Pengembangan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Kingdom Plantae untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur Endah Handayani1, Sunarmi2, Murni Sapta Sari3 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Email:
[email protected];
[email protected]; 3
[email protected] id ABSTRAK: Keterampilan metakognitif merupakan salah satu kecakapan abad 21 yang memiliki peranan penting dalam kesuksesan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru biologi SMAN 1 Lawang diketahui bahwa belum ada penilaian metakognitif pada pelajaran biologi. Pengembangan penilaian keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen kinerja. Tujuan dari penelitian ini mengembangkan dan menguji kelayakan asesmen kinerja dalam pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa SMAN 1 Lawang pada materi Kingdom Plantae. Model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE yang terdiri dari 5 tahapan. Penelitian dan pengembangan ini diujikan kepada siswa kelas X MIA7 SMAN 1 Lawang berjumlah 24 siswa. Hasil penelitian dan pengembangan asesmen kinerja menunjukkan tingkat kevalidan sebesar 3,79 dengan kriteria”valid” dan tingkat kepraktisan sebesar 3,65 dengan kriteria “tinggi”. Keterampilan metakognitif menunjukkan peningkatan sebesar 6,1% pada pertemuan akhir, dan hasil belajar kognitif meningkat hingga sebesar 91,67%. Untuk mendapatkan peningkatan keterampilan metakognitif yang signifikan diperlukan asesmen kinerja yang diterapkan dalam waktu yang lama dan dilakukan secara rutin. Kata Kunci: asesmen kinerja, keterampilan metakognitif, hasil belajar, inkuiri terbimbing ABSTRACT: Metacognitive skills is one of the 21st century skills that have an important role in the success of learning. Based on the results of interviews with biology teachers SMAN 1 Lawang note that there has been no assessment of metacognitive in biology. The development of metacognitive skills assessment and student achievement can be done by using performance assessment.Therefore, the purpose of this research to develop and test the feasibility of performance assessment in guided inquiry learning to improve metacognitive skills and student achievement in High School 1 Lawang on Kingdom Plantae chapter. The model of development used ADDIE model is which consists of five stages. Metacognitive skills measured by student self-reflection on each section of chapter. Research and development was tested for class X-MIA 7 SMAN 1 Lawang consisting 24 students. Results of research and development performance assessment shows the level of validity 3.79 with the criteria of "valid" and the level of practicality 3,65 with the criteria of “high”. Metacognitive skills showed an increase of 6.05% in the between of sub-chapter Spermatophyta-final exams, and student achievement increase 91,67%. To get significant increase of metacognitive skills needed apply performance assessment in long time and routinely. Keywords: metacognitive skills, student achievement, performance assessment, guided inquiry
Keterampilan metakognitif merupakan salah satu cara berpikir yang harus dimiliki seseorang untuk mengahadapi abad 21. penting bagi siswa untuk mengembangkan mental positif terkait dengan bagaimana cara belajar, pembatasan pembelajaran, dan sebagai petunjuk jika akan mengalami kegagalan (Saavedra dan Opfer, 2012), serta sebagai komponen sentral dalam proses self-regulating learning (Handel, dkk, 2013). Selama ini
guru hanya menekankan penilaian keberhasilan belajar siswa dari produk, sementara proses belajar, seperti keterampilan metakognitif siswa, belum banyak diperhatikan. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Arifin (2013) menyatakan bahwa kebanyakan guru melakukan penilaian lebih menekankan pada hasil belajar, sedangkan proses belajar kurang diperhatikan bahkan cenderung diabaikan. Padahal, proses belajar sangat menentukan hasil belajar. Hasil wawancara pada 12 dan 13 Nopember 2015 terhadap empat guru biologi di SMAN 1 Lawang diketahui bahwa guru biologi tersebut belum memahami secara jelas definisi dari keterampilan metakognitif dan belum mengetahui teknik penilaiannya. salah seorang dari guru biologi tersebut menyatakan bahwa pada dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap proses kognitifnya sendiri (pengetahuan metakognitif) namun belum bisa mengatur atau mengendalikan diri terhadap proses kognitif dirinya