PENGELOLAAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER (Suatu gagasan yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan pengembangan karakter dalam pembelajaran) 1
Oleh: Warni Tune Sumar Dosen Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Pembelajaran dalam pendidikan karakter didefinisikan sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan/dirujuk pada suatu nilai. Kegiatan penguatan dan pengembangan karakter melalui proses pembelajaran termuat dalam desain pembelajaran. Artinya proses pendidikan karakter adalah proses yang terjadi karena di desain secara sadar dalam pelaksanaan pembelajaran bukan secara kebetulan. Pengalaman belajar anak dalam seting pendidikan karakter dilakukan dalam tiga tempat, yaitu kelas, sekolah, dan rumah. Hal ini mengimplikasikan bahwa guru harus merancang dalam silabus dan RPP nya mengenai pengalaman apa yang harus dilalui oleh anak dalam upaya penguatan suatu nilai di sekolah dan dirumah. Desain pembelajaran yang dikembangkan oleh guru kemudian menjadi layanan KBM bagi peserta didik. Layanan KBM dalam pendidikan karakter harus memenuhi tiga kunci yaitu: (1). Dasar pendidikan adalah kasih sayang, (2). Syarat teknis adalah saling percaya, (3) Syarat mutlak adalah kewajiban.
Kata Kunci: Nilai karakter jujur, kerja keras, ikhlas
A. Pendahuluan Berbagai permasalahan dihadapi oleh bangsa ini yang mengindikasi pembangunan ahlak dan karakter bangsa mendesak untuk dilaksanakan. Adanya kesenjangan dan disorientasi antara tataran normatif dengan tataran empris merupakan situasi yang perlu segera diaatasi, yang diindikasikan melalui perilaku individu maupun sekelompok orang yang justru bertentangan dan kurang mencerminkan penghayatan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya, pancasila dan agama. Bahkan kerapkali perilaku disorientasikan mencerminkan kian mundurnya kesadaran akan kesatuan dan persatuan, yang sekaligus merupakan ancaman disintegrasikan bangsa. Disisi lain, disorientasi juga terjadi terhadap berbagai situasi dan perilaku yang jauh dari sebutan berahlak mulia dan berbudi luhur. Tindakan tawuran antara pelajar, antar kampung, antar kelompok, tindakan main hakim sendiri, perbuatan anarkis dan sebagainya. 1
Warni Tune Sumar SPd MPd adalah dosen Universitas Negeri Gorontalo Jurusan Manajemen Pendidikan dan Asisten Ahli dalam Bidang manajemen kurikulum dan pembelajaran.
Kesadaran akan perlunya pengembangan akhlak dan karakter bangsa lain diperumit dengan semakin terbukanya tata pergaulan global dan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Media komunikasi memberikan informasi yang meluas dan mudah di peroleh, tanpa dibatasi oleh ruang. Hanya dengan karakter bangsa yang kuat yang mampu menjadi penyaring (filter) terhadap stimultan nilai-nilai negatif yang tidak atau kurang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan bahwa pendidikan harus secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 ayat1). Pengembangan kurikulum pendidikan nasional harus memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi kecerdasan, dan minat siswa (pasal 1 ayat 2). Undang-Undang tersebut mengindikasi bahwa pengembangan kecerdasan intelektual, emosional dan spritual dalam penyelenggaraan pendidikan mutlak diwujudkan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tidak terlepas dari peran strategis kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinanya. Artinya kepala sekolah dituntut kompetensi mengelolah dan mengoptimalkan ketiga kecerdasan sehingga memudahkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan karakter adalah proses yang tak pernah berhenti. Ibarat pemerintah boleh berganti, raja boleh turun takhta, namun pendidikan karakter harus berjalan terus. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proyek yang ada awal dan akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan bangsa Indonesia, terutama kehidupan siswa dan lingkunganya. Dampak positif adalah bertambahnya kecepatan dan peningkatan tingkat berfikir dalam berbagai bidang, dan terjadi perubahan pola hidup yang lebih efisien dan pragmatis. Sedangkan dampak negatif adalah bahwa masyarakat mengalami kesulitan dalam memahami dan merencanakan perkembangan yang begitu cepat di berbagai bidang tersebut, sehingga terjadi benturan berbagai kecenderungan dengan nilainilai luhur bangsa Indonesia. Sistem pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang ekuivalen dengan peningkatan IQ semata walaupun juga di dalamnya terintegrasi pendidikan EQ, warisan yang terbaik bangsa kita adalah tradisi spritualitas (SQ) yang tinggi kemudian nyaris terabaikan untuk tidak mengatakan terlupakan tetapi terabaikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang diutamakan adalah IQ dari pada SQ sehingga siswa pada lulusan hanya kaya dengan