PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA BUDIDAYA BROKOLI DI KABUPATEN CIANJUR DAN NILAI EKONOMINYA
DHANU TRI ATMANTO
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman pada Budidaya Brokoli di Kabupaten Cianjur dan Nilai Ekonominya adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Dhanu Tri Atmanto NIM A34100034
ii
1
ABSTRAK
DHANU TRI ATMANTO. Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman pada Budidaya Brokoli di Kabupaten Cianjur dan Nilai Ekonominya. Dibimbing oleh ALI NURMANSYAH. Budidaya brokoli sangat rentan terhadap infestasi hama dan penyakit. Untuk mengendalikan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut, petani umumnya menggunakan pestisida sintetik. Hanya sebagian kecil petani yang mempraktekkan pengendalian hama terpadu (PHT) yang tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi praktek pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani brokoli di Cianjur dan menentukan nilai ekonomi dari cara pengelolaan OPT tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengadakan survei terhadap 100 petani yang mudah ditemui dan memverifikasi jenis hama dan penyakit tanaman dilakukan pengamatan OPT di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama utama yang menyerang tanaman brokoli di Cianjur adalah Crocidolomia pavonana, Plutella xylostella, dan Agrotis ipsilon, sedangkan penyakit utamanya adalah akar gada, busuk hitam, dan bercak alternaria. Seluruh petani brokoli menyemprotkan pestisida sintetik untuk mengendalikan OPT dan 71% diantaranya mengombinasikan dengan Trichoderma spp. dan kaptan. Nilai rasio manfaat/biaya dari pengendalian campuran 1.7 kali lebih besar dari nilai rasio manfaat/biaya yang hanya menggunakan pestisida sintetik. Kata kunci: brokoli, pengendalian hama dan penyakit, rasio manfaat/biaya.
iv
1
ABSTRACT
DHANU TRI ATMANTO. Plant Pest and Disease Management on Broccoli Cultivation in Cianjur and its Economic Value. Supervised by ALI NURMANSYAH. Cultivation of broccoli is very susceptible to pest and disease infestation. In controlling plant pests and diseases, farmers usually use synthetic pesticides. There are only small number of farmers practicing integrated pest management (IPM) which is not giving negative effects to environment. This study was aimed to identify the pest control applied by broccoli farmers in Cianjur and to determine the economic value of the pest management. This research was carried out by conducting survey to 100 farmers by convenience sampling and to verify the type of pests and diseases observed in the field. The result of the study has shown that the main pests broccoli in Cianjur are Crocidolomia pavonana, Plutella xylostella, and Agrotis ipsilon, while the primary diseases are club root, black rot and Alternaria spots. All of broccoli farmers were spraying synthetic pesticides for controlling pests and diseases and 71% of them were combining the control technique with Trichoderma spp. and kaptan. The value of B/C ratio of the combination of control technique is 1.7 times bigger compared to the B/C ratio of pesticide only. Keywords: broccoli, pests and disease control, B/C ratio.
vi
1
Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
viii
1
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA BUDIDAYA BROKOLI DI KABUPATEN CIANJUR DAN NILAI EKONOMINYA
DHANU TRI ATMANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
10
12
1
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah “Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman pada Budidaya Brokoli di Kabupaten Cianjur dan Nilai ekonominya” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ali Nurmansyah M.Si, selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji skripsi Prof. Dr. Ir. Sri Hendrastuti, M.Sc. yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga (Bapak Sumino, Ibu Wahyuni, Kakak Agung, dan Kakak Dhani) atas doa yang senantiasa dipanjatkan dan dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih kepada Bapak Ujang beserta keluarga, Bapak Mulyadi beserta keluarga, dan petani Desa Sindangjaya, Cipeundawa, dan Sukatani atas kesediaannya mengijinkan penulis mengambil data penelitian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015 Dhanu Tri Atmanto
14
1
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Survei Petani Pengamatan OPT di Lapangan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani dan Praktek Budidaya Hama dan Penyakit Tanaman Brokoli dan Teknik Pengendaliannya Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Teknik Pengendalian Nilai Ekonomi Pengendalian Hama dan Penyakit Brokoli SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii viii viii 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 5 5 8 12 13 15 15 15 16 19 30
16
1
DAFTAR TABEL
1 2
Hubungan karakteristik petani brokoli dengan teknik pengendalian Analisis ekonomi petani brokoli menurut teknik pengendaliannya
133 144
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Usia petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet 5 Tingkat pendidikan petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet 5 Status petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet 6 Pengalaman bertani di Kecamatan Cipanas dan Pacet 6 Penghasilan perbulan petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet 7 Keikutsertaan SLPHT di Kecamatan Cipanas dan Pacet 7 Varietas brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet 8 Tanaman tumpang sari di Kecamatan Cipanas dan Pacet 8 Imago C. pavonana 9 Hama dan penyakit di Kecamatan Cipanas dan Pacet 9 Serangan P. brassicae pada pertanaman brokoli 10 Pertanaman terserang X. Campestris 10 Gejala serangan Alternaria sp berupa bercak bulat konsentris berwarna coklat 111 Distribusi keikutsertaan SLPHT berdasarkan teknik pengendaliannya 11 Distribusi status petani berdasarkan teknik pengendaliannya 12 Distribusi penghasilan petani berdasarkan teknik pengendaliannya 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7
Kuisioner penelitian 21 Rekapitulasi karakteristik petani 25 Rekapitulasi varietas brokoli 26 Rekapitulasi tanaman tumpangsari 26 Rekapitulasi pupuk petani brokoli 26 OPT tanaman brokoli 26 Tabel kontingensi dan hasil olah khi-kuadrat hubungan karakteristik petani petani dengan teknik pengendalian 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang Memasuki abad ke-21, kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif dari penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian mulai meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya konsumsi produk-produk pertanian yang bebas dari residu pestisida seperti sayur, buah, dan beras organik dalam satu dasawarsa terakhir ini. Begitu pula dengan aktivitas agribisnis produk-produk pertanian organik tersebut di atas dan bisnis makanan organik juga mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Hasil penelitian Ameriana (2006) memperlihatkan bahwa sebanyak 59.26% konsumen bersedia membayar harga lebih mahal untuk mendapatkan sayuran yang bebas dari residu pestisida sintetik. Untuk memenuhi permintaan terhadap produk-produk pertanian yang bebas dari residu bahan kimia sintetik tersebut diperlukan peningkatan pelaksanaan berbagai usahatani yang ramah lingkungan, termasuk praktek pengelolaan organisme penggganggu tanaman (OPT) yang dilakukannya. Sistem pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan salah satu solusi yang tepat dalam melaksanakan pengelolaan OPT yang aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Sejak 1992, pemerintah melalui Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman (UU RI No 12 Tahun 1992) telah mengamanatkan penerapan sistem PHT ini secara nasional dalam pelaksanaan perlindungan tanaman terhadap serangan OPT. Dalam sistem PHT, pengendalian OPT dilakukan tidak hanya memperhatikan aspek keuntungan ekonomi saja tetapi juga harus mempertimbangkan