PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN PENERAPAN GCG TERHADAP PENGUNGKAPAN CSR Megawati Holly Deviarti, S.E., M.B.A Universitas Bina Nusantara Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat +62-21-53696969, +62-21-53696999
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh variabel-variabel yang terdiri dari Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur dalam lingkup Consumer Goods Industry yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012.
Sampel dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 25 perusahaan dengan jumlah data sebanyak 75 data. Metode pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan dan Leverage yang diukur dengan DER berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan Profitabilitas dan penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan komite audit dan dewan direksi menunjukan tidak ada pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Return on Assets (ROA), Debt to Equity (DER), Laporan Komite Audit, Jumlah Dewan Direksi.
1
PENDAHULUAN Secara umum, tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana cara perusahaan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, sering kali perusahaan mengabaikan dampak sosial yang timbul dari kegiatan perusahaan yang telah dilakukan.Polusi udara, pencemaran air, penggundulan hutan, dan perubahan iklim merupakan dampak-dampak yang bisa timbul akibat kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh sebab itu, isu mengenai lingkungan sosial perusahaan kini merupakan isu yang sering dibicarakan. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan mencari keuntungan semata ketika melakukan bisnisnya, akan tetapi perusahaan juga diharapkan untuk memperhatikan keadaan sosial yang ada disekitarnya. Bentuk tindakan yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Azheri (2011: 29) CSR adalah komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajiban yang didasarkan atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan para stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya yang berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku. Pelaksanaan CSR juga mendapat sorotan dari pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya undang-undang yang mengatur mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Peraturan ini dapat ditemukan dalam UU no 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas dan UU no 25 tahun 2007 tentang penanam modal. Dalam UU no 25 tahun 2007 pasal 15 disebutkan bahwa: “Setiap penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut maka perusahaan dituntut untuk bisa lebih meningkatkan kinerjanya yang hasilnya bukan hanya menguntungkan pihak managemen perusahaan saja tetapi juga harus bisa menguntungkan pihak lain, serta juga dapat turut memberikan kontribusi terhadap lingkungan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Perusahaan akan mengungkapkan praktik tanggung jawab sosial yang telah dilakukannya dalam annual report perusahaan supaya tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan, seperti: Pemerintah, shareholders, dan sebagainya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan ini biasanya disebut dengan Corporate Social Reporting. Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek lingkungan sosial dan lingkungan alam atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Rosmasita, 2007). Menurut Solihin (2009), dengan melakukan praktik dan pengungkapan CSR, perusahaan akan mendapatkan manfaat tersendiri seperti peningkatan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi serta meningkatkan daya tarik perusahaan dimata investor dan analis keuangan. Dalam pengambilan keputusan investasi, investor seringkali melihat besar kecilnya perusahaan dan melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Menurut Purnasiwi (2011), hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Disamping itu, perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurang biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Selain ukuran perusahaan, investor juga akan melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan sebelum membuat keputusan investasinya. Kinerja keuangan yang sering kali dilihat adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau yang sering dikenal dengan profitabilitas serta leverage perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya akan menjadi perhatian penting bagi para shareholder karena nantinya mereka memperoleh pendapatan dalam bentuk deviden setelah melakukan investasi. Selanjutnya, apabila keuntungan meningkat, dapat menyebabkan kenaikan harga pasar, yang menyebabkan capital gain. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan deviden kepada investornya. Profitabilitas juga penting bagi para kreditur karena laba merupakan salah satu sumber dana untuk meng-cover hutang. Secara umum, manajemen pun menggunakan laba sebagai ukuran kinerja perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, profitabilitas menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi investor dalam keputusan investasinya.