menghafal materi tetapi tidak mampu mengimplementasikan apa yang mereka dapatkan dalam pendidikan formal. Banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidkan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut di dasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatkan kenakalan remaja, tawuran dalam masyarakat, seperti perkelahian massal, pemorkesaan dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan dikota-kota besar tertentu, gejalah tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda di harapkan dapat meningkatkan perannya dalam pembentukan keperibadian siswa melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara pakar pendidikan tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Sebagaian pendapat menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di Negara-negara barat seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai dan pendekatan klarifikasi nilai, sebagian pendapat yang lain menyarankan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilainilai sosial tertentu dalam diri siswa. Keberadaan siswa dalam proses pembelajaran tidak lebih dari sebagaian alat motivasi untuk memberikan dorongan dari luar diri siswa. Hal ini merupakan gambaran seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan , yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting bagi pembangunan bangsa. Hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru bahwa dalam pengelolaan proses pembelajaran tidak hanya dirumuskan dari sudut normatif tetapi perlu penanaman nilai-nilai dan norma serta perubahan-perubahan dari semua isi proses pembelajaran. Kompetensi dari seorang guru adalah salah satu unsur yang sangat berperan terhadap keberhasilan siswa, peran guru sebagai mendidik, mengajar dan mengarahkan siswa dalam perubahan tingkah laku. Dengan kata lain tinggi rendahnya keperibadian karakter siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, faktor lainnya dengan demikian kompetensi guru merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam pengelolaan pembelajaran dikelas, keberhasilan siswa adalah keberhasilan guru dalam meningkatkan kualitas potensi siswa, oleh karena itu guru sebagai penentu keberhasilan siswa. Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah sekolah (setelah lulus dari sekolah). Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawah peserta didik untuk memahami dan merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah baik dalam seting kelas maupun sekolah. B. Pembahasan Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Wardoyo (1980:41) menjelaskan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berisi perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Hasyono (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuab tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam proses pembelajaran sebelum guru mengimplementasikan kegiatan proses belajar mengajar guru menyiapkan perangkat pembelajaran sehingga proses pembelajaran terarah. Kompetensi dari seorang guru adalah salah satu unsur yang sangat berperan terhadap keberhasilan siswa, peran guru sebagai mendidik, mengajar dan mengarahkan siswa dalam perubahan tingkah laku. Dengan kata lain tinggi rendahnya keperibadian karakter siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, faktor lainnya dengan demikian kompetensi guru merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam pengelolaan pembelajaran dikelas, keberhasilan siswa adalah keberhasilan guru dalam meningkatkan kualitas potensi siswa, oleh karena itu guru sebagai penentu keberhasilan siswa. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebelumnya melaksanakan pengelolaan, perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan dalam mempersiapkan program pembelajaran seperti silabus dan RPP dalam program pembelajaran guru harus mendesain pembelajaran bermakna dalam pembentukan karakter. 1.Pengertian pendidikan karakter Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakan berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilandasi krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami. Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian teoritis terhadap pendidikan karakter dapat menyebakan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Beberapa masalah ketidatepatan makna yang beredar di masyarakat mengenai makna pendidikan karakter dapat didefinisikan diantaranya: (1) pendidikan karakter mata pelajaran agama dan PKn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan PKn, (2) pendidikan karakter pendidkan menjadi tanggung jawab keluarga, bukan tanggung jawab sekolah, (3) pendidikan karakter adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP. Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran banyak orang tua, guru dan masyarakat umum.
