Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS PEMUPUKAN SUSULAN NPK MAJEMUK PADA VIGOR AWAL SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) Yayuk Nurmiaty1) dan Niar Nurmauli1) 1)
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Surel:
[email protected] ABSTRACT
The purpose of the experiment were to (1) Obtain time aplication for supplementary NPK compound fertilizer to get high vigor soybean seed, (2) Getting the optimum dosage of NPK compound fertilizer to produce high vigor soybean seed; (3) Find out the best application time and dosage of fertilizer to reach maximum seed vigor. The experiment was conducted from March to June 2015 in the District Rajabasa Bandar Lampung, at Laboratory of Plant Breeding and Seed Technology Unila. Treatments arranged factorial (2 x 5) in fully randomized group design repeated three times. The first factor were application of supplementary NPK compound fertilizer, at early flowering (R1) and at begins to form pods (R3). The second factor, supplementary doses of NPK compound fertilizer were 0 (N0), 25 (N1), 50 (N2), 75 (N3), and 100 (N4) kg / ha. The results of the experiment showed that time supplementary fertilizer applications on R1 produced more soybean seed vigor for Dering I vareity than R3based on benchmarks primary root length, crown length, normal seedling length, electrical conductivity and seedling dry weight. Fertilizer dosage of up to 100 kg / ha were still increasing the seed vigor in all its benchmarks. R1 application time on a variety of supplementary fertilizer dose level produces higher vigor seed than R3, based on measure of long-canopy and electrical conductivity at various dose level Keywords: application time, seed vigor, soybean, supplementary fertilizer. ABSTRAK Tujuan percobaan adalah (1) Mendapatkan waktu aplikasi pupuk susulan NPK majemuk pada produksi benih kedelai dalam menghasilkan benih bervigor tinggi, (2) Mendapatkan dosis pupuk susulan NPK majemuk yang optimum dalam menghasilkan vigor benih kedelai maksimum; (3) Mengetahui waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan terbaik dalam menghasilkan vigor benih maksimum. Percobaan dilaksanakan dari Maret sampai Juni 2015 di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung dan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih Unila. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5) dalam rancangan kelompok teracak sempurna yang diulang tiga kali. Faktor pertama, waktu aplikasi pupuk susulan NPK majemuk yaitu awal berbunga (R1) dan mulai terbentuk polong (R3). Faktor kedua, dosis pupuk susulan NPK majemuk yaitu 0 (N0), 25 (N1), 50 (N2), 75 (N3), dan 100 (N4) kg/ha. Hasil percobaan waktu aplikasi pupuk susulan pada R1 menghasilkan vigor benih kedelai Varietas Dering I lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal, dan daya hantar listrik sedangkan bobot kering kecambah normal
306
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 tidak nyata. Dosis pupuk susulan hingga 100 kg/ha masih meningkatkan vigor benih pada semua tolok ukur tersebut. Waktu aplikasi R1 pada berbagai taraf dosis pupuk susulan menghasilkan vigor benih yang lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang tajuk dan daya hantar listrik pada berbagai taraf dosis Kata kunci: kedelai, pupuk susulan, vigor benih, waktu aplikasi.
