PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MASALAH DI SDN 1 GENENGSARI TOROH-GROBOGAN
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh: Tri Wahyuningsih Q.100140175
Telah Disetujui Oleh:
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MASALAH DI SDN 1 GENENGSARI TOROH GROBOGAN 1
Tri Wahyuningsih, 2 Prof. Dr. Sutama,M.Pd 3 Dr. Maryadi, M.A 1 Guru Kelas SD N 2 Genengsari Toroh-Grobogan 2 Staf Pengajar UMS Surakarta 3 Staf Pengajar UMS Surakarta Email :
[email protected] ABSTRACT
Tri Wahyuningsih. Q. 100 140 175. Problem-Based Learning Management Science at SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. Thesis Surakarta Muhammadiyah University Graduate School, 2016. This study aims to describe the management of problem-based learning science at SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. Then further describe the implementation of problem-based learning science at SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. And then describe the problem-based curriculum evaluation IPA in SDN I Genengsari Toroh-Grobogan. This type of method used in this study is a qualitative research design using an ethnographic approach. In this study using data sources from interviews, observation and documentation relating to the planning, implementation, and evalausi science learning with PBL approach. The results showed that, in planning the management of science learning Problem Based at SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan, starting with the preparation of the RPP standard refers to basic competencies in the curriculum. Then in the implementation of problem-based learning bring great influence to the development of students' attitudes and in the development of thinking. Students become more active and interested in the learning process. In connection with the evaluation of the curriculum, teachers have been carrying out education and training or workshop curriculum. Key words: problem-based, learning management, IPA ABSTRACT Tri Wahyuningsih. Q. 100.140.175. Pengelolaan Pembelajaran IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016.Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengelolaan pembelajaran IPA berbasis masalah di SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. Kemudian selanjutnya mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis masalah di SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. Dan kemudian mendiskripsikan evaluasi kurikulum IPA berbasis masalah di SDN I Genengsari Toroh-Grobogan. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain penelitian menggunakan pendekatan etnografi. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evalausi pembelajaran IPA dengan pendekatan PBL.Hasil penelitian menunjukan bahwa, dalam perencanaan pengelolaan pembelajaran IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan, diawali dengan penyusunan RPP yang mengacu pada standar kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum. Kemudian pada pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah memunculkan pengaruh yang besar bagi perkembangan sikap siswa dan dalam pengembangan berfikir. Siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Berkaitan dengan evaluasi kurikulum yang digunakan, guru telah melaksanaan pendidikan dan latihan atau workshop kurikulum. Kata kunci:berbasis masalah,pengelolaan pembelajaran, IPA
1
PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kirno (2010:192-193), kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA siswa cenderung kurang aktif dan kreatif dalam belajar, karena teknik yang diberikan guru bersifat menghafal yang dicatat dari penjelasan guru dan dari buku serta kurang melibatkan sumber belajar yang nyata. Selain itu strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran masih bersifat konvensional, teacher centered yang cenderung otoriter dan tidak merangsang aktivitas belajar siswa secara optimal Bentuk proses pembelajaran IPA seperti yang banyak ditemukan dilapangan ini menjadi salah satu hambatan tercapainya tujuan pembelajaran IPA yang sesuai Standar Kompetensi Lulusan Satuan 2 Pendidikan (SKL-SP) mata pelajaran IPA di SD/MI. Ini berarti bahwa berhasilnya atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran IPA banyak tergantung pada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa. Melalui proses pembelajaran akan dicapai tujuan pembelajaran dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri anak, mengembangkan potensi