2
Sedangkan leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan, dengan demikian menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Penelitian terhadap ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR telah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan Nur & Priantinah (2012), menyatakan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Akan tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasir, Kurnia &Hakri (2013), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan, untuk pengaruh kinerja keuangan terhadap pengungkapan CSR seperti penelitian yang dilakukan Nurkhin (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi akan mengungkapakan informasi lebih banyak atas apa yang telah dilakukan. Sehingga hal ini akan memungkinkan adanya hubungan antara profitabilitas yang akan diperoleh perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan oleh Nur & Priantinah (2012) dan Nasir, Kurnia &Hakri (2013), menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Selain profitabilitas, unsur kinerja keuangan lain yang pernah dilakukan sebagai variabel penelitian adalah leverage. Menurut, penelitian yang dilakukan oleh Nur & Priantinah (2012), leverage tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan, menurut Nasir, Kurnia &Hakri (2013), didalam penelitiannya menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Disisi lain, agar sebuah perusahaan dapat mencapai tujuannya secara maksimal dan berkelanjutan maka dibutuhkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Good Corporate Governance merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi (Wibisono, 2007). GCG memiliki lima prinsip yaitu transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness. Menurut Wibisono (2007), Corporate Social Reponsibility merupakan salah satu implementasi dari penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan. Pelaksanaan program Corporate Social Responsibility dapat menumbuhkan suatu gambaran yang positif dari masyarakat terutama masyarakat yang berfungsi sebagai konsumen dan masyarakat sebagai pemodal. Dengan semakin positifnya gambaran atau citra perusahaan maka perusahaan akan semakin mudah berkembang karena bisnisnya semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat, apalagi dengan didukung oleh Good Corporate Governance yang baik. Dengan demikian hal ini mungkin berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Penelitian terkait mengenai penerapan Good Corporate Governance terhadap pengungkapan CSR, telah dilakukan pula oleh Nurkhin (2010) yang menyatakan bahwa penerapan GCG dengan menggunakan kepemilikan institusional tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sementara komposisi dewan komisaris independen terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian yang sebelumnya dimana dengan menggunakan ukuran perusahaan, unsur kinerja perusahaan yang mencakup profitabilitas dan leverage dengan menggunakan ROA dan DER sebagai proksi. Namun ada perbedaan antara penelitian-penelitian terdahulu adalah pengukuran penerapan Good Corporate Governance akan diukur melalui jumlah dewan direksi yang terdapat didalam perusahaan tersebut danditerbitkan laporan komite audit perusahaan yang terdapat dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Pada penelitian ini akan berfokus pada Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI. Alasannya adalah perusahaan kategori Consumer Goods Industry merupakan perusahaan yang dapat menyumbangkan limbah cair atau polusi udara yang dapat mengganggu lingkungan dari hasil kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan itu bisa terjadi setiap harinya karena hasil produksi dari perusahaan consumer goods merupakan barang keperluan sehari-hari yang selalu digunakan oleh masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan penerapan Good Corporate Governanceterhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, sehingga rumusan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
3
2. 3. 4.
Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? Apakah penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh ukuran perusahaan tehadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan tehadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh leverage perusahaan tehadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4. Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori, untuk memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi di dunia empiris (real world) dan berusaha untuk mendapatkan jawaban (verificative), yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel-variabel melalui analisis data dalam rangka pengujian hipotesis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan tahunan pada tahun 2010-2012 yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada http://www.idx.co.id dan situs web resmi dari masing-masing perusahaan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan periode 2010 – 2012. Selain data mengenai perusahaan dan laporan keuangan, didalam penelitian ini juga menggunakan indikator kinerja Corporate Social Responsibility sebagai indikator pengukuran pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan yang terdapat dalam situs Global Reporting Initiative (GRI). Populasi penelitian ini adalah seluruh Consumer Goods Industry yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sampel akan dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan Consumer Goods Industry yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 – 2012. 2. Perusahaan mempublikasikan Annual Report tahun 2010 – 2012, baik di situs perusahaan atau pun di situs Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan memiliki laporan mengenai tata kelola perusahaan yang baik, dalam annual report tahun 2010-2012 4. Perusahaan menerapkan dan mengungkapkan laporan mengenai tanggung jawab sosial dalam annual report tahun 2010 – 2012. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dewan direksi dan komite audit. Sedangkan variabel dependennya adalah Corporate Social Responsibility. Ukuran perusahaan menggambarkan skala kegiatan operasional suatu perusahaan. Sehingga besar kecilnya kegiatan perusahaan juga dapat dilihat berdasarkan ukuran perusahaannya. Ukuran perusahaan dalam penelitian akan diukur dengan menggunakan log natural jumlah asset yang dimiliki oleh perusahaan. Log natural digunakan agar data menjadi lebih linear sehingga hasil penelitian menjadi lebih signifikan serta memudahkan pembaca dalam membaca hasil penelitian. Tingkat profitabilitas menggambarkan kinerja keuangan suatu perusahaan, dimana hal ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Profitabilitas dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Net Income Average Total Asset Leverage yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya. Hal ini menggambarkan berapa tingkat kelebihan kewenangan
4
yang dimiliki oleh debtholders dibandingkan dengan kewenangan shareholders. Rasio leverage ini diukur dengan membagi total utang dengan jumlah ekuitas perusahaan. Total Liability Total Equity Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam mengukur Good Corporate Governance adalah jumlah komite audit dan jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan. - Komite Audit Komite audit merupakan organ dalam perusahaan yang berfungsi sebagai pengawas kegiatan perusahaan baik kegiatan operasional maupun kegiatan non-operasional. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handajani, et al (2009) maka penelitian ini komite audit juga diukur dengan menggunakan ada atau tidaknya laporan komite audit dalam laporan tahunan perusahaan. - Dewan Direksi Dewan direksi merupakan organ perusahaan yang bertugas dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan utama perusahaan.Sejalan dengan pernyataan Said, et al., (2009) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap pelaporan perusahaan maka dalam penelitian ini variabel dewan direksi diukur berdasarkan jumlah dewan yang ada di perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility. Corporate Social Responsibility merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap shareholder-nya, baik karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungan. Pengukuran variabel tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang diterbitkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Dalam penelitian ini menggunakan indikator GRI G3.1 sebagai indikator dalam pengungkapan Corporate Social Responsibility yang mencakup 84 item yang dikelompokan menjadi enam bagian yaitu Indikator Ekonomi, Indikator Lingkungan, Indikator Praktek Tenaga Kerja, Indikator Hak Asasi Manusia, Indikator Masyarakat, dan Indikator Tanggung Jawab Produk. Indikator pengungkapan Corporate Social Responsibility menurut GRI G3.1 terdapat pada lampiran 1. Variabel akan diukur dengan cara memberikan angka 1 (satu) pada setiap item pengungkapan yang ditemukan dan memberikan angka 0 (nol) jika tidak ditemukan item pengungkapan. Item pengungkapan tersebut dilihat dari annual report perusahaan baik yang dipublikasikan pada situs Bursa Efek Indonesia maupun situs perusahaan itu sendiri.Selanjutnya, skor dari tiap item akan dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Menurut Rumus perhitungan CSRI menurut Titisari, Suwardi & Setiawan (2010) adalah sebagai berikut:
Dimana: CSRIj nj Xij
: Corporate Social Responsibility Index perusahaan j : Jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 84 : dummy variabel : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i diungkapkan Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj≤ 1.
tidak
Analisis yang digunakan didalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel penelitian. Statistic desktiptif yang digunakan antara lain: mean, minimum, maximum dan standard deviation. Sedangkan analisis statistik yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi, uji hipotesis dan uji koefisien determinasi.
