Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
1
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA BANK DAN BAGI HASIL TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH Fathimah Hanoum Azzahra
[email protected]
Sapari
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Baitul Mal wat Tamwil is an incorporated saving and loan cooperation financial institution. Recently, this institution becomes popular in Indonesia along with the muslims spirit to find alternative economic model post monetary crisis in 1997. The BMT is based on the basic principles of economic order in Islamic religion: transparency, mutual willing, trust, and responsibility and particularly its “profit sharing” system.Quantitative method is used in this research. The data is secondary data and time series which have been obtained from Mudharabah deposit report and financial statistics of Bank Indonesia. The samples are 24 items from January 2012 to December 2013. The regression analysis is used for partial significant examination between bank interest rate and profit sharing rate and Mudharabah deposit.The result of this research gives explanation that bank interest rate has negative influence to the BMT Amanah Madinah Ngeni Waru Sidoarjo volume of Mudharabah deposit because when the interest rate of commercial or conventional banks increases, the BMT Amanah Madinah Mudharabah deposit increases as well.Then, the profit sharing has negative relation and has no influence to the volume of BMT Amanah Madinah Ngeni Waru Sidoarjo Mudharabah deposit. Keywords: Bank Interest Rate, Profit Sharing Rate, Mudharabah Deposit ABSTRAK Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah sebuah lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Di Indonesia lembaga ini belakangan populer seiring dengan semangat umat Islam untuk mencari model ekonomi alternatif pasca krisis ekonomi tahun 1997. BMT berpegang pada prinsip dasar tata ekonomi dalam agama Islam yakni transparansi, saling rela, percaya dan tanggung jawab, serta terutama sistem ”bagi hasil”nya.Penelitian ini menggunkan metode kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan time series yang diperoleh dari laporan deposito Mudharabah dan Statistik Keuangan Bank Indonesia. Sampel yang digunakan sebanyak 24 dari bulan Januari 2012 sampai Desember 2013. Analisis regresi digunakan untuk uji signifikan antara tingkat suku bunga bank dan tingkat bagi hasil secara parsial dengan deposito mudharabah. Hasil dari penelitian ini memberikan penjelasan bahwa tingkat suku bunga bank berpengaruh negatif terhadap volume deposito mudharabah BMT Amanah Madinah Ngeni Waru Sidoarjo karena disaat bunga bank umum atau konvensional naik,deposito Mudharabah di BMT Amanah Madina juga semakin meningkat, kemudian untuk bagi hasil mempunyai hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah BMT Amanah Madinah Ngeni Waru Sidoarjo. Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga Bank, Tingkat Bagi Hasil, Deposito Mudharabah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
2
PENDAHULUAN Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktikpraktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia mencerminkan dinamika aspirasi dan keinginan dari masyarakat Indonesia sendiri untuk memiliki sebuah alternatif sistem perbankan yang menerapkan sistem bagi hasil yang menguntungkan bagi nasabah dan bank. Rintisan praktek perbankan syariah dimulai pada awal tahun 1980-an, sebagai proses pencarian alternatif yang diwarnai oleh prinsip-prinsip transparansi, berkeadilan, seimbang, dan beretika. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah sebuah lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Di Indonesia lembaga ini belakangan populer seiring dengan semangat umat Islam untuk mencari model ekonomi alternatif pasca krisis ekonomi tahun 1997. Kemunculan BMT merupakan usaha sadar untuk memberdayakan ekonomi masyarakat. Konsep ini sedianya ingin mengacu pada definisi ”baitul mâl” pada masa kejayaan Islam, terutama pada masa khalifah empat pasca-kepemimpinan Nabi Muhammad SAW atau masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M). Dalam bahasa Arab “bait “berarti rumah, dan "mâl" yang berarti harta: rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Waktu itu dikenal istilah “diwan” yakni tempat atau kantor yang digunakan oleh para penulis katakanlah sekretaris baitul mal untuk bekerja dan menyimpan arsip-arsip keuangan. Baitul Mal adalah suatu lembaga yang bertugas mengumpulkan harta negara entah diperoleh dari umat Islam sendiri atau dari rampasan perang, untuk disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerima atau untuk kebutuhan angkatan bersenjata. Para khalifah waktu itu memegang kebijakan utama kemana harta-harta itu akan disalurkan. Di Indonesia, istilah baitul maal wat tamwil mengemuka sejak tahun 1992. Mulanya, lembaga ini sekedar menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawan suatu instansi untuk dibagikan kepada para mustahiqnya, lalu berkembang menjadi sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di bidang simpan-pinjam dan usaha-usaha pada sektor riil. Semangat yang luar biasa untuk berekonomi dengan ”ber-Islam” sekaligus itu harus didukung. BMT membuka kerjasama dengan lembaga pemberi pinjaman dan peminjam bisnis skala kecil dengan berpegang pada prinsip dasar tata ekonomi dalam agama Islam yakni transparansi, saling rela, percaya dan tanggung jawab, serta terutama sistem ”bagi hasil”-nya. BMT terus berkembang. Di beberapa pesantren dan kepengurusan cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) sudah terbentuk lembaga perekonomian umat ini. Sebagai sebuah konsep, BMT itu sendiri terus berproses dan berupaya mencari trobosan baru untuk memajukan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
