B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o n f l i k U m a t B e r a g a m a . .. 6 1 7
Bookreview
Ju d u l Penulis
: Mengelola Kemajemukati Umat Beragama : B ahrul H ayat
P enerbit : PT. Saadah C ipta M andiri, Jakarta T ah u n : 2012 T ebal : x + 232 H alam an ISB N : 978-602-18193-0-2
PENGELOLAAN KONFLIK UMAT AGAMA DI INDONESIA Y u sd a n i FLAI U II dan Penelitd PSI U II Y ogyakarta Em ail: yusdani_m si@ yahoo.com
A . P en d a h u lu a n B eberapa tah u n belakangan ini di Indonesia, isu radikalism e dan konflik bernuansa agam a m enguat kem bali dan jika tidak segera dicarikan solusinya ■bukan
ddak
m ungkin
akan
m engguncangkan
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara Indonesia. Berbagai peristiw a konflik b ern u an sa agam a di Indonesia, misalnya konflik P oso, konflik M aluku dan M aluku U tara, konflik K alim antan, dan kasusu-kasun lain. F enom ena ini m enggam barkan suatu ironi di satu pihak dikatakan bahw a kehidupan agam a di Indonesia m o d erat, toleran
dan dam ai.
A kan tetapi di pihak lain, justru yang terjadi adalah sebaliknya yaitu m unculnya ekskusivitas keberagam aan dalam kehidupan bangsa Indonesia yang m ajem uk. T erk ait dengan fenom ena tersebut, m em unculkan pertanyaan, ada apa dengan agam a di Indonesia? A pakah agam a m em ang m elegitim asi konflik dan kekerasan, bah k an teror?
A pakah agam a berperan sebagai su m b er p ro b lem
atau su m b er solusi? B agaim ana jika konflik agam a ini tersu berlanjut dalam
618 Millab Vol. X II, No. 2, Februan 2013
sebuah bangsa yang m ajem uk?
Pertanyaan-pertanyaan sem acam ini w ajar
terlontar, m engingat bahw a agama selama ini diklaim pem eluknya sebagai pem baw a misi perdam aian dunia. B. Akar K onflik B e m u a n sa A gam a U n tu k m engem uka.
m enjelaskan
m engapa
D alam kaitan inilah
konflik
bem uansa
agam a
sering
kehidupan agama perlu dipaham i dalam
konteks relasinya dengan kehidupan riil m anusia. O leh lkarena itu adalah naif jika agama diposisikan bebas dari segenap kenyataan hidup. A gam a, dalam konteks inilah
perlu ditem patkan secara proporsional dalam konteksnya.
D engan dem ikian dap at dikatakan bahw a agam a perlu dipaham i dan ditafsirkan dalam konteks pluralitas perm asalahan yang dihadapi oleh para pem eluknya. N am u n dem ikian, cara pandang atau pendekatan yang begitu dom inan kalau tidak malah m erupakan m ainstream adalah bahw a berbagai bencana dan tragedi kem anusiaan yang m elibatkan agama, tidak lain akibat terjadinya pem busukan dan pengorupsian agama.
Pandangan dem ikian ini seddaknya
m enjelaskan bahw a terdapat lima tanda proses pem busukan dan pengorupsian agama, yaitu: 1. Klaim kebenaran. A danya klaim ini pada gilirannya m endegradasi pem aham an um at beragam a terhadap ke-Segala-M aha-an T uhan.
Biasanya hal ini disebabkan
pem eluk agama meyakini bahw a kitab suci m ereka m em ang m engajarkan kebenaran m onolidk
(tunggal).
Penafsiran kitab suci, dengan dem ikian
berperan penting dalam m ew arnai sikap um at beragam a. 2. K etaatan buta terhadap pem im pin agama. M unculnya gerakan-gerakan keagam aan radikal, seperti People T em ple pim pinan Jim Jo n es di G uyana, atau A um Shinrikyo di baw ah pim pinan D avid K oresh di Texas, tak elak dari ketaatan buta ini. D arinya lahir keberagam aan yang m em babi buta dan fanadsm e berlebihan.1 3. U paya-upaya m em bangun zam an ideal.