HASIL DAN BAHASAN Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi dan mendeskripsikan data yang akan menjadi objek penelitian. Didalam penelitian ini, data-data yang digunakan adalah Return on Assets (ROA), Ln Total asset, Debt to Equity (DER), Laporan Komite Audit, Jumlah Dewan Direksi, serta jumlah skor Corporate Social Responsibility (CSR) yang diperoleh oleh perusahaan. Semua data ini diperoleh dengan mempelajari laporan tahunan perusahan pada tahun 2010 – 2012. Melalui analisis statistik deskriptif ini, maka dapat diperoleh nilai minimum, maximum, range, median, modus dan standard deviation. Berikut ini adalah hasil dari analisis statistic descriptive :
5
Table 1 Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation 1.67897 .11270 .56796 .49973 2.62778 .04657
Ln Total asset (X1) 75 25.18 31.71 28.0597 ROA (X2) 75 -.05 .45 .1291 DER (X3) 75 .10 2.6 .7434 Laporan Komite Audit (X4) 75 .00 1.00 .4400 Jumlah Dewan Direksi (X5) 75 2.00 13.00 5.6533 Corporate Social Responsibility (Y) 75 .13 .35 .2300 Valid N (listwise) 75 Sumber : data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel Corporate Social Responsibility (Y) adalah sebesar 0,2300 (23%) dengan nilai standard deviasi sebesar 0,04657 (4,66%). Serta, nilai minimum sebesar 0,13 (13%), dan nilai maximum sebesar 0,35 (35%). Data ini menunjukan bahwa rata-rata pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan khususnya Consumer goods Industry di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya sebesar 23%. Terdapat perusahaan yang hanya mengungkapkan tanggung jawab sosial-nya hanya sebesar 13%. Dan untuk nilai tertinggi dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur khususnya lingkup Consumer goods Industry hanya sebesar 35%. Hal ini menandakan bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan untuk melakukan dan mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaannya. Ukuran perusahaan yang diukur dengan total asset yang dimiliki perusahaan memiliki nilai rata-rata dari variabel Ln Total asset (X1) adalah sebesar 28,0597 dengan nilai standard deviasi sebesar 1,67897. Dan nilai minimum sebesar 25,18 dan dan nilai maksimum-nya sebesar 31,71. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur khususnya lingkup Consumer goods Industry memiliki Ln Total asset sebesar 28,0597. Akan tetapi terdapat pula perusahaan yang memiliki Ln Total asset yang tinggi sebesar 31,71. Profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan Return on Assets (ROA) memiliki nilai rata-rata dari variabel ROA (X2) adalah sebesar ,1291 (12, 91%) dengan nilai standard deviasi sebesar 0,11270 (11,27%), serta nilai minimum -0,05 (-5%) dan nilai maksimum 0,45 (45%). Hal ini dapat bahwa profitabilitas dengan ROA sebagai proksi menunjukan hal yang cukup bagus, meskipun ada perusahaan yang mempunyai nilai ROA sebesar -5%. Semakin besar nilai rasio Return on Asset (ROA) perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan. Leverage perusahaan dengan Debt to Equity (DER) sebagai proksi mempunyai nilai rata-rata dari variabel DER (X3) adalah sebesar 0,7434 (74,34%) dengan nilai standard deviasi sebesar 0,56796 (56,80%), serta nilai minimum sebesar 0,10 (10%) dan nilai maximum 2,6 (260%). Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata modal perusahaan diperoleh dengan meminjam pihak ketiga sebesar 74,34%.Semakin kecil nilai rasio Debt to Equity (DER), maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak ketergantungan dengan pihak luar untuk membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan. Nilai rata-rata yang dimiliki variabel Laporan Komite Audit (X4) adalah sebesar 0,4400 (44%) dengan nilai standard deviasi sebesar 0,49973 (50%). Serta nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maximum 1,00. Hal ini dapat diartikan, hanya 44% perusahaan consumer goods yang melampirkan laporan komite audit didalam Annual report Perusahaan. Dan untuk nilai rata-rata dari variabel Jumlah Dewan Direksi (X5) adalah sebesar 5,6533 dengan nilai standard deviasi sebesar 2,62778, dan nilai minimum sebesar 2,00 dan nilai maximum sebesar 13,00. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata jumlah dewan direksi yang dimiliki oleh perusahaan consumer goods untuk tahun 2010 – 2012 sebanyak 6 orang (pembulatan dari 5,6533). Lalu selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang dipakai dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Dengan kriteria yang digunakan untuk melihat data tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. dan Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat di gambar 1. Dengan demikian dapat dikatakan data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal.