3
perekonomian masyarakat, karena masalah mua’malat memang berkembang dari waktu ke waktu. Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi, perbankan syariah terbebas dari negative spread, karena perbankan Islam tidak berbasis pada bunga uang. Konsep Islam menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan pembiayaannya tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya. Pada saat perekonomian dunia lesu, maka yield yang diterima oleh perbankan islam menurun, dan pada gilirannya return yang dibagi hasilkan kepada para penabung juga turun. Sebaliknya, pada saat perekonomian booming, maka return yang dibagi hasilkan akan booming pula. Dengan kata lain, kinerja perbankan Islam ditentukan oleh kinerja sektor riil, dan bukan sebaliknya. Dengan pandangan Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar dan bukan sebagai barang dan komoditas. Islam tidak mengenal time value of money, tetapi Islam mengenal economic value of time. Jadi dengan kata lain, yang berharga menurut Islam adalah waktu itu sendiri (Sunarto Zulkifli, 2003:10). Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah (Heri Sudarsono, 2004:10-11). Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan dananya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau mendepositokan dananya dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Dimana para penabung atau deposan bersifat profit motif, yang mengandalkan keuntungan disaat bunga bank tinggi. Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep yang ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi, jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung resiko atas usaha tersebut. Mudharabah adalah merupakan salah satu produk perbankan syariah yang mengandung adanya untung rugi, jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha tersebut. Dari uraian di atas mengenai penabung atau deposan bersifat profit motif adalah dilihat dari segi tingkat suku bunga bank konvensional, jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional dan sebaliknya jika tingkat bagi hasil lebih besar dari tingkat suku bunga maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah. Pada masyarakat sekarang lebih memilih untuk mendepositokan dananya daripada menabung tabungan biasa, dengan alasan bahwa keuntungan yang didapat adalah lebih besar walaupun memang resiko yang dihadapi cukup besar juga. Perbedaan konsep yang ditawarkan oleh bank syariah dari bank konvensional, dapat mempengaruhi sikap konsumen dalam menentukan pilihannya. Kelebihan-kelebihan apa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
4
yang ditawarkan oleh bank syariah harus bisa mengungguli bank konvensional agar bisa bersaing. Berbagai studi telah banyak dilakukan oleh para peneliti baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk melihat kriteria apa yang digunakan dalam memilih bank. Adapun penelitian yang pernah dilakukan di luar negeri tentang bank syariah seperti penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Ahmad (2000), penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang terjadi antara simpanan yang ada di bank syariah dan tingkat keuntungannya, juga untuk meneliti apakah tingkat bunga di bank konvensional mempunyai hubungan langsung dengan simpanan di bank syariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Adaptive Expectation Model, sebagai variabel independen adalah tingkat keuntungan di bank syariah dan tingkat bunga di bank konvensional, dan sebagai variabel dependen adalah simpanan di bank syariah. Data yang digunakan adalah data sekunder bulanan pada periode Januari 1984 sampai Desember 1998 pada Bank Negara Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa hubungan antara tingkat keuntungan di bank syariah dengan simpanannya adalah positif, dimana dengan terjadinya peningkatan pada tingkat keuntungan di bank syariah akan meningkatkan simpanannya. Sedangkan hubungan antara tingkat bunga di bank konvensional dengan simpanan di bank syariah adalah hubungan negatif. Dimana bila terjadi peningkatan pada tingkat bunga maka simpanan di bank syariah akan menurun. Kesimpulan yang dapat diambil dari studi tersebut adalah faktor yang mendorong nasabah menyimpan uangnya di bank dengan motivasi mencari keuntungan. TINJAUAN TEORETIS Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Sebagai lembaga, kegiatan bank sehari-harinya tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat dikatakan adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat umum. Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini (Kasmir, 2002: 23) adalah : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja maupun kredit perdagangan. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya. Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya di bidang jasa perbankan (Kasmir, 2002: 38) yaitu : a. Bank Konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia, dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh bangsa Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua metode yaitu :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
5
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread (Kasmir, 2002; 38). 2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan Barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atas persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah. Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan fungsi perbankan yang dilarang syariah. Dalam praktik perbankan konvensional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan sistem bunga. Bank konvensional memang tidak serta merta identik dengan riba, namun kebanyakan praktik bank konvensional dapat digolongkan sebagai transaksi riba (Rodoni dan Hamid, 2007; 14). Bank Syariah dan Bank Konvensional NO 1. 2. 3.
