Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA Wiwit Yuni Kurniawati IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Email :
[email protected] Abstrak. KTSP adalah kurikulum yang mengharapkan guru sebagai pendidik lebih sebagai fasilitator dalam meningkatkan pengetahuan peserta didik. Proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi siswa juga aktif di dalamnya. Salah satu strategi pembelajaran yang secara aktif melibatkan siswa belajar konstruktivisme oriented. Konstruktivisme menempatkan siswa dalam peran utama dalam proses pembelajaran (student centered). Secara umum, konsep-konsep yang terkandung dalam bahan ikatan kimia merupakan bentuk konsep-konsep abstrak dan dilambangkan dengan simbol dalam penjelasan materi. Desain penelitian ini yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan dengan model 4-D dari perkembangan draft Thiagarajan. Model ini terdiri dari empat tahap perkembangan yang menentukan, merancang, mengembangkan, dan menyebarluaskan. Pada tahap mendefinisikan terdiri dari analisis awal, analisis siswa, tugas dan konsep. Pada tahap desain adalah untuk merancang kegiatan yang dilakukan dalam bentuk media perangkat pembelajaran alat peraga dan lembar kerja. Validasi produk dan diuji pada siswa untuk melihat kepraktisan dan efektivitas produk. Percobaan terdiri dari dua tahap, yaitu uji coba kelompok terbatas dan Uji Coba pada pembelajaran yang sebenarnya . Pengujian dilakukan di SMAN 5 dan 10 Jambi dan kelas X dan kelas XI. Tingkat kepraktisan alat peraga dilihat dari pengamatan yang dilakukan oleh dua pengamat, sedangkan efektivitas media yang dikembangkan dilihat dari hasil dan respon belajar siswa. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Berdasarkan penilaian dari penilai, alat peraga dan lembar yang dikembangkan ditunjuk valid dan layak untuk diuji. Dalam pelaksanaan tes berdasarkan pengamatan aktivitas siswa, alat bantu mengajar dan lembar kerja dinyatakan praktis dan mendapat respon positif dari siswa. Berdasarkan hasil belajar siswa pada umumnya, tingkat kelengkapan 92%, maka dapat dinyatakan bahwa alat peraga dan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari analisis data di atas dalam pengembangan alat peraga dan LKS untuk mempelajari ikatan kimia dinyatakan valid dan dapat digunakan oleh siswa sebagai kegiatan independen untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci. Media, LKS, Alat peraga ikatan Kimia
PENDAHULUAN KTSP sebagai kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi mendorong proses pendidikan tidak hanya terfokus pada pengembangan intelektual saja, akan tetapi juga pembentukan sikap dan keterampilan secara seimbang yang dapat direfleksikan dalam kehidupan nyata. Dalam memenuhi tuntutan KTSP yang mengharapkan guru banyak berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan supaya interaksi antara
pendidik dan peserta didik dapat efektif dan bermakna. Kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penciptaan makna secara kontekstual apabila siswa dapat menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru tetapi siswa juga aktif di dalamnya. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran yang berorientasikan pada konstruktivisme. Belajar menurut teori konstruktivisme
Semirata 2013 FMIPA Unila |439
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
bukanlah sekedar menghafal tetapi, proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ‖pemberian‖ dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. (1) Implementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa komponen penting. Menurut Benny dalam Trianto (2) diantaranya adalah (1) Belajar aktif (active learning), (2) Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional, (3) Siswa harus dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya, (4) Siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari, (5) Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan, (6) Guru harus dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses belajar. Konstruktivisme menempatkan siswa pada peranan utama dalam proses pembelajaran (student centered). Peranan guru hanya bersifat fasilitator dan memiliki kewajiban dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu berinovasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Maka perangkat pembelajaran harus dikonstruksi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan siswa dalam belajar. Siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkannya, menganalisis dan merangkumnya sebagai pengertian yang utuh. Proses pembelajaran akan lebih efektif lagi bila memanfaatkan alat bantu belajar dengan tujuan siswa dapat lebih mudah mempelajari uraian materi yang disajikan. Berdasarkan hal di atas kegiatan pembelajaran kimia seharusnya ditekankan pada kegiatan yang melatih kemampuan 440|Semirata 2013 FMIPA Unila
berfikir siswa melalui percobaanpercobaan. Bagi seorang guru sangat penting untuk menciptakan situasi belajar dan membantu siswa membangun pengetahuannya. Guru perlu memberikan kebebasan siswa menemukan cara yang paling menyenangkan dalam pemecahan persoalan. Selain menggunakan perangkat pembelajaran yang tepat, media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Salah satu perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran konstruktivistik adalah media belajar. Tujuan utama media belajar adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan belajar secara optimal. Pembelajaran Ikatan Kimia selama ini lebih banyak difokuskan pada pengenalan konsep dasar, pengenalan persamaanpersamaan dasar, batasan berlakunya suatu persamaan, dan arti fisik suatu persamaan. Pada umumnya konsep-konsep yang terdapat pada ikatan kimia adalah berupa konsep-konsep yang abstrak dan dilambangkan dengan simbol dalam penjelasan materinya. Hal ini akan menyulitkan siswa dalam memahami konsep ikatan kimia itu sendiri apabila guru hanya memberikan penjelasan secara monoton. Metoda yang umumnya digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar pada konsep tersebut adalah ceramah atau pembelajaran klasikal. Pembelajaran klasikal atau pembelajaran yang diberikan secara masal, ataupun kepada suatu kelompok besar sangat efektif untuk menyampaikan informasi. Dengan mengutarakan masalah sekali saja, masalah tersebut dapat sampai kepada banyak pendengar. Tetapi walau demikian guru harus mempertimbangkan seberapa banyak siswa paham dengan apa yang mereka dengar. Permasalahan yang datang ketika guru menjelaskan konsep bentuk molekul dengan metoda ceramah dan hanya menggunakan papan tulis sebagai media
