PENGATURAN SUHU, KELEMBABAN, WAKTU PEMBERIAN NUTRISI DAN WAKTU PEMBUANGAN AIR UNTUK POLA COCOK TANAM HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535
SKRIPSI
Oleh
MUTHIA DIANSARI 06 06 04 279 0
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008
PENGATURAN SUHU, KELEMBABAN, WAKTU PEMBERIAN NUTRISI DAN WAKTU PEMBUANGAN AIR UNTUK POLA COCOK TANAM HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535
SKRIPSI
Oleh
MUTHIA DIANSARI 06 06 04 279 0
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:
PENGATURAN SUHU, KELEMBABAN, WAKTU PEMBERIAN NUTRISI DAN WAKTU PEMBUANGAN AIR UNTUK POLA COCOK TANAM HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535 yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Pendidikan Sarjana Teknik Ekstensi Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Depok, 16 Juli 2008
Muthia Diansari NPM. 06 06 04 279 0
ii Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
PENGATURAN SUHU, KELEMBABAN, WAKTU PEMBERIAN NUTRISI DAN WAKTU PEMBUANGAN AIR UNTUK POLA COCOK TANAM HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535 dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Pendidikan Sarjana Ekstensi Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan pada sidang ujian skripsi pada tanggal 09 Juli 2008 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai Skripsi pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Depok, 16 Juli 2008 Dosen Pembimbing,
Budi Sudiarto, S.T, M.T NIP. 040 705 0181
iii Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
Budi Sudiarto, S.T, M.T
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, diskusi dan bimbingan, serta persetujuan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Terima kasih pula kepada kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga atas dukungan yang telah diberikan. Tidak lupa terima kasih kepada semua rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
iv Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
ABSTRAK
MUTHIA DIANSARI NPM 06 06 04 279 0 Departemen Teknik Elektro
Dosen Pembimbing Budi Sudiarto, S.T, M.T
PENGATURAN SUHU, KELEMBABAN, WAKTU PEMBERIAN NUTRISI DAN WAKTU PEMBUANGAN AIR UNTUK POLA COCOK TANAM HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535 ABSTRAK Pola cocok tanam sistem hidroponik merupakan pola cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman, berperan dalam proses fisiologi tanaman dan biasanya ditempatkan di dalam sebuah greenhouse yang menggunakan prinsip natural ventilasi yang dapat menjaga suhu, menambahkan suatu sistem yang dapat menyiramkan air ke udara atau tanah agar menaikkan nilai kelembaban dan pemberian nutrisi sesuai dengan waktunya serta pengaturan waktu pembuangan air agar menjaga ketinggian air. Namun semua itu masih dilakukan secara manual. Pada skripsi ini akan dilakukan realisasi atas pengaturan suhu, kelembaban, waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air untuk pola cocok tanam hidroponik secara otomatis dengan menggunakan mikrokontroler AVR Atmega 8535. Hasil yang didapat pada sistem pengaturan suhu, kelembaban, waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air secara otomatis sesuai dengan yang diinginkan yang nantinya bisa diterapkan pada tanaman hidroponik sesungguhnya sehingga dapat memberikan hasil dan kualitas yang baik dari tanaman hidroponik tanpa harus dilakukan secara manual
Kata kunci : pengaturan suhu, kelembaban dan waktu pemberian nutrisi, mikrokontroler AVR Atmega 8535
v Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
ABSTRACT
MUTHIA DIANSARI NPM 06 06 04 279 0 Departemen Teknik Elektro
Dosen Pembimbing Budi Sudiarto, S.T, M.T
ARRANGEMENT OF TEMPERATURE, HUMIDITY, GIVING TIME OF NUTRITION AND WATER DISPOSAL TIME FOR HYDROPONIC CULTIVATION PATTERN BASED ON MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535 ABSTRACT Cultivation pattern of Hydroponics system is powered cultivation pattern of water as development base of crop body and stands in process of crop physiology. Cultivation pattern of Hydroponics system is placed in a greenhouse. Greenhouse designed in general applies principle natural ventilation, that is by arranging measure and ventilation at greenhouse to be reached temperature value and humidity wanted. As well as some greenhouse adding exhaust fan functioning to flow air from within out greenhouse and added also a system which can sprinkler water into the air or soil to boost up humidity value, however it all still be done in manual. At this final assignment realized arrangement of temperature, humidity, giving time of nutrition and water disposal time for hydroponics cultivation pattern automatically by using microcontroller AVR Atmega 8535. The result gotten at arrangement system of temperature, humidity, giving time of nutrition and water disposal time automatically matching with the one which is wanted which later applicable at hydroponic crop in fact so can give result and good quality from hydroponic crop without having to is done in manual.
Keyword : arrangement of temperature, humidity and nutrition giving time, microcontroller AVR Atmega 8535
vi Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii
PENGESAHAN
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR ISTILAH
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 LATAR BELAKANG
1
1.2 PERUMUSAN MASALAH
2
1.3 TUJUAN PENULISAN
2
1.4 BATASAN MASALAH
2
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
3
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
3
BAB II HIDROPONIK, AVR ATMEGA 8535, ADC, SENSOR SUHU DAN KELEMBABAN
5
2.1 POLA COCOK TANAM HIDROPONIK
5
2.1.1 Jenis – jenis Pola Cocok Tanam Hidroponik
5
2.1.2 Faktor Lingkungan Pada Pola Cocok Tanam
10
Sistem Hidroponik 2.2 MIKROKONTROLER AVR ATMEGA 8535
11
2.2.1 Arsitektur ATMega8535
12
2.2.2 Fitur ATMega8535
14
2.2.3 Konfigurasi Pin ATMega8535
14
2.3 Successive Approximation Analog To Digital Converter vii
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
15
2.4 Sensor Suhu
17
2.5 Sensor Kelembapan
17
BAB III RANCANG BANGUN
20
3.1 SISTEM SECARA UMUM
20
3.1.1 Cara Kerja Sistem
21
3.1.2 Spesifikasi Sistem
22
3.2 PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS
23
3.2.1 Spesifikasi Perangkat Keras
23
3.2.2 Arsitektur Perangkat Keras
25
3.2.3 Subsistem Sensor
25
3.2.3.1 Sensor Suhu
25
3.2.3.2 Sensor Kelembaban
26
3.2.3.3 Subsistem ADC 0831
27
3.2.4 Subsistem Keypad
28
3.2.5 Subsistem Pengendali
29
3.2.5.1 Spesifikasi Hardware
30
3.2.5.2 Tata Letak dan Konfiguarsi Jumper
30
3.2.6 Subsistem Driver
33
3.2.7 Subsistem Aktuator
34
3.2.8 Subsistem Catu Daya
35
3.2.9 Subsistem Display
37
3.3 PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK
39
3.3.1 Spesifikasi Perangkat Lunak
39
3.3.2 Diagram Alir Perangkat Lunak
39
BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS
46
4.1 UJI COBA DAN ANALISIS PERANGKAT KERAS
46
4.1.1 Uji Coba Subsistem Sensor
46
4.1.1.1 Sensor Suhu
46
4.1.1.2 Sensor Kelembaban
48
viii
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
4.1.2 Uji Coba Subsistem Pegendali
50
4.1.3 Uji Coba Subsistem Driver
51
4.2 UJI COBA PERANGKAT LUNAK
52
4.3 UJI COBA SISTEM
53
4.3.1 Uji Coba Waktu Pemberian Nutrisi
53
4.3.2 Uji Coba Seluruh Sistem
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
63
DAFTAR ACUAN
64
DAFTAR PUSTAKA
65
ix
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Hidroponik NFT dengan Tumbuhan Berupa Sayuran
6
Gambar 2.2
Hidroponik NFT dengan Tumbuhan Berupa Mentimun
6
Gambar 2.3
Hidroponik Ebb And Flow dengan Media Rock Wool
7
Gambar 2.4
Hidroponik Ebb And Flow dengan Media Arang Sekam
8
Gambar 2.5
Hidroponik Rakit Apung (Floating Raft)
9
Gambar 2.6
Contoh Greenhouse Untuk Hidroponik
11
Gambar 2.7
Diagram fungsional ATmega8535
13
Gambar 2.8
Pin ATmega8535
15
Gambar 2.9
Blok Diagram Successive Approximation ADC
16
Gambar 2.10
Grafik Perubahan Output
19
Gambar 3.1
Blok Diagram Sistem
20
Gambar 3.2
Greenhouse dengan menggunakan aquarium untuk pengujian
24
Gambar 3.3
Blok Diagram Perangkat Keras Sistem
25
Gambar 3.4
Rangkaian ADC 0831
27
Gambar 3.5
Realisasi rangkaian ADC 0831
28
Gambar 3.6
Rangkaian Keypad
29
Gambar 3.7
Realisasi Keypad
29
Gambar 3.8
Tampak Atas DT-AVR
30
Gambar 3.9
Alokasi Pin-Pin pada DT-AVR
31
Gambar 3.10
Schematic dari DT-AVR
32
Gambar 3.11
Realisasi DT – AVR Atmega 8535
32
Gambar 3.12
Rangkaian driver yang digunakan untuk menggerakkan Aktuator
33
Gambar 3.13
Realisasi Rangkaian Driver
34
Gambar 3.14
Realisasi Aktuator-Aktuator
35
Gambar 3.15
Rangkaian Power Supply
36
x
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.16
Box Rangkaian Power Supply
36
Gambar 3.17
Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris
37
Gambar 3.18
Rangkaian LCD
38
Gambar 3.19
Realisasi LCD
38
Gambar 3.20
Diagram Alir Sistem
44
Gambar 4.1
Blok Diagram Pengujian Sensor Suhu
46
Gambar 4.2
Blok Diagram Pengujian Subsistem Pengendali
50
Gambar 4.3
Blok Diagram Pengujian Subsistem Driver
51
Gambar 4.4
BASKOM-AVR
53
Gambar 4.5
Model Greenhouse yang Dirancang menggunakan Aquarium
55
Gambar 4.6
Grafik Frekuensi Heater
57
Gambar 4.7
Grafik Frekuensi Sprinker
58
Gambar 4.8
Grafik Frekuensi Nutrisi
59
Gambar 4.9
Grafik Frekuensi Pembuangan Air
60
Gambar 4.10
Grafik Frekuensi Fan
61
Gambar 4.11
Grafik Perbandingan Frekuensi Aktif Heater, Sprinkler, dan Fan terhadap Waktu
xi
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
62
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Spesifikasi dari Sensor Kelembaban 808H5V5
18
Tabel 2.2
Berdasarkan pada tegangan 5V dan temperatur 25oC
18
Tabel 3.1
Karakteristik Sensor Kelembaban 808H5V5
25
Tabel 3.2
Karakteristik Pin LCD
35
Tabel 4.1
Tabel Hasil Pengukuran Output Sensor Suhu LM35
47
Tabel 4.2
Tabel Hasil Pengukuran Sensor Kelembaban 808H5V5
49
Tabel 4.3
Tegangan Output Modul Sensor Kelembaban 808H5V5
49
Tabel 4.4
Tabel Hasil Uji Coba Subsistem Pengendali
50
Tabel 4.5
Tabel Hasil Uji Coba Subsistem Driver
52
Tabel 4.6
Tabel Perhitungan Ketinggian dan Jumlah Air dari Nutrisi dan Level Pembuangan Air
54
Tabel 4.7
Hasil Uji Coba Seluruh Sistem
56
Tabel 4.8
Frekuensi Aktifnya Heater
57
Tabel 4.9
Frekuensi Aktifnya Sprinkler
58
Tabel 4.10
Frekuensi Aktifnya Nutrisi
59
Tabel 4.11
Frekuensi Aktifnya Pembuangan Air
60
Tabel 4.12
Frekuensi Aktifnya Fan
61
xii
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
DAFTAR SINGKATAN
CPU
Central Processing Unit
DC
Direct Current
PC
Personal Computer
ADC
Analog To Digital Converter
NFT
Nutrient Film Technique
DFT
Deep Flow Technique
RH
Relative Humidity
UV
ultra violet
ROM
Read Only Memory
RAM
Random Access Memory
IC
Integrated Circuit
AVR
Alf and Vegard’s RISC processor
RISC
Reduced Instruction Set Computing
CISC
Complex Instruction Set Computing
EEPROM
Electrically
Erasable
Programmable
Memory I/O
Input / Output
NC
Normally Close
NO
Normally Open
PROM
Programmable Read Only Memory
PWM
Pulse Width Modulation
xiii
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Read-Only
DAFTAR ISTILAH
BASKOM AVR. Merupakan software yang digunakan dalam pemrograman mikrokontroler AVR Atmega 8535.