PENDAHULUAN Benih bermutu baik mutu fisik, fisiologis, maupun genetik dapat dihasilkan melalui teknologi produksi benih yang tepat. Penerapan salah satu prinsip agronomik seperti pemupukan susulan yang diberikan pada waktu dan dosis yang tepat dapat menghasilkan vigor benih yang maksimum. Pupuk susulan yang dimaksud adalah tambahan dosis pupuk makro NPK majemuk selain dosis rekomendasi yang diberikan pada fase generatif tanaman. Cara tersebut dapat memberikan kontribusi lebih baik dalam menghasilkan vigor benih yang tinggi. Hasil penelitian pemupukan NPK (16:16:16) susulan secara digerus saat awal pembungaaan dapat menghasilkan viabilitas benih kedelai varietas Anjasmoro sebelum disimpan lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa diberi pupuk susulan (Nurmiaty dan Nurmauli, 2008). Cara pemberian pupuk NPK susulan dilarutkan lebih baik daripada digerus dalam menghasilkan viabilitas benih berdasarkan variabel keserempakan berkecambah benih kedelai varietas Grobogan (Nurmiaty dan Timotiwu, 2010). Di samping itu, variabel bobot kering kecambah normal ternyata dipengaruhi oleh cara pemupukan dan dosis pupuk NPK susulan. Selanjutnya diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan viabilitas benih yang diukur berdasarkan daya berkecambah, keserempakan berkecambah, kecepatan berkecambah, dan penurunan nilai daya hantar listrik. Penurunan daya hantar listrik benih merupakan indikator penurunan bocoran senyawa-senyawa penting benih dari dalam benih. Benih kedelai hasil pemupukan susulan yang semakin ditingkatkan
307
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 dosisnya sampai 80 kg per hektar jika disimpan 9 bulan pada kondisi kedap udara (kemasan plastik) masih mempunyai viabilitas benih relatif masih baik berdasarkan bobot kering kecambah normal (Nurmiaty dan Timotiwu, 2009). Pemberian pupuk susulan seperti pupuk NPK majemuk merupakan suatu teknik yang member harapan untuk memenuhi kebutuhan tanaman selama fase generatif sehingga pengisian benih menjadi maksimal. Pada produksi benih, pemupukan susulan menggunakan pupuk majemuk selain praktis juga memberi peluang meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan. Tanaman kedelai merupakan tanaman yang memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pupuk, terutama pupuk N, tetapi hasil penelitian masih tidak menentu, sementara tanggapan terhadap pupuk P dan K telah lebih konsisten. Bosweel dan Anderson (2008) melakukan penelitian untuk menentukan apakah pupuk NPK majemuk (residunya) yang diterapkan selama bertahun-tahun pada tanaman non leguminose lain akan memengaruhi kebutuhan pupuk kedelai. Kedelai pemberian pupuk NPK (112 kg/ha) ternyata menghasilkan kualitas benih kedelai lebih tinggi, indeks biji, dan kandungan protein kasar lebih tinggi daripada tingkat NPK rendah (56 kg/ha) dan kontrol (0 kg/ha) (Boswell and Anderson, 2008). Mutert dan Fairhurst (2002) yang dikutip oleh Siregar dan Marzuki (2011) menyatakan bahwa puncak kebutuhan nutrisi N tergantung dari cara penempatan pupuk dalam tanah. Menurut Heenihatherly dan Elmore (2004), serapan N oleh tanaman kedelai mencapai tingkat maksimum hingga 4,5 kg N/ha antara R3 dan R4 (berpolong penuh). Oleh karena itu, beberapa peneliti telah berusaha untuk meningkatkan hasil kedelai dengan mengaplikasikan N selama akhir vegetatif dan tahap awal pertumbuhan reproduksi (awal berbunga). Namun demikian, laporan terbaru dari Kansas menemukan
308
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 bahwa aplikasi N di R3 dapat meningkatkan hasil kedelai. Jika pemberian pupuk N terlambat dapat menghambat nodulasi sehingga dapat mengurangi fiksasi N2. Menurut Zhang et al. (2012), semakin banyak
pupuk N diterapkan maka
semakin banyak nitrogen yang hilang; hanya 30 % - 35 % dari pupuk N yang diberikan akan diambil oleh tanaman dan sekitar 20 % - 50 % akan hilang melalui pencucian dan run-off. Oleh karena itu diperlukan strategi pengurangan kehilangan nitrogen seperti metode aplikasi pupuk yang tepat. Pemberian nitrogen pada kedelai sebesar 20-40 pounds/acre atau setara dengan 10 kg/ha pada fase tanaman R3 ternyata dapat meningkatkan hasil kedelai sebesar 5-10% (Ferguson et al., 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haq dan Antonio (2005), menyimpulkan bahwa dari 112 percobaan selama 8 tahun ternyata pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan produksi total lemak dan protein pada benih kedelai. Menurut Gracia dan Hanway (1976), pemberian pupuk daun pada tanaman kedelai, dengan unsur N , P , K, dan S selama meningkatkan hasil kedelai.
