PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FIQIH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK DI MTs AL-ISLAM MLARAK PONOROGO
Nurul Afifah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro Email:
[email protected]
Abstract Learning management is the capacity of the teacher to design learning process. Through a good management, the learning will be achieved the desired learning objectives. There are three stages in the implementation of learning management namely design strategies and lesson planning, then management during the learning process, and the evaluation of learning outcomes. In the learning management, there are two goals to be achieved. The first is instructional effects, it means the objectives of teaching that explicitly sought accomplishments with specific actions. The second is nurturing effect, it means the goals that show bonding results. It can be achieved because the students are to live in a system of specific learning environment. Interpersonal intelligence as part of a nurturant effect, indispensable achievements. Because mastery of interpersonal intelligence, will be the students as personal understanding the felling, it can take the appropriate action, put yourself supple, harmonious and in tune with the social environment. The correlation between interpersonal intelligence and fiqih is the behavior of dynamic human activity by fiqih’s patterned after the values that guarantee the establishment of a religious and pious society. This is a classroom action research research. Techniques of data collection method by observation, test and interviews. The data analysis tehniques used descriptive was exploratory. Implementation of this research is the learning management of fiqh in MTs. Al-Islam to improve interpersonal intelligence of the students,
2 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 done in two ways. Firstly, by implementing cooperative learning strategies. It is intended that students can interact longer with their friends in the discussions and group work. Secondly, the various actions of the fiqih teacher’s in the classroom and outside the room. The results of interpersonal intelligence of the students in MTs. Al-Islam increase as well. Keywords: Learning Management, Fiqh’s learning, Interpersonal Intelligence.
A. PENDAHULUAN Fiqih sebagai ilmu yang mempelajari hukum-hukum syarī’ah yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, memerlukan berbagai pendekatan dalam pembelajaran di kelas. Karena titik tekan pembahasan fiqih adalah perbuatan-perbuatan mukallaf. Dengan kata lain sasaran dari fiqih adalah manusia dan masyarakatnya. Keterkaitan fiqih dengan konteks kehidupan yang nyata dan dinamis dapat kita baca ketika kita menelusuri cara-cara interprestasi yang menghubungkan suatu hukum dengan latar belakang konstektual lingkungan, dengan mempertimbangkan asbāb nuzūl al-āyah dan asbāb wurūd al-ḥadīth. Demikian juga bila kita menelusuri cara-cara pemecahan masalah yang diterapkan oleh para fuqaha’ dengan adanya pemecahan li al-d}arūrah dan li al-hājah. Hingga pada tingkatan maṣlaḥah d}arūriyah, ḥājiyah dan taḥsiniyah. Ini berarti bahwa kondisikondisi konstektual mulai dari yang terburuk sampai pada yang terbaik, menjadi pertimbangan dalam ketentuan hukum fiqih. Apabila keterkaitan fiqih dengan konteks kehidupan nyata dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran, salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan belajar apa adanya, seperti dalam kehidupan seharihari adalah pendekatan humanistik. Menurut teori pendekatan ini, belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh aspek doamain yang ada, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Teori ini terwujud dalam teori Bloom dan Kratwonl dalam bentuk Taksonomi
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 3
Bloom. Salah satu tokoh aliran kognitif Ausabel, juga mewujudkan teori pendekatan ini dengan pembelajaran bermakna atau meaningful learning.1 Dan untuk mengoptimalkan pendekatan humanistik, diperlukan pendekatan pembelajaran lain yang menyediakan berbagai pengalaman belajar pada peserta didik, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang mereka miliki. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan multiple intelligences yang ditemukan oleh Howard Gardner. Salah satu dari kecerdasan beragam yang dikemukakan oleh Gardner adalah kecerdasan interpersonal. Pembelajaran fiqih dengan pendekatan interpersonal merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan penguasaan aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam hal ini tujuan diterapkannya metode membelajaran ini adalah untuk membiasakan peserta didik menghargai perbedaan, memahami teman, serta peka terhadap lingkungan. Berdasarkan gambaran tersebut, penelitian ini akan membahas bagaimana pengelolaan pembelajaran fiqih untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Islam Mlarak Ponorogo. Dan apa saja tindakan yang dilakukan oleh pendidik fiqih untuk meningkatkan kemampuan interpesonal peserta didik. Untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran fiqih untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik dengan unsur-unsur yang harus ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, tes dan wawancara. Proses analisis data dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif. Dan langkah terakhir penarikan kesimpulan.