Tanaman Hidroponik merupakan pola cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman
Greenhouse. Merupakan suatu bangunan seperti rumah yang digunakan untuk memberdayakan tanaman hidroponik
Normally Open. Switch dengan kondisi awal terbuka.
Normally Close. Switch dengan kondisi awal tertutup.
Relay. merupakan rangkaian yang bersifat elektronis sederhana dan tersusun oleh medan elektromagnet (kawat koil) dan kontak-kontak atau saklar.
Evapotranspirasi.
penguapan air melalui evaporasi langsung dan transpirasi
melalui daun tumbuh – tumbuhan secara bersama. Evaporasi. proses perubahan molekul zat cair menjadi gas atau uap air. Transpirasi. pelenyapan uap air dari permukaan daun tumbuhan melalui proses biokimia dan non kimia. (diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia)
xiv
Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bagi kehidupan
masyarakat Indonesia. Sektor ini berperan sebagai penunjang ketersediaan pangan bagi rakyatnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, sektor pertanian juga ikut
mengalami
perkembangan.
Salah
satu
perkembangannya
adalah
pengembangan pola cocok tanam tanpa media tanah. Pola cocok tanam ini dikenal dengan nama Hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti daya. Dengan demikian hidroponik dapat diartikan sebagai memberdayakan air
[1]
. Pola cocok tanam sistem hidroponik merupakan pola
cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air di sini bukanlah air biasa, tetapi air yang berisi zat – zat tertentu yang dapat membantu proses tumbuhnya tanaman dan proses fisiologi tanaman. Tumbuhan yang biasa di tanam secara hidroponik adalah sayuran dan buah-buahan yang berumur pendek seperti caisim, pakcoy, selada, bayam, tomat, paprika, mentimun, dan lain-lain. Selain air yang berfungsi sebagai nutrisi bagi tanaman, ada beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas tanaman. Beberapa faktor diantaranya adalah kelembaban dan suhu. Untuk dapat mengendalikannya, biasanya pola cocok tanam system hidroponik ditempatkan di dalam sebuah greenhouse. Greenhouse yang dirancang pada umumnya menggunakan prinsip natural ventilasi, yaitu dengan mengatur ukuran dan ventilasi pada greenhouse agar dicapai nilai suhu dan kelembaban yang diinginkan. Adapula beberapa greenhouse yang menambahkan exhaust fan yang berfungsi untuk mengalirkan udara dari dalam ke luar greenhouse dan ditambahkan pula suatu sistem yang dapat menyiramkan air ke udara atau tanah untuk menaikkan nilai kelembaban, akan tetapi semua itu masih dilakukan secara manual.
Pada tugas akhir Hendro Suryo direalisasikan sistem penyiraman otomatis berbasis mikrokontroler. Sistem penyiraman tanaman ini menggunakan sensor 1 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
suhu dan sensor kelembaban (SHT - 11) dan level ketinggian air dengan media tanah. Namun pada tugas akhir ini direalisasikan perancangan pengaturan suhu (LM 35), kelembaban (808H5V5), waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air dengan level ketinggian air untuk pola cocok tanam hidroponik pada sebuah model greenhouse secara otomatis.
1.2.
PERUMUSAN MASALAH Dalam penyusunan tugas akhir ini terdapat permasalahan:
1.
Cara mengatur nutrisi agar sesuai dengan kebutuhan dalam pola cocok tanam hidroponik
2.
Cara mengatur kelembaban dan temperatur
3.
Cara mengatur waktu pembuangan air dengan level ketinggian air
1.3.
TUJUAN PENULISAN Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah merancang suatu
sistem yang berfungsi untuk mengatur suhu, kelembaban, waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air dengan level ketinggian air untuk pola cocok tanam hidroponik pada model greenhouse secara otomatis. Diharapkan hasil dari perancangan dan realisasi ini dapat dikembangkan lebih jauh sehingga dapat digunakan oleh petani hidroponik.
1.4.
BATASAN MASALAH Pembatasan masalah pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1.
Pemberian nutrisi dengan pengaturan waktu, dimana seharusnya diatur menggunakan sensor ph (sensor asam basa).
2.
Model Greenhouse menggunakan akuarium berukuran 60x30x37 cm
3.
Pada pengujian, nutrisi diganti dengan air biasa dan juga tidak disertai dengan contoh tumbuhan beserta dengan stereofoam
4.
Tidak dilengkapi dengan sensor ketinggian air tapi menggunakan pengaturan waktu untuk untuk pembuangan air agar sesuai waktu yang diinginkan (manual) dan waktu yang ditetapkan secara otomatis yaitu 4 menit agar sesuai dengan kebutuhan. 2 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
5.
Pada pemberian nutrisi, sistem hanya dirancang untuk mengatur lamanya pengaktifan dan penonaktifan pompa yang akan mengalirkan nutrisi. Sistem tidak dirancang untuk melakukan penambahan nutrisi jika kurang
dari yang seharusnya serta adanya indikator yang menunjukkan nutrisi tidak mengalir ke tanaman.
1.5.
METODOLOGI PENULISAN Adapun metoda yang digunakan dalam merancang dan merealisasikan
sistem adalah: 1.
Studi literatur baik berupa buku dan laporan – laporan penelitian yang berhubungan dengan sistem yang akan dirancang.
2.
Melakukan kunjungan ke kebun hidroponik.
3.
Melakukan perancangan perangkat keras dan perangkat lunak.
4.
Menguji dan menganalisis keseluruhan sistem.
5.
Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.
1.6.
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, tujuan, identifikasi masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II HIDROPONIK, AVR ATMEGA 8535, ADC, SENSOR SUHU DAN KELEMBABAN Pada bab ini akan dibahas mengenai teori tentang pola cocok tanam hidroponik, pengendali, ADC dan sensor yang digunakan pada perancangan.
3 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
BAB III RANCANG BANGUN Pada bab ini berisi penjelasan tentang perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak sistem.
BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS Pada bab ini berisi hasil pengujian dan analisis dari perangkat keras dan perangkat lunak serta integrasi sistem secara keseluruhan.
BAB V KESIMPULAN Pada bab ini membahas kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian.
4 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
BAB 2 HIDROPONIK, AVR ATMEGA 8535, ADC, SENSOR SUHU DAN KELEMBABAN
2.1.
POLA COCOK TANAM HIDROPONIK
2.1.1
JENIS – JENIS POLA COCOK TANAM HIDROPONIK Pola cocok tanam hidroponik ada beberapa macam, diantaranya adalah:
1.
Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). [2] Nutrient Film Technique (NFT) merupakan model budi daya dengan
meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan nutrisi. Karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi maka sistem ini dikenal dengan nama nutrient film technique. Pada hidroponik NFT, tanaman ditempatkan pada stereofoam dengan akar menjuntai dibawahnya. Stereofoam tersebut lalu ditempatkan pada sebuah talang yang dipasang dengan kemiringan 5% (turun 5 cm/m). Pada talang tersebut lalu dialirkan nutrisi setebal 3 - 4 mm secara terus - menerus (24 jam) ataupun berseling (dengan batas waktu maksimal tidak dialiri larutan selama 10 menit). Nutrisi ditempatkan dalam sebuah tandon (tempat penampungan). Nutrisi yang telah dialirkan ke dalam talang, dikembalikan lagi ke dalam tendon. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat dengan jenis pola cocok tanam Hidroponik NFT tumbuhan berupa sayuran dapat tumbuh dengan subur. Dan pada Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa dengan jenis pola cocok tanam Hidroponik NFT pada tumbuhan mentimun. Hal ini membuktikan dengan jenis pola cocok tanam Hidroponik NFT dapat digunakan pada tumbuhan-tumbuhan sayuran karena pada system NFT kebutuhan nutrisi dan oksigen tetap dapat terpenuhi.
5 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.1. Hidroponik NFT dengan Tumbuhan Berupa Sayuran
Gambar 2.2. Hidroponik NFT dengan Tumbuhan Berupa Mentimun
6 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
2.
Hidroponik Ebb And Flow / Flood And Drain.[3] Pada hidroponik ebb and flow, tanaman ditanam di dalam sebuah tempat
yang berisi media tanam. Media tanam dapat berupa arang sekam ataupun rock wool. Nutrisi diberikan secara berseling antara dialirkan dengan tidak dialirkan (dengan batas waktu maksimal tidak dialiri larutan selama 10 menit). Nutrisi ditempatkan dalam sebuah tandon (tempat penampungan), kemudian nutrisi dialirkan ke media tanam. Nutrisi yang telah dialirkan ke media tanam, dimasukkan kembali ke tandon. Pada Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa pada jenis pola cocok tanam Ebb dan Flow dengan media rock woll dimana beberapa tanaman dalam satu tempat media dapat tumbuh secara optimal.
Gambar 2.3. Hidroponik Ebb And Flow dengan Media Rock Wool
Namun dengan jenis pola cocok tanam hidroponik ebb dan flow dengan media arang sekam pada Gambar 2.4 dimana satu tempat media arang sekam untuk satu buah jenis tanaman.
7 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.4. Hidroponik Ebb And Flow dengan Media Arang Sekam
3.
Hidroponik Rakit Ampung (Floating Raft).[4] Pada hidroponik rakit apung, tanaman ditempatkan pada stereofoam yang
diapungkan pada sebuah kolam. Kolam sedalam 40 cm tersebut berisi nutrisi. Pada sistem hidroponik ini perlu ditambahkan airstone ataupun aerator. Aerator berfungsi menghasilkan oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Hidroponik rakit apung hanya dapat ditanami oleh tumbuhan yang memiliki bobot rendah. Pada Gambar 2.5 dapat dilihat contoh jenis pola cocok tanam hidroponik rakit apung dimana sayuran dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal.
8 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.5. Hidroponik Rakit Apung (Floating Raft)
4.
Hidroponik Deep Flow Technique (DFT).[5] Hidroponik DFT memiliki prinsip yang hampir mirip dengan NFT, hanya
saja pada DFT talang dipasang datar dan larutan hara yang dialirkan memiliki ketinggian 8 cm. 5.
Aeroponik.[6] Pada aeroponik, tanaman ditempatkan pada stereofoam dengan akar
tanaman menggantung dibawahnya. Nutrisi kemudian disemprotkan dalam bentuk kabut melalui sprinkler hingga mengenai akar tanaman. Pemberian nutrisi ini dapat dilakukan terus - menerus (24 jam) ataupun berseling antara disemprotkan dan tidak disemprotkan (dengan batas waktu maksimal tidak disemproti larutan selama 10 menit).
9 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
2.1.1. FAKTOR LINGKUNGAN PADA POLA COCOK TANAM SISTEM HIDROPONIK Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada pola cocok tanam hidroponik. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kelembaban dan temperatur. Relative Humidity (RH) adalah persentase kandungan air di udara pada temperatur tertentu. Kondisi RH yang biasanya digunakan untuk pola cocok tanam hidroponik ialah sekitar 70%. Jika RH-nya terlalu tinggi, maka evapotranspirasi dan daya serap akar tanaman untuk mendapatkan nutrisi berkurang, dan jika di permukaan daun terdapat air bebas, maka dapat timbul cendawan yang akan mengambil isi sel dari tanaman. Bila RH terlalu rendah (dapat diakibatkan karena temperatur yang tinggi), evapotranspirasi akan berlangsung terlalu cepat dan tidak dapat diimbangi dengan pengadaan air oleh akar, sehingga tanaman akan layu. Selain itu pada RH yang rendah, tanaman dapat mengalami tipburn atau gosong pucuk pada tepi daun. Dengan adanya warna hitam pada tepi daun ini, selain penampilannya yang buruk juga kualitas dari tanaman akan menurun [7]. Temperatur yang biasa digunakan pada pola cocok tanam hidroponik berkisar antara 28 – 30 °C. Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi temperatur larutan nutrisi pada tandon atau kolam. Pada larutan yang bertemperatur tinggi, kadar oksigen dalam larutan menurun yang mengakibatkan akar kekurangan energi untuk menyerap air [8]. Untuk mengatasi faktor – faktor lingkungan tersebut, biasanya pola cocok tanam hidroponik ditempatkan di dalam greenhouse. Greeenhouse tidaklah harus terbuat dari kaca, tetapi dapat juga digunakan plastik ultra violet (UV). Pada greenhouse dapat dipasang blower atau fan yang berfungsi untuk mengalirkan udara keluar dari dalam greenhouse ketika temperatur di dalam greenhouse tinggi. Dapat juga dipasang sprinkler yang akan menyemprotkan air untuk mengurangi ketinggian temperature dan menaikkan RH. Selain itu di dalam greenhouse juga dapat dipasang heater jika temperatur di dalam greenhouse terlalu rendah. Gambar 2.6 merupakan contoh Greenhouse untuk hidroponik yang seharusnya atau sebaiknya.
10 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.6. Contoh Greenhouse Untuk Hidroponik
2.2
MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan
mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi secara masal (dalam jumlah banyak) membuat harganya menjadi lebih rendah (dibandingkan mikroprosesor). Mikrokontroler adalah komponen elektronika yang menggabungkan berbagai macam piranti tambahan kedalam mikrokomputer menjadi satu chip IC. Piranti gabungan ini memuat unit pemroses data pusat (CPU), unit memori (ROM dan RAM), Port I/O, dan ditambah dengan beberapa fasilitas lain seperti pewaktu, counter, dan layanan kontrol interupsi. Mikrokontroler lahir karena kebutuhan akan efektivitas pengendalian sistem yang akan dilakukan. Penggunaan mikrokontroler akan menambah efektivitas tersebut yang dilihat dari beban listrik yang dikonsumsi dan juga dari biaya yang relatif lebih rendah. Mikrokontroler juga digunakan untuk mengendalikan suatu sistem yang spesifik, yaitu sistem yang parameter pengendaliannya tidak terlalu rumit. 11 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s RISC processor) memiliki arsitektur RISC 8-bit dan semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bit word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus detak, berbeda dengan instruksi MSC51 yang membutuhkan 12 siklus detak. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroller tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga Attiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, perifheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan mereka bisa dikatakan hampir sama 2.2.1
Arsitektur Atmega 8535 Pada Gambar 2.7 tersebut dapat dilihat bahwa ATmega8535 memiliki
bagian sebagai berikut [9]: 1.
Saluran I/O sebanyak 32, yaitu pada Port A, Port B, Port C, dan Port D.
2.
ADC 10 bit.
3.
Tiga unit Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.
4.
CPU yang terdiri atas 32 unit register.
5.
Watchdog Timer dengan osilator internal.
6.
SRAM sebesar 512 byte.
7.
Memori Flash sebesar 8 kB dengan kemampuan Read While Write.
8.
Unit interupsi internal dan eksternal.
9.
Port antarmuka SPI.
10.
EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
11.
Antarmuka komparator analog.
12.
Port USART untuk komunikasi serial.
12 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.7. Diagram fungsional ATmega8535
13 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
2.2.2
Fitur Atmega 8535 Adapun kapabilitas detail ATmega8535 adalah sebagai berikut:
1.
Sistem mikroprosesor 8-bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
2.
Kapabilitas memori flash 8 KB, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memori) sebesar 512 byte.
3.
ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.
4.
Enam pilihan mode sleep untuk menghemat penggunaan daya listrik.
2.2.3
Konfigurasi Pin Atmega 8535 [10] Konfigurasi pin ATmega8535 dilihat pada Gambar 2.8. Dari gambar
tersebut maka dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATmega8535 sebagai berikut: 1.
VCC merupakan pin yang berfungsi untuk pin masukan catu daya.
2.
GND merupakan pin ground.
3.
Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.
4.
Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu Timer/Counter, komparator analog, dan SPI.
5.
Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu TWI, komparator analog, dan Timer Oscilator.
6.
Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.
7.
XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan detak eksternal.
8.
AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
9.
AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
14 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.8. Pin ATmega8535
2.3
SUCCESSIVE CONVERTER
APPROXIMATION
ANALOG
TO
DIGITAL
[11]
Analog To Digital Converter (ADC) tipe successive approximate ini memiliki resolusi dan kecepatan yang tinggi. Tiap-tiap proses konversi tidak dipengaruhi oleh hasil proses konversi sebelumnya. Lama proses konversi tetap dan tidak dipengaruhi oleh nilai tegangan input. Pada Gambar 2.9 dapat dilihat gambar blok digram skematik dari ADC.