periode pengisian benih dapat
Aplikasi pupuk daun tersebut dapat digunakan untuk
menghindari berkurangnya nutrisi dalam daun kedelai sehingga tingkat laju fotosintesis selama periode ini tetap dapat dipertahankan. Percobaan lapangan yaitu menyemprot daun kedelai dengan unsur N , P , K , dan S dalam proporsi dan waktu yang berbeda. Sumber N terutama dari urea, P dari polifosfat, K dan P dari kalium polifosfat, dan S dari kalium sulfat. Peningkatan hasil sangat signifikan diperoleh dari dua hingga empat kali aplikasi pada kultivar kedelai yang berbeda di lokasi percobaan yang berbeda antara fase R5 dan R7. Perbandingan pupuk yang optimum untuk N : P : K : S dalam larutan 10:1:3:0.5 atau 80 + 8 + 2 + 4 4 kg / ha N + P + K + S. Hasil kedelai meningkat yang disebabkan oleh kenaikan jumlah biji saat panen, bukan karena ukuran benih. Hasil
309
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 menunjukkan bahwa pemupukan daun selama periode pengisian biji dapat menjadi metode yang sangat praktis untuk meningkatkan hasil kedelai.
METODOLOGI PENELITIAN Percobaan dilakukan di Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung dan Laboratorium Pemuliaan dan Benih Tanaman, Fakultas Pertanian Unila, mulai bulan Maret sampai Juni 2015. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 5) dalam rancangan kelompok teracak sempurna. Faktor pertama adalah waktu aplikasi pupuk susulan NPK majemuk yaitu awal berbunga (R1) dan awal terbentuk polong (R3). Faktor kedua adalah dosis pupuk susulan NPK majemuk yaitu 0 (N0), 25 (N1), 50 (N2), 75 (N3), dan 100 (N4) kg/ha. Stadium mulai berbunga (R1) ditandai dengan terbukanya bunga pertama pada buku manapun. Umur berbunga ini bervariasi menurut umur varietas tanaman kedelai, biasanya mulai dari umur 35 sampai 45 hari. Stadium mulai berpolong (R3) biasanya mulai pada umur tanaman 55 – 65 hari yang ditandai dengan terbentuknya polong pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama. Benih kedelai Varietas Dering I hasil percobaan di lapang, setelah panen kemudian diuji vigornya (vigor awal simpan). Benih yang diuji diambil dari setiap lot benih hasil perlakuan waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan NPK majemuk. Sejumlah sampel benih ditetapkan dengan menggunakan alat pembagi tepat benih untuk dikecambahkan. Benih dikecambahkan dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung dilapisi plastik). Kertas merang sebagai media perkecambahan direndam lebih dulu dalam air lalu dibuang airnya dengan alat pengepres kertas. Tiga 3 lembar kertas merang diletakkan di bagian bawah kemudian benih ditanam dan ditutup dengan 3
310
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 lembar kertas merang. Kertas merang bagian bawah atau bagian terluar sudah dilapisi plastik tipis, kemudian kertas digulung dan diletakkan dalam germinator secara tegak. Benih yang ditanam sebanyak 25 butir per gulungan. Pengamatan yang dilakukan sebagai tolok ukur vigor awal simpan benih adalah panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal, bobot kering kecambah normal, dan daya hantar listrik (DHL). Data yang diperoleh diuji asumsi analisis ragamnya. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan Uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi maka data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Ortogonal dan Ortogonal Polinomial pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan berinteraksi dalam menghasilkan vigor awal simpan benih kedelai Vareitas Dering I berdasarkan tolok ukur panjang tajuk dan daya hantar listrik (Tabel 1). Waktu aplikasi pada R1 menghasilkan panjang tajuk lebih tinggi daripada R3 seiring dengan peningkatan dosis pupuk susulan hingga 100 kg/ha (Gambar2); demikian juga daya hantar listrik. Tanpa pupuk susulan, DHL yang dihasilkan pada R1 lebih rendah daripada R3 yaitu berturut-turur 35,57 dan 38,16 µmos/gram benih; peningkatan dosis pupuk susulan juga menghasilkan nilai DHL lebih rendah pada aplikasi R1 daripada R3 (Gambar 5). Dari gambar tersebut, tampak bahwa pada pupuk susulan NPK majemuk dosis 100 kg/ha, DHL yang dihasilkan relatif sama meskipun waktu aplikasi berbeda. Sadjad (1993), menggunakan tolok ukur DHL sebagai indikator kemunduran benih atau vigor daya simpan. Daya hantar listrik lebih besar apabila benih makin mundur akibat elektrolit yang bocor makin besar; tolok ukur DHL ternyata berkorelasi tinggi dengan
