PENGELOLAAN KARAKTER KEJUJURAN DAN KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI KUSUMODILAGAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Oleh NURWIDI ANTARI SUDHARTA NIM
: Q100120042
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
1
2
3
PENGELOLAAN KARAKTER KEJUJURAN DAN KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI KUSUMODILAGAN Nurwidi Antari Sudharta,
[email protected] Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Jend. Ahmad yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta Sutama
[email protected] Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Jend. Ahmad yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta Sabar Narimo Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Jend. Ahmad yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian yaitu mengetahui perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi karakter kejujuran dan kerja keras dalam pembelajaran matematika kontekstual di sekolah dasar negeri kusumodilagan. Jenis penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Nara sumber yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa SD Negeri Kusumodilagan. Data diperoleh dari wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisa data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan kredibility, transferability, Dependability dan konfirmability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri Kusumodilagan masih
menggunakan KTSP. RPP merupakan pedoman umum pelaksanaan pembelajaran, berisi materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media, dan evaluasi yang digunakan, namun penyusunan RPP tidak ada perubahan dari tahun sebelumnya. Strategi untuk menanamkan karakter adalah pengajaran interaktif, cooperative, kontekstual, dan pengajaran sesama teman. Karakter kejujuran tercermin dari tingkat kecurangan siswa dalam mengerjakan tugas cukup rendah, meskipun masih ada siswa yang melakukan kecurangan. Karakter kerja keras tercermin dari usaha siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan bertanya atau mendiskusikan tugas jika belum dimengerti. SD Negeri Kusumodilagan belum memiliki instrument penilaian karakter sehingga evaluasi sikap belum dilaksanakan. Kata kunci: kejujuran; kerja keras; kontekstual
4
PENGELOLAAN KARAKTER KEJUJURAN DAN KERJA KERAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI KUSUMODILAGAN Nurwidi Antari Sudharta,
[email protected] Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Jend. Ahmad yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta Sutama
[email protected] Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Jend. Ahmad yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta Sabar Narimo Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Jend. Ahmad yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta ABSTRACT The objective of the study is to identify planning, implementation, and evaluation the character of honesty and hard working in mathematics contextual learning in Kusumodilagan State Elementary School. This qualitative research uses a case study design. The sources of information are the principal, teachers, and students of Kusumodilagan State Elementary School. Data is obtained from interviews, documentations, and observations. The data analysis technique applied in this study is collecting, reducing, and presenting data as well as making conclusion. Validity of the data uses the credibility, transferability, dependability, and confirmability. The result shows that Kusumodilagan State Elementary School still applies KTSP. RPP is a general guideline implementation of learning, containing learning materials, learning activities, media, and evaluation used, but the preparation of RPP hasn’t changed for years. Strategies to instill character are interactive, cooperative, and contextual as well as friend-to-friend teaching. Character of honesty is reflected from the low level of student’s cheating in doing assignment, although some still do so. Character of hard working is reflected from how the students completed their assignments from their teacher by asking questions or discussing the assignments when they didn’t understand. Kusumodilagan State Elementary School doesn’t have the character assessment instrument so that the evaluation on the students’ attitudes has not been done. Key words: honesty; hard working; contextual Pendahuluan Ujung tombak dalam mempersiapkan generasi yang handal adalah pendidikan, karena pendidikan mendorong memaksimalkan potensi siswa. Potensi siswa akan terus digali agar muncul insan yang dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Pengembangan pendidikan tidak hanya berkutat pada domain kecerdasan intelektual, namun lebih dari itu diarahkan pada
5