6
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Yang kedua adalah Uji Multikolinieritas merupakan uji yang digunakan untuk menunjukkan apakah ada hubungan antara variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas. Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilaivariance inflation factor (VIF). Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilaivariance inflation factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10, maka model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas. Hasil pengujian nilai VIF yang diperoleh Ln Total Asset (X1) sebesar 1.344, ROA (X2) sebesar 1.171, DER (X3) sebesar 1.161, Laporan Komite Audit (X4) sebesar 1.240 dan Jumlah Dewan Direksi (X5) sebesar 1.340. nilai VIF yang diperoleh masing-masing variabel memiliki nilai dibawah 10. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa, data dalam penelitian ini bebas dari hubungan multikolinearitas. Uji Autokorelasi merupakan uji yang digunakan untuk menggambarkan apakah ada korelasi berurutan antara unsur – unsur variabel gangguan (disturbance term) dalam suatu rangkaian data runtun waktu (times series). Untuk melihat adanya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode Durbin – Watson (D-W). Dimana pengujian dilakukan dengan melihat hasil uji statistic Durbin - Watson tersebut apakah lebih kecil dari dU atau lebih besar dari 4 –dU. Jika demikian, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi berganda terdapat gangguan autokorelasi. Berdasarkan hasil pengujian, nilai DW yang diperoleh sebesar 1.784. sedangkan untuk nilai Du sebesar 1.7698 dan nilai 4-Du sebesar 2.2302. Dengan demikian nilai D-W berada diantara Du dan 4-Du, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan autokotelasi dalam model penelitian ini. Uji heterokedasitisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model Regresi yang baik adalah Model Regresi yang bersifat homokedastisitas.Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknyaheterokedastisitas atau homokedastisitas digunakan grafik scatterplot. Dimana dasar analisis dalam penggunaan grafik scatterplot adalah sebagai berikut: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastis dan Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastis. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat di gambar 2. Dengan demikian asumsi non heteroskedastisitas model regresi pun terpenuhi.
Gambar 2
Hasil Uji Heterokedastisitas
7
Selanjutnya dilakukan analisis regresi. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.Berdasarkan Analisis Regresi yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0.112 + 0.013X1 + 0.041X2- 0.022X3 - 0.002X4 - 0.004X5+1.086 Keterangan : X1 : Ln Total asset X2 : ROA X3 : DER X4 : Laporan Komite Audit X5: Jumlah Dewan Direksi Y : Corporate Social Responsibility Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji F dan Uji T. Uji F digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusannya adalah dengan membandingkan nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari significance level yang ditetapkan (a=5%). Dari hasil Uji F diperoleh nilai sig sebesar 0.001 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0.05 (5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui uji F ini terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) dari setiap variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan Uji T. Uji T ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh parsial atau individu dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusannya adalah dengan membandingkan nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari significance level yang ditetapkan (a=5%). Berdasarkan hasil Uji T, Ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi adalah 0.000 yang bernilai kurang dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah Tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Ln Total asset (X1) terhadap Corporate Social Responsibility (Y). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Priantinah, 2012 yang mendukung teori agensi yang menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka pengungkapan CSR yang akan dilakukan semakin luas. Hal ini dikarenakan perusahaan yang berskala besar merupakan emiten yang banyak disoroti dan masyarakat cenderung memiliki keingin-tahuan akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil. Selain itu, perusahaan yang berskala besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang berskala kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawaban sosial. Variabel kedua adalah profitabilitas yang diukur dengan ROA. Roa memiliki nilai signifikansi adalah 0,384 yang bernilai lebih dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah Tidak tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ROA (X2) terhadap Corporate Social Responsibility (Y). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010), Nur dan Priantinah (2012), dan Nasir, Kurnia dan Hakri (2013).Besar Kecilnya profitabilitas suatu perusahaan tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur seberapa luas pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan tersebut.Sebab perusahaan yang memiliki laba yang kecil maupun laba yang besar cenderung untuk berusaha memberikan pengungkapan sosial sesuai yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama oleh investor (Kartika, 2010). Variabel ketiga adalah leverage yang diukur dengan DER. Berdasarkan Uji T, DER memiliki nilai signifikansi adalah 0.023 yang bernilai kurang dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Debt Equity Ratio (X3) terhadap Corporate Social Responsibility (Y). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Priantinah (2012), Sari dan Hariyanti (2012), dan Nasir, Kurnia dan Hakri (2013) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari DER terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasi tercermin dalam tingkat Leverage.Dimana nilai dari Leverage ini juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Menurut Sembiring (2005), berdasarkan teori agensi tingkat Leveragemempunyaipengaruh negative terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Managemen perusahaan dengan tingkat Leverage yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan para debtholders.Debt to Equity Ratio
8
merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang dengan menggunakan beberapa bagian modal sendiri untuk membayar keseluruhan hutangnya. Variabel Good Corporate Governance diukur dengan komite audit dan dewan direksi. Variabel keempat yaitu komite audit yang diukur dengan ada tidaknya laporan komite audit. Pada Uji T ini, variabel laporan komite audit memiliki nilai signifikansi adalah 0.861 yang bernilai lebih dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah Tidak tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Laporan Komite Audit (X4) terhadap Corporate Social Responsibility (Y). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badjuri (2011), Partono (2012), serta Perwira dan Hadiprajitno (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara komite audit terhadap Pengungkapan CSR. Menurut Partono (2012), komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena komite audit dibuat oleh sebagian besar perusahaan hanya sebagai formalitas semata sehingga mengabaikan fungsi pengawasan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dan variabel yang terakhir adalah dewan direksi yang diukur dengan jumlah dewan direksi yang dimiliki perusahaan memiliki nilai signifikansi adalah 0.066 yang bernilai lebih dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah Tidak tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Jumlah Dewan Direksi (X5) terhadap Corporate Social Responsibility (Y). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handajani, et al (2009), Sari dan Hariyanti (2012), Marsono dan Sari (2013). Menurut Marsono dan Sari (2013), tidak ditemukannya hubungan antara dewan direksi dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dikarenakan adanya hubungan agensi yang memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis dan menjaga kepentingan masing-masing antara agent dan principal. Hal ini memungkinkan pihak manajemen (direksi) lebih mementingkan kepentingan pemegang saham daripada tujuan perusahaan yang berdampak tidak maksimalnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi.Semakin kecil nilai koefisien determinasi maka kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen akansemakin terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Berdasarkan Uji Koefisien Determinasi yang telah dilakukan diperoleh koefisien determinasi atau adjusted R Square adalah 0.189 artinya 18,9 % variabel terikat yaitu Corporate Social Responsibility (Y) variasinya dapat dijelaskan oleh variabel Ln Total asset (X1), ROA (X2), Debt Equity Ratio (X3), Laporan Komite Audit (X4) dan Jumlah Dewan Direksi (X5) , sisanya sebesar 81,1 % dijelaskan oleh variabel diluar variabel yang digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 2. Profitabilitas perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Corporate Social Responsibility. 3. Leverage perusahaan memiliki pengaruh negative terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 4. Good Corporate Governance yang diukur dengan a. Komite Audit tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. b. Dewan Direksi tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Adapun saran yang dapat diberikan adalah : 1. Bagi Perusahaan Diharapkan perusahaan dapat meningkatkan penerapan corporate social responsibility (CSR) yang ada untuk tahun-tahun berikutnya karena penerapan CSR diindikasikan dapat meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara pihak stakeholders dan pihan perusahaan itu sendiri, dengan demikian dapat meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholders. Selain itu juga diharapkan, perusahaan dapat menerbitkan laporan keberlanjutan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pelaksanaan CSR yang telah dilakukan 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan objek yang berbeda dengan periode yang lebih panjang, menggunakan lebih banyak sampel dari berbagai jenis industri sehingga hasil
9
penelitian dapat menjadi gambaran yang sesungguhnya bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mengembangkan variabel yang akan digunakan didalam penelitian berikutnya, serta untuk pengukuran CSR dapat juga dilakukan dengan indikator lainnya yang mungkin dapat memberikan hasil beragam diluar hasil penelitian.