peserta didik secara aktif. Maka perlu adanya tindakan / strategi yang digunakan untuk mengatasinya. Proses pemecahan masalah cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA karena dapat meningkatan kemampuan berpikir siswa secara logis, kritis, kreatif dan inovatif seperti yang diatur dalam Permendiknas No.23 Tahun 2006 . Pemecahan masalah yang dimaksud bukan sekedar menerapkan aturan-aturan yang sudah dipelajari guna menjawab sebuah permasalahan tetapi harus melalui tahap-tahap sebagai berikut: mengidentifikasi, mendefinisikan, mengeksplorasi, mengantisipasi dan mengambil pelajaran (Anita, 2009: 75). Menurut Anita (2009:75) walaupun kemajuan teknologi sudah pesat tetapi banyak tenaga pengajar yang belum sepenuhnya jelas tentang bagaimana sebaiknya meningkatkan kemahiran siswa dalam memecahkan suatu problem. Pemecahan masalah yang dibangun cenderung bersifat otomatis, pengetahuan yang dibangun untuk memecahkan masalah tersebut masih bersifat umum. Berdasarkan kenyataan yang ada, hendaknya
perlu
dipersiapkan
sebuah
pembelajaran
IPA
yang
mampu
untuk
mengembangkan kemampuan mengidentifikasi masalah. Pembelajaran tersebut diharapkan mampu mendorong siswa menjadi eksploratif dalam melacak masalah maupun peluang-
2
peluang potensial yang mungkin tersembunyi dalam masalah tersebut, tidak hanya bersikap reaktif dalam menunggu datangnya masalah. Permasalahan serupa juga ditemukan dalam proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan. Pembelajaran cenderung bersifat teacher centered dan strategi pembelajaran yang digunakan berupa proses tanya jawab. Berdasarkan wawancara dengan guru IPA diketahui bahwa memang metode yang sering digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu metode tanya jawab karena dinilai sesuai dengan kondisi dan 5 karakter siswa serta pemahaman siswa terhadap materi dinilai lebih baik daripada dengan menggunakan metode ceramah. Menurut Hasibuan (1995:14) metode tanya jawab dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan pola berpikir anak terhadap masalah yang sedang dibicarakan.Maka dari itu metode ini harus lebih diimplementasikan karena manfaatnya tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa guru masih terlihat harus menunjuk satu persatu siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru dan guru juga harus menuntun siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaaan hanya bersifat satu arah, siswa terlihat pasif untuk mengemukakan pertanyaan timbal balik kepada guru. Pembelajaran
cenderung
memfokuskan
pada
penyediaan
jawaban
atas
pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh guru. Pembelajaran menekankan pada pertanyaan dan jawaban yang dicari harus sesuai dengan pedoman guru, sehingga siswa kurang mendapat kesempatan dalam menelaah dan mengenali masalah. Kondisi tersebut dikarenakan guru merasa khawatir apabila materi yang terdapat pada silabus tidak disampaikan secara menyeluruh dan tepat waktu. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat berkembangnya kemampuan mengidentifikasi masalah oleh siswa. Oleh karena itu perlu dipersiapkan sebuah proses pembelajaran IPA yang mampu untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi masalah oleh siswa di SDN 1 Genengsari Grobogan. Pembelajaran IPA akan lebih berdaya guna bila pendekatan pada proses pemecahan masalah dan pembentukan pengetahuan sains dalam diri 6 anak menjadi bagian utamanya (Sumaji, 2003: 116). Berdasarkan pendapat tersebut maka pemecahan masalah merupakan bagian utamannya dalam pendekatan IPA. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam menciptakan sebuah pembelajaran IPA yang mampu meningkatkan kemampuan mengidentifikasi masalah yaitu dengan memilih 3
pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan yang mungkin tepat untuk diterapkan adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Pada pendekatan PBL dapat mengikuti jalur serupa, tetapi belajar dimulai dengan sebuah masalah autentik yaitu masalah yang ada artinya bagi siswa (Anita.2009:174). Sehingga berdasarkan pendapat tersebut bahwa masalah haruslah utentik agar permasalahan lebih berarti dalam roses pembelajaran siswa. Pengelolaan Pembelajaran IPA berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari TorohGrobogan ini, terfokus pada permasalahan dan tujuan yaitu, pada bagaimanakah sebenarnya diskripsi perencanaan kemudian pelaksanaan pembelajarannya serta evaluasi kurikulum IPA berbasis masalah di SDN I Genengsari Toroh – Grobogan tersebut.