upaya membentuk sistem keyakinan dan karakter setiap peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri secara maksimal dan menemukan jati dirinya. Samani (2011: 35) berpendapat “pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia sutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa”. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi sasaran dalam penanamkan karakter. Karakter menjadi sorotan yang merupakan faktor penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran matematika, tidak terkecuali karakter anti korupsi .Sekarang ini, penanaman dan pengembangan pendidikan karakter anti korupsi manjadi hal yang wajib dilaksanakan di setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Penanaman dan pengembangan nilai yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, akan menumbuhkan sebuah sikap yang menjadi kepribadian anak. Mengkaji lebih dalam mengenai anti korupsi, karakter anti korupsi dibagi menjadi tiga, yaitu: nilai inti, etos atau gaya hidup, dan sikap. Ketiga bagian ini memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian peserta didik. Kejujuran merupakan salah satu nilai inti dalam anti korupsi dan kerja keras merupakan salah satu faktor dalam gaya hidup seseorang. Dalam pembelajaran matematika, kejujuran memiliki peran sangat penting, karena dapat menjadi landasan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Adanya kejujuran dan kerja keras, peserta didik memiliki kepribadian yang baik dan memberikan pengaruh positif dalam pembelajaran matematika. Kegiatan pengajaran pada mata pelajaran matematika di tingkat SD cenderung menggunakan metode ceramah variatif. Metode ceramah variatif memiliki kelemahan. Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya meskipun telah diberi contoh latihan. Siswa cenderung pasif, karena sebagian waktu siswa hanya sebagai pendengar dan pengamat. Sedangkan keaktifan siswa hanya dapat diikuti oleh beberapa siswa yang pandai. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang rumit, siswa dibebankan dengan banyaknya rumus, dan membuat sebagian siswa merasa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang menakutkan. Masalah di atas menyebabkan kecenderungan siswa untuk melihat pekerjaan temannya, bahkan ada juga yang menyalin pekerjaan temannya tanpa berusaha mengerjakan sendiri. Sulitnya guru memantau pemahaman terhadap materi membuat beberapa siswa
6
enggan mengerjakan tugas yang diberikan. Bahkan, ada sebagian siswa yang meminta temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Pengelolaan karakter dalam pembelajaran yang kurang baik berakibat pada kesulitan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini tercermin dari rendahnya minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran matematika siswa. Pendekatan konsep pembelajaran kontekstual adalah konsep yang menghubungkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan memotivasi siswa menggabungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Pendekatan kontekstual diharapkan diharapkan agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Kegiatan pembelajaran berlangsung alamiah, bukan transfer pengetahuan guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dibanding hasil belajar. Dengan pendekatan kontekstual, siswa diharapkan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Penerapan karakter kejujuran dan kerja keras dalam pembelajaran matematika kontekstual diharapkan dapat
membantu siswa
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan dapat mengukur kemampuan yang dimilikinya. Selain itu diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih kreatif, aktif, dan inovatif. Berdasarkan alasan-alasan di atas, peneliti berusaha melakukan suatu penelitian guna mendiskripsikan sebuah permasalahan karakter dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan kerjasama (kolaborasi) yang dilakukan antara peneliti dengan guru kelas IV SDN Kusumodilagan dengan judul: “Pengelolaan karakter kejujuran dan kerja keras dalam pembelajaran matematika kontekstual di Sekolah Dasar Negeri Kusumodilagan” Tujuan secara umum, yaitu mengkaji dan mendiskripsikan pengelolaan karakter kejujuran dan kerja keras dalam pembelajaran matematika kontekstual di Sekolah Dasar Negeri Kusumodilagan, sedangkan tujuan penelitian secara khusus untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian karakter kejujuran dan kerja keras dalam pembelajaran matematika kontekstual di Sekolah Dasar Negeri Kusumodilagan.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sutama (2012: 61) penelitian yang mendokumentasikan atau melukiskan pengalaman setiap hari dari para siswa (atau para guru) dalam kelas tertentu. Desain penelitian menggunakan studi kasus, dimana peneliti hendak mencari keunikan kasus yang diangkat sehingga lebih memfokuskan bidang pertanyaan kepada proses (how) dan alasan (why). Creswell yang
7
dikutip Herdiansyah (2010: 76) menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari system yang berbatasan pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan di Sekolah Dasar Negeri Kusumodilagan. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan tingkat kejujuran siswa dalam pembelajaran siswa dan tingkat kerja keras siswa dalam pembelajaran siswa. Data penelitian dikumpulkan dari nara sumber, yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa Sekolah Dasar Kusumodilagan yang dianggap dapat memberikan informasi atau keterangan-keterangan sesuai dengan masalah yang diteliti. Data dalam penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010: 116) diperoleh dari wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisa data menggunakan reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Keabsahan data menggunakan kredibilitas, transferabilitas dan konfirmabilitas.