4. 5.
6. 7. 8. 9.
Tabel 1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah ITEM BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss sharing Anti Risk Risk sharing Resiko Operasional Beroperasi dengan Beroperasi dengan pendekatan sektor pendekatan sektor riil keuangan, tidak terkait lansung dengan sektor riil Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual beli, bagi hasil, jasa) Pendapatan Pendapatan yang diterima Pendapatan yang diterima deposan deposan tidak terkait terkait langsung dengan pendapatan dengan pendapatan yang yang diperoleh bank dari pembiayaan diperoleh bank dari kredit Negative Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread Spread Dasar Bank Indonesia dan Al-quran, sunnah, fatwa ulama, Bank Hukum pemerintah Indonesia dan pemerintah Falsafah Berdasarkan atas bunga Tidak berdasarkan bunga (riba), (riba) spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar) Operasional - Dana masyarakat (dana - Dana masyarakat (dana pihak ketiga pihak ketiga / DPK) berupa / DPK) berupa titipan (wadiah dan titipan simpanan yang harus investasi mudharabah) yang baru akan dibayar bunganya pada saat mendapatkan terlebih dahulu jatuh tempo - Penyaluran dan apada - Penyaluran dana (financing) pada pada sektor yang usaha yang halal dan menguntungkan, aspek halal menguntungkan tidak emnjadi pertimbangan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
6
10.
agama Aspek sosial Tidak diketahui secara tegas
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi 11. Organisasi Tidak memiliki dewan Harus memiliki dewan pengawas pengawas syariah (DPS) syariah 12. Uang Uang adalah komoditi selain Uang bukanlah komoditi tetapi sebagai alat pembayaran hanyalah alat pembayaran Sumber : Rodoni dan Hamid (2007:15) Bank Syariah Bank Syariah adalah Bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian bank syariah menurut Muhammad (2002:15) “bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam atau bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan Al-Quran dan hadist”. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Baitul maal wat tamwil ( BMT ) adalah salah satu bentuk lembaga keuangan islam yang berorientasi sosial dan komersial. Dikatakan sosial karena memiliki kegiatan utama menghimpun dan mendistribusikan dana zakat, infaq, dan shodakoh. BMT bersifat komersial karena salah satu kegiatan utamanya adalah menghimpun dan mendistribusikan kembali kepada anggota dengan imbalan bagi hasil atau mark up. Melalui bentuk BMT memberi keuntungan kepada kaum muslimin atau masyarakat pada umumnya bahwa bantuan tidak diberikan secara konsumtif, namun secara produktif, yaitu bantuan di harapkan dapat menjadikan secara berusaha meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih baik secara bersama–sama. Jadi tujuan akhir yang ingin di capai oleh BMT adalah bukan hanya mengentaskan kemiskinan saja, melainkan juga mewujudkan peningkatan sumber daya manusia indonesia seutuhnya melalui peningkatan peran serta dan pendapatnya secara produktif, efisien dan mandiri. Konsep Dasar Transaksi Bank Syariah (Antonio,2000:204) 1. Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya. 2. Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya), saling ikhlas mengikhlaskan antara pihak-pihak yang terlibat dengan persetujuan yang adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi. 3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bentuk dan nasehat untuk saling meningkatkan produktivitas. Lima transaksi yang lazim dipraktikan perbankan Syariah (Antonio,2000:204) adalah : 1. Transaksi yang tidak mengandung riba. 2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli (Murabahah). 3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dengan cara sewa (Ijarah). 4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil (Mudharabah). 5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adalah bagi hasil (Mudharabah) dan transaksi titipan (Wadi’ah). Pola Tabungan Dan Investasi Islami Menabung adalah tindakan yang dianjurkann oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung tela memerintahkan kaum muslimin untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
7
mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti Q.S An-Nisa ayat 9 dan Q.S Al-Baqarah ayat 266 yang menyatakan bahwa “Allah memerintahkan manusia untuk mengantisipasi dan mempersiapkan masa depan untuk keturunan baik secara rohani atau iman maupun secara ekonomi”. Menabung adalah salah satu langkah dari persiapan tersebut (Antonio, 2000; 205-206). Alokasi anggaran konsumsi seorang muslim akan mempengaruhi keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatannya dengan beragam motif, (Antonio,2000:206) antara lain: (1) untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan, (2) untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di masa depan, serta (3)