METODE Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2010: 4). Penelitian kualitatif memberikan tekanan pada pemahan dan makna, berkaitan erat dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan pada proses daripada pengukuran, mendeskripsikan, menafsirkan, dan memberikan makna, dan memanfaatkan multimetode dalam penelitian (Sutama, 2010: 61). Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Genengsari Toroh- Grobogan karena cocok untuk dijadikan lokasi penelitian karena selain mendekati obyek penelitian sekolah ini juga merupakan salah satu sekolah yang diperhitungkan dan banyak berprestasi di kabupaten Grobogan. Sekolah SD Negeri 1 Genengsari didirikan tahun 1923 yang dulu bernama Sekolah Rakyat (SR), dan berubah nama menjadi SDN Genengsari 1 pada tahun 1959. Berlokasi di Alamat Dusun Krajan RT 01 RW 01 Dusun Krajan Kelurahan Genengsari Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan peneliti yang berfungsi sebagai pelaku sekaligus instrumen. Kemudian untuk mengumpulkan data metode yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi Uji validitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2010: 330). Keabsahan data dalam penelitian ini didapat dengan cara triangulasi. Yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi
4
yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif. analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. analisi data tersebut adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2010: 16), yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dalam beberapa bagian yaitu pengumpulan data (collection), reduksi data (data reduction), penyajian (data display), kemudian penarikan kesimpulan atau verifikasi data (conclutions).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan pembelajaran IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari TorohGrobogan Kegiatan dan tahapan utama dalam pembelajaran adalah perencanaan. Jika perencanaan baik dan matang, maka proses dan hasil belajar siswa cenderung berjalan dengan baik dan lancar. Guru kelas empat pada awal pembelajaran selalu mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Dalam tahap perencanaan ini, guru mempersiapkan program tahunan (Prota), program semester (Promes), silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Persiapan prota dan promes dimaksudkan agar guru bisa memprogram/menjadwal pembelajaran secara teratur dan terencana sejak awal. Persiapan perencanaan prota dan promes biasanya dilakukan diawal tahun ajaran (awal semester). Setelah perumusan prota dan promes, guru kelas juga mempersiapkan silabus. Silabus ini berisi pokok bahasan yang harus disampaikan pada pembelajaran. Silabus ini meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator pembelajaran, metode pembelajaran, alokasi waktu pertemuan, metode pembelajaran, evaluasi, bahan ajar dan sumber belajar. Guru juga mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang berupa RPP agar pelaksanaan pembelajaran terlaksana secara teratur dan sistematis. RPP merupakan pegangan
bagi seorang guru dalam pembelajaran. RPP mencakup serangkaian
rencana proses pembelajaran. RPP ini biasanya dipersiapkan oleh guru kelas sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tujuannya agar guru mampu mengelola pembelajaran sesuai rencana awal, baik mengenai alokasi waktu yang tersedia, maupun metode
5
pembelajaran yang digunakan serta sistem evaluasi hasil pembelajaran yang digunakan. RPP ini disusun berdasarkan silabus yang telah ada. Berdasarkan RPP inilah guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya. Rencana
pembelajaran
kontekstual
yang
dikembangkan
oleh
paham
konstruktivisme menekankan pada tahap-tahap kegiatan (yang mencerminkan proses pembelajaran) siswa dan media atau sumber pembelajaran yang dipakai. Dengan demikian, rumusan tujuan yang spesifik bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran kontekstual karena yang akan dicapai lebih pada kemajuan proses belajarnya.
2. Pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis masalah di SDN 1 Genengsari Toroh – Grobogan Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, siswa dalam pembelajaran IPA dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di awal pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan di kelas disesuaikan dengan materi pelajaran yanga akan diajarkan. Pembelajaran di kelas biasanya guru menyampaikan materi mengunakan alat bantu IPA dan dilanjutkan dengan praktek. Pelaksanaan pembelajaran sudah direncanakan di awal tahun ajaran baru tepatnya pada bulan Juli. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran guru kelas memulai pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan deskripsi tentang rencana penyampaian materi dengan metode pembelajaran kontekstual. Guru memicu siswa agar tergugah untuk bisa merespon. Sebelum menyampaikan materi IPA terpadu, guru juga menyinggung beberapa materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, dan juga melakukan appersepsi. Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang lalu, selanjutnya menanyai siswa beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Hal
