PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERCIRIKAN REACT
Gunyati, I Nengah Parta, dan Makbul Muksar Mahasiswa S2 Matematika Universitas Negeri Malang, Dosen Matematika Universitas Negeri Malang, Dosen Matematika Universitas Negeri Malang ABSTRACT: The purpose of this study was to generate student worksheets that are characterized by REACT to the material sequence of numbers on a class IX student of SMP Negeri 1 Blitar. Results of the validation performed by the validator indicates that the score was 3-4 at the interval that includes the valid category. While the effectiveness of the views of the students' work toward achievement test showed that 100% students have got a score above 65 and seen from the observation sheet.The done of student worksheet has a very high reliability. The development research REACT generate worksheets that characterized that consists of five components, namely: Relating, Experiencing, Applying, Cooperating and Transferring, used in the core stage, last stage and at the end of the test action. Students can use existing knowledge to new context or situations. Keywords: Student Worksheet, characterized by REACT, sequence of numbers.
Dalam pembelajaran mate-matika agar mudah dimengerti oleh peserta didik, dan tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Davidson dan Kroll (1991) mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Untuk itu, aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui pemahaman konsep dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain (Hartoyo, 2000:24). Dengan belajar kelompok siswa dilibatkan secara aktif dalam menemukan konsepkonsep, struktur-struktur, sampai pada rumus-rumus. Keterlibatan secara aktif tidak saja pada ketrampilan mengerjakan soal-soal sebagai aplikasi dari konsep yang telah dipelajari, melainkan juga diperlukan
pemahaman pada proses terbentuknya konsep-konsep. Konsep-konsep hendaknya tidak diajarkan melalui definisi- definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan yang melibatkan konsep-konsep tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Center for Occupational Research and Development (CORD) mengemukakan bahwa terdapat 5 langkah bagi guru dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat dengan REACT. Dimana masing-masing merupakan singkatan R dari relating (mengaitkan materi dengan pengetahuan baru), E dari experiencing (mengalami), A dari applying (menerapkan), C dari cooperating (bekerja sama), dan T dari transfering (mentransfer). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faisal 2005 dengan Strategi REACT pada pokok bahasan Volume Kubus dan Balok pada siswa Kelas I SMP Negeri 6 Malang, diperoleh rata-rata keak-
812
813, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
tifan siswa dalam kategori aktif. Selain itu diperoleh juga hasil pekerjaan siswa pada LKS rata-rata yang dikembangkan telah memiliki potensial efektif terhadap hasil belajar siswa, dimana di peroleh nilai ratarata siswa sebesar 71,51 kategori baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohati (2011) yang melakukan pengembangan bahan ajar dengan materi bangun ruang menggunakan strategi relating, exsperiencing, applying, cooperating, transfering pada siswa di sekolah menengah pertama. Dari hasil penilaian validator pada validasi empirik berupa tanggapan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran hasil pengembangan efektif digunakan dalam pembelajaran di kelas. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Anna Fauziah melalui Peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa SMP melalui strategi REACT menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematika dengan pembelajaran strategi REACT lebih baik dari pada siswa yang pembelajarannya secara konvensional dengan kualitas peningkatan sedang. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Abdul Jabar pada tahun 2010 bahwa strategi REACT dapat membangun pemahaman Trigonometri pada siswa kelas IX terbukti dengan hasil pengamatan selama pembelajaran, hasil tes akhir, dan hasil wawancara. Hasil pengamatan selama pembelajaran menunjukkan kategori baik. Hasil tes akhir menunjukkan bahwa kemampuan siswa sudah baik, yaitu tuntas secara klasikal (92,11% siswa memperoleh skor ≥ 75). Berdasar penelitian-penelitian di atas, peneliti mengembangkan Lembar Kerja Siswa dengan bercirikan REACT karena Strategi REACT adalah strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk dapat membantu mengembangkan