311
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 vigor daya simpan benih yaitu semakin lama benih disimpan maka daya hantar listrik makin besar. Dari hasil percobaan ini, waktu aplikasi pupuk susulan pada R 1 tampaknya memberi harapan dalam meningkatkan vigor awal simpan benih jika dibandingkan dengan aplikasi pada R3 berdasarkan tolok ukur DHL. Waktu aplikasi R1 lebih baik daripada R3 karena nilai DHL R1 lebih kecil daripada R3 jika dosis pupuk kurang dari 100 kg/ha, nilai DHL pada dosis 100 kg/ha relatif sama pada kedua waktu aplikasi. Hal ini juga berkaitan dengan tolok ukur lain yaitu panjang tajuk yang mempunyai kecenderungan yang sama. Pupuk susulan dosis 100 kg/ha, relatif sama panjang tajuk kecambahnya pada kedua waktu aplikasi (Gambar 2). Hasil penelitian Wibowo (2014), pupuk susulan yang diaplikasikan saat awal berbunga dapat menurunkan DHL benih kedelai. Prayuda (2015) menyimpulkan dari percobaannya bahwa benih yang disimpan 3 bulan dari hasil aplikasi pupuk susulan awal berbunga, DHL lebih kecil jika dosis ditingkatkan dan digerus. Pengaruh waktu aplikasi, pupuk susulan pada R1 menghasilkan vigor awal simpan benih kedelai Varietas Dering I lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal, dan daya hantar listrik sedangkan bobot kering kecambah normal tidak nyata (Tabel 1). Perbedaan waktu aplikasi tidak menghasilkan perbedaan bobot kering kecambah normal, meskipun panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal meningkat. Tolok ukur kecambah normal yang lebih panjang karena peningkatan dosis pupuk susulan yang diaplikasikan saat R1,dibandingkan dengan R3 diduga karena sel-sel kecambah mengalami pemanjangan sedangkan bobotnya relatif sama. Menurut Copeland dan Mc Donald (1985), kandungan kimia benih mempengaruhi perkecambahan benih. Umar (2012), mutu awal benih sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman selama proses
312
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 pertumbuhan, salah satunya adalah pupuk. Tanaman yang mengalami defisiensi satu atau atau lebih unsur hara akan menghambat tercapainya mutu fisiologis yang optimal, disamping itu akan mempengaruhi komposisi kimia benih yang dapat menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Pada percobaan ini diduga perbedaan waktu aplikasi menghasilkan perbedaan kandungan kimia benih sehingga ada perbedaan mutu fisiologis benih yakni peningkatan panjang akar primer, panjang tajuk, dan panjang kecambah normal (Tabel 1). Pengaruh dosis pupuk susulan, tampak pada tolok ukur panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal, bobot kering kecambah normal, dan juga DHL (Tabel 1). Keempat tolok ukur perkecambahan dan tersebut masih meningkat secara linear jika dosis pupuk susulan ditingkatkan sampai 100 kg/ha (Gambar 1-4) sehingga belum diperoleh dosis pupuk NPK majemuk yang optimum untuk memperoleh vigor awal simpan yang tinggi. Seperti hasil penelitian Kareem dan Adegoke (2015), pemberian pupuk majemuk NPK (15:15:15) dosis 0, 150, 200, dan 250 kg/ha pada dua tipe tanah pasir (A0 dan A1) dan dua tipe tanah liat (A2 dan A3); benih yang mempunyai persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada tipe tanah liat (Loamy soil) pada dosis pupuk NPK majemuk 250 kg/ha dibandingkan dengan tipe tanah berpasir (sandy and clayey soils). Vigor benih secara umum dapat dipilah menjadi vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan (Sadjad, 1993) yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi suboptimum dan tahan disimpan dalam kondisi yang ideal. Benih yang mempunyai bobot kering kecambah normal yang lebih tinggi diduga berkorelasi positif dengan vigor benih. Hasil percobaan ini, pengaruh pupuk susulan dapat meningkatkan
