Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Mekanisme Tata Kelola Korporat Terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Oleh: Octadila Laily Anggraeni Abdul Ghofar, DBA., Ak., CPMA. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan yang diproksi dengan kepemilikan keluarga, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan asing serta mekanisme corporate governance yang diproksi dengan ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance dan efektivitas komite audit terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan klasifikasi auditor Big 4 dan non Big 4 sebagai proksi dari kualitas audit yang akan dipilih perusahaan. Penelitian menggunakan 372 observasi selama periode 2011-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusi, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance dan efektivitas komite audit berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Sedangkan kepemilikan keluarga, kepemilikan manajemen, kepemilikan pemerintah dan ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Kata Kunci: struktur kepemilikan, corporate governance, pemilihan auditor eksternal berkualitas ABSTRACT This study aimed to analyze the impact of ownership structure proxied by family ownership, management ownership, institution ownership, government ownership, and foreign ownership and corporate governance mechanism, proxied by board of commissioner size, independent commissioner size, commissioner’s educational background in finance and audit committee’s effectiveness on high quality external auditor choice in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. This study used Big 4 and non Big 4 auditor classification as a proxy of audit quality that will be chosen by the company. This study used 372 observations over the period 2011-2013. The results showed that institutional ownership, foreign ownership, board of commissioner size, commissioner’s education background in finance and audit committee’s effectiveness affects high quality external auditor choice. Therefore, family ownership, managerial ownership, government ownership and independent commissioner size does not affects high quality external auditor choice. Keywords: ownership structure, corporate governance, high quality external auditor choice
I.
Pendahuluan Auditor independen memiliki peran yang sangat penting pada struktur tata kelola korporat. Auditor eksternal memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan bebas darii salah saji secara material, karena asimetri informasi antara pemegang saham dengan manajemen hanya dapat diturunkan dengan publikasi informasi keuangan yang reliabel oleh manajemen (Jensen dan Meckling (1976) dalam Deegan dan Unerman (2008)). DeAngelo (1981) menjadikan ukuran KAP sebagai salah satu ukuran kualitas audit. KAP dengan ukuran yang lebih besar dipersepsikan dapat menghasilkan opini audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Wang et al (2008) menyebutkan bahwa kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP dipengaruhi oleh tingkat perlindungan investor di suatu negara, sehingga kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP berukuran besar akan berbeda di setap negara. La Porta et al (1999) mengkategorikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat perlindungan investor yang rendah. Bukti empiris mengungkapkan bahwa peran auditor independen pada struktur tata kelola korporat ternyata memiliki kontroversi, khususnya di negara dengan perlindungan investor rendah, seperti Indonesia. Di sisi lain, tidak ada pihak di luar struktur perusahaan yang memiliki peranan sebanding dengan auditor independen. Dengan demikian, bukti empiris sangat diperlukan atas upaya memaksimalkan peranan auditor independen di negara dengan tingkat perlindungan investor yang rendah seperti Indonesia. Krisis keuangan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 mendorong pelaku ekonomi untuk melakukan segala cara untuk menyelamatkan usahanya, termasuk dengan melakukan kecurangan laporan keuangan seperti yang dilakukan oleh Kimia Farma pada tahun 2001. Hal yang cukup menarik dari kecurangan laporan keuangan tersebut adalah terdapat peran dari auditor eksternal di dalamnya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari Chen et al (2006) menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap misstated laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa hanya kualitas audit yang rendahlah yang memberi peluang terhadap kecurangan laporan keuangan. Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk mengamandemen mekanisme tata kelola korporat pada tahun 2001 dan 2006 (International Finance Corporation, 2014). Masalah utama dalam pelaksanaan tata kelola korporat timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dari pengendalian dalam perusahaan yang modern. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan akan diwakili oleh manajemen (agents) yang ditunjuk oleh pemegang saham (principals). Keadaan ini dapat menimbulkan adanya informasi yang asimetri antara agents dan principals karena adanya perbedaan level informasi yang dimiliki oleh kedua pihak. Selain itu, perbedaan kepentingan antara agents dan principals juga merupakan masalah klasik yang selalu timbul. Hal ini yang kita kenal dengan istilah agency problem. Ang dan Lin (2000) menemukan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi biaya keagenan. Kepemilikan dalam jumlah besar akan memudahkan pengendalian manajemen sehingga biaya keagenan yang timbul antara principals dan agent bisa diminimalkan, namun hal ini yang kemudian memunculkan agency problem tipe 2, yaitu konflik yang terjadi antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Semakin tinggi kontrol pemegang saham mayoritas maka kebutuhan kualitas audit yang tinggi akan semakin berkurang. Jensen dan Meckling (1976) dalam Deegan dan Unerman (2008) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial yang lebih besar akan menurunkan biaya keagenan. Dimulai dengan menggambarkan perusahaan yang dikelola oleh 100% pemiliknya sendiri, maka biaya keagenan bisa tidak ada. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Lin dan Liu (2009) yang menemukan bahwa di China, perusahaan yang memliki kepemilikan saham yang tinggi akan berakibat pada ketidaktransparanan dalam pelaporan keuangan dan cenderung untuk memilih auditor yang berkualitas rendah.