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004:95) sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktiknya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lain yang dikemukakan oleh Fakry Gafar (2010:1) Sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam keperibadian sesorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan lingkungan sekolah 2. Konsep Pengembangan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai” the deliberate use of all dimension of secool life to foster optimal chacacter development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen pemangku pendidikan harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Disamping itu pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Komponen sistem pembelajaran dalam pengembangan karakter dapat dilihat dalam bagan proses pembelajaran.
Instrumental Input: -Tenaga pendidik dan Kependidikan -Kurikulum - adminsitrasi -Sarana dan prasarana - Administrasi - pengelolaan dan pembiayaan OutPut Proses: -Penilaian Row input: -Tujuan Pembelajaran Lulusan - Siswa - Isi/Materi -Metode -Media Enviromental input - Evaluasi (Ipokleksesbud) Bagan 1. Komponen Pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan ahlak. Tujuan adalah membentuk pribadi peserta didik supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bagsannya. Oleh karena itu dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di indonesia adalah pendidikan nilai yakni nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina keperibadian generasi muda terutama peserta didik melalui pendidikan formal. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai karakter tersebut. Berdasarkan pendapat di atas bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai dimana dengan nilai-nilai dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan bagi mewujudkan perilaku peserta didik. Persoalannya nilai-nilai bagaimana yang perlu disebarluaskan dan ditanamkan kedalam diri peserta didik untuk memperkuat ahlak dan karakter peserta didik menuju masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dan sejahtera. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Mencermati fungsi pendidikan nasional yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa seharusnya memberikan pencerahan yang memadai bahwa
pendidikan harus berdampak pada watak manusia/bangsa Indonesia. Fungsi ini amat berat untuk dipikul oleh pendidikan nasional, terutama apabila dikaitkan dengan siapa yang bertanggung jawab untuk keberlangsungan tujuan pendidikan bahwa peserta didik adalah manusia yang potensial dan dapat dikembangkan secara optimal melalui proses pendidikan. Artinya setiap layanan pendidikan yang ada harus dipersepsi secara sama bahwa peserta didik itu memiliki potensi yang luar biasa dan perlu di fasilitasi melalui proses pendidikan untuk mengembangkan potensinya. Namun demikian kemampuan apa yang harus dikembangkan oleh pendidikan itu masih belum tersirat secara jelas, apakah kemampuan watak yang perlu dikembangkan dalam pendidikan atau kemampuan akademik, kemampuan sosial, kemampuan religi, ini pun belum secara jelas dapat dipahami dari pernyataan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku/karakter dari berbagai pihak yang dapat dikembangkan oleh guru melalui proses pembelajaran. Dimana guru harus dapat mengembangkan nilai-nilai karakter terhadap peserta didik dalam hal menerapkan proses pembelajaran dikelas maupun diluar kelas. Proses pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga. Jika saja pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan. Mengapa demikian? Karena penguatan perilaku merupakan suatu yang menyeluruh (holistik) bukan suatu cuplikan dari rentangan waktu yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam setiap menit dan detik interaksi peserta didik dengan lingkungannya dapat dipastikan akan terjadi proses mempengaruhi perilaku peserta didik. Pertanyaannya apakah proses yang dialami oleh anak ini menguatkan atau bahkan melemahkan karakter yang dibangun oleh sekolah? Tabel. 