1 Belajar tidak hanya dalam lingkungan formal, sebagian pembelajaran bermakna bisa jadi berlangsung sewaktu berkumpul dengan keluarga, teman sebaya atau ketika berada di lingkungan masyarakat.
4 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015
B. KAJIAN TEORI 1. Pengelolaan Pembelajaran Fiqih Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Setidaknya ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran di kelas, antara lain: penentuan perencanaan dan strategi pembelajarn, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. a) Penentuan Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini perhatian pendidik harus terfokus pada peserta didiknya. Karena tujuan pendidik mengajar adalah bagaimana peserta didik bisa belajar dan mengerti apa yang disampaikan kepadanya. Belajar dan mengajar adalah dua proses yang berbeda. Belajar lebih menekankan proses transfer of knowledge sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Subjeknya adalah peserta didik, sedangkan mengajar adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik sehingga terjadi proses belajar pada peserta didik. Tugas pendidik adalah menjembatani perbedaan ini. Dengan cara memikirkan kepentingan peserta didik terlebih dahulu,2 baru kemudian merancang cara penyampaian materi yang tepat bagi mereka. Jadi bukannya bagaimana pendidik mengajar, kemudian peserta didik mengerti, akan tetapi bagaimana peserta didik bisa mengerti, baru disusun rancangan cara mengajar yang sesuai.3
Apakah materi ini bermanfaat dalam kehidupannya, bagaimana kondisi kelas saat mengajar, berapa banyak waktu yang tersedia, bagaimana kondisi fikiran siswa saat diajar? 2
3 Adi. W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 158.
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 5
b) Proses Pembelajaran Berbicara tentang proses pembelajaran, maka dalam fikiran kita tidak bisa lepas dari peran seorang pendidik. Secanggih apapun tehnologi yang berkembang saat ini dalam pembelajaran, peran pendidik tetap diperlukan. Untuk mengetahui lebih jauh tentang peran pendidik dalam proses pembelajaran, berikut ini peneliti paparkan beberapa peran pendidik selama proses pembelajaran, antara lain: 1) Sebagai Sumber Belajar Peran pendidik sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Jika seorang pendidik menguasai betul materi yang akan disampaikan maka dengan penuh percaya diri dia akan menjawab pertanyaan dari peserta didiknya.4 Sering kali kita mendengar peserta didik yang tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran karena bosan, sulit, mengantuk dan berbagai alasan lainnya. Sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah pendidik belum mengetahui cara menyajikan materi dengan benar, menyenangkan, dan dapat menarik perhatian peserta didiknya. Jika seorang pendidik ingin komunikasinya berjalan efektif dengan peserta didiknya, maka setidaknya ada tiga elemen penting dalam berkomunikasi diantara keduanya, yaitu: pertama konten; Konten ini mencakup kemampuan pendidik dalam membangun hubungan dengan siswa, membangkitkan motivasi, memberikan nilai tambah dan membangkitakan rasa ingin tahu dan pertanyaan. kedua penyampaian; yang meliputi penggunaan tubuh seorang pendidik sebagai media penyampaian, postur, kontak mata, ekspresi wajah, kualitas suara dan gerakan tubuh. Dan ketiga konteks; meliputi suasana hati atau mood, aturan yang berlaku
4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 20.