Mekanisme Tata kelola korporat yang baik adalah yang dapat memberikan perlindungan yang efektif bagi semua pemangku kepentingan di perusahaan, termasuk pemegang saham minoritas. Salah satu cara yang ditempuh dalam upaya perlindungan tersebut adalah dengan mempublikasikan informasi yang dimiliki perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan dalam bentuk laporan keuangan tahunan. Namun tingkat keandalan laporan keuangan yang disajikan juga harus tinggi. Oleh karena itu, digunakanlah jasa auditor eksternal yang merupakan pihak independen untuk memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan, apakah telah disajikan dengan wajar atau tidak. Watt dan Zimmerman (1986) dalam Deegan dan Unerman (2008) menyatakan bahwa pemilihan auditor merupakan salah satu mekanisme Tata kelola korporat yang cukup penting. Peran dewan komisaris dan komite audit sebagai mekanisme Tata kelola korporat juga mempengaruhi pemilihan auditor eksternal. Dewan komisaris dibantu oleh komite audit bertugas untuk mengawasi kinerja manajemen. Oleh karena dewan komisaris merupakan pihak yang ditunjuk oleh principals, baik berasal dari principals itu sendiri maupun berasal dari pihak independen yang bertugas untuk mengawasi agents maka diharapkan dapat memberikan fungsi pengawasan yang baik. Latar belakang pendidikan dewan komisaris juga berpengaruh terhadap pemahaman yang dimiliki oleh dewan komisaris. Dewan komisaris dengan background pendidikan finance dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya pengawasan yang baik, maka diharapkan informasi yang disajikan oleh manajemen dalam bentuk laporan keuangan yang disajikan kepada shareholder memiliki tingkat integritas yang baik. Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan mekanisme tata kelola korporat terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas sudah cukup banyak dilakukan, antara lain yang dilakukan oleh Lin dan Liu (2009), Balafif (2010), Siregar dan Utama (2006), Limpt (2011), serta Trisnawati dan Hermawan (2013). Studi yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai kepemilikan saham terbesar, ukuran dewan komisaris dan komite audit sebagai proksi dari mekanisme tata kelola korporat masih menunjukkan hasil yang beragam. Studi ini bermaksud untuk mengisi gap tersebut. Limpt (2011) menggunakan variabel kepemilikan manajemen sebagai variabel independen utama dan melihat pengaruhnya terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajemen pada suatu perusahaan maka semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut untuk memilih auditor eksternal berkualitas. Penelitian Lin dan Liu (2009) menunjukkan bahwa di China, perusahaan yang memliki kepemilikan saham yang tinggi akan berakibat pada ketidaktransparanan dalam pelaporan keuangan dan cenderung untuk memilih auditor yang berkualitas rendah. Selanjutnya, dewan komisaris dan komite audit juga menjadi proksi tata kelola korporat dalam penelitian ini dikarenakan kedua hal tersebut merupakan bentuk pengawasan pemilik kepada manajemen. Mengenai ukuran dewan komisaris, Lin dan Liu (2009) menemukan bahwa dewan komisaris yang semakin besar akan mampu menjalankan fungsi pengawasan yang lebih efektif. Hal ini kemudian akan berdampak pada pemilihan kantor akuntan publik berkualitas tinggi untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan. Terkait dengan efektivitas komite audit, Siregar dan Utama (2006) menyatakan bahwa pengangkatan komite audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk mematuhi regulasi tata kelola korporat semata. Hal ini diduga disebabkan oleh karena pendeknya rentang waktu antara penerapan regulasi dengan sampel yang digunakan. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada rentang waktu 2003-2005. Penelitian lain yang dilakukan Balafif (2010) dan Trisnawati dan Hermawan (2013) menemukan pengaruh yang signifikan antara efektifitas komite audit dengan pemilihan auditor eksternal, yaitu semakin tinggi skor efektifitas komite audit suatu
perusahaan maka akan meningkatkan pula peluang perusahaan tersebut memilih auditor yang berkualitas tinggi. Pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: (1) Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada kurun waktu 2011-2013; (2) Penelitian ini menggunakan pemisahan auditor Big 4 dan non-Big 4; (3) Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam kepemilikan manajerial, kepemilikan pemerintah, kepemilikan keluarga, kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional; (4) Mekanisme tata kelola korporat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris independen, background pendidikan dewan komisaris dan efektivitas komite audit. II. Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan (agency theory) pertama kali disampaikan oleh Jensen dan Meckling pada 1976. Teori ini menjelaskan hubungan keagenan terbentuk saat pemilik (principals) mendelegasikan manajemen (agents) untuk mengelola modal yang disetorkan serta untuk mengambil keputusan atas nama principals dalam menjalankan bisnis perusahaan (Deegan & Unerman, 2008). Dalam praktiknya, manajemen sebagai agen memiliki informasi yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan principal karena mereka lah yang menjalankan operasional perusahaan. Hal ini mengakibatkan terjadinya asimetri informasi antara principal dan agent, hal ini yang kemudian dikenal sebagai masalah keagenan (agency problem) tipe 1. Asimetri informasi ini memberikan peluang kepada agen yang bersikap oportunis untuk bertindak demi memenuhi kepentingannya sendiri. Selain itu, asimetri informasi ini juga membuat pemilik modal kesulitan dalam melakukan pengambilan keputusan terutama yang terkait dengan pengalokasian modal. Hal ini memungkinkan pemilik modal salah dalam pengambilan keputusan. 2.2 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para manajer. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan ekuitas tetapi juga oleh persentase kepemilikan oleh manajer dan institusional. Pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar. Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan melalui mekanisme pengendalian dan pengawasan yang berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur kepemilikan juga dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan. Struktur kepemilikan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap mekanisme Tata kelola korporat (Shleifer & Vishny, 1996). Claessens dan Fan (2002) mengungkapkan bahwa karakteristik struktur kepemilikan menentukan permasalahan keagenan yang terjadi. Studi-studi yang dilakukan terkait dengan tingkat konsentrasi kepemilikan pada perusahaan masih memiliki hasil yang beragam. Gomes (2000) menyatakan bahwa di negara berkembang yang belum memberikan kepastian hukum yang kuat bagi pemegang saham minoritas, keberadaan pemegang saham pengendali justru menjadi solusi untuk agency cost yang timbul karena pemegang saham pengendali memiliki komitmen untuk tidak melakukan ekspropriasi terhadap hak pemegang saham minoritas. Kondisi kepemilikan perusahaan di Indonesia dijelaskan oleh Arifin (2003), Gul dan Tsui (2004), dan Siregar dan Utama (2006 dan 2008) sebagai perusahaan-perusahaan yang didominasi oleh kepemilikan keluarga. Siregar dan Utama (2008) memperoleh kesimpulan bahwa perusahaan yang dikuasai keluarga memiliki masalah keagenan tidak seserius pada
