PENGARUH USIA, PENDIDIKAN, PENDAPATAN, FAKTOR SOSIAL, BUDAYA, PRIBADI, DAN MOTIVASI TERHADAP PERSEPSI KONSUMSI PANGAN POKOK NON BERAS DI WILAYAH JAKARTA BARAT
Benita Fitriana NIM: 109092000002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1435 H
PENGARUH USIA, PENDIDIKAN, PENDAPATAN, FAKTOR SOSIAL, BUDAYA, PRIBADI, DAN MOTIVASI TERHADAP PERSEPSI KONSUMSI PANGAN POKOK NON BERAS DI WILAYAH JAKARTA BARAT
Benita Fitriana NIM: 109092000002
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1435 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Januari 2015
Benita Fitriana 109092000002
PADA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI Nama
Benita Fitriana
Tempat, Tanggal Lahir
Jakarta, 3 Februari 1991
Jenis Kelamin
Female
Nomor HP
087878736788
Agama
Islam
Status
Single
Kewarganegaraan
Indonesian
Email
[email protected]
Alamat
Japos Graha Lestari Blok D V No. 20 RT 02 RW 08 Jurangmangu Barat, Pondok Aren, Tangerang
RIWAYAT PENDIDIKAN TK Dian Lestari ( 1996 - 1997 ) SDN Joglo 01 Jakarta ( 1997 -2003 ) SMPN 206 Jakarta (2003 - 2006 ) SMAN 90 Jakarta ( 2006 - 2009 ) Strata I Jurusan Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ( 2009 – 2014 )
RINGKASAN Benita Fitriana. 109092000002. Pengaruh Usia, Pendidikan, Pendapatan, Faktor Sosial, Budaya, Pribadi dan Motivasi terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Barat di bawah bimbingan Ujang Maman (Pembimbing 1) dan Siti Rochaeni (Pembimbing 2)
Peran pokok pertanian sebagai mesin penggerak ekonomi nasional adalah menciptakan ketahanan pangan. Laju pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia mengalami pertambahan angka yang cukup besar, dan ini menjadi tantangan dalam menciptakan ketahanan pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi karakteristik keluarga responden Jakarta Barat. 2) Mengidentifikasi indikator-indikator faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras. 3) Menganalisis pengaruh usia, pendapatan, pendidikan, faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Cengakareng Jakarta Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kueisoner dan wawancara dengan pihak yang terkait, sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian, data penduduk, dan data potensi pangan lokal dari sumber-sumber yang relevan seperti buku, Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal dan data dari dinas instansi terkait. Metode penentuan sampel dilakukan dengan secara (purposive) dengan jumlah sampel sebanyak 200 responden. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda dibantu software SPPS 14.0. Berdasarkan faktor sosial masyarakat kurang menerima adanya pangan non beras. Faktor budaya, masyarakat Jakarta Barat adaptif terhadap konsumsi pangan pokok non beras.. Faktor pribadi pada masyarakat Jakarta Barat terbuka akan adanya pangan pokok non beras, kurangnya motivasi masyarakat untuk mengonsumsi pangan pokok non beras, sehingga pada persepsi konsumsi pangan pokok non beras keseluruhannya masyarakat Jakarta Barat kurang responsive terhadap konsumsi pangan pokok non beras Hasil analisis data adanya pengaruh variabel sosial dan pribadi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras, terlihat dari pengaruh yang positif dan sangat signifikan variabel sosial dan pribadi dengan Uji F (uji menyeluruh) terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Uji determinasi R2 variabel nilai persepsi konsumsi pangan pokok
non beras yang dapat dijelaskan oleh usia, pendidikan, pendapatan, faktor sosial, budaya, pribadi, motivasi, dan pendapatan sebesar 21.1 %. Dan sisanya 78.9% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Berdasarkan hasil uji regresi terlihat bahwa variabel motivasi adalah variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap persepsi konsumsi pangan pokok nonberas. Kata kunci : faktor budaya, sosial, pribadi, dan motivasi, persepsi, pangan non beras, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan bejalan dengan lancar. Oleh karna itu pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT yang telah menganugerakan kepada penulis kemampuan berfikir sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. 2. Ibunda tersayang, terimakasih atas cintamu, kasih sayang, kesabaran, do’a, motivasi, dan segalanya yang telah diberikan oleh ananda, baik secara moril maupun materiil sehingga Alhamdulillah penulis dapat skripsi ini. Syukron jazakumullah khairun katsir atas perjuangan ayah dan ibunda tercinta. Ananda tidak mungkin bias membalasnya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua yang telah diberikan oleh ibu untuk ananda. 3. Almarhum Ayahanda tersayang, kerinduan ananda pada papa hanya bias ananda titipkan melalui do’a. terimakasih telah memberikan senyuman, kasih, dan segala ilmu yang pernah papa berikan ke puteri kecil papa. Meskipun tak sempat melihat dan mendampingi saya beranjak dewasa, namun doa selalu terpanjat agar diberikan keluasan alam barzah dan dijauhkan dari azab kubur. 4. Kakak tersayang, Anjas Kusumawati, terimakasih atas motivasi, nasihat, dan apapun yang diberikan baik materiil maupun moril. Semoga kakak selalu sukses dan bersama terus bias membahagiakan papa dan mama. 5. Bapak Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 6. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku ketua Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing, memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan serta meluangkan waktu,
tenaga dan fikiran disela-sela kesibukanya dalam
penyusunan skripsi ini. 8. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan serta meluangkan waktu,
tenaga dan fikiran disela-sela kesibukanya dalam
