PENGELOLAAN SITUS CANDI WASAN PASCAPEMUGARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARIWISATA BUDAYA BERBASIS MASYARAKAT
Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Arkeologi Universitas Udayana
PUTU AYU SURYA ANDARI NIM 1201405021
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
ii
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DINILAI OLEH PANITIA PENGUJI PADA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA PADA TANGGAL 14 OKTOBER 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana No
: 154/UN.14. 1/PP. 05/2016
Tanggal
: 06 Oktober 2016
Panitia Penguji Skripsi Ketua
: Drs. I G.N. Tara Wiguna, M.Hum
Sekretaris
: Zuraidah, S.S, M.Si
Anggota
: Drs. Anak Agung Gde Aryana, M.Si Drs. I Nyoman Wardi, M.Si Ida Bagus Sapta Jaya, S.S, M.Si
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Om Swastyastu, Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena telah memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi dengan judul “Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran Dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat” ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Bertitik tolak pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Penulis telah melakukan tanggungjawab sebagai mahasiswa dengan melakukan penelitian arkeologi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Arkeologi. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat umum dan pemerintah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama perkuliahan.
v
2. Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Arkeologi yang telah memberikan fasilitas di program studi dan memudahkan penulis dari awal perkuliahan hingga kemudahan untuk mendapatkan izin penelitian skripsi. 3. Dr. I Wayan Redig, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam proses menjalani perkuliahan. 4. Drs. I Gusti Ngurah Tara Wiguna, M.Hum, selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bantuan bimbingan, masukan, dan arahan sehingga mampu menutupi kekurangan skripsi ini. 5. Zuraidah, S.S, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah membantu mengarahkan, memberi kemudahan, dorongan dan motivasi bagi penulis selama bimbingan agar penulisan skripsi ini dapat cepat terselesaikan. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Arkeologi yang telah memberikan pendidikan ilmu arkeologi dan bidang ilmu lainnya selama perkuliahan dan menyediakan buku-buku atau literatur yang diperlukan penulis. 7. Drs. I Wayan Teguh, M.Hum, selaku Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang telah banyak membantu memperbaiki tata cara penulisan sehingga skripsi ini dapat menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 8. Seluruh staf Fakultas Ilmu Budaya, baik staf yang banyak membantu dalam melengkapi administrasi dan staf perpustaakan yang telah membantu menyediakan dan meminjamkan buku yang penulis perlukan.
vi
9. Segenap staf perpustakaan dan staf instansi terkait, antara lain staf Balai Arkeologi Denpasar, staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali dan staf Perpustakaan Daerah Bali yang telah menyediakan literature sehingga data sekunder dalam penulisan skripsi ini dapat terpenuhi. 10. Bapak Kepala Desa Batuan Kaler I Wayan Suarma dan Bapak Wayan Lasia Siaja selaku Pemangku Candi Wasan yang telah memberikan izin penelitian
dan
membantu
dalam
mengumpulkan
data-data
yang
diperlukan. 11. Seluruh informan, masyarakat Banjar Blahtanah maupun berbagai instansi, baik Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar, Balai Arkeologi Denpasar dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, NTB dan NTT yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk diwawancarai dalam melengkapi data-data penyusunan skripsi. 12. Keluarga tercinta, Bapak I Nyoman Jiwatmaja, S.E., Ibu Dra. Made Ayu Sulastri Ariani, M.Si dan adik Made Dwi Cahaya Permana yang selalu memberikan doa, motivasi dan dukungan dari awal studi perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai. 13. I Made Juliarta merupakan orang terdekat yang memiliki andil besar dalam penyusunan skripsi ini karena telah banyak membantu dan meluangkan waktu menemani penulis untuk melakukan penelitian dari awal hingga selesainya skripsi ini. 14. Teman-teman angkatan 2012, Devy Charisma Sembiring, I Kadek Agus Juniantara, Ni Luh Gde Dyah Mega Hafsari, Putu Ari Trisna Amelia, Dewa Gede Kurniawan Anugrah, Made Aris Kristianti, Ni Kd Sri