15 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.9. Blok Diagram Successive Approximation ADC
Konversi dimulai dengan memberikan sinyal Start Conversion. Lalu Succesive Approximate Register (SAR) memberikan logika “1” (HIGH) pada MSB ( 7 D ), sedangkan output lainnya ( 6 D - 0 D ) berlogika “0” (LOW). Output dari SAR ini masuk ke sebuah Digital To Analog Converter (DAC) 8 bit. Digital to analog converter akan melakukan konversi terhadap output dari SAR. Jika hasil konversi dari DAC lebih besar dari input analog, maka SAR akan memberikan 7 D logika “0”. Tetapi jika sebaliknya, SAR akan tetap membiarkan 7 D berlogika “1”. Lalu SAR akan memberikan logika “1” pada 6 D dan logika “0” pada output sisanya ( 5 D - 0 D ). Kemudian proses dilakukan sama seperti langkah sebelumnya, yaitu melakukan konversi pada output dari SAR melalui DAC. Proses ini dilakukan berulang sampai SAR memberikan logika ”1” pada 0 D (LSB), melakukan konversi DAC dan membandingkannya dengan input analog. Ketika proses di atas telah selesai, maka SAR akan mengirimkan sinyal status yang berfungsi sebagai informasi bahwa konversi telah selesai dilakukan dan mengaktifkan output buffer. Output dari buffer inilah yang merupakan hasil konversi ADC. Saat ini terdapat pula tipe serial successive approximation ADC. Tipe ini memiliki prinsip kerja sama seperti successive approximation ADC, 16 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
hanya saja setelah output buffer terdapat sebuah shift register. Shift register, inilah yang membuat output digital berbentuk serial. Pada skripsi ini digunakan ADC tipe serial successive approximate.
2.4
SENSOR SUHU [12] Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat,
yang tegangan keluarannya linear dan dalam satuan celcius. Jadi LM35 memiliki kelebihan dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dari keluarannya untuk mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sirkuit lebih mudah. LM35 dapat digunakan dengan menggunakan catu daya tunggal , atau dengan catu positif dan negatif. LM35 dapat mengindera suhu pada rentang dari –55 ºC sampai dengan 150 ºC, dengan kenaikan tegangan sebesar 10 mVolt setiap kenaikan 1 ºC. Pin V+ dari LM35 dihubungkan ke catu daya, pin GND dihubungkan ke ground dan pin Vout – yang menghasilkan tegangan analog hasil penginderaan suhu sekitar – dihubungkan ke Vin(+) dari ADC 0831.
2.5
SENSOR KELEMBABAN Modul sensor kelembapan yang digunakan adalah 808H5V5. Modul ini
dirancang berdasarkan sensor kelembapan kapasitif. Modul ini sangat mudah digunakan sebagai komponen dari berbagai macam pengukuran kelembapan dan pengontrolan suatu produksi. Fitur-fitur yang terdapat pada modul ini yaitu [13]: a.
Murah
b.
Sensor polymer kapasitor
c.
Respon tegangan output linier tergantung pada kelembapan
d.
Akurasi yang tinggi
e.
Bisa bekerja di lingkungan yang buruk Aplikasi dari modul ini adalah: 17 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
a.
Instrumentasi meteorologi
b.
Proses kontrol industri
c.
Instrumentasi pengukuran RH
d.
Dan lain-lain Spesifikasi dari modul ini dapat dilihat pada Tabel II.1 dan Tabel II.2 serta
grafik tentang perubahan output pada sensor kelembaban ditunjukkan pada Gambar 2.10 :
Tabel 2.1 Spesifikasi dari Sensor Kelembaban 808H5V5
Tabel 2.2 Berdasarkan pada tegangan 5V dan temperature 25ºC
18 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 2.10 Grafik Perubahan Output pada Sensor Kelembaban
19 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
BAB 3 RANCANG BANGUN 3.1
SISTEM SECARA UMUM Pada Bab ini akan dibahas perancangan dan realisasi dari perangkat keras
dan perangkat lunak sistem pengaturan suhu, kelembaban, waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air dengan level ketinggian air untuk pola cocok tanam hidroponik . Untuk blok diagram secara umum, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
DATA
PERANGKATLUNAK POWERSUPPLY5VDC
BASKOMDANINSTRUKSIINSTRUKSI PADAAVR ATMEGA8535
POWERSUPPLY AKTUATOR
POWERSUPPLY AKTUATOR
PERANGKAT KERAS
SENSORKELEMBAPAN
ANALOGTODIGITAL CONVERTER
SENSORSUHU
ANALOGTODIGITAL CONVERTER
DRIVER
AKTUATOR
PEMANAS
PEMANAS
POMPAAIRNUTRISI
POMPAAIRNUTRISI
POMPAAIRSPRINKLER
POMPAAIRSPRINKLER
FAN
FAN
DRIVERLEVEL
POMPALEVEL
AVRATMEGA8535 KEYPAD
POWERSUPPLY 5 VDC
DISPLAY
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem
20 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.1.1
Cara Kerja Sistem Cara kerja sistem secara umum berdasarkan pada blok diagram Gambar
3.1 adalah sebagai berikut : 1.
Seluruh kinerja dari sistem dikendalikan oleh pengendali yang bekerja sesuai dengan perintah yang diatur oleh perangkat lunak.
2.
Pada saat sistem diaktifkan, maka sistem akan menampilkan judul sistem kemudian dilanjutkan nama pembuat sistem beserta npmnya. Setelah itu, sistem akan meminta Anda memasukkan PASSWORD mengunakan keypad yang diisi dengan “42790”. Kemudian program akan menampilkan pilihan menu yaitu Otomatis dan Manual
3.
Apabila memilih Otomatis, maka sistem akan bekerja sesuai dengan program yang telah diisikan sebelumnya tanpa bisa mengubah timer nutrisi, range temperatur dan range kelembaban. Apabila Manual, maka program akan meminta memasukkan timer nutrisi yang diinginkan (berapa menit pompa nutrisi aktif) dari range 1 - 15 menit agar pompa nutrisi bekerja sesuai dengan waktu tersebut. Kemudian Anda diminta memasukkan range suhu yang diinginkan agar range suhu berapakah yang Anda inginkan untuk menjalankan fan atau heater. Setelah itu Anda diminta untuk memasukkan range kelembaban yang diinginkan agar range suhu ke berapakah yang anda inginkan untuk mengaktifkan pompa nutrisi atau heater.
4.
Sistem akan membaca besaran – besaran fisis berupa suhu dan kelembaban melalui sensor – sensor. Data yang diperoleh, akan di tampilkan di display.
5.
Pada Menu Otomatis, Jika data suhu yang diambil < 26ºC, maka sistem akan mengaktifkan pemanas yang akan mengalirkan udara ke luar dan ke dalam greenhouse sampai suhu di dalam greenhouse >26ºC dan tidak lebih dari 31ºC.
6.
Pada Menu Otomatis, Apabila suhu >31ºC, maka sistem akan menyalakan fan yang akan mengalirkan udara dari ke luar dan ke dalam greenhouse sampai suhu di dalam greenhouse <31ºC dan tidak lebih kecil dari 26ºC.
21 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
7.
Pada Menu Otomatis, Sedangkan untuk kelembaban <67 %, maka sistem menyalakan pompa sprinkler yang akan menyemprotkan air ke tanah selama 1 menit.
8.
Pada Menu Otomatis, Ketika kelembaban >72 %, maka sistem akan mengaktifkan pemanas sampai dicapai nilai kelembaban (RH) = 67 ≤ RH ≤ 72.
9.
Sistem akan kembali ke langkah 5 apabila menggunakan menu Otomatis
10.
Tekan tombol RESET apabila ingin kembali ke menu awal.
3.1.2
Spesifikasi Sistem Spesifikasi sistem pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1.
Timer yang dirancang untuk waktu pemberian nutrsi dapat diset dari 1–10 menit.
2.
Kelembaban yang dapat dibaca oleh sistem berada dalam rentang 30 80%.
3.
Suhu yang dapat dibaca oleh sistem berada dalam rentang 0ºC – 100ºC.
4.
Aktuator – aktuator akan aktif jika hasil pembacaan suhu dan kelembaban berada di luar batas – batas yang ditentukan. Batas – batas tersebut adalah: a. 26ºC ≤ Suhu ≤ 31ºC b. 67% ≤ RH ≤ 72%
5.
Untuk data suhu yang diambil < 26ºC, maka sistem akan mengaktifkan pemanas.
6.
Apabila suhu > 31ºC, maka sistem akan mengaktifkan fan.
7.
Ketika nilai kelembaban < 67%, maka sistem mengaktifkan pompa sprinkler, kemudian sprinkler akan menyemprotkan air ke tanaman hidroponik.
8.
Pada kelembaban > 72%, maka sistem akan mengaktifkan pemanas.
9.
Pengaturan kerja sistem secara keseluruhan menggunakan mikrokontroler AVR Atmega 8535 yang sudah berisi instruksi-instruksi atau program yang dibuat dalam BASCOM AVR.
22 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.2
PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS
3.2.1
Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras sistem pengaturan suhu, kelembaban dan waktu
pemberian nutrisi untuk pola cocok tanam hidroponik terbagi menjadi delapan buah subsistem. Spesifikasi dari subsistem – subsistem tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Subsistem sensor a. Sensor suhu untuk membaca suhu b. Sensor kelembaban untuk membaca kelembaban
2.
Subsistem analog to digital converter (ADC) ADC yang digunakan adalah serial data output ADC dengan resolusi 8 bit
3.
Subsistem pengendali Untuk pengendali menggunakan mikrokontroler AVR Atmega 8535
4.
Subsistem driver Menggunakan fungsi transistor sebagai saklar. Jumlah driver sebanyak empat buah, yaitu driver untuk aktuator pompa air, fan, pompa sprinkler, pompa level dan pemanas.
5.