aspek ekologi (tidak menurunkan kualitas lingkungan) dan sosial (aman bagi kesehatan manusia). Di samping itu, dalam sistem PHT, penggunaan pestisida sintetik masih dimungkinkan sebagai alternatif terakhir apabila dengan cara-cara pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan masih belum dapat menurunkan serangan OPT secara signifikan. Namun demikian, penggunaan pestisida sintetik ini juga harus dilakukan sesuai dengan prinsip 4 tepat (tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat sasaran). Dalam realitas di lapangan, beberapa tahun terakhir ini ternyata masih banyak petani padi dan sayuran, termasuk salah satunya petani brokoli, masih mengandalkan pada penggunaan pestisida sintetik untuk melindungi pertanamannya dari serangan OPT. Hasil penelitian Irfan (2008) menunjukkan bahwa lebih dari 80% petani sayuran di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menggunakan pestisida sintetik secara terjadwal dan seawal mungkin saat gejala serangan OPT terlihat. Keadaan yang sama juga terjadi di daerah Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, seperti yang dilaporkan oleh Nadhiroh (2013) bahwa sebanyak 87% petani sayuran di daerah tersebut memilih menggunakan pestisida sintetik sebagai satu-satunya untuk mengendalikan serangan OPT pada pertanamannya. Alasan petani lebih memilih pestisida sintetik ini adalah pestisida ini mampu membunuh hama dalam waktu singkat dan sudah menjadi kebiasaan sejak dahulu (Nadhiroh 2013) serta untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada tanaman (Darajat 2014). Sama seperti komoditas tanaman kubis-kubisan lainnya, budi daya tanaman brokoli juga tidak lepas dari serangan berbagai jenis hama dan penyakit yang sangat merugikan. Beberapa jenis hama utama yang menyerang tanaman kubis-kubisan
2 adalah Agrotis ipsilon, Plutella xylostella, Crocidolomia pavonana, Spodoptera litura, dan Helicoverpa armigera, sedangkan jenis penyakit utamanya adalah akar gada (Plasmodiophora brassicae), busuk lunak (Erwinia carotovora), busuk hitam (Xanthomonas campestris), dan rebah kecambah (Rhizoctonia solani) (Sastrosiswojo et al 2005). Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, umumnya petani brokoli hanya menggunakan pestisida sintetik dan hanya sebagian kecil petani saja yang telah menerapakan PHT untuk mengendalikan serangan berbagai jenis hama dan penyakit di atas. Namun demikian, laporan-laporan tentang evaluasi penerapan PHT dalam budidaya tanaman brokoli dan penghitungan nilai ekonominya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian tentang hal tersebut menjadi sangat diperlukan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek pengelolaan hama dan penyakit pada budidaya tanaman brokoli yang dilakukan petani di Kabupaten Cianjur serta menghitung nilai ekonominya. Manfaat Penelitian Menyediakan informasi bagi penentu kebijakan pertanian khususnya dalam pengelolaan hama dan penyakit yang tidak merusak lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia.
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan pada 3 desa di Kabupaten Cianjur, yaitu Desa Sindang Jaya (Kecamatan Cipanas) yang masuk dalam kawasan Agropolitan, Desa Cipeundawa (Kecamatan Pacet), dan Desa Sukatani (Kecamatan Pacet). Ketiga desa tersebut merupakan lokasi yang paling banyak ditemukan lahan pertanaman brokoli di antara desa-desa lainnya. Identifikasi spesies serangga hama dilakukan di Laboratorium Taksonomi dan Biosistematika Serangga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2014. Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas 2 kegiatan, yaitu survei petani dan pengamatan lapangan terhadap jenis-jenis hama dan penyakit dan gejala serangannya. Survei petani sebagai kegiatan utama dari penelitian ini. Untuk memperkuat hasil survei, juga dilakukan pengamatan hama dan penyakit di lapangan. Survei Petani Survei dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung terhadap 100 petani brokoli dari 3 desa (Desa Sindang Jaya, Cipeundawa, dan Sukatani). Wawancara petani dilakukan baik di lahan maupun di rumahnya menggunakan kuesioner terstruktur (Lampiran 1). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu karakterik petani, praktek budi daya, permasalahan hama dan penyakit dan pengendaliannya, dan aspek usahatani. Keseluruhan petani responden dipilih dengan cara memilih responden yang paling mudah ditemui baik di lahan maupun di rumahnya (convenience sampling). Dari 100 petani tersebut, 45 petani berasal dari Desa Sindang Jaya, 25 petani dari Desa Cipeundawa, dan 30 petani dari Desa Sukatani. Pengamatan Hama dan Penyakit di Lapangan Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memverifikasi nama-nama hama dan penyakit yang menyerang pertanaman brokoli di lahan petani responden yang disebutkan pada saat wawancara berlangsung. Pengamatan langsung ini meliputi pengamatan terhadap individu hama (serangga) atau gejala serangannya dan pengamatan terhadap gejala serangan penyakit. Untuk memastikan nama spesies serangga, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan sampel larva hama dan kemudian dipelihara sampai menjadi imago dan diidentifikasi di laboratorium Taksonomi dan Biosistematika Serangga. Analisis Data Data kategori tentang karakteristik petani, praktek budi daya, jenis hama dan penyakit tanaman, dan cara pengendalian hama dan penyakit diolah secara deskriptif dengan menghitung nilai persentase dan rata-rata dan kemudian disajikan dalam grafik kue dan batang. Asosiasi antara beberapa karakteristik petani dan cara pengendalian hama dan penyakit dianalisis dengan uji khi-kuadrat (chi-square test). Analisis usaha tani dilakukan dengan menghitung rasio manfaat/biaya (B/C ratio) untuk masing-masing cara pengendalian OPT. Analisis deskriptif dan penghitungan
4 rasio manfaat/biaya dilakukan dengan program Microsoft Excel 2007, sedangkan uji khi-kuadrat dilakukan dengan program SPSS versi 15.0.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani dan Praktek Budidaya Usia petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet sangat bevariasi mulai dari usia 20 tahun sampai 85 tahun. Mayoritas petani di kedua kecamatan tersebut berusia 45-59 tahun dengan persentase sebesar 42%, usia 30-44 tahun sebesar 32%, usia 20-29 tahun sebesar 14% dan usia di atas 60 tahun sebesar 12%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh petani berusia produktif dan sisanya (12%) berusia kurang produktif. 12% 14%
20-29 30-44
32%
42%
45-59 > 60
Gambar 1 Usia petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet Tingkat pendidikan sebagian besar petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet masih rendah. Sebanyak 17% petani responden tidak menamatkan Sekolah Dasar dan lebih dari separuhnya (69%) hanya menamatkan pendidikannya sampai jenjang Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran petani akan pentingnya ilmu pengetahuan untuk menunjang dan meningkatkan kemampuan dalam berusahatani. Sisanya 14% berpendidikan SMP (8%), SMA (5%), dan Perguruan Tinggi (1%). 1% 5% 17% 8%
Tidak tamat SD SD
SMP 69%
SMA
Gambar 2 Tingkat pendidikan petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet Separuh dari petani responden di Kecamatan Cipanas dan Pacet berstatus sebagai pemilik lahan dengan persentase 50%. Petani yang berstatus sebagai penggarap memiliki persentase sebesar 44% dan penyewa lahan sebesar 6%. Banyaknya penggarap dan penyewa disebabkan pemilik lahan tidak punya banyak waktu untuk mengurus lahannya. Selain itu juga, petani membutuhkan uang dalam jumlah yang banyak untuk keperluan sehari-hari sehingga harus menyewakan
6 lahannya kepada petani lainnya. Pada umumnya, petani menyewakan lahannya menggunakan sistem gadai, yaitu petani meminjam uang kepada petani lainnya, petani yang memberikan pinjaman berhak mengolah lahan si peminjam uang sampai peminjam uang bisa melunasi hutangnya ke pemberi pinjaman uang.