sendiri (keterampilan metakognitif). Penilaian keterampilan metakognitif siswa merupakan bentuk penghargaan atas proses belajar siswa. Namun bukan berarti penilaian hasil belajar tidak perlu dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman berkarya (Sudjana, 2014). Hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang dengan mudah dapat diamati guru. Pengembangan dan penilaian keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen kinerja, yang merupakan satu cara mengajar dan belajar yang melibatkan sekaligus proses serta produk (Sunarmi dan Prasetyo, 2003). Omidi dan Sridhar (2012) melaporkan hasil penelitiannya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari asesmen kinerja terhadap semua dimensi dari keterampilan metakognitif, jelasnya asesmen kinerja memiliki dampak positif terhadap keterampilan metakognitif siswa. Asesmen kinerja yang telah ada perlu dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa. Salah satu bentuk asesmen kinerja adalah portofolio (Suwono, 2012; Popham, 2006; Arifin, 2013; Hamid, 2011; Sukardi, 2010). Untuk mengembangkan asesmen kinerja yang merupakan alat untuk melakukan penilaian dan selanjutnya dapat dijadikan dasar evaluasi pembelajaran, maka diperlukan metode dan model pembelajaran yang mendukung. Tujuan, metode, dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan secara konsisten, terus menerus, dan serasi, disebut dengan Tiga Mata Jangkar Pengajaran (Sunarmi dan Prasetyo, 2003). Diperlukan metode dan model pembelajaran yang tepat untuk mendukung pengembangan asesmen kinerja yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa. Llewellyn (2013) dalam bukunya menjelaskan bahwa mengembangkan sebuah budaya kelas inkuiri dan berargumentasi memberikan kesempatan yang baik bagi guru untuk melibatkan siswa dalam penalaran ilmiah, pengambilan keputusan, dan refleksisemua itu merupakan aspek metakognitif. Salah satu materi biologi yang membutuhkan eksplorasi fenomena alam adalah klasifikasi tumbuhan (Kingdom Plantae). Eksplorasi keanekaragaman tumbuhan di Indonesia yang dilaksanakan dalam pembelajaran penting untuk dilakukan, karena Indonesia yang dikenal sebagai megabiodiversity country dengan ±28.000 jenis tumbuhtumbuhan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2013). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penelitian dan pengembangan yang berjudul “Pengembangan Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognitif dan
Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Lawang pada Materi Kingdom Plantae” penting untuk dilakukan. METODE Penelitian dan pengembangan ini dirancang untuk pembelajaran materi Kingdom Plantae kelas X semester gasal. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap yaitu Analysis (analisis), Design (perancangan), Develop (pengembangan), Implement (penerapan), dan Evaluate (penilaian) (Branch, 2009). Tiap tahap terdiri atas beberapa tahapan yang dipaparkan dalam prosedur penelitian dan pengembangan. Desain uji coba pada penelitian dan pengembangan ini dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan, meliputi (1) uji kevalidan oleh ahli materi, (2) uji kevalidan oleh ahli asesmen, (3) uji kevalidan oleh praktisi lapangan, (4) uji penggunaan pada kelompok kecil. Setelah mendapatkan produk yang valid berdasarkan hasil validasi ahli materi, asesmen dan praktisi lapangan, selanjutnya diuji coba pada sasaran pengguna, yaitu siswa kelas X MIA-7 SMAN 1 Lawang yang terdiri dari 24 siswa sebagai uji keefektifan dan kepraktisan. HASIL DAN ANALISIS Asesmen kinerja yang dikembangkan dilakukan uji kelayakan dengan uji kevalidan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan uji kepraktisan dan keefektifan. Hasil validasi oleh ahli asesmen menunjukkan bahwa kesebelas asesmen kinerja yang dikembangkan memiliki kriteria validitas “valid”, namun perlu sedikit revisi. Hasil validasi oleh praktisi lapangan menunjukkan bahwa delapan asesmen kinerja yang dikembangkan mendapat kriteria valid sedikit revisi, dan tiga asesmen kinerja mendapat kriteria sangat valid tidak perlu revisi. Rerata hasil analisis data kevalidan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) mendapatkan kriteria “cukup valid”, sehingga perlu direvisi sebagian. Tabel 1. Rerata Hasil Analisis Data Kevalidan
3,88 3,79
Kriteria Kevalidan Valid Valid
Sedikit Revisi Sedikit Revisi
Σ Vα = 7,67 ̅̅̅̅ 3,84
Valid
Sedikit Revisi
No.