Subsistem aktuator Pada tugas akhir ini aktuator – aktuator yang digunakan hanya aktuator - aktuator yang disesuaikan kondisinya dengan ukuran greenhouse. Spesifikasi dari aktuator – aktuator tersebut adalah : a. Pompa nutrisi menggunakan submersible pump akuarium yang digunakan untuk mengalirkan nutrisi dengan catu daya 220 Vac. b. Pompa air menggunakan submersible pump akuarium yang digunakan untuk mengalirkan air ke sprinkler dengan catu daya 220 Vac. c. Pompa air menggunakan submersible pump akuarium yang digunakan untuk mengalirkan pembuangan air dengan catu daya 220 Vac. d. Fan untuk personal computer (PC) 12 VDC / 0,3 A. e. Lampu yang berfungsi sebagai pemanas dengan catu daya 220 Vac. f. Seluruh aktuator terpasang di greenhouse. 23 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Greenhouse
yang
digunakan
sebagai
pengujian
memiliki
spesifikasi yang ditunjukan pada Gambar 3.2. 20cm
40cm
15cm 37cm
28cm 30cm 60cm
PERANCANGAN GREENHOUSE DENGAN AQUARIUM
FAN SPRINKLER Gambar 3.2 Greenhouse dengan menggunakan aquarium untuk pengujian
6.
Subsistem keypad Menggunakan keypad yang berfungsi sebagai pegisian password dan pemilihan menu
7.
Subsistem catu daya a. VDC untuk subsistem pengendali, subsistem sensor, subsistem display, subsistem driver dan subsistem ADC b. 12 VDC untuk subsistem fan c. 220 Vac yang langsung diambil dari jala – jala listrik untuk catu daya pemanas dan pompa air
8.
Subsistem display Liquid Cristal Display (LCD) matrik 16 x 2
24 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.2.2
Arsitektur Perangkat Keras Perangkat keras sistem pengaturan suhu, kelembaban, waktu pemberian
nutrisi dan waktu pembuangan air dengan level ketinggian air untuk pola cocok tanam hidroponik terdiri dari 8 buah subsistem yaitu subsistem sensor yang terdiri dari dua buah sensor, subsistem ADC sebanyak dua buah, subsistem pengendali, subsistem driver, subsistem aktuator, subsistem keypad, subsistem catu daya (power supply) yang terdiri dari dua buah catudaya dan subsistem display. Arsitektur Perangkat keras dari sistem pengaturan suhu, kelembaban waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air dengan level ketinggian air untuk pola cocok tanam hidroponik dapat dilihat pada Gambar 3.3.
POWER SUPPLY AKTUATOR
PERANGKAT KERAS
SENSOR KELEMBAPAN
ANALOG TO DIGITAL CONVERTER
SENSOR SUHU
ANALOG TO DIGITAL CONVERTER
DRIVER
AKTUATOR
PEMANAS
PEMANAS
POMPA AIR NUTRISI
POMPA AIR NUTRISI
POMPA AIR SPRINKLER
POMPA AIR SPRINKLER
FAN
FAN
DRIVER LEVEL
POMPA LEVEL
AVR ATMEGA 8535
KEYPAD
POWER SUPPLY 5 VDC
DISPLAY
Gambar 3.3 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem
3.2.3 Subsistem Sensor 3.2.3.1 Sensor Suhu Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat, yang tegangan keluarannya linear dan dalam satuan celcius. Jadi LM35 memiliki kelebihan dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dari keluarannya untuk mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian membuat proses interface untuk membaca atau 25 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
mengontrol sirkuit lebih mudah. LM35 dapat digunakan dengan menggunakan catu daya tunggal , atau dengan catu positif dan negatif. LM35 dapat mengindera suhu pada rentang dari –55 ºC sampai dengan 150 ºC, dengan kenaikan tegangan sebesar 10 mVolt setiap kenaikan 1 ºC. Pin V+ dari LM35 dihubungkan ke catu daya, pin GND dihubungkan ke ground dan pin Vout – yang menghasilkan tegangan analog hasil penginderaan suhu sekitar – dihubungkan ke Vin(+) dari ADC 0831.
3.2.3.2 Sensor Kelembaban Modul sensor kelembaban yang digunakan adalah 808H5V5. Spesifikasi dari modul ini dapat dilihat pada Tabel III.1: Tabel III.1 Karakteristik Sensor Kelembaban 808H5V5
Berdasarkan spesifikasi diatas sensor ini memiliki range pengukuran dari 0% – 100% dan range signal output yang dihasilkan dari sensor ini adalah 0.8V – 3.9V. Output dari sensor ini dihubungkan dengan ADC 0831 kemudian akan dibaca oleh pengendali setiap perubahannya tegangan dari sensor. Pengendali akan mengkonversikan ke dalam bentuk % yang digunakan untuk mengukur kelembaban.
26 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.2.3.3 Subsistem ADC 0831 Sinyal dari sensor suhu dan sensor kelembaban merupakan sinyal analog 0V – 5V. Sinyal dari kedua jenis sensor ini diubah menjadi sinyal digital menggunakan ADC0831. Gambar berikut adalah gambar subsistem ADC 0831. Besarnya tegangan referensi ( reff V ) yang diberikan pada ADC 0831 sebesar 5 VDC dan besarnya nilai ini merupakan besar nilai maksimum yang dapat masuk ke ADC, sehingga ADC dapat melakukan konversi dengan kenaikan setiap bit sebesar 19,53 mV. Nilai tersebut didapat dari persamaan:
Kenaikan setiap bit = Vref/256
Pada Gambar 3.4 merupakan dua buah rangkaian ADC yang diberikan input oleh sensor suhu dan kelembaban sehingga perubahan tegangan yang terjadi pada masing-masing sensor dikonversi ke bentuk digital sehingga data yang masuk ke dalam mikrokontroler dapat dibaca nilainya dan data dikirimkan secara serial.
Gambar 3.4 Rangkaian ADC 0831
27 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Pada Gambar 3.5 merupakan gambar realisasi rangkaian dari 2 buah ADC 0831 yang dihubungkan dengan mikrokontroler AVR Atmega 8535 melalui port B. ADC yang pertama digunakan untuk pengambilan data dari sensor suhu sedangkan ADC yang kedua digunakan untuk mengambil data dari sensor kelembaban.
Gambar 3.5 Realisasi rangkaian ADC 0831
3.2.4
Subsistem Keypad Keypad yang digunakan adalah 4 x 3 (4 baris dan 3 kolom). Keypad disini
berfungsi untuk pengisian password, pemberian waktu nutrisi, range suhu, dan range kelembaban. Pada Gambar 3.6 diperlihatkan 7 data keypad yang masuk ke dalam mikrokontroler AVR Atmega 8535.
28 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.6 Rangkaian Keypad
Gambar 3.7 merupakan realisasi rangkaian keypad yang dihubungkan ke mikokontroler melalui port A.
Gambar 3.7 Realisasi Keypad
3.2.5
Subsistem Pengendali DT-AVR Low Cost Micro System merupakan sebuah modul single chip
dengan basis mikrokontroller AVR dan memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi data serial secara UART RS-232 serta pemrograman memori melalui ISP (In-System Programming). Modul ini cocok untuk aplikasi-aplikasi sederhana hingga menengah. Contoh aplikasinya aadalah pengendali tampilan LED,
29 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
pengendali driver motor, voltmeter digital, komunikasi data antara modul dengan PC, dan lain-lain.
3.2.5.1 Spesifikasi Hardware 1.
Mikrokontroler Atmega 8535 yang mempunyai 8 Kb Falsh Memori dan 8 channel ADC dengan resolusi 10 bit
2.
Memiliki jalur Input/output hingga 35 pin
3.
Terdapat Eksternal Brown Out Detector sebagai rangkaian reset
4.
Konfigurasi jumper untuk melakukan pemilihan beberapa model pengambilan tegangan referensi untuk AVR dengan internal ADC
5.
LED Programming Indikator
6.
Frekuensi Osilator sebesar 4 MHz
7.
Tersedia jalur komunikasi serial UART RS-232 dengan konektor RJ11.
8.
Tegangan Input Power Supply 9 – 12 VDC dan output 5 VDC
1.2.5.2 Tata Letak Dan Konfigurasi Jumper Pada Gambar 3.8 dapat kita lihat tata letak dan konfigurasi jumper dari tampak atas DT-AVR.
Gambar 3.8 Tampak Atas DT-AVR
30 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Pada Gambar 3.9 merupakan alokasi dari pin-pin pada DT – AVR sehingga kita dapat mengetahui pin yang dipakai sebagai input atau output. Sedangkan pada Gambar 3.10 dapat kita lihat skematik dari DT – AVR yang dapat memudahkan kita dalam merancang tugas akhir ini.
Gambar 3.9 Alokasi Pin-Pin pada DT-AVR
31 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.10 Schematic dari DT-AVR Gambar 3.11 merupakan gambar realisasi dari DT AVR Atmega 8535 yang memiliki port A, B, C dan D yang mana port – port ini dihubungkan dengan sub – sub sistem pada sistem pengaturan suhu, kelembaban dan waktu pemberian nutrisi.
Gambar 3.11 Realisasi DT - AVR Atmega 8535
32 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.2.6
Subsistem Driver Driver pada Gambar 3.12 digunakan untuk menggerakkan aktuator-
aktuator sesuai dengan program yang telah dibuat. Driver ini terdiri atas komponen Resistor, Dioda, Transistor, dan Relay. Pada ouput dari rangkaian AC dilengkapi dengan Fuse agar melindungi rangkaian apabila terjadi short-circuit.
Gambar 3.12 Rangkaian driver yang digunakan untuk menggerakkan Aktuator
Gambar 3.13 merupakan gambar realisasi dari rangkaian driver yang dihubungkan ke mikokontroler melalui port D.
33 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.13 Realisasi Rangkaian Driver
3.2.7
Subsistem Aktuator Aktuator-aktuator yang digunakan adalah:
1.
Pompa nutrisi menggunakan submersible pump akuarium yang digunakan untuk mengalirkan nutrisi dengan catu daya 220 Vac.
2.
Pompa air menggunakan submersible pump akuarium yang digunakan untuk mengalirkan air ke sprinkler dengan catu daya 220 Vac.
3.
Pompa air menggunakan submersible pump akuarium yang digunakan untuk pembuangan air dengan catu daya 220 Vac.