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
untuk menggambar bentuk molekul secara satu dimensi ternyata banyak siswa yang belum mampu memahami bentuk molekul tersebut secara tiga dimensi. Contoh permasalahan tersebut adalah siswa tidak dapat membedakan bentuk molekul segi tiga planar dengan segi tiga piramida, karena dalam gambar satu dimensi bentuk molekul segitiga planar dan segitiga pyramid sangat mirip apalagi jika guru yang menggambar tidak menguasai teknik menggambar tiga dimensi. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak, seharusnya guru menggunakan alat bantu belajar atau media yang dapat memberikan gambaran kongkrit kepada siswa sehingga belajar ikatan kimia bukan hanya sekedar menghafal tetapi lebih dari memahami konsep ikatan kimia secara menyeluruh. Berdasarkan pada pengamatan dibeberapa sekolah khususnya di daerah ketersediaan media belajar masih sangat terbatas. Media belajar yang tersedia disekolah biasanya molymod. Hanya saja molymod yang tersedia di sekolah-sekolah jumlahnya terbatas dan molymod yang ada belum dapat menggambarkan konsep utuh tentang ikatan kimia. Kemudian untuk mengukur kompetensi siswa setelah pembelajaran biasanya guru menggunakan LKS yang disediakan penerbit, dimana LKS yang ada belum dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia. Untuk materi yang sifatnya abstrak di dalam LKS hanya memuat kumpulan pertanyaan yang harus diselesaikan siswa. Jadi LKS yang ada belum ada kegiatan pembelajaran yang melatih kemampuan siswa berpikir kritis dan aktivitas siswa hanya sebatas mengerjakan soal yang telah tersedia. Bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga peserta didik dapat memahaminya dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut. Tersedianya perangkat pembelajaran merupakan faktor yang dapat menunjang
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Salah satu perangkat pembelajaran diantaranya adalah media pembelajaran. Media yang dapat membuka wawasan berpikir siswa sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah model. Model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya (3). Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dikembangkan pembelajaran kimia yang lebih bermutu agar dapat mengaktifkan siswa, sekaligus memantapkan konsep dan teori yang diberikan serta meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan suatu perlakuan dalam proses pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan ikatan kimia, maka diperlukan suatu media pembelajaran yang berorientasi konstruktivisme, dimana siswa dapat membangun pengalaman belajarnya dengan media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan dapat mendorong minat siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan apabila ada interaksi antara peserta didik dengan guru sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan untuk mengembangkan media pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivisme yang meliputi alat peraga dan LKS. Alat peraga adalah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari konsepkonsep ikatan kimia yang abstrak ke arah gambaran visualisasi konsep-konsep ikatan
Semirata 2013 FMIPA Unila |441
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
kimia menjadi lebih nyata dan mudah untuk dipelajari. Penggunaan alat peraga bertujuan agar proses belajar dapat berlangsung efektif dan dapat membantu siswa dalam memahami konsep ikatan kimia dalam bentuk visual sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran dapat mengurangi cara belajar siswa secara individu, sebaliknya memotivasi siswa untuk belajar secara kelompok dalam rangka menumbuhkan kreativitas, saling membantu dalam memahami materi sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai. Bagaimana supaya alat peraga yang dikembangkan peneliti dapat dipergunakan oleh siswa, maka peneliti juga mengembangkan LKS yang fungsinya memandu siswa dalam menggunakan alat peraga. Pengembangan alat peraga dan LKS ikatan kimia yang berorientasi konstruktivisme merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan pembelajaran ikatan kimia di sekolah menengah atas yang berbasis pada
aktivitas siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan (development research) dengan model pengembangan 4D rancangan Thiagarajan, semmel, dan Semmel (4). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu define, design,develop, dan disseminate Dapat dilihat pada gambar berikut. a. Define (Pendefinisian) Pada tahapan pendefinisian dilakukan kegiatan analisis. Proses analisis dalam penelitian ini dimulai dari menganalisis kebutuhan (need assessment). Nedd assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan (Wina Sanjaya, 2009). Proses mengidentifikasi kebutuhan akan adanya media adalah sebagai berikut:
GAMBAR Model Pengembangan 4D
442|Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