313
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 bobot kering kecambah, dan juga tolok ukur kecambah normal yang lain yaitu panjang akar primer, panjang tajuk, dan panjang kecambah normal.
KESIMPULAN 1.
Waktu aplikasi pupuk susulan pada R1 menghasilkan vigor benih kedelai Varietas Dering I lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang akar primer, panjang tajuk, panjang kecambah normal, dan daya hantar listrik sedangkan bobot kering kecambah normal tidak nyata.
2.
Dosis pupuk susulan hingga 100 kg/ha masih meningkatkan vigor benih pada semua tolok ukur tersebut.
3.
Waktu aplikasi R1 pada berbagai taraf dosis pupuk susulan menghasilkan vigor benih yang lebih tinggi daripada R3 berdasarkan tolok ukur panjang tajuk dan daya hantar listrik pada berbagai taraf dosis.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggitingginya kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini. Kegiatan penelitian ini merupakan sebagian dari Hibah Bersaing Tahun 2015 dengan nomor Penugasan Hibah Bersaing No 156/UN26/8/LPPM/2015 Tanggal 30 Maret 2015.
DAFTAR PUSTAKA Boswell, Fred C. and O. E. Anderson. 2008. Long-term Residual Fertility and Current N-P-K Application Effects on Soybeans. J. Agron. 68 (2), p.315-318.
314
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 Ferguson, R. B., Charles A. Shapiro, Achim R. Dobermann, and Charles S. Wortmann. 2006. Fertilizer Recommendations for Soybeans. Institute of Agriculture and Natural Resources. University of Nebraska Lincoln Extention. p.15. Gracia, Ramon L. and John J. Hanway. 1976. Foliar Fertilization of Soybeans During the Seed-filling Period. J. Agron. 68( 4): 653-657. Haq, Mazhar U. and Antanio P. Malarino. 2005. Respons of Soybeans Grain Oil and Protein Concentrations to Faliar and Soil Fertilizer. Agron. J. 97: 910-918. Kareem, I.A and Adegoke, A.O. 2015. Response of Glycine max (Soya bean) to Different Levels of NPK Fertilizer and Soil Types. Department of Plant Science and Biotechnology, Faculty of Science, Adekunle Ajasin University, Akungba– Akoko, Ondo State, Western Nigeria.International Journal of Agricultural Research and Review: ISSN-2360-7971, Vol. 3(7): pp 401-405, August, 2015. Copyright © 2015 Spring Journals. Heatherly, Larry G.And Roger W. Elmore. 2004. Managing Inputs For Peak Production. In Soybeans: Improvement, Production, And Uses. Co-Editors: H. Roger Boerma And James E. Specht. Madison, Wisconsin, Usa. 451-536. Nurmiaty .Y. dan Nurmauli. N. 2008. Upaya mendapatkan vigor awal yang tinggi melalui pemberian pupuk NPK susulan saat berbunga pada produksi benih kedelai. Laporan Penelitian IMHERE-Unila. 2001. Nurmiaty. Y. dan Timotiwu. 2010. Penerapan NPK susulan pada saat berbunga dalam upaya mempertahankan viabilitas benih kedelai. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Unila. 74 halaman. Prayuda, C. 2015. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada viabilitas benih kedelai (Glycine max (L) merill) varietas dering 1 pasca simpan tiga bulan. Skripsi. Fakultas pertanian Unila. 77 halaman. Sadjad, S.S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 144 hlm. Umar, S. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Daya Simpan Benih Kedelai {Glycine max (L.) Merr.} Berita Biologi 11(3) 401-410. Desember 2012 Siregar, A. dan Ilyas Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea terhadap Serapan N dan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa. L.). Jurnal Budidaya Pertanian, 7(2): 107-112. Wibowo, D.B. 2014. Bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada viabilitas benih kedelai (Glycine max (L) merill) varietas dering 1 prasimpan. Skripsi. Fakultas pertanian Unila. 80 halaman.