pemahaman siswa yang mendalam terhadap konsep-konsep fundamental yang didasarkan pada penelitian tentang bagaimana orang-orang belajar untuk mendapatkan pemahaman dan tentang pengamatan terhadap bagaimana para guru terbaik mengajar untuk mendapatkan pemahaman (Crawford, 2001: 2). METODE Jenis dan subyek penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengemba ngan yang menekankan pada pengembangan LKS yang bercirikan REACT. Populasi dalam uji coba ini adalah peserta didik kelas IXH SMP N 1 Blitar sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 12 siswa lakilaki dan 18 siwa perempuan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan LKS yang bercirikan REACT sebagai produk penelitian. Untuk mengembangkan produk, model penelitian yang digunakan adalah model pengembangan Tjeerd Plomp, dkk (2007:15). Prosedur pengembangan ini dapat digolongkan dalam tiga fase yaitu (1) preliminary research (tahap pengkajian awal). Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengkajian awal ini meliputi: Analisis kebutuhan dan konteks, kajian literatur, mengembangkan kerangka konseptual, dan teoritis untuk penelitian. (2) prototyping phase (tahap perancangan draf). Tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran dan instrumen. Pada tahap perancangan dilakukan penyusunan RPP, Lembar Kerja Siswa, dan instrumen. (3) assessment phase (tahap penilaian). Pada tahap ini dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan validasi, Kegiatan validasi isi dan konstruk dilakukan dengan memberikan perangkat validasi pada para ahli dan praktisi. Saran dari ahli dan praktisi tersebut digunakan sebagai landasan penyempurnaan atau revisi. Perangkat yang divalidasi adalah RPP, LKS dan tes
Gunyati, dkk, Pengembangan Lembar Kerja Siswa, 814
penguasaan materi. (2) melakukan uji coba lapangan perangkat pembelajaran hasil validasi. Uji coba dilakukan untuk mengukur kepraktisan dan keefektifan LKS melalui pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) melakukan pembelajaran: pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan masing-masing pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran sedangkan satu jam pelajaran selama 40 menit. (2) Observasi: Observasi dilakukan oleh dua orang observer pada tiap pertemuan (3) Memberikan tes: tes dilaksanakan pada tiap akhir pertemuan dan setelah selesai dilaksanakan pembelajaran yaitu pada pertemuan ke-4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa yang Bercirikan REACT Lembar kerja siswa yang bercirikan REACT diujicobakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua menentukan pola barisan bilangan sederhana, pertemuan ketiga untuk menentukan suku ke-n barisan aritmetika dan barisan geometri Pembelajaran pada setiap pertemuan secara umum terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Tahap awal adalah tahap untuk mempersiapkan siswa agar benarbenar siap untuk belajar. Menyiapkan siswa meliputi persiapan fisik dan persiapan mental. Persiapan fisik meliputi menyediakan semua sarana yang diperlukan dalam lembar kerja siswa, membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Sedangkan persiapan mental meliputi menyampaikan salam, menyampaikan indikator, memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari barisan bilangan, dan mengingatkan materi prasyarat yang harus dikuasai siswa.
Siswa yang telah siap belajar baik secara fisik maupun mental akan belajar lebih banyak daripada siswa yang tidak siap. Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar harus menyadari betapa pentingnya menimbulkan motivasi belajar dari peserta didik, sebab peserta yang memiliki motivasi belajar akan lebih siap daripada peserta didik yang tidak diberi motivasi belajar. Sementara menurut pandangan konstruktivis, seperti dikemukakan oleh Lochead (dalam Orthon, 1991:163), … that knowledge is not entity which can be simply transferred from those who have to those who don’t … knowledge is something which each individual learner must contruct for and by himself. Kutipan Lochead tersebut intinya menyatakan bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang dapat begitu saja ditransfer dari mereka yang telah memiliki pengetahuan kepada mereka yang belum memiliki pengetahuan, melainkan pengetahuan itu harus dikonstruksi (dibangun) untuk dan oleh siswa sendiri. Penggunaan LKS yang bercirikan REACT dengan diskusi bertujuan agar terjadi proses bimbingan yang dilakukan oleh siswa yang lebih mampu menyelesaikan masalah kepada siswa yang kurang mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno (1997) bahwa sangat penting artinya suatu interaksi sosial dengan orang lain yang mempunyai pengetahuan lebih baik. Saat bekerja dalam tahap inti siswa berada dalam kelompok yang terdiri dari 56 siswa. Belajar dengan menggunakan LKS yang bercirikan REACT dalam penelitian ini banyak memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa dapat saling berdiskusi untuk melakukan aktivitas dalam LKS, seperti ketika menyelesaikan persoalan yang memuat barisan bilangan. Masing-masing anggota kelompok saling memberi bantuan dan masukan dalam
815, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
meningkatkan pemahamanya tentang suatu konsep. Misalnya ketika mengaitkan tentang konsep kelipatan bilangan dengan pola bilangan, ada di antara anggota kelompok yang belum bisa menentukan pola suatu bilangan, maka anggota yang lain membantu. Anggota kelompok yang kurang mampu bertanya kepada anggota kelompok yang lebih mampu mengenai hal-hal yang belum dipahami. Sedangkan siswa yang lebih mampu bertambah pemahamanya melalui proses menjelaskan kepada anggota yang kurang mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky (1986) anak berada pada zona perkembangan proximal bahwa selain guru, teman sebaya yang lebih pintar juga akan memberikan bantuan kepada siswa yang mempunyai kemampuan dibawahnya. Secara umum, siswa tampak aktif dan antusias dalam melaksankan diskusi kelompok. Meskipun demikian ada siswa yang terlihat kurang mampu menyampaikan pendapatnya. Hal ini dikarenakan mereka belum terbiasa bekerja dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok siswa berpikir secara bersama-sama untuk menyelesaikan LKS. masing-masing siswa menyumbangkan pendapat mereka untuk mendaptakan konsep yang benar. Eggen Kauchack (2001) menyatakan bahwa
pemahaman siswa akan meningkat disebabkan interaksi dalam kelompok. Tidak jarang terjadi perdebatan di antara anggota kelompok yang mempertahankan pendapatnya namun begitu beberapa siswa yang belum memahami masalah di dalam LKS dapat bertanya pada teman atau guru. Guru berusaha memberikan bimbingan dan mengarahkan melalui pertanyaan yang dikembangakn sendiri oleh siswa. Tahap akhir adalah membuat kesimpulan hasil pembelajaran dan mengadakan pemantapan berupa latihan soal. Latihan soal dilakukan agar siswa tidak hanya dapat menemukan rumus (relating) tetapi juga dapat mengaplikasikan ke dalam soal (applying). Selanjutnya dilakukan tes akhir. Dari ketiga tahap pembelajaran tersebut didalamnya melibatkan 5 komponen REACT, yaitu mengaitkan/ menghubungkan (relating), mengalami (experiencing), mengaplikasikan (applying), bekerja sama (cooperating), dan mentransfer (transferring). Hasil Validasi LKS oleh Validator Aspek, indikator dan hasil validasi yang dilakukan oleh Validator terhadap LKS bercirikan REACT yang dikembangkan tertera pada tabel berikut.
Tabel 1 Aspek, indikator dan hasil validasi LKS oleh Validator Aspek Format
Isi
Bahasa dan
Indikator 1. Kejelasan pembagian materi 2. Kemenarikan 1. Isi sesuai dengan kurikulum dan RPP 2. Kebenaran konsep/materi 3. Kesesuaian urutan materi 4. Mengembangkan karakteristik REACT: Relating, Experiencing, Applying,Cooperating dan Transfering 1.Soal dirumuskan dengan bahasa yang sederhana dan tidak menimbulkan penafsiran ganda 1.Menggunakan istilah-istilah yang mudah
Validator Ke1 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
Rata-rata 3 3 3,5 3,5 3
4
4
4
4
3
3,5
3
3
3
Gunyati, dkk, Pengembangan Lembar Kerja Siswa, 816
Aspek
Indikator
Validator Ke1 2
Penulisa n
dipahami 1.Dirumuskan dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baku Rata-rata
3
3
3
3,3
3,2
3,27
Berdasarkan perhitungan terhadap hasil yang diperoleh para validator, maka LKS yang dikembangkan dikategorikan valid. Untuk penyempurnaan LKS, pengembang melakukan revisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh Validator terhadap LKS yang dikembangkan, yaitu pada komponen transfering halaman 6 pada kata salinlah pola tersebut dan lanjutkan tiga pola berikutnya sebaiknya diganti tentukan tiga pola berikutnya. Hasil Tes Penguasaan Materi Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep barisan bilangan, siswa diberikan tes akhir, yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep barisan bilangan. Tes akhir ini dilaksanakan setelah siswa mengalami pembelajaran materi barisan bilangan menggunakan LKS yang bercirikan REACT. Tabel 2 Skor Hasil Tes Akhir Uraian Rata-rata klasikal siswa (30 siswa) Banyaknya siswa yang memperoleh skor di atas 65 Persentase siswa yang memperoleh skor di atas 65
Nilai 93,73 30
100%
Berdasarkan nilai hasil tes akhir yang dapat dilihat pada tabel 2 dari 30 siswa memperoleh nilai ≥ 65 dan tidak ada ada siswa yang memperoleh nilai < 65. Artinya dari skor hasil tes akhir siswa 100% siswa telah memperoleh skor ≥ 65. Rata-rata siswa secara klasikal untuk skor hasil tes akhir siswa adalah 93,73.