Validator
Vα
1. 2.
Ahli Asesmen Praktisi Lapangan
Keterangan
Vα: Tingkat kevalidan
Hasil analisis data angket respon guru menunjukkan bahwa tingkat kepraktisan asesmen kinerja sebesar 3,65 dengan kriteria kepraktisan “Tinggi tidak perlu uji coba lagi”. Rerata hasil analisis data dari angket respon siswa dan respon guru, dapat dilihat pada Tabel 2, menunjukkan asesmen kinerja yang dikembangkan telah praktis sehingga bisa digunakan.
Tabel 2. Rerata Hasil Analisis Data Kepraktisan Subjek yang Mengisi Angket Respon Guru Siswa
No. 1. 2.
IO
Kriteria Kepraktisan
Keterangan
3,65 3,31
Tinggi Tinggi
Tidak perlu uji coba lagi Tidak perlu uji coba lagi
ΣIO= 6,96 ̅̅̅ 3,48
Tinggi
Tidak perlu uji coba lagi
IO: Tingkat Kepraktisan
Hasil rerata keterampilan metakognitif menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif pada pertemuan pertemuan pertama ke pertemuan kedua mengalami penurunan sebesar 4,6%, dari pertemuan kedua ke pertemuan keempat mengalami penurunan sebesar 9,4%, sedangkan dari pertemuan keempat ke pertemuan kelima mengalami peningkatan 6,1%. Fluktuasi keterampilan metakognitif pada tiap pertemuan dapat dilihat pada Gambar 1. Keterampilan metakognitif yang diukur dari refleksi diri pada penelitian ini terdiri dari lima indikator dan memiliki persentase yang berbeda, dapat dilihat pada Tabel 3.
900 800
700 600 500 400 300 200 100 0 Tumbuhan Lumut
Tumbuhan Paku
Tumbuhan Berbiji
Tes Lisan
Gambar 1. Keterampilan Metakognitif pada Tiap Sub Bab Kingdom Plantae Tabel 3. Hasil Analisis Data Keterampilan Metakognitif Tiap Indikator Indikator Penilaian Keterampilan Metakognitif A. Mengungkapkan usaha/strategi untuk meningkatkan proses dan hasil belajarnya B. Mengungkapkan kelemahan dan kelebihan dari strategi yang digunakan dalam memperoleh pemahaman C. Menentukan target nilai dengan jelas
Nilai pada Sub-bab Tumbuhan Lumut
Nilai pada Sub-bab Tumbuhan Paku
Nilai pada Sub-bab Tumbuhan Berbiji
236
204
176
188
160
92
72
Nilai pada Tes Lisan
Σ Nilai
Rerata Nilai (%)
188
804
26,8
140
152
640
21,3
56
86
306
10,2
D. Mengungkapkan materi yang telah dipahami atau tidak dipahami E. Membuat perencanaan dan pengorganisasian kegiatan belajar berikutnya Total Nilai
180
176
128
160
644
21,5
156
165
144
141
606
20,2
852
777
644
727
3000
100
Tingkat keefektifan asesmen kinerja dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa diukur dari hasil tes lisan, karena tes lisan merupakan tes final pada bab Kingdom Plantae yang dinilai menggunakan rubrik, sehingga tingkat keefektifan dari asesmen kinerja sebesar 91,67% dengan kriteria “Sangat Tinggi”. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran biologi di SMAN 1 Lawang yaitu 75.
Jumlah Siswa yang Mengalami Peningkatan Hasil Belajar
25 20 15 10 5 0 Tes 1 ke Tes 2
Tes 2 ke Tes 3
Tes 3 ke Tes 4
Keterangan: Tes 1: Post-Test Sub-bab Tumbuhan Lumut Tes 2: Post-Test Sub-bab Tumbuhan Paku Tes 3: Tes Klasifikasi Tumbuhan Tes 4: Tes Lisan Gambar 2. Diagram Jumlah Siswa yang Mengalami Peningkatan Hasil Belajar Kognitif.
