PENGARUH TINGKAT PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Oleh: Adventina Natalisa Supatmi Yeterina Widi
Abstract The purpose of this study is to examine the effect of the information of Corporate Social Responsibility (CSR) disclosed in the companies’ annual reports on the corporate’s value. The corporate social responsibility disclosures include details of economic performance, environment performance and social performance. The corporate’s value is measured by financial performance(ROE) and market performance (Tobin’s Q). The study hypothesized that there is an effect of CSR disclosures level on the financial performance, because CSR activities will improve a firm's standing with such important constituencies as bankers, investors, and government officials. Improved relationships with these constituencies may bring economic benefits (McGuire, 1988). Beside that, the study also hypothesized that there is an effect of CSR disclosures level on the market performance since the CSR disclosures provide investors more information about better
company’s prospect in the future because they have good relationship with it’s stakeholders. The sample of this research was extracted with purposive sampling method. The sample of the study consist of 98 annual reports of companies for H1 and 83 annual reports of companies for H2. The sample listed on the Bursa Efek Indonesia as of December 31, 2006. The technique for examining hypothesis is multiple regression analysis by using SPSS 16.00 programs. The empirical results of the study show that the level of CSR disclosures had not significant influence to corporate’s value which is measured by financial performance (ROE). Beside this, the results of the study show that level of CSR disclosures had positive effect to corporate’s value which is measured by market performance (Tobin’s Q). It indicates that investors assess the CSR information disclosed by the companies in their annual reports for their investment decision. KEYWORDS: Corporate Social performance, market performance.
Responsibility
disclosures,
firm
value,
financial
PENDAHULUAN Dalam kurun waktu 30 terakhir Responsibility (CSR) atau tanggung jawab semakin dituntut oleh stakeholders. Darwin dianggap sebagai bagian dari strategi bisnis
ini, pelaksanaan Corporate Social sosial perusahaan dalam dunia bisnis (2006) menyatakan bahwa CSR dapat perusahaan modern. Pelaksanaan CSR
1
adalah tanggung jawab perusahaan sebagai lisence to-operate dalam menjalankan fungsi good corporate citizenship bagi suatu perusahaan yang memposisikan reputasi dan citra perusahaan sebagai intangible assets bernilai strategis dalam meningkatkan daya saing menuju terciptanya keberlanjutan perusahaan. Pelaksanaan CSR di Indonesia diatur dalam UU Perseroan Terbatas No 40 tahun 2007, yang mana mewajibkan perusahaan yang bergerak /berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan CSR. Walaupun aturan tersebut hanya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan yang bergerak/berkaitan dengan sumber daya alam saja, namun pada prakteknya banyak perusahaan selain perusahaan sumber daya alam yang telah menerapkan CSR. Survei yang dilakukan oleh Suprapto (2004) menunjukkan dari 375 perusahaan lokal di Jakarta, 44,27% atau 116 perusahaan menyatakan tidak melakukan kegiatan CSR dan 55,75% atau 209 perusahaan melakukan kegiatan CSR. Susandijani (2007) menyatakan bahwa rata-rata perusahaan yang menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR mencapai sekitar Rp 640 juta atau sekitar 413 juta setiap kegiatan (Sasongko dan Supatmi, 2008). Perusahaan yang telah menerapkan CSR pada umumnya akan mengungkapkan pelaksanaan CSR tersebut. Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan melalui social reporting disclosure menjadi penting bagi pemakai laporan keuangan untuk menganalisis sejauh mana perhatian dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjalankan bisnis. Diharapkan pengungkapan CSR tersebut mampu mempengaruhi secara positif perilaku investor untuk lebih memperhatikan aspek sosial (CSR Conference, 2006). Penelitian tentang penerapan dan pengungkapan CSR telah banyak dilakukan. Zuhroh dan Sukmawati (2003) menemukan bahwa luas pengungkapan sosial berpengaruh pada volume perdagangan saham perusahaan high profile. Penelitian Lajili dan Zeghal (2006) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menemukan bahwa perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan informasi human capital (yang juga merupakan bagian dari CSR) memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang lebih sedikit mengungkapkan informasi tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Mahadwartha (2007) dalam Mangoting (2007) mengungkapkan bahwa ada hubungan positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai pasar, jika perusahaan ingin meningkatkan nilai perusahaannya, perusahaan harus memaksimalkan pelaksanaan bentuk-bentuk tanggung jawab sosialnya. Sedangkan Alexander dan Buchlos (1978) menyebutkan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap stock market. Penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan juga telah banyak dilakukan. Balabanis et al (1988) dalam Dahlia dan Siregar (2008), Bowman & Haire (1976), Preston (1978) dalam Sembiring (2005), Simpson & Koher (2002), serta Dahlia & Siregar (2008) menyebutkan bahwa pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan berkorelasi positif dengan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Kokubu (1994) dan Hackston & Milne (1996) dalam Sembiring (2005) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial.