kepemilikan lainnya. Penelitian Claessens (1999) menemukan bahwa dari 178 perusahaan di Indonesia terdapat 67% perusahaan (tertinggi dari 9 negara Asia Timur) dimiliki keluarga secara ultimate (tunggal) melalui struktur pyramid ownership. Kemudian Achmad (2008) menyebut 66% perusahaan Indonesia dimiliki keluarga. Peneliti Indonesia Arifin (2003), Lukviarman (2004), dan Achmad (2008) telah menggunakan berbagai definisi kepemilikan keluarga untuk kasus di Indonesia. Definisi yang tepat dengan kondisi di Indonesia adalah kepemilikan keluarga yang terdiri dari kepemilikan individu dan perusahaan lokal. Meskipun kemungkinan keluarga menggunakan kendaraan investasi berupa perusahaan asing, tetapi karakteristik pengendalian perusahaan asing tersebut berbeda dengan kepemilikan individu dan perusahaan lokal. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus. Menurut Permanasari (2010), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga yang didirikan di Indonesia seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Pemegang saham institusional yang memiliki kepemilikan saham besar memiliki intensif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan serta dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Sehingga dengan adanya kepemilikan saham yang besar oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen serta dalam pengambilan keputusan perusahaan. Menurut Zureigat (2011), proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor institusional dengan jumlah besar membuat investor tersebut dapat secara langsung mempengaruhi keputusan manajerial. Zureigat juga berpendapat bahwa kepemilikan institusional akan meningkatkan permintaan atas jasa audit dengan kualitas tinggi yang dilakukan oleh auditor berkualitas. Bentuk kepemilikan perusahaan lainnya yang juga ada di Indonesia adalah kepemilikan pemerintah. Penanaman modal oleh pemerintah dalam perusahaan biasanya sesuai dengan kebijakan politik, sosial dan ekonomi yang dimiliki negara. Di Indonesia, perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah disebut dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Jumlah perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih sangat terbatas, tetapi relatif besar dan bergerak pada bidang industri yang strategis seperti pertambangan, transportasi dan telekomunikasi. Sedangkan penanam modal asing berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pasal 1 ayat ke 6 tentang Penanaman Modal diartikan sebagai perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Putri (2011), terdapat indikasi bahwa pihak asing secara signifikan mengurangi investasi di perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan yang tidak kondusif dalam mengelola masalah serta memiliki proteksi yang lemah terhadap pihak luar dan pengungkapan laporan keuangan. Sehingga perusahaan yang dipilih oleh investor asing untuk ditanamkan saham atau modalnya adalah perusahaan yang memiliki proteksi yang baik terhadap pengelolaan saham dan pengungkapan laporan keuangan. 2.3 Tata Kelola Korporat KNKG dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006 mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai salah satu pilar dan sistem ekonomi
pasar yang berkaitan dengan kepercayaan, baik terhadap perusahaan maupun iklim usaha suatu negara. berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Tata kelola korporat adalah suatu sistem distribusi hak dan kewajiban antara pihak-pihak dalam perusahaan dengan tujuan menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang bagi seluruh stakeholders. KNKG (2006) menjelaskan prinsip Tata kelola korporat ke dalam lima poin sebagai berikut: (1) Transparansi (2) Akuntabilitas (3) Tanggung Jawab (4) Independensi (5) Kewajaran dan Kesetaraan. Berdasarkan teori Tata kelola korporat, pemilik atau pemegang saham menjalankan peran penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan. Daniri (2005) menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan dapat dibagi menjadi dua mekanisme, yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme pencegahan kesalahan internal terdiri dari komite audit, komite pemantauan risiko, audit internal, dan pemantauan risiko, yang membantu dewan komisaris (board) dalam menciptakan sistem pengendalian. Mekanisme eksternal termasuk auditor eksternal, otoritas regulasi, dan pemegang saham. Mekanisme internal berkaitan dengan pengendalian internal perusahaan sedangkan mekanisme eksternal berkaitan dengan mekanisme pengendalian yang berkaitan dengan semua perangkat yang ada di luar perusahaan. Pemilik (shareholder) memegang peran penting dalam penentuan struktur perusahaan, meliputi: ukuran dan jenis bisnis, arah pengembangan bisnis, jumlah pemilik yang dominan, pertimbangan pajak, strategi perusahaan, kebijakan penggunaan profesional, struktur modal perusahaan, pertimbangan pembiayaan perusahaan, kebijakan investasi, alokasi risiko, dan bentuk pengendalian (Colley, Doyle, Logan, & Stettinius, 2003). Mekanisme internal berkaitan dengan kinerja dewan komisaris. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah keagenan timbul karena adanya asimetri informasi antara agent dan principal. Untuk mengatasi hal ini, pemegang saham menunjuk dewan komisaris sebagai pengawas kinerja manajemen. Selain itu, dewan komisaris juga boleh menyampaikan usul dalam penunjukan auditor eksternal. Sedangkan mekanisme eksternal dapat berasal dari lingkungan mana saja di sekitar perusahaan. Perangkat tersebut mencakup pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan perundang-undangan yang harus dipatuhi, dan juga konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan kewajibannya. Struktur dewan komisaris di Indonesia menggunakan konsep two tier seperti yang umum digunakan oleh negara-negara di Eropa, dimana pada sistem ini dewan komisaris dan dewan direksi berdiri secara terpisah. Menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada dewan direksi. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Dengan demikian, dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam melaksanakan tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam melaksanakan trasaksi dengan pihak ketiga. Dewan komisaris dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya membentuk komite audit. Terbentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan di berbagai negara merupakan ciri dari pelaksanaan Tata kelola korporat yang baik. Tugas utama dari komite audit adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan sistem pengendalian sistem pengendalian internal perusahaan, kemudian memastikan efektivitas fungsi audit internal perusahaan yang kemudian akan diverifikasi oleh auditor eksternal perusahaan. Dalam Peraturan BAPEPAM No. IX.I.5 tahun 2004 komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris.