1) Analisis awal Tujuan dari analisis ini adalah untuk menetapkan arah dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan LKS dan alat peraga. Dalam melaksanakan analisis ini ditinjau dari aspek kurikulum SMA 2006 (KTSP). Menurut kurikulum SMA ilmu kimia berkembang berdasarkan hasil percobaan para ahli kimia untuk menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata, artinya dapat dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak, artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namun demikian, aspek kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus bersifat kasat mata, artinya kebenaran dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat dirumuskan atau diformulasikan. (5) Dalam mempelajari ilmu kimia beberapa materi harus dipelajari secara abstrak. Dalam hal ini terdapat pada pokok bahasan ikatan kimia. Pokok bahasan yang bersifat abstrak merupakan kesulitan untuk guru dan siswa. Bagaimana membayangkan bentuk atom yang ukurannya sangat kecil dan tidak dapat dilihat walaupun dengan mikroskop elektron. Bagaimana membayangkan proses terbentuknya sebuah molekul senyawa. Meskipun demikian, konsep ini harus dipelajari karena diperlukan untuk menentukan sifat fisik dan kimia dari atom tersebut. Dalam pembelajaran diperlukan sarana untuk membantu memberikan informasi tentang gambaran abstrak tersebut. Berdasarkan Silabus SMA dalam BSNP materi ini dipelajari di kelas X dengan kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk. Kelanjutan dari pokok bahasan ini juga terdapat di kelas XI dengan kompetensi dasar menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti
atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul. Berdasarkan pada standar kompetensi yang ada tersebut, maka pembelajaran ini diperlukan media yang dapat membantu siswa dalam mencapai standar kompetensi tersebut. Dipilihnya alat peraga bertujuan agar siswa dapat lebih memahami konsep ikatan kimia yang bersifat abstrak dalam bentuk visualisasi media. Alat peraga merupakan salah satu alternatif sarana pembelajaran yang dapat melibatkan siswa menjadi lebih aktif. Berdasarkan struktur isi, alat peraga ini dibuat untuk pembelajaran kelas X dan kelas XI, karena materi ikatan kimia merupakan prasyarat untuk materi pelajaran yang terdapat di kelas XI. Metode pembelajaran dan media yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dipilih agar dapat mendukung siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari. Penggunaan media pembelajaran perlu diikuti dengan kegiatan diskusi yang memungkinkan siswa berinteraksi untuk membangun pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan diskusi perlu difasilitasi dengan adanya media yang langsung bersentuhan dengan siswa yaitu alat peraga. Sebuah alat peraga akan dapat berfungsi dengan baik jika dilengkapi pendukungnya. Dalam kegiatan diskusi pendukung yang dianggap tepat adalah lembar kegiatan siswa. Dalam lembar kegiatan siswa perlu dilengkapi petunjuk penggunaan alat peraga yang dikembangkan, sehingga siswa akan lebih mudah melaksanakan kegiatan secara berkelompok. 2) Analisis Siswa Analisis siswa merupakan telaah yang meliputi tingkat perkembangan kognitif, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan siswa. Dari hasil analisis ini akan dijadikan kerangka acuan dalam mengembangkan alat peraga.
Semirata 2013 FMIPA Unila |443
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek adalah siswa SMA dengan tingkatan kognitif pada tahap operasional formal, karena pada masa ini pola berpikir anak sudah sistematik dan meliputi proses-proses yang kompleks. Pada masa ini siswa sudah bisa menggunakan logika yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya berpikir abstrak. Permasalahan dapat terjadi ketika guru menjelaskan konsep ikatan kimia dengan metode ceramah, maka akan terjadi kejenuhan pada siswa karena siswa belum mampu untuk berfikir secara kongkret tentang kebenaran adanya ikatan kimia dan bagaimana proses pembentukannya kalau hanya dijelaskan secara teoritis. Ketika guru hanya menggunakan papan tulis untuk menggambarkan bentuk molekul, ternyata banyak siswa yang belum mampu memahami bentuk molekul tersebut secara tiga dimensi, siswa tidak dapat membedakan bentuk molekul segitiga planar dan segitiga piramid, karena dalam gambar bentuk molekul ini sangat mirip apalagi jika guru yang menggambar tidak menguasai teknik menggambar tiga dimensi. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dalam pembelajaran kimia konsep ikatan kimia harus menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga dipilih karena pada dasarnya siswa kesulitan menghitung jumlah elektron valensi yang berperanan dalam ikatan kimia dan bagaimana proses penyebarannya menurut aturan lewis. Siswa juga merasakan kesulitan jika harus menghubungkan teori lewis kedalam bentuk molekul yang dihasilkannya. Kesulitan siswa makin bertambah ketika harus menghubungkan rumus penentuan bentuk molekul kemudian membayangkan dan mengapresiasikan suatu bentuk molekul yang sifatnya abstrak menjadi lebih nyata. 3) Analisis Tugas Analisis tugas merupakan pemahaman tugas dalam pembelajaran yang dilakukan 444|Semirata 2013 FMIPA Unila
untuk menidentifikasi pokok bahasan yang dipilih. Analisis tugas digunakan untuk merinci isi mata pelajaran dalam bentuk garis-garis besar isi pokok bahasan yang tertuang dalam Lembar Kegiatan Siswa sebagai perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan pada pada kurikulum konsep ikatan kimia dipelajari di kelas X dengan standar kompetensi memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia. Kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk. Pada kompetensi dasar tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikatorindikator yang harus dicapai siswa setelah mempelajari ikatan kimia adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan tendensi atom yang membentuk ikatan. 2. Menggambarkan pembentukan ikatan ion. 3. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen 4. Menggambarkan pembentukan ikatan kovalen berdasarkan struktur lewis. 5. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen 6. Menggambarkan pembentukan ikatan koordinasi. 7. Menggambarkan pembentukan ikatan logam. 8. Menjelaskan sifat-sifat fisik senyawa yang terbentuk. Adapun kelanjutan dari ikatan kimia adalah bentuk molekul yang dipelajari di kelas XI SMA pada standar kompetensi memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul dan sifat-sifat senyawa. Kompetensi dasar yang diharapkan adalah menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori domain elektron untuk meramalkan bentuk