2
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja perusahaan yaitu kinerja pasar dan kinerja keuangan. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi, yaitu (1) Mewacanakan CSR bagi perusahaan sebagai salah satu bentuk strategi bisnis dalam upaya peningkatan nilai suatu perusahaan dan keberlanjutan hidup suatu perusahaan, (2) meningkatkan akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditur dan konsumen untuk tidak melihat aspek keuangan saja namun juga aspek sosial perusahaan. (3) memberi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi mengenai CSR.
TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Corporate Sosial Responsibility (CSR) Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Ada beberapa alasan perusahaan melaksanakan CSR (Dian, 2008) yaitu 1) alasan sosial, dimana perusahaan melaksanakan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan untuk ikut menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat. 2) Alasan ekonomi, dimana perusahaan melaksanakan kegiatan CSR untuk membangun image positif. 3) Alasan hukum, adanya peraturan pemerintah tentang pelaksanaan CSR mendorong perusahaan untuk melaksanakan CSR. Penerapan CSR akan memberikan manfaat bagi perusahaan yang melaksanakannya. Manfaat tersebut dikemukakan oleh Lako (2007) berdasarkan pernyataan sejumlah pakar manajemen strategi. Pertama, profitabilitas dan kinerja keuangan akan semakin kokoh. Kedua, meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditur, pemasok dan konsumen. Ketiga, meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan. Keempat, menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi komunitas sekitarnya karena mereka diperhatikan dan dihargai perusahaan. Kelima, meningkatnya reputasi, corporate branding, goodwill (intangible asset) dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Perusahaan yang telah melaksanakan CSR, pada umumnya akan melaporkan pelaksanaan CSR tersebut dalam laporan tahunan. Adanya pengungkapan mengenai pelaksanaan CSR tersebut akan mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan pihak-pihak di luar perusahaan (Komalasari dan Baridwan, 2001).
3
Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham juga mempunyai tanggung jawab sosial dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2007 No 1 paragraf sembilan, menyatakan : “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri yang mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.” Hasil survei Pricewaterhouse Coopers (2002) menunjukkan lebih dari 2.500 perusahaan di dunia, termasuk sejumlah perusahaan Indonesia, mulai melaporkan secara rutin investasi dan aktivitas CSR dalam pelaporan keuangan secara periodik. Kesadaran akan pentingnya penerapan CSR semakin berkembang di Indonesia. Banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan kegiatan CSR dan mengungkapkannya. Sehingga pengungkapan CSR dalam laporan keuangan menjadi penting dalam rangka memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan CSR suatu perusahaan. Selain itu diharapkan memberikan dampak positif kepada investor dan kreditur untuk tidak hanya melihat aspek keuangan saja, namun juga aspek sosial. Indikator pengungkapan CSR dalam penelitian ini menggunakan indikator pengungkapan CSR yang digunakan dalam penelitian Sasongko dan Supatmi (2008) tentang dampak pengungkapan CSR terhadap biaya modal ekuitas. Indikator tersebut berdasarkan Key Performace Indicator (KPI) yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006 yang terdiri dari 3 kategori utama yaitu (1) Economic Performance Indicators, (2) Environmental Performance Indicators, (3) dan Social Performance Indicators. Item pengungkapan dalam GRI berjumlah 79 item dengan 29 sub kategori. Indikator pengungkapan CSR menurut GRI tahun 2006 ini dapat dilihat dengan alamat website yaitu www.globalreporting.org.