'Charles Kimball, Kala Agama Jadi Bencana Pengantar Dr. Sindhunata terjemahan Nurhadi dari When Religion Becomes Evil, (Bandung: Mizan,2003), hlm.125-157.
B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o r t f l i k U m a t B e r a g a m a . .. 6 1 9
D alam hal ini dijelaskan bahw a jika visi agam a ten tan g zam an ideal itu diw ujudkan d an para pem eluknya m eyakininya
sebagai k ehendak T u h a n
sendiri, m aka agam a sebenarnya telah terk o ru p , d a n karenanya jahat.
Di
A fghanistan, d a p at disaksikan bagaim ana rezim T aliban b e rb u a t kekejarnan terh ad ap w arganya sendiri dengan dalih ketaatan terh ad ap syariat Islam .2 4. T u ju an m enghalalkan segala cara. T a n d a ini biasanya terjadi pada k o m p o n e n -k o m p o n e n agam a, baik berkaitan identitas m a u p u n institusi agam a.
A m bisi m enunjukkan identitas
agam a K risten, m isalnya, telah m engakibatkan p em b an taian o ran g Y ahudi pada m asa N azi.3 5. P erang Suci P uncak dari k eem p at tanda di atas adalah m erebaknya ide p eran g suci (holy war atau jihad). D i sepanjang sejarah, ide inilah yang m elandasi terjadinya kekerasan dan konflik agam a.
Ini juga yang tam pak pada peristiw a terjadinya
p en g eb o m an ged u n g W T C di A m erika, b o m Ball d an aksi-aksi terorism e lainnya, juga b erada dalam kerangka m enegakkan p e rin ta h suci T u h a n yang dianggap pelakunya sebagai jalan suci.4 S edangkan di sisi lain m unculnya pula cara p an d an g bahw a konflik bern u an sa agam a karena: Pertama, konflik m erupakan respons terh ad ap kondisi yang sedang berlangsung. R espons te rseb u t m uncul dalam b en tu k evaluasi, penolakan, atau bah k an perlaw anan. M asalah-m asalah yang ditolak d a p a t b eru p a asum si, ide, lem baga,
atau
nilai-nilai
yang
dap at
bertan g g u n g
jaw ab
terh ad ap
keberlangsungan keadaan yang ditolak. Kedua, konflik tidak b e rh e n d pada upaya penolakan, m elainkan terus berupaya m engganti tatan an lain. Ciri ini m e n u n ju k k an bahw a di dalam konflik terk an d u n g suatu p rogram atau pandangan dunia (world view) tersendiri. U m at beragam a berupaya kuat u n tu k m enjadikan tatanan te rseb u t sebagai ganti dari tatanan yang sudah ada.
21bid, hlm.164-191. 'Ibid, him. 197-228. 4Ibid\ him. 234-263.