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
molekul. Dari kompetensi dasar tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator yang harus dicapai siswa setelah mempelajari bentuk molekul adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi jumlah pasangan atom ikatan dan atom pusat. 2. Menentukan jumlah pasangan elektron bebas dalam suatu ikatan yang terbentuk 3. Menentukan jumlah pasangan elektron sunyi dalam suatu ikatan yang terbentuk 4. Menentukan bentuk ikatan kimia yang tidak memiliki elektron sunyi 5. Menentukan bentuk ikatan kimia yang memiliki elektron sunyi 6. Menentukan geometri molekul dengan teori VSEPR 4) Analisis Konsep Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan, sehingga membentuk peta konsep. Untuk ikatan kimia dapat dibuat peta konsepnya seperti pada gambar berikut: secara klasikal. Hal ini akan mengakibatkan kejenuhan dan kesulitan siswa untuk memahami konsep ikatan kimia. Berdasarkan hal ini peneliti mengembangkan suatu alat peraga yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Alat peraga yang dikembangkan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir abstrak siswa dengan bantuan visualisasi media. Alat peraga yang dikembangkan peneliti berupa visualisasi dari pembentukan ikatan kimia dan bentuk molekul yang dihasilkan dari ikatan kimia tersebut. Alat peraga yang dipilih merupakan konsep utuh yang menjelaskan mulai dari kestabilan unsur, proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, mengambarkan ikatan berdasarkan
teori lewis dan bentuk molekul yang mungkin dihasilkan dari proses pembentukan ikatan berdasarkan VSEPR. Berdasarkan pada silabus yang dikembangkan BSNP, alat peraga ini dapat digunakan untuk siswa SMA kelas X dan kelas XI serta tidak menutup kemungkinan media ini juga dapat digunakan untuk siswa kelas XII. Alat peraga yang dibuat menggunakan bahan baku kayu limbah yang dibentuk menyerupai bola-bola dan berbentuk lingkaran yang masing-masing membentuk model lambang atom, model elektron, model bentuk molekul. Adapun informasi yang dapat diberikan oleh alat peraga dalam pembelajaran ikatan kimia antara lain adalah : Peraga keadaan kestabilan Untuk mencapai keadaan stabil suatu atom cenderung membentuk konfigurasi seperti gas mulia dengan cara melepaskan elektron atau menerima elektron dari atom lain. Cara memperagakan keadaan kestabilan dengan menyusun bulatan yang menggambarkan elektron pada papan magnet yang menggambarkan orbital. Pencapaian kestabilan diperagakan dengan cara melepaskan atau menambahkan elektron pada kulit luarnya sehingga konfigurasinya menyerupai gas mulia. Langkah selanjutnya adalah membandingkan atom tersebut dengan konfigurasi gas mulia. Peragaan pembentukan ikatan ion Pembentukan ikatan ion diperagakan dengan cara menyusun konfigurasi elektron yang berperanan dalam ikatan ion pada papan magnet, kemudian dengan cara melepaskan elektron pada atom yang kelebihan elektron dan menyerahkannya pada atom yang kekurangan elektron sehingga konfigurasi gas mulia dari masing-masing atom yang terjadi serah terima elektron terpenuhi.
Semirata 2013 FMIPA Unila |445
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
Peragaan struktur lewis dalam pembentukan ikatan kimia Pada papan magnet diletakkan sedemikian rupa lambang atom yang bertindak sebagai atom pusat dan atom ikatan. Kemudian berdasarkan struktur lewis elektron valensi dari setiap atom dihitung dan disebarkan secara merata pada setiap atom yang berikatan. Peragaan Bentuk molekul Berdasarkan struktur lewis dapat diperkirakan bentuk geometri molekulnya. Bentuk geometri molekul dibedakan berdasarkan keberadaan elektron sunyi yang dapat diketahui dengan struktur lewis. Bentuk molekul diperagakan dengan cara memasangkan pengait antara atom pusat dengan atom ikatan. Atom pusat dalam media permainan edukatif digambarkan dengan bola-bola yang terdiri dari 2 lubang untuk bentuk linear, 3 lubang untuk segitiga planar, 4 lubang untuk tetrahedral, 5 lubang untuk trigonal piramida, dan 6 lubang untuk bentuk oktahedral. Alat peraga ini dirancang dengan tujuan meningkatkan aktivitas siswa, maka dalam operasionalnya media ini perlu dipandu dengan Lembar Kerja Siswa
menggunakan alat peraga dan LKS dilakukan secara berkelompok dengan tujuan agar terjalin komunikasi antar siswa dalam mendiskusikan materi yang dipelajarinya. LKS yang dirancang berorientasi pada siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga diharapkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberikan pengalaman belajar yang kreatif. Langkahlangkah dalam setiap kegiatan disusun secara sistematik dan sederhana sehingga siswa mudah untuk memahaminya dan dapat mengerjakan dengan baik. LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan alat peraga yang terdiri dari dua bagian. Pertama LKS ikatan kimia yang ditujukan kepada siswa kelas X SMA pada standar kompetensi memahami struktur atom. LKS kelas X yang dirancang terbatas pada satu kali pertemuan yaitu membahas tentang proses pembentukan ikatan ion, dan ikatan kovalen. Kedua LKS bentuk molekul yang ditujukan kepada siswa kelas kelas XI. LKS untuk kelas XI juga terbatas pada satu kali pertemuan yaitu untuk menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom sehingga dapat diperkirakan bentuk molekulnya.
.