Nilai Perusahaan Dalam buku Strategy and Enterprise Value in the Relationship Economy oleh Morgan (1997), nilai perusahaan total (total enterprise values) harus merepresentasikan jumlah nilai-nilai dari macam-macam yang mendasari aset dan kewajiban. Sedangkan Sartono (2001) mengungkapkan bahwa harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan. Sehingga nilai perusahaan adalah besarnya kapitalisasi saham yang beredar dengan asumsi pasar modal efesien. Dengan demikian apabila harga pasar saham meningkat berarti pula nilai perusahaan meningkat. Lain halnya dengan Ross, et al (2002) yang mendefinisikan nilai perusahaan (firm value) sebagai penjumlahan dari nilai pasar hutang (market value of the debt) dan nilai pasar ekuitas (market value of the equity). Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan menggunakan kinerja perusahaan. Edratna (2007) menjelaskan bahwa untuk memaksimalisasi nilai perusahaan maka perusahaan harus memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan tersebut. Maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan, dan harga tersebut dapat berada pada tingkat atas. Bertahannya
4
harga saham tersebut merupakan cermin ekspektasi investor akan masa depan perusahaan. Sejalan dengan perusahaan yang sudah go public, harga jual juga mencerminkan ekspektasi investor atas kinerja masa depan perusahaan. Dengan kata lain nilai perusahaan dapat diukur dengan kinerja perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja perusahaan tersebut diproksi dengan Tobin’s q sebagai kinerja pasar dan Return On Equity (ROE) sebagai kinerja keuangan. Morgan (1997) menyebutkan bahwa nilai perusahaan dapat dihitung dengan Tobin’s q, yang secara konseptual merupakan rasio kapitalisasi pasar perusahaan (corporate market capitalization) terhadap nilai aset bersih (net asset values). Menurut Hong (2008), ROE adalah ukuran penciptaan nilai perusahaan. Sedangkan bagi Epson Co., ROE digunakan sebagai salah satu pengukur nilai perusahaan yaitu sebagai nilai keuangan.
Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan yang diukur melalui Kinerja Pasar Kinerja pasar dalam penelitian ini diproksi dengan Tobin’s q. Wolfe dan Carlos (2003) mengemukakan bahwa Tobin’s q dapat digunakan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan untuk mengukur kinerja pasar. Tobin’s q telah diterima dan digunakan secara luas sebagai pengukur nilai perusahaan. Sebagai contoh dalam penelitian Wolfe dan Carlos (2003), Widiastuti dan Usmara (2005), dan Harjoto & Jo (2007) menggunakan Tobin’s q sebagai pengukur nilai perusahaan. Rasio Tobin’s q sendiri didefinisikan sebagai rasio nilai pasar perusahaan dibagi nilai pengganti aktiva perusahaan. Jika nilai q lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa pasar mengakui nilai aktiva perusahaan saat itu lebih tinggi daripada nilai penggantinya (Lee dan Tompskin, 2003 dalam Widiastuti dan Usmara, 2005). Rasio Tobin’s q merupakan ukuran yang menggambarkan prediksi pasar terhadap return yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva perusahaan. Dengan kata lain Tobin’s q merefleksikan ekspektasi investor tentang tingkat kembalian ekonomi (economic return) perusahaan masa depan. Adanya manfaat dari penerapan CSR mendorong perusahaan untuk lebih lagi mengungkapkan kegiatan CSR yang dilaksanakan baik melalui audit sosial, laporanlaporan sosial, maupun dalam laporan tahunan. Hal ini mengingat banyaknya investor dan kreditur yang kian melihat kegiatan CSR sebagai rujukan untuk melihat potensi keberlanjutan suatu perusahaan. Dengan adanya pengungkapan CSR dalam laporan tahunan, investor dan kreditur memiliki informasi lebih mengenai perusahaan sehingga mereka dapat menaruh kepercayaan kepada perusahaan tersebut serta tertarik untuk menginvestasikan dan meminjamkan modal mereka. Apresiasi dan reaksi pasar yang positif tersebut menciptakan suatu kinerja pasar yang baik bagi perusahaan yang mengakibatkan harga saham tinggi dan perusahaan dengan mudah menarik dana baru. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk berkembang dan menciptakan kondisi pasar yang sesuai. Sehingga dapat
5
