PRO SIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008
PENGARUH
SUHU REDUKSI PADA PEMBVATAN KERNEL VOz DENGAN METODE GELASI INTERNAL Darmanto,
Hidayati
PI/sal Teknologi Akseleralor Dan Proses Bahan
ABSTRAK PENGARUH SUHU REDUKSI PADA PEMBUA TAN KERNEL U02 DENGAN METODE GELASI INTERNAL. Telah dilakukan pembuatan kemel U02 dengan metode gelasi internal menggunakan media gelasi TCE dengan variasi suhu reduksi. Tahapan proses yang telah dilakukan pada pembuatan kernel U02 yaitu penyiapan larutan umpan ADUN + Urea + HMTA, proses gelasi, perendaman, pencucian, pengeringan, kalsinasi dan reduksi. Proses kalsinasi dilakukan pada suhu 70r! C dan suhu reduksi divariasi dari suhu 6000 C hingga 8000 C. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu reduksi sangat berpengaruh pada pembuatan kernel U02 dengan metode gelasi internal. Semakin tinggi suhu reduksi, sifat-sifat kernel U02 semakin baik, yaitu kerapatan semakin tinggi, luas permukaan spesifiknya semakin kecil serta jari-jari pori rerata semakin kecil atau kernel U02 semakin mampat. Adapun kondisi proses terbaik pada penelitian ini yaitu pada suhu reduksi 8000 C dan kernel U02 yang dihasilkan mempunyai kerapatan = 9,0675 glml, luas muka spesifik = 5,21945 m2lg, dan jari-jari pori rerata = 4,23851 A. ABSTRACT THE INFLUENCE OF REDUCTION OF TEMPERA TURE ON MAKING U02 KERNEL THROUGH INTERNAL GELA TION METHOD. U02 kernel has been made by internal gelation media with reduction temperature variation. Some processes on making U02 kernel were done such as preparation of ADUN feed, urea, HMTA, gelation process aging, drying, calcination was and varied reduction. done at 70cf C washing, and reduction temperature from Calcination 6000 C untilprocess 8000 C. was It was found that reduction temperature was much influenced on making U02 kernel with internal gelation method. The higher reduction temferature U02 kemel properties are better. The best reduction temperature was 800 C and kernel had density 9.0675 glee, surface area 5.21945 m2lg, and means porous by radius 4.23851 A.
PENDAHULUAN
Reaktor temperature tinggi (HTR) (RTT) merupakan atau High Temperature Reactor reactor yang menggunakan gas sebagai tluida kerjanya. Sebagai tluida kerja, gas memiliki sifat transfer panas yang sangat baik pada temperature tinggi. Hal inilah yang menyebabkan jenis reactor ini memiliki efisiensi energi yang tinggi dalam proses pembangkitan listriknya. HTRjuga memiliki kelebihan lainnya dibandingkan jenis reaktor yang berpendingin air seperti L WR (Light Water Reactor) maupun HWR (lleavy Water Reactor), diantaranya adalah dapat mcnghasilkan uap panas yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan sepcrti dalam proses produksi hidrogen atau proscs 20
panas pada industri petrokimia, desalinasi air laut, dan pembuatan bahan bakar cair dari batubara. Konsep bahan bakar HTR yang dikembangkan adalah dalam bentuk bola-bola kecil (kernel), dapat berupa kernel uranium/thorium oksida atau campurannya dan uranium karbida yang dilapisi dengan lapisan pirokarbon dan silikon karbida yang disebut sebagai bahan bakar partikel berlapis (coated partice/). Perbedaan mendasar dari HTR yang dikembangkan oleh Jerman dan Amerika Serikat terletak pada geometri elemen bakar yang digunakan. Desain elcmen bakar HTR Jerman bahan berbcntuk pebble bed, yaitu penggabungan bakar partikel menjadi elemen bahall bakar berbelltuk bola (scbesar bola tellis berdiameter
Darmanto,
dkk