Hasil penelitian dan Pembahasan Fungsi kurikulum dalam pendidikan berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan di SD Negeri Kusumodilagan masih menggunakan KTSP dan belum menggunakan kurikulum 13. Kegiatan pengembangan silabus dalam KTSP merupakan kewenangan satuan pendidikan. Aspek kelulusan dan penilaian lebih menekankan pada pengetahuan, sedangkan aspek sikap dan keterampilan belum dipertimbangkan. Penelitian yang dilakukan Hussain (2011) mengungkapkan bahwa “Tujuan pendidikan dapat dicapai hanya melalui kurikulum yang handal valid dan evaluasi yang tepat dari proses untuk memperbarui dan memenuhi kebutuhan sosial yang diperlukan”. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan dapat dicapai melalui kurikulum dan evaluasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengelolaan pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP yang digunakan guru merupakan pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan. Mustafa (2013) mengemukakan “RPP yang diperkenalkan di Indonesia merupakan penggambaran kompetensi dasar yang digunakan sebagai pedoman pengukuran kemampuan guru
8
melaksanakan pengalaman belajar”. Dapat disimpulkan bahwa isi dari RPP merupakan gambaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP disusun berdasarkan kondisi sarana prasarana, siswa, pelajaran dan kemampuan mengajar guru di sekolah yang bersangkutan. Kondisi kemampuan anak dulu berbeda dengan sekarang dan mungkin yang akan datang. Maka setiap tahun RPP seharusnya berkembang dan perlu diperbaharui dalam penyusunannya. Namun, Guru di SD Negeri Kusumodilagan dalam menyusun RPP masih sama dengan RPP tahun sebelumnya dan tidak ada perubahan. Penelitian yang dilakukan John (2006) menunjukkan bahwa “Rencana pelajaran disusun sesuai kebutuhan anak-anak dan guru sebagai proses kegiatan pencapaian tujuan yang dicita-citakan hendaknya tidak dianggap sebagai sehelai rencana tetapi sebagai sebuah interaksi”. Dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP memperhatikan kondisi siswa dan guru sebagai sebagai sebuah interaksi yang tiap tahunnya perlu adanya perubahan. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dalam RPP matematika. Pengembangan karakter pada RPP ditempuh dengan mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sehingga karakter tercantumkan dalam tabel RPP. RPP memberikan batnuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi karakter maupun untuk menunjukkan dalam perilaku. Penelitian yang dilakukan Komalasari (2012) menyatakan bahwa “Pendidikan karakter harus diintegrasikan melalui model perencanaan pembelajaran kontekstual berbasis nilai hidup agar lebih mudah diinternalisasikan dan diimplementasikan”. Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter diintegrasikan dalam perencanaan yang berbahan dasar nilai hidup agar dapat dilaksanakan dengan baik. Kondisi siswa yang merupakan siswa dengan masa transisi merupakan kendala yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP. Mereka mengekspresikan rasa ingin tau dengan cara mengelompok, dari rasa malu ke keberanian kolektif. kondisi tersbut menyebabkan pembelajaran menjadi gaduh. Selain itu, siswa kelas 4 SD merupakan masa transisi mereka dari anak-anak (usia dibawah 10 tahun) menjadi remaja (teenagers, belasan tahun). Maka pada tingkat ini, penanaman karakter yang dilakukan oleh guru lebih rumit dibandingkan kelas dibawah atau diatasnya. Penelitian yang dilakukan John (2006) menunjukkan bahwa “Rencana pelajaran disusun sesuai kebutuhan anak-anak dan guru”. Dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan RPP hendaknya memperhatikan kondisi siswa dan guru. Penyusun RPP mencantumkan pendidikan karakter serta model pembelajaran yang digunakan mencangkup sebuah strategi penerapan karakter untuk membantu penanamanan
9
karakter kepada siswa. Strategi pembelajaran selain untuk membantu penanaman karakter juga dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran. SDN Kusumodilagan no.9 menggunakan strategi pengajaran interaktif (guru bertanya, siswa menjawab), cooperative (pemberian tugas berkelompok), kontekstual (menerapkan komperensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari), dan pengajaran sesama teman (peer teaching). Penelitian yang dilakukan Komalasari (2012) menyatakan “Strategi belajar yang diterapkan dalam mengajar dapat mengembangkan karakter siswa dalam kehidupan pribadi, social, dan nasional”. Dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan dapat mengembangkan karakter siswa. RPP dikembangkan dengan menanamkan karakter disetiap kegiatan mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga penutup. Karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu, mandiri, kreatif, kerja keras, disiplin, demokratis, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Penelitian yang dilakukan Komalasari (2012) yang menyatakan “Penerapan model pembelajaran CTL dengan menanamkan nilai-nilai hidup dilakukan dalam kegiatan awal, utama, hingga akhir. Dapat disimpulkan bahwa penanaman karakter dilakukan di setiap kegiatan pembelajaran dari kegiatan awal, inti, hingga penutup. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di dalam RPP mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi termasuk metode yang digunakan serta bahan dan sumber ajar yang digunakan. SDN Kusumodilagan no. 9 tidak menceritakan cerita lucu di awal kegiatan dan pennyimpulan di akhir kegiatan seperti yang sudah tercantum di RPP. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru diawali dengan menjelaskan materi di papan tulis dengan memberikan contoh soal, siswa dirasa telah memahami materi yang diberikan maka selanjutnya guru memberikan tugas dengan mendekte soal dan kemudian siswa mengerjakan soal yang diberikan secara individu. Siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan dengan waktu antara 5 – 10 menit. Langkah terakhir adalah membahas dan mengkoreksi soal yang diberikan. Hal ini kurang relevan dengan penelitian yang dilakukan Palupi (2013) yang menunjukkan bahwa “Proses pembelajaran yang baik dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang baik”. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang baik dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Karakter kejujuran yang ditanamkan oleh guru memberikan dampak positif bagi siswa. Kejujuran yang terdapat di SDN Kusumodilagan no. 9 ditunjukkan dari tingkat kecurangan siswa dalam mengerjakan tugas cukup rendah, meskipun masih ada siswa yang melakukan kecurang. Selain itu siswa menyatakan kebenaran ketika ditanya perihal alat peraga yang mereka bawa dan kejujuran mereka dalam menyelesaikan tugas dengan media
10
yang diperintahkan. Materi sudut derajat melatih siswa berkarakter jujur dalam menggambar sudut. Siswa dalam menggambar sudut menggunakan busur derajat. Hal ini mencerminkan bahwa siswa melakukan kejujuran dalam menggambar sudut benar-benar menggunakan busur atau tidak. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Battistich (2000) menyatakan “Program pendidikan karakter difokuskan pada tujuan yang lebih luas untuk mempromosikan perkembangan positif secara keseluruhan, setidaknya sama efektifnya dengan program yang spesifik ditujukan untuk mencegah perilaku negatif”. Dapat disimpulkan bahwa penanaman karakter kejujran berdampak positif dan mencegah perilaku negatif. Karakter kerja keras memberi motivasi siswa dalam peningkatan prestasi. karakter kerja keras di SDN Kusumodilagan no.9 tercermin saat siswa berusaha memperoleh busur dengan cara membeli atau meminjam busur kepada teman di kelas lain, beberapa siswa berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan bertanya atau mendiskusikan tugas jika belum dimengerti, Siswa dapat menirukan display pembentukan sudut dari posisi semula ke posisi yang dituju. Dari kegiatan ini membentuk perilaku siswa dalam mengorganisasi sumber daya yang ada (berupa fisik) untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Krashen (2005) yang menyatakan “Anak-anak yang kurang mampu dari segi pengetahuan, dengan kerja keras akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi.” Dapat disimpulkan bahwa karakter keja keras mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Evaluasi pembelajaran mengambarkan proses maupun hasil belajar serta perkembangan karakter siswa. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengukur dari pelaksanaan pembelajaran, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan koreksi. Dua metode yang seharusnya digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan menggunakan post-test dan pre-tes, performance saat melakukan diskusi, dan presentasi. Karakter yang ingin dikembangkan di SDN Kusumodilagan no. 9 adalah rasa ingin tahu, mandiri, kreatif, kerja keras, disiplin, demokratis, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Namun SD Negeri Kusumodilagan belum memiliki instrument penilaian karakter. Penelitian yang dilakukan Cohen (2012) menunjukkan bahwa “Evaluasi
11
dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter”. Dapat disimpulkan bahwa instumen penilaian dapat menggambarkan hasil belajar dan perkembangan karakter siswa. Evaluasi pembelajaran dengan menggunakan instrument penilaian dapat dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan secara lisan kepada beberapa siswa dan evaluasi diakhir pelajaran dengan memberikan tugas tertulis. Instrument penilaian yang berbentuk kuesioner memiliki kelemahan dan kebaikannya. Kebaikan berupa cakupan materi yang ditanyakan bisa lebih banyak. Kelemahan penggunaan instrumen kuesioner dalam mengukur karakter atau aspek afektif sesorang adalah pada validitas jawaban. Karena yang dijawab belum tentu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada unsur social desirability, yaitu apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Oleh karena itu, instrumen tersebut harus dilengkapi dengan data hasil observasi. Namun, SD Negeri Kusumodilagan belum memiliki instrument penilaian karakter sehingga guru belum melaksanakan penilaian karakter terhadap siswa. Hal ini kurang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deal (2006) yang menyatakan bahwa “Pelaksanaan pembelajaran secara bertahap dan berulang-ulang dan diakhiri dengan instrument evaluasi yang tepat, memungkinkan guru mengetahui kemampuan serta perkembangan klarakter siswa”. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi memberikan gambaran sejauhmana kemampuan serta perkembangan karakter siswa.
