdesaan yang masih kurang mendukung pengembangan kewirausahaan antara lain ; a. cepat merasa puas dengan keberhasilan suatu tahap, sering kurang konsisten menjaga kualitas b. kurang cukup wawasan untuk pembaharuan dan kurang berpandangan ke masa depan c. kuatnya pengaruh kultural dan sosial yang tidak sejalan dengan prinsip usaha d. cenderung bersikap menunggu orang lain memulai dibandingkan memulai lebih dahulu, belum berani mengambil resiko e. mencampurkan urusan dan kegiatan usaha dengan kegiatan domestik (rumahtangga) f.
terbatasnya informasi untuk pembaharuan dan peluang usaha, serta lamban dalam mengambil keputusan
g. keterbatasan ketrampilan / skill dan manajerial usaha sehingga pengelolaan usaha kurang formaisasi dan sistematis
Dalam
pengembangan
kewirausahaan
perdesaan,
perlu
perhatian
terhadap berbagai masalah dan kondisi di atas. Selain itu keberhasilan
pembangunan entrepreneuship juga tergantung pada pembenahan dalam lingkup kebijakan, sosial, kultural, ekonomi, dan teknologi. a. Lingkup kebijakan (policy) Perlu adanya kemauan politis pemerintah (political will) didukung oleh perencanaan yang terfokus dengan dukungan program dan bantuan serta pilot project dan percontohan yang kesemuanya ditujukan pada gerakan peningkatan keusahawanan di perdesaan. b. Lingkup sosial Perlu rekayasa sosial khususnya melalui pendidikan untuk mengalihkan preferensi pilihan kerja generasi muda di sektor pemerintah, pegawai negeri atau pekerjaan formal lainnya kepada pekerjaan yang mandiri (self-employed). Sistem pendidikan yang ternyata melahirkan arus pemuda terdidik meninggalkan perdesaan perlu direorientasikan kepada pendidikan yang sesuai dengan peluang membuka usaha mandiri di daerah dan diarahkan untuk membekali ketrampilan dan keusahawanan peserta didik. Pendidikan menengah kejuruan perlu lebih diprioritaskan dibandingkan pendidikan umum yang disesuaikan dengan potensi daerah. Di daerah pantai misalnya pendidikan kejuruanya menekankan pengembangan pantai dan kelautan yang mencakup tidak saja perikanan darat dan laut, namun juga teknologi alat tangkap, wisata pantai dan bahari, tataniaga perikanan, konservasi lingkungan pantai dan pengolahan, pengawetan dan diversifikasi pengolahan dan produksi ikan, dan seterusnya.
c. Lingkup kultural Menguatkan
nilai-nilai
tradisi
yang
positip
untuk
membangun
keusahawanan, misahiya kemandirin, dan juga mereorientasikan kultur masyarakat lainnya menjadi pendorong sifat keusahawanan misalnya semangat gotong-royong, menjadi ikatan koperasi fonnal, kesederhanaan diarahkan pada sifat hemat dan tidak konsumeristis.
d. Lingkup ekonomi Perlu didorong kemudahan-kemudahan memperoleh sumber modal untuk memulai usaha dan mendekatakan pelayanan finansial misalnya melalui
mobile banking, disertai pendampingan dan pelatihan pengelolaan keuangan untuk usaha.
e. Lingkup teknologi dan informasi adalah lebih banyak mendorong dihasilkannya teknologi terapan yang meningkatkan
efisiensi
produksi.
Meningkatkan
kualitas
teknologi
indigenous menjadi teknologi terapan atau lebih maju dan efisien Informasi tentang peluang-peluang baru dalam produksi dan teknologi perlu lebih banyak dan lebih sering disosialisakan sebagai stimulan bagi tumbuhnya inovasi dan inspirasi pengembangan usaha.