untuk mengakumulasikan kekayaannya. Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi yaitu menanamkannya pada sektor produktif. Dengan investasi maka seseorang rela mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapat hasil (return) di masa datang. Dengan adanya return di masa datang berarti akan terjadi akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
Mudharabah Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antar dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Landasan hukum: Al Quran : Dan jika orang-orang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT (Q.S. alMuzzamil (73):20). Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT (Q.S. al-Jumuah (63):10). Al-Hadis : Diriwayatkan dari Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atas membeli ternak. Jika menyalahi aturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya (H.R. Thabrani). Dari Shalih bin Suaib ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepunguntuk keperluan rumah bukan untuk dijual (H.R. Ibnu Majah no. 2280, kitab At Tijarah). Macam-macam Mudharabah (Antonio,2001:25) 1. Al-Mudharabah Mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. - Teknik Perbankan a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
8
b.
c. d.
e. 2. a.
b.
c.
ditimbulkan oleh penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati 1,3,6,12 bulan. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diberlakukan sama seperti deposito baru, tetapi nilai pada akad sudah tercantum perpanjangn otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. Ketentuan-ketentuan yang lain berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah Al-Mudharabah Muqayyadah : Al-Mudharabah muqayyadah on Balance Sheet. Mudharabah muqayyadah on Balance Sheet adalah akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola dana untuk melakukan usaha, dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Teknik Perbankan 1) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank, wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus. 2) Wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. 3) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus, bank wajib menisbahkan dana dari rekening lainnya. 4) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. Al-Mudharabah muqayyadah off Balance Sheet. Mudharabah muqayyadah off Balance Sheet adalah akad dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dari pelaksana usahanya. - Teknik Perbankan 1) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada porsi tersendiri dalam rekening administrasi. 2) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamankan oleh pemilik dana. 3) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. Al-Mudharabah Musyatarakah merupakan mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dalam kerjasama investasi. Akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (akad mudharabah) menyertakan juga modalnya dalam investasi bersama (akad musyarakah). Pemilik modal musyarakah (musytarik) memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi modal yang disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
9
musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik modal musyarakah. Mudharib dapat diperintahkan untuk: - Tidak mencampuri dana shahibul maal dengan dana lainnya, - Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa jaminan atau, - Mengharuskan mudharib untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. Bagi Hasil Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam perjanjian antara deposan dengan mudharib. Nisbah bagi hasil ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yaitu antara mudharib (pengelola) dan shahibul maal (pemilik harta) yang bermudharabah. Mudharib mendapat imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Pengertian lain menyatakan bahwa bagi hasil atas profit lost sharing adalah suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana. Pembagian hasil ini dapat terjadi antar bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana (Antonio, 2001:27). Bunga Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam (Antonio, 2001:28). Bagi Hasil dan Bunga Tabel 2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio atau nisab akad dengan asumsi selalu untung
bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman
pada
kemungkinan untung rugi. Besarnya persentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah
uang
(modal)
dipinjamkan Pembayaran dijanjikan
yang pada
jumlah
keuntungan
yang
bergantung
pada
diperoleh bunga apakah
tetap proyek
seperti Bagi
hasil
yang keuntungan proyek yang dijalankan.