620 Millah Vol. X II, No. 2, Februari 2013
Ketiga, pem eluk agam a m emiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran program atau ideologi yang m ereka bawa. D alam gerakan sosial, m ereka rnem perjuangkan keyakinan yang m ereka anggap benar dengan sikap em osional yang m enjurus pada kekerasan.5
C. S u m b e r d a n F a k to r P e n y e b a b Penjelasan tentang sum ber dan faktor penyebab tim bulnya konflik bernuansa agam a terseb u t di atas sedikit banyak pem benarannya akan segera tam pak ke perm ukaan tatkala terjadi peristiw a konflik atas nam a agama. Secara em pirik, konflik atas nam a agam a di belahan dnnia m uncul dalam bentuknya yang paiing konkret. D i B osnia misalnya, kaum O rto d o k s, K atolik, dan Islam saltng m em bunuh. D i Irlandia U tara, um at K atolik dan P ro testa n saling berm usuhan. Begitu juga di T anah A ir terjadi konflik antaragam a di P o so dan di A m bon. K esem uanya ini m em berikan penjelasan betapa konflik atas nam a agama sering kali m enjadi ancam an bagi m asa depan perdam aian.6 B erkem bangnya konflik bernuansa agama di Indonesia, sebenarnya bukan hanya satu kenyataan ironi sosio-historis dalam negara m ajem uk. Akan tetapi konflik atas nam a agam a juga dapat m enjadi ancam an bagi m asa depan bangsa yang m endam bakan keam anan dan kedam aian. Tindakan
radikalism e
yang dapat m eninm bulkan
konflik
di
atas
dilakukan bertujuan sebagai m em bela agama tetapi justru telah m engabaikan nilai-nilai agama sebagai pem baw a dam ai dan kem anusiaan. O rang-orang eksklusif kurang begitu m enyadari bahw a rnem perjuangkan keadilan dan kebenaran dalam agam a tidak dapat dibenarkan kalau m enggunakan media kekerasan. Sem ua orang m enyam but baik ketika pengadilan
D enpasar, Bali,
m envonis m ereka hukum an seum ur hidup dan hukum an m ati atas tindakan yang telah m elenyapkan ratusan nyawa. A kan tetapi apakah cara itu efektif. Scbagian orang m asih m eragukan efektivitas hukum an itu u n tu k m engatasi aksi 5Adrian Renaldi, "Radikalisme Agama Ancaman bagi Pemilu 2004?" From http:/Avww.sinarharapan.co.id/berita/0402/10/opi02.html.accessed.12 Januari 2011. 6 Masykuri Abdillah, "Agama dalam Pluralitas Masyarakat Bangsa" dalam Harian Kompas (opini) Jumat 25 Februari 2000.
B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o n f l i k U m a t B e r a g a m a .. . 621
kekerasan atau terorism e bahkan konflik. Cara itu dianggap m asih m enyisakan sejum lah persoalan karena penyelesaian hukum
tidak m cnyentuh m asalah
terorism e, kekerasan atau konflik yang benuansa agam a secara kom prehensif. H u k u m an hanyalah sebuah shock therapy. O leh karena itu, terorism e, kekerasan atau konflik atas nam a agam a sesungguhnya terkait dengan beberapa m asalah m endasar,
antara
lain,
pertama,
adanya
w aw asan
keagam aan.
Kedua,
penyalahgunaan sim bol agam a. Ketiga, lingkungan yang tidak k o n d u sif yang terkait dengan kem akm uran dan keadilan. Keempat, fak to r eksternal yaitu adanya perlakuan tidak adil yang dilakukan satu kelom pok atau negara terhadap sebuah kom unitas. A kibatnya, kom unitas yang m erasa diperlakukan tidak adil bereaksi. O leh karena itu, terorism e, kekerasan atau konflik atasnam a agam a hanya dapat dicegah secara fundam ental kalau keem pat p o k o k m asalah te rseb u t disen tu h .7 U n tu k m enelusuri dan m encari solusi terh ad ap konflik yag bernuansa agam a di Indonesia dew asa ini, buku Mengelola Kemajemukan Umat Beragama ini m eletakkan betapa strategis dan pentingnya pengelolaan kem ajem ukan um at beragam a ini diletakkan dalam konteks kehidupan bangsa In d o n esia yang plural. B uku ini m en co b a m enaw arkan bagaim ana m em aham i konflik yang bernuansa agam a dan bagaim ana pula solusinya. A gam a secara teologis m em pengaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertin d ak panganum ya. P erbedaan pem aham an p e n g an u t agam a terh ad ap aspek teologis dan ritual agam a yang dianutnya sangat berpengaruh terhadap cara m engim plem entasikan berbangsa, dan
ajaran
bernegara.