6
ini dilakukan agar siswa secara perlahan merespon materi yang akan dipelajari dalam kelas. Pada pelaksanaan pembelajaran materi ini, guru mengawali dengan menyampaikan pemahaman materi secara menyeluruh dan sederhana. Dalam artian guru menerangkan materi tentang pelajaran dengan mengetahui juga permasalahan yang dihadapi siswanya. Kemudian permasalahan itu bisa diangkat atau dituangkan dalam proses pembelajaran tematik, sebagaimana pembelajaran IPA dapat dikaitkan secara terpadu dengan permasalahan lainnya. Guru memberikan deskripsi mengenai pengertian dan memberikan gambaran tentang cara penerapannya. Secara menyeluruh hal ini dimaksudkan agar siswa mengerti dengan baik materi yang sedang diajarakan. Pada prakteknya, guru banyak meminta agar siswa langsung mempraktekkan apa yang telah disampaikan. Siswa didorong untuk selalu aktif dan kreatif. Dan juga mengkaitkan dengan kondisi lingkungan yang ada. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, tidak lepas dari hambatan dan kendala. Salah satu hambatan yang ditemui adaah bahwa tidak semua siswa langsung bisa memahami materi yang telah disampaikan, sehingga ada beberapa siswa yang belum memahami materi yang diterangkan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada para siswa yang masih minim dalam pemahaman. Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami oleh siswa. Artinya, siswa diharapkan agar mampu memahami secara menyeluruh dengan kembali menanyakan materi yang masih diragukan. Pada pelaksanaan pembelajaran tematik ini, guru meminta siswa agar selalu mengkaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan sekitar terutama permasalahan-permasalahan yang umum dihadapi siswa maupun permaslahan khusus yang perlu diskusi lebih lanjut. Tujuan pembelajaran ini menjadikan agar siswa bisa belajar dengan alam lingkungannya secara kongkrit dan langsung. Pada pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis masalah didesain oleh guru untuk belajar secara bekerjasama dengan teman sekelompok. Tujuannya adalah agar antar siswa saling tukar pendapat. Siswa yang satu memberikan pendapat kepada teman lain yang dirasa belum lengkap, demikian sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran IPA berbasis masalah mampu menjadikan suasana kondusif. Manajemen yang tepat membuat siswa bisa menyelami materi pelajaran dan mengkaitkan dengan
7
kondisi yang ada di sekitarnya.
Kondisi kelas kondusif, terbukti dengan adanya
beberapa indikasi kelas yang tenang, tidak ada siswa yang mengantuk, tidak adanya siswa yang bercerita sendiri. Pengaturan atau manajerial kelas yang baik sangat mempengaruhi hasil dari pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis masalah siswa ini. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dengan strategi berbasis masalah ini nampak cukup memunculkan pengaruh yang besar bagi perkembangan sikap siswa dan dalam pengembangan berfikir. Artinya, strategi ini merupakan salah satu variasi pendekatan yang menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dalam mengikti pembelajaran. Sehingga, siswa dapat dikondisikan oleh guru di kelas dengan baik. Sebagai indikasinya adalah jika pada pembelajaran sebelumnya, tidak sedikit siswa yang mengantuk, bercerita sendiri maupun juga ramai karena kurang sesuainya metode yang diterapkan dan juga nampak monoton. Sedangkan pendekatan ini semua siswa diprogram oleh guru agar semua bisa mengaktifkan semua organ tubuh, baik otak maupun organ tubuh lain. Karena selain dituntut pada aspek kognitif, siswa juga dituntut adanya pengembangan pada aspek afektif dan psikomotorik (skill) daya kreatifitas dan imajinasinya.
3. Hasil evaluasi kurikulum IPA berbasis berbasis masalah di SDN I Genengsari Toroh – Grobogan Proses pembelajaran berbasis permasalahan siswa dalam mata pelajaran IPA di SDN 1 Genengsari Toroh-Grobogan diakhiri dengan evaluasi kurikulum, baik evaluasi kurikulum pada proses pembelajaran maupun evaluasi kurikulum pada hasil belajar. Pelaksanaan evaluasi kurikulum ini secara dominan dilakukan oleh guru. Pelaksanaan evaluasi kurikulum ini dilakukan pada 2 (dua) tahap. Pertama, evaluasi proses pembelajaran, kedua evaluasi hasil belajar. Evaluasi kurikulum pada proses pembelajaran dilakukan karena metode pembelajaran kontekstual ini memiliki cirriciri ditekankan pada proses pembelajaran, tidak semata-mata hasil belajar siswa. Pelaksanaan evaluasi kurikulum pada proses pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh guru kelas. Kondisi pembelajaran dilaksanakan di dalam kelas. Evaluasi proses dilakukan setelah satu kali pembahasan pokok bahasan selesai dari beberapa pertemuan yang dilaksanakan di kelas.