1.1. Nilai-nilai yang dianggap penting yang perlu diterapkan dalam kehidupan peserta didik Nilai yang terkait Nilai yang terkait dengan Nilai yang terkait dengan dengan diri sendiri orang lain ketuhanan Jujur -Senang membantu Ikhals -Tidak berbohong -Tidak mengambil yang bukan miliknya Kerja keras Toleransi Ikhsan Tegas Murah sentum Iman Sabar Pemurah Taqwa Ulet Kooperatif/ mampu bekerja sama Rasa tanggung jawab -Berani mengakui kesalahan -Menjalankan kewajiban yang telah diterimanya dengan baik dan tuntas Semangat belajar -Berani bertanya -Senang mencari pengalaman baru -Senang belajar keterampilan baru Disiplin diri - Datang tepat waktu -Menempati janji - Sopan santun dalam tindakan dan ucapan Kegigihan - Berusaha melakukan yang terbaik -Tidak mudah menyerah. Semangat - Senang menolong orang berkonstribusi lain -Senang melakukan kegiatan sosial sebagai relawan
3. Makna Desain Pembelajaran dalam Pendidikan Karakter
Istilah pembelajaran menjadi semakin kerap terdengar dalam kajian pendidikan persekolahan. Istilah ini merupakan pengembangan istilah dari proses belajar mengajar (PBM). Dalam istilah PBM makna yang familiar bagi guru-guru saai ini adalah guru melakukan pengajaran dalam berbagai materi ajar kepada peserta didik. Dalam proses ini guru memiliki peran yang dominan dalam proses, sedangkan peserta didik berperan lebih pasif, atau lebih banyak menerima informasi dari guru. Peran guru dalam PBM lebih banyak dimaknai sebagai pengajar. Sedangkan istilah pembelajaran saat ini menjadi lebih aktual, dimaknai sebagai proses interaksi peserta didik dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam proses ini anak menjadi objek dan sekaligus subjek belajar, sedangkan guru dan lingkungannya belajar lainnya menjadi kondisi penting yang menyertai dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran lebih banyak dimaknai sebagai fasilitator supaya anak mengalami proses belajar. Dalam kajian ini penulis lebih mengarah pada bagaimana guru mampu mendesain pembelajaran dalam meningkatkan pengembangan pendidikan karakter melalui program pembelajaran seperti silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam proses pembelajaran dalam hal ini guru hanya mampu melakukan kegiatan pembelajaran lebih menekankan kepada materi pelajaran dan mengabaikan karakter peserta didik dimana PBM sebagai proses interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar sehingga guru sering beranggapan bahwa tugas mengajar guru hanya sekedar manyampaikan materi pelajaran bukan mengaplikasikan materi pelajaran sesuai dengan kehidupan peserta didik. Yang menjadi pertanyaan apakah pembelajaran selama ini dilakukan oleh guru dapat dikategorikan sebagai pendidikan karakter atau bukan?. Fakta yang menujukan bahwa kecenderungan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terjadi dikelas-kelas tidak menujukan pendidikan karakter tetapi lebih mengarah sebagai pengajaran dimana guru hanya menyampaikan materi pembelajaran dan tidak memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.. Indikasi yang dapat menujukan hal tersebut: (1) desain pembelajran seperti silabus dan RPP yang dibuat oleh guru hanya copy paste dan cenderung berpusat pada guru bukan pada peserta didik, (2) penguasaan terhadap standar komptenesi dan komptensi dasar serta indikator yang dijabarkan kepada tujuan pembelajaran masih rendah, (3)program pembelajaran yang dirancang oleh guru dalam silabus dan RPP cenderung berada pada perilaku tingkat rendah (C1) sehingga ketika peserta didik lulus hanya bermodalkan materi daripada nilai-nilai karakter, (4) KBM yang terjadi sering tidak kontekstual dengan kehidupan peserta didik dalam hal ini guru tidak mampu mengembangkan materi sesuai dengan kehidupan nyata peserta didik, (5) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung ceramah, penguasaan terhadap metode pembelajaran masih kurang, (6) pengunaan media pembelajaran yang kurang tepat sehingga pembelajaran kurang menarik bagi peserta didik, (7) evaluasi akhir jarang dilakukan oleh guru, guru kurang menguasai instrumen penilaian dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan oleh semua guru mata pelajaran melalui integrasi materimateri di setiap mata