terseb u t P erbedaan
dalam
k eh idupan
berm asyarakat,
baik internal m a u p u n
a n taru m at
beragam a seringkali disebabkan oleh tingkat p em aham an yang sem pit yangt m engarah pada fanatism e agam a, dan form alism e agam a.8
7 Hasyim Muzadi, dalam Kompas tanggal 2/9/03. 8 Bahrul Hayat, Mengelola Kemajemukan Umat Beragama (Jakarta: PT. Saadah Cipta Mandiri, 2012), hlm.111-112. Secara keseluruhan buku ini terdiri dari sepuluh bab. Bab pertama membahas kerukunan sosial dan pluralitas kehidupan bangsa. Bab kedua menjelaskan kondisi keharmonisan umat beragama saat ini. Bab ketiga pengaruh perkembangan lingkungan global, regional dan nasional. Bab keempat menguraikan paradigma nasional dalam pemgembangan keharmonisan umat beragama. Bab kelima sumber konflik daljam kehidupan umat beragama. Bab keenam menjelaskan catur norma pengembangan keharmonisan umat. Bab ketujuh tentang kondisi ideal keharmonisan umkat beragama. Bab kedejlapan mengenai kontribusi
622 Millah Vol. X II, No. 2, Februari 2013
T ingkat pendidikan yang rendah m em pengaruhi tingkat pem aham an agam a m asyarakat. P em ah am an agam a m asyarakat Indonesia
m asih relatif
rendah dan sem pit d an seringkali m engarah ke fanatism e agam a. Fanatdsme agam a m erupakan fak to r yang m em buat pen g an u t agam a ren tan terhadap adanya p erbedaan p en d ap at, pandangan, dan cara beragam a. L ebih jauh lagi dikatakan bahw a fanatism e agam a m em an d an g segala aspek kehidupan, term asuk aspek ekonom i, sosial, dan politik harus diatur sepenuhnya oleh agam a secara tekstual. F anatism e agam a m elahirkan sikap penolakan terhadap keberagam aan lain dan penolakan berinteraksi dengan pem eluk agam a lain. Radikalism e keagam aan seringkali m enjadi w ujud dari sikap fanatism e agam a.9 B erbagai peristiw a konflik dan kekerasan yang dikaitkan dengan agam a yang sering terjadi beberapa tahun terakhir
di In d o n esia lahir
dari sikap fanatism e sekelom pok orang terhadap ajaran dogm atis agam a yang sangat sem pit.10 D am p ak dari p em ah am an yang sem pit terhadap ajaran agam a seringkali juga m elahirkan form alism e agama. A spek sim bolis dari ritual dan budaya agam a dianggap lebih p en tin g dari m akna substantifnya sehingga agam a sebagai pem baw a kedam aian bagi u m a t m anusia kehilangan ruhnya ketika berhadapan dengan adat dan budaya yang berbeda yang pada gilirannnya m e m b u a t soliditas dan keharm onisan um at beragam a terancam . D alam kehidupan m asyarakat akhir-akhir ini seringkali disaksikan berbagai kelom pok yang m engatasnam akan
keharmonisan umat beragama dalam membangun persatuan dan kesatuan' bangsa. Bab kesembilan dideskripsikan kebijakan dan strategi pengembangan keharmonisan u,at beragama, dan bab kesepuluh penutup. 9 Agus Rachmad Widyanto,”Interreligous, Conflict and Recomciliationin Indonesia”, dalam Jerald D. Gort, Hnery Jnasen, and HAL.M. Vroom, Religion, Conflict, and Reconciliation: Multifaith Ideals and Realities ( Amsterdam: Rodopi, 2002), him. 198. Dan Bahrul Hayat, Mengelola, him. 112. 10 Cornelius D. Ronowidjoyo, “Harmoni Indonesia Raya di Tengah Gejala Dekadensi’, dalam Jimmy Oentoro, Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa: Membangun Bhinneka Tunggal Ika di Burnt Nusan/ara (Jakarta: Gramedia, 2010), him. 66, dan Bahrul Hayat, Mengelola, him. 112113.
B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o n f l i k U m a t B e r a g a m a . .. 6 2 3
agam a terte n tu bertindak secara sepihak terhadap aktivitas sosial budaya m asyarakat yang dipandang keluar dari ajaran agam anya.11 F ak to r internal lainnya yang seringkali m enjadi penyebab lahirnya konflik u m at beragam a adalah m unculnya aliran sem palan sebagai reaksi dari kelo m p o k agam a terten tu terhadap agam a yang dianutnya yang dipandang sebagai interpretasi yang paling b en ar terhadap agam anya.