meningkatkan kinerja pasar perusahaan, yang pada gilirannya akan menciptakan nilai perusahaan yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap kinerja pasar. Penelitian yang dilakukan Sayekti dan Wondabio (2007) dengan sampel 108 laporan tahunan perusahaan tahun 2005, menemukan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap respon pasar terhadap laba (ERC). Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Harjoto dan Jo (2007) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara CSR dengan corporate governance, serta CSR dengan nilai perusahaan (firm value) dan kinerja perusahaan (firm performance). Nilai perusahaan diproksi dengan Tobin’s q dan kinerja perusahaan yang digunakan adalah kinerja operasi yaitu ROA. Hasilnya menemukan bahwa pemilihan CSR (CSR choice) berasosiasi positif dengan karakteristik governance, termasuk board independence, intitutional ownership, analyst following, dan take-over pressures. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan kinerja operasi. Arlow dan Ganon (1982) menyebutkan bahwa perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial dengan baik akan menikmati kinerja pasar yang baik, melalui abnormal return saham. Gozali et al (2001) dalam Rahayu (2007) menemukan bahwa informasi CSR (kinerja lingkungan) direspon positif oleh pasar, yang ditandai oleh munculnya CAR di seputar tanggal pengumuman CSR. Sedangkan Alexander & Buchholz (1978) menyebutkan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap stock market. Dari uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis: H1 : Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja pasar.
Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan yang diukur melalui Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dalam penelitian ini diproksi dengan Return on Equity (ROE). Menurut Walsh (2004), ROE bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Walsh (2004) menyatakan bahwa ROE merupakan rasio penggerak yang baik bagi nilai perusahaan. Mark (1988) juga menyatakan bahwa ROE secara langsung dapat menggerakkan harga saham perusahaan. Seperti yang diungkapkan Hong (2008), semakin tinggi laba, pertumbuhan laba dan ROE perusahaan, maka semakin besar harga saham perusahaan.
6
Beberapa penelitian membuktikan bahwa sekarang ini tujuan perusahaan bukan sekedar maksimalisasi profit untuk kepentingan shareholders, tetapi bagaimana memberdayakan shareholders sebagai bagian terbesar dalam lingkungan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan yang pastinya akan berpengaruh terhadap profit yang diperoleh perusahaan. Davis (1975) dalam Mc Guire et al (1988) menyebutkan peningkatan kualitas karyawan dan nama baik perusahaan di mata konsumen merupakan hasil yang penting dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Penerapan CSR dapat meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merk produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kondisi tersebut diikuti dengan adanya pertumbuhan konsumen yang ingin membeli produk atau menggunakan jasa berdasar kriteria-kriteria berbasis nilainilai dan etika yang mampu meningkatkan profit bagi perusahaan. Atas kesetiaan merk oleh banyak konsumen dapat menciptakan nilai laba yang tinggi dikarenakan produk atau jasa banyak yang terjual. Nilai laba yang tinggi tersebut dapat memberikan suatu angka yang bagus bagi ROE, sehingga mampu menciptakan kinerja keuangan yang tinggi. Dengan demikian nilai perusahaanpun dapat meningkat. McGuire (1988) menyatakan bahwa ketika perusahaan melakukan CSR, maka perusahaan tersebut dapat memperbaiki hubungannya dengan stakeholders, misalnya konsumen,investor dan kreditur. Dampak dari perbaikan hubungan tersebut akan terlihat dari keuntungan ekonomi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Belkoui dan Karpik (1989), Suda dan Kokubo (1994), dan Hackston dan Milne (1996), tidak menemukan hubungan yang signifikan antara pengungkapan tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan (Sembiring, 2003). Sedangkan Bownman dan Haire (1975), Robert(1992) menemukan adanya hubungan positif antara tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan dengan ROE. ROE sendiri merupakan salah satu kinerja perusahaan yang menjadi pengukur kinerja keuangan. Dalam penelitian Tsoutsoura (2004), ROE menjadi salah satu ukuran kinerja keuangan selain ROA (return on assets) dan ROS (return on sales) dalam mencari hubungannya dengan CSR. Ada tiga indikator pengukuran CSR yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu KLD (Kinder Lydenberg Domini) rating data dan S&P 500 serta Domini 400 Social Index. Hasil yang diperoleh mengindikasikan adanya hubungan yang positif antara CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kinerja keuangan juga tergantung pada penerapan CSR oleh perusahaan. Yuniasih dan Wirakusuma (2008) juga melakukan penelitian untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governace sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian tersebut menemukan ada pengaruh kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA terhadap nilai perusahaan. Sehingga semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Selain itu diungkapkan bahwa selain melihat kinerja keuangan, pasar juga memberikan respon terhadap pengungkapan CSR oleh perusahaan.