vii
Sumiartini, Taufan Arif Trilaksono, Agus Tresna Wibawa, Dani Sunjana, Putu Pradnyana Adi Putra (Leong), Lutfi Nursabrina Arifin, Kinanti Husnun Anggraini, Made Agus Julianto, Fiqri Tuanaya, Wulan Kustia Rini, Muhammad Ryan dan Muhammad Nashir yang membantu penulis dari awal perkuliahan dan memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini. 15. WARMA (Warga Mahasiswa
Arkeologi) Fakultas
Ilmu Budaya
Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dan semangat agar skripsi ini dapat terselesaikan. 16. Sahabat-sahabatku, Made Puspita Christanti, Sagung Gita Pradnyandiani, Ni Putu Indri Febriani, Made Restu Kartika dan Putu Yasintha Utami yang selalu memberikan semangat dan dukungan agar penulis menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 17. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, tetapi tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun dengan segala keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis berusaha semaksimal mungkin agar penyusunan skripsi ini memenuhi syarat-syarat sebagai karya ilmiah. Oleh karena itu, segala kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Om Santih, Santih, Santih, Om Denpasar, 20 September 2016 Penulis
viii
ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul “Pengelolaan Situs Candi Wasan Pascapemugaran Dalam Upaya Meningkatkan Pariwisata Budaya Berbasis Masyarakat”. Latar belakang karya ilmiah ini adalah melihat kurangnya pengelolaan sumberdaya arkeologi yang dijadikan daya tarik wisata dengan melibatkan masyarakat setempat, khususnya pengelolaan di Situs Candi Wasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi pariwisata budaya Situs Candi Wasan pascapemugaran dan pengelolaan Situs Candi Wasan pascapemugaran untuk meningkatkan pariwisata budaya berbasis masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, seperti observasi, wawancara dan studi kepustakaan serta metode pengkajian data melalui analisis kualitatif dan analisis SWOT dengan menerapkan teori manajemen. Potensi yang dimiliki Situs Candi Wasan beberapa diantaranya, yaitu Candi Wasan pascapemugaran, pura kuno, Kemenuh Butterfly Park, dan seni kerajinan tangan karena memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan. Bentuk pengelolaan situs melalui lima tahapan, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan pengontrolan dilakukan oleh Pemangku, Pengempon, Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Balai Arkeologi Denpasar, Perangkat Desa Batuan Kaler, Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar. Pengembangan Situs Candi Wasan sebagai objek daya tarik wisata perlu memperhatikan kekuatan/kelebihan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki Candi Wasan. Kelebihan Candi Wasan merupakan satu-satunya candi monumental yang ada di Desa Batuan Kaler sehingga memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Namun, dalam pengembangannya ke depan, akan selalu ada kelemahan dan ancaman yang muncul. Kelemahan dan ancaman tersebut, di antaranya adalah akses jalan masuk menuju Candi Wasan yang kurang bagus serta tidak ada papan nama petunjuk lokasi sehingga banyak masyarakat umum yang tidak mengetahui keberadaan Situs Candi Wasan. Simpulannya adalah Situs Candi Wasan memiliki potensi daya tarik wisata, yakni potensi arkeologi dan nonarkeologi. Di situs ini sudah ada tahapan pengelolaan namun belum terlaksana dengan baik. Untuk mengembangkannya, perlu memperhatikan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang timbul. Sarannya yakni melalukan penataan lingkungan situs dan kerja sama antara masyarakat dan instansi yang berkepentingan. Kata Kunci : pengelolaan, situs, pascapemugaran, potensi, pariwisata
ix