4.
Fan sebanyak empat buah untuk personal computer (PC) 12 VDC / 0,3 A.
5.
Lampu yang berfungsi sebagai pemanas dengan catu daya 220 Vac. Input dari dari aktuator-aktuator ini masuk ke output dari driver yang telah
dirancang sebelumnya sesuai dengan spesifikasi dari aktuator-aktuator tersebut. Gambar 3.14 merupakan gambar realisasi dari aktuator - aktuator yang dihubungkan ke mikrokontroler melalui port D.
34 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.14 Realisasi aktuator – aktuator
3.2.8
Subsistem Catu Daya Catu daya yang dihasilkan oleh rangkaian pada gambar di bawah ini
adalah +12V, -12V, dan +5V. Input pada catu daya diberikan tegangan AC sebesar 12Vac, 9Vac, dan CT dari sebuah transformator. Tegangan-tegangan tersebut diserahkan dengan menggunakan diode bridge. Tegangan-tegangan yang telah diserahkan diregulasi dengan menggunakan regulator 7812, 7912, dan 7805. 7812 digunakan untuk menghasilkan tegangan +12V. 7912 digunakan untuk menghasilkan tegangan -12V. Sedangkan 7805 digunakan untuk menghasilkan tegangan +5V. Kapasitor-kapasitor pada rangkaian digunakan untuk mengatasi ripple (naik turun tegangan) tegangan. Fuse digunakan untuk mengamankan rangkaian apabila terjadi short-circuit atau kelebihan beban. Untuk rangkaian power supply dapat kita lihat pada Gambar 3.15.
35 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.15 Rangkaian Power Supply
Pada Gambar 3.16 diperlihatkan realisasi dari rangkaian power supply yang sudah ditempatkan pada sebuah box berwarna hitam yang dilengkapi dengan saklar ON/OFF.
Gambar 3.16 Box Rangkaian Power Supply 36 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.2.9
Subsistem Display LCD
digunakan
untuk
menampilkan
data
yang
diberikan
oleh
mikrokontroller melalui program yang dibuat. LCD akan menampilkan judul, nama, dan segala bentuk kerja yang sedang dilakukan oleh mikrokomtroler. Gambar 3.17 merupakan gambar dari konfigurasi pin LCD 16 karakter x 2 baris.
Gambar 3.17 Konfigurasi Pin LCD 16 Karakter x 2 Baris
Tabel III. 2 Karakteristik Pin LCD
Gambar 3.18 merupakan gambar dari rangkaian LCD dan Gambar 3.19 merupakan gambar realisasi dari display LCD. LCD dihubungkan dengan mikrokontroler melalui port C. 37 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 3.18 Rangkaian LCD
Gambar 3.19 Realisasi LCD
38 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
3.3
PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK Perancangan dan realisasi perangkat lunak dilakukan untuk mengatur
kinerja mikrokontroler AVR Atmega 8535, dimana mikrokontroler AVR Atmega 8535 merupakan otak subsistem pengendali. Perangkat lunak pada mikrokontroler berfungsi untuk melakukan pengendalian seluruh subsistem.
3.3.1
Spesifikasi Perangkat Lunak Spesifikasi perangkat lunak yang akan dirancang adalah sebagai berikut:
a.
Perangkat lunak yang dirancang dibuat dengan bahasa baskom AVR.
b.
Program
-
program
yang
dibuat
menggunakan
intruksi-intruksi
mikrokontroler AVR Atmega 8535 c.
Software yang digunakan untuk meuliskan program adalah Baskom AVR
3.3.2
Diagram Alir Perangkat Lunak Algoritma perangkat lunak dibuat untuk mempermudah pembuatan
program dari seluruh sistem. Gambar 3.20 adalah diagram alir secara umum dari seluruh sistem:
39 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
START
TEST OUTPUT
M E N A M P IL K A N NAMA, NPM DAN JU DU L
M E N A M P IL K A N P E R M IN T A A N PASSW ORD
MASUKAN PASSW ORD
T ID A K
OK?
YA M E N A M P IL K A N MENU 1 . O T O M A T IS 2. M ANUAL
MASUKAN P IL IH A N MENU
T ID A K
P IL IH A N = 1 ?
T ID A K
P IL IH A N = 2 ?
YA
YA B
A
40 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
A
MENAMPILKAN SISTEM OTOMATIS
TIMER RUN 3 MENIT
LEVEL ON
MENGAMBIL DATA DARI SENSOR KELEMBABAN
DELAY 4 DETIK
KONVERSI DATA KELEMBABAN
LEVEL OFF
DELAY 5 DETIK MENAMPILKAN KELEMBABAN
NUTRISI ON
MENGAMBIL DATA DARI SENSOR SUHU
DELAY 3 DETIK
NUTRISI OFF KONVERSI DATA SUHU
MENAMPILKAN SUHU
SUHU < 26 OR KELEMBABAN > 72
YA HEATER ON KIPAS OFF SPRINKLER OFF
TIDAK
TIDAK
SUHU > 31
KELEMBABAN < 67
YA
TIDAK SPRINKLER OFF KIPAS OFF HEATER OFF
YA
KIPAS ON HEATER OFF
SPRINKLER ON HEATER OFF
41 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
B
M E N A M P IL K A N S IS T E M MANUAL
M E N A M P IL K A N W A K T U N U T R IS I = … . M E N IT
MASUKAN W AKTU N U T R IS I
S IM P A N K E O
K IP A S O N M A X T E M P = ...º C
MASUKAN SUHU
S IM P A N K E K
HEATER O N M A X T E M P = ...º C
MASUKAN SUHU
C
42 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
C
SIMPAN KE L
SPRINKLER ON MAX HUMID = …%
MASUKAN HUMIDITY
SIMPAN KE M TIMER RUN O MENIT
LEVEL ON
HEATER ON MAX HUMID = …%
DELAY 4 DETIK MASUKAN HUMIDITY
LEVEL OFF
DELAY 5 DETIK
SIMPAN KE N
NUTRISI ON
E
MENGAMBIL DATA DARI SENSOR KELEMBABAN
DELAY 3 DETIK
KONVERSI DATA KELEMBABAN
NUTRISI OFF
D
43 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
D
MENAMPILKAN KELEMBABAN
MENGAMBIL DATA DARI SENSOR SUHU
KONVERSI DATA SUHU
MENAMPILKAN SUHU
TIDAK SUHU <= L OR KELEMBABAN > N
TIDAK
SUHU > K
YA
HEATER ON KIPAS OFF SPRINKLER OFF
YA
TIDAK SPRINKLER OFF KIPAS OFF KELEMBABAN < M HEATER OFF
E
YA
KIPAS ON HEATER OFF
SPRINKLER ON HEATER OFF
Gambar 3.20 Diagram Alir Sistem
Program dimulai dengan melakukan test output dari rangkaian driver untuk mengetahui bekerja atau tidaknya aktuator-aktuator yang dipakai. Kemudian dilanjutkan dengan display menampilkan nama pembuat sistem beserta npm-nya, dilanjutkan dengan judul sistem. Setelah itu, sistem akan meminta Anda memasukkan PASSWORD
5 angka mengunakan keypad yang diisi dengan
“42790”. Apabila salah dalam mengisikan password maka program akan meminta password kembali. Jika password benar maka display akan menampilkan pilihan menu yaitu 1. Otomatis dan 2. Manual.
44 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Apabila yang dipilih adalah menu pertama (Otomatis), maka display akan menampilkan tulisan “Sistem Otomatis” kemudian langsung membaca nilai suhu, kelembaban, dan mengambil data dari sensor suhu dan kelembaban dalam lingkungan model Greenhouse aquarium serta mengaktifkan timer 2 menit untuk mengaktifkan pompa pembuangan air dan pompa nutrisi. Data yang diambil dari sensor suhu dan kelembaban dikonversi terlebih dahulu kemudian akan ditampilkan pada display. Jika setelah diambil datanya ternyata suhu yang di dapat < 26 oC atau kelembaban > 72% maka pemanas akan aktif, sprinkler dan fan tidak aktif. Namun jika tidak berada pada kondisi tersebut dimana nilai kelembaban < 67 % maka sprinkler akan aktif. Dan ternyata nilai data suhu yang diambil juga tidak berada pada kedua kodisi tersebut yaitu pada suhu > 31 oC maka fan aktif dan pemanas akan off. Jika yang dipilih adalah menu kedua (manual), maka sistem akan meminta berapa lama waktu maximum yang diinginkan dalam pemberian nutrisi. Kemudian sistem akan meminta nilai suhu maximum agar fan aktif, dan nilai suhu maksimum sehingga pemanas aktif. Untuk sensor kelembaban, maka sistem akan meminta nilai dari kelembaban maksimum sehingga pompa sprinkler aktif dan nilai kelembaban maksimum sehingga pemanas aktif.
45 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
BAB 4 UJI COBA DAN ANALISIS
Bab ini akan membahas pengujian dan analisis perangkat-perangkat yang telah dirancang dan direalisasikan sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 4.1
UJI COBA DAN ANALISIS PERANGKAT KERAS
4.1.1
Uji Coba Subsistem Sensor
4.1.1.1 Sensor Suhu Pengujian sensor dilakukan dengan mengukur tegangan output dari sensor suhu LM35 dan membandingkannya dengan hasil yang ditampilkan di display. Pada Gambar 4.1 dapat kita lihat gambar blok diagram dari sensor suhu.
Gambar 4.1 Blok Diagram Pengujian Sensor Suhu
Sensor suhu LM35 memiliki karakteristik tegangan output sebesar 10 mV/ o
C. Dimisalkan suhu yang terdeteksi sebesar 27oC, maka sensor suhu LM35 akan
menghasilkan tegangan output sebesar 270 mV, sehingga di dapat persamaan tegangan output LM35: 46 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
VLM35 = Suhu X 10 mV ………………………………..(4.1) Pengukuran dilakukan dengan mengambil data sehingga didapat 7 data pengukuran. Tabel 4.1. adalah tabel hasil pengukuran tegangan output sensor suhu LM35.