7
Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis: H2 : Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja keuangan.
METODE PENELITIAN Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut: (1) perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006, (2) Perusahaan-perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan 2006, (3) Perusahaanperusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2006 dalam satuan mata uang rupiah, (4) Khusus untuk sampel penelitian hipotesis kedua (H2) diambil sampel penelitian yang merupakan perusahaan-perusahaan yang tidak mengalami kerugian, (5) Perusahaan memiliki data pasar dan data keuangan yang lengkap.
Variabel Penelitian Variabel Dependen a. Tobin’s Q Chong dan Lopez-de-Silanez (2006) dalam Kusumastuti, et.al (2007) mendefinisikan rasio Tobin’s q sebagai nilai pasar dari ekuitas ditambah dengan total kewajiban dan kemudian dibagi dengan total aktivanya. Variabel ini dihitung sebagai berikut (Eddy dan Mas’ud, 2003 dalam Widiastuti dan Usmara, 2005) : Q = (EBV + D) (EMV + D) Keterangan ; Q = Tobin’s q EMV = nilai pasar ekuitas (EMV = harga saham penutupan akhir tahun x jumlah saham yang beredar akhir tahun) D = nilai buku dari total hutang EBV = nilai buku dari total ekuitas
8
b. ROE Menurut Widayanti, et. al (2002), Return on Equity (ROE) merupakan ukuran efesiensi perusahaan dalam menggunakan modal pemilik. ROE merupakan estimasi earnings per dollar dari modal kapital yang diinvestasikan. Rasio ROE sendiri dapat dihitung sebagai berikut (Gitman, 1998) : ROE = Shareholder's equity X 100% Net income Keterangan ; ROE = Return on Equity Net Income = Laba bersih Shareholder’s equity = Ekuitas pemegang saham Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan tingkat pengungkapan CSR. Indikator pengungkapan CSR berdasar Key Performance Indicator (KPI) yang dikeluarkan Global Reporting Initiative (GRI) tahun 2006 yang terdiri dari 79 item. Tingkat pengungkapan CSR ini diukur dengan seberapa banyak item yang diungkapkan dan dibandingkan dengan total maksimum pengungkapan CSR. Seberapa banyak item yang diungkapkan dihitung dengan memberikan masingmasing skor (1) untuk item yang diungkapkan dan skor (0) jika tidak diungkapkan. Variabel Kontrol Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva perusahaan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang cukup konsisten mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR. Penelitian sebelumnya seperti Tsoutsoura (2004) dan Harjoto & Jo (2007) juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol untuk melihat hubungannya dengan CSR.