6 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 di kelas dan sekolah, pengalaman, pembelajaran terdahulu dan sebagainya. Seorang pendidik harus mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi situasi yang mendukung proses pembelajaran.5 Cara lain untuk mengoptimalkan peran pendidik sebagai sumber belajar, hendaknya seorang pendidik tidak segan untuk membuat catatan materi dan alur penyajian yang diharapkan bisa membantu proses pembelajaran. Hal itu dapat dilakukan dengan membuat mind-map atau peta pikiran yang berisi poinpoin penting yang berhubungan dengan materi pelajaran, selanjutnya membuat penjelasan yang lebih detail di kertas. Dan terakhir seorang pendidik hendaknya membuat out-line pada selembar kertas yang cukup besar yang dapat di tempelkan di tembok kelas. Dengan demikian pendidik dapat melihat ide-ide pokok yang akan disampaikan, sekaligus acuan bagi peserta didiknya.6 2) Sebagai Fasilitator Sebagai fasilitator pendidik berperan dalam memberikan pelayanan untuk mempermudah peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar. Hal-hal yang harus dilakukan dalam perannya sebagai fasilitator adalah memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Disamping itu pendidik harus bisa mengorganisasikan berbagai media tersebut. Pemahaman ini penting mengingat belum tentu satu media pembelajaran cocok untuk mengajarkan semua bahan pelajaran.
Adi. W. Gunawan, Genius Learning Strategy…, h. 156.
5
Ibid., 159-160. Lihat juga dalam Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h. 20-21.
6
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 7
3) Sebagai Pengelola Peran pendidik dalam pengelolaan pembelajaran (learning manager) adalah bagaimana menciptakan iklim belajar yang senyaman mungkin bagi siswanya. Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, pendidik memiliki empat fungsi umum, yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, yaitu: (a) Merencanakan tujuan pembelajaran. (b) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. (c) Memimpin, hal ini meliputi memotivasi, mendorong, menstimulasi peserta didik. (d) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berjalan sebagaimana mestinya atau belum, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.7 4) Sebagai Demonstrator Peran pendidik sebagai demonstrator adalah untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang membuat peserta didik lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks pendidik sebagai demonstrator; yaitu, pendidik harus bersikap terpuji, dia harus menunjukkan bahwa ia merupakan sosok yang dapat digugu dan ditiru. Bagaimana ia bisa menjadi sosok yang ideal, sehingga apa yang dilakukannya bisa menjadi acuan bagi peserta didiknya. Kedua, sebagai demonstrator pendidik hendaknya bisa menunjukkan bagaimana setiap materi dapat difahami dan dihayati oleh peserta didik.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h. 22.
7
8 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 5) Sebagai Pembimbing Ketika berhadapan dengan para peserta didik yang mempunyai karakter sendiri-sendiri, maka peran pendidik sebagai pembimbing sangat diperlukan. Perbedaan individual mengharuskan pendidik membimbing mereka untuk dapat menemukan berbagai potensi yang mereka miliki sebagai bekal kehidupan kelak. Membimbing peserta didik untuk mencapai dan melaksanakan tugas mereka. 6) Sebagai Motivator Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Seorang pendidik harus bisa memotivasi peserta didiknya untuk lebih aktif dalam pembelajaran. 7) Sebagai Evaluator Sebagai evaluator, pendidik berperan untuk mengumpulkan data tentang keberhasilan pembelajaran yamg telah dilakukan. Selain untuk menilai keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, atau keberhasilan peserta didik dalam menyerap materi kurikulum, peran pendidik sebagai evaluator adalah untuk menilai sejauh mana keberhasilannya sendiri dalam melaksanakan seluruh program yang telah direncanakan. c) Evaluasi Pembelajaran Aspek penting lain dalam pengelolaan pembelajaran adalah evaluasi atau penilaian. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, Norman E. Gronlund dalam bukunya Ngalim Purwanto mendefinisikan evaluasi sebagai sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pengajaran dapat tercapai oleh siswa.8 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
8
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 9
Evaluasi dalam pembelajaran tidak dilakukan untuk mengetahui hasil belajar saja, melainkan harus dilakukan selama proses pembelajaran itu sendiri. Karena dengan evaluasi tersebut dapat dilakukan revisi terhadap strategi pelaksanaan pengajaran atau sebagai umpan balik dan remedial pengajaran. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, antara tujuan pengajaran, proses belajar-mengajar, dan prosedur evaluasi, ketiganya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi evaluasi di dalam pendidikan dan pengajaran adalah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sejauh mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler. Disamping itu evaluasi dapat digunakan oleh para pendidik dan pengawas pendidikan untuk mengukur sejauh mana keefektifan pengalaman mengajar, kegiatan pembelajaran, dan metode pengajaran yang digunakan.9 2. Pembelajaran Fiqih Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Fungsi pembelajaran fiqih adalah untuk penanaman nilainilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam, Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan masyarakat, dsb. Remaja Rosydakarya, 2006), h. 3. Ibid, h. 5.