Selain itu, dalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar perusahaan. 2.4 Kualitas Audit DeAngelo (1981) berpendapat bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan ukuran dari kantor akuntan publik serta market share dari kantor akuntan publik tersebut. DeAngelo juga menyebutkan bahwa kualitas audit adalah faktor yang cukup sulit untuk diukur secara langsung. Salah satu proksi yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah ukuran dari kantor akuntan publik itu sendiri. Semakin besar ukuran suatu kantor akuntan publik maka kualitas audit yang disediakan juga dianggap semakin baik. Ukuran kantor akuntan publik biasanya diukur dengan besarnya pendapatan yang diperoleh KAP tersebut selama satu tahun. DeAngelo juga mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan auditor untuk menemukan pelanggaran atau kesalahan pada sistem akuntansi klien dan melaporkan pelanggaran tersebut. Zureigat (2011) meneliti bahwa faktor-faktor yang lebih penting dalam menentukan kualitas audit adalah tim audit dan pengalaman perusahaan dengan klien, keahlian industri, ketanggapan terhadap kebutuhan klien, dan sesuai dengan standar auditing yang diterima umum. Kualitas audit sangat perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap tepat atau tidaknya opini yang diberikan dan juga akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pengguna informasi. Auditor dengan kualitas yang baik, dimana setiap prosesnya dilakukan sesuai dengan standard auditing dan melalui perencanaan yang sangat matang maka diharapkan dapat memberikan opini yang tepat sehingga informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat pula. 2.5 Kerangka Pemikiran
Teori Keagenan
-
-
Struktur Kepemilikan: Kepemilikan keluarga Kepemilikan manajerial Kepemilikan institusional Kepemilikan pemerintah Kepemilikan asing Mekanisme Tata kelola korporat: Ukuran dewan komisaris Ukuran komisaris independen Background pendidikan finance dewan komisaris Efektivitas komite audit
-
Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan Asset Turn over Ratio Return on Assets Leverage
Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas
2.6 Penelitian Terdahulu dan Hipotesis Penelitian ini berkaitan dengan Teori keagenan (agency theory) yang disampaikan oleh Jensen dan Meckling pada 1976. Teori ini menjelaskan hubungan keagenan terbentuk saat pemilik (principals) mendelegasikan manajemen (agents) untuk mengelola modal yang disetorkan serta untuk mengambil keputusan atas nama principals dalam menjalankan bisnis perusahaan (Deegan & Unerman, 2008). Pada teori keagenan, agen dan pemegang saham mayoritas digambarkan akan bersikap oportunis dan cenderung untuk melindungi kepentingan pribadinya. Penelitian ini mengambil topik dari penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan struktur kepemilikan perusahaan, mekanisme Tata kelola korporat dan pemilihan auditor. Velury et al. (2003) dalam penelitiannya menguji hubungan antara kemungkinan perusahaan mempekerjakan auditor spesialis industri berkualitas tinggi dan tingkat kepemilikan institusional dalam struktur perusahaan. Diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat kepemilikan institusional dan kemungkinan perusahaan yang menggunakan auditor spesialis industri. Menurut penelitian tersebut, adanya hubungan antara tipe auditor dan tingkat kepemilikan institusional karena peran pemantauan investor institusi. Investor institusi lebih memiliki insentif ekonomi untuk memonitor perilaku manajemen sehingga investasi mereka dalam perusahaan meningkat. Pada penelitian ini, kualitas audit diukur dengan melihat tingkat pendapatan kantor akuntan publik. Nilai kontrak audit tidak digunakan karena keterbatasan informasi mengenai audit fee yang diperoleh. Sedangkan Limpt (2011) meneliti hubungan antara kepemilikan manajerial dan pemilihan auditor pada perusahaan kecil dan menengah di Jerman. Temuan utama dari penelitian tersebut adalah bahwa di dalam wilayah yang memiliki kepemilikan rendah, ada hubungan positif yang signifikan antara kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan audit dalam perusahaan berukuran kecil dan menengah di Jerman. Oleh karena itu, kemungkinan perusahaan mempekerjakan perusahaan audit besar lebih tinggi dengan meningkatnya kepemilikan manajemen di wilayah ini. Penelitian lain mengenai struktur kepemilikan perusahaan dilakukan oleh Zureigat (2011). Penelitian tersebut berfokus untuk meneliti pengaruh struktur kepemilikan antara perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Yordania berdasarkan kualitas auditnya. Struktur kepemilikan dalam penelitian tersebut terdiri dari kepemilikan asing, kepemilikan institusional dan konsentrasi kepemilikan. Peneliti mengelompokkan Kantor Akuntan Publik ke dalam dua kelompok yaitu Big 4 dan Non Big 4, dimana KAP yang masuk dalam kelompok Big 4 dianggap memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan KAP pada kelompok Non Big 4. Pengelompokan tersebut didasarkan pada ukuran KAP secara global. Analisis regresi logistik digunakan untuk meneliti pengaruh antara kualitas audit yang diukur berdasarkan ukuran perusahaan audit sebagai variabel dependen dan struktur kepemilikan sebagai variabel independen. Hasilnya menunjukkan pengaruh positif dan signifikan antara kualitas audit dan perusahaan baik dengan kepemilikan asing dan kepemilikan institusional. Sedangkan konsentrasi kepemilikan terbukti memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa investor asing dan investor institusional cenderung untuk menyewa auditor berkualitas tinggi. Lin dan Liu (2009) meneliti tentang mekanisme Tata kelola korporat yang mempengaruhi pemilihan auditor untuk pasar China pada perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (initial public offerings/IPO) dalam periode 20012004. Sebagai emerging market terbesar dan tercepat, China menjadi lebih dan sangat penting bagi investor di seluruh dunia. Biasanya perusahaan harus mengambil trade off dalam keputusan pemilihan auditor, yaitu untuk mempekerjakan auditor berkualitas tinggi dalam rangka peningkatan efektivitas monitoring dan peningkatan kualitas Tata kelola korporat agar dapat menurunkan biaya modal yang meningkat atau memilih auditor berkualitas rendah
dengan kurangnya efektivitas audit monitoring dalam rangka mendapatkan keuntungan pribadi yang diperoleh dari mekanisme Tata kelola korporat yang lemah dan kurang transparan dalam pengungkapan. Penelitian ini menggunakan variabel Tata kelola korporat, yaitu persentase kepemilikan saham terbesar, ukuran dewan komisaris (supervisory board), serta dualitas antara Chief Executive Officer dan pimpinan Board Of Directors. Variabel persentase kepemilikan saham terbesar digunakan sebagai proksi mekanisme Tata kelola korporat dalam penelitian ini karena pemegang saham yang memiliki kepemilikan saham terbesar memiliki kendali yang signifikan terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan, termasuk kebijakan pemilihan auditor eksternal. Variabel ketiga, yaitu dualitas antara Chief Executive Officer dan pimpinan Board Of Directors tidak akan dibahas lebih lanjut karena tidak relevan diterapkan di Indonesia yang menganut sistem two tier. Melalui model regresi logistik, penelitian ini menemukan bahwa perusahaan dengan persentase kepemilikan saham terbesar yang tinggi, dengan ukuran supervisory board yang lebih kecil, atau dimana Chief Executive Officer dan pimpinan Board Of Directors merupakan orang yang sama, lebih kecil kemungkinannya untuk menunjuk kantor akuntan publik Top 10 sebagai penyedia jasa audit eksternal bagi perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika manfaat dari menurunkan biaya modal yang meningkat menjadi kecil, perusahaan dengan mekanisme tata kelola internal yang lemah, cenderung memilih auditor berkualitas rendah sehingga dapat mengambil dan mempertahankan keuntungan dari ketidaktransparanan pelaporan keuangan. Di Indonesia, Balafif (2010) melakukan penelitian bagaimana pengaruh efektivitas komite audit, ukuran perusahaan, kepemilikan keluarga, dan kepemilikan asing terhadap