penyusunan skripsi ini. 9. Bapak Dr. Edmon Daris selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan. 10. Bapak Ir. Junaidi selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan. 11. Para dosen Agribisnis yang telah membantu dalam memberikan semangat dan do’a bagi penulis 12. Azzam Muhammad Jundi, kekasih hatiku. Terimakasih atas hari-hari, motivasi, dan do’a yang telah diberikan. 13. Sahabat-sahabatku, Charista, Galih, Deli. Terimakasih atas motivasi dan dukungan, pengalaman hidup, dan segalanya yang sudah kalian berikan padaku. Yang penting hati kita tetap satu. Aamiin. 14. Teman – teman seperjuangan Agribisnis 2009 Hana, Novi, Uki, Vinka, Eka, Fifah, Iwat, Rahman, Endang, Ade, Jamal, Jazil, Bimbim, Dian, Gembul, Arum, Dewi, Ika, Nita, Elis, Sarah Silvi, Mia, Nauli, dll. Terimakasih atas segalanya yang diberikan, bangga berada di tengah-tengah kalian. Semoga silaturahmi selalu terjaga. Barakallah aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik sestematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, penulis harapkan komentar, saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 6 Februari 2015
Benita Fitriana
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI...........................................................................................
i
DAFTAR TABEL...................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................
4
1.3 Tujuan..............................................................................
5
1.4 Batasan Masalah Penelitian.............................................
5
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi............................................................................
7
2.2 Usia..................................................................................
13
2.3 Pendidikan .......................................................................
14
2.4 Pendapatan.......................................................................
15
2.5 Faktor Sosial....................................................................
16
2.6 Faktor Budaya .................................................................
17
2.7 Faktor Pribadi ..................................................................
18
2.8 Motivasi...........................................................................
21
2.9 Pangan .............................................................................
22
2.10 Penelitian Terdahulu........................................................
27
2.11 Kerangka Pemikiran ........................................................
29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ...........................
31
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................
31
3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................
34
3.4 Metode Pengambilan Sample..........................................
35
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data............................
39
3.5.1. Analisis Data Kuantitatif........................................ 3.5.2. Analisis Regresi Berganda.....................................
40 41
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografi.................................................................
46
4.2 Penduduk .........................................................................
48
4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 BAB V
Jumlah Penduduk ................................................... Agama .................................................................... Pekerjaan................................................................ Pendidikan..............................................................
48 50 51 52
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden .................................................
53
5.2 Analisis Data Kuantitatif .................................................
60
5.3 Uji Asumsi Klasik ...........................................................
65
5.4 Pengaruh Usia, Pendidikan Terakhir, Pendapatan, Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Barat ...............................
69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan......................................................................
76
6.2 Saran................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
79
LAMPIRAN............................................................................................
82
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Konsumsi Pangan Pokok Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2007-2011 .........................................................................................
2
2. Ketersediaan Pangan Pokok untuk Konsumsi Rumah tangga di Indonesia Tahun 2007-2011 .............................................................
3
3. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ...................
32
4. Jumlah Penduduk dan Jumlah Keluarga Wilayah Jakarta Barat Tahun 2012 .......................................................................................
37
5. Jumlah Keluarga Wilayah Kecamatan Cengkareng 2012.................
37
6. Jumlah RW Kumuh Wilayah Kecamatan Cengkareng 2012............
38
7. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan Kota Jakarta Barat .....................
47
8. Jumlah Penganut Agama di Jakarta Barat ........................................
50
9. Jumlah Penduduk berdasarkan Status Pekerjaan di Jakarta Barat ....
51
10. Jumlah Penduduk dengan Pendidikan Tertinggi di Jakarta Barat ....
52
11. Karakteristik Responden di Wilayah Jakarta Barat ..........................
54
12. Responden Berdasarkan Konsumsi Keluarga di Wilayah Jakarta Barat ..................................................................................................
57
13. Responden Berdasarkan Jumlah Orang yang Mengonsumsi Nasi di Wilayah Jakarta Barat .......................................................................
57
14. Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pangan Non Beras di Wilayah Jakarta Barat ...................................................................
58
15. Responden Berdasarkan yang Dikonsumsi Selain Nasi di Wilayah Jakarta Barat......................................................................................
59
16. Responden Berdasarkan Keharusan Mengonsumsi Nasi Ketika Kenyang di Wilayah Jakarta Barat....................................................