9
10 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Adapun tujuan yang akan dicapai dari pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh baik berupa dalil naqlī dan ‘aqlī. sehingga menjadi pedoman hidup dan kehidupan peserta didik baik secara pribadi maupun sosial. Disamping itu diharapkan peserta didik dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam tersebut dengan benar. Muatan materi dalam pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah mencakup 4 aspek yaitu: fiqih ibadah. Materi ini mencakup tentang thaharah, shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, makanan dan minuman serta tata cara penyembelihan, aqiqah dan qurban. Fiqih muamalah, mecakup meteri tentang muamalah, muamalah di luar jual beli, tatacara perawatan jenazah dan ziarah kubur.10 Dan melakukan pergaulan remaja sesuai shariat Islam. Fiqih jinayah, mencakup materi tentang memahami jinayah, hudud dan sanksinya. Dan fiqih siyasah dengan materi yang membahas tentang; mematuhi undang-undang negara dan syariat Islam, Memahami kepemimpinan dalam Islam, dan memelihara, mengolah lingkungan dan kesejahteraan sosial. Pembelajaran fiqih mempunyai kedudukan yang penting dalam kerangka kehidupan beragama peserta didik. Karena dengan mempelajari fiqih peserta didik dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana kaifiyah beribadah yang baik, apa yang dibolehkan dan apa pula yang dilarang disaat melakukan ibadah. Disamping itu dalam pembelajaran fiqih juga peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang tentang tata cara berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sosial. Untuk itu dibutuhkan sebuah pengelolaan pembelajaran yang lebih memberdayakan peserta didk. Sebuah pengeloaan pembelajaran yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal 10 Departemen Agama RI, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2007 Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Depag RI ), h. 66-69.
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 11
fakta-fakta, tetapi sebuah pengelolaan pembelajaran yang mendorong peserta didik mengonstruksikan pengalaman dibenak mereka sendiri. Juga pengelolaan pembelajaran yang merangsang dan mendorong peserta didik mampu mengembangkan kreatifitas dan potensi-potensi positif pada dirinya. 3. Kemampuan Interpersonal Berangkat dari konsep multiple intelligences yang ditemukan oleh Gardner menjadi titik tolak bagi pengembangan kecerdasan interpersonal (baca kemampuan interpersonal). Pengembangan ini dimulai dari tujuh macam kecerdasan yang salah satunya menyebutkan kecerdasan interpersonal. Dimana kecerdasan ini menekankan pada kemampuan seseorang untuk memahami orang lain dengan segenap perbedaan motivasi, kehendak, dan suasana hati.11 Kecerdasan interpersonal memberikan keterampilan pada seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan ini dipergunakan untuk berkomunikasi, saling memahami, dan berinteraksi dengan orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal ditandai oleh kemampuannya dalam hal memperhatikan perbedaan dan mencermati niat atau motif orang lain. Dalam bukunya Adi W. Gunawan medefinisikan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk masuk dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan sikap, kepribadian dan karakter orang lain.12 Hal ini bisa ditampakkan pada kegembiraan dalam berteman, berkelompok dan berbagai macam kegiatan sosial.13 Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang dengan baik akan menyukai kegiatan berkelompok Hadi Suyono, Social Intelligence, Cerdas Meraih Sukses Bersama Orang Lain dan Lingkungan, (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2007), h. 101. 11
Adi. W. Gunawan, Genius Learning Strategy…, h. 237.