pemilihan auditor eksternal. Penelitian juga menggunakan metode regresi logistik dengan menggunakan data 357 observasi (firm-year) dari perusahaan yang terdaftar pada BEI selama periode tahun 2006-2007. Kantor akuntan publik diklasifikasikan menjadi Big 4 dan non Big 4 dengan asumsi bahwa auditor Big 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi. Variabel efektivitas komite audit diukur dengan menggunakan checklist yang dikembangkan oleh Hermawan (2009) dalam Balafif (2010) dan meliputi faktor-faktor aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi komite audit. Hasil penelitian menemukan bahwa keempat faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal. Terdapat hubungan positif antara efektivitas komite audit dengan kualitas auditor eksternal yang dipilihnya terkait dengan fungsi yang diharapkan dari komite audit, yaitu memastikan bahwa auditor eksternal yang dipilihnya melaksanakan tugasnya dengan baik. Semakin besar ukuran suatu perusahaan akan meningkatkan probabilitas pemilihan auditor Big 4 karena perusahaan besar memiliki kepemilikan yang besar dan perbedaan operasi yang cenderung membuat audit menjadi lebih kompleks sehingga kebutuhan auditor berkualitas baik pun semakin meningkat. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga di atas 50% cenderung memilih auditor non Big 4 karena mekanisme Tata kelola korporat yang dimilikinya masih rendah. Perusahaan dengan kepemilikan asing memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih auditor Big 4 karena permasalahan jarak dari kantor pusat cenderung mendorong pengendalian manajemen yang tinggi dan menyediakan insentif bagi perusahaan untuk mempekerjakan auditor yang berkualitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Hermawan (2013) yang dilakukan pada 203 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa perusahaan dengan Good Corporate Governance memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menggunakan auditor eksternal dengan kualitas audit yang tinggi. Selain itu, perusahaan dengan tingkat kompleksitas yang meningkat memiliki kemungkinan yang lebih rendah untuk memilih auditor eksternal berkualitas. Sedangkan kebutuhan pendanaan eksternal dan leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal yang berkualitas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme Tata kelola korporat, kompleksitas perusahaan, kebutuhan pendanaan eksternal dan leverage. Sedangkan ukuran perusahaan, kepemilikan asing dan kepemilikan
keluarga digunakan sebagai variabel kontrol. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut, maka hipotesis yang disusun pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Semakin tinggi kepemilikan keluarga maka peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin rendah H2 : Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin rendah H3 : Semakin tinggi kepemilikan institusional maka peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin rendah H4 : Semakin tinggi kepemilikan pemerintah maka peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin rendah H5 : Semakin tinggi kepemilikan asing maka peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin tinggi H6 : Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin tinggi H7 : Semakin besar proporsi komisaris independen di dalam dewan komisaris maka perusahaan akan cenderung untuk memilih auditor Big 4 H8 : Semakin besar proporsi dewan komisaris dengan background pendidikan finance maka perusahaan akan cenderung untuk memilih auditor Big 4 H9 : Semakin tinggi skor efektivitas komite audit dalam suatu perusahaan mengakibatkan peluang perusahaan tersebut untuk memilih auditor Big 4 semakin tinggi III. Metodologi penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sekaran dan Bougie (2010) yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penulis menganalisis seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan mekanisme Tata kelola korporat terhadap pemilihan auditor. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2013. Sampel penelitian ini ditentukan melalui metode purposive sampling dengan kualifikasi sebagai berikut: 1. Perusahaan listed di BEI selama tahun 2011-2013 2. Perusahaan manufaktur (alasan pemilihan perusahaan manufaktur karena jenis industri beragam dan kompleks). 3. Perusahaan yang laporan tahunannya tersedia dan/atau dapat diunduh Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari nternet, informasi yang diterbitkan dan catatan penelitian (Sekaran & Bougie, 2010). Data dikumpulkan dari database laporan tahunan dan laporan keuangan yang tersedia di situs Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Osiris, Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (GI-BEI FEB UB), dan Indonesian Capital Market Electronic Library (ICaMEL). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilihan auditor eksternal. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah jenis kepemilikan dan faktor-faktor Tata kelola korporat, yaitu ukuran dewan komisaris, efektivitas komite audit dan ukuran komisaris independen. Penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel tambahan sebagai variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, asset turn over ratio, ROA dan leverage. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi logistik, statistik deskriptif juga digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabelvariabel dalam penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengujian kelayakan model regresi untuk menilai model regresi dalam penelitian ini. Berikut ini penjelasan terperinci mengenai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi terhadap variabel penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2009). Standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum menggambarkan persebaran data. Data yang memiliki standar deviasi yang semakin besar menggambarkan data tersebut semakin menyebar. Untuk menguji hipotesis penelitian, model penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: AUDit = AUD
= pemilihan auditor oleh perusahaan; 1 jika auditor yang digunakan adalah auditor Big 4, dan 0 untuk auditor non Big 4 FAM = Family Ownership yaitu rasio kepemilikan saham keluarga MAN = Managerial Ownership yaitu rasio kepemilikan saham manajerial INS = Institutional Ownership yaitu rasio kepemilikan saham institusional GOV = Government Ownership yaitu rasio kepemilikan saham pemerintah FOR = Foreign Ownership yaitu rasio kepemilikan saham asing SZB = Supervisory Board yaitu jumlah dewan komisaris INB = Persentase dewan komisaris independen FIN = Persentase dewan komisaris yang memiliki background pendidikan finance AUDCOM = Skor efektivitas komite audit perusahaan Untuk menilai keseluruhan model (overall model fit) ditunjukkan dengan Log Likelihood value yaitu dengan membandingkan antara -2 Log Likelihood pada saat model hanya memasukkan konstanta dengan nilai-2 Log Likelihood (block number = 0) dengan pada saat model memasukkan konstanta dan variabel bebas (block number =1). Apabila nilai -2 Log Likelihood (Block Number = 1) lebih kecil dari nilai -2 Log Likelihood (Block Number = 0), maka penambahan variabel bebas ke dalam model memperbaiki model fit (Ghozali, 2009). Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data memiliki kecocokan atau kesesuaian dengan model atau model dapat dikatakan fit. Jika nilai uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih dari 0.05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena memiliki kecocokan dengan data observasinya (Ghozali, 2009). Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model dianggap semakin goodness of fit sementara semakin mendekati 0 maka model semakin tidak goodness of fit (Ghozali, 2009). Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan pemilihan auditor berkualitas. Koefisien regresi logistic dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% (0,05). Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value. Jika p-value > 5%, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value < 5%, maka hipotesis alternatif diterima.