59
17. Analisis Data Responden Faktor Sosial ............................................
60
18. Analisis Data Responden Faktor Budaya .........................................
61
19. Analisis Data Responden Faktor Pribadi ..........................................
63
20. Analisis Data Responden Motivasi ...................................................
64
21. Analisis Data Responden Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras .................................................................................................
65
iii
22. VIF dan Nilai Toleransi ....................................................................
67
23. Autokorelasi ......................................................................................
68
24. Hasil Regresi Pengaruh Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Pangan Pokok Non Beras di wilayah Jakarta Barat....................................................................
76
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka pemikiran pengaruh usia, pendidikan terakhir, pendapatan, faktor budaya, faktor, sosial, faktor sosial konsumsi pangan pokok nonberas ....................................................................
30
2. Teknik mengambil Sample Pengaruh Usia, Pendidikan Terakhir, Pendapatan, Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi, dan Motivasi Persepsi Pangan Pokok Non-Beras....................................
36
3. Kurva Uji Normalitas........................................................................
66
4. Kurva Uji Heteroskedastisitas...........................................................
73
v
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuesioner Responden .......................................................................
82
2. Tabulasi Data Hasil Kuesioner .........................................................
90
3. Hasil Analisis Pengaruh Usia, Pendidikan Terakhir, Pendapatan, Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi dan Motivasi di wilayah Jakarta Barat ........................................................................
118
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris memiliki potensi pertanian yang
cukup besar dan dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertanian berperan penting bagi pertumbuhan permintaan domestic dan bagi produk-produk dari sector-sektor ekonomi lainnya. Salah satu peran pokok pertanian sebagai mesin penggerak ekonomi nasional adalah menciptakan ketahanan pangan. Laju pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia mengalami pertambahan angka yang cukup besar, dan ini menjadi tantangan dalam menciptakan ketahanan pangan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 242 juta jiwa dan terus bertambah dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk saat ini adalah 1,4 persen per tahun yang berarti setiap tahun bertambah sekitar 3 juta orang (Data Satistik Indonesia 2013). Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak pernah terlepas dari kehidupan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan).
Beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Namun hingga saat ini pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan beras nasional. Jumlah penduduk yang kian bertambah disandingkan dengan situasi geografis yang seringkali tidak menentu menciptakan besarnya permintaan yang tidak sebanding dengan penawaran beras. Hal ini mendorong diversifikasi pangan pokok menjadi suatu alternatif yang mulai dilirik oleh konsumen beras. Menurut Riyadi (2003), diversifikasi pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan pangan. Pertimbangan rumah tangga untuk memilih bahan makanan pokok keluarga di dasarkan pada aspek produksi, aspek pengolahan, dan aspek konsumsi pangan. Penganekaragaman
pangan
ditujukan
tidak
hanya
untuk
mengurangi
ketergantungan akan jenis pangan tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula untuk mencapai keberagaman komposisi gizi sehingga mampu menjamin peningkatan kualitas gizi masyarakat.
Tabel 1. Konsumsi Pangan Pokok Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2007-2011 Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun)
Komoditi 2007
2008
2009
2010
100,05
104,89
102,21
100,75
102,87
0,74
Jagung
4,75
3,23
1,36
2,66
1,93
-20,29
Ubi Kayu
6,99
1,83
5,53
5,06
5,79
33,73
Ubi Jalar
2,40
1,83
2,24
2,29
2,87
6,57
Sagu
0,73
1,83
0,42
0,37
0.469
22,23
Kentang 2,09 2,03 Sumber : SUSENAS, BPS 2012
1,72
1,83
1,56
-5,53
Beras
2011
Laju Pertumbuhan (%)
2
Tabel 1 menggambarkan bahwa perkembangan konsumsi pangan pokok di Indonesia cenderung meningkat kecuali untuk komoditi jagung dan kentang. Jagung mengalami penurunan laju pertumbuhan konsumsi pangan sebesar 20,29% , sedangkan Ubi kayu menjadi komoditi yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan paling signifikan yaitu 33,73%. Laju pertumbuhan konsumsi beras hanya mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,74% , berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan konsumsi pangan non beras yang jika dirata-rata meningkat sebesar 7,34%. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada rumah tangga di Indonesia dalam mengonsumsi pangan pokok non beras. Banyaknya sumber pangan lokal yang dapat menggantikan beras sebagai pangan pokok menjadi satu poin positif. Sebut saja jagung, sagu, kentang, ubi jalar, singkong, ubi, dan lain-lain. Memperkaya ragam pangan pokok yang dikonsumsi dapat meningkatkan ketahanan keluarga dan secara tidak langsung akan memperkuat ketahanan pangan nasional. Tabel 2. Ketersediaan Pangan Pokok untuk Konsumsi Rumah tangga di Indonesia Tahun 2007-2011 Laju Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun) Konsumsi Pertumbuhan (Kg/Kapita) 2007 2008 2009 2010 2011 (%) Beras 147,91 153,42 157,50 162,08 163,02 2,47 Jagung