Model Penelitian Untuk menguji hipotesis 1, maka digunakan model sebagai berikut: Q it = β0 + β1 CSRDI it+ β2 SIZE + e Untuk menguji hipotesis 2, maka digunakan model sebagai berikut: ROE it = β0 + β1 CSRDI it+ β2 SIZE + e 9
Keterangan ; Q
= Tobin’s q
ROE
= Return on Equity
β0
= Konstanta
β1 , β2 = Koefisien Regresi CSR
= Tingkat pengungkapan CSR
SIZE
= Ukuran perusahaan
E
= Error
Jenis dan Sumber Data a. Data ungkapan CSR tahun 2006 dalam laporan tahunan dapat diakses melalui www.idx.co.id b. Data ROE, dan size diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) c. Data nilai pasar ekuitas dan nilai buku ekuitas untuk perhitungan Tobin’s Q juga diperoleh dari ICMD. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengambilan Sampel Penelitian Tabel 1 Keterangan Jumlah perusahaan terdaftar di BEI tahun 2006, pengamatan
Sampel H1 210
pada batas akhir Desember 2008. Jumlah perusahaan keuangan tahun 2006 (60) Jumlah perusahaan yang belum menerbitkan laporan (40) tahunan Jumlah perusahaan yang menyajikan Laporan Keuangan (5) 2006 tidak dalam satuan mata uang rupiah. Jumlah perusahaan yang mengalami kerugian Jumlah perusahaan yang datanya tidak dibutuhkan (hasil (7) outlier) Jumlah sampel penelitian 98
Sampel H2 210
(60) (40) (5)
(16) (6) 83
Sumber: hasil pengolahan data, 2008
10
Statistik Deskriptif Tabel 2
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah sampel untuk pengujian H1 sebanyak 98 perusahaan dan jumlah sampel untuk pengujian H2 sebanyak 83 perusahaan. Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif dari sampel penelitian. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pengungkapan CSR (CSR) pada H1 menunjukkan nilai yang sangat kecil yaitu sebesar 15,7320% atau kurang lebih 13 item yang diungkapkan, sedangkan pada H2 menunjukkan nilai yang sedikit lebih tinggi sebesar 17,096% atau 14 item yang diungkapkan dari 79 item pengungkapan CSR. Nilai-nilai CSR yang relatif kecil ini mengindikasikan bahwa masih banyak perusahaan-perusahaan yang belum sepenuhnya mengungkapkan CSR dengan baik dalam laporan tahunannya.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF). Suatu regresi mengandung multikolinearitas jika nilai VIF-nya lebih dari 10. Nilai VIF pada model H1 dan H2 sebesar 1,165 dan 1,174 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
11
Kedua gambar Grafik Scatterplot di atas menunjukkan pola yang tidak jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas pada kedua hipotesis. Penelitian ini melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dari H1 sebesar 1,283 dengan probabilitasnya sebesar 0,074. Sedangkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z dari H2 sebesar 0,892 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,404. Probabilitas H1 dan H2 tidak ada yang lebih kecil dari 0,05, sehingga disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan yang diukur melalui Kinerja Pasar Hasil uji regresi berganda untuk hipotesis pertama (H1) ditampilkan pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Hasil pengujian Hipotesis I
Dari uji t dapat dilihat bahwa tingkat pengungkapan CSR memiliki signifikansi 0,003 (tsig0,003<=0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur melalaui kinerja pasar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama (H1) tidak dapat ditolak. Dapat pula dilihat koefisien regresi dengan nilai positif sebesar 0,016,
12
nilai tersebut menunjukkan pengaruh yang diberikan dalam pengujian hipotesis ini memiliki arah positif. Sehingga diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Harjoto dan Jo (2007) yang menemukan adanya pengaruh positif penerapan CSR terhadap nilai perusahaan yang diproksi dengan Tobin’s q. Hasil pengujian hipotesis ini menjelaskan bahwa pengungkapan CSR melalui laporan tahunan dapat memberikan informasi lebih kepada investor dan kreditur. Sehingga tingkat pengungkapan CSR yang luas menciptakan kepercayaan investor maupun kreditur terhadap perusahaan tersebut dan ketertarikkan untuk menginvestasikan atau meminjamkan modal mereka. Ketika suatu perusahaan mengungkapkan CSR, maka investor berharap perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik di masa depan dan keberlanjutan perusahaan menjadi lebih terjamin karena perusahaan tersebut memiliki hubungan yang baik dengan stakeholders. Harapan investor tersebut akan terefleksi dalam peningkatan harga saham perusahaan, sehingga nilai Tobin’s Q juga akan meningkat. Variabel kontrol dalam penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan (SIZE) dengan nilai t signifikansi sebesar 0,049 lebih kecil dari alfa 0,05. Sehingga dapat dikatakan ukuran perusahaan (SIZE) dapat dipertimbangkan oleh peneliti sebagai variabel kontrol dalam pengujian hipotesis pertama ini. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tsoutsoura (2004) dan Harjoto & Jo (2007).
Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR terhadap Nilai Perusahaan yang diukur melalui Kinerja Keuangan
Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis 2
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa signifikansi tingkat pengungkapan CSR adalah sebesar 0,065 (0,065>=0,05) sehingga hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini ditolak. Hal ini berarti bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja keuangan. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan angka ROE sebagai kinerja keuangan tidak tergantung pada seberapa sering perusahaan menerapkan CSR 13
dan seberapa luas tingkat pengungkapannya. Nilai perusahaan yang meningkat tidak ditentukan oleh luasnya pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Balabanis et al (1988), Simpson dan Koher (2002), Tsoutsoura (2004), Dahlia dan Siregar (2008) yang menyimpulkan pengungkapan CSR bepengaruh terhadap kinerja keuangan. Sebaliknya, penelitian ini mendukung penelitian Aupperle (1985) dan Kokubu (1994) dalam Sembiring (2005), yang menyatakan tidak ada hubungan antara pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan McGuire (1988) yang menyebutkan bahwa aktivitas CSR terbukti dapat meningkatkan reputasi, sehingga memperbaiki hubungan dengan konsumen dan dari perbaikan hubungan tersebut tercermin dalam keuntungan ekonomi perusahaan. Pengungkapan CSR tersebut bukan menjadi suatu pertimbangan perusahaan dalam memberikan keyakinan kepada para konsumen untuk membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan. Sehingga mengindikasikan bahwa kesetiaan merk tidak hanya tercipta dengan adanya pengungkapan CSR. Masih banyak konsumen di Indonesia yang membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan tidak berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika. Hal lain yang menyebabkan pengungkapan CSR tidak berpengaruh pada nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja keuangan adalah pengungkapan CSR masih belum diwajibkan bagi seluruh perusahaan di Indonesia. Dalam penelitian ini, seluruh sampel melakukan pengungkapan CSR, tetapi dalam kadar yang beragam. Selain itu, tidak berpengaruhnya pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan juga disebabkan biaya pengungkapan yang cenderung mahal. Pelaksanaan CSR sendiri membutuhkan cost yang cukup besar dan manfaatnya tidak dapat dirasakan secara langsung. Elliot dan Jacobson (2004) dalam Sasongko dan Supatmi (2008) menyatakan bahwa beberapa pihak akan memperoleh benefit dan pihak yang lain akan memperoleh cost sehingga dalam hal ini manajemen akan memperhitungkan cost dan benefit jika melakukan pengungkapan dalam laporan tahunan. Sama halnya dengan H1, ukuran perusahaan (SIZE) dalam H2 dapat dipertimbangkan oleh peneliti sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansinya lebih kecil dari alfa (tsig0,013< 0,05). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Tsoutsoura (2004) dan Harjoto & Jo (2007) yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan hasil bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui
14
kinerja pasar. Sedangkan hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan hasil bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur melalui kinerja keuangan. 2.
Penelitian ini juga menemukan bahwa ukuran perusahaan yaitu total aktiva memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga total aktiva dapat dipertimbangkan oleh peneliti sebagai variabel kontrol dalam hal membuktikan adanya pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan, baik diukur melalui kinerja pasar maupun kinerja keuangan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang diuraikan sebagai berikut : 1. Dalam penilaian ada atau tidaknya pengungkapan CSR terdapat unsur subjektifitas. 2. Periode penelitian hanya 1 tahun, sehingga hasil jangka panjang dari pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diabaikan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan utuk memperpanjang menjadi beberapa periode agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka panjang. 3. Penilaian indeks CSDI berkisar antara 0 dan 1, sehingga penelitian ini tidak memberikan kerincian informasi atas kualitas ungkapan yang disajikan masingmasing perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan indeks pengukuran dengan bobot angka, misalnya skala 1-5 (skala likert) 4. Tingkat pengungkapan CSR pada penelitian ini masih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan penggunaan indeks pengungkapan GRI kurang sesuai dengan pelaksanaan CSR di Indonesia. Indikator pengungkapan CSR pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan indikator yang sudah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Sehingga diharapkan lebih banyak pengungkapan CSR yang tercermin dalam indeks tersebut. Tidak ditemukannya pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan, maka ada baiknya menggunakan proksi kinerja keuangan selain ROE dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
REFERENSI Anonim. 2005. Epson Establishes Principles of Corporate Behavior as the Basis for its CSR. (http://www.epson.co.jp/e/company/corporate_behavior.htm). 20 Agustus 2008. Anonim. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. www.wikipedia.com. 20 Juli 2008. Darwin, Ali. 2006. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen. http://www.iaiglobal.or.id/id/berita/ketua iai-kam.asp. 20 Juli 2008.