dijalankan oleh pihak nasabah untung Bila usaha merugi, kerugian akan atau rugi
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
10
Jumlah
pembayaran
meningkat
bunga
sekalipun
keuntungan
berlipat
atau
tidak Jumlah pembagian laba meningkat jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah
keadaan pendapatan
ekonomi sedang booming Eksistensi
bunga
diragukan
semua agama termasuk Islam
oleh Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
Sumber : Antonio, 2001:29 Hipotesis H1
: Tingkat suku bunga bank konvensional sebagai pembanding nisbah bagi hasil secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap simpanan deposito mudharabah.
H2
:
Tingkat bagi hasil secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap simpanan deposito mudharabah.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan pada pengujian atas hipotesis, yang dilakukan dengan penelitian korelasional (correlational research) yaitu merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih. Dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara variabel atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar variabel. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series bulanan Januari 2012 sampai Desember 2013 yang bersifat kuantitatif yaitu berupa data yang berbentuk angka. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan 2 cara, yaitu : 1.
Penelitian Lapangan
beberapa sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu BMT Amanah Madinah Ngeni Waru Sidorjo, www.brisyariah.co.id, www.bi.go.id, 2.
Dokumentasi Kegiatan yang dilakukan dalam dokumentasi ini adalah melakukan kajian pada sumber bacaan dan berbagai penelitian terdahulu untuk mengetahui kaitan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Data tersebut diperlukan untuk analisis terhadap permasalahan dan pencatatan teori-teori yang telah dipelajari pada peristiwa yang terjadi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
11
Variabel dan Definisi Operasional Variabel Identifkasi Variabel 1.
Variabel independen yang menyebabkan timbulnya perubahan pada variabel dependen terdiri dari Tingkat Bagi Hasil (TBH) dan Tingkat Suku Bunga (TSB).
2.
Variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Total Deposito Mudharabah (DM).
Definisi Operasional Variabel a.
Total Deposito Mudharabah (DM) Simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Data ini diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan dana dalam bentuk deposito yang berjangka 1 bulan dan dalam satuan juta rupiah. Data ini bersumber dari laporan keuangan Mudharabah BMT Amanah Madina Ngeni Waru Sidoarjo.
b.
Tingkat Suku Bunga (TSB) Tingkat bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah dalam memberikan keuntungan dari hasil mendepositokan dananya di bank konvensional. Data ini bersumber dari statistik keuangan Bank Indonesia menurut suku bunga per satu tahun bank umum dalam bentuk persen (%).
c.
Tingkat Bagi Hasil (TBH) Adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam perjanjian antara deposan dengan mudharib. Variabel tingkat bagi hasil adalah data yang diperoleh dengan cara membagi besarnya total bagi hasil simpanan mudharabah yang diterima nasabah dengan total deposito mudharabah dan data ini diperoleh dalam bentuk persen (%).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis dan Pembahasan Keterangan : Obs
= Observasi (bulan/tahun)
DM
= Deposito Mudharabah (rupiah)
TSB
= Tingkat Suku Bunga (%)
TBH
= Tingkat Bagi Hasil (%)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
12
Tabel 3 Data Perkembangan Deposito Mudharabah, Tingkat Suku Bunga Bank, dan Tingkat Bagi Hasil (01/2012 – 12/2013) Obs
DM
TSB
TBH
01/2012
240.000.000
4,88
12
02/2012
235.000.000
3,83
15
03/2012
270.000.000
3,83
15
04/2012
295.000.000
3,93
15
05/2012
311.000.000
4,24
12
06/2012
350.000.000
4,32
12
07/2012
540.000.000
4,46
12
08/2012
540.000.000
4,54
12
09/2012
590.000.000
4,68
12
10/2012
680.000.000
4,75
12
11/2012
700.000.000
4,77
12
12/2012
1.020.000.000
4,80
12
01/2013
380.000.000
4,84
12
02/2013
500.000.000
4,86
12
03/2013
403.000.000
4,87
12
04/2013
403.000.000