ABSTRACT The scientific work is titled "Management of Post-restoration Wasan temple site in Efforts to Improve Community-Based Tourism Culture". The background of this scientific work is noticed the lack of archaeological resources management which made the object of tourist attraction by involving local communities, particularly in the management of the Wasantemple site. The purpose of this study to determine the potential of cultural tourism Wasan temple site after the restoration and management of Wasan temple site after the restoration work to improve community-based cultural tourism. The study used data collection methods, such as observation, interviews, and literature study as well as the methods of assessment data through qualitative and swotanalysis by applying management theory. The potential of the Wasan temple site some of them, namely the postrestoration Wasan temple, ancient temples, Kemenuh Butterfly Park, art and culture because it has a history, science, education, religion and culture. Form of management of the site through five stages: planning, organizing, directing, actuating and controlling performed by stakeholders, many of these, Pemangku, Pengempon, Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Balai Arkeologi Denpasar, Perangkat Desa Batuan Kaler, Dinas Pariwisata and Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar. Wasan temple site development as the object of tourist attraction needs to pay attention to strengths/advantages, weaknesses, opportunities and threats owned Wasan temple. Excess Wasan temple is the only temple in the village monumental BatuanKaler so having the opportunity to be developed as a tourist attraction. However, in their future development, there will always be a weakness and emerging threats. Weaknesses and threats, among which is the access road to the Wasantemple is not good and there is no signage clues to the location so that a lot of the general public are unaware of the Wasan temple site. The conclusion is the largest temple Wasan has the potential tourist attraction, the archaeological potential and not archeology. On this site already exists stages but has not done well. To develop it, need to consider the strengths, weaknesses, opportunities and threats that arise. Her advice that is put through the site environmental management and community cooperation and concerned agencies. Keywords: management, site, post restoration, potential, tourism
x
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN…………………………………………………………….... i PRASYARAT GELAR…………………………………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….
iii
PENETAPAN PANITIA UJIAN…………………………………………........
iv
UCAPAN TERIMAKASIH……………….…………………………………… v ABSTRAK……………….……………………………………………………… ix ABSTRACT………………….………………………………………………….
x
DAFTAR ISI……………………………………….…………………………....
xi
DAFTAR GAMBAR……………………………….…………………………..
xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………..………...……… ……….
xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..............…………………………………………….. 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 7 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………. 7 1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………. 7 1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 7 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 8 1.4.1 Manfaat Teoretis………………………………………………. 8 1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………... 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………. 9 1.5.1 Ruang Lingkup Permasalahan…………………………………. 9 1.5.2 Ruang Lingkup Objek…………………………………………. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka……………………………………………………..
11
2.2 Konsep……………………………………………………………….. 16 2.2.1 Potensi Pariwisata Budaya …………………………………….
17
2.2.2 Situs Candi Wasan……...……………………………………...
17
xi
2.2.2 Pascapemugaran…………………………………………….…
18
2.2.3 Pengelolaan Berbasis Masyarakat……………………………..
20
2.3 Landasan Teori……………………………………………………….
21
2.3.1 Teori Manajemen……………..………………………………..
21
2.4 Model Penelitian……………………………………………………..
24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………………………………………………… 26 3.2 Lokasi Penelitian……………………………………………………... 26 3.3 Jenis dan Sumber Data……………………………………………….. 27 3.3.1 Jenis Data………………………………………………………. 27 3.3.2 Sumber Data…………………………………………………....
27
3.4 Instrumen Penelitian…………………………………………………. 28 3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………… 29 3.6 Teknik Analisis Data…………………………………………………