15
Dian. 2008. Memahami Corporate Social Responsibility Sebagai Wujud Investasi Perusahaan. 7 Februari 2009. Edratna. 2007. Strategi untuk Memperbaiki dan Memaksimalkan Kinerja Perusahaan. http://edratna.wordpress.com/about/. 20 Juli 2008 Gitman, Lawrence J, 1998, Principles of Managerial Finance Eight Edition. International Student Edition. Ghozali, H. Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harjoto, Maretno A. dan Hoje Jo. 2007. Why Do Firm Engage in Corporate Social Responsibility?”. www.iksa.or.kr/asp/thesis/down. 3 Oktober 2008. Hong, Goei Siauw. 2008. Analisa Fundamental Saham. http://www.testcompany.com/archive/April200816/att5058/Memahami_penentu_harga_saham.ppt. 7 Februari 2009. Kusumastuti, Supatmi dan Perdana Sastra, 2007, “Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan Dalam Perspektif Corporate Governance”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.9, November : 79-98. Kriswanto, Joni. 2008. Variabel Kontrol Pada Analisis Regresi. http://jonikriswanto.blogspot.com/2008/11/variabel-kontrol-pada-analisisregresi.html. 11 Maret 2009. Lako,
Andreas. 2007. Cost-benefit Dan Urgensi Formalisasi CSR. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/opini/1id15073.html. 2 Juni 2008.
Mangoting, Yenny, 2007, “Biaya Tanggung Jawab Sosial sebagai Tax Benefit”,Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 1 Mei : 35-42. Mark, C. Scott, 1988, Value Drivers: The Manager’s Guide To Driving Corporate Value Creation, John Wiley & Sons, LTD, New York.
Mathews, M. R., 1993, Socially Responsibility Accounting, Chapman & Hall, London. Meutia. 2008. Memaknai Corporate Responsibility. http://www.thoughts.com/. 2 Juni 2008. Mirfazli, Edwin dan Nurdiono, 2007, “Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan Dalam Kelompok Aneka Industri Yang Go Publik di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1 Januari : 1-1.
16
Morgan, Bruce W., 1997, Strategy And Enterprise Value In Relationship Economy, Van Nostrand Reinhold. Sembiring, Eddy R., 2003, “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, hal. 249-259. Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta. Sasongko, Wenang dan Supatmi, 2008, “Dampak Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Biaya Modal Ekuitas”, Simposium APTIK 2008. Sayekti, Yosefa dan Wondabio L. S. 2007. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclousure Terhadap Earning Response Coefficient”: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. info. stieperbanas.ac.id/pdf/AKPM/AKPM08.pdf. 30 Juni 2008. Tsoutsoura, Margarita. 2004. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance”. repositories.cdlib.org/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=crb. 3 Oktober 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.www.djpp.depkumham.go.id. 31 Mei 2008. Widayanti, Henny, Apriani dan Usil, 2002, Pengantar Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Widyastuti, H. dan Usmara, 2005, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 6 No.2 Juli : 225-242. Walsh, Ciaran, 2004, Key Management Ratios: Rasio-Rasio Manajemen Penting Penggerak Dan Pengendali Bisnis, Erlangga, Jakarta. Wolfe, Joseph dan Antonio Carlos, 2003, “The Tobin q As A Company Performance Indicator”, Development in Business Simulation and Experiental Learning, Vol. 30. Yuniasih, Ni Wayan dan Made Gede Wirakusuma, 2008, “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”, http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20wirakusumayuniasih.pdf. 7 Februari 2009
17
18