8
Evaluasi kurikulum pada hasil belajar pembelajaran IPA ini dilakukan dengan tertulis dan praktek sederhana diruang kelas. Dalam arti agar guru mengetahui secara langsung bagaimana kemampuan siswa dalam menerima materi yang diajarkan. Evaluasi kurikulum dalam bentuk tertulis dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan akademik siswa khususnya mengenai pelajaran yang ditematikan. Nilai KKM yang ditentukan oleh guru adalah 7 (tujuh). Hal ini diasumsikan bahwa dengan metode pembelajaran ini, siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Sementara itu evaluasi kurikulum dalam bentuk praktek biasanya diberikan oleh guru kelas dalam bentuk individual dan kelompok. Tes praktek individual sifatnya mikro, sedangkan evaluasi praktek secara kelompok biasanya dalam bentuk tugas yag lebih besar. Hal ini diasumsikan karena dalam kelompok, jumlah siswa lebih dari dua siswa dan bisa saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan pemberian evaluasi dalam bentuk kelompok agar siswa bisa bekerja secara bersama dalam menyelesaikan permasalahan. Evaluasi praktek lebih dominan pada aspek skill. Sementara evaluasi tertulis dilakukan oleh guru kelas dalam bentuk individual. Soal-soal yang dijadikan alat evaluasi juga merupakan pertanyaanpertanyaan yang sudah pernah diberikan pada akhir pertemuan sub bab materi. Sistem pemberian nilai (penilaian) pada tes yang diberikan siswa baik kelompok maupun individual ini terdiri dari 4 kriteria yaitu kurang, sedang, baik dan baik sekali. Tujuan pemberian criteria ini dimaksudkan agar siswa mengetahui kemampuan yang dimilikinya. Kriteria kurang adalah nilai di bawah 6, kriteria sedang adalah nilai antara 6-7, kriteria baik adalah nilai 7-8, kriteria baik sekali adalah nilai di atas 8. Untuk bisa mengetahui keberhasilan pembelajaran IPA, guru memberikan selembar kertas yang berisi kesan dan pesan serta saran mengenai pembelajaran, siswa tidak perlu mencantumkan namanya karena tidak dinilai. Meski pemikiran pendapat atau opini siswa masih sederhana tapi setidaknya bisa memberikan gambaran langsung evaluasi kurikulum tanpa tekanan dan mendapat penilaian. Berguna untuk perbaikan pengajaran berikutnya agar lebih baik dan meningkat karena biasanya siswa sekolah dasar masih jujur dalam berpendapat jadi bisa sangat bermanfaat, untuk proses pengembangan pengelolaan pembelajaran berbasis masalah siswa pada pembelajaran
9
IPA berikutnya. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Evaluasi kurikulum dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis ,yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum,serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi kurikulum, prosedur implementasi,metode instruksional,serta pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa. Pertimbangan penting lainnya bagi evaluator kurikulum adalah evaluasi pembelajaran, dan evaluasi sumatif untuk memutuskan melanjutkan program yang dievaluasi atau melanjutkannya dengan program lain. Melalui hasil obesrvasi diketahui evaluasi kurikulum dapat membantu perbaikan pelaksanaan kurikulum dengan menutup celah kekurangannya dan meningkatkan keunggulannya.
PENUTUP 1. Perencanaan pembelajaran IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari TorohGrobogan Perencanaan pengelolaan pembelajaran IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari Grobogan, diawali dengan penyusunan RPP yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum. Penyusunan RPP diserahkan kepada guru kelas, kecuali bidang studi agama dan olahraga, karena bidang studi tersebut diampu oleh guru khusus. Guru merencanakan materi, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar dan teknik penilaian yang digunakan dalam perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang disusun dilengkapi dengan kegiatan pembelajaran dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran yang berisikan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup yang disertai dengan alokasi waktu yang disesuaikan dengan kompetensi, tujuan pembelajaran dan alokasi waktu yang tersedia. Manajemen atau pengaturan kelas direncanakan sebelum proses pembelajaran, masalah siswa yang menjadi basis pembelajaran yang akan diajarakan dipersiapkan terlebih dahulu.