31
3.6.1 Analisis Kualitatif……………………………………………...
31
3.6.2 Analisis SWOT………………………………………………… 31 3.7 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data………..…………….………..
32
BAB IV GAMBARAN UMUM SITUS CANDI WASAN 4.1 Letak dan Kondisi Geografis ………………….…………………….. 34 4.2 Aspek Demografi….…………………………………………………. 36 4.2.1 Kependudukan…………………………………………………. 36 4.2.2 Tingkat Pendidikan Penduduk…………………………………. 37 4.2.3 Mata Pencaharian Penduduk…………………………………… 39 4.3 Riwayat Penelitian Situs Candi Wasan………………………………. 40 4.4 Fungsi Situs Candi Wasan…………………………………………… 42 4.5 Status Situs Candi Wasan……………………………………………. 43
BAB V POTENSI SITUS CANDI WASAN PASCAPEMUGARAN 5.1 Potensi Arkeologi Situs Candi Wasan…………………………..…… 45 5.1.1 Candi Wasan Pascapemugaran………………………………… 46
xii
5.1.2 Arca Catur Muka……………………………………………….
54
5.1.3 Ganesha…………………………………………………... ……. 57 5.1.4 Lingga Yoni……………………………………………………. 58 5.1.5 Arca Binatang………………………………………………….. 59 5.1.6 Komponen Bangunan Candi…………………………………… 61 5.1.7 Arca Perwujudan……………………………………………….
61
5.1.8 Kolam…………………………………………………………... 62 5.2 Nilai Penting Situs Candi Wasan…………………………………….. 63 5.2.1 Nilai Sejarah……………………………………………………. 65 5.2.2 Nilai Ilmu Pengetahuan………………………………………… 68 5.2.2.1 Nilai Arkeologi……………………………………….... 68 5.2.2.2 Nilai Arsitektur……………………………………….... 69 5.2.2.3 Nilai Pariwisata Budaya………………………………..
70
5.2.3 Nilai Pendidikan……………………………………………......
71
5.2.4 Nilai Agama……………………………………………………. 72 5.2.5 Nilai Seni Budaya/Kebudayaan.…………………………….....
74
5.3 Faktor-faktor Pendukung Sekitar Situs Candi Wasan……………….. 75 5.3.1 Sumberdaya Alam……………………………………………..
76
5.3.2 Sumberdaya Budaya…………………………………………..
78
BAB VI PENGELOLAAN SITUS CANDI WASAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARIWISATA BUDAYA BERBASIS MASYARAKAT 6.1 Bentuk Pengelolaan Situs Candi Wasan…………………………….
86
6.1.1 Perencanaan……………………………………………………
89
6.1.2 Pengorganisasian………………………………………………
91
6.1.3 Pengarahan…………………………………………………….
92
6.1.4 Pelaksanaan……………………………………………………
93
6.1.5 Pengontrolan…………………………………………………..
95
6.2 Matriks Analisis SWOT Pengelolaan Situs Candi Wasan Dalam Upaya Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata…………..
97
6.2.1 Strategi SO (Strenghts-Oppurtunities)………………..............
100
xiii
6.2.2 Strategi ST (Strenghts-Treaths)……………………….............
101
6.2.3 Strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities)………….................
102
6.2.4 Strategi WT (Weaknesses-Treaths)……………………………
102
6.3 Peran Stakeholders Dalam Pengelolaan Situs Candi Wasan.……….
106
6.3.1 Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Bali NTB NTT…….
107
6.3.2 Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar……….………….......
109
6.3.3 Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar……….…………….......
111
6.3.4 Perangkat Desa Batuan Kaler………………………………...
112
6.3.5 Balai Arkeologi Bali NTB NTT…………………………….....
113
6.4 Persepsi Masyarakat Dalam Pengembangan Situs Candi Wasan Menjadi Objek Daya Tarik Wisata……………………….………...
115
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan…………………………………………………………….
120
7.2 Saran………………………………………………………………...
123
DAFTAR PUSTAKA………………………………….………………………
124
LAMPIRAN………………………………………………………….…………
129
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Kaki Candi Wasan dari arah utara ke selatan………………
48
Gambar 5.2 Kaki Candi Wasan dari arah timur ke barat………………..
48
Gambar 5.3 Badan Candi Wasan pascapemugaran……………………...
50
Gambar 5.4 Atap Gapura Canggi………………………………………..
52
Gambar 5.5 Atap Candi Wasan………………………………………….