pelajaran dengan nilai-nilai tertentu yang akan diperkuat menjadi sikap dari peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dapat terjadi pada setiap tahap dari tahapan proses pembelajaran. Misalnya ketika guru membiasakan untuk menyapa anak sebelum pembelajaran dimulai, secara tidak langsung guru tersebut membelajarkan nilai-nilai keramahan pada peserta didiknya sehingga anak bersikap ramah kepada siapapun yang ada dilingkunganya. Tahapan yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran dalam pendidikan karakter sebagai berikut: (1) Menyusun program pembelajaran seperti silabus dan RPP berbasis nilai-nilai karakter, (2) guru dapat melakukan apersepsi yang kontektual dengan kehidupan nyata peserta didik lebih tepat apersepsi bukan mengaitkan materi pelajaran sebelumnya tetapi lebih menyiapkan peserta didik untuk siap belajar, (3) melakukan pembelajaran sebagaimana didesain dalam silabus dan RPP dalam pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran guru dapat menerapkan nilai-nilai karakter didalamnya pada setiap skenario pembelajaran, (4) melakukan evaluasi melalui pengamatan sejauhmana nilai-nilai yang akan dikuatkan atau dikembangkan muncul dalam perilaku peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik dalam seting pendidikan karakter dilakukan dalam tiga tempat yaitu sekolah, kelas dan rumah. Hal ini mengimplikasikan bahwa guru harus merancang dalam silabus dan RPP nya mengenai pengalaman apa yang harus dilalui oleh peserta didik dalam upaya penguatan suatu nilai di sekolah dan dirumah. Gambaran pembelajaran dalam pendidikan karakter dapat dilihat pada gambar
Stakeholders Silabus
KTSP
Visi Misi
Pengalaman Belajar
Nilai Karakter
RPP
Guru
Rumah
Evaluasi
Seting Pembelajaran dalam Pendidikan Karakter Pembelajaran dalam pendidikan karakter diawali dari rujukan suatu nilai oleh sekolah berdasarkan diskusi antara sekolah dengan stakeholder. Nilai yang dirujuk kemudian menjadi nilai sekolah yang mendasari penyusunan suatu visi sekolah. Visi sekolah ini kemudian dijabarkan kedalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam hal ini, silabus dan RPP yang dikembangkan oleh guru tentu berbeda dengan silabus dan RPP yang bukan untuk pembelajaran karakter. Program pembelajaran yang dirancang oleh guru melalui desain pembelajaran seharusnya memuat nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran sehingga pada implementasi KBM guru menampakan nilai karakter dari peserta didik. Rumusan tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas mengandung filosofis pendidikan sebagai educare. Pendidikan educare lebih cenderung mengajar, melatih dan melengkapi peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan. Karena itu filosofis amat memberi penekanan pada materi yang diajarkan, disertai sistem penilaian yang baku dan kaku yang harus dilaksanakan. Proses pendidikan tahap tertentu dianggap selesai dengan hasil ujian dan selesainya pemberian materi oleh guru. Yang menjadi pertanyaan lalu bagaimana dengan karakter yang harus muncul dan menjadi pribadi peserta didik?. Apakah hal ini juga dievaluasi menjadi syarat kelulusan pada jenjang tertentu. Selama ini pendidikan hanya diukur dengan nilai ujian akhir melalui ujian nasional (UN ) sehingga pada lulusan hanya mampu berteori tidak mampu mengaplikasi dalam lingkungan masyarakat. Bukankah tujuan pendidikan lebih menekankan pada karakter bukan simplikasinya dalam bentuk skor yang telah mencerminkan atau bertolak belakang dengan perilaku nyata peserta didik/lulusan. Oleh sebab itu desain pembelajaran yang dirancang oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar harus memuat nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran. Contoh silabus yang mengandung nilai-nilai karakter dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 1.2. Desain pembelajaran mengandung nilai-nilai karakter SILABUS Faklutas : Ilmu pendidikan Jurusan : Manajemen Pendidikan Mata Kuliah : Manajemen Kurikulum dan pembelajaran Kode Mata Kuliah : 1314-002-3 Bobot : 3SKS Semester : Ganjil Standar Kompetensi : Mampu memahami konsep dasar manajemen pengembangan kurikulum.