10
2. Pelaksanaan Pembelajaran IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari TorohGrobogan Pelaksanaan pembelajaran berbasis permasalahan siswa dalam pembelajaran IPA diawali, guru membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. Kegiatan membuka pelajaran yang dilakukan bervariasi antara lain adalah dengan menjelaskan rencana pembelajaran tentang materi pokok, mengaitkan materi sebelumnya, dan dengan pretes. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah tidak hanya menggunakan metode kontekstual tetapi juga menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok serta dengan bantuan media. Guru sebagai pengelola atau manajer kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul, maka dengan adanya pendekatan-pendekatan pengeloaan rencana pembelajaran IPA yang ada, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menerapkan pelaksanaan pembelajarannya di dalam kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, dengan adanya pendekatan dan metode pembelajaran IPA sangat membantu guru dalam melaksanakan tugasnya. 3.Evaluasi kurikulum IPA Berbasis Masalah di SDN 1 Genengsari TorohGrobogan Evaluasi kurikulum adalah kegiatan memberikan penilaian terhadap sukses tidaknya kurikulum yang digunakan.Berkaitan dengan evaluasi kurikulum yang digunakan.Guru telah melaksanakan diklat atau workshop kurikulum. Melalui hasil obeservasi diketahui evaluasi kurikulum dapat membantu perbaikan pelaksanaan kurikulum
dengan
menutup
celah
keunggulannya.
11
kekurangannya
dan
meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Ade Gafar dan Taufik Ridwan. 2012. Implemetasi Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran di BPTB Bandung, Jurnal Pendidikan, Hal. 10-30
Abdul Razzak, Nina, 2012. Problem-Based Learning in the Educational Psychology Classroom: Bahraini Teacher Candidates’ Experience. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education
2012, Volume 24, Number 2, 134-
143. Ali
Sodiqin,
Rustam,
2015.
Ruang
Lingkup
Pengembangan
Kurikulum.
http://rustamalis.blogs.uny.ac.id Anggoro, Toha, 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka
Anita, 2013. Penerapan Pendekatan Kontruksivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Gaya. FIP UPI. Bandung
Arsyad,Azhar, 1996. Media Pembelajaran.Jakarta : Raja Grafindo Persada
Cemal Tosun. 2000. The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistr y of Prospective T eachers with Different Academic Backgrounds. Australian Journal of T eacher Education. Cindy E. Hmelo. 2007. Scaffolding and Achievement in Problem-Based and Inquiry Learning: A Response to Kirschner, Sweller, and Clark (2006). Educational Psychologist,42 (2), 99–107. Cholisin. 2006. Materi Pokok Ilmu Kewarganegaraan-Pendidikan Kewarganegaraan. UNY. Yogyakarta.
Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan
Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:
Puskur, Balitbang Depdiknas.
Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta
12
Hamalik, Oemar, 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya
I.G.N Oka, Suparno. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Majid, Abdul, 2013. Perencanaan Pembelajaran.Bandung : Remaja Rosdakarya
Ma’mur Asmani,Jamal, 2013. Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatf. Jogjakarta : DIVA Pres
Mulyono,Hadi,Dkk, 2011. Model, Media, dan Evaluasi Pembelajaran Guru SD. Surakarta
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press
Nata, Abuddin, 2011. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Ngalimun. 2013. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo Necati. 2011. Impact of problem-based learning to students and teachers. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 12, Issue 1, Article 7, p.1 (Jun., 2011). Rusmono. 2012 Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. Jakarta : Ghalia Indonesia Sanjaya,Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Sanjaya,Wina, 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
13
Siddiq, M.Djauhar dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaraan SD. Jakartaa: Dirjen Dikti Depdiknas
Subadi, Tjibto, 2013. Lesson Study sebagai inovasi Pendidikan. Surakarta: KAFILAH Publishing
Sugiyono, 2015.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung: ALFABETA
Sulistyorini, Sri.2007. Metode Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana
Sumaji, Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisus
Suryosubroto, 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sutama, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK,R&D. Surakarta:FAIRUZ MEDIA
Suwanto,Kirno, (2010). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA –Fisika melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII di MTsN. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan , Vol. 03 (02) Halaman 192-193
Suyatna, Agus, 2009. Metode Pembelajaran PAIKEM. FKIP Universitas Lampung, Bandar Lampung
Suyono,Hariyanto, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Uno,Hamzah 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta
14