Rerata hasil belajar psikomotor siswa 100% di atas KKM, dengan nilai rerata 86,4. Rerata hasil belajar afektif siswa 100% di atas KKM, dengan nilai rerata 84,1, dapat dilihat pada Gambar 3.
100 90 80
Rerata Nilai
70 60
50
Psikomotor
40
Afektif
30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Nomor Presensi Siswa
Gambar 3. Rerata hasil belajar Psikomotor dan Afektif
PEMBAHASAN Asesmen kinerja yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan salah satu usaha dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di sekolah-khususnya di SMAN 1 Lawang pada mata pelajaran biologi-mengenai asesmen untuk keterampilan metakognitif, yang merupakan salah satu keterampilan abad-21, dan asesmen hasil belajar. Asesmen kinerja yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi oleh guru terdiri dari lembar observasi praktikum, diskusi kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Lembar observasi tersebut juga dimodifikasi untuk dijadikan self-assessment bagi siswa. Selain itu, dalam penelitian ini juga dikembangkan asesmen untuk laporan praktikum, poster dan portofolio. Semua asesmen kinerja yang dikembangkan dalam bentuk rubrik. Observasi merupakan sebuah asesmen terhadap pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan abad-21. Asesmen tersebut dapat berupa anekdot atau yang dapat dikombinasikan dengan checklist atau rubrik sesuai dengan standar yang dipilih (Greenstein, 2012). Lebih lanjut, melalui self-assessment atau peer-assessment, siswa dapat menggunakan rubrik sebagai acuan untuk menilai pekerjaannya sampai selesai pada hari itu dan digunakan pula untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam pembelajaran (Alberta Education, 2008), sehingga dengan adanya self-assessment diharapkan dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa. Asesmen kinerja pda penelitian ini dikembangkan menggunakan model pengembangan ADDIE, yang terdiri dari lima tahap yaitu analisis, perancangan, pengembangan, penerapan, dan penilaian. Tahap analisis dan perancangan dilakukan sebelum uji coba asesmen kinerja, sedangkan tahap pengembangan, penerapan, dan penilaian pada saat uji coba serta setelah uji coba. Deskripsi dari tahap analisis dan
perancangan dapat dilihat pada Bab III. Hasil tahap pengembangan, penerapan, dan penilaian dijelaskan lebih rinci sebagai berikut. 1. Tahap Pengembangan Semua asesmen kinerja divalidasi oleh ahli asesmen dan praktisi lapangan. Instrumen asesmen harus dapat mengumpulkan data yang relevan dan menyampaikan informasi yang konsisten, informatif, reliabel, dan valid untuk semua siswa (Doran,dkk, 1998). Asesmen kinerja yang dikembangkan telah divalidasi oleh ahli asesmen dan praktisi lapangan dengan nilai validasi 3,84 dan selanjutnya diperbaiki berdasarkan hasil validasi, saran dan komentar dari validator. Selain asesmen kinerja yang divalidasi, Lembar Kerja Siswa (LKS) tiap sub-bab Kingdom Plantae yang digunakan dalam pembelajaran juga divalidasi oleh ahli materi. Doran, dkk (1998) menyatakan bahwa dalam pengembangan asesmen harus divalidasi oleh ahli materi terkait dengan mendapatkan skor mendekati sempurna. Hasil validasi oleh ahli materi terhadap LKS tiap sub-bab Kingdom Plantae sebesar 3,125 dengan kriteria “cukup valid”, karena LKS masih belum mendaptan kriteria valid perlu dilakuakn revisi berdasarkan saran dan komentar dari ahli materi. 2. Tahap Penerapan Pada tahap ini diterapkan asesmen kinerja yang telah divalidasi oleh ahli asesmen dan praktisi lapangan, serta diterapkan LKS tiap sub-bab Kingdom Plantae yang telah divalidasi oleh ahli materi pada sasaran pengguna yaitu siswa kelas X MIA-7 dan guru biologi SMAN 1 Lawang. 3. Tahap Penilaian Hasil dari tahap ini adalah tingkat kepraktisan dan keefektifan dari asesmen kinerja yang dikembangkan. Hasil tersebut didapatkan dari analisis data angket respon guru dan siswa terhadap asesmen kinerja yang dikembangkan. Masing-masing hasil tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Uji Kepraktisan Analisis data dari angket respon guru menunjukkan tingkat kepraktisan asesmen kinerja sebesar 3,65 dengan kriteria kepraktisan “Tinggi” sehingga tidak perlu uji coba lagi. Analisis data dari angket respon siswa menunjukkan tingkat kepraktisan asesmen kinerja sebesar 3,31 dengan kriteria kepraktisan “Tinggi” sehingga tidak perlu uji coba lagi. Salah satu kriteria asesmen kinerja dapat dikatakan berkualitas jika memiliki kepraktisan. Asesmen kinerja dikatakan praktis jika mudah untuk diadministrasi dan efisien dalam waktu maupun biaya (Brown dan Shavelson, 1996). Pada penelitian ini tingkat kepraktisan masih diukur salah satunya dalam aspek kemudahan untuk diadministrasi.