2. Penyusunan LKS Menyusun draft LKS yang dikembangkan berisi beberapa hal, antara lain: a. Judul LKS yang menggambarkan materi yang akan dituangkan. b. Petunjuk Belajar (Guru / siswa) c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai setelah melakukan kegiatan. d. Informasi pendukung. e. Tugas-tugas dan langkah kerja. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan berupa LKS non eksperimen. LKS ini merupakan panduan bagi siswa dalam menggunakan alat peraga. Kegiatan pembelajaran dengan
446|Semirata 2013 FMIPA Unila
c. Develop (Pengembangan) Pada tahapan ini, dihasilkan prototipe sebagai realisasi hasil perancangan. Dalam pengembangan media, peneliti merangkum beberapa informasi yang berkenaan dengan media yang dihasilkan yaitu berupa modifikasi media visual tiga dimensi. Dalam pengembangan media, untuk membantu mencapai sasaran, maka media yang dibuat harus mendukung kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. LKS yang akan dikembangkan adalah berupa serangkaian kegiatan siswa tentang materi ikatan kimia yang dipelajari dengan melibatkan alat peraga. Berdasarkan petunjuk penyusunan LKS, maka LKS yang dikembangkan oleh peneliti berupa isian
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
yang diberikan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan pada petunjuk isian yang terdapat pada LKS tersebut. Hasil-hasil dari konstruksi ini kemudian diteliti kembali apakah teori-teori yang mendukung materi pada alat peraga dan LKS yang dikembangkan dapat memfasilitasi siswa belajar dalam mengkonstruksi pengetahuan siswa dalam materi ikatan kimia. Setelah prototipe dirancang kemudian dilakukan tahap berikut: 1. Validasi perangkat (alat peraga dan LKS) oleh para pakar diikuti dengan revisi. 2. Uji coba terbatas. 3. Uji coba lapangan (pembelajaran sebenarnya) Kegiatan validasi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli dan praktisi untuk mengisi lembar validasi yang telah disediakan dan diskusi sampai diperoleh produk yang layak digunakan di sekolah. Validasi produk, untuk mendapatkan pengakuan validasi dilakukan dengan melibatkan para praktisi yang ahli dalam bidangnya. Adapun pihak-pihak yang yang memberikan validasi, antara lain ahli substansi untuk isi dan materi, ahli media untuk konstruksi media, dan ahli dibidang desain pembelajaran. Setelah validasi dari para ahli diharapkan produk yang dihasilkan layak dan cocok untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran ikatan kimia. Hasil validasi dari para ahli digunakan untuk penyempurnaan produk yang akan dihasilkan. Penilaian ahli (validator) digunakan untuk menguji validasi perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Validasi perangkat yang dimaksud adalah validasi isi yang mencakup perangkat yang telah dikembangkan pada tahap perancangan, yaitu alat peraga dan lembar kegiatan siswa yang dilengkapi tes hasil belajar. Para validator memberikan
pendapat: perangkat layak digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau mungkin akan dirombak total. Sedangkan instrumen penilaian perangkat sebelumnya juga telah di validasi oleh validator yang ahli dalam penyusunan instrumen. Berdasarkan penilaian dari validator, maka dapat dikemukakan hasil penilaian umum sebagai berikut: 1) Alat peraga, dengan penilaian umum, dapat digunakan dengan revisi. 2) Lembar Kegiatan Siswa, dengan penilaian baik, dan dapat digunakan dengan revisi d. Disseminate (Penyebaran) Tahap disseminate belum dapat dilakukan karena pertimbangan waktu dan biaya. Peneliti tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil siswa melalui eksperimen pada sampel yang lebih luas, sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima dan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran ikatan kimia. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Uraian singkat tentang teknik analisis beserta kriteria yang menjadi acuan hasil analisis masing-masing jenis data adalah sebagai berikut: 1. Analisis data kevalidan Agar data yang diperoleh sahih dan handal, maka dilakukan pengujian terhadap produk yang dikembangkan dalam penelitian yaitu alat peraga dan LKS. Data pengembangan alat peraga dan LKS dikumpulkan dengan instrumen berbentuk angket validasi. Dari data yang terkumpul dilakukan analisis data. Teknik data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Data hasil penilaian kevalidan alat peraga dan LKS dari validator ditentukan berdasarkan rata-rata nilai indikator yang kemudian didapatkan rerata Semirata 2013 FMIPA Unila |447
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
nilai untuk setiap aspek. Rata-rata nilai hasil validasi dari semua validator untuk setiap indikator digunakan rumus sebagai berikut: n
Ii
V jI
ji
n V ji nilai validator ke j terhadap indikator ke i n banyaknya validator
Menentukan rerata nilai untuk setiap aspek dengan rumus sebagai berikut:
Iij j i
m
Ai rata-rata nilai untuk aspek ke-i I ij rerata untuk aspek ke-i indikator ke-j m banyaknya indikator dalam aspek ke-i Menentukan nilai Va atau nilai rerata total dari rerata nilai untuk semua aspek dengan rumus sebagai berikut: n
Va
A iI
i
n
Va nilai rerata total untuk semua aspek Ai rerata nilai untuk aspek ke-i
n banyaknya aspek Nilai Va atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan tingkat kevalidan alat peraga dan LKS sebagai berikut: 1 ≤ Va < 2 2 ≤ Va < 3 3 ≤ Va < 4 4 ≤ Va < 5 Va = 5
Percentage of Agreement