52
Gambar 5.6 Candi Wasan dari sisi utara………………………………...
54
Gambar 5.7 Candi Wasan dari sisi selatan……………………………....
54
Gambar 5.8 Candi Wasan dari sisi timur………………………………..
54
Gambar 5.9 Posisi candi menghadap ke barat…………………………..
54
Gambar 5.10 Arca Catur Muka……………………………………….....
56
Gambar 5.11 Arca Ganesha……………………………………………...
57
Gambar 5.12 Lingga di Pura Ulun Suwi…………………………………
59
Gambar 5.13 Arca Kambing……………………………………………..
60
Gambar 5.14 Arca Nandi………………………………………………...
60
Gambar 5.15 Komponen-komponen bangunan candi…………………...
61
Gambar 5.16 Kolam di areal Candi Wasan……………………………...
63
Gambar 5.17 Kemenuh Butterfly Park…………………………………..
78
Gambar 5.18 Gapura Canggi ………...………………………………….
80
Gambar 5.19 Gapura Pura Hyang Tiba………………………………….
81
Gambar 5.20 Gapura di Jaba Tengah……………………………………
82
Gambar 5.21 Gapura di Jeroan Pura…………………………………….
82
Gambar 5.22 Pura Puseh Blahbatuh……………………………………..
83
Gambar 5.23 Lukisan Telur……………………………………………..
84
Gambar 5.24 Seni pahat………………………………………………....
84
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara……………………………….. 129 Lampiran 2. Daftar Informan…………………..…………………. 131 Lampiran 3. Peta Provinsi Bali………………….………………... 134 Lampiran 4. Peta Kabupaten Gianyar…………….………………. 135 Lampiran 5. Peta Keletakan Pura Puseh Wasan (Candi Wasan)…. 136 Lampiran 6. Denah Kompleks Situs Wasan…..………………….. 137
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sumberdaya arkeologi mempunyai sifat terbatas, baik keragaman jumlah, jenis, kualitas, maupun kemampuannya bertahan (survival condition), tak terbarui (non-renewable), mudah rapuh (vulnerable/fragile) dan mengalami penurunan kualitas akibat usia. Sumberdaya arkeologi merupakan warisan budaya masa lampau yang memiliki nilai-nilai budaya luhur. Oleh karena itu, sumberdaya arkeologi
tersebut
perlu
diselamatkan,
dilindungi,
diamankan,
dipugar,
dilestarikan, dihayati, dikembangkan dalam pengelolaan yang baik. Pengelolaan diartikan sebagai kegiatan pengaturan-pengaturan melalui suatu proses untuk menggerakkan, mengendalikan, dan mengorganisasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan dengan menggunakan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Pengelolaan sumberdaya arkeologi sebagai suatu sistem yang seharusnya memiliki strategi dan didukung oleh unsur-unsur pengelolaan. Cakupan pengelolaan sumberdaya arkeologi meliputi sumberdaya yang bersifat fisik (tangible) dan nonfisik (intangible). Namun, pengelolaan sumberdaya arkeologi ini lebih ditekankan pada sumberdaya arkeologi yang bersifat fisik (Sumijati, 2004). Pengelolaan sumberdaya arkeologi harus melibatkan komponenkomponen, seperti masyarakat lokal dan para ahli dari instansi terkait. Mengingat masyarakat lokal sebagai pemilik sumberdaya, tetapi sering kali tidak memahami makna yang terkandung pada sumberdaya yang dimilikinya.