Pemilik 44%
50%
Penyewa Penggarap
6% Gambar 3 Status petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet Sebagian besar petani (79%) di Kecamatan Cipanas dan Pacet sangat berpengalaman dalam budidaya brokoli, yaitu 43% petani memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dan 11-20 tahun sebesar 36%. Persentase petani yang mempunyai pengalaman bertani sekitar 1-5 tahun (sedang) yaitu 10% dan 6-10 tahun (rendah) sebesar 11%. Tingkat pengalaman tani dilihat berdasarkan seberapa lama petani sudah menggarap lahannya.
43%
10% 11%
1˗5 6˗10
11˗20 36%
> 20
Gambar 4 Pengalaman bertani petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet Penghasilan yang diperoleh petani tiap bulannya bervariasi. Mayoritas petani berpenghasilan Rp 1 000 000 – Rp 5 000 000 dengan persentase sebesar 63%. Sebesar 19% petani responden mempunyai penghasilan di bawah Rp 1 000 000 dan 7% diantaranya berpenghasilan lebih dari Rp 10 000 000. Penghasilan petani didapat dari pekerjaan utamanya sebagi petani.
7
7% 19% 11%
<1000000 1000000-5000000 5100000-1000000 >10000000
63% Gambar 5 Penghasilan per bulan petani brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet Sebagian besar petani responden (82%) tidak mengikuti program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu dan sisanya (12%) mengikuti program tersebut yang diadakan oleh dinas pertanian setempat. Hal ini menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali petani responden yang mengetahui teknik pengendalian alternatif. Menurut penuturan petani, petani bisa bertanya kepada petani lain atau kios pestisida mengenai pengendalian OPT brokoli.
18%
82%
SLPHT Bukan SLPHT
Gambar 6 Keikutsertaan petani brokoli dalam SLPHT di Kecamatan Cipanas dan Pacet Varietas brokoli yang ditanam oleh petani terdiri 5 varietas yaitu Bejo, Sakata, Grand 11, Royal Grand, dan Royal PS. Varietas Bejo dan Sakata sering digunakan oleh petani tersebut. Sebanyak 64.42% petani menanam brokoli dengan varietas Bejo dan 30.77% petani menanam brokoli varietas Sakata. Pemilihan varietas berdasarkan selera petani. Menurut penuturan petani, varietas Bejo tahan terhadap akar gada, warna krop hijau, dan bisa panen sebanyak 2-3 kali. Hal ini disebabkan tunas yang muncul pada tanaman brokoli bisa dipelihara lagi dan menghasilkan krop yang berkualitas baik sehingga banyak diminati di pasaran. Berbeda halnya dengan varietas Bejo, varietas Sakata memiliki warna krop hijau tua, rentan terhadap akar gada, dan hanya 1 kali panen saja.
8 70
% Petani
60 50
40 30 20 10 0 Bejo
Sakata
Grand 11
Royal grand
Royal PS
Varietas
Gambar 7 Varietas brokoli yang ditanam petani di Kecamatan Cipanas dan Pacet Seluruh petani responden di Kecamatan Cipanas dan Pacet menggunakan sistem tumpang sari dalam bercocok tanam. Alasan penggunaan pola tanam tumpang sari adalah mendapatkan penghasilan lebih dan mengoptimalkan lahan. Penelitian Nadhiroh (2013) menyatakan Alasan penggunaan pola tanam tumpang sari adalah hasil dari tanaman tumpang sari dapat memberikan tambahan pendapatan atau sekedar konsumsi sehari-hari. . Ada 5 tanaman tumpang sari, yaitu bawang daun, cabai, pakcoy, tomat, dan wortel. Dari kelima jenis tanaman tersebut, pakcoy adalah jenis tanaman yang paling banyak dipilih oleh petani brokoli sebagai tanaman tumpang sari, yaitu sebanyak 74% petani responden memilih tanaman ini. Umur tanaman pakcoy yang relatif singkat sekitar 22-30 hari bisa dipanen menjadi alasan petani brokoli melakukan tumpang sari dengan tanaman tersebut.