42,56
52,15
54,05
55,23
55,43
7,18
Ubi Kayu
17,76
91,27
28,42
44,31
43,81
99,96
Ubi Jalar
7,31
7,21
7,80
7,45
7,86
1,96
Sagu
0,80
0,57
0,46
0,28
0,29
-20,90
4,18 4,42 4,82 4,22 Kentang Sumber : Neraca Bahan Pangan, BKP Kementan 2012
3,99
-1,34
Ketersediaan Pangan untuk konsumsi rumah tangga yang ditunjukan Tabel 2 cenderung mengalami peningkatan. Ketersediaan beras untuk konsumsi rumah
3
tangga mengalami peningkatan sebesar 2,47% , sedangkan rata-rata ketersediaan pangan non beras adalah 17,372%. Hal tersebut menujukkan bahwa laju pertumbuhan ketersediaan pangan untuk konsumsi rumah tangga lebih signifikan pangan pokok non beras dari pada beras. Mengacu pada Tabel 1 dan Tabel 2, jumlah ketersediaaan untuk pangan pokok non beras untuk rumah tangga lebih banyak dari jumlah konsumsinya, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi rumah tangga untuk pangan pokok non beras baiknya ditingkatkan lagi sehingga kegiatan diversivikasi pangan dapat berjalan dengan maksimal. Pada tahun 2010, wilayah Meruya, Jakarta Barat, sebagian masyarakatnya mengadakan perayaan kecil Hari Pangan se-dunia dengan mengonsumsi bahan sajian non-beras, berupa umbi-umbian, jagung, kacang rebus dan pisang. Hal ini merupakan kampanye diversifikasi pangan yang dilakukan wilayah tersebut. Persepsi konsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia yang sudah sangat lekat dengan beras sebagai pangan pokok. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini, untuk melihat sejauh mana persepsi masyarakat Jakarta Barat mampu mempengaruhi perilaku keluarga dalam mengonsumsi pangan pokok non beras. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa hal telah dipaparkan sebelumnya, menjadi suatu
pertanyaan tentang bagaimana persepsi mampu mempengaruhi peilaku suatu keluarga dalam mengonsumsi pangan pokok nonberas. Masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
4
1. Bagaimana karakteristik responden di Jakarta Barat? 2. Apa saja faktor sosial, budaya, pribadi dan motivasi yang diduga berpengaruh terhadap persepsi pangan pokok non beras? 3. Bagaimana pengaruh usia, pendapatan, pendidikan, faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi pangan pokok non beras? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga responden Jakarta Barat. 2. Mengidentifikasi indicator-indikator faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi pangan pokok non beras. 3. Menganalisis pengaruh usia, pendapatan, pendidikan, faktor budaya, sosial, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi pangan pokok non beras. 1.4
Batasan Masalah Penelitian Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan
tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok, yaitu responden yang terpilih adalah ibu rumah tangga, kuesioner yang diberikan kepada responden merupakan pembahasan konsumsi terhadap pangan pokok non beras dan beras yang sering dikonsumsi. Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih tujuh variabel, yaitu Usia (X1), Pendidikan Terakhir (X2),
5
Pendapatan (X3), Faktor Sosial (X4), Faktor Budaya (X5), Faktor Pribadi (X6), dan Motivasi (X7). 1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat berguna untuk memperkaya wawasan peneliti tentang
persepsi masyarakat dalam mengonsumsi pangan pokok non beras. Selain itu juga dapat menjadi salah satu pengembangan dalam bidang ilmu konsumen. Bagi masyarakat luas, penelitian ini dapat menjadi pendorong agar masyarakat termotivasi untuk memperkaya pangan yang dikonsumsinya. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu masukan bagi pemerintah dalam pelaksanaan program diversifikasi pangan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Persepsi Menurut Engel, dkk (1995), terdapat lima tahap dalam pengolahan informasi,
yaitu pemaparan, perhatian, pemahaman, peneriman, dan retensi. Persepsi sendiri disebutkan melingkupi tahap pemaparan, perhatian, dan pemahaman (Mowen & Minor 1999). Konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut (Sumarwan, 2004). Persepsi, menurut Mowen dan Minor (1999) ialah proses keseluruhan di mana individu terpapar pada informasi, mengikuti informasi tersebut, dan memahaminya. Schiffman dan Kanuk (2000) mengartikan persepsi sebagai proses di mana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus menjadi gambaran yang bermakna dan koheren. Menurut Stephen P. Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut Fred Luthans (1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Menurut Kotler (2007), persepsi merupakan suatu proses di mana seseorang dapat memilih, mengatur, dan mengartikan imformasi menjadi suatu gambar yang sangat berarti di dunia.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna. 2.1.1. Proses Persepsi Proses terjadinya persepsi meliputi : 1. Proses Fisis Dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera. 2. Proses Fisiologis Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. 3. Proses Psikologis Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima. 2.1.2. Persepsi Konsumen Persepsi konsumen adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins, 1998). Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000), persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor :
8
1. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu menciptakan suatu rangsangan pada indra manusian, sehingga mampu menciptakan sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya. 2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari individu itu sendiri. Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang. Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) dalam seleksi ada proses yang disebut selective perception concept. Adapun selective perception concept, yaitu : 1. Selective Exposure Konsumen secara efektif mencari pesan menemukan kesenangan atau simpati mereka secara aktif menghindari kesakitan atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif membuka diri mereka kepada iklan-ikaln yang menentramkan hati mereka mengenai kebijaksanaan tentang kepuasaan pembeliannya. 2. Selective Attention Konsumen mengadakan transaksi pemilihan yang bagus dengan tujuan perhatian mereka berikan pada rangsangan komersial. Mereka mempunyai
9
kesadaran tinggi terhadap rangsangan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin untuk mengingat iklan untuk prodek yang dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan yang tidak mereka butuhkan. 3. Perceptual Defense Konsumen secara bawah sadar menyaring rangsangan yang mereka temukan ancaman psikological, meskipun telah terdapat pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya rangsangan yang merusak mungkin lebih sedikit diterima secara sadar daripada rangsangan netral pada level pembukaan yang sama. 4. Perceptual Blocking Konsumen melindungi diri mereka dari rangsangan-rangsangan yang mereka anggap negatif dan mempunyai pengaruh buruk bagi diri mereka. 2.1.3. Karakteristik Seseorang Mempengaruhi Persepsi Menurut Robbins (1998), persepsi dapat dipengaruhi oleh karakter seseorang. Karakter tersebut dipengaruhi oleh : 1. Attitudes, Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang dilihat itu berbeda satu dengan yang lain. 2. Motives, Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang mendorong individu dan mungkin memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi mereka. 3. Interests, Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat kita, karena minat seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang
10
diperhatikan oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain. 4. Experiences, Fokus dari karakter individu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti minat atau interest individu. Seseorang individu merasakan pengalaman masa lalu pada sesuatu yang individu tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang. 5. Expectations, Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang. Menurut Nugroho (2003), faktor yang mempengaruhi persepsi adalah penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana situasi persepsi terjadi penglihatan. Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi sifatsifat individu yang melihatnya,, sifat yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu : 1. Sikap, Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang. 2. Motivasi, Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan yang dilakukannya. 3. Minat, Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap objek tersebut.
11
4. Pengalaman masa lalu, Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar. 5. Harapan, Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. 6. Sasaran, Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya akan mempengaruhi persepsi. 7. Situasi, Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula. 2.1.4. Persepsi dan Keputusan Pembelian Menurut Dowling (1986) (dalam Ferrinadewi 2008) persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang tidak pasti misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru. Berbagai penelitian berhasil dilakukan oleh beberapa ahli dan hasilnya dIrangkum oleh Mowen dan Minor (1999) : 1) Resiko keuangan, resiko yang hasilnya akan merugikan konsumen secara keuangan.; 2) Resiko kinerja, resiko bahwa produk tidak akan memberika kinerja yang
12
diharapkan ; 3) Resiko fisik, resiko bahwa produk secara fisik akan melukai konsumen ; 4) Resiko psikologis, resiko bahwa produk akan menurunkan citra diri konsumen ; 5) Resiko sosial, resiko bahwa lingkungan sekitar akan mengejek pembelian produk. ; 6) Resiko waktu, resiko bahwa sebuah keputusan akan menghabiskan banyak waktu ; 7) Opportunity Loss, resiko bahwa dengan melakukan sebuah tindakan konsumen akan merasa rugi jika melakukan hal lin yang benar-benar ingin ia lakukan. Dapat disimpulkan bahwa ketika konsumen menerima stimuli : 1. Harga produk yang sangat mahal; 2. Penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh; 3. Ancaman fisik, psikologi, maupun sosial yang besr akibat pemakaian produk; 4. Konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai; 5.Hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisko atau persepsi terhadap resikonya tinggi. 2.2
Usia Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa (masa kini). Menurut Tilker dan Hurlock (2001), umur dewasa terbagi atas:
13
1. Dewasa awal (early adulthood) 21-40 tahun 2. Dewasa madya (middle adulthood) 40-60 tahun 3. Usia lanjut (later adulthood) 60 tahun keatas Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun. Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. (Depkes RI (2009)). 2.3
Pendidikan Pendidikan adalah merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia
yang belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-dirisusila dan tanggung jawab. Tujuan Pendidikan untuk Pendewasaan diri, dengan ciricirinya yaitu : kematangan berpikir, kematangan emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta kemampuan pengevaluasian diri. Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain.