Rata-rata
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan LKS yang bercirikan REACT dapat memahamkan materi barisan bilangan pada siswa kelas IX adalah: (1) Relating, pada kegiatan ini siswa dapat mengaitkan materi atau pengetahuan yang sudah ada dengan informasi baru atau pengetahuan baru. Dapat dilihat pada masing masing pertemuan. Pertemuan pertama, siswa dapat menyatakan barisan bilangan dengan mengaitkan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Pertemuan kedua, siswa menyatakan banyak cara menuju ketempat yang diinginkan. Pertemuan ketiga, siswa menyatakan tinggi temannya ke dalam barisan bilangan. (2) Experiencing, pada kegiatan ini siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan baru sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan juga sebagai pengamat serta pembimbing yang selalu siap memberikan bimbingan kepada siswa yang membutuhkan. Pertemuan pertama, melalui peragaan siswa dapat menyatakan pola bilanga ganjil. Pertemuan kedua, siswa menemukan sendiri pola barisan ke-n dari bilangan segitiga Pascal. Petemuan ketiga, siswa menemukan sendiri rumus suku ke-n dari barisan geometri. (3) Applying, pada kegiatan ini siswa menggunakan konsepkonsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah.Pertemuan pertama, siswa dapat menentukan pola selanjutnya dari suatu pola yang disusun dari batang lidi.
817, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Pertemuan kedua, Siswa dapat menggunakan segitiga Pascal untuk menentukan koefisien koefisien suku-suku hasil perpangkatan (a+b). Pertemuan ketiga, siswa dapat menggunakan konsep barisan geometri untuk menyelesaikan masalah (4) Cooperating, siswa bekerjasama dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada DAFTAR RUJUKAN Crawford, M.L.2001. Teaching Contex. Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivition and Achievement in Mathematics and Science. Cord. Davidson, N., & Kroll, D.L. (1991), "An Overview of Research on Cooperative Learning Related to Mathematics." Journal of Research in Mathematics Education, 22(5), 362-65. Eggen, P.D, & Kauchack, D.P. (2001). Strategies for teachers: Teaching Content and skills. Fourth Edition. Boston, MA: Allyn & Bacon. Faisal. 2005. Pembelajaran Volume Kubus dan Balok dengan Strategi REACT padaSiswa Kelas I SMP Negeri 6 Malang. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang (tidak dipublikasikan). Faujiah, A. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Jurnal Forum Kependidikan Volume 30 nomor1, Juni 2010 Hindasah, N.S. 2012. Pembelajaran Matematika dengan strategi REACT.(online). (http://www.slideshare.net/NoviHi ndasah/pembelajaran-matematikadengan-strategi-react-2 ), diakses 1 Desember 2012 Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran matematika menurut pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan pada
dalam LKS. Dalam setting kelompok siswa tampak senang dan begitu aktif (5) Transferring, siswa dapat menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki kekonteks yang baru atau situasi yang baru. Komponen ini digunakan pada tahap inti, tahap akhir serta pada tes akhir tindakan.
seminar Nasional “Upaya-upaya meningkatkan peran pendidikan matematika dalam era globalisasi” Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Malang: 4 April. Hartoyo A, Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Jabar, Abdul. 2010. Strategi REACT untuk Membangun Pemahaman Trigonometri pada Siswa Kelas X SMAN 1 Malang. Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Orton, A. 1992. Learning Mathematics: Issues, Theory and Practic. Great Britain: Redwood Books. Plomp,Tj. P & Nieveen,N. 2007. An Introduction to Educational Design Research. SLO, Netherlands institute for curriculum for curriculim develpmen Rohati. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Materi Bangun Ruang dengan Menggunakan trategi REACT di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Forum Kependidikan Volume 30 nomor1, Juni 2010 Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Vygotsky, L. 1986. Thought and Language. A.Kazulin, (Ed.and Terans), Cambridge, Massachuseth institute of technology (MIT) Press.