% petani
80 60
40 20 0 Bawang daun
Cabai
Pakcoy
Tomat
Wortel
Tanaman tumpang sari
Gambar 8 Jenis tanaman tumpang sari pada pertanaman brokoli di Kecamatan Cipanas dan Pacet Hama dan Penyakit Tanaman Brokoli dan Teknik Pengendaliannya Hama yang menyerang pertanaman brokoli milik petani di Kecamatan Cipanas dan Pacet adalah ulat tanah (A. ipsilon), ulat krop atau dalam istilah sunda adalah hileud bocok (C. pavonana), dan ulat daun (P. xylostella). Hama yang menjadi masalah bagi sebagian besar petani brokoli adalah C. pavonana. Hama ini anggota dari ordo Lepidoptera dari famili Crambidae. Hama ini menyerang tanaman brokoli dari musim ke musim. Gejala yang ditemukan di lapangan adalah larva memakan daun dan titik tumbuh yang mengakibatkan kematian tanaman. Serangan hama C. pavonana pada tanaman brokoli yang sudah membentuk krop akan menghancurkan krop atau menurunkan kualitas krop sehingga brokoli tidak
9 laku dijual. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Sastrosiswojo et al (2005) bahwa larva muda C. pavonana bergerombol pada permukaan bawah daun dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Larva instar ke-3 sampai ke5 memencar dan menyerang pucuk tanaman, sehingga menghancurkan titik tumbuh. Sebanyak 68.25% petani lahannya terserang oleh hama tersebut.
Gambar 9 Imago C. pavonana P. xylostella. merupakan hama kedua yang sering menyerang pertanaman brokoli. Ulat pemakan daun merupakan hama dari ordo Lepidoptera family Plutellidae. Gejala kerusakan yang ditimbulkan yaitu adanya gigitan larva pada daun yang hanya meninggalkan lapisan epidermis atas daun. Apabila populasi larva tinggi hampir seluruh daun dimakan dan hanya tertinggal tulang daun. Menurut Satrosiswojo et al (2005) menyatakan bahwa larva memakan jaringan permukaan bawah atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang transparan sehingga membentuk “jendela” yang akhirnya daun berlubang. P.xylostella menyerang sejak sebelum pembentukan krop sampai fase pembentukan krop. Sebesar 20.63% petani lahannya terserang oleh hama tersebut. A. ipsilon merupakan hama ketiga yang sering merah meresahkan petani brokoli. Hama ini anggota dari ordo Lepidoptera dari famili Noctuidae. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini pada tanaman muda adalah berupa gigitan larva pada pangkal batang atau tanaman brokoli terpotong. Hama ini merusak tanaman yang baru ditanam atau pada tanaman muda. Hama ini menyerang 11.11% lahan petani responden.
% Petani
80 60 40 20 0 A.A.ipsilon Ipsilon C.C.pavonana pavonanaP.xylostella P.xylostella
Akar gada
Bercak Busuk hitam alternaria
Hama dan Penyakit
Gambar 10
Jenis hama dan penyakit pada tanaman Kecamatan Cipanas dan Pacet
brokoli di
Penyakit yang menyerang tanaman brokoli di kedua kecamatan tersebut adalah akar gada (P. brassicae), bercak alternaria (Alternaria sp), dan busuk hitam (X. campestris). Akar gada atau dalam istilah sunda adalah “beuti” disebabkan oleh P.brassicae (Agrios 2005). Kerusakan akibat serangan penyakit ini sangat
10 dirasakan petani brokoli di Kecamatan Pacet dan Cipanas. Gejala yang ditemukan di lapangan adalah pada siang hari atau cuaca panas tanaman tampak layu, kerdil dan pembentukan bunga kurang maksimal. Menurut Semangun (2007), P. brassicae dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 25o C-30o C, tanah yang lembab atau basah, kadar bahan organik yang tinggi dan pH yang lebih rendah dari Lebih dari separuh petani responden (59.87%) lahannya terserang oleh penyakit tersebut.
a
b
c
Gambar 11 Tanaman sehat (a), tanaman tampak layu di siang hari atau cuaca panas (b), pembengkakan pada akar akibat serangan P. brassicae(c) Penyakit kedua yang meresahkan petani di Kecamatan Pacet dan Cipanas adalah busuk hitam atau dalam istilah sunda disebut “buruk hideung”. Penyakit ini disebabkan oleh patogen X. campestris (Agrios 2005). Gejala yang ditemukan di lapangan adalah mula-mula tepi daun terdapat daerah-daerah berwarna kuning atau pucat, yang kemudian meluas ke bagian tengah. Tulang daun berwarna coklat tua atau hitam. Pada tingkatan yang lebih lanjut, penyakit meluas terus melalui tulangtulang daun, masuk ke dalam batang, dan daun mengering (Gambar 12). Bakteri masuk ke dalam tanaman melalui pori air (hidatoda) yang terdapat pada ujungujung berkas pembuluh di tepi-tepi daun. Di malam hari biasanya udara disekitar tanaman mempunyai kelembaban yang sangat tinggi, sehingga air keluar dari pori air sebagai air gutasi, yang tergantung-gantung lama ditepi daun. Di waktu pagi, setelah kelembaban udara turun, air gutasi yang masih tergantung dapat terisap kembali ke dalam pembuluh, bersama-sama dengan bakteri yang terdapat di dalamnya (Semangun 2007). Sebanyak 36% petani lahannya terserang oleh penyakit ini.
Gambar 12 Pertanaman terserang X. Campestris (a) dan ujung .daun terdapat daerah warna kuning yang membentuk huruf V (b)
11 Penyakit bercak alternaria adalah penyakit ketiga yang merugikan petani brokoli. Penyakit ini disebabkan oleh patogen Alternaria sp. Gejala serangan penyakit ini ditandai bercak-bercak berwarna coklat muda atau coklat tua bergaris konsentris pada daun (Gambar 13). Penyakit ini dapat pula menyerang pada bagian akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain. Gejala serangan pada akar, batang dan tangkai daun biasanya bercak-bercak bergaris, berwarna kehitamhitaman. Sebanyak 4% petani lahannya terserang penyakit tersebut.