1
2
Adapun langkah-langkah pengelolaan sumberdaya arkeologi adalah sebagai berikut: Pertama, identifikasi dan dokumentasi lokasi atau objek sumberdaya arkeologi yang telah ditentukan sebagai benda cagar budaya. Kedua, menetapkan nilai atau bobot sumberdaya arkeologi tersebut berdasarkan kriteriakriteria yang telah ditentukan. Ketiga, merencanakan dan membuat kebijakankebijakan dalam rangka kepentingan pelestarian sumberdaya arkeologi. Keempat, implementasi kebijakan untuk waktu yang akan datang, termasuk kemungkinan adanya revisi perencanaan (Kasnowihardjo, 2001:72). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11, Tahun 2010 tentang cagar budaya menjelaskan bahwa pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Undang-undang ini juga menjelaskan bahwa pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkanya. Selain itu, juga dipaparkan mengenai pengembangan cagar budaya yang merupakan peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan yang tidak bertentangan dengan tujuan revitalisasi. Jadi, dapat simpulkan bahwa sumberdaya arkeologi tersebut tidak hanya harus dikelola dan dilestarikan, tetapi juga perlu dikembangkan dalam kehidupan masyarakat. Sumberdaya arkeologi berasal dari dua zaman, yaitu zaman prasejarah dan zaman sejarah. Kedua zaman ini meninggalkan budaya fisik dan nonfisik yang
3
beraneka ragam, seperti menhir, dolmen, sarkofagus, prasasti, arca, candi, benteng, dan sebagainya. Keseluruhan benda cagar budaya dan situs cagar budaya itu bersifat living monument dan dead monument. Sumberdaya arkeologi tersebut merupakan bukti bahwa pada masa lampau terdapat kehidupan masyarakat dengan berbagai corak dan dinamikanya. Peninggalan budaya masa lampau menunjukkan bahwa kehidupan masa kini merupakan hasil dari perjalanan sejarah kebudayaan manusia yang telah berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, manusia masa sekarang sangat perlu mengetahui budaya masa lampau, karena memiliki nilai budaya yang tinggi dan masa lampau membentuk kepribadian kita sebagai bangsa. Budaya masa lampau tersebut perlu dipahami, dihayati, dan digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan masyarakat (Bagus, 2002:73--74). Dengan demikian, sumberdaya arkeologi tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk kepentingan pendidikan, pariwisata, agama, maupun kepentingan masyarakat umum lainnya. Masyarakat Bali pada umumnya mempunyai kesadaran yang tinggi tentang masa lampau karena tidak lepas dari kehidupan sosial religius masyarakat dalam desa adat. Hal ini terbukti dengan adanya tinggalan arkeologi atau benda cagar budaya yang masih berfungsi seperti saat diciptakan atau masih hidup (living monument), terutama benda-benda yang ditemukan untuk media pemujaan. Benda cagar budaya yang ada di suatu desa adat dikategorikan merupakan milik desa dan sarana penunjang kehidupan beragama. Selain sebagai media pemujaan banyak tinggalan arkeologi juga dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata budaya, seperti Pura Taman Ayun, Pura Penataran Sasih, Goa Gajah, dan
4
Pura Tirta Empul. Namun, menurut Burns dan Holden, pariwisata budaya tersebut seperti pisau bermata dua dalam pemanfaatan pusaka budaya sebagai objek dan daya tarik wisata. Artinya, pariwisata akan dapat melestarikan pusaka budaya tersebut. Akan tetapi, di sisi lain kegiatan pariwisata akan dapat merusak atau berdampak negatif terhadap pusaka budaya karena objek itu akan dikonsumsi oleh wisatawan (Burns dan Holden, 1995; Ardika, 2007:18) Terkait dengan pengembangan pariwisata budaya Bali seperti kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya tersebar di wilayah Bali dengan keberagaman sumberdaya arkeologi yang berbeda-beda. Kabupaten Gianyar misalnya, merupakan wilayah potensial dan memiliki peninggalan arkeologi yang sangat bervariasi. Salah satu diantaranya dalam bentuk candi. Candi dianggap sebagai media atau sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang atau leluhur. Selain itu, muncul kepercayaan tentang pemujaan terhadap dewa-dewa yang diimajinasikan