4,89
12
05/2013
403.000.000
5,02
9
06/2013
425.000.000
5,28
9
07/2013
450.000.000
5,52
9
08/2013
400.000.000
5,86
9
09/2013
450.000.000
6,96
8
10/2013
475.000.000
6,97
8
11/2013
527.000.000
7,22
7
12/2013
1.100.000.000
7,22
7
Sumber: Data yang diolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
13
Uji Normalitas Untuk mengetahui kenormalan data tersebut dapat dilihat dengan cara menyebarnya data disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Menurut Ghozali (2007:112) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi yang normal, maka model regresi memenuhi asumsi klasik. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini telah berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Tabel 4 Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
Tingkat Suku Bunga
.151
6.610
Tingkat Bagi Hasil
.151
6.610
a. Dependent Variable: Deposito Mudharabah Untuk mengetahui adanya multikolinieritas adalah dengan cara menggunakan uji Variance Influence Factor atau VIF. Maka tidak adanya multikolinieritas dapat diketahui jika nilai VIF ≤ 10 dan nilai Tolerance ≥ 0,1 (Ghozali, 2007:93). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada satupun korelasi antar variabel independen. Hasil
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
14
perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang lebih dari 0.10 sehingga model regresi tidak terjadi multikolinearitas dan memenuhi asumsi klasik. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat hubungan antar residual atau residual yang bersifat tidak saling independen. Sebuah model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi (residual saling independen). Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Uji autokorelasi Durbin Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi autokorelasi. Menurut Santoso (2002:218), deteksi adanya autokorelasi bisa dilihat pada tabel Durbin Watson, secara umum bisa diambil patokan : Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 5 Model Summaryb Change Statistics Mode l 1
R Square Change .200
F Change 2.631
df1
Sig. F Change
df2 2
21
.096
DurbinWatson .744
b. Dependent Variable: Deposito Mudharabah Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5, diperoleh nilai Durbin-Watson adalah sebesar 0,744. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
15
Tabel 6 Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Tingkat Suku Bunga Bank, Tingkat Bagi Hasil
Method . Enter
a. All requested variables entered. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2 Scatterplot Berdasarkan data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 pada sumbu Y dan tidak terjadi pengumpulan data di atas atau di bawah saja, sehingga regresi ini dapat dikatakan memenuhi uji heteroskedastisitas.
Uji individual (Uji Statistik T) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H 0 berhasil diterima yang mana Tingkat Suku Bunga Bank dan Tingkat Bagi Hasil tidak berpengaruh secara parsial terhadap Deposito Mudharabah BMT Amanah Madina Ngeni Waru Sidoarjo.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
16
Tabel 7 Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Std. Error
Model
B
1 (Constant)
8.677
.818
Tingkat Suku Bunga Bank
-.035
.084
Tingkat Bagi Hasil
-.018
.037
Standardi zed Coefficie nts
Beta
T
Sig.
10.61 2
.000
.208
.415
.682
.248
.495
.626
a. Dependent Variable: Deposito Mudharabah
a)
Pengaruh variabel Tingkat Suku Bunga (TSB) terhadap Deposito Mudharabah (DM) Untuk variabel Tingkat Suku Bunga (TSB) pada tabel diatas secara parsial diperoleh signifikansi t sebesar 0,682 > 0,05, hal ini berarti Ha 1 yang menyatakan bahwa TSB tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Deposito Mudharabah (DM) ditolak (Ho berhasil diterima).
b)
Pengaruh variabel Tingkat Bagi Hasil (TBH) terhadap Deposito Mudharabah (DM) Untuk variabel Tingkat Bagi Hasil (TBH) pada tabel diatas secara parsial diperoleh signifikansi t sebesar 0,626 > 0,05, hal ini berarti Ha 2 yang menyatakan bahwa TBH tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Deposito Mudharabah (DM) ditolak (Ho berhasil diterima).