Gambar 13 Gejala serangan Alternaria sp pada daun Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit di atas, petani umumnya hanya mengandalkan pada penggunaan pestisida sintetik dan sebagian petani mengkombinasikan dengan kaptan dan Trichoderma. Secara umum, sebanyak 29% petani responden menanggulangi OPT dengan teknik pengendalian konvensional dan 71% petani responden menggunakan teknik pengendalian campuran untuk menanggulangi OPT. Mayoritas petani di Kecamatan Cipanas dan Pacet menggunakan teknik pengendalian campuran. Sebanyak 89% petani SLPHT dan 67% petani bukan SLPHT menggunakan teknik pengendalian campuran. Sebanyak 11% petani SLPHT dan 33% petani bukan SLPHT menggunakan teknik pengendalian konvensional. Hal ini menunjukkan petani brokoli tidak terlepas dari pestisida sintetik dalam hal mengendalikan hama dan penyakit tanaman. 100
% Petani
80 60 40
Campuran
20
Konvensional
0 SLPHT
Bukan SLPHT
Keikutsertaan SLPHT
Gambar 14
Distribusi keikutsertaan SLPHT berdasarkan teknik pengendalian
Petani menggunakan kaptan dan Trichoderma pada persemaian. Menurut penuturan petani, petani menggunakan kaptan untuk menaikkan pH tanah. Hal ini
12 sesuai penelitian Sastrosiswojo et al (2005) yang menyebutkan bahwa kaptan berguna untuk menaikkan pH dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro serta menekan perkembangan penyakit akar gada. Trichoderma merupakan genus cendawan yang ditemukan di banyak ekosistem. Beberapa strain Trichoderma diketahui memiliki kemampuan untuk mengurangi keparahan penyakit tanaman dengan beberapa mekanisme, yaitu menghambat patogen tanaman secara langsung dengan kompetisi atau hiperparasitisme dan membantu meningkatkan ketahanan tanaman dengan cara memicu peningkatan produksi senyawa fenol. Trichoderma dapat mengendalikan patogen tular tanah. Secara ekologi, Trichoderma memiliki potensi antagonistik dan mikoparasitik yang tinggi (Hermosa et al. 2012). Pada umumnya, petani brokoli menyemprotkan pestisida dengan frekuensi 15 kali per musim tanam. Akan tetapi jika terdapat hama dan penyakit yang cukup merugikan, maka penyemprotan dilakukan lebih dari 5 kali per musim tanam. Terdapat dua alasan utama yang menjadi penyebab petani menggunakan pestisida, yaitu lebih ampuh dan cepat membunuh serangan OPT (95% reponden) dan sudah terbiasa sejak dulu (5% responden). Sebanyak 36.13 % Petani responden umumnya menggunakan pestisida berbahan aktif klorantraniliprol. Insektisida tersebut termasuk golongan senyawa antranilik diamida yang bersifat racun perut dan racun kontak (Djojosumarto 2008). Klorantraniliprol bekerja mengganggu saraf otot dengan mengaktifkan reseptor rianodin serangga yang menyebabkan ion kalsium intraseluler berkurang sehingga serangga mengalami kelumpuhan otot kemudian mengalami kematian (Perry et al. 1998). Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Teknik Pengendalian Analisis hubungan antara karakteristik petani dengan teknik pengendalian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa teknik pengendalian berasosiasi dengan beberapa karakteristik petani yaitu diantaranya status petani dengan nilai-P sebesar 0.000, α=1%. Petani brokoli sebagai pemilik lahan cenderung menggunakan teknik pengendalian campuran sedangkan petani brokoli yang berstatus bukan pemilik lahan cenderung menggunakan teknik pengendalian konvensional.
Jumlah petani
50 40 30 20
Pemilik
10
bukan pemilik
0 Konvensional Campuran Teknik pengendalian
Gambar 15 Distribusi status petani berdasarkan teknik pengendalian Petani sebagai pemilik lahan lebih leluasa dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman karena pemilik mempunyai hak kuasa penuh terhadap lahannya. Berbeda halnya dengan petani yang berstatus sebagai bukan pemilik, lebih memilih menunggu intruksi dari orang yang mempekerjakannya dan pada umumnya petani sebagai bukan pemilik menggunakan pengendalian yang biasa
13 dilakukan oleh petani lainnya. Hal ini dilakukan karena petani berstatus bukan pemilik tidak mau menanggung resiko gagal panen akibat penggunaan teknik pengendalian hama dan penyakit yang baru. Tabel 1 Analisis hubungan karakteristik petani brokoli dengan teknik pengendalian Karakteristik petani Chi-square Nilai-Pa Umur 00.106 0.745 Status petani 17.533 0.000b Pendidikan 01.154 0.562 Pengalaman bertani 01.146 0.564 Jumlah keluarga 01.397 0.497 Penghasilan perbulan 10.473 0.000b a
Berdasarkan hasil uji khi-kuadratbTolak H0 pada taraf nyata 1%
Jumlah petani
Karateristik lainnya yang berkorelasi dengan teknik pengendalian adalah penghasilan perbulan (0.000) pada taraf nyata α=1%. Petani yang berpenghasilan rendah cenderung menggunakan teknik pengendalian konvensional sedangkan petani yang berpenghasilan sedang-tinggi lebih memilih teknik pengendalian campuran. Petani yang berpenghasilan sedang-tinggi tidak hanya mengandalkan pestisida saja, tetapi menggunakan kombinasi antara pestisida dan penggunaan kaptan dan agens hayati yaitu Trichoderma.
50 40 30 20 10 0
Konvensional Campuran
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Penghasilan perbulan
Gambar 16 Distribusi penghasilan petani berdasarkan teknik pengendalian Nilai Ekonomi Pengendalian Hama dan Penyakit Brokoli Biaya pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu komponen dari biaya produksi dalam budidaya brokoli. Rata-rata biaya pengendalian petani yang menggunakan teknik pengendalian campuran sebesar Rp 6 688 747/ha atau sebesar 21% dari rata-rata biaya produksi selama semusim yaitu Rp 31 425 322/ha. Biaya pengendalian petani yang menggunakan teknik pengendalian campuran meliputi biaya pestisida, kaptan dan Trichoderma. Rata-rata biaya pengendalian petani yang menggunakan teknik pengendalian konvensional sebesar Rp 6 187 717/ha atau 17% dari rata-rata biaya produksi selama semusim yaitu Rp 35 425 214/ha. Biaya pengendalian petani yang menggunakan teknik pengendalian secara konvensional adalah biaya pestisida saja.