IV. Pembahasan 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Auditor Kepemilikan Keluarga Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusi Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan Asing Ukuran Dewan Komisaris Dewan Komisaris Independen
372 372 372 372 372 372 372 372
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 0,20
1,00 0,89 0,66 0,98 0,90 0,99 11,00 1,00
0,4140 0,3286 0,0372 0,3109 0,0243 0,3810 4,2151 0,3995
Std. Deviation 0,49321 0,27658 0,09948 0,29549 0,13602 0,33981 1,73655 0,11482
Dewan Komisaris Background Pendidikan Finance Efektivitas Komite Audit Ukuran Perusahaan Asset Turnover Ratio Return on Asset Leverage
372
0,20
1,00
0,5991
0,19020
372 372 372 372 372
11,00 4,02 0,01 -0,75 0,00
30,00 21,7231 8,72 6,1421 10,12 1,1830 3,55 0,0783 8,01 0,5803
4,89306 0,74829 0,83441 0,27698 0,62427
Variabel
N
Min.
Max.
Mean
Sampel dalam penelitian ini adalah 372 perusahaan. Auditor adalah variabel dependen pada penelitian ini. Variabel ini merupakan variabel dummy yaitu bernilai 0 dan 1, nilai 1 menyatakan perusahaan yang diaudit oleh auditor Big 4 sedangkan nilai 0 menyatakan perusahaan yang diaudit oleh auditor Non Big 4. Rata-rata dari variabel ini adalah 0,41 hal ini menunjukkan bahwa 41% dari sampel penelitian memilih auditor eksternal berkualitas. Kepemilikan keluarga terbsar pada sampel penelitian adalah sebesar 89%. Adanya simpangan baku sebesar 27,66% yang mengindikasikan adanya perbedaan sebesar 27,66% antara besaran kepemilikan pada perusahaan sampel dengan rata-rata kepemilikan keluarga. Rata-rata perusahaan sampel hanya memiliki kepemilikan manajerial sebesar 3,72% dengan kepemilikan terbesar sebesar 66%. Dari 372 perusahaan sampel, rata-rata terdapat 31,09% kepemilikan institusi di dalamnya. Variabel berikutnya adalah kepemilikan pemerintah, dari 372 perusahaan sampel, hanya terdapat 12 perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah. Meskipun kepemilikan pemerintah dapat mencapai 99%, namun sedikitnya jumlah perusahaan yang dimiliki pemerintah dalam sampel membuat posisi kepemilikan pemerintah hanya sekitar 2% dari keseluruhan sampel. Berbeda dengan kepemilikan pemerintah, variabel kepemilikan asing cukup tinggi, yaitu mencapai 38,10% dari keseluruhan sampel penelitian. Dewan komisaris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011 sampai 2013 paling sedikit berjumlah 2 orang dan paling banyak berjumlah 11 orang. Dari hasil statistik deskriptif di atas juga diketahui bahwa rata-rata jumlah dewan komisaris pada perusahaan sampel adalah sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk jumlah dewan komisaris independen adalah berkisar antara 20% hingga 100% dari jumlah dewan komisaris seluruhnyaSecara rata-rata, jumlah dewan komisaris independen pada perusahaan sampel telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu sebesar 30% dari jumlah dewan komisaris. Jumlah dewan komisaris yang memiliki background pendidikan di bidang finance juga berkisar antara 20% hingga 100% dari jumlah
dewan komisaris secara keseluruhan. Rata-rata terdapat 60% anggota dewan komisaris yang memiliki background pendidikan finance pada perusahaan sampel. Variabel efektivitas komite audit diperoleh dari total skor pada checklist efektivitas komite audit yang dikembangkan oleh Hermawan pada tahun 2009. Rata-rata perusahaan sampel dapat mencapai nilai 21,72 hal ini berarti rata-rata perusahaan berada pada kategori Fair. Nilai untuk tiap perusahaan berkisar antara 11 sampai 30 dengan simpangan baku sebesar 4,89. Dari hasil statistic deskriptif tersebut, diketahui bahwa terdapat perusahaan yang memiliki nilai tertinggi sebesar 30 poin dan dapat dikatakan memiliki tingkat efektivitas komite audit yang baik. Hasil statistik deskriptif untuk variabel kontrol ukuran perusahaan memiliki nilai terendah 4,02 dan 8,72 dengan rata-rata 6,14. Sedangkan untuk variabel Asset Turover Ratio yang menggambarkan jumlah aset yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan berada pada kisaran 0,01 hingga 10,12. Hal ini berarti setiap 1 Rupiah aset dapat digunakan untuk menghasilkan 0,01 Rupiah hingga 10,12 Rupiah pendapatan. Namun rata-rata, tiap 1 Rupiah aset dapat menghasilkan 1,18 Rupiah pendapatan. Variabel kontrol selanjutnya adalah Return on Asset (ROA) yang seringkali digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan memiliki rata-rata nilai sebesar 0,08%. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap satuan aset yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan 0,08% laba. Nilai minimum ROA pada perusahaan sampel menunjukkan nilai negatif, hal ini berarti masih terdapat perusahaan yang mengalami kerugian selama kurun waktu 2011 hingga 2013. Tingkat leverage pada perusahaan sampel berkisar antara 0 hingga 8,01. Rataratanya menunjukkan nilai 0,58, dimana dapat diartikan bahwa lebih dari setengah aset yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai melalui hutang. 4.2 Analisis Regresi Logistik 4.2.1. Hasil Uji Overall Fit Model Penilaian keseluruhan model (overall model fit) regresi ditunjukkan dengan Log likelihood value yaitu selisih antara -2Log Likelihood block 0 yaitu pada saat model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2Log Likelihood block 1 yaitu pada saat model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Dasar penilaiannya adalah apabila nilai -2Log Likelihood block=1 lebih kecil dari nilai -2Log Likelihood block=0, maka penambahan variabel bebas kedalam model memperbaiki model fit. Berikut adalah hasil pengujian Overall Fit Model dalam penelitian ini: Tabel 4.2 Uji Overall Fit Model -2Log Likelihood Log Likelihood Value -2Log Likelihood block 0 504,636 -2Log Likelihood block 1 298,710 Sumber: Output SPSS, diolah Pada tabel 4.3, terlihat bahwa nilai -2Log Likelihood block 0 adalah sebesar 504,636, sedangkan -2Log Likelihood block 1 menunjukkan nilai yang lebih rendah yaitu 298,710. Hal tersebut dapat diartikan bahwa adanya penambahan 8 variabel bebas dan 4 variabel kontrol ke dalam model regresi dapat memperbaiki model fit dan menunjukkan bahwa model regresi menjadi lebih baik karena terjadi penurunan -2Log Likelihood. 4.2.2. Hasil Uji Hosmer Lemeshow Goodness of Fit Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data empiris memiliki kesesuaian atau kecocokan dengan model (tidak terdapat perbedaan antara data empiris dengan model atau dapat dikatakan fit (Ghozali, 2009). Dasar penilaian adalah