Koefisien Determinasi (Uji R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui presentase kontribusi variabel bebas yang terdiri atas Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Bagi Hasil (TBH) secara bersama-sama terhadap Deposito Mudharabah (DM).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
17
Tabel 8 Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model 1
R
R Square .448a
Adjusted R Square
.200
.124
Std. Error of the Estimate .15993
a. Predictors: (Constant), Tingkat Bagi Hasil, Tingkat Suku Bunga Bank b. Dependent Variable: Deposito Mudharabah Koefisien determinasi (R²) sebesar 12,4% atau yang berarti sumbangan atau kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Bagi Hasil (TBH) terhadap Deposito Mudharabah (DM) sebesar 12,4% dan sisanya (100% - 12,4% = 87,6%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel yang digunakan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1).Variabel Tingkat Suku Bunga bank (TSB) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Deposito Mudharabah (DM) di BMT Amanah Madina. Artinya Tingkat Suku Bunga Bank tidak mempengaruhi deposito mudharabah di BMT Amanah Madina. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank konvensional tidak menyebabkan masyarakat banyak yang menabung di bank konvensional daripada di BMT Amanah Madina, dengan tidak adanya pengaruh tingkat suku bunga bank tersebut, maka jumlah deposito Mudharabah di BMT Amanah Madina semakin bertambah. (2).Variabel Tingkat Bagi Hasil (TBH) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Deposito Mudharabah (DM) di BMT Amanah Madina. Artinya Tingkat Bagi Hasil tidak mempengaruhi deposito mudharabah di BMT Amanah Madina. Hasil ini menunjukkan bahwa keinginan masyarakat menabung di BMT Amanah Madina bukan dipengaruhi motif untuk mendapatkan return berupa bagi hasil, tetapi oleh faktor lain seperti aksesibilitas, kredibilitas, profesionalisme, fasilitas pelayanan BMT itu sendiri. Dan karena sistemnya yang lebih islami, maka penelitian tersebut mendukung kesimpulan pada penelitian ini. Kurangnya minat masyarakat untuk mendepositokan dananya tidak dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil yang rendah tetapi disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap Koprasi syariah hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi yang konsisten tentang Koperasi syariah kepada masyarakat. (3).Berdasarkan data koefisien determinasi (R2) sebesar 0.124 atau 12,4% yang berarti sumbangan atau kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas Tingkat Suku Bunga Bank (TSB) dan Tingkat Bagi Hasil (TBH) terhadap Deposito Mudharabah (DM) sebesar 12,4%, dan sisanya (100% - 12,4% = 87,6%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel yang digunakan. Hal ini terjadi karena masih lemahnya respon masyarakat terhadap produk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) khususnya produk deposito mudharabah yang ditawarkan oleh BMT Amanah Madina Ngeni Waru Sidoarjo.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
18
Keterbatasan Perlu adanya promosi produk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) khususnya dalam hal ini deposito mudharabah kepada masyarakat secara baik dan berkesinambungan sehingga masyarakat paham dan tertarik terhadap produk perbankan syariah yang ditawarkan khususnya deposito mudharabah. Memberikan dan meningkatkan pelayanan yang terbaik kepada nasabah sehingga nasabah tetap terpelihara tidak berpaling ke perbankan konvensional. Memberikan penyuluhan yang konsisten kepada masyarakat tentang haramnya sistem bunga. Dalam mengelola produknya agar BMT Amanah Madina lebih berhati-hati dalam menjalankannya agar terhindar dari unsur riba.Perlu adanya sosialisasi yang konsisten tentang Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) yang benar-benar berprinsip syariah secara gencar, sehingga masyarakat awam benar paham tentang Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) yang akhirnya kesadaran masyarakat untuk hijrah ke Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) tidak ada keraguan. DAFTAR PUSTAKA Antonio M.S. 2001. Bank syariah dari Teorik Praktik, Gema Insani Press,Jakarta. ___________. 2000. Bank Syariah Suatu Pengenalan Ummat,Tazkia Institute,Jakarta. Data Perkembangan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 1 Februari 2014. Haron S. dan Ahmad N. 2000.The Effect of Conventional Interest Rates and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaysia, Intenastional Journal of Islamic Services, Vol.1 No.4. Ikatan Cendekiawan Indonesia Organisasi Wilayah Jawa Timur, 2001. Baitul Mal wat Tamwil, ICMI, Surabaya. Kasmir, 2003. Manajemen perbankan, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta. Muhammad. 2002. Bank Syariah: Analisis Kekuatan, peluang, Kelemahan dan Ancaman. Ekonisia, Yogyakarta. Rodoni dan Hamid, 2008. Lembaga dan Keuangan Syariah, Zikrul Hakim, Jakarta. Sudarsono H. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (deskripsi dan Ilustrasi), Ekonisia, Yogyakarta. Zulkifli. S. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Zikrul Hakim, Jakarta.