14 Tabel 2 Analisis ekonomi petani brokoli menurut teknik pengendaliannya Teknik pengendalian Biaya dan penerimaan Campuran Konvensional Biaya produksi (Rp/ha) 31 425 322 35 425 214 Biaya pengendalian (Rp/ha) 06 688 747 06 187 717 Pestisida (Rp/ha) 03 903 770 04 281 217 Trichoderma(Rp/ha) 00 055 500 Kaptan (Rp/ha) 00 733 084 Total produksi (t/ha) 00 007.743 00 007.586 Harga jual (Rp/kg) 00 007 887 00 007 034 Total penerimaan (Rp/ha) 58 749 752 56 133 841 Laba (Rp/ha) 27 324 430 20 708 628 Rasio manfaat/biaya 1.01 0.60
Besarnya rata-rata biaya pestisida yang dikeluarkan petani menggunakan teknik pengendalian campuran adalah Rp 3 903 770 atau sekitar 58% dari rata-rata biaya pengendalian yaitu Rp 6 688 747 selama semusim. Rata-rata biaya pestisida yang dikeluarkan petani menggunakan teknik pengendalian konvensional adalah Rp 04 281 217 atau sekitar 69% dari rata-rata biaya pengendalian yaitu Rp 6 187 717 selama semusim. Petani yang menggunakan teknik pengendalian campuran mendapatkan laba 31% lebih tinggi daripada petani yang menggunakan teknik pengendalian konvensional. Hal ini dikarenakan rata-rata hasil panen yang didapat oleh petani dan harga jual brokoli yang menggunakan teknik pengendalian campuran lebih tinggi daripada petani yang menggunakan teknik pengendalian campuran. Besarnya nilai Rasio manfaat/biaya (B/C) petani yang menggunakan teknik pengendalian campuran adalah 1.01, artinya petani mendapatkan keuntungan sebesar 101% dari total biaya produksi yang dikeluarkan petani. Berbeda halnya dengan petani yang menggunakan teknik pengendalian konvensional, besarnya nilai manfaat/biaya (B/C) petani tersebut adalah 0. 60, artinya petani mendapatkan keuntungan sebesar 60% dari total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Nilai B/C petani yang menggunakan teknik pengendalian campuran lebih tinggi 1.7 kali lipat daripada nilai B/C petani yang menggunakan teknik pengendalian konvensional.
15
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Seluruh petani brokoli menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan hama dan penyakit di pertanamannya dan 71% diantaranya mengombinasikan dengan Trichoderma sp dan kaptan. Penghasilan per bulan dan status kepemilikan lahan berkorelasi dengan teknik pengendalian yang dipraktekkan petani. Dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetik dan menggantikannya dengan Trichoderma sp dan kaptan, petani mendapatkan keuntungan dari budidaya brokoli 1.7 kali lipatnya dari keuntungan apabila hanya mengandalkan kepada pestisida sintetik saja.
Saran Perlu kajian sejenis lebih lanjut yang dapat membandingkan pengelolaan OPT dan nilai ekonominya di sentra tanaman brokoli lainnya sehingga diperoleh informasi yang lebih komprehensif bagi petani brokoli dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam memutuskan pengendalian OPT.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. San Diego (US): Academic Press. Ameriana M. 2006. Kesediaan konsumen membayar premium untuk tomat aman residu pestisida. J. Hort 16(2):165-174. Cheach LH, Veerakone S, Kent G. 2000. Biological control of clubroot o cauliflower with Trichoderma and Streptomyces spp. Organic and Biocontrol. 58(1):18-21. Darajat YM. 2014. Perbandingan pola penggunaan pestisida pada petani sayuran dan petani tanaman hias di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Harjono S. 2011. Pengelolaan organisme pengganggu tanaman pada budidaya tomat di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi serta nilai ekonominya [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Hasheela EBS, Nderitu JH, Olubayo FM. 2010. Evaluation of cabbage varietal resistance againts diamond-back moth (Plutella xylostella) infestation and damage. Tunisian Journal of Plant Protection. 5(1):91-98. Hermosa R, Viterbo A, Chet I, Monte E. 2012. Plant beneficial effect of trichoderma and of its genes. Microbiology 158 (1):17-25. Heroe H. 2005. Karakterisasi, dinamika, dan optimasi pemberian unsur hara serta insektisida pada sistem produksi padi bagi pemanfaatan lahan sawah berkelanjutan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Heryansyah A. 2010. Preferensi petani sayuran dan jagung dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman di wilayah Bogor dan Cianjur dan analisis ekonominya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Irfan B. 2008. Kerasionalan petani sayuran dan padi daerah sentra dan non sentra di Jawa Barat terhadap penggunaan pestisida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah. Jakarta (ID):PT Ichtiar Baru-van Hove. Terjemahan dari: De Plagren van de Cultuurgewessen in Indonesia. Mamgain A, Roychowdhury R, Jagatpati T. 2013. Alternaria pathogenecity and its strategic control. Research Journal of Biology. 1(1):01-09. Nadhiroh. 2013. Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani sayuran dalam penggunaan pestisida di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Perry AS, Yamamoto I, Ishaaya I, Perry RY. 1998. Insecticides in Agriculture and Environment: Retrospects and Prospects. New York (US): Springer-Verlag. [RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman. Jakarta (ID): RI.
17 Sari NJ, Prijono D. 2004. Perkembangan dan reproduksi Crocidolomia pavonana (Lepidoptera:Pyralidae) pada pakan alami dan semibuatan. Jurnal Hama dan Penyakit Tropika. 4(2):53-61. Sastrosiswojo S, Uhan TS, Sutarya R. 2005. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kubis. Bandung (ID): BALITSA. Semangun H. 2007.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI Press. Specht A, Angulo AO, Olivares TS, Fronza Edegar, Specht VFR, Valduga E, Albrecht F, Poletto G, Barros N. 2013. Life cycle of Agrotis malefida (Lepidoptera:Noctuidae): diapausing cutworm. Zoologia. 30(4):371-378. Sulastri E. 2010. Penurunan intensitas akar gada dan peningkatan hasil kubis dengan penanaman caisin sebagai tanaman perangkap patogen [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Untung K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University.
18
19
LAMPIRAN
20
21 Lampiran 1 Kuisioner penelitian KUESIONERSURVEI TENTANG PENGELOLAAN DAN DAMPAK EKONOMI SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BROKOLI ══════════════════════════════════════════════ Kabupaten : ……………….... Kecamatan : ….......................... Desa : …………………. Tgl./waktu : …………………… ══════════════════════════════════════════════ I. INFORMASI UMUM 1. Nama petani : ........................................................... Jenis kelamin: L/P 2. Umur : ............ tahun 3. Status petani: penggarap penyewa pemilik 4. Pendidikan : Tidak tamat SD SD SLTP SLTA D3 S1 5. Pengalaman bertani: ............ tahun 6. Pekerjaan lain: buruh kasar pedagang pegawai swasta PNS lainnya, sebutkan ...................................... 7. Jumlah anggota keluarga: …….. orang 8. Penghasilan per bulan: a) Bertani Rp ……........................... b) Lainnya Rp. …………………....... ------------------------------------------------Total Rp. ………………………. 1) Kurang dari Rp 1 000 000, 2) Antara Rp 1 000 000 s.d.Rp 2 000 000, 3) Antara Rp 2 100 000 s.d.Rp 5 000 000, 4) Antara Rp 5 100 000 s.d.Rp 7 500 000, 5) Antara Rp 7 600 000 s.d.Rp 10 000 000, 6) Antara Rp 10 100 000 s.d.Rp 15 000 000, 7) Antara Rp 15 100 000 s.d.Rp 20 000 000, 8) Lebih dari Rp 20 000 000, Pernah mengikuti SLPHT? Ya, lanjut ke no. 11, Tidak, lanjut ke bagian II a) Kapan dilaksanakan ? tahun ......................... b) Siapa yang menyelenggarakan? .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... II. PRAKTEK BUDIDAYA DAN BIAYA PRODUKSI 1. Luas lahan: .................. bata/m2/ha 2. Dalam penyiapan lahan, apakah dilakukan sendiri? YaTidak Bila tidak, berapa jumlah buruh yang dipekerjakan? ……. orang, dan berapa besarnya upah per orang per hari? Rp …………………….. 9.