atau dibuat dalam bentuk arca dan ditempatkan dalam sebuah bangunan seperti candi dan pura. Candi-candi ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi sehingga perlu dilakukan pelestarian, pengelolaan, dan pengembangan dengan melibatkan masyarakat pendukungnya. Tidak menutup kemungkinan jika dikelola dengan baik dan tepat, maka candi-candi ini bisa dijadikan objek pariwisata budaya dan mengangkat perekonomian di wilayah tersebut. Jumlah tinggalan arkeologi berupa candi yang ada di Bali sangat sedikit dan dalam bentuk yang sudah tidak utuh, antara lain Candi Pegulingan, Candi Mangening, Candi Wasan dan Candi Kalibukbuk. Tinggalan arkeologi berupa
5
candi sebagai warisan budaya harus dilestarikan oleh masyarakat masa kini mengingat banyak tinggalan arkeologi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu, dari beberapa tinggalan arkeologi berupa candi tersebut, pada kesempatan ini peneliti mencoba mengangkat potensi dan pengelolaan Candi Wasan untuk pariwisata budaya. Hal ini diangkat mengingat belum banyak pihak yang menulis mengenai pengelolaan sumberdaya arkeologi, khususnya Candi Wasan. Berkaitan dengan perkembangan pariwisata di Kabupaten Gianyar, pengelolaannya harus mencerminkan keserasian dan keselarasan penyelenggara pariwisata dan kebudayaan Bali untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan Situs Candi Wasan pertama kali diketahui oleh I Wayan Karja, salah seorang penyungsung pura. Penemuan tersebut dilaporkan kepada staf Balai Arkeologi yang sedang melalukan penelitian di Pura Canggi yang letaknya tidak jauh dengan Situs Candi Wasan. Laporan itu pun ditindaklanjuti dengan melakukan penjajakan, survey, dan ekskavasi. Ekskavasi pertama dilakukan pada Agustus 1986 dengan sistem kotak dan teknik spit. Ekskavasi ini dilakukan secara acak untuk menelusuri bentuk dan tata letak bangunan (Warmadewa, 2006:22-23). Berdasarkan penelitian Situs Candi Wasan oleh Balai Arkeologi Denpasar, ditemukan fondasi candi dengan ukuran 11,40 x 9,10 meter, komponen bangunan candi (menara sudut, simbar duduk, simbar gantung, dan kemuncak), lingga yoni, kotak pripih, arca perwujudan, dan sebagainya. Dari beberapa temuan komponen bangunan tersebut, maka Balai Pelestarian Cagar Budaya Wilayah Bali, NTB, dan NTT melakukan pemugaran di Candi Wasan (Astawa, 2003). Berdasarkan
6
perkiraan bentuk arsitektur Candi Wasan yang telah dipugar tersebut, besar kemungkinan dapat dikembangkannya pariwisata budaya di Situs Candi Wasan. Banyak sumberdaya arkeologi yang dijadikan daya tarik wisata, Akan tetapi, pengelolaan sumberdaya arkeologi yang dijadikan daya tarik wisata sangat sedikit melibatkan masyarakat setempat. Padahal, keterlibatan dan peranserta masyarakat dalam pengelolaan objek dan daya tarik wisata sangat penting dalam menjaga kelangsungan ekologis, ekonomis, dan aset budaya sesuai dengan pariwisata budaya yang berkelanjutan. Peneliti melihat bahwa Situs Candi Wasan pascapemugaran memiliki potensi yang bisa dijadikan daya tarik wisata jika dilakukan pengelolaan, pengembangan, dan perencanaan yang matang. Ketika diadakan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa pemahaman masyarakat mengenai keberadaan sumberdaya arkeologi Situs Candi Wasan sangat kurang. Selain itu, akses jalan masuk ke situs arkeologi tersebut tidak bagus, sehingga mengurangi rasa ingin tahu masyarakat. Oleh karena itu, bukan hanya pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ikut berperan mengembangkan cagar budaya, melainkan juga peran masyarakat sebagai faktor utama pendukung pengelolaan juga sangat diperlukan. Upaya melibatkan masyarakat sekitar dalam berbagai aspek yang berkaitan tentu akan memunculkan sikap bertanggung jawab dan sikap memiliki situs arkeologi yang ada di wilayah tersebut. Mengingat hingga saat ini belum ada pihak yang membahas pengelolaan Candi Wasan pascapemugaran untuk meningkatkan pariwisata budaya berbasis masyarakat, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penelitian dengan melibatkan multidisipliner, seperti arkeologi, sejarah, dan pariwisata.