A B 100%1 A B
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi tinggi. B= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat lain dengan memberikan frekuensi rendah. Reliabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan alat peraga, dihitung dengan menggunakan rumus (Slavin, 1992:3):
m
Ai
Tabel 1. Kategori kepraktisan perangkat Pembelajaran Persentase (%) Kategori 86 – 100 Sangat Praktis 76 – 85 Praktis 60 – 75 Cukup praktis 55 – 59 Kurang praktis 0 – 54 Tidak praktis
tidak valid kurang valid cukup valid valid sangat valid
2. Analisis data kepraktisan produk. Proses analisis data keterlaksanaan perangkat pembelajaran adalah mencari rerata hasil pengamatan dua pengamat untuk setiap kriteria. Pengamat diminta untuk menilai sesuai dengan instrumen pengamatan yang diujicobakan. Rumus yang akan digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan menggunakan:
448|Semirata 2013 FMIPA Unila
Percentage of Agreement (R)
A X 100% A D
A = agreement D = disagreement R = Reliabilitas
3. Analisis data efektifitas produk. Data efektifitas produk diperoleh dari hasil tes akhir siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan LKS. Analisis data hasil tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar per siswa. Ketuntasan belajar siswa dihitung dengan menggunakan T K x100% T1 K = persentase ketuntasan belajar siswa T = Jumlah skor yang diperoleh siswa T1= Jumlah skor total
Dari persentase yang diperoleh dilakukan pengelompokan sesuai kriteria sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria efektivitas perangkat pembelajaran Persentase 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Kategori Sangat efektif efektif Cukup efektif Tidak efektif Sangat tidak efektif
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Standar ketuntasan belajar siswa digunakan patokan yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional, yaitu sebesar 65% p ≥ ,65 dan untuk ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85%. 4. Analisis data respon siswa Kuisioner dalam penelitian ini berbentuk terbuka, maka data yang diperoleh dari pemberian kuisioner dianalisis dengan menentukan banyaknya siswa yang memberi jawaban bernilai respon positif dan respon negatif untuk setiap kategori yang ditanyakan dalam kuisioner. Respon positif artinya siswa mendukung, merasa senang dan berminat terhadap komponen. Respon negatif bermakna sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi dan Analisis Pengembangan Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang berupa alat peraga dan LKS yang telah direvisi oleh para pakar sehingga layak digunakan dalam penelitian. Langkah-langkah dari tahap pengembangan adalah validasi perangkat pembelajaran, revisi dan uji coba perangkat pembelajaran. 1. Validasi media pembelajaran Media pembelajaran yang sudah dirancang dalam bentuk prototipe sebelum diujicobakan terlebih dahulu dikonsultasikan dan divalidasi oleh pakar. Validasi pakar dimaksudkan untuk menghasilkan media pembelajaran yang efektif dan dapat digunakan. Kegiatan validasi dilalui dalam dua tahapan revisi. media pembelajaran yang direvisi adalah alat peraga dan LKS. Pada validasi pertama diperoleh saran-saran dari validator untuk perbaikan (revisi 1). Hasil revisi 1 alat peraga dan LKS ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 3, Revisi 1 hasil validasi media pembelajaran
Media pembelajaran yang dikembangkan Sebelum revisi Sesudah revisi Alat peraga 1) Lambang atom 1) Lambang atom yang dibuat dari terbuat dari papan papan magnet magnet berbentuk berbentuk kotak lingkaran dengan dan tidak ada dilengkapi label label. yang dapat 2) Warna yang dibongkar pasang. digunakan kurang 2) bagus dan mudah arna lebih menarik terkelupas. kualitas yang 1) Ukuran alat bagus. peraga terlalu 3) besar kuran diperkecil 2 Lembar Kegiatan siswa i. Informasi yang 1) Informasi yang diberikan lebih diberikan terlalu jelas dan singkat dilengkapi sistem 2) Font yang periodik untuk digunakan Times membantu siswa New Roman. menentukan 3) Ruang yang elektron valensi disediakan untuk tiap unsur. menuliskan hasilii. Font yang kegiatan siswa tidak digunakan terdiri ada perbedaan warna dari dua jenis yaitu yang jelas. tahoma dan comic 4) Prosedur kerja sans MS untuk belum menuntun membedakan tiap siswa melakukan item. kegiatan dengan iii. Ruang hasil menggunakan kegiatan siswa media. terdapat perbedaan 5) Dari penggunaan warna. bahasa, masih iv. Prosedur kerja terdapat tata kalimat lebih sistematik yang belum dan menuntun mengikuti kaidah siswa dalam bahasa Indonesia menggunakan media. 5)Telah diperbaiki penggunaan kalimatnya. N o 1
Setelah peneliti melakukan perbaikanperbaikan berdasarkan saran validator, selanjutkan kembali diserahkan pada validator untuk dikonsultasikan lebih lanjut. Dalam kegiatan revisi 2 terdapat saran dan
Semirata 2013 FMIPA Unila |449
W
U
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
Tabel 4. Revisi 2 hasil validasi media pembelajaran Media pembelajaran yang dikembangkan Sebelum Sesudah revisi revisi 1) Alat peraga 1) Alat peraga sesuai dengan konsep yang dibuat ikatan kimia. belum sesuai 2) Bola-bola dibuat dengan mengikuti dengan konsep yang diajarkan. konsep 3) Ukuran dan warna telah diperbaiki dan ikatan kimia. dapat dibedakan. 2) Bola-bola yang dibuat belum mewakili konsep. 3) Ukuran dan warna bolabola tidak dapat membedakan atom-atom dan kemasan yang agak besar.