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengukuran Output Sensor Suhu LM35. No
Tegangan
Nilai Suhu Hasil
Nilai Suhu Alat
Nilai Suhu pada
Output
Perhitungan
Temperatur
Display ( oC )
LM35 (mV)
(Air Raksa)
1
288
28,8
27
26
2
300
30
28,5
27
3
308
30,8
30,5
28
4
313
31,3
31,5
29
5
320
32
32,5
30
6
340
34
33
31
7
357
35,7
34
32
Pada data pertama, error yang terjadi adalah %Error = (27 – 26)/27 X 100% = 3,7% Pada data kedua, error yang terjadi adalah %Error = (28,5 - 27)/28.5 X 100% = 5,26% Pada data ketiga, error yang terjadi adalah %Error = (30,5 - 28)/30.5 X 100% = 4,91% Pada data keempat, error yang terjadi adalah %Error = (31,5 - 29)/31,5 X 100% = 7,93% Pada data kelima, error yang terjadi adalah %Error = (32,5 - 30)/32,5 X 100% = 0,76%
47 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Pada data keenam, error yang terjadi adalah %Error = (33 - 31)/33 X 100% = 6,06% Pada data ketujuh, error yang terjadi adalah %Error = (34 - 32)/34 X 100% = 5,88% Rata – rata dari %Error yang terjadi adalah %Error = (3,7% + 5,26% + 4,91% + 7,93% + 0,76% + 6,06% + 5,88%)/7 %Error = 4,92% Jadi, dari perhitungan %Error diatas maka sensor bekerja dengan baik karena %Error berada pada ±10%.
4.1.1.2 Sensor Kelembaban Pengujian sensor dilakukan dengan mengukur tegangan output dari modul sensor kelembapan 808H5V5 dan melihat hasil yang ditampilkan di display. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan tegangan output dari datasheet modul sensor 808H5V5. Tabel 4.2. adalah tabel hasil pengukuran sensor kelembaban dan Tabel 4.3. adalah tabel tegangan output modul sensor 808H5V5 yang diperoleh dari datasheet [14].
48 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Modul Sensor Kelembapan 808H5V5. Nomor
Tegangan Output
Tampilan Nilai Kelembaban
808H5V5 (V)
Pada Display (%)
1
2,71
67
2
2,75
67
3
2,78
68
4
2,82
68
5
2,84
69
6
2,90
69
7
2,92
70
8
2,96
70
9
3,00
71
10
3,05
71
Tabel 4.3. Tegangan Output Modul Sensor Kelembapan 808H5V5 RH (%)
Tegangan Output Sensor (V)
80
3,3
70
3,01
60
2,72
50
2,41
40
2.08
30
1,73
Pada perhitungan error tegangan yang diambil adalah data ketiga dan kedelapan karena nilai RH pada tampilan sama dengan RH pada output datasheet modul. Selain itu juga disebabkan kenaikan RH linier dengan tegangan outputnya Pada data kedelapan dari pengukuran dengan data sheet pada sensor kelembaban, maka error tegangan yang terjadi adalah %Error = (3,01 – 2,96)/3,01 X 100% = 1,66% Dari hasil perhitungan di atas, sensor bekerja cukup baik karena %Error masih berada diantara ±10%.
49 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
4.1.2
Uji Coba Subsistem Pengendali Uji coba subsistem pengendali dilakukan dengan cara mengukur tegangan
setiap pin dari port A, B, C, D dalam kondisi high dan low menggunakan multimeter digital. Gambar 4.2 adalah gambar blok pengujian rangkaian subsistem pengendali. Tabel 4.4 adalah tabel hasil pengujian subsistem pengendali.
Gambar 4.2 Blok Diagram Uji Coba Subsistem Pengendali
Tabel 4.4 Tabel Hasil Uji Coba Subsistem Pengendali PIN
KONDISI (VOLT) HIGH
LOW
PA0
4,22
0,00
PA1
4,22
PA2
PIN
KONDISI HIGH
LOW
PC0
4,22
0,00
0,00
PC1
4,22
0,00
4,22
0,00
PC2
4,22
0,00
PA3
4,22
0,00
PC3
4,22
0,00
PA4
4,22
0,00
PC4
4,22
0,00
PA5
4,22
0,00
PC5
4,22
0,00
PA6
4,22
0,00
PC6
4,22
0,00
PA7
4,22
0,00
PC7
4,22
0,00
PB0
4,22
0,00
PD0
4,22
0,00
PB1
4,22
0,00
PD1
4,22
0,00
50 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
PB2
4,22
0,00
PD2
4,22
0,00
PB3
4,22
0,00
PD3
4,22
0,00
PB4
4,22
0,00
PD4
4,22
0,00
PB5
4,22
0,00
PD5
4,22
0,00
PB6
4,22
0,00
PD6
4,22
0,00
PB7
4,22
0,00
PD7
4,22
0,00
4.1.3
Uji Coba Subsistem Driver Uji coba subsistem driver dilakukan dengan cara mengukur level tegangan
dari VML ke kaki kolektor transistor NPN pada saat basis transistor diberi logika high atau low dari mikrokontroler. Selain itu juga diuji kondisi dari relay. Gambar 4.3 adalah gambar blok diagram pengujian subsistem driver dan Tabel 4.5 adalah tabel hasil pengujian subsistem driver.
Gambar 4.3 Blok Diagram Pengujian Subsistem Driver
51 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji Coba Subsistem Driver. Driver
Signal
Tegangan (Volt)
Kondisi Relay
1
Low
0,00
Tidak Terhubung
High
4,22
Terhubung
Low
0,00
Tidak Terhubung
High
4,22
Terhubung
Low
0,00
Tidak Terhubung
High
4,22
Terhubung
Low
0,00
Tidak Terhubung
High
4,22
Terhubung
Low
0,00
Tidak Terhubung
High
4,22
Terhubung
2
3
4
5
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil pengujian subsistem driver dapat bekerja sesuai kondisi dengan yang diinginkan dimana tegangan pada relay sudah sesuai dengan spesifikasi pada relay. . 4.2
UJI COBA PERANGKAT LUNAK Pengujian perangkat lunak menggunakan BASKOM-AVR. Software ini
digunakan untuk meng-compile program yang sudah dibuat ke dalam chip mikrokontroler ATmega 8535. Uji coba ketepatan program dilakukan dengan cara nmelakukan pengecekan jika terjadi kesalahan pada output perangkat keras, maka program dicek kembali apakah ada kesalahan pada output tersebut, kemudian program dicompile kembali ke dalam chip. Gambar 4.4 adalah gambar Software BASKOM-AVR.
52 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
. Gambar 4.4 BASKOM-AVR
4.3
UJI COBA SISTEM
4.3.1
Uji Coba Waktu Pemberian Nutrisi Pengujian waktu pemberian nutrisi dilakukan untuk mengetahui lamanya
waktu yang telah diset. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Pengujian dilakukan dengan mengambil sample pada setting waktu 2 menit. Tabel Tabel 4.7 dapat dilihat kondisi jumlah Nutrisi yang masuk dan Ketinggian Level pembuangan air berdasarkan ketinggian air dalam greenhouse dan jumlah air (ml). hal ini memudahkan kita mengetahui berapa besar jumlah yang akan dimasukkan oleh nutrisi ke dalam greenhouse dengan ketinggian level pembuangan air.
53 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.6 Tabel Perhitungan Ketinggian dan Jumlah Air dari Nutrisi dan Level Pembuangan Air Jumlah
Jumlah Nutrisi
Ketinggian
Ketinggian
Keadaan
Pembuangan
Masuk
Level
Nutrisi Masuk
Awal
Air
( ml )
Pembuangan
( cm )
14,1 cm
( ml)
Air ( cm )
280
300
13,8
14,3
13,9
14,5
14,2
14,7
14,4
14,9
Pertama, keadaan awal ketinggian level air pada aquarium adalah 14,1cm. Ketika air dibuang sebanyak 280 ml maka ketinggian level air adalah 13,8. Kemudian nutrisi masuk ke dalam sebanyak 300 ml menyebabkan ketinggian level air berubah menjadi 14,3 cm, maka error yang terjadi adalah 14,3 – 14,1 = 0,2cm. Pada waktu kedua, air dibuang kembali sebanyak 280 ml sehingga menyebabkan level ketinggian air 13,9 cm. Kemudian nutrisi masuk ke dalam sebanyak 300ml menyebabkan ketinggian level air berubah menjadi 14,5 cm, maka error yang terjadi adalah 14,5 – 14,3 (waktu ketinggian level keadaan kedua) = 0,2 cm. Pada waktu ketiga, air dibuang kembali sebanyak 280 ml sehingga menyebabkan level ketinggian air 14,2 cm. Kemudian nutrisi masuk ke dalam sebanyak 300ml menyebabkan ketinggian level air berubah menjadi 14,7 cm, maka error yang terjadi adalah 14,7 – 14,5 (waktu ketinggian level keadaan ketiga) = 0,2 cm. Pada waktu keempat, air dibuang kembali sebanyak 280 ml sehingga menyebabkan level ketinggian air 14,4 cm. Kemudian nutrisi masuk ke dalam sebanyak 300ml menyebabkan ketinggian level air berubah menjadi 14,9 cm, maka error yang terjadi adalah 14,9 – 14,7 (waktu ketinggian level keadaan keempat) = 0,2 cm. Seharusnya jumlah air yang dikeluarkan sama dengan jumlah nutrisi yang masuk sehingga ketinggian air tetap sama. Tetapi pada percobaan ini 54 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
terdapat selisih 0,2 cm yang menyebabkan bertambahnya ketinggian level air 0,2 cm / waktu yang di set.