REFERENSI Azheri, Busyra. 2011. Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary menjadi Mandatory. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Badjuri, Achmad. 2011. Faktor-Faktor Fundamental, Mekanisme Coorporate Governance, Pengungkapan Coorporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Manufaktur Dan Sumber Daya Alam Di Indonesia. Jurnal Dinamika dan Keuangan Volume 3 No. 1. Handajani, L., Sutrisno, & Chandrarin, G. 2009. The Effects of Earnings Management And Corporate Governance Mechanism On Corporate Social Responsibility Disclosure: An Empirical Study At Public Companies In Indonesia Stock Exchange. The Indonesian Journal of Accounting Research, 12, 233 – 248. Indonesia Stock Exchange. (2014). http://www.idx.co.id/ Kartika, Andi. 2010. Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan, Volume 2 No 1. Nasir, Azwir, Kurnia, Pipin & Hakri, Teguh Dheki. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, Dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di BEI”. Jurnal Ekonomi Volume 21 No. 4. Nurkhin, Ahmad. (2010). Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Dibursa Efek Indonesia). Jurnal Dinamika Akuntansi Volume 2 No.1. Nur Marzully, & Priantinah, Danies. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Nominal Volume 1 No.1. Purnasiwi, Jayanti, 2011. “Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Diponegoro, Semarang. Partono, Welliam. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Tahun 2012. Perwira, Yoseph Dimas Edo & Hadiprajitno, Paulus Basuki. 2012. Struktur Tata Kelola Perusahaan Dan Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting Volume 2 No. 2. Putra, Chandra Bayu Pradana. 2013. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Volume 2 No 2. Rosmasita, H. (2007). Faktor-faktor yang memperngaruhi pengungkapan sosial (social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di bursa efek Jakarta. . Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
10
Said, R., Zainuddin, Y., & Haron, H. (2009). The Relationship Between Corporate Social Responsibility Disclosure And Corporate Governance Characteristics In Malaysian Public Listed Company. Emerald Group Publishing Limited, 90 (2), 212-226. Sari, Inayah Adi & Hariyanti, Anies Indah. 2012. Pengaruh Earnings Management Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Serta Implikasinya Terhadap Return Saham. Jurnal Perpajakan, Managemen dan Akuntansi Volume 3 No. 2. Sari, Mega Putri Yustia & Marsono. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Diponegoro Journal of Accounting Volume 2 No. 3. Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.” Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial; Studi Empiris pada Perusahan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal MAKSI Undip No. 1 Vol 6 Januari 2005, Semarang. Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat. UU Nomor 25 Tahun 2007. (2007). Undang-undang No. 25 tahun 2007 Tentang peraturan pasar modal. Jakarta: Sinar Grafika. UU Nomor 40 Tahun 2007. (2007). Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. Wibisono, Y. (2007). Membedah Konsep dan aplikasi CSR. Gresik : Fascho Publising.
RIWAYAT PENULIS Megawati lahir di Jakarta, 21 Mei 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 Fakultas Ekonomi di Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014.
11