apabila nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara data dengan model sehingga model dikatakan tidak fit karena model tidak mampu memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih besar dari 0.05 maka hipotesis nol diterima dan berarti terdapat kesesuaian antara data dengan model sehingga model dikatakan fit dan mampu memprediksi nilai observasinya. Berikut adalah hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test pada penelitian ini: Tabel 4.3 Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Step Chi-square df Sig. 1 5,968 8 ,651 Sumber: Output SPSS, diolah Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai dari Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit adalah sebesar 5,968 dengan signifikansi 0,651. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Dapat diinterpretasikan bahwa hasil estimasi dengan menggunakan model sama dengan hasil pengamatan yang diperoleh, atau dengan kata lain model regresi logistik yang digunakan fit dengan data. Hasil ini juga menyatakan bahwa model regresi menunjukkan kecukupan data dan layak digunakan untuk analisis selanjutnya. 4.2.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R) Koefisien determinasi pada dasarnya digunakan untuk mengukur variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen (Ghozali, 2009). Pada regresi logistik, koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Berikut adalah hasil pengujian Nagelkerke R Square dalam penelitian ini: Tabel 4.4 Koefisien Determinan (Nagelkerke R Square) -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square 1 298,710 ,425 ,573 Sumber: Output SPSS, diolah Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.573 yang berarti bahwa variabel dependen dapat dijelaskan sebesar 57,3% oleh variabel independen. Hal ini juga berarti bahwa variabel kecenderungan pemilihan auditor eksternal berkualitas dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan keluarga, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, ukuran komisaris independen, ukuran dewan komisaris yang memiliki background pendidikan di bidang finance, efektivitas komite audit, ukuran perusahaan, asset turn over ratio, ROA dan leverage sedangkan sisanya sebesar 42,7% dipenaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. 4.2.4. Koefisien Regresi Logistik Pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik, yaitu untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan dan mekanisme Tata kelola korporat terhadap kecenderungan pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian akan disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variabel B Wald df Sig. Exp(B) Step 1a FAM -,506 ,443 1 ,506 ,603 MAN 3,499 3,227 1 ,072 33,083 INS 3,439 7,428 1 ,006 31,159 GOV -,171 ,019 1 ,889 ,843 FOR 4,458 18,537 1 ,000 86,297 SB ,470 17,312 1 ,000 1,600 INB ,489 ,109 1 ,742 1,631 FIN 4,794 31,353 1 ,000 120,740 AUDCOM ,111 9,666 1 ,002 1,117 SIZE 1,498 22,389 1 ,000 4,472 ATR ,357 2,953 1 ,086 1,429 ROA 1,971 8,275 1 ,004 7,180 LEV -,465 2,372 1 ,124 ,628 Constant -20,271 63,606 1 ,000 ,000 Sumber: Output SPSS, diolah 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1. Kepemilikan Keluarga Tidak Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Hasil pengujian regresi logistik pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga memiliki nilai wald test sebesar 0,443 dengan nilai ρ sebesar 0.506, jauh lebih besar dari α = 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berkorelasi negatif dengan pemilihan auditor eksternal berkualitas namun tidak signifikan, artinya kepemilikan keluarga tidak mempengaruhi pemilihan auditor berkualitas oleh perusahaan. 4.3.2. Kepemilikan Manajerial Tidak Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel kepemilikan manajerial memiliki koefisien sebesar 3,499 dan tingkat probabilitas sebesar 0,072. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif namun tidak signifikan, sehingga variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Limpt (2011) yang menyebutkan bahwa seiring dengan meningkatnya jumlah kepemilikan manajerial maka kemungkinan untuk mempekerjakan auditor besar juga semakin tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan kecil dan menengah di Jerman. Perbedaan ukuran perusahaan, lokasi dan budaya perusahaan mungkin merupakan penyebab perbedaan ini. 4.3.3. Kepemilikan Institusi Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel kepemilikan institusi memiliki koefisien sebesar 3,439 dan tingkat probabilitas sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Semakin
tinggi tingkat kepemilikan institusi pada suatu perusahaan maka peluang terpilihnya auditor Big 4 akan semakin besar. 4.3.4. Kepemilikan Pemerintah Tidak Berpenaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel kepemilikan pemerintah memiliki koefisien sebesar 0,171 dan tingkat probabilitas sebesar 0,889. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wang et al (2008) yang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemilikan pemerintah dengan pemilihan auditor Top 10 di China. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pada sampel yang digunakan pada penelitian kali ini hanya terdapat 4 dari 124 perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah, sehingga pengaruh dari kepemilikan pemerintah tidak dapat ditangkap dengan baik pada penelitian ini. 4.3.5. Kepemilikan Asing Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel kepemilikan asing memiliki koefisien sebesar 4,458 dan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Semakin tinggi tingkat kepemilikan asing pada suatu perusahaan maka peluang terpilihnya auditor Big 4 akan semakin besar. 4.3.6. Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel ukuran dewan komisaris memiliki koefisien sebesar 0,470 dan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Semakin tinggi ukuran dewan komisaris pada suatu perusahaan maka peluang terpilihnya auditor Big 4 akan semakin besar. 4.3.7. Ukuran Dewan Komisaris Independen Tidak Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel ukuran dewan komisaris independen memiliki koefisien sebesar 0,489 dan tingkat probabilitas sebesar 0,742. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Meskipun dewan komisaris tersebut independen yang berarti tidak memiliki hubungan dengan perusahaan namun keberadaannya tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor berkualitas. 4.3.8. Ukuran Dewan Komisaris dengan Background Pendidikan Finance Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance memiliki koefisien sebesar 4,794 dan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Semakin tinggi ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance maka peluang terpilihnya auditor Big 4 semakin besar.