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 sekitar 6 em), sedangkan yang dikembangkan oleh Amerika Serikat berbentuk heksagonal, yaitu penggabungan bahan bakar partikel menjadi elemen bahan bakar berbentuk batang yang dilapisi gratH dan tingginya sekitar 79 em yang dikenal dengan disain teras prismatik. Cina dan Afrika Selatan mengacu pada desain HTR Jerman, sedangkan Jepang mengacu pada desain HTR Amerika Serikat. Pembuatan kernel uranium oksida dapat dilakukan melalui proses kimia basah yang biasa disebut proses so] gel. Beberapa proses sol gel yang telah dikembangkan di berbagai negara antara lain ONRL (Oak Ridge National Laboratory) dari (Comitato Nazionale per Amerika, CNEN /'Energia Nucleare) dari Italia, KEMA (Keuring van Elektrotecnishe Materia/en at Arnhem) dari Belanda, KF A (Kernforschungsan/age) dari Jerman (Nuclear Chimie und-Metallurgie dan NUKEM GmbH) dari Jerman Barat, yang memiliki perbedaan tahapan proses antara satu dengan yang lainnya. Pad a proses emulsifikasi dengan jalur NUKEM, menggunakan metode ge]asi eksternal terdapat beberapa tahapan proses yaitu proses pembentukan emulsi, pembentukan butir gel, pencueian, pengeringan, kalsinasi, reduksi, dan sintering (4) Adapun tahapan proses pembuatan kernel UOz dengan proses gelasi internal menu rut ORNL yaitu proses pembuatan larutan umpan dan pencampuran, pembentukan gel dalam medium orga!lik panas (pembuatan gel U03), perendaman, pencucian, pengeringan, kalsinasi, reduksi maupun sintering. (1) Pembuatan gel U03 merupakan suatu tahapan yang diperlukan dalam proses fabrikasi elemen bakar reaktor suhu tinggi. Tahap ini sangat penting karena bentuk bola terjadi pada tahap ini dan merupakan penentu keberhasilan terbentuknya kernel. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pembuatan kernel UOz yang mengacu dari ORNL menggunakan medium gelasi berupa trikloroetilen. Trikloroetilen mempunyai kerapatan dan tegangan permukaan yang tinggi sehingga dari sifat tersebut dapat diperoleh kernel yang baik dengan ukuran yang sesuai dengan yang dikehendaki. Titik didih trikloroetilen rendah membuat tetesan sol
Illenghasilkan kernel UOz yang mendekati kerapatan teoritis. Salah satu proses yang penting dalam pembuatan bahan bakar kernel UOz adalah proses reduksi. Reduksi merupakan suatu bentuk perlakuan panas suhu tinggi. Untuk pembuatan bahan nuklir, U30g perlu diubah menjadi UOz dengan proses reduksi karena UOz lebih stabil pada suhu tinggi serta mempunyai kerapatan yang lebih tinggi. Proses reduksi terutama bertujuan untuk mengubah butiran kernel U30g menjadi kernel UOz serta menghilangkan pengotor-pengotor yang mungkin masih terdapat dalam butiran. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan U30g pada suhu tertentu dalam lingkungan gas NH3 atau campuran gas Nz dan Hz. Kerne] UOz hasil dari proses reduksi dianalisis luas muka, jari-jari pori rerata, di3tribusi ukuran pori, dan kerapatannya. Pengukuran luas permukaannya dilakukan dengan alat Surface Area Ana/yzer Nova /000 menggunakan metoda adsorbsi gas. Adsorbsi yang terjadi termasuk jenis adsorbsi fisik dan merupakan adsorbsi sistem padat-gas. Adsorbsi berlangsung pada suhu yang sangat rendah. Sedangkan analisis kerapatannya diukur menggunakan piknometer dengan media iarutan aceton serta bentuk butirannya dilihat dengan mikroskop optik.
terdehidrasi pada suhu rendah. Pada penelitian ini suhu trikloroeti]en yang digunakan untuk proses gelasi adalah 60° - 70° C, dengan perbandingan mol Urea/U dan HMT A/U masing-masing adalah 1,25, konsentrasi uranium dalam larutan umpan gelasi 550 g/L, serta perbandingan mol NO)'/U sebesar 1,36. (U) Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kernel UOz dengan variasi pada suhu reduksi. Dari variabel tersebut diharapkan dapat diperoleh kondisi terbaik yang Illendekati kondisi teroitis, sehingga
1. Pembuatan Larutan ADUN
Darmanto,
dkk
TAT A KERJA Peralatan yang digunakan Seperangkat alat untuk pembuatan gel (kolom gelasi berpemanas), peralatan gelas, kompor listrik, tungku kalsinasi, alat reduksi, Surface Area Analyzer Nova /000, mikroskop optik, dan kamera.