7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas ada beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Apa sajakah potensi pariwisata budaya yang dimiliki Situs Candi Wasan pascapemugaran? 2. Bagaimanakah pengelolaan Situs Candi Wasan pascapemugaran dalam upaya peningkatan pariwisata budaya berbasis masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian Secara umum sebuah penelitian tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk mempermudah penelitian dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan sumbangan inventarisasi data untuk kepentingan akademik bagi penelitian selanjutnya. Artinya, penelitian yang ada hubungannya dengan pengelolaan situs arkeologi dan pengembangan pariwisata budaya dengan melibatkan pemerintah yang berkompeten dan masyarakat pendukungnya.
1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab dua permasalahan yang diajukan terkait dengan pengelolaan Situs Candi Wasan.
8
Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji dan menemukan jawaban atas permasalahan berikut. Pertama, untuk mengetahui potensi pariwisata budaya Situs Candi Wasan pascapemugaran. Kedua, untuk mengetahui pengelolaan Situs Candi Wasan pascapemugaran dalam upaya meningkatkan pariwisata budaya berbasis masyarakat.
1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademis, ilmuwan, dan masyarakat pada umumnya, terutama ditujukan pada masyarakat sekitar lokasi penelitian. Oleh karena itu, manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis berupa sumbangan teoretis mengenai potensi dan pengelolaan sumberdaya arkeologi Situs Candi Wasan. Di samping itu, juga sumbangan informasi dan keilmuan dalam bidang pendidikan, perekonomian, dan pengembangan pariwisata budaya di daerah Gianyar. Manfaat lainnya, yaitu diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas mengenai pengelolaan situs cagar budaya kepada arkeolog pada umumnya dan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini pada khusunya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian arkeologi yang dapat berguna sebagai bahan acuan dan sebagai bahan
9
perbandingan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya arkeologi.
1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pengampu kepentingan (stakeholder) dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan posisinya masing-masing dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumberdaya arkeologi. Kedudukan dan peran berbagai masyarakat sekitar situs dan organisasi nonpemerintah untuk menjaga, mengembangkan, dan mengelola cagar budaya Situs Candi Wasan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan sumber acuan bagi pemerintah dalam melakukan pengelolaan pariwisata budaya di daerah Gianyar.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada dasarnya ruang lingkup penelitian diperlukan untuk memberikan batasan pelaksanaan operasional di lapangan sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian dan penyusunan hasil penelitian. Hal ini penting agar tidak terjerumus dalam pencarian data yang tidak terarah (Koentjaraningrat, 1986:17). Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah dibatasi sebagai berikut:
1.5.1 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini mengarah pada potensi pariwisata budaya yang ada di Situs Candi Wasan pascapemugaran. Di samping
10
itu, juga pengelolaan Situs Candi Wasan pascapemugaran dalam meningkatkan pariwisata budaya berbasis masyarakat.
1.5.2 Ruang Lingkup Objek Ruang lingkup objek penelitian ini meliputi sumberdaya arkeologi Situs Candi Wasan yang terletak di Banjar Blahtanah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Situs Candi Wasan terletak di jalan setapak di sebelah utara jalan raya Sakah dan di sebelah barat PT Dara (perusahaan handicraft). Selain Situs Candi Wasan, masyarakat Banjar Blahtanah yang merupakan warga setempat juga merupakan objek dalam penelitian ini.