14
Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang di dalam masyarakat yang kompleks. 2.4
Pendapatan Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah asing wages and salaries
merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984). Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut. Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukan hal yang sama hanya dipandang dari sudut pandang lain (Winardi, 1975). Makin tinggi pendapatan perseorangan akan makin sedikit anggota masyarakat yang memilikinya, yang terbanyak menempati ruangan pendapatan yang rendah. Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962). Perbedaan dalam tingkat pendapatan adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman. Ketidaksamaan dalam tingkat pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan hal-hal ini
15
biasanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pemerintah yaitu melalui bantuan pendidikan seperti beasiswa dan pemberian bantuan kesehatan. Tindakan-tindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil. Pendapatan uang adalah upah yang diterima dalam bentuk rupiah dan sen. Pendapatan riil adalah upah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Yang termasuk pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Sofyan, 1986). Besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962).
2.5
Faktor Sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok
acuan atau referensi, keluarga serta peran dan status sosial (Kotler dan Keller, 2009). Menurut Enda M. C, sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Macam macam kelompok sosial menurut Soerjono (2004) : 1. In-group dan Out-group In-group adalah Kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya dalam kelompok tersebut. Out-group adalah kelompok yang berada di luar kelompok dirinya.
16
2. Kelompok primer dan sekunder Kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggotanya memiliki hubungan dekat, personal dan langgeng, contoh keluarga. Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar, bersifat sementara, dibentuk untuk tujuan tertentu dan hubungan antar anggotanya bersifat impersonal sehingga biasanya tidak langgeng, contoh club sepak bola Menurut Spredley dan Allender (1996), keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal
bersama sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan interaksi sosial, peran, dan tugas. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok aacuan primer yang paling berpengaruh. Istri biasanya bertindak sebagai petugas pembelian utama keluarga, terutama untuk makanan, berbagai barang yang kecil nilainya, dan pakaian sehari-har (Kotler, 2007). 2.6
Faktor Budaya Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan
perilaku seseorang. Bila makhluk – makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapat seperangkat nilai persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga – lembaga sosial penting lainnya (Kottler dan Keller,2009). Setiap kebudayaan terdiri dari sub – budaya – sub - budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik
17
untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar , pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Menurut Koentjaraningrat (2000) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berati daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut Koentjaraningrat merupakan “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” 2.7
Faktor Pribadi Keputusan
pembelian
juga
dipengaruhi
oleh
karakteristik
pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli (Nugroho, 2003).
18
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi
barang
dan
jasa
yang
dibelinya.
Para
pemasar
berusaha
mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. (Kotler dan Keller, 2007). Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu: 1) Umur dan tahap daur hidup Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.
19
2) Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu. 3) Situasi ekonomi Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah langkah untuk merancang
ulang,
memposisikan
kembali
dan
mengubah
harga
produknya. 4) Gaya hidup Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia. 5) Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian
mengacu
pada
karakteristik
psikologi
unik
yang
20
menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu. 2.8
Motivasi T. Hani Handoko (2003), mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian sebagaimana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004) menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
21
faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 2.9
Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk didalamnya adalah tambahan panganpangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Pangan segar Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan. 2. Pangan olahan Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh: teh manis, nasi, pisang goreng dan sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak saji. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan
22
minuman yang sudah diolahdan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atau dasar pesanan.Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum. 3. Pangan olahan tertentu Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh: ekstrak tanaman mahkota dewa untuk diabetes melitus, susu rendah lemak untuk orang yang menjalankan diet rendah lemak, dan sebagainya (Saprianto, 2006). Konsumsi pangan ialah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Sedangan pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Kebiasaan makan sendiri didefinisikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh- pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. (Sanjur 1982) Beras merupakan bahan pangan yang diperoleh dari hasil pengolahan gabah. Gabah sendiri terbentuk dari butir padi yang telah dipisahkan dari tanaman padi (Oryza sativa L.). Tanaman padi diperkirakan berasal dari Asia bagian timur dan India bagian utara. Tanaman padi tumbuh di daerah dengan letak geografis 30o LU sampai 30o LS dan tumbuh pada ketinggian 0 – 2500 m dpl. Di Indonesia padi mengalami adaptasi pada kisaran ketinggian 0 sampai dengan 1500 m dpl. Suhu
23
optimum untuk pertumbuhan padi adalah 30-37 oC, suhu minimum 10-12 oC dan maksimum 40-42 oC (Sadjat, 1976). Budidaya tanaman padi banyak dilakukan di lahan basah atau lahan yang tergenang oleh air. Waktu yang tepat untuk memulai tanam padi sangat menentukan produktifitas pertanaman. Waktu yang sangat tepat tersebut adalah pada awal musim penghujan. Selain memperoleh air dari hujan, lahan sawah juga dapat memperoleh air dari irigasi atau sering disebut dengan istilah sawah irigasi. Sedangkan sawah yang mendapatkan kebutuhan air dari hujan disebut sawah tadah hujan. Beras adalah salah satu sereal paling penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia yang dikonsumsi oleh sekitar 75% penduduk dunia (Anjum et al, 2007). Beras
menjadi
salah
satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia.