masukan dari validator sampai validator menyatakan media pembelajaran valid dan dapat diujicobakan. Hasil revisi 2 dapat disimpulkan sebagai berikut: Sesudah revisi 2 dilakukan, kemudian peneliti kembali menyerahkan media pembelajaran kepada validator untuk dikonsultasikan. Pengolahan data penilaian validasi media pembelajaran dengan menggunakan instrumen 1 secara ringkas disajikan pada lampiran A1. Hasil penilaian dari validator diperoleh Va= 4,455 kemudian dirujuk pada interval penentuan tingkat kevalidan adalah 4 ≤ Va < 5 , maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga mempunyai kategori Valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya. Hasil penilaian dari validator diperoleh Va= 4,29 kemudian dirujuk pada interval penentuan tingkat kevalidan adalah 4 ≤ Va < 5 , maka dapat disimpulkan bahwa LKS dikategorikan Valid dan dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya. 2. Uji kepraktisan alat peraga dan LKS
450|Semirata 2013 FMIPA Unila
Media pembelajaran yang telah direvisi, diuji cobakan untuk melihat kepraktisan media pembelajaran yang telah dikembangkan. Uji coba I dilakukan di SMAN 10 Jambi untuk kelas X dan SMAN 5 Jambi untuk kelas XII. Uji coba terbatas pada dua kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 siswa. Skenario pelaksanaan uji coba adalah uji awal (pretest), kegiatan pembelajaran, dan uji akhir (postest). Setelah uji akhir, siswa diminta untuk mengisi angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan. Dalam pelaksanaan uji coba ini, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam menggunakan alat peraga dan LKS yang dikerjakan. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat dengan mengisi lembar observasi. Uji kepraktisan alat peraga dilakukan melalui pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran ikatan kimia. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran ikatan kimia pada uji coba terbatas (Uji Coba I) dengan instrumen 3 secara ringkas disajikan pada tabel berikut: Tabel 5. Pengamatan aktivitas siswa kelas X dan Kelas XI pada uji coba kelompok terbatas Kelas Hasil Pengamatan Kategori Kelas X 87,5% Praktis Kelas XI 90 % Sangat Praktis
Berdasarkan tabel pada uji coba I menunjukkan aktivitas siswa melebihi 75%, sehingga dapat dikatakan bahwa alat peraga dan LKS pada kategori praktis. Hal ini berarti alat peraga dan LKS dapat digunakan siswa dalam pembelajaran secara kelompok. Pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang berorientasi konstruktivis dimana pembelajaran berpusat pada siswa. Setelah hasil uji coba I dianalisis dan melakukan sedikit revisi pada LKS, kemudian penelitian dilanjutkan pada uji coba sebenarnya (uji coba II). Hasil
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
pengamatan aktivitas siswa pada uji coba ini disajikan pada tabel berikut: Tabel 6. Pengamatan aktivitas siswa di SMAN 5 Jambi dan SMAN 10 Jambi Hasil pengamatan Kelas Kategori SMAN 5 SMAN Jambi 10 Jambi Kelas X 92,5 % 92,2 % Sangat praktis Kelas XI 93 % 92,3 % Sangat praktis
Tabel tersebut, menunjukkan skor ratarata tiap aspek pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia dengan alat peraga berkisar antara cukup baik dan baik. Uji coba yang dilakukan di kelas X pada SMAN 10 dan SMAN 5 menunjukkan persentase yang sama yaitu 92%. Artinya bahwa siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan alat peraga rata-rata memiliki kemampuan yang relatif sama. Sedangkan untuk kelas XI memiliki perbedaan yaitu lebih tinggi SMAN 5 Jambi. Hal ini menunjukkan aktivitas belajar siswa di SMA 5 lebih tinggi dari SMA 10 Jambi. Di kota Jambi menurut data dari Dinas Pendidikan Kota Jambi, SMAN 5 termasuk dalam standar akreditasi A. Dari keseluruhan uji coba yang dilakukan secara umum pembelajaran menunjukkan aktivitas siswa yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip teori konstruktivis yang menghendaki siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat peraga dan LKS dapat digunakan oleh siswa dengan kategori sangat praktis. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat, sehingga hasil pengamatan dapat
dipercaya dengan perhitungan reliabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen secara ringkas disajikan pada tabel 7, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 7 Reliabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran ikatan kimia dengan alat peraga dan LKS Pengamatan Reliabilitas terhadap SMAN 5 SMAN 10 Jambi Kelas X 93,7 % 94 % Kelas XI 93,5 % 94 %
Dari tabel di atas, rata-rata reliabilitas instrumen aktivitas siswa melebihi 75%, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen termasuk dalam kategori instrumen yang baik. Dengan demikian instrumen aktivitas siswa dapat digunakan pada penelitian berikutnya. 3. Uji Efektivitas alat peraga dan LKS Efektifitas alat peraga dan LKS diketahui dengan melakukan test hasil belajar siswa dan respon siswa .
a) Hasil Belajar siswa Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui pelaksanaan tes tertulis yaitu uji awal (U1), dan uji akhir (U2). Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diukur dari ketuntasan tujuan pembelajaran. Tes hasil belajar siswa pada uji coba I dan uji coba II disajikan pada tabel berikut:
Semirata 2013 FMIPA Unila |451
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
Tabel 8. Hasil belajar siswa ranah kognitif pada Uji Coba I No urut siswa
Kelas X U2 90 80 82 86 90 90 86 96 87,5
U1 68 68 60 76 70 70 60 70 67,75
1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
Ketuntasan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Kelas XII U2 Ketuntasan 100 Tuntas 85 Tuntas 70 Tuntas 90 Tuntas 80 Tuntas 90 Tuntas 85 Tuntas 85 Tuntas 85,63
U1 78 60 56 70 68 60 60 68 65
Berdasarkan pada tabel tersebut dinyatakan bahwa tes hasil belajar pada uji coba terbatas pada 2 kelompok semua siswa berhasil mencapai ketuntasan. Tabel 9. Hasil Belajar siswa ranah psikomotor Kelas X No. Urut siswa Skor Siswa
Kelas XI Kategori
Skor Siswa
Kategori
1
80
Baik
95
Amat baik
2
80
Baik
95
Amat baik
3
75
Baik
70
Cukup baik
4
80
Baik
80
Baik
5
90
Amat baik
70
Cukup baik
6
70
Cukup baik
80
Baik
7
60
Cukup
80
Baik
8
70
Cukup Baik
80
Baik
Rata-rata
75,63
81,25
Tabel 10. Hasil belajar siswa kelas X pada uji coba II NOMOR URUT SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SMAN 5 JAMBI
SMAN 10 JAMBI
U1
U2
KETUNTASAN
U1
U2
KETUNTASAN
60 60 80 78 68 50 50 60 50 60 80 85 50 50
80 90 90 80 80 65 70 80 60 80 95 90 70 75
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
75 70 70 50 50 70 50 80 40 40 50 60 60 75
90 90 75 70 70 85 75 90 60 50 75 80 75 80
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
452|Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
NOMOR URUT SISWA 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah Rata-rata
SMAN 5 JAMBI U1 60 40 78 60 78 40 60 70 70 70 60 70 50 68 68 70 60 80 40 60 60 80 60 70 50 50 62,57
U2 80 65 90 85 90 60 60 80 90 85 80 85 65 70 80 95 80 95 75 80 75 95 80 80 60 65 78,5
SMAN 10 JAMBI
KETUNTASAN
U1
U2
KETUNTASAN
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
60 50 50 70 40 65 65 60 40 35 60 60 80 70 60 75 60 70 70
80 65 70 95 60 80 85 85 80 60 80 75 80 85 70 90 80 80 85
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
60
77,27
Tabel 11. Tanggapan siswa tentang penggunaan LKS dalam pembelajaran No 1. 2. 3.
b)
Aspek Kejelasan urutan materi Kejelasan urutan kegiatan Kemudahan untuk dipahami
Komentar Urutan sudah baik sesuai dengan yang dipelajari. Cukup jelas
Saran Sudah cukup baik.