Bahan yang digunakan Serbuk U03 hasil proses, HN03, HZS04, TiCh, FeCh, barium difenilsulfonat, asam amido sulfonat, larutan titrisol KZCrZ07 0, I N, air bebas mineral, urea kristal, heksametilen tetraamin (C6H12N4) kristal, es batu, NH3 pekat, aeeton, gas Hz, gas Nz .
Cara Kerja a.
Serb uk U03 sebanyak 150 g ditimbang dengan neraca analitik. b. Larutan asam nitrat 7 N sebanyak ± 65 mL diambil dengan pipet volum kemudian dimasukkan ke dalalll beker 250 mL dan dipanaskan pada suhu 50° C di dalam lemari asam. e. Serbuk UO) dilllasukkan ke dalam larutan HNO) 7 N sedikit demi sedikit sambi I terus
21
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 diaduk dan dipanaskan dalam lemari asam.
pada suhu 50° C di
d. Setelah pelarutan dianggap cukup, larutan disaring untuk menghilangkan pengotor maupun sisa endapan yang tidak larut. e. Konsentrasi uranium dianalisis dengan metode titrimetri (titrasi menggunakan titran standar KZCrZ07 0,1 N, indikator larutan barium difenil sulfonat, katalisator larutan FeCI3 serta reduktor TiCh). f. Keasaman larutan urn pan gelasi diukur dengan kertas pH, apabila telah mencapai pH>2 ditentukan perbandingan mol N03-/U dengan metode titrasi spektrofotometri menggunakan alat spctronic 20 dengan titran HN03•
2. Proses Gelasi Internal Proses pembuatan gel U03 ini telah dilakukan oleh peneliti pendahulu, dan telah diperoleh beberapa variabel terbaik antara lain perbandingan mol Urea/U maupun HMT A/U, konsentrasi larutan umpan, suhu gelasi, serta waktu perendaman maupun pencucian. Variabel tersebut digunakan pada penelitian ini. Kolom yang dipakai untuk proses gelasi sepanjang 3 m dan berdiameter 2,5 cm, sedarogkan suhu proses gelasi adalah 65° C. Adapun langkah prosesnya sebagai berikut : a. Larutan ADUN yang diperoleh dan prosedur I. diencerkan sedemikian rupa sehingga {U} dalam larutan ADUN= 650 g/L. b. Larutan ADUN sesuai dengan kebutuhan diambil dengan pipet vol urn, kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker. c. Urea sejumlah yang dibutuhkan ditimbang dengan neraca analitik kemudian dicampur dengan larutan ADUN pada suhu 50° C selama 3 jam sambil diaduk. Berat urea harus ditimbang sesuai perbandingan mol Urea/U = 1,25 d. Larutan umpan didinginkan dengan es batu hingga suhu larutan umpan ± 0° C. HMT A sesuai jumlah yang dibutuhkan ditimbang dengan neraca analitik, kemudian dicampurkan dengan larutan ADUN yang telah dicampur dengan urea terlebih dahulu sambil didinginkan pada suhu 0° C dan diaduk sampai homogen kemudian umpan siap diteteskan. Berat HMT A yang harus ditimbang dihitung sesuai perbandingan mol HMTA/U = 1,25 e. Larutan umpan diteteskan dengan menggunakan alat penetes (pipet mata dengan diameter lubang ± 2mm) ke dalam kolom gelasi sepanjang 3 m yang berisi trikloroetilen dan dipanaskan pada suhu 65°
C.