Peranan beras dalam komposisi makanan penduduk Indonesia cukup dominan. Beras adalah salah satu sereal paling penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia yang dikonsumsi oleh sekitar 75% penduduk dunia (Anjum et al, 2007). Beras menjadi salah satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Peranan beras dalam komposisi makanan penduduk Indonesia cukup dominan. Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang menjadi dedak kasar (Sediotama, 1989). Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004). Umumnya masyarakat Indonesia memiliki jenis makanan pokok yang
sama yaitu beras. Hanya sedikit yang
mengkonsumsi pangan selain beras sebagai makanan pokok. Menurut penelitian
24
Jarona (1996), pada masyarakat Balim makanan pokok mereka adalah ubi jalar. Pengetahuan mereka mengenai ubi jalar sangat tinggi, karena sudah diperkenalkan sejak zaman nenek moyang mereka. Jenis makanan pokok masyarakat Balim yang berbeda dengan masyarakat lainnya juga disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu kondisi tanah yang berbukit-bukit sehingga hanya dapat ditanami oleh ubi jalar. Masyarakat yang memiliki jenis makanan pokok beras sangat banyak di Indonesia. Menurut Indaryanti (2002), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa masih tingginya konsumsi beras disebabkan oleh cara berpikir masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa beras sebagai makanan pokok utama sehingga muncul pernyataan yang mengatakan bahwa “belum makan jika belum makan nasi”. Oleh sebab itu, tingginya konsumsi pada beras merupakan kebiasaan yang harus diubah. Pangan pokok nonberas diartikan sebagai bahan makanan yang memiliki fungsi substitusi dengan beras, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Pangan pokok nonberas yang dimaksudkan ialah pangan pokok berupa pangan lokal, bukan makanan pengganti seperti roti, oat, dan lain sebagainya. Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan budaya setempat (Anonim 2009). Pangan lokal termasuk di dalamnya pangan tradisional dan pangan khas daerah mempunyai peranan strategis dalam upaya pemantapan ketahanan pangan khususnya aspek konsumsi. Hal ini dapat dilakukan dengan penganekaragaman pengolahan bahan pangan lokal. Pengembangan pangan lokal merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan konsumsi pangan. Saat ini
25
sudah banyak tersebar jenis pangan lokal yang berbahan dasar umbi-umbian dan lainnya. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah. Misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, dan sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati. Di Indonesia ubi kayu (singkong) merupakan makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Indonesia merupakan penghasil ubi kayu kedua terbesar di dunia, setelah Brazilia. Produksi ubi kayu rata-rata di Indonesia adalah 9,5 juta ton per ha per tahun, sedangkan produksi rata-rata dunia adalah 10,0 juta ton. Di Indonesia dan daerah-daerah tropis lainnya, ubi kayu mempunyai arti ekonomi terpenting diantara jenis umbi-umbian lainnya, sebab selain dapat dikonsumsi langsung, umbinya dapat dijadikan tepung tapioka, gaplek, pelet, tape, dekstrin, lem, kerupuk, dan lain-lainnya. Tape ubi kayu sendiri dapat diolah lebih lanjut menjadi alkohol, sirup glukosa, sari tape, sirup fruktosa, asam cuka, tepung tape, dan sebaginya. Dari tepung tape selanjutnya bisa dihasilkan bahan pencampur roti, es krim, aneka kue, dan sebagainya. Mi (atau juga sering ditulis mie) adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mi kering yang harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arabtelah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mi, meskipun tulisan tertua mengenai mi berasal dari Dinasti Han Timur, antara tahun
26
25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok. Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air, yang difermentasikan dengan ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi. Namun kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan berbagai bahan seperti garam, minyak, mentega, ataupun telur untuk menambahkan kadar protein di dalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu. Roti termasuk makanan pokok di banyak negara Barat. Roti adalah bahan dasar pizza dan lapisan luar roti lapis. Roti biasanya dijual dalam bentuk sudah diiris, dan dalam kondisi "fresh" yang
dikemas rapi dalam plastik. Roti merupakan sumber karbohidrat yang terbuat dari bahan terigu, pengembang/ yeast, lemak, gula dan garam telah ada sejak ribuan tahun lalu. Cikal bakal roti berasal dari bangsa Mesir Kuno. Namun pada zaman tersebut roti masih dibuat dengan cara yang sederhana sehingga bentuk dan rasanya tentu berbeda dengan roti saat ini. Pada abad pertengahan, evolusi roti telah mencapai puncaknya, terutama di Benua Eropa. Pada saat itu cita rasa roti sudah sama seperti yang kita temukan saat ini, begitu juga dengan bentuk dan variasinya. 2.10
Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini, terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang menunjang
skripsi ini, diantaranya:
27