315
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 Zhang, Jin; Zhao-Hua Li; Kun Li; Wei Huang; And Lian-Hai Sang. 2012. Nitrogen Use Efficiency Under Different Field Treatments On Maize Fields In Central China: A Lysimeter And 15n Study. Journal Of Water Resource And Protection. No. 4: 590-596
Tabel 1. Rekapitulasi pengaruh waktu aplikasi dan dosis pupuk susulan NPK majemuk pada vigor benih kedelai. F-tabel 5% Perbandingan F-hitung 1 2 3 4 5 Pengaruh Waktu Aplikasi (R) P1 : R1 VS R3 29,09* 3,84* 21,87* 0,45tn 159,73* 4,41 Pengaruh Dosis Pupuk Susulan NPK Majemuk (N) P2 : N-linier 76,07* 140,10* 87,49* 15,54* 324,13* 4,41 tn tn tn P3 : N-kuadratik 0,13* 7,81* 1,91 0,87 1,41 4,41 Persitindakan (RxN) P4 : P1 x P2 0,76* 1,14tn 0,69tn 0,22tn 47,81* 4,41 tn tn tn P5 : P1 x P3 1,37* 4,68* 2,87 0,02 0,40 4,41 Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Dosis Pupuk susulan NPK Majemuk pada: R1: N-linier 57,99* 61,49* 4,41 tn tn R1: N-kuadratik 0,19 0,15 4,41 R3: N-linier 83,24* 310,46* 4,41 tn R3: N-kuadratik 12,29* 1,66 4,41 Tanggapan Tanaman Kedelai terhadap Waktu Aplikasi Pupuk susulan NPK Majemuk pada:
N0: R1 VS R3 N1: R1 VS R3 N2: R1 VS R3 N3: R1 VS R3 N4: R1 VS R3 Keterangan:
-
57,99* 0,19tn 83,24* 12,29* 57,99*
-
-
101,12* 72,40* 21,54* 11,24* 2,89tn
1 = Panjang akar primer 2.= Panjang tajuk 3 = Panjang kecambah normal 4.= Bobot kering kecambah 5 = Daya hantar listrik R1 = fase reproduktif tanaman kedelai awal berbunga
316
4,41 4,41 4,41 4,41 4,41
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015 R3 = fase reproduktif tanaman kedelai awal terbentuk polong tn = tidak nyata pada taraf uji 5% * = berbeda pada taraf uji 5%
Gambar 1. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada panjang akar primer kecambah kedelai awal simpan.
Gambar 2. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada panjang tajuk kecambah kedelai awal simpan.
Gambar 3. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada panjang kecambah normal kecambah kedelai awal simpan.
317
Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung 3 November 2015
Gambar 4. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada bobot kering kecambah normal kecambah kedelai awal simpan.
Gambar 5. Pengaruh dosis pupuk susulan NPK majemuk pada daya hantar listrik benih kedelai awal simpan.
318