N o
Kompeten si dasar
1
Mampu menjelask
Indikator
Menjelask an konsep
Pengalam a Belajar Secara berkelomp
Materi Pokok
Manajem en
Aloka si Waktu
Sumb Penilai er an Baha n 150 m Oema -tes r tertulis
Nilai Karakt er -kerja sama
an konsep manajeme n kurikulum
manajeme n kurikulum dan pembelajar an
ok menjelask an Materi manajeme n kurikulum
kurikulum
Hama lik Peng emba ngan kuriku lum
Kerja kelomp ok -diskusi
tanggu ng jawab -Jujur
Desain pembelajaran seperti silabus merupakan salah satu produk pegembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Pada umumya suatu silabus paling sedikit harus mencakup unsur-unsur: (a) tujuan mata pelajaran yang diajarkan, (b) sasaransasaran mata pelajaran, (c) keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut dengan baik, (d) urutan tpoik-topik yang diajarkan, (e) aktivitas dan sumber-sumber belajar pendukung keberhasilan pengajaran digunakan, (f) berbagai tehnik evaluasi yang. Tetapi selama ini program pembelajaran tidak mencerminkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga pada proses pembelajaran berlangsung hanya menyelesaikan materi pelajaran sesuai dengan apa yang sudah didesain dalam pembelajaran. Guru merupakan pengembangan kurikulum dikelasnya, yang akan menterjemahkan. Menjabarkan dan mentrasformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada peserta didik. Dalam hal ini tugas guru tidak sekedar mentrasfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) akan tetapi lebih mengembangkan ilmu pengetahuan peserta didik sesuai dengan kehidupan nyata sehingga pada intinya peserta didik mampu mengembangkan nilai-nilai karakter yang ada pada diri pribadi peserta didik. Pendidikan karakter, disamping melalui mata pelajaran yang ada juga dapat dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat yang ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat kearah yang lebih baik. Tidak terkecuali dengan upaya pembangunan akhlak dan karakter bangsa, pada dasarnya pendidikan dapat menjadi unsur potensial dalam menunjang upaya tersebut. Melalui pendidikan dapat menjadi wahana untuk melakukan pembentukan karakter bangsa, dan memperkuat komitmen kebangsaan menuju kehidupan berkualitas dan bermartabat. Inti dari pendidikan adalah penyebaran nilai-nilai yang bukan terbatas pada trasfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga nilai-nilai pembentukan watak dan karakter. C. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan desain pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar diperlukan pengembangan model program pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman atau acuan dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam proses pembelajaran baik melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler 2. Pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) 3. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang pada terjadi semua mata pelajaran 4. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk oleh sekolah (lembaga pendidikan)
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid,2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Penerbit Remaja Rosda Karya Bandung Balitbang. Depdiknas. 2003. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta Pusat Kurikulum Depdiknas, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Dharma Kesuma. Dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Sekolah. Penerbit PT Remaja Rosda Karya Bandung. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015. Pemerintah Repeblik Indonesia Masnur Muslich. 2007 Seri Standar Nasional Pendidikan KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Penerbit Bumi Aksara Megawangi, Ratna 2004. Pendidikan Karakter; solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bogor Indonesia Mulyono Yoyo.2002 Pendidikan karakter di Sekolah dari Gagasan Ke Tindakan PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.