Mudah dipahami
Harus disesuaikan kemampuan siswa
Respon siswa Respon siswa terhadap media pembelajaran dibagi dalam 2 aspek yaitu respon terhadap alat peraga dan respon terhadap LKS. Untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
Perlu ditingkatkan lagi dengan
menggunakan alat peraga dan LKS, maka setelah selesai pembelajaran siswa diminta mengisi angket yakni instrumen respon siswa. Analisis respon siswa terhadap alat peraga dan LKS secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Semirata 2013 FMIPA Unila |453
Wiwit Yuni Kurniawati: Pengembangan Alat Peraga Dan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kimia SMA
Tabel 12. Tanggapan siswa tentang alat peraga No Aspek Komentar Saran 1. Peningkat Sangat menarik, Dibuat lebih an daya karena alat menarik lagi tarik dan peraga ini kreativitas menarik dan siswa jarang ada penjelasan yang disertai dengan media 2. Penyampa Dapat, karena Sering lakukan ian siswa dengan hal seperti ini mudah agar belajar memahami menjadi lebih materi yang menyenangkan diajarkan 3. Mengandu Ada, sesuai Tidak ada ng unsur dengan apa yang saran logika dipelajari 4. Nilai Unik, kreatif Tidak ada estetika saran 5. Interaksi Iya Tidak ada siswa saran
Data angket yang diberikan pada tabel di atas merupakan rangkuman dari komentar dan saran terbanyak responden yang terdiri dari 33 orang siswa kelas X SMAN 10 Jambi dan 46 orang siswa kelas XI SMAN 5 Jambi. Berdasarkan komentar dan saran yang diberikan oleh siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan alat peraga dan kemampuan siswa mengerjakan LKS dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa tertarik dan proses belajar lebih menyenangkan dengan terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran. Visualisasi dari alat peraga dapat membantu siswa memahami konsep ikatan kimia yang sifatnya abstrak, sehingga dapat meningkatkan kompetensinya. Secara umum siswa yang memberikan respon positif lebih dari 80 % dari subjek yang diteliti, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dan tertarik dengan adanya alat peraga ikatan kimia. Dalam mengerjakan LKS siswa sangat terbantu dengan adanya alat peraga. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dapat diterima oleh
454|Semirata 2013 FMIPA Unila
siswa dan layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran Kimia. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian pengembangan media pembelajaran Ikatan Kimia dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Prototipe media pembelajaran yang dihasilkan adalah alat peraga dan LKS yang dalam pengembangannya digunakan model 4-D. Selain pengembangan media pembelajaran, juga dihasilkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar validasi perangkat, lembar pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan LKS, angket respon siswa terhadap alat peraga dan LKS yang digunakan dalam pembelajaran ikatan kimia dan tes hasil belajar yang tercantum dalam LKS. 2. Hasil Pengembangan media pembelajaran yang dicapai yaitu valid berdasarkan penilaian ahli dengan sedikit revisi. 3. Hasil dari uji coba I dan uji coba II yang dicapai adalah: (1) praktis, karena semua aspek yang diamati terlaksana, (2) efektif karena ketuntasan klasikal telah tercapai dan respon siswa terhadap alat peraga dan LKS dalam kategori positif. Peranan guru pada saat uji coba terbatas tidak dominan. Guru hanya mengamati kelompok siswa yang melakukan kegiatan sambil memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menggunakan alat peraga dan LKS. Pada uji coba lapangan yang dilakukan di SMA Negeri 5 Jambi dan SMA Negeri 10 Jambi berjalan dengan lancar. Dari pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat dapat diperoleh hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan pada keantusiasan siswa terhadap alat peraga dan LKS. Implikasi dari penelitian pengembangan media pembelajaran ini diharapkan dapat
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
digeneralisasikan pada tahap penelitian selanjutnya dan akhirnya layak untuk dipergunakan di sekolah – sekolah menengah dalam pembelajaran yang materinya berkaitan dengan ikatan kimia. Media pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk jenjang selanjutnya yaitu kelas XII untuk membantu menjelaskan struktur molekul hidrokarbon. Dengan modifikasi dan desain yang lebih menarik, maka alat peraga ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk menjadi salah satu bagian dari alat peraga sekolah. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa media yang dikembangkan dalam penelitian ini sangat praktis dan efektif. Untuk itu peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahap diseeminate untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran ini terhadap kualitas belajar siswa pada skala yang lebih luas UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada rekan dosen Fakultas Tarbiyah yang telah banyak memberikan motivasi kepada peneliti, kemudian kepada kepala sekolah
SMA N 5 Kota Jambi dan SMA N 10 Kota jambi yang telah bersedia memberikan tempat kepada peneliti untuk uji coba alat peraga dan LKS, semoga hasil penelitian ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah. DAFTAR PUSTAKA Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana, 2008. Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007. Widodo, Chomsin S. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008. Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007. Nasional, Dinas Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), 2006.
Semirata 2013 FMIPA Unila |455