4.3.2
UJI COBA SELURUH SISTEM Uji coba sistem dilakukan di dalam sebuah miniatur greenhouse dengan
ukuran 60cm x 30cm x 37 cm. Gambar 4.5 adalah gambar miniature greenhouse yang digunakan sebagai tempat pengujian. Miniatur greenhouse tersebut telah dipasangi aktuator – aktuator.
Gambar 4.5 Model Greenhouse yang Dirancang menggunakan Aquarium
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem dapat bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan pada sembilan kondisi. Pengujian dilakukan pada ukuran greenhouse sebesar 60 cm x 30 cm x 37 cm. Data yang dicatat adalah data aktifnya aktuator dari kesembilan kondisi untuk mencapai kondisi suhu 26 ºC – 31 ºC dan kelembapan 67 % – 72 %. Tabel 4.7 adalah tabel hasil pengujian seluruh sistem.
55 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Seluruh Sistem KONDISI
AKTUATOR
SUHU (ºC) KELEMBAPAN (%) SPRINKLER FAN HEATER < 26
< 67
OFF
OFF
ON
< 26
67 – 72
OFF
OFF
ON
< 26
> 72
OFF
OFF
ON
26 – 31
< 67
ON
OFF
OFF
26 – 31
67 – 72
OFF
OFF
OFF
26 – 31
> 72
OFF
OFF
ON
>31
< 67
ON
OFF
OFF
>31
67 – 72
OFF
ON
OFF
>31
> 72
OFF
OFF
ON
Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa sistem bekerja dimana output dari seluruh kondisi dapat bekerja sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Pada pengujian berdasarkan menu otomatis maka didapatkan frekuensi aktifnya Heater, Sprinkler, Nutrisi, dan Pembuangan Air. Tabel 4.8 merupakan frekuesi aktifnya heater yang digunakan mengetahui berapa kali heater aktif dalam waktu yang telah ditentukan. Saat heater aktif sesuai dengan kondisi batas set otomatis yaitu dimana suhu kelembaban < 72 % maka heater bekerja sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan dan diinginkan. Setelah didapatkan dari hasil percobaan maka didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.6
56 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.8 Frekuensi Aktifnya Heater Waktu (Jam)
Frekuensi Aktif (Kali)
Range Data Kelembaban
Range Data Temperatur
1
51
67 % – 86 %
26 – 35 oC
2
104
67 % – 73 %
26 – 33 oC
3
155
67 % – 80 %
26 – 31 oC
4
208
67 % – 74 %
26 – 35 oC
5
260
67 % - 78 %
26 – 32 oC
6
312
67 % - 73 %
26 – 30 oC
7
364
67 % - 75 %
26 – 33 oC
8
416
67 % - 73 %
26 – 32 oC
Gambar 4.6 Grafik Frekuensi Heater
Tabel 4.9 merupakan frekuensi aktifnya sprinkler yang digunakan mengetahui berapa kali sprinkler aktif dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah didapatkan dari hasil percobaan maka didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.7
57 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.9 Frekuensi Aktifnya Sprinkler Waktu (Jam) Frekuensi Aktif (Kali) Range Data Kelembaban 1
0
67 % – 86 %
2
0
67 % – 73 %
3
0
67 % – 80 %
4
0
67 % – 74 %
5
0
67 % - 78 %
6
0
67 % - 73 %
7
0
67 % - 75 %
8
0
67 % - 73 %
Gambar 4.7 Grafik Frekuensi Sprinker
Dari hasil percobaan, sprinkler tidak aktif karena kondisi pada sistem normal dan kelembaban pada greenhouse tidak pernah mencapai kurang dari 67%. Tabel 4.10 merupakan frekuensi aktifnya nutrisi yang digunakan mengetahui berapa kali pompa nutrisi aktif dalam waktu yang telah ditentukan ( 2 menit ). Setelah didapatkan dari hasil percobaan maka didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.8 58 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.10 Frekuensi Aktifnya Nutrisi Waktu (Jam) Frekuensi Aktif (Kali) 1
27
2
54
3
81
4
108
5
135
6
162
7
189
8
216
Gambar 4.8 Grafik Frekuensi Nutrisi
Tabel 4.11 merupakan frekuensi aktifnya pompa pembuangan air yang digunakan mengetahui berapa kali pompa pembuangan air aktif dalam waktu yang telah ditentukan ( 2 menit ). Setelah didapatkan dari hasil percobaan maka didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.9
59 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.11 Frekuensi Aktifnya Pembuangan Air Waktu (Jam) Frekuensi Aktif (Kali) 1
27
2
54
3
81
4
108
5
135
6
162
7
189
8
216
Gambar 4.9 Grafik Frekuensi Pembuangan Air
Tabel 4.12 merupakan frekuesi aktifnya fan yang digunakan untuk mengetahui berapa kali fan aktif dalam waktu yang telah ditentukan. Sat fan aktif sesuai dengan kondisi batas set otomatis yaitu dimana suhu temperatur > 31 oC maka fan bekerja sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan dan diinginkan. Setelah didapatkan dari hasil percobaan maka didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.10 60 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Tabel 4.12 Frekuensi Aktifnya Fan Waktu (Jam) Frekuensi Aktif (Kali) Range Data Temperatur 1 23 26 – 35 oC 2
52
26 – 33 oC
3
81
26 – 33 oC
4
110
26 – 35 oC
5
139
26 – 35 oC
6
168
26 – 34 oC
7
197
26 – 33 oC
8
226
26 – 34 oC
Gambar 4.10 Grafik Frekuensi Fan
Pada Gambar 4.11 merupakan perbandingan banyaknya frekuensi aktif antara heater, sprinkler, dan fan terhadap waktu. Heater lebih banyak aktif karena kondisi kelembaban pada greenhouse lebih besar dari 72% dan sprinkler tidak pernah aktif disebabkan kondisi kelembaban tidak kurang dari 67%. Fan aktif disebabkan panas yang diberikan oleh heater (untuk menurunkan kelembaban).
61 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Frekuensi Aktif Heater, Sprinkler, dan Fan Terhadap Waktu
62 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
BAB 5 KESIMPULAN 5.1
KESIMPULAN Dari hasil uji coba dan analisis di dapat disimpulkan:
1.
Hasil pengukuran output sensor suhu menunjukkan bahwa sensor bekerja sesuai dengan yang diinginkan, karena error yang didapat adalah 4,92% karena faktor pembanding temperatur suhu dengan menggunakan air raksa (bukan digital temperatur) .
2.
Hasil pengukuran output sensor kelembaban menunjukkan bahwa sensor bekerja sesuai dengan yang diinginkan, karena error yang didapat adalah 1,66%.
3.
Hasil percobaan menunjukkan heater lebih banyak aktif dibandingkan dengan fan dan sprinkler karena lebih banyak bekerja pada kondisi normal dan kelembaban pada kondisi >72% .
4.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa heater aktif (suhu kelembaban >72% dan suhu temperatur <26oC), sprinkler aktif (suhu kelembaban <67 %) dan fan aktif (suhu temperatur >31ºC) bekerja sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
5.2
SARAN Ada pula saran yang dapat diberikan pada skripsi ini yaitu:
1.
Penempatan sensor diperhatikan, agar sensor aman dari kerusakan yang diakibatkan oleh actuator seperti sensor harus ditempatkan agar tidak terkena langsung air yang disemprotkan dari sprinkler.
2.
Sistem dapat ditambahkan suatu sensor asam basa (sensor pH) pada nutrisi, sehingga dapat diketahui kapan larutan hara harus diganti.
63 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
DAFTAR ACUAN [1]
Yos Sutioso. 2004. Hidroponik ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya. Halaman 1.
[2]
Ir. Yos Sutioso. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya.Halaman 23
[3]
Sudibyo Karsono, Sudarmodjo dan Yos Sutioso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agro Media Pustaka. Halaman 14
[4]
Ir. Yos Sutioso. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya.Halaman 39
[5]
Sudibyo Karsono, Sudarmodjo dan Yos Sutioso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agro Media Pustaka. Halaman 20
[6]
Ir. Yos Sutioso. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya.Halaman 31
[7]
Ir. Yos Sutioso. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya.Halaman 10
[8]
Ir. Yos Sutioso. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya.Halaman 13
[9]
Pavel Haiduc. 2004. Atmega 8535. USA : Atmel Corporation. Halaman 3
[10] Pavel Haiduc. 2004. Atmega 8535. USA : Atmel Corporation. Halaman 2 [11] William Kleitz. 1996. Digital Electronic A Practical Approach. Fourth Edition. New Jersey : Prentice-Hall International, Inc. [12] LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors, 30 November 2000, http://www.national.com/LM35/, diakses tanggal 27 Maret 2008 jam 11:41 WIB [13] Justinel, Humidity Module 808H5V5, 2003, http://www.sensorelement.com/808H5V5/, diakses pada tanggal 30 April 2008 jam 18:35 WIB [14] Justinel, Humidity Module 808H5V5, 2003, http://www.sensorelement.com/808H5V5/, diakses pada tanggal 30 April 2008 jam 18:35 WIB
64 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008
DAFTAR PUSTAKA Bentley, John P. 1995. Principles of Measurement System. Third Edition. Singapore : Longman Scientific & Technical. Karsono, Sudibyo, Sudarmodjo dan Yos Sutioso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agro Media Pustaka. Karsono, Sudibyo, et.al. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agro Media Pustaka Kleitz, William. 1996. Digital Electronics A Practical Approach. Fourth Edition. New Jersey : Prentice-Hall International, Inc. Sutioso, Ir. Yos. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta : Penebar Swadaya Kleitz , William. 1996. Digital Electronic A Practical Approach. Fourth Edition. New Jersey : Prentice-Hall International, Inc Haiduc Pavel. 2004. Atmega 8535. USA : Atmel Corporation.
65 Pengaturan suhu kelembaban..., Muthia Diansari, FT UI, 2008