Simpulan Kurikulum yang digunakan di SD Negeri Kusumodilagan masih menggunakan KTSP. RPP yang digunakan guru merupakan pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan. Guru di SD Negeri Kusumodilagan dalam menyusun RPP masih sama dengan RPP tahun sebelumnya dan tidak ada perubahan. Kondisi siswa yang merupakan siswa dengan masa transisi merupakan kendala dalam penyusunan RPP. SDN Kusumodilagan no.9 menggunakan strategi pengajaran interaktif, cooperative, kontekstual, dan pengajaran sesama teman. RPP dikembangkan dengan menanamkan karakter disetiap kegiatan mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, hingga penutup. Pelaksanaan kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru seharusnya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dipersiapkan untuk memantau pemahaman siswa terhadap materi. Karakter kejujuran yang ditanamkan oleh guru dalam pelaksanaan
12
pembelajaran memberikan dampak positif bagi siswa. Karakter kejujuran dalam pembelajaran matematika tercermin dari tingkat kecurangan siswa dalam mengerjakan tugas cukup rendah meskipun masih ada siswa yang melakukan kecurangan. Selain itu siswa merasa tenang karena mereka menyatakan kebenaran ketika ditanya perihal alat peraga yang mereka bawa dan kejujuran mereka dalam menyelesaikan tugas dengan media yang diperintahkan. Karakter kerja keras memberi motivasi siswa dalam peningkatan prestasi. karakter kerja keras dalam pembelajaran matematika tercermin dari usaha siswa memperoleh busur dengan cara membeli atau meminjam busur kepada teman di kelas lain, siswa menirukan display pembentukan sudut dari posisi semula ke posisi yang dituju, dan usaha siswa menyelesaikan sendiri tugas yang diberikan guru atau bertanya serta mendiskusikan tugas jika belum dimengerti. Penilaian yang dilakukan menggunakan post-test dan pre-tes, performance saat melakukan diskusi, dan presentasi. Namun SD Negeri Kusumodilagan belum memiliki instrument penilaian karakter. Kegiatan evaluasi dilalukan di awal dan akhir pelajaran guna mengetahui sejauhmana siswa memahami materi. Sedangkan evaluasi sikap belum dilaksanakan oleh guru sehingga guru tidak dapat mengetahui perkembangan karakter siswa. Daftar Pustaka Herdiansyah, H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Salemba Humanika Cohen, E. 2012. Reflective Writing in Pre-Service Teachers' Teaching: What does it Promote?. Australian Journal of Teacher Education Article 2 Volume 37 Issue 10 pp 20-36. Diakses 24 Maret 2014 Deal, D dan C Stephen White. 2006. Voice From The Classroom: Literacy Beliefs an Practices of Two Noice Elementary Teacher. Journal of Research in Childhood Education vol. 20, no. 4, pp. 313-329. Olney diakses 1 Maret 2014 Hussain, A. 2011. Evaluation of Curriculum Development Process. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 14 pp 263-271 John, P. D. 2009. Lesson Planning and The Student Teacher: Re-thinking The Dominant Model. Journal Curriculum Studies Vol. 38 No 4 pp 483-498 Komalasari, K. 2012. The Living Values-Based Contextual Learning to Develop the Students' Character. Journal of Social Sciences 8 (2) pp 246-251 Krashen, S. 2005. The hard work hypothesis: is doing your homework enough to overcome The effects of poverty?. Multicultural Education 12 (4) pp 16-19
13
Mustafa, 2013. Professional Competency Differences among High School Teachers in Indonesia. International Education Studies; Vol. 6, No. 9; 2013 pp 83 – 92. www.ccsenet.org/ies. Diakses 19 Maret 2014 Palupi, R. S. 2013. Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMK Nasional Pati. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang. Vol.01. no.01, Juni 2013 hal 70-79. Diakses 4 Maret 2014 Samani, M dan Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Kartasura: Fairuz Media Sutama; Sabar Narimo dan Haryanto. 2012. Mathematics Learning Management at Elemantary School Post Merapi Eruption. International Jurnal of Education no 4 vol 4 pp 192-203