12
Julia Jasmine, Mengajar dengan Kecerdasan Majemuk, Implementasi Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007), h. 26. 13
12 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 dan collaborative learning. Mereka juga menyukai kegiatan yang mengharuskan mereka melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara dengan orang dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas dan tanggung jawab, menjadi penengah atau mediator dalam perselisihan baik di kelas maupun di rumah dan mengikuti permainan yang melibatkan upaya menyelesaikan suatu konflik. Metode pembelajaran kooperatif (belajar kelompok), diskusi, dan solving problem, merupakan metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didik yang memiliki perkembangan kemampuan interpersonal. Dan bisa jadi pendidik yang merancang metode pembelajaran kooperatif juga memiliki jenis kemampuan ini. Pembelajaran kooperatif secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal, mengajar peserta didik untuk dapat bekerjasama dengan baik dengan orang lain. mendorong berkolaborasi, berkompromi, dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.14 Dan secara umum menyiapkan mereka untuk dunia hubungan personal dan bisnis yang sebenarnya. Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berfikir. Namun demikian, jika dilihat dari hubungan interpersonal, psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kooperatif pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Madrasah Tsanawiyah Al-Islam merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta di bawah Departemen Agama di desa Joresan kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo. Madrasah ini mengembangkan kurikulum dari pemerintah dan mengintegrasikan dengan kurikulum 14 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 8.
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 13
pondok modern dan salaf. Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap madrasah ini cukup besar. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah siswa setiap tahun. Visi madarasah Al-Islam adalah menjadi madrasah yang berwawasan keagamaan, berorientasi pada perubahan, disiplin dan berkualitas. Madrasah Al-Islam juga membawa misi untuk terciptanya generasi muslim yang berbudi pekerti luhur, terampil, dinamis dan cinta almamater. Pengelolaan pembelajaran fiqih untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Al-Islam dilakukan melalui perencanaan yang matang dan proses pembelajaran yang diatur menurut teori yang sesuai. Dalam perencanaan pendidik (bidang studi fiqh) menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Hal ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pendidik sebelum memulai bab baru dalam pembelajaran. Demikian juga pendidik fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Islam sebelum memasuki bab baru terlebih dahulu memberikan motivasi pada siswa agar bertindak seperti yang dikehendaki dalam tujuan pembelajaran. Sesuai tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan interpersonal peserta didik. pendidik fiqih memberikan motivasi kepada peserta didik akan pentingnya hidup di lingkungan sosial, memahami dan menghargai perbedaan. Jika dikaitkan dengan materi fiqih maka guru fiqih bisa memberi contoh tentang pemberian shadaqah, hadiah maupun hibah kepada mereka yang lebih berhak. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan perencanaan dan strategi pembelajaran. Sebagai perencanaan pembelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh pendidik fiqih Madrasah Tsanawiyah al-Islam bahwa beliau lebih mengutamakan persiapan pembelajaran dalam bentuk penyususnan silabus dan I’dād al-Tadrīs (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP). Dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut memuat sekurang-kurangnya tujuan
14 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Pada tahap proses pembelajaran pendidik fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Islam menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal, mengajar siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dengan orang lain., mendorong berkolaborasi, berkompromi, dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat.15 Siswa dilatih dan terus dilatih untuk bekerjasama dalam satu kelompok yang heterogen sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Hal ini di dasarkan pada teori multiple intelligences Howard Gardner bahwa kecerdasan dapat diajarkan. Melalui pengalaman, respon emosional yang mendalam dan memusatkan perhatian dan usaha para individu pada suatu kecerdasan tertentu maka kecerdasan yang dimaksud akan timbul meskipun tidak mencapai level tertinggi.16 Gardner memberi solusi bahwa kemampuan interpersonal dapat dilatih dan diajarkan melalui pembelajaran kooperatif, diskusi, berbagi rasa, dll. Pendapat Gardner ini dikuatkan dengan teori pembelajaran kooperatif oleh Robert E. Slavin dalam bukunya cooperative learning, dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan solusi ideal berbagai masalah, serta menyediakan kesempatan untuk berinteraksi secara kooperatif, menyediakan kesempatan terjadinya kontak personal yang intens di antara para siswa dengan latar belakang ras yang berbeda. Setiap siswa diberi kesempatan yang sama untuk memberi kontribusi yang subtansial kepada timnya dimana posisi anggota tim adalah setara.17 Untuk mewujudkan suasana kelas yang nyaman untuk belajar kelompok, pendidik fiqih di madrasah tsanawiyah Al-Islam telah mempersiapkan bangku-bangku di kelas, selanjutnya di bentuk letter U untuk lebih memudahkan pendidik mengawasi, dan mengontrol kelasnya. Sebagai bahan materi yang harus didiskusikan oleh peserta Ibid.