G erakan yang
bersifat ke dalam ini seringkali m elahirkan berbagai aliran teologi dalam agama tertentu. K egiatan aliran sem palan yang dilakukan baik secara perorangan m au p u n
kelom pok atas dasar keyakinan terhadap agam a te rte n tu
secara
m enyim pang m enim bulkan keresahan dalam kehidupan beragam a. Laliirnya aliran sem palan akan sangat berbahaya bagi harm onisasi kehidupan um at beragam a dan integrasi bangsa apabila di dalam nya terkait kepentingan politik u n tu k eksistensi aliran terseb u t dalam kehidupan berbangsa dan bern eg ara.12 T idak dap at dipungkiri bahw a eksistensi suatu m asyarakat dalam suam negara heterogin dan plural seperti Indonesia tidak terlepas dari interaksi kelo m p o k m asyarakat terseb u t dengan dunia luar. D u n ia luar adalah kondisi yang datang dari luar kom unitas dan m em pengaruhi persepsi dan sikap kom unitas
terseb u t dalam
sikap
dan
tindakannya.
E ksistensi
m asyarakat
te rseb u t dilihat dari sentim en suku, ras, atau agam a dari kom unitas terkait. B eberapa faktor eksogen (eksternal/luar) yang m em pengaruhi tum b u h n y a pem ikiran dan gerakan. T erutam a pem ikiran dan gerakan Islam . F ak to r-fak to r terseb u t antara lain isu global, ketim pangan ekonom i dan ketidakadilan sosial politik,
perlakuan
diskrim inatif,
m ayoritas-m inoritas
dan
terancam nya
kepentingan.13 A rus globalisasi yang m elanda sem ua negara dalam berbagai bidang telah
m engakibatkan
terjadinya
p erubahan
sangat cepat pada
kehidupan
m anusia. G lobalisasi yang lahir sebagai proses dari p eradaban m anusia yang
11 Zachary Abusa, Political Islam and Violence in Indonesia ( New York: Routledge, 2007), him. 93, dan Bahrul Hayat, Mengelola, him.113. 12 M. Amin Djamaluddin, Capita Selekta Aliran-Aliran Sempalan di Indonesia ( Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, 2002), him. 94 dan Bahrul Hayat, Mengelola, him. 113114. 13 Bahrul Hayat, Mengelola, hlm.l 14-115.
624 Millah Vol. X II,
N o.
2, Februari 2013
diharapkan sem akin m em baw a m anusia kepada kehidupan yang lebih baik dcngan
m enjunjung tinggi nilai-nilai R A M
dan
dem oktrasi, justru
telah
m cnciptakan berbagai m asalah bagi bangsa d an kelom pok m asyarakat tertentu. Tajam nya persaingan antara kelo m p o k negara dan m asyarakat yang kuat dengan kelom pok negara dan m asyarakat yang lem ah
dari berbagai segi telah
m elahirkan hegem oni global yang m engakibatkan lahirnya perasaan ddak adil d an negara dan m asyarakat yang lem ah. Persaingan terseb u t telah m e n d o ro n g pihak yang lem ah u n tu k m em p ertah an k an diri. N a m u n den g an hegem oni politik dan ekonom i global yang sem akin keras dan upaya u n tu k m em peroleh keadilan bagi kelom pok yang lem ah sem akin sulit dan jauh u n tu k diw ujudkan.14 K e d m p an g a n ekonom i dan keddakadilan sosial politik a n tar kelom pok m asyarakat beragam a juga seringkali m enjadi faktor yang m em pengaruhi pem ikiran
dan gerakan
Islam
di Indonesia.