1. Abdul GhoniI Tri Bodroastuti (2011), tentang pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi Dan Psikologi Terhadap Perilaku Konsumen (Studi Pada Pembelian Rumah di Perumahan Griya Utama Banjardowo Semarang), dengan hasil penelitian semua variable berpengaruh postif terhadap perilaku konsumen pembelian rumah di Perumahan Griya Utama Banjardowo. 2. Vika Shelayanti (2013), tentang Preferensi Pangan Pokok Non Beras di Desa Parakan
Trenggalek, dengan hasil penelitian sebagian besar responden
berdasarkan karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan menyukai singkong (96,7%), menyukai jagung (94,2%), menyukai tiwul (86,7%), menyukai roti (81%), dan menyukai mie (77,7%). Sementara jenis pangan pokok yang kurang dan tidak disukai oleh keseluruhan responden (100%) adalah ganyong, kurang dan tidak disukai diurutan kedua adalah talas (95,9), kurang dan tidak disukai diurutan ketiga adalah gatot (85,2%), kurang dan tidak disukai selanjutnya gembili (56,2%), %), kurang dan tidak disukai yang lainnya adalah nasi jagung (53,7%). Alasan tertinggi mengapa jenis pangan pokok non beras disukai adalah karena rasa yang enak (76,0%), dan yang memilih kurang suka atau tidak suka alasan tertinggi karena kebiasaan tidak pernah mengkonsumsi (52,8%). 3. Ellen Dewi Fransiska (2013), Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras dan Pangan Non Beras (Studi Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor- faktor yang yang secara parsial memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap
28
konsumsi pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : tingkat pendidikan ibu. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalahpendapatan rendah, pendidikan rendah, produksi pangan rendah, masi ada kejadian gizi buruk, jumlah penduduk yang cukup besar, pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam, kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan, promosi. 4. Rini Budiningsih. 2009. Faktor–Faktor yang Berpengaruh Terhadap Diversifikasi Konsumsi Pangan Non-Beras di Kabupaten Magelang. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pangan, kandungan gizi, harga bahan pangan, pendapatan, aksesibilitas, kebiasaan, pendidikan dan pertimbangan membeli bahan makanan berpengaruh terhadap diversifikasi pangan yang diproksi dari nilai PPH. Faktor yang paling berpengaruh adalah harga bahan pangan. Prioritas pengembangan diversifikasi konsumsi pangan non-beras di Kabupaten Magelang adalah untuk komoditas jagung. Hal tersebut setelah mempertimbangkan aspek harga, kandungan gizi, kemudahan untuk diolah menjadi makanan, kemudahan menanam dan umur panen 2.11
Kerangka Pemikiran Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai pangan
pokok nonberas. Persepsi tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam aspek yang
29
kemudian akan membentuk perilaku dalam mengonsumsi pangan pokok nonberas. Berikut kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini:
Pangan pokok non beras diperkenalkan oleh Pemerintah sebagai pangan pokok dalam program diversifikasi pangan (Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan)
Pangan Pokok Non Beras
Rumah Tangga Kota Jakarta Barat
Analisis Deskriptif
Rumah Tangga Kecamatan Cengkareng
Analisis Kuantitatif (Tanggapan Responden) Analisis Regresi Linear Berganda
Karakteristik Responden:
Jenis kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Pengeluaran
Faktor-faktor Perilaku Konsumen: Usia Pendidikan Pendapatan Sosial Budaya Pribadi Motivasi
Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Kecamatan Cengkareng Wilayah Jakarta Barat
Gambar 1. Kerangka pemikiran pengaruh usia, pendidikan terakhir, pendapatan, faktor sosial, faktor budaya, faktor pribadi, dan motivasi terhadap persepsikonsumsi pangan pokok nonberas
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian
yang dilakukan dalam satu waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Lokasi penelitian dilaksanakan di Jakarta Barat. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan November 2013. Sementara untuk waktu penelitian secara keseluruhan termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, dan penulisan laporan berlangsung dari bulan Oktober 2013 sampai Mei 2014. 3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1
Variabel Penelitian Pada penelitian ini, variabel penelitian yang terdiri dari variabel dependent (variabel terikat) dan variabel independent (variabel bebas). a. Variabel Dependent, yaitu: Y = Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras b. Variabel Independent, yaitu: X1 = Usia X2 = Pendidikan Terakhir X3 = Pendapatan per bulan X4 = Faktor Sosial X5 = Faktor Budaya
X6 = Faktor Pribadi X7 = Motivasi 3.2.2
Definisi Operasional Definisi variable pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel berikut:
Tabel 3. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, dan Skala Pengukuran Skala Variabel Definisi Operasional Indikator Pengukuran Satuan waktu yang 1. <29 tahun mengukur waktu 2. 30 – 39 tahun Usia keberadaan suatu 3. 40 – 49 tahun Skala Likert (X1) benda atau makhluk, 4. 50 – 59 tahun baik yang hidup maupun yang mati. Upaya manusia 1. SD (6 tahun) dewasa membimbing 2. SMP (9 tahun) Pendidikan manusia yang belum 3. SMA (12 tahun) Terakhir dewasa kepada 4. DIPLOMA (14 Skala Likert (X2) kedewasaan. tahun) 5. S1( 16 tahun) 6. S2 (18 tahun) Upah dan gaji yang 1.