15
Julia Jasmine, Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk, h. 66.
16
Robert E. Slavin, Cooperative Learning…, h. 102-104.
17
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 15
didik, pendidik fiqih mempersiapkan soal-soal yang sesuai dengan realita yang ada dan tentunya tidak lepas dari muatan fiqih. Adapun hasil evaluasi belajar peserta didik dari hasil observasi penulis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode diskusi telah membawa dampak positif terhadap minat peserta didik untuk belajar ilmu-ilmu fiqih, pembelajaran yang biasanya dengan metode konvensional cenderung membuat peserta didik merasa bosan, sehingga ketika diterapkan suatu model pembelajaran baru, mereka sangat antusias dalam belajar. Selain itu dari hasil angket tentang kemampuan interpersonal yang diberikan kepada peserta didik mengasilkan data kenaikan kemampuan interpersonal peserta didik secara baik. Setidaknya ada dua tindakan yang dilakukan guru fiqih di Madrasah Tsanawiyah Al-Islam untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik. Yaitu tindakan yang dilakukan di dalam kelas, yang berarti tindakan pendidik fiqih dalam mengupayakan pengelolaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan interpersonal itu sendiri, dan tindakan di luar kelas yang berupa kegiatan ekstrakurikuler dalam pengawasan pendidik fiqih maupun pendidik bidang studi lainnya. Jelasnya kedua tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dalam kelas Tindakan-tindakan guru fiqih di dalam kelas yang berdampak pada meningkatnya kemampuan interpersonal siswa, antara lain: a) b) c) d)
Memotivasi siswa untuk menghargai sesama Mengkoordinir siswa dalam pembelajaran kooperatif. Melatih siswa aktif dalam berdiskusi. Berbagi rasa dengan teman sebaya.
2. Tindakan di luar kelas Berbagai tindakan dalam pengawasan guru di luar kelas yang menunjang peningkatan kemampuan interpersonal antara lain: a) Pekan perkenalan b) Class meeting sport.
16 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan pihak madrasah bekerjasama dengan OPMI, antara lain: baksos, shalat berjama’ah, forum ilmiah santri dan diklat kepemimpinan.
D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelolaan pembelajaran fiqih untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Islam desa Joresan kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo, dapat disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut: 1. Pengelolalaan pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah AlIslam untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari persiapan perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran hingga pada hasil pengelolaan penilaian. Ketiga aspek tersebut berjalan dengan baik. Pada tahap perencanaan pendidik fiqih memulainya dengan penyusunan program tahunan, program semester, penyusunan silabus, dan pembuatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap proses pembelajaran diterapkan strategi pembelajaran kooperatif. Ini dilakukan untuk menyesuaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu peningkatan kemampuan interpersonal. Pada tahap penilaian diketahui dari hasil angket yang diberikan pada siswa, bahwa strategi bahwa pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan kemampuan interpersonal dengan hasil baik. 2. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pendidik mata pelajaran fiqih untuk meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas, tindakan dalam kelas antara lain: a. Penerapan strategi pembelajaran dengan metode kooperatif. Hal ini telah membawa dampak yang signifikan terhadap
Pengelolaan Pembelajaran Fiqih ..... | 17
meningkatnya kemampuan interpersonal peserta didik. b. Pemberian motivasi akan pentingnya kehidupan bermasyarakat, bersosial dan saling menghormati diantara teman. c. Berbagi rasa dengan teman atau strategi pembelajaran tutorial (study club). d. Simulasi. Sedangkan tindakan di luar kelas, antara lain: (a) Pekan perkenalan, (b) Class meeting sport. Adapun berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan pihak madrasah bekerjasama dengan OPMI, antara lain: baksos, shalat berjama’ah, forum ilmiah santri dan diklat kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2007 Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depag RI Gunawan, Adi. W., Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006 Jasmine, Julia. Mengajar dengan Kecerdasan Majemuk, Implementasi Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa, 2007 Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2006 Sanjaya, Wina., Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006 Slavin, Robert E. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008
18 | TAPiS Vol. 15, No. 01 Januari – Juni 2015 Suyono, Hadi. Social Intelligence, Cerdas Meraih Sukses Bersama Orang Lain dan Lingkungan, Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2007