K ed m p an g an
ekonom i dan
keddakadilan politik baik yang terjadi secara horizontal m a u p u n vertikal antara kelom pok m asyarakat beragam a m enjadi penyebab dab faktor pen tin g yang m em pengaruhi dinam ika pem ikiran dan gerakan Islam di In d o n e sia.15 Selain itu, perlakuan diskrim inatif kepada individu dan kelom pok agam a tertentu kepada
baik disengaja m au p u n ddak disengaja u tn u k m em p ero leh akses su m b efr
daya
alam ,
fasilitas
sosial,
dan
fasilitas
um um
juga
dipertim bangkan dap at m em pengauhi pem ikiran dan gerakan Islam . F aktor eksogen lainnya yang juga d a p at m em pengaruhi kehidupan um at beragam a adalah m erasa terganngu atau terelim jinasi oleh kelom pok agam a lain., antara lain kelangsungan hidup suatu kelom pok keagam aan terancam , kependngan ekonom i kelom pok itu ternancam , dan status dan peran kelom pok itu terancam serta ideologi kelom pok itu terancam .16 F ak to r lain yang ddak kalah pentingnya yang m em pengaruhi pem ikiran dan gerakan beragam a, seringkali terkait dengan terganggunya :relasi dalam m asalah keagam aan baik in tern um at m a u p u n antarum at beragam a, m aupun antara u m a t beragam a dengan pem erintah, seperti pendirian rum ah ib ad al
14 Ibid. him. 115-116. 15 Ibid.bknA 17-118. 16 Ibid, him. 120-121.
B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o n f l i k U m a t B e r a g a m a .. . 6 2 5
penyiaran agama, bantuan pihak asing, perkaw inan beda agama, penodaan agama, dan lain-lain.17 D ari
keseluruhan
pem bahasan
buku
Mengelola Kemajemukan
Umat
Beragama terlihat dengan jelas cara pandang yang digunakan oleh penulis untuk m em aham i dan menganalisis kondisi obyekdf konflik yang bernuansa agama di Indonesia adalah dalam gam bar sebagai berikut:
Pem etaan dan analisis konflik atas nam a agam a tersebut di atas dalam konteks Indonesia, m engintegrasikan tiga pendekatan sekaligus, yaitu: Pertam a, cultural approach, m enekankan pada tradisi yang m elekat dalam diri Islam Indonesia. D alam prosesnya pendekatan ini m elihat bagaim ana interpretasi
individu
terhadap
ayat-ayat
suci
dan
dam paknya
dalam
m em pengaruhi perilaku politik [political behavior). D alam beberapa karya ilmiah terkait radikalisme, pendekatan ini paling dom inan dipakai dalam m em pelajari Islam di Indonesia. K edua, security approach suatu pendekatan yang banyak dilakukan oleh orang-orang
yang tidak
m engerti
Islam,
m ereka
hanya
m en co m o t dan
m engkom parasikan beberapa pem ikiran. H al tersebut m enyebabkan m unculnya indikator yang tidak jelas m engenai konflik bernuansa agama. Bahkan dapat
17 Ibid. him. 121.
6 2 6 M illa b V o l. X I I , N o . 2 , F e b r u a r i 2 0 1 3
dikatakan bahw a p endekatan
pertam a dan pendekatan kedua m elahirkan
p e rp sek tif good and bad moslem, atau di Indonesia lebih dikenal d e n g an istilah Islam m o d erat dan Islam radikal. Im plikasi
dari pendekatan
pertam a
dan
kedua ialah
tereduksinya
m asalah Islam dan politik dari p en n asalah an awalnya yang sangat kom pleks, hanya sebatas m enjadi m asalah konflik. P adahal konflik itu sendiri hanyalah akibat dari perm asalahan sosial. U n tu k m enanggulangi hal terseb u t, penulis buku ini scperti halnya ditaw arkan oleh peneliti lain m encoba m enaw arkan pendekatan baru dalam konteks keindonesiaan, yakni historical sociolog) approach dan political economy approach. P endekatan ini m elihat akar konflik agam a berh u b n g an erat dengan lingkungan sosial dan penyebabnya. Dua pendekatan terakhir historical sociolog) approach dan political economy approach tersebut memang bermuara pada kesimpulan bahwa ketidakadilan sosial sebagai akar konflik agama di Indonesia. Cara pembacaan seperti ini bisa diterima di Indonesia karena tiga hal: Pertama, karena ide ini merupakan respon sosial terhadap globalisasi yang tidak bisa menepati janjinya untuk menyejahterakan rakyat. Kedua, karena tidak ada organisasi lain (kiri) yang bisa menampung dan mewadahi pemikiran dan keinginan mereka. Ketiga, karena liberalisme telah didomesdfikasikan. Oleh karena itu, Islam menjadi satusatunya lcnsa yang tersedia kepada orang-orang yang merasa dibohongi modemitas untuk mengajukan perlawanan terhadapnya, karena ideologi lain sudah ambruk atau tcrdomestikasi.18 P em bacaan yang lebih kritis akan konflik yang bernuansa agam a sebagai gejala m o d e rn sangat kom pleks. Ia m em iliki m atriks yang bersinggungan secara inhcrcn dengan arus m odernisasi dan globalisasi yang m em beri ruang dan, dalam bcberapa hal, m em aksa m unculnya identitas parokial serta ekspresi politik berb alu t kekerasan. Jangkauan pengaruhnya m engalir paralel dengan penyebaran m odernisasi dan globalisasi.19 M araknya aksi-aksi kekerasan, te ro r m engatasnam akan jihad d a n konflik atas nam a agam a pascatum bangnya rezim O rd e b aru pada 1998 m enandai ,8“Ketidakadilan Sosial, Akar Radikalisme”, dalam Komunitas Vol.III No.8-Agustus 2011, Jakarta: Maarif Institute For Culture and Humanity, him.4-5. l9Abdullah bin Syaikh Mahfuz bin Bayah, at - Irhab at-Tasykhis wa al-Hulul, (Rivad:Maktabah al-Ibyikan, 2007), him.39-42.
B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o n f l i k U m a t B e r a g a m a .. . 6 2 7
ekspansi dan m eningkatnya p en garuh eksklusivitas agam a dalam lanskap politik Indonesia k o n tem porer. D alam konteks ini, dim ensi e k o n o m i polidk yang m ew arnai pergeseran lanskap geopolitik global dan ketegangan h u b ungan agam a-negara yang terjadi dalam ranah p olidk d o m esd k selalu m enjadi bagian pen tin g yang berp eran m e n d o ro n g p ertu m b u h a n konflik atas n am a agam a.20
D . K o n se p si H a r m o n isa si K eliid u p an B eragam a d i I n d o n e s ia D alam buku Mengelola Kemajemukan Umat Beragama ini di sam ping ditaw arkan bagaim ana m em aham i dan m enganalisis konflik bern u an sa agam a, juga
dikem ukakan
suatu
konsepsi
peningkatan
harm onisasi
kehidupan
beragam a di In d o n esia dengan m em pergunakan pen d ek atan multilayers (konsepsi berlapis),21 yaitu p em b an g u n an social capital sebagai fondasi u n tu k m engatasi faktor en d ogen dan relasional (sebagai lapis pertama). K em u d ian pengem bangan kebangsaan berw aw asan m uldkultural yang digunakan u n tu k dijadikan landasan bagi sem ua u m a t beragam a u n tu k m em bangun
In d o n esia m encapai tujuan
nasionalnya di atas keragam an dan kem ajem ukan agam a yang dianutnya (sebagai lapis kedua). P em ban g u n an
sosial, ekonom i dan p olidk
serta p endekatan
kebangsaan berw aw asan m uldkultural ( sebagai lapis ketiga).
E . P en u tu p Sebagai p e n u tu p dari keseluruhan uraian te rseb u t di m uka, d a p at dikem ukakan bahw a u n tu k m em aham i fenom ena konflik b e rn u a n sa agam a di Indonesia bukan suatu gejala yang sederhana dan m ikro atau atau fenom ena yang berdiri terpisah dari pergulatan ideologis, teologis dan perso alan tantangan globalisasi. D alam kaitan ini interpretasi d o k trin -d o k trin kitab suci dapat m enyediakan legirimasi d an berfungsi sebagai su m b er daya pem bingkaian (framing resource) bagi aktivism e konflik atas nam a agam a yang sebenam ya pekat
20 Noorhaidi Hasan,” Ideologi, Identitas dan Ekonomi Politik Kekerasan Mencari Model Solusi Mengatasi Ancaman Radikalisme dan Terorisme di Indonesia”,dalam Prisma Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi Edisi Islam dan Dunia Perjumpaan di Tengah Perbenturan Jakarta: LP3ES, Vol.29, Oktober 2010, hlm.3. 21 Bahrul Hayat, Mengelola, hlm.182-186.