22
3.
4. 5. 6.
7.
8.
9.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan? …….. hari semi teknis teknis Sistem perairan: tadah hujan Berapa besarnya biaya untuk pengairan tersebut? Rp ………………….per bulan/musim/tahun Jenis varietas/kultivar yang ditanam: ………………………………………. Sistem pola tanam: Monokultur Tumpang sari, dengan tanaman .............................................................. Asal benih: sendiri beli di toko/kios saprotan beli dari petani lain lainnya, sebutkan …………………………….. Kalau beli, berapa biaya untuk beli benih tersebut? Rp.…………………… per musim tanam Siapa yang melakukan penyemaian bibit? sendiriorang lain/buruh Berapa lama penyemaian bibit ini berlangsung? ………. hari/minggu Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penyemaian ini? Rp ………………… Siapa yang melakukanpenanaman di lahan? sendiriorang lain/buruh Berapa lama penanaman ini berlangsung? ………. hari Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penanaman ini? Rp ………………… Berapa banyak pupuk buatan digunakan?
Jumlah yang diaplikasikan Frekuensi aplikasi (kg) (kali) 1 N ……… ……. 2 P ……… ……. 3 K ……… ……. 4 ……. ……… ……. Berapa biaya untuk beli pupuk buatan tersebut? Rp. ………………………. 10. Berapa banyak pupuk kandang digunakan? Jumlah yang Frekuensi aplikasi No. Jenis pupuk diaplikasikan (kg) (kali) 1 …………………….. ……… ……. 2 ……………………... ……… ……. Berapa biaya untuk beli pupuk kandang tersebut? Rp. ………………………. 11. Apakah Bapak melakukan penyiangan gulma? YaTidak Kalau Ya, siapa yang melakukannya? sendiriorang lain/buruh Berapa kali permusim penyiangan gulma ini dilakukan? …… kali 12. Apakah Bapak melakukan penyemprotan pestisida? YaTidak BilaYa, berapa kali penyemprotan ini dilakukan? ….. perminggu/musim Siapa yang melakukan penyemprotan ini? sendiriorang lain/buruh Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli pestisida per musim tanam? Rp …………………….. 13. Apakah Bapak melakukan pengamatan hama/ penyakit sebelum melakukan penyemprotan pestisida? YaTidak No. Jenis pupuk
23 BilaYa, siapa yang melakukan pengamatan? sendiriorang lain/buruh 14. Berapa total biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan lahan sampai dengan panen? Rp ……………………………… III. MASALAH HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 1. Jenis hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanaman? a. Musim tanam sekarang Hama Serangan1) Penyakit Serangan1) R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B 1) R = ringan, S = sedang, B = berat b. Musim tanam sebelumnya Hama Serangan1) Penyakit Serangan1) R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B R/S/B 1) R = ringan, S = sedang, B = berat 2. Di antara jenis OPT di atas, jenis hama yang paling merugikan adalah ………………………………dan jenis penyakit yang paling merugikan adalah ………………………………………………………. 3. Berapa persen tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit di atas? ………………… 4. Berapa persen hasil panen yang hilang akibat serangan hama dan penyakit tersebut? …………… 5. Tindakan apayang dilakukan untuk mengatasi masalah hama dan penyakit di atas? Hanya menyemprot pestisida sintetik, alasan:................................................. ............................................................................. Menyemprot pestisida sintetik dan tindakan lainnya, sebutkan : ...............................................................................................................................
24 Alasan:................................................................................................................... ............................................................................................................................... Tanpa menggunakan pestisida sintetik tapi dengan tindakan lainnya, sebutkan:................................................................................................................ ............................................................................................................................... Alasan:................................................................................................................... .............................................................................................................................. Bila menggunakan pestisida sintetik, sebutkan jenis dan jumlahnya: No.
Jenis
Harga (Rp/kemasan)
Frekuensi per minggu
Jumlah penggunaan (liter/botol)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 6. Apakah pernah ada petani/pekerja/keluarga/tetangga yang mengalami keracunan pestisida? Ya, lanjutkan ke no 8 dan9Tidak 7. Bila ada, bagaimana kondisi keracunannya? Ringan Sedang Berat 8. Bilaa da, apakah dilakukan tindakan pengobatan ke dokter atau puskesmas? YaTidak BilaYa, berapa besar biaya pengobatannya? Rp……………………………. IV. PRODUKSI 1. Berapa total hasil yang dapat dipanen? Musim sekarang …………………. Musim yang lalu ………….. 2. Untuk brokoli kualitas bagus (tidak terserang), berapa harga jual per kg? ………………sedangkan untuk brokoli kualitas rendah (sedikit terserang), berapa harga jual per kg? ………………. 3. Di mana hasil panen brokoli dijual?: Langsungditempat Supermarket Pasar Tengkulak Lainnya, sebutkan ………………………………………………………… 4. Bila tidak ada serangan hama/penyakit, berapa banyak hasil panen per musim tanam? …………….. Catatan tambahan:
25 Lampiran 2 Rekapitulasi karakteristik petani Karakteristik Tingkat pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA S1 Status Petani Pemilik Penyewa Penggarap Umur Petani 20-29 30-44 45-59 > 60 Pengalaman bertani 1˗5 6˗10 11˗20 > 20 Jumlah Keluarga 2˗4 5˗7 8˗14 belum berkeluarga Penghasilan Petani Per bulan <1000000 1000000-2000000 2100000-5000000 5100000-7500000 7600000-10000000 10100000-15000000 15100000-20000000 >20000000
Campuran Frekuensi Persentase
Konvensional Frekuensi Persentase
09 51 06 04 01
12.68 71.83 08.45 05.63 01.41
08 18 02 01 -
27.59 62.07 06.90 03.45 -
45 03 23
63 04 32