22
f. Gel yang diperoleh
didiamkan (direndam) dalam medium TCE selama 2 jam pada suhu 65° C, kemudian direndam dalam larutan NH40H 2,5% selama 17 jam. g. Setelah direndam dicuci dengan larutan NH40H 2,5% sebanyak 5 kali. h. Butiran gel dikeringkan terlebih dahulu pada suhu kamar selama 24 jam dalam ruangan terbuka, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100° C selama 2 jam i. Dikalsinasi secara bertahap hingga suhu 700° C selama 2 jam. J. Direduksi dengan variasi suhu 600° C - 800° C dan waktu reduksi 2 jam. k. Pemanasan dimatikan dan dibiarkan dingin sampai suhu kamar, setelah dingin butiran kernel UOz diambil dan disimpan selanjutnya dilakukan proses pengamatan fisik dan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan larutan umpan untuk proses gelasi. Larutan umpan yang digunakan untuk proses gelasi pada penelitian ini berupa larutan ADUN ditambah urea ditambah HMT A. Sehingga pada awal proses pembuatan kernel UOz dilakukan pembuatan larutan uranil nitrat defisiens asam (ADUN) dengan cara melarutkan sejumlah tertentu serbuk U03 dalam larutan HN03 7 N. Serbuk U03 diperoleh dengan cara serbuk amonium diuranat (ADU) dikalsinasi menggunakan tungku kalsinasi pada suhu 400° C selama 4 jam. Larutan uranil nitrat difisien asam yang diperoleh mempunyai kandungan uranium sejumlah 612,85 g/L. Analisis kadar uraniumnya dilakukan dengan metode titrimetri. Kemudian untuk mengetahui larutan uranil nitrat yang mempunyai perbandingan mol N03)U lebih kecil dari 2 dilakukan analisis perbandingan mol N03-/U dengan metode titrasi HN03 spectro foto metri dengan tit ran menggunakan alat Spektrofotometri merk Spectronic 20.
Proses pembuatan gel U03 Larutan umpan yang berupa larutan ADUN siap diteteskan. Penetesan dilakukan dcngan menggunakan pipet tetes pada kolom gelasi sepanjang 3 m dengan diameter 2,5 Cm yang berisi TCE pada suhu 65° C. Waktu yang dibutuhkan dari saat tetesan menyentuh medium gelasi hingga sampai ke dasar kolom gelasi ini sekitar 38 detik. Waktu terjadinya gel adalah mulai saat penetesan butiran dengan warn a jingga tembus cahaya hingga menjadi butiran warna kuning tak tern bus cahaya.
+ urea + HMT A pada suhu 0° C tersebut
Darmanto,
dkk
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 Untuk menyempurnakan hasil gel U03 diperlukan perendaman gel dalam media gelasi beberapa saat, dan dalam penelitian ini dilakukan selama 2 jam. Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan reaksi gelasi agar dihasilkan butiran yang tidak mudah pecah pada proses pemanasan sehingga diperoleh kernel UOz yang mempunyai kerapatan tinggi. Kemudian dilakukan pengeringan pada suhu 100° C. Ketampakan fisik gel U03 hasil proses ditunjukkan pada gambar 1 :
Gambar 2. Hasil butiran U30g setelah kalsinasi 7000 C
Gambar
I. Butiran gel setelah pengeringan
1000 C
Proses Pembuatan Butiran U30a dan kernel U02 Gel U03 hasil pengeringan kemudian dikalsinasi pada suhu 7000 C. Proses kalsinasi juga dilakukan secara bertahap untuk menghindari pecahnya butiran akibat pemanasan yang mendadak. Setelah proses kalsinasi diperoleh butiran U30g yang berwarna hitam. Pengukuran kerapatan butiran U30g pada penelitian ini diukur dengan alat piknometer volume 3 mL dengan menggunakan cairan aceton yang telah diketahui kerapatannya yaitu = 0,79 g/mL. Agar memberikan hasil yang baik, pengukuran dilakukan pada volume sampel Untuk minimal 0,25 bagian volume piknometer. perhitungan porositas butiran dilakukan dengan menggunakan persamaan Heynes. Hasil analisis fisis butiran U30g setelah proses kalsinasi sebagai berikut: Kerapatan : 7,334 g/mL Porositas : 12,587 % Kerapatan Teoritis : 87,413 % Diameter butiran : 1,5 Luas muka spesifik : 6,850 mZ/g Jari-jari pori rerata : 27,96417 A Dari hasil tersebut terlihat bahwa