b. Uji Keefektifan Uji keefektifan dilakukan untuk mengukur seberapa efektif asesmen kinerja yang dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa. Hasil uji keefektifan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut. 1.) Keterampilan Metakognitif Keterampilan metakognitif diukur menggunakan rubrik penilaian keterampilan metakognitif dari refleksi diri siswa pada tiap sub-bab materi Kingdom Plantae yang menjadi dokumen portofolio. Hasil analisis data menunjukkan keterampilan metakognitif siswa menurun sebesar 4,6% dari pertemuan sub-bab tumbuhan lumut ke pertemuan kedua sub-bab tumbuhan paku, menurun sebesar 9,4% dari pertemuan kedua sub-bab tumbuhan paku ke pertemuan ketiga sub-bab tumbuhan berbiji, dan meningkat sebesar 6,1% dari pertemuan keempat sub-bab tumbuhan berbiji ke pertemuan untuk tes lisan/presentasi oral materi Kingdom Plantae. Keterampilan metakognitif meningkat walaupun hanya sedikit dapat disebabkan karena adanya self performance assessment dan refleksi diri siswa pada Portofolio. Melalui self-assessment atau peer-assessment, siswa dapat menggunakan rubrik sebagai acuan untuk menilai pekerjaannya sampai selesai pada hari itu dan digunakan pula untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam pembelajaran (Alberta Education, 2008), sehingga dengan adanya self-assessment dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa. Lebih lanjut, refleksi diri merupakan salah satu asesmen dalam mengakses keterampilan abad-21 yang penting bagi keterampilan jangka panjang (lifelong skills). Elemen yang esensial dalam refleksi diri tersebut mencakup kesempatan untuk meninjau pembelajaran, mengidentifikasi kesulitan belajar, menunjukkan bukti hasil belajar, mengevaluasi kemajuan belajar, dan menjelaskan rencana selanjutnya untuk meningkatkan hasil belajar (Greenstein, 2012). Hasil uji keefektifan juga menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif meningkat pada akhir pertemuan. Keterampilan metakognitif merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi, dibutuhkan waktu untuk meningkatkan keterampilan ini. Hasil ini sesuai dengan Special Education Support Service (2009) menyatakan bahwa meningkatkan keterampilan metakognitif bukan seperti sebuah “peluru ajaib” yang dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapi siswa dalam sistem pendidikan, bukan pula perbaikan yang membutuhkan waktu cepat/singkat. Membantu siswa untuk lebih menyadari metakognitifnya membutuhkan proses yang lama. 2.) Hasil Belajar Hasil analisis data hasil belajar menunjukkan bahwa 14 siswa (58,3%) mengalami peningkatan hasil belajar pada tes ke-2 dibandingkan dengan hasil tes ke-1, 20 siswa (83,33%) mengalami peningkatan hasil belajar pada tes ke-3 dibandingkan dengan hasil tes ke-2, dan 22 siswa (91,67%) mengalami peningkatan hasil belajar pada tes ke-4 dibandingkan dengan hasil tes ke-3, sedangkan untuk hasil belajar psikomotor dan afektif memiliki tingkat keefektifan yang sangat tinggi karena 100% siswa mendapatkan nilai di atas KKM (KKM=75). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja yang
dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Pengembangan asesmen kinerja dapat meningkatkan keterampilan hasil belajar, dapat disebabkan oleh hampir semua kegiatan siswa diakses dalam asesmen kinerja. Self performance assessment yang merupakan salah satu asesmen kinerja yang dikembangkan dalam penelitian ini kemungkinan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui selfassessment atau peer-assessment, siswa dapat menggunakan rubrik sebagai acuan untuk menilai pekerjaannya sampai selesai pada hari itu dan digunakan pula untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam pembelajaran (Alberta Education, 2008). Jika melalui self performance assessment mampu membantu siswa dalam merencanakan langkah belajar selanjutnya, maka siswa akan selalu memperbaiki proses belajarnya untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Asesmen kinerja yang dikembangkan telah dilakukan uji kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan asesmen kinerja yaitu mengembangkan asesmen kinerja selain dalam bentuk observasi, seperti dalam bentuk pertanyaan analitis mengenai kegiatan praktikum/percobaan, sehingga mudah untuk menilainya. Uji kelayakan asesmen kinerja yang dikembangkan dilengkapi dengan uji kepraktisan dari segi biaya dan uji reliabilitas asesmen. Untuk mendapatkan peningkatan keterampilan metakognitif yang signifikan diperlukan asesmen kinerja yang diterapkan dalam waktu yang lama dan dilakukan secara rutin. DAFTAR RUJUKAN Alberta Education. 2008. Assessment in Mathematics. (Online), (http://www.learnalberta.ca/content/mesc/html/copyright.html),diakses 22 Mei 2016 Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Branch, R.M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. New York: Springer Brown, J.H. and Shavelson, R.J. 1996. Assessing Hands-On Science. USA:Corwin Press, Inc Doran, R., Chan, F., Tamir, P. 1998. Assessment. Virginia: NSTA Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills. USA: Corwin Press, Inc Hamid, M.S. 2011. Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Yogyakarta: Diva Press Handel, M., Artelt, C., Weinert, S. 2013. Assessing Metacognitive Knowledge: Development and Evaluation of a Test Instrument. Journal for Educational Research. (Online), (www.j-e-r-o.com/index.php/jero/article /viewFile/365/172) Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Hari Keanekaragaman Hayati-22 Mei 2013. (Online), (http://www.menlh.go.id/hari-keanekaragaman-hayati-22-mei-2013/), diakses 15 Juni 2016 Llewellyn, D. 2013. Teaching High School Science Through Inquiry and Argumentation. USA: Corwin A SAGE Company Omidi, M. dan Sridhar, Y.N. 2012. Effectiveness of Performance Assessment on Metacognitive Skills. Journal of Education and Practice, 3 (10)
Popham, W.J. 2006. Assessment for Education. USA: Pearson Education, Inc Saavedra, A.R dan Opfer, V.D. 2012. Teaching and Learning 21st Century Skills: Lessons from the Learning Sciences. Rand Corporation. (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=r ja&uact=8&ved=0CB8QFjABahUKEwjEucGGiPjIAhXKG5QKHRFEAgY&url=h ttp%3A%2F%2Fasiasociety.org%2Ffiles%2Frand1012report.pdf&usg=AFQjCNEwMHXe_734_qp6MFHJSkM2pmoiLw&sig2=Ve8 68XrBL5MaLC3yDH_sgg), diakses5 November 2015 Special Education Support Service. 2009. Metacognition for the classroom and beyond: Differentiation and support for learners. (Online), (www.sess.ie/sites/all/modules/.../tiny.../SESS_Metacognition_Resource_V1.pdf), diakses 23 Mei 2016 Sudjana, N. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara Sunarmi dan Prasetyo, T.I. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Malang: Dikti Suwono, H. 2012. Penilaian Hasil Belajar IPA. Malang: Bayumedia Publishing