05 03 21
17 10 72
07 25 30 09
09.86 35.21 42.25 12.68
07 07 12 03
24.14 24.14 41.38 10.34
07 07 24 33
09.86 09.86 33.80 46.48
03 04 12 10
10.34 13.79 41.38 34.48
29 30 09 03
40.85 42.25 12.68 04.23
14 09 03 03
48.28 31.03 10.34 10.34
06 28 18 05 07 02 02 03
08.45 39.44 25.35 07.04 09.86 02.82 02.82 04.23
13 10 06 -
44.83 34.48 20.09 -
26
Varietas Bejo Sakata Grand 11 Royal grand Royal PS Tanaman Bawang daun Cabai Pakcoy Tomat Wortel
Jenis pupuk KCL NPK TSP Urea ZA
OPT Brokoli Hama Agrotis i Crocidolomia p Plutella x Penyakit Akar gada Bercak alternaria Busuk hitam
Lampiran 3 Rekapitulasi varietas brokoli Campuran Konvensional Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 40 53.33 27 93.10 30 40.00 02 06.90 01 01.33 03 04.00 01 01.33 Lampiran 4 Rekapitulasi tanaman tumpangsari Campuran Konvensional Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 09 12.68 01 03.45 04 05.63 49 69.01 25 86.21 01 03.45 09 12.68 02 06.90 Lampiran 5 Rekapitulasi pupuk petani brokoli Campuran Konvensional Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 28 14.74 07 07.45 78 41.05 44 46.81 41 21.58 22 23.40 15 07.89 01 01.06 28 14.74 20 21.28 Lampiran 6 OPT tanaman brokoli Campuran Konvensional Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 14 62 14
15.56 68.89 15.56
24 12
66.67 33.33
69
63.30
25
52.08
07 33
06.42 30.28
23
47.92
27 Lampiran 7 Tabel kontingensi dan hasil olah khi-kuadrat hubungan karakteristik petani dengan teknik pengendalian
Umur * Teknik pengendalian Crosstab Count
Umur
1,00 2,00
Total
Teknik pengendalian 1,00 2,00 26 62 3 9 29 71
Total 88 12 100
Keterangan: 1= usia produktif (20 tahun-59 tahun), 2= usia non produktif (>60 tahun) Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Assoc iation N of Valid Cases
Value ,106b ,000 ,109
df 1 1 1
,105
Asymp. Sig. (2-sided) ,745 1,000 ,742
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1,000
,520
,746
100
a. Computed only for a 2x2 table b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,48.
Status petani * Teknik pengendalian Crosstab Count
Status petani
1,00 2,00
Total
Teknik pengendalian 1,00 2,00 5 45 24 26 29 71
Total 50 50 100
Keterangan: 1= Pemilik, 2= bukan pemilik
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Assoc iation N of Valid Cases
Value 17,533b 15,736 18,687
17,357
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,000 ,000 ,000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,000
,000
,000
100
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.
28
Pendidikan * Teknik pengendalian Crosstab Count
Pendidikan
1,00 2,00 3,00
Total
Teknik pengendalian 1,00 2,00 26 58 3 12 0 1 29 71
Total 84 15 1 100
Keterangan: 1= Rendah (Tidak tamat sd-sd), 2= sedang (SMP-SMA), 3= Tinggi (S1)
Chi-Square Tests Value 1,154a 1,473
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Assoc iation N of Valid Cases
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,562 ,479
1
,292
df
1,112 100
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,29.
Pengalaman bertani * Teknik pengendalian Crosstab Count
Pengalaman bertani
1,00 2,00 3,00 11,00
Total
Teknik pengendalian 1,00 2,00 2 8 16 31 10 32 1 0 29 71
Total 10 47 42 1 100
Keterangan: 1= Rendah (1 tahun-5 tahun), 2= Sedang (6 tahun-20 tahun), 3= Tinggi (>20 tahun)
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Assoc iation N of Valid Cases
Value 3,972a 4,033 1,081
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,265 ,258
1
,299
df
100
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,29.
29
Jumlah keluarga * Teknik pengendalian Crosstab Count
Jumlah keluarga
Teknik pengendalian 1,00 2,00 3 3 23 61 3 7 29 71
1,00 2,00 3,00
Total
Total 6 84 10 100
Keterangan:1= Rendah (belum berkeluarga), 2= Sedang(2 anggota keluarga- 7 anggota keluarga), Tinggi= (8 keluarga-14 keluarga)
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Assoc iation N of Valid Cases
Value 1,397a 1,277
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,497 ,528
1
,523
df
,408 100
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,74.
Penghasilan perbulan * Teknik pengendalian Crosstab Count
Penghasilan perbulan
1,00 2,00 3,00 4,00
Total
Teknik pengendalian 1,00 2,00 13 6 16 47 0 11 0 7 29 71
Total 19 63 11 7 100
Keterangan: 1= Rendah (< 1 000 000), 2= Sedang (1 000 000- 5 000 000), 3= Tinggi (5 000 00010 000 000), 4= Sangat tinggi (> 10 000 000)
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Assoc iation N of Valid Cases
Value 22,090a 25,333 18,124
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,000 ,000
1
,000
df
100
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,03.
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Probolinggo pada 27 Juni 1992 dari pasangan Sumino dan Wahyuni. Penulis adalah putra ketiga dari 3 bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan TK Kusuma Kraksaan pada tahun 1998, di SD Patokan 1 Kraksaan tahun 2004, di SMPN 1 Kraksaan tahun 2007, dan di SMAN 1 Kraksaan tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi Tanaman melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Hama Tanaman Dasar pada tahun 2013 dan asisten praktikum mata kuliah Entomologi Umum pada tahun 2014. Penulis juga aktif menjadi KOMTI(Komandan Tertinggi)Proteksi Tanaman angkatan 47 pada tahun 2011, Ketua Divisi Keprofesian pada tahun 2013, ketua Entomology club pada tahun 2012-2013, dan beberapa kepanitian yang lain. Penulis mengikuti program Kuliah Kerja Profesi Faperta Fema tahun 2013 di Desa Sukahurip, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Penulis mengikuti perlombaan dan menorehkan hasil yang baik, yaitu Juara 2 PTN OPEN pada tahun 2013, juara 1 bulutangkis beregu SERI A-ACTION pada tahun 2014, juara 2 Badminton beregu kompetisi SERI A-ACTION pada tahun 2013, juara 2 Badminton beregu kompetisi PORSSITA pada tahun 2012, juara 1 bulutangkis beregu kompetisi PORSSITA pada tahun 2013 dan 2014.