Darmanto, dkk
Dari gambar di atas terIihat bahwa kernel tersebut berbentuk bulat seperti bola dan berwarna hitam kehijauan. Selanjutnya untuk pembuatan kernel UOz butiran U30g hasil proses kalsinasi tersebut direduksi dalam tungku reduksi dengan menggunakan gas Hz pada suhu bervariasi 6000 C 8000 C. Tujuan proses reduksi ini adalah untuk mengubah butiran U30g hasil proses kalsinasi menjadi kernel UOz. Gas Hz sebagai pereduksi dialirkan ke dalam tabung reaktor dalam tungku reduksi bila tabung sudah benar-benar bebas dari oksigen. Hal ini untuk menghindari adanya reaksi gas Hz dengan oksigen yang bisa menyebabkan terjadinya ledakan. Pada penelitian ini dapat di pelajari pengaruh suhu reduksi terhadap kualitas kernel UOz. Alat utama proses reduksi adalah tungku reduksi jenis opale fUrnace dengan pereduksi gas Hz.
butiran
telah mempunyai sifat yang baik, terutama = 87,413 % kerapatan teoritis. kerapatannya Adapun ketampakan fisik butiran U30g adalah sebagai berikut : UjOg
Gambar 3. Hasil butiran kernel UOz setelah reduksi
Hasil dari proses reduksi tersebut dianalisis diameter butiran dengan mikroskop optik seperti pada Tabel I. Dari Tabel I dapat dilihat bahwa kernel UOz hasil proses reduksi berwarna hitam, berbentuk bola. Pad a variasi suhu reduksi, semakin tinggi suhu reduksi diameter kernel UOz semakin kecil atau menyusut. Hal ini mungkin disebabkan karena semakin tinggi suhu reduksi akan terjadi 23
PENELITIAN
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR
Pusat Teknologi
Akselerator
Yogyakarta,
penyusutan karena penutupan pori-pori sehingga butiran menjadi lebih mampat. Tabel
]. Hasil foto mikroskop optik dengan variasi suhu reduksi. No.1 Suhu ( DC) I I. I
600
2. I
650
3. I
700
4. I
750
5. I
800
28 Agustus 2008
butiran
kernel
Tam oak
KESIMPULAN Dari hasil pene]itian, analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Suhu reduksi sangat berpengaruh pada pembuatan kernel U02 dengan metode gelasi internal.
Hasil analisis kerapatan, luas muka maupun pori reratanya dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel
fisis kernel
U02
setelah
7000
7500
C
C
8000
C
8,49
8,56
9,07
76,55 77,45 78,07 82,73 23,33 23,45 22,51 21,93 17,27 6,85 6,95 7,22 7,97 5,22 9,58
8,02
8,25
8,06
4,24
1,50
1,30
1,10
1,00
0,90
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kerapatan kernel U02 semakin besar dengan kenaikan suhu reduksi dari suhu 6000 C hingga 8000 C. Bila kernel yang dihasilkan baik/ tidak ada yang pecah, kerapatannya diperkirakan akan meningkat lagi pada suhu reduksi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan pada suhu reduksi yang tinggi akan te~iadi penutupan pori-pori butiran sehingga kernel U02 lebih mampat, yang terbukti pada analisis jarijari pori juga reratanya cenderung semakin kecil. Akibat dari pengecilan pori-pori kernel tersebut pada suhu reduksi yang lebih tinggi, maka luas
24
U02 juga spesifik dari kernel kecenderungan harganya semakin kecil.
permukaan mempunyai
Jadi hal ini sesuai dengan penyusutan di atas. diameter kernel U02 pada penjelasan Kemungkinan juga pada suhu reduksi yang semakin tinggi, akan terjadi kesempurnaan struktur kristal U02 yang hanya bisa dianalisis dengan difraksi sinar X, namun pada penelitian ini belum bisa dilakukan.
Untuk lebih je]asnya, kernel U02 hasil dari proses reduksi diana]isis luas muka, jari-jari pori rerata, distribusi ukuran pori, dan kerapatannya. Ana]isis ]uas mukal distribusi ukuran pori dan jarijari pori rerata menggunakan a]at Surface Area Analyzer NOVA-1000 dengan metode adsorbsi gas, sedangkan analisis kerapatannya diukur menggunakan piknometer dengan media larutan aceton. jari-jari
don Proses Bahan
b. Semakin tinggi suhu reduksi, sifat-sifat kernel U02 semakin baik, yaitu kerapatannya semakin tinggi, luas permukaan spesifiknya semakin keci] serta jari-jari pori rerata semakin kecil atau kernel U02 semakin mampat. c. Kondisi terbaik proses pada penelitian ini yaitu pada suhu reduksi 8000 C dan kernel U02 yang dihasilkan mempunyai kerapatan = 9,0675 glmL, luas muka spesifik = 5,21945 m2/g, dan jari - jari pori rerata = 4,23851 Angstrom. DAFTAR
PUSTAKA
1. HAAS P.A., BEGOVICK
J.M. ; RYON
D.
&
V A VRUSKA J.S. "Consolidated Fuel Recycle Program-Refabrication. Chemical Flowsheet Condition for Prepairing Urania Spheres by Gelation". Tennessee; ONRL 1979,. 2. HIDA Y AT], "Penentuan Angka Definisi Asam Dari Larutan Uranil Nitrat Dengan Metode Titrasi Spektrometri", Dalam Majalah IPTEK NUKLIR Ganendra Vol. IV, No.1, Januari 2001, Yogyakarta, P)TM-BATAN. 3. HIDA Y ATI, "Pembuatan Butiran U)OS Sebagai Bahan Awal Pembuatan Kernel U02, Untuk HTR", dipublikasikan di PPI-PTAPB-BATAN, 2007. 4. SUKARSONO, W ARDOYO, W ARSITO B., dan INDRA SUR YAW AN, "Perbandingan Jalur Pembuatan Bahan Bakar Kernel U02 Melalui Proses Rekayasa Sendiri dan Proses KEMA", Proseding Pertemuan dan Presentasi I1miah ]4-]5 Juli 1999, Yogyakarta P)TM-
SATAN.
Darmanto, dkk
PENELITIAN
PRO SIDING SEMINAR NASIONAL DAN PENGELOLAAN PERANGKAT
NUKLIR
Pusot Teknologi Akslerotor don Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 TANYA JAWAB Sajima )- Apa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan eksternal?
Abdul Latief
metode
In!
Darmanto ~ Ke/ebihan metode internal /ebih ringkas, karena dengan metode eksterna/ jallh /ebih rllmit. Sedangkan kekllrangannya sama-sama dilakllkan dengan k%m ge/asi. Sri Rinanti S ~ Kenapa suhu reduksi yang digunakan 600 - 800 °C, sedangkan dari beberapa literatur suhu reduksi yang baik 900°C?
Damanto ~ Karena suhu maksimum yang diperobo/ehkan pada furnace yang digunakan ada/ah 800 oC
Darmanto, dkk
~ Parameter apa yang mempengaruhi kualitas hasil pad a saat proses reduksi kernel? ~ Pad a saat memvariasi suhu, apakah parameter lain yang mempengaruhi hasil dianggap tetap dan apa dasar pertimbangannya? ~ Kualitas hasil reduksi apakah mungkin disebabkan proses sebelumnya? ~ Apakah semua hasil reduksi dalam kesimpulan memenuhi aspek yang ditetapkan?
Darmanto ~ Suhu, waktu dan jum/ah gas H2 ~ Ya, berdasarkan pene/itian yang sudah dilakukan sebe/umnya ~ Benar karena ada proses alVa/ ~ Be/um, karena tidak semua parameter diamati, baru suhu yang diamati
25