628 Millah Vol. X II, No. 2, Februari 2013
dengan nuansa power struggle. O ieh karena itu solusi atas konflik agam a m en u n tu t kajian
secara
m enyeluruh
m em presentasikannya
sebagai
dan unit
lintas sosial
disiplin. h o m o g en
D en g an yang
hanya
diidentifikasi
berdasarkan cakrawala ideologis sem ata jelas hanya akan m engaburkan m asalah. Sebagai
solusi
u n tu k
peningkatan
harm onisasi
kehidupan
um ta
beragam a di In d o n esia dipergunakan pendekatan konsepsi berlapis, yaitu p em bangunan social capital (sebagai lapis pertam a], pengem bangan kebangsaan berw aw asan m ultikultural bagi sem ua u m at beragam a ('sebagai lapis kedud), dan p em bangunan sosial, ekonom i dan politik ( sebagai lapis ketiga).
D A FTA R PUSTAK A
A bdillah, M asykuri. 2000. "A gam a dalam Pluralitas M asyarakat Bangsa" dalam H arian Kompas (opini) Ju m at 25 Februari 2000. A busa, Z achary . 2007. Political Islam and Violence in Indonesia.
N e w York:
R oudedge. Bayah, A bdullah bin Syaikh M ahfuz bin. 2007. al - Irhab at-Tasjkhis wa al-Hulul. R iyad:M aktabah al-Ibyikan. D jam aluddin, M. A m in. 2002. Capita Selekta A liran-A liran Sempalan di Indonesia. Jakarta: Lem baga Penelitian dan Pengkajian Islam. H adiz, V edi R.. 2011. “ K etidakadilan Sosial, A kar Radikalism e” , dalam Komunitas V o l.Ill N o.8-A gustus 2011, Jakarta: M aarif In stitu te F or C ulture and H um anity, hlm.4-5. H asan, N oorhaidi. 2010.” Ideologi, Identitas dan E k o n o m i Politik K ekerasan M encari M odel Solusi M engatasi A ncam an Radikalism e dan T erorism e di Indonesia” ,dalam Prisma M ajalah Pem ikiran Sosial E k o n o m i Edisi Islam dan D unia Perjum paan di T engah P erb en tu ran Jakarta: LP3ES, V ol.29, O k to b e r 2010, him .3. Hayat, Bahrui. 2012. Mengelola Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT . Saadah C ipta M andiri.
B o o k R e v ie w : P e n g e lo la a n K o n j l i k U m a t B e r a g a m a .. . 6 2 9
K im ball, C harles. 2003. Kala Agam a ]adi Bencana P en g an tar D r. S indhunata terjem ahan N u rh ad i dari When Religion Becomes Evil. B andung: M izan. M uzadi, H asyim dalam Kompas tanggal 2 /9 /0 3 . R enaldi, A drian. "R adikalism e A gam a A ncam an bagi Pem ilu 2004?" F rom h t t p : / /w w w .sin a rh a ra p a n .c o .id /b e rita /0 4 0 2 /1 0 /o p i0 2 .h tm l.a e c e sse d . 12 Tanuari 2011. R onow idjoyo, C ornelius D .. 2010. “ H arm o n i In d o n esia Raya di T en g ah G ejala D ek ad en si’, dalam Jim m y O e n to ro , Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa: Membangun Bhinneka Tunggal Ik a di Bum i Nusantara. Jakarta: G ram edia. him . 66, W idyanto, A gus R achm ad.2002.” Interreligous, C onflict and R ecom ciliationin In d o n esia” , dalam Jerald D . G o rt, H nery Jn a se n , and H .M . V room , Religion, Conflict, and Reconciliation: M ultifaith Ideals and Realities. A m sterdam : R odopi. him . 198.