4.3.9. Efektivitas Komite Audit Berpengaruh terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel efektivitas komite audit memiliki koefisien sebesar 0,111 dan tingkat probabilitas sebesar 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Semakin tinggi tingkat efektivitas komite audit maka peluang terpilihnya auditor Big 4 semakin besar. 4.3.10. Pengaruh Variabel Kontrol terhadap Pemilihan Auditor Eksternal Berkualitas Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, asset turn over ratio, ROA, dan tingkat leverage. Dari hasil regresi logistik, variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien sebesar 1,498 dan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal perusahaan. Sedangkan variabel kontrol selanjutnya yaitu Asset Turn Over Ratio memiliki koefisien sebesar 0,357 dan tingkat probabilitas sebesar 0,086. Hal ini menunjukkan bahwa variabel asset turn over ratio tidak berpengaruh pada pemilihan auditor eksternal perusahaan. Variabel ROA memiliki koefisien sebesar 1,971 dan tingkat probabilitas sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal perusahaan. Sedangkan variabel leverage memiliki koefisien sebesar -0,465 dan tingkat probabilitas 0,124 yang berarti bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa mekanisme tata kelola korporat yang baik di perusahaan akan lebih menentukan kemungkinan memilih auditor yang berkualitas, meskipun perusahaan memiliki leverage yang tinggi atau rendah. V. Penutup 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan dan mekanisme tata kelola korporat mempengaruhi pemilihan auditor eksternal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dalam periode 2011-2013. Dari hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hasil ini mungkin disebabkan oleh rata-rata kepemilikan keluarga pada perusahaan sampel masih dibawah 50% (batas investor dapat melakukan kontrol atas perusahaan) sehingga tidak berpengaruh pada pemilihan auditor eksternal berkualitas. Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Selain itu, kepemilikan institusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pada sampel yang digunakan pada penelitian kali ini hanya terdapat 4 dari 124 perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah, sehingga pengaruh dari kepemilikan pemerintah tidak dapat ditangkap dengan baik pada penelitian ini, sedangkan variabel kepemilikan asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zureigat (2011) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kualitas audit dengan kepemilikan asing. Kebutuhan investor asing mengenai proteksi terhadap pengelolaan saham dan pengungkapan laporan keuangan mengharuskan investor asing mendorong manajemen perusahaan untuk lebih transparan dalam mengungkapkan laporan keuangan perusahaan, sehingga perusahaan dengan kepemilikan asing yang semakin tinggi akan cenderung memilih auditor eksternal berkualitas. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini mendukung penelitian Lin dan Liu (2009) yang menyatakan bahwa ukuran supervisory board pada perusahaan-perusahaan di China dapat
meningkatkan peluang pemilihan auditor Top 10 oleh perusahaan. Penambahan anggota dewan komisaris juga dapat mencerminkan tambahan expertise dalam dewan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dewan dalam memberikan nasihat dan pertimbangan. Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan komisaris tidak meningkat (Gideon, 2005). Sylvia dan Siddharta (2005) juga menyatakan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Sedangkan ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini dapat dijelaskan karena dewan komisaris memiliki pengetahuan di bidang finance, maka akan sangat memperhatikan kualitas informasi yang dihasilkan oleh manajemen. Untuk menghasilkan informasi dengan integritas yang tinggi, maka audit yang dilakukan juga harus berkualitas sehingga dipilihlah auditor Big 4. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa efektivitas komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini disebabkan karena komite audit menjalankan fungsinya untuk mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan dengan baik yang kemudian berimplikasi pada penunjukan auditor eksternal yang memiliki kualitas tinggi. Variabel control SIZE dan ROA berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Variabel ATR dan leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. 5.2 Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan pada penelitian ini adalah: 1. Kualitas auditor diproksikan dengan menggunakan ukuran KAP. Ukuran KAP mungkin bukan merupakan proksi terbaik untuk kualitas audit di Indonesia. 2. Pengukuran skor efektivitas komite audit menggunakan metode penilaian yang dikembangkan oleh Hermawan (2009) dimana perhitungan skor hanya didasarkan pada informasi yang diperoleh peneliti dari laporan tahunan perusahaan, dimana sering terdapat unsur kesalahan dan inkonsistensi peneliti dalam interpretasi dan pemberian skor. 5.3 Saran Saran untuk peneliti selanjutnya yang mengacu pada penelitian ini adalah: 1. Proksi yang digunakan dalam menentukan kualitas auditor dapat dikembangkan seperti audit fees atau audit failures. 2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode pengukuran skor efektivitas komite audit yang lebih obyektif dan menggunakan lebih banyak pertimbangan daripada metode penilaian yang telah dikembangkan oleh Hermawan (2009) sehingga skor efektivitas yang diperoleh lebih sesuai dengan kondisi yang seharusnya. 5.4 Implikasi Penelitian Hasil penelitian ini dapat menambah bukti empiris baru bahwa kepemilikan keluarga, kepemilikan pemerintah dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Sebaliknya kepemilikan institusional dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Hal ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976), Velury et al (2003), Balafif (2010), dan Zureigat (2011). Dari sisi mekanisme tata kelola korporat, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris dengan background pendidikan finance dan efektivitas komite audit berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal berkualitas. Sedangkan keberadaan dewan komisaris independen tidak terbutki dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk memilih auditor eksternal berkualitas bagi perusahaan. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Liu (2009), Gideon (2005), Sylvia daa Siddharta (2005), Chtourou (2001) dan Balafif (2010). Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor baik asing maupun dalam negeri mengenai perusahaan-perusahaan yang menjalankan tata kelola korporat dengan baik. Hasil penelitian ini juga perlu diperhatikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan laporan keuangan dan perlunya pertimbangan kebijakan tersebut terhadap ketertarikan perusahaan untuk go public, karena pentingnya memiliki kontribusi terhadap tata kelola korporat terkait dengan kualitas laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan kepada OJK untuk meningkatkan peran dewan komisaris efektivitas komite audit pada perusahaan dalam rangka pemilihan auditor eksternal berkualitas sebagai bentuk pelaksanaan tata kelola korporat yang baik demi